Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIVITAS PEMBERIAN BEBERAPA BAHAN HERBAL UNTUK
MENEKAN PERTUMBUHAN Vibrio parahaemolyticus PADA TAMBAK
UDANG VANAME
(Skripsi)
Oleh
ASTRI NINGTIAS SUCI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
EFFECTIVENESS OF GIVING SOME HERBAL MATERIAL PRESSING
FOR GROWTH Vibrio parahaemolyticus SHRIMP FARMS IN VANAME
By
Astri Ningtias Suci
The disease that often affects vaname shrimp cultivation is White Feces Disease
(WFD) because of Vibrio sp. Alternative ways to deal with Vibrio sp. use natural
antibiotics derived from herbs. Herbal ingredients are used to be safe and do not
produce residues in cultured organisms that are safe for consumption and
environmentally friendly. The ingredients used were herbal extracts of papaya
leaves, ketapang leaves, and mangrove leaves (Rhizophora apiculata). This
research was carried out by the antibacterial activity test from extracts of papaya
leaves, ketapang leaves, and mangrove leaves (Rhizophora apiculata) and
determining best dose from one of the best herbal ingredients. The doses used are
300, 400, 500, 600, and 700 mg/l. Positive control that used in this test is
chloramphenicol while the negative control is aquades. The result showed (1)
mangrove leaf extract (Rhizophora apiculata) had the highest average inhibition
zone, which was 5,6±1,3mm than the others leaf extract (2) the best concentration
of mangrove leaf extract (Rhizophora apiculata) in suppressing the growth of
Vibrio parahaemolitycus at a concentration of 700 mg/l.
Keywords : Litopenaeus vannamei, herbal ingredients, antibacterial, Vibrio
parahaemolyticus
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PEMBERIAN BEBERAPA BAHAN HERBAL UNTUK
MENEKAN PERTUMBUHAN Vibrio parahaemolyticus PADA TAMBAK
UDANG VANAME
Oleh
Astri Ningtias Suci
Penyakit yang sering menyerang pada kegiatan budidaya udang vaname yaitu
White Feces Disease (WFD) salah satu penyebabnya adalah bakteri Vibrio sp.
Cara alternatif untuk mengatasi Vibrio sp. dengan menggunakan antibiotik alami
berasal dari bahan herbal. Bahan herbal digunakan karena aman serta tidak
menghasilkan residu pada organisme yang dibudidayakan sehingga aman
dikonsumsi serta ramah terhadap lingkungan.Bahan herbal yang digunakan
ekstrak daun pepaya, daun ketapang, dan daun mangrove (Rhizophora apiculata).
Penelitian dilakukan dengan uji aktivitas antibakteri dari ekstrak daun pepaya,
daun ketapang, dan daun mangrove (Rhizophora apiculata) dan menentukan dosis
terbaik, dari salah satu bahan herbal terbaik. Dosis yang digunakan untuk menguji
dari salah satu bahan herbal yang terbaik yaitu dengan konsentrasi 400, 500, 600,
dan 700 mg/l. Kontrol positif yang digunakan adalah antibiotik kloramfenikol
sedangkan kontrol negatif yang digunakan yaitu akuades. Hasil penelitian
menunjukkan (1) Ekstrak daun mangrove (Rhizophora apiculata) memiliki rata-
rata zona hambat paling besar yaitu 5,61±1,3 mm, dari ketiga ekstrak daun herbal
yang di gunakan (2) konsentrasi ekstrak daun mangrove (Rhizophora apiculata)
terbaik dalam menekan pertumbuhan Vibrio parahaemolitycus pada konsentrasi
700 mg/l.
Kata kunci: Litopenaeus vannamei, bahan herbal, antibakteri, Vibrio
parahaemolyticus
EFEKTIVITAS PEMBERIAN BEBERAPA BAHAN HERBAL UNTUK
MENEKAN PERTUMBUHAN Vibrio parahaemolyticus PADA TAMBAK
UDANG VANAME
Oleh
ASTRI NINGTIAS SUCI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada hari Sabtu
tanggal 04 Maret 1995, anak ketiga dari empat
bersaudara dari pasangan Bapak Nasib Prianto dan Ibu
Sarwiati Suparlan. Penulis telah menyelesaikan
pendidikan mulai dari Pendidikan Taman Kanak-Kanak
di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Bandar Lampung pada
tahun 2001, Sekolah Dasar di SD Negeri 4 Suka Jawa
Bandar Lampung pada tahun 2007, Sekolah Menengah
Pertama di SMP Negeri 17 Bandar Lampung pada
tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Surya Dharma 2 Bandar
Lampung pada tahun 2013. Selanjutnya, pada tahun 2014 penulis diterima sebagai
mahasiswa Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung melalui Jalur PMPAP (Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses
Pendidikan).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Plankton
dan Tanaman Air tahun ajaran 2016/2017, asisten praktikum Manajemen Kualitas
Air tahun ajaran 2016/2017, asisten praktikum Limnologi tahun ajaran 2017/2018,
asisten praktikum Kualitas Air Aquaculture tahun ajaran 2017/2018, asisten
praktikum Teknologi Produksi Udang tahun ajaran 2017/2018. Selama menjadi
mahasiswa penulis pernah aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Perikanan
dan Kelautan Unila (HIMAPIK) sebagai Sekertaris Bidang Kerohanian pada masa
jabatan 2016/2017.
Penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Rekso Binangun
Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah pada bulan Januari-Febuari
2017. Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Loka Pemeriksaan Penyakit
Ikan dan Lingkungan (LP2IL) Serang dengan judul “Deteksi WSSV pada Udang
Vannamei (Litopenaeus vannamei) dengan Metode PCR Konvensional di Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL) Serang”, pada bulan
Juli˗Agustus 2017. Pada tahun 2018 penulis menyelesaikan tugas akhir dengan
menulis skripsi yang berjudul “Efektivitas Pemberian Beberapa Bahan Herbal
untuk Menekan Pertumbuhan Vibrio parahaemolyticus pada Tambak Udang
Vaname”
PERSEMBAHANKU
Puji Syukur Kepada Allah SWT, Atas segala limpahan Nikmat dan
Karunia-Nya yang telah memberiku kesabaran, kekuatan dan Ilmu
yang bermanfaat.
Tak Lupa ku hanturkan sholawat serta salam kepada baginda
Rasullah Muhammad SAW.
Dengan mengucapkan Alhamdulillahirobil’alamin ku persembahkan
sebuah karya sederhana ini sebagai wujud tanggung jawab dan
baktiku kepada :
Ayahanda tercinta (Nasib Prianto) dan Ibunda tercinta (Sarwiati
Suparlan), yang tiada pernah hentinya memberikan aku dorongan,
semangat, kasih sayang, doa serta pengorbanan yang takkan pernah
tergantikan.
Kakak ku tercinta (Arini Eka Puspa Ningrum),
Adikku tercinta (Arifah Nurin Hasyah),
Serta
Almamater tercinta Universitas Lampung
MOTTO
“Keridhoan Allah itu di dalam keridhoan orang tua dan
kemarahan Allah itu di dalam kemarahan kedua orang tua.”
(HR. al-Tirmidzi)
“Barang siapa yang keluar dalam menuntut ilmu maka ia
adalah sepertiberperang di jalan Allah hinggang pulang.”
(H.R.Tirmidzi)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila
engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras
(untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau
berharap.”
(QS. Al-Insyirah,6-8)
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas
Pemberian Beberapa Bahan Herbal untuk Menekan Pertumbuhan Vibrio
parahaemolyticus pada Tambak Udang Vaname”. Sebagai syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian,Universitas
Lampung. Shalawat serta salam Penulis haturkan kepada Nabi Allah Muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di yaumil qiyamah kelak. Amiin…
Selama proses penyelesaian skripsi, penulis tidak lepas dari bantuan
berbagaipihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasihkepada :
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan
Universitas Lampung.
3. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku Ketua Program Studi Budidaya
Perairan, Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. Supono, S.Pi., M.Si., selaku dosen Pembimbing Utama yang
telah membimbing dengan penuh keuletan dan kesabaran dari awal hingga
selesainya skripsi ini dengan baik.
5. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P., selaku dosen Pembimbing Kedua yang
membimbing dengan penuh semangat dan kesabaran sehingga skripsi ini
menjadi semakin baik.
6. Bapak Deny Sapto Chondro Utomo, S.Pi., M.Si., selaku dosen Penguji yang
memberikan saran dan masukan yang amat membangun.
7. Ibu Berta Putri, S.Si., M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan nasihat, bimbingan, dan motivasi selama menjalani studi
di Jurusan Perikanan dan Kelautan.
8. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Perikanan dan Kelautan yang telah
memberikan motivasi dan saran selama menjalani studi di Jurusan
Perikanan dan Kelautan.
9. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Nasib Prianto dan Ibu Sarwiati Suparlan.
Terimakasih atas ke ikhlasan, segala perjuangan dan kerja keras dalam
mendidik dan membesar kanku. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
kesehatan dan limpahan rahmat bagi kedua orang tua yang sangat ku
sayangi. Amiin.
10. Kakak ku tersayang, Arini Eka Puspa Ningrum,Wahyudi serta adikku
tersayang Arifah Nurin Hasyah.
11. Terimakasih kepadaAnnisa, Ariful, Farida, Fitri, Dian, Arum, Puspa,
Ramaita, Vika, Novia, dan Anggraini yang telah menemani dan membantu
selama penelitian.
12. Trimakasih kepada Keluarga KKN Desa Rekso Binangun, Camadori,
Calovat, Klimawita, PU Serang Squad, dan Ketur atas segala doa,
dukungan, dan motivasi yang diberikan selama ini.
13. Keluarga besar Angkatan 2014, 2015, 2016 terimakasih atas dukungan yang
telah diberikan.
14. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu atas doa dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
yang membaca, Amiin.
Bandar Lampung, Desember 2018
Penulis
Astri Ningtias Suci
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.4 Kerangka Pikir Penelitian ......................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 5
2.1 Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) ................................................. 5
2.1.1 Klasifikasi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) .................... 5
2.1.2 Pakan danKebiasaanMakan .......................................................... 7
2.1.3 Habitat dan Tingkah Laku ............................................................. 7
2.1.4 Siklus Hidup .................................................................................. 8
2.2 Pepaya ...................................................................................................... 9
2.3 Ketapang ................................................................................................. 10
2.4 Mangrove ................................................................................................ 12
2.5 Vibrio parahaemolyticus ........................................................................ 13
2.6 Kandungan Senyawa Bahan-Bahan Herbal............................................ 14
III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 17
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................. 17
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 17
3.3 Metode Penelitian ................................................................................... 18
3.3.1 Sterilisasi Alat dan Bahan ........................................................... 18
3.3.2 Pembuatan Ekstrak ...................................................................... 19
3.3.3 Penyiapan Bakteri Uji ................................................................. 19
3.3.4 Pembuatan Medium Bakteri dan Pembiakan Bakteri ................. 20
3.3.5 Uji Aktivitas Antibakteri ............................................................. 20
3.3.6 Analisis Data ............................................................................... 21
ii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 22
4.1 Aktivitas AntibakteriEkstrak Bahan Herbal ........................................... 22
4.2 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Mangrove (Rhizophora apiculata) 24
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 27
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 27
5.2 Saran ....................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian .................................................... 17
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ................................................ 18
Tabel 3. Hasil Rendaman Ekstraksi Daun............................................................. 19
Tabel 4. Hasil Pengamatan Aktivitas Antibakteri Bahan Herbal .......................... 22
Tabel 5. Hasil Pengamatan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Mangrove
(Rhizophora apiculata) ........................................................................... 24
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian ......................................................... 4
Gambar 2. Morfologi Udang Vaname ................................................................... 6
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam proses budidaya udang vaname kendala yang sering dihadapi adalah
adanya serangan penyakit. Penyakit yang sering menyerang udang vaname adalah
bakteri Vibrio sp. Udang yang terserang Vibrio sp. Biasanya ditandai dengan
gejala klinis seperti udang terlihat lemah serta antena dan kaki renang berwarna
merah (Rahmanto dan Chilmawati, 2014).
Bakteri Vibrio sp. yang menyerang udang vaname dapat mengakibatkan
kematian udang secara massal sehingga para petani udang mengalami
kerugian (Dwyana et al., 2016). Biasanya pembudidaya melakukan pencegahan
terhadap adanya serangan bakteri Vibrio sp. yaitu dengan menggunakan anti-
biotik sintetis tetapi penggunaan antibiotik sintetis dapat menimbulkan adanya
efek samping bagi udang. Pemberian antibiotik sintetis menyebabkan residu yang
dapat mencemari lingkungan sehingga dapat menyebabkan kualitas air menjadi
buruk dan jika digunakan secara berkelanjutan menyebabkan organisme menjadi
resisten dan ber-bahaya (Suciati et al., 2012).
Salah satu cara alternatif untuk menekan pertumbuhanVibrio sp. adalah dengan
menggunakan antibiotik alami yang berasal dari bahan herbal. Bahan herbal
2
adalah semua jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai ramuan obat, baik
secara tunggal maupun campuran yang dianggap dan dipercaya dapat menyem-
buhkan suatu penyakit. Bahan herbal digunakan karena aman, tidak menghasilkan
residu pada organisme yang dibudidayakan sehingga aman dikonsumsi serta
ramah terhadap lingkungan (Yuhana et al., 2008).
Bahan herbal yang dapat digunakan adalah ekstrak daun pepaya, daun ketapang,
dan daun mangrove. Ekstrak daun pepaya mengandung senyawa tannin,
flavonoid, alkaloid, vitamin C, karpain, cyanogenic, glucosides, dan enzim papain
sehing-ga berpotensi sebagai antioksidan dan antiseptik (Eleazu et al., 2012).
Ekstrak daun mangrove mengandung senyawa antibakteri berupa alkaloid,
flavonoid, dan tannin yang menunjukkan adanya aktivitas antioksidan (Kasitowati
et al., 2017).
Ekstrak daun ketapang memiliki kandungan kimia yang efektif sebagai antibakteri
yang bersifat bakterisidal. Kandungan dari ekstrak daun ketapang yaitu senyawa
alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, steroid, dan triterpenoid (Triana dan
Nurhidayat, 2016). Oleh karena itu perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai penggunaan beberapa bahan herbal dalam menekan pertumbuhan
Vibrio sp. di tambak udang vaname.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian, yaitu :
1. Mempelajari daya hambat ekstrak daun papaya, ekstrak daunketapang, dan
ekstrak daun mangrove terhadap pertumbuhan Vibrio parahaemolyticus.
3
2. Menentukan dosis ekstrak herbal yang tepat untuk menekan pertumbuhan
Vibrioparahaemolyticus.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah memberikan informasi tentang bahan
herbal yang dapat menekan pertumbuhan Vibrioparahaemolyticus pada tambak
udang vaname.
1.4 Kerangka Pikir Penelitian
Kendala yang sering dihadapi oleh pembudidaya udang adalah adanya serangan
penyakit. Penyakit yang sering menyerang adalah bakteri Vibrio sp. Bakteri
patogen dapat tumbuh dan berkembang di lingkungan budidaya sangat cepat
hingga mengakibatkan kematian udang secara massal (Dwyana et al., 2016).
Selama ini pembudidaya udang melakukan pencegahan terhadap bakteri Vibrio
sp.menggunakan antibiotik sintetis. Penggunaan antibiotik sintetis dapat
memberikan dampak negatif terhadap lingkungan perairan dan konsumen, jika
diberikan secara terus menerus (Syawal et al., 2018).
Penggunaan antibiotik alami merupakan salah cara dalam mengatasi serangan
bakteri Vibrio sp.di tambak udang vaname. Antibiotik alami dapat digunakan
sebagai antibakteri karena memiliki keunggulan yaitu mudah didapat, ramah
lingkungan, dan murah. Antibiotik alami ini berasal dari beberapa bahan herbal
yaitu ekstrak daun pepaya, daun ketapang, dan daun mangrove. Ekstrak daun
papaya mengandung berbagaigolongansenyawa metabolitsekunderseperti
alkaloid, fla vonoid, saponin, tannin, dan steroid (A’yundan Layly, 2015).
4
Daun ketapangmengandung senyawa alkoloid, flavonoid,saponin, terpenoid,
tannin, dan resin yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan beberapa
bakteri yang dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai
macam penyakit (Riskitavani dan Purwarni, 2013). Selain itu ternyata daun
mangrove juga merupakan salah satu tanaman yang me miliki potensi sebagai
bahan dasar pembuatan antibakteri alamiah. Tanaman mangrove (Rhizopora sp.)
berpotensi sebagai bahan antimikrobial yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri, karena ekstrak daun mangrove memiliki senyawa antibakteri, seperti
tannin, saponin, terpenoid, alkaloid, dan flavonoid (Rohaeti et al., 2010).
Budidaya udang vaname
Serangan penyakit
Vibrio sp. sebagai agen penyebab penyakit
Pencegahan penyakit Vibrio sp.
Antibiotik
Antibiotik Sintetis Antibiotik alami
Ekstrak daun pepaya, daun ketapang,
dan daun mangrove
Kandungan senyawa anti bakteri
pada ektrsak daun
Menekan pertumbuhan Vibrio sp.
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
2.1.1 Klasifikasi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
Klasifikasi udangvaname menurut Holthuis (1980) dalam Supono (2015) sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Anthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Subordo : Natanthia
Infraordo : Penaidea
Subfamili : Penaeoidae
Famili : Penaidae
Genus : Penaeus
Subgenus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Tubuh udang vaname terdiri dari dua bagian yaitu bagian kepala dan bagian ba-
dan kepala udang yang bergabung dengan dada (cephalothorax) terdiri dari 13
6
ruas yaitu 5 ruas dibagian kepala dan 8 ruas dibagian dada dan terdiri dari 6 ruas
tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang
beruas-ruas. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas terdiri dari empat lembar
dan satu telson yang berbentuk runcing. Bagian kepala dilindungi oleh cangkang
kepala atau carapace pada bagian depan meruncing (Kordi, 2007).
Gambar 2. Morfologi Udang Vaname
(Sumber: Daryono, 2013)
Kepala udang vaname terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan sepasang
maxillae. Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan yang
terdiri dari 2 pasang maxillae dan 3 pasang maxiliped, sudah mengalami modifi-
kasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan. Pada ujung peripoda beruas-ruas
yang berbentuk capit (dactylus). Dactylus ada pada kaki ke-1, ke-2, dan ke-3.
Abdomen terdiri dari 6 ruas, ada bagian abdomen terdapat 5 pasang (pleopoda)
kaki renang dan sepasang ekor (uropods) yang membentuk kipas bersama-sama
telson (Amri dan Kanna, 2008).
7
2.1.2 Pakan danKebiasaanMakan
Udang vaname dikenal hewan yang memiliki sifat omnivora artinya hewan pema-
kan segala bahan makanan. Sifat lain dari udang vaname yaitu nokturnal. Udang
vaname akan lebih aktif mencari makan pada malam hari atau ketika dalam ke-
adaan gelap. Pada siang hari dengan intensitas cahaya yang sangat terang udang
akan lebih bersifat pasif, diam, dan biasanya akan memendamkan diri dalam lum-
pur pada tambak (Effendie, 2000).
Udang akan bergerak menggunakan kaki jalan yang memiliki capit untuk mende-
kati sumber pakan. Pakan akan dicapit dengan cepit kaki jalan kemudian pakan
langsung dimasukkan kedalam mulut. Pakan yang berukuran kecil akan masuk
kedalam kerongkongan dan eshopagus. Jika pakan berukuran besar pakan akan
dicerna terlebih dahulu secara kimiawi (Sholeh, 2006).
2.1.3 Habitat dan Tingkah Laku
Udang vaname adalah udang laut yang biasanya dapat ditemukan di perairan atau
lautan Pasifik mulai dari Mexico, Amerika Tengah, dan Selatan.Udang vaname
tersebar ke seluruh dunia hingga ke Indonesia. Pada umumnya udang vaname
hidup mendiami seluruh kolom air, dasar hingga lapisan permukaan.Udang biasa
hidup di daerah seperti lumpur berpasir, muara, dan laut, dengan kedalaman 0
sampai 70 m (Rusmiyati, 2012). Udang vaname sangat mudah ditemukan pada
daerah mangrove yang masih asri atau belum terganggu. Udang vaname juga
dapat beradaptasi dengan baik di level salinitas yang rendah(Manoppo, 2011).
8
2.1.4 Siklus Hidup
Menurut Soemardjati &Suriawan (2007), Tahapan siklus hidup udang vaname,
yaitu :
1. Stadia Nauplius
Stadia nauplis terdiri dari enam sub stadia. Pada tahap ini larva berukuran 0,32
sampai 0,58 mm. Sistem pencernaannyabelum sempurna dan masih memiliki
cadangan makanan berupa kuning telur.
2. Stadia Zoea
Stadia zoea terdiri dari tiga sub stadiayaitu stadia zoea 1, zoea 2, dan zoea 3,
benih udang mengalami moulting sebanyak 3 kali, Pada tahap ini larva
berukuran1,05 sampai 3,30 mm Pada stadia ini memerlukan waktu sekitar 40
jam setelah penetasan. Pada stadia ini membutuhkan pakan fytoplankton
sebagai pakan alami, pada stadia akhir zoea membutuhkan zooplankton.
3. Stadia Mysis
Stadia mysisterdiri dari tiga sub stadia, yaitu mysis 1, mysis 2 dan mysis 3
yang berlangsung selama 3 sampai 4 hari sebelum masuk pada stadia
postlarva (PL). Pada stadia ini udang sudah terlihat ekor kipas (uropod) dan
ekor (telson). Ukuran larva berkisar 3,50 sampai 4,80 mm. Benih pada stadia
ini sudah mampu menyantap pakan fitoplankton dan zooplankton.
4. Post Larva
Stadia larva ditandai denganpleopoda berbentuk seperti berambut yang ber
fungsi untuk renang. Pada stadia larva bersifat bentik atau organisme
9
penghuni dasar perairan. Pada stadia ini pakan udang sesuai dengan bukaan
mulut seperti zooplankton.
2.2 Pepaya
Klasifikasi tanaman pepaya menurut Suprapti (2005), yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiosperma
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Caricales
Famili : Caricaceae
Spesies : Carica papaya Linnaeus
Pepaya merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tengah. Pepaya dapat
tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim tropis. Pepaya adalah tanaman yang
mengandung sumber protein nabati. Pohon pepaya umumnya tidak bercabang,
dapat tumbuh hingga setinggi 5˗10 m. Hidup pada ketinggian tempat 1˗1000 m
dari permukaan laut dan pada suhu udara 22˗ 26 °C. Semua bagian dari tanaman
pepaya dapat dimanfaatkan (Pangesti et al., 2013).
Tanaman pepaya diketahui berperan sebagai antimikroba. Bagian tanaman pepaya
yang dapat digunakan sebagai antimikroba adalah pada bagian daun pepaya dan
biji pepaya. Daun pepaya diketahui mengandun gsenyawa kimia seperti, alkaloid,
triterpenoid atau steroid, flavonoid, saponin, tannin. Daun papaya juga mengan-
dung mineral seperti kalium, kalsium, magnesium, tembaga, zat besi, zink, dan
10
mangan (Milind & Gurditta, 2011). Daun pepaya memiliki banyak manfaat, di
bagian asia daun pepaya muda dikukus dan dimakan seperti bayam. Daun pepaya
bermanfaat sebagai antimalaria dan antiplasmodial, penghambatan pertumbuhan
sel kanker, daun pepaya juga dapat meningkatkan sel darah putih dan trombosit,
menormalkan pembekuan, dan perbaikan hati dan mengandung senyawa kimia
carpain, zat yang membunuh mikroorganisme yang sering mengganggu fungsi
pencernaan (Yogiraj et al, 2014).
Ekstrak daun pepaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas
hydrophila karena mengandung bahan aktif berupa enzim papain, senyawa
alkaloid karpain, flavonoid, dan tocophenol. Ketika bahan aktif tersebut masuk ke
dalam tubuh dan darah ikan, ikan mampu meningkatkan ketahanan tubuh terhadap
serangan patogen Aeromonas hydrophila dan mempercepat pemulihan organ
dalam ikan lele dumbo. Ekstrak etil asetat daun pepaya dinyatakan memiliki
aktivitas dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dengan
konsentrasi zona hambat 100% (Alfiah, 2016).
2.3 Ketapang
Klasifikasi tanaman ketapang menurut Mohale et al (2009), yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Combretaceae
Genus : Terminalia
11
Spesies : Terminalia catappa L.
Tanaman ketapang tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, namun tanaman
ini tersebar secara menyeluruh di seluruh daerah tropis. Pohon ini dapat mencapai
besar 25-40 m. Daun besar memiliki panjang panjang 15-25 cm dan lebar 10-14
cm, berbentuk bulat telur, mengkilap hijau gelap dan kasar. Daun ketapang tergo-
long daun yang tidak lengkap karena daunnya hanya terdiri atas helaian daun dan
tangkai daun(Thomson dan Evans, 2006).
Daun ketapang dapat digunakan sebagai obat antara lain adalah sebagai antidisen
tri, mengobati gangguan pada pencernaan, dan anti rematik. Daun muda ketapang
pada beberapa daerah digunakan sebagai ramuan untuk mengobati infeksi mulut
(Unnikrishnan, 2014). Ekstrak daun tanaman muda itu digunakan sebagai pengo-
batan eksternal dalam bentuk salep untuk mengobati lepra dan kudis, serta penya-
kit dalam untuk menyembuhkan sakit kepala. Daun ketapang memiliki kandungan
antikanker, antioksidan, anti-HIV, dan antidiabetes (Tampemawa et al., 2016).
Ekstrak daun ketapang memiliki kandungan kimia yang efektif sebagai antibak-
teri. Aktivitas antibakteri dari ekstrak terjadi karena senyawa kimia yang terkan-
dung pada ekstrak daun ketapang. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak
air daun ketapang mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid, dan
triterpenoid (Triana et al., 2016).
Sehingga ekstrak daun ketapang dapat digunakan sebagai daya hambat pada bebe-
rapa bakteri seperti Aeromonas salmonicida, Aeromonashydrophila, Escherichia
coli, dan Staphylococcus aureus (Sumino et al., 2013). Pencegahan menggunakan
12
ekstrak daun ketapang menunjukkan hasil yang lebih efektif dalam mencegah
infeksi A. hydrophila (Wahjuningrum et al., 2008).
2.4 Mangrove
Klasifikasi tanaman mangrove jenis Rhizophora apiculata menurut Albrechtova
(2004), yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Spesies : Rhizophoraapiculata
Mangrove jenis Rhizophora apiculate akan tumbuh besar seperti pohon.
Rhizophora apiculata memiliki karakteristik morfologi batang berkayu, kulit
mekasar, kulit luar pada batang berwarna putih hingga abu-abu. Rhizopora
apiculata miliki batang berbentuk bulat kecokelatan, perakaran tunjang,berwarna
keputih-putihan pada daerah yang tidak dekat permukaan tanah, daun berupa daun
single dan terletak sejajar antara daun satu dengan yang lain berwarna hijau tua,
dan memiliki buah berwarna cokelat tua dengan ukuran buah 20-25 cm berdiame-
ter 1,3-1,7cm (Dewi et al., 2016).
Mangrove memiliki khasiat dalam kehidupan antara lain dapat digunakan dalam
pengobatan penyakit hepatitis, bengkak, dan menghentikan pendarahan. Sehingga
13
masyarakat pesisir sering menggunakan mangrove sebagai obat dalam kehidupan
sehari-hari (Santoso et al., 2015). Mangrove jenis Rhizophora apiculate mengan-
dung senyawa antara lain saponin, flavonoid, tannin, steroid, dan terpenoid
(Prayitno, 2016).
2.5 Vibrio parahaemolyticus
Klasifikasi Vibrio parahaemolyticus menurut Kanagawa (1985) dalam Marlina
(2004) yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Orde : Vibrionales
Famili : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vibrio parahaemolyticus
Vibrio parahaemolyticus termasuk jenis bakteri halofilik gram negatif. Vibrio
parahaemolyticus bersifat motil atau bergerak, bakteri berbentuk bengkok atau
koma, menghasilkan energi untuk pertumbuhan dengan oksidasi, fakultatif
anaerob dan mempunyai flagelum kutub tunggal dan tidak dapat membentuk
spora serta bersifat zoonosis. Vibrio parahaemolyticus dapat di hidup di muara
sungai, pantai, tetapi tidak dapat hidup pada laut dalam. Bakteri ini dapat tumbuh
optimumdengan kadar NaCl 3%, dengan pH 4,8-11, dan pada kisaran suhu 5-4
°C. Bakteri dapat tumbuh dengan cepat pada suhu optimum 37 °C (Oktavianus,
2013).
14
Vibrio parahaemolyticus teridentifikasi pertama kali di jepang pada tahun 1950.
Sebanyak 272 orang sakit dan 20 meninggal yang disebabkan infeksi dari meng-
konsumsi sarden. Pada sejak kejadian tersebut Vibrio parahaemolyticus dikenal
sebagai penyebab penyakit karena seafood mentah atau setengah matang di
Jepang dan beberapa negara Asia lainnya (Danielset al., 2000).
Udang yang terserang vibriosis ditandai dengan gejala klinis sebagai berikut pada
bagian hepatopankreas yang berwarna merah kecoklatan, tubuh terdapat bercak
merah, bagian ekor geripis, dan berwarna merah kecoklatan. Pada tingkat kronik
dan akut gejala yang ditimbulkan akan terhihat sangat jelas, karena gejalan klinis
yang timbulkan tergantung tingkat serangannya yaitu kronis atau akut (Feliatra et
al., 2004).
Vibriosis pada populasi ikan disebabkan oleh Vibrio sp. Bakteri Vibrio dapat
ditemukan di seluruh habitat, seperti air tawar, air laut, tanah, estuaria serta men-
jadi agen penyebab penyakit pada manusia, ikan, dan crustase (Gusman et al.,
2012). Bakteri Vibrio sp. merupakan bakteri opurtunistik yang akan menyerang
pada saat kualitas suatu perairan menurun. Beberapa spesies bakteri Vibrio yang
sering menimbulkan penyakit pada udang antara lain Vibrio parahaemolitycus,
Vibrio alginoticus, dan Vibrio anguilarum(Feliatra et al., 2004).
2.6 Kandungan Senyawa Bahan-Bahan Herbal
Pada ekstrak daun ketapang, pepaya, dan mangrove mengandung senyawa yang
memiliki fungsi dan manfaat yang berbeda-beda. Senyawa yang terkandung dari
ketiga bahan herbal adalah sebagai berikut :
15
1. Alkaloid
Alkoloid tersebar hampir ke semua tumbuhan, alkaloid dapat di temukan pada
ba-gian biji, daun, ranting, dan kulit kayu. Kadar alkaloid dari tumbuhan dapat
men-capai 10-15%. Alkoloid dapat bersifat farmakologi dapat sebagai pereda
rasa sakit, sebagai obat penenang, dan stimulan syaraf. Alkaloid dapat bekerja
sebagai antibakteri dengan cara merusak komponen penyusun peptidoglikan
pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
menyebabkan kematian sel. Alkaloid bersifat toksik terhadap mikroba, sehing-
ga efektif membu-nuh bakteri dan virus, sebagai antiprotozoa dan antidiare.
Sifat toksit alkaloid terhadap mikroba mampu membunuh bakteri dan virus
(Sari, 2012).
2. Flavonoid
Flavonoid terdapat pada semua tumbuhan hijau kecuali pada alga.
Flavonoid dapat ditemukan pada semua bagian tumbuhan seperti pada daun,
akar, kayu, kulit, tepung sari, nektar, bunga, buah buni, dan biji. Flavonoid
merupakan se-nyawa polifenol. flavonoid merupakan senyawa polar karena
memiliki sehingga pelarut seperti etanol, metanol, etil asetat, atau campuran
dari pelarut tersebut dapat digunakan untuk mengekstrak flavonoid dari
jaringan tumbuhan (Rijke, 2005).
Senyawa flavonoid bersifat fenol sehingga dapat mendenaturasi ikatan protein
pada membran sel, sehingga membrane sel menjadi lisis dan fenol menembus
ke- dalam inti sel sehingga terjadi perubahan permeabilitas sel yang dapat
16
mengaki-batkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel senyawa
flavonoid menghambat fungsi membran sel (Nuria et al., 2009). Reaksi peng-
rusakan struktur lipid DNA disebabkan oleh perbedaan kepolar anantara lipid
penyusun DNA dengan gugus alkohol flavonoid (Rustama dan lingga, 2005).
3. Tanin
Senyawa tannin termasuk ke dalam golongan folifenol yang larut dalam air
ber-sama berat molekul biasanya berkisar 1000-3000. Tanin juga termasuk
senyawa fenolik komplek yang dapat menghambat aktivitas bakteri sehingga
tumbuhan yang mengandung tannin sering digunakan dalam bidang farmasi
karena tannin mengandung asam tanik yang telah digunakan sebagai anti-
septik (Trianto et al., 2004).
4. Saponin
Senyawa saponin berperan sebagai insektisida dan larvasida. Senyawa saponin
dapat ditemukan pada beberapa tanaman seperti pepaya, ketapang, dan
mangrove. Bagian yang terkandung senyawa saponin seperti pada akar, daun,
batang, dan bunga. Saponin memberikan efek anti mikroba dengan memben-
tuk kompleks polisakarida pada dinding sel. Interaksi saponin dengan dinding
menyebabkan rusak-nya dinding dan membran sel hingga akhirnya bakteri
lisis (Madduluri et al., 2013).
17
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2018 bertempat di
Laboratorium Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1 dan bahan yang digunakan dapat
dilihat pada table 2.
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian
No Alat Fungsi
1 Timbangan digital Menimbang media atau sampel
2 Blender menghancurkan bahan herbal.
3 Vortek Menghomogenkan suatu cairan
4 Mikropipet Memindahkan cairan dengan volume cukup kecil
5 Lemari es Digunakan menyimpan media yang digunakan.
6 Bunsen Kondisi steril saat inokulasi sampel
7 Inkubator Mengingkubasi atau memeram mikroba.
8 Cawan petri Kultur bakteri dan uji antibakteri
9 Tabung reaksi Menumbuhkan mikroba.
10 Erlenmeyer Menampung larutan, bahan atau cairan.
11 Spreader Meratakan cairan di cawan petri.
12 Pipet tetes Memindahkan larutan
13 Magnetik stirer Pengaduk Larutan
14 Gelas ukur Menakar volume larutan yang akan digunakan
15 Hot plate stirer Menghomogenkan suatu larutan
16 Alumunium foil Penutup Erlenmeyer
17 Plastik tahan panas Membungkus alat saat di autoklaf
18 Jangka sorong Mengukur diameter zona hambat
18
19 Karet gelang Mengikat alat yang akan di sterilisasi
20 Sarung tangan Melindungi tangan peneliti
21 Spatula Mengambil bahan saat proses menimbang
22 Kamera digital Mendokumentasikan setiap pelaksanaan penelitian.
23 Spidol Mencatat jumlah bakteri dan pemberi tanda
24 Autoklaf Alat untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap
bersuhu dan bertekanan tinggi 121° C, tekanan 1 atm
selama 30 menit.
25 Corong Memasukan larutan pada labu yang bermulut kecil dan
terhadap larutan yang berbahaya
26 Rotari evaporator Mengekstraksi daun mangrove, daun ketapang dan daun
papaya
27 Laminary flow Tempat inokulasi mikrobiologi agar tidak
terkontaminasi dengan udara luar.
28 Kertas cakram Uji antibakteri
29 Pinset Mengambil benda yang berukuran kecil
30 Rak tabung reaksi Tempat tabung reaksi
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian
No Nama Bahan Fungsi
1 Daun Pepaya Bahan herbal
2 Daun Ketapang Bahan herbal
3 Daun Magrove Bahan herbal
4 Media NA Media tumbuh bakteri
5 Media NB Media kultur bakteri
6 Antibiotik Kloramfenikol Kontrol positif
7 Alkohol Disenfektan
8 Aquades Pelarut dan kontrol negatif
9 Air tambak udang Air sampel
10 Etil Asetat Pelarut
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Sterilisasi Alat dan Bahan
Sterilisasi merupakan usaha yang dilakukan agar alat dan bahan bebas dari mikro
organisme kontaminan, dilakukan dengan cara alat dan bahan yang akan diguna-
kan dicuci sampai bersih, kemudian dibungkus menggunakan kertas kopi, selan-
19
jutnya semua alat dimasukan tersebut ke dalam autoklaf dengan suhu 121°C,
tekanan 1 atm selama 15 menit.
3.3.2 Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan menggunakan metode maserasi. Sampel
daun diambil pada bagian yang tua(berwarna hijau). Daun papaya, daun keta-
pang, dan daun mangrove dicuci menggunakan air tawar untuk menghilangkan
kotoran kemudian dibilas menggunakan akuades hingga bersih kemudian daun
dicacah dan dihaluskan dengan menggunakan blender.
Proses ekstraksi dilakukan dengan merendam 100g bubuk daun papaya, daun
ketapang, dan daun mangrove (Rhizophora sp.) dengan pelarut etil asetat masing-
masing sebanyak 500ml selama 24 jam. Larutan disaring dengan menggunakan
kertas saring dan dievaporasi menggunakan vacum evaporator sehingga didapat-
kan ekstrak daun papaya, daun ketapang, dan daun mangrove Rhizophora sp.
Hasil ekstrak daun pepaya, daun ketapang, dan daun mangrove (Rhizophora sp.)
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Rendaman Ekstraksi Daun
No Jenis Ekstrak Daun Bobot Awal (g) Bobot (g) Persentase (%)
1 Daun Pepaya 100 1,36 1,36
2 Daun Ketapang 100 0,72 0,72
3 Daun Mangrove
Rhizophora apiculata 100 0,70 0,70
3.3.3 Penyiapan Bakteri Uji
Bakteri uji yang akan digunakan pada penelitian ini adalah berasal dari tambak
udang di Desa Purwerejo Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur. Bakteri yang
20
paling mendominasi air pada tambak udang vaname yaitu bakteri Vibrio
parahaemolyticus.
3.3.4 Pembuatan Medium Bakteri dan Pembiakan Bakteri
Pada penelitian ini menggunakan media Nutrient Agar (NA) danNutrient Broth
(NB). Media Nutrient Agar (NA) ditimbang sebanyak 3,2 g lalu dimasukkan ke
dalam erlenmeyer dan ditambahkan dengan air laut sebanyak 160 ml dan Nutrient
Broth (NB) ditimbang sebanyak 0,09g lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
ditambahkan dengan air laut sebanyak 90 ml. Selanjutnya tabung erlenmeyer yang
berisi media NA dan NB dipanaskan menggunakan hot plate sampai larutan
homogen, kemudian diautoklaf selama 15 menit dengan suhu 121°C di bawah
tekanan 1 atm (Danada dan Yamindago, 2014).
Media Nutrient Agar (NA) steril dituang ke dalam cawan petri kurang lebih
sebanyak 20 ml dan ditunggu hingga memadat. Penuangan dilakukan didalam
laminar flow untuk mencegah adanya kontaminasi. Biakan murni bakteri Vibrio
parahaemolyticus yang akan digunakan, diinokulasi secara aseptik dalam 2 tabung
reaksi yang berisi medium Nutrient Broth (NB) steril sebanyak 15 ml. Tabung
reaksi di shaker selama 4 sampai 5 jam (Tampemawa, 2016).
3.3.5 Uji Aktivitas Antibakteri
1. Uji Aktivitas Antibakteri Menentukan Bahan herbal Terbaik
Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan media difusi agar. Sebanyak 20
µlisolat cair Vibrio parahaemolyticus dengan kepadatan 107
cfu/ml diteteskan
21
pada media Nutrient Agar (NA) lalu diratakan dengan spreader. Kemudian
kertascakram diletakkan di atas media yang berisi olesan bakteri dengan se-
dikit di tekan. Sebanyak 40 µL ekstrak daun pepaya, ekstrak daun ketapang,
dan ekstrak daun mangrove Rhizophora apiculata dengan konsentrasi 500
mg/l pada masing-masing ekstrak di teteskan pada kertas cakram berdiameter
6 mm. Selanjutnya cawan petri diinkubasi selama 24 jam. Kemudian dilaku-
kan pengukuran zona hambat ekstrak terhadap bakteri. Kemampuan meng-
hambat bakteri ditandai dengan terbentuknya zona jernih disekitar cakram uji.
2. Uji Aktivitas Antibakteri Menentukkan Dosis Terbaik
Sebanyak 20 µl isolat cair Vibrio parahaemolyticus dengan kepadatan 107
cfu/ml diteteskan pada media Nutrient Agar (NA) lalu diratakan dengan
spreader. Kemu dian kertas cakram diletakkan di atas media yang berisi
olesan bakteri dengan sedikit di tekan. Sebanyak 40 µL ekstrak daun
mangrove Rhizophora apiculata diteteskan pada kertas cakram berukuran 6
mm dengan konsentrasi 300, 400, 500, 600, dan 700 mg/l. Kontrol positif
dengan memberikan kertas cakram berisi anti biotikkloramfenikol sedangkan
kontrol negatif berupa kertas cakram netral (hanya diberi akuades). Lalu
diinkubasi selama 24 jam. Setelah masa inkubasi, kemudian diamati dan
diukur diameter zona hambat yang terbentuk di sekitar kertas cakram tersebut.
3.3.6 Analisis Data
Data hasil pengamatan disajikan secara deskriftif .
27
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstrak daun mangrove (Rhizophora apiculata) memiliki rata-rata zona
hambat paling besar yaitu 5,61± 1,3 mm, dari ketiga ekstrak daun herbal
yang di gunakan.
2. Konsentrasi terbaik dari ekstrak daun mangrove (Rhizophora apiculata)
dalam menekan pertumbuhan bakteri Vibrio parahaemolitycus yaitu pada
konsentrasi 700 mg/l.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap ekstrak daun mangrove
(Rhizophora apiculata) dalam menekan pertumbuhan Vibrioparahaemolitycus
dengan menggunakan konsentrasi yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Ajizah, A. (2004). Sensitivitas Salmonella typhimurium terhadap Ekstrak Daun
Psidium guajava L. Bioscientiae 1(1), 31-38.
Albrechtova, J. (2004). Plant Anatomy in Environtmental Studies. Charles
University in Prague, Prague. 33 hlm.
Alfiah, I. (2016). Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun
Pepaya Gunung (Carica pubescens lenne & K. Koch) terhadap Bakteri
Salmonella typhi secara In Silico dan In Vitro. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang.
Amin, F. M., Yoswaty, D., & Nurrachmi, I. (2015). Daya Antibakteri Ekstrak
Teripang Pasir (Holothuria scabra) terhadap Pertumbuhan Bakteri
(Salmonella typhi) secara In Vitro. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang
Perikanan dan Ilmu Kelautan 2(2), 1-9.
Amri, K., & Kanna, I. (2008). Budidaya Udang Vaname Secara Intensif, Semi
Intensif, dan Tradisional. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 170 hlm.
A'yun, Q., & Layly, A. (2015). Analisis Fitokimia Daun Pepaya (Carica papaya
L.) Di Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Kendal payak,
Malang. Prosiding KPSDA 1(1), 134-137.
Danada, R. H., &Yamindago, A. (2014). Analisis Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Daun Mangrove Avicennia marina dari Kabupaten Trenggalek dan
Kabupaten Pasuruan terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan
Vibrio alginolyticus. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of Marine
Science and Technology 7(1), 12-19.
Daniels, N.A., Linda, M., & Richard, B. (2000). Vibrio parahaemolyticus
infections in the United States, 1973–1998. The Journal of infectious
diseases 181(5), 1661-1666.
Daryono, M. 2013. Analisis White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada
Litopenaeus vanammei (Udang vaname) dengan metode Polymerase Chain
Reaction (PCR). Skripsi. Universitas Negeri Sumatera Utara, Medan.
Dewi, E. R. O., & Usman, U. (2016). Uji Fitokimia dan Uji Antibakteri dari Akar
Mangrove Rhizopora apiculata terhadap Bakteri Escherichia coli dan
29
Staphylococcus aureus. Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals
Conferences 3(2), 183-193.
Dwyana, Z., Haedar, N., & Hasbiah, H. (2016). Potensi Beberapa Isolat Probiotik
Sebagai Antibakteri terhadap Pertumbuhan Vibrio spp. In Prosiding Seminar
Biologi. Universitas Islam Alauddin, Makassar.
Effendie, M. (2002). Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.
163 hlm.
Ekwueme, F. N., Nwodo, O. F. C., Joshua, P. E., Nkwocha, P. E., & Eluka, P. E.
(2015). Qualitative and Quantitative Phytochemical Screening of the aqueous
Leaf Extract of Senna Mimosoides: Its Effect in in Vivo Leukocyte
Mobilization Induced by Inflammatory Stimulus. Int J Curr Microbiol Appl
Sci 4(5), 1176-1188.
Eleazu, C. O., Eleazu, K. C., Awa, E., & Chukwuma, S. C. (2012). Comparative
study of the Phytochemical Composition of the Leaves of Five Nigerian
Medicinal Plants. Journal of Biotechnology and Pharmaceutical Research
3(2), 42-46.
Feliatra, Efendi, I. & Suryadi, E. (2004). Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik
dari Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscogatus) dalam Upaya Efisiensi
Pakan Ikan. Jurnal Natur Indonesia 6(2), 75-80.
Greenwood, D., Finch, R., Davey, P dan Wilcox, M. (2003). Antibiotics
Sescepptibility (Sensitivity) Test, Antimicrobial and Chemotherapy. Oxford
University Press, Oxford.
Gusman, E., & Firman, F. (2012). Identifikasi Bakteri Vibrio sp Pada Udang
Windu (Penaeus monodon) di Tambak Tradisional Kota Tarakan. Jurnal
Harpodon Borneo 5(2), 173-183.
Kasitowati, R. D., Yamindago, A., & Safitri, M. (2017). Potensi Antioksidan dan
Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Mangrove Rhizophora mucronata, Pilang
Probolinggo. JFMR-Journal of Fisheries and Marine Research 1(2), 72-77.
Kordi, K.(2007). Pemeliharaan Udang Vanname (Litopenaeus vannamei).
Penerbit Indah, Surabaya. 100 hlm.
Louis, H., Okpako, E. C., Magu, T. O., Akwo, J. K., Akakuru, O. U., & Bisong,
E. A. (2017). Phytochemical Screening and Proximate Nutritional Analysis of
Brown Leaves of Indian Almond (Terminalia catappa L). International
Journal of Scientific and Research Publications 7(3), 141-144.
Madduluri, S., & Sitaram, B. (2013). In Vitro Evaluation of Anti Oxidant Activity
of Methanolic and Ethanolic Leaf Extracts of Five Indigenous Plants in
South India. Der Pharmam Chemica 5(6), 246-249.
30
Manoppo, H. (2011). Peran Nukleotida sebagai Imunostimulan terhadap Respon
Imun Non spesifik dan Resistensi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei).
Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Marlina. (2004). Karakteristik Molukuler Bakteri Vibrio parahaemolitycus dari
Sampel Air Laut dan Uji Resistensi Antibiotiknya. Skripsi. Universitas
Andalas, Padang.
Marshall, E. U., Chiwendu, S., Ukpabi, E. O., & Ezikpe, C. A. (2015).
Antimicrobial Screening and Phytochemical Analysis of Carica papaya Leaf
Extracts. Stan Res J Microbiolo Sci 2(1), 001-004.
Milind, P., & Gurditta, G. (2011). Basketful Benefits of Papaya. International
Research Journal of Pharmacy 2(7), 6-12.
Mohale, D. S., Dewani, A. P., Chandewar, A. V., Khadse, C. D., Tripathi, A. S.,
& Agrawal, S. S. (2009). Brief Review on Medicinal Potential of Terminalia
catappa. Journal of Herbal Medicine and Toxicology 3(1), 7-11.
Morales, G., Sierra, P., Mancilla, A., Paredes, A., Loyola, L. A., Gallardo, O., &
Borquez, J. (2003). Secondary Metabolites from Four Medicinal Plants From
Northern Chile: Antimicrobial Activity and Biotoxicity Against Artemia
Salina. Journal of the Chilean Chemical Society 48(2), 13-18.
Ngajow, M., Abidjulu, J., & Kamu, V. S. (2013). Pengaruh Antibakteri Ekstrak
Kulit Batang Matoa (Pometia pinnata) terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus Secara In Vitro. Jurnal MIPA Unsrat Online 2(2), 128-132.
Nuria, M. C., & Faizatun, A. (2009). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L) terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, dan Salmonella typhi
ATCC 1408. Mediagro 5(2), 26-37.
Oktavianus, S. (2013). Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Mangrove Jenis Avicennia
marina terhadap Bakteri Vibrio parahaemolyticus. Skripsi. Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Pangesti, T., Fitriani, I. N., Ekaputra, F., & Hermawan, A. “Sweet Papaya Seed
Candy” Antibacterial Escherichia coli Candy with Papaya Seed (Carica
papaya L). Pelita-Jurnal Penelitian Mahasiswa UNY 8(2),156-163.
Prayitno, S. B. (2016). Penggunaan Ekstrak Daun Bakau (Rhizopora apiculata)
Untuk Pengobatan Kepiting Bakau (Scylla serrata) yang Diinfeksi Bakteri
Vibrio harveyi terhadap Kelulushidupan. Journal of Aquaculture
Management and Technology 5(2), 18-25.
31
Rahmanto, S., & Chilmawati, D. (2014). Karakterisasi dan Uji Postulat Koch
Bakteri Genus Vibrio yang Berasal dari Media Kultur Massal Mikroalga.
Journal of Aquaculture Management and Technology 3(4), 230-237.
Rijke, E. (2005). Trace-level Determination of Flavonoids and Their Conjugates
Application Plants of The Leguminosae Family. Universitas Amsterdam,
Amsterdam. 184 hlm.
Riskitavani, D. V., & Purwani, K. I. (2013). Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak
Daun Ketapang (Terminalia catappa) terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus
rotundus). Jurnal Sains dan Seni ITS 2(2), E59-E63.
Rohaeti, E., Batubara, I., Lieke, A., & Darusman, L.K. 2010. Potensi Ekstrak
Rhizophora sp. Sebagai Inhibitor Tirosinase. Prosiding Semnas Sains III.
IPB, Bogor.
Rusmiyati S. (2012). Menjala Rupiah Budidaya Udang Vannamei Varietas Baru
Unggulan. Pustaka Baru Press, Yogyakarta. I62 hlm.
Rustama, M.M., & Lingga, M . E . ( 2005). Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak
Air dan Etanol Bawang Putih(Allium sativum L) terhadap Bakteri Gram
Negatif dan Gram Positif yang diisolasi dari Udang Dogol (Metapenaeus
monoceros), Udang Lobster (Panulirus sp.) dan Udang Rebon (Mysis acetes).
Jurnal Biotika 5(2), 35-40.
Sari, L. O. R. K. (2012). Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan
Manfaat dan Keamanannya. Pharmaceutical Sciences and Research
(PSR) 3(1), 1-7.
Soemardjati, W., & Suriawan, A. (2007). Petunjuk Teknis Budidaya Udang
Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak. Departemen Kelautan dan
Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Balai Budidaya Air
Payau, Situbondo. 30 hlm.
Suciati, A., Wardiyanto, W., & Sumino, S. (2012). Efektifitas Ekstrak Daun
Rhizophora mucronata dalam Menghambat Pertumbuhan Aeromonas
salmonicida dan Vibrio harveyi. e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya
Perairan 1(1), 1-8.
Sumino, S., Asep, & Wardiyanto. (2013). Efektivitas Ekstrak Daun Ketapang
(Terminalia cattapa L) untuk Pengobatan Infeksi Aeromonas salmonicida
pada Ikan Patin (Pangasioniodon hypophthalmus). Jurnal Sains Veteriner
3(1), 79-88.
Supono. (2015). Teknologi Produksi Udang.Universitas Lampung, Lampung. 78
hlm.
Suprapti, L. (2005). Aneka Olahan Pepaya Mentah dan Mengkal. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta. 118 hlm.
32
Susanto, D. S., & Ruga, R. (2012). Studi Kandungan Bahan Aktif Tumbuhan
Meranti Merah (Shorea leprosula Miq) sebagai Sumber Senyawa
Antibakteri. Mulawarmnan Scientifie 11(2), 181-190.
Syawal, H., Karnila, R., Dirta, A., & Kurniawan, R. (2018). Ekstrak Daun
Rhizophora sp. Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus agalactiae
dan Edwarsiella tarda. Jurnal Veteriner 18(4), 604-609.
Tampemawa, P. V., Johanis J. P., & Febby E.F.K. (2016). Uji Efektivitas Ekstrak
Daun Ketapang (Terminalia catappa L) terhadap Bakteri Bacillus
amyloliquefaciens. PHARMACON 5(1), 308-320.
Thomson, L. A., & Evans, B. (2006). Terminalia catappa (Tropical
almond). Species Profiles for Pacific Island Agroforestry 2(2), 1-20.
Triana, E., & Nurhidayat, N. (2016). The Assessment of Ketapang (Terminalia
catappa L.) Leaves Water Extract as Natural Cleaning Agent Using Clean In
Place (CIP) Method. Prosiding Seminar Nasional II, 143-155.
Trianto, A., Wibowo, E., Suryono., & Sapta, R. (2004). Ekstrak Daun mangrove
Aegiceras corbiculatum sebagai Antibakteri Vibrio harveyi dan Vibrio
parahaemolyticus. Ilmu Kelautan 9(4), 186-189.
Unnikrishnan, G. (2014). Larvicidal And Pupicidal Activity of Terminalia
catappa Leaf Extracts on Aedes Aegypti Mosquito: A Vector
Intervention. IOSR Journal of Pharmacy and Biological Sciences 9(2), 58-63.
Wahjuningrum, D., Ashry, N., & Nuryati, S. (2008). Pemanfaatan Ekstrak Daun
Ketapang (Terminalia cattapa) untuk Pencegahan dan Pengobatan Ikan Patin
(Pangasionodon hypophthalmus) yang Terinfeksi Aeromonas
hydrophila. Jurnal Akuakultur Indonesia 7(1), 79-94.
Wardhani, L. K., & Sulistyani, N. (2012). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil
Windu (Penaeus monodon) di Tambak Tradisional Kota Tarakan. Jurnal
Harpodon Borneo 5(2), 173-183.
Yogiraj, V., Goyal, P. K., Chauhan, C. S., Goyal, A., & Vyas, B. (2014). Carica
papaya Linn. International Journal of Herbal Medicine 2(5), 01-08.
Yuhana, M., Normalina, I., & Sukenda. (2008). Pemanfaatan Ekstrak Bawang
Putih (Allium sativum) untuk Pencegahan dan Pengobatan Pada Ikan Patin
(Pangasionodon hypophthalmus) yang diinfeksi Aeromonas hydrophila.
Jurnal Akuakultur Indonesia 7(1), 95-107.