Upload
arvilia-humsari
View
79
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
zona intertidal
Citation preview
5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL
1/11
EKOSISTEM INTERTIDAL/LITORAL
Zona intertidal memiliki luas yang sangat terbatas, meliputi wilayah yang terbuka pada saat
surut tertinggi dan terendam air pada saat pasang tertinggi atau separuh waktu berupa ekosistem
terrestrial dan separuhnya berupa ekosistem akuatik. Walaupun wilayahnya sempit, daerah
intertidal memiliki variasi faktor linkungan terbesar disbanding dengan ekosistem lainnya, dan
variasi ini dapat terjadi pada dae rah yang hanya berbeda jarak beberapa sentimeter saja.
KONDISI LINGKUNGAN
1. Pasang-Surut
Naik dan turunnya permukaan air laut secara periodik selama interval waktu tertentu.
Pasang-surut merupakan faktor lingkungan paling penting yang mempengaruhi kehidupan di
zona intertidal. Tanpa adanya pasang-surut yang periodik maka faktor-faktor lingkungan lain
akan kehilangan pengaruhnya. Hal ini disebabkan adanya kisaran yang luas pada banyak faktor
fisik akibat hubungan langsung yang bergantian antara keadaan terkena udara terbuka dan
keadaan terendam air.
Pengaruh pasang-surut terhadap organisme dan komunitas zona intertidal paling jelas
adalah kondisi yang menyebabkan daerah intertidal terkena udara terbuka secara periodik dengan
kisaran parameter fisik yang cukup lebar. Organisme intertidal perlu kemampuan adaptasi agar
dapat menempati daerah ini. Faktor -faktor fisik pada keadaan ekstrem dimana organisme masih
dapat menempati perairan, akan menjadi pembatas atau dapat mematikan jika air sebagai isolasidihilangkan.
Kombinasi antara pasang-surut dan waktu dapat menimbulkan dua akibat langsung yang
nyata pada kehadiran dan organisasi komunitas intertidal. Pertama, perbedaan waktu relatif
antara lamanya suatu daerah tertentu di intertidal berada diudara terbuka dengan lamanya
terendam air. Lamanya terkena udara terbuka merupakan hal yang sangat penting karena pada
saat itulah organisme laut akan berada pada kisaran suhu terbesar dan kemungkinan mengalami
kekeringan. Semakin lama terkena udara, semakin besar kemungkinan mengalami suhu letal atau
kehilangan air diluar batas kemampuan.
Kebanyakan hewan ini harus menunggu sampai air menggenang kembali untuk dapat
mencari makan. Semakin lama terkena udara, semakin kecil kesempatan untuk mencari makan
dan mengakibatkan kekurangan energi. Flora dan fauna intertidal bervariasi kemampuannya
5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL
2/11
dalam menyesuaikan diri terhadap keadaan terkena udara, dn perbedaan ini yang menyebabkan
terjadinya perbedaan distribusi organisme intertidal.
Pengaruh kedua adalah akibat lamanya zona intertidal berada diudara terbuka. Pasang-
surut yang terjadi pada siang hari atau malam hari memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
organisme. Surut pada malam hari menyebabkan daerah intertidal berada dalam kondisi udara
terbuka dengan kisaran suhu relatif lebih rendah jika disbanding dengan daerah yang mengalami
surut pada saat siang hari Pengaruh pasang-surut yang lain adalah karena biasanya terjadi secara
periodic maka pasang-surut cenderung membentuk irama tertentu dalam kegiatan organism
pantai, misalnya irama memijah, mencari makan atau aktivitas organisme lainnya.
2. Suhu
Suhu di daerah intertidal biasanya mempunyai kisaran yang luas selama periode yang
berbeda baik secara harian maupun musiman dan dapat melebihi kisaran toleransi organisme.
Jika pasang-surut terjadi pada kisaran suhu udara maksimum.
3. Ombak
Gerakan ombak di daerah intertidal memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
organisme dan komunitas dibanding dengan daerah lautan lainnya. Pengaruh ombak dapat terjadi
secara langsung maupun tidak.
a. pengaruh langsung
- Secara mekanik ombak dapat menghancurkan dan menghanyutkan benda yang terkena.Pada pantai berpasir dan berlumpur kegiatan ombak dapat membongkar substrat sehingga
mempengaruhi bentuk zona. Terpaan ombak dapat menjadi pembatas bagi organisme yang tidak
dapat menahan terpaan tersebut.
- Ombak dapat membentuk batas zona intertidal lebih luas, akibatnya organism laut dapat
hidup di daerah air yang lebih tinggi di daerah yang terkena terpaan ombak dari pada di daerah
tenang pada kisaran pasang-surut yang sama
b. Pengaruh tidak langsung
Kegiatan ombak dapat mengaduk gas-gas atmosfer ke dalam air, sehingga meningkatkan
kandungan oksigen. Karena interaksi dengan atmosfer terjadi secara teratur dan terjadi
pembentukan gelembung serta pengadukan substrat, maka penetrasi cahaya di daerah yang
diterpa ombak dapat berkurang.
4. Salinitas
5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL
3/11
Perubahan salinitas di daerah intertidal dapat melalui dua cara:
a. Zona intertidal terbuka pada saat surut, dan kalau hal ini terjadi pada saat hujan lebat
maka salinitas akan turun. Apabila penurunan ini melewati batas toleransi bagi organisme
b. Pada daerah intertidal pantai berbatu yang memiliki banyak cekungan, daerah ini dapat
digenangi air tawar yang masuk ketika hujan deras sehingga menurunkan salinitas, atau
memperlihatkan kenaikan salinitas jika terjadi penguapan sangat tinggi pada siang hari.
5. Substrat Dasar
Substrat dasar zona intertidal memiliki variasi yang berbeda dan dapat berupa pasir,
lumpur maupun berbatu. Substrat dasar ini menyebabkan perbedaan struktur komunitas flora dan
fauna yang berbeda.
Ikan Intertidal Secara Umum
Hampir semua ikan intertidal berukuran kecil, karena keadaan linhkungan yang bergolak.
Bentuk tubuh biasanya pipih dan memanjang (Bleniidae, Pholidae) atau gepeng (Cottidae,
Cobiesocidae), yang memungkinkan mereka tinggal di lubang, saluran, celah, atau lekukan untuk
berlindung dari kekeringan dan gerakan ombak. Sebagian besar mempunyai gelembung renang
dan sangat berasosiasi dengan substrat. Banyak dari ikan ini yang beradaptasi untuk menahan
kisaran salinitas dan suhu yang besar dibandingkan dengan familinya yang berada di daerah
subtidal. Beberapa dari mereka beradaptasi dengan cara berada di luar air untuk beberapa saat
lamanya. Banyak ikan intertidal di zona beriklim sedang yang merupakan karnivora danmenunjukkan peranan yang potensial dalam organisasikomunitas intertidal.
Pola daur hidup dari beberapa spesies yang diamati umumnya sama. Telur-telurnya
demersal dan diletakkan pada batu, karang, atau tumbuhan yang tenggelam. Sering telur-telur
tersebut dijaga oleh ikan jantan. Telur menetas setelah beberapa minggu menjadi larva
planktonik. Periode plankton bervariasi, lamanya bergantung pada spesiesnya. Dapat
berlangsung selama dua bulan. Selama periode ini, secara bertahap larva membentuk ciri-ciri
ikan dewasa, dan akhirnya menjadi bentik. Jangka waktu hidup dalam fase dewasa umumnya
pendek, berkisar antara 2 sampai 10 tahun dan dewasa kelamin terjadi pada tahun pertamaatau
kedua. Beberapa ikan intertidal mengadakan migrasi, bergerak mengikuti pasang surutharian
atau musiman.
5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL
4/11
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai
atau muara sungai yang masih dipengaruhi oleh aksi pasang air laut. Disebut juga sebagai hutan
pantai, hutan pasang-surut, mangal, dan ada juga yang menyebutnya dengan hutan bakau. Perlu
dipertegas bahwa istilah bakau biasanya hanya digunakan untuk jenis tumbuhan tertentu dari
marga Rhizophora, sedangkan istilah mangrove atau mangal dipergunakan untuk segala
tumbuhan yang hidup pada lingkungan ini.
Hutan mangrove ditemukan tumbuh subur pada pantai -pantai yang terlindung, datar atau
ditempat-tempat yang mempunyai muara sungai yang besar dengan substrat dasar berlumpur.
Mangrove tidak tumbuh pada pantai yang terjal dan berombak besar dengan pengaruh pasang air
laut yang kuat, karena hal ini tidak memungkinkan pengendapan Lumpur dan pasir yang
diperlukan untuk pertumbuhannya.
Ekosistem mangrove merupakan ekoton yaitu ekosistem peralihan antara daratan dan
lautan, sehingga berbagai interaksi faktor lingkungan memunculkan kondisi yang khas dan tidak
menentu. Kondisi ini menyebabkan struktur komunitas dengan dinamika yang sangat menarik
dan cenderung rumit. Sebagai ekosistem peralihan, mangrove memiliki manfaat yang sangat
besar bagi keseimbangan ekosistem daratan dan juga ekosistem lautan, baik sebagai sumberdaya
hutan maupun sebagai pendukung sumber daya perikanan lepas pantai.
Menurut data dari Nonji (1993), luas mangrove di seluruh Indonesia diperkirakan sekitar
4,25 juta hektar atau 3,98% dari seluruh luas hutan Indonesia. Hutan mangrove yang luas antaralain terdapat di pesisir timur Sumatra, pesisir Kalimantan dan pesisir selatan Papua. Di wilayah
lain hutan mangrove sudah sulit ditemukan. Di beberapa tempat di pulau Jawa seperti di Cilacap,
Banyuwangi, Pulau Menjangan, Situbondo dan beberapa tempat lain masih ditemukan hutan
mangrove meskipun dengan luas yang terbatas. Berdasarkan pengamatan penulis, kerusakan
paling parah ekosistem hutan mangrove pada sepuluh tahun terakhir terjadi di pantai timur
Sumatra, akibat pemanfaatan daerah tersebut untuk tambak udang dan juga diambil kayunya
untuk bahan bangunan.
Ikan di Mangrove
Ikan yang khas ditemukan pada ekosistem mangrove adalah dari genus Perioptalmus, yang
umum dikenal sebagai ikan gelodok (mud skipper). Periothalamus sp. atau yang biasa disebut
ikan gelodok adalah jenis ikan yang bisa merangkak naik ke darat atau bertengger pada akar-
5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL
5/11
akar pohon bakau. Karena kemampuan inilah ikan gelodok disebut juga ikan tembakul. Ikan ini
hidup di zona pasang surut di lumpur pantai yang ada pohon-pohon bakaunya.
Salinitas perairan mangrove yang khas sangat mendukung kehidupan ikan gelodok yaitu
antara tawar dan asin karena memperoleh masukan air dari laut dan dari sungai. Selain salinitas
yang khas, mangrove juga memiliki substrat dasar yang khas yaitu berlumpur. Substrat dasar
berlumpur tersebut digunakan ikan gelodok untuk membangun sarang yang ia gunakan sebagai
tempat pertahanan diri dari predator, tempat sembunyi ketika perairan mangrove sedang pasang,
dan juga sebagai tempat yang amat sakral ketika musim kawin tiba.
Hidup di wilayah pasang surut, gelodok biasa menggali lubang di lumpur yang lunak untuk
sarangnya. Lubang ini bisa sangat dalam dan bercabang-cabang, berisi air dan sedikit udara di
ruang-ruang tertentu. Ketika air pasang naik, ikan gelodok umumnya bersembunyi di lubang-
lubang ini untuk menghindari predator yang berdatangan seperti Cerberus rynchops,
Ikan jantan memiliki semacam alat kopulasi pada kelaminnya. Setelah perkawinan, telur-
telur ikan gelodok disimpan dalam lubangnya dan dijaga oleh induk betina. Telur-telur tersebut
lengket dan melekat pada dinding lumpur. Ikan gelodok dapat bertelur hingga 70.000 butir.
Ikan gelodok memangsa aneka hewan, mulai dari ketam binatu (Uca spp.), udang, ikan,
kerang, cumi-cumi, semut ngangrang dan lalat. Ikan ini diduga sedikit memakan tumbuhan.
Ketika menjelajah daratan, ikan gelodok sering menyerang dan mengusir ikan gelodok yang
lainnya. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan teritorialnya.Taksonomi (Clayton, 1993) & (Murdy, 1986)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Gobiidae
Subfamili : Oxudercinae
Genus : Periothalamus
Spesies :Periothalamus sp.
Morfologi dan bentuk muka ikan gelodok sangat khas. Ikan ini memiliki adaptasi yang
khas untuk hidup di daerah mangrove yaitu berupa adaptasi mata dan alat respirasi. Mata terletak
tinggi pada kepala dan tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk fokus yang baik di udara
5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL
6/11
dari pada di air. Kedua matanya menonjol di atas kepala seperti mata kodok, wajah yang
dempak, dan sirip-sirip punggung yang terkembang menawan. Badannya bulat panjang seperti
torpedo, sementara sirip ekornya membulat. Panjang tubuh bervariasi mulai dari beberapa
sentimeter hingga mendekati 30 cm. Keahlian yang dimiliki ikan gelodok adalah dapat bertahan
hidup lama di daratan (90% waktunya dihabiskan di darat), dapat memanjat akar-akar pohon
bakau, melompat jauh, dan berjalan di atas lumpur. Sebenarnya kaki yang dimiliki ikan
gelodok ini adalah sirip dadanya yang telah mengalami adaptasi sehingga menjadi kuat, dan bisa
digunakan untuk berjalan di lumpur mangrove. Pangkal sirip dadanya berotot kuat, sehingga
sirip ini dapat ditekuk dan berfungsi seperti lengan untuk merayap, merangkak dan melompat.
Sistem respirasi juga mengalami adaptasi, yaitu dengan berkurangnya jumlah insang dan
pernapasan disempurnakan dengan adanya kantung udara yang bervaskularisasi di dalam ronggamulut dan ruang-ruang insang (Nybakken, 1988). Ikan gelodok dapat bertahan di daratan karena
kemampuannya bernafas melalui kulit tubuhnya dan lapisan selaput lendir di mulut dan
kerongkongannya, yang hanya bisa terlaksana dalam keadaan lembab. Oleh sebab itu gelodok
setiap beberapa saat perlu mencelupkan diri ke air untuk membasahi tubuhnya. Ikan gelodok
Periophthalmus koelreuteri setiap kalinya bisa bertahan sampai 7-8 menit di darat, sebelum
masuk lagi ke air. Di samping itu, gelodok juga menyimpan sejumlah air di rongga insangnya
yang membesar, yang memungkinkan insang untuk selalu terendam dan berfungsi selagi ikan itu
berjalan-jalan di daratan. Ketika berenang, kedua mata ikan gelodok tetap muncul di permukaan
mirip periskop kapal selam dan kedua matanya mampu bergerak secara independent, yaitu satu
mata dapat melihat ke kiri dan mata yang lainnya bisa melihat ke kanan pada saat bersamaan.
Selain itu, karena berada di luar rongga kepala, mata yang mereka miliki mampu melihat ke
segala arah (dapat berputar 360 derajat).
5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL
7/11
Morfologi
a. Bentuk tubuh memanjang, pipih, tertutupi oleh sisik sikloidb. Kepala sub-silindris bersisik matanya berdekatan, lidah bercabang dua, sirip
punggung pertama memiliki 5 jari-jari.
c. Sirip perut bersatu, rahang atas 4-6 gigi taringd. Panjang tubuh gingga 220mme. Bentuk papila ikan jantan memanjang dan membulat di bagian ujung. Sedangkan
pada ikan betina bagian ujungnya terbelah
Ekskresi
a. Melalui insang dalam bentuk amonia dan beberapa ureab. Saat keluar dari air, mendetoksifikasi amonia dengan cara produksi energi melalui
katabolisme parsial asam amino dan akumulasi alanin
Respirasi
a. Terjadi pertukaran gas melalui sirip dan kulitnyab. Menyimpan sejumlah air di dalam insang yang membesar, memungkinkan insang selalu
terendam saat di darat
Hidro-Oseanografi
Ikan gelodok hanya dijumpai di pantai-pantai beriklim tropis dan subtropis di wilayah
Indo-Pasifik sampai ke Pantai Atlantik Benua Afrika.Habitat ikan gelodok yaitu terdapat padadaerah berlumpur, di tepi sungai, muara, hutan bakau, dan di wilayah pasang surut.Biota ini
tahan terhadap kerusakan lingkungan dan dapat hidup dalam kondisi ekstrim, dapat hidup pada
kadar oksigen rendah, kisaran salinitas sekitar 10 30 ppt, dan kesadahan 10 25. Ikan
gelodok dapat hidup pada suhu 2227 C, kelembapan 60-80 % dan pH 7,08,5.
http://marineresourcesdatabase.files.wordpress.com/2013/12/glodok.jpg5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL
8/11
Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang terdapat di lingkungan perairan yang agak dangkal, seperti
paparan benua dan gugusan pulau-pulau di perairan tropis. Untuk mencapai pertumbuhan
maksimum, terumbu karang memerlukan perairan yang jernih, dengan suhu perairan yang
hangat, gerakan gelombang yang besar dan sirkulasi air yang lancar serta terhindar dari proses
sedimentasi. Ekosistem terumbu karang memiliki kemampuan yang baik dalam memperbaiki
bagian yang rusak, bila karakteristik habitat dari berbagai macam formasi terumbu karang dan
faktor lingkungan yang mempengaruhinya terpelihara dengan baik. Seperti ekosistem lainnya,
terumbu karang tidak memerlukan campur tangan atau manipulasi langsung manusia untuk
kelangsungan hidupnya (Dahuri et al, 2004).
Ikan Karang
Ikan karang adalah ikan yang hidup di lingkungan terumbu karang yang mempunyai
ketergantungan pada karang sebagai tempat hidup dan aktivitas lainnya. Ikan karang mempunyai
warna yang beraneka ragam dan daerah jelajahnya hanya di sekitar terumbu karang. Ikan karang
dapat dikategorikan menjadi ikan hias dan ikan pangan (Picasou dan Marseno, 2005).
Secara umum, ikan karang akan menyesuaikan diri pada lingkungannya. Setiap spesies
memperlihatkan preferensi atau kecocokan habitat yang tepat yang diatur oleh kombinasi faktor
ketersediaan makanan , tempat berlindung dan variasi parameter fisik. Sejumlah besar spesies
ditemukan pada terumbu karang adalah refleksi langsung dari besarnya kesempatan yangdiberikan oleh habitat (Allen dan Steene, 1996 dalam admin, 2009).
Menurut Pratiwi (2006), ikan karang mempunyai ciri-ciri: Umumnya menetap, berukuran
relatif kecil, gerakannya relatif mudah dijangkau oleh pengamat, hidup di perairan tropis, dan
umumnya bersifat territorial. Jenis substrat tempat hidup ikan karang yaitu: Karang hidup,
karang mati, pecahan karang, pasir dan karang lunak. Sebaran ikan karang dipengaruhi oleh
beberapa hal seperti: Kebiasaan, habitat, arus dan larva. Ikan karang ditemukan pada kedalaman
0 sampai >20 meter.
Adapatasi Ikan Karang
1. Pewarnaan pada Ikan KarangWarna-warna yang mencolok dan bentuk serta pola yang aneh dari kebanyakan ikan
karang merupakan hal yang menjadi ciri khas yang dimiliki oleh ikan karang. Menurut menurut
McConnaughery (1983), warna yang mencolok bentuk serta pola yang aneh dari ikan karang
5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL
9/11
merupakan salah satu bentuk adaptasi morfologi ikan karang untuk mengelabui pemangsanya
(kamuflase). Terumbu merupakan latar belakang yang warna-warni sehingga ikan karang
menyesuaikan diri dengan warna terumbu karang, celah-celah karang merupakan tempat
persembunyian bagi ikan karang jika pemangsa datang sehingga bentuk yang aneh tersebut dapat
membantunya untuk menghindarkan diri dari pemangsanya.
Warna pada ikan karang merupakan pemberitahuan bahwa spesies tersebut mengandung
zat lain yang tidak disukai oleh predator. Penjelasan lain bahwa warna digunakan untuk
pengenalan spesies, warna juga digunakan untuk penyamaran spesies baik dengan mengubah
bentuk ikan dan membuatnya nampak seperti sesuatu yang lain (Nybakken, 1992)
2. Kebiasaan Makan pada Ikan KarangFaktor yang paling mempengaruhi diversifikasi dan modifikasi ikan karang dalam
perkembangannya adalah kebiasaan makannya. Atas dasar ini ikan dapat dibagi secara luas
menjadi pemakan plankton, pemakan nekton, dan pemakan bentos. Kebanyakan kebiasaan
makan ikan karang berubah secara radikal dalam masa pertumbuhannya mulai dari juvenil yang
masih muda hingga menjadi ikan dewasa (McConnaughery, 1983).
a. Pemakan PlanktonIkan pemakan plankton pada umumnya memiliki cakar-cakar insang yang baik
tumbuhnya pada satu atau lebih busur insangnya di sisi lekuk sebelah dalamnya, berhadapan
dengan serabut insang. Sementara ikan melewatkan air melalui mulutnya dan keluar di atasinsang untuk bernafas, tersaring organisme plankton dan tertahan oleh cakar-cakar insang sampai
dibawa ke dekat kerongkongan dan ditelah (McConnaughery, 1983).
Adaptasi morfologi yang dilakukan oleh ikan planktonovora adalah manifestasi
sebagian besar di dalam perubahan bentuk dari bagian mulutnya, dimana rahang berbentuk
seperti tabung pada waktu membuka mulut. Bentuk gigi mereka menjadi kecil, tulang tengkorak
kurus, dan matanya membesar (Sorokin, 1993).
Selanjutnya sorokin (1993) mengatakan bahwa kelompok ikan ini terbagi atas
kelompok primer dan sekunder. Kelompok primer terdiri atas beberapa spesies dari family ikan
pelagis yang keluar pada malam hari berpencar mencari makan dan pada siang hari bersama
dengan gerombolan bersembunyi di tubir. Kelompok primer terdiri atas beberapa dari family
ikan karang berbeda yang termasuk dalam ordo Peciformes.
b. Herbivora
5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL
10/11
Ikan herbivora adalah kelompok besar kedua (sekitar 15 persen dari spesies), dan yang
paling penting dari kelompok ini adalah family Scaridae dan Acanthuridae (Nybakken, 1992).
Kebanyakan ikan herbivora adalah ikan-ikan yang aktif pada siang hari (diurnal), berwarna
cemerlang dengan mulut yang kecil, cocok untuk mengikis tumbuhan alga dari alga koralin
(McConnaughery, 1983).
Ikan herbivor di terumbu karang sebagian besar bertahan karena adanya alga serta
diatom yang ada di permukaan karang. Sejauh ini Scaridae dan Acanthuridae adalah herbivor
yang paling penting di daerah terumbu karang. Meskipun demikian Siganidae, beberapa jenis
Pomacentridae dan Blennidae termasuk pula dalam golongan penting pada ikan kategori ini
(Goldman dan Talbot 1976 dalam Hijas, 2005).
Sorokin (1993) membagi jenis kelompok ikan pemakan tumbuhan menjadi : pemakan
tunas (browser), perumput (grazer) dan penghisap (sucker). Pemakan tunas memakan makrofita
dan lamun, perumput (grazer) memakan perifitin lembaran dan alga koralin sedangkan penghisap
menghisap detritus dan mikrofitobenthos lembaran dari permukaan sedimen dasar yang halus.
c. KarnivoraTipe pemangsaan yang paling banyak ditemui di terumbu adalah karnivora, mungkin
sekitar 50-70% dari spesis ikan. Ikan-ikan karnivora tidak mengkhususkan makanannya pada
suatu sumber makanan tertentu, tetapi sebaliknya merupakan opurtunistik, mengambil apa saja
yang berguna bagi ikan karnivor itu (Goldman dan Talbot 1976 dalam Hijas, 2005).Menurut Hobson (1975) dalam McConnaughery (1983), ada tiga metode yang
digunakan oleh ikan karnivora untuk mendapatkan mangsanya yaitu : mencaplok, mengintai, dan
menyamarkan diri (kamuflase). Mencaplok dilakukan oleh ikan dari family Carangidae
mangsanya dari kawanan, dilakukan terutama pagi dan sore hari. Mengintai dilakukan dengan
sangat pelan-pelan kemudian sampai jarak yang memungkinkan ikan jenis ini kemudian
melompati dan menerjang dengan cepat, metode seperti ini dilakukan oleh ikan dari family
Aulostomidae, Belonidae, dan Aulostomidae. Dan yang terakhir dilakukan dengan menyamarkan
dirinya dan menunggui mangsanya datang cukup dekat untuk dijangkau.
3. Tingkah LakuBeberapa jenis ikan karang selalu dijumpai dalam keadaan berkelompok, dan beberapa
jenis yang lain selalu dalam pasangan atau menyendiri. Namun sebahagian besar jenis ikan
karang adalah teritorial. Jenis teritorial umumnya melindungi wilayahnya sebagai daerah
5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL
11/11
tertutup bagi jenis lain untuk kepentingan pasokan makanan, tempat tinggal atau untuk daerah
pemijahan dan pembesaran anak. Jenis teritorial akan bertingkah laku agresif terjadap jenis lain
yang memasuki wilayahnya. Beberapa jenis memiliki wilayah yang sangat luas atau
memisahkan daerah pencarian makan dan daerah untuk tidur (Lieske & Myers 1997).