Upload
fitria-aprilia-arafah
View
804
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
I. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui cara pembutan eliksir yang baik dan benar dengan melihat
pengaruh pelarut campur terhadap suatu zat.
II. Teori Dasar
Elixir adalah larutan hidro alkohol yang jernih yang biasanya diberi aroma
dan rasa untuk menambah kelezatan. Elixir biasanya kurang manis dan kurang
kental karena mengandung kadar gula yang lebih rendah, sehingga kurang
efektif dibanding dengan sirup dalam kemampuan menutupi rasa senyawa
obat. Sifat hidro alkohol pada elixir menyebabkan elixir lebih mampu
mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut dalam air dan larut
dalam alcohol dari pada sirup. Elixir yang mengandung zat yang bersifat sukar
larut dalam air, banyaknya akohol yang dibutuhkan lebih besar dari pada elixir
yang dibuat dari komponen-komponen yang bersifat mudah larut dalam air.
Pelarut yang sering digunakan adalah air, alcohol, gliserin, propilen glikol,
dan pelarut pembantu lainnya.
Dalam pembuatan elixir digunakan pemanis seperti sukrosa atau sirup
sukrosa, sorbitol, gliserin atau pemanis buatan lainnya. Elixir dengan kadar
alkohol yang tinggi biasanya meggunakan pemanis buatan seperti sakarin. Hal
ini disebabkan karena, sakarin mudah larut dalam alkohol sehingga
dibutuhkan dalam jumlah yang kecil. Elixir yang mengandung alkohol lebih
dari 10%-12% biasanya bersifat sebagai pengawet sendiri, sehingga tidak
diperlukan zat antimikroba lagi.
Keuntungan dari elixir adalah kemudahan penyesuaian dan kemudahan
dalam pemberian dosis, terutama pada anak-anak. Selain itu karena
mengandung alkohol dan terkadang mengandung minyak menguap yang rusak
oleh adanya udara dan sinar, maka paling baik disimpan dalam wadah tertutup
rapat serta tahan terhadap cahaya untuk menjaga terhadap temperatur yang
berlebihan.
III.Data Preformulasi
A. Zat aktif
Teofilin (FI IV hal. 783) (Martindale 2005 hal 805)
Rumus molekul : C7H8N4O2.H2O
BM : 198,18
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit,
stabil diudara.
Kelarutan : Sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam air
panas, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida
dan dalam amoniun hidroksida, agak sukar larut
dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.
Khasiat : Spasmolitikun bronkial, bronkodilator kronik.
Dosis : 300-1000 mg 3 kali sehari (dewasa) (Drug
Information)
300-600 mg sehari (anak-anak)
PH : 3,8 – 6,1
OTT : Dengan senyawa tanin
Stabilitas : Jika bentuk anhidrat terpapar udara dengan cepat
Menyerap air kurang lebih 4%, melebur pada
suhu kurang lebih 248oC disertai peruraian.
Wadah dan penyimpanan : Wadah tertutup baik
B. Zat Tambahan
1. Alkohol/etanol (FI IV hal. 63, Pharmaceutical Exipient hal. 7)
Rumus : C2H6O
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna,
Bau khas dan dapat menyebabkan rasa terbakar
pada lidah, mudah menguap walaupun pada suhu
rendah dan mendidih pada suhu 78oC, mudah
terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik.
Bobot jenis : 0,8119 – 0,8169 pada suhu 20oC
KD : 24,30 ( Exipient hal. 7)
Konsentesi : Pelarut pada sediaan cair oral bervariasi
OTT : Pada suasana asam bereaksi dengan zat
Pengoksidasi dengan senyawa bereaksi dan
berubah warna menjadi gelap
PH : 5
Kegunaan : Pelarut campur
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, jauh dari api
2. Gliserin (FI IV hal. 413, Pharmaceutical Exipiet hal. 204)
Rumus molekul : C3H8O3
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa
manis hanya boleh berbau lemah, higroskopik,
netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan etanol, tidak larut
dalam kloroform, eter, minyak lemak, dan minyak
menguap.
Bobot jenis : Tidak kurang dari 1,249
KD : 42,50 (Pharmaceutical Exipient hal. 204)
Kegunaan : Sebagai kosolven
OTT : Dapat meledak jika dicampur dengan zat
Pengoksidasi kuat seperti kromium trioksida,
potasium klorida/potasium permanganat.
Kontaminasi besi pada gliserin akan
menyebabkan warna gliserin menjadi gelap pada
gliserin yang mengandung fenol, salisilat dan
tanin.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat
3. Sirup Simpleks (FI III hal. 567)
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam
Etanol 95%, dalam methanol dan asam asetat.
Konsentrasi : 20 – 60 % (FI III hal. 567)
Kegunaan : Pemanis
OTT : Dengan oksidator kuat
Stabilitas : Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat dan
baik, tempat sejuk dan kering, stabil diudara.
4. Air Aqua Destilata (FI III hal.96)
Rumus Molekul : H2O
Pemerian : Cairan jernih, tidak brwarna, tidak berbau, tidak
Mempunyai rasa.
Kegunaan : Sebagai pelarut/kosolven
5. Nipagin (FI III hal. 310, Exipient hal. 378)
Rumus molekul : C8H8O3
BM : 152,15
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna/serbuk hablur putih
tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai
sedikit rasa terbakar.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzen dan dalam
karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan
dalam eter.
Kegunaan : Pengawet
Konsentrasi : 0,015 – 0,2%
PH : 3 – 6
OTT : Surfaktan non-ionik, bentonit, Mg trisilikat
Stabilitas : Dalam larutan stabil pada PH 3 – 6
6. Eritrosin (Martindale 28 hal. 427)
Rumus molekul : C20H6C4Na2O5.H2O
Pemerian : Serbuk merah atau merah kecoklatan, tidak berbau
dan higroskopis.
Kelarutan : Larut dalam air membentuk larutan merah
kebiruan, sedikit larut dalam alkohol, larut dalam
gliserol dan propilen glikol, praktis tidak larut
dalam asam lemak dan minyak.
Kegunaan : Sebagai pewarna
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya
7. Essence Strawberry (Martindale)
Pemerian : Larutan berwarna merah muda, berbau aromatis,
rasa strawberry.
Kegunaan : Sebagai flavouring agent dan pengharum.
IV. Alat dan Bahan
Alat :
1. Beacker glass
2. Stirer
3. Batang pengaduk
4. Erlenmeyer
5. Buret
6. Cawan penguap
7. Gelas ukur
8. Alat piknometer
9. Mortir
Bahan :
1. Teofilin 100 mg/5 ml
2. Gliserin
3. Alkohol
4. Sirup simpleks
5. Aquadest
6. Eritrosin (colouring agent)
7. Essence strawberry
8. Nipagin
V. Formula
Bahan I II III
Teofilin 100 mg/ 5 ml 100 mg/ 5 ml 100 mg/ 5 ml
Syr. Simpleks 20% 20% 20%
Gliserin 0% 5% 10%
Alkohol 10% 10% 10%
Nipagin 0.1% 0.1% 0.1%
Eritrosin qs Qs qs
Essence strawberry qs Qs qs
Air ad 200 ml 200 ml 200 ml
VI. Perhitungan dan Penimbangan
Formula I
Teofilin = 100 mg/5 ml x 200 ml = 4000 mg = 4,0 g
Syr. Simpleks = 20% x 200 ml = 40 g
Gliserin = 0% x 200 ml = 0 g
Alkohol = 10% x 200 ml = 20 ml
Nipagin = 0,1% x 200 ml = 0,2 g = 200 mg
Eritrosin = 50 mg = 50 mg = 10 mg/ml
5 ml
= 5 tetes x 1 ml = 0,25 ml => 0,25ml x 10mg = 2,5mg
20 tetes 1 ml
% = 2,5 x 10 -3 g x 100 % = 1,25 %
200 ml
Essence strawberry = 20 tetes x 1 ml = 1 ml
20 tetes
% = 1 ml x 100% = 0,5 %
20 ml
Sisa pelarut campur = 100% - (1% + 20% + 0,1%)
= 78,9%
Bobot air = 78,9 x 200 ml = 157,8 ml
100
Formula II
Teofilin = 100mg/5ml x 200ml = 4000mg = 4,0g
Syr. Simpleks = 20% x 200ml = 40 ml
Gliserin = 5% x 200 ml = 10 g
Alkohol = 10% x 200 ml = 20 ml
Nipagin = 0,1% x 200 ml = 200 mg
Eritrosin = 50mg = 50 mg = 10 mg/ml
5ml
= 5 tetes x 1 ml = 0,25 ml => 0,25 x 10 mg = 2,5mg
20 tetes 1 ml
% = 2,5 x 10 -3 g x 100% = 1,25%
200 ml
Essence strawberry = 20 tetes x 1 ml = 1 ml
20 tetes
% = 1 ml x 100% = 0,5%
200ml
Sisa pelarut campur = 100% - ( 1% + 20% + 0,1% ) = 78,9 %
Bobot air = 78,9 x 200 ml = 157,8 ml
100
= 157,8 – (20 x 0,8119) – (10 x 1,249)
= 129,072 ml
Formula III
Teofilin = 100mg/5ml x 200ml = 4000mg = 4,0 g
Gliserin = 10% x 200 ml = 20 ml
Syr. Simpleks = 20% x 200 ml = 40 ml
Alkohol = 10% x 200 ml = 20 ml
Nipagin = 0,1% x 200 ml = 200 mg
Eritrosin = 50 mg = 50 mg = 10 mg/ml
5 ml
= 5 tetes x 1 ml = 0,25 ml => 0,25ml x 10 mg = 2,5mg
20 tetes 1 ml
% = 2,5 x 10 -3 g x 100% = 1,25%
200 ml
Essence strawberry = 20tetes x 1ml = 1ml => % = 1 ml x 100 % = 0,5 %
20 tetes 200ml
Sisa pelarut campur = 100 % - (1% + 20% + 0,1%) = 78,9%
Bobot air = 78,9 x 200 ml = 157,8 ml
100
= 157,8 – ( 20 x 0,8119) – ( 20 x 1,249)
= 116,582 ml
Penimbangan
Bahan Formula I Formula II Formula III
Teofilin 4 g 4 g 4 g
Syr. Simpleks 40 ml 40 ml 40 ml
Gliserin 0 g 10 g 20 g
Alkohol 20 ml 20 ml 20 ml
Nipagin 200 mg 200 mg 200 mg
Eritrosin qs qs qs
Essence strawberry qs qs qs
Air ad 200 ml 200 ml 200 ml
VII. Cara Pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Lakukan kalibrasi botol ad 60 ml.
3. Timbang bahan-bahan yang diperlukan.
4. Gerus nipagin dalam mortir, kemudian larutkan kedalam salah satu komponen
pelarut campur, yaitu dengan alkohol yang sesusai dengan perbandingan
terlebih dahulu.
5. Buat pelarut campur dalam erlenmeyer, yang terdiri dari alkohol yang
mengandung nipagin, air, dan gliserin dengan perbandingan sesuai formula,
homogenkan.
6. Tambahkan pelarut campur sedikit demi sedikit ke dalam teofilin yang telah
digerus sambil diaduk dengan stirer ad larut sempurna.
7. Masukan sirup simpleks, aduk hingga homogen.
8. Tambahkan eritrosin dan essence strawberry ke dalam campuran, aduk hingga
homogen.
9. Tambahkan air ad 200 ml, homogenkan.
10. Ambil sebanyak 60 ml elixir untuk diserahkan.
11. Masukan ke dalam botol yang telah dikalibrasi, beri etiket, kemas dan
serahkan.
12. Sisanya digunakan untuk evaluasi.
Pembuatan sirup simpleks
Larutkan 65 bagian sakarosa dalam air secukupnya hingga diperoleh 100 bagian
sirup.
Sirup simpleks = 150 ml
Gula = 150 g x 65 g
100 ml
= 97,5 g ad 150 ml
Ambil sebanyak 120 ml untuk 3 formula.
VIII. Evaluasi
1. Berat jenis dengan alat piknometer ( FI edisi IV hal. 1030 )
Gunakan piknometer yang telah dibersihkan, kering dan telah dikalibrasi dengan
penetapan bobot piknometer dan bobot air yang baru didinginkan pada suhu 25ºC,
masukan kedalam piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu
25ºC, buang kelebihan zat uji dan timbang. Kurangkan bobot piknometer kosong
dan bobot piknometer yang telah diisi.
Bj = ( berat piknometer + elixir ) – ( berat piknometer kosong )
( berat piknometr + air ) – ( berat piknometer kosong )
Berat piknometer kosong
I = 30,3037 g
II = 33,3346 g
III = 33,6024 g
Berat piknometer + air
I = 81,7552 g
II = 81,9498 g
III = 82,2063 g
Berat piknometer + elixir
I = 84,3793 g
II = 85,1446 g
III = 85,8739 g
Berat jenis formula I
Bj = ( berat piknometer + elixir ) – ( berat piknometer kosong )
( berat piknometer + air ) – ( berat piknometer kosong )
Bj = ( 84,3793 – 30,3037 ) g = 1,0510
( 81,7552 – 30,3037 ) g
Berat jenis formula II
Bj = ( 85,1446 – 33,3346 ) g
( 81,9498 – 33,3346 ) g
= 1,0754
Berat jenis formula III
Bj = ( 85,8739 – 33,6024 ) g
( 82,2063 – 33,6024 ) g
= 1,0754
2. PH
Formula I → pH = 5
Formula II → pH = 5
Formula III → pH = 5
3. Organoleptik : warna, bau, rasa
Formula I, II, III → Warna : Merah muda
Bau : Strawberry
Rasa : Agak pahit
4. Konstanta dielekrika
Cara menentukan konstanta dielektrika zat aktif
1. Sejumlah gram ( sesuai dosis zat aktif ), larutkan dalam pelarut yang sesuai
(etanol)
2. Teteskan air melalui buret sedikit demi sedikit sambil dikocok sampai tepat
terbentuk endapan. Catat volume iar yang dibutuhkan.
KD zat aktif berdasarkan literatur
KD air : 78,54
KD alkohol : 24,30
KD gliserin : 42,50
KD formula I
KD = (% gliserin x KD gliserin) + (% etanol x KD etanol) + (% air x KD air)
KD = ( 0% x 42,50 ) + ( 10% x 24,30 ) + ( 68,89% x 78,54 )
KD = 56,579
KD formula II
KD = (% gliserin x KD gliserin) + (% etanol x KD etanol) + (% air x KD air)
KD = ( 5% x 42,50 ) + ( 10% x 24,30 ) + ( 63,89% x 78,54)
KD = 54,734
KD formula III
KD = (% gliserin x KD gliserin) + (% etanol x KD etanol) + (% air x KD air)
KD = ( 10% x 42,50 ) + ( 10% x 24,30 ) + ( 53,89% x 78,54 )
KD = 51,1302
KD zat aktif berdasarkan percobaan
100 mg teofilin dalam 5 ml etanol
KD = ( (vol etanol/vol air + etanol) x KD etanol) + ((vol air/vol air + etanol) x
KD air)
KD = ( 1 ) x 24,30 + ( 5 ) x 78,54
(5+1) (1+5)
= 4,05 + 65,45
= 69,5
5. Stabilitas
Stabilitas disimpan pada suhu kamar selama 1 minggu dan amati tingkat
kejernihannya.
Tabel pengamatan elixir
No Stabilitas elixir Formula I Formula II Formula III
0 1. warna
2. pengendapan
Merah muda
Tdk mengendap
Merah muda
Tdk mengendap
Merah muda
Tdk mengendap
1 1. warna
2. pengendapan
Libur Libur Libur
2 1. warna
2. pengendapan
Libur Libur Libur
3 1. warna
2. pengendapan
Merah muda
Tdk mengendap
Merah muda
Tdk mengendap
Merah muda
Tdk mengendap
4 1. warna
2. pengendapan
Merah muda
Tdk mengendap
Merah muda
Tdk mengendap
Merah muda
Tdk mengendap
5 1. warna
2. pengendapan
Merah muda
Tdk mengendap
Merah muda
Tdk mengendap
Merah muda
Tdk mengendap
6 1. warna
2. pengendapan
Merah muda
Tdk mengendap
Merah muda
Tdk mengendap
Merah muda
Tdk mengendap
IX. Pembahasan
1. Dosis teofilin di turunkan dari dosis dewasa menjadi dosis untuk anak–anak,
karena jika menggunakan dosis dewasa jumlah teofilin yang ditimbang besar,
sehingga teofilin tidak akan larut semua, karena kelarutan teofilin yang kecil.
Maka diubah menjadi dosis untuk anak, sehingga kadar teofilin yang digunakan
tidak begitu besar dan dapat dilarutkan dengan pelarutnya.
2. Zat aktif dapat ditingkatkan kelarutannya dengan menambahkan kosolven yang
dapat bercampur dengan air, dimana dalam kosolven tersebut zat aktif
mempunyai kelarutan yang baik. Kosolven juga dapat digunakan untuk
memperbaiki kelarutan dari konstituen-konsistuen yang mudah menguap, yang
digunakan untuk memberi rasa dan bau yang diinginkan pada sediaan elixir.
3. Pengawet yang digunakan adalah nipagin agar efek yang dihasilkan lebih baik.
4. Bj pada formula III mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan
formula I dan II. Hal ini disebabkan karena konsentrasi gliserin pada formula III
lebih tinggi, sehingga berpengaruh pada BJ sediaan.
5. Pengujuan pH pada sediaan penting untuk dilakukan, karena pH akan
mempengaruhi kelarutan dari obat dalam sediaan.
6. Hasil pengamatan uji stabilitas, tingkat kejernihan ketiga formula memberikan
hasil yang positif, karena kadar teofilin yang digunakan diperkecil sehingga obat
dapat larut sempurna dan stabil.
X. Kesimpulan
1. Berat jenis
Berat jenis formula I : 1,0510
Berat jenis formula II : 1,0657
Berat jenis formula III : 1,0754
2. pH
Formula I → pH : 5
Formula II → pH : 5
Formula III → pH : 5
3. Organoleptik : warna, bau dan rasa
Formula I, II, III → Warna : merah muda
Rasa : agak pahit
Bau : strawberry
4. Stabilitas
Setelah diamati selama 7 hari formula I, II, dan III stabilitasnya cukup baik karena
tidak mengalami pengendapan, dan dapat disimpulkan bahwa formula yang
terbaik adalah formula II dan III karena menggunakan gliserin untuk membantu
kelarutan teofilin.
XI. Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta.
2. Departemen Kesehatan RI, 1999, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta.
3. Diktat Praktikum Formulasi Sediaan Setengah Padat dan Cair, 2006, Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta.
4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995,
Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Jakarta.
5. American Hospital Formulary Services Drug Information, 1998.
6. Howard, Ansel C, 1982, Pengatur Bentuk Sediaan Farmasi, Jakarta.
7. Kibbe, Orthur H, 2000. Handbook of Pharmaceutical Exipient, Edisi III.
Penerbit : Pharmaceutical Press, USA.
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FORMULASI
SEDIAAN SETENGAH PADAT DAN CAIR
ELIXIR
Kelompok : 3
Kelas : C1
Anggota : Detha Prihatina (2006210045)
Dyah Kusuma Wardani (2006210047)
Eka Irma Yunita (2006210054)
Eva Viviana (2006210059)
Fatimah Azmi (2006210066)
Faza Hanum (2006210068)
Fatty C. (2006210068)
Fenni Ningsih (2006210073)
Hana Nabila (2006210081)
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
Jakarta
2009