Upload
dohuong
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DILENGKAPI
DENGAN MEDIA MOLLYMOD TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK IKATAN KIMIA KELAS X
SEMESTER I SMA NEGERI 2 KARANGANYAR
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Oleh:
FALAH WAHYU MANDELA
NIM K 3307023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DILENGKAPI
DENGAN MEDIA MOLLYMOD TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK IKATAN KIMIA KELAS X
SEMESTER I SMA NEGERI 2 KARANGANYAR
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
FALAH WAHYU MANDELA
NIM K 3307023
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Falah Wahyu Mandela. K3307023. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
KIMIA MENGGUNAKAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD) DILENGKAPI DENGAN MEDIA MOLLYMOD
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK
IKATAN KIMIA KELAS X SEMESTER 1 SMA NEGERI 2
KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Februari, 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode
pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dilengkapi dengan
media mollymod terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Ikatan
Kimia siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 2 Karanganyar.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan
desain penelitian Randomize Control Group Pretest Postes Design. Populasi
dari penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun
Ajaran 2011/1012. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling.
Sampel terdiri dari 2 kelas yaitu X.1 sebagai kelas eksperimen (metode STAD
dilengkapi dengan media mollymod) dan X.2 sebagai kelas kontrol (metode
ceramah). Teknik pengumpulan data prestasi aspek kognitif menggunakan
metode tes, dan prestasi aspek afektif siswa menggunakan metode angket.
Teknik analisis data menggunakan uji-t pihak kanan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran Student
Teams Achievement Division (STAD) dilengkapi dengan media mollymod
efektif daripada metode ceramah pada materi pokok Ikatan Kimia siswa kelas
X semester 1 SMA Negeri 2 Karanganyar dibuktikan dengan harga thitung lebih
besar daripada ttabel yaitu 2,330 > 1,667 untuk prestasi aspek kognitif dan
1,869 > 1,667 untuk prestasi aspek afektif.
Kata kunci: Student Teams Achievement Division (STAD), Mollymod, Ikatan
Kimia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Falah Wahyu Mandela. K3307023. THE EFFECTIVENESS OF
CHEMISTRY LEARNING USING STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISIONS (STAD) METHOD COMPLETED MOLLYMOD MEDIA
TOWARD THE STUDENT ACHIEVEMENT ON THE SUBJECT MATTER
OF CHEMICAL BONDING OF CLASS X 1St
SEMESTER AT SMA
NEGERI 2 KARANGANYAR IN ACADEMIC YEAR 2011/2012. Thesis.
Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret
University. February, 2012.
The aim of this research is to know that: the effectiveness of Student
Teams Achievement Division (STAD) learning methods completed mollymod
media toward the student achievement on the subject matter of Chemical
Bonding of class X at SMA Negeri 2 Karanganyar academic year 2011/2012.
This research used an experiment method by using Randomize
Control Group Pretest Postes Design. The population of this research were
student of X class of SMA Negeri 2 Karanganyar in academic year 2011/1012.
The sampel consist of 2 classes, X.1 as experiment class (guided STAD
method completed mollymod media) and X.2 as control class (guided lecture
method). Technique of collection data cognitive aspect achievement using test
method and affective aspect achievement using quationnare. Technique of
analysis data used “t-right test”.
The result of this research show that Student Teams Achievement
Division (STAD) learning methods completed mollymod media effective than
lecture method on the subject matter of Chemical Bonding of class X at SMA
Negeri 2 Karanganyar academic year 2011/2012, it can be shown that tobs >
ttable are 2,330 > 1,667 for cognitive aspect achievement and 1,869 > 1,667 for
affective aspect achievement.
Keyword : Student Teams Achievement Division (STAD), Mollymod,
Chemical Bonding
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Motto
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila
kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sunguh
(urusan) yang lain”
(QS. Al Insyiroh 6-7)
”Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka; namun kadang kita
melihat dan menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga kita tidak
melihat pintu lain yang telah terbuka.”
(Alexander Graham Bell)
“Keindahan ikhtiar akan membawa kita ke tempat doa-doa dan harapan
yang selalu kita impikan, maka hiduplah dengan sungguh-sungguh, lakukan
dengan kerja keras maka kenyataan akan seindah impian”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada:
Alm.Bapakku dan Ibuku, terima kasih dan terima kasih atas semua dukungan dan kasih sayangmu,...
Mbakku dan Sdr. Kembarku, terima kasih atas semangat dan dukungan
yang tak pernah putus demi adikmu,.. Alm. Pamanku Sumarjo yang selama ini menggantikan sosok seorang
ayah dan selalu memberi dukungan baik dalam doa dan materiil…
Seseorang yang selalu menemani dan memberi semangat yang tak pernah putus kepadaku….
Sahabat-sahabatku Otit, Christin, Cui , Fiona, Ifa, Eni dan Eka terimakasih sudah mau menemani menapaki setiap jengkal perjuangan kita..
Teman-teman kimia ’07, semoga kita tidak pernah lelah untuk berjuang,..
Almamater tercinta,..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena hanya
dengan rahmat, karunia dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan
menyelesaikan karya sederhana ini guna memenuhi persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Kimia Jurusan P.MIPA
FKIP UNS.
Penulis menyadari, dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan
laporan ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu dalam kesempatan
ini, dengan penuh ketulusan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta yang telah memberikan ijin
penelitian.
2. Bapak Sukarmin, M.Si, Ph.D., selaku Ketua Jurusan P. MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta yang telah memberikan ijin
penelitian.
3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia yang telah memberikan ijin penelitian dan selaku pembimbing II
yang telah memberikan bimbingan, tuntunan, pengarahan dan saran
kepada penulis.
4. Bapak Drs. Haryono, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, tuntunan, pengarahan dan saran kepada penulis.
5. Bapak Prof. Dr. Ashadi, selaku ketua penguji skripsi yang telah memberi
masukan dan bimbingan kepada penulis.
6. Bapak Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku sekretaris penguji skripsi yang telah
memberi masukan dan bimbingan kepada penulis.
7. Ibu Dra. Kus Sri Martini, M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas waktu
bimbingan, nasehat, dan ilmunya bagi penulis selama ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Kimia yang telah memberikan banyak
ilmu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
9. Bapak Drs. Wagiman. M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2
Karanganyar yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan
penelitian.
10. Sri Padmini, S.Pd.,M.Pd., Bardi, S.Pd., dan Drs. Suyatmo selaku Guru
Kimia SMA Negeri 2 Karanganyar atas bimbingan, petunjuk dan
bantuannya dalam pelaksanakan penelitian.
11. Bapak Ibu Guru dan keluarga besar SMA Negeri 2 Karanganyar atas
kebaikan dan keramahannya selama penelitian di SMA Negeri 2
Karanganyar.
12. Ibuku dan Alm. Bapak tersayang yang telah memberikan cinta, kasih
sayang dan pengorbanannya selama ini.
13. Fatah Wahyu, Sari Febriyanti, dan Susanto yang telah membantu selama
pelaksanaan penelitian berlangsung.
14. Siswa kelas X.1 dan X.2 SMA Negeri 2 Karanganyar atas kerjasamanya
selama penelitian.
15. Kakaku tersayang.
16. Saudara-saudaraku mahasiswa Pendidikan Kimia 2007.
17. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNS.
Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis, baik selama penelitian maupun penyusunan naskah ini.
Penulis menyadari akan adanya kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu, saran, dan kritiknya yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.
Surakarta,
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
PERSETUJUAN .............................................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN ............................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
MOTTO ........................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah................................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ................................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
F. Manfaat Peneilitian ................................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ............................................................................................ 8
1. Pembelajaran dan Belajar .................................................................. 8
2. Pembelajaran Kooperatif ................................................................... 16
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ................................................ 20
4. Media Pembelajaran Mollymod ......................................................... 21
5. Prestasi Belajar................................................................................... 25
6. Materi Pokok Ikatan Kimia ................................................................ 27
B. Penelitian Yang Relevan......................................................................... 34
C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
D. Hipotesis ................................................................................................. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………… ..... .................................... 40
B. Metode Penelitian ................................................................................... 40
C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 42
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 42
E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 43
1. Instrumen Penilaian Kognitif ............................................................... 43
a. Uji Validitas ....................................................................................... 43
b. Uji Reliabilitas ................................................................................... 44
c. Uji Taraf Kesukaran Soal................................................................... 45
d. Daya Beda Soal .................................................................................. 46
2. Instrumen Penilaian Afektif ................................................................. 47
a. Uji Validitas ....................................................................................... 48
b. Uji Reliabilitas ................................................................................... 48
F.Teknis Analisis Data ................................................................................ 50
1. Uji Prasyarat ......................................................................................... 50
a. Uji Normalitas .................................................................................... 50
b. Uji Homogenitas ................................................................................ 50
2. Uji hipotesis .......................................................................................... 51
BAB IV. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 53
A. Deskripsi Data ........................................................................................ 53
B. Uji Prasyarat Analisis ............................................................................. 56
C. Pengujian Hipotesis ................................................................................ 58
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................................ 59
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................... 66
A. Kesimpulan ............................................................................................. 66
B. Implikasi ................................................................................................. 66
C. Saran ....................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 68
LAMPIRAN ..................................................................................................... 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.
Tabel 15.
Tabel 16.
Tabel 17.
Daftar Keelektronegatifan................................................................
Perbedaan Molekul Polar dengan Molekul Nonpolar…..................
Desain penelitian perluasan dari Randomized Pretest-
PostestComparison Group Design..................................................
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif........
Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji
Reliabilitas Soal pada Aspek Kognitif.............................................
Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian kognitif....
Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Instrumen Penilaian
Kognitif............................................................................................
Skor Penilaian Aspek Afektif...........................................................
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif..........
Rangkuman Hasil uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif..........
Rangkuman Deskripsi Data Penelitian............................................
Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa
Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Materi Pokok
Ikatan Kimia....................................................................................
Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Siswa Antara
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Materi Pokok Ikatan
Kimia................................................................................................
Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Kognitif dan Afektif...........
Hasil Uji Homogenitas Nilai Kognitif dan Afektif.........................
Hasil Uji t-Pihak Kanan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol............................................................................
Hasil Uji t- Pihak Kanan Nilai Afektif Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol...................................................................................
32
33
40
44
45
46
47
47
48
49
53
54
55
57
58
58
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.
Gambar 14.
Mollymod………………………………………………………
Lambang Lewis Dari He dan Ar………………….....................
Struktur Lewis dari H2O.............................................................
Pembentukan Senyawa NaCl......................................................
Pembentukan Senyawa MgCl2....................................................
Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Tunggal pada H2..............
Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap Dua pada O2.....
Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap Dua pada CO2...
Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap Tiga pada N2.....
Pembentukan Ikatan Kovalen Koordinasi pada SO3..................
Molekul Polar pada H2O............................................................
Molekul Non Polar pada CO2......................................................
Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai
Kognitif Siswa Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
pada Materi Pokok Ikatan Kimia.................................................
Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif
Siswa Antara Kelas Eksperimendan Kelas Kontrol pada Materi
Pokok Ikatan Kimia.....................................................................
24
29
29
30
30
30
31
31
31
32
32
33
54
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran5.
Lampiran6.
Lampiran7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17.
Lampiran 18.
Lampiran 19.
Lampiran 20.
Lampiran 21.
Lampiran 22.
Lampiran 23.
Lampiran 24.
Silabus......................................................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.........................................
Lembar Diskusi………………………………………………
Kisi-kisi Soal Kuis....................................................................
Soal Kuis……………………...................................................
Kisi-kisi Instrumen Kognitif.....................................................
Soal Kognitif.............................................................................
Kunci Jawaban Soal Kognitif....................................................
Lembar Jawab Soal Kognitif.....................................................
Kisi-kisi Instrumen Afektif.......................................................
Angket Instrumen Afektif........................................................
Uji Validitas, Reabilitas, Tingkat kesukaran, dan Daya
Beda Soal Kognitif...................................................................
Uji Validitas dan Reabilitas Soal Afektif..................................
Data Induk Penelitian................................................................
Nama Kelompok Diskusi..........................................................
Nilai Kuis..................................................................................
Nilai Kelompok Diskusi………………………………………
Distribusi Frekuensi Data Prestasi Siswa..................................
Uji Normalitas...........................................................................
Uji Homogenitas.......................................................................
Uji t-matching...........................................................................
Uji t-pihak kanan.......................................................................
Dokumentasi Penelitian............................................................
Perijinan....................................................................................
72
76
86
89
90
91
96
104
105
106
107
111
114
118
120
121
123
125
129
139
144
146
148
150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan suatu
bangsa, karena kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh mutu pendidikan
dan sumber daya manusia. Dewasa ini perkembangan dunia pendidikan menjadi
sangat diperhatikan, terutama untuk menghadapi persaingan global yang semakin
tinggi. Sekolah mempunyai peranan tinggi dalam meningkatkan tujuan
pendidikan nasional. Pendidikan merupakan proses sistemik untuk meningkatkan
martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat berkembang secara
optimal.
Salah satu permasalahan yang sampai saat ini sering dikeluhkan oleh
berbagai pihak adalah masih rendahnya mutu pendidikan. Permasalahan yang erat
kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan adalah metode dan media
pembelajaran yang digunakan. Penggunaan metode dan media pembelajaran
seharusnya disesuaikan dengan paradigma dan visi pendidikan yang diharapkan
cocok dengan tuntutan perubahan zaman. Media pembelajaran merupakan alat
atau bahan yang dapat digunakan untuk membantu kelancaran kegiatan
pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran diharapkan mampu mendorong
pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan
partisipasi aktif dari siswa sehingga meningkatkan hasil belajar. Pemilihan media
pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, kondisi siswa dan
lingkungannya, serta karakteristik pelajaran yang akan disampaikan.
Kemampuan profesional guru amatlah penting dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan. Kegiatan perbaikan dalam proses belajar
mengajar adalah salah satu bentuk kegiatan pemberian bantuan. Suatu
pemberian bantuan di dalam proses belajar mengajar yang berupa kegiatan
perbaikan yang terprogram secara sistematis.
Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu
pendidikan adalah dengan penyempurnaan sistem kurikulum yang
berkesinambungan. Sesuai dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
yang tertuang dalam Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
(SI) dan Peraturan Mendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan (SKL), sekolah diwajibkan menyusun kurikulumnya sendiri, dimana
kurikulum yang berlangsung saat ini adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) sebagai penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu KBK
(Kurikulum Berbasisi Kompetensi).
KTSP merupakan kurikulum yang disusun dan dilaksanakan di masing-
masing tingkat satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang ditetapkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional
Pendidikan). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mendorong
terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan. Selain itu,
dalam kurikulum ini, guru diberi kesempatan untuk mengembangkan indikator
pembelajaran sesuai kebutuhan masing-masing sekolah sehingga guru dituntut
untuk kreatif dalam memilih dan mengembangkan materi pembelajaran yang akan
disampaikan di sekolah serta pembelajaran harus melibatkan peserta didik agar
mereka mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali
berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah (E. Mulyasa, 2006: 162). Dalam
KTSP, kegiatan belajar mengajar tidak lagi didominasi oleh guru (teacher
centered), akan tetapi lebih menempatkan siswa sebagai subyek didik, sehingga
dalam kurikulum ini menuntut diterapkannya penggunaan metode pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student centered).
Salah satu metode pembelajaran yang sesuai dengan KTSP adalah metode
yang berdasarkan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan salah satu
teori tentang proses pembelajaran yang menjelaskan tentang bagaimana siswa
belajar dengan mengkonstruksi pengetahuan menjadi pengetahuan yang
bermakna. Siswa perlu membina konsep dan pengetahuan yang diberikan guru
menjadi konsep dan pengetahuan yang bermakna melalui pengalaman awal yang
dimiliki oleh masing-masing siswa. Teori belajar konstruktivisme dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar
untuk mencapai tujuan belajar. (Nurhadi, 2004: 112).
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien salah
satunya diperlukan suatu metode mengajar yang tepat. Metode pembelajaran
memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya
suatu proses pembelajaran. Karena dengan metode yang tepat, sesuai dengan
situasi dan kondisi siswa, materi pelajaran, lingkungan dan fasilitas yang tersedia,
diharapkan siswa akan semakin mudah menerima materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Sehingga akan memberi pengaruh baik terhadap prestasi
belajar siswa.
Salah satu model mengajar adalah model pembelajaran kooperatif (Anita
Lie, 2004: 38). Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar mengajar
dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Pembagian kelompok dibuat heterogen
dalam hal prestasi belajar, jenis kelamin, budaya dan tingkat sosio-ekonomi.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat tanggung jawab individu sekaligus
kelompok sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap saling ketergantungan positif
dalam kelompoknya untuk belajar, bekerja, dan bertanggung jawab dengan
sungguh-sungguh. Dengan pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan
kecakapan sosial dan prestasi belajar siswa. Selain itu pembelajaran kooperatif
juga dapat mencegah misunderstanding siswa (Umit Simsek, 2009).
Salah satu metode pembelajaran kooperatif antara lain Student teams
Achievement Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan
metode pembelajaran yang dilakukan secara kelompok yang beranggotakan 4-5
siswa secara heterogen. Dengan metode STAD, siswa dapat saling membantu
dalam kelompoknya dalam menguasai konsep pada materi tersebut serta berusaha
untuk menjadi tim yang terbaik diantara tim lainnya dengan cara memberikan
sumbangsih berupa skor yang dapat diperoleh dari proses belajar mengajar. Di sisi
lain, metode pembelajaran STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif
yang kegiatan kelompoknya lebih mudah dikendalikan dan diawasi. Jadi dengan
metode pembelajaran STAD ini dapat mempertinggi kerjasama siswa dalam
kelompok diskusi. Pada metode pembelajaran STAD sebelum dilakukan kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kelompok, diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan penyampaian
materi, sehingga sangat sesuai digunakan untuk pembelajaran materi Ikatan
Kimia. Pembelajaran kooperatif STAD memiliki potensi untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa di sekolah menengah dibandingkan dengan ceramah.
Dengan Metode Pembelajaran STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
proses belajar mengajar. STAD juga dapat meningkatkan sikap percaya diri, kerja
sama, kedewasaan dan pembelajaran secara umum (Adesoji dan Ibraheem, 2009).
Materi pokok Ikatan Kimia meliputi Sub Materi Pokok yaitu Kestabilan
Atom, Struktur Lewis, Ikatan Ion, Ikatan Kovalen, Ikatan Logam. Untuk
membedakan antara Ikatan Ion dengan Ikatan Kovalen terdapat konsep yang
memerlukan pemahaman siswa sehingga diharapkan siswa dapat membedakan
dan menjelaskan bagaimana terjadinya suatu ikatan kimia dapat terjadi. Materi
pokok Ikatan Kimia merupakan materi yang berisi konsep yang membutuhkan
kemampuan berpikir yang berkaitan dengan konsep-konsep yang pernah diajarkan
sebelumnya. Materi pokok Ikatan Kimia merupakan materi yang penting karena
mendasari materi selanjutnya yaitu Tata Nama Senyawa. Banyak siswa yang
kurang berminat dalam mempelajari materi Ikatan Kimia karena siswa
menganggap bahwa materi Ikatan Kimia sulit. Oleh karena itu untuk mengajarkan
materi Ikatan Kimia kepada siswa diperlukan metode pembelajaran yang
melibatkan keaktifan siswa dalam memperoleh pengetahuan atau konsep sehingga
dapat lebih dipahami dan tahan lama dalam ingatan siswa.
Berdasarkan fakta di lapangan, diketahui bahwa ternyata masih banyak
siswa SMA yang mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran kimia pada
kelas X. Seperti pada SMA Negeri 2 Karanganyar khususnya pada materi Ikatan
Kimia yang dapat dilihat bahwa 45% nilai ulangan harian materi Ikatan Kimia
siswa pada tahun ajaran 2010/2011 berada di bawah nilai KKM materi Ikatan
Kimia, dengan nilai KKM 75.
Dalam kegiatan belajar mengajar pelajaran Kimia kelas X di SMA Negeri
2 Karanganyar, khususnya dalam materi Ikatan Kimia guru masih menggunakan
metode ceramah sehingga siswa kurang dilibatkan secara aktif. Hal tersebut
menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi kurang maksimal. Sehingga perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dilakukan variasi metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa
dan juga agar siswa tidak merasa jenuh atau bosan dalam kegiatan belajarnya.
Di SMA Negeri 2 Karanganyar memiliki fasilitas mollymod yang jarang
digunakan. Mollymod dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk
membantu siswa kelas X agar lebih mudah memahami pelajaran kimia khususnya
pada materi Ikatan Kimia. Dengan media mollymod siswa dapat mengamati
bagaimana proses terjadinya ikatan kimia pada suatu senyawa. Selain itu dengan
media mollymod juga dapat membantu siswa dalam memahami konsep abstrak
dalam materi ikatan kimia sehingga prestasi belajar siswa meningkat. Dengan
media mollymod dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran.
Selain itu media mollymod dapat membantu siswa memecahkan masalah kesulitan
belajar secara diskusi kelompok (Sohye, Young dan Hee, 2007).
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis
tertarik mengadakan penelitian yang berjudul “EFEKTIVITAS
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DILENGKAPI DENGAN MEDIA
MOLLYMOD TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI
POKOK IKATAN KIMIA KELAS X SEMESTER I SMA NEGERI 2
KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2011/2012.”
B. Identifikasi Masalah
Sehubungan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan dilengkapi media mollymod terhadap prestasi belajar siswa pada
materi pokok Ikatan Kimia dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1. Kurang minatnya sebagian besar siswa untuk mempelajari materi Ikatan
Kimia.
2. Proses pembelajaran masih dilakukan dengan menggunakan metode
pembelajaran ceramah.
3. Pemilihan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik
materi pelajaran.
4. Kurangnya variasi metode pembelajaran yang digunakan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
5. Guru belum menggunakan media pembelajaran kimia, khususnya materi
Ikatan Kimia dengan maksimal.
6. Masih banyak siswa yang memperoleh nilai hasil ulangan untuk materi
Ikatan Kimia di bawah KKM.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih terfokus maka perlu pembatasan masalah. Adapun
masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah metode
Student Teams Achievement Division (STAD).
2. Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah mollymod.
3. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Negeri 2
Karanganyar semester I tahun pelajaran 2011/2012.
4. Materi Pokok
Materi pokok yang dipilih dalam pembelajaran ini adalah Ikatan Kimia.
5. Penilaian
Penilaian yang digunakan dalam metode pembelajaran ini meliputi aspek
kognitif dan aspek afektif.
D. Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah disebutkan di atas, maka
dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah metode pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)
dilengkapi dengan media mollymod efektif diterapkan pada materi pokok
Ikatan Kimia siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 2 Karanganyar?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini untuk
mengetahui:
Efektivitas metode pembelajaran Student Teams Achievement Division
(STAD) dilengkapi dengan media mollymod pada materi pokok Ikatan Kimia
siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 2 Karanganyar.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Menambah pengetahuan tentang penggunaan metode pembelajaran Student
Teams Achievement Division (STAD) dilengkapi dengan media mollymod
terhadap prestasi belajar siswa pada materi Ikatan Kimia.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan kepada pengajar bidang studi kimia dalam
pemilihan metode pembelajaran yang diharapkan lebih memberikan hasil
belajar yang lebih baik.
b. Sebagai bahan pemikiran selanjutnya bagi peneliti yang berminat
mengadakan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
c. Memberikan masukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
khususnya dalam proses belajar mengajar kimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran dan Belajar
a. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat
siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam
kegiatan belajar mengajar (Gino, 1998: 32). Sedangkan pembelajaran yang
dilaksanakan harus sesuai dengan materi dan tujuan yang sebelumnya telah
ditetapkan. Oemar Hamalik (2001: 57) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru
dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, alat
tulis, fotografi, slide, film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri
dari ruangan kelas, perlengkapan audiovisual, juga komputer. Prosedur meliputi
jadwal dan metode penyampaian informasi, ujian dan sebagainya
Pembelajaran tidak terlepas dari interaksi belajar mengajar. Menurut Nana
Sudjana (1996: 6) mengajar yaitu membimbing kegiatan belajar siswa, mengajar
adalah mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa
sehingga guru dapat mendorong dan menumbuhkan siswa untuk melakukan kegiatan
belajar. Menurut Alwin W. Howard dalam Slameto (2003: 32) mengemukakan bahwa
pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing
seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals
(cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge. Sardiman A. M (2007: 48)
mengemukakan bahwa mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif
untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi siswa.
Komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran:
1) Siswa, yaitu seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
penyimpanan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk memcapai tujuan.
2) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan pembelajaran
dan peralatan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan tersebut
lebih efektif.
3) Tujuan pembelajaran, yaitu pernyataan tentang perubahan perilaku yang
diinginkan terjadi pada siswa setelah proses pembelajaran. Perubahan perilaku
tersebut mencakup perubahan kognitif, afektif dan psikomotor.
4) Materi pelajaran, yaitu segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang
diperlukan untuk mencapai tujuan.
5) Metode pembelajaran, yaitu cara yang tersedia untuk memberikan kesempatan
pada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai
tujuan.
6) Media pembelajaran, yaitu bahan pelajaran dengan atau tanpa peralatan
digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai
tujuan.
7) Evaluasi, yaitu cara tertentu yang digunakan untuk suatu proses dan hasilnya.
(Gino, 1998: 30-31)
Karena pembelajaran diartikan sebagai suatu bentuk perbuatan mengajar maka
didalamnya terdapat guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar. Dalam hal ini
kegiatan belajar merupakan kegiatan primer dan kegiatan mengajar merupakan
kegiatan skunder yang dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil
yang optimal dapat diperoleh melalui pembelajaran yang efektif. Pembelajaran tidak
mengabaikan karakteristik pebelajar dan prinsip-prinsip belajar. Oleh karena itu di
dalam program pembelajaran guru perlu berpegang bahwa pelajar adalah “primus
motor” dalam belajar. Dengan demikian guru dituntut untuk memusatkan perhatian,
mengelola, menganalisis dan mengoptimalkan hal-hal yang berkaitan dengan:
a) Perhatian dan motivasi belajar siswa
b) Keaktifan siswa
c) Optimalisasi keterlibatan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
d) Pengulangan-pengulangan belajar
e) Pemberian tantangan yang bertanggung jawab
f) Memberikan balikan dan penguatan terhadap siswa
g) Mengelola proses belajar sesuai perbedaan individual
(Dimyati dan Mudjiono, 1999: 76)
Pembelajaran merupakan bagian dari elemen yang memiliki peran sangat
dominan untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan (output)
pendidikan. Pembelajaran juga memiliki pengaruh yang menyebabkan kualitas
pendidikan menjadi rendah. Artinya pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan
guru dalam melaksanakan atau mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang
dilaksanakan secara baik dan tepat akan memberikan kontribusi dominan bagi siswa
sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang tidak baik
menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan dan diberdayakan. Agar keberhasilan
proses pembelajaran dapat dicapai, pembelajaran tersebut harus direncanakan terlebih
dahulu salah satunya dengan memilih metode yang tepat dalam pelaksanaan
pembelajaran. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan materi sehingga dapat
mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa.
Dari pengertian-pengertian diatas pembelajaran dapat diartikan sebagai aktivitas
mengajar yang mendorong terjadinya proses belajar dalam diri siswa yang terdapat
pemanfaatan komponen dan faktor-faktor belajar mengajar yang mampu menjadi
sarana yang mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal.
b. Belajar
Belajar dalam pendidikan tradisional dapat diartikan sebagai penambahan
pengalaman, dimana siswa biasanya hanya menghafal apa yang diberikan guru.
Dalam pandangan modern definisi belajar adalah sebagai bentuk perubahan kelakuan
berkat pengalaman dan latihan. Perubahan ini tidak hanya mengenal jumlah
pengetahuan namun meliputi segala aspek pribadi seseorang. Karena itu seseorang
yang telah belajar tidak sama lagi seperti sebelum belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Menurut Winkel (1996:53), belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.
Menurut pendapat Morgan dalam Ngalim Purwanto (2004:84), belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai latihan dan
pengalaman. Belajar disini sifatnya baru dan tumbuhnya hasil belajar ini didapat dari
hasil interaksi dengan lingkungan dan latihan-latihan yang diikuti.
Menurut Nana Sudjana (1996: 5) mendefinisikan bahwa belajar adalah
sesuatu proses yang terjadi pada diri seseorang yang ditandai atau diikuti dengan
perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat dari proses belajar
antara lain berbentuk pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, ketrampilan,
serta aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Sardiman A. M (2007:
20) mengungkapkan hal yang senada yaitu belajar sebagai perubahan tingkah laku
karena hasil dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut Ngalim Purwanto (2004: 85)
ada beberapa elemen yang mencirikan pengertian belajar yaitu:
1) Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku.
2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman.
3) Perubahan yang terjadi dalam belajar relatif mantap dan merupakan akhir dari
suatu periode waktu yang cukup panjang.
4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai
aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.
c. Teori – Teori Belajar
Banyak teori belajar yang telah disusun oleh para ahli. Setiap teori belajar
mempunyai keunggulan dan kelemahan sehingga dalam pelaksanaannya perlu
menggabungkan beberapa teori agar saling melengkapi. Beberapa teori yang dapat
dijadikan acuan, antara lain :
1) Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
merupakan sesuatu yang fundamental dan membimbing tingkah laku anak. Tingkah
laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.
Beberapa tokoh yang mengemukakan tentang teori belajar kognitif, diantaranya yaitu:
a) Teori Belajar Ausubel
David Ausubel menyatakan bahwa teori belajar merupakan titik berangkat
untuk menemukan prinsip-prinsip umum tentang mengajar yang efektif. Belajar
merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari
diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam
bentuk struktur kognitif. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk
mengorganisasi isi atau materi pelajaran serta penataan kondisi pembelajaran agar
dapat memudahkan proses asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif
orang yang belajar (Ratna Wilis Dahar, 1989:110-111).
b)Teori Belajar Piaget
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang
menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterprestasikan objek dan
kejadian-kejadian di sekitarnya. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran
aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif
menerima informasi (Ratna Wilis Dahar, 1989:149-150).
Dalam Ratna Wilis Dahar (1989:151-155), Piaget membagi tahap-tahap
perkembangan kognitif menjadi empat yaitu:
a) Tahap Sensorimotor (Umur 0 - 2 Tahun)
Periode ini anak mengatur alamnya dengan indera-inderanya (sensori) dan
tindakan-tindakannya (motor). Selama periode ini bayi tidak mempunyai konsepsi.
b) Tahap Preoperasional (Umur 2 - 7 Tahun)
Anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental, yaitu menambah,
mengurangi, dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
c) Tahap Operasional Konkret (Umur 7 – 11 Tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah menggunakan
aturan-aturan yang jelas dan logis dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.
Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, tetapi hanya dengan benda-benda yang
bersifat konkret, dan masih memiliki masalah mengenai cara berpikir abstrak.
d) Tahap Operasional Formal (Umur11 – keAtas)
Pada tahap ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk
membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks.
c) Teori Belajar Gagne
Gagne mengemukakan teori belajarnya yaitu bahwa belajar adalah suatu
proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan
tingkah laku. Menurut Gagne dalam Ratna Wilis, belajar terdiri dari tiga komponen
penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar.
Kondisi eksternal terdiri dari delapan fase belajar, yaitu : a) fase motivasi, b)
fase pengenalan, c) fase perolehan, d) fase retensi, e) fase pemanggilan, f) fase
generalisasi, g) fase penampilan, h) fase umpan balik. Kondisi internal merupakan
proses yang terjadi di dalam pikiran siswa, sedangkan hasil belajar Gagne
menyebutkan sebagai kemampuan (capabilities).
(Ratna Wilis Dahar, 1989: 141-143)
2) Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah satu pandangan bahwa siswa membina sendiri
pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang
ada. Dalam proses ini, siswa akan menyesuaikan pengetahauan yang diterima dengan
pengetahuan yang ada untuk membina pengetahauan baru (Isjoni, 2010: 30-31).
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan kita sendiri). Siswa diberi
kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang
dihadapinya sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif dan mampu
mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional (Sardiman, 2007: 37).
Piaget dan para konstruktivis pada umumnya berpendapat bahwa mengajar
bukan sebagai proses pada siswa, melainkan sebagai proses untuk mengubah gagasan
si anak yang sudah ada yang mungkin salah (Ratna Wilis Dahar, 1989: 167). Paul
Suparno (1997) dalam Sardiman (2007:38) menjelaskan belajar merupakan proses
mengkonstruksi (membangun) pengetahuan melalui interaksi dengan objek,
fenomena, pengetahuan, dan lingkungan. Sehingga diperlukan keaktifan dari masing-
masing siswa.Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja, tetapi harus dibentuk
dan dibangun sendiri oleh setiap individu. Pengetahuan bukan merupakan sesuatu
yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Keaktifan
seseorang amat berperan dalam perkembangan pengetahuan tersebut.
3) Teori Psikologi Sosial
Teori belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang
tradisional. Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1969). Dalam pandangan
belajar sosial “manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam, dan
juga tidak “dipukul” oleh stimulus-stimulus lingkungan. Tetapi, fungsi psikologi
diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari determinan-
determinan lingkungan” (Bandura dalam Ratna Wilis Dahar, 1989: 27).
Karya yang sangat terkenal dari Bandura menempatkan suatu interpretasi
yang lain pada interaksi seseorang dengan situasi. Bandura menghubungkannya
dengan teori belajar sosial, suatu pendekatan yang melihat tingkah laku sebagai
interaksi timbal balik yang terus menerus antara seseorang dengan lingkungan.
Rumus Lewin: B= f (P,E) diubah oleh Bandura menjadi sebagai berikut:
P
B E
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Keterangan: P = Personal
B = Behaviour
E = Enviromental
Bandura melihat tingkah laku, faktor seseorang dan lingkungan lebih sebagai
“faktor yang saling mengisi” satu sama lain daripada fungsi P dan E sebagai variabel
sebab yang bebas dari tingkah laku. Pengaruh yang relatif dari setiap faktor bervariasi
dalam situasi yang berbeda untuk tingkah laku tertentu, oleh karena itu dalam
beberapa situasi faktor lingkungan lebih mempengaruhi padahal dalam situasi lain
seseorang mengatur kejadian-kejadian lingkungan (Abu Ahmadi, 2007: 276).
4) Teori Motivasi
Perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan
pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja. Struktur tujuan
kooperatif menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok
bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh
karena itu untuk mencapai tujuan personal mereka, anggota kelompok harus membatu
teman satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka
berhasil, dan mungkin yang lebih penting, mendorong anggota satu kelompoknya
untuk melakukan usaha maksimal. Dengan kata lain, penghargaan kelompok yang
didasari pada kinerja kelompok (atau penjumlahan dari kinerja individual)
menciptakan struktur penghargaan interpersonal dimana anggota kelompok akan
memberikan atau menghalangi pemicu-pemicu sosial (seperti pujian dan dorongan)
dalam merespons usaha-usaha yang berhubungan dengan tugas kelompok (Slavin,
2008: 34-35).
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung secara aktif sebagai bekal
untuk memecahkan persoalan sesuai perkembangan kognitif siswa menghasilkan
perubahan yang relatif tetap dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai
sikap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling
membantu untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat
menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat. Manusia memiliki
derajat potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda.
Karena perbedaan itu, manusia dapat saling mencerdaskan (Nurhadi, 2004 : 112).
Pendekatan dalam pembelajaran konstruktivisme dapat menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Dengan pembelajaran kooperatif peserta didik akan lebih
mudah menemukan dan mengerti akan konsep-konsep yang sulit jika mereka dapat
membicarakan dan mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Peserta didik
secara rutin bekerja dalam kelompok yang terdiri sekitar 4-5 orang untuk saling
membantu memecahkan masalah-masalah (dalam hal ini penekanannya pada aspek-
aspek sosial) dalam pembelajarannya. Pada sistem pengajaran ini memberikan
kesempatan kepada peserta didik terstruktur. Pengajaran inilah yang disebut dengan
sistem pengajaran gotong royong/ Cooperative Learning. Jadi pembelajaran
kooperatif berarti belajar bersama, saling membantu antara satu dengan yang lain
dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan
yang telah ditentukan (Isjoni, 2010: 6).
Pengelompokkan peserta didik dalam suatu kelompok dapat didasarkan pada
fasilitas yang tersedia, perbedaan individual dalam minat belajar dan kemampuan
belajar, jenis pekerjaan yang diberikan, wilayah tempat tinggal peserta didik, jenis
kelamin, berdasarkan lotre/ random. Dalam pembagian kelompok ini, kelompok
dibagi secara heterogen, baik dari segi kemampuan belajar maupun jenis kelamin
agar terjadi dinamika kegiatan belajar yang lebih baik dari kelompok, sehingga tidak
terkesan ada kelompok yang kuat dan ada yang lemah. Menurut Anita Lie (2004: 41)
dalam pembelajaran kooperatif siswa dikelompokkan secara heterogen dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
memperhatikan keanekaragaman jenis kelamin, latar belakang sosio ekonomi, serta
kemampuan akademis. Dalam penelitian ini hanya akan memperhatikan faktor
keanekaragaman gender dan kemampuan akademis. Selanjutnya Slavin (2008: 10)
menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan yang tidak
ditemukan dalam pembelajaran lain seperti penghargaan tim, pertanggungjawaban
individual dan kesempatan sukses yang sama. Dalam kegiatan belajar individual
cenderung mementingkan pribadi dan tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Pada metode pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit apabila siswa dapat saling mendiskusikan
masalah-masalah yang dihadapi dengan temannya. Dalam kelas kooperatif, para
siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan beragumentasi,
untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan
dalam pemahaman masing-masing. Dalam metode pembelajaran kooperatif, para
siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan 2-5 orang untuk
menguasai materi yang disampaikan oleh guru (Slavin, 2008: 4-8).
Menurut Anita Lie (2004: 31) untuk mencapai hasil maksimal lima unsur
model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu:
a. Saling ketergantungan positif
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun
tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan
tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Intinya setiap
anggota mempunyai tugas yang berlainan, kemudian bertukar pikiran atau
informasi. Selanjutnya pengajar akan mengevaluasi semua anggota mengenai
seluruh bagian, sehingga dengan cara ini mau tidak mau setiap angota harus
merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar anggota yang lain
juga dapat berhasil.
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur pertama. Jika tugas dan
prosedur penelitian dibuat menurut prosedur Cooperative Learning, setiap siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci
keberhasilannya adalah persiapan pengajar dalam penyusunan tugasnya.
c. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran
beberapa anggota akan lebih baik daripada hasil pemikiran dari individu saja.
Lebih jauh lagi hasil kerjasama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-
masing anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan
kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
d. Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
ketrampilan berkomunikasi.Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok,
pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa
mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok
bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama kelompok tersebut agar
selanjutnya bisa bekerjasama dengan efektif.
Terdapat tiga tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran kooperatif,yaitu:
a. Prestasi akademik
Dalam Cooperative Learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial,
juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis yang penting lainnya.
Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, juga dapat
memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas
yang bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Pembelajaran kooperatifmemberi peluang bagi siswa dari berbagai latar
belakang dan kondisi untuk bekerjasama dan saling bergantung pada tugas-tugas
akademik dan dengan penghargaan bersama siswa akan saling menghargai.
c. Pengembangan ketrampilan sosial
Ketrampilan sosial akan mengajarkan siswa bekerjasama dan kolaborasi
dimana ketrampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat.
(Isjoni, 2010: 39-41)
Menurut Nurhadi (2004: 116) metode-metode yang termasuk dalam pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Metode STAD
2. Metode Jigsaw
3. Metode GI (Group Investigation)
4. Metode Struktural :
a. TPS (Think Pair Share)
b. NHT (Numbered Head Together)
Beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan, yaitu:
a. STAD (Student Teams Achievement Divisions)
b. TGT (Teams Games Tournament)
c. Jigsaw
d. CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)
e. TAI (Teams Assisted Individualization)
(Slavin, 2008: 11)
Selain itu ada juga pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dan dipelajari, yaitu:
a. Group Investigation (GI);
b. Learning Together;
c. Complex Intruction;
d. Structural Dyadic Methods;
(Slavin, 2008: 24-25)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Alasan perlunya dikembangkan pembelajaran kooperatif antara lain:
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
c. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
d. Meningkatkan rasa saling percaya pada sesama manusia.
e. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan,
jenis kelamin, etnis, kelas sosial, dan agama.
3. Pembelajaran Koperatif Tipe STAD
Metode Kooperatif STAD (Student Team Achievement Division) merupakan
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin. STAD
merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan
merupakan metode yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru
menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Metode pembelajaran ini lebih menekankan berbagai ciri pembelajaran langsung,
dan merupakan metode yang mudah untuk diterapkan dalam pembelajaran sains.
Seperti dalam kebanyakan model pembelajaran kooperatif, metode STAD didasarkan
pada prinsip bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung
jawab terhadap belajar teman dan dirinya sendiri.
Secara umum terdiri dari 4 komponen utama, yaitu:
1) Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini
merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi
pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi
audiovisual.
2) Tim/ kelompok
Tim terdiri dari 4-5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal
kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah
memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya
adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3) Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan
sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis
individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam
mengerjakan kuis, sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk
memahami materinya.
4) Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain dilihat dari
nilai rata-rata kuis masing-masing kelompok. Predikat penghargaan yang akan
diperoleh digolongkan menjadi tiga, yaitu Good Teams (Tim Baik), Great Teams
(Tim Hebat), dan Super Teams (Tim Istimewa). (Slavin, 2008:154-160)
4. Media Pembelajaran Mollymod
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari kata Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium
yang berarti perantara. Oleh karena itu, secara harfiah media diartikan sebagai
perantara atau pengantar pesan.
Menurut Boove (1997) dalam Hujair AH. Sanaky (2009), media adalah
sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media pembelajaran
adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan
pembelajaran.
Batasan lain juga dikemukakan oleh para ahli, Association of Educational and
Communication Technology (AECT, 1977) memberi batasan tentang media sebagai
segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi. Heinich dan Molenda mengemukakan bahwa secara umum media
diartikan sebagai alat komunikasi yang membawa pesan dari sumber ke penerima.
Sementara itu, Briggs (1970) mendefinisikannya sebagai segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Oleh Gagne (1977)
didefinisikan sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsang mereka untuk belajar. Sedangkan menurut Dinje Borman Rumumpuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dalam Robinson (2005, 7.4) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah setiap
alat baik hardware maupun software yang digunakan sebagai media komunikasi yang
tujuannya untuk meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar.
Dari keseluruhan pengertian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa
substansi dari media pembelajaran adalah: (1) bentuk saluran yang digunakan untuk
menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau
pembelajar, (2) berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajar yang dapat
merangsang pembelajar untuk belajar, (3) bentuk alat fisik yang dapat menyajikan
pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar, dan (4) bentuk-bentuk komunikasi
yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, baik cetak maupun audio, visual,
dan audiovisual.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih
dipahami siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran
dengan baik.
3) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru
tidak kehabisan tenaga.
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan penjelasan dari guru saja, tetapi juga aktivitas lain yang
dilakukan seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
(Hujair AH. Sanaky, 2009:3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
c. Ciri Media Pembelajaran
Gerlach dan Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan
petunjuk mengapa media digunakan dan apa yang dapat dilakukan oleh media yang
mungkin guru tidak mampu atau kurang efisien melakukannnya, yaitu:
1) Ciri Fiksatif
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek.
2) Ciri Manipulatif
Transformasi suatu kejadian atau obyek dimungkinkan karena media
memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang menghabiskan waktu berhari-hari
dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik
pengambilan gambar time- lapse recording.
3) Ciri Distributif
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu obyek atau kejadian
ditransportasikan melalui ruang dan secara kebersamaan kejadian tersebut
disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang
relatif sama mengenai kejadian itu.
d. Pengelompokan Media Pembelajaran
Pengelompokan berbagai jenis media dilihat dari segi perkembangan teknologi
dibagi menjadi dua yaitu media tradisional dan media mutakhir. Anderson (1976)
dalam Robinson(2005:7.9), mengelompokkan media menjadi 10 golongan sebagai
berikut:
1) Audio: kaset audio, CD, siaran radio
2) Cetak: buku pelajaran, modul, gambar, brosur
3) Audio- cetak: kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
4) Proyeksi visual diam: overhead transparansi, slide
5) Proyeksi visual audio diam: film bingkai suara
6) Visual gerak: film bisu
7) Audio visual gerak: film gerak bersuara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
8) Objek fisik: benda nyata, model, specimen
9) Manusia dan lingkungan: guru, pustakawan, laboran
10) Komputer: CAI (Computer Assisted Learning)
e. Media Mollymod
Mollymod merupakan salah satu media pembelajaran yang sangat membantu
guru dalam proses pengajaran kimia, khususnya pada materi ikatan kimia. Karena
media ini dapat menggambarkan proses terjadinya suatu ikatan dalam senyawa dalam
bentuk yang yang sederhana namun cukup jelas. Mollymod terdiri atas dua bagian
utama yaitu bola berlubang warna-warni, bola diumpamakan sebagai atom, sementara
lubang dalam bola tersebut menggambarkan jumlah atom lain yang dapat diikat oleh
atom. Warna-warna pada bola mewakili satu atom atau golongan tertentu. Misalnya
warna hitam untuk atom C, atom O diwakili warna merah, putih untuk atom H,
kuning untuk golongan halogen dan lain-lain. Bagian lain berupa pasak yang
menggambarkan ikatan-ikatan yang terjadi antar satu atom dengan atom yang
lainnya. Contoh gambar mollymod dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 1.Mollymod
Mollymod termasuk dalam kategori media model atau mock ups, yaitu
perwujudan tiruan atau penyederhanaan dari suatu benda. Susunan bagian pokok dari
suatu sistem yang rumit disederhanakan sehingga mudah dimengerti siswa. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan agar penggunaan model sebagai media
pengajaran menjadi lebih efektif yaitu :
1) Model harus digunakan di kelas dengan kondisi semenarik mungkin.
2) Setiap orang dalam kelas harus dapat melihat model dengan mudah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3) Siswa perlu diberi kesempatan semaksimal mungkin untuk menangani, mencoba,
dan mengamati model,bertanya atau membuat generalisasi.
4) Mengupayakan obyek, sampel, atau model lain yang tidak ada kaitannya dengan
topik yang dibicarakan dialihkan dari pembicaraan siswa.
( Basuki Wibawa, 2001: 80)
5. Prestasi Belajar
Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai
dari suatu usaha dalam mengikuti pendidikan atau latihan tertentu yang hasilnya
dapat ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan. Prestasi adalah hasil
yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb). Menurut Winkel W. S
(1996: 52) bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan yang dicapai. Prestasi belajar
mempunyai fungsi yang penting selain sebagai indikator keberhasilan belajar dalam
mata pelajaran tertentu juga dapat berguna sebagai evaluasi dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar. Menurut Zainal Arifin (1990: 3) prestasi belajar mempunyai
beberapa fungsi utama:
a. Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai
peserta didik.
b. Sebagai bahan informasi dalam motivasi pendidikan.
c. Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan
d. Dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) anak didik.
e. Hasil belajar yang dicapai siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan
instruksional yang direncanakan guru sebelumnya.
Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa selama
mengikuti tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diterima selama
proses belajar mengajar berlangsung.
Menurut Slameto (2003: 55-71) ada dua hal yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar, yaitu:
a. Faktor dari luar individu (faktor ekstern), yaitu faktor lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Faktor lingkungan keluarga misalnya cara orang tua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
mendidik, relasi antar anggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga, suasana
rumah dan pengertian orang tua. Faktor lingkungan sekolah misalnya metode
mengajar, media/ alat pelajaran, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, sarana dan prasarana sekolah. Faktor lingkungan
masyarakat misalnya kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan
bentuk kehidupan masyarakat.
b. Faktor dari dalam individu (faktor intern), yaitu faktor jasmani/ fisiologis ,
faktor psikologis dan faktor kelelahan. Faktor fisiologis misalnya cacat tubuh
dan faktor kesehatan. Faktor psikologis misalnya intelegensi (kemampuan
yang dimiliki siswa), sikap, minat, kreativitas/ bakat, motivasi, dan perhatian.
Rumusan tujuan yang direncanakan guru dipengaruhi oleh kemampuan guru
sebagai perancang (designer) belajar-mengajar. Untuk itu guru dituntut untuk
menguasai taksonomi hasil belajar. Menurut Bloom taksonomi hasil belajar terbagi
menjadi 3 domain yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor.
a. Domain kognitif
Menurut Robinson Situmorang, dkk (2005: 2.17) domain/ kawasan
kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengenalan dan pengembangan
kemampuan intelektual dan keterampilan berpikir. Jenjang taksonomi pendidikan
dalam kawasan kognitif yaitu aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Domain afektif
Menurut Robinson Situmorang (2005: 2.23) domain/ kawasan afektif
berkenaan dengan minat, sikap, nilai, konsep diri dan moral.
c. Domain psikomotor
Menurut Robinson Situmorang, dkk (2005: 2.26) domain/ kawasan
psikomotor berkenaan dengan otot, keterampilan motorik, atau gerak yang
membutuhkan koordinasi otot (neomuscular coordination). Kawasan psikomotor
meliputi peniruan, penggunaan, ketepatan, perangkaian dan naturalisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Prestasi belajar dapat diketahui dengan adanya evaluasi belajar atau penilaian
hasil belajar. Dari hasil penilaian hasil belajar tersebut dapat diperoleh informasi
sehingga guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran yang disampaikan, ketepatan atau keefektifan metode
mengajar, mengetahui kedudukan siswa di kelas atau kelompoknya. Jadi prestasi
belajar memiliki peranan penting, prestasi belajar dapat dijadikan umpan balik (feed
back) terhadap proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikinan proses akan
terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Tingkat
keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi belajar yang baik dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik faktor dalam maupun faktor dari luar diri siswa. Faktor dari
dalam siswa misalnya intelegensi, sikap bakat, motivasi, dan lain-lain. Sedangkan
faktor dari luar diri siswa misalnya metode pembelajaran, materi pelajaran, fasilitas
yang ada, kondisi lingkungan dan lain-lain.
Dari uraian yang telah dikemukan dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil usaha yang berupa perubahan tingkah laku yang diperoleh dari proses
belajar mengajar yang dapat diketahui dengan mengadakan penilaian belajar.
6. Materi Pokok Ikatan Kimia
Atom–atom di alam cenderung bergabung dengan atom yang lain membentuk
molekul atau membentuk ion-ion. Pada proses penggabungan atom-atom tersebut
terdapat gaya yang bekerja, sehingga antara atom-atom atau ion-ion tersebut dapat
terikat satu sama lain. Gaya yang bekerja pada gabungan atom atau ion disebut
ikatan kimia. Atom-atom yang sukar mengalami perubahan disebut sebagai atom
stabil. Oleh karena untuk bergabung atom harus berubah dahulu, maka atom-atom
yang stabil sukar bergabung dengan atom yang lain (Unggul Sudarmo, 2004: 40).
Menurut kurikulum sekarang ini, materi ikatan kimia diajarkan pada siswa kelas
X semester ganjil. Standar kompetensi yang ingin dicapai dalam pengajaran materi
ini adalah mendeskripsikan struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia
serta struktur molekul dan sifat-sifatnya. Sedangkan kompetensi dasar yang ingin
dicapai adalah membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
ikatan kovalen koordinasi serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang
terbentuk. Materi yang dibahas dalam materi ikatan kimia adalah ikatan ion, ikatan
kovalen, ikatan kovalen koordinasi, polarisasi ikatan kovalen dan ikatan logam.
a. Konsep Kestabilan Atom
Atom sukar bereaksi karena suatu atom dalam keadaan stabil. Kestabilan
atom ditentukan oleh struktur elektron valensi. Menurut Kossel dan Lewis
menyebutkan bahwa atom stabil memiliki elektron valensi 2 (duplet) dan 8 (oktet).
Atom yang tidak stabil mempunyai elektron valensi belum terisi penuh 8 elektron.
Atom yang belum stabil akan mencapai kestabilan dengan cara:
1) Membentuk Ion
Dalam membentuk ion suatu atom akan melepas atau menangkap elektron.
a) Melepas Elektron
Pada unsur yang mudah melepaskan elektron (mudah membentuk ion positif)
mempunyai energi ionisasi rendah, misal : unsur golongan IA, IIA dan IIIA.
Contoh : 11 Na(s) Na+
(aq) + e -
12 Mg(s) Mg2+
(aq) + 2e -
b) Menangkap Elektron
Pada unsur yang mudah menangkap elektron (mudah membentuk ion negatif)
mempunyai afinitas elektron besar, misal: unsur golongan VA, VIA dan VIIA
Contoh : 17 Cl(g)+ e- Cl
-(aq)
16 S(s)+ 2e- S
2-(aq)
2) Menggunakan Pasangan Elektron Bersama
Unsur yang memiliki energi ionisasi tinggi, sukar melepas elektron (sukar
membentuk ion positif). Unsur yang memiliki afinitas elektron rendah, sukar
menangkap elektron (sukar membentuk ion negatif). Maka unsur-unsur tersebut
cenderung membentuk pasangan elektron yang dipakai bersama. Pasangan elektron
bisa berasal kedua atom yang bergabung maupun dari salah satu atom yang
bergabung. Untuk atom H menambah satu elektron supaya kulit K penuh berisi 2
elektron (Unggul Sudarmo, 2004 : 40-41).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
b. Lambang Lewis dan Struktur Lewis
Untuk menggambarkan pembentukan ikatan kimia secara sederhana dapat
digunakan lambang Lewis dan struktur Lewis.
1) Lambang Lewis
Lambang Lewis adalah lambang unsur yang dikelilingi sejumlah titik yang
melambangkan elektron valensinya. Berikut ini beberapa contoh dari lambang Lewis:
2He : 2 Lambang Lewis :
18Ar : 2 8 8 Lambang Lewis :
Gambar 2. Lambang Lewis He dan Ar
2) Struktur Lewis
Strukutr Lewis adalah kombinasi lambang Lewis yang menggambarkan
perpindahan atau penggunaan bersama pasangan elektron dalam ikatan kimia. Rumus
yang dirancang bangun dengan menggunakan lambang Lewis disebut struktur Lewis
atau rumus titik elektron. Rumus ini digunakan untuk menjelaskan ikatan kovalen,
namun juga dapat digunakan untuk mendiagramkan apa yang terjadi apabila atom-
atom bergabung membentuk senyawa ion. Berikut ini contoh dari struktur Lewis H2O
Gambar 3. Struktur Lewis dari H2O
c. Ikatan Ion/ Heteropolar/ Elektrovalen
Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat perpindahan elektron dari satu atom
ke atom yang lain. Terbentuk dari atom yang melepaskan elektron (logam) dengan
atom yang menangkap elektron (bukan logam). Atom logam setelah melepas elektron
menjadi ion positif sedangkan atom bukan logam akan bermuatan negatif. Ikatan ion
terjadi karena adanya gaya tarik-menarik / gaya elektrostatis antara ion positif dan ion
negatif. Senyawa yang terbentuk melalui ikatan ion disebut senyawa ionik. Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ikatan ion hanya dapat terjadi apabila atom
He
Ar
HO+ H O H
Struktur Lewis H2O
H
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
unsur-unsur yang berikatan mempunyai perbedaan daya tarik elektron
(keelektronegatifan) yang cukup besar. Perbedaan daya tarik elektron yang cukup
besar memungkinkan terjadinya serah-terima elektron (Michael Purba, 2007: 102).
Beberapa contoh senyawa yang berikatan ion :
1) Senyawa NaCl
Proses terbentuknya senyawa NaCl :
Gambar 4. Pembentukan senyawa NaCl
2) Senyawa MgCl2
Proses terbentuknya senyawa MgCl2 :
Gambar 5. Pembentukan Senyawa MgCl2
d. Ikatan Kovalen/ Homopolar
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakaian pasangan elektron
secara bersama oleh dua atom. Terjadi pada atom unsur non logam dengan atom
unsur non logam. Berdasarkan jumlah ikatannya, ikatan kovalen dibagi menjadi dua
yaitu ikatan kovalen tunggal dan ikatan kovalen rangkap.
1) Ikatan Kovalen Tunggal
Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan kovalen yang hanya melibatkan sepasang
elektron untuk berikatan. Salah satu contohnya yaitu pada senyawa H2.
Gambar 6. Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Tunggal pada H2
2) Ikatan Kovalen Rangkap
Ikatan kovalen rangkap adalah ikatan kovalen yang melibatkan lebih dari
sepasang elektron untuk berikatan. Ikatan kovalen rangkap dibedakan menjadi dua
yaitu :
Na Cl+ NaCl+ [ ]Na+ Cl
-
Mg
Cl+ MgCl2+ 2[ ]Mg2+ Cl
-
Cl
HH HH H+ H H2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
a) Ikatan Kovalen Rangkap Dua
Contoh senyawa yang memiliki ikatan kovalen rangkap dua yaitu :
(1) Senyawa O2
Gambar 7. Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap Dua pada O2
(2) Senyawa CO2
Gambar 8. Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap Dua pada CO2
b) Ikatan Kovalen Rangkap Tiga
Contoh senyawa yang memiliki ikatan kovalen rangkap tiga yaitu :
(1) Senyawa N2
Gambar 9. Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap Tiga pada N2
(Brady, 1994: 273-276)
e. Ikatan Kovalen Koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang terjadi karena pada
pembentukan ikatan terdapat pasangan elektron yang hanya berasal dari salah satu
atom saja dan digunakan secara bersama (Brady, 1994: 294).
N + N NN N N N2
ikatan kovalen rangkap tiga
O + O O O2
ikatan kovalen rangkap dua
O O O
x C xxx
O
O
+ OO x Cx CO O CO2
ikatan kovalen rangkap dua
xx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
O H
H
- +
+
Contoh : SO3
Gambar 10. Pembentukan Ikatan Kovalen Koordinasi pada SO3
f. Polarisasi Ikatan Kovalen
Kelektronegatifan yaitu sifat yang menyatakan kecenderungan relatif dari unsur-
unsur dalam hal menarik elektron ikatan ke pihaknya. Daftar harga kelektronegatifan
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Daftar Keelektronegatifan
Atom Harga Keelektronegatifan (µr)
H 2,1
C 2,5
N 3,0
Cl 3,0
O 3,5
F 4,0
Ikatan kovalen disebut polar jika PEI tertarik lebih kuat ke salah satu atom.
Kepolaran ikatan disebabkan oleh perbedaan keelektronegatifan zat yang berikatan.
Makin besar selisih keelektronegatifan, maka semakin besar pula kepolaran ikatan
(makin polar ikatannya). Contoh molekul polar: H2O
Gambar 11. Molekul Polar pada H2O
S O
X
XX
XXX 3 S
O
O
OSX
XXX
X
X
SO3
ikatan kovalen koordinasi
ikatan kovalen rangkap dua
O
O
O
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
C O O
Molekul H2O memiliki pasangan elektron bebas (PEB) pada atom pusatnya
(O). Pasangan elektron akan lebih dekat ke arah atom O yang lebih
elektronegatif. Atom yang mempunyai harga keelektronegatifan lebih besar akan
menarik pasangan elektron lebih dekat padanya, sehingga atom tersebut menjadi
lebih negatif dari pada atom yang kurang kuat gaya tariknya. Makin besar harga
keelektronegatifan antara kedua atom yang berikatan maka semakin polar.
Ikatan kovalen disebut non polar jika PEI tertarik sama kuat ke semua atom.
Contoh molekul non polar CO2:
Gambar 12. Molekul Non Polar pada CO2
Pada CO2 merupakan molekul nonpolar karena pada atom pusatnya tidak
memiliki pasangan elektron bebas (PEB) dan pasangan elektron ikatan ini tertarik
sama kuat ke semua atom.
Tabel 2. Perbedaan Molekul Polar dengan Molekul Nonpolar
Perbedaan Molekul Polar Molekul Nonpolar
Keelektronegatifan Sangat besar Sangat kecil atau nol
Bentuk molekul Tidak simetris/
asimetris
simetris
Atom pusat Mempunyai PEB Tidak memiliki PEB
Polarisasi Terjadi polarisasi Tidak terjadi
polarisasi
Dipengaruhi oleh Medan listrik Tidak dipengaruhi
oleh medan listrik
Contoh HCl, H2O, HF, NH3,
SO2
CO2, H2, O2, Cl2, N2,
CCl4, CH4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
g. Ikatan Logam
Unsur logam pada umumnya mempunyai sedikit elektron di kulit terluar. Oleh
karena itu kulit terluar unsur logam relatif longgar (terdapat banyak tempat kosong),
sehingga elektron dapat berpindah dari satu atom ke atom lain. Mobilitas elektron
dalam logam sedemikian bebas sehingga elektron valensi logam mengalami
delokalisasi, yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi tersebut tidak tetap
posisinya pada satu atom, tetapi senantiasa berpindah-pindah dari satu atom ke atom
lain. Elektron-elektron valensi tersebut berbaur sehingga menyerupai awan atau
lautan yang membungkus ion-ion positif logam di dalamnya. Jadi, struktur logam
dapat dibayangkan terdiri dari ion-ion positif yang dibungkus oleh awan atau lautan
elektron valensi.
Struktur logam seperti di atas dapat menjelaskan sifat-sifat khas logam, seperti
daya hantar listrik, sifat dapat ditempa dan dapat ditarik. Logam merupakan
konduktor yang baik karena elektron valensinya yang mudah mengalir. Logam dapat
ditempa atau dapat ditarik karena ketika logam dipukul atau ditarik, atom-atom logam
hanya bergeser sedangkan ikatan di dalamnya tidak terputus (Unggul Sudarmo,
2004:48).
B. Penelitian yang Relevan
1. Adesoji dan Ibraheem (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Effects of
Student Teams Achievement Divisions Strategy and Mathematics Knowlegde on
Learning Outcomes inChemical Kinetics” menyimpulkan bahwa strategi
pembelajaran kooperatif STAD memiliki potensi untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa di sekolah menengah dibandingkan dengan ceramah. STAD dapat
meningkatkan sikap percaya diri, kerja sama, kedewasaan dan pembelajaran
secara umum. Yang relevan dengan penelitian peneliti adalah pembelajaran
kooperatif STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah, maka dari
itu peneliti menggunakan model pembelajaran STAD untuk penelitian ini.
Adapun perbedaannya pada penelitian Adesoji dan Ibrahim penerapan
pembelajaran dilakukan pada proses pembelajaran Kimia Kinetik sedangkan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
penelitian ini dilakukan pada materi Ikatan Kimia. Kimia kinteik dan Ikatan
Kimia merupakan materi pelajaran kimia sehingga dapat dikatakan kedua materi
itu sebanding, sehingga dimungkinkan penelitian menggunakan metode yang
sama. Dalam penelitian dilengkapi dengan media mollymod untuk mendukung
proses pembelajaran.
2. Umit Simsek (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “The Effects of Animation
and Cooperative Learning on Chemistry Students’ Academic Achievement and
Conceptual Understanding about Aqueous Solution” menyimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kecakapan sosial dan
prestasi belajar siswa. Selain itu pembelajaran kooperatif juga dapat mencegah
terjadinya misunderstanding siswa. Meskipun dalam penelitian Umit Simsek
digunakan media animasi namun model pembelajaran yang digunakan sama
dengan model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga
penelitian dapat dilakukan.
3. Kemal, Ataman dan Sukru (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Effects of
Two Cooperative Learning Strategies on Teaching and Learning Topics of
Termochemistry” menyimpulkan bahwa pembelajaran Group Investigation (GI)
lebih efektif daripada pembelajaran Jigsaw. Pembelajaran GI memberikan efek
yang positif terhadap siswa SMA. Meskipun pada penelitian ini menggunakan
metode GI dan Jigsaw, namun pada dasarnya hampir sama dengan metode STAD
sehingga penelitian dapat dilakukan.
4. Simon Attle dan Bob Baker (2007) dalam penelitiannya yang berjudul
“Cooperatif Learning in a Competitive Environment: Classroom Aplications”
menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Selain itu pembelajaran kooperatif juga meningkatkan
kompetisi siswa dalam bersaing mencapai prestasi belajar yang lebih baik.
5. Sohye, Young dan Hee (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Comparison
Study of Concept Test with Molecular Modeling in the Undergraduate Inorganic
Chemistry of Stereoisomerism” menyimpulkan bahwa dengan media mollymod
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dapat membantu mahasiswa dalam memahami koordinasi stereoisomer dan
meningkatkan keaktifan mahasiswa dalam mengikuti pelajaran. Selain itu dengan
media mollymod mahasiswa juga dapat memecahkan masalah stereoisomer kimia
anorganik dengan cara diskusi kelompok. Adapun perbedaan pada penelitian
Sohye, Young dan Hee dilakukan pada mahasiswa sedangkan pada penelitian ini
dilakukan pada siswa SMA. Namun pada dasarnya sama yaitu untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa.
6. Partini (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran
Kimia Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Student Team
Achievement Division (STAD) dilengkapi Peta Konsep Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Unsur, Senyawa dan Campuran”
menyimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi
peta konsep membuat siswa lebih termotvasi dalam belajar dan dapat
memperpanjang ingatan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Selain itu
pembelajaran STAD dilengkapi peta konsep juga dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa dalam aspek kognitif dan afektif pada materi pokok unsur, senyawa
dan campuran. Adapun perbedaan dengan penelitian Partini menggunakan media
peta konsep sedangkan dalam penelitian ini menggunakan media mollymod. Pada
dasarnya kedua media itu adalah media pembelajaran, sehingga dimungkinkan
menerapkan metode yang sama. Dan diharapkan mendapatkan hasil yang lebih
baik.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran pada dasarnya merupakan penalaran dari awal untuk
dapat sampai pada pemberian jawaban sementara pada masalah yang dirumuskan.
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah diuraikan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Metode pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dilengkapi
dengan media mollymod efektif diterapkan pada materi pokok Ikatan Kimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Dalam pembelajaran kimia di SMA Negeri 2 Karanganyar selama ini, khususnya
materi Ikatan Kimia metode yang digunakan masih bersifat teacher centered,
sehingga siswa kurang dilibatkan secara aktif menemukan konsep. Padahal materi ini
disajikan dalam bentuk bacaan, dan tidak sedikit pokok bahasan yang perlu dicermati.
Hal tersebut mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut perlu adanya penerapan metode pembelajaran yang tepat.
Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai suatu pembelajaran
yang berkualitas dan bermakna, dapat dilakukan dengan pendekatan konstruktivisme,
yaitu memulai pelajaran dari “apa yang diketahui siswa”. Salah satu pendekatan
konstruktivisme yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif. Dalam
pembelajaran kooperatif, guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa bertindak
sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran. Proses pembelajaran harus
memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk beraktivitas sehingga
pembelajaran bersifat student centered (berpusat pada siswa).
Model pembelajaran kooperatif yang akan diterapkan adalah metode
pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) yaitu metode
pembelajaran dimana siswa dibagi menjadi kelompok untuk bekerjasama dalam tim
kelompoknya dalam melaksanakan tugas yang akan diberikan. Dalam metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dibutuhkan hubungan kerja yang baik dan
keterampilan siswa dalam kelompoknya, sehingga dapat meningkatkan hasil
belajarnya. Sedangkan pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator
dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan
belajar yang kondusif bagi peserta didiknya.
Pembelajaran menggunakan media merupakan suatu upaya untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Pemanfaatan media merupakan salah satu cerminan kreativitas
guru dalam usaha meningkatkan pemahaman siswa mengenai suatu konsep
pembelajaran. Materi Ikatan Kimia merupakan salah satu materi kimia yang
memungkinkan digunakan suatu media.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Ikatan kimia merupakan pokok materi yang cukup sulit dalam pelajaran ilmu
kimia, karena gejala tentang terjadinya ikatan tidak dapat diamati secara langsung
oleh siswa. Karena tidak dapat diamati secara langsung maka diperlukan kemampuan
khusus yang dapat membantu dalam memahaminya. Penggunaan media yang tepat
bisa dijadikan alternatif dalam peningkatan pemahaman siswa, sekaligus sebagai
suatu alat yang dapat meningkatkan minat siswa terhadap materi yang bersangkutan.
Salah satu media yang dapat digunakan dalam membantu proses pembelajaran materi
Ikatan Kimia adalah dengan media mollymod.
Proses pemikiran dengan menggunakan media mollymod adalah mengamati
secara langsung proses terjadinya ikatan dalam suatu senyawa dalam bentuk tiga
dimensi dan dapat menarik perhatian siswa sehingga dapat dijadikan alternatif dalam
pemecahan masalah, mendapatkan banyak gagasan baru, maka dengan media
mollymod diharapkan pencapaian prestasi belajar siswa akan lebih baik.
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan siswa dapat lebih mudah
memahami konsep-konsep pada materi Ikatan Kimia serta terlihat lebih aktif dalam
proses pembelajaran, maka dilakukan penelitian sehingga pembelajaran lebih variatif,
diantaranya dengan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif
tipe STAD dilengkapi dengan media mollymod. Pemilihan metode pembelajaran ini
dengan alasan sesuai dengan teori konstruktivisme bahwa seseorang akan lebih
mudah memahami suatu konsep apabila dapat mengkomunikasikan atau
mengungkapkan kesulitannya terhadap yang lain. Dalam proses pembelajaran
kooperatif tipe STAD siswa dituntut memahami dan menguasai konsep dengan baik
supaya dapat saling membantu sehingga setiap ada kesulitan dapat langsung
dipecahkan dalam kelompok.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan melaksanakan proses belajar mengajar
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi dengan media
mollymod. Dengan penggunaan metode ini diharapkan siswa menjadi lebih mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
memahami konsep, menjadi aktif dalam proses pembelajaran, dan dengan
penggunaan media dapat mempermudah pemahaman siswa.
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
Metode pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dilengkapi
media mollymod efektif diterapkan pada materi pokok Ikatan Kimia siswa kelas
X semester 1 SMA Negeri 2 Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Karanganyar, pada kelas X
semester gasal Tahun Ajaran 2011/2012.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011. Pelaksanaan
penelitian ini dilakukan secara bertahap, yaitu pembuatan Proposal dilakukan
pada bulan Maret 2011-Juli 2011, Uji Coba Instrumen pada bulan Agustus 2011,
Penelitian dan Pengambilan Data pada bulan September 2011-Oktober 2011, dan
Penyusunan Hasil Penelitian pada bulan November-Desember 2011.
B. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat eksperimental dengan tujuan
untuk mengetahui perbedaan antara penggunaan metode pembelajaran kooperatif
Student Team Achievement Division (STAD) dilengkapi media mollymod
dibandingkan metode ceramah. Rancangan yang digunakan adalah perluasan dari
”Randomize Control Group Pretest Posttest Design”. Rancangan ini
menggunakan dua kelompok subyek, yaitu metode pembelajaran kooperatif
STAD dilengkapi media mollymod (untuk kelas eksperimen) dan metode ceramah
(untuk kelas kontrol). Untuk lebih jelasnya rancangan dapat dilihat pada Tabel 3:
Tabel 3. Desain penelitian perluasan dari Randomize Control Group Pretest
Posttest Design
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen T1 X1 T2
Kontrol T1 - T2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Keterangan :
X1 : Pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif Student
Team Achievement Division (STAD)dilengkapi media mollymod
T1 : Tes awal
T2 : Tes akhir
2. Langkah-langkah Penelitian
Berdasarkan desain penelitian yang telah dirancang maka langkah-langkah
penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Memberikan pretest T1 pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengukur rata-rata kemampuan kognitif sebelum subjek diberi perlakuan.
b. Memberikan perlakuan X1 pada kelompok eksperimen menggunakan metode
pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Division (STAD)
dilengkapi dengan media mollymod.
c. Memberikan posttest T2 pada kedua kelas itu untuk mengukur rata-rata
kemampuan kognitif setelah diberi perlakuan X1.
d. Menentukan selisih nilai antara pretest T1 dan posttest T2 pada kelas
eksperimen untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest dan posttest (Z1).
e. Menentukan selisih nilai antara pretest T1 dan posttest T2 pada kelas kontrol
untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest dan posttest (Z2).
f. Menggunakan uji statistik yang sesuai untuk menentukan apakah perbedaan
tersebut signifikan, yaitu dengan uji-t pihak kanan.
g. Menarik kesimpulan.
3. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel terikat adalah kondisi yang menunjukkan pengaruh dari variabel
bebas yaitu prestasi belajar siswa pada materi pokok bahasan ikatan Kimia
yang terlihat dari selisih nilai pretest dan posttest.
b. Variabel bebas adalah kondisi yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka
menerangkan hubungan dengan fenomena yang diobservasi. Variabel bebas
pada penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif Student Team
Achievement Division (STAD) dilengkapi dengan media mollymod .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
4. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan dengan
urutan sebagai berikut :
a. Menentukan dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian.
b. Memberikan tes awal dengan instrumen-instrumen penelitian yang telah
diujicobakan dan memenuhi syarat untuk digunakan dalam mengambil
data penelitian.
c. Melaksanakan penelitian yaitu mengajar materi Ikatan Kimia dengan
menggunakan metode ceramah untuk kelas kontrol dan dengan metode
kooperatif Student Team Achievement Division (STAD) dilengkapi media
mollymod untuk kelas eksperimen.
d. Memberikan tes akhir.
e. Mengolah data yang diperoleh.
f. Menarik kesimpulan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester 1 SMA
Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Sampel
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara cluster random
sampling didapatkan kelas eksperimen yang terdiri dari 2 (dua) kelas X sebagai
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari 8 kelas yang ada di kelas X SMA Negeri
2 Karanganyar dilakukan pengambilan secara random dua kelas untuk dijadikan
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh berasal dari prestasi belajar siswa pada materi pokok
Ikatan Kimia. Aspek penilaian yang diambil meliputi aspek kognitif dan afektif.
Penilaian aspek kognitif diperoleh langsung dari siswa dengan menggunakan tes
bentuk obyektif yang diberikan sebelum dan sesudah proses pembelajaran.
Penilaian aspek afektif dilakukan dengan menggunakan angket terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan yang diisi langsung oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
E. Instrumen Penelitian
Data berasal dari variabel-variabel yang telah diteliti diperoleh dari tes
yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan instrumen aspek kognitif dan
aspek afektif.
1. Instrumen Penilaian Kognitif
Untuk penilaian kognitif dengan menggunakan bentuk tes obyektif.
Sebelum digunakan instrumen penelitian diujicobakan terlebih dahulu untuk
menguji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal dan daya pembeda soal.
a. Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2010:348), suatu instrumen valid menurut
validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang
representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur. Pada kasus ini,
validitas tidak dapat ditentukan dengan mengkorelasikannya dengan suatu
kriteria, sebab tes itu sendiri adalah kriteria dari suatu kerja.
Budiyono (2009:65) mengemukakan bahwa sebuah instrumen tentu
terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen. Ke semua butir-butir itu harus
mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula.
Ini berarti harus ada korelasi positif antara skor masing-masing butir tersebut.
Korelasi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor-skor
butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Rumus yang dipakai adalah korelasi
momen produk dari Karl Pearson, sebagai berikut:
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
Dengan :
xyr = koefisien korelasi antara variable X dan Y
X = skor item
Y = skor total
n = cacah subyek
keputusan uji : xyr > kritikr item soal tersebut valid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2
2
111
t
iit
s
qps
n
nr
xyr ≤ kritikr item soal tersebut tidak valid
(Anas Sudijono, 2008: 181)
Hasil uji validitas instrument penilaian kognitif yang dilakukan
terangkum dalam Tabel 4.
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif
Jenis Soal Jumlah Soal Kriteria
Valid Drop
Kognitif 40 30 10
Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran 12.
b. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui apakah suatu instrumen yang digunakan reliabel atau
tidak diperlukan adanya uji reliabilitas. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas tes
prestasi belajar berbentuk obyektif digunakan rumus Kuder Richardson (KR-20).
Rumus Kuder-Richardson (KR-20) berbentuk sebagai berikut:
Dengan :
11r : indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir instrumen
ip : proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke-i
iq : 1- ip
2
ts : variansi total
Suatu instrumen dikatakan reliabel jika indeks reliabelnya > 0.7
(Anas Sudijono, 2008: 252)
Hasil uji coba reliabilitas instrumen soal penilaian kognitif terangkum
dalam Tabel 5. Hasil uji coba reliabititas instrumen soal penilaian kognitif yang
lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 5. Ringkasan Hasil Try out Instrumen Penelitian untuk Uji Reliabilitas
Soal pada Aspek Kognitif
Jenis Soal Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Kognitif 40 0,821 Tinggi
c. Uji Taraf Kesukaran Soal
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang
menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan indeks
yang disebut Indeks Kesukaran (difficulty index), yaitu bilangan yang merupakan
hasil perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban yang
seharusnya diperoleh dari suatu item.
P =
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
- Soal dengan P kurang dari 0,30 adalah soal sukar
- Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
- Soal dengan P lebih dari 0,70 adalah soal mudah
Dengan ketentuan bila jawaban benar skornya adalah 1 dan bila jawaban salah
skornya adalah 0
(Anas Sudijono, 2008: 372).
Hasil uji taraf kesukaran soal instrument penilaian kognitif yang
dilakukan terangkum dalam Tabel 6.
Tabel 6. Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian kognitif
Jenis soal
Jumlah Soal
Taraf Kesukaran Soal
Mudah Sedang Sukar
Kognitif 40 14 25 1
Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran 12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
d. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda suatu item adalah taraf sampai dimana jumlah jawaban
benar dari siswa. Siswa yang tergolong kelompok atas (pandai) berbeda dari
siswa yang tergolong kelompok bawah (bodoh). Perbedaan jawaban benar
dari siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah disebut Indeks
Diskriminasi (ID).
= PA - PB
Dimana :
J : Jumlah peserta tes
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
BA : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB : Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut :
D = kurang dari 0,20 : jelek (poor)
D = 0,20 - 0,40 : cukup (satisfactory)
D = 0,41 - 0,70 : baik (good)
D = 0,71 - 1,00 : baik sekali (exellent)
(Anas Sudijono, 2008: 389-390)
Hasil uji daya beda soal instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum
dalam Tabel 7.
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Instrumen Penilaian Kognitif
Jenis Soal Jumlah Soal
Kriteria
Baik
Sekali Baik Cukup Jelek
Jelek
Sekali
Kognitif 40 - 10 21 9 -
Hasil uji daya beda soal instrument penilaian kognitif yang lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran 12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2. Instrumen Penilaian Afektif
Instrumen penilaian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan
adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Responden
atau siswa memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban
yang telah disediakan. Penyusunan angket ini terlebih dahulu dibuat konsep alat
ukur yang mencerminkan isi kajian teori.
Penyusunan item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, responden / siswa hanya dibenarkan
dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Sistem
penskoran yang digunakan menggunakan skala Likert seperti tercantum dalam
tabel 8.
Tabel 8 : Penilaian Aspek Afektif
Skor untuk aspek yang dinilai Nilai
+ -
SS. Sangat Setuju
S. Setuju
TS. Tidak Setuju
STS. Sangat Tidak Setuju
4
3
2
1
1
2
3
4
(Djemari Mardapi, 2008 :121)
Keterangan:
- Jumlah nilai 121-160 sangat baik (A)
- Jumlah nilai 81-120 baik (B)
- Jumlah nilai 41-80 cukup (C)
- Jumlah nilai < 41 kurang (D)
(Depdiknas, 2009:91)
a. Uji Validitas
Untuk menghitung validitas butir soal angket menggunakan indeks
korelasi antara X dan Y yang dapat digunakan rumus korelasi product
moment dengan angka kasar dengan rumus sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan :
xyr = koefisien korelasi antara variable X dan Y
X = skor item
Y = skor total
n = cacah subyek
keputusan uji : xyr > kritikr item soal tersebut valid
xyr ≤ kritikr item soal tersebut tidak valid
(Anas Sudijono, 2008: 181)
Hasil uji validitas soal instrumen penilaian afektif yang dilakukan terangkum
dalam Tabel 9
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif
Jenis Soal Jumlah
Soal
Kriteria
Valid Drop
Angket Afektif 40 40 -
Hasil uji validitas instrumen penilaian afektif yang lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran 13.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran
tersebut dapat memberikan hasil yang tidak berbeda bila dilakukan kembali
kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus
alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0, yaitu
sebagai berikut:
2
2
11 11
t
i
S
S
n
nr
Keterangan:
r11 : koefisien reliabilitas suatu tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
n : jumlah item yang dikeluarkan dalam tes
1 : bilangan konstan
2
iS
: jumlah varian skor dari tiap-tiap item
St2 : varian total
Kriteria pengujian:
Jika r11 ≥ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang
tinggi (reliable).
Jika r11 ≤ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang
tinggi (unreliable).
(Anas Sudijono, 2008: 208-209)
Hasil uji validitas soal instrumen penilaian afektif yang dilakukan terangkum
dalam Tabel 10.
Tabel 10. Rangkuman Hasil uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif
Jenis Soal Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Angket Afektif 40 0,936 Tinggi
Hasil uji validitas instrumen penilaian afektif yang lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran 13.
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari
populasi distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan
metode Lilliefors dengan prosedur :
1). Hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi normal
2). Statistik Uji
L = max ii ZSZF
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
3). Taraf Siginifikansi ( ) = 0,05
4). Daerah Kritik (DK)
DK = { L L > Lα:n atau L < -Lα:n} dengan n adalah ukuran sampel.
5). Keputusan Uji
Ho ditolak Jika Lhitung DK.
6). Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi normal jika H0 diterima.
b) Sampel tidak berasal dari populasi normal jika H0 ditolak
(Budiyono, 2009:170)
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai
variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan
metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat.
Statistik Uji yang digunakan :
X2
= (ln 10) { B - ∑ (ni – 1) log Si2}
= 2,3026 { B - ∑ (ni – 1) log Si2}
B = (log S2) ∑ (ni – 1)
∑(ni – 1 )Si2
∑ (ni – 1)
Hipotesis yang akan diuji adalah:
Ho = δ12 = δ2
2 = kedua populasi mempunyai varian yang sama
H1 = δ12 ≠ δ2
2 = paling sedikit satu tanda sama tidak berlaku
Adapun langkah-langkah pengujian homogenitas dengan menggunakan uji
Bartlett sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis
Ho = δ12 = δ2
2
H1 = δ12 ≠ δ2
2
2. Menghitung varian masing-masing sampel (Si2) dengan rumus :
(xi – x)2
n – 1 Si
2 =
S2 =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3. Menghitung varian gabungan dari semua sampel (S2) dengan rumus :
∑(ni – 1 )Si2
∑ (ni – 1)
4. Menghitung harga satuan:
B = (log S2) ∑ (ni – 1)
5. Menghitung Chi_kuadrat (X2), dengan rumus:
χ2
= (ln 10) { B - ∑ (ni – 1) log Si2}
6. Menghitung χ2 dari tabel distribuís Chi_kuadrat pada taraf signifikan 5%
7. Kriteria uji
Ho diterima, apabila χ2 hitung < χ
2tabel, yang berarti sampel homogen.
(Budiyono, 2009:175-177)
c. Uji t-matching
Uji t-matching digunakan untuk mengetahui kesamaan atau keseimbangan
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
2. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji perbedaan dua rata-rata dengan
uji – t pihak kanan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Hipotesis
Ho : μ1≤ μ2 (nilai rata-rata kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan
nilai rata-rata kelas kontrol)
H1 : μ1> μ2 (nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai rata-rata
kelas kontrol)
b. Tingkat Signifikansi : α = 0,05
c. Rumus uji-t pihak kanan
t =
Keterangan :
x1 = nilai rata-rata tes kelas eksperimen
x2 = nilai rata-rata tes kelas kontrol
n1 = jumlah sampel pada kelas eksperimen
S2 =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
n2 = jumlah sampel pada kelas kontrol
S1 = simpangan baku sampel pada kelas eksperimen
S2 = simpangan baku sampel pada kelas kontrol
S12
= varians sampel pada kelas eksperimen
S22
= varians sampel pada kelas kontrol
r = korelasi antara dua sampel
Criteria pengujian :
Jika t hitung < t tabel, maka hipotesis nol diterima
Jika t hitung >t tabel, maka hipotesis nol ditolak
(Sugiyono, 2010 : 122)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah nilai prestasi belajar
pada materi pokok Ikatan Kimia. Prestasi belajar siswa meliputi aspek kognitif
dan aspek afektif. Data diperoleh dari kelas X.1 sebagai kelas eksperimen dengan
metode pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dilengkapi
dengan media mollymod serta kelas X.2 sebagai kelas kontrol dengan metode
ceramah. Jumlah siswa yang dilibatkan pada penelitian ini adalah 36 siswa dari
kelas X.1 dan 36 siswa dari kelas X.2 SMA N 2 Karanganyar tahun ajaran
2011/2012. Untuk lebih memperjelas gambaran dari masing-masing data, maka
akan disajikan deskripsi data hasil penelitian berikut ini.
1. Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Ikatan Kimia
Data penelitian mengenai prestasi belajar meliputi aspek kognitif dan
afektif siswa pada materi pokok Ikatan Kimia kelas eksperimen (metode
pembelajaran STAD dilengkapi dengan media mollymod sebanyak 36 siswa dan
kelas kontrol (metode ceramah) sebanyak 36 siswa dapat dilihat pada Lampiran
14. Deskripsi data penelitian mengenai prestasi belajar secara ringkas disajikan
pada Tabel 11.
Tabel 11. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian
Jenis Penilaian Nilai Rata-Rata
Eksperimen kontrol
Pretest Kognitif 26,2 25,7
Posttest Kognitif 81,9 75,2
Selisih Nilai Kognitif 55,7 49,6
Posttest Afektif 129,4 125,1
Data penelitian dipaparkan dalam sel distribusi frekuensi. Hal ini dilakukan
untuk mempermudah dalam pengamatan hasil penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
2. Data Selisih Nilai Kognitif pada Materi Pokok Ikatan Kimia
Perbandingan distribusi frekuensi selisih nilai kognitif siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada materi pokok Ikatan Kimia disajikan dalam
Tabel 12 dan histogramnya dapat dilihat pada Gambar 13. Perhitungan distribusi
frekuensinya disajikan dalam Lampiran 18.
Tabel 12. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa Antara
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Materi Pokok Ikatan Kimia
No Interval
Nilai
Tengah
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Frekuensi % Frekuensi Frekuensi % Frekuensi
1 23-30 26,5 1 2,78 1 2,78
2 31-38 34,5 3 8,33 3 8,33
3 39-46 42,5 5 13,89 11 30,56
4 47-54 50,5 5 13,89 11 30,56
5 55-62 58,5 11 30,56 8 22,22
6 63-70 66,5 5 13,89 2 5,55
7 71-78 74,5 6 16,66 0 0
Jumlah 36 100 36 100
Gambar 13. Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif
Siswa Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Materi
Pokok Ikatan Kimia
0
2
4
6
8
10
12
26.5 34.5 42.5 50.5 58.5 66.5 74.5
1
3
5 5
11
5
6
1
3
11 11
8
2
0
Fre
kue
nsi
Nilai Tengah kelas eksperimen
kelas kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
3. Data Nilai Afektif pada Materi Pokok Ikatan Kimia
Angket yang digunakan untuk menilai aspek afektif, seperti yang tertera
dalam kurikulum 2004 Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian
(Depdiknas, 2009: 88-91).
Perbandingan distribusi frekuensi nilai Afektif siswa untuk kelas
eksperimen dan kontrol pada materi pokok Ikatan Kimia disajikan dalam Tabel 13
dan histogramnya dapat dilihat pada Gambar 14. Perhitungan distribusi
frekuensinya disajikan dalam Lampiran 18.
Tabel 13.Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Siswa Antara Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Materi Pokok Ikatan Kimia
No Interval
Nilai
Tengah
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Frekuensi % Frekuensi Frekuensi % Frekuensi
1 107-114 110,5 1 2,78 3 8,33
2 115-122 118,5 6 16,66 16 44,44
3 123-130 126,5 13 36,11 8 22,22
4 131-138 134,5 12 33,33 6 16,67
5 139-146 142,5 2 5,56 2 5,56
6 147-154 150,5 1 2,78 0 0
7 155-162 158,5 1 2,78 1 2,78
Jumlah 36 100 36 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar 14. Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Siswa
Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Materi Pokok
Ikatan Kimia
B. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Keseimbangan (Uji t Matching)
Uji keseimbangan ini diambil dari nilai UAN IPA SMP dan nilai pretest
kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 untuk mata
pelajaran kimia kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai UAN IPA SMP untuk
kelas X.1 (kelas eksperimen ) dengan jumlah siswa 36 diperoleh rata-rata 85,7 dan
variansi 50,9. Sedangkan untuk kelas X.2 (kelas kontrol) dengan jumlah siswa 36
diperoleh rata-rata 85,2 dan variansi 72,6. Nilai pretest untuk kelas X.1 (kelas
eksperimen ) dengan jumlah siswa 36 diperoleh rata-rata 26,2 dan variansi 92,8.
Sedangkan untuk kelas X.2 (kelas kontrol) dengan jumlah siswa 36 diperoleh rata-
rata 25,6 dan variansi 52,5.
Hasil uji keseimbangan dengan menggunakan uji t-pihak kanan untuk
nilai UAN IPA SMP diperoleh thitung = 0,227 dengan t(0,975;70) = 1,667. Daerah
penolakan H0 adalah jika thitung > t(0,975;70) (1,667). Dari perhitungan diperoleh
hasil thitung(0,227) < t(0,975;70) (1,667). Nilai pretest diperoleh thitung = 0,276 dengan
t(0,975;70) = 1,667. Dari perhitungan diperoleh hasil thitung(0,276) < t(0,975;70) (1,667),
maka H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas
0
2
4
6
8
10
12
14
16
110.5 118.5 126.5 134.5 142.5 150.5 158.5
1
6
13 12
2 1 1
3
16
8
6
2
0 1
Fre
kue
nsi
Nilai Tengah kelas eksperimen
kelas kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
kontrol mempunyai rerata kemampuan awal yang sama atau kedua kelas tersebut
dalam keadaan seimbang (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
21).
2. Uji Normalitas
Salah satu syarat untuk melakukan uji t- pihak kanan adalah distribusi
sampelnya harus normal. Untuk mengetahui apakah prasyarat telah dipenuhi,
maka dilakukan uji Liliefors. Uji ini bertujuan untuk menyelidiki apakah sampel
dalam penelitian ini berasal dari populasi normal atau tidak (Budiyono,
2009:170). Uji normalitas nilai kognitif dan afektif siswa tercantum dalam
Lampiran 19. Hasil uji normalitas terangkum dalam Tabel 14.
Tabel 14. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Kognitif dan Afektif
Kelas Parameter Harga L Kesimpulan
Hitung Tabel
Eksperimen Selisih Nilai Kognitif 0,09 0,15 Normal
Nilai Afektif 0,12 0,15 Normal
Kontrol Selisih Nilai Kognitif 0,08 0,15 Normal
Nilai Afektif 0,14 0,15 Normal
Tampak dari tabel di atas bahwa harga L hitung< L tabel , dengan
demikian dapat dikatakan bahwa sampel pada penelitian ini berdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas
Syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan uji t-pihak kanan
adalah varians populasi harus homogen. Untuk menguji homogenitas pada
penelitian ini menggunakan metode Bartlett pada taraf signifikansi 5% dengan
statistik uji Chi kuadrat (Budiyono, 2009:175-177). Uji homogenitas nilai kognitif
dan afektif siswa tercantum dalam Lampiran 20. Hasil uji homogenitas terangkum
dalam Tabel 15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 15. Hasil Uji Homogenitas Nilai Kognitif dan Afektif
No Parameter 2hitung
2tabel Kesimpulan
1. Selisih Nilai Kognitif 3,26 3,84 homogen
2. Nilai Afektif 0,57 3,84 homogen
Tampak dari tabel di atas bahwa harga statistik uji χ2 tidak melampaui
harga kritik χ2, dengan demikian dapat dikatakan bahwa sampel pada penelitian
ini berasal dari populasi yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan penggunaan dua metode
pembelajaran yang berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka
dilakukan uji perbandingan nilai kognitif dan nilai afektif. Statistik yang
digunakan adalah uji t- pihak kanan pada taraf signifikansi 5% (Sugiyono, 2010 :
122).
1. Uji Hipotesis Selisih Nilai Kognitif antara kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
H0: rata-rata selisih nilai kognitif siswa kelas eksperimen sama dengan siswa
kelas kontrol.
H1 : rata-rata selisih nilai kognitif siswa kelas eksperimen tidak sama dengan
siswa kelas kontrol.
Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 22 dapat dirangkum dalam Tabel
16 sebagai berikut.
Tabel 16. Hasil Uji t-pihak kanan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Kelompok Sampel Rata-Rata Variansi thitung
Kelas Eksperimen 55,7 159,2 2,330
Kelas Kontrol 49,6 86,3
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan thitung=1,667. Hipotesis nol (H0)
diterima jika thitung < t(0,975;70), karenathitung > t(0,975;70) = 2,330 > 1,667 maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
hipotesis nol (H0) ditolak. Dengan demikian rata-rata selisih nilai kognitif siswa
kelas eksperimen tidak sama dengan kelas kontrol.
2. Uji Hipotesis Nilai Afektif antara kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
H0: rata-rata nilai afektif siswa kelas eksperimen sama dengan siswa kelas
kontrol.
H1 : rata-rata nilai afektif siswa kelas eksperimen tidak sama dengan siswa
kelas kontrol.
Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 22 dapat dirangkum dalam Tabel
17 sebagai berikut.
Tabel 17. Hasil Uji t- pihak kanan Nilai Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Kelompok Sampel Rata-Rata Variansi thitung
Kelas Eksperimen 129,4 83,0 1,869
Kelas Kontrol 125,1 105,5
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan thitung=1,869. Hipotesis nol
(H0) diterima jika thitung < t(0,975;70), karenathitung > t(0,975;70) = 1,869 >1,667 maka
hipotesis nol (H0) ditolak. Dengan demikian rata- rata nilai afektif siswa kelas
eksperimen tidak sama dengan kelas kontrol.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas metode
pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dilengkapi dengan
media mollymod pada materi pokok Ikatan Kimia siswa kelas X semester 1 SMA
Negeri 2 Karanganyar.
Dalam penelitian ini menggunakan media pembelajaran berupa mollymod
yang diharapkan mampu menunjang proses pembelajaran. Dengan penggunaan
media pembelajaran mollymod siswa dapat mengamati bagaimana proses
terjadinya ikatan kimia pada suatu senyawa dan dapat membantu siswa dalam
memahami konsep abstrak dalam materi ikatan kimia sehingga prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
siswa meningkat. Dengan media mollymod dapat meningkatkan keaktifan siswa
dalam mengikuti pelajaran. Selain itu media mollymod dapat membantu siswa
memecahkan masalah kesulitan belajar secara diskusi kelompok.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random
sampling atau sampel acak dengan cara undian kelas disertai kesetimbangan, uji
homogenitas dan normalitas menggunakan nilai UAN IPA SMP dan nilai pretest
siswa. Berdasarkan teknik ini diperoleh 2 kelas, yaitu kelas X.1 sebagai kelas
eksperimen (metode STAD dilengkapi dengan media mollymod) dan kelas X.2
sebagai kelas kontrol (metode ceramah).
1. Prestasi Belajar Aspek Kognitif
Sebelum dilakukan pembelajaran materi pokok Ikatan Kimia terlebih
dahulu dilakukan pretest untuk aspek kognitif. Pretest digunakan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa, seberapa jauh siswa telah memiliki
pengetahuan mengenai pelajaran yang akan mereka ikuti. Sebelum pembelajaran
juga dilakukan pembentukan kelompok. Pembentukan ini didasari oleh nilai
pretest dengan mempertimbangkan nilai UAN IPA SMP siswa, sehingga dalam
kelas terdiri dari 7 kelompok dengan anggota 5 siswa yang heterogen dalam
kelompok dan homogen antar kelompok. Hal ini bertujuan agar terjadi interaksi
siswa dalam kelompok. Dengan demikian siswa dengan tingkat pemahaman tinggi
dapat membantu siswa dengan tingkat pemahaman yang rendah sehingga
memiliki tingkat pemahaman yang sama. Kemudian pada akhir pembelajaran
materi pokok ikatan kimia dilakukan posttest untuk mengetahui prestasi belajar
siswa.
Hasil analisis menggunakan uji t-matching terhadap nilai UAN IPA SMP
dan nilai pretest siswa kelas X.1 dan X.2 SMA N 2 Karanganyar tahun ajaran
2011/2012 menunjukkan bahwa kedua kelas sampel setara. Dari data induk
penelitian pada Lampiran 14 dapat dilihat bahwa rata- rata nilai UAN IPA SMP
siswa kelas eksperimen pada aspek kognitif adalah 85,7 dan kelas kontrol adalah
85,2. Sedangkan rata-rata nilai pretest siswa kelas eksperimen pada aspek kognitif
adalah 26,2 dan kelas kontrol adalah 25,6. Setelah diuji menggunakan t-matching
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
didapatkan hasil bahwa kemampuan awal kedua kelas sampel setara. Selanjutnya
kedua kelas sampel masing-masing dikenai perlakuan.
Hasil pengujian prestasi kognitif menunjukkan bahwa prestasi belajar
kognitif siswa dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD
dilengkapi dengan media mollymod lebih tinggi daripada penggunaan metode
ceramah. Hal ini dapat diketahui berdasarkan hasil distribusi frekuensi dengan
besar interval yang sama menunjukkan kelas eksperimen mempunyai rata-rata
selisih nilai tinggi yang lebih banyak dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada
selisih nilai yang lebih tinggi, frekuensi pada kelas eksperimen lebih banyak
dibandingkan dengan kelas kontrol. Lebih banyaknya frekuensi ini juga berlaku
pada prestasi afektif. Karena pada selisih nilai tinggi kelas eksperimen
mempunyai frekuensi yang lebih banyak, baik pada prestasi kognitif maupun
afektif, maka metode pembelajaran STAD dilengkapi dengan media mollymod
memberikan kontribusi yang lebih baik untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa.
Selain berdasarkan distribusi frekuensi, keberhasilan penggunaan metode
pembelajaran STAD dilengkapi dengan media mollymod pada peningkatan
prestasi kognitif dapat dilihat dari uji t-pihak kanan. Berdasarkan hasil uji t-pihak
kanan diperoleh harga thitung = 2,330. Harga thitung ini lebih besar dari harga ttabel =
1,667. Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran STAD dilengkapi dengan media mollymod memberikan kontribusi
yang cukup besar terhadap peningkatan prestasi kognitif yang dicapai siswa pada
materi Ikatan Kimia.
Penggunaan metode pembelajaran STAD dilengkapi dengan media
mollymod ternyata memberikan hasil yang lebih baik pada prestasi belajar pada
aspek kognitif dan aspek afektif pada materi Ikatan Kimia. Hal ini disebabkan
pada metode pembelajaran STAD dilengkapi dengan media mollymod kejenuhan
dalam proses belajar mengajar dapat berkurang karena adanya keheterogenan
siswa dalam kelompok belajarnya. Keheterogenan ini merupakan salah satu ciri
pembelajaran kooperatif atau belajar kelompok sehingga siswa yang kurang
memahami materi dapat dibantu oleh teman lain sehingga selalu terjadi interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
dalam kelompok. Keheterogenan dalam penelitian ini meliputi keheterogenan
jenis kelamin dan prestasi. Keheterogenan jenis kelamin dilakukan dengan
membuat semua kelompok terdiri dari laki-laki dan perempuan sehingga tidak ada
dominasi dari laki-laki maupun perempuan dalam kelompok tersebut. Sedangkan
keheterogenan yang kedua adalah prestasi. Keheterogenan prestasi diperoleh dari
hasil pretest. Dari hasil tersebut siswa dikelompokkan dalam kelompok tinggi,
sedang, dan rendah. Masing-masing kelompok terdiri dari siswa yang mempunyai
prestasi tinggi, sedang, maupun rendah.
Salah satu kelebihan penggunaan metode pembelajaran STAD yaitu
dalam proses belajar mengajar siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan kelompok
dan antar kelompok berupaya bersaing untuk meraih prestasi yang lebih baik. Di
dalam kelompok, siswa akan bekerja sama sehingga akan terjadi interaksi,
partisipasi, kontribusi dan dinamika. Artinya, terjadi hubungan antar siswa, saling
memberikan sumbangan pemikiran, saling mempengaruhi dan ikut aktif dalam
kelompok serta mendapat pembagian tugas yang sama sehingga suasana belajar
menjadi dinamis.
Metode pembelajaran STAD lebih menitikberatkan pada keaktifan siswa.
Pada proses kegiatan belajar mengajar komunikasi berlangsung dalam dua arah,
sehingga peran siswa tidak hanya sebagai objek saja tetapi sekaligus sebagai
subjek sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam belajar.
Adanya kompetisi antar kelompok dalam metode pembelajaran STAD sebagai
salah satu aspek penunjang keberhasilan untuk mencapai prestasi belajar yang
lebih baik. Kerja sama dan interaksi antar siswa dalam kelompok akan
memotivasi siswa dalam belajar karena keberhasilan dari suatu individu
tergantung pada keberhasilan kelompok. Setiap siswa akan berusaha aktif
membantu dalam kelompoknya untuk sama-sama berhasil. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara aktif bertanya tentang materi yang kurang dipahami dan
berusaha mengerjakan latihan-latihan soal yang disediakan, sehingga semua
anggota kelompok dapat memahami materi pelajaran sebaik-baiknya.
Apabila dilihat dari kekurangannya metode pembelajaran STAD
membutuhkan persiapan yang rumit. Guru harus mempunyai pengetahuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
luas dan mampu menghidupkan situasi kelas agar proses pembelajaran dapat
berlangsung secara dinamis. Metode ini kurang cocok bagi siswa yang kurang
aktif dalam berdiskusi sebab siswa ini akan menunggu jawaban dari teman satu
kelompok tanpa ikut berdiskusi atau bertanya materi mana yang belum dipahami.
Dengan demikian guru harus mampu mendorong siswa yang kurang aktif dalam
berdiskusi dan mempunyai cara tertentu untuk mengatasi situasi seperti ini. Selain
itu, kemungkinan diskusi keluar dari materi pokok bisa saja terjadi dan keluasan
materi tidak akan terbatas. Dengan demikian peran guru sangat menentukan dalam
membatasi diskusi dan materi yang akan dipelajari.
Penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi dengan
media mollymod membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar dan dapat
memperpanjang ingatan siswa dalam menguasai materi Ikatan Kimia. Dengan
metode dan media yang digunakan siswa merasa lebih mudah dalam memahami
konsep-konsep pada materi pokok tersebut. Dengan penggunaan media mollymod
siswa dapat mengamati bagaimana proses terjadinya ikatan kimia pada suatu
senyawa dan dapat membantu siswa dalam memahami konsep abstrak dalam
materi ikatan kimia sehingga prestasi belajar siswa meningkat. Dengan media
mollymod dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran. Selain
itu media mollymod dapat membantu siswa memecahkan masalah kesulitan
belajar secara diskusi kelompok. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara
terhadap beberapa siswa yang menyatakan memperoleh kemudahan dengan
penggunaan metode dan media tersebut. Selain itu, motivasi juga dapat
ditingkatkan dengan tugas-tugas yang diberikan sebab terjadi keinginan dari siswa
untuk bersaing dengan kelompok lain sehingga kelompoknya akan lebih baik
daripada kelompok lain.
Sedangkan pada penggunaan metode ceramah, proses pembelajaran
kurang memanfaatkan media dan kondisi siswa yang kurang aktif dalam
mengikuti pembelajaran kimia. Penggunaan metode ceramah terkesan monoton
sehingga siswa cenderung tidak memahami konsep. Di sini siswa hanya sebagai
pendengar dan pencatat yang baik. Keadaan seperti ini dapat menghilangkan
kesempatan siswa untuk berfikir kreatif sehingga siswa tidak mampu memahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
konsep atau pelajaran yang diberikan dengan baik, akibatnya adalah kegiatan
belajar mengajar yang kurang optimal. Keadaan ini menyebabkan penggunaan
metode ceramah kurang efektif untuk menyampaikan materi Ikatan Kimia. Hal
inilah yang menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa.
2. Prestasi Belajar Aspek Afektif
Perbedaan prestasi belajar tidak hanya terjadi pada aspek kognitif saja
tetapi juga pada aspek afektif. Untuk prestasi belajar siswa aspek afektif pada
kelas yang diajar dengan metode pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi
dengan media mollymod memberikan hasil lebih tinggi daripada kelas yang
diajarkan dengan metode ceramah. Hal ini dapat dilihat dari distribusi frekuensi
dengan interval yang sama menunjukkan pada nilai yang lebih tinggi, frekuensi
pada kelas ekperimen lebih banyak. Lebih banyaknya frekuensi ini, menunjukkan
prestasi afektif kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dari data
induk yang terdapat dalam Lampiran 14 diperoleh rata-rata nilai afektif sebesar
129,4 untuk kelas eksperimen dan 125,1 untuk kelas kontrol. Selain itu,
meningkatnya prestasi afektif dapat diketahui berdasarkan hasil uji t-pihak kanan.
Untuk hasil uji t- pihak kanan terhadap prestasi belajar afektif ini diperoleh thitung >
t(0,975;70) = 1,869 > 1,667 yang berarti bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan H1
diterima (Lampiran 22). Sehingga pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi dengan media mollymod memberikan
kontribusi yang lebih besar terhadap peningkatan prestasi afektif yang dicapai
siswa pada materi pokok Ikatan Kimia.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji t- pihak kanan terhadap
kedua aspek di atas diperoleh hasil sesuai dengan harapan peneliti bahwa
penggunaan metode pembelajaran STAD dilengkapi dengan media mollymod
dapat meningkatkan prestasi belajar aspek kognitif dan afektif siswa. Aspek
afektif dalam penelitian ini mencakup sikap, minat, nilai, konsep diri, dan moral
dari siswa. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa kompetensi siswa
pada aspek afektif menjadi penunjang keberhasilan untuk mencapai hasil
pembelajaran pada aspek lainnya yaitu aspek kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Secara umum penggunaan metode pembelajaran STAD dilengkapi
dengan media mollymod dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Siswa
memiliki antusias yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat jelas
dalam setiap pembelajaran Ikatan Kimia dengan metode STAD dilengkapi dengan
media mollymod tercipta suasana pembelajaran aktif dimana mereka saling
berdiskusi untuk memecahkan masalah yang belum mereka pahami. Setiap siswa
tertantang untuk dapat memahami materi Ikatan Kimia dengan belajar bersama
dalam kelompoknya. Berdasarkan perhitungan secara statistik menunjukkan
bahwa prestasi belajar siswa baik aspek kognitif maupun aspek afektif dengan
penggunaan metode pembelajaran STAD dilengkapi dengan media mollymod
lebih tinggi daripada metode ceramah.
Dengan demikian untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, baik aspek
kognitif maupun aspek afektif, siswa dapat lebih mudah memahami konsep-
konsep pada materi pokok Ikatan Kimia dan terlibat lebih aktif dalam proses
pembelajaran, serta pemanfaatan media pembelajaran maka perlu diterapkan
metode pembelajaran STAD dilengkapi dengan media mollymod.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta
mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Metode pembelajaran Students Teams Achievement Division (STAD)
dilengkapi dengan media mollymod efektif daripada metode ceramah pada materi
pokok Ikatan Kimia siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 2 Karanganyar. Hal ini
terlihat dari rata-rata selisih prestasi kognitif sebesar 55,7 untuk kelas eksperimen
dan 49,6 untuk kelas kontrol. Rata-rata nilai afektif sebesar 129,4 untuk kelas
eksperimen dan 125,1 untuk kelas kontrol. Sedangkan berdasarkan hasil Uji t-
pihak kanan, diperoleh thitung sebesar 2,330 untuk prestasi aspek kognitif dan 1,869
untuk prestasi aspek afektif dengan ttabel sebesar 1,667 dan taraf signifikansi 5%.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat penulis sampaikan
sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan
penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk mengadakan upaya bersama
antara guru, siswa serta pihak sekolah lainnya agar dapat membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar kimia secara maksimal.
2. Implikasi Praktis
Secara praktis berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran menggunakan
metode pembelajaran kooperatif Students Teams Achievement Division (STAD)
dilengkapi dengan media mollymod dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
lebih tinggi daripada metode pembelajaran konvensional sehingga untuk
memperoleh hasil belajar yang lebih optimal maka metode STAD dilengkapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dengan media mollymod dapat diterapkan pada kegiatan belajar mengajar kimia
materi pokok Ikatan Kimia.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi maka dapat dikemukakan saran
sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang berpengaruh
terhadap prestasi belajar, sehingga dapat menambah pengetahuan guru dalam
upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Untuk memperkuat penelitian ini, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut
mengenai penggunaan metode pembelajaran STAD pada materi kimia lain.