6
Dea Zahara Lutviana 21040114130110 2014 – Kelas B TANTANGAN PEMBANGUNAN Hubungan dan Tantangan MDG dengan Kemiskinan MDGs merupakan agenda pembangunan dunia yang mulai dicanangkan sejak tahun 2000 dan efektif diberlakukan di Indonesia sejak tahun 2010. Berikut hubungan dan tantangan dalam 8 tujuan besar pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) : (1) Memberantas kemiskinan kelaparan Pada 2011, penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan menurun menjadi 12,49 % dari sebelumnya 15,10 % di tahun 1990. Hingga akhir 2014, persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional sebanyak 11,25 %, sedangkan targetnya adalah 7,55 % sampai akhir 2015. Untuk indeks kedalaman kemiskinan menurun menjadi 1,75 % dari 2,70 % di 1990. Dari seluruh provinsi di Indonesia, kemiskinan paling banyak terdapat di Papua dengan jumlah 30,05 persen dan Papua Barat sebesar 27,13 persen. Paling tidak 1 dari 3 penduduk Papua masuk kategori miskin. Pada Konferensi ke-39 FAO di Roma bulan Juni 2015 lalu, Indonesia mendapatkan MDGs Award dari FAO karena dianggap berhasil menurunkan angka tingkat masyarakat yang mengalami kelaparan dan kekurangan gizi secara signifikan. Berdasarkan data terakhir 2008, proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari satu dollar AS per kapita per hari, masih sebanyak 5,9 % dan kini sudah tercapai sesuai target, yakni 10,30 %. Selain itu, target proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum, yakni 1.400 kkal per kapita per hari dan 2.000 kkal per kapita per hari memerlukan perhatian khusus untuk menurunkan jumlahnya. Di tahun 2010 terjadi penurunan proporsi penduduk yang menderita kelaparan. Dari ke-8 tujuan MDG ini, pemberantasan kemiskinan kelaparan ini sulit. pengembangan MDGs tidak merata. Daerah yang lebih sentral seperti pulau utama, Jawa mendapatkan manfaat lebih daripada di Indonesia timur, di mana infrastruktur dan komunikasinya yang tertinggal. Lapangan pekerjaan yang masih sedikit dan kualitas SDM di Indonesia yang masih rendah juga menjadi faktor mengapa kemiskinan kelaparan belum sepenuhnya tuntas. (2) Mewujudkan pendidikan dasar Pada tahun 2011, angka partisipasi SD melebihi target yaitu sebesar di 95,5 %. Angka melek huruf usia 15-24 untuk perempuan sebesar 98,75 %, sedangkan untuk laki-laki sebesar 98,80 %. Hingga akhir 2014, proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja

Ekonomi Wil dan Kota (MDG - Free Trade Area)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ekonomi wilayah dan kota

Citation preview

Page 1: Ekonomi Wil dan Kota (MDG - Free Trade Area)

Dea Zahara Lutviana21040114130110

2014 – Kelas B

TANTANGAN PEMBANGUNAN

Hubungan dan Tantangan MDG dengan KemiskinanMDGs merupakan agenda pembangunan dunia yang mulai dicanangkan sejak tahun 2000

dan efektif diberlakukan di Indonesia sejak tahun 2010. Berikut hubungan dan tantangan dalam 8 tujuan besar pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) : (1) Memberantas kemiskinan kelaparan

Pada 2011, penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan menurun menjadi 12,49 % dari sebelumnya 15,10 % di tahun 1990. Hingga akhir 2014, persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional sebanyak 11,25 %, sedangkan targetnya adalah 7,55 % sampai akhir 2015. Untuk indeks kedalaman kemiskinan menurun menjadi 1,75 % dari 2,70 % di 1990. Dari seluruh provinsi di Indonesia, kemiskinan paling banyak terdapat di Papua dengan jumlah 30,05 persen dan Papua Barat sebesar 27,13 persen. Paling tidak 1 dari 3 penduduk Papua masuk kategori miskin. Pada Konferensi ke-39 FAO di Roma bulan Juni 2015 lalu, Indonesia mendapatkan MDGs Award dari FAO karena dianggap berhasil menurunkan angka tingkat masyarakat yang mengalami kelaparan dan kekurangan gizi secara signifikan.

Berdasarkan data terakhir 2008, proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari satu dollar AS per kapita per hari, masih sebanyak 5,9 % dan kini sudah tercapai sesuai target, yakni 10,30 %. Selain itu, target proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum, yakni 1.400 kkal per kapita per hari dan 2.000 kkal per kapita per hari memerlukan perhatian khusus untuk menurunkan jumlahnya. Di tahun 2010 terjadi penurunan proporsi penduduk yang menderita kelaparan.

Dari ke-8 tujuan MDG ini, pemberantasan kemiskinan kelaparan ini sulit. pengembangan MDGs tidak merata. Daerah yang lebih sentral seperti pulau utama, Jawa mendapatkan manfaat lebih daripada di Indonesia timur, di mana infrastruktur dan komunikasinya yang tertinggal. Lapangan pekerjaan yang masih sedikit dan kualitas SDM di Indonesia yang masih rendah juga menjadi faktor mengapa kemiskinan kelaparan belum sepenuhnya tuntas.

(2) Mewujudkan pendidikan dasar Pada tahun 2011, angka partisipasi SD melebihi target yaitu sebesar di 95,5 %. Angka

melek huruf usia 15-24 untuk perempuan sebesar 98,75 %, sedangkan untuk laki-laki sebesar 98,80 %. Hingga akhir 2014, proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja sebanyak 42,57 persen, jauh menurun dibandingkan pada 1990 sebanyak 71 persen.

Tantangan utama dalam percepatan pencapaian sasaran MDG pendidikan adalah meningkatan pemerataan akses secara adil bagi semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, untuk mendapatkan pendidikan dasar yang berkualitas di semua daerah.

(3) Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan Rasio angka partisipasi murni (APM) perempuan terhadap laki-laki di sekolah dasar dan

sekolah menengah pertama berturut-turut sebesar 99,73 dan 101,99 pada tahun 2009, dan rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15 sampai 24 tahun telah mencapai 99,85. Oleh sebab itu, Indonesia sudah secara efektif menuju (on-track) pencapaian kesetaraan gender yang terkait dengan pendidikan pada tahun 2015. Di bidang ketenagakerjaan, terlihat adanya peningkatan kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian. Disamping itu, proporsi kursi yang diduduki oleh perempuan di DPR pada Pemilu terakhir juga mengalami peningkatan, menjadi 17,9 persen.

Page 2: Ekonomi Wil dan Kota (MDG - Free Trade Area)

Dea Zahara Lutviana21040114130110

2014 – Kelas B

Prioritas/tantangan ke depan dalam mewujudkan kesetaraan gender meliputi: (1) peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan; (2) perlindungan perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan; dan (3) peningkatan kapasitas kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan.

(4) Menurunkan angka kematian anak Angka prevalensi bayi dengan berat badan kurang menurun menjadi 17,91 % dari 31 % di

tahun 1989. Hingga tahun 2015, beberapa target dapat tercapai, misalnya prevalensi balita kekurangan gizi, prevalensi balita gizi buruk, dan prevalensi balita gizi kurang. Namun demikian, masih terjadi disparitas regional pencapaian target, yang mencerminkan adanya perbedaan akses atas pelayanan kesehatan, terutama di daerah-daerah miskin dan terpencil. Prioritas dan tantangan ke depan adalah bagaimana memperkuat sistem kesehatan dan meningkatkan akses pada pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin dan daerah terpencil.

(5) Meningkatkan kesehatan ibu Dari semua target MDGs, kinerja penurunan angka kematian ibu secara global masih rendah.

Di Indonesia, angka kematian ibu melahirkan (MMR/Maternal Mortality Ratio) menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Target pencapaian MDG pada tahun 2015 adalah sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga diperlukan kerja keras untuk mencapai target tersebut.

Beberapa tantangan dalam menurunkan angka kematian ibu diantaranya kualifikasi penolong saat persalinan, kondisi sosial ekonomi masyarakat, tidak meratanya fasilitas dan tenaga kesehatan, kurangnya pengetahuan bagi para ibu hamil.

(6) Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya Tujuan ini agaknya sulit dicapai oleh Indonesia pada tahun 2015 karena dalam lima tahun

terakhir jumlah penderita HIV AIDS di Indonesia justru terus bertambah. Tingkat prevalensi HIV/AIDS cenderung meningkat di Indonesia, terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu pengguna narkoba suntik dan pekerja seks. Saat ini ada sedikitnya 6.300 kasus AIDS dan 20.000 kasus HIV sejak 1987, menurut data Kementerian Kesehatan. Angka-angka ini menurut para ahli merupakan puncak gunung es karena jumlah sebenarnya diyakini lebih besar dari itu. Jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan di Indonesia meningkat dua kali lipat antara tahun 2004 dan 2005. Angka kejadian malaria per 1.000 penduduk menurun dari 4,68 pada tahun 1990 menjadi 1,85 pada tahun 2009. Sementara itu, pengendalian penyakit Tuberkulosis yang meliputi penemuan kasus dan pengobatan telah mencapai target.

Tantangan di tujuan ke-6 ini yaitu bagaimana memberikan edukasi dan pencegahan pada masyarakat terhadap penyakit-penyakit ini dan memberikan fasilitas kesehatan yang terjangkau dan dekat.

(7) Memastikan pelestarian lingkungan Tingkat emisi gas rumah kaca di Indonesia cukup tinggi, walaupun upaya peningkatan luas

hutan, pemberantasan pembalakan hutan, dan komitmen untuk melaksanakan kerangka kebijakan penurunan emisi karbon dioksida dalam 20 tahun ke depan telah dilakukan. Kebakaran hutan meningkat pesat dalam 1 tahun ini. Proporsi rumah tangga dengan akses air minum layak meningkat dari 37,73 % pada tahun 1993 menjadi 47,71 persen pada tahun 2009. Sementara itu, proporsi rumah tangga dengan akses sanitasi layak meningkat dari 24,81 % (1993) menjadi 51,19 % (2009). Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan menurun dari 20,75 % pada tahun 1993 menjadi 12,12 % pada tahun 2009.

Page 3: Ekonomi Wil dan Kota (MDG - Free Trade Area)

Dea Zahara Lutviana21040114130110

2014 – Kelas B

Tantangan yang perlu dilakukan ke depan adalah investasi penyediaan air minum dan sanitasi untuk melayani jumlah penduduk perkotaan yang terus meningkat. Untuk daerah perdesaan, penyediaan air minum dan sanitasi dilakukan melalui upaya pemberdayaan masyarakat agar memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan infrastruktur dan pembangunan sarana. Di samping itu, perlu dilakukan upaya untuk memperjelas peran dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya air dan pengelolaan sistem air minum dan sanitasi yang layak. Upaya untuk penurunan proporsi rumah tangga kumuh dilakukan melalui penanganan pemukiman kumuh. Regulasi kehutanan juga harus diperketat dan sanksi tegas harus diberikan pada pelaku perusakan kelestarian lingkungan.

(8) Mendorong pembangunan berkelanjutan Indonesia merupakan partisipan aktif dalam berbagai forum internasional dan mempunyai

komitmen untuk terus mengembangkan kemitraan yang bermanfaat dengan berbagai organisasi multilateral, mitra bilateral dan sektor swasta. Politik luar negeri bebas aktif Indonesia sejalan dengan pembangunan berkelanjutan yang ingin dicapai. Kerjasama antara pihak luar negeri dengan pemerintah Indonesia untuk mendorong pembangunan dalam negeri pun kian meningkat. Pemerintah mendorong investasi dari luar agar masuk dan dipermudah. Disamping itu, rencana swasembada dan kebijakan ekonomi juga disinergikan dengan para pelaku dunia usaha dalam rangka mewujudkan sebuah sinergi yang berkesinambungan agar rencana-rencana pembangunan cepat terwujud.

Untuk meningkatkan akses komunikasi dan informasi, sektor swasta telah membuat investasi besar dalam teknologi informasi dan komunikasi, dan akses pada telepon selular, jaringan PSTN, dan komunikasi internet telah meningkat sangat pesat selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2009, sekitar 82,41 persen dari penduduk Indonesia mempunyai akses pada telepon seluler.

Mulai tahun 2015, MDGs akan dilanjutkan dengan SDGs atau Sustainable Development Goals. SDGs dicanangkan untuk melanjutkan tujuan utama MDGs yang belum tercapai, yang antara lain permasalahan kesehatan ibu dan anak, akses terhadap air bersih dan sanitasi, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan status nutrisi. SDGs juga terbuka bagi beberapa isu pembangunan yang muncul sejak MDGs lahir di tahun 2000, seperti ketersediaan anggaran, perubahan iklim, ketersediaan energi, dan lainnya. Pada intinya, MDG dan SDG berpengaruh pada kemiskinan sehingga apabila belum seluruh tujuan tercapai, maka pembangunan juga akan terhambat.

Hubungan Persaingan Bebas dengan Kemiskinan

Terdapat beberapa indikator dan parameter yang bisa dijadikan landasan untuk menilai kesiapan menghadapi MEA, di antaranya, kedalaman informasi terkait MEA di masyarakat, kesiapan pelaku usaha bersaing dengan pengusaha luar negeri, penetrasi produk di pasar ASEAN, implementasi kebijakan di tingkat pusat hingga ke daerah.

Peluang yang bisa didapatkan saat MEA diberlakukan yaitu, pasar ASEAN menjadi pasar tunggal, separuh dari 660 juta penduduk di kawasan tersebut adalah penduduk Indonesia. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia memiliki peluang terbesar. Apalagi dari ukuran demografi dan nilai Produk Domestik Bruto (PDB), Indonesia merupakan yang terbesar. Investasi yang masuk ke Indonesia juga akan lebih besar dan dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa meningkat pesat. jika negara-negara ASEAN ini bersatu bisa mendorong absolute GDP (Gross Domestic Product)

Page 4: Ekonomi Wil dan Kota (MDG - Free Trade Area)

Dea Zahara Lutviana21040114130110

2014 – Kelas B

bisa hingga tiga kali lipatnya. Dengan dihilangkannya hambatan perdagangan, akan membuat persaingan harga-harga barang yang sejenis (termasuk barang-barang import yang harganya murah) akan lebih kompetitif. Sehingga Purchasing Power masyarakat semakin meningkat.

Sementara untuk menuju ke arah pasar bebas tersebut negara kita masih di hadapkan pada masalah rendahnya produksi, rendahnya kualitas produk dan lemahnya penguasaan pasar. Melihat situasi terakhir sektor perdagangan kita khususnya sektor pertanian dan perkebunan, kita belum bisa meraih keuntungan besar karena faktor nilai daya saing baik kualitas atau kemasan produk belum memadai untuk standar ekspor atau konsumsi masyarakat dunia.

Tantangannya yaitu negara-negara di ASEAN harus memiliki daya tahan yang tinggi terhadap guncangan eksternal dan harus mengurangi ketergantungan dari ekonomi Barat. Harus terjadi peningkatan kemampuan tenaga kerja baik secara kualitas maupun kuantitas. Disinilah peran strategi penjualan dan pemasaran dari para pengusaha kecil dan menengah, dituntut untuk bisa menciptakan inovasi-inovasi, dan mengefisiensi cost production agar harga jual produksinya bisa bersaing dengan produk-produk dari kompetitor lain, terutama kompetitor dari luar negeri (khususnya China).

REFERENSI

Let speak Out for MDGs. 2008. “Mari Kita Suarakan MDGs” dalam http://www.id.undp.org/content/ dam/indonesia/docs/MDG/Let%20Speak%20Out%20for%20MDGs%20-%20ID.pdf. Diunduh pada 16 Oktober 2015.

Ningtyas, Rahayu. 2015. “Ketidakadilan, Kesenjangan, dan Ketimpangan: Jalan Panjang Menuju Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015” dalam https://www.academia.edu/6110429/ Ketidakadilan_Kesenjangan_ dan_Ketimpangan. Diunduh pada 16 Oktober 2015.

BAPPENAS. 2013. “Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2011” dalam http://www.bappenas.go.id/files/1913/5229/9628/laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia-2011__20130517105523__3790__0.pdf. Diunduh pada 16 Oktober 2015.

ANTARA News. 2014. “Indonesia berhasil capai sebagian MDGs” dalam http://www.antaranews. com/berita/459255/indonesia-berhasil-capai-sebagian-mdgs. Diakses pada 16 Oktober 2015.

ANTARA News. 2014. “SDGs gantikan MDGs sebagai acuan perundingan pembangunan” dalam http://www.antaranews.com/berita/453769/sdgs-gantikan-mdgs-sebagai-acuan-perundingan-pembangunan. Diakses pada 16 Oktober 2015.

“Status Pencapaian MDGs di Indonesia” dalam http://sekretariatmdgs.or.id/?lang=id&page_ id=1087. Diakses pada 16 Oktober 2015.

Sae. 2015. “Pasar Bebas dan Nasib Indonesia” dalam http://www.kompasiana.com/sae/pasar-bebas-dan-nasib-indonesia_55292db16ea834f5798b456d. Diakses pada 16 Oktober 2015.

Okezone.com. 2015. “Bersatu, Ekonomi ASEAN Bisa Tumbuh 3 Kali Lipat” dalam http://economy.okezone.com/read/2015/ 10/06/20/1226923/bersatu-ekonomi-asean-bisa-tumbuh-3-kali-lipat