EKSTERNALITAS PERIKANAN

Embed Size (px)

Citation preview

EKSTERNALITAS PERIKANANEksternalitas adalah dampak positif atau negatif dari satu tindakan satu pihak terhadap pihak lain, lebih spesifik lagi ekternalitas terjadi jika kegiatan produksi atau konsumsi dari satu pihak mem[engaruhi utilitas (kegunaan) dari pohak lain secara tidak diinginkan, dan pihak pembuat eksternalitas tidak menyediakan kompensasi kepada yang terkena dampak.

Jenis-jenis eksternalitas yaitu :1. Efek atau dampak satu produsen terhadap produsen lain (effects of producers on other producers).2. Efek atau dampak samping kegiatan produsen terhadap konsumen (effects of producers on consumers)3. Efek atau dampak dari suatu konsumen terhadap konsumen lain (effects of consumers on consumers)4. Efek akan dampak dari suatu konsumen terhadap produsen (effects of consumers on producers)Dalam dunia perikanan juga terdapat eksternalitas dari berbagai bidangnya yaitu budidaya, penangkapan, ataupun social ekonominya. Jenis-jenis eksternalitas pada umumnya juga terjadi di perikanan, yaitu produsen ke produsen, produsen ke konsumen, konsumen ke konsumen, dan konsumen ke produsen. Eksternalitas secara umum dapat diartikan sebagai dampak dari suatu suatu aktivitas atau tindakan (pihak pertama) terhadap aktivitas atau tindakan (pihak lain). Terkait dengan pemanfaatan sumberdaya perairan khususnya perikanan, maka secara eksternalitas dapat diartikan sebagai dampak dari suatu kegiatan produksi tertentu terhadap utilitas atau nilai kegunaan dari kegiatan lain yang tidak diinginkan. Dalam konteks pengelolaan sumberdaya perairan, eksternalitas sangat penting diketahui.mengingat hal tersebut akan menyebabkan terjadinya alokasi pemanfaatan sumberdaya yang tidak efisien.

Contoh-contoh kasus eksternalitas dalam perikanan diantaranya yaitu :

1. Produsen ke produsen Kesepakatan perdagangan bebas antara negara-negara ACFTA (Asean China Free Trade Area) yang menghapuskan pajak ekspor impor bagi negara-negara Asean dan China, juga Indonesia tentunya. Telah menimbulkan persaingan produk-produk perikanan di dalam negeri dengan produk impor yang lebih murah, hal ini telah menurunkan keuntungan para pelaku pasar perikanan di dalam negeri

Pengaplingan laut yang tertuang dalam pemberlakuan Pasal 3 dan 10 UU No. 22/1999 yang menerangkan bahwa adanya pembagian kewenangan pengelolaan wilayah perairan laut sejauh l2 mil dari pinggir pantai untuk Pemerintah Provinsi dan sepertiganya, yaitu 4 mil untuk Pemerintah Daerah, merupakan suatu jawaban atas kegagalan kebijakan yang berlaku selama ini, dimana pemerintah pusat dengan kekuatan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 mempunyai wewenang penuh, baik secara makro maupun ekstentif terhadap pengelolaan sumberdaya alam selama ini. Anggapan laut sebagai milik negara (state property) dengan model kebijakan Centralized Government Management (CGM) telah memunculkan eksternalitas di kegiatan perikanan tangkap.Munculnya eksternalitas di perikanan tangkap tersebut diakibatkan oleh kebijakan CGM yang dicirikan oleh (Dahuri, 1999), yaitu : (1) doktrin milik bersama (commont property) yang mengakibatkan laut bersifat open acces, dimana tidak adanya batasan alat tangkap yang boleh digunakan, kapan dan dimana boleh melakukan penangkapan ikan, berapa jumlah tangkapan yang diperbolehkan serta siapa saja yang mempunyai hak itu. Akibat kebijakan seperti ini, laut menjadi ajang pergulatan keserakahan para pemodal besar (kapitalis), dimana nelayan yang selalu menjadi korban ketidakbijakan pembangunan selama ini disertai dengan terjadinya degradasi lingkungan, over fishing, dan masalah-masalah lain yang kerap memicu terjadinya konflik; (2) sentralistis, dari pembuatan kebijakan hingga pengawasan tidak pernah melibatkan partisipasi masyarakat lokal; serta (3) antipluralisme hukum, padahal di beberapa wilayah pesisir Indonesia terdapat aturan-aturan lokal atau lebih dikenal Hak Ulayat Laut (HUL) yang dapat menjamin terciptanya kelestarian SDKP yang sudah berlaku secara turun-temurun dari generasi ke generasi dan mempunyai kekuatan hukum yang sangat mengika2. Produsen ke konsumen Pengunaan sunber daya milik bersama juga bisa menyababkan terjadinya eksternalitas pada orang lain yang tidak terlibat pada kegiatan tersebut. Sebagai contoh, pemanenan yang berlebihan menyebabkan meningkatnya erosi tanah, yang selanjutnya menyebabkan kerusakan di sekitar sungai dan merusak kesegaran air untuk perikanan.

3. Konsumen ke konsumen

Eksternalitas yang umum dilakukan oleh pemanfaat perikanan tangkap di waduk jatiluhur adalah penggunaan alat dan teknis yang tidak ramah lingkungan, dimana hal tersebut akan menimbulkan kerugian jangka panjang diantara sesama pemanfaat perikanan. Penggunaan mata jaring yang terlampau kecil oleh nelayan akan menyebabkan kepunahan dari beberapa jenis Ikan maupun udang-udangan yang hilang tersebut terjadi karena ikan-ikan kecil sebagai bakal calon ikan dewasa terlebih dahulu tertangkap sebelum mencapai ukuran konsumsi. Hal tersebut tentu saja merugikan bagi nelayan itu sendiri. Selain itu, biaya untuk menangkap ikan tidak sebanding dengan hasil yang didapat karena nilai ekonomis (produksi) dari penangkapan tidak tinggi lagi.

4. Konsumen ke produsen Kemiskinan sistematis nelayan di pesisir Riau, karena penambangan pasir untuk proyek reklamasi pantai di Singapura telah merusak ekosistem pantai dan laut, serta hilangnya habitat ikan ekonomis yang menjadi sandaran hidup nelayan. Secara jangka panjang, eksternalitas berekses pula pada kerusakan bentang alam dan lingkungan laut yang mengarah pada abrasi dan bencana alam. Itu artinya hilangnya sandaran hidup nelayan. SYAFRUDIN LEWARU

230110080114

PERIKANAN B

EKONOMI SUMBERDAYA PERAIRAN

EKSTERNALITAS