Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak ada yang tidak berubah di dalam realita ini dan sudah menjadi
kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari
perkembangan masyarakat karena perkembangan dan perubahan (renovasi)
adalah ciri khas dari kemajuan peradaban manusia. Demikian pula halnya dengan
pendidikan di Indonesia, hal ini dapat dimengerti karena perkembangan
masyarakat akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta masalah
ilmiyah baru yang timbul di sekitar kita menyebabkan tuntutan masyarakat
terhadap pendidikan di Indonesia juga mengalami perkembangan dan perubahan.
Mengapa dalam hal ini pendidikan yang mendapat prioritas ?, karena
masyarakat telah maklum bahwa tidak akan ada kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi seperti yang mereka alami saat ini tanpa adanya pendidikan.
Ketetapan MPR No. 11/MPR/1998/ tentang Garis-Garis Besar Haluan
Negara menyatakan bahwa :
Pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah perlu disesuaikan
dengan tuntutan pembangunan yang memerlukan pembangunan berbagai
jenis ketrampilan dan keahlian di segala bidang serta ditingkatkan mutunya
sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahhuan dan tekhnologi.
Dari sini tampak bahwa pemerintah telah berusaha menjawab tuntutan
masyarakat dalam hal peningkatan mutu pendidikan di Indonesia yang sesuai
1
1
dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dewasa ini. Salah satu diantara berbagai
usaha pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah mengadakan
pembaharuan-pembaharuan di dalam sistem pendidikan kita.
Pandangan umum selama ini yang masih dianut oleh guru sampai sekarang
bahwa proses belajar mengajar adalah pengetahuan guru yang diberikan kepada
siswa. Keberhasilan dalam mengajar diukur sejauh mana siswa dapat menunjukan
bahwa mereka dapat mengungkapkan pengetahuan yang diinginkan oleh guru,
jika yang diungkapkan tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh guru maka siswa
dianggap tidak tidak belajar. Dengan asumsi ini maka guru berusaha sangat aktif
dalam menyampaikan informasi (dengan metode ceramah) dan siswa hanya
mendengar dan mengingat.
Melihat kondisi pembelajaran yang demikian, pemerintah mengeluarkan
kebijaksanaan berupa penyempurnaan kurikulum sekolah yang disesuaikan
dengan tuntutan pembangunan nasional yaitu Kurikulum 2004 yang popular
dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini merupakan
hasil refleksi pemikiran dan pengkajian ulang terhadap Kurikulum 1994 beserta
suplemen dan pelaksanaannya. (Balitbang Depdiknas, 2003)
Pembelajaran melalui KBK, guru tidak dapat hanya semata-mata
memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi guru mengajar supaya siswa
memahami apa yang diajarkan dan mampu memanfaatkannya dengan
menerapkan pemahamannya untuk memahami alam/lingkungan sekitar maupun
solusi atau pemecahan masalah sehari-hari. Siswa harus dapat membangun
2
pengetahuannya sendiri, guru dapat membantu dengan melakukan pembelajaran
yang bermakna dan sangat relevan dengan siswa dengan cara memberi
kesempatan kepada siswa untuk menerapkan ide-idenya. Guru dapat memberikan
tangga kepada siswa untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi namun
harus diupayakan siswa sendiri yang memanjatnya.
Kegiatan mengajar bukan hanya sekedar mengingat fakta-fakta untuk
persediaan jawaban tes sewaktu ujian tetapi lebih bermakna (meaningfull) bagi
siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Ausubel bahwa kegiatan “mengajar atau
materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa haruslah bermakna bagi
siswa artinya kegiatan tersebut haruslah relevan struktur kognitif kemampuan
siswa” (Hudoyo, 1997:108). Karena dengan kegiatan yang sesuai dengan struktur
kognitif dan kemampuan siswa akan dapat melakukan aktifitas mental (berfikir)
dengan optimal.
Kegiatan mengajar juga diharapkan mampu memperluas wawasan
pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan menumbuhkan sejumlah sikap
positif yang direfleksikan siswa melalui cara berfikir dan bertindak sebagai
dampak hasil belajarnya. Untuk itu cara mengajar guru harus diubah, guru perlu
menyediakan beragam kegiatan yang berimplikasi pada beragamnya pengalaman
belajar supaya siswa mampu mengembangkan kompetensi setelah menerapkan
pemahaman dan pengetahuannya.
Untuk keperluan itu, strategi belajar aktif (actif learning) melalui multi
metode sangat sesuai untuk digunakan ketika akan menerapkan KBK. Sistem
3
pengelolaan KBK menuntut kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan
semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan.
Pemberdayaan ini diarahkan untuk mendorong individu belajar sepanjang hayat
dan mampu mewujudkan masyarakat belajar. Dimana pendekatan kontekstual
(Contextual Teaching and Learning (CTL)) sangat sesuai dengan Kurikulum 2004
atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi ini.
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL))
merupakan konsep belajar yang membantu mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. (Dit PLP, 2002)
Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
belajar dan mengalami, mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya,
dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang
mereka pelajari berguna bagi kehidupan nanti, dengan begitu mereka
memposisikan diri sebagai yang memerlukan sesuatu bekal untuk hidupnya nanti,
mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya
menggapainya.
Dalam upaya itu, guru diperlukan sebagai pengarah dan pembimbing, guru
tidak mengantarkan siswa ke tujuannya tetapi mengarahkannya, guru tidak
4
mengajari tetapi memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan
pengetahuaanya sendiri dengan strategi sendiri.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan pemahaman
siswa kelas IX MTs. Tarbiyatul Islam Soko Tuban terhadap penguasaan materi-
materi matematika di sekolah dan apakah nantinya dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa kelas IX MTs. Tarbiyatul Islam Soko Tuban.
B. Batasan Masalah
Adapun pembatasan masalah ini diutamakan pada pemecahan suatu
masalah dalam mata pelajaran matematika untuk memahami dan mengerti tentang
unsur - unsur lingkaran.
C. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah, perumusan masalah penelitian dapat
dikemukakan dalam bentuk pertanyaan dasar sebagai berikut : “Apakah terdapat
perbedaan penerapan pendekatan konvensional dan pendekatan kontekstual di
dalam meningkatkan prestasi belajar lingkaran siswa kelas IX MTs. Tarbiyatul
Islam Soko Tuban Tahun Pelajaran 2005 / 2006 ?”.
5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan penerapan pendekatan konvensional dan pendekatan kontekstual di
dalam meningkatkan prestasi belajar lingkaran siswa kelas IX MTs.
Tarbiyatul Islam Soko Tuban Tahun Pelajaran 2005 / 2006.
2. Manfaat Penelitian
Penulisan skripsi ini diharapkan bermanfaat bagi :
a. Penulis
Agar dapat digunakan sebagai masukan pengetahuan pada diri penulis
sehingga diharapkan suatu saat dapat dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Pembaca (khususnya bagi mahasiswa matematika)
Adalah sebagai tambahan pengetahuan untuk memahami pendidikan
matematika.
c. Kampus
Adalah untuk menambah khasanah perpustakaan.
6
E. Garis Besar Isi Skripsi
Agar tidak terjadi salah pengertian atau penafsiran terhadap maksud serta
arti secara keseluruhan dalam penelitian ini, maka peneliti perlu memberikan
penjelasan terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini.
Adapun penjelasan istilah-istilah itu sebagai berikut:
1. Penerapan
Maksud dari kata penerapan adalah perihal mempraktekan (Poerwadarminto,
1987:1059)
2. Pendekatan Konvensional
Pendekatan Konvensional adalah suatu pembelajaran secara klasikal yang
menggunakan metode ajar yang biasanya digunakan guru-guru di sekolah.
(Efendi, 1988:350)
3. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. (Dit PLP, Ditjen
Dikdasmen, Depdiknas 2002)
4. Prestasi Belajar lingkaran
Yang dimaksud prestasi belajar lingkaran dalam skripsi ini adalah nilai hasil
tes sub pokok bahasan unsur-unsur lingkaran kelas kontrol dan kelas
7
eksperimen pada siswa kelas IX MTs. Tarbiyatul Islam Soko Tuban.
Sebelum tes, kedua kelas tersebut di berikan pengajaran. Kelas kontrol
diajarkan sub pokok bahasan unsur-unsur lingkaran dengan pendekatan
konvensional dan kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan
kontekstual.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembahasan Teori
1. Pengertian Pendekatan Mengajar
Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada anak
didik. Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah,
disamping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan
pengetahuan kepada siswa disebut proses belajar mengajar. Proses belajar
mengajar diberikan guru di sekolah dengan pendekatan-pendekatan, cara-cara,
atau metode-metode tertentu.
Agar mampu memilih stategi belajar sebuah topik atau sub topik
matematika yang tepat antara lain harus mengetahui macam-macam
pendekatan (approach) dan metode mengajar. Untuk dapat membedakan yang
dimaksud dengan pendekatan, metode mengajar, dan teknik mengajar,
Erman S. dan Udin Winataputra (1994:219-220) mengartikannya sebagai
berikut.
(1) Metode mengajar adalah cara yang dapat digunakan untuk
mengajarkan tiap bahan pelajaran. Untuk dapat melakukannya seorang
guru tidak perlu mempunyai keahlian khusus atau bakat khusus
9
9
(2) Teknik mengajar merupakan cara mengajar yang memerlukan
keahlian khusus atau bakat khusus. Misalnya untuk mengajarkan rumus
keliling lingkaran dan luas lingkaran, seorang guru harus memiliki
pengetahuan dan bakat matematika hingga pengajaran berlangsung dengan
baik dan tujuannya tercapai. Dengan demikian sebuah metode mengajar
suatu topik atau sub topik yang dilakukan oleh seorang guru yang
menguasainya atau berbakat dapat menjadi sebuah teknik mengajar
(3) Pendekatan belajar mengajar dapat merupakan konsep atau
prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk
mencapai tujuan belajar mengajar. Misalnya Pak Ahmad menolong
anaknya belajar menjumlahkan dua bilangan asli dengan cara sebagai
berikut.
3 + 4 = 7 4 3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
tapi seorang anak, misalnya Shohib menyelesaikan soal diatas dengan
jalan sebagai berikut.
=
3 + 4 = 7
Pada contoh diatas Pak Ahmad menggunakan pendekatan garis bilangan,
karena bahan itu dibahasnya dengan menggunakan garis bilangan.
10
Sedangkan Shohib menggunakan pendekatan himpunan karena Shohib
menyelesaikannya dengan menggunakan himpunan-himpunan.
Begitu banyaknya pendekatan mengajar yang ada, sehingga apabila kita
menghitungnya maka kita akan sampai kepada suatu bilangan yang fantastis
besarnya. Pendekatan mengajar dengan berbagai uraian itu akan sama
banyaknya dengan sejumlah guru yang ada. Dengan kata lain, setiap guru akan
mengembangkan variasi pendekatan mengajar.
Pada hakikatnya pendekatan mengajar adalah untuk membangkitkan rasa
ingin tahu dan memuaskan (memberi pemuas kepada) rasa ingin tahu siswa.
Rasa puas ini (atau lebih tepat barangkali disebut senang) akan membangkitkan
rasa ingin tahu lebih lanjut yang memerlukan pemuas. (Subiyanto, 1988:33)
Para siswa itu akan belajar (misalnya matematika) dengan sungguh-sungguh
bukan semata-mata karena matematika itu berguna, melainkan karena
matematika itu menyenangkan.
Jadi, sesuai dengan pendekatan ketrampilan proses dan cara belajar siswa
aktif yang diberlakukan pada kurikulum dewasa ini, dalam mengajar guru harus
memilih pendekatan atau konsep mengajar yang mampu mengetuk hati nurani
siswa. Dan akhirnya mereka berpendapat bahwa yang mereka pelajari itu
menyenangkan, sehingga mereka dapat belajar dengan sunggug-sungguh.
11
2. Pendekatan Konvensional
Pembelajaran dengan pendekatan konvensional sama dengan
pembelajaran tradisional yaitu pembelajaran secara klasikal yang menggunakan
metode ajar yang biasanya digunakan guru-guru di sekolah. (Efendi, 1988:350)
Dimana guru menjadi sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi
pilihan utam metode mengajar. Dalam pembelajaran konvensional murid-murid
dirumuskan minatnya, kepentingannya, kecakapan, dan kecepatan belajarnya
relatif sama, sehingga siswa akan pasif dan hanya menerima.
Berikut ini pengertian, maksud dan langkah-langkah pelaksanaan,
kelebihan dan kekurangan pendekatan konvensional.
a. Pengertian
Pendekatan konvensional merupakan suatu cara penyampaian ide,
konsep, prinsip atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan
pelajaran dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1) Guru berbicara siswa mendengarkan
2) Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran sedangkan siswa
adalah penerima informasi secara pasif
3) Siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah (membaca, mendengar,
mencatat, menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses
pembelajaran
12
4) Bahan diajarkan dengan peendekatan struktural: rumus diterangkan
sampai faham kemudian dilatihkan (drill)
5) Pertanyaan sebagai rangsangan, jawabannya sebagai umpan balik untuk
menuju kesimpulan
6) Guru memberi tugas siswa mengerjakannya dan
mempertanggungjawabkannya dalam proses belajar mengajar.
b. Maksud penggunaan pendekatan konvensional
Pendekatan konvensional digunakan apabila guru:
1) Memberikan fakta atau pengertian dasar
2) Mengikutsertakan siswa dalam memahami konsep atau prinsip baru
3) Melatih ketrampilan siswa menggunakan konsep atau prinsip yang
dimiliki ke dalam situasi lain.
c. Langkah-langkah pelaksanaan pendekatan konvensional
Langkah-langkah pokok yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
pendekatan konvensional secara umum adalah :
1) Merumuskan tujuan
2) Menetapkan metode
3) Pengadaan penelitian.
13
d. Kelebihan dan kekurangan pendekatan konvensional
1) Kelebihan-kelebihan pendekatan konvensional adalah:
a) Dapat menampung kelas besar
b) Setiap murid mempunyai kesempatan yang sama
untuk mendengarkan
c) Konsep atau prinsip yang disampaikan urut
d) Target kurikulum tercapai
e) Biaya relatif murah
2) Kelemahan-kelemahan pendekatan konvensional adalah:
a) Siswa yang pandai akan selalu mendominasi dalam
proses belajar mengajar
b) Membosankan siswa
c) Pasif (tidak inquiry).
Dalam prakteknya sebagian guru dalam mengajar menggunakan
pendekatan konvensional ini. Dengan menggunakan pendekatan
konvensional ini, guru merasa telah cukup mengadakan variasi dalam
mengajar siswa-siswanya. Dari pengamatan secara sepintas, orang dapat
langsung mengetahui bahwa pendekatan konvensional ini sesuai untuk
mengajarkan kebanyakan topik pada mata pelajaran matematika, seperti
juga kebanyakan guru SMP dalam mengajarkan topik atau pokok bahasan
lingkaran.
14
Dalam menerapkan topik tersebut, misalnya untuk sub topik bahasan
lingkaran yakni unsur-unsur lingkaran dengan memberikan contoh-contoh
tembereng, juring, diameter, jari-jari dan lainnya. Dan kemudian guru
menanyakan kembali pada siswa, setelah guru menangkap bahwa siswa
telah memahami uraiannya, guru memberi tugas siswa berupa soal-soal
latihan untuk dikerjakan di sekolah maupun di rumah. Dan akhirnya pada
pertemuan berikutnya guru memeriksa pekerjaan siswa atau menyuruh
siswa mengerjakan di muka kelas.
3. Pendekatan Kontekstual
a. Apa itu pendekatan kontekstual
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual bukan merupakan suatu
konsep baru, penerapan pembelajaran kontekstual di kelas-kelas Amerika
pertama-tama diusulkan oleh John Dewey. Pada tahun 1916, Dewey
mengusulkan suatu kurikulum dan metodologi pembelajaran yang dikaitkan
dengan minat dan pengalaman siswa. Perkembangan pemahaman yang
diperoleh selama mengadakan telaah pustaka menjadi semakin jelas bahwa
CTL merupakan suatu perpaduan dari banyak “praktek pengajaran yang
baik” dan beberapa pendekatan reformasi pendidikan yang dimaksudkan
untuk memperkaya relevansi dan penggunaan fungsional pendidikan untuk
semua manusia. (Wasis, 2004:3)
15
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching
and Learning (CTL)) merupakan salah satu topik hangat yang menjadi
bahan pembicaraan dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini. Apa lagi
dengan mulai adanya sosialisasi kurikulum 2004 atau yang sering disebut
sebagai Kurikulum Bebasis Kompetensi (KBK). Di dalam kurikulum
tersebut terdapat kata kunci atau pilar CTL yaitu inquiri. Kata kunci lain
yang terdapat dalam KBK yang juga merupakan pilar CTL adalah
penekanan terhadap penilaian authentik dalam pembelajaran. Tentunya
masih banyak apa yang diharapkan oleh KBK dengan pilar-pilar CTL.
Berikut ini pengertian, ciri, alasan pendekatan kontekstual menjadi
pilihan dan elemen-elemen pokok pendekatan kontekstual (elemen belajar
yang kontruktivistik).
1) Pengertian
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. (Depdiknas,2002)
Menurut Dr. John Souders, Wakil Presiden CORD (dalam Ulfah
Hayati Muzayanah, 2005:1), konsep belajar kontekstual adalah suatu
proses belajar yang terjadi manakala suatu pengetahuan disajikan dan
ditempatkan pada suatu kerangka referensi, yakni suatu hal yang tekah
16
dikenal dan dimengerti oleh seseorang. Mulailah dengan sesuatu yang
diketahui dan dimengerti siswa, kemudian kembangkanlah.
Berpijak dari kedua pengertian diatas, maka guru dapat dikatakan
telah melaksanakan model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
jika guru mampu mengkontekstualkan kehidupan dalam proses
pembelajaran.
2) Ciri pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning(CTL))
Model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual
Teaching and Learning (CTL)) merupakan salah satu alternatif bagi guru
dalam mengelola pembelajaran di kelas yang diharapkan agar siswa
belajar melalui “mengalami” dan bukan dengan “menghafal”. Dalam
kelas kontekstual, tugas guru adalah mengelola kelas menjadi sebuah
tim yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa.
Sesuatu yang baru itu (baca: pengetahuan dan ketrampilan) datang dari
siswa “menemukan sendiri”, bukan dari “apa kata guru”.
(Depdiknas,2002)
Menurut Prof. Dr. Muhammad Nur (2002:7) ada 6 ciri strategi
pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual, yaitu:
a) Pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah
b) Menyadari kebutuhan akan pengajaran dan pembelajaran yang
terjadi dalam berbagai konteks seperti di rumah, di sekolah, di
masyarakat dan pekerjaan
17
c) Mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka
sendiri sehingga mereka menjadi pembelajar sendiri
d) Mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang
berbeda-beda
e) Mendorong siswa untuk belajar dengan sesama teman dan belajar
bersama
f) Menerapkan penilaian Authentik.
Keenam unsur dalam pembelajaran yang menggunakan
pendekatan kontekstual tersebut, merupakan satu kesatuan yang harus
dilaksanakan oleh guru ketika mengadakan proses pembelajaran di
kelas.
Guru sebagai orang yang bertanggung jawab dalam pengelolaan
pembelajaran, diharuskan memberikan bimbingan terhadap murid baik
intelegensi maupun emosionalnya. Menurut Keller (dalam Ulfah Hayati
Muzayanah, 2005:3) pendidikan dapat disebut berhasil apabila seorang
murid mempunyai keseimbangan kecerdasan intelegensinya dengan
emosionalnya. Ia merumuskan ada 4 hal siswa dapat mencapai
keseimbangan yaitu: memiliki kesadaran diri atau penguasaan diri,
keajegan, semangat dan motivasi diri, dan empati atau kepekaan sosial
(model Arcs dari Keller). Dalam sumber lain (Soedjiarto, 1998) bahwa
peningkatan pembelajaran perlu 4 pilar yaitu: learning to know, learning
to do, learning to be, dan learning to together.
3) Mengapa pendekatan kontekstual menjadi pilihan
18
a) Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sebagai seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal.
Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan,
kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi mengajar. Untuk
itu diperlukan strategi mengajar “baru” yang lebih memberdayakan
siswa yaitu sebuah startegi yang mendorong siswa mengkintruksi
pengetahuan di benak mereka sendiri.
b) Melalui landasan filosofi kontruktivisme, CTL “dipromosikan”
menjadi alternatif pembelajaran yang baru. Melalui strategi CTL,
siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghafal”.
4) Elemen belajar yang kontruktivistik
Menurut Zahorik (1995:14-22) ada lima elemen yang harus
diperhatikan dalam pokok pembelajaran kontekstual.
a) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
b) Perolehan pengetahuan baru (aqcuiring knowledge) dengan cara
mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan
detailnya
c) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu dengan
cara menyusun (1) konsep sementara (hipotesis), (2) melakukan
sharing kepada orang lain agar mendapatkan (validasi) dan atas
dasar tanggapan itu, (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan
19
d) Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge)
e) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan tersebut.
b. Penerapan pendekatan kontekstual di kelas
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika
menerapkan ketujuh komponen CTL dalam pembelajarannya. CTL dapat
diterpakan dalam kurikulum dan bidang studi apa saja dan kondisi kelas
yang bagaimanapun.
Ketujuh komponen itu adalah sebagai berikut:
1) Kontruktivisme (contruktivisme)
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan
CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sediit demi
sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep/kaidah yang siap
untuk diambil dan diingat.
Anak harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata. Esensi dan teori kontruktivis adalah ide
bahwa siswa harus menemukan, mentransformasikan suatu informasi
kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi
milik mereka sendiri.
20
Landasan berfikir konstruktivis agak berbeda dengan pandangan
kaum objektivistik, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran.
Dalam pandangan kontruktivis “strategi memperoleh” lebih diutamakan
dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut
dengan:
a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
b) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri, dan
c) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar.
Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam
otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi
bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman sama bagi beberapa orang
akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan
dalam otak yang bebeda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan
kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia tersebut.
Struktur pengetahuan dihubungkan dalam otak manusia melalui dua
cara, yaitu asimilasidan akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur
pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan
yang sudah ada diakomodasi untuk menampung dan menyesuaikan
dengan hadirnya pengalaman baru. (PLP, 2002)
21
2) Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Dimana konsep menemukan diartikan sebagai suatu
prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran seseorang,
manipulasi obyek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai pada
generalisasi. (Suryobroto, 1986:41-42)
Pada prakteknya, sebelum siswa sadar akan pengertian guru tidak
menjelaskan dengan kata-kata. Konsep ini merupakan komponen dari
praktek pendidikan yang meliputi konsep mengajar yang menekankan
pada cara belajar siswa aktif, berorientasi pada proses pengarahan dan
mencari sendiri serta releksif. Sedangkan dalam penerapannya ke
pelajaran matematika, Hudoyo (1987:143) mengatakan:
Konsep penemuan merupakan suatu cara penyampaian topik-topik matematika, sedemikian hingga proses belajar memungkinkan siswa menemukan sendiri pola-pola atau struktur-struktur matematika melalui serentetan pengalaman-pengalaman belajar yang lampau.
3) Bertanya (Questioning)
a) Pengertian
Bertanya merupakan tingkah laku yang sangat penting dalam
kelas. Guru sebagai pengelola belajar mengajar bertujuan untuk
22
meningkatkan terjadinya perubahan kualitas berfikir siswa dari
“ke sederhana” menuju “ke kompleks”. Berkaitan dengan masalah
ini, yang dimaksud dengan ketrampilan bertanya adalah kegiatan
dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan
berfikir siswa dan memperoleh pengetahuan lebih banyak.
(Gilarso,dkk., 1986:58)
Jadi, yang dimaksud dengan ketrampilan bertanya adalah suatu
upaya yang diadakan guru untuk mengadakan interaksi edukatif
terhadap siswanya, untuk melatih kemampuan berfikir mereka
tentang berbagai pengetahuabn atau dengan kata lain upaya guru
untuk merespon kemampuan berfikir siswa tentang berbagai
pengetahuan yang dibahas guna meningkatkan kualitas belajar siswa.
b) Tujuan
Dalam hal ini, senada dengan JJ. Hasibuan dan Moedjiono
tentang ketrampilan bertanya yang mempunyai tujuan sebagai
berikut.
(1) Merangsang kemampuan berfikir siswa
(2) Membantu siswa dalam belajar
(3) Mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar
yang mandiri
(4) Meningkatkan kemampuan belajar siswa dari
kemampuan berfikir tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi
23
(5) Membantu siswa dalam mencapai tujuan
pelajaran yang dirumuskan. (JJ. Hasibuan dan Moedjiono,
1993:63)
c) Komponen-komponen
“Komponen ketrampilan terdiri dari ketrampilan bertanya dasar dan
ketrampilan bertanya lanjutan”. (Gilarso,dkk., 1986:58) Aktifitas
siswa ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok,
ketika menemui kesulitan, ketika mengamati, dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan itu akan menumbuhkan dorongan untuk bertanya.
4) Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari
sharing antara teman, kelompok, dan antara yang ke yang belum tahu.
Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan
pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar, siswa dibagi dalam
kelompok yang anggotanya heterogen, yang pandai mengajari yang
lemah, yang tahu mengajari yang belum tahu, yang cepat menangkap
mendorong temannya yang lambat, dan seterusnya.
“Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila ada proses komunikasi
dua arah. Seorang guru yang mengajari siswa bukan contoh masyarakat
belajar karena komunikasi hanya berjalan satu arah yaitu informasi
24
hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus informasi yang
perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa.
Kalau setiap guru mau belajar dari orang lain, maka setiap orang
lain akan bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan
sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu,
metode pembelajaran dengan teknik “Learning Community” ini sangat
membantu proses pembelajaran di kelas.
5) Pemodelan (Modelling)
Maksudnya dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau
pengetahuan tertentu ada model yang dapat ditiru. Model tersebut dapat
berupa cara mengoperasikan sesuatu, contohnya karya tulis, atau guru
memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu guru
memberi model tentang bagaimana cara belajar.
Dalam pendekatan CTL, guru bukanlah satu-satunya model, model
juga dapat dirancang dengan melibatkan siswa, seperti yang
dikemukakan Baruda bahwa siswa belajar itu melalui meniru hal-hal
yang dilakukan oleh orang lain.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berfikir ke belakang tentang sesuatu yang sudah dilakukan di masa lalu.
Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur
25
pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari
pengalaman sebelumnya.
Refleksi merupakan respon terhadap kajian, aktifitas atau
pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang bermakna diperoleh
dari proses. Pengalaman yang dimiliki siswa perlu diperluas melalui
konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit.
Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan anatara
pengetahuab yang dimiliki dengan pengetahuan yang baru. Dengan
begitu siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya
tentang apa yang baru dipelajarinya.
Kunci dari itu semua adalah bagaimana pengetahuan itu
mengendapa di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari
dan bagaimana merasakan ide-ide baru.
Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar
siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa:
a) Pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya haru itu,
b) Catatan atau jurnal di buku kelas,
c) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran di hari itu,
d) Diskusi,
e) Hasil karya.
7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
26
Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami proses belajar dengan benar.
Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa
mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru harus segera bisa
mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetaqn
belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar diperlukan di
sepanjang proses pembelajaran, maka Assesment tidak dilakukan di
akhir semester atau saat ujian akhir tetapi dilakukan secara terintegrasi
(tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.
Karena assesment menekankan proses pembelajaran, maka data
yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata siswa saat
melakukan proses pembelajaran. Jika guru ingin mengetahui
perkembangan matematika siswanya, maka guru harus mengumpulkan
data dari kegiatan nyata siswa saat menerapkan matematika bukan pada
saat mengerjakan tes matematika, itulah yang dimaksud authentic.
Penilaian authentic menilai pengetahun dan ketrampilan
(performansi) yang diperoleh siswa. Karakteristik authentic assesment :
a) Dilakukan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
b) Bisa digunakan untuk formatif dan sumatif
c) Yang diukur ketrampilan dan performansi, bukan mengingat fakta
27
d) Berkesinambungan dan terintegrasi
e) Dapat digunakan sebagai feed back.
Intinya dalam authentic assesment siswa dinilai kemampuannya
dengan berbagai tidak hanya ulangan tulis saja.
c. Menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi
Dalam pembelajaran kontekstual program pembelajaran lebih
merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi
skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama
siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Di program
tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut,
langkah-langkah pembelajaran dan authentic assesment-nya.
Berbeda dengan program yang dikembangkan oleh paham objektivis,
penekanan program yang berbasis kontekstual bukan pada rincian dan
kejelasan tujuan, tetapi pada gambaran kegiatan tahap demi tahap dan media
yang dipakai. Perumusan tujuan yang berkecil-kecil, bukan menjadi
prioritas dalam penyusunan rencana pembelajaran berbasis CTL, mengingat
yang ingin dicapai bukan “hasil” tetapi lebih pada “strategi belajar”. Yang
diinginkan bukan “banyak tetapi dangkal” melainkan “sedikit tetapi
mendalam”.
Dalam konteks ini, program yang dirancang guru benar-benar
“rencana pribadi” tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
28
Rencana pembelajaranlah yang mengingatkan guru tentang benda apa yang
harus diterapkan, alat apa yang harus dibawa, berapa banyak dan langkah-
langkah apa yang akan dikerjakan siswa.
Secara umum, tidak ada perbedaan mendasar format antara program
pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual, yang
membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran
konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai
(jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual
lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, maka penyusunan program pembelajaran berbasis
kontekstual adalah sebagai berikut.
(1) Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan
kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Kompetensi Dasar,
Materi Pokok, dan Indikator Pencapaian Hasil Belajar
(2) Nyatakan tujuan pembelajarannya
(3) Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
(4) Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
(5) Nyatakan authentic assesment-nya yaitu dengan data apa siswa dapat
diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
29
B. Kerangka Berfikir
Jika kita meninjau kehidupan di sekeliling kita, tidak dapat kita sangkal
bahwa matematika merupakan suatu alat yang tidak dapat dipisahkan dari
peristiwa sekitarnya. Terutama pada saat sekarang ini ketika ilmu pengetahuan
dan teknologi berkembang dengan pesat betapa perlunya matematika digunakan
sebagai alat untuk mempelajari, memahami, dan mengembangkan ilmu lain.
Misalnya Astronomi, Geologi, dan perkembangan riset di berbagai bidang
teknologi.
Matematika sebagai salah satu cabang dari suatu bidang ilmu pengetahuan
pada dasarnya dapat dipandang sebagai alat, pola pikir dan ilmu pengetahuan
yang dapat dikembangkan.
Dalam dunia modern saat ini kiranya tidak mungkin seseorang tidak
memerlukan bantuan matematika di dalam kehidupan sehari-harinya. Matematika
merupakan faktor pendukung dalam laju perkembangan dan persaingan di
berbagai bidang kehidupan.
Namun fakta di lapangan masih menunjukan bahwa siswa rata-rata masih
mengatakan kalau matematika adalah sebuah pelajaran yang menakutkan,
sehingga prestasinya pun masih rendah di banding pelajaran yang lainnya. Hal ini
bukan semata-mata faktor siswanya, akan tetapi juga metode (pendekatan)
pengajarannya.
30
Sering dijumpai bahwa pengajaran matematika kurang menarik, kurang
dapat dipahami siswa karena pengajarnya belum menggunakan pendekatan
mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa.
C. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu anggapan dasar terhadap masalah yang diteliti
dan kebenarannya harus diuji melalui penelitian. (Suharsimi Arikunto, Dr,
1993;192). Dalam skripsi penelitian ini hipotesis yang penulis ajukan sebagai
berikut:
“Ada perbedaan efektivitas penerapan pendekatan konvensional dan
kontekstual dalam meningkatkan prestasi belajar lingkaran siswa kelas IX
Tahun Pelajaran 2005 / 2006 MTs. Tarbiyatul Islam Soko Tuban”.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Penentuan Populasi dan Sampel
Yang dimaksud dengan metode penelitian populasi adalah metode yang
dipergunakan untuk menentukan populasi atau saran dalam suatu penelitian.
Dalam suatu penelitian ilmiah, untuk memperoleh data yang nantinya akan diolah
atau dianalisis guna mendapatkan suatu kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka si peneliti dapat menggunakan penentuan obyek
penelitian secara sampling, sehingga masalah sampling timbul di hadapan seorang
peneliti jika :
“Seorang peneliti tidak meneliti semua obyek, semua gejala, semua kejadian atau peristiwa melainkan hanya sebagian saja dari obyek gejala atau kejadian atau kejadian yang dimaksudkan”.
Menurut Arikunto (1993:102), “Populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX
MTs Tarbiyatul Islam Soko Tuban, yang terdiri dari kelas IX A, IX B, IX C,
dan IX D.
“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti”
(Arikunto, 1993:104). Pada penelitian ini, karena pertimbangan waktu, biaya dan
efektivitas kerja serta keterbatasan penelitian maka sampel penelitian ini dalam
penentuan secara acak terpilihlah kelas IX B yang berjumlah 41 anak dan
32
32
kelas IX C yang berjumlah 40 anak sebagai sampel dari kelas yang ada, dimana
kelas IX C sebagai kelas eksperimen dan kelas IX B sebagai kelas kontrol.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
teknik random sampling yaitu “pengambilan sampel tanpa pandang bulu”.
(Hadi, 1977:88)
B. Alat Dan Teknik Pengumpul Data
Dalam suatu penelitian data mempunyai kedudukan yang tinggi karena
data merupakan penggambaran dari apa yang diteliti. Ketepatan dalam memilih
dan menyusun alat dan teknik pengumpul data sangat berpengaruh pada hasil
penelitian.
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
observasi, tes prestasi belajar dan pembagian angket. Observasi ditujukan kepada
aktifitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Observasi bertujuan
untuk mendapatkan data tentang anggota populasi terutama tentang kemampuan
dan tingkah laku kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Tes menurut para ahli pendidikan diartikan sebagai suatu cara untuk
mengadakan penelitian yang berbentuk suatu tugas yang dikerjakan oleh anak
atau kelompok anak sehingga menghasilkan nilai tingkah laku atau prestasi anak
tersebut. Penulisan butir soal (instrumen penelitian) dilakukan berdasarkan kisi-
kisi soal yang telah disusun terlebih dahulu (lampiran C) yang dibuat berdasarkan
kurikulum SMP kelas IX tahun 2004 serta buku pelajaran wajib yang digunakan.
33
Sedangkan angket digunakan untuk memperoleh data yang tidak bisa
diperoleh melalui observasi, dan tes dimana data itu berupa pendapat atau sikap
siswa setelah memperoleh pengajaran dengan menggunakan pendekatan
kontekstual sehingga siswa dapat membedakan perbedaan antara pendekatan
konvensional dan pendekatan kontekstual. Untuk lebih mudahnya, penggunaan
teknik pengumpul data dalam setiap kelompok data dan sumber data digambarkan
dalam tabel berikut :
Tabel 3.1Kelompok, Sumber dan Teknik Pengumpul Data
NO. KELOMPOK DATA SUMBER DATA TPD
1.
2.
3.
Informasi mengenai anggota
populasi
Prestasi siswa
* Penguasaan materi
Lingkaran (Sub pokok
bahasan unsur-unsur
lingkaran)
Pendapat siswa setelah
diterapkan CTL
Kepsek dan Guru
Hasil test siswa
Hasil pengisian
angket oleh siswa
Observasi
Test
Angket
34
C. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang diperlukan dalam mengumpulkan data penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Menyusun desain penelitian merupakan tahap awal yang dilakukan oleh
peneliti. Sedangkan persiapan ini dibedakan menjadi dua bagian lagi yaitu :
a. Persiapan tahap pertama
Yaitu persiapan umum yang dilakukan dalam rangka penyajian materi
untuk pendekatan kontekstual. Pada tahap ini langkah-langkah yang
dilakukan adalah :
1) Membuat rancangan pembelajaran
2) Membuat lembaran kerja
3) Membuat kisi-kisi soal tes dan jawabannya
4) Menyusun soal test
b. Persiapan tahap kedua
Yaitu persiapan yang dilakukan sesuai dengan teknik yang digunakan
dalam pengumpulan data dalam penelitian ini, maka persiapan tahap
kedua ini terbagi menjadi :
1) Persiapan observasi
Observasi yang peneliti lakukan dapat dibagi dalam dua tahap yaitu :
35
(a) Observasi tahap pertama
Yaitu observasi pendahuluan sebelum eksperimen dilakukan,
adapun tujuannya adalah untuk memperoleh informasi dari kepala
sekolah serta guru pengajar matematika mengenai anggota-anggota
populasi dalam rangka pengambilan sampel penelitian.
(b) Observasi tahap kedua
Yaitu observasi yang pelaksanaannya selama eksperimen
berlangsung.
2) Persiapan pemberian tes
Sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah disusun, maka
tingkat kemampuan siswa yang hendak diuji adalah : Pemahaman
siswa atas unsur-unsur lingkaran yang sudah dikontruksinya sendiri
sehingga dapat membedakan, menjelaskan, menunjukan, membuat
unsur-unsur yang dimaksud.
Untuk itu persiapan yang dilakukan adalah :
(a) Menelaah materi
(b) Membuat soal yang sesuai dengan rancangan pembelajaran
sehingga dapat mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap
materi.
(c) Menentukan teknik evaluasi (skoring)
36
3) Persiapan pemberian angket
Dalam persiapan pemberian angket ini, langkah-langkah yang
dilakukan adalah :
(a) Menentukan faktor-faktor yang hendak diselidiki;
(b) Membuat pertanyaan-pertanyaan yang sekiranya dapat
mengungkap faktor-faktor tersebut.
2. Pelaksanaan
Sesuai dengan langkah-langkah persiapan tahap kedua, maka
pelaksanaan pengumpulan data ini pun dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Pelaksanaan observasi
(1) Observasi tahap pertama
Telah ditentukan sumber yang dapat memberikan jawaban atas
pertanyaan yang telah dirumuskan yaitu bapak kepala sekolah dan
guru pengajar matematika kelas IX.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
(a) Mengajukan pertanyaan kepada Kepala Sekolah mengenai hal-
hal yang berhubungan dengan karakteristik kelas-kelas anggota
populasi
(b) Mengajukan pertanyaan kepada guru pengajar matematika
pada kelas sampel mengenai materi yang telah disampaikan.
37
(2) Observasi tahap kedua
Observasi ini dilakukan pada saat eksperimen sedang berlangsung.
Kegiatan observasi dilakukan adalah sebagai berikut :
(a) Mengamati gejala / tingkah laku apa yang muncul pada
kelompok-kelompok kelas sampel.
(b) Mengadakan penilaian pada gejala / tingkah laku yang muncul.
b. Pelaksanaan pemberian tes
Tes dilaksanakan setelah kelas kontrol dan kelas eksperimen sama-sama
memperoleh pengajaran pokok bahasan lingkaran. Kelas kontrol
mendapatkan pengajaran dengan pendekatan konvensional dan kelas
eksperimen mendapatkan pengajaran dengan pendekatan kontekstual.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemberian tes adalah :
(1) Mengabsen siswa
(2) Membagikan lembar soal
(3) Memberikan penjelasan singkat mengenai petunjuk mengerjakan
soal sesuai dengan alokasi waktu di dalam kisi-kisi soal, waktu yang
digunakan untuk mengerjakan tes adalah 60 menit.
c. Pelaksanaan pemberian angket
Pemberian angket dilakukan setelah seluruh kelompok pada kelas
eksperimen mendapatkan pengajaran dengan pendekatan kontekstual dan
setelah mereka menyelesaikan seluruh lembar kerja.
38
Adapun langkah-langkah dalam memberikan angket adalah sebagai
berikut :
(1) Membagikan angket kepada siswa
(2) Meminta siswa untuk menjawab pertanyaan pada angket dengan
sejujurnya
(3) Menjelaskan kepada siswa petunjuk pengisian soal angket.
Pengisian angket bisa dilakukan siswa saat istirahat berlangsung.
D. Teknik Analisa Data
1. Analisis statistik
Untuk menganalisa data lebih lanjut, sebelumnya perlu disebutkan
hipotesis alternatif dan hipotesis nol dulu.
Ha : terdapat perbedaan prestasi belajar siswa dalam pokok bahasan
lingkaran antara yang diajar dengan pendekatan kontekstual dan
yang diajar dengan pendekatan konvensional
Ho : tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa dalam pokok bahasan
lingkaran antara yang diajar dengan pendekatan kontekstual dan
yang diajar dengan pendekatan konvensional
Dalam menguji data dalam penelitian ini digunakan digunakan uji “t”
dengan prosedur berikut :
39
a. Menghitung Mean, Simpangan Baku, dan Varians dari Masing-Masing
Kelompok
1) Menghitung Mean , Simpangan Baku dari Kelompok X , dan
Varians X
Tabel 3.2Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX
MTs Tarbiyatul Islam Soko Tuban Yang Diajar Dengan Pendekatan Kontekstual
No. X X2 x x2
X X2 x2
Dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : mean kelompok X
X = skor
40
x = simpangan tiap skor (kelompok X)
Sx = simpangan baku (kelompok X)
varians (kelompok X)
2) Menghitung Mean , Simpangan Baku dari Kelompok Y , dan
Varians Y
Tabel 3.3Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX
MTs Tarbiyatul Islam Soko Tuban Yang Diajar Dengan Pendekatan Kontekstual
No. Y Y2 y y2
Y Y2 y2
Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan : mean kelompok Y
Y = skor
41
y = simpangan tiap skor (kelompok Y)
Sy = simpangan baku (kelompok Y)
varians (kelompok Y)
b. Menghitung harga “t”
Dalam memilih rumus t-test terdapat beberapa pertimbangan, yaitu :
1. Apakah dua rata-rata itu berasal dari dua sampel yang jumlahnya
sama atau tidak ?
2. Apakah varians data dari dua sampel itu homogen atau tidak. Untuk
menjawab itu perlu pengujian homogenitas varians.
Adapun langkah-langkah dalam uji homogenitas adalah sebagai
berikut :
a. Menentukan hipotesis alternatif dan hipotesis nihil
Ha = terdapat perbedaan varians I dan varians II
Ho = tidak terdapat perbedaan varians I dan varians II
Ha = 12 2
2
Ho = 12 = 2
2
Keterangan : 12 = varians I
22 = varians II
2 = S2
b. Menentukan taraf signifikasi ( )
c. Menentukan nilai F hitung dengan :
42
d. Menentukan kriteria
Ho diterima bila Fh ≤ Ft
Ho ditolak bila Fh > Ft
e. Membuat kesimpulan
Ada dua rumus t-test yang dapat digunakan untuk menguji penelitian ini.
Rumus tersebut adalah sebagai berikut.
Rumus I (Separated varians)
Rumus II (Polled varians)
Adapun petunjuk untuk memilih rumus t-test adalah sebagai berikut:
1) Bila jumlah anggota sampel
N1 = N2 dan varians homogen (12 = 2
2) maka kedua rumus
bisa digunakan. Untuk mengetahui t tabel digunakan db yang
besarnya db = N1 + N2 - 2
43
2) Bila N1 N2 dan varians
homogen (12 = 2
2) menggunakan rumus II. Besarnya db = N1 -
N2 – 2
3) Bila jumlah anggota sampel
N1 = N2 dan varians tidak homogen (12 2
2) maka kedua
rumus bisa digunakan. Dengan db = N1 – 1 atau N2 – 1. Jadi db ukan
N1 - N2 – 2
4) Bila N1 N2 dan varians
tidak homogen (12 2
2) menggunakan rumus I. Harga t sebagai
pengganti harga t tabel dihitung dari selisih harga t tabel dengan db
= N1 – 1 dan db = N2 – 1 dibagi dua dan kemudian ditambah dengan
harga t terkecil.
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
44
A. Perolehan Data
Hasil dan analisa data ini dibuat berdasarkan data yang diperoleh dari
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan di MTs Tarbiyatul Islam Soko
Tuban pada sub pokok bahasan lingkaran. Pada pelaksanaan ini, peneliti
menggunakan kelas IX B yang terdiri dari 41 siswa dan kelas IX C yang terdiri
dari 40 siswa.
Data yang diperoleh berdasarkan metode pengumpulan data yang
digunakan adalah :
1. Metode Observasi
a. Dari observasi tahap pertama yang dilakukan pada tanggal
05 Pebruari 2007, diperoleh data mengenai karakteristik kelas-kelas
anggota populasi yaitu:
1) Waktu pengajaran tiap kelas sama;
2) Materi pelajaran yang disampaikan di setiap kelas sama;
3) Kelengkapan belajar mengajar tiap kelas sama.
b. Dari observasi tahap kedua yang dilakukan pada saat pengajaran
berlangsung yaitu kelas eksperimen pada hari Rabu tanggal
07 Pebruari 2007 jam pelajaran I dan II dan kelas kontrol pada hari Kamis
tanggal 08 Pebruari 2007 jam V dan VI.
45
45
Pada kelas eksperimen, dari 40 anak dibagi menjadi enam kelompok yaitu
2 kelompok yang terdiri dari enam siswa dan 4 kelompok yang terdiri dari
tujuh siswa, diperoleh data sebagai berikut :
1) Kecepatan dalam mengerjakan tugas / lembar kerja diperoleh data
3 kelompok tergolong cepat, 1 kelompok tergolong sedang dan
2 kelompok tergolong lambat;
2) Frekwensi bertanya kepada guru diperoleh 7 anak yang aktif bertanya;
3) Interaksi antar siswa didapat 2 kelompok tergolong cukup dan
4 kelompok tergolong kurang;
4) Jumlah siswa yang aktif berdiskusi hanya 16 anak.
Pada kelas kontrol, siswa mendapatkan pengajaran yang didominasi
dengan metode ceramah (pendekatan konvensional). Dari 41 siswa
diperoleh data sebagai berikut :
1) Frekuensi bertanya kepada guru diperoleh 5 anak yang aktif bertanya;
2) Interaksi antar siswa kurang.
2. Metode Tes
Pelaksanaan tes untuk kelas eksperimen dilakukan pada hari Rabu
tanggal 28 Pebruari 2007 jam pelajaran I dan II, sedangkan pelaksanaan
tes untuk kelas kontrol pada hari Kamis tanggal 01 Maret 2007 jam
pelajaran V dan VI. Tes berupa soal yang terdiri dari 4 pilihan ganda dan 5
46
essay. Tiap satu soal pilihan ganda nilainya 10, soal essay no 1 – 2
nilainya 15 dan soal essay no 3 – 5 nilainya 10.
Untuk hasil/nilai tes kelas eksperimen dan kelas kontrol lihat analisa
data tes.
3. Data angket
Data yang diperoleh dari pembagian angket pada hari Rabu tanggal
07 Maret 2007 jam istirahat pertama kepada kelas eksperimen yang
berjumlah 40 siswa adalah sebagai berikut :
a. 31 anak merasa cocok belajar pokok bahasan lingkaran dengan cara
menemukan sendiri sedangkan 9 anak merasa kurang cocok;
b. 30 anak lebih mudah memahami pelajaran lingkaran dengan belajar
bersama kelompoknya secara menemukan sendiri dan 10 anak merasa
kesukaran;
c. 40 anak merasa terdorong untuk mengerjakan lembar kerja bersama
kelompoknya;
d. 25 anak merasa bersaing untuk mengerjakan tugas/lembar kerja,
sedangkan 15 anak tidak merasa bersaing untuk mengerjakan
tugas/lembar kerja;
e. 22 anak memiliki rasa ingin tahu kepada gurunya besar sedangkan 18
anak tidak mempunyai minat atau keinginan untuk bertanya;
47
f. 25 anak merasa ingin lebih sering mengemukakan pendapatnya dalam
diskusi kelompok dan anak 15 tidak ingin mengemukakam
pendapatnya dalam diskusi kelompok;
g. 21 anak merasa ada kemajuan dengan kemampuan berdiskusinya
setelah diterapkannya pendekatan CTL, sedangkan 19 anak merasa
kemampuan berdiskusinya tetap saja tidak ada kemajuan;
h. 17 anak merasa cukup memperoleh bimbingan dari lembaran kerja
dalam memahami pelajaran lingkaran dan 23 anak merasa kurang
memperoleh bimbingan dari lembaran kerja;
i. 35 anak lebih terdorong untuk mempelajari kembali di rumah setelah
mempelajari pokok bahasan lingkaran dengan cara menemukan sendiri
dan 5 anak tidak terdorong sama sekali untuk mempelajari kembali di
rumah;
j. 27 anak merasa tertarik terhadap pelajaran matematika setelah belajar
matematika dengan cara/pendekatan CTL, sedangkan 13 anak merasa
tetap saja minatnya terhadap pelajaran matematika.
B. Analisis Data
Setelah data yang diperlukan untuk menguji hipotesis penelitian ini
terkumpul maka hal penting yang harus dilakukan adalah menganalisa data
tersebut. Hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai petunjuk apakah
hipotesis penelitian ini diterima atau ditolak. Sesuai dengan teknik analisis data
48
yang telah disebutkan pada bab III, maka analisis data yang dilakukan terbagi
menjadi dua yaitu analisis statistik (untuk data kuantitatif) dan analisis non
statistik (untuk data kualitatif).
1. Analisis statistik
Dengan menggunakan instrumen pengumpul data berupa tes pada mata
pelajaran matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada
MTs Tarbiyatul Islam Soko Tuban diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.1Data Nilai Kelas Eksperimen (X)
No. Nama Nilai 01 Adi Pratama 7502 Ahmad Ainur Rizqi 8503 Ahmad Sibyan 8004 Andika 7505 Anita Wijayanti 7006 Azmiyatul Murtafi’ah 7507 Bobi Setiawan 7008 Burhanu Fatanadhofu 9009 Candra 7510 Chusnul Khotimah 7511 Diana 7012 Dody Tri Marsono 7013 Dwi Indriya Rahmatin 7514 Elvin Elok Suroya 7515 Enita Wahyuningtiyas 7016 Ernawati 8517 Fahrur Rozi 7518 Fatiya Rosyida 9019 Ferlista Ayu Febrianti 7020 Genduk Putri Ayu 7521 Gianto 7022 Gunawan 70
49
23 I’anatut Tho’ifah 8524 Ibadus Sholihin 7025 Imawati 7026 Imro’atus Sholihah 8027 Inawati 7528 Jamilah 7029 Juniarti 8530 Lena Asy’ari 7031 Mahmudin 7532 Masrukah 7033 Muhaimin 9034 Nia Ramadhani 7535 Ramadhan 7536 Riadlatun Nadzifah 8537 Seva Rizki 7038 Tutik Khoiriyah 8539 Ubaidillah 7540 Zainuddin 80
Tabel 4.2Data Nilai Kelas Kontrol (Y)
No. Nama Nilai 01 Affandi 6002 Agus Rozak 4403 Ahmad Ainul Rofiq 5204 Ardianto 4705 Asmu’in 6606 Bali 4507 Beni Handoko 6408 Burhan 5209 Darel 6610 Eliana 3111 Eni Nur Hikmatin 6012 Emi Nur Zaidah 6013 Evi Rahmaningsih 5214 Fajar Sri Handayani 5615 Fathur Rohman 4616 Fatir Darmawan 6717 Ghofar 60
50
18 Hambali 6719 Harianto 7020 Herman Syah 4721 Hermanto 7022 Heri Setiawan 5523 Jami’ah 3124 Juprianto 5725 Khilmi Al Khafid 4726 Kumaidi 7027 Kun Sholahudin 6528 Laili Fauziah 3129 Lismiatin 7530 Lubab 5131 Lutfi 5232 Mahmudah 6033 Masruroh 6534 Muamanah 3735 Nia Ernawati 6536 Nurul Khufiyah 7537 Pipit Umun Naila 7038 Setyo Budi 5139 Siswanto 6240 Zainal Abidin 3241 Zakaria 65
a. Menghitung Mean,
Simpangan Baku, dan Varians dari Masing-Masing Kelompok
1) Menghitung Mean , Simpangan Baku dari Kelompok X , dan
Varians X
51
Tabel 4.3Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX
MTs Tarbiyatul Islam Soko Tuban Yang Diajar Dengan Pendekatan Kontekstual
No. X X2 x x2
01. 75 5625 -1.25 1.5602. 85 7225 8.75 76.5603. 80 6400 3.75 14.0604. 75 5625 -1.25 1.5605. 70 4900 -6.25 39.0606. 75 5625 -1.25 1.5607. 70 4900 -6.25 39.0608. 90 8100 13.75 189.0609. 75 5625 -1.25 1.5610. 75 5625 -1.25 1.5611. 70 4900 -6.25 39.0612. 70 4900 -6.25 39.0613. 75 5625 -1.25 1.5614. 75 5625 -1.25 1.5615. 70 4900 -6.25 39.0616. 85 7225 8.75 76.5617. 75 5625 -1.25 1.5618. 90 8100 13.75 189.0619. 70 4900 -6.25 39.0620. 75 5625 -1.25 1.5621. 70 4900 -6.25 39.0622. 70 4900 -6.25 39.0623. 85 7225 8.75 76.5624. 70 4900 -6.25 39.0625. 70 4900 -6.25 39.0626. 80 6400 3.75 14.0627. 75 5625 -1.25 1.5628. 70 4900 -6.25 39.0629. 85 7225 8.75 76.5630. 70 4900 -6.25 39.0631. 75 5625 -1.25 1.5632. 70 4900 -6.25 39.0633. 90 8100 13.75 189.0634. 75 5625 -1.25 1.5635. 75 5625 -1.25 1.56
52
36. 85 7225 8.75 76.5637. 70 4900 -6.25 39.0638. 85 7225 8.75 76.5639. 75 5625 -1.25 1.5640. 80 6400 3.75 14.06
Jumlah 3050 234200 1637.50
=
= 76,25
=
=
= 6,479751499
41,99
2) Menghitung Mean , Simpangan Baku dari Kelompok
Y , dan Varians Y
Tabel 4.4Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX
53
MTs Tarbiyatul Islam Soko Tuban Yang Diajar Dengan Pendekatan Konvensional
No. Y Y2 y y2
01. 60 3600 3.95 15.6102. 44 1936 -12.05 145.1703. 52 2704 -4.05 16.3904. 47 2209 -9.05 81.8805. 66 4356 9.95 99.0306. 45 2025 -11.05 122.0807. 64 4096 7.95 63.2208. 52 2704 -4.05 16.3909. 66 4356 9.95 99.0310. 31 961 -25.05 627.4411. 60 3600 3.95 15.6112. 60 3600 3.95 15.6113. 52 2704 -4.05 16.3914. 56 3136 -0.05 0.0015. 46 2116 -10.05 100.9816. 67 4489 10.95 119.9317. 60 3600 3.95 15.6118. 67 4489 10.95 119.9319. 70 4900 13.95 194.6420. 47 2209 -9.05 81.8821. 70 4900 13.95 194.6422. 55 3025 -1.05 1.1023. 31 961 -25.05 627.4424. 57 3249 0.95 0.9025. 47 2209 -9.05 81.8826. 70 4900 13.95 194.6427. 65 4225 8.95 80.1228. 31 961 -25.05 627.4429. 75 5625 18.95 359.1530. 51 2601 -5.05 25.4931. 52 2704 -4.05 16.3932. 60 3600 3.95 15.6133. 65 4225 8.95 80.1234. 37 1369 -19.05 362.8635. 65 4225 8.95 80.1236. 75 5625 18.95 359.1537. 70 4900 13.95 194.64
54
38. 51 2601 -5.05 25.4939. 62 3844 5.95 35.4240. 32 1024 -24.05 578.3441. 65 4225 8.95 80.12
Jumlah 2298 134788 5987.90
=
= 56.04878
=
=
= 12,23509297
149,70
b. Menghitung harga “t”
55
Sebelum menghitung harga “t”, untuk memilih rumus t-test yang
tepat maka kedua varians harus di uji apakah homogen atau tidak.
Uji Homogenitas Varians
=
= 3,57
Harga F hitung tersebut dibandingkan dengan F tabel dengan
dk pembilang = 40 – 1 dan dk penyebut = 41 – 1. Berdasarkan
dk pembilang = 39 dan penyebut 40, dengan taraf kesalahan
ditetapkan = 5%, maka harga F tabel = 1,65 (harga antara pembilang
30 dan 40).
Karena harga Fhit > Ftab , maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Artinya ada perbedaan antara varians I dan varians II. Jadi kedua
variansinya tidak homogen.
Uji “t”
56
Karena Nx Ny dan varians tidak homogen (12 ≠ 2
2) maka t
hitung dicari dengan rumus I (Separated varians).
=
=
=
=
= 9,317167024
Atau kalau dibulatkan tiga angka di belakang koma menjadi 9,317.
Interprestasi terhadap “t” hitung
a. Hipotesis
Ho : 1 = 2
Ha : 1 < 2
b. Kriteria pengujian
57
Nx = 40; db = = = 39
Ny = 41; db = = = 40
Dengan db = 39 dan = 5% diketahui “t” tabel = 2,021
Dengan db = 40 dan = 5% diketahui “t” tabel = 2,021
Harga “t” tabel pengganti dicari dari selisih kedua “t” tabel
dibagi dua, ditambah ”t” tabel terkecil.
Jadi, harga “t” tabel pengganti = {(2,021 – 2,021): 2} + 2,021
= 2,021
Maka Ho diterima apabila thit 2,021
Ho ditolak apabila thit > 2,021
Berdasarkan perhitungan tersebut, ternyata t hitung lebih besar
dari pada t tabel (9,317 > 2,021). Dengan demikian, Ho ditolak
dan Ha diterima.
Kesimpulan
Ha diterima atau terdapat perbedaan prestasi belajar matematika
siswa dalam pokok bahasan lingkaran antara yang diajar dengan
pendekatan kontekstual dan yang diajar dengan pendekatan
konvensional.
2. Analisis non statistik
a. Data observasi
58
Dari observasi tahap pertama dapat disimpulkan bahwa semua kelas
anggota populasi mempunyai karakteristik yang sama sehingga
memungkinkan untuk diadakan teknik sampling secara random.
Sedangkan dari data observasi tahap kedua dapat disimpulkan sebagai
berikut :
a. Siswa kelas eksperimen
dapat lebih cepat dalam mengerjakan tugas/lembar kerja;
b. Siswa yang bertanya
kepada guru pada kelas eksperimen lebih relatif ada dibandingkan
kelas kontrol walaupun sedikit karena sebagian dari mereka aktif
bersama kelompoknya dan pasif saja dalam mengikuti pelajaran;
c. Interaksi antar siswa pada
kelas eksperimen lebih hidup dengan belajar kelompok sedangkan
pada kelas kontrol interaksi antar siswa masih kurang;
d. Sebagian siswa sudah
mulai nampak aktif berdiskusi dengan pendekatan CTL.
b. Data angket
59
Dari angket yang diperoleh dianalisis berdasarkan prosentase hasil
jawaban angket siswa yang berjumlah 40 anak, hasil jawabannya adalah
sebagai berikut :
a. 77,5% dari siswa merasa cocok belajar pokok bahasan lingkaran
dengan cara menemukan sendiri sedangkan 22,5% merasa kurang
cocok;
b. 75% siswa lebih mudah memahami pelajaran lingkaran dengan belajar
bersama kelompoknya secara menemukan sendiri dan hanya 25%
siswa merasa kesukaran;
3) 100% anak merasa terdorong untuk mengerjakan lembar kerja
bersama kelompoknya;
4) 62,5% anak merasa bersaing untuk mengerjakan tugas/lembar kerja,
sedangkan 37,5% anak tidak merasa bersaing untuk mengerjakan
tugas/lembar kerja;
5) 55% anak memiliki rasa ingin tahu kepada gurunya bertambah ketika
belajar dengan CTL, sedangkan 45% anak tidak mempunyai minat
atau keinginan untuk bertanya;
6) 62,5% anak merasa ingin lebih sering mengemukakan pendapatnya
dalam diskusi kelompok dan anak 37,5% tidak ingin mengemukakam
pendapatnya dalam diskusi kelompok;
60
7) 52,5% anak merasa ada kemajuan dengan kemampuan berdiskusinya
setelah diterapkannya pendekatan CTL, sedangkan 47,5% anak merasa
kemampuan berdiskusinya tetap saja tidak ada kemajuan;
8) 42,5% anak merasa cukup memperoleh bimbingan dari lembaran kerja
dalam memahami pelajaran lingkaran dan 57,5% anak merasa kurang
memperoleh bimbingan dari lembaran kerja;
9) 87,5% anak lebih terdorong untuk mempelajari kembali di rumah
setelah mempelajari pokok bahasan lingkaran dengan cara menemukan
sendiri dan 12,5% anak tidak terdorong sama sekali untuk mempelajari
kembali di rumah;
10) 67,5% anak merasa tertarik terhadap pelajaran matematika setelah
belajar matematika dengan cara/pendekatan CTL, sedangkan 32,5%
anak merasa tetap saja minatnya terhadap pelajaran matematika.
C. Interprestasi Hasil Analisis
Setelah data terkumpul dan dianalisis, maka dapat diinterprestasikan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis statistik yang dilakukan, karena t hitung < t tabel,
0,732 < 2,353 pada db = 3 dengan = 0,05 maka Ho ditolak yang berarti
Ha diterima atau terdapat perbedaan prestasi belajar siswa dalam pokok
bahasan lingkaran antara yang diajar dengan pendekatan kontekstual dan yang
61
diajar dengan pendekatan konvensional. Hal ini berarti hipotesis penelitian ini
diterima;
2. Berdasarkan hasil analisis data observasi, dapat diinterprestasikan bahwa
dalam belajar pokok bahasan lingkaran antara kelas eksperimen yang diajar
dengan pendekatan CTL keaktifan siswa di dalam kelas lebih tampak
dibandingkan dengan kelas kontrol yang diajar dengan pendekatan
konvensional yaitu dapat dilihat dari 40 siswa terdapat 17,5% siswa yang aktif
bertanya dan 40% siswa yang aktif berdiskusi. Sedangkan pada kelas kontrol
dari 41 siswa terdapat 12,2% yang aktif bertanya;
3. Berdasarkan hasil analisis data angket dapat diinterprestasikan bahwa
pengajaran pokok bahasan lingkaran dengan pendekatan CTL sesuai
diterapkan di kelas IX MTs Tarbiyatul Islam Soko Tuban, karena hampir 50%
siswa merasa :
a. Cocok belajar pokok bahasan
lingkaran dengan cara menemukan sendiri;
b. Lebih mudah memahami pelajaran
lingkaran dengan belajar bersama kelompoknya secara menemukan
sendiri;
c. Terdorong untuk mengerjakan
lembar kerja bersama kelompoknya;
d. Bersaing untuk mengerjakan tugas
dalam lembar kerja secepat-cepatnya;
62
e. Rasa ingin tahu kepada gurunya
bertambah ketika belajar dengan CTL;
f. Ingin lebih sering mengemukakan
pendapatnya dalam diskusi kelompok;
g. Ada kemajuan dengan kemampuan
berdiskusinya setelah diterapkannya pendekatan CTL;
h. Lebih terdorong untuk mempelajari
kembali di rumah setelah mempelajari pokok bahasan lingkaran dengan
cara menemukan sendiri;
i. Lebih tertarik terhadap pelajaran
matematika setelah belajar matematika dengan cara/pendekatan CTL.
63
BAB V
PENUTUP
Sebagai akhir dari pembahasan ini, peneliti kemukakan bab penutup. Adapun
pembahasan dalam bab ini terdiri atas dua sub bab, yaitu kesimpulan dan saran-saran.
A. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan sintesis dari keseluruhan analisis yang telah
dilakukan dalam penelitian. Dimana penelitian yang dilakukan ini bermula dari
suatu masalah yang menanyakan apakah terdapat perbedaan efektivitas
penerapan pendekatan konvensional dan pendekatan kontekstual dalam
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas IX MTs Tarbiyatul Islam
Soko Tuban ?.
Bertolak dari rumusan masalah tersebut peneliti berusaha menemukan
jawabannya dengan mengadakan penelitian. Setelah mengadakan penelitian,
meneliti menyimpulkan ada perbedaan efektivitas penerapan pendekatan
konvensional dan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan prestasi belajar
64
64
matematika siswa kelas IX MTs Tarbiyatul Islam Soko Tuban. Dimana
penerapan pendekatan kontekstual lebih dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa kelas IX MTs Tarbiyatul Islam Soko Tuban.
Berikut ini hasil sintesis yang peneliti lakukan, sehingga peneliti dapat
menyimpulkan hasil dari penelitian ini yang tersebut di atas.
Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan terhadap data nilai test,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Prestasi belajar siswa dalam pokok bahasan lingkaran yang diajar
dengan pendekatan konvensional adalah bahwa nilai rata-rata (mean)
siswa = 56,05
2. Prestasi belajar siswa dalam pokok bahasan lingkaran yang diajar dengan
pendekatan kontekstual adalah bahwa nilai rata-rata (mean) siswa = 64,78
Karena nilai rata-rata siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional
lebih kecil dari nilai rata-rata siswa yang diajar dengan pendekatan
kontekstual (56,05 < 64,78), ini berarti ada perbedaan prestasi belajar
siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional dan yang diajar
dengan pendekatan kontekstual dalam pokok bahasan lingkaran. Dan
pendekatan kontekstual lebih efektif dibanding pendekatan konvensional.
3. Setelah dianalisis
a. Ternyata t hitung lebih kecil dari pada t tabel pada db = 3 dengan
= 0,05; 0,941 < 2,353 maka Ha diterima (kriteria pengujian satu sisi
kiri). Hal ini berarti hipotesis penelitian ini diterima yaitu “terdapat
65
perbedaan prestasi belajar siswa dalam pokok bahasan lingkaran
antara siswa yang diajar dengan pendekatan kontekstual dan yang
diajar dengan pendekatan konvensional”
b. Berdasarkan hasil analisis data observasi, dapat disimpulkan bahwa
dalam belajar pokok bahasan lingkaran dengan pendekatan CTL dari
40 siswa terdapat 17,5% aktif bertanya dan 40% aktif berdiskusi
yang berarti keaktifan siswa di dalam kelas lebih tampak
dibandingkan belajar dengan pendekatan konvensional, dari 41 siswa
terdapat 12,2% yang aktif bertanya dan tidak ada diskusi kelas
c. Berdasarkan hasil analisis data angket dapat disimpulkan :
1) Pengajaran pokok bahasan lingkaran dengan
pendekatan CTL sesuai diterapkan di kelas IX MTs Tarbiyatul
Islam Soko Tuban;
2) Pengajaran dengan pendekatan CTL memberi
manfaat ganda bagi siswa, yaitu disamping membuat siswa
lebih mudah memahami pelajaran juga dapat meningkatkan
kemampuan berdiskusi pada siswa;
3. Penerapan pendekatan CTL dalam pokok bahasan
lingkaran lebih memotivasi dan meningkatkan minat siswa
dalam belajar matematika.
66
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh serta kesimpulan di
atas, dapat peneliti kemukakan saran-saran sebagai berikut.
1. Sebelum menerapkan pendekatan CTL dalam mengajarkan pokok bahasan
lingkaran (maupun pokok bahasan yang lain), hendaknya guru memahami
benar langkah-langkah dalam melaksanakan pendekatan CTL;
2. Dari kesimpulan hasil analisis statistik dan non statistik, penerapan
pendekatan CTL dapat dilakukan guru matematika sebagai alternatif
dalam mengajarkan pokok bahasan lingkaran. Akan tetapi sebelumnya
guru dituntut untuk mempersiapkan sebaik-baiknya hal-hal berikut :
a. Penguasaan materi
b. Pembentukan kelompok siswa (kelompok yang anggotanya
heterogen)
c. Bahan-bahan lain yang diperlukan untuk mengembangkan materi.
3. Khusus bagi peneliti atau calon peneliti lain yang mungkin berniat untuk
meneliti hal yang sama, hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :
a. Selektif dalam meneliti materi
b. Mengamati secermat-cermatnya obyek penelitian dalam hal minatnya,
lingkungannya, latar belakang sosial dan sebagainya
c. Menerapkan instrumen penelitian jauh-jauh hari.
67
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Sholichan. 2003. Manajemen Kegiatan Belajar Mengajar Matematika dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Pengembangan Silabus. Surabaya: Ditjen. Dikdasmen, Depdikbud.
Abdullah, Sholichan. 2003. Menyongsong Implikasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di Jenjang Dikdasmen, “Makalah disampaikan dalam seminar Guru Matematika di Bojonegoro”. MGMP Matematika.
Adinawan, M., Cholik & Sugiono. 2003. Matematika untuk SLTP Jilid IIIA Kurikulum 1994 suplemen 1999. Jakarta: Erlangga.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Renika Cipta.
Asnawi. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka.
Dajan, Anto. 1974. Pengantar Metode Statistik Jilid II. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.
Dit.PLP, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta.
Djarwanto & Subagyo, Pangestu. 1993. Statistik Induktif. Yogyakarta, BPFE
Hadi, Sutrisno. 1986. Metodologi Reseach. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Jilah. 1999. Pengajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Ekspositori pada Sub Pokok Bahasan Keliling Lingkaran Ditinjau dari Ketuntasan Belajar Siswa Kelas II Cawu 3 SLTP Harapan Lamongan Tahun Ajaran 1998/1999. Skripsi. Surabaya: FPMIPA IKIP.
Marwati. 2000. Kemampuan Siswa dalam Mentransformasikan Ide Matematika dari Bentuk Simbol ke Verbal Pada Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat di Kelas I SLTP. Skripsi. Pontianak: FKIP UNTAN.
Maslichatin, Lifa. 2004. Penerapan Pendekatan Kontekstual (Contekstual Teaching and Learning (CTL)) Pada Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas II SMP PGRI Bojonegoro. Skripsi. Bojonegoro: FPMIPA IKIP PGRI.
68
Muzayanah, Ulfah, Hayati. 2005. Strategi Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) / Kurikulum Nasional 2004. “Makalah dipresentasikan pada KKG MI Kec. Soko”.
Nasir, Moch, PZ&d. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pengintegrasian life skill ke dalam Silabus. 2003. Jakarta: Direktorat Dikmenum, Balitbang Depdiknas.
Poerwodarminto, W.J.S. 1987. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rochim, Kemas Abdul. 2003. Rancangan Pembelajaran / Lesson Plan Berbasis CTL dan Life Skill.
Sedarmayanti & Hidayat, Syarifuddin. 2002. Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju.
Sugiyono. --- . Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV ALFABETA
Tolchah, Moch. 2002. Diktak Praktek Mengajar Fakultas Agama Islam. Surabaya: UNMUH.
Wasis. 2005. Contextual Teaching And Learning (CTL). “Makalah disampaikan dalam Diklat Guru Bidang Studi IPA MTsN Departemen Agama”.
Winataputra & Suherman. 1993. Strategi Belajar Mengajar Matematika Modul 1 – 9. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
69
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Batasan Masalah 5
C. Rumusan Masalah .............................................................................5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 6
E. GarisBesar Isi Skripsi.......................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembahasan Teori ....................................................................9
1. Pengertian Pendekatan Mengajar ................................................... 9
2. Pendekatan Konvensional .............................................................. 12
3. Pendekatan Kontekstual ................................................................. 15
B. Kerangka Berfikir 30
70
vii
C. Hipotesis ....................................................................31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Penentuan Populasi dan Sampel .......................................................... 32
B. Alat dan Teknik Pengumpulan Data .................................................... 33
C. Prosedur Penelitian .............................................................................. 35
D. Teknik Analisa Data ............................................................................ 39
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
A. Perolehan Data...................................................................................... 45
B. Analisa Data ......................................................................................... 48
C. Interprestasi Hasil Analisis .................................................................. 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 64
B. Saran-saran ................................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68
LAMPIRAN
71
viii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi Oleh : MANSHUR
NPM : 03311498
Fakultas/Jurusan : FPMIPA/ Pendidikan Matematika
Angkatan Tahun : 2003
Judul : Penerapan Pendekatan Kontekstual Terhadap Prestasi Belajar Lingkaran Siswa Kelas IX Tahun Pelajaran 2005 / 2006 MTs. Tarbiyatul Islam Soko Tuban
Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diajukan
ke Panitia Ujian untuk diuji
Tanggal , 22 Mei 2007
Mengetahui/ Menyetujui
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dra. SRI WILUJENG Drs. SALAMUN, M.Pd
72
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
IKIP PGRI Bojonegoro
Skripsi : MANSHUR
Disetujui dan diterima pada:
Hari/Tanggal : Sabtu / 09 Juni 2007
Jam : 14.00 – selesai
Tempat : Ruang Ujian Skripsi FPMIPA IKIP PGRI Bojonegoro
TIM PENGUJI
1. Ketua : Drs. Sujiran, M.Pd. (……………………….)
2. Sekretaris : Dra. Junarti, M.Pd. (……………………….)
3. Anggota : 1. Drs. Sujiran, M.Pd. (……………………….)
2. Drs. Ichwanudin (……………………….)
Disahkan oleh :
REKTOR
IKIP PGRI BOJONEGORO
Drs. H. BUDI IRAWANTO, M.Pd
73
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Kelompok, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ………………………… 34
3.2 Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX Yang Diajar Dengan
Pendekatan Kontekstual (X) ………………………………………………….. 40
3.3 Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX Yang Diajar Dengan
Pendekatan Konvensional (Y) ……………………………………………….. 41
4.1 Data Nilai Kelas Eksperimen (X)…………………………………………….. 49
4.2 Data Nilai Kelas Kontrol (Y) ………………………………………………… 50
4.3 Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX MTs Tarbiyatul Islam Soko
Tuban Yang Diajar Dengan Pendekatan Kontekstual (X) ……………….. 52
4.4 Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX MTs Tarbiyatul Islam Soko
Tuban Yang Diajar Dengan Pendekatan Konvensional (Y) ……………… .. 54
74
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A. Pedoman Observasi
B. Rancangan Pembelajaran Berbasis CTL
C. Kisi-Kisi Soal
D. Tabel Nilai-Nilai Dalam Distribusi t
E. Soal Test
F. Soal Angket
G. Surat Pencarian Data
H. Surat Keterangan Penelitian
I. Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi
J. Surat Keterangan Selesai Bimbingan Skripsi
75
ix
LAMPIRAN A :
PEDOMAN OBSERVASI
Kepala Sekolah dan Guru Bidang Studi Matematika ditanya tentang:
1. Jumlah siswa kelas IX di MTs Tarbiyatul Islam Soko Tuban;
2. Jumlah rombongan belajar kelas IX MTs Tarbiyatul Islam Soko Tuban;
3. Pembagian kelasnya berdasarkan tingkat kepandaian atau tidak;
4. Alokasi waktu bidang studi Matematika untuk setiap kelas sama atau tidak;
5. Kelengkapan belajar mengajar tiap kelas sama atau tidak;
6. Materi yang sudah disampaikan.
76
x
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR LINGKARAN
SISWA KELAS IX TAHUN PELAJARAN 2005 / 2006MTs. TARBIYATUL ISLAM SOKO TUBAN
SKRIPSI
Oleh:
M A N S H U RNIM: 03311498
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
IKIP PGRI BOJONEGOROFAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM2007
77
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR LINGKARAN
SISWA KELAS IX TAHUN PELAJARAN 2005 / 2006MTs. TARBIYATUL ISLAM SOKO TUBAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam
IKIP PGRI Bojonegoro
Oleh:
AHMAD SHOHIBNIM: 03311498
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
IKIP PGRI BOJONEGOROFAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM2006
78
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Tiada lain yang patut diucapkan penulis pertama kali kecuali rasa syukur
ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul : “PENERAPAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR
LINGKARAN SISWA KELAS IX TAHUN PELAJARAN 2006/ 2007
MTS. TARBIYATUL ISLAM SOKO TUBAN.”
Sholawat dan salam Allah semoga senantiasa tercurah kepada pendidik, idola
dan suri tauladan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan orang-orang
yang selalu istiqomah di jalan-Nya.
Selama melakukan penelitian dan penulisan Skripsi ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, pada kesempatan
ini penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Drs. Salamun, M.Pd. dan Ibu Dra. Sriwilujeng, M.Pd selaku Dosen
Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan dorongan sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi ini
2. Bapak Drs. H. Budi Irawanto, M.Pd selaku Rektor Jurusan Pendidikan
Matematika yang telah banyak memberikan fasilitas dan kemudahan
3. Ibu Dra. Junarti, M.Pd. Selaku Dekan FPMIPA IKIP PGRI Bojonegoro
79
v
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Matematika IKIP PGRI Bojonegoro
yang telah mentransfer ilmunya kepada kita semua
5. Bapak Kepala Sekolah, Dewan Guru, Staf, dan Siswa-Siswi MTs. Tarbiyatul
Islam Soko Tuban yang telah membantu selama penelitian
6. Rekan-Rekanita Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IKIP PGRI
Bojonegoro, teristimewa untuk Fenina, Sugianto, Junaidi Amin, Joko Santoso,
dan Sahabat-sahabatku yang lain. “Tiada saat yang terindah selain di saat-saat
kita bersama, semoga Allah senantiasa meneguhkan iman dan mengekalkan kasih
sayang kita”. Amiin
Tiada dapat penulis membalas atas semua yang telah diberikan, hanya do’a
yang dapat terucap semoga Allah SWT memberikan balasan yang sepadan atas semua
yang telah diberikan.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan,
untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
berharga demi kesempurnaan Skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi dunia
pendidikan matematika, bermanfaat bagi kita semua umumnya, dan khususnya
bermanfaat bagi penulis sendiri. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap
langkah kita dan meridhoi apa yang kita ikhtiarkan. Amiin….
Bojonegoro, 09 Juni 2007
Penulis,
80
vi
Lampiran B :
RENCANA PEMBELAJARAN BERBASIS CTL
Mata Pelajaran : MATEMATIKA
Kelas / Semester : III / I
Pokok Bahasan : LINGKARAN
Sub Pokok Bahasan : UNSUR-UNSUR LINGKARAN
Alokasi Waktu : 2 x 45 MENIT
Kompetensi Dasar
Mengenal Lingkaran dan unsur – unsurnya
Indikator Pencapaian Hasil Belajar
a. Tujuan Proses
1. Diharapkan siswa dapat lebih mengenal lingkaran serta unsur-unsur
lingkaran, pusat lingkaran, jari-jari, diameter, busur, tali busur, juring, dan
tembereng
2. Diharapkan siswa dapat menggunakan jangka dan busur
b. Tujuan Afektif
1. Bekerjasama dengan siswa lain;
2. Berani bertanya;
3. Melakukan percobaan;
4. Menyampaikan pendapat;
5. Membuat kesimpulan.
Media
Jangka, mistar, karton, busur, dan bolpoin warna.
Kegiatan Belajar Mengajar
1. Model Pembelajaran : langsung dan kooperatif
2. Metode : tanya jawab, dan pemberian tugas kelompok
81
3. Skenario pembelajaran :
a. Pendahuluan
Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok
Menyampaikan tujuan pembelajaran meliputi tujuan proses dan tujuan
afektif
Mengingat kembali pengetahuan tentang lingkaran
b. Kegiatan inti
Guru memberi tugas siswa (dicatat di papan tulis) agar siswa membuat :
3 buah lingkaran
Dari gambar lingkaran kesatu siswa diminta menggambar :
a) titik pusat
b) garis dari titik pusat ke salah satu titik pada lingkaran
c) garis yang melalui pusat lingkaran dan memotong lingkaran di dua
titik
d) garis di dalam lingkaran yang memotong lingkaran di dua titik
e) siswa diarahkan untuk menyimpulkan pengertian jari-jari,
diameter, dan tali busur lingkaran.
Dari gambar lingkaran kedua siswa diminta menggambar :
a) Menunjukan keliling lingkaran
b) Menentukan dua titik pada lingkaran dan diberi nama titik A dan
titik B, bagian keliling lingkaran yang dibatasi titik A dan B diberi
warna berbeda
c) Siswa diminta menyimpulkan pengertian busur lingkaran
d) Membuat sebuah tali busur AB pada lingkaran
e) Mengarsir daerah yang dibatasi tali busur AB dan busur AB
82
f) Menyimpulkan pengertian tembereng
Dari gambar lingkaran ketiga siswa diminta menggambar :
a) Membuat dua jari-jari dan sebuah busur yaitu jari-jari OA, OB,
dan busur AB kemudian diarsir
b) Membuat garis tegak lurus dari pusat lingkaran ke tali busur AB
c) Menyimpulkan pengertian juring dan apotema
Penilaian
Partisipasi siswa dalam kerja kelompok
Hasil kerja siswa
83
LAMPIRAN D:
TABEL NILAI-NILAI DALAM DISTRIBUSI t
untuk uji dua fihak (two tail test)0,50 0,20 0,10 0,05 0,02 0,01
untuk uji satu fihak (one tail test)dk 0,25 0,10 0,05 0,025 0,01 0,0051234567891011121314151617181920212223242526272829304060120
1,0000,8160,7560,7410,7270,7180,7110,7060,7030,7000,6970,6950,6920,6910,6900,6890,6880,6880,6870,6870,6860,6860,6850,6850,6840,6840,6840,6830,6830,6830,6810,6790,6770,674
3,0781,8861,6831,5331,4861,4401,4151,3971,3831,3721,3631,3561,3501,3451,3411,3371,3331,3301,3281,3251,3231,3211,3191,3181,3161,3151,3141,3131,3111,3101,3031,2961,2891,282
6,3142,9202,3532,1322,0151,9431,8951,8601,8331,8121,7961,7821,7711,7611,7531,7461,7401,7331,7291,7251,7211,7171,7141,7111,7081,7061,7031,7011,6991,6971,6841,6711,6581,654
12,7064,3033,1822,7762,5712,4472,3562,3062,2622,2282,2012,1782,1602,1452,1322,1202,1102,1012,0932,0862,0802,0742,0692,0642,0602,0562,0522,0482,0452,0422,0212,0001,9801,960
31,8216,9654,5413,7473,3653,1432,9982,8962,8212,7642,7182,6812,6502,6242,6232,5832,5672,5522,5392,5282,5182,5082,5002,4922,4852,4792,4732,4672,4622,4572,4232,3902,3582,326
6,36579,9255,8414,6044,0323,7073,4993,3553,2503,1653,1063,0553,0122,9772,9472,9212,8982,8782,8612,8452,8312,8192,8072,7972,7872,7792,7712,7632,7562,7502,7042,6602,6172,576
84
KISI - KISI SOALPOKOK BAHASAN : LINGKARANSUB POKOK BAHASAN : UNSUR-UNSUR LINGKARAN
No. Materi IndikatorTk. Intlektual
& Tk. Kesukaran
No. Soal Nilai Kunci
1 2 3 4 5 6 7
1.Lingkaran
Mengingat kembali lingkaran
dan unsur-unsurnya :
Titik pusat lingkaran
Jari-jari / radius
Garis tengah /
Diameter
Tali busur
Busur
Juring / sektor
Tembereng
Apotema
Obyektif
a. Menentukan busur lingkaran
kecil yang ada pada gambar C1 / Sd 1 10 D
b. Menentukan daerah yang diarsir
pada gambar C1 / Md 2 10 B
c. Dari pengertian unsur-unsur
lingkaran yang sudah diketahui
dapat membedakan yang
dimaksud tembereng
C2 / Sk 3 10 C
d. Dapat membedakan dan
menunjukan yang dimaksud
apotema dari gambar C1 / Sk 4 10 A
LAM
PIRA
N C
:1
12 3 4 5 6 7
Uraian
e. Dapat membedakan dan
menunjukan yang dimaksud
garis tengah lingkaran dan tali
busur kemudian dapat
menjelaskannya
C2 / Sk 1. a,b 15
a. Ya b. Tidak
Karena setiap garis
tengah selalu melewati
titik pusat sedangkan
tali busur tidak selalu
melalui titik pusat
f. Dapat menjelaskan/
membedakan pengertian
setengah lingkaran dan
tembereng dari pemahaman
yang dimiliki tentang unsur-
unsur lingkaran
C2 / Sd 2 15
Ya, karena yang dimaksud
tembereng adalah daerah
yang dibatasi tali busur
dan busur lingkaran
g. Dapat mendefinisikan
diameter lingkaran dengan
kata-kata sendiri
C1 / Md 3 10
Diameter lingkaran adalah
garis yang
menghubungkan dua titik
pada lingkaran dan
melalui pusat lingkaran
2
12 3 4 5 6 7
h. Dapat menjelaskan pengertian
tali busur lingkaran sesuai
dengan pemahamannyaC1 / Md 4 10
Tali busur lingkaran adalah
garis lurus yang
menghubungkan dua titik
pada lingkaran
i. Dapat mendefinisikan
pengertian juring lingkaran
dengan kata-kata sendiriC1 Sk 5 10
Juring lingkaran adalah
daerah yang dibatasi oleh
dua jari-jari dan sebuah
busur lingkaran
Jumlah 100
Keterangan : - Sd = Sedang
- Md = Mudah
- Sk = Sukar
3
T
Q SR
B
DC
A
C
A B
O
LAMPIRAN E :
Soal Test Penelitian
Hari / Tanggal : ……………………...
Nama : ……………………...
No. Absen : ……………………...
I. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat !
1. Jika P pusat lingkaran, busur lingkaran kecil pada gambar di bawah ini
adalah :
a. QRS
b. RST
c. QT
d. Salah semua
2. Jika O pusat lingkaran, daerah yang diarsir pada gambar dibawah ini
merupakan :
a. Tembereng
b. Juring
c. Busur Lingkaran
d. Keliling Lingkaran
3. Manakah yang dimaksud dengan tembereng pada gambar di bawah ini jika
diketahui O adalah pusat lingkaran ?
a. Daerah yang dibatasi oleh jari-jari OA, OB,
dan tali busur AB
b. Daerah yang dibatasi oleh jari-jari OA, OB,
dan busur AB
c. Daerah yang dibatasi oleh tali busur AB dan busur AB
d. Daerah yang dibatasi oleh garis AC, AB, dan busur BC
P
O
1
U Q
T R
P
S
V
4. Pada gambar di bawah ini yang dimaksud apotema adalah….
a. Garis PS
b. Garis UR
c. Garis PV
d. Garis PT
II. Jawablah dengan singkat dan jelas !
1. a. Apakah setiap garis tengah merupakan tali busur ?
b. Apakah setiap tali busur juga merupakan garis tengah ? Jelaskan !
2. Apakah daerah setengah lingkaran termasuk tembereng ? Jelaskan !
3. Apakah yang dimaksud diameter lingkaran ?
4. Apakah yang dimaksud tali busur ?
5. Apakah yang disebut dengan juring lingkaran ?
2
IKIP PGRI BOJONEGOROKampus : Jl. Panglima Polim 46 Telp. (0353) 881046 Bojonegoro
KARTU KONSULTASI SKRIPSI
Nama Mahasiswa : AHMAD SHOHIBNIM : 03311498Fakultas : FPMIPAJurusan : PENDIDIKAN MATEMATIKAAngkatan Tahun : 2002Tingkat : IVJudul Skripsi : PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP
PRESTASI BELAJAR LINGKARAN SISWA KELAS IX TAHUN
PELAJARAN 2006/2007 MTS. TARBIYATUL ISLAM SOKO TUBAN
Pembimbing I : DRA. SRIWILUJENG, M.Pd
Pembimbing II : DRS. SALAMUN, M.Pd
Bojonegoro, 22 Mei 2006
Rektor,
Catatan :Setiap Konsultasi kartu ini harap dibawa
3
No. Tanggal Materi KonsultasiParaf
Pembimbing Keterangan
01.
02.
03.
04.
05.
26 – 01 – 2006
20 – 02 – 2006
16 – 03 – 2006
27 – 04 – 2006
18 – 05 – 2006
Pengajuan Judul
Pengajuan BAB I dan BAB II
Pengajuan BAB III
Pengajuan BAB IV
Pengajuan BAB V
ACC
ACC
ACC
ACC
ACC
Drs. H. BUDI IRAWANTO, M.Pd
4
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM NURUL HUDA (YASPINU)
MTs. TARBIYATUL ISLAM SOKOAlamat : Jl. Raya Soko Gg. Pahlawan No. 28 Soko Tuban Telp. (0356) 811627
S U R A T K E T E R A N G A NNo. 06 / MTs. TI / I / 2007
Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) Tarbiyatul
Islam Soko Tuban menerangkan :
1. N a m a : AHMAD SHOHIB
2. Nomor Induk Mahasiswa (NIM) : 03311498
3. Fakultas / Jurusan : FPMIPA / Pendidikan Matematika
IKIP PGRI Bojonegoro
4. Alamat : Ds. Mentoro Kec. Soko Kab. Tuban
Telah melaksanakan penelitian pada MTs Tarbiyatul Islam Soko Tuban guna
mendapatkan bahan dalam penyusunan Skripsi yang berjudul: “Penerapan
Pendekatan Kontekstual Terhadap Prestasi Belajar Lingkaran Siswa Kelas IX
Tahun Pelajaran 2006/ 2007 MTs. Tarbiyatul Islam Soko Tuban.”
Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Soko, 13 Maret 2006
Kepala MTs. Tarbiyatul Islam
HARIS AL HAQ, S.Pd
5
IKIP PGRI BOJONEGOROKampus : Jl. Panglima Polim 46 Telp. (0353) 881046 Bojonegoro
SURAT KETERANGAN SELESAI BIMBINGAN
Kami Dosen Pembimbing Skripsi menerangkan bahwa mahasiswa :
Nama : AHMAD SHOHIB
NPM : 03311498
Fakultas/Jurusan : FPMIPA/ Pendidikan Matematika
Angkatan Tahun : 2002
Judul : Penerapan Pendekatan Kontekstual Terhadap Prestasi Belajar
Lingkaran Siswa Kelas IX Tahun Pelajaran 2005 / 2006
MTs. Tarbiyatul Islam Soko Tuban
Benar-benar telah menyelesaikan bimbingan Skripsi dengan baik serta telah kami
setujui untuk diketik dan diajukan dalam Ujian Skripsi.
Bojonegoro, 22 Mei 2006
Dosen Pembimbing
Drs. SALAMUN, M.Pd
6
LAMPIRAN F :
SOAL ANGKET
Nama : ………………………..
No. Absen : ………………………..
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda silang pada jawaban
yang dianggap sesuai !
1. Apakah kamu merasa cocok belajar pokok bahasan lingkaran dengan cara
menemukan sendiri ?
( … ) Ya
( … ) Tidak
2. Apakah kamu lebih mudah memahami pelajaran lingkaran dengan cara
memahami sendiri bersama kelompokmu ?
( … ) Ya
( … ) Tidak
3. Apakah kamu merasa terdorong mengerjakan lembaran kerja bersama
kelompokmu ?
( … ) Ya
( … ) Tidak
4. Apakah kamu merasa bersaing dengan teman-temanmu dalam mengerjakan
lembaran kerja ?
( … ) Ya
( … ) Tidak
5. Apakah kamu merasa ingin bertanya kepada guru ketika belajar dengan
pendekatan seperti yang telah dilakukan oleh gurumu ?
( … ) Ya
( … ) Tidak
7
6. Kemudian apakah kamu ingin lebih sering mengemukakan pendapat dalam
diskusi kelas ?
( … ) Ya
( … ) Tidak
7. Dan setelah itu bagaimana dengan kemampuan berdiskusimu ?
( … ) Lebih mampu / ada kemajuan
( … ) Tetap saja
8. Belajar dengan menggunakan lembaran kerja saja, apakah kamu cukup
memperoleh bimbingan dalam memahami pokok bahasan lingkaran ?
( … ) Ya
( … ) Tidak
9. Setelah mempelajari pokok bahasan lingkaran dengan menemukan sendiri,
apakah kamu lebih terdorong untuk mempelajarinya kembali di rumah ?
( … ) Ya
( … ) Tidak
10. Bagaimana minatmu terhadap cara / pendekatan yang telah dilakukan oleh
gurumu dalam memahami pokok bahasan lingkaran ?
( … ) Lebih tertarik
( … ) Tetap saja
( … ) Kurang tertarik
8