Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIVITAS BIMBINGAN ROHANI DALAM
MENINGKATKAN ETOS KERJA KARYAWAN
DI PERUSAHAAN PABRIK SEPATU CV. KAKANG PRABU,
KP. KATOMAS, TIGARAKSA TANGERANG BANTEN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Hajrul Aswad Harahap
NIM: 1113052000022
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/ 1439 H
i
ABSTRAK
Hajrul Aswad Harahap. 1113052000022. “Efektivitas Bimbingan Rohani Islam
Dalam Meningkatkan Etos Kerja Karyawan di Kp. Katomas, Tigaraksa
Tangerang Banten”. Dibawah Bimbingan Bapak Abdul Azis M.Psi
Pada dasarnya bekerja bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan
hidup, tapi bekerja adalah bagian dari ibadah kepada Allah yang harus dipertanggung
jawabkan oleh manusia sendiri. Tercatat ada Delapan perusahaan yang bangkrut di
Tahun 2017, salah satu penyebabnya karena pengelolaan perusahaan yang tidak baik,
banyak terjadi kecurangan dan karyawan bekerja tidak memiliki etos seperti
penyelewengan. Sama halnya yang terjadi di perusahaan pabrik sepatu CV. Kakang
Prabu yang pernah mengalami kebangkrutan pada tahun 2014, dan penyebabnya yaitu
banyaknya penyelewengan barang, karyawan bekerja tidak memiliki etos sehingga
apa yang dikerjakan karyawan tidak maksimal dan berefek pada perusahaan pabrik
sepatu yang mengalami kebangkrutan.
Penelitian ini dilakukan di Kp. Katomas Kecamatan Tigaraksa Kabupaten
Tangerang Banten terhitung mulai dari tanggal 13 September 2017 sampai dengan
tanggal 17 April Januari 2018. Perumusan masalah dalam penelitian ini mengenai
bagaimana proses bimbingan rohani,bagaimana metode bimbingan rohani dalam
meningkatkan etos kerja karyawan di Kp. Katomas, dan efektifkah bimbingan rohani
dalam meningkatkan etos kerja karyawan di Kp. Katomas Kecamatan Tigaraksa
Kabupaten Tangerang Banten. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif
dengan desain deskriftif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan suatu bimbingan dapat
dilihat dari terlaksananya bimbingan sesuai fungsinya yaitu, sebagai sumber yang
memberikan pemahaman, sebagai upaya pencegahan dengan memberikan arahan dan
membantu individu dalam memecahkan masalah sesuai dengan ajaran agama Islam.
efek dari kegiatan bimbingan rohani terhadap karyawan dilihat dari dua aspek yaitu
perasaan dan perilaku, perasaan yang dialami karyawan setelah mengikuti kegiatan
bimbingan rohani yaitu menjadikan agama sebagai motivasi, dengan agama karyawan
lebih tekun beribadah, ikhlas dalam bekerja, jujur dan bersyukur dengan pekerjaan
mereka saat ini, sama halnya dengan perilaku karyawan setelah mengikuti bimbingan
rohani yaitu terlihat dari etos kerja mereka seperti semangat dalam bekerja, on time
masuk kerja, mengarahkan, hubungan komunikasi yang lebih baik. bimbingan rohani
efektif dalam meningkatkan etos kerja karyawan terlihat pada kinerja mereka seperti
bekerja dengan penuh tanggung jawab, tingkat kepatuhan yang tinggi, bekerjasama
dengan sesama karyawan, penghasilan bukanlah tujuan akhir. Hasil penelitian yang
diperoleh adalah kegiatan bimbingan rohani sangat efektif dalam meningkatkan etos
kerja karyawan di perusahaan pabrik sepatu CV. Kakang Prabu Kp. Katomas
Tigaraksa.
Kata kunci: Efektivitas, Bimbingan Rohani, Etos Kerja
ii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الّر حمن الّر حيم
Puji dan syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu
Wata’ala, atas limpahan rahmat karunia serta kasih-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “EFEKTIVITAS BIMBINGAN
ROHANI DALAM MENINGKATKAN ETOS KERJA KARYAWAN DI
PERUSAHAAN PABRIK SEPATU CV. KAKANG PRABU, KP.
KATOMAS, TIGARAKSA TANGERANG BANTEN”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat
memperoleh gelar Sarjana Sosial bagi mahasiswa program S1 pada program studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga
pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa
hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun
tidak langsung kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai,
terutama kepada yang saya hormati:
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Suparto, M.Ed., Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Dr. Roudhonah, M.Ag selaku
Wakil Dekan Bidang Adkum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
iv
Komunikasi, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
4. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
5. Abdul Aziz M.Psi, Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang sudah sangat
membantu penulis menyelesaikan karya ilmiah skripsi ini.
6. Bapak/Ibu Dosen dan staff dilingkungan Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmu.
7. Teristimewa kepada kedua OrangTua Ayah dan Ibu yang sangat penulis
cintai yang selalu mendo’akan, memberikan motivasi dan pengorbanannya
dari segi moril dan materil kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Buat abang Syawal Basri Pandapotan (Sutan Naposo Harahap), adik
Nazmi Handayani dan Mawaddah yang selalu menjadi motivasi dan
penyemangat penulis.
9. Buat sahabat–sahabat penulis M. Ridhoan, Niko, M. Taufiq, Sondi
Silalahi, Sahrul Iman, Al-muzani, Khoirul Muslim, Hary Handiman,
Mujahidin dan tidak lupa juga seluruh teman-teman, kakak dan adik
seperjuangan penulis terima kasih atas dukungan dan doanya.
10. Untuk Nur Intan Rambe S.Pd yang selalu setia memberikan motivasi
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
iv
11. Keluarga Besar Himblab Raya Jakarta yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu, yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
12. Seluruh keluarga besar BPI terimakasih buat dukungan dan doanya kepada
penulis semoga persaudaraan yang kita jalin selama ini dapat terus terjaga
dengan baik.
13. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Ciputat, 23 Mei 2018
Hajrul Aswad Harahap
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Pembatasan Masalah
1. Batasan Masalah....................................................................... 5
2. Rumusan Masalah ................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian...................................................................... 5
2. Manfaat Penelitian.................................................................... 6
D. Tinjauan Kepustakaan.................................................................... 6
E. Sistematika Penulisan..................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Efektivitas.................................................................. 10
1. Pengertian Efektivitas............................................................... 10
2. Pengukuran Efektivitas............................................................. 11
B. Bimbingan Rohani........................................................................ 13
1. Pengertian Bimbingan.............................................................. 13
2. Pengertian Rohani.................................................................... 15
3. Pengertian Bimbingan Rohani.................................................. 18
4. Tujuan Bimbingan Rohani........................................................ 19
vi
5. Fungsi Bimbingan Rohani........................................................ 21
6. Metode Bimbingan Rohani...................................................... 24
C. Etos Kerja..................................................................................... 30
1. Pengertian Etos Kerja............................................................... 30
2. Pengertian Efektivitas Bimbingan Rohani Dalam Meningkatkan Etos
Kerja Karyawan........................................................................ 33
3. Faktor-faktor Etos Kerja........................................................... 33
4. Etos kerja muslim..................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian................................................................ 44
2. Subjek dan Objek Penelitian...................................................... 45
3. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 45
4. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 45
5. Teknik Analisis Data ................................................................ 46
6. Sumber Data ............................................................................. 47
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN TEMUAN LAPANGAN DAN
ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Perusahaan .................................................. 48
1. Sejarah ..................................................................................... 48
2. Visi dan Misi ........................................................................... 50
3. Aktivitas Bimbingan Rohani .................................................... 50
vii
4. Struktur Organisasi .................................................................. 52
B. Hasil Temuan Lapangan dan Analisis Data
....................................................................................................... 54
1. Deskripsi Informan: Pembimbing ............................................ 54
2. Deskripsi Informan: karyawan ................................................. 56
3. Proses Bimbingan rohani.......................................................... 62
4. Metode Bimbingan Rohani Dalam Meningkatkan Etos Kerja
Karyawan.................................................................................. 68
5. Efektivitas Bimbingan Rohani Dalam Meningkatkan Etos Kerja Karyawan
.................................................................................................. 74
C. Pembahasan............................................................................ 81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 84
B. Saran .............................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia pada dasarnya memiliki potensi yaitu secara alami maupun
intervensi, dengan potensi yang ada manusia akan bekerja untuk memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohani dan saling membutuhkan antara satu dengan
yang lainnya di kehidupan masyarakat.
Untuk memenuhi kebutuhan jasmani manusia harus bekerja dengan
sendirinya. Bekerja merupakan bagian dari cara manusia beribadah kepada
Allah, dan bekerja tidak hanya semata untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
akan tetapi bekerja adalah bentuk pertanggung jawaban manusia terhadap
dirinya sendiri dan rasa syukur manusia terhadap apa yang diciptakan-Nya.
Maka dari itu kedua kebutuhan tersebut (jasmani & rohani) harus dipenuhi
agar semua yang dilakukan tidak sia-sia dan mendapatkan ridho-Nya. Ibadah
bermakna melakukan ketaatan dalam mencapai keridhaan Allah SWT dan
mengharapkan Pahala-Nya di akhirat.1 Dalam memenuhi kebutuhan rohani
agama adalah cara manusia mengenal rohaninya yang berkaitan dengan hati
nuraninya.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”. (Adz Dzariyat: 56)
Persoalan etos kerja ini perlu diperhatikan yang seharusnya setiap
karyawan ingin merasakan ketentraman, kenyamanan serta kebahagiaan
dalam hidupnya baik itu bekerja maupun dalam bermasyarakat (sosial),
dan pada kenyataannya karyawan tertekan ditempat kerjanya, merasa tidak
nyaman dan tidak memiliki etos dalam bekerja. Dari persoalan tersebut
berdampak pada perusahaan yang berakibat menurunnya penghasilan
pabrik, produktivitas menurun dan bahkan perusahaan sampai mengalami
kebangkarutan. Dengan beragama, manusia dapat hidup dengan aman,
1 Hasby As-shiddiqy, Kuliah Ibadah, (Jakarta: Bulan Bintang, 9145), Cet. 1, h. 4
2
tentram dan bahagia. Agama adalah petunjuk kebenaran dan sumber moral
bagi kehidupan manusia serta memiliki nilai-nilai untuk pribadi maupun
sosial. Tercatat ada Delapan perusahaan yang bangkrut di Tahun 2017,
salah satu penyebabnya karena pengelolaan perusahaan yang tidak baik
dan karyawan bekerja tidak memiliki etos.2
Salah satu aspek yang menentukan dalam suatu pekerjaan ialah
faktor kematangan mental, kemantapan rohaniah atau persiapan bathin,
kebulatan tekad dan kemauan keras (azam). Bagaimanapun modernnya
alat-alat kerja dan teknologi yang canggih, jika pekerja-pekerja memiliki
mental dan semangat yang rapuh, maka tujuan pekerjaan tidak akan
tercapai. Membangun mental (kejiwaan) diperlukan berwujud lebih dahulu
menyongsong kebangunan fisik material. Dengan kata lain bahwa
Membangun fisik material tidak akan terlaksana dan berwujud jika para
pelaku pembangunan tidak memiliki kesiapan mental.3
Manusia diciptakan dengan berbagai kelengkapan subjektif dan
objektif untuk bekerja. Anatomi manusia ciptaan Allah dilengkapi dengan
anggota-anggota tubuh yang memang praktis untuk bekerja, terutama
kedua tangan, kaki, pancaindera dan lain-lain. Allah SWT
menganugerahkan akal pikiran, sebagai tuntunan, pedoman dan petunjuk
melalui risalah yang dibawa Nabi SAW, dalam risalah yang mengandung
pedoman hidup yang lengkap dan lurus terdapat pula etos kerja, berupa
pedoman dan tuntunan dalam bekerja supaya karyanya sukses dan berkah.
Etos kerja yang datang dari Allah Pencipta dan Penguasa alam raya yang
paling tepat dan yang hak, karena tiada lagi keterampilan dan pengaturan
dari makhluk manapun yang mampu menandinginya.4
2 Diakses melalui situs, http://kabar24.bisnis.com/read/20171228/16/721762/ini-daftar-
perusahaan-yang-pailit-sepanjang-2017, di upload pada tanggal 28 Desember 2018 Pukul 12:37
Wib oleh: Deliana Pradhita Sari. Diakses pada tanggal 14 Juli 2018 Pukul. 01:45 Wib 3 Hamzah Ya‟qub, Etos Kerja Islami, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1992), Cet. 1, h.
71. 4 Hamzah Ya‟qub, Etos Kerja Islami, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1992), Cet. 1, h. 1.
3
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
(At-Taubah: 105)
Tumbuhnya kesadaran akan spritualitas di dunia kerja akhir-akhir
ini menjadi salah satu tema penting di berbagai negara dan menjadi
perhatian serius di berbagai bidang organisasi/perusahaan. Seperti yang
yang terjadi di perusahaan pabrik sepatu CV. Kakang Prabu para
karyawan mulai mencari kebutuhan rohani di kehidupan kerja dan
berusaha memaknainya dalam berbagai bentuk.
Untuk memiliki komitmen yang kuat terhadap perusahaan,
karyawan harus menerapkan etos kerja yang islami dalam menjalankan
tugasnya. Baik dalam organisasi tempat bekerja maupun dalam
kesehariannya. Etos kerja dalam Islam hasil suatu kepercayaan seorang
muslim, bahwa kerja mempunyai kaitan dengan tujuan hidupnya, yaitu
memperoleh perkenan dari Allah Swt. Berkaitan dengan ini, penting untuk
ditegaskan pada dasarnya, Islam adalah agama amal atau kerja (praxis).
Inti ajarannya bahwa hamba mendekati dan berusaha memperoleh ridha
Allah melalui kerja atau amal shaleh, dan dengan memurnikan sikap
penyembahan hanya kepada Nya. (Irham dan Nurcholis).5
Bekerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan
untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani), dan di dalam
mencapai tujuannya, dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk
5 Putri Mauliza, Rusli Yusuf, Roli Ilhamsyah, Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam
Volume 2 Nomor 2, September 2016 ISSN. 2502-6976, h. 188, diakses melalui situs
jurnal.unsyiah.ac.id/JPED/article/download/6693/5482 pada tanggal 27 desember 2017
4
mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya
kepada Allah.6
Bimbingan rohani yang diadakan perusahaan pabrik sepatu ini
diharapkan dapat menumbuhkan etos kerja, meningkatkan kepedulian
terhadap sesama masyarakat (hablumminannas), agar para karyawan sadar
akan kewajibannya yaitu menjadi hamba Allah yang taat dengan
melaksanakan segala perintahnya dan kewajibannya sebagai karyawan
yaitu bekerja dengan penuh tanggung jawab dan peduli kepada sesama
manusia.
Melihat dari uraian diatas, betapa pentingnya melibatkan
kehidupan agama dalam kehidupan individu. Sehingga perusahaan
berusaha untuk memfasilitasi kehidupan rohaniyah karyawan yaitu,
dengan memberikan fasilitas-fasilitas keagamaan individu.
Selain tempat kerja atau mencari rezeki, perusahaan pun dapat
menjadi lapangan dalam membentuk ketahanan spritual dan akhlak mulia.
Menurut Musa Asyari “terbentuknya kepribadian yang baik tidak hanya
ditentukan oleh kualitas pendidikan dan prestasi yang berhubungan dengan
propesi dan dunia kerja, akan tetapi ditentukan juga oleh faktor-faktor
yang berhubungan „dengan inner life-nya, suasana batin dan semangat
hidup yang bersumber kepada iman. Maka dari itu, salah satu hal yang
dicari sebagai sumber untuk menumbuhkan motivasi kerja adalah agama.7
Kepedulian perusahaan terhadap agama salah satunya dibuktikan
dengan dibentuknya pembinaan rohani terhadap karyawan yaitu kegiatan
keagamaan. Dan kegiatan ini diharapkan berdampak pada Etos Kerja
karyawan, sehingga memiliki ketahanan spritual, dan akhlak yang mulia
yang dapat diwujudkan pada pelaksanaan tugas karyawan terhadap
perusahaan itu sendiri.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
mengetahui Efektivitas Bimbingan Rohani Islam dalam meningkatkan
6 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Isalmi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002),
Cet. I, h. 27 7 Musa Asyari, Etos Kerja dan Pembangunan Ekonomi Umat, (Jogjakarat: Lesfi, 1997),
Cet. I, h.35.
5
produktivitas kerja karyawan yang dilaksanakan di kantor atau perusahaan
dalam bentuk karya ilmiah yang berjudul “Efektivitas Bimbingan
Rohani Islam Dalam Meningkatkan Etos Kerja Karyawan di
Perusahaan Pabrik Sepatu CV. KAKANG PRABU, Kp. Katomas,
Tigaraksa Banten”.
B. Identifikasi Masalah
Persoalan etos kerja
1. Kebijakan perusahaan
2. Sistem kerja
3. Kondisi rohani karyawan
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini tidak mengalami perluasan masalah
dan melebar topik permasalahan, maka penulis perlu membuat batasan
masalah yang akan dibahas, pembatasan tersebut dibatasi yaitu
“Efektivitas Bimbingan Rohani Islam Dalam Meningkatkan Etos Kerja
Karyawan di Perusahaan Pabrik Sepatu CV. KAKANG PRABU,
Tigaraksa Tangerang Banten”.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis uraikan
perumusan masalah pada skripsi ini dalam bentuk pertanyaan:
a. Efektifkah bimbingan rohani dalam meningkatkan etos kerja karyawan
di perusahaan Pabrik Sepatu?
b. Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan rohani dalam meningkatkan
etos kerja karyawan
c. Bagaimana metode bimbingan rohani dalam meningkatkan Etos kerja
karyawan di perusahaan pabrik sepatu?
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui keefektifan bimbingan rohani Islam dalam
meningkatkan etos kerja karyawan di perusahaan pabrik sepatu.
6
b. Untuk mengetahui proses pelaksanaan bimbingan rohani dalam
meningkatkan etos kerja karyawan.
c. Untuk mengetahui metode bimbingan rohani islam dalam
meningkatkan etos kerja karyawan di perusahaan pabrik sepatu.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangsih pemikiran yang akan menjadi bahan masukan kepada
Perusahaan Pabrik Sepatu dalam melakukan bimbingan rohani
Islam sehingga kebutuhan rohani dan jasmani karyawan terpenuhi.
b. Manfaat Akademis
Secara akademis hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
acuan untuk para penyuluh dan diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi pengembangan keilmuan dan kurikulum khususnya di
Jurusan Bimbangan dan Penyuluhan Islam.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sebelumnya mengadakan
penelitian lebih lanjut kemudian menyusun menjadi suatu karya ilmiah, maka
langkah awal yang penulis tempuh adalah mencari informasi serta
mengumpulkan terlebih dahulu terhadap objek penelitian yang penulis ambil
untuk dijadikan sebuah karya ilmiah tujuannya adalah untuk mengetahui
apakah objek yang penulis teliti ini sebelumnya sudah ada yang
melaksanakan penelitian dalam sebuah karya ilmiah.
Tinjauan pustaka yang penulis telusuri:
1. “Pengaruh Pembinaan Rohani Islam Terhadap Motivasi Kerja
Karyawan di PT. United Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur”, yang
disusun oleh Titian Wahyu, 108052000008, mahasiswa Jurusan
Bimbangan dan Penyuluhan Islam tahun 2013. Penelitian dalam skripsi ini
menjelaskan pengaruh pembinaan rohani islam terhadap motivasi kerja
karyawan di PT. United Tractors Tbk. Metode yang digunakan adalah
metode penelitian kuantitatif dimana dalam penelitian ini penulis
menggunakan teori pembinaan rohani islam dan motivasi kerja untuk
7
melihat seberapa besar pengaruh pembinaan rohani terhadap motivasi
kerja karyawan yang menjadi bagian dari program PT. United Tractors
Tbk.
2. “Efektivitas Bimbingan Rohani Dalam Menumbuhkan Etos Kerja
Personil Komando Pendidikan Angkatan Udara (KODIKAU)”, yang
disusun oleh Fenti Agustias Hasibuan, 10805200006, mahasiswi Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 2013. Adapun penelitian tersebut
menjelaskan tentang efektivitas bimbingan rohani dalam menumbuhkan
etos kerja personil komando pendidikan angkatan udara. Metodologi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dimana subjeknya adalah
efektivitas bimbingan rohani islam dan objeknya adalah efektivitas
bimbingan rohani islam dalam menumbuhkan etos kerja personil komando
pendidikan angkatan udara. Penelitian ini mendeskripsikan pelaksanaan
dan kegiatan bimbingan rohani di komando angkatan udara dan efek
bimbingan rohani terhadap personil komando.
3. “Pengaruh Bimbingan Rohani Mental Islam Terhadap Pemahaman
dan Kesadaran Keagamaan Anggota di Markas Korps Brimob
Kelapadua Depok”, yang disusun oleh Irhamna Romadlon,
108052000001, mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
tahun 2013. Adapun penelitian dari skripsi ini menjelaskan pengaruh
bimbingan rohani mental islam terhadap pemahaman dan kesadaran
keagamaan anggota di Markas Korps Brimob Kelapdaua Depok. Metode
penelitian yang digunakan adalah metodologi kuantitatif. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan teori pembinaan rohani mental islam
dan pemahaman dan kesadaran beragama. Adapun tujuan dari penelitian
ini untuk melihat apakah pembinaan rohani mental islam berpengaruh
terhadap pemahaman kesadaran beragama anggota Brimob di Markas
Korps Brimob Kelapadua Depok.
4. “Peran Pembimbing Rohani Islam Dalam Menumbuhkan Etos Kerja
Pada Warga Binaan Sosial (WBS) Di Panti Sosial Bina Insan Bangun
Daya 2 Ceger Jakarta Timur”, yang disusun oleh Haula Sofiana,
1110052000018, mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
8
tahun 2014. Penelitian dalam skripsi ini berfokus pada peran pembimbing
rohani dalam menumbuhkan etos kerja.
Berbeda dari pembahasan-pembahasan skripsi diatas, skripsi kali
ini lebih memfokuskan pada Efektivitas Bimbingan Rohani Dalam
Meningkatkan Etos Kerja Karyawan di perusahaan pabrik sepatu CV.
Kakang Prabu.
F. Sistematika Penulisan
Pada penulisan skripsi, penulis berpedoman dan mengacu kepada
buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk memudahkan
penulisan, maka penulis membagi pembahasan penelitian ini menjadi lima
bab dan setiap bab terdapat sub-bab dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I: Pendahuluan
Bab pendahuluan merupakan uraian umum dari skripsi ini. Isinya
menjelaskan latar belakang masalah penulisan, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.
BAB II: Tinjauan Teoritis
Dalam bab ini membahas secara detail tentang pengertian
efektivitas, pengukuran efektivitas, pengertian bimbingan rohani,
tujuan bimbingan rohani, fungsi bimbingan rohani, metode
bimbingan rohani, pengertian etos kerja, faktor mempengaruhi etos
kerja, dan ciri etos kerja muslim.
BAB III: Metodologi Penelitian
Bab ini membahas metodologi yang digunakan, subjek dan objek
penelitian, waktu dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data
dan teknik analisis data.
BAB IV: Gambaran Umum dan Hasil Penelitian
Bab ini memaparkan sejarah perusahaan, profil perusahaan,
struktur organisasi dan visi dan misi perusahaan. Dan bab ini
memaparkan pembahasan inti dari hasil penelitian, yang berisi
9
mengungkap secara detail tentang efektivitas bimbingan rohani
dalam meningkatkanetos kerja karyawan.
BAB V: Penutup
Sebagaimana lazimnya dalam sebuah laporan hasil penelitian,
dalam bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan implementasi
yang merupakan dari rumusan masalah yang diajukan pada bab
pertama dan saran-saran.
10
BAB II
Kajian Teori
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia yaitu: ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)
manjur atau mujarab (tentang obat); dapat membawa hasil; berhasil guna
(tentang usaha, tindakan) mangkus; mulai berlaku (tentang undang-
undang, peraturan).1
Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti
berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah
populer mendefenisikan efektivitas sebagai ketetapan penggunaan, hasil
guna atau menunjang tujuan. Efektivitas adalah suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah
tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi
efektivitasnya.2
Beberapa pakar menjelaskan tentang efektivitas antara lain:
1. Sumanth, menjelaskan bahwa efektif adalah seberapa baik tujuan yang
dapat dicapai, merupakan prestasi yang dicapai dibandingkan dengan
yang mungkin dicapai, dengan tetap mempertahankan mutu.
2. Stoner, menjelaskan efektivitas adalah konsep yang luas mencakup
berbagai faktor di dalam maupun diluar organisasi, yang berhubungan
dengan tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai
tujuan atau sasaran organisasi.3
3. Suharto, menerangkan efektivitas merupakan keterangan yang
artinya ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam pencapaian
tujuan.4
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3, Cet. IV
(Jakarta: Balai {Pustaka, 2007), h. 284 2 Hidayat, Efektivitas Dalam Kinerja Karyawan, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1986), h. 30 3 Darsono, Tjatjuk Siswandoko, Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21, (Jakarta:
Nusantara Consulting, 2011), h. 196. 4 Hasan Shadly, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1990), h. 207.
11
Menurut H. Emerson dalam buku Soewarno Handayaningrat
menjelaskan bahwa efektifitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya
sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, jelasnya apabila
sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan
sebelumnya adalah efektif. Jadi apabila tujuan atau sasaran itu tidak
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, maka pekerjaan itu tidak
efektif. 5
Dari pengertian diatas menurut para ahli penulis mendefenisikan
efektivitas adalah sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik untuk
mencapai suatu tujuan yang sudah direncanakan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Pengukuran Efektivitas
Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif atau
tidak, sebagaimana dikemukakan oleh S.P. Siagian (1978: 77) yaitu:6
a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan supaya
karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan
tujuan organisasi dapat tercapai.
b. Kejelasan strategi pencapain tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah
“pada jalan” yang dikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam
mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak
tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.
c. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan
tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya
kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha
pelaksanaan kegiatan operasional.
d. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan
sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.
e. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu
dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila
5 Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, (Jakarta: Haji
Masagung, 1990), Cet. X, h. 16. 6 http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektivitas/, diakses pada tanggal 09
Agustus 2017.
12
tidak, para pelaksanaan akan kurang memilki pedoman bertindak dan
bekerja.
f. Tersedianya sarana dan prasaran kerja, salah satu indikator efektivitras
organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif. Dengan sarana
dan prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh oragnisasi.
g. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimana pun baiknya suatu
program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka
organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan
pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.
h. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat
sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut
terdapatnnya sistem pengawasan dan pengendalian.
Pengukuran efektivitas menurut FX Suwarto upaya mengukur sejauh
mana tingkat keefektifan, terdapat 3 pendekatan dalam hal pengukuran, yaitu:
a. Pendekatan tujuan yang menekankan pada pentingnya pencapaian tujuan
sebagai kriteria penilaian keefektifan. Pendekatan ini digunakan secara
luas dalam usaha mengevaluasi dan mengukur tingkat keefektifan, dalam
praktek pendekatan menurut tujuan yang banyak digunakan adalah
manajemen berdasarkan sasaran (manajemen by objektif) adalah suatu
program yang mencakup tujuan-tujuan yang ditentukan secara
partisipatif, untuk suatu kurun waktu tertentu dengan umpan balik
mengenai kemajuan-kemajuan tujuan organisasi tersebut.
b. Pendekatan teori sistem, yaitu pendekatan yang menekakankan
pentingnya adaptasi tuntutan ekstern sebagai kriteria penilaian
keefektifan dalam pendekatan teori sistem ini dapat dilihat secara intern
dan ekstern, intern yaitu dengan cara melihat bagaimana manfaat orang
dan organisasi, sedangkan ekstern yaitu dapat menghubungkan transaksi
organisasi dengan orang atau lembaga lain.
c. Pendekatan teori multipel kontituensi, yaitu organisasi dapat dikatakan
efektif bila dapat terpenuhi tuntutan dari konstitusi yang terdapat dalam
13
lingkungan organisasi, yaitu konstituensi yang menjadi pendukung
kelanjutan eksistensi organisasi tersebut.7
untuk mencapai tujuan efektivitas harus didukung oleh beberapa
faktor:
a. Peningkatan kemampuan SDM: meningkatkan loyalitas, memperbaiki
perilaku etis, desentraliasi, mengelola konflik budaya dan konflik
kepentingan.
b. Peningkatan alat kerja: inovasi teknologi
c. Perbaikan metode kerja: riset ilmu
d. Kecukupan modal: meningkatkan modal permanen
e. Penyesuaian sasaran kerja: bertumpu pada kebutuhan konsumen
f. Perbaikan kualitas terus-menerus: kemampuan SDM, alat kerja, metode
kerja, dan produk.
g. Peningkatan produktivitas terus menerus: memperbesar output dan
reduksi biaya, manajemen mutu terpadu, dan mengadakan rekaya ulang.
h. Tanggap terhadap perubahan lingkungan nasional, regional, dan global.
B. Pengertian Bimbingan Rohani
1. Bimbingan
Secara etimologi (harfiah), kata bimbingan merupakan terjemahan
dari bahasa inggris “Guidance” yang berarti; menunjukkan, memberikan
jalan, menuntun, bantuan, arahan, pedoman dan petunjuk. Pengertian yang
lebih utuh dari kata bimbingan adalah usaha membantu orang lain dengan
mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang dimilikinya. Sehingga
dengan potensi itu, ia akan memilki kemampuan untuk mengembangkan
dirinya secara wajar dan optimal, yakni dengan cara memahami dirinya,
mengenal lingkungannya, mengarahkan dirinya, mampu mengambil
keputusan untuk hidupnya, dan dengannya ia akan dapat mewujudkan
7 FX. Suwanto, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogya, 1999),
Cet. ke -1, h. 5-8.
14
kehidupan yang baik, berguna, dan bermanfaat di masa kini dan masa yang
akan datang.8
Dr. Rachman Natawidjaja menyatakan “Bimbingan adalah suatu
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya
sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,
dan masyarakat serta kehidupan umumnya. Dengan demikian, ia dapat
mengecap kebahagiaan hidup dan dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya.9
Menurut Djumhur dan Moh. Surya, mengatakan bimbingan yaitu
suatu pemberian bantuan yang terus menerus, sistematis kepada individu
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan
untuk memahami dirinya sendiri (Self Understanding), kemampuan untuk
mengarahkan diri sendiri (Self Direction), dan kemampuan untuk
merealisir diri sendiri (Self Realization), sesuai dengan potensi atau
kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya, baik
lingkungan keluarga maupun masyarakat.10
Menurut Crow & Crow, bimbingan adalah bantuan yang diberikan
oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik
dan berpendidikan yang memadai kepada seseorang individu dari setiap
usia dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri,
mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan
memikul bebannya sendiri.11
Arthur Jones, memberikan batasan, bimbingan adalah suatu
bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam membuat
pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian serta dalam membuat
pemecahan masalah. Tujuan bimbingan adalah membantu menumbuhkan
8 M. lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 6. 9 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah 2010), Cet I, h.6
10 M. lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 7. 11
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah 2010), Cet I, h.5.
15
kebebasan serta kemampuannya agar menjadi individu yang bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri.12
Bimo Walgito, memberikan batasan mengenai bimbingan adalah
bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekelompok
individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di
dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu
dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.13
Bimbingan disamakan atau disejajarkan artinya dengan
penyuluhan, yakni suatu usaha memberikan bantuan, baik bantuan yang
berupa benda, nasihat, atau petunjuk informasi. Jadi, apabila seseorang
sudah memberikan bantuan berarti ia telah memberikan bimbingan atau
penyuluhan.14
Dari beberapa pendapat diatas penulis dapat mendefenisikan
bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terus menerus
kepada individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya sesuai dengan potensi atau kemampuan dalam mencapai
penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat,
dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan
pribadi dan kemanfaatan sosial.
2. Rohani
secara etimologis rohani berasal dari bahasa arab yaitu روحانى yang
mempunyai arti “mental”.15
Adapun secara terminologi defenisi rohani
terkait erat dengan defenisi ruh sebagaiman di uraikan Samudra berikut
ini:
“ruh adalah bagian yang halus dari susunan kehalusan manusia yang
memiliki kecenderungan kepada sifat-sifat Allah. Wujud dari ruh secara
riil pada jasmani ialah dalam bentuk sifat/akhlak atau perilaku manusia
yang baik sesuai pandangan Al-Qur‟an. Sedangkan kata rohani menunjuk
kepada bendanya yaitu tubuh roh itu sendiri. Kedua kata tersebut yakni ruh
12
Ibid, h.53. 13
Ibid, h.53. 14
Ibid, h.53. 15
Azhari Aziz Samudra, Eksistensi Rohani ManusiaI (Jakarta: Yayasan Majel‟is Taklim
HDH, 2004), h. 92.
16
dan rohani pada prinsipnya bermakna sama. Allah meniupkan ruh dan
sekaligus dengan inti hidup dan kecerdasan kepada setiap rohani manusia.
Dengan kata lain, setiap manusia yang hidup, masing-masing memiliki ruh
beserta inti hidup dan kecerdasan.16
Istilah ruh yang diucapkan dalam pergaulan sosial sehari-hari
sering disamakan dengan roh atau rohani. Kata rohani sendiri biasanya
dilawankan dengan jasmani, sehingga kedua kata ini merupakan dua aspek
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang memang
mengandung dua unsur tersebut. Rohani adalah spiritual yang berkaitan
dengan rasa batin yang tidak nampak dan tidak bisa diukur dengan kualitas
kebendaan, meskipun kualitas batin itu sendiri dapat saja muncul dari
benda-benda. Sedangkan jasmani adalah aspek fisik-materill yang bersifat
kebendaan. Ia dalam konteks jasmani-rohani adalah tubuh atau badan yang
kasat mata.17
Sebenarnya, dalam penggunaan kata “ruh” dan roh terdapat
perbedaan. Istilah “ruh” sering mengandung atau dekat maknanya dengan
jiwa atau semangat. Sedangkan kata roh dikonotasikan dengan nyawa yang
terdapat pada manusia. Ia yang dapat menyebabkan seseorang hidup atau
mati. Demikian juga kata roh itu dalam penggunaan sehari-hari sering
diartikan dengan roh manusia yang berada di alam ghaib atau akhirat.18
Dengan demikian kata ruh, roh, dan rohani banyak digunakan
dalam percakapan sehari-hari dengan pengertian yang berbeda-beda.
Pertanyaan yang sering muncul kemudian adalah apakah perbedaan antara
ruh dan roh dengan nyawa atau jiwa? Dalam bahasa Inggris, ruh atau roh
itu diterjemahkan sebagai “spirit”, sedangkan nyawa atau jiwa itu
diterjemahkan sebagai “soul”. Mengacu kepada al-Qur‟an, spirit itu
merupakan terjemahan dari kata “al-ruh”, sedangkan jiwa atau nyawa dari
kata “al-Nafs”.19
16
Azhari Aziz Samudra, Eksistensi Rohani ManusiaI (Jakarta: Yayasan Majelis Taklim
HDH, 2004), h. 92-93. 17
Ahmad Khalil, Merengkuh Bahagia Dialog Al-Qur’an, Tasawuf, dan Psikologi, (Malang:
UIN-Malang Press, 2007), Cet. I, h. 116 18
Ibid, h. 116 19
Ibid, h. 116
17
Struktur ruhani merupakan aspek psikologis dari struktur
kepribadian manusia. Aspek ini tercipta dari alam amar Allah yang
sifatnya ghaib. Ia diciptakan untuk menjadi substansi sekaligus esensi
kepribadian manusia. Eksistensinya tidak hanya di alam imateri, tetapi
juga di alam materi (setelah bergabung dengan fisik), sehingga ia lebih
dulu dan lebih abadi adanya daripada struktur jasmani. Naturnya suci dan
mengejar pada dimensi-dimensi spiritual. Kedirian dan kesendiriannya
mampu bereksistensi meskipun sifatnya di dunia imateri. Suatu tingkah
laku “ruhani” dapat terwujud dengan kesendirian struktur ruhani. Tingkah
laku menjadi aktual apabila struktur ruhani menyatu dengan struktur
jasmani.20
Menurut Jamaludin Kafie, dalam bukunya “Psikologi Dakwah”
menjelaskan rohani adalah bagian dari yang ghoib, dengan roh ini manusia
dapat mengenal dirinya sendiri dan mengenal Tuhan, serta menyadari
keberadaan orang lain (berkepribadian, berkebutuhan, dan
berkeprimanusiaan), serta tanggung jawab atas segala tingkah lakunya.21
Pembangunan mental, tak mungkin tanpa menanamkan jiwa agama
pada tiap-tiap orang, karena agamalah yang memberikan dari luar atau
polisi yang mengawasi atau mengontrolnya. Karena setiap kali terpikir
atau tertarik hatinya kepada hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agamanya,
taqwanya akan menjaga dan menahan dirinya dari kemungkinan jatuh
kepada perbuatan-perbuatan yang kurang baik.22
Mental yang sehat ialah yang iman dan taqwanya kepada Allah
SWT dan mental yang beginilah yang akan membawa perbaikan hidup
dalam masyarakat dan bangsa.23
Implikasi struktur ruhani dalam psikologi kepribadian islam di
antaranya: pertama, aspek periodesasi kepribadian manusia, bahwa rentang
kehidupan manusia tidak sebatas pada kehidupan dunia, tetapi terdapat
20
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007),
Cet. II, h.117. 21
Jamaludin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Penerbit Indah, 1993), h. 16. 22
Zakiyah Darajat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang,
1975), Cet.III, h. 40.
23
Zakiyah Darajat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1975), Cet.III, h. 41
18
kehidupan lain sebelum dan sesudah kehidupan dunia. Ada-sebelum-dunia
merupakan alam perjanjian (mitsaq) atau alam alastu (the day of alastu),
sedang ada-sesudah-dunia merupakan alam pembalasan (yawm al-din)
atau alam akhirat. Kedua, aspek konstruksi kepribadian manusia. Ditinjau
dari sudut konstruksi kebutuhan hidup, ruh manusia membutuhkan agama.
Agama merupakan „hidangan‟ ruhani yang dapat membimbing kehidupan
manusia ke arah fitrah aslinya, yaitu suci dan rindu akan kehadiran Allah
SWT. Ia berasal dari-Nya dan selanjutnya dengan agama ia dapat kembali
dan diterima secara radhiyah dan mardhiyah oleh-Nya. Eksistensi ruh
manusia sangat tergantung pada aktualisasi keberagamaannya. Tanpa
agama maka kehidupan manusia hanya seonggok tulang, daging, kulit dan
organ-organ biologisnya.24
Menurut Prof. H.M. Arifin. M.Ed, Bimbingan dan Penyuluh
Agama adalah bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik
lahiriah maupun batiniah, yang menyangkut kehidupan, dimasa kini dari
masa mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan bidang mental
spritual. Dengan maksud agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi
kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui
dorongan dari kekuatan iman, dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa.25
3. Pengertian Bimbingan Rohani
Menurut Lismidar, pada dasarnya bimbingan rohani merupakan
aktualisasi teologi yang dimanifestasikan dalam suatu kegiatan manusia
beriman sebagai makhluk sosial yang dilaksanakan secara teratur untuk
membina dan mengarahkan manusia, agar akidahnya mantap,
keyakinannya kokoh, bertambah taqwa kepada Allah SWT, taat
melaksanakan ibadah dan memantapkan kesadaran beragama, sehingga
dapat membawa seseorang menjadi lebih tenang dalam permasalahan, dan
jauh dari rasa cemas.26
24
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007),
Cet. II, h.122 25
H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.
Golden Terayon Press1998), Cet. VI, h. 2. 26
Lismidar, “Tuntunan Rohani Islam Dalam Memenuhi Kebutuhan Spritual Pasien”,
Dalam Makalah Penataran Dakwah ke Rumah Sakit (Jakarta: 1993), h.1
19
Dari beberapa pendapat diatas penulis dapat mendefenisikan bahwa
bimbingan rohani adalah proses pemberian bantuan yang terus menerus
kepada individu maupun kelompok agar dalam memenuhi kebutuhannya
yaitu jasmani dan rohani (mental spritual) manusia dapat menjalankan
hidupnya dengan selaras dan seimbang (harmonisasi) untuk), sesuai
dengan ajaran agama sehingga tecapainya kehidupan bahagia dunia dan
akhirat.
4. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani
a. Tujuan bimbingan rohani
Dalam melaksanakan bimbingan rohani terhadap individu
maupun kelompok, terlebih dahulu si pembimbing mengetahui tujuan
dan fungsi dari pelaksanaan bimbingan rohani dilakukan agar
mendapatkan hasil yang baik sesuai apa yang direncanakan.
Samsul Munir Amin, secara umun dan luas program
bimbingan dilaksanakan dengan tujuan:
1. Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi.
2. Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan
produktif dalam masyarakat.
3. Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan
individu-individu yang lain.
4. Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan
kemampuan yang dimilikinya.27
Menurut Drs. H.M. Arifin, M.Ed., tujuan bimbingan agama
adalah sebagai berikut “Bimbingan dan penyuluhan agama
dimaksudkan untuk memabantu si terbimbing supaya memiliki
religious reference (sumber pegangan keagamaan) dalam memecahkan
problem. Bimbingan dan penyuluhan agama yang ditujukan kepada
27
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah 2010), Cet I,
h.38-39.
20
membantu si terbimbing agar dengan kesadaran serta kemampuannya
bersedia mengamalkan ajaran agamanya.28
Menurut Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan tujuan
bimbingan terkait dengan aspek karir:
1. Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait
dengan pekerjaan.
2. Memiliki sifat positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja
dalam bidang apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi
dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
3. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan
cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang
dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan
kesejahteraan kerja.
4. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang
kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang
sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial
ekonomi.
5. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir.
Apabila seorang siswa bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia
senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan
yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
6. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minta. Keberhasilan atau
kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan
dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, setiap orang perlu
memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa
dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.29
Menurut M. Lutfi, tujuan bimbingan adalah
1. Melakukan bimbingan dan penyuluhan (konseling) mengenai tata
cara pengalaman Islam, memahami dan melaksanakan ajaran Islam
28
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah 2010), Cet I, h.
39 29
Syamsu Yusuf, A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006) Cet. II, h. 15
21
dengan benar, sesuai dengan ketentuan al-Qur‟an dan sunnah
Rasul-Nya.
2. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah yang timbul
sebagai efek dari interaksi personel dan kelompok (keluarga)
dengan pendekatan Islam .
3. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah psikologis
keluarga dan komunitas muslim, karena adanya masalah internal
keluarga yang terjadi pada salah satu anggota keluarga itu; dengan
menerapkan konseling dan psiko-terapi Islam.
4. Memabantu mengatasi dan memecahkan masalah mental/kejiwaan
individu dan keluarga yang timbul karena penyakit fisik yang
dideritanya, seperti depresi yang dialami pasien rumah sakit, maka
bimbingan dan penyuluhan bertujuan memeberikan terapi terhadap
mentalnya, sehingga dapat mempercepat penyembuhan sakit fisik
yang dideritanya.
5. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental/spritual
yang dialami penyandang masalah-masalah sosial (pathologis) dan
cacat fisik pada lembaga-lembaga rehabilitasi sosial, seperti tuna
netra, ketergantungan zat adiktif (narkoba), wanita tuna susila
(WTS) dan sebagainya.
6. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental/spritual
yang dialami para tahanan (narapidana) dirumah tahanan (rutan)
dan lembaga pemasyarakatan (lapas). Serta pembinaan mental bagi
anak jalanan (anjal), panti jompo dan masalah sosial yang lainnya.
7. Dan memberikan bimbingan atau konseling bagi karyawan, tenaga
kerja dan prajurit guna meningkatkan kinerja dan produktivitas
kerja dengan pendekatan Islam.30
b. Fungsi bimbingan rohani
Fungsi bimbingan:
30
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 98-99.
22
1. Pemahaman, yaitu membantu peserta didik agar memiliki
pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan
pemahaman ini. Individu diharapakan mampu
mengembangkanpotensi dirinya dengan lingkungan secara dinamis
dan konstruktif.
2. Preventif, yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui
fungsi ini, konselor memeberikan bimbingan kepada siswa tentang
cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang
membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan
adalah layanan orientasi, informasi dan bimbingan kelompok.
3. Pengembangan, yaitu konselor senantiasa berupaya untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi
perkembangan siswa.
4. Perbaikan (penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat
kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan
kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut
aspek pribadi, sosial, belajart, maupun karir. Teknik yang dapat
digunakan ialah konseling, dan remedial teaching.
5. Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu
memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan
memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan
minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
6. Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan
khususnya konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan
program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat,
kemampuan dan kebutuhan individu. Dengan menggunakan
informasi yang memadai mengenai individu.
7. Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu
agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif
23
terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma
agama.31
Fungsi bimbingan secara tradisional dapat digolongkan kepaada
tiga fungsi:
1. Remedial atau rehabilitasi
Secara historis bimbingan dan konseling lebih banyak
memberikan penekanan pada fungsi remedial karena sangat
dipengaruhi oleh psikologi klinik dan psikiatri. Peranan remedial
berfokus pada masalah:
a. Penyesuaian diri
b. Menyembuhkan masalah psikologi yang dihadapi
c. Mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan
emosional.
2. Fungsi edukatif/pengembangan
a. Membantu membangkitkan keterampilan-keterampilan dalam
kehidupan
b. Mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah hidup
c. Membantu meningkatkan kemampuan menghadapi transisi
dalam kehidupan
d. Untuk keperluaan jangka pendek, bimbingan memabantu
individu-individu menjelaskan nilai-nilai, menjadi lebih tegas,
mengendalikan kecemasan, meningkatkan keterampilan
komunikasi antarpribadi, memutuskan arah hidup, menghadapi
kesepian, dan semacamnya.
3. Fungsi preventif
Fungsi ini membantu individu agar dapat berupaya aktif
untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami berbagai
masalah kejiwaan karena kurangnya perhatian. Upaya preventif
meliputi pengembangan berbagai strategi dan program yang dapat
31
Syamsu Yusuf, A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006) Cet. II, h. 16-17
24
digunakan untuk mencoba mengantisipasi dan menghindari risiko-
risiko hidup yang tidak perlu terjadi.
5. Metode Bimbingan Rohani
Metode dalam pengertian harfiah adalah jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari kata meta
yang berarti melalui dan hodos berarti jalan.32
Ada beberapa metode yang lazim dipakai dalam Bimbingan dan
Penyuluhan Agama:
a. Metode Wawancara
adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang
dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup
kejiwaan anak bimbing pada saat tertentu yang memerlukan bantuan.
b. Metode Group Guidance (bimbingan kelompok)
Bimbingan kelompok yaitu cara pengungkapan jiwa/batin serta
pembinaannya melalui kegiatan kelompok, seperti ceramah, diskusi,
seminar, simposium, atau dinamika kelompok (group dinamics).
Metode ini menghendaki agar setiap anak bimbingan melakukan
komunikasi timbal balik dengan teman-temannya, melakukan hubungan
interpersonel satu sama lain dan bergaul melalui kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat bagi peningkatan pembinaan pribadi masing-masing. Dalam
proses bimbingan kelompok ini pembimbing dan penyuluh agama
hendaknya mengarahkan minat dan perhatian mereka tentang hidup
kebersamaan dan saling tolong menolong dalam memecahkan
permasalahan bersama yang menyangkut kepentingan mereka bersama.
Disamping itu, pembimbing dan penyuluh agama juga hendaknya
mengendalikan dan mengamati setiap anak bimbing apakah mereka
bersikap pasif ataukah aktif terlibat didalam kegiatan kelompok. Bila
ternyata ada yang tidak aktif dalam mengikuti kegiatan kelompok,
maka dicatat dan dilain waktu anak tersebut dipanggil untuk
32
H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.
Golden Terayon Press1998), Cet. VI, h. 136
25
diwawancarai mengapa bersikap demikian, untuk selanjutnya dibantu
mengatasi kesulitan-kesulitan yang menghambat kegiatannya.
c. Metode Nondirektif (metode yang tidak mengarah)
Metode ini dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Client-centered, yaitu cara pengungkapan tekanan batin yang
dirasakan menjadi penghambat kemajuan belajar anak bimbing
dengan sistem pancingan yang berupa satu dua pertanyaan yang
terarah. Selanjutnya, anak bimbing (dalam hal ini) disebut client
diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menceritakan segala
peristiwa yang menekan batin yang disadari menjadi hambata
jiwanya.
2. Metode direktif, yaitu cara mengungkapkan tekanan perasaan yang
menghambat perkembangan perasaan yang menyebabkan
hambatan dan ketegangan, dengan cara client centered, yang
diperdalam dengan permintaan/persyaratan yang motivatif dan
persuasif (meyakinkan) untuk mengingat-ingat, serta didorong
untuk berani mengungkap perasaan tertekan sampai akar-akarnya.
Dengan demikian, anak bimbing dapat terlepas dari penderitaan
batin yang bersifat obsesif (yang menyebabkan iya terpaku pada
hal-hal yang menekan batinnya). Jadi, kedudukan pembimbing
sama dengan posisi seorang pastur yang memberikan biecht
(ampunan) dosa-dosa kliennya dengan mendengarkan
pengaduan/pengakuan mereka atas perbuatan dosa yang pernah
dilakukan dengan cara yang tidak bersifat imperatif (wajib). Akan
tetapi hanya berupa anjuran-anjuran yang tidak mengikat. Proses
pelaksanaan metode client-centered ini dipergunakan dalam proses
counseling.
d. Metode psikoanalitis (penganalisisan psikis)
Metode ini berasal dari teori teori psikonalisa Freud yang
dipergunakan untuk mengungkapkan segala tekanan perasaan terutama
perasaan yang tidak disadari. Menurut teori ini, manusia yang
senantiasa mengalami kegagalan usaha dalam mengejar cita-cita atau
26
keinginan, menyebabkan timbulnya perasaan tertekan yang makin lama
makin membengkak. Bilamana tumpukan perasaan gagal tersebut tidak
dapat diselesaikan, maka akan mengendap ke dalam lapisan bawah
sadarnya. Pada saat tertentu, perasaan tertekan ini dapat mencul
kembali ke permukaan dalam berbagai bentuk, antara lain berupa
mimpi-mimpi yang menyenangkan atau yang mengerikan, atau tingkah
laku yang serba salah tidak sengaja atau disadarinya,
Untuk memperoleh data-data tentang jiwa tertekan bagi
penyembuhan klien tersebut diperlukan metode psikoanalisis, yaitu
menganalisis gejala tingkah laku baik melalui mimpi atau tingkah laku
yang serba salah tersebut dengan menitik beratkan pada perhatian
berulang.
e. Metode Direktif
Metode ini lebih bersifat mengarahkan anak bimbing untuk
berusaha mengatasi kesulitan yang dihadapi pengarahan yang diberikan
kepada anak bimbing ialah dengan memberikan secara langsung
jawaba-jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sumber kesulitan
yang dihadapi/dialami anak bimbing.
Metode ini selain dipakai oleh para counselor pendidikan atau
counselor agama juga banyak digunakan oleh para dokter umum,
dokter jiwa (psycheater), penyuluh sosial (social worker) serta oleh
para ahli hukum (lawyer) dalam mencari data-data pribadi klien sebagi
bahan informasi untuk membantu menyelesaikan pemecahan problema
yang dihadapi.33
Menurut Samsul Munir Amin metode bimbingan Agama:
a. Metode Interview (Wawancara)
Interview (wawancara) informasi merupkan suatu alat untuk
memperoleh fakta/data/informasi dari murid secara lisan, jadi terjadi
pertemuan dibawah empat mata dengan tujuan mendapatkan data
yang diperlukan untuk bimbingan.
33
H. M, Umar, Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001)
Cet. II, h. 137-143.
27
Wawancara informatif dapat dibedakan atas wawancara yang
terencana (structured interview) dan wawancara yang tidak
terencana (nonstructured interview). Dalam wawancara yang
terencana, isi dan bentuk pertanyaan-pertanyaan telah dipikirkan
sebelumnya; demikian pula urutan dari hal-hal yang akan
ditanyakan. Interview dapat menggunakan suatu daftar pertanyaan
sebagai pedoman. Memang lebih baik menggunakan suatu daftar
pertanyaan sebagai pedoman. Memang lebih baik digunakan
wawancara yang terencana. Untuk menghemat waktu, interview
dapat mendasarkan pertanyaannya atas kuisioner yang telah diisi
beberapa waktu sebelumnya, dengan demikian wawancara berfungsi
sebagai pelengkap pada kuesioner. Apabila klien belum mampu
untuk mengisi suatu kuesioner, informasi harus diperoleh hanya
melalui wawancara.
b. Group Guidance (bimbingan kelompok)
Dengan menggunakan kelompok, pembimbing dan konseling
akan dapat mengembangkan sikap sosial, sikap memahami peranan
anak bimbing dalam lingkungannya menurut penglihatan orang lain
dalam kelompok itu (role reception) karena ia ingin mendapatkan
pandangan baru tentang dirinya dari orang lain serta hubungannya
dengan orang lain. Dengan deimikian, melalui metode kelompok ini
dapat timbul kemungkinan diberikannya group therapy
(penyembuhan gangguan jiwa melalui kelompok) yang fokusnya
berbeda dengan konseling. Terapi tersebut dapat diwujudkan dengan
penciptaan situasi kebersamaan hak secara cohesiveness
(keterikatan) antara satu sama lain maupun secara peresapan batin
melalui peragaan panggung dari contoh tingkah laku atau peristiwa
(dramatisasi). Homerooms atau diskusi kelompok, rapat-rapat,
keagamaan, karyawisata, sosio-drama dan psikodrama, dan
sebagainya sangat penting bagi tujuan tesebut.
c. Client Centered Method (metode yang dipusatkan pada keadaan
klien)
28
Metode ini sering juga disebut nondirective (tidak
mengarahkan). Dalam metode ini terdapat dasar pandangan bahwa
klien sebagai makhluk yang bulat yang memiliki kemampuan
berkembang sendiri dan sebagai pencari kemantapan diri sendiri (self
consistency).
Metode ini menurut Dr. Wiliam E. Hulme dan Wayne K.
Climer lebih cocok untuk dipergunakan oleh pastoral counselor
(penyuluh agama). Karena counselor akan lebih dapat memahami
kenyataan penderitaan klien yang biasanya bersumber pada perasaan
dosa yang banyak menimbulkan perasaan cemas, konflik kejiwaan,
dan gangguan jiwa lainnya. Dengan memperoleh insight dalam
dirinya berarti menemukan pembebasan dari penderitaannya.
d. Directive Counseling
Directive counseling sebenarnya merupakan bentuk
psikoterapi yang paling sederhana, karena konselor, atas dasar
metode ini, secara langsung memberikan jawaban-jawaban terhadap
problem yang oleh klien disadari menjadi sumber kecemasannya.
Metode ini tidak hanya dipergunakan oleh para counselor, melainkan
juga digunakan oleh para guru, dokter, social worker, ahli hukum,
dan sebagainya, dalam rangka usaha mencari tahu tentang keadaan
diri klien. Dengan mengetahui keadaan masing-masing klien
tersebut, konselor dapat memberikan bantuan pemecahan problem
yang dihadapi. Apabila problemnya menyangkut penyakit jiwa yang
serius, konselor melakukan refferal (pelimpahan) atau
mengirimkannya kepada psikiater (dokter jiwa).
Metode ini berlawanan dengan metode nondirectif atau client
centered, dimana konselor dalam interview nya, berada didalam
situasi bebas. Klien diberi kesempatan mencurahkan segala tekanan
batin sehingga akhirnya mampu menyadari tentang kesulitan-
kesulitan yang diderita. Dengan demikian, peranan konselor
hanyalah merefleksikan kembali segala tekanan batin atau perasaan
yang diderita klien. Jadi, konselor hanya bersikap menerima dan
29
menaruh perhatian terhadap penderitaan klien serta mendorongnya
untuk mengembangkan kemampuannya sendiri mengatasi problem
tanpa adanya paksaan mengikuti nasihat konselor.
e. Educative Method (metode pencerahan)
Metode ini sebenarnya hampir sama dengan metode client
centered diatas, hanya bedanya terletak pada usaha mengorek
sumber perasaan yang menjadi beban tekanan batin klien serta
mengaktifkan kekuatan/tenaga kejiwaan klien (potensi dinamis)
melalui pengertian tentang realitas situasi yang dialami olehnya.
Metode ini diperkenalkan oleh Dr. Seward Hiltner dalam
bukunya “pastoral counseing”. Hiltner menggambarkan bahwa
counseling agama itu sebagai suatu “turning the corner”, yakni
counseling Agama perlu membelokkan sudut pandang klien yang
dirasakan sebagai permasalahan hidupnya kepada sumber kekuatan
konflik batin, kemudian mencerahkan konflik tersebut serta
memberikan “insight” ke arah pengertian mengapa ia merasakan
konflik itu. Dengan demikian, klien akan mengerti dan memahami
sudut pandang baru serta posisi baru dimana ia berada. Hiltner jelas
mendasarkan metodenya tersebut pada prinsip-prinsip ilmu jiwa
dinamik (kekuatan pendorong dalam diri manusia) seperti nafsu dan
motivasi.
f. Psychoanalysis method
Metode psikoanalisis juga terkenal di dalam konseling yang
mula-mula diciptakan oleh Sigmund Freud. Metode ini berpangkal
pada pandangan bahwa semua manusia itu jika pikiran dan
perasaannya tertekan oleh kesadaran dan perasaan atau motif-motif
tertekan tersebut tetap masih aktif mempengaruhi segala tingkah
lakunya meskipun mengendap didalam alam ketidaksadaran (Das
Es) yang disebutnya “Verdrongen Complexen”.
30
C. Etos kerja
1. Pengertian Etos Kerja
Etos yang berasal dari kata Yunani, dapat mempunyai arti sebagai
sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai
bekerja. Dari kata ini lahirlah apa yang disebut dengan “ethic” yaitu,
pedoman, moral dan perilaku, atau dikenal pula etiket yang artinya
bersopan santun.34
Etos berasal dari bahasa yunani (ethos) yang memberikan arti
sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini
tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan
masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya,
serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini, dikenal pula etika,
etiket yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang
berkaitan dengan baik buruk (moral), sehingga dalam etos tersebut
terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan
sesuatu secara optimal, lebih baik, dan bahkan berupaya untuk mencapai
kualitas kerja yang sesempurna mungkin.35
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia etos adalah pandangan
hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Sedang etos kerja adalah
semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu
kelompok.36
Sejalan dengan itu Franz Magnis-Suseno berpendapat bahwa etos
adalah semangat dan sikap batin tetap seseorang atau sekelompok orang
sejauh di dalamnya termuat tekanan moral dan nilai-nilai moral tertentu.
Sedang Clif-ford Geertz mengartikan etos sebagai sikap yang mendasar
terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup.37
34 Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Jakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995),
Cet. II, h. 25 35 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Isalmi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002),
Cet. I, h.15 36 Sudirman Tebba, Bekerja Dengan Hati Bagaimana Membangun Etos Kerja Dengan
Spritualitas Religius, (Jakarta: Pustaka IrVan, 2009) Cet. II, h. 11
Ibid, h. 11
31
Etos kerja muslim dapat didefenisikan sebagai sikap kepribadian
yang melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu
bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya,
melainkan sebagai suatu menifestasi dari amal saleh dan mempunyai nilai
ibadah yang sangat luhur.38
Islam mengajarkan bahwa dalam menunaikan pekerjaan harus
didasari dengan hati yang sabar, ikhlas, amanah, dan istiqomah
(Sastrahidaya dalam Budhiarto).
Etos menyangkut semangat hidup, termasuk semangat kerja,
menuntut ilmu pengetahuan dan meningkatkan keterampilan agar dapat
membangun kehidupan yang lebih baik dimasa depan. Manusia tidak
dapat memperbaiki hidupnya tanpa semangat kerja, pengetahuan dan
keterampilan yang memadai tentang pekerjaan. Maka dari itu Islam
mempunyai pandang yang sangat positif terhadapa etos kerja.
Etos bukan sekedar bergerak atau bekerja, melainkan kepribadian
yang bermuatan moral dan menjadikan landasan moralnya tersebut sebagai
dirinya mengisi dan menggapai makna hidup yang diridhai-Nya,
menggapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat, sehingga etos kerja
berkaitan dengan semangat, kejujuran, dan kepiawaian dalam bidangnya
(profesional).39
Menurut Max Weber “kerja tidaklah sekedar pemenuhan
kebutuhan saja, tetapi kerja tugas yang suci. Pensucian kerja, (atau
perlakuan terhadap kerja sebagai suatu usaha keagamaan yang akan
menjamin kepastian dalam diri akan keselamatan).40
Dalam etos tersebut, ada semacam semangat untuk
menyempurnakan segala sesuatu dan menghindari segala kerusakan
(fasad) sehingga setiap pekerjaannya diarahkan untuk mengurangi bahkan
menghilangkan sama sekali cacat dari hasil pekerjaannya (no single
38 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Isalmi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002),
Cet. I, h. 27 39 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Isalmi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002),
Cet. I, h. 24 40
Taufiq Abdullah, Agama Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, (Jakarta:
LP3ES,1993), Cet. V, h. 9
32
defect). Sikap seperti ini dikenal dengan ihsan, sebagaimana Allah
menciptakan manusia dalam bentuknya yang paling sempurna (fi ahsani
taqwin). Senada dengan kata ihsan, di dalam al-Qur‟an kita temukan pula
kata itqan yang berarti proses pekerjaan yang sangat sungguh-sungguh,
akurat, dan sempurna (an-Naml: 88). Akibatnya secara muslim yang
memiliki kepribadian qur‟ani pastilah akan menunjukkan etos kerja yang
bersikap dan berbuat serta menghasilkan segala sesuatu seolah sangat
bersungguh-sungguh dan tidak pernah mengerjakan sesuatu setengah hati
(mediocre). Dengan etos kerja yang bersumber dari keyakinan qur‟an ada
semacam keterpanggilan yang sangat kuat dari lubuk hatinya.
Etos kerja muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus. Di
dalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin pemegang amanah,
termasuk para hakim, harus berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut,
sebagaimana Dawud sewaktu ia diminta untuk memutuskan perkara yang
adil dan harus didasarka pada nilai-nilai kebenaran.41
Artinya: ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut karena
kedatangan) mereka. mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut;
(Kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari Kami
berbuat zalim kepada yang lain; Maka berilah keputusan antara Kami
dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan
tunjukilah Kami ke jalan yang lurus. (Q.S Shaad: 22)
Etos bukan sekedar bergerak atau bekerja, melainkan kepribadian
yang bermuatan moral dan menjadikan landasan moralnya tersebut sebagai
dirinya mengisi dan menggapai makna hidup yang diridhai-Nya,
41 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Isalmi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002),
Cet. I, h. 22
33
menggapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat, sehingga etos kerja
berkaitan dengan semangat, kejujuran, dan kepiawaian dalam bidangnya
(profesional). Ali bin Abi Thalib r.a, berkata, „mencukupkan diri dengan
sesuatu yang berada ditanganmu adalah lebih kusukai bagimu daripada
usahamu memperoleh apa yang ada di tangan orang lain. Pahitnya
kegagalan untuk memiliki sesuatu adalah lebih manis daripada meminta-
minta kepada orang lain. Pekerjaan tangan yang paling sederhana
sekalipun, demi mempertahankan harga diri, jauh lebih utama daripada
kekayaan yang disertai penyelewangan.42
Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa etos kerja
adalah sikap, keyakinan dan pandangan hidup akan nilai kerja, yang
dibentuk oleh dimensi internal dan eksternal. Dimensi internal adalah
sesuatu yang berasal dari dalam diri, sedang dimensi eksternal adalah
bentukan dari luar, baik itu keluarga, masyarakat, budaya.
2. Pengertian Efektivitas Bimbingan Rohani Dalam Meningkatkan Etos
Kerja
Dari pengertian dari keseluruhan teori yang telah dikemukakan
para ahli penulis menyimpulkan bahwa efektivitas bimbingan rohani
dalam meningkatkan etos kerja adalah keberhasilan dalam mencapai suatu
tujuan yaitu proses pemberian bantuan yang terus menerus kepada
individu maupun kelompok agar dalam memenuhi kebutuhannya yaitu
jasmani dan rohani (mental spritual) manusia dapat menjalankan hidupnya
dengan selaras dan seimbang (harmonisasi) pandangan hidup akan nilai
kerja sesuai dengan ajaran agama sehingga tecapainya kehidupan bahagia
dunia dan akhirat.
3. Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja
Dalam pembentukannya, etos kerja dipengaruhi oleh banyak faktor
potensial. Cherrington (dalam Hill: 1996) memaparkan bahwa etos kerja
adalah norma budaya yang menempatkan nilai-nilai positif untuk
melakukan pekerjaan yang baik. Hal ini mengacu pada keyakinan bahwa
42 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Isalmi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002),
Cet. I, h. 24
34
kerja memiliki nilai penting di dalamnya. Braude (dalam Hill,
1996).memaparkan bahwa faktor lain yang mampu membentuk
pembentukan etos kerja adalah sosialisasi yang tampak pada lingkungan
kerja.43
Sebagaimana layaknya norma budaya lainnya, keterikatan individu
akan etos kerjanya terpengaruh pada pengalaman sosialnya selama masa
kanak-kanak dan masa remajanya, yakni melalui interaksinya dengan
keluarga, teman dan juga orang yang lebih dewasa darinya.
Tasmara memaparkan bahwa etos dibentuk oleh berbagai
kebiasaan, pengaruh budaya serta sistem nilai yang diyakini.44
Miller &
Form (dalam Asifudin) memaparkan bahwa etos kerja dipengaruhi oleh
faktor usia, jenis kelamin dan latar belakang pendidikan; dan dalam
disertasinya, Asifudin menyimpulkan bahwa etos kerja dapat dipengaruhi
oleh dimensi individual, sosial, lingkungan alam dan juga dimensi
transedental. Yang dimaksud dimensi transendental adalah dimensi yang
melampaui batas-batas nilai materi; yakni dengan menjadikan kerja
sebagai satu bentuk ibadah.45
Asy‟ari mengungkapkan pembentukan dan penguatan etos kerja
tidak semata-mata ditentukan oleh kualitas pendidikan dan prestasi yang
berhubungan dengan profesi dan dunia kerja. Tetapi ditentukan juga oleh
faktor-faktor yang berhubungan erat dengan inner life, suasana batin dari
semangat hidup yang bersumber dari keyakinan atau keimanan.46
4. Ciri Etos Kerja Muslim
a. Memiliki Jiwa Kepemimpinan (leadership)
Berulang kali kita membaca istilah “khalifah fil ardhi” yang
berarti pemimpin, subjek, pengambil keputusan atau yang aktif
berperan.Memimpin berarti mengambil peran secara aktif untuk
43 Sari Narulita, Etos Kerja Dalam Islam, Vol IV, No. 1, 2008, h. 56. Universitas Negeri
Jakarta. Di akses melalui situs http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jsq/article/view/2411 44 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Isalmi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002),
Cet. I, h.15 45
Sari Narulita, Etos Kerja Dalam Islam, Vol IV, No. 1, 2008, h. 57. Universitas Negeri
Jakarta. Di akses melalui situs http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jsq/article/view/2411 46
Musa Asyari, Etos Kerja dan Pembangunan Ekonomi Umat, (Jogjakarat: Lesfi, 1997),
Cet. I, h.35.
35
mempengaruhi orang lain, agar orang lain tersebut dapat berbuat
sesuai dengan keinginannya.
Kepemimpinan berarti kemampuan untuk mengambil posisi dan
sekaligus memainkan peran (role), sehingga kehadiran dirinya
memberikan pengaruh pada lingkungannya. Seorang pemimpin adalah
seorang yang mempunyai personalitas yang tinggi. Dia larut dalam
keyakinan tetapi tidak segan untuk menerima kritik, bahkan mengikuti
apa yang terbaik.
b. Selalu Berhitung
Sebagaimana Rasulullah bersabda dengan ungkapannya yang
paling indah: “Bekerjalah untuk duniamu, seakan-akan engkau akan
hidup selama-selamanya dan beribadahlah untuk akhirat seakan-akan
engkau akan mati besok”.
Umar bin Khattab pernah berkata: “Maka hendaklah kamu
menghitung dirimu sendiri, sebelum datang hari dimana engkau yang
akan diperhitungkan dan hal ini sejalan dan senapas dengan firman
Allah yang bersabda: “hendaklah kamu menghitung diri hari ini untuk
mempersiapkan hari esok” (Q.S 59: 18).
Setiap langkah dalam kehidupannya selalu memperhitungkan
segala aspek dan resikonya (what if principle) dan tentu saja sebuah
perhitungan yang rasional, tidak percaya dengan tahayul apalagi
segala macam mistik atribut kemusyrikan. Komitmen pada janji dan
disiplin pada waktu merupakan citra seorang muslim sejati. Didalam
bekerja dan berusaha, akan tampaklah jejak seorang muslim yang
selalu teguh pendirian, tepat janji dan berhitung dengan waktu.
c. Menghargai Waktu
Waktu baginya adalah rahmat yang tiada terhitung nilainya.
Baginya pengertian terhadap makna waktu merupakan rasa tanggung
jawab yang sangat besar. Sehingga sebagai konsekuensi logisnya dia
menjadikan waktu sebagai wadah produktivitas. Ada semacam bisikan
36
dalam jiwanya jangan lewatkan barang sedikit pun kehidupan ini
tanpa memberi arti.
Secara sangat sederhana salah satu bukti mengaktualkan ayat
Al-Qur‟an yang berkaitan dengan waktu tersebut tampaklah bahwa
setiap muslim adalah manusia yang senang menyusun jadwal harian
mampu merencanakan pekerjaan dan program-programnya. Itulah
sebanya, setiap muslim seharusnya memiliki buku agenda kerja, dan
agenda atau catatan harian seorang muslim itu, sarat dengan berbagai
catatan yang menunjukkan kesadaran terhadap waktu.
Seorang mujahid adalah tipikal manusia yang sangat
memperhatikan waktu. Baginya waktu adalah sehelai kertas
kehidupan yang harus ditulis dengan deretan kalimat kerja dan
prestasi. Dia akan merasakan kehampaan yang luar biasa apabila
waktu yang dilaluinya tidak diisi dengan kreasi, kalimat kerjanya
terputus atau bahkan dia akan merasakan kekosongan jiwa, apabila
ada waktu yang kosong serta tidak mempunyai nilai apa pun.
d. Dia tidak pernah merasa puas berbuat kebaikan
Karena merasa puas di dalam berbuat kebaikan adalah tanda-
tanda kematian kreatifitas. Sebab itu sebagai konsekuensi logisnya,
tipe seorang mujahid itu akan tampak dari semangat juangnya, yang
tak mengenal lelah, tidak ada kamus menyerah, pantang surut apalagi
terbelenggu dalam kemalasan yang nista.
Sekali dia berniat, tak ada satu benteng menghalanginya, tak ada
samudera yang menakutkannya. Keberanian yang berjodoh dengan
ilmu yang tajam diarahkannya untuk membuahkan prestasi amaliah.
b. Hidup berhemat dan efisien
Orang yang berhemat adalah orang yang mempunyai pandangan
jauh kedepan:
37
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S
Al-Hasyr: 18)
Dia berhemat bukanlah dikarenakan ingin menumpuk kekayaan,
sehingga melahirkan sifat kikir individualitis. Tetapi berhemat
dikarenakan ada satu reserver, bahwa tidak selamanya waktu itu
berjalan secara lurus, ada up and down, sehingga berhemat berarti
mengestimasikan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
c. Memiliki jiwa wiraswasta (entrepreneurship)
Dia memiliki semangat wiraswasta yang tinggi, tahu
memikirkan segala fenomena yang ada di sekitarnya, merenung dan
kemudian bergelora semangatnya untuk mewujudkan setiap
perenungan batinnya dalam bentuk yang nyata dan realistis nuraninya
sangat halus dan tanggap terhadap lingkungan dan setiap tindakannya
diperhitungkan dengan laba rugi, manfaat atau mudharat.
Bukankah sejarah Rasulullah , telah membuktikan betapa Rasul
mengikuti jejak kaum quraisy untuk berniaga ke Syam dan kemudian
betapa Rasul menjadi pengembala, seakan-akan sebuah latihan
panjang dari Rasul untuk mendapatkan makna entrepeneur dan
kepemimpinan.
Sungguh sangat bijak apabila kita mau menyimak dan
mengahayati dengan penuh rasa tanggung jawab akan sabda
38
Rasulullah yang mengatakan “sesungguhnya Allah sangat cinta
kepada seorang mukmin yang berpenghasilan).
d. Memiliki insting bertanding & bersaing
Semangat bertanding merupakan sisi lain dari citra seorang
muslim yang memiliki semangat jihad. Panggilan untuk bertanding
dalam segala lapangan kebajikan dan meraih prestasi, dihayatinya
dengan penuh rasa tanggung jawab sebagai panggilan Allah dan
sekaligus sebagai pembuktian ayat Quraniah yang telah menggoreskan
kalam-Nya yang sangat motivatif sebagaimana firman-Nya:
Artinya: dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia
menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat)
kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan
kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu (Q.S Al-Baqarah: 148).
Sebagai seorang yang ingin menjadi the winner dalam setiap
pertandingan dia selalu melakukan latihan, menjaga seluruh kondisi
yang dimilikinya serta sangat kritis untuk menghitung aset dirinya.
Karena lebih baik dia mengetahui dan mengakui kelemahan sebagai
persiapan untuk bangkit daripada dia bertarung tanpa mengetahui
potensi diri, karena hal itu sama saja dengan seorang yang bertindak
nekad, spekulatif.
Harus disadari dengan penuh keyakinan yang mendalam bahwa
keuletan dan kegigihan adalah fitrah diri setiap pribadi manusia,
sehingga sikap malas dan kehilangan adalah satu kondisi yang
melawan fitrah kemanusiaannya dan mengkhianati misinya sebagai
seorang khalifah fil ardhi. Seoarng mujahid dan ciri pribadi muslim
yang mempunyai etos kerja islami tidak pernah menyerah pada
39
kegagalan. Kalau dia tersumgkur karena kegagalan maka segeralah
dia bagkit untuk melawan lebih tangguh dan keluar sebagai
pemenang.
e. Keinginan untuk mandiri (independent)
Keyakinan akan nilai Tauhid penghayatannya terhadap ikrar
iyyaka na’budu, menyebabkan setiap pribadi muslim yang memiliki
semangat jihad sebagai etos kerjanya, adalah jiwa yang merdeka.
Semangat jihad ini melahirkan sejuta kebahagiaan yang diantaranya
ialah kebahagiaan untuk memperoleh hasil dan usaha atas karsa dan
karya yang dibuahkan dari dirinya sendiri. Dia merasa risi apabila
memperoleh sesuatu secara gratis. Merasa tak bernilai apabila
menikmati sesuatu tanpa bertegang otot bermandika keringat.
Kemadirian bagi dirinya adalah lambang perjuangan sebuah semangat
jihad yang sangat mahal harganya.
Salah satu identitas seorang muslim adalah kemampuan dirinya
untuk tampil sebagai khalifah fil ardhi dan bahkan harus tampil
menjadi syuhada‟alan naas, menjadi pilar-pilar kebenaran yang kokoh.
f. Haus untuk memiliki sifat keilmuwan
Setiap peribadi muslim diajarkan untuk mampu membaca
environment dari mulai yang makro (dirinya sendiri) sampai pada
yang makro (universe) dan bahkan memasuki ruang yang lebih hakiki
yaitu metafisik, falsafah keilmuan dengan menempatkan dirinya pada
posisi sebagai subjek yang mampu berpikir radikal (radix
artinya=akar), yaitu mempertanyakan, menyangsikan dan kemudian
mengambil kesimpulan untuk memperkuat argumentasi keimanannya.
Seorang yang mempunyai wawasan keilmuan tidak pernah
cepat menerima sesuatu sebagai taken for granted karena sifat
pribadinya yang kritis dan tak pernah mau menjadi kerbau yang jinak,
yang hanya mau manut kemana hidungnya ditarik. Dia sadar bahwa
dirinya tidak boleh ikut-ikutan tanpa pengetahuan karena seluruh
potensi dirinya sesuatu saat akan diminta pertanggung jawaban dari
Allah SWT.
40
Artinya: dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya (Q.S Al-Isra’: 36).
Seorang mujahid adalah seorang yang haus dahaga untuk
mencicipi ilmu, karena dia sadar bahwa Rasulullah mewajibkan
kepada setiap muslimin dan muslimat untuk untuk mencari dan
menggali imu mulai dari buaian dan sampai di liang lahat bahkan
demi ilmu dia tidak peduli sejauh mana tempat yang harus ditempuh,
walau ke negeri cina sekali pun dan sifat kritis dan objektivitasnya
pun menyebabkan dia tidak melihat siapa yang mengatakan, selama
yang dikatakannya adalah ilmu dan kebenaran dia akan timba dan
resapkan.
g. Berwawasan makro- Universal
Dengan memiliki wawasan makro, seorang muslim menjadi
manusia yang bijaksana. Mampu membuat pertimbangan yang tepat,
serta setiap keputusannya lebih mendekati kepada tingkat presisi
(ketepatan) yang terarah dan benar. Wawasannya yang luas ini,
mendorong dirinya lebih realistis dalam membuat perencanaan dan
tindakan. Dia jabarkan strategi tindakannya, dia jelaskan arah dan
tujuannya dan kemudian menukik pada tindakan-tindakan operasional
yang membumi. Think globally but act locally.
Dia tidak pernah merasa puas hanya karena telah selesai shalat,
tetapi sehabis shalat sehabis mengisi energi batin itu, dia kemudian
bertebaran di muka bumi (fantasiruu fil ardhi) untuk meraih karunia
Allah. Hidupnya tidak mau terpenjarakan oleh status quo, oleh adat
kebiasaan yang menghambat dinamika pencariannya.
41
h. Memperhatikan kesehatan dan gizi
Dia sangat memperhatikan sabda Rasulullah “sesungguhnya
jasadmu mempunyai hak atas dirimu”, yang tentu saja
konsekuensinya harus dipelihara dan diperhatikan sesuai dengan
ukuran-ukuran normatif kesehatan.
Mana mungkin kita akan mempunyai kekuatan apabila tubuh
tidak kita pelihara dengan baik. Padahal semuanya bisa menjadi indah
dan berbagai ilham akan terlahirkan apabila ditunjang dengan
kekuatan jasmani. Etos kerja pribadi muslim adalah etos yang sangat
erat kaitannya dengan cara dirinya memlihara kebugaran dan
kesegaran jasmaninya.
i. Ulet, pantang menyerah
Keuletan merupakan modal yang sangat besar didalam
menghadapi segala macam tantangan atau tekanan (pressure) sebab
sejarah membuktikan betapa banyaknya bangsa-bangsa yang
mempunyai sejarah pahit akhirnya dapat keluar dengan berbagai
inovasi, kohesivitas kelompok dan mampu memberikan prestasi yang
tinggi bagi lingkungannya.
Sikap istiqamah, kerja keras, tangguh dan ulet akan tumbuh
sebagai bagian dari kepribadian diri kita seandainya kita mampu dan
gemar hidup dalam tantangan (challenge). Kalau toh misalnya
dianggap hidup tidak ada lagi tantangan maka terasa betapa hidup
menjadi monoton, jenuh, dan tentu saja prestasi pun akan menurun.
Menyadari hal ini maka seorang muslim yang mempunyai etos kerja,
berupaya untuk membuat tantangan, target, dan arah kemana mereke
harus menuju.
j. Berorientasi pada produktivitas
Seorang muslim itu seharusnya sangat menghayati makna yang
difirmankan Allah yang dengan sangat tegas melarang sikap mubazzir
karena sesungguhnya kemubaziran itu adalah benar-benar temannya
syetan.
42
Dengan penghayatan ini tumbuhlah sikap konsekuen dalam
bentuk perilaku yang selalu mengarah pada cara kerja yang efisien
(hemat energi). Sikap seperti ini merupakan modal dasar dalam upaya
untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang selalu berorientasi
kepada nilai-nilai produktif.
Dengan demikian, dia selalu berhitung efisien artinya selalu
membuat perbandingan antara jumlah keluaran (performance)
dibandingkan dengan energi (waktu, tenaga) yang dia keluarkan
(produktivitas=keluaran yang dihasilkan berbanding dengan
masukkan dalam bentuk waktu dan energi).
k. Memperkaya jaringan silaturahmi
Kualitas silaturahmi yang dinyatakan dalam bentuk sambung
rasa yang dinamis dapat memberikan dampak yang sangat luas.
Apalagi dunia bisnis adalah dunia relasi, sebuah jaringan kegiatan
yang membutuhkan lebih banyak informasi dan komunikasi. Sebab itu
tidak ada alasan sedikit pun bagi seorang muslim untuk mengisolasi
diri dari tatanan pergaulan sosial. Tidak ada satu argumentasi yang
nalar yang dapat kita terima apabila ada seorang muslim yang cuci
tangan dan gemuruhnya dinamika sosial. Keberadaan seorang muslim
bukanlah dalam dunia sunyi melepaskan tanggung jawab sosial
dengan segala implikasinya.
Apabila dikaitkan dengan dunia usaha silaturahmi yang dihayati
dengan kesadaran ibadah serta keahlian berkomunikasi bukan saja
menghasilkan pengalaman tetapi juga secara gradual dapat
menciptakan lingkaran pengaruh serta melahirkan sebuah ikatan
kepentingan yang saling menguntungkan (overlapping of interset)
dengan jaringan sosial yang bertambah luas.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa silturahmi
mempunyai tiga sisi yang sangat menguntungkan bagi kita yaitu
pertama: memberikan nilai ibadah, kedua, apabila dilakukan dengan
kualitas akhlak yang mulia akan memberikan impresi bagi orang lain
sehingga dikenang, dicatat dan dibicarakan oleh banyak orang
43
(mungkin ini pula yang disebut dengan panjang umum) dan yang
ketiga, bahwa silaturahmi dapat memberikan satu alur informasi yang
memberikan peluang dan kesempatan usaha.
44
BAB III
Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Metode yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk
mengamati suatu fenomena, mengumpulkan informasi dan menyajikan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian ini memang
terjadi secara alamiah, apa adanya dalam situasi normal yang tidak
dimanipulasi keadaan dan kondisinya, tetapi menekankan kepada setiap
deskripsi secara alami dan peneliti terlibat langsung dilokasi penelitian.
Creswell, menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu proses
penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami masalah-masalah
manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh
dan kompleks yang disajikan. Melaporkan pandangan terperinci dari para
sumber informasi, serta dilakukan setting yang alamiah tanpa adanya
intervensi apa pun dari peneliti.1
Meleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,
misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya. Secara
holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode.2
Dari defenisi yang saya kemukakan tersebut terdapat beberapa poin
penting yang mendasari defenisi tersebut. Pertama, ilmiah yang berarti bahwa
penelitian kualitatif dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya dan dapat
dipercaya kesahihannya (validitas dan reabilitasnya), dapat bersifat objektif
sekaligus subjektif. Kedua, konteks sosial yang berarti bahwa dalam
penelitian kualitatif, fenomena yang diteliti merupakan satu kesatuan antara
subjek dan lingkungan sosialnya.
1 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika,
2010) , Cet. III, h. 8. 2 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika,
2010) , Cet. III, hal. 9.
45
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek penelitian
Adapun subjek penelitian ini adalah 1 pembimbing rohani, 3
karyawan pabrik sepatu.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah efektivitas bimbingan rohani dalam
meningkatkan etos kerja karyawan.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
a. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan selama 8 bulan terhitung mulai dari
tanggal 13 September 2017 sampai dengan tanggal 17 April Januari
2018.
b. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pabrik Sepatu CV. Kakang Prabu
Banten yang beralamat di Jln. Ki Mas Laeng, Kp. Katomas Rt/Rw 01/01,
No.01 Tigaraksa-Tangerang
4. Teknik pengumpulan Data
a. Wawancara
Menurut meleong mendefinisikan wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan yang dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
tersebut.3 Dedy Mulyana menambahkan wawancara merupakan suatu
alat pengumpulan data informasi langsung tentang beberapa jenis data.
Wawancara, merupakan bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin mendapatkan informasi dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.4 Dalam penelitian ini
penulis langsung mewawancarai karyawan pabrik sepatu dalam rangka
untuk mengetahui apakah bimbingan rohani efektif dalam meningkatkan
produktivitas kerja.
3 Haris Hardiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2010), h. 118. 4 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rosada, 2010), h. 180.
46
b. Observasi
Pada penelitian ini pengumpulan data akan dilakukan
menggunakan teknik observasi dimana penulis melakukan pengamatan
langsung terhadap fenomena yang ada atau situasi yang erat kaitannya
dengan tujuan penelitian pada saat kegiatan bimbingan rohani.
Cartwright & Cartwight mendefenisikan observasi adalah sebagai
suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku
secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu5. Sugioni menambahkan
dalam bukunya, observasi adalah mengadakan kunjungan dan pengamatan
secara langsung terhadap objek (karyawan pabrik) yang akan diteliti serta
pendekatan yang sistematis. Melalui observasi, peneliti belajar tentang
perilaku dan makna dari perilaku tersebut.6
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen, yakni
menggunakan data-data dan sumber-sumber yang ada hubungannya
dengan masalah yang dibahas. Sedangkan data-data ini, penulis peroleh
dari profile company, arsip-arsip maupun diktat-diktat yang berhubungan
dengan masalah di Perusahaan Pabrik Sepatu.
5. Teknik analisis data
Miles dan Huberman, dalam Salim dkk mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas,
dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction,
data display, dan conclusion drawing/verification.7 Selanjutnya menurut
Spradley teknik analisis data disesuaikan dengan tahapan dalam penelitian.
Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour
5 Haris Hardiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2010), h. 131. 6 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitaf, Kualitatif dan R & D, (Bandung: ALFABETA,
2007), h. 226. 7 Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Citapustaka Media,
2011), h. 147.
47
question, analisis data dilakukan dengan analisis domain. Pada tahap
menentukan fokus analisis data dilakukan dengan analisis taksonomi. Pada
tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis komponensial.
Selanjutnya untuk sampai menghasilkan judul dilakukan dengan analisis tema.
Data yang telah diorganisasikan kedalam suatu pola dan membantu
kategorinya. Maka data diolah menggunakan analisis data dan model Miles
dan Huberman yaitu:
1. Reduksi data
Reduksi data bertujuan untuk memudahkan membuat kesimpulan
terhadap data yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian.
2. Penyajian data
Penyajian data merupakan kesimpulan informasi tersusun yang
berkemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Penarikan kesimpulan
Setelah data terkumpul dari lokasi penelitian melalui wawancara,
observasi dan dokumen. Maka proses selanjutnya adalah penarikaan
kesimpulan verifikasi.
6. Sumber data
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak-pihak
terkait yang berhubungan dengan penelitian ini, dengan berupa
wawancara ataupun hal yang lainnya.
b. Data Skunder
Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, data ini berupa
dokumen-dokumen, buku-buku, jurnal, serta sumber-sumber lain yang
dapat menunjang kelengkapan data penelitian.
48
BAB IV
Gambaran Umum Lembaga dan Temuan Lapangan dan Analisis Data
A. Gambaran Umum Lembaga
1. Sejarah singkat Pabrik CV. Kakang Prabu
Cv. Kakang prabu merupakan sebuah perusahaan swasta yang
bergerak dibidang manufaktur yang didirikan pada tahun 2003 dengan
status perusahaan terbatas. Pada awalnya perusahaan ini berdiri dinamakan
CIR (Cikupa Inti Rubber) dibawah dua kepemimpinan atas nama bapak
Muhammad Dahlan dan bapak Endang.
Awalnya pabrik ini berdiri dengan melihat kondisi masyarakat
sekitar yang pada saat itu kebanyakan dari mereka pengangguran sehingga
perekonomian mereka pun sulit, sedangkan pendidikan masyarkat
kebanyakan dari mereka tamatan SMP sehingga sulit bagi masyarakat
untuk mendapatkan pekerjaan. Maka dari itu salah satu visi misi pabrik
CV. Kakang Prabu adalah Mengangkat harkat dan martabat hidup
masyarakat.
Awalnya CIR ini memproduksi autsol sepatu saat itu belum
mempunyai karyawan sama sekali, karyawannya masih bapak Dahlan dan
bapak Endang. Dalam 2 tahun CIR berkembang dan mempunyai karyawan
sebanyak 20 orang, mulai membuat komponen sepatu seperti lilitan sol
dan langsung dipasarkan selama 1 tahun, berhubung customer banyak
yang ga bayar akhirnya CIR memutuskan untuk memproduksi sepatu
sendiri dalam waktu 3 tahun.
CIR mencoba bikin sepatu Fulkanis dan tipe sepatu yang
diproduksi yaitu sepatu anak sekolah. Pada tahun 2007 CIR semakin
berkembang dan dikenal banyak orang hingga memiliki 1700 karyawan,
CIR mulai memproduksi sepatu Allstar dan sepatu orderan sesuai yang
diinginkan pelanggan. Seiring berjalannya waktu CIR mengalami
kebangkrutan pada tahun 2014.
49
“Dulu pabrik sepatu ini penghasilannya sampai milyaran Lae
(panggilan si penulis dipabrik) dan karyawannya pun sampai ribuan
itu saking majunya pabrik ini, nah penghasilan dari pabrik itu
dipakai untuk hura-hura sama pimpinan, beliau membangun rumah
mewah setelah itu karyawan diundang kerumahnya untuk
memperlihatkan kekayaannya, terus buat acara dangdutan dan
karyawan disuguhin minum-minuman yang memabukkan dan acara
yang dibuat pimpinan terus-terusan itu tadi cuma untuk
memperlihatkan kekayaannya dan rumah mewahnya kepada
karyawa terus karaokean 3 dalam sehari-hari akibat dari itu banyak
karyawan yang kecanduan dengan minum-minuman itu sehingga
berefek pada kinerja karyawan, yaitu malas-malasan. Belum lagi dari
karyawannya, pernah karyawan setiap pulang kerja bawa sepatu
tanpa sepengatahuan pihak pabrik, dan karyawan yang memakai
Narkoba ini diketahui setelah seluruh karyawan melakukan tes urin
ternyata ada sekitar 30 karyawan yang memakai, setelah saya
mengetahui, saya mengambil kebijakan setiap karyawan yang seperti
ini saya pecat. Nah tahun 2014 itu lah awal kebangkrutan pabrik ini,
langsung habis bangkrut semua efeknya langsung kepada karyawan
yang tidak mempunyai mata pencaharian akibat pengangguran. Dari
situlah saya ingatkan beliau dalam mengelola suatu perusahaan tidak
bisa seperti itu dan ini bagian dari teguran Allah kepada kita kalau
saya bicara pada saat itu waktu dia masih punya banyak harta dia
tidak akan mendengarkan saya, semenjak itu beliau sadar bertaubat
dan berguru dengan salah satu kyai di Tigaraksa sampai sekarang.
Setelah kebangkrutan itu saya kemudian meyakinkan beliau untuk
merintis kembali pabrik sepatu dari nol dan saya siap menjadi
penanggungjawab untuk memajukan pabrik sepatu. Karena kita
kasihan melihat masyarakat sekitar yang menggantungkan
perekonomian mereka kepada pabrik.1”
Dengan kondisi pabrik yang sudah bangkrut, bapak Dahlan
memberanikan diri merintis kembali pabrik sepatu, namun keberanian
untuk merintis kembali pabrik sepatu tidak lepas dari dorongan bapak Aef
(Direktur Operasional) yang siap menjadi penanggung jawab untuk
memajukan pabrik tersebut. Nama pabrik pun berubah menjadi CV. Edi
Jaya Makmur dibawah kepemimpinan bapak Muhammad Dahlan sendiri
yang berlokasi di kec. Tigaraksa, Kab. Tangerang, Prov. Banten. CV. Edi
Jaya kembali memproduksi sepatu dengan tipe yang berbeda, kali ini
pabrik memproduksi sepatu ranning dan sepatu futsal. CV. Edi Jaya
kembali berganti nama menjadi CV. Kakang Prabu masih dengan lokasi
1 Wawancara dengan Bapak Aef (Direktur Operasional) pada tanggal 30 januari 2018.
50
yang sama dan berkembang sampai saat ini dan memproduksi bermacam
sepatu seperti Adidas, Allstar, Fans.
2. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
Adapun visi dan misi CV. Kakang Prabu yaitu:
a. Mengangkat harkat dan martabat hidup masyarakat Tangerang.
b. Membangun ekonomi masyarakat tangerang yang mandiri.
c. Menciptakan lapangan kerja, dan menyerap tenaga kerja yang
kemampuannya dibawah standar perusahaan.
d. Membangun silaturahmi antara pengarajin dan pemerintah yang
berkaitan di bidang ekonomi.
e. Mengembangkan program pemerintah, khususnya usaha kecil dan
menengah.
f. Mengangkat dan meneruskan produk lokal yang telah berjalan
dimasyarakat tangerang.
3. Aktivitas Bimbingan Rohani
Aktivitas bimbingan rohani di pabrik CV. Kakang Prabu
dilaksanakan seminggu 2 kali setiap malam rabu dan malam jum’at
dimulai dari pukul 20.00-21.00 wib. Untuk kegiatan malam selasa, dibuka
dengan shalawat setelah shalawatan ngaji kitab kuning dan ditutup dengan
doa. Kegiatan malam juma’at, terlebih dahulu baca yasin berjamaah
setelah itu ngaji kitab kuning.
Kegiatan bimbingan rohani lainnya infaq dari karyawan dan infaq
ini dipungut dari karyawan 2000 perduaminggu, infaq ini dikeluarkan
setahun dalam sekali setiap bulan Muharram. Infaq diberikan kepada
mereka yang membutuhkan seperti anak yatim dan orang miskin yang
berada di lingkungan sekitar khususnya.
Kegiatan bimbingan rohani selanjutnya yaitu, Tour Religi, kegiatan
tersebut para karyawan berziarah kemakam-makam ulama dan ini
dilaksanakan satu tahun sekali di setiap akhir tahun yaitu pada bulan
desember. Kegiatan ini sebagai wadah untuk silaturahmi kepada sesama
51
karyawan, antara pimpinan dan karyawan agar lebih dekat lagi layaknya
seperti keluarga.
Ketiga kegiatan rohani ini tidak diwajibkan para karyawan
mengikutinya dan tidak pula ada unsur paksaan dari pihak perusahaan
untuk mengikuti kegiatan ini. Hanya saja pabrik memfasilitasi kegiatan
ibadah ini untuk mengajak para karyawan dalam hal kebaikan yang
tujuannya adalah karyawan bisa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan,
bisa memenuhi kebutuhan spritual, meningkatkan etos kerja dan
mendapatkan motivasi kerja, dan mepererat tali silaturahmi. Penggagas
dari kegiatan rohani adalah Bapak Aef posisi beliau di pabrik sebagai
Direktur Operasional.
52
4. Struktur Organisasi
Bagan 1. Struktur organisasi
Uraian dari masing-masing bagian struktur organisasi sebagai berikut:
1. Owner
- Sebagai pemilik perusahaan. Owner juga bertanggung jawab terhadap
keberlangsungan perusahaan dan memimpin jalannya perusahaan.
2. Direktur Operasional
- Sebagai Yang memegang kendali perusahaan agar berjalan dengan lancar
- Mengupayakan dalam pencapaian target yang diminta
3. Manajer Operasional
- Bertanggung jawab untuk berlangsungnya proses di lantai produksi
- Mengupayakan pencapaian target yang diminta
Owner
M. Dahlan
Direktur Operasional
Syariffudin
Manajer Operasional
Jaenal
Development
Rohman
Administrasi
Siti & Eti
Rekan
Development
Kepala Regu
Stockfit
Kepala Regu
Sablon Kepala Regu
Sewing
Kepala Regu
Cutting Kepala Regu
Assembling
Operator Operator Operator Operator Operator
53
4. Development
- Bertugas untuk merancang produk yang akan dibuat olehpabrik hingga
dalam bentuk sampel yang sesuai dengan aslinya.
5. Administrasi
- Bertugas untuk mengatur segala keuangan mulai dari pembelian bahan
baku berupa material yang dibutuhkan hingga penjualan produk, jadi
bertanggung jawab dalam mengatur dan mengkoordinasikan seluruh
pencatatan dan pembukuan.
6. Kepala Regu
- Bertugas untuk mengawasi proses produksi yang sedang berlangsung dan
memberikan bantuan baik secara teori maupun praktek bagi operator
dilapangan agar proses dapat dilaksanakan dengan baik.
54
B. Hasil Temuan Lapangan dan Pembahasan
1. Temuan Umum dan Analisis Data
Dalam bab ini penulis akan memaparkan hasil temuan lapangan
yang penulis dapatkan selama melakukan penelitian di Pabrik Sepatu
CV. Kakang Prabu. Hasil temuan lapangan yang akan penulis paparkan
diantaranya, identifikasi subyek penelitian, identifikasi objek penelitian
dan analisis efektivitas bimbingan rohani dalam meningkatkan etos kerja
karyawan.
Ustadz KH. Baidowi, Bapak Aef, Ibu Iyoh dan Bapak Tata adalah
informan dalam penelitian ini. Ustadz KH. Baidowi berprofesi sebagai
pembimbing dan Bapak Aef berprofesi sebagai Direktur Operasional, Ibu
Iyoh dan Bapak Tata berprofesi sebagai karyawan.
No Nama Usia Jabatan Pendidikan
1 Ustadz H. Ahmad
Ubaidillah 43 thn Pembimbing rohani
Formal SD
Lanjut
pesantren salafi
2 Bapak Syariffuddin 51 thn Manager pabrik Pesantren
3 Ibu Siti Sumaroh 48 thn Karyawan pabrik SMA
4 Bapak Tata 40 thn Karyawan pabrik SD
Tabel 1. Pembimbing dan terbimbing
a. Data Informan
1. Subjek I Pembimbing
Ustadz KH. Baidowi berprofesi sebagai pembimbing di
pabrik sepatu CV. Kakang Prabu. Umur beliau sekarang 43 tahun
dan beliau lulusan dari salah satu Pondok Pesantren yang berada
di tigaraksa. Beliau mengawali dakwahnya pada tahun 2006
setelah baliau menikah dan ketika itu beliau dipercaya dengan
salah satu kyai untuk mengisi pengajian disalah satu majlis dan
kyai itu adalah mertua beliau sendiri, itu awal dari beliau
55
berdakwah. Beliau dikenal para karyawan adalah seorang
pembimbing (ustadz) yang sangat sederhana dan
berwibawa,beliau sangat mengerti dan memahami kondisi dari
karyawan ketika memberikan bimbingan, tidak heran para
karyawan menyukai cara beliau dalam menyampaikan materi
bimbingan sehingga materi yang disampaikan mudah dipahami
jamaah.
Kegiatan bimbingan rohani yang beliau sampaikan
berbentuk pengajian, dan untuk materinya diambil dari kitab-kitab
kuning yang umumnya adalah fiqh, hadits, al-Qur’an dan tafsir.
Dalam pembahasan materi beliau lebih memfokuskan pada
bagian ubudiyah nya(ibadah), karena menurut beliau ketika
berbicara ibadah didalamnya akan membahas kebutuhan jasmani
(lahiriyah) dan kebutuhan rohani (bathiniyah).
“Antara jasmani dan rohani harus seimbang seiring sejalan,
kalau manusia mengutamakan jasmani dan rohaninya tidak diisi
manusia mau jadi apa hidupnya percuma dan akan sia-sia,
begitu sebaliknya mengutamakan rohani (ukhrawi) tidak baik
juga. Maka dari itu antara jasmani dan rohani ini harus seimbang
karena kedua-duanya bagian dari kewajiban dan kita harus bisa
bagi waktu ibadah dan bekerja, ibadah adalah bagian dari
pengabdian kita kepada Allah sebagai hamba yang taat dan
bekerja adalah bagian dari tanggung jawab kita sebagai manusia
untuk memenuhi setiap kebutuhan, nah saya memberikan
pemahaman seperti itu karyawan agar mereka bekerja tidak
hanya mengejar materi saja tapi ibadah kita pun harus terpenuhi.
Makanya saya sangat apresiasi sekali pabrik ini karena bukan
hanya kondisi masyarakatnya saja yang mereka perhatikan dan
mereka penuhi tapi kondisi karyawannya sendiri pun yaitu
kebutuhan rohaninya mereka perhatikan dan dipenuhi yaitu
dengan memfasilitasi kegiatan agama yang mana ini menjadi
bagian ibadah rutin karyawan”.2
Menurut Ustadz KH. Baidowi betapa pentingnya
melibatkan agama dalam suatu pekerjaan, karena agama adalah
salah satu cara untuk membentengi diri dari perbuatan-perbuatan
buruk. Hubungan agama dalam suatu pekerjaan ialah bagaimana
2 Wawancara dengan Ustadz Baidowi pada tanggal 27 januari 2018 pukul 11.00 WIB
56
seseorang bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakannya,
jujur dan amanah sehingga mampu mencapai apa yang
diinginkan dari perusahaan, ini bagian dari etos kerja dan
Rasulullah sendiri sudah mencontohkan itu ketika beliau
berdagang ke negeri syam dengan penuh rasa tanggung jawab,
jujur dan amanah sehingga mampu memikat hati seorang wanita
kaya raya yaitu Khadijah. Majunya suatu perusahaan itu bukan
karena mesinnya yang modern dan canggih, tapi karena
karyawannya memiliki etos dan mampu bekerja dengan
maksimal tanpa adanya tekanan dari pihak manapun khususnya
dari pihak perusahaan itu sendiri.
2. Subjek II Terbimbing yaitu karyawan yang bekerja dipabrik
sepatu CV. Kakang Prabu
Dalam penelitian ini penulis membatasi terbimbing, guna
mempermudah penulis untuk melakukan penelitian. Disini
penulis memilih terbimbing sebagai informan yaitu, bapak Aef
sebagai Direktur Operasional, ibuk Iyoh dan bapak Tata sebagai
karyawan. Alasan penulis memilih informan tersebut karena
hasil dari observasi dan wawancara penulis informan yang
terpilih ini adalah karyawan yang paling aktif dalam mengikuti
kegiatan bimbingan rohani dan sekaligus sebagai karyawan yang
paling mempunyai semangat kerja dan paling bertanggung
jawab terhadap apa yang dikerjakannya setelah mengikuti
kegiatan bimbingan rohani.
a) Bapak Aef
Bapak Aef adalah berprofesi sebagai direktur
operasional di pabrik sepatu CV. Kakang Prabu. Sebelum
menjadi direktur operasional di pabrik sepatu CV. Kakang
Prabu, sepak terjang beliau di dunia perusahaan pabrik sudah
sangat luas karena sebelum menjadi direktur operasional di
pabrik CV. Kakang Prabu beliau terlebih dahulu menjadi
57
karyawan dipabrik-pabrik lain. Bapak Aef lahir pada tahun
1973 di Kp. Katomas tigaraksa, riwayat pendidikan beliau
terakhir adalah tamat pesantren di Tangerang. Setelah tamat
pesantren beliau pengangguran sangat lama sekali sampai
keluarga beliau sendiri gerah melihat kondisi bapak Aef yang
pengangguran. Pada akhirnya bapak Aef memutuskan untuk
terjun kedunia pabrik dimana awalnya beliau menjadi
menjadi seorang karyawan disalah satu pabrik yang berada di
Vietnam, setelah 6 tahun bekerja sebagai karyawan di pabrik
sepatu yang berada di Vietnam beliau memutuskan untuk
kembali ke kampung halaman dan beliau dipercaya sebagai
Direktur Operasional dipabrik sepatu CV. Kakang Prabu.
Bapak Aef adalah salah seorang yang berpengaruh
dipabrik sepatu, beliau tegas dan ramah kepada karyawan
juga peduli terhadap kesejahteraan masyarakat “kita berada
disini berkat kepedulian bapak Aef terhadap karyawan, beliau
benar-benar memikirkan kesejahteraan karyawan, waktu
pabrik bangkrut ditahun 2014 beliau berdiri paling depan
untuk membangkitkan kembali pabrik ini, itu semua karena
melihat kondisi karyawan pada saat pabrik bangkrut banyak
karyawan yang pengangguran sehingga mata pencaharian
karyawan hilang beliaupun siap menjadi penanggung jawab
sepenuhnya dan bisa meyakinkan bapak Dahlan untuk
merintis kembali pabrik sepatu”.3 beliau adalah salah satu
penggagas kegiatan rohani yang ditujukan kepada karyawan.
“Bekerja itu bukan hanya mengejar finansial semata tapi
ketika kita bekerja itu harus merasa nyaman dan ikhlas, nah
ini semua diawali dengan niat agar bekerja kita bernilai
ibadah. Waktu saya masih SD saya diajarkan guru apabila
mengerjakan sesuatu harus pake niat agar kerja kita bernilai
ibadah, dan ketika kita bekerja merasa nyaman dan ikhlas, itu
yang menjadi pegangan saya sampai sekarang. Saya bekerja
3 Wawancara dengan bapak Engkar (Secuirity) pada tanggal 4 januari pukul 11.55 WIB
58
dipabrik satu penghasilannya Cuma 20.000 tapi saya merasa
nyaman ketika bekerja dan ikhlas menjalaninya, saya bekerja
dipabrik dua penghasilannya 200.000 tpi saya selalu tertekan
terus dari atasan sehingga saya pun tidak ikhlas dalam
bekerja nah tentu saya memilih bekerja yang penghasilannya
Cuma 2000 tapi saya nyaman disitu. Seperti itu saya selalu
mempertimbangkan terlebih dahulu apabila saya ingin
bekerja. Karena percuma kita bekerja hanya sekedar
mengejar finansial semua akan sia-sia sehebat apapun kita
bekerja tetap Dia yang menentukan keadaan kita, kita hanya
berusaha dan tidak lupa berdoa begitu ajaran agama. Saya
buat program kegiatan Rohani untuk karyawan, dimana
dengan adanya program ini dapat meningkatkan kepercayaan
diri, kejujuran dan keikhlasan karyawan dalam bekerja
sehingga dapat memajukan pabrik ini bersama-sama, karena
pabrik ini bagian dari matapencaharian kami seperti itu saya
memberikan pemahaman untuk karyawan dan untuk
mencapai itu semua (tanggung jawab, kepercayaan diri,
kejujuran dan keikhlasan) pabrik perlu memfasilitasi kegiatan
agama yang ini untuk menambah wawasan keagamaan
karyawan dan bisa menerapkannya dalam dunia kerja selain
itu guna mempererat tali silaturahim antara sesama karyawan
dan atasan. Adapun bentuk kegiatan bimbingan rohani yaitu,
pengajian mingguan, sedekah dari karyawan biasanya ini
disalurkan setiap satu tahun sekali yaitu pada 10 Muharram.
Kegiatan ini tidak diwajibkan kepada karyawan, karena
apabila diwajibkan khawatirnya karyawan merasa tertekan
karena dipaksa, kita kan nggak tahu mereka senang apa
nggak dengan kegiatan ini, terlebih lagi ini kan kegiatan
ibadah jadi kita harus ikhlas melaksanakannya. Jadi biarkan
kesadaran dari mereka untuk mengikuti kegiatan rohani ini
namun saya tidak pernah bosan untuk mengajak mereka
mengikuti kegiatan ini. Selain itu pabrik juga memberikan
reeward kepada karyawan bagi mereka yang rajin dan tidak
pernah izin atau absen”.4
Menurut pak Aef selaku Direktur Operasional bahwa
bimbingan rohani dapat mempengaruhi kinerja karyawan.
dan alasan beliau menggagas program bimbingan rohani ialah
selain dapat meningkatkan etos kerja karyawan juga dapat
memenuhi kebutuhan rohani karyawan yaitu beribadah
kepada Allah SWT. Namun pabrik juga memberikan reeward
4 Wawancara dengan Bapak Aef (Direktur Operasional) pada tanggal 30 Januari pukul
16.00 WIB
59
bagi karyawan yang dinilai rajin dan tidak sering absen.
Sebagai penopang semangat karyawan dalam bekerja.
b) Ibu Iyoh
Ibu Iyoh lahir di Jakarta pada tahun 1972 beliau
berprofesi sebagai penanggung jawab matrial dan cutting
dipabrik sepatu. Latar belakang pendidikan beliau sampai
SMA di Tangerang jurusan perdagangan. Mulai bekerja
dipabrik pada tahun 2012, saat itu masih berprofesi sebagai
karyawan biasa dan kemudian diangkat jadi penanggung
jawab bagian Matrial dan Cutting setelah pabrik melihat
semangat dan tanggung jawab beliau dalam bekerja. Ibuk
Iyoh adalah salah satu karyawan yang sangat aktif dalam
mengikuti kegiatan bimbingan rohani. Awalnya beliau hanya
mencoba mengikuti kegiatan yang dilaksanakan pabrik
tersebut karena ini bagian program yang difasilitasi pabrik,
namun setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani beliau
merasa mengetahui banyak tentang hubungan agama dalam
pekerjaan dan maka dari itu beliaupun rutin mengikuti
kegiatan bimbingan rohani.
“Awalnyanya saya mengikuti kegiatan ini karena bagian dari
kegiatan pabrik, saya coba untuk mengikuti pengajiannya
walaupun karyawan tidak diwajibkan untuk mengikutinya,
dan setelah saya mengikuti baru saya paham tujuan dari
diadakannya kegiatan ini yaitu saya semakin sadar ternyata
bekerja bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan
lahiriyah saja akan tetapi dengan bekerja pun bisa bernilai
ibadah ketika dilakukan dengan niat dan keikhlasan, dan
ternyata agama menuntut kita untuk bertanggung jawab
dalam setiap pekerjaan yang kita kerjakan dan kejujuran kita
dalam bekerja. Dan menurut saya sangat bagus sekali
kegiatan seperti ini diterapkan didunia kerja seperti pabrik-
pabrik dan diperusahaan lainnya, karena kegiatan ini akan
berdampak positif pada kinerja karyawan dan lebih bagusnya
lagi kalau istilah agamanya mah Hablumminannas dan
Hablumminallah nya terpenuhi, bukan hanya itu saja
pemimpin pun ikut mempengaruhi kinerja karyawan, seperti
kita dipabrik ini antara karyawan dan atasan sudah seperti
60
keluarga dekat, pemimpin langsung turun kebawah
membantu dan mengajari kita bahkan beliau juga langsung
bekerja apabila ada karyawan yang tidak masuk, jadi
karyawan malu sendiri apabila malas-malasan bekerja karena
pemimpin aja langsung ikut bekerja, berbeda seperti
pimpinan-pimpinan perusahaan lainnya”.5
Menurut Ibu Iyoh kegiatan seperti ini sangat bagus
apabila diterapkan didunia kerja karena akan berpengaruh
pada kinerja karyawan khususnya Ibuk Iyoh sendiri yang
sudah merasakan langsung dampak dari kegiatan bimbingan
rohani ini yaitu beliau semakin bersemangat dan bertanggung
jawab dengan pekerjaannya yang ia tekuni sekarang terlebih
lagi beliau diangkat menjadi penangung jawab gudang
Matrial dan Cutting bukan hanya itu peran pemimpin dalam
perusahaan pun sangat berpengaruh.
c) Bapak Tata
Bapak Tata lahir pada tahun 1975 di Kp. Katomas
tigaraksa. Hasil dari observasi penulis beliau adalah salah
satu karyawan yang aktif dalam mengikuti bimbingan rohani
Mulai bekerja di pabrik CV. Kakang Prabu pada tahun 2010
dan beliau sudah berkeluarga. Salah satu karyawan yang
paling lama bekerja dipabrik dan beliau bekerja dibagian
Matrial dan Cutting. Sebelum adanya program rohani beliau
adalah salah satu karyawan yang malas, seperti sering datang
terlambat dan sering izin. Beliau peminum-minuman keras
yang aktif dan efek dari minum-minuman keras yang
menyebabkan beliau jadi malas dalam beraktivitas,
penghasilan dari selama ia bekerja pun lebih banyak
digunakan untuk membeli minuman tersebut. Sebelum
mengikuti bimbingan beliau menyadari bahwa bekerja itu
hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani saja yaitu untuk
5 Wawancara dengan Ibuk Iyoh (karyawan) pada tanggal 26 Januari 2018 pukul 09:28
WIB
61
memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan penghasilan beliau
banyak digunakan hanya untuk poya-poya dalam
kesehariannya sedangkan beliau sudah punya keluarga.
Setelah adanya program bimbingan rohani yang difasilitasi
pabrik pak Tata pun mencoba untuk mengikutinya dengan
harapan agar diri dan kehidupannya berubah menjadi lebih
baik.
“yah saya benar karyawan dipabrik sepatu ini, saya bekerja
disini kurang lebih sudah 8 tahun. Program bimbingan rohani
dimulai pada tahun 2014. Sebelum program ini ada dipabrik
sepatu, saya termasuk karyawan yang malas dan sering izin,
penyebab yaitu saya sering minum-minuman keras yang
akibatnya ini berefek pada aktivitas saya sehari-hari yaitu
bekerja. Nah pada tahun 2014 program bimbingan rohani
diadakan oleh pabrik dan penggagas utamanya adalah Bapak
Aef sendiri selaku Direktur Operasional. Saya sangat antusias
dengan kegiatan ini, karena dengan adanya program seperti
ini saya berharap bisa mengubah diri dan kehidupan saya
menjadi lebih baik. Enaknya lagi kita difasilitasi oleh pabrik
dan karyawan hanya mengikuti kegiatannya. Setelah saya
mengikuti kegiatan bimbingan rohani ada perubahan dari diri
saya ketika saya menyadari kalau kerja bukan hanya
mengejar materi saja tapi didalamnya ada nilai ibadah juga.
Saya rutin mengikuti kegiatan ini tapi kalau saya terlalu lelah
baru saya libur. Perubahan dari diri saya setelah mengikuti
kegiatan bimbingan rohani yaitu minum-minuman mulai saya
tinggalkan perlahan dan saya mulai belajar bertanggung
jawab terhadap apa yang saya kerjakan, Alhamdulilah saya
pun mulai aktif dan tidak pernah izin selama tidak keperluan
diluar kerja. Dan tahun kemaren saya dapat Reeward dari
pabrik sebagai karyawan yang paling aktif dan tidak pernah
izin. Saya senang mengikuti kegiatannya karena bisa
menyadarkan saya dan bisa lebih bertanggung jawab lagi
dalam bekerja”.6
Menurut bapak Tata kegiatan bimbingan rohani
sangat mempengaruhi kehidupan pribadinya, terlebih lagi
beliau semakin paham dengan agama bahwa bekerja dan
ibadah memang suatu keharusan dalam Islam. Menurut ibuk
Iyoh selaku penanggung jawab dibagian matrial dan cutting
6 Wawancara dengan Bapak Tata (karyawan) pada tanggal 25 januari 2018 pukul 15.00
WIB
62
“Benar bahwasanya bapak Tata ini setelah mengikuti
kegiatan bimbingan rohani ada perubahan ketika ia bekerja
dari biasanya dulunya bekerja malas-malasan berbanding
terbalik dengan yang sekarang sangat rajin dan lebih
bertanggung jawab, pak Tata ini juga salah satu karyawan
yang paling aktif mengikuti kegiatan bimbingan rohani”.7
Dan menurut Bapak Aef selaku Direktur Operasional “bapak
Tata ini salah satu karyawan yang mendapatkan Reeward dari
pabrik sebagai karyawan yang rajin tidak pernah izin dan
absen, baru pertama kali ini dia mendapatkan reeward selama
menjadi karyawan dipabrik. Dulunya pak Tata ini salah
karyawan malas dipabrik ini, sekarang dia sudah berubah
semenjak dia mengikuti kegiatan bimbingan rohani
dipabrik”.8 Menurut Ibu Iyoh dan Bapak Aef bahwasanya pak
Tata mengalami perubahan dalam bekerja setelah iya
mengikuti kegiatan bimbingan rohani.
Dari beberapa keterangan diatas penulis
menyimpulkan, bahwa bimbingan rohani dapat meningkatkan
etos kerja karyawan dan sekaligus pengingat atau penegur
karyawan ketika mereka malas dan lalai dalam bekerja. Tidak
hanya itu karyawan juga mampu meningkatkan ibadahnya
sebagai bentuk pengabdian mereka Allah SWT.
b. Proses Bimbingan Rohani Dalam Meningkatkan Etos Kerja
Untuk mengetahui dan mengukur keefektifan bimbingan
rohani yang paling utama harus diketahui yaitu proses yang dilalui
karyawan sebelum dan sesudah mengikuti bimbingan rohani untuk
dijadikan perbandingan dan melihat apakah bimbingan rohani efektif
atau tidak. Dalam proses bimbingan rohani penulis akan menjelaskan
2 tahapan yang harus diketahui untuk memberikan penjelasan proses
7 Wawancara dengan Ibu Iyoh pada tanggal 25 januari 2018 pukul 09:28 WIB
8 Wawancara dengan Bapak Aef pada tanggal 30 januari 2018 pukul 16.00 WIB
63
yang dilalui karyawan, yaitu sebelum mengikuti kegiatan bimbingan
rohani, setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani, dan selama
mengikuti kegiatan bimbingan rohani:
1. Pra Bimbingan Rohani
Untuk mengetahui keefektifan suatu bimbingan harus
melihat dari proses dan yang dialami si terbimbing yaitu pra dan
pasca mengikuti bimbingan untuk dijadikan perbandingan
apakah bimbingan rohani efektif atau tidak.
Banyak karyawan tidak mengetahui bahwa bekerja
adalah bagian dari ibadah, sehingga melalaikan ibadah yang
sudah menjadi kewajiban mereka. Ibadah adalah bagian dari
cara manusia untuk memenuhi kebutuhan rohani dan salah satu
benteng untuk menghindarkarkan diri dari perbuatan tercela.
Kurangnya kebutuhan rohani berefek pada diri sendiri dan
pekerjaan. Banyak karyawan yang melalaikan kebutuhan rohani
sehingga mereka mudah frustasi, kurang percaya diri, tidak jujur
terhadap orang lain, tidak pernah merasa puas dengan apa yang
dimilikinya (kurang bersyukur) sehingga berefek pada pekerjaan
mereka yaitu banyak melakukan kecurangan dipabrik.
Setiap karyawan mempunyai permasalahan dan
keresahan dalam bekerja, Beragam macam permasalahan yang
dialami karyawan baik kepada diri sendiri maupun kepada
pekerjaan yang dilakukannya. Banyak karyawan sebelum
mengikuti kegiatan bimbingan rohani mereka melakukan
kecurangan, malas-malasan ketika bekerja, sering izin, datang
tidak tepat pada waktunya dan bolos. Seperti yang diungkapkan
bapak Tata:
“Sangat berbeda bang, itu tadi bang sebelumnya itu hasil dari
kerja saya itu ngga jelas kemana perginya, mungkin habis
keminum-minuman, kalau kegiatan kita seperti itu setelah
bekerja terus minum-minum kan timbul rasa malas dalam
bekerja dan itu yang saya alami. Nah setelah saya mengikuti ada
64
perubahan dari dalam diri saya karena saya mengetahui ternyata
kegiatan sehari-hari kita mempengaruhi kita dalam bekerja”.9
Hal serupa juga diungkapkan oleh ibu Iyoh selaku
karyawan pabrik sepatu:
“sebelumnya saya bekerja itu malas-malasan ketika bekerja
tidak bersemangat dan giliran gajian saya paling semangat dan
ibadah sayapun sering bolong-bolong”.10
2. Selama Mengikuti Bimbingan Rohani dan Pasca Bimbingan
Rohani
Proses selanjutnya yang dilalui karyawan adalah setelah
mengikuti bimbingan rohani apakah bimbingan rohani dapat
mengubah perilaku buruk karyawan menjadi baik dan dapat
memberi motivasi kepada karyawan yaitu untuk mengukur
keefektifan bimbingan rohani.
Dalam proses bimbingan rohani sangat tidak mudah
untuk mengubah kebiasaan buruk menjadi baik, butuh waktu
lama untuk mengubahnya. Setelah kegiatan bimbingan rohani
berjalan, sebagian karyawan tidak langsung menerima dan
menikmati kegiatan tersebut, mereka harus membiasakan diri
dan menerima kegiatan tersebut sebagai wadah untuk
menambah wawasan dan pengetahuan keagamaan mereka.
Proses yang dijalani Selama karyawan mengikuti
bimbingan yaitu mengikuti kegiatan bimbingan seperti
pengajian, infaq dari karyawan dan tour religi yang sudah
difasilitasi pabrik.
Output pasca bimbingan menimbulkan dua
perubahan dari diri karyawan yaitu perubahan yang terjadi
pada rohani: ibadah meningkat, jujur, bersyukur dengan
pekerjaan yang mereka tekuni, dan perubahan jasmani:
9 Wawancara dengan Bapak Tata (karyawan) pada tanggal 25 januari 2018 pukul 15.00
WIB
10 Wawancara dengan Ibuk Iyoh (karyawan) pada tanggal 26 Januari 2018pukul 09:28
WIB
65
mendapatkan pengetahuan keagamaan, bekerja lebih semangat
dan maksimal, selalu on time seperti yang diungkapkan ibu
Iyoh:
“Alhamdulilah setelah saya mengikuti baru saya paham tujuan
dari diadakannya kegiatan ini yaitu saya semakin sadar ternyata
bekerja bukan hanya sekedar mencari nafkah aja, tapi kerja
adalah suatu anjuran dalam agama kita yang kelak akan kita
pertanggung jawabkan, dan saya tahu setelah menghikuti
bimbingan bahwa kerja ini salah satu bagian dari ibadah ketika
dilakukan dengan niat dan ikhlas, dan saya juga belajar kalau
agama menuntut kita untuk bertanggung jawab dalam setiap
pekerjaan yang kita kerjakan dan kejujuran kita dalam bekerja,
dengan pengetahuan saya yang terbatas ini saya mulai sadar
yang dulunya shalat saya bolong-bolong sekarang insyaallah
ibadahnya rajin terus bekerja pun lebih nyaman dan ikhlas”.11
Hal serupa juga diungkapkan bapak Tata:
“Nah setelah saya mengikuti ada perubahan dari dalam diri saya
karena saya mengetahui ternyata kegiatan sehari-hari kita
mempengaruhi kita dalam bekerja. Yang dulunya malas
Alhamdulilah sekarang tidak ada lagi malas-malasan dalam
bekerja, terus ibadah saya yang dulunya tidak pernah sama
sekali kalau sekarang Alhamdulilah sekarang sudah rajin
berjamaah dan syukyurnya lagi bang tahun kemaren saya dapat
reeward dari pabrik sebagai karyawan yang tidak pernah absen
heheheh”.12
Tema 1: Bekerja harus ikhlas karena bekerja adalah bagian dari
ibadah
Islam sangat mendorong manusia untuk bekerja dan
berusaha dalam mencari kesejahteraan hidup dalam kemuliaan
dan tidak menjadi beban orang lain. Islam juga memberi
kebebasan dalam memilih pekerjaaan yang sesuai dengan
kemampuan. Namun, Islam mengatur batasan-batasan dalam
meletakkan prinsip-prinsip dan menetapkan nilai-nilai yang
11
Wawancara dengan Ibuk Iyoh (karyawan) pada tanggal 26 Januari 2018pukul 09:28
WIB
12 Wawancara dengan Bapak Tata (karyawan) pada tanggal 25 januari 2018 pukul 15.00
WIB
66
harus dijaga oleh seorang muslim, agar kemudian aktifitas
bekerjanya benar-benar dipandang Allah sebagai kegiatan
ibadah. Allah memuliakan manusia yang giat bekerja, mandiri
karena dengan bekerja kebutuhan manusia akan terpenuhi dan
ini merupakan bentuk pertanggungjawaban manusia kepada
dirinya sendiri.
Ikhlas dalam bekerja, yaitu meniatkan aktifitas
bekerjanya tersebut untuk mencari ridha Allah dan beribadah
kepada-Nya. Niat sangat penting dalam bekerja, jika pekerjaan
ingin bernilai ibadah maka niat harus hadir dalam hati. Mencari
nafkah adalah sebuah kewajiban. Islam adalah agama fitrah,
yang sesuai dengan kebutuhan manusia, diantaranya adalah
kebutuhan jasmani dan salah satu cara untuk memenuhinya,
manusia harus bekerja. Namun dalam melakukan pekerjaan
rutinitas, manusia tidak boleh melalaikan kewajiban utnuk
memenuhi kebutuhan rohaninya yaitu beribadah kepada Allah
(shalat, puasa dan lain-lain), dan kebutuhan ini adalah bagian
dari penghambaan manusia kepada Allah SWT. Hal ini
diungkapkan oleh bapak Aef:
“menurut saya bekerja itu bukan hanya mengejar finansial
semata tapi ketika kita bekerja itu harus merasa nyaman dan
ikhlas, nah ini semua diawali dengan niat agar bekerja kita
bernilai ibadah. Waktu saya masih SD saya diajarkan guru
apabila mengerjakan sesuatu harus pake niat agar kerja kita
bernilai ibadah, dan ketika kita bekerja merasa nyaman dan
ikhlas, itu yang menjadi pegangan saya sampai sekarang. Dan
pengalaman ini juga yang saya berikan kepada karyawan dengan
membuat kegiatan bimbingan rohani”.13
Hal serupa juga diungkapkan oleh ibu Iyoh:
“setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani saya semakin
ikhlas dan menikmati pekerjaan saya yang sekarang, dan
ternyata segala sesuatunya apabila dikerjakan dengan ikhlas
dan dinikmati akan terasa senang aswad”.
13 Wawancara dengan bapak Aef pada hari selasa, tanggal 30 januari 2017, pukul 16.00
WIB
67
Bagan 1. Tahap Proses Bimbingan Rohani Yang Dialami Karyawan
Pra bimbingan Malas bekerja
Bolos kerja
Masuk kerja tidak
tepat waktu
Tidak jujur
selama bimbingan Mengikuti kegiatan
bimbingan
Pengajian
mingguan
Tour religi
Infaq
karyawan
pasca bimbingan Perubahan
jasmani Semangat kerja
On time
Pengetahuan
keagamaan
Perubahan
rohani Ibadah
meningkat
jujur
Ikhlas bekerja
68
c. Metode Bimbingan Rohani Dalam Meningkatkan Etos Kerja
Karyawan
Bimbingan Rohani adalah salah satu bagian dari program
pabrik sepatu yang ditujukan kepada karyawan, dimana pabrik
sepatu adalah sebagai fasilitator dan karyawan adalah tujuan dari
diadakannya kegiatan. Pabrik sepatu memberikan fasilitas
keagamaan untuk para karyawan, dimana dengan adanya kegiatan ini
diharapkan para karyawan dapat menambah pengetahuan keagamaan
sehingga keimanan dam ketaqwaan mereka semakin meningkat serta
dapat mengaplikasikannya dalam dunia kerja dan sekaligus menjadi
motivasi dalam bekerja.
Kegiatan bimbingan rohani yang menjadi program dipabrik
sepatu adalah infaq dari karyawan, tour Religi dan pengajian yang
dilaksanakan setiap dua kali seminggu. Kegiatan ini tidak diwajibkan
kepada karyawan untuk mengikutinya, karena ini bagian dari ibadah
jadi bagi karyawan yang ikhlas dan memiliki kesadaran diri saja
yang mengikutinya namun tidak ditekankan kepada karyawan,
kahwatirnya kegiatan ini menjadi beban buat sebagian karyawan,
pabrik hanya mengajak serta memfasilitasi karyawan untuk
beribadah sehingga menjadikan hidup karyawan ke arah yang lebih
baik, dalam bekerja maupun beribadah. Hal ini diungkapkan bapak
Aef:
“Karena apabila diwajibkan, khawatirnya karyawan merasa
tertekan karena dipaksa juga untuk mengikuti kegiatan ini, kita kan
engga tahu mereka senang apa engga dengan kegiatan ini, terlebih
lagi ini kegiatan ibadah jadi semua yang mengikutinya harus
dengan hati yang ikhlas mengikutinya tanpa ada paksaan. Jadi saya
membiarkan kesadaran dari mereka untuk mengikuti kegiatan
bimbingan rohani ini namun saya tidak pernah bosan untuk
mengajak dan mengingatkan mereka untuk selalu mengikuti
kegiatan ini”.14
14
Wawancara dengan bapak Aef pada hari selasa, tanggal 30 januari 2018, jam 16.00 wib
69
Tema 1: Pengajian kegiatan yang paling efektif untuk
meningkatkan etos kerja.
Adapun kegiatan bimbingan rohani untuk menigkatkan etos
kerja karyawan dipabrik sepatu adalah kegiatan pengajian, yaitu
ceramah menyampaikan materi keagamaan. Materi bimbingan
rohani yang dibahas diambil dari kitab kuning yaitu Fiqh (fathul
mu’in), Hadits (nashoibul ibad), dan Tafsir al-Qur’an (jalalain).
Bimbingan rohani dilaksanakan setiap 2 kali dalam seminggu yaitu
malam rabu dan malam jum’at, waktu bimbingan rohani dimulai
dari ba’da isya sampai jam 21.00 wib, tempat pelaksanaan
bimbingan malam selasa dilakukan di Mushalla Nurul Ikhwan
tepatnya di dekat pabrik sepatu dan malam jum’at dilaksanakan
dirumah bapak Aef selaku Direktur Operasional.
Kegiatan bimbingan rohani yang dilaksanakan pada malam
rabu yaitu sebelum masuk ke pembahasan kitab para jama’ah
diawali dengan membaca shalawat bersama-sama setelah itu
dilanjutkan dengan mengaji kitab kuning dan setelah membahas
materi yang disampaikan pembimbing kemudian dibuka sesi tanya
jawab dari karyawan serta ditutup dengan doa. Untuk pengajian
yang dilaksanakan pada malam jumat sebelum masuk ke materi
bimbingan rohani diawali dengan membaca yassin secara
berjama’ah dilanjut dengan tahlil dan doa setelah itu pembahasan
materi bimbingan rohani dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab
dari karyawan dan diakhiri dengan doa.
Tujuan dari pengajian ini adalah para karyawan dapat
memahami materi bimbingan yang disampaikan serta dapat
mengaplikasikannya kedalam dunia kerja dan ibadah karyawan pun
semakin meningkat. Ketika melakukan bimbingan diperlukan
pemilihan materi, karena materi yang disampaikan akan menambah
pengetahuan dan mempengaruhi diri karyawan.
70
Dari ketiga kegiatan bimbingan rohani yang menjadi bagian
dari program pabrik, bahwa kegiatan pengajian adalah yang paling
efektif untuk meningkatkan etos kerja karyawan. Ceramah
merupakan bimbingan secara langsung dengan menyampaikan
materi secara lisan didepan para karyawan yang mengikuti kegiatan
bimbingan rohani. Dalam kegiatan ini karyawan langsung
mendapatkan materi keagamaan dari pembimbing sehingga mereka
mendapatkan pengetahuan agama. Dengan pengetahuan agama
yang didapat mereka selama mengikuti kegiatan bimbingan rohani
kesadaran diri dari karyawan semakin meningkat bahwa ibadah dan
bekerja adalah suatu kewajiban yang harus dipertanggungjawabkan
manusia. Hal ini diungkapkan oleh bapak Tata:
“kalau sejauh ini yang paling mempangaruhi kerja saya ya kegiatan
pengajian itu, dari kegiatan pengajian ini saya banyak
mendapatkan pengetahuan tentang agama yang dulunya memang
saya jauh dari agama dan kurang memahami, tidak hanya itu
kegiatan pengajian ini pun mendorong semangat saya untuk
bekerja”.15
Tema 2: Metode pengajian yaitu ceramah dan diskusi
Metode tidak hanya bicara cara yang dipakai pembimbing
ketika melakukan bimbingan, tapi bagaimana dengan metode
tersebut terbimbing bisa memahami materi yang disampaikan
sehingga hasil dari bimbingan berefek pada kehidupan sehari-hari
si terbimbing. Sukses tidaknya suatu bimbingan tergantung metode
yang digunakan pembimbing ketika melakukan bimbingan.
Dalam menyampaikan materi bimbingan rohani seorang
pembimbing harus memiliki metode, hal ini diyakini untuk
mempermudah pembimbing dalam melakukan bimbingan sehingga
jamaah dapat memahami materi yang disampaikan dan tujuan
mereka untuk mengikuti bimbingan rohani pun tercapai. Tidak
hanya itu metode ini juga dapat memberikan kenyamanan bagi
15
Hasil wawancara dengan bapak Tata pada hari kamis, tanggal 25 januari 2017, jam 15.00
71
jamaah yang mengikuti bimbingan, karena dengan merasa nyaman
terbimbing akan mudah untuk memahami materi yang
disampaikan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dari
pembimbing dan karyawan ialah pembimbing menggunakan
metode Group Guidance (bimbingan kelompok) atau metode
langsung, dan output nya adalah dapat mengubah perilaku,
menambah pengetahuan keagamaan, dan memotivasi kinerja
karyawan sehingga kerja dan ibadah karyawan meningkat. Metode
yang digunakan ini diyakini mempermudah pembimbing dalam
melakukan bimbingan dan mempermudah karyawan dalam
memahami materi yang disampaikan. Beberapa metode bimbingan
yang diterapkan pembimbing ketika melakukan bimbingan
menggunakan metode Group Guidance (bimbingan kelompok)
yaitu:
1. Metode ceramah, bahwa pembimbing menyampaikan materi
secara langsung kepada karyawan, dengan bantuan media
berupa microfon. Metode langsung secara kelompok dilakukan
dengan memberikan tausyiah, shalawatan dan membaca surat
yassin. Dan metode ini juga sebagai bentuk bersosialisasi
karyawan dan sekaligus mempererat tali silaturahmi antara
sesama karyawan.
2. Metode diskusi, yaitu interaksi antara karyawan dan
pembimbing dimana para karyawan diberikan waktu untuk
bertanya. setelah pembimbing selesai menyampaikan materinya
para karyawan diberikan waktu untuk bertanya sekitaran tentang
agama atau menyampaikan keluh kesahnya dalam bekerja.
Metode ini juga guna menambah wawasan pengetahuan para
karyawan tentang keagamaan dan membantu untuk
meningkatkan etos kerja karyawan.
72
Metode yang digunakan dalam melakukan bimbingan
langsung diungkapkan oleh ustadz Baidowi sebagai
pembimbing dipabrik sepatu. Adapun ungkapan Ustadz
Baidowi mengenai metode bimbingan
“Kalau untuk metode sudah pasti ada ya, Cuma kalau untuk
metode secara spesifik saya juga kurang paham apakah saya
punya metode tersendiri atau tidak. Yah intinya mah sama
dengan ustadz-ustadz yang lain juga bang, seperti yang
terapkan disini setelah saya selesai membahas materi saya
memberikan jamaah waktu untuk bertanya”.16
Hal senada juga diungkapkan oleh ibuk Iyoh sebagai
karyawan pabrik sepatu:
“yah metodenya itu kita ngaji dulu membahas kitab yang
sudah disediakan ustadznya dan setelah membahas materi
sebelum doa kita dipersilahkan untuk bertanya mengenai apa
saja baik itu keluhan diri kita ataupun seputar pembahasan,
udah cuma itu saya tahu tentang metode”.17
Dalam melakukan bimbingan tidak melulu harus
monoton, pembimbing harus mengetahui kondisi dari si
terbimbing saat mengikuti bimbingan, agar materi pembimbing
sampai dan dapat dipahami mereka. Seperti yang dilakukan
pembimbing pabrik sepatu, saat melakukan bimbingan rohani
kepada karyawan pembimbing memperbolehkan jamaah
(karyawan) untuk merokok sambil ngopi dan pabrik juga
menyediakan makanan untuk karyawan, dengan alasan karena
karyawan bekerja satu harian dan saat mengikuti kegiatan
bimbingan akan merasa kelelahan. Maka dari itu untuk
menghilangkan rasa ngantuk dan jenuh mereka saat mengikuti
kegiatan ini pembimbing memperbolehkan karyawan merokok
dan makan yang sebagian karyawan laki-lakinya adalah
perokok berat, dengan cara seperti ini para karyawan selalu
16
Wawancara dengan Ustadz Baidowi pada hari sabtu, tanggal 27 januari 2018, pukul
11.05 WIB 17
Wawancara dengan ibuk Iyoh pada hari kamis, tanggal 25 januari 2017, pukul 09.28
WIB
73
bersemangat untuk mengikuti bimbingan dan menikmati
kegiatan bimbingan ini. Hal ini diungkapkan oleh bapak Tata
“Kalau metode khusus tidak ada, mungkin yang saya jelasin
barusan itu bagian dari metode khusus ustadznya, kan jarang
ustadz yang bolehin jamaah ngerokok kalau lagi waktu ngaji
karena ustadznya memahami kondisi jamaah yang seharian
bekerja jadi kecapekan dan mudah ngantuk untuk
menghilangkan ngantuknya kita yaitu dengan merokok dan
ngopi dan ini khusus bagi jamaah yang perokok hehehe”18
.
Bagan 4. Metode Bimbingan
18
Wawancara dengan bapak Tata pada hari kamis, tanggal 25 januari 2018, jam 15.00
pukul WIB.
Bimbingan Rohani Pengajian Ibadah
Aqidah
Akhlak
Metode
bimbingan Ceramah
Diskusi
Output
Menambah pengetahuan
keagamaan Motivasi kerja Etos kerja dan ibadah
meningkat
74
d. Efektivitas Bimbingan Rohani Dalam meningkatkan Etos Kerja
Karyawan
Pembahasan efektivitas dijelaskan bahwa efektivitas adalah
kemampuan untuk mencapai suatu tujuan atau target sesuai dengan
yang telah direncanakan, dengan kata lain adanya suatu perubahan
dari suatu kegiatan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Cara mengukur efektivitas diantaranya dengan pendekatan
tujuan, pengukuran pendekatan tujuan adalah yang menekankan
pada pentingnya pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian
keefektifan.19
Untuk mengetahui keefektifan bimbingan rohani
dalam meningkatkan etos kerja karyawan terlebih dahulu harus
mengetahui tujuan utama dari suatu kegiatan yang akan dikaji
keefektifitasannya, agar terlihat dahulu kriteria-kriteria yang
menunjang pencapaian tujuan.
Adapun tujuan bimbingan rohani untuk meningkatkan etos
kerja karyawan di pabrik sepatu yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan spritual yaitu beribadah untuk
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
2. Meningkatkan etos kerja dan memberikan motivasi kerja untuk
karyawan.
3. Membina akhlak karyawan
4. Mempererat tali silaturahmi antara sesama karyawan.
Melihat dari tujuan bimbingan rohani yang dilakukan pabrik
terhadap karyawan, hasil observasi dan wawancara yang dilakukan
penulis bahwa kegiatan bimbingan rohani sudah sangat lama
dilaksanakan dipabrik sepatu, Adapun kegiatan bimbingan rohani
yang diberikan kepada karyawan sudah sangat efektif untuk
meningkatkan etos kerja karyawan sehingga menghasilkan suatu
tujuan yang ingin dicapai.
19
FX. Suwanto, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogya, 1999), Cet. ke -
1, h. 5.
75
Berbicara tentang efektivitas pertama dilihat dari tujuan yang
ingin dicapai dengan adanya program bimbingan rohani terhadap
karyawan, kemudian dilihat dari bentuk kegiatan bimbingan
rohaninya dan setelah melihat tujuan yang ingin dicapai dengan
adanya kegiatan bimbingan rohani dan bentuk kegiatannya baru
dilihat dari ada tidaknya efek yang diberikan kepada karyawan
setelah mengikuti bimbingan rohani.
Tema 1: perubahan self pasca bimbingan rohani yaitu ibadah rajin
dan bekerja lebih baik dan bersemangat.
Agama menjadi sesuatu yang sangat bernilai bagi seseorang
ketika menghadapi kesulitan-kesulitan dalam menjalani
kehidupannya, karena agama memberikan panduan untuk
bertindak sesuai dengan kebaikan-kebaikan yang terkandung
ajaran-Nya. Motivasi yang bersumber dari nilai-nilai agama
mendukung seseorang untuk melakukan yang terbaik bagi sesama,
karyawan menyadari bahwa dengan pengetahuan agama mereka
lebih mensyukuri dengan apa yang mereka kerjakan saat ini.
Bimbingan rohani memberikan pengetahuan bahwa agama dapat
dijadikan sebagai motivasi dalam bekerja, dengan ibadah bekerja
akan lebih bermakna dan mendapat ridho-Nya.
Pekerjaan menuntut hasil yang maksimal, maka dari itu
dibutuhkan suatu kerjasama yang baik antara satu dengan
karyawan yang lainnya dalam mencapai tujuan. Keterbukaan
dalam bekerjasama merupakan suatu proses komunikasi melalui
hubungan sosial yang tercipta dan dilakukan oleh seseorang dalam
menyelesaikan suatu kesulitan yang sedang dihadapinya. Salah
satu cara karyawan untuk bisa bekerjasama terlebih dahulu
membangun emosional hal itu terlihat mulai dari mulai masuk
bekerja sampai waktu pulang, yang dilakukan mereka adalah
berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya sehingga pekerjaan
76
yang mereka lakukan maksimal dan karyawan terlihat bahagia dan
senang dengan apa yang mereka kerjakan.
Bimbingan rohani akan dikatakan berhasil apabila mampu
mencapai suatu tujuan yang sudah ditentukan. Pasca bimbingan
rohani ada dua perubahan yang terjadi pada diri karyawan yaitu
perasaan yang dialami karyawan yaitu giat beribadah kepada
Allah,mewujudkan nilai-nilai agama, ikhlas bekerja, bersyukur atas
apa yang dikerjakan saat ini dan perilaku yaitu, semangat dalam
bekerja, keterbukaan dalam bekerja sama, mengarahkan dan mau
menerima masukan dan kritikan, menyatu dengan kehidupan
masyarakat yang berdampak positif pada kinerja karyawan yaitu
bekerja dengan penuh tanggung jawab, memiliki rasa pengabdian
yang tinggi, silaturahmi terjaga.
Hal berikut dapat dilihat dari kinerja karyawan dan
ibadahnya, bahwa dalam keseharian mereka bekerja selalu datang
tepat waktu dengan, tidak ada yang malas-malasan, saling
berkomunikasi antara yang satu dengan karyawan yang lainnya.
Sama halnya dengan ibadah, setelah istirahat para karyawan
bergegas untuk menunaikan shalat dzuhur, tempat shalatnya
sebagian dirumah masing-masing dan ada juga shalat dimushallah
yang disediakan pabrik. Keberhasilan kegiatan bimbingan rohani
sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan ini seperti yang
diungkapkan salah satu karyawan:
“Sangat berbeda bang, itu tadi bang sebelumnya itu hasil dari kerja
saya itu ngga jelas kemana perginya, mungkin habis keminum-
minuman, kalau kegiatan kita seperti itu setelah bekerja terus
minum-minum kan timbul rasa malas dalam bekerja dan itu yang
saya alami. Nah setelah saya mengikuti ada perubahan dari dalam
diri saya karena saya mengetahui ternyata kegiatan sehari-hari kita
mempengaruhi kita dalam bekerja. Yang dulunya malas
Alhamdulilah sekarang tidak ada lagi malas-malasan dalam
bekerja, terus ibadah saya yang dulunya ti dak pernah sama sekali
kalau sekarang Alhamdulilah sekarang sudah rajin berjamaah dan
77
syukurnya lagi bang tahun kemaren saya dapat reeward dari pabrik
sebagai karyawan yang tidak pernah absen heheheh”.20
Hal serupa diungkapkan Ibuk Iyoh salah satu karyawan
yang rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani:
“Alhamdulilah setelah saya mengikuti baru saya paham tujuan dari
diadakannya kegiatan ini yaitu saya semakin sadar ternyata bekerja
bukan hanya sekedar mencari nafkah aja, tapi kerja adalah suatu
anjuran dalam agama kita yang kelak akan kita pertanggung
jawabkan, dan saya tahu setelah menghikuti bimbingan bahwa
kerja ini salah satu bagian dari ibadah ketika dilakukan dengan niat
dan ikhlasa melakukannya, dan saya juga belajar kalau agama
menuntut kita untuk bertanggung jawab dalam setiap pekerjaan
yang kita kerjakan dan kejujuran kita dalam bekerja, dengan
pengetahuan saya yang terbatas ini saya mulai sadar yang dulunya
shalat saya bolong-bolong sekarang insyaallah ibadahnya rajin
terus bekerja pun lebih nyaman dan ikhlas”.21
Tema 2: Bimbingan rohani efektif dalam meningkatkan etos kerja.
Bimbingan rohani merupakan aktualisasi teologi yang
dimanifestasikan dalam suatu kegiatan manusia beriman sebagai
makhluk sosial yang dilaksanakan secara teratur untuk membina
dan mengarahkan manusia, agar akidahnya mantap, keyakinannya
kokoh, bertambah taqwa kepada Allah SWT, taat melaksanakan
ibadah dan memantapkan kesadaran beragama, sehingga dapat
membawa seseorang menjadi lebih tenang dalam permasalahan,
dan jauh dari rasa cemas.22
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia harus
bekerja, manusia melakukan kegiatan (aktivitas) karena adanya
kesadaran dan kemauan mencari nafkah untuk kebutuhan
hidupnya. Dengan motivasi kerja yang tinggi dan semangat kerja
membuat setiap individu siap meningkatkan semangat dalam
bekerja. Seseorang yang memiliki semangat dalam bekerja tentulah
20
Wawancara dengan bapak Tata pada hari kamis, tanggal 25 januari 2018, pukul 15.00
WIB. 21
Wawancara dengan ibuk Iyoh pada hari kamis, tanggal 25 januari 2017, pukul 09.28
WIB 22
Lismidar, “Tuntunan Rohani Islam Dalam Memenuhi Kebutuhan Spritual Pasien”,
Dalam Makalah Penataran Dakwah ke Rumah Sakit (Jakarta: 1993), h.1
78
tidak mudah putus asa ketika berhadapan dengan suatu kesulitan,
bahkan orang tersebut akan berusaha mengatasi hal yang menjadi
kendala ketika ia berusaha mencapai tujuan hidupnya. Semangat
dalam bekerja terwujud pada kemampuan karyawan mengelola
perasaan secara positif melalui pengendalian diri ketika berada
dalam situasi sulit dan menjadikannya sebagai motivasi untuk
bekerja semangat dan penuh tanggung jawab.
Bekerja dan kesadaran bekerja mempunyai dua dimensi
yang berbeda menurut takaran seorang muslim, bahwa makna
hakikat bekerja adalah fitrah manusia yang secara niscaya sudah
seharusnya demikian dan manusia hanya bisa memanusiakan
dirinya lewat bekerja, setiap muslim tidaklah akan bekerja hanya
sekedar untuk bekerja dan mendapatkan gaji atau sekedar mencari
gengsi supaya tidak disebut pengangguran, kesadaran bekerja
secara produktif lalu di landasi semangat tauhid dan tanggung
jawab ulluhiyah serta motivasi untuk meraih nilai bekerja yang
lebih bermakna, merupakan salah satu ciri khas dari karakter atau
kepribadian seorang muslim dalam bekerja.23
Dalam bekerja seorang karyawan juga harus mendapatkan
keamanan dan rasa nyaman, agar memotivasi kinerja karyawan
sehingga dapat meningkatkan etos kerja mereka. Rasa aman dan
rasa nyaman tidak hanya didapat dalam suatu pekerjaan, namun
faktor utama yang memberikan rasa aman dan rasa nyaman adalah
diri sendiri yaitu beribadah kepada Allah.
Bimbingan rohani yang didadakan pabrik sepatu sudah
sangat efektif dalam meningkatkan etos kerja karyawan, hal ini
terlihat dari tujuan diadakannya program bimbingan yang sudah
disebutkan diatas dan efeknya pada karyawan terlihat dari kinerja
mereka sehari-hari seperti datang tepat waktu, tidak ada lagi
penyelewengan barang, izin ketika ada halangan dan dalam bekerja
23
Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Jakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), Cet.
II, h. 20
79
selalu bersemangat. Hal serupa diungkapkan oleh pimpinan pabrik
sepatu:
“Sangat efektif, buktinya karyawan pabrik yaitu bapak tata setelah
mengikuti bimbingan rohani ibadahnya makin rajin begitu juga
dengan kerjanya, dan tahun kemaren bapak Tata ini mendapatkan
reeward dari pabrik sebagai karyawan yang paling rajin dan tidak
pernah absen”.24
Hal senada juga diungkapkan oleh bapak Tata sebagai
karyawan sekaligus yang merasakan dampak dari kegiatan
bimbingan rohani1
“Efektif sekali khususnya saya yang sudah mengalami, karena
akan mempengaruhi kepribadian saya dalam bekerja”.25
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat bahwa
bimbingan rohani yaitu adanya perubahan dari kinerja karyawan
yang sebelumnya malas-malasan, sering absen dan setelah
mengikuti bimbingan rohani para karyawan lebih giat beribadah
dan bekerja selalu bersemangat.
24
Wawancara dengan bapak Aef pada hari selasa, tanggal 30 januari 2017, pukul 16.00
WIB 25
Wawancara dengan bapak Tata pada hari kamis, tanggal 25 januari 2018, pukul 15.00
WIB.
80
Bagan 5. Hasil bimbingan rohani
Efektivitas bimbingan rohani
dalam meningkatkan etos
kerja
pengajian
Metode
Ceramah dan
diskusi
Agama sebagai
pandangan
hidup
- Menjalankan ibadah
- Ikhlas bekerja
- Bersyukur memiliki
pekerjaan
- Jujur
- Mewujudkan nilai-nilai
agama
Karakter
Positif
Etos Kerja Meningkat
- Semangat dalam bekerja
- Keterbukaan dalam
bekerja sama
- Saling memahami setiap
karyawan
- Berbagi pengetahuan
- Mengarahkan dan mau
menerima masukan atau
kritikan
Output
- Bekerja dengan penuh
tanggung jawab
- Tingkat kepatuhan yang
tinggi
- Hubungan komunikasi
yang lebih baik
- Penghasilan bukanlah
tujuan akhir
- Kebutuhan jasmani dan
rohani terpenuhi
Perubahan Self
81
2. Pembahasan
Setelah penulis memaparkan hasil penelitian dan analisis,
kemudian ada pembahasan guna mempermudah pembaca dalam
memahami isi skripsi ini. Proses adalah jalannya suatu peristiwa dari
awal sampai akhir atau masih berjalan tentang suatu perbuatan, pekerjaan
dan tindakan.26
Ada 3 tahap proses dilalui karyawan yang menjadi alasan
mereka dan pabrik untuk membentuk dan mengikuti suatu program yang
disebut bimbingan rohani. Proses pertama yang dilalui yaitu pra
bimbingan, Ibadah adalah bagian dari cara manusia untuk memenuhi
kebutuhan rohani dan salah satu benteng untuk menghindarkarkan diri
dari perbuatan tercela. Kurangnya kebutuhan rohani berefek pada diri
sendiri dan pekerjaan. Banyak karyawan yang melalaikan kebutuhan
rohani sehingga mereka mudah frustasi, kurang percaya diri, tidak jujur
terhadap orang lain, tidak pernah merasa puas dengan apa yang
dimilikinya (kurang bersyukur), jika dilihat dari rohaninya.
Kurangnya kebutuhan rohani karyawan berefek pada pekerjaan
mereka yaitu banyak melakukan kecurangan dipabrik. Beragam macam
permasalahan yang dialami karyawan baik kepada diri sendiri maupun
kepada pekerjaan yang dilakukannya. Banyak karyawan sebelum
mengikuti kegiatan bimbingan rohani mereka melakukan kecurangan,
malas-malasan ketika bekerja, sering izin, datang tidak tepat pada
waktunya dan bolos dimana sebelum adanya bimbingan rohani sebagian
karyawan melakukan kecurangan dalam bekerja dipabrik sepatu, dilihat
dari jasmaninya.
Proses selanjutnya yaitu selama bimbingan, proses ini adalah
setelah adanya bimbingan yang dilaksanakan dipabrik sepatu. Dimana
tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan etos kerja karyawan,
memenuhi kebutuhan rohani mereka yaitu beribadah kepada-Nya dan
26
Badudu JS, M. Zain Sutan, Kamus Bahasa Indonesia diposting oleh Agung pada hari
selasa tanggal 15 maret 2011 diakses pada tanggal 20 mei 2018 melalui teori-
ilmupemerintahan.blogspot.co.id/2011/03/pengertian-proses.html?m=1.
82
dapat menyambung silaturahmi kepada antara sesama karyawan dan
atasan pabrik sepatu
Proses yang terakhir yaitu pasca bimbingan, ini yang disebut
hasil (output). Setelah mengikuti bimbingan rohani adakah peningkatan
dari kinerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dan
perubahan dari diri mereka yang dulunya malas-malasan, bolos, tidak
bersemangat ketika bekerja menjadi sebaliknya yaitu selalu on time
masuk kerja, tidak pernah bolos, semangat kerja dan ibadah mereka
meningkat.
Menurut Prof. H.M. Arifin. M.Ed, Bimbingan dan Penyuluh
Agama adalah bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik
lahiriah maupun batiniah, yang menyangkut kehidupan, dimasa kini dari
masa mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan bidang mental
spritual. Dengan maksud agar orang yang bersangkutan mampu
mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya
sendiri melalui dorongan dari kekuatan iman, dan takwa kepada Tuhan
yang Maha Esa.27
Seorang pembimbing harus memiliki metode dalam
menyampaikan materi, guna mempermudah karyawan untuk memahami
materi yang disampaikan pembimbing.
Metode dalam pengertian harfiah adalah jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari kata meta
yang berarti melalui dan hodos berarti jalan.28
Metode juga menentukan keberhasilan suatu bimbingan, dimana
dengan adanya metode yang dimiliki pembimbing dapat menumbuhkan
rasa nyaman sehingga karyawan dapat memahami materi yang
disampaikan bagi mereka yang mengikuti kegiatan bimbingan rohani.
Seperti yang dilakukan pembimbing diperusahaan pabrik sepatu CV.
Kakang Prabu, ustadz H. Baidowi memiliki metode yang membuat para
27
H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.
Golden Terayon Press1998), Cet. VI, h. 2. 28
H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.
Golden Terayon Press1998), Cet. VI, h. 136
83
karyawan merasa cukup nyaman dalam mengikuti kegiatan bimbingan
rohani sehingga mereka memahami materi yang disampaikan
pembimbing.
Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar
presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.29
Efektivitas hanya mengkaji output, ketika membicarakan
efektivitas kita tidak memperdulikan berapa banyak sumber daya yang
dibutuhkan. Tidak perduli berapa banyak inp ut berupa waktu, energi
maupun bahan yang dibutuhkan, ukuran efektivitas hanyalah jumlah
output yang dihasilkan, makin banyak output yang layak dari sejumlah
output yang dihasilkan maka dikatakan efektif.
Dilihat dari pasca bimbingan rohani karyawan, bahwa program
bimbingan rohani diperusahaan pabrik sepatu sangat efektif dalam
meningkatkan etos kerja karyawan, tidak hanya dari segi kinerja, ibadah
karyawan pun semakin meningkat.
29
Hidayat, Efektivitas Dalam Kinerja Karyawan, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1986), h. 30
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan uraian yang telah dikemukakan oleh penulis
terkait dengan penilitian yang berjudul efektivitas bimbingan rohani dalam
meningkatkan etos kerja karyawan, maka penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Bimbingan rohani adalah salah satu kegiatan dari pabrik sepatu, dimana
kegiatan ini ditujukan kepada seluruh karyawan yang bekerja di
perusahaan pabrik sepatu. Kegiatan ini tidak diwajibkan kepada karyawan
untuk mengikutinya, karena menurut bapak Aef selaku penggagas
kegiatan bimbingan rohani sekaligus sebagai Direktur Operasional di
pabrik sepatu “bahwa kegiatan seperti ini jangan diwajibkan kepada
karyawan karena akan memberikan tekanan bagi mereka sendiri karena
merasa dipaksa, bimbingan rohani ini kegiatan ibadah jadi karyawan harus
ikhlas mengikutinya tanpa ada paksaan, namun saya tidak pernah bosan
untuk mengajak para karyawan mengikuti kegiatan rohani ini demi
kebaikan bersama”. Adapun bimbingan rohani yang dilaksanakan di
pabrik sepatu yaitu berbentuk pengajian seperti baca shalawat bersama,
ngaji yassin bersama dan membahas kitab kuning yang disampaikan oleh
pembimbing. Metode yang digunakan pembimbing agar bimbingan rohani
yang dilakukan efektif yaitu metode bimbingan kelompok (group
guidance) yang didalamnya metode ceramah dan diskusi, dimana setelah
si pembimbing menyampaikan materi (ceramah) kemudian dilanjutkan
dengan tanya jawab antara karyawan dan pembimbing (diskusi).
Bimbingan rohani selanjutnya yaitu, infaq dari karyawan yang kemudian
akan disalurkan kepada masyarakat sekitar yang kurang mampu tepatnya
pada 10 Muharram, dan bimbingan rohani yang terakhir yaitu Tour Religi
ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali.
2. Kegiatan bimbingan rohani selain menambah pengetahuan dan wawasan
tentang keagamaan, bimbingan rohani juga dapat meningkatkan etos kerja
85
karyawan. Kegiatan ini juga menambah semangat karyawan untuk
beribadah dan bekerja.
3. Setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani, karyawan merasakan
adanya perubahan dari diri baik perasaan maupun perilaku mereka yaitu
meningkatnya ibadah, ikhlas bekerja, jujur, bertanggung jawab, on time
masuk kerja. Dari keterangan ini bisa disimpulkan bahwa bimbingan
rohani telah efektif.
B. Saran
Setelah lama penulis melakukan penelitian hingga dapat
menyimpulkan mengenai efektivitas bimbingan rohani dalam
meningkatkatkan etos kerja karyawan, maka penulis mempunyai beberapa
saran sebagai berikut:
1. Sebaiknya mushalla yang berada dipabrik hendaknya di renovasi kembali
dan dibesarkan agar karyawan merasa nyaman dalam beribadah dan
ketika melaksanakan kegiatan bimbingan rohani mushalla yang berada di
pabrik bisa digunakan.
2. Waktu bimbingan rohaninya sebaiknya dilaksanakan diwaktu libur agar
karyawan yang mengikuti kegiatan merasa nyaman dan dapat menerima
materi yang disampaikna pembimbing.
3. Kesulitan teori tentang bimbingan rohani dalam meningkatkan etos kerja
karyawan adalah problem utama dalam menganalisis penelitian ini, akan
tetapi dalam penelitian ini, penulis benar-benar berusaha semaksimal
mungkin untuk menjelaskan bimbingan rohani dalam meningkatkan etos
kerja karyawan dengan mengacu pada teori yang ada.
4. Peneliti mengakui dengan kesadaran penuh bahwa masih banyak
kekurangan dalam penelitian ini sehingga keterbatasan dalam penelitian
tersebut diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk menggali lebih
mendalam dengan fenomena sama atau berbeda sehingga mampu
menemukan suatu hal yang baru sebagai pembanding dengan penelitian
ini.
Daftar Pustaka
Abdullah, Taufik, 1993, Agama Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta:
CV Rajawali.
Arifin, 1976, Psikologi Dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniyah Manusia,
Jakarta: Bulan Bintang.
Arifin, H.M, 1998, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
Jakarta: PT. Golden Terayon Press.
As-shiddiqy, Hasby,1945, Kuliah Ibadah, Jakarta: Bulan Bintang.
Asyari, Musa , 1997, Etos Kerja dan Pembangunan Ekonomi Umat, Jogjakarat:
Lesfi.
Aziz Samudra, Azhari, 2004, Eksistensi Rohani Manusia, Jakarta: Yayasan
Majelis Taklim HDH.
Arikunto,Suharsimi, 2002, Prosedur Pendidikan Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta.
Creswell, John W, 2010, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed, Yoyakarta: Pustaka Pelajar.
Darsono, Siswandoko, Tjatjuk, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia Abad
21, Jakarta: Nusantara Consulting.
Darajat, Zakiyah, 1975, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, Jakarta:
Bulan Bintang.
Departemen P dan K, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.
Hardiansyah, Haris, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu
Sosial, Jakarta: Salemba Humanika.
Handayaningrat, Soewarno, 1990, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen, jakarta: Haji Masagung.
Hidayat, 1986, Efektivitas Dalam Kinerja Karyawan, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Kafie, Jamaludin, 1993, Psikologi Dakwah, Surabaya: Penerbit Indah.
Kartono, Kartini, Psikologi Sosial Perusahaan Dan Industri, Jakarta: CV
Rajawali.
Khalil,Ahmad, 2007, Merengkuh Bahagia Dialog Al-Qur’an Tasawuf dan
Psikologi, Malang: UIN-Malang Press.
Lutfi, M, 2008, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.
Lismidar, 1993 “Tuntunan Rohani Islam Dalam Memenuhi Kebutuhan Spritual
Pasien”, Dalam Makalah Penataran Dakwah ke Rumah Sakit, Jakarta.
Maslow, H. Abraham, 1993, Motivasi dan Kepribadian, Jakarta: Midas Surya
Grafindo.
Moleong, J.Lexy, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mujib, Abdul, 2007, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Mulyana, Deddy, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rosada.
Munir Amin, Samsul, 2010, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah.
Mu’awanah, Elfi, Hidayah, Rifa, 2009, Bimbingan Konseling Islami di Sekolah
Dasar, Jakarta: PT. Bumi Karsa.
Poerwandari, E. Kristi, 2013, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku
Manusia, Depok: LPSP3 UI
Salim dan Syahrum, 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Citapustaka Media.
Shadly, Hasan, 1990, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia.
Sugiono, 2007, Metode Penelitian Kuantitaf, Kualitatif dan R & D, Bandung:
ALFABETA.
Suwanto, FX, 1999 Perilaku Organisasi, Yogyakarta: Universitas Atmajaya
Yogya.
Tasmara,Toto, 2002, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta: Gema Insani
Press.
Tasmara, Toto, 1995, Etos Kerja Pribadi Muslim, Jakaarta: PT. Dana Bhakti
Wakaf.
Tebba, Sudirman, 2009, Bekerja Dengan Hati Bagaimana Cara Membangun Etos
Kerja Dengan Spritualitas Religius, Jakarta: Pustaka IrVan.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka.
Umar, H.M, Sartono, 2001, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: CV. Pustaka
Setia
Yatim Riyanto, 2010, Metodologi Penelitian Pendidikan Surabaya: SIC.
Ya’qub, Hamzah, 1992, Etos Kerja Islami, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya.
Yusuf, Burhanuddin, 2015, Manajemen Sumber Daya Manusia di Lembaga
Keuangan Syariah Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Yusuf, Syamsul, Nurihsan, Juntika, 2006, Landasan Bimbingan & Konseling,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Zainal Arifin, Isep, 2009, Bimbingan Dan Penyuluhan Islam Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Blue Print observasi penelitian di Pabrik Sepatu untuk penyuluh
Nama: Ustadz Ubaidillah
Usia: 43 tahun
Jenis kelamin: Laki-laki
No Aspek Pertanyaan
1 Waktu dan tempat
penyuluhan
1. Pelaksanaan bimbingan rohani berapa kali dilakukan
terhadap karyawan? Apakah mingguan atau bulanan?
2. Tempat pelaksanaan kegiatan bimbingan rohani
dilakukan?
3. Berapakah peserta bimbingan rohani?
4. Sudah berapa lama bapak menjadi pembibing di pabrik
sepatu?
2 Materi Penyuluhan
1. Bagaimana cara bapak menyampaikan materi bimbingan
rohani?
2. Apa saja materi bimbingan rohani yang bapak berikan
kepada karyawan?
3. Apa materi pokok yang selalu bapak berikan?
4. Materi pokok yang bapak berikan untuk meningkatkan
etos kerja karyawan?
5. Materi penunjang bimbingan rohani dalam meningkatkan
etos kerja karyawan?
6. Materi penting dan penunjang untuk meningkatkan etos
kerja karyawan?
3 Metode bimbingan rohani
1. Metode apa saja yang bapak berikan ketika melakukan
bimbingan rohani?
2. Metode pendekatan yang bapak lakukan ketika melakukan
bimbingan rohani terhadap karyawan?
3. Adakah metode khusus yang bapak berikan untuk
melakakukan bimbingan rohani terhadap karyawan?
4. Apa kegiatan bimbingan rohani untuk menigkatkan etos
kerja diperusahaan?
5. Apa tujuan bapak dalam melakukan bimbingan rohani?
6. Fungsi dari bimbingan rohani dilakukan terhadap
karyawan menurut bapak?
4 Keberhasilan bimbingan
rohani
1. Apa yang bapak harapkan dari karyawan setelah
melakukan bimbingan rohani?
2. Ukuran keberhasilan bimbingan rohani menurut bapak?
3. Apa saja kendala dan hambatan yang dihadapi bapak
selama melakukan bimbingan rohani?
5 Efektif bimbingan rohani
1. Menurut bapak apakah setiap karyawan harus memiliki
etos kerja?
2. Setelah dilakukan bimbingan rohani adakah peningkatan
yang terlihat dari kinerja karyawan?
3. Bagaimana bapak mengukur apakah bimbingan rohani
efektif dalam meningkatkan etos kerja karyawan?
4. Menurut bapak efektifkah program bimbingan rohani untuk
meningkatkan etos kerja karyawan?
Pedoman pengumpulan data
Blue Print wawancara penelitian terhadap karyawan
Nama:
Umur:
Jenis kelamin:
Alamat:
No Aspek Keterangan proses penyuluhan
1 Waktu dan tempat
penyuluhan
1. Sudah berapa lama anda menjadi karyawan di pabrik
sepatu?
2. Sudah berapa lama anda mengikuti bimbingan rohani?
3. Berapakah peserta bimbingan rohani yang anda
ketahui?
4. Tempat pelaksanaan dilakukannya bimbingan rohani?
2 Materi penyuluhan
1. Apa saja materi bimbingan rohani yang diberikan
pembimbing kepada anda?
2. Apa materi pokok pembimbing yang anda suka?
3. Apa materi bimbingan rohani yang mempengaruhi
etos kerja anda?
4. Apakah anda memahami materi bimbingan rohani
yang disampaikan pembimbing?
5. Kesulitan anda dalam memahami penyampaian
pembimbing?
6. Apa saja kegiatan bimbingan rohani di perusahaan
pabrik sepatu?
3 Metode bimbingan
1. Apa anda menyukai metode yang diberikan
pembimbing?
2. Apakah ada metode khusus yang diberikan
pembimbing yang anda sukai?
3. Tujuan anda mengikuti kegiatan bimbingan rohani?
4 Keberhasilan bimbingan
1. Apa yang anda harapkan setelah mengikuti bimbingan
rohani?
2. Sebelum dan setelah mengikuti bimbingan rohani
apakah ada perbedaan yang anda rasakan ketika
bekerja?
3. Apa saja hambatan yang anda rasakan selama
mengikuti bimbingan rohani?
5 Efektif bimbingan rohani
1. Menurut anda apakah bimbingan rohani efektif
diterapkan di dunia kerja?
2. Menurut anda apakah setiap karyawan harus memiliki
etos kerja?
3. Adakah peningkatan dari segi kinerja setelah anda
mengikuti bimbingan rohani?
Verbatim Wawancara Dengan Informan
Nama: Bapak Aef
Usia: 51 thn
Jenis kelamin: Laki-laki
Alamat: Kp. Katomas, Kec. Tigaraksa
Pekerjaan: Karyawan dipabrik sepatu CV. Kakang Prabu
Hari/Tanggal wawancara: selasa, 30 januari 2017
Waktu: 16.00 wib
Lokasi wawancara: Dipabrik sepatu
Dalam verbatim ini memakai nama ini sial agar memperjelas wawancara yaitu A (aswad)
disini sebagai peneliti sedangka B sebagai informan (Bapak Aef)
Hasil Wawancara Interpretasi Tema
A: Assalamualaikum pak, baru nyampek ni
pak?
B: Waalaikumsalam, dari pabrik yang satu lagi
lae, ada karyawan yang g masuk, jadi saya
gantikan. Kamu udah ada aja disini (sambil turun
dari mobil).
A: hehehe iya pak mau ketemu bapak ini.
Emang bapak yang menggantikan karyawan
kalau lagi ga masuk?
B: iya lae kalau saya nggak sibuk, saya gantikan
daripada nggak ada yang ngerjain. Kamu mau
ngapain? (lae disini panggilan si peneliti karena
asal si peneliti dari medan).
A: mau wawancarain bapak hehehe, masih
sibuk bapak ini?
B: oh mau wawancara, udah nggak lae.
A: bisa kita mulai wawancaranya pak?
B: ayo silahkan dimulai lae
A: diawali dengan usia ya pak hehehe.usia
bapak sekarang berapa?
B: usia sekarang 48 tahun
A: riwayat pendidikan bapak?
B: Pendidikan saya terakhir itu pesantren, setelah
tamat pesantren saya menganggur selama 2 tahun
lamanya, sampai keluarga saya gerah melihat
keadaan saya yang pengangguran karena disuruh
melanjutkan sekolah saya nggak mau lagi, dan
akhinya saya memutuskan untuk kerja dipabrik
sepatu, saya juga sering ikut seminar
kewirausahaan dan seminar motivator untuk
menambah semangat saya untuk bekerja.
A: Sudah berapa lama bapak berada di pabrik
sepatu ini?
B: Saya mulai bekerja di pabrik ini pada tahun
2009, dan saat itu posisi saya dipabrik langsung
diangkat sebagai Direktur Operasional.
A: kok bisa bapak langsung diposisikan
sebagai Direktur Operasional?
B: karena pengalaman saya yang sudah bertahun-t
ahun jadi karyawan diluar pabrik ini, malahan
pabrik tempat saya bekerja sebagai karyawan
lebih besar dari sini lae.
A: bapak pernah juga merasakan yang
namanya jadi karyawan?
B: sebelum saya menjadi direktur disini, saya
sudah menjadi karyawan dipabrik luar, tidak
mudah lae untuk jadi yang sekarang ini perlu
perjuangan dan semangat lae, salah satu pabrik
tempat saya bekerja yaitu perusahaan pabrik
sepatu di vietnam.
A: oh berarti pak kalau pengalaman bekerja
dipabrik sepatu sudah banyak la ya pak?
B: wah udah banyak lae, udah dipabrik mana aja
saya bekerja.
A: luar biasa pak pengalaman kerjanya.tadi
saya sempat ngobrol-ngobrol dengan karyawan
pak saya tanya kekaryawan siapa yang punya
ide tentang kegiatan bimbingan rohani, terus
mereka jawab bapak Aef, apa benar bapak
penggagas kegiatan bimbingan rohani di
pabrik sepatu ini?
B: Yah benar, karena menurut saya sangat penting
diadakannya bimbingan rohani untuk karyawan
karena dapat menambah pengetahuan agama
mereka agar bekerja dengan ikhlas sehingga apa
yang dikerjakan mereka tidak sia-sia dan
mendapat ridho Allah, juga bisa memberi motivasi
kepada karyawan sehigga etos kerja kayawan
yang disini itu meningkat.
A: Kenapa bapak sampai kepikiran untuk
membuat kegiatan bimbingan rohani?
B: menurut saya bekerja itu bukan hanya mengejar
finansial semata tapi ketika kita bekerja itu harus
merasa nyaman dan ikhlas, nah ini semua diawali
dengan niat agar bekerja kita bernilai ibadah.
Waktu saya masih SD saya diajarkan guru apabila
mengerjakan sesuatu harus pake niat agar kerja
kita bernilai ibadah, dan ketika kita bekerja
merasa nyaman dan ikhlas, itu yang menjadi
pegangan saya sampai sekarang. Dan pengalaman
ini juga yang saya berikan kepada karyawan
Bekerja dengan ikhlas
Bekerja harus dengan
ikhlas karena bekerja
bukan hanya untuk
memenuhi kebutuhan
sehari-hari, tapi bekerja
juga bagian dari ibadah.
dengan membuat kegiatan bimbingan rohani.
A: apa aja kegiatan bimbingan rohani yang
menjadi bagian program pabrik pak?
B: disini ada tiga yang menjadi program
bimbingan rohani untuk kita semua yang bekerja
disini, pertama pengajian ini yang dilaksanakan
setiap dua kali dalam seminggu setiap malam rabu
dan malam jumat, terus infaq dari karyawan ini
setiap perduaminggu kita keluarkan Cuma
Rp.2000 nah infaq dibagikan setiap tanggal 10
Muharram untuk anak yatim dan orang miskin
dilingkungan sekitar pabrik, terus yang terakhir
tour religi kegiatan ini kita dengas semua
karyawan berziarah ke makam-makam ulama
kalau ini dilaksanakan setiap akhir tahun sekalian
kita liburan.
A: apa alasan bapak memilih ketiga kegiatan
ini sebagai kegiatan bimbingan rohani?
B: saya memilih 3 kegiatan karena menuruta saya
ketiga kegiatan ini bisa mempengaruhi kehidupan
pribadi saya dan semua karyawan. Seperti infaq,
saya mengajak semua karyawan bahwa berbagi itu
tidak harus menunggu banyak dengan infaq yang
sedikit dari karyawan pun dapat bermanfaat bagi
lingkungan sekitar khususnya. Terus tour religi ini
kita jalan-jalan liburan bersama-sama yaitu
berziarah kemakam-makam ulama, menurut saya
selain kegiatan ini dapat meningkatkan ibadah kita
(dengan selalu mengingat kematian) juga dapat
mempererat silaturahmi antara kita sesama
pekerja.
A: apakah bapak mengikuti kegiatan
bimbingan rohani ini?
B: Saya mengikuti kegiatannya, karena saya yang
membuat kegiatan bimbingan rohani ini jadi saya
harus memberi contoh kepada karyawan agar
mereka juga bersemangat mengikutinya terlebih
lagi ini tidak diwajibkan kepada karyawan untuk
mengikutinya.
A: kenapa kegiatan ini tidak bapak wajibkan
aja untuk diikuti oleh karyawan?
B: karena apabila diwajibkan, khawatirnya
karyawan merasa tertekan karena dipaksa juga
untuk mengikuti kegiatan ini, kita kan engga tahu
mereka senang apa engga dengan kegiatan ini,
terlebih lagi ini kegiatan ibadah jadi semua yang
mengikutinya harus dengan hati yang ikhlas
mengikutinya tanpa ada paksaan. Jadi saya
membiarkan kesadaran dari mereka untuk
mengikuti kegiatan bimbingan rohani ini namun
saya tidak pernah bosan untuk mengajak dan
mengingatkan mereka untuk selalu mengikuti
kegiatan ini.
A: Berapakah peserta bimbingan rohani yang
bapak ketahui?
B: yahhh kan jamaah nya karyawan lae kadang
ramai kadang sepi.
A: ramai sepi jamaah nya bapak tahu berapa
orang?
B: itu mah yang nyatet bu siti lae, mana mungkin
saya juga yang ngurus dan nyatet jamaah yang
hadir dan tidak.
A: hehehe iya pak. Tempat pelaksanaan
dilakukannya bimbingan rohani dimana pak?
B: Di mushalla Nurul Ikhwan dekat pabrik dan
dirumah saya sendiri
A: itu mushalla pabrik pak?
B: bukan lae itu mushalla masyarakat disini cuma
kita izin makenya, kalau mushalla pabrik itu yang
dibelakang pabrik karena terlalu kecil makanya
kita make mushalla masyarakat. Emang kamu
belum lihat mushalla nya lae?
A: udah pak, udah shalat disitu juga pak
B: ha itu kamu udah tau kan
A: hehehe iya pak. Waktu pelaksanaan
bimbingan rohaninya kapan aja pak?
B: Setiap malam rabu dan malam jumat.
A: untuk materi yang disampaikan ustadznya
pak, yang nentuin dari pihak pabrik atau
tergantung ustadznya?
B: untuk materi sepenuhnya kita serahkan sama
ustadznya, cuma kita pesan sesuai dengan
kebutuhan karyawan.
A: kan bapak mengikuti kegiatan ini juga, jadi
apa saja materi bimbingan rohani yang
diberikan pembimbing kepada karyawan pak?
B: Materi yang diberikan ustadznya campuran,
kan ustadznya membahas kitab kuning jadi materi
yang disampaikan itu mengenai hadits, fiqh dan
tafsir al-qur’an
A: apa bapak tau nama kitab-kitab nya?
B: kalau saya tidak lupa nama kitabnya, fathul
mu’in, duratun nasihin dan tafsir jalalain.
A: dari sekian banyak materi yang
disampaikan, apa materi pokok pembimbing
yang bapak suka?
B: Materi pokok yang saya suka yaitu materi yang
membahas masalah ubudiyah.
A: menurut bapak apa ada materi bimbingan
rohani yang disampaikan untuk meningkatkan
etos kerja karyawan?
B: Semuanya menurut saya mempengaruhi karena
ketika membahas suatu materi ustadznya selalu
mengaitkan antara ibadah dan pekerjaan
A: bapak sendiri memahami materi bimbingan
rohani yang disampaikan pembimbing?
B: Insyaallah paham lah lae
A: apa ada kesulitan bapak dan karyawan
dalam memahami materi yang disampaikan
pembimbing?
B: Insyaallah sejauh ini tidak ada kesulitan kita
lae.
A: apa metode yang digunakan ustadznya pak
ketika menyampaikan materi?
B: metode yang digunakan ustadznya model
pengajian gitu lae, setelah itu tar ada tanya jawab
diakhir.
A: Apa bapak menyukai metode yang
diterapkan pembimbing?
B: kalau saya paham dengan materi yang
disampaikan ustadznya, yah saya suka-suka aja
dengan metode yang dipakai ustadznya.
A: Apakah ada metode khusus yang diberikan
pembimbing untuk menyampaikan materi
kepada karyawan pak?
B: Metode nya sama aja dengan ustadz yang lain
yaitu kita ngaji dan diakhir nanti ada tanya jawab.
ustdz yang menjadi pembimbing disini mengerti
cara jamaah agar tidak bosan sehingga jamaah
merasa nyaman ini menurut saya seperti kita bebas
merokok terus bagi yang mau minum dan makan
silahkan, kebetulan pabrik menyediakan makanan
dan minumannya.
A: apa tujuan bapak mengadakan program
bimbingan rohani untuk karyawan?
B: saya buat program ini untuk karyawan, dan
program ini karyawan dapat meningkatkan ibadah,
kepercayaan dirinya meningkat, lebih bertanggung
jawab terhadap apa yang dikerjakannya, serta jujur
dan ikhlas dalam bekerja sehingga dapat
memajukan pabrik ini bersama-sama, karena
pabrik ini bagian dari mata pencaharian bersama.
seperti itu juga saya memberikan pemahaman
kepada karyawan agar mereka giat mengikuti
kegiatan ini. Dilain sisi saya juga udah
menganggap mereka sebagai keluarga lae,
makanya kalau lagi habis matrial tidak ada yang
mau dikerjakan saya tetap memasukkan karyawan
dan tidak saya liburkan.
A: kenapa bapak membuat kebijakan seperti
Pengajian disertai tanya
jawab dari karyawan
Bimbingan rohani untuk
meningkatkan ibadah,
kepercayaan diri jujur dan
ikhlas serta bertanggung
jawab.
Ceramah berbentuk
pengajian dan tanya jawab
dari karyawan kepada
pembimbing
Dengan adanya bimbingan
rohani diharap karyawan
lebih bisa meningkatkan
ibadah, kepercayaan diri
jujur dan ikhlas serta
bertanggung jawab dalam
bekerja.
itu?
B: karena saya mikirnya gini lae, kalau mereka
libur, mereka itu tidak ada penghasilan lain selain
disini terus kalau penghasilan karyawan tidak ada
mereka mau makan apa, jadi saya berusaha tetap
memasukkan mereka supaya mereka tetap
berpenghasilan dalam satu hari itu, tapi saya buat
ship nya supaya mereka bergantian masuknya.
A: luar biasa pak, saya disini bukan hanya
sekedar menyelesaikan skripsi saya, tapi disini
saya dapat belajar bagaimana jadi seorang
pemimpin yang bertanggung jawab dan adil.
A: apa yang bapak harapkan dari karyawan
dengan adanya kegiatan bimbingan rohani?
B: yah harapannya karyawan bisa mengikuti
kegiatan bimbingan rohani ini dimana dan dapat
menambah wawasan keagamaan karyawan
sehingga adanya perubahan dari diri pribadi
menjadi lebih baik kemudian berefek pada
pekerjaan yaitu bertanggung jawab, jujur dan
semakin bersemangat.
A: Apa saja hambatan yang bapak rasakan
selama pelaksanaan kegiatan bimbingan
rohani?
B: Insyaallah tidak ada hambatan menurut saya
selama mengikuti kegiatan bimbingan rohani.
A: Menurut bapak apakah bimbingan rohani
efektif dalam meningkatkan kinerja?
B: Sangat efektif, buktinya karyawan pabrik yaitu
bapak tata setelah mengikuti bimbingan rohani
ibadahnya makin rajin begitu juga dengan
kerjanya, dan tahun kemaren bapak Tata ini
mendapatkan reeward dari pabrik sebagai
karyawan yang paling rajin dan tidak pernah
absen.
A: emang bapak tata ini karyawan seperti apa
pak sebelum adanya kegiatan bimbingan
rohani?
B: bapak tata ini salah satu karyawan yang paling
lama disini, sebelum dia mengikuti kegiatan
bimbingan rohani, bapak tata ini terkenal dosen
yang paling malas, sering izin dan bolos juga.
A: Oh gitu ya pak, jadi setelah mengikuti
bimbingan rohani ada perubahan pak dari
bapak tata ini?
B: nah setelah sering mengikuti kegiatan
bimbingan rohani alhamdulilah ada perubahan
dari cara bekerja bapak tata yang saya lihat,
seperti sekarang sudah rajin tidak pernah absen
dan izin juga.
Menambah wawasan dan
pengetahuan keagamaan
karyawan serta
meningkatkan semangat
kerja karyawan.
Bimbingan rohani dapat
mempengaruhi kinerja
karyawan dari yang buruk
hingga menjadi lebih baik
dalam bekerja.
Bimbingan rohani selain
dapat menambah wawasan
dan pengetahuan
keagamaan karyawan juga
dapat meningkatkan
semangat kerja dan lebih
bertanggung jawab
terhadap kerjaan.
Bimbingan rohani efektif
untuk meningkatkan etos
kerja
A; dari mana bapak tahu kalau bapak tata ini
berubah cara bekerjanya dari yang malas ke
yang rajin dan penyebanya itu setelah
mengikuti kegiatan bimbingan rohani?
B: kan saya melihat langsung, saya itu sering
turun kelapangan untuk membantu karyawan
makanya saya tahu mana karyawan yang malas
dan mana yang rajin.
A: oh gitu ya pak. tadi bapak bilang karyawan
yang mendapat reeward, apakah pabrik
memberikan reeward kepada karyawan?
B: iya kita memberikan reeward kepada karyawan
yang rajin dan tidak sering izin, penilaiannya kita
lakukan dalam setahun, jadi diakhir tahun itu ada
kategori karyawan yang rajin yang akan kita
berikan hadiah dan salah satunya bapak tata ini
termasuk orang yang mendapatkan reeward dari
pabrik.
A: menurut bapak apakah setiap karyawan
harus memiliki etos kerja?
B: karyawan itu harus memiliki etos, kalau
karyawan tidak memiliki etos bagaimana dia mau
menyelesaikan kerjaannya, kan etos kerja ini
bagaimana kita bertanggung jawab dan jujur
terhadap apa yang kita kerjakan dan paling utama
juga harus bersemangat.
A: menurut bapak apakah kegiatan bimbingan
rohani ini dapat meningkatkan etos kerja
karyawan?
B: insyaallah kegiatan ini dapat meningkatkan
etos kerja karyawan, karena didalam bimbingan
rohani ini meraka diberikan pencerahan oleh
ustadz bahwasanya kerja itu bukan hanya sekedar
memenuhi kebutuhan hidup saja tapi kerja pun
bisa bernilai ibadah, dan karena saya meyakini
bahwa kegiatan bimbingan rohani ini dapat
meningkatkan etos kerja makanya saya buat untuk
karyawan.
A: Adakah peningkatan kinerja karyawan
setelah mengikuti bimbingan rohani yang
bapak lihat?
B: pasti ada, bukan hanya kinerja saja yang
semakin meningkat tapi silaturrahmi kita pun
sekarang semakin baik dan terjaga.
A: baik pak, terimakasih atas waktunya pak,
dan sudah memberikan saya motivasi dan
mengajarkan saya bagaimana jiwa seorang
pemimpin. Maaf ya pak kalau ada tingkah laku
saya yang kurang berkenan dihati bapak dan
maaf juga pak sudah mengganggu waktu
Pabrik memberikan reeward
kepada karyawan yang rajin
dan tekun
Bekerja harus dengan etos
Bimbingan rohani dapat
meningkatkan etos kerja
karyawan
Salah satu penyemangat
karyawan dalam bekerja
yaitu pabrik memberikan
reeward bagi karyawan
yang dan tekun dalam
bekerja.
Etos bagian dari etika
dalam bekerja, setiap
karyawan harus memiliki
etos, karena etos
bagaimana karyawan
bertanggung dengan apa
yang dikerjakannya.
Semakin karyawan
memahami bahwa kerja
adalah bagian dari ibadah
maka etos kerja mereka
pun meningkat.
bapak hehehe.
B: iya ga papa, mudah-mudahan skripsi mu
dipermudah lae, terus kalau nanti udah sukses
jangan lupa main kesini kau lae. Tetap semangat,
kan udah jauh-jauh kau lae dari medan ke jakarta
jadi harus berhasil ingat orang tua dikampung.
A: Amiin ya Allah, iya pak insyallah pak
makasih ya pak.
Temuan tema yang muncul pada informan bapak Aef
Tema Sub Kategori
Bekerja harus dengan ikhlas karena bekerja
bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, tapi bekerja juga bagian dari
ibadah.
Dengan bimbingan rohani karyawan tahu
bahwa bekerja juga bagian dari ibadah
Ceramah berbentuk pengajian dan tanya
jawab dari karyawan kepada pembimbing. Pengajian yang diakhir ada sesi tanya jawab
Adanya bimbingan rohani diharap karyawan
lebih bisa meningkatkan ibadah, kepercayaan
diri jujur dan ikhlas serta bertanggung jawab
dalam bekerja.
Harapan setelah mengikuti bimbingan rohani
yaitu etos kerja karyawan semakin
meningkat.
Bimbingan rohani efektif dalam
meningkatkan etos kerja.
Selain menambah pengetahuan agama juga
dapat meningkatkan semangat kerja.
Bimbingan rohani dapat mempengaruhi
kinerja karyawan dari yang buruk ke yang
menjadi lebih baik dalam bekerja.
Kinerja karyawan semakin baik setelah
mengikuti bimbingan rohani.
Salah satu penyemangat karyawan dalam
bekerja yaitu pabrik memberikan reeward
bagi karyawan yang dan tekun dalam bekerja.
Reeward juga sebagai motivasi dalam
bekerja.
Etos bagian dari etika dalam bekerja, setiap
karyawan harus memiliki etos, karena etos
bagaimana karyawan bertanggung dengan
apa yang dikerjakannya.
Dengan etos kinerja karyawan akan lebih
baik.
Semakin karyawan memahami bahwa kerja
adalah bagian dari ibadah maka etos kerja
mereka pun meningkat.
Wawasan dan pengetahuan agama dapat
meningkatkan etos kerja karyawan.
Verbatim Wawancara Dengan Informan
Nama: Ustadz H. Ahmad Ubaidillah
Umur: 43 thn
Jenis kelamin: perempuan
Alamat: Kp. Katomas, Kec. Tigaraksa
Pekerjaan: Karyawan dipabrik sepatu CV. Kakang Prabu
Hari/Tanggal wawancara: 27 januari 2018
Waktu: 10.45 wib
Lokasi wawancara: Dipabrik sepatu
Dalam verbatim ini memakai nama ini sial agar memperjelas wawancara yaitu A (aswad)
disini sebagai peneliti sedangkan U sebagai informan (Ustadz Baidowi)
No Aspek Pertanyaan
1 Waktu dan tempat
penyuluhan
A: Assalamualaikum, (penulis bersama teman didepan rumah
Ustadz baidowi)?
U: Waalaikumsalam, ayo silahkan masuk bang (abang panggilan
peneliti disini)
A: afwan ustadz telat datengnya
U: iya bang ga papa, santai aja bang aswad (sambil tersenyum)
A: hehehe iya ustadz
U: pada ngopi engga ini bang?
A: udah ustadz, ga usah repot-repot ustadz.
U: engga papa bang, engga ngerepotim kok, ngopi aja ya. umi
buatin kopi tiga ada tamu kita ni dari medan (memberitahu istri)
A: waduh ustadz jadi engga enak saya ustadz, saya yang
butuh ustadz tapi malah saya yang ngerepotin ustadz (sambil
tersenyum).
U: hehehe ya udah bang engga papa kan Cuma kopi doang
A: hehehe iya ustadz makasih ni ustadz udah menerima saya
dan teman saya
U: iya bang, saya juga senang kalau ada mahasiswa yang datang
kerumah saya, jadi ada teman ngobrol.
A: hehehe iya ustazd. Sekarang lagi engga ada kegiatan
ustadz?
U: ada bang tar jam 1 mau ngisi pengajian dikampung tetangga,
makanya saya minta abang datangnya sekarang, soalnya tar jam 1
dan untuk beberapa minggu kedepan saya penuh jadwal bang,
khawatir engga ada waktu untuk ketemu abang.
A: hehehe iya ustadz. Padat jadwal ngisi pengajian ya ustadz?
U: yah gitu la bang, selagi orang masih membutuhkan kita, harus
kita bantu kalau kita bisa membantunya
A: gitu ya ustadz
U: iya bang
A: ustadz boleh kita mulai wawancaranya ustadz hehehe?
U: ayo bang sok atuh dimulai saja
A: baik ustadz
A: nama ustadz?
U: H. Ubaidillah cuma panggilan keseharian saya ustadz baidowi
A: usia ustadz sekarang berapa?
U: saya kelahiran 1973 bang, untuk usia saya sekarang saya engga
tahu soalnya engga pernah saya hitung-hitung usia saya hehehe
A: hehehe baik ustadz entar saya yang hitung usia ustadz
sekarang berapa hahaha
A: ustadz pelaksanaan bimbingan rohani berapa kali
dilakukan terhadap karyawan?
U: 2 kali dalam seminggu malam rabu dan malam jumat
A: menurut ustadz apakah bimbingan rohani dilakukan 2 kali
dalam seminggu cukup untuk menambah wawasan karyawan
tentang keagamaan?
U: untuk jamaah yang sasarannya karyawan menurut saya cukup
karena terlalu sering pun mereka mengikuti kegiatan bimbingan
rohani akan menimbulkan rasa bosan bagi karyawan sendiri
A: untuk tempat pelaksanaan kegiatan bimbingan rohani
dilakukan dimana aja ustadz?
U: tempat pelaksanaan nya dirumah bapak Aef dan Mushalla
sekitar pabrik
A: Berapakah peserta bimbingan rohani?
U: Tidak menentu kadang banyak, kadang sedikit
A: tidak menentunya seperti apa ustadz, sedikit dan
banyaknya jamaah karyawan yang hadir kira-kira berapa
ustadz?
U: saya untuk jamaah nya tidak terlalu memperhatikan bang
berapa orang yang hadir dalam kegiatan bimbingan rohani, jadi
saya ga bisa jawab bang
A: baik ustadz. Sudah berapa lama ustadz menjadi pembibing
di pabrik sepatu?
U: Kalau untuk berceramah saya sudah dari tahun 2006, tapi kalau
untuk mengisi bimbingan rohani untuk karyawan saya sudah dari
tahun 2014
2 Materi Penyuluhan
A: Bagaimana cara ustadz menyampaikan materi bimbingan
rohani yang sasarannya karyawan?
U: Saya sampaikan aja gitu seperti menyampaikan materi ke
jamaah lainnya, cuma kalau kita kan modelnya ngaji.
A: Apa saja materi bimbingan rohani yang bapak berikan
kepada karyawan?
U: Kalau untuk materi biasanya membahas kitab fiqh (Fathul
Mu’in), hadits (Duratun Nasihin), Al-Qur’an dan tafsir (Jalalain).
A: kenapa ustadz memilih materi dari kitab-kitab pilihan
yang diatas?
U: saya kalau ngaji lebih enak menggunakan kitab bang, biar
materi yang disampaikan tidak acak-acakan dan mempermudah
jamaah juga memahami materi karena materi yang disampaikan
berkesinambungan
A: Apa materi pokok yang selalu ustadz berikan?
U: tidak ada kalau untuk materi pokok, tapi kitab yang pilih itu
kebanyakan materinya berkenaan tentang U’budiyah, dan ketika
membahas masalah ubudiyah didalamnya kita akan membahas 2
kebutuhan yaitu jasmani dan rohani bang aswad
A: ada materi pokok yang ustadz berikan untuk
meningkatkan etos kerja karyawan?
U: Emang kalau secara khusus membahas tentang etos kerja
mungkin belum, kita ngikutin jalur isi kitab yang ada, ditengah-
tengah baru kita masukin pembahasan tentang kebutuhan lahiriyah
dan batiniah dan disitulah baru masuk pembahasan tentang etos
kerja.
A: apa ada materi penunjang bimbingan rohani dalam
meningkatkan etos kerja karyawan yang ustadz sampaikan?
U: Materi penunjangnya hadits, kan Rasulullah sudah
memberitahu setiap apa yang kita kerjakan itu harus dibarengi
dengan niat dan Insya Allah kerjanya pun akan bernilai Ibadah,
dan yang paling saya utamakan kepada karyawan yaitu shalat 5
waktu harus diutamakan ditengah kesibukan kita, dan itu yang
harus dipahami karyawan terlebih dahulu.
A: menurut ustadz dengan materi yang ustadz pilih untuk
disampaikan kepada jamaah yang sasarannya karyawan,
apakan akan meningkatkan etos kerja karyawan?
U: insyaalah bang jamaah menerima apa yang saya sampaikan dan
menerepkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan saya juga tidak
punya hak untuk memaksa mereka untuk mengikuti apa yang
sudah saya sampaikan, saya sudah menyampaikan dan mengajak
mereka dalam hal kebaikan selebihnya itu dikembalikan kepada
mereka yang mengikuti kegiatan ini bang apa mereka mau
menerapkannya dalam kehidupan sehar-hari atau tidak tapi
mudah-mudahan aja bang mereka bisa mngikutinya tidak hanya
dalam majlis aja tapi diluar majlis juga.
3 Metode bimbingan rohani
A: untuk metode ustadz, biasanya kan setiap ustadz
mempunyai metode tersendiri dalam menyampaikan ceramah
atau materi pengajian, apakah ustadz memiliki metode
tersindiri dalam melakukan bimbingan rohani?
U: Kalau untuk metode sudah pasti ada ya, Cuma kalau untuk
metode secara spesifik saya juga kurang paham apakah saya punya
metode tersendiri atau tidak. Yah intinya mah sama dengan
ustadz-ustadz yang lain juga bang, seperti yang terapkan disini
setelah saya selesai menyampaikan materi saya memberikan
jamaah waktu untuk bertanya.
A: kalau untuk pertanyaan apakah ustadz khususkan dengan
pembahasan materi atau jamaah bebas bertanya tentang
materi apa aja?
U: karena jamaah nya karyawan saya bebaskan mereka bertanya
tentang apa aja, dan bahkan apabila mempunyai keluhan tentang
pekerjaan pun saya tidak melarang mereka untuk
mengutarakannya, jadi kita ini sistem nya fleksibel bang hehehe.
A: Metode pendekatan apa yang ustadz lakukan ketika
melakukan bimbingan rohani terhadap karyawan?
U: saya mah tidak ada metode pendekatan bang dengan mereka,
ngalir aja gitu seperti bergaul dengan mereka biar mereka juga
tidak terlalu segan dengan saya.
A: Adakah metode khusus yang ustadz berikan untuk
melakakukan bimbingan rohani terhadap karyawan?
U: Kalau metode secara khusus saya tidak ada bang, Cuma saya
sesuaikan dengan kondisi jamaah karyawannya. Selama kita ngaji
itu bagi bapak-bapak kalau mereka mau merokok sambil ngopi
tidak saya larang dan bagi kaum ibu kalau mau minum juga saya
tidak larang , karena saya mengerti kondisi mereka yang memang
sudah lelah dalam bekerja seharian penuh, mungkin itu salah cara
saya.
A: terus bagaimana dengan jamaah ibu-ibu ustadz, apakah
mereka tidak terganggu dengan asap rokok bapak-bapak?
U: sejauh ini mereka tidak ada mengeluh, karena untuk tempat
ibu-ibu juga kan beda dengan bapak-bapak engga disatuin biar
mereka juga nyaman dalam mengikuti bimbingan rohani.
A: sejauh yang ustadz ketahui apa saja kegiatan bimbingan
rohani untuk menigkatkan etos kerja diperusahaan?
U: Kalau untuk kegiatannya yang saya tahu pengajian ini doang
bang
A: oh iya ustadz, baiklah
A: selanjutnya apakah ustadz mempunyai tujuan dalam
melakukan bimbingan rohani?
U: saya diamanahi bang untuk mengisi bimbigan rohani dalam
bentuk pengajian, tugas saya hanya menyampaikan materi dimana
dengan adanya kegiatan ini bisa menambah pengetahuan
keagamaan mereka serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari, serta mengingatkan dan mengajak para karyawan agar kita
semua tahu, bahwasanya tidak hanya kebutuhan jasmani saja yang
harus kita penuhi tapi rohani juga. Antara jasmani dan rohani
harus seimbang seiring sejalan, kalau kita mengutamakan jasmani
rohani nya tidak diisi gimana jadinya hidup kita, begitu sebaliknya
kalau kita mengutamakan rohani (ukhrawi) jasmani (duniawi) kita
abaikan tidak baik juga jadi keduanya harus saling melengkapi
biar selaras.
A: Fungsi dari bimbingan rohani dilakukan terhadap
karyawan menurut ustadz?
U: Fungsinya agar kita sama-sama melaksanakan dan
meningkatkan ibadah kita kepada Allah dengan begitunya Insya
Allah dua kebutuhan kita itu akan terpenuhi. Karena bekerja pun
bagian dari ibadah dan itu sudah Rasulullah contohkan kepada
kita, bagaimana harus bertanggung jawab terhadap sesuatu dan
disiplin dalam segala hal.
4 Keberhasilan bimbingan
rohani
A: Apa yang ustadz harapkan dari karyawan setelah
melakukan bimbingan rohani?
U: Yah kalau untuk harapan dari saya dengan adanya kegiatan
seperti ini mereka semakin meningkatkan ibadah dan cara bekerja
mereka di pabrik, itu kan Cuma sebatas harapan saya aja bang
semua dikembalikan kepada mereka apakah bisa menerapkannya
atau tidak.
A: Ukuran keberhasilan bimbingan rohani menurut ustadz
seperti apa?
U: Ukuran keberhasilan bimbingan rohani itu menurut saya,
ibadah mereka semakin meningkat dan kerjanya pun semakin
bersemangat bang
A: Apa saja kendala dan hambatan yang dihadapi ustadz
selama melakukan bimbingan rohani?
U: Kalau untuk kendalanya dari saya tidak ada, mungkin dari
karyawannya kadang masuk kadang tidak dan itu saya maklumi
karena kondisi mereka yang memang pekerja mungkin kelelahan
dan itu tidak bisa saya paksakan.
5 Efektif bimbingan rohani
A: Menurut ustadz apakah setiap karyawan harus memiliki
etos kerja?
U: Harus itu, karena etos kerja itu kan bagaimana kita bertanggung
jawab terhadap sesuatu, disiplin dalam segala hal dan jujur dalam
bekerja.
A: Setelah dilakukan bimbingan rohani adakah peningkatan
yang terlihat dari kinerja karyawan?
U: Sejauh ini Alhamdulilah mereka selalu bekerja dengan
bersemangat tidak ada yang mengeluh, selalu tepat waktu, dan ini
semua tidak terlepas dari peran pimpinan pabrik yang selalu aktif
untuk mengontrol dan terjun langsung untuk memberikan bantuan
kekaryawan bagi mereka yang kesulitan dalam pekerjaan. Ini saya
tahu dari hasil ngobrol-ngobrol dengan pimpinan nya
A: apakah ustadz melihat langsung perubahan dari karyawan
setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani?
U: untuk perubahan perilaku mereka dalam bekerja tidak, karena
saya kan tidak mengikuti keseharian mereka ketika bekerja, dan
saya juga ketemu mereka cuma waktu pengajian saja.
A: Bagaimana ustdaz mengukur apakah bimbingan rohani
efektif dalam meningkatkan etos kerja karyawan?
U: Itu terlihat dari kinerja dan ibadah mereka,
A: Menurut ustadz efektifkah program bimbingan rohani
untuk meningkatkan etos kerja karyawan?
U: Sangat efektif sekali karena semakin mereka mengetahui
agama semakin kuat pula benteng diri mereka dari perbuatan-
perbuatan yang buruk dan ini bagian dari amar ma’ruf nahi
munkar.
A: apa tanggapan ustadz terhadap pabrik setelah mengetahui
adanya kegiatan bimbingan rohani terhadap karyawan?
U: iyah pertama saya apresiasi sekali bang, karena pabrik tidak
hanya memenuhi kebutuhan jasmani saja tapi kebutuhan rohani
pun mereka peduli dengan mengadakan kegiatan bimbingan rohani
ini, yang saya tahu juga bang bahwa kebanyakan dari
karyawannya kebanyakan orang yang tidak sekolah dan ekonomi
nya sulit, nah adanya pabrik ini yaitu untuk mensejahterakan
masyarakat sekitar ini karena sulitnya bagi mereka mendapatkan
lapangan pekerjaan.
A: seberapa penting ustadz ibadah dalam bekerja?
U: waduh sangat penting sekali bang, coba kita lihat al-quran ayat
10 yang bunyinya
apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.
Nah disini Allah sudah menjelaskan kepada kita hambanya, bahwa
setelah menunaikan ibadah baru kemudian para manusia
bertaburan dimuka bumi dalam artian mencari rezeki yang halal
dan Allah juga memberitahu supaya kita selalu mengingatnya
dalam keadaan apapun dan dimanapun supaya kita menjadi orang
yang beruntung, itulah kenapa antara kebutuhan jasmani dan
rohani harus seimbang bang seiring sejalan karena keduanya
saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.
A: oh iya ustadz. Mungkin untuk pertanyaan wawancara
sudah cukup ustadz, makasih banyak ustadz sudah
meluangkan waktunya dan sekaligus menyediakan kopi buat
kita ustadz hehehe, maaf ya ustadz sudah merepotkan ustadz
dan mengganggu aktivitas ustdz.
U: iya bang sama-sama, engga merepotkan kok bang. Makanya
saya ajak abang ketemu sekarang takutnya ga bisa ketemu bang
untuk beberapa hari kedepannya.
A: iya ustadz makasih ustadz, kalau ada salah mohon
dimaafkan ya ustadz, mudah-mudahan silaturahmi ini
berlanjut ustadz Amiin
U: iya bang, jangan bosan bang main kesini, kalau abang mau
main datang aja bang kesini pintu terbuka lebar hehehe, iya bang
Amiin
A: Ustadz saya sama teman sekalian izin mau pulang ke
ciputat ni ustadz
U: oh langsung pulang ke ciputat bang, iya bang hati-hati dijalan
ya bang.
A: iya ustadz. Assalamualaikum (salam sambil cium tangan)
U: Waalaikumsalam
Temuan Tema Yang Muncul Pada Informan Ustadz Baidowi
Tema Sub Kategori
Bimbingan rohani yang dilakukan dua kali
dalam seminggu dapat menambah wawasan
dan pengetahuan keagamaan karyawan.
Bimbingan rohani yang dilakukan dua kali
dalam seminggu menambah wawasan dan
pengetahuan keagamaan karyawan.
Materi yang diambil dari kitab lebih
cenderung membahas masalah ubudiyah.
Kitab pilihan yang dijadikan bahan materi
pembimbing cenderung lebih membahas
masalah ubudiyah.
Metode yang digunakan adalah berceramah
dan diskusi, yaitu tanya jawab antara
karyawan dan pembimbing.
Mengaji dan diskusi adalah bagian dari
metode pembimbing dalam menyampaikan
materi.
Untuk pendekatan kepada karyawan tidak
ada metode khusus, hanya bergaul seperti
biasa dengan karyawan agar tidak ada jarak
antara karyawan dengan pembimbing.
Dengan bergaul kepada karyawan dapat
mempermudah si pembimbing melakukan
bimbingan rohani.
Kegiatan bimbingan rohani dapat menambah
pengetahuan keagamaan serta
menerapkannya kedalam dunia kerja
khususnya kehidupan sehari-hari karyawan.
Pengetahuan keagamaan yang didapat
karyawan bisa diterapkan kedalam dunia
kerja.
Fungsi bimbingan rohani yaitu untuk
menambah wawasan dan pengetahuan
keagamaan karyawan sehingga ibadah dan
etos kerjanya meningkat.
Fungsi untuk menambah wawasan dan
pengetahuan agama.
kegiatan bimbingan rohani dapat
meningkatkan ibadah dan menambah
semangat karyawan dalam bekerja.
Ibadah meningkat dan semangat kerja
karyawan juga meningkat (lebih bertanggung
jawab).
Tanggung jawab, disiplin dan jujur adalah
bagian dari etos kerja.
Disiplin,jujur adalah bagian dari tujuan
bimbingan rohani.
Kegiatan bimbingan rohani membawa
pengaruh positif untuk karyawan, karena
setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani
karyawan tidak pernah lagi terlambat (selau
tepat waktu).
Adanya kegiatan bimbingan rohani karyawan
lebih disiplin dalam bekerja.
Cara mengukur bimbingan rohani yaitu
terlihat dari kinerja dan ibadah karyawan
semakin meningkat.
kinerja dan ibadah meningkat.
Semakin karyawan memahami tentang
agama, maka semakin meningkat etos kerja
karyawan karena mereka semakin
mengetahui mana yang baik dan yang buruk
yang harus dilakukan, sehingga terhindar dari
perbuatan tercela.
Materi bimbingan rohani yang didapat
karyawan, menghindarkan mereka dari
perbuatan yang buruk seperti, malas-
malasan, tidak tepat waktu, tidak jujur dan
yang lain.
Antara ibadah dan kinerja harus seimbang Kerja adalah bagian dari ibadah yang harus
karena keduanya saling mengisi antara satu
sama yang lainnya, dimana kerja akan
menjadi ibadah ketika dilandasi dengan niat.
dilaksanakan manusia.
Verbatim Wawancara Dengan Informan
Nama: bapak Tata
Umur: 40 thn
Jenis kelamin: laki-laki
Alamat: Kp. Katomas, Kec. Tigaraksa
Pekerjaan: Karyawan dipabrik sepatu CV. Kakang Prabu
Hari/Tanggal wawancara: kamis, 25 januari 2017
Waktu: 15.00 wib
Lokasi wawancara: Dipabrik sepatu
Dalam verbatim ini memakai nama ini sial agar memperjelas wawancara yaitu A (aswad)
disini sebagai peneliti sedangka T sebagai informan (bapak Tata).
Hasil Wawancara Interpretasi Tema
A: Assalamualaikum pak (sambil
salaman cium tangan)?
T: Waalaikumsalam
A: lagi ga ada kerjaan ni pak?
T: udah selesai bang, gini kalau bahan
matrial habis kita cepat selesai kerjanya
A: untuk semua karyawan pak yang
udah selesai kerjanya?
T: engga, Cuma karyawan yang bagian
matrial aja.
A: terus apa lagi yang mau dikerjain ni
pak?
T: udah engga ada, udah selesai tinggal
pulang aja ni bang.
A: oh gitu ya pak, berarti udah engga
sibuk dong ini pak hehehe
T: iya udah santai-santai ni (sambil
merokok)
A: kalau gitu boleh saya minta
waktunya pak untuk wawancara?
T: wawancara tentang apa ni, ah ngeri saya
bang kalau wawancara-wawancara ini
hahahaha (sambil bercanda)
A: kan saya penelitian disini pak, jadi
saya butuh karyawan yang siap untuk
diwawancarai sebagai data untuk
skripsi saya pak. Wawancaranya terkait
bimbingan rohani dan efeknya
terhadap kinerja bapak
T: hehehe, ya udah silahkan diwawancarai,
tapi saya menjawabnya semampu saya aja
ya
A: hehehe iya pak berdasarkan
pengalaman bapak aja
T: oke bang
A: boleh tahu nama bapak?
T: nama panggilan aja bang, Tata
A: baik pak hehehe. Umur bapak
sekarang berapa pak?
T: umur saya sekarang 42 tahun
A: rumah bapak dimana?
T: Ini dibelakang pabrik jarak 5 rumah la
dari pabrik ini.
A: Berarti asli orang sini pak?
T: iya saya asli orang sini
A: Sudah berapa lama bapak menjadi
karyawan di pabrik ini?
T: Saya masuk dari tahun 2010 sampai
sekarang, berarti saya sudah 8 tahun
bekerja disini.
A: kan bapak salah satu karyawan lama
disini, banyak dong kesan-kesan bapak
selama kerja disini?
T: banyak salah satunya saya ini karyawan
yang paling malas dipabrik ini, sering izin
dan engga masuk tanpa izin juga sering,
dan ini sebenarnya kesan yang buruk bang.
A: oh gitu ya pak. saya wawancara tadi
dengan bapak aef pak, kata beliau
dipabrik ini ada kegiatan bimbingan
rohani nya?
T: iya betul, disini ada kegiatan bimbingan
rohaninya.
A: apa aja kegiatan agamanya pak
dipabrik ini?
T: kegiatannya itu ada infak dari kita para
Karyawan biasanya itu perorang dalam
dua minggu Rp.2000, terus setiap di akhir
tahun itu kita ada namanya tour religi
biasanya ini kita ziarah kemakam-makam
ulama, dan yang terakhir itu kita ada
pengajian setiap seminggu dua kali
dilaksanakan.
A: apakah bapak mengikuti kegiatan
bimbingan rohani ini?
T: iya saya mengikutinya.
A: Sudah berapa lama bapak mengikuti
bimbingan rohani?
T: Mulainya diadakan kegiatan bimbingan
rohani saya sudah ikut yaitu dari tahun
2014
A: selama bapak mengikuti kegiatan
Kegiatan bimbingan rohani
untuk karyawan.
Pabrik mengadakn kegiatan
bimbingan rohani untuk
para karyawan
bimbingan rohani berapa peserta
bimbingan rohani yang mengikuti
kegiatan ini yang bapak ketahui?
T: Yah namanya karyawan ya, yang
bekerja dari pagi sampai sore ada yang
capek dan lain sebagainya. Jadi yang hadir
untuk pengajian kadang ramai kadang
sepi, dan saya juga tidak terlalu
memperhatikan jumlah karyawan yang
hadir
A: bapak sendiri apakah sering
mengikuti kegiatan bimbingan rohani?
T: Alhamdulilah saya rutin mengikuti
kegiatan bimbingan rohani
A: untuk kegiatannya kapan aja pak
dilaksanakan?
T: setiap malam rabu dan malam jumat
rutinnya, kalau kegiatan yang lain kaya
tour religi itu biasanya setiap akhir tahun
diadakan terus infaq setiap duaminggu
sekali ini dikeluarkan setiap bulan
muharram.
A: Tempat pelaksanaan dilakukannya
bimbingan rohani dimana aja pak?
T: Dirumah pak aef setiap malam jumat
dan dimushalla setiap malam selasa.
A: selama mengikuti bimbingan bapak
tahu tentang materi yang disampaikan
pembimbing?
T: tahu secara umum aja bang
A: Apa saja materi bimbingan rohani
yang diberikan pembimbing kepada
bapak?
T: Disitu kita ngaji kitab kuning mulai dari
fiqh, hadits dan tafsir, tapi untuk nama-
nama kitabnya saya kurang tau karena lupa
(sambil nyengir)
A: Apa ada materi pokok pembimbing
yang bapak suka?
T: untuk saya sendiri materi yang
disampaikan pembimbing semuanya suka
dan Tidak ada materi pokok dalam
pembahasan karena kan kita ngikutin kitab
jadi sesuai judul yang ada dikitab.
A: Apa materi bimbingan rohani yang
mempengaruhi etos kerja bapak?
T: Kalau untuk materi tok tidak ada, Cuma
materi yang berkaitan ada seperti
pembahasan tentang ubudiyah.
A: sejauh ini apakah bapak memahami
materi bimbingan rohani yang
disampaikan pembimbing?
T: Sedikit banyaknya mah memahami la
bang
A: Kesulitan bapak dalam memahami
penyampaian pembimbing?
T: Kesulitannya kadang terlalu lelah
bekerja jadi kalau sudah lelah bawaannya
ngantuk mau tidur mulu, jadi ketinggalan
materi dan yang disampaikan pun tidak
paham.
A: hampir sama alasan bapak dengan
ibuk iyoh tadi kesulitannya yaitu
kadang ngantuk ketika ustadz
menyampaikan materi
T: ya iya la bang, namanya juga karyawan
bekerja satu harian malamnya ya
kelelahan, tapi karena keinginan belajar itu
ada makanya tetap semangat untuk
mengikutinya.
A: luar biasa semangat belajarnya ya
pak!!
T: itu karena kurangnya pengetahuan saya
tentang agama bang, makanya semangat
belajarnya tinggi, tapi mau gimana lagi
mendingan saya terlambat belajarnya
daripada tidak sama sekali belajar agama.
Kayak abang sekarang sedang menuntut
ilmu harus semangat belajarnya, jangan
sampai ada kata-kata menyesal keluara dari
mulut bang seperti yang saya alami
sekarang.
A: iya pak, makasih pak atas
motivasinya dan mau mengingatkan
saya. Disini saya bukan hanya sekedar
menyelesaikan tugas skripsi, tapi disini
saya banyak belajar dari pengalaman
bapak dan karyawan lainnya.
A: metode ustadz dalam menyampaikan
materi yang bapak ketahui apa?
T: yah selama ini yang saya lihat, metode
yang dipakai ustadznya, ceramah dengan
menyampaikan materi dan setelah itu baru
jamaah diberi waktu untuk bertanya.
A: dari ketiga kegiatan rohani tadi pak,
kegiatan mana yang paling
mempengaruhi kinerja bapak?
T: kalau sejauh ini yang paling
mempangaruhi kerja saya ya kegiatan
pengajian itu, dari kegiatan pengajian ini
Lelah membuat penghambat
karyawan dalam memahami
materi.
Dari ketiga kegiatan bimbingan
rohani, pengajian paling efektif
untuk meningkatkan etos kerja
Ketika karyawan kelelahan
sulit bagi mereka untuk
memahami materi yang
disampaikan ustadz.
Pengajian adalah kegiatan
yang paling efektif untuk
meningkatkan etos kerja.
saya banyak mendapatkan pengetahuan
tentang agama yang dulunya memang saya
jauh dari agama dan kurang memahami,
tidak hanya itu kegiatan pengajian ini pun
mendorong semangat saya untuk bekerja.
A: terus untuk kegiatan rohani yang
lainnya pak bagaiman?
T: kalau kegiatan lain seperti infaq itu
mengajarkan saya untuk berbagi kepada
sesama, terus tour religi selain berziarah
kemakam-makam ulama juga mempererat
silaturahim kita sesama karyawan.
A: oh gitu ya pak. Yang pengajian pak,
apa bapak menyukai metode yang
diberikan pembimbing?
T: Suka banget untuk metode ustadznya,
karena beliau memahami kondisi para
jamaah, seperti kita laki-laki ngerokok dan
ngopi sambil dengarin ustadz, nah ini
menurut saya bagian dari metode
ustadznya gimana caranya agar jamaah
tidak bosan dan tidak mengantuk, dan
setelah pengajian kita disuguhin makanan,
saya juga engga tahu apa ini bagian dari
metode apa engga hehehe.
A: Apakah ada metode khusus yang
diberikan pembimbing yang bapak
sukai?
T: Kalau metode khusus tidak ada,
mungkin yang saya jelasin barusan itu
bagian dari metode khusus ustadznya, kan
jarang ustadz yang bolehin jamaah
ngerokok kalau lagi waktu ngaji karena
ustadznya memahami kondisi jamaah yang
seharian bekerja jadi kecapekan dan mudah
ngantuk untuk menghilangkan ngantuknya
kita yaitu dengan merokok dan ngopi dan
ini khusus bagi jamaah yang perokok
hehehe.
A: Tujuan bapak mengikuti kegiatan
bimbingan rohani?
T: Kalau untuk tujuan yah bang, saya itu
dari dulu orang yang ngga jelas bang,
intinya mah saya itu jauh dari agama
misalnya minum-minum saya sering jadi
hasil dari saya bekerja itu tidak ada dan
efeknya pada pekerjaan yang sering
malas-malasan, jadi tujuannya untuk
merubah diri aja menjadi lebih baik dan
kebetulan pabrik memfasilitasi itu.
Dalam menyampaikan materi
metode yang digunakan adalah
berceramah dan diskusi.
Ingin merubah diri menjadi lebih
baik.
Metode yang digunakan
ustadz dalam
menyampaikan materi yaitu
metode ceramah dan
diskusi.
Keinginan setelah mengikuti
bimbingan rohani ingin
menjadi lebih baik dalam
A: terus setelah bapak mengikuti
kegiatan bimbingan rohani ada
perubahan dari diri bapak?
T: Alhamdulilah ada bang, saya semakin
rajin bekerja dan beribadah.
A: nah apa harapan bapak setelah
mengikuti bimbingan rohani?
T: Yang saya harapkan diri saya bisa
kehidupan menjadi lebih baik udah itu aja.
A: Sebelum dan setelah mengikuti
bimbingan rohani apakah ada
perbedaan yang bapak rasakan ketika
bekerja?
T: Sangat berbeda bang, itu tadi bang
sebelumnya itu hasil dari kerja saya itu
ngga jelas kemana perginya, mungkin
habis keminum-minuman, kalau kegiatan
kita seperti itu setelah bekerja terus
minum-minum kan timbul rasa malas
dalam bekerja dan itu yang saya alami.
Nah setelah saya mengikuti ada perubahan
dari dalam diri saya karena saya
mengetahui ternyata kegiatan sehari-hari
kita mempengaruhi kita dalam bekerja.
Yang dulunya malas Alhamdulilah
sekarang tidak ada lagi malas-malasan
dalam bekerja, terus ibadah saya yang
dulunya tidak pernah sama sekali kalau
sekarang Alhamdulilah sekarang sudah
rajin berjamaah dan syukyurnya lagi bang
tahun kemaren saya dapat reeward dari
pabrik sebagai karyawan yang tidak pernah
absen heheheh.
A: Alhamdulilah pak saya ikut senang
mendengarnya. Apa ada hambatan
bapak selama mengikuti bimbingan
rohani?
T: Hambatannya kadang malas karena dari
satu harian itu kan bekerja jadi capek
ngantuk itu kadang yang jadi hambatan
untuk ngikutin pengajiannya.
A: Menurut bapak apakah bimbingan
rohani efektif diterapkan di dunia
kerja?
T: Efektif sekali khususnya saya yang
sudah mengalami, karena akan
mempengaruhi kepribadian kita dalam
bekerja
A: mempengaruhi kepribadian seperti
apa pak?
Sebelum mengikuti bimbingan
rohani kerjanya berantakan dan
hasil dari kerja tidak keliatan,
karena digunakan untuk
bersenang-senang. Setelah
mengikuti bimbingan rohani
kerja pun lebih teratur dan lebih
baik.
Bimbingan rohani sangat efektif.
menjalani kehidupan.
perubahan dari diri setelah
mengikuti bimbingan rohani
yaitu ibadah rajin dan
bekerja lebih baik dan
bersemangat.
Bimbingan rohani
mempengaruhi kepribadian
karyawan dalam bekerja.
T: yah itu saya yang dulunya pemalas
sekarang sudah engga.
A: kenapa bisa berubah secepat itu pak?
T: tidak cepat juga bang, butuh proses
untuk merubah perilaku yang buruk ke
yang baik, saya mengikuti bimbingan
rohani ini dari pertama kali diadakan yaitu
pada tahun 2014 dan diri saya tidak
langsung berubah, butuh waktu dua tahun
untuk menyadari bahwa yang saya
kerjakan selama ini tidak baik dan
merugikan diri saya dan pabrik juga. Nah
setelah mengikuti kegiatan ini perlahan-
lahan saya semakin sadar bahwa yang saya
lakukan selama ini salah dan tidak
memberi manfaat apapun kepada saya.
A: Menurut bapak apakah setiap
karyawan harus memiliki etos kerja?
T: Harus lah siapa pun orangnya harus
mempunyai etos dalam bekerja
A: Adakah peningkatan dari segi
kinerja setelah bapak mengikuti
bimbingan rohani?
T: Yah peningkatannya itu buktinya saya
dapat Reeward dari perusahaan, tapi bukan
sombong ya bang (sambil senyum).
A: oh iya pak (sambil tersenyum)
A: makasih ya pak sudah berkenan
untuk diwawancarai, mudah-mudahan
kedepannya kita jadi lebih baik pak.
T: iya sama-sama bang, dan sukses juga
buat skripsinya bang biar cepat selesai
hehehe.
A: Amiin ya Allah makasih pak, saya
juga sekalian pulang ni pak
T: ok bang sama-sama
A: Assalamualaikum pak (sambil
mencium tangan)
T: waalaikumsalam.
Setiap karyawan harus memiliki
etos.
Ada peningkatan setelah
mengikuti bimbingan rohani.
Dalam bekerja karyawan
harus memiliki etos
sehingga dapat mencapai
target yang diinginkan
pabrik.
Setelah mengikuti
bimbingan rohani ada
peningkatan dari segi
kinerja.
Temuan tema yang muncul pada informan bapak Tata
Tema Sub Kategori
Pabrik mengadakan kegiatan bimbingan
rohani untuk para karyawan.
Karyawan difasilitasi kegiatan bimbingan
rohani untuk menambah pengetahuan
keagamaan.
Ketika karyawan kelelahan sulit bagi mereka
untuk memahami materi yang disampaikan
ustadz.
Kendala dalam memahami materi yaitu
kelelahan dalam mengikuti bimbingan rohani
Pengajian adalah kegiatan yang paling efektif
untuk meningkatkan etos kerja.
Pengajian adalah salah satu dari tiga kegiatan
rohani yang paling efektif.
Metode yang digunakan ustadz dalam
menyampaikan materi yaitu metode ceramah
dan diskusi.
Metode yang dipakai yaitu metode ceramah
dan diskusi
Keinginan setelah mengikuti bimbingan
rohani ingin menjadi lebih baik dalam
menjalani kehidupan.
Adanya perubahan dari perilaku yang buruk
ke perilaku yang lebih baik.
perubahan dari diri setelah mengikuti
bimbingan rohani yaitu ibadah rajin dan
bekerja lebih baik dan bersemangat.
Bekerja dengan tekun dan bersemangat serta
ibadah meningkat.
Bimbingan rohani mempengaruhi
kepribadian karyawan dalam bekerja.
Bimbingan rohani membawa dampak yang
positif kepada karyawan dalam bekerja.
Dalam bekerja karyawan harus memiliki etos
sehingga dapat mencapai target yang
diinginkan pabrik.
Etos bagian dari kerja sehingga tidak
terpisahkan dari kehidupan seorang
karyawan.
Setelah mengikuti bimbingan rohani ada
peningkatan dari segi kinerja.
Bimbingan rohani memberikan pengetahuan
keagamaan kepada karyawan sehingga
karyawan memahami bahwa kerja adalah
bagian dari ibadah.
CATATAN OBSERVASI
A. Catatan observasi pada informan bapak Tata
Pada hasil observasi informan bapak Tata yang dimulai dari tanggal 1 desember
sampai tanggal 31 januari 2018. Peneliti menyajikan dengan cara merangkum hasil
keseluruhan hasil observasi yakni dimulai dari lokasi tempat observasi yang berbeda-beda,
kondisi tempat wawancara, gambaran dan penampilan subjek, dan ringkasan sikap informan
selama jalannya wawancara. Peneliti menggunakan observasi natural dan partisipan dengan
tujuan menggali secara keseluruhan terkait tujuan penelitian. Alasan peneliti merangkum dan
menyajikan demikian adalah agar lebih mempermudah pembaca dalam memahmi tema-tema
besar hasil interpretasi observasi.
Hasil Observasi Tema
Lingkungan pabrik cukup ramai dipenuhi dengan
masyarakat sekitar dan para kyai, rumah
masyarakat dan pabrik saling berdekatan. Situasi
dan kondisi lingkungan yang baik yang sebenarnya
sangat mendukung para karyawan untuk lebih
menguasai pengetahuan tentang agama, karena
dilingkungan tersebut masih banyak para ustadz
dan kyai. Untuk bapak Tata sendiri adalah
karyawan yang sangat ramah dan baik dalam
berprilaku dan bertutur kata kepada semua
karyawan, bapak Tata juga salah satu orang yang
dipercaya dipabrik ketika karyawan lain mengalami
kesulitan dalam mengerjakan sesuatu. Saat
bimbingan rohani pun bapak Tata sangat antusias
mengikuti kegiatan tersebut dengan secangkir kopi
dan rokok yang selalu menemani beliau untuk
menghilangkan ngantuk saat mengikuti kegiatan,
dan bapak Tata juga terlihat aktif ketika diberi
Bapak Tata orang yang baik dan
ramah, dan beliau juga sangat care
terhadap karyawan lainnya. Salah satu
karyawan yang sangat antusias
mengikuti kegiatan bimbingan rohani.
kesempatan untuk bertanya.
Setiap karyawan punya kerjaan masing-masing
yang sudah ditentukan oleh pabrik sesuai dengan
kemampuan karyawan sendiri, namun karyawan
juga dituntut untuk bisa mengerjakan pekerjaan
yang lain. Suasana kebersamaan karyawan sangat
akrab sekali, saat mau masuk pabrik pada pagi hari
ketika para karyawan saling bertemu dan bertatap
muka mereka saling bersalaman, saat sedang
bekerja pun mereka saling bercanda antara satu
sama lainnya namun tidak menghambat pekerjaan
meraka, dan ketika mau pulang pun mereka
bersalaman dengan wajah yang ceria. Dan suasana
keakraban dan kekeluargaan ini tidak hanya
dilakukan para karyawan namun pimpinan pabrik
pun ikut menikmati suasana kekeluargaan ini.
Suasana keakraban dipabrik antara
sesama karyawan seperti keluarga yang
sangat dekat, tidak hanya itu pimpinan
pabrik pun menerapkan suasana
kekeluargaan itu dengan karyawan lain
yaitu dengan bercanda bareng
karyawan dan membuat kegiatan Studi
Tour.
Selama penulis melakukan penelitian, sikap
informan terhadap penulis sangat baik dengan
ekspresi wajah yang selalu tersenyum, intonasi
suara informan pun tidak keras tidak pelan juga
tidak menggebu-gebu dan jelas dalam
menyampaikan sesuatu. Dan informan juga yang
mendampingi penulis selama melakukan penelitian
dipabrik atas rekomendasi bapak Aef selaku
Direktur Operasional. Informan juga cukup terbuka
dengan penulis mengenai pengalaman hidupnya.
Sikap informan terhadap penulis baik
dan ramah.
Tempat wawancara dipabrik sepatu, tepatnya
didepan pintu masuk ruang matrial, saat wawancara
informan sedang dalam istirahat selesai bekerja.
Ketika wawancara berlangsung suasana pabrik
cukup berisik karena suara mesin cutting namun
tidak menghambat jalannya wawancara. Saat
wawancara informan memakai baju kaos hitam
Tempat dipabrik, dengan suasana yang
berisik mesin cutting.
celana jeans dan memakai topi sambil merokok
selama wawancara berlangsung.
Verbatim Wawancara Dengan Informan
Nama: ibuk iyoh
Umur: 48 thn
Jenis kelamin: perempuan
Alamat: Kp. Katomas, Kec. Tigaraksa
Pekerjaan: Karyawan dipabrik sepatu CV. Kakang Prabu
Hari/Tanggal wawancara: kamis, 26 januari 2017
Waktu: 09.28 wib
Lokasi wawancara: Dipabrik sepatu
Dalam verbatim ini memakai nama ini sial agar memperjelas wawancara yaitu A (aswad)
disini sebagai peneliti sedangka I sebagai informan (ibuk iyoh)
Hasil Wawancara Interpretasi Tema
A: Assalamualaikum ibu?
I: Waalaikumsalam aswad
A: ibu apa kabar?
I: Alhamdulilah sehat selalu dan bahagia
hehehe
A: Alhamdulilah bu (sambil tersenyum)
A: Ibu lagi sibuk ini?
I: Yah Cuma sibuk gitu-gitu aj aswad, karena
matrial udah habis aja ini jadi ngga terlalu
sibuk lah.
A: emang biasanya ini gudang matrial
seperti apa bu?
I: biasanya ini gudang mah penuh dengan
barang-barang matrial, sekarang lagi sepi aja
karena bos belum belanja
I: Oyah kamu dari kampus mana aswad?
A: dari UIN Jakarta bu
I: oh, sekarang ada juga yang lagi penelitian
disini
A: dari kampus mana bu?
I: dari kampus UNPAM
A: oh kampus UNPAM bu, saya tau itu bu
karena dekat dari kampus saya bu. Cewek
apa cowok bu?
I: cewek, Cuma dia masih baru penelitian
A: oh iya lah bu.
A: Kalau ibu ngga sibuk sekarang saya
mau wawancara bu, boleh ngga bu?
(sambil tersenyum)
I: wawancara tentang apa ini aswad, kalau
tentang pabrik lebih baik langsung ke ibu siti
aja (ibu siti sebagai Administrasi di pabrik)
biar jelas, soalnya kalau ibu ngga terlalu tahu
menahu tentang pabrik ini.
A: Ngga bu, ini terkait pribadi ibu aja sih,
kan disini ada kegiatan bimbingan rohani,
jadi saya mau wawancara terkait
bimbingan rohani dan efek dari setelah ibu
mengikuti bimbingan rohani terhadap
kinerja ibu.
I: oh kalau itu boleh, ayo sok dipersilahkan
hehehe
A: siap bu hehehehe
A: ibu namanya siapa
I: buat aja ibu iyoh, itu nama artis ibu hehehe
A: ibu artis juga disini ya (sambil ketawa
keduanya)
A: usia ibu sekarang berapa?
I: alhamdulilah udah 46 sekarang
A: jadi karyawan ibu sudah berapa lama
disini?
I: Sudah 6 tahun saya bekerja disini, mulai
bekerja pada tahun 2012
A: waduh lama juga ya bu sudah bekerja
disini
I: yah gitu la aswad namanya juga betah
bekerja disini
A: apa yang membuat ibu betah bekerja
disini?
I: yang saya rasakan ini pabrik beda aja dari
pabrik-pabrik lainnya, disini kita bekerja
sudah seperti saudara. Kita bekerja tetap
bekerja sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan pabrik, tapi tidak terlalu ketat
masih bisa bercanda sesama karyawan bahkan
sama pak aef juga sebagai pimpinan kita
sering bercanda, terus boleh jajan waktu jam
kerja yang penting pekerjaan kita tidak
terkendala makanya karyawan disini ada
betah, pabrik seperti ini ngga bakalan dapat
dipabrik lain aswad.
A: oh gitu ya bu, luar biasa bu
A: terus dipabrik ini kata pak aef ada
kegiatan rohani ya bu?
I: iya Alhamdulilah pabrik membuat kegiatan
bimbingan rohani untuk karyawan.
A: ibu sering mengikuti kegiatan
bimbingan rohani ini?
I: alhamdulilah sering, kalau saya ngga terlalu
Pabrik CV. Kakang prabu
berbeda dengan pabrik lain
dari cara bekerjanya.
Karyawan merasa nyaman
dengan cara kerja yang
diterapkan pabrik.
karyawan lebih merasa
nyaman bekerja dipabrik
CV. Kakang prabu,
karena dipabrik ini
karyawan bekerja tidak
terlalu tertekan dan
peraturannya pun tidak
terlalu ketat.
capek saya usahain ikut kegiatan bimbingan
rohani.
A: Sudah berapa lama ibu mengikuti
bimbingan rohani?
I: Dari 2014 saya sudah mengikuti kegiatan
A: Untuk peserta bimbingan rohani yang
ibu ketahui?
I: Tidak menentu kadang ramai kadang sepi
A: Biasanya tempat pelaksanaan
dilakukannya bimbingan rohani dimana
bu?
I: Dirumah pak aef setiap malam jumat dan
dimushalla setiap malam selasa
A: Apa saja kegiatan agamanya di
perusahaan pabrik sepatu ini bu?
I: Untuk kegiatannya ada pengajian mingguan,
infaq dari karyawan Rp.2000 perduaminggu
dan Tour Religi.
A: selama ibu mengikuti bimbingan rohani
Apa saja materi yang diberikan
pembimbing yang ibu ketahui?
I: kalau materinya banyak ada fiqh, tafsir
sekalian belajar baca al-quran dan hadits
A: Apakah ada materi pokok yang
disampaikan pembimbing yang ibu suka?
I: Untuk keseluruhan semuanya saya suka
karena saling berkaitan pembahasannya, tapi
itu juga tergantung ustadz nya yang
memberikan penjelasan kepada jamaah. Kalau
ustadz Abdillah ini emang jelas
menyampaikan materi
A: Apakah ada materi bimbingan rohani
yang mempengaruhi etos kerja ibu?
I: Menurut saya Semuanya mempengaruhi
etos kerja saya. Materi yang disampaikan
ustadznya melalui kitab pembahasannya
sesuai dengan alur kitab bab perbab materi
yang disampaikan tidak kemana-mana
misalnya hari ini materi nya tentang ibadah
besok juga masih pembahasan ibadah juga
ngalir gitu, kita yang mengikuti kegiatan
tersebut mudah memahami materinya, dan
tergantung orang juga sih cara memahami
materi yang disampaikan.
A: Apakah ibu memahami materi
bimbingan rohani yang disampaikan
pembimbing?
I: Insyaallah sedikit-sedikit memahami apa
yang disampaikan ustadz nya hehehe
A: apakah ada kesulitan ibu dalam
Semua materi yang
disampaikan mempengaruhi
etos kerja, karena saling
berkaitan.
Materi pembahasan juga
mempengaruhi etos kerja
memahami materi yang disampaikan
pembimbing?
I: Kesulitannya mungkin karena ngajinya
malam ya, kalau siang sampai sore itu kan kita
kerja jadi malamnya udah kelelahan terus
mudah ngantuk.
A:Ketika ibu mengikuti kegiatan
bimbingan, apakah ada metode ustadznya
dalam menyampaikan materi bu?
I: yah metodenya itu kita ngaji dulu
membahas kitab yang sudah disediakan
ustadznya dan setelah membahas materi
sebelum doa kita dipersilahkan untuk bertanya
mengenai apa saja baik itu keluhan diri kita
ataupun seputar pembahasan, udah cuma itu
saya tahu tentang metode.
A: Apa ibu menyukai metode yang
diberikan pembimbing?
I: Selama saya mengikuti pengajian saya suka-
suka aja dengan cara mengajarnya, karena
ustadz nya juga memahami kondisi kita para
karyawan. Pengajian itu Cuma 1 jam, sebelum
ngaji kita baca dzikir dan shalawat terlebih
dahulu setelah itu baru mulai ngaji
A: Apakah ada metode khusus yang
diberikan pembimbing yang ibu sukai?
I: Tidak ada metode khusus yang saya lihat
dari ustadz, dan kesuluruhannya saya suka-
suka aja dengan cara ustadz menyampaikan
materi.
A: dari ketiga kegiatan bimbingan rohani
tadi buk, kagiatan mana yang
mempengaruhi etos kerja ibuk?
I: kalau yang saya rasakan sih, setelah saya
mendapatkan pengetahuan dari pengajian
bahwa kerja dan ibadah adalah dua kebutuhan
yang harus dipenuhi manusia.
A: terus buk, untuk kegiatan lainnya
apakah tidak mempengaruhi eots kerja
ibuk?
I: kalau seperti infaq itukan lebih mengajarkan
kita untuk berbagi kepada setiap orang yang
membutuhkan.
A: Apa ada tujuan ibu ketika mengikuti
kegiatan bimbingan rohani?
I: Awalnya karena ini bagian dari kegiatan
pabrik saya coba untuk mengikuti
pengajiannya walaupun karyawan tidak wajib
mengikutinya, dan setelah saya mengikuti
Metode yang dipakai ceramah
dan diskusi.
Tujuan bimbingan rohani
menyadarkan karyawan bahwa
bekerja bukan hanya sekedar
memenuhi kebutuhan sehari-
hari, tapi bisa bernilai ibadah
Metode yang digunakan
dalam menyampaikan
materi yaitu ceramah dan
diskusi mempermudah
karyawan dalam
memahami materi.
Semua karyawan yang
mengikuti kegiatan
bimbingan rohani
mempunyai tujuan yang
sama yaitu agar ibadah
dan kinerja mereka
baru saya paham tujuan dari diadakannya
kegiatan ini yaitu saya semakin sadar ternyata
bekerja bukan hanya sekedar untuk memenuhi
kebutuhan lahiriyah saja akan tetapi bekerja
pun bernilai ibadah ketika dilakukan dengan
niat dan keikhlasan.
A: berarti setelah ibu mengikuti kegiatan
bimbingan ini baru ibu tau manfaat dan
tujuannya ya bu?
I: iya aswad seperti itu la.
A: Apa ada harapan ibu setelah mengikuti
bimbingan rohani?
I: kan awalnya saya Cuma ikut-ikut aja
kegiatan ini, nah setelah saya mengikutinya
dan saya pun memahami materi yang
disampaikan, setelah itu baru ada keinginan
dari diri saya.
A: terus apa keinginan dan harapan ibu
setelah mengikuti kegiatan ini?
I:yah keinginan saya adanya perubahan dari
dalam diri saya, ibadah meningkat dan
bekerjapun semakin bersemangat
A: nah setelah mengikuti kegiatannya,
apakah ibu merasakan adanya perubahan
dari diri ibu dan tercapainya keinginan ibu
setelah mengikuti kegiatan bimbingan
rohani ini?
I: Alhamdulilah setelah saya mengikuti baru
saya paham tujuan dari diadakannya kegiatan
ini yaitu saya semakin sadar ternyata bekerja
bukan hanya sekedar mencari nafkah aja, tapi
kerja adalah suatu anjuran dalam agama kita
yang kelak akan kita pertanggung jawabkan,
dan saya tahu setelah menghikuti bimbingan
bahwa kerja ini salah satu bagian dari ibadah
ketika dilakukan dengan niat dan ikhlas, dan
saya juga belajar kalau agama menuntut kita
untuk bertanggung jawab dalam setiap
pekerjaan yang kita kerjakan dan kejujuran
kita dalam bekerja, dengan pengetahuan saya
yang terbatas ini saya mulai sadar yang
dulunya shalat saya bolong-bolong sekarang
insyaallah ibadahnya rajin terus bekerja pun
lebih nyaman dan ikhlas.
A: Sebelum dan setelah mengikuti
bimbingan rohani apakah ada perbedaan
yang ibu rasakan ketika bekerja?
I: Ada, sebelumnya saya bekerja itu malas-
malasan ketika bekerja tidak bersemangat dan
giliran gajian saya paling semangat dan ibadah
juga.
Dengan kegiatan ini dapat
merubah diri karyawan
seperti ibadah meningkat dan
kerjapun semakin
bersemangat.
Adanya peningkatan seperti
ibadah tidak bolong-bolong
dan lebih bertanggung jawab
terhadap apa yang dikerjakan.
Ikhlas dengan apa yang
semakin baik.
Bimbingan rohani dapat
meningkatkan ibadah dan
memotivasi kerja
karyawan agar lebih
bersemangat.
Ibadah yang tadinya
bolong-bolong sekarang
sudah tidak.
Lebih menikmati dan
sayapun sering bolong-bolong, setelah
mengikuti kegiatan bimbingan rohani saya
semakin ikhlas dan menikmati pekerjaan saya
yang sekarang, dan ternyata segala sesuatunya
apabila dikerjakan dengan ikhlas dan
dinikmati akan terasa senang aswad.
A: Apa saja hambatan yang ibu rasakan
selama mengikuti bimbingan rohani?
I: Mungkin kalau untuk hambatannya karena
kita bekerja dari pagi sampai malam ya aswad,
kadang kita kelelahan selesai bekerja jadi
malamnya malas untuk menghadiri
pengajiannya.
A: Menurut ibu sendiri setelah merasakan
efek dari kegiatan bimbingan rohani ini
apakah bimbingan rohani efektif
diterapkan di dunia kerja?
I: Bagus sangat efektif sekali
A: Menurut ibu apakah setiap karyawan
harus memiliki etos kerja?
I: Haruslah, semua karyawan harus memiliki
etos kerja, karena etos kerja bukan hanya
semangat dalam bekerja saja tapi tanggung
jawab dan disiplin.
A: pertanyaan terakhir ni bu hehe, adakah
peningkatan dari segi kinerja setelah ibu
mengikuti bimbingan rohani?
I: Kalau peningkatannya saya juga tidak tahu
ya, karena masing-masing punya tugas
sendiri, mungkin meningkatnya kalau sebelum
mengikuti pangajian banyak mengeluh, kalau
sekarang lebih menikmati pekerjaan dan
ikhlas.
A: oh gitu ya bu. Makasih ya bu sudah
meluangkan waktunya dan berkenan untuk
diwawancarai (sambil tersenyum)
I: iya sama-sama aswad, ngga papa saya juga
ngerasain kok diposisi kamu, karena anak
saya juga kuliah dan sekarang udah selesai,
cuma kan pernah diposisi seperti kamu,
makanya anak-anak yang penelitian disini
saya senang dan insyaallah selama saya bisa
bantu akan saya bantu.
A: iya bu, makasih banyak ni bu sekali lagi
karena udah mengerti bu (sambil
tersenyum dan salaman mencium tangan si
ibu).
dikerjakan sekarang.
Bimbingan rohani sangat
efektif apabila diterapkan
didunia kerja.
Tidak mengeluh lagi dan lebih
ikhlas dengan apa yang
dikerjakan sekarang.
mensyukuri apa yang
dikerjakan saat ini.
Bimbingan rohani sangat
efektif dalam
meningkatkan etos kerja
karyawan
tidak pernah mengeluh
lagi saat bekerja.
Temuan tema yang muncul pada informan ibuk iyoh
Tema Sub Kategori
karyawan lebih merasa nyaman bekerja
dipabrik CV. Kakang prabu, karena dipabrik
ini karyawan bekerja tidak terlalu tertekan
dan peraturannya pun tidak terlalu ketat.
Sistem yang diterapkan dipabrik adalah
kekeluargaan sehingga tidak ada tekanan dari
pihak pabrik dan atasan. Karyawan tidak
bebas dan tidak juga terikat dalam hal
pekerjaan, namun tidak ada hambatan dan
kendala dalam penyelesaian pekerjaan
Materi yang disampaikan saling berkaitan
mempermudah pemahaman karyawan dalam
memahami materi serta dapat
mengaplikasikan nya dalam kehidupan
sehari-hari.
materi yang disampaikan sesuai dengan alur
kitab yang berkesinambungan mempermudah
karyawan memahami materi.
Metode yang digunakan dalam
menyampaikan materi yaitu ceramah dan
diskusi mempermudah karyawan dalam
memahami materi.
Metode ceramah dan diskusi mempermudah
karyawan dalam memahami materi karena
ada feedback dari karyawan, misalnya ketika
para karyawan bingung dan kurang
memahami materi karyawan bisa langsung
menanyakan ke pembimbing.
Semua karyawan yang mengikuti kegiatan
bimbingan rohani mempunyai tujuan yang
sama yaitu agar ibadah dan kinerja mereka
semakin baik.
Dengan adanya bimbingan rohani ibadah dan
kinerja karyawan semakin baik.
Bimbingan rohani dapat meningkatkan
ibadah dan memotivasi kerja karyawan agar
lebih bersemangat.
dengan materi yang dipahami karyawan
dapat meningkatkan ibadah dan memotivasi
karyawan agar lebih bersemangat dalam
bekerja.
Ibadah yang tadinya bolong-bolong sekarang
sudah tidak.
Kegiatan bimbingan rohani menyadarkan
karyawan untuk lebih giat lagi beribadah,
agar mempermudah rezeki.
Lebih menikmati dan mensyukuri apa yang
dikerjakan saat ini.
Setelah mengikuti bimbingan rohani
karyawan lebih bersyukur dan lebih
menikmati apa yang dikerjakan saat ini.
Bimbingan rohani sangat efektif dalam
meningkatkan etos kerja karyawan
Adanya bimbingan rohani meningkatkan etos
kerja karyawan.
tidak pernah mengeluh lagi saat bekerja. Bekerja selalu bersemangat dan tidak pernah
mengeluh.
CATATAN OBSERVASI
A. Catatan observasi pada informan ibu Iyoh
Pada hasil observasi informan ibu Iyoh yang dimulai dari tanggal 1 desember sampai
tanggal 31 januari 2018. Peneliti menyajikan dengan cara merangkum hasil keseluruhan hasil
observasi yakni dimulai dari lokasi tempat observasi yang berbeda-beda, kondisi tempat
wawancara, gambaran dan penampilan subjek, dan ringkasan sikap informan selama jalannya
wawancara. Peneliti menggunakan observasi natural dan partisipan dengan tujuan menggali
secara keseluruhan terkait tujuan penelitian. Alasan peneliti merangkum dan menyajikan
demikian adalah agar lebih mempermudah pembaca dalam memahmi tema-tema besar hasil
interpretasi observasi.
Hasil Observasi Tema
Tempat ibu Iyoh bekerja diruang matrial dan
cutting dan sekaligus penanggung jawab tugas
tersebut. Keseharian ibu Iyoh bekerja yaitu ngecek
bahan-bahan matrial dan memantau karyawan yang
di gudang matrial dan cutting. Ibu Iyoh adalah
orang yang ramah, peduli dan pengertian terhadap
sesama. Ibu Iyoh juga salah satu karyawan yang
aktif dalam mengikuti kegiatan bimbingan rohani
dan juga rajin beribadah ditengah-tengah bekerja.
Ibu Iyoh adalah orang yang ramah
peduli dan rajin beribadah.
Keseharian ibu Iyoh mengontrol karyawan bagian
matrial dan cutting. Keakraban dan kebersamaan
antara karyawan sangat dapat dirasakan layaknya
seperti keluarga, dan bahkan kebersamaan antara
karyawan dan pimpinan pun sangat terasa begitu
akrab.
Kebersamaan antara karyawan dan
pimpinan sangat akrab
Sikap informan terhadap penulis ketika melakukan
penelitian sangat baik dan ramah beliau begitu
respect terhadap orang lain, khususnya penulis
Sikap informan terhadap penulis baik
dan ramah dan sangat respect.
sendiri. Beliau juga ikut mendampingi penulis
ketika melakukan penelitian dan salah satu
karyawan yang paling penulis repotkan namun
ekspresi wajah informan tetap tersenyum dengan
suara yang lembut dan ramah. Mata informan
terlihat biasa-biasa saja ketika melihat penulis dan
informan juga cukup terbuka kepada penulis.
Tempat wawancara dilakukan tepatnya didalam
gudang matrial menggunakan meja dengan taplak
warna merah dan duduk dibangku saling
berhadapan. Saat wawancara tidak suara yang
berisik yang mengganggu jalannya wawancara
karena waktu karyawan istirahat saat wawancara
berlangsung. Informan menggunakan baju putih
bercorak biru dengan menggunakan hijab warna
biru dan celana berwarna hitam.
Tempat dipabrik, dengan suasana yang
berisik mesin cutting.
CATATAN OBSERVASI
A. Catatan observasi pada informan bapak Tata
Pada hasil observasi informan bapak Tata yang dimulai dari tanggal 1 desember
sampai tanggal 31 januari 2018. Peneliti menyajikan dengan cara merangkum hasil
keseluruhan hasil observasi yakni dimulai dari lokasi tempat observasi yang berbeda-beda,
kondisi tempat wawancara, gambaran dan penampilan subjek, dan ringkasan sikap informan
selama jalannya wawancara. Peneliti menggunakan observasi natural dan partisipan dengan
tujuan menggali secara keseluruhan terkait tujuan penelitian. Alasan peneliti merangkum dan
menyajikan demikian adalah agar lebih mempermudah pembaca dalam memahmi tema-tema
besar hasil interpretasi observasi.
Hasil Observasi Tema
Lingkungan pabrik cukup ramai dipenuhi dengan
masyarakat sekitar dan para kyai, rumah
masyarakat dan pabrik saling berdekatan. Situasi
dan kondisi lingkungan yang baik yang sebenarnya
sangat mendukung para karyawan untuk lebih
menguasai pengetahuan tentang agama, karena
dilingkungan tersebut masih banyak para ustadz
dan kyai. Untuk bapak Tata sendiri adalah
karyawan yang sangat ramah dan baik dalam
berprilaku dan bertutur kata kepada semua
karyawan, bapak Tata juga salah satu orang yang
dipercaya dipabrik ketika karyawan lain mengalami
kesulitan dalam mengerjakan sesuatu. Saat
bimbingan rohani pun bapak Tata sangat antusias
mengikuti kegiatan tersebut dengan secangkir kopi
dan rokok yang selalu menemani beliau untuk
menghilangkan ngantuk saat mengikuti kegiatan,
dan bapak Tata juga terlihat aktif ketika diberi
Bapak Tata orang yang baik dan
ramah, dan beliau juga sangat care
terhadap karyawan lainnya. Salah satu
karyawan yang sangat antusias
mengikuti kegiatan bimbingan rohani.
kesempatan untuk bertanya.
Setiap karyawan punya kerjaan masing-masing
yang sudah ditentukan oleh pabrik sesuai dengan
kemampuan karyawan sendiri, namun karyawan
juga dituntut untuk bisa mengerjakan pekerjaan
yang lain. Suasana kebersamaan karyawan sangat
akrab sekali, saat mau masuk pabrik pada pagi hari
ketika para karyawan saling bertemu dan bertatap
muka mereka saling bersalaman, saat sedang
bekerja pun mereka saling bercanda antara satu
sama lainnya namun tidak menghambat pekerjaan
meraka, dan ketika mau pulang pun mereka
bersalaman dengan wajah yang ceria. Dan suasana
keakraban dan kekeluargaan ini tidak hanya
dilakukan para karyawan namun pimpinan pabrik
pun ikut menikmati suasana kekeluargaan ini.
Suasana keakraban dipabrik antara
sesama karyawan seperti keluarga yang
sangat dekat, tidak hanya itu pimpinan
pabrik pun menerapkan suasana
kekeluargaan itu dengan karyawan lain
yaitu dengan bercanda bareng
karyawan dan membuat kegiatan Studi
Tour.
Selama penulis melakukan penelitian, sikap
informan terhadap penulis sangat baik dengan
ekspresi wajah yang selalu tersenyum, intonasi
suara informan pun tidak keras tidak pelan juga
tidak menggebu-gebu dan jelas dalam
menyampaikan sesuatu. Dan informan juga yang
mendampingi penulis selama melakukan penelitian
dipabrik atas rekomendasi bapak Aef selaku
Direktur Operasional. Informan juga cukup terbuka
dengan penulis mengenai pengalaman hidupnya.
Sikap informan terhadap penulis baik
dan ramah.
Tempat wawancara dipabrik sepatu, tepatnya
didepan pintu masuk ruang matrial, saat wawancara
informan sedang dalam istirahat selesai bekerja.
Ketika wawancara berlangsung suasana pabrik
cukup berisik karena suara mesin cutting namun
tidak menghambat jalannya wawancara. Saat
wawancara informan memakai baju kaos hitam
Tempat dipabrik, dengan suasana yang
berisik mesin cutting.
celana jeans dan memakai topi sambil merokok
selama wawancara berlangsung.
Gambar. i
Pengajian Karyawan
Gambar ii
Wawancara dengan karyawan I
Gambar iii
Setelah wawancara dengan karyawan II
Gambar iv
Penulis bersama pembimbing
Gambar v
Wawancara dengan pembimbing
Gambar vi
Bersama Manager Pabrik
Gambar vii
Diruangan Administrasi pabrik bersama ibu Siti & ibu Eti
Gambar viii
Presentasi di depan seluruh leader pabrik sepatu
Gamabar ix
Potho bersama karyawan