Upload
vika-asyharul-ulya
View
16
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah efusi pleura
Citation preview
EFUSI PLEURA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Dewasa II
Dosen Pembimbing: Ns. Niken Safitri DK. S.Kep, Msi. Med
Disusun oleh :
KELOMPOK III
1. Dini Kandarina (22020112130029)
2. Diksi Puspita Dewi (22020112130031)
3. Karlinda Nuriya Afifah (22020112130032)
4. Fanny Shofiyatul Izzah (22020112130034)
5. Aldelya Intan M.K (22020112130035)
6. Agnes Yovita Prisca Rahayu (22020112130040)
7. Santi Widyaningrum (22020112130044)
8. Nur Lela Fitriani (22020112130046)
A.12 1
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
A. Definisi
Efusi pleura adalah adanya cairan yang berlebih dalam rongga
pleura baik transudat maupun eksudat. (Smeltzer C Suzanne, 2001). Efusi
pleura adalah cairan nonpurulen yang berlebihan dalam rongga pleural,
antara lapisan visceral dan pariental. (Mansjoer Arif, 2001 hal 265). Efusi
pleural adalah suatu keadaan dimana terdapat akumulasi cairan yang
abnormal dalam rongga pleura. (brunner dan Suddart, 2001)
Penyakit ini jarang menjadi proses penyakit primer tetapi biasanya
sekunder terhadap penyakit lainnya. Cairan yang terdapat dalam efusi
pleura dapat berupa cairan serosa, darah (hemotoraks), atau nanah
(empiema). Biasanya, ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan
bervolume 5 sampai 15 mL, yang berfungsi sebagai pelumas yang
menghindari permukaan pleura dari gesekan. Cairan menumpuk pada saat
pengembangan cairan melebihi kemampuan tubuh untuk mengeluarkan
cairan. Kelebihan cairan dapat menghambat ekspansi penuh dari paru-
paru. Luas cairan build-up akan menggantikan jaringan paru-paru,
mengorbankan pertukaran udara di daerah tersebut. Cairan menumpuk dan
mengambil tempat jaringan paru-paru, dapat mendorong paru-paru runtuh
melewati tengah (mediastinum) dada. Ini menggantikan struktur pusat,
mengorbankan pertukaran udara yang lain paru-paru juga. Efusi pleura
mungkin merupakan komplikasi gagal jantung, TBC, pneumonia, paru
infeksi (infeksi terutama virus), nefrotik syndrome, penyakit jaringan ikat,
emboli paru, dan neoplastik tumor. Hal ini juga dapat terjadi sebagai
komplikasi pasca operasi. Karsinoma bronkogenik adalah yang paling
umum keganasan terkait dengan efusi pleura.
Efusi pleura adalah salah satu kelainan yang mengganggu sistem
pernapasan. Efusi pleura tidak merupakan diagnosis dari suatu penyakit,
namun hanya merupakan gejala atau komplikasi dari suatu penyakit. Jika
kondisi pasien efusi pleura dibiarkan maka dapat membahayakan jiwa
penderita.
Maka, efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal atau
penimbunan cairan yang berlebih dalam rongga pleura diantara permukaan
visceral dan pariental yang berupa transudat maupun eksudat.
B. Klasifikasi (Pangusti, 2009)
1. Efusi pleura Transudat
Pada efusi jenis transudat ini keseimbangan kekuatan menyebabkan
pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Mekanisme terbentuknya
transudat karena peningkatan peningkatan tekanan hidrostatik ( CHF),
penurunan onkotik (hipoalbumin) dan tekanan negatif intra pleura
yang meningkat (atelektasis akut).
Ciri-ciri cairan :
- Serosa jernih
- Berat jenis rendah (dibawah 1,012)
- Terdapat limfosit dan mesofel tetapi tidak ada neutrofil
- Protein < 3%
Penimbunan cairan transudat dalam rongga pleura dikenal dengan
hydrothorax, penyebabnya :
- Payah jantung
- Penyakit ginjal
- Penyakit hati
- Hipoalbuminemia (malnutrisi, malabsorbsi)
2. Efusi pleura eksudat
Eksudat ini terbentuk sebagai akibat penyakit dari pleura itu sendiri
yang berkaitan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ( misal
pneumonia ) atau drainase limfatik yang berkurang.
Ciri cairan eksudat :
- Berat jebis > 1,015 %
- Kadar protein > 3% atau 30g/dl
- Ratio protein pleura berbanding LDH serum
- LDH cairan pleura lebih besar dari pada 2/3 batas atas LDH serum
normal
- Warna cairan keruh
Penyebab dari efusi eksudat ini adalah
- Kanker : karsinoma bronkogenik, mesoteliona atau penyakit
metastatik ke paru atau permukaan pleura
- Infark paru
- Pnemumonia
- Pleuritis virus
C. Epidemiologi
Menurut WHO (2008), efusi pleura merupakan suatu gejala
penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis,
penyakit ini terdapat di seluruh dunia bahkan menjadi problema utama di
negara-negara yang berkembang, termasuk Indonesia. Di negara-negara
industri, diperkirakan terdapat 320 kasus efusi pleura per 100.000 orang.
Amerika Serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita
efusi pleura, terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan
pneumonia bakteri.
Menurut Depkes RI (2006), kasus efusi pleura mencapai 2,7% dari
penyakit infeksi saluran napas lainnya. Tingginya angka kejadian efusi
pleura disebabkan keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatan
sejak dini dan angka kematian akibat efusi pleura masih sering ditemukan
faktor risiko terjadinya efusi pleura karena lingkungan yang tidak bersih,
sanitasio yang kurang, lingkungan yang padat penduduk, kondisi sosial
ekonomi yang menurun, serta sarana dan prasarana kesehatan yang kurang
masyarakat tentang pengetahuan kesehatan.
Di Indonesia, tuberkolosis paru adalah penyebab utama efusi
pleura, disusul oleh keganasan. Distribusi berdasarkan jenis kelamin, efusi
pleura didapatkan lebih banyak pada wanita daripada pria. Efusi pleura
yang disebabkan oleh tuberkolosis paru lebih banyak dijumpai pada pria
daripada wanita. Umur terbanyak untuk efusi pleura karena tuberkolosis
adalah 21-30 tahun (30,26%).
Di Jawa tengah, didapatkan data bahwa efusi pleura menduduki
tingkat kedua setelah TB paru dengan jumlah kasus yang datang sebanyak
364 orang dan angka mortalitasnya mencapai 26 orang. Sedangkan tahun
1999 menduduki peringkat ke lima dengan angka mortalitasnya mencapai
31 orang dan prosentase 8,0% dari 387 kasus efusi pleura yang ada,
sementara tahun 2000 mencapai 7,65% dari 366 kasus efusi pleura dan
menduduki peringkat kedua setelah TB paru atau angka mortalitasnya
mencapai 38 orang.
D. Etiologi
Efusi Pleural adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan
produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini
disebabkan oleh satu dari lima mekanisme berikut: (Morton, 2012)
1. Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
2. Peningkatan permeabilitas kapiler
3. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
4. Peningkatan tekanan negative intrapleura
5. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
Penyebab efusi pleura:
Infeksi
- Tuberculosis
- Pneumonitis
- Abses paru
- Perforasi esophagus
- Abses subfrenik
Non infeksi
- Karsinoma paru
- Karsinoma pleuraa: Primer, sekunder
- Karsinoma mediastinum
- Tumor ovarium
- Bendungan jantung: gagal jantung, perikarditis konstriktiva
- Gagal hati
- Gagal ginjal
- Hipotiroidisme
- Kilotoraks
- Emboli paru
E. Manifestasi Klinis (Gleadle, 2005)
Gejala yang paling sering timbul adalah sesak. Nyeri bisa timbul akibat
peradangan pleura, dan batuk timbul akibat efusi yang banyak. Gejala
klinisnya adalah pengembangan paru menurun, perkusi pekak (stony dullness)
tetap, dan suara napas serta resonansi vokal memendek. Efusi ≤ 500 mL sulit
terdeteksi secara klinis. Pada foto toraks akan tampak sudut kostofrenikus
menumpul, yang lebih jelas pada efusi yang banyak. Efusi yang luas sering
disebabkan oleh keganasan.
Gejala
- Sesak nafas
- Nyeri dada
- Pleuritik
- Takipnea
- Sianosis
- Interkosta mencekung ke dalam
- hipotensi
Tanda-tanda :
- Pergerakan dada berkurang
- Perkusi pekak
- Bunyi nafas berkurang atau tidak ada
- Fremitus atau resonans vokal berkurang
- Gesekan pleura
F. Patofisiologi
Cairan peritoneal yang bersifat transudat dapat menyeberang
diafragma ke ruang pleura. Cairan ini dapat masuk ke dalam rongga pleura
melalui defek-defek diafragma atau melalui jarring-jaring limfatik
diafragma. Konsentrasi protein transudat cairan pleura dapat lebih besar
dari yang diharapkan kalau ada gangguan drainase limfatik, statis vaskuler,
atau kerusakan kapiler. Eksudat-eksudat cairan pleura disebabkan oleh
penyakit-penyakit yang meningkatkan permeabilitas kapiler pleura atau
mengganggu drainase limfatik rongga pleura
Cairan pleura diantara pleura visura dan pleura parietal bukan
hanya melindungi pleura saat bernafas tapi juga menimbulkan tekanan
yang berfungsi dalam proses ekspirasi dan inspirasi udara. Cairan dalam
pleura hanya berikisar antara 5-15mL, cairan ini harus tetap dijaga dalam
keaadaan negative. Pada saat awal pernafasan tekanan ini berkisar -5 cm
air agar paru tetap terbuka sampai nilai istirahatnya. Selama inspirasi
normal, pengembangan rongga dada akan menarik paru-paru keluar
dengan kekuatan yang lebih besar. Saat ini tekanan akan menurun menjadi
-7 cm air. Dengan tekanan yang semakin – dari pleura saat inspirasi
membantu proses bernafas karena tekanan dalam paru menjadi lebih
rendah dari tekanan udara luar sehingga udara masuk. Namun tekanan
pleura bukan penyebab utama masuknya udara ke dalam paru. Ada
tekanan alveolus yang juga ikut berperan. Berikut adalah diagramanya
Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan bebas dalam
kavum pleura. Kemungkinan proses akumulasi cairan di rongga pleura terjadi
akibat beberapa proses yang meliputi
1. Adanya hambatan drainase limfatik dari rongga pleura
2. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan
perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi
cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura
3. Menurunnya tekanan osmotic koloid plasma juga memungkinkan
terjadinya transudasi cairan yang berlebihan
4. Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apa pun pada
permukaan pleura dari rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya
membrane kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan
cairan ke dalam rongga secara cepat.
EtiologiGagal jantung kiri Obsruksi fraktus urinariusObstruksi vena cava superiorAsitas pada sirosis hatiDialysis perioniial
Terdapat jaringan nekrotik pada septa
Perdangan pleura
Permeable membrane meningkat
Peningkatan tekanan kapiler sistemik/pulmonalPenurunan tekanan koloid osmotic & pleuraPenurunan tekanan intra pleura
Cairan bening dari getah bening masuk rongga
pluera
Konsentrasi protein cairan pleura meningkat
Eksudat
Kongesti pada pembuluh limfe
Reabsorbsi cairan terganggu
Gangguan tekanan kapiler hidrosatik dan koloid asmotik intrapluera
Transudat
Penumpukan cairan pada pleura
Ekspansi paru
Sesak nafas
Ketidakefektifan pola nafas
Penekanan pada abdomen
Anoreksisa
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Drainase
Resiko tinggi pada tindakan darinase dada
(efek samping):
nyeri
Resiko infeksi
Insufisiensi O2
Gangguan metabolisme
Tidak bertenaga
Intoleransi aktivitas
Suplai O2 menurun
Defisit perawatan diri
Ganguan rasa nyaman
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan efusi pleura ganas harus segera dilakukan terapi paliatif
setelah diagnosis ditegakkan. Tujuan utama penatalaksanaan segera ini
adalah untuk mengatasi keluhan akibat volume cairan menurunkan
kualitas hidup pasien.
1. Pleuridesis
Pleuridesis adalah penyatuan pleura viselaris dan parietalis baik
secara kimiawi, mineral ataupun mekanik, secara permanen untuk
mencegah akumulasi cairan maupun udara dalam rongga pleura.
Pleuridesis merupakan terapi simptomatis jangka panjang serta
diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan aktivitas kehidupan
sehari-hari, sehingga pleurodesis dapat dilakukan untuk terapi paliatif
penderita efusi pleura ganas.
Secara umum, tujuan dilakukannya pleurodesis adalah untuk
mencegah berulangnya efusi pleura (terutama bila terjadi dengan
cepat), torakosintesis, atau pemasangan selang dada berikutnya serta
menghindari morbiditas yang berkaitan dengan efusi pleura atau
pneumotoraks berulang. Pemilihan teknik yang tepat, agen sklerosis,
kriteria pemilihan pasien merupakan hal yang sering diperdebatkan
serta menentukan keberhasilan tindakan pleurodesis.
2. Thorakosentasis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif
seperti nyeri, dispnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter
perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru.
Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan
berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
3. Pemberian antibiotik
Jika ada infeksi
4. Tirah baring
Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
karena peningkatan aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen
sehingga dyspnea akan semakin meningkat pula
5. Biopsi pleura
Bertujuan untuk mengetahui tingkat keganasan penyakit
H. Pemeriksaan Penunjang (Davey, 2005)
1. Pemeriksaan fisik
Menurut Diaz-Guzman E (2008 dalam Divisi Pulmonologi, 2009)
beberapa tanda fisik efusi pleura seperti asimetris saat ekspansi dada,
asimetris dari fremitus taktil, perkusi yang dullness pada area efusi,
menghilangnya suara nafas, serta pleural rub akan ditemukan juga
EPM (Efusi Pleura Maligna).Penekanan penting pada pemeriksaan
fisik adalah dalam melihat tanda keganasan ekstrapleura yang
mendasari.
2. Pemeriksaan Radiologis
Menurut Tassi G.F, et al (2006 dalam Divisi Pulmonologi, 2009)
pemeriksaan radiologis dengan foto dada standar dapat mendeteksi
efusi pleura dengan volume minimal 50cc pada pandangan lateral,
tetapi pemeriksaan ini hanya bersifat sugestif untuk diagnosis EPM
(Efusi Pleura Maligna). Efusi pleura yang massif meningkatkan
kemungkinan terbentuknya meniscus sign dengan cairan yang terlihat
memanjat pada dinding dada lateral, pergeseran mediastium ke sisi
kontralateral, dan inverse dari diafragma. Tanda radiologi dari suatu
EPM (Efusi Pleura Maligna) termasuk penebalan pleura terlobulasi
yang sirkumferensial, penuhnya iga (crowded ribs), dan peninggian
hemidiafragma atau pergeseran mesiastinu ipsilateral konsisten
dengan atelektasis karena obstruksi oleh tumor.
3. Pemeriksaan ultrasonografi
Menurut Heffner J.E, Klein J.S (2008 dalam Divisi Pulmonologi,
2009) pemeriksaan ultrasonografi dada belakangan ini makin luas
penggunaannya untuk mengevaluasi pesien-pasien dengan efusi pleura
karena kemampuannya untuk mendeteksi cairan dengan volume yang
sedikit (5 cc), mengidentifikasi gambaran sugestif dari EPM (Efusi
Pleura Maligna), dan menuntun thoracentesis dan pemasangan kateter
thoraks. Temuan sugestif EPM (Efusi Pleura Maligna) antara lain
densitas pleural solid, penebalan pleura yang hypoechoic dengan batas
yang ireguler atau tidak jelas, invasi massa pleural-based ke jaringan
sekitar, serta pola melingkar dalam cairan pleura yang menunjukkan
debris selular.
4. CT scan
Menurut Heffner J.E, Klein J.S (2008 dalam Divisi Pulmonologi,
2009) contrast-enhanced chest computed tomography atau CT scan
dada dengan kontras memberikan informasi imaging yang paling
bermanfaat untuk mengevaluasi pasien dengan kecurigaan efusi
pleura. hasil pencitraan akan dapat dilihat sampai abdomen atas (untuk
metastasis adrenal dan hepar). Selain itu, tumor primer yang
tersembunyi dapat diidentifikasi seperti pada kanker payudara, kanker
paru, thymoma (tumor mediatinum), atau konsolidasi pada rongga
(limfoma). Temuan CT scan dada yang mengarah ke EPM antara lain
penebalan pleura sirkumferensial, penebalan pleura nodular,
penebalan pleura parietal yang lebih dari 1 cm, dan keterlibatan pleura
mediastinal atau bukti adanya tumor primer. Semua temuan sugestif
tersebut memiliki sensitivitas antara 88% sampai 100% dengan
spesifisitas 22% hingga 56%.
5. MRI
Menurut Heffner J.E, Klein J.S (2008 dalam Divisi Pulmonologi,
2009) beberapa metode imaging terkini seperti Magnetic Resonance
Imaging (MRI) atau positron emission tomography (PET) dengan
flourine 18-labeled fluorodeoxyglucose (FDG) memberikan angka
senditivitas dan spesifisitas yang lebih baik dibandingkan CT scan.
Tetapi cara pemeriksaan ini biasanya digunakan sebagai tambahan dan
dikombinasikan dengan hasil CT scan dada.
6. Analisis cairan pleura
Beberapa karakteristik dari cairan pleura adalah memberikan petunjuk
diagnosis dan penting untuk menentukan jenis pemeriksaan diagnostik
selanjutnya. Seperti misalnya, efusi eksudatif memiliki kemungkinan
lebih tinggi mengalami keganasan daripada tersundat tetapi temuan ini
sifatnya nonspesifik karena banyaknya penyebab inflamasi dari efusi
pleura eksudatif. Selain itu sekitar 3% sampai 10% EPM (Efusi Pleura
Maligna) dikatakan merupakan efusi pleura yang bersifat tersudat. Hal
ini terjadi karena beberapa sebab, seperti tidak baiknya prosedur
pemeriksaan cairan efusi atau karena kondisi komorbid yang
berhubungan dengan tersudat, seperti gagal jantung kongestif. Efusi
pleura secara umum dikategorikan sebagai tersudat dan eksudat
dengan kriteria Light. menurut kriteria ini, cairan efusi pleura
dikategorikan eksudat apabila ditemukan satu dari tiga kriteria (rasio
LDH cairan pleura atau serum > 0,6; rasio protein cairan pleura atau
serum > 0,5; atau LDH cairan pleura > dua pertiga batas atas normal
LDH serum). Beberapa kriteria lain memakai juga kadar kolesterol
cairan pleura (> 45 mg/dl) serta kadar protein cairan pleura (> 3 g/dl)
sebagai tambahan untuk lebih menunjang kategori efusi pleura
eksudat.
7. Pemeriksaan sitologi
Sitologi cairan pleura dapat memberikan konfirmasi suatu EPM
dengan kemungkinan penemuan sel rata-rata 64% (berkisar 50%
sampai 90%) pada kategori umum dari semua pasien dengan EPM.
Kemungkinan mendapat diagnosis yang tepat dengan metode sitologi
standar ini dapat meningkat dengan dilakukannya thorakonsentesis
berulang. Abouzgeheib, et al (2009 dalam Divisi Pulmonologi, 2009)
melakukan penelitian mengenai jumlah cairan pleura yang diperlukan
untuk melakukan diagnosis secara akurat dari pemeriksaan sitologi.
Ternyata pada penelitian ini didapatkan suatu konsep bahwa jumlah
cairan pleura yang dikeluarkan >50cc tidak akan meningkatkan
akurasi diagnosis. Menurut Topolcan O, et al (2007 dalam Divisi
Pulmonologi, 2009) Electrochemiluminescence dan microparticle
enzyme immunoassays dari cairan pleura dapat mendeteksi penanda
tumor, seperti carcinombryonic antigen, carbohydrate antigen 15-3,
cytokeratin 19, dan cancer antigen 125. Tetapi tidak ada satupun
penandaan tumor tadi yang memiliki kekuatan diagnostik yang
memadai untuk dapat dipakai sebagai standar pada praktek klinik
rutin.
8. Biopsi jaringan
9. Rongen thoraks
I. Komplikasi
1. Hemothoraks
Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan
oleh peradangan. Bila proses radang oleh kuman piogenik akan
terbentuk pus/nanah, sehingga terjadi empiema/piothoraks. Bila
proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat
menyebabkan hemothoraks.
2. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat
jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul
akibat cara perbaikan jaringansebagai kelanjutan suatu proses
penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura,
atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian
jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
J. Asuhan Keperawatan
KASUS
Tn. Syang berusia 57 tahun masuk ke UGD pada tanggal 2 April
2012 dengan keluhan utama sesak nafas. Ny. K sebagai istri dan
penanggung jawab pasien mengantar pasien datang ke rumah sakit. Klien
adalah seorang buruh yang tidak bersekolah serta beragama islam. Klien
telah menderita TB sejaka lama dan pernah masuk rumah sakit
sebelumnya. Setelah masa pengobatan namun henti obat. Dua hari
sebelum dibawa ke rumah sakit pasien mengeluh sesak nafas, batuk
berdahak yang susah keluar, badan terasa lemas dan timbul keringat di
malam hari dan dalam melakukan aktivitas dibantu oleh keluarga dan
semenjak sakit dua hari yang lalu pasien mengatakan tidak mandi. Saat
ditanya mengenai penyakitnya pasien tidak banyak mengetahui mengenai
TB dan Efusi pleura. Saat dilakukan pengkajian di UGD pada saat masuk
klien menerima terapi oksigen 3 L/menit, infus linger laktat 16 tetes
permenit, captopril 3x12,5 mg, furesemid 1x20mg, ranitidine 2 x25 mg.
pemeriksaan TTV 170/100 mmHg, nadi 88 kali permenit, suhu 37OC dan
pernafasan 28 kali permenit. Semenjak remaja klien memiliki riwayart
merokok dan ada riwayat Tb di keluarganya. Hasil pemeriksaan fisik
mulut pasien kurang bersih dan ada karies. Hasil pemeriksaan dada saat
inspeksi terdapat tertaksi, palpasi vocal fremitus kanan dan kiri tidak sama,
perkusi pekak, dan auskultasi paru ronchi. Hasil pemeriksaan rongten pada
hasil laboratorium pemeriksaan Basil Tahun Asam (+).
A. PENGKAJIAN
TgL/ jam MRS : 2 April 2012
Ruang
No. register
Mx. Medis efusi pleura karena Tb
Tgl Pengkajian 2 April 2012
1. Identitas klien
Nama :Tn S
Umur :57 tahun
Jenis kealmin :laki-laki
Agama : islam
Suku bangsa :jawa
Bahasa :jawa dan Indonesia
Pendidikan :tidak sekolah
Pekerjaan :buruh
Status :menikah
Alamat :-
Suami/istri/orang tua
Nama : Ny. K
Pekerjaan : buruh
Alamat : -
Penanggung jawab
Nama :Ny. K
Alamat : -
2. Keluhan utama :
sesak nafas
3. Riwayat penyakit sekarang
Dua hari sebelum dibawa ke rumah skait pasien merasa sesak
nafa, batuk berdahak yang susah keluar badan terasa lemas dan
muncul keringat di malam hari.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pernah menderita Tb dan dua kali dirawat di rumah sakit
kemudian henti henti obat. Pada saat remaja pasien memiliki
kebiasaan merokok.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ada salah seorang anggota keluarga yang menderita Tb paru
(kakaknya)
6. Pengkajian kebutuhan
Kognitif
Saat ditanya mengenai penyakitnya klien tidak terlalu
memahami mengenai penyakit efusi pleura karena Tb dan
dampak penyakitnya.
Nutrisi
pasien mengatakan kehilangan nafsu makan sejak sakit.
Pasien terlihat kurus dengan tinggi badan 163 dan berat
badan 51 kg.
Oksigenasi
Klien mengatakan sesak nafas, ingin batuk namun tidak
keluar sputum,
Aktivitas dan latihan
Saat masih sehat pasien masih bisa bekerja namun setelah
sakit pasien mengatakan tidak bekerja karena lemas. Hanya
bisa melakukan bebrapa kegiatan saja di tempat tidur
kebersihan diri
Saat sakit aktivitas sehari-hari (toileting, bathing, dressing,
eating, continence) dibantu oleh keluarga kebersihan mulut
tidak baik karena terdapat caries. Pola kognisi dan persepsi
sensori : pasien dalam keadaan composmentis
kebutuhan aman nyaman
adanya rasa nyeri pada bagian dada
Kebutuhan hygiene dan integritas kulit
Klien mengatakan belum mandi semenjak marasakan sesak
nafas serta tidak sempat menggosok gigi, ada sianosis
pada kuku.
7. Pemeriksan fisik
TTV
BP 170/100 mmHg,
HR 88 rpm
T 37oC
RR 28 bpm
Kepala berbentuk mesocephal, rambut mulai memutih
bersih dan tidak ada ketombe
Mata gerakan simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterik.
Hidung simetris tidak ada polip, tidak ada secret, terpasang
terapi oksigen dengan kanul.
Telinga simetris antara kanan dan kiri, tidak ada gangguan
pendengaran serum ada namun keadaan sedikit
Mulut kurang bersih, terdapat caries, tidak ada somatic,
mukosa bibir lembab.
Leher tidak ada pembesaran kelenjar, tidak terdapat kuku
kuduk
Dada : pada dada terdapat retraksi, pada palpasi ada vocal
fremitus kanan dan kiri tidka sama, perkusi pekak, saat
auskultasi ronchi. Bunyi nafas berkurang, terlihat
intercostal cekung kedalam, suara nafas dan resonansi
vocal memendek pergerakan dada berkurang
Integumen sianosis pada kuku
8. Terapi
Terapi infus linjer laktat 16 tetes permenit, terapi oksigen 3 L/
menit denga kanul, obat ceftriaxone 2x1 gran, aminophilin
3x240 mg, captopril 3x 1,25 mg, furosemide 1x20 mg.
9. Pemeriksaan dignostik/ lanjutan
Pada paru terdapat gambaran Tb paru ada apek paru dan lobus
medium paru. Pemeriksaan BTA (Basil tahan asam ) positif.
Pada hasil rongten terdapta cairan pada paru bagian kanan.
B. ANALISA DATA
1. Gangguan pola nafas
Ds : klien marasakan sesak nafas
Do : pada dada terdapat retraksi, pada palpasi ada vocal
fremitus kanan dan kiri tidka sama, perkusi pekak, saat
auskultasi ronchi. Bunyi nafas berkurang, terlihat
intercostal cekung kedalam, suara nafas dan resonansi
vocal memendek pergerakan dada berkurang
2. Ketidakefektifan jalan nafas
Ds klien mnegatakan ingin batuk namun tidak keluar
sputumnya
Do: -
3. Nyeri
Ds : klien mengatakan adanya nyeri pada dada
Do : gambaran Tb paru ada apek paru dan lobus medium paru
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Ds : klien mengatakan tidak nafsu makan sejak sakit
Do : terlihat kurus dengan tinggi badan 163 dan berat badan 52
kg
5. Kurang pengetahuan
Ds : Saat ditanya mengenai penyakitnya klien tidak terlalu
memahami mengenai penyakit efusi pleura karena Tb dan
dampak penyakitnya.
Do : -
6. Defisit perawatan diri
Ds: klien mengatakan tidak mandi semenjak sakit
Do : Mulut kurang bersih, terdapat caries, tidak ada somatic,
mukosa bibir lembab.
7. Gangguan rasa nyaman
Ds: klien mengatakan tidak mandi semenjak sakit
Do : Mulut kurang bersih, terdapat caries, tidak ada somatic,
mukosa bibir lembab.
8. Intoleransi Aktivitas
Ds : klien mengatakan lemas, tidak mampu melakukan
kegiatan sendiri
Do : kegiatan (makan, berjalan) klien dibantu oleh keluarga
9. Risiko Infeksi
10.
C. INTERVENSI
NO TANGGAL DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA
HASIL
INTERVENSI
1. 03 April
2014
Ketidakefektifan
Pola Nafas
berhubungan dengan
kerusakan
neurologis, keletihan
otot pernafasan
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3x8 jam
diharapkan klien merasa nyaman
dengan kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
- Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas abnormal)
Airway Management (3140)
- Pantau status respirasi dan oksigenasi
- Posisikan pasien agar dapat memaksimalkan ventilasi
napas
- Instruksikan pasien untuk batuk efektif
- Posisikan pasien untuk mengurangi dispnea
- Kelola humidifier air atau oksigen
- Tanda Tanda vital dalam rentang
normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
2. 03 April
2014
Bersihan Jalan Nafas
tidak Efektif
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3x8 jam
diharapkan klien merasa nyaman
dengan kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
- Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi
Oxygen Therapy (3320)
- Bersihkan sekret yang terdapat pada oral, nasal, dan
trakea
- Atur peralatan oksigen dan kelola sistem humidifier
- Pantau keefektifan terapi oksigen
- Pantau aliran oksigen selama terapi
pernafasan dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas abnormal)
- Mampu mengidentifikasikan dan
mencegah faktor yang penyebab.
- Saturasi O2 dalam batas normal
3. 03 April
2014
Nyeri berhubungan
dengan penyakit
efusi pleura
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan klien merasa nyaman
dengan kriteria hasil :
- klien Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari
bantuan)
- kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, awitan/durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor
presipitasinya
- Observasi isyarat ketidaknyamanan non verbal,
khususnya pada mereka yang tidak mampu
mengomunikasika nnya secara efektif
- kaji cara klien untuk mengatasi rasa nyeri yang
dialami
- Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
- klien Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
- klien Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,frekuensi dan
tanda nyeri)
- klien Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
- klien Tanda vital dalam rentang
normal
- klien Tidak mengalami gangguan
tidur
mempengaruhi nyeri
- Lakukan pengalihan rasa nyeri dengan aktifitas lain
yang dapat dilakukan klien
- Lakukan terapi non farmakologis yang dapat
mengurangi rasa nyeri
4. 03 April
2014
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama 1x 24 jam nutrisi kurang
teratasi dengan indikator:
- Albumin serum
- Pre albumin serum
- Kaji kebisaan / pola diet sebelumnya
- Berikan diet tinggi kalori, tinggi protein, anjurkan
seleksi makanan
- Berikan makanan dan kudapan dalam ukuran kecil
dan sering
- Bantu pemberian makanan jika dibutuhkan
- Hematokrit
- Hemoglobin
- Total iron binding
Capacity
- Jumlah limfosit
- Berikan kebersihan oral sebelum makan
- Pantau masukan dan toleransi makanan
- Timbang pasien setiap hari dengan waktu, pakaian,
dan timbangan yang sama
- Dorongan masukan cairan pada batas atas sesuai
umur dan berat badan
5. 03 April
2014
Kurang Pengetahuan
Berhubungan dengan
kurangnya minat
belajar
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien merasa nyaman
dengan kriteria hasil
Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program
pengobatan
Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu
Health education (5510)
- Bantu pasien dan keluarga dalam mengklarifikasi
nilai dan kepercayaan mengenai kesehatan
- Gunakan presentasi dengan sistem kelompok untuk
mendukung dan mengurangi ancaman kepada para
klien yang mempunyai masalah kesehatan yang sama
- Gunakan diskusi kelompok dan bermain peran untuk
mempengaruhi kepercayaan, perilaku dan nilai
keyakinan klien tentang kesehatan
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
menentang kebiasaan yang tidak sehat atau
mengubah kebiasaan menjadi baik
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
- Manfaatkan dukungan dari sistem sosial dan keluarga
untuk meningkatkan keefektifan gaya hidup atau
modifikasi kebiasaan sehat
- Gunakan strategi yang bervariasi dan poin-poin
intervensi dalam program pendidikan
- Masukkan strategi untuk meningkatkan harga diri
klien
- Gunakan metode ceramah untuk menyampaikan
informasi yang lengkap tentang kesehatan
- Libatkan pasien, keluarga dan kelompok dalam
merencanakan dan melaksanakan perencanaan yang
telah dibuat mengenai gaya hidup atau modifikasi
kebiasaan sehat klien
6. 03 April
2014
Defisit Perawatan
Diri (Mandi)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien dapat :
- Pasien mampu melakukan
kebersihan diri secara mandiri
- mempertimbangkan budaya pasien ketika
mempromosikan aktivitas perawatan diri
- mempertimbangkan pasien usia ketika mempromosikan
aktivitas perawatan diri
- memantau kemampuan pasien \untuk perawatan diri
- Pasien mampu melakukan
berhias/berdandan secara baik
- Pasien mampu melakukan
mandi dengan baik
- Pasien mampu melakukan
BAB/BAK secara mandiri
independen
- memantau pasien perlu untuk perangkat adaptif untuk
kebersihan pribadi, berpakaian, dandan, toilet, dan
makan
- menyediakan lingkungan terapeutik dengan
memastikan hangat, santai, swasta, dan pengalaman
pribadi
- menyediakan peralatan pribadi yang diinginkan
- memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya dapat
mengasumsikan perawatan diri
- membantu pasien dalam menerima kebutuhan
ketergantungan
- menggunakan pengulangan yang konsisten dari rutinitas
kesehatan sebagai cara menetapkan mereka
- mendorong pasien untuk melakukan aktivitas normal
sehari-hari dengan tingkat kemampuan
7. 03 April Gangguan rasa
nyaman
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3x8 jam
- Lakukan pengkajian nyeri secara terstruktur (lokasi,
2014 berhubungan dengan
ketidakefektifan
pola nafas
Observasi perilaku
verbal dan non
verbal klien
diharapkan klien merasa nyaman
dengan kriteria hasil:
- RR: 20x/menit (normal)
- Auskultasi paru vesikuler (suara
nafas normal)
- Klien tidak mengeluhkan sesak
nafas
- Klien tidak mengalami batuk
berdahak
- Badan klien terasa segar
- Klien tidak berkeringat dimalam
hari.
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor).
- Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan
- Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien.
- Ajarkan terapi nafas dalam
- Kolaborasi dengan tim medis
8. 03 April
2014
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan
ketidakseimbangan
antara suplai dengan
kebutuhan O2,
kelemahan umum,
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien Menunjukkan
penghematan energi klien :
Menyadari keterbatasan
- Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktifitas
- Kaji penyebab kelemahan
- Kaji tanda-tanda vital
tirah baring energi
Menyeimbangkan aktifitas
dan istirahat
Tingkat daya tahan adekuat
untuk beraktifitas
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Bantu aktivitas pasien sesuai kemampuan pasien
- Bantu kegiatan fisik dengan teratur misalnya: ambulasi,
berpindah, berputar, dan perawatan pribadi sesuai
kebutuhan
9. 03 April
2014
Resiko Infeksi
berhubungan dengan
prosedur invasif
tindakan drainase
Setelah dilakukan intervensi selama
1x24 jam diharapkan klien dapat
memenuhi kriteria hasil sebagai
berikut:
- Klien akan menunjukkan terbebas
dari tanda dan gejala infeksi
- Klien akan memperlihatkan higiene
personal yang adekuat
Mengindikasikan status
gastrointestinal, pernafasan,
genitourinaria dan imun dalam batas
1. Pengendalian infeksi (infection control) :
- Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yang benar
- Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu
masuk dan meninggalkan ruang pasien
- Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan
masing-masing pasien
- Pertahankan teknik isolasi, bila diperlukan
- Berikan terapi antibiotik, bila diperlukan
2. Perlindungan infeksi (infection protection) :
- Pantau tanda-tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
normal(suhu tubuh, denyut jantung, drainase, penampilan luka,
sekresi, penampilan urin, suhu kulit, keletihan)
- Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi (luluh imun dan malnutrisi)
- Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, granulosit,
protein serum, albumin)
Batasi jumlah pengunjung, bila diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
Gleadle, Jonathan. 2005. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta
: Erlangga
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine.. Jakarta : Erlangga
Divisi pulmonologi bagian/ SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud/ RSUP
Sanglah Denpasar. 2009. Diunduh dari
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/viewFile/3933/2925 pada tanggal 2
April 2014 pukul 18.30 WIB
Pangusti, Devi. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Ny.S Dengan Efusi Pleura Di
Ruang Khotijah Rs. Roemani Muhammadiyah Semarang. Undergraduate Theses
from JTPTUNIMUS Universitas Muhammadiyah Semarang
Tobing, Elizabeth, Widirahardjo. 2013. Karakteristik Penderita Efusi Pleura di
RSUP H.Adam Malik Medan. E-Jurnal FK USU Volume.1 No 2
Khairani, Rita, Syahruddin Elisna dkk. 2012. Karakteristik Pleura di Rumah
Sakit Persahabatan. J Respir Indo Vol.32, No 3
DiGiulio, Mary, Donna Jackson, Jim Keogh. 2007. Medical-Surgical Nursing
Demystified. USA : Mc Graw Hill
Brunner and Suddarth. 2004. Textbook of Medical-Surgical Nursing
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Herdman, T Heather. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC
Nurarif Huda,Kusuma Hardhi.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis Association)
NIC-NOC, Jilid 1. MediaAction
Mc Closkey, Joanne C dan Gloria M.Bulecheck. 2000. Nursing Interventions
Classification. Third Generation. USA : Mosby