EKOSISTEM INTERTIDAL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

zona intertidal

Citation preview

  • 5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL

    1/11

    EKOSISTEM INTERTIDAL/LITORAL

    Zona intertidal memiliki luas yang sangat terbatas, meliputi wilayah yang terbuka pada saat

    surut tertinggi dan terendam air pada saat pasang tertinggi atau separuh waktu berupa ekosistem

    terrestrial dan separuhnya berupa ekosistem akuatik. Walaupun wilayahnya sempit, daerah

    intertidal memiliki variasi faktor linkungan terbesar disbanding dengan ekosistem lainnya, dan

    variasi ini dapat terjadi pada dae rah yang hanya berbeda jarak beberapa sentimeter saja.

    KONDISI LINGKUNGAN

    1. Pasang-Surut

    Naik dan turunnya permukaan air laut secara periodik selama interval waktu tertentu.

    Pasang-surut merupakan faktor lingkungan paling penting yang mempengaruhi kehidupan di

    zona intertidal. Tanpa adanya pasang-surut yang periodik maka faktor-faktor lingkungan lain

    akan kehilangan pengaruhnya. Hal ini disebabkan adanya kisaran yang luas pada banyak faktor

    fisik akibat hubungan langsung yang bergantian antara keadaan terkena udara terbuka dan

    keadaan terendam air.

    Pengaruh pasang-surut terhadap organisme dan komunitas zona intertidal paling jelas

    adalah kondisi yang menyebabkan daerah intertidal terkena udara terbuka secara periodik dengan

    kisaran parameter fisik yang cukup lebar. Organisme intertidal perlu kemampuan adaptasi agar

    dapat menempati daerah ini. Faktor -faktor fisik pada keadaan ekstrem dimana organisme masih

    dapat menempati perairan, akan menjadi pembatas atau dapat mematikan jika air sebagai isolasidihilangkan.

    Kombinasi antara pasang-surut dan waktu dapat menimbulkan dua akibat langsung yang

    nyata pada kehadiran dan organisasi komunitas intertidal. Pertama, perbedaan waktu relatif

    antara lamanya suatu daerah tertentu di intertidal berada diudara terbuka dengan lamanya

    terendam air. Lamanya terkena udara terbuka merupakan hal yang sangat penting karena pada

    saat itulah organisme laut akan berada pada kisaran suhu terbesar dan kemungkinan mengalami

    kekeringan. Semakin lama terkena udara, semakin besar kemungkinan mengalami suhu letal atau

    kehilangan air diluar batas kemampuan.

    Kebanyakan hewan ini harus menunggu sampai air menggenang kembali untuk dapat

    mencari makan. Semakin lama terkena udara, semakin kecil kesempatan untuk mencari makan

    dan mengakibatkan kekurangan energi. Flora dan fauna intertidal bervariasi kemampuannya

  • 5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL

    2/11

    dalam menyesuaikan diri terhadap keadaan terkena udara, dn perbedaan ini yang menyebabkan

    terjadinya perbedaan distribusi organisme intertidal.

    Pengaruh kedua adalah akibat lamanya zona intertidal berada diudara terbuka. Pasang-

    surut yang terjadi pada siang hari atau malam hari memiliki pengaruh yang berbeda terhadap

    organisme. Surut pada malam hari menyebabkan daerah intertidal berada dalam kondisi udara

    terbuka dengan kisaran suhu relatif lebih rendah jika disbanding dengan daerah yang mengalami

    surut pada saat siang hari Pengaruh pasang-surut yang lain adalah karena biasanya terjadi secara

    periodic maka pasang-surut cenderung membentuk irama tertentu dalam kegiatan organism

    pantai, misalnya irama memijah, mencari makan atau aktivitas organisme lainnya.

    2. Suhu

    Suhu di daerah intertidal biasanya mempunyai kisaran yang luas selama periode yang

    berbeda baik secara harian maupun musiman dan dapat melebihi kisaran toleransi organisme.

    Jika pasang-surut terjadi pada kisaran suhu udara maksimum.

    3. Ombak

    Gerakan ombak di daerah intertidal memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap

    organisme dan komunitas dibanding dengan daerah lautan lainnya. Pengaruh ombak dapat terjadi

    secara langsung maupun tidak.

    a. pengaruh langsung

    - Secara mekanik ombak dapat menghancurkan dan menghanyutkan benda yang terkena.Pada pantai berpasir dan berlumpur kegiatan ombak dapat membongkar substrat sehingga

    mempengaruhi bentuk zona. Terpaan ombak dapat menjadi pembatas bagi organisme yang tidak

    dapat menahan terpaan tersebut.

    - Ombak dapat membentuk batas zona intertidal lebih luas, akibatnya organism laut dapat

    hidup di daerah air yang lebih tinggi di daerah yang terkena terpaan ombak dari pada di daerah

    tenang pada kisaran pasang-surut yang sama

    b. Pengaruh tidak langsung

    Kegiatan ombak dapat mengaduk gas-gas atmosfer ke dalam air, sehingga meningkatkan

    kandungan oksigen. Karena interaksi dengan atmosfer terjadi secara teratur dan terjadi

    pembentukan gelembung serta pengadukan substrat, maka penetrasi cahaya di daerah yang

    diterpa ombak dapat berkurang.

    4. Salinitas

  • 5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL

    3/11

    Perubahan salinitas di daerah intertidal dapat melalui dua cara:

    a. Zona intertidal terbuka pada saat surut, dan kalau hal ini terjadi pada saat hujan lebat

    maka salinitas akan turun. Apabila penurunan ini melewati batas toleransi bagi organisme

    b. Pada daerah intertidal pantai berbatu yang memiliki banyak cekungan, daerah ini dapat

    digenangi air tawar yang masuk ketika hujan deras sehingga menurunkan salinitas, atau

    memperlihatkan kenaikan salinitas jika terjadi penguapan sangat tinggi pada siang hari.

    5. Substrat Dasar

    Substrat dasar zona intertidal memiliki variasi yang berbeda dan dapat berupa pasir,

    lumpur maupun berbatu. Substrat dasar ini menyebabkan perbedaan struktur komunitas flora dan

    fauna yang berbeda.

    Ikan Intertidal Secara Umum

    Hampir semua ikan intertidal berukuran kecil, karena keadaan linhkungan yang bergolak.

    Bentuk tubuh biasanya pipih dan memanjang (Bleniidae, Pholidae) atau gepeng (Cottidae,

    Cobiesocidae), yang memungkinkan mereka tinggal di lubang, saluran, celah, atau lekukan untuk

    berlindung dari kekeringan dan gerakan ombak. Sebagian besar mempunyai gelembung renang

    dan sangat berasosiasi dengan substrat. Banyak dari ikan ini yang beradaptasi untuk menahan

    kisaran salinitas dan suhu yang besar dibandingkan dengan familinya yang berada di daerah

    subtidal. Beberapa dari mereka beradaptasi dengan cara berada di luar air untuk beberapa saat

    lamanya. Banyak ikan intertidal di zona beriklim sedang yang merupakan karnivora danmenunjukkan peranan yang potensial dalam organisasikomunitas intertidal.

    Pola daur hidup dari beberapa spesies yang diamati umumnya sama. Telur-telurnya

    demersal dan diletakkan pada batu, karang, atau tumbuhan yang tenggelam. Sering telur-telur

    tersebut dijaga oleh ikan jantan. Telur menetas setelah beberapa minggu menjadi larva

    planktonik. Periode plankton bervariasi, lamanya bergantung pada spesiesnya. Dapat

    berlangsung selama dua bulan. Selama periode ini, secara bertahap larva membentuk ciri-ciri

    ikan dewasa, dan akhirnya menjadi bentik. Jangka waktu hidup dalam fase dewasa umumnya

    pendek, berkisar antara 2 sampai 10 tahun dan dewasa kelamin terjadi pada tahun pertamaatau

    kedua. Beberapa ikan intertidal mengadakan migrasi, bergerak mengikuti pasang surutharian

    atau musiman.

  • 5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL

    4/11

    Ekosistem mangrove merupakan ekosistem hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai

    atau muara sungai yang masih dipengaruhi oleh aksi pasang air laut. Disebut juga sebagai hutan

    pantai, hutan pasang-surut, mangal, dan ada juga yang menyebutnya dengan hutan bakau. Perlu

    dipertegas bahwa istilah bakau biasanya hanya digunakan untuk jenis tumbuhan tertentu dari

    marga Rhizophora, sedangkan istilah mangrove atau mangal dipergunakan untuk segala

    tumbuhan yang hidup pada lingkungan ini.

    Hutan mangrove ditemukan tumbuh subur pada pantai -pantai yang terlindung, datar atau

    ditempat-tempat yang mempunyai muara sungai yang besar dengan substrat dasar berlumpur.

    Mangrove tidak tumbuh pada pantai yang terjal dan berombak besar dengan pengaruh pasang air

    laut yang kuat, karena hal ini tidak memungkinkan pengendapan Lumpur dan pasir yang

    diperlukan untuk pertumbuhannya.

    Ekosistem mangrove merupakan ekoton yaitu ekosistem peralihan antara daratan dan

    lautan, sehingga berbagai interaksi faktor lingkungan memunculkan kondisi yang khas dan tidak

    menentu. Kondisi ini menyebabkan struktur komunitas dengan dinamika yang sangat menarik

    dan cenderung rumit. Sebagai ekosistem peralihan, mangrove memiliki manfaat yang sangat

    besar bagi keseimbangan ekosistem daratan dan juga ekosistem lautan, baik sebagai sumberdaya

    hutan maupun sebagai pendukung sumber daya perikanan lepas pantai.

    Menurut data dari Nonji (1993), luas mangrove di seluruh Indonesia diperkirakan sekitar

    4,25 juta hektar atau 3,98% dari seluruh luas hutan Indonesia. Hutan mangrove yang luas antaralain terdapat di pesisir timur Sumatra, pesisir Kalimantan dan pesisir selatan Papua. Di wilayah

    lain hutan mangrove sudah sulit ditemukan. Di beberapa tempat di pulau Jawa seperti di Cilacap,

    Banyuwangi, Pulau Menjangan, Situbondo dan beberapa tempat lain masih ditemukan hutan

    mangrove meskipun dengan luas yang terbatas. Berdasarkan pengamatan penulis, kerusakan

    paling parah ekosistem hutan mangrove pada sepuluh tahun terakhir terjadi di pantai timur

    Sumatra, akibat pemanfaatan daerah tersebut untuk tambak udang dan juga diambil kayunya

    untuk bahan bangunan.

    Ikan di Mangrove

    Ikan yang khas ditemukan pada ekosistem mangrove adalah dari genus Perioptalmus, yang

    umum dikenal sebagai ikan gelodok (mud skipper). Periothalamus sp. atau yang biasa disebut

    ikan gelodok adalah jenis ikan yang bisa merangkak naik ke darat atau bertengger pada akar-

  • 5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL

    5/11

    akar pohon bakau. Karena kemampuan inilah ikan gelodok disebut juga ikan tembakul. Ikan ini

    hidup di zona pasang surut di lumpur pantai yang ada pohon-pohon bakaunya.

    Salinitas perairan mangrove yang khas sangat mendukung kehidupan ikan gelodok yaitu

    antara tawar dan asin karena memperoleh masukan air dari laut dan dari sungai. Selain salinitas

    yang khas, mangrove juga memiliki substrat dasar yang khas yaitu berlumpur. Substrat dasar

    berlumpur tersebut digunakan ikan gelodok untuk membangun sarang yang ia gunakan sebagai

    tempat pertahanan diri dari predator, tempat sembunyi ketika perairan mangrove sedang pasang,

    dan juga sebagai tempat yang amat sakral ketika musim kawin tiba.

    Hidup di wilayah pasang surut, gelodok biasa menggali lubang di lumpur yang lunak untuk

    sarangnya. Lubang ini bisa sangat dalam dan bercabang-cabang, berisi air dan sedikit udara di

    ruang-ruang tertentu. Ketika air pasang naik, ikan gelodok umumnya bersembunyi di lubang-

    lubang ini untuk menghindari predator yang berdatangan seperti Cerberus rynchops,

    Ikan jantan memiliki semacam alat kopulasi pada kelaminnya. Setelah perkawinan, telur-

    telur ikan gelodok disimpan dalam lubangnya dan dijaga oleh induk betina. Telur-telur tersebut

    lengket dan melekat pada dinding lumpur. Ikan gelodok dapat bertelur hingga 70.000 butir.

    Ikan gelodok memangsa aneka hewan, mulai dari ketam binatu (Uca spp.), udang, ikan,

    kerang, cumi-cumi, semut ngangrang dan lalat. Ikan ini diduga sedikit memakan tumbuhan.

    Ketika menjelajah daratan, ikan gelodok sering menyerang dan mengusir ikan gelodok yang

    lainnya. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan teritorialnya.Taksonomi (Clayton, 1993) & (Murdy, 1986)

    Kingdom : Animalia

    Filum : Chordata

    Kelas : Actinopterygii

    Ordo : Perciformes

    Famili : Gobiidae

    Subfamili : Oxudercinae

    Genus : Periothalamus

    Spesies :Periothalamus sp.

    Morfologi dan bentuk muka ikan gelodok sangat khas. Ikan ini memiliki adaptasi yang

    khas untuk hidup di daerah mangrove yaitu berupa adaptasi mata dan alat respirasi. Mata terletak

    tinggi pada kepala dan tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk fokus yang baik di udara

  • 5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL

    6/11

    dari pada di air. Kedua matanya menonjol di atas kepala seperti mata kodok, wajah yang

    dempak, dan sirip-sirip punggung yang terkembang menawan. Badannya bulat panjang seperti

    torpedo, sementara sirip ekornya membulat. Panjang tubuh bervariasi mulai dari beberapa

    sentimeter hingga mendekati 30 cm. Keahlian yang dimiliki ikan gelodok adalah dapat bertahan

    hidup lama di daratan (90% waktunya dihabiskan di darat), dapat memanjat akar-akar pohon

    bakau, melompat jauh, dan berjalan di atas lumpur. Sebenarnya kaki yang dimiliki ikan

    gelodok ini adalah sirip dadanya yang telah mengalami adaptasi sehingga menjadi kuat, dan bisa

    digunakan untuk berjalan di lumpur mangrove. Pangkal sirip dadanya berotot kuat, sehingga

    sirip ini dapat ditekuk dan berfungsi seperti lengan untuk merayap, merangkak dan melompat.

    Sistem respirasi juga mengalami adaptasi, yaitu dengan berkurangnya jumlah insang dan

    pernapasan disempurnakan dengan adanya kantung udara yang bervaskularisasi di dalam ronggamulut dan ruang-ruang insang (Nybakken, 1988). Ikan gelodok dapat bertahan di daratan karena

    kemampuannya bernafas melalui kulit tubuhnya dan lapisan selaput lendir di mulut dan

    kerongkongannya, yang hanya bisa terlaksana dalam keadaan lembab. Oleh sebab itu gelodok

    setiap beberapa saat perlu mencelupkan diri ke air untuk membasahi tubuhnya. Ikan gelodok

    Periophthalmus koelreuteri setiap kalinya bisa bertahan sampai 7-8 menit di darat, sebelum

    masuk lagi ke air. Di samping itu, gelodok juga menyimpan sejumlah air di rongga insangnya

    yang membesar, yang memungkinkan insang untuk selalu terendam dan berfungsi selagi ikan itu

    berjalan-jalan di daratan. Ketika berenang, kedua mata ikan gelodok tetap muncul di permukaan

    mirip periskop kapal selam dan kedua matanya mampu bergerak secara independent, yaitu satu

    mata dapat melihat ke kiri dan mata yang lainnya bisa melihat ke kanan pada saat bersamaan.

    Selain itu, karena berada di luar rongga kepala, mata yang mereka miliki mampu melihat ke

    segala arah (dapat berputar 360 derajat).

  • 5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL

    7/11

    Morfologi

    a. Bentuk tubuh memanjang, pipih, tertutupi oleh sisik sikloidb. Kepala sub-silindris bersisik matanya berdekatan, lidah bercabang dua, sirip

    punggung pertama memiliki 5 jari-jari.

    c. Sirip perut bersatu, rahang atas 4-6 gigi taringd. Panjang tubuh gingga 220mme. Bentuk papila ikan jantan memanjang dan membulat di bagian ujung. Sedangkan

    pada ikan betina bagian ujungnya terbelah

    Ekskresi

    a. Melalui insang dalam bentuk amonia dan beberapa ureab. Saat keluar dari air, mendetoksifikasi amonia dengan cara produksi energi melalui

    katabolisme parsial asam amino dan akumulasi alanin

    Respirasi

    a. Terjadi pertukaran gas melalui sirip dan kulitnyab. Menyimpan sejumlah air di dalam insang yang membesar, memungkinkan insang selalu

    terendam saat di darat

    Hidro-Oseanografi

    Ikan gelodok hanya dijumpai di pantai-pantai beriklim tropis dan subtropis di wilayah

    Indo-Pasifik sampai ke Pantai Atlantik Benua Afrika.Habitat ikan gelodok yaitu terdapat padadaerah berlumpur, di tepi sungai, muara, hutan bakau, dan di wilayah pasang surut.Biota ini

    tahan terhadap kerusakan lingkungan dan dapat hidup dalam kondisi ekstrim, dapat hidup pada

    kadar oksigen rendah, kisaran salinitas sekitar 10 30 ppt, dan kesadahan 10 25. Ikan

    gelodok dapat hidup pada suhu 2227 C, kelembapan 60-80 % dan pH 7,08,5.

    http://marineresourcesdatabase.files.wordpress.com/2013/12/glodok.jpg
  • 5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL

    8/11

    Ekosistem Terumbu Karang

    Ekosistem terumbu karang terdapat di lingkungan perairan yang agak dangkal, seperti

    paparan benua dan gugusan pulau-pulau di perairan tropis. Untuk mencapai pertumbuhan

    maksimum, terumbu karang memerlukan perairan yang jernih, dengan suhu perairan yang

    hangat, gerakan gelombang yang besar dan sirkulasi air yang lancar serta terhindar dari proses

    sedimentasi. Ekosistem terumbu karang memiliki kemampuan yang baik dalam memperbaiki

    bagian yang rusak, bila karakteristik habitat dari berbagai macam formasi terumbu karang dan

    faktor lingkungan yang mempengaruhinya terpelihara dengan baik. Seperti ekosistem lainnya,

    terumbu karang tidak memerlukan campur tangan atau manipulasi langsung manusia untuk

    kelangsungan hidupnya (Dahuri et al, 2004).

    Ikan Karang

    Ikan karang adalah ikan yang hidup di lingkungan terumbu karang yang mempunyai

    ketergantungan pada karang sebagai tempat hidup dan aktivitas lainnya. Ikan karang mempunyai

    warna yang beraneka ragam dan daerah jelajahnya hanya di sekitar terumbu karang. Ikan karang

    dapat dikategorikan menjadi ikan hias dan ikan pangan (Picasou dan Marseno, 2005).

    Secara umum, ikan karang akan menyesuaikan diri pada lingkungannya. Setiap spesies

    memperlihatkan preferensi atau kecocokan habitat yang tepat yang diatur oleh kombinasi faktor

    ketersediaan makanan , tempat berlindung dan variasi parameter fisik. Sejumlah besar spesies

    ditemukan pada terumbu karang adalah refleksi langsung dari besarnya kesempatan yangdiberikan oleh habitat (Allen dan Steene, 1996 dalam admin, 2009).

    Menurut Pratiwi (2006), ikan karang mempunyai ciri-ciri: Umumnya menetap, berukuran

    relatif kecil, gerakannya relatif mudah dijangkau oleh pengamat, hidup di perairan tropis, dan

    umumnya bersifat territorial. Jenis substrat tempat hidup ikan karang yaitu: Karang hidup,

    karang mati, pecahan karang, pasir dan karang lunak. Sebaran ikan karang dipengaruhi oleh

    beberapa hal seperti: Kebiasaan, habitat, arus dan larva. Ikan karang ditemukan pada kedalaman

    0 sampai >20 meter.

    Adapatasi Ikan Karang

    1. Pewarnaan pada Ikan KarangWarna-warna yang mencolok dan bentuk serta pola yang aneh dari kebanyakan ikan

    karang merupakan hal yang menjadi ciri khas yang dimiliki oleh ikan karang. Menurut menurut

    McConnaughery (1983), warna yang mencolok bentuk serta pola yang aneh dari ikan karang

  • 5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL

    9/11

    merupakan salah satu bentuk adaptasi morfologi ikan karang untuk mengelabui pemangsanya

    (kamuflase). Terumbu merupakan latar belakang yang warna-warni sehingga ikan karang

    menyesuaikan diri dengan warna terumbu karang, celah-celah karang merupakan tempat

    persembunyian bagi ikan karang jika pemangsa datang sehingga bentuk yang aneh tersebut dapat

    membantunya untuk menghindarkan diri dari pemangsanya.

    Warna pada ikan karang merupakan pemberitahuan bahwa spesies tersebut mengandung

    zat lain yang tidak disukai oleh predator. Penjelasan lain bahwa warna digunakan untuk

    pengenalan spesies, warna juga digunakan untuk penyamaran spesies baik dengan mengubah

    bentuk ikan dan membuatnya nampak seperti sesuatu yang lain (Nybakken, 1992)

    2. Kebiasaan Makan pada Ikan KarangFaktor yang paling mempengaruhi diversifikasi dan modifikasi ikan karang dalam

    perkembangannya adalah kebiasaan makannya. Atas dasar ini ikan dapat dibagi secara luas

    menjadi pemakan plankton, pemakan nekton, dan pemakan bentos. Kebanyakan kebiasaan

    makan ikan karang berubah secara radikal dalam masa pertumbuhannya mulai dari juvenil yang

    masih muda hingga menjadi ikan dewasa (McConnaughery, 1983).

    a. Pemakan PlanktonIkan pemakan plankton pada umumnya memiliki cakar-cakar insang yang baik

    tumbuhnya pada satu atau lebih busur insangnya di sisi lekuk sebelah dalamnya, berhadapan

    dengan serabut insang. Sementara ikan melewatkan air melalui mulutnya dan keluar di atasinsang untuk bernafas, tersaring organisme plankton dan tertahan oleh cakar-cakar insang sampai

    dibawa ke dekat kerongkongan dan ditelah (McConnaughery, 1983).

    Adaptasi morfologi yang dilakukan oleh ikan planktonovora adalah manifestasi

    sebagian besar di dalam perubahan bentuk dari bagian mulutnya, dimana rahang berbentuk

    seperti tabung pada waktu membuka mulut. Bentuk gigi mereka menjadi kecil, tulang tengkorak

    kurus, dan matanya membesar (Sorokin, 1993).

    Selanjutnya sorokin (1993) mengatakan bahwa kelompok ikan ini terbagi atas

    kelompok primer dan sekunder. Kelompok primer terdiri atas beberapa spesies dari family ikan

    pelagis yang keluar pada malam hari berpencar mencari makan dan pada siang hari bersama

    dengan gerombolan bersembunyi di tubir. Kelompok primer terdiri atas beberapa dari family

    ikan karang berbeda yang termasuk dalam ordo Peciformes.

    b. Herbivora

  • 5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL

    10/11

    Ikan herbivora adalah kelompok besar kedua (sekitar 15 persen dari spesies), dan yang

    paling penting dari kelompok ini adalah family Scaridae dan Acanthuridae (Nybakken, 1992).

    Kebanyakan ikan herbivora adalah ikan-ikan yang aktif pada siang hari (diurnal), berwarna

    cemerlang dengan mulut yang kecil, cocok untuk mengikis tumbuhan alga dari alga koralin

    (McConnaughery, 1983).

    Ikan herbivor di terumbu karang sebagian besar bertahan karena adanya alga serta

    diatom yang ada di permukaan karang. Sejauh ini Scaridae dan Acanthuridae adalah herbivor

    yang paling penting di daerah terumbu karang. Meskipun demikian Siganidae, beberapa jenis

    Pomacentridae dan Blennidae termasuk pula dalam golongan penting pada ikan kategori ini

    (Goldman dan Talbot 1976 dalam Hijas, 2005).

    Sorokin (1993) membagi jenis kelompok ikan pemakan tumbuhan menjadi : pemakan

    tunas (browser), perumput (grazer) dan penghisap (sucker). Pemakan tunas memakan makrofita

    dan lamun, perumput (grazer) memakan perifitin lembaran dan alga koralin sedangkan penghisap

    menghisap detritus dan mikrofitobenthos lembaran dari permukaan sedimen dasar yang halus.

    c. KarnivoraTipe pemangsaan yang paling banyak ditemui di terumbu adalah karnivora, mungkin

    sekitar 50-70% dari spesis ikan. Ikan-ikan karnivora tidak mengkhususkan makanannya pada

    suatu sumber makanan tertentu, tetapi sebaliknya merupakan opurtunistik, mengambil apa saja

    yang berguna bagi ikan karnivor itu (Goldman dan Talbot 1976 dalam Hijas, 2005).Menurut Hobson (1975) dalam McConnaughery (1983), ada tiga metode yang

    digunakan oleh ikan karnivora untuk mendapatkan mangsanya yaitu : mencaplok, mengintai, dan

    menyamarkan diri (kamuflase). Mencaplok dilakukan oleh ikan dari family Carangidae

    mangsanya dari kawanan, dilakukan terutama pagi dan sore hari. Mengintai dilakukan dengan

    sangat pelan-pelan kemudian sampai jarak yang memungkinkan ikan jenis ini kemudian

    melompati dan menerjang dengan cepat, metode seperti ini dilakukan oleh ikan dari family

    Aulostomidae, Belonidae, dan Aulostomidae. Dan yang terakhir dilakukan dengan menyamarkan

    dirinya dan menunggui mangsanya datang cukup dekat untuk dijangkau.

    3. Tingkah LakuBeberapa jenis ikan karang selalu dijumpai dalam keadaan berkelompok, dan beberapa

    jenis yang lain selalu dalam pasangan atau menyendiri. Namun sebahagian besar jenis ikan

    karang adalah teritorial. Jenis teritorial umumnya melindungi wilayahnya sebagai daerah

  • 5/26/2018 EKOSISTEM INTERTIDAL

    11/11

    tertutup bagi jenis lain untuk kepentingan pasokan makanan, tempat tinggal atau untuk daerah

    pemijahan dan pembesaran anak. Jenis teritorial akan bertingkah laku agresif terjadap jenis lain

    yang memasuki wilayahnya. Beberapa jenis memiliki wilayah yang sangat luas atau

    memisahkan daerah pencarian makan dan daerah untuk tidur (Lieske & Myers 1997).