73
EMISI GAS METANA (CH 4 ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN TANAMAN Sonneratia alba DAN KORELASINYA TERHADAP JARAK TANAMAN KE DARATAN DI KAWASAN HUTAN MANGROVE PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU SKRIPSI NUR ISLAM ERMA DEVI PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1440 H

EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

EMISI GAS METANA (CH4) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN

TANAMAN Sonneratia alba DAN KORELASINYA TERHADAP

JARAK TANAMAN KE DARATAN DI KAWASAN HUTAN

MANGROVE PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU

SKRIPSI

NUR ISLAM ERMA DEVI

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1440 H

Page 2: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

EMISI GAS METANA (CH4) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN TANAMAN

Sonneratia alba DAN KORELASINYA TERHADAP JARAK TANAMAN

KE DARATAN DI KAWASAN HUTAN MANGROVE PULAU PARI,

KEPULAUAN SERIBU

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

NUR ISLAM ERMA DEVI

11140960000006

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019 M / 1440 H

Page 3: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba
Page 4: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba
Page 5: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba
Page 6: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

ABSTRAK

NUR ISLAM ERMA DEVI. Emisi Gas Metana dari Sedimen dan Bagian Tanaman

Sonneratia alba dan Korelasinya Terhadap Jarak Tanaman ke Daratan di Kawasan

Hutan Mangrove Pulau Pari, Kepulauan Seribu. di bawah bimbingan ANNA

MUAWANAH dan IRAWAN SUGORO.

Metana banyak ditemukan pada wilayah yang memiliki genangan air seperti

pada kawasan mangrove. Komponen ekosistem mangrove yang terdiri dari Sedimen,

air, dan tanaman berpotensi menghasilkan CH4 Jarak tanaman ke daratan

mempengaruhi sedimentasi dari kawasan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui emisi gas CH4 yang mencemari lingkungan mangrove sedimen, dan

bagian tanaman Sonneratia alba secara in situ, mengetahui pengaruh lokasi sampling

juga waktu sampling terhadap jumlah emisi gas CH4 yang dihasilkan, dan mengetahui

jenis bakteri pada sedimen. Hasil penelitian pH air laut berkisar 6,75 – 7,45, suhu 26-

29°C, intesitas cahaya 1.505-40.700kkal/m2/hari, tds 5.970-6.255 ppm, salinitas

±30.000, karbon (C) 5,9-7,6%, nitrogen (N) 0,16-0,18%, rasio C/N 36,4-50,8 dan

Volatile Fatty Acids (VFA) total 9,1-12,5. Emisi gas CH4 dipengaruhi oleh faktor

fisik dan kimia juga masing masing bagian tanaman juga jarak tanaman ke daratan.

Bagian tanaman mangrove yang memiliki potensi tertinggi dalam emisi gas CH4

adalah bagian akar diikuti daun dan batang. Waktu sampling juga berpengaruh pada

emisi gas CH4 yang tertinggi di waktu pagi hari.

Kata Kunci: CH4, gas rumah kaca, mangrove, sedimen

Page 7: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

ABSTRACT

NUR ISLAM ERMA DEVI. Methane Emissions from Sediments and Part of

Sonneratia alba Plants and The Correlation of Plant Distance to Mainland Mangrove

Forest in Pari Island, Kepulauan Seribu. under the guidance of ANNA

MUAWANAH and IRAWAN SUGORO.

Methane is found in areas that have air inundation such as in the mangrove

area. The components of the mangrove ecosystem consist of sediments, air, and

plants that produce CH4. This study aims to determine CH4 gas emissions that pollute

the environment of mangrove sediments, and parts of Sonneratia plants also study the

location of sampling as well as the amount of CH4 gas emissions produced, and know

bacteria in the sediment. The results of the study pH meeting sea water were 6.75-

7.45, temperature 26-29°C, light intensity 1,505-40,700kcal/m2/day, tds 5,970-

6,255ppm, salinity ± 30,000, carbon (C) 5,9- 7.6%, nitrogen (N) 0.16-0.18%, C/N

ratio 36.4-50.8 and total of Volatile Fatty Acids (VFA) 9.1-12.5. CH4 gas emissions

are moved by physical and chemical factors as well as each part of the plant as well

as the distance of the plant to the mainland. For the mangrove plants that have the

highest potential in CH4 gas emissions are the parts followed by leaves and stems.

Sampling time is also proven by the highest CH4 gas emissions in the morning.

Keywords: CH4, greenhouse gas, mangrove, sediment

Page 8: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Emisi Gas Metana dari Sedimen dan Bagian

Tanaman Sonneratia alba dan Korelasinya Terhadap Jarak Tanaman ke Daratan di

Kawasan Hutan Mangrove Pulau Pari, Kepulauan Seribu”. Skripsi ini bertujuan untuk

memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar S1 bagi mahasiswa pada program Studi

Kimia.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga

pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun tidak langsung

kepada penulis dalam penyusunan skripsi hingga selesai, terutama kepada yang saya

hormati.

1. Ibu Anna Muawanah, M.Si. selaku pembimbing I yang telah memberikan

pengarahan, pengetahuan, serta bimbingannya sehingga banyak membantu

penulis dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

2. Bapak Dr. Irawan Sugoro, M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa

membimbing dan mengarahan penulis selama berlangsungnya penelitian serta

meluangkan waktunya untuk berdiskusi.

Page 9: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

iv

3. Ibu Nurhasni, M.Si dan Ibu Nurmaya Arofah, M.Eng selaku penguji yang

memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Bapak Dr. La Ode Sumarlin, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Staff

5. Ibu Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud, selaku Dekan Fakultas

Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Staff

6. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Bapak Muhammad dan Ibu Erni

juga adik adik, atas segala cinta, doa, pengorbanan, nasihat dan motivasinya

kepada penulis.

7. Sahabat-sahabat Aby Mas Prasetyo, Adinda Pusparati, Amalia Dwi Fitriani,

Ambar Setiawati, Fatahurahmad Al Zuhri atas segala nasihat juga dukungan

moril juga motivasi yang diberikan.

8. Bapak Yaya Ihya Ulumuddin (LIPI), Seluruh staf PAIR BATAN, Pak Dono,

Pak Budi, Pak Dinar, Pak Dedi, Mbak Tia yang telah memberikan bantuan

dan bimbingannya selama penelitian berlangsung.

9. Amalina Putri, Aisyah Rachim, Chatamia R.F. selaku rekan kerja, juga Dwi

Aufa, Kak Arif, Kak Wawan, Kak Rizki, Kak Wandi, Kak Dimas, Kak Zikri,

Kak Sukma, Kak Mei, yang turut membantu berjalannya penelitian, dan

teman-teman kimia angkatan 2014 yang senantiasa memberi dukungan dan

keceriaan selama berjalannya penelitian.

10. Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung dan tidak langsung,

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Page 10: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

v

Semoga arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal ibadah

bagi keluarga, bapak, Ibu, dan rekan-rekan, sehingga memperoleh balasan yang

lebih baik dari Allah SWT.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Jakarta, Juli 2019

Penulis

Page 11: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

vi

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 4

1.3 Hipotesis ............................................................................................................... 4

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 5

2.1 Gas Rumah Kaca .................................................................................................. 6

2.2 Mangrove ............................................................................................................. 7

2.3 Sonneratia alba .................................................................................................... 7

2.4 Pulau Pari ............................................................................................................. 9

2.5 Sedimen ................................................................................................................ 9

2.6 Metana (CH4) ..................................................................................................... 10

2.7 Kromatografi Gas ............................................................................................... 12

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 15

3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................................. 15

3.2 Alat dan Bahan ................................................................................................... 15

3.3 Diagram Alir Penelitian ..................................................................................... 16

3.4 Cara Kerja .......................................................................................................... 17

3.4.1 Penentuan Titik Sampling .................................................................. 17

3.4.2 Preparasi Alat Sampling Tanaman S.alba .......................................... 18

3.4.3 Preparasi Alat Sampling Sedimen ....................................................... 18

3.4.4 Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Lingkungan Kawasan Hutan

Mangrove S.alba ................................................................................. 18

3.4.5 Pengambilan Sampel ........................................................................... 19

3.4.6 Analisa Sampel Sedimen..................................................................... 20

3.4.7 Analisa Sampel Gas ............................................................................ 25

3.4.7.1 Pengukuran Produksi Gas CH4 ........................................................... 25

3.4.8 Analisis Data ....................................................................................... 25

Page 12: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 26

4.1. Sifat Fisik dan Kimia Air di Lingkungan Hutan Mangrove Pulau Pari ............. 26

4.2. Sifat Fisik dan Kimia Sedimen Kawasan Hutan Mangrove Pulau Pari ............. 31

4.3. Konsentrasi Mikroorganisme ............................................................................. 38

4.4. Emisi Gas Metana (CH4) .................................................................................... 41

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 45

5.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 45

5.2. Saran ................................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 46

LAMPIRAN ............................................................................................................... 52

Page 13: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Daun, bunga, dan buah S.alba ................................................................... 8

Gambar 2. Proses dekomposisi bahan organik untuk menghasilkan CH4 secara

anaerobik ..................................................................................................................... 12

Gambar 3. Diagram alir penelitian ............................................................................ 16

Gambar 4. Posisi sampling pada hutan mangrove S.alba.......................................... 17

Gambar 5. Preparasi pengambilan CH4 pada S.alba ................................................. 20

Gambar 6.Grafik hubungan lokasi sampling, waktu sampling dan sifat fisika dan

kimia air kawasan hutan mangrove ............................................................................. 30

Gambar 7. Reaksi pembentukan amonia dari nitrat dan nitrit ................................... 34

Gambar 8. Grafik bakteri metanogen sedimen berdasarkan lokasi sampling hutan

mangrove ..................................................................................................................... 39

Gambar 9. Grafik emisi gas CH4 berdasarkan perbedaan waktu dan bagian tanaman

dan sedimen ............................................................................................... 41

Gambar 10. Grafik hubungan emisi CH4 pada lokasi, waktu, dan bagian tanaman

juga sedimen mangrove.......................................................................... 42

Gambar 11. Grafik hubungan emisi CH4 pada bagian tanaman dan sedimen dengan

faktor fisik dan kimia lingkungan kawasan hutan mangrove................. 44

Page 14: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kondisi parameter air berdasarkan lokasi sampling pada hutan mangrove

S.alba ............................................................................................................ 26

Tabel 2. Kondisi parameter sedimen berdasarkan lokasi sampling pada hutan

mangrove S.alba .......................................................................................... 31

Page 15: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Analisis Data ......................................................................................... 52

Lampiran 2. Analisis Statistik ................................................................................... 54

Lampiran 3. Dokumentasi ......................................................................................... 57

Page 16: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber emisi gas CH4 salah satunya dihasilkan oleh lahan basah. Lahan basah

adalah daerah dimana air menutupi tanah, atau ada di dekat permukaan tanah

sepanjang tahun atau untuk periode waktu yang berbeda sepanjang tahun, termasuk

selama musim tanam. Lahan basah merupakan pengemisi gas CH4 tertinggi,

mencapai 81% dari total emisi CH4 dari sumber alami (EPA, 2011). Hutan

mangrove adalah tanaman yang tumbuh di lahan basah. Hutan mangrove

merupakan salah satu hutan penyimpan karbon terkaya di daerah tropis dan juga

sebagai area kunci dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim (Donato et

al., 2011).

Hutan mangrove turut menyumbang gas rumah kaca (GRK) tiga diantaranya

adalah penyumbang terbesar, CO2 sebesar 83%, sedangkan CH4 dan N2O masing-

masing 10,3% dan 4,5% (EPA, 2011). Kontribusi CH4 lebih kecil dari CO2, akan

tetapi potensi efek pemanasannya 23 kali lebih besar (Nielsen et al., 2009).

Al Qur‟an surat Ar Rum ayat 41 menjelaskan tentang kerusakan yang terjadi

akibat ulah manusia.

بعض الذي عملىا لعلهم ظهر الفساد في البر والبحر بما كسبت أيدي الناس ليذيقهم

يرجعىن

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia;

Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan

mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar Rum ayat 41).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa kerusakan di muka bumi diakibatkan oleh ulah

manusia. Pemanasan global bersifat antropogenik, maka terjadinya dampak yang

Page 17: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

2

ditimbulkan merupakan sebuah konsekuensi atas perbuatan manusia dalam

mengelola sumber daya alam dan lingkungannya. Dampak pemanasan global yang

telah banyak dirasakan oleh kehidupan manusia dan makhluk lainnya.

Gas CH4 di permukaan bumi dihasilkan oleh bakteri metanogen. Bakteri

metanogenesis berperan dalam pembusukan dan terdapat di rawa-rawa, lumpur

sungai, sumber air panas, dan perut hewan herbivora seperti sapi, kerbau, domba,

dan kambing. Tumbuh-tumbuhan diketahui dapat berfungsi sebagai media

transportasi gas CH4 dari tanah atau sedimen dasar ke atmosfir. Di Indonesia, hampir

50% lahan basah atau sekitar 8,6 juta ha adalah hutan mangrove (Direktur Jenderal

Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, 2002).

Gas CH4 dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimia lingkungan. Faktor fisik dan

kimia lingkungan air kawasan mangrove meliputi suhu, pH, TDS, intensitas cahaya,

dan salinitas. Faktor fisik dan kimia air dan sedimen akan mempengaruhi emisi gas

CH4 yang dihasilkan oleh bakteri metanogen. Faktor fisik dan kimia dapat berubah

akibat terjadinya pasang surut, masukan air sungai dan limbah rumah tangga,

evaporasi dan presipitasi juga perubahan cuaca musiman.

Tumbuh-tumbuhan juga dapat berperan menghasilkan gas CH4. Berbagai macam

tanaman terestrial dapat memproduksi dan melepas CH4 dalam kondisi anaerobik

(Keppler et.al., 2006). Kondisi anaerobik menstimulasi bakteri-bakteri metanogen

untuk merombak karbon di sedimen menjadi gas CH4 (Hallam et al., 2004). Bakteri

metanogen menghasilkan gas CH4 melalui proses yang dinamakan metanogenesis.

Biogas (CH4 & CO2) diproduksi secara anaerob melalui tiga tahap yakni hidrolisis,

asidogenesis, dan metanogenesis (Veziroglu, 1991).

Page 18: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

3

Penelitian tentang emisi gas CH4 ini dilakukan di Pulau Pari, Kepulauan Seribu.

Pulau Pari tersusun dari beberapa pulau dengan struktur hutan pantai didominasi

oleh mangrove. Mangrove yang digunakan untuk penelitian ini adalah S.alba atau

dikenal dengan perepat atau pidada putih. Perepat atau pidada putih (S. alba) adalah

sejenis pohon penyusun hutan bakau. Akar Sonneratia mampu mengikat dan

menstabilkan substrat lumpur, pohonnya mengurangi energi gelombang dan

memperlambat arus, sementara vegetasi secara keseluruhan dapat memerangkap

sedimen (Bidayani, 2014).

Beberapa penelitian sebelumnya Purvaja dan Ramesh, (2001) melaporkan emisi

gas CH4 dari hutan mangrove yang tercemar di India Selatan sekitar 47,28-324,48

mg/m2/hari. Emisi gas CH4 dari mangrove di Tanzania mulai 0-192 mg/m

2/hari

(Lyimo & colleagues, 2002). Informasi tentang emisi GRK dari ekosistem mangrove

di Indonesia sangat jarang. Penelitian Chen et.al., (2014) menjelaskan laju emisi

GRK yang rendah yaitu 0.35–0.61 μmol/m2/h dari sedimen mangrove di Sulawesi

Utara. Penelitian tersebut tidak mempelajari pengaruh jenis tanaman, bagian

tanaman dan perbedaan lokasi pengambilan sampel. Jarak mangrove ke daratan akan

mempengaruhi sedimentasi mangrove tergantung pada salinitas dan kondisi

lingkungan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar gas CH4 yang dihasilkan

pada sedimen tanaman mangrove dan juga mengetahui berapa besar CH4 yang

ditransportasikan oleh tanaman mangrove ditinjau pada masing masing bagian

tanaman mangrove S. alba karena studi mengenai jalur CH4 dari sedimen dan pada

tanaman masih terbatas. Penelitian ini juga dilakukan untuk melihat korelasi antara

Page 19: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

4

jarak tanaman mangrove yang menjorok ke daratan (darat) atau menjorok ke lautan

(laut) terhadap gas CH4 yang dihasilkan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi mengenai potensi produksi emisi gas CH4 dari lingkungan

sedimen, bagian tanaman dan posisi jarak tanaman S.alba di Pulau Pari dengan

waktu sampling berbeda.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah faktor fisik dan kimia lingkungan hutan mangrove Pulau Pari

berpengaruh terhadap emisi gas CH4?

2. Apakah emisi gas CH4 pada daun, batang dan akar tanaman S. alba di kawasan

mangrove Pulau Pari dipengaruhi oleh jarak tanaman ke daratan?

3. Apakah waktu (pagi, siang, sore) sampling di kawasan mangrove Pulau Pari

berpengaruh pada emisi gas CH4?

4. Apakah bakteri metanogen mempengaruhi emisi gas CH4 dari tanaman S.alba

dan Sedimen kawasan mangrove Pulau Pari?

1.3 Hipotesis

1. Faktor fisik dan kimia lingkungan hutan mangrove Pulau Pari berpengaruh

terhadap emisi gas CH4

2. Emisi gas CH4 pada daun, batang dan akar tanaman S. alba di kawasan

mangrove Pulau Pari dipengaruhi oleh jarak tanaman ke daratan

3. Waktu sampling (pagi, siang, sore) berpengaruh terhadap emisi gas CH4

4. Bakteri metanogen berpengaruh terhadap emisi gas CH4 dari tanaman maupun

sedimen kawasan mangrove Pulau Pari

5.

Page 20: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

5

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui emisi gas CH4 yang dihasilkan oleh

sedimen dan bagian tanaman mangrove S. alba yaitu akar, batang dan daun dan

mengetahui pengaruh jarak tanaman S. alba ke daratan juga faktor fisik dan kimia

lingkungan hutan mangrove terhadap emisi gas CH4

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor

dominan yang berperan dalam emisi gas CH4, sehingga dapat diketahui cara

penanganannya.

Page 21: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gas Rumah Kaca

Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan gas yang berada di atmosfer yang

menyebabkan efek rumah kaca. Dengan adanya gas rumah kaca di atmosfer, sinar

matahari yang masuk atmosfer dapat menigkatkan suhu udara. Energi matahari

dalam bentuk panas dan cahaya meningkatkan suhu bumi. Sebagian dari panas ini

dikembalikan ke angkasa,tetapi sebagian besar terperangkap oleh molekul- molekul

gas rumah kaca seperti CO2, CH4 dan N2O (Sugiyono, 2006).

Gas rumah kaca (GRK) adalah istilah kolektif untuk gas-gas yang memiliki efek

rumah kaca, seperti klorofluorokarbon (CFC), karbon dioksida (CO2), gas metana

(CH4), nitrogen oksida (NOx), ozon (O3) dan uap air (H2O). Emisi dari CO2 yang

merupakan penyumbang gas rumah kaca terbesar di atmosfir, kurang lebih 55% dari

emisi global. Gas ini dapat berada di atmosfir selama 50 hingga 200 tahun. Artinya

kondisi emisi hari ini akan berdampak panjang pada iklim berabad-abad lamanya

(Maryono, 2009). Tanpa mitigasi signifikan untuk mengurangi emisi, maka pada

tahun 2100 di daerah yang terkena dampak kekeringan akan terjadi dua kali lipat.

Dikatakan pula bahwa pada tahun 2100, sekitar setengah dari permukaan tanah di

planet ini akan kekeringan. Beberapa negara kurang berkembang mungkin akan

sangat terpengaruh, yaitu kondisinya memburuk antara lain di Afrika, Amerika

Selatan dan sebagian Asia Tenggara (Sanderson,et.al., 2006).

Page 22: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

7

2.2 Mangrove

Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta

tumbuh berkembang pada lokasi-lokasi yang mempunyai hubungan pengaruh

pasang surut air yang merembes pada aliran sungai yang terdapat di sepanjang

pesisir pantai. Hutan mangrove mempunyai peranan dalam ekosistem yang berfungsi

sebagai pelindung terhadap hempasan gelombang dan arus, sebagai tempat asuhan,

sebagai tempat mencari makan, berkembang biak berbagai jenis biota laut, juga

pohon mangrove sebagai tempat burung bersarang, tempat anggrek, pakis, benalu

dan berbagai kehidupan lainnya.

Di Indonesia luas hutan mangrove berkurang, seiring dengan pesatnya kebutuhan

hidup masyarakat, serta meningkatnya pembangunan di kawasan pesisir (Pramudji,

2004). Dilihat secara keseluruhan ekosistem mangrove di Indonesia mengalami

penurunan luas hutan mangrove, pada tahun 1982 luas hutan mangrove di seluruh

wilayah Indonesia adalah 4,25 juta hektar. Kemudian pada tahun 2003 luas tersebut

merosot menjadi 3,9 juta hektar dan pada tahun 2009, BAKOSURTANAL dengan

pendekatan penginderaan jauh, luas hutan mangrove Indonesia mendekati 3,3 juta

hektar (BAKOSURTANAL, 2009).

2.3 Sonneratia alba

Pohon pidada termasuk ke dalam suku Sonneratiaceae pohon dapat

mencapai ketinggian 20 m. Menempati bagian pantai paling depan di

sisi laut. Klasifikasi ilmiah dari pidada adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Page 23: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

8

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Famili : Lythraceae

Genus : Sonneratia

Spesies : Sonneratia alba (Smith, 1987)

Gambar 1. Daun, bunga, dan buah S.alba

Perepat atau pidada putih (S. alba) adalah sejenis pohon penyusun hutan bakau.

Pohon berbatang besar ini sering didapati di bagian hutan yang dasarnya berbatu

karang atau berpasir, langsung berhadapan dengan laut terbuka. Nama "perepat" juga

sering dipakai untuk pohon pantai lain yang agak serupa yang dikenal sebagai

pidada.

Hidup menyebar mulai dari Afrika timur, Kepulauan Seychelle dan Madagaskar,

Asia Tenggara, hingga ke Australia tropis, Kaledonia Baru, kepulauan di Pasifik

barat dan Oseania barat daya (Giesen, et.al., 2006). Pohon ini juga dikenal dengan

nama-nama lokal seperti bogem, bidada, pidada, pedada, kedada, bangka, beropak,

barapak, pupat, posi-posi, mange-mange, muntu, sopo, susup, dan wahat

putih.Sonneratia tidak memiliki akar–akar tunjang, tetapi mempunyai

pneumatophores, yaitu akar–akar yang mencuat secara vertikal keluar dari bawah

tanah. Pada waktu surut, udara masuk melalui pneumatophore dan menyebarkan ke

Page 24: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

9

bawah selanjutnya ke seluruh jaringan hidup di akar (Supriharyono, 2007).

Kemampuan mangrove Sonneratia untuk mengembangkan wilayahnya kearah laut

merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru. Akar

Sonneratia mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, pohonnya

mengurangi energi gelombang dan memperlambat arus, sementara vegetasi secara

keseluruhan dapat memerangkap sedimen (Bidayani,2014).

2.4 Pulau Pari

Gugus Pulau Pari terletak di daerah tropis, yang terdiri dari lima buah pulau yaitu

Pulau Pari, Pulau Kongsi, Pulau Burung, Pulau Tengah dan Pulau Tikus. Pulau-

pulau tersebut merupakan pulau-pulau yang berada pada kesatuan gugus Pulau Pari

dengan struktur hutan pantai didominasi oleh mangrove. Gugusan ini terletak pada

posisi 05 50‟ 00” dan 05 25‟ 25” LS dan 106 34‟ 30” dan 106 38‟ 20” BT (Ariestika,

2006). Laut yang mengelilingi pulau pari merupakan laut dangkal yang memiliki

substrat bervariasi diantaranya adalah substrat lumpur, lumpur berpasir, pasir

maupun batu karang. Terdapat juga berbagai jenis habitat, diantaranya mangrove,

padang lamun dan terumbu karang.

2.5 Sedimen

Konsentrasi gas CH4 berasal dari berbagai sumber salah satunya adalah lahan

persawahan atau lahan basah. Lahan basah adalah lahan transisi antara terestrial dan

sistem akuatik dimana air berada di dekat permukaan atau tanah yang tertutup oleh

air yang dangkal. Lahan basah terbentuk saat air mengisi penuh ruang antar partikel

Page 25: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

10

tanah, air tersebut tetap atau mengalir jauh secara lambat. Hal inilah yang

menyebabkan terbentuknya kondisi anaerobik pada lahan basah (EPA, 2002)

Lahan basah memancarkan 100-231 Tg gas CH4 pertahun ke atmosfer, 20-

39% dari emisi gas CH4 global. Secara umum, emisi gas CH4 pada sedimen

mangrove sangat rendah atau bahkan negatif. Namun, peran mangrove sebagai

sumber gas CH4 di atmosfer masih belum jelas karena emisi gas CH4 dari berbagai

kawasan mangrove telah diperkirakan dengan berbagai emisi (Purvaja et al.,2004).

2.6 Metana (CH4)

Emisi CH4 dan nilai rosotnya dari lahan petanian tidak sesederhana gas CO2

dan N2O. CH4 dikenal juga sebagai gas rawa yang memiliki waktu tinggal di

atmosfir selama 12 tahun. Selain waktu tinggalnya yang lama, CH4 memiliki

kemampuan mamancarkan panas 23 kali lebih tinggi dari CO2 (Nielson et al., 2009).

Tidak ada potensi rosot yang jelas terhadap gas ini. Bakteri metanotrof yang ada

pada lahan sawah adalah satu-satunya mikroorganisme yang dapat menggunakan

CH4 sebagai bagian proses metabolismenya untuk kemudian diubah menjadi CO2.

Berat molekulnya yang ringan, gas CH4 juga mampu menembus sampai lapisan

ionosfir dimana terdapat senyawa radikal ozon yang berfungsi sebagai pelindung

bumi dari serangan radiasi gelombang pendek ultra violet (UV-B). Kehadiran gas

CH4 pada lapisan dengan ozon sehingga kandungannya berkurang. CH4 adalah salah

satu gas yang menyebabkan penipisan ozon bumi.

Page 26: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

11

Gas CH4 dihasilkan secara biologis oleh aktivitas mikroba yaitu aktivitas

bakteri metanogen melalui penguraian atau pembusukan bahan-bahan organik yang

terjadi pada lahan basah, lahan sawah dan fermentasi anterik pada ruminan. Gas CH4

yang berasal dari tambang batubara dan kebocoran dalam sistem distribusi gas alam

serta sumur minyak dan gas merupakan sumber antropogenik lainnya. Fluks CH4

30% yaitu yang berasal dari sumber-sumber alami, sebagian besar merupakan lahan-

lahan yang tergenang secara alami (Suprihati, 2007).

Gas CH4 diproduksi melalui proses metanogenesis. Metanogenesis yaitu

proses yang dilakukan oleh bakteri anaerobik untuk mengkonversi padatan limbah

(feses dan urin) menjadi gas CH4 dan karbon dioksida dalam kondisi anaerobik

(Mara, 2003). Biogas (CH4, CO2) diproduksi secara anaerob melalui tiga tahap yakni

hidrolisis, asidogenesis, dan metanogenesis (Veziroglu, 1991).

Tahapan metanogenesis diantaranya adalah hidrolisis, meliputi proses

degradasi bahan organik limbah seperti protein, polisakarida, lemak. Asidogenesis,

merupakan proses oksidasi anaerobik dari asam lemak dan alkohol dan proses

fermentasi dari asam amino dan karbohidrat menjadi asam lemak (volatile fatty

acids) seperti butirat dan propionat dan gas hidrogen (Mara, 2003). Sebelum

metanogenesis proses yang yang terjadi terlebih dahulu adalah asetogenesis.

Asetogenesis merupakan suatu tahapan dimana asam lemak (VFA) terdegradasi

sempurna menjadi asam asetat, hidrogen dan gas karbon dioksida (Cheng, 2009).

Metanogenesis merupakan tahapan terakhir yaitu proses konversi asam asetat

menjadi gas CH4 (acetoclastic) dan konversi dari hidrogen menjadi gas CH4 dengan

Page 27: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

12

memanfaatkan gas CO2 (Capareda, 2013). Diagram proses pembentukan CH4 dari

bahan organik ditunjukkan oleh Gambar 3.

Gambar 2. Proses dekomposisi bahan organik untuk menghasilkan CH4 secara anaerobik

(Zhuang, 2014).

2.7 Kromatografi Gas

Kromatografi didefinisikan sebagai suatu metode analitik untuk pemisahan

dan pemurnian senyawa organik dan anorganik. Metode ini berguna untuk

fraksionasi campuran kompleks dan pemisahan untuk senyawa- senyawa yang

sejenis (Khopkar, 2008).

Kromatografi gas adalah suatu proses yang mana suatu campuran menjadi

komponen- komponennya oleh fasa gas yang bergerak melewati suatu lapisan

serapan (sorben) yang stasioner. Jadi teknik ini mirip dengan kromatografi cair

kecuali fasa cair yang bergerak digantikan oleh fasa gas yang bergerak.

Page 28: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

13

Kromatografi dibagi menjadi dua kategori utama yaitu Kromatografi Gas Cair

(KGC) dimana pemisahan terjadi oleh dibaginya contoh antara fasa gas yang

bergerak dan lapisan tipis cair yang tidak atsiri yang disalurkan pada suatu penopang

yang tidak aktif, dan Kromatografi Gas Padat (KGP) yang mengutamakan

permukaan padat yang luas sebagai fasa stasioner (Basset, 1994). Menurut Widada

(2000) terdapat tiga bagian terpenting dari alat kromatografi gas yaitu gerbang

injeksi (injection port), kolom pemanas (oven column), dan detektor. Pada tiga

bagian tersebut pengaturan suhu mempunyai peran yang penting dalam proses

analisis. GC menggunakan carrier gas (gas pembawa) UHP (Ultra High Purity

99,999 %).

Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama dengan kromatografi

lainnya, tapi memiliki beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan campuran

dilakukan antara stasionary fase cair dan gas fase gerak dan pada oven temperatur

gas dapat dikontrol sedangkan pada kromatografi kolom hanya pada tahap fase cair

dan temperatur tidak dimiliki. Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan yang

mana solut-solut yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi

melalui kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung

pada rasio distribusinya. Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik

didih suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara

solute dengan fase diam. Selain itu juga penyebaran cuplikan diantara dua fase.

Salah satu fase ialah fase diam yang permukaannya nisbi luas dan fase yang lain

yaitu gas yang mengelusi fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi

Page 29: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

14

solute dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detektor. Prinsip utama

pemisahan dalam kromatografi gas adalah berdasarkan perbedaan laju migrasi

masing-masing komponen dalam melalui kolom. Komponen-komponen yang

terelusi dikenali (analisa kualitatif) dari nilai waktu retensinya.

Flame ionization detector (FID) untuk analisis gas CH4 terdiri dari hidrogen

atau air flame dan collector plate, sampel yang keluar dari column dilewatkan ke

flame yang akan menguraikan molekul organik dan menghasilkan ion-ion. Ion-ion

tersebut dihimpun pada biased electrode (collector plate) dan menghasilkan sinyal

elektrik. Sinyal elektrik tersebut akan diinterpretasikan kedalam bentuk peak.

Page 30: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2018 sampai Juni 2018. Emisi gas

CH4 diukur secara in-situ, sampel gas CH4, sedimen dan air laut diambil dari Pulau

Pari, Kepulauan Seribu. Penelitian dan pengukuran dilakukan di Laboratorium Pusat

Aplikasi Isotop dan Radiasi, Badan Teknologi Nuklir Nasional (PAIR-BATAN)

Pasar Jumat, Jakarta Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah plastik, spidol permanen, label,

solatip, sentrifuge, pipa, cooling box, botol vial, selang plastik, syringe, furnace,

autoklaf, vortex, cawan petri, Erlenmeyer, batang pengaduk, micro tube, yellow tube,

cawan porselen, pH meter (Hanna Istrumens), oven (Fisher Isotemp Oven), neraca

analitik (Satrorius), mikropipet, gelas beker, gelas ukur, spatula, karet gelang,

Spektrofotometer UV-VIS Shimadzu UV 2450, gas kromatografi 8A dengan detektor

FID (Flame Ionization Detector), destilator Volatile Fatty Acids (VFA), tabung

digestion, dan labu ukur.

Bahan yang digunakan adalah aquadest, sampel sedimen dan air laut kawasan

mangrove Pulau Pari, methanol, asam asetat, selenium, gas nitrogen (N2), gas helium

(He), gas hidrogen (H2), H2SO4 (Merck), HCl (Merck), K2Cr2O7 (Merck), NaOH

(Merck).

Page 31: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

16

3.3 Diagram Alir Penelitian

Gambar 3. Diagram alir penelitian

Penentuan Titik Sampling

Pengamatan

Faktor Fisik & Kimia

Sedimen Lingkungan

• pH

• TDS

• Intensitas

cahaya

(Pagi, Siang,

Sore)

• Salinitas

(sore)

Analisis Data

Pengambilan Gas CH4

(Pagi, Siang, Sore)

Mikroorganisme

(Metanogen) • Bahan

Organik

• %C

• %N

• Rasio C/N

• VFA

Hutan Mangrove S.alba Pulau Pari, Kepulauan

Seribu

Tanaman S.alba

(Akar, Batang, Daun) Sedimen Air

Page 32: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

17

3.4 Cara Kerja

3.4.1 Penentuan Titik Sampling

Penentuan lokasi titik pengambilan sampel menggunakan metode purposive

random sampling dengan memperhatikan beberapa pertimbangan yaitu, daerah alami

(tidak dipengaruhi wisatawan) dan daerah yang terdapat mangrove jenis S. alba.

Sampel diambil dengan menempatkan 2 plot yang merupakan duplo dimana tidak

terdapat interval (jarak) antara plot 1 dan plot 2 dan diambil sesuai jarak yang telah d

itentukan dengan luas 1 plot sebesar 10x10 m. penentuan plot ini agar

pembagian lokasi jelas untuk menentukan pohon mangrove duplo.

Gambar 4. Posisi sampling pada hutan mangrove S.alba

PLOT 1

(10x10 m2)

PLOT 2

(10x10 m2)

Lokasi Menjorok ke Daratan (Darat)

Lokasi Menjorok ke Lautan (Laut)

Batas

(pembagian lokasi duplo)

Page 33: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

18

3.4.2 Preparasi Alat Sampling Tanaman S.alba

Pemasangan alat pada tanaman S. alba dengan melakukan pengeboran secara

zigzag dengan kedalaman 1/3 diameter batang tanpa ada bagian yang sejajar pada

batang S.alba. Kemudian bagian batang dibungkus dengan plastik dimana diujung

keduanya direkatkan untuk meminimalkan kemungkinan gas keluar. Bagian akar

dibungkus dengan plastik dan diikat dengan karet gelang. Bagian daun yang ingin

diuji dibungkus pula dengan plastik dengan mengambil daun yang berjumlah 7-8

daun dalam 1 rumpun (Gambar 6). Preparasi alat dilakukan satu hari sebelum

sampling gas CH4. Terhadap sampel tanaman akan diamati gas CH4 pada masing–

masing bagian akar, batang dan daun dari dua pohon yang berada di plot laut dan plot

darat, dilakukan pada waktu yang berbeda yaitu pagi, siang, dan sore.

3.4.3 Preparasi Alat Sampling Sedimen

Pengambilan gas bagian sedimen dilakukan dengan menggunakan pipa yang

ditutup dengan dop kemudian diberi lubang untuk memasukkan selang kecil, dan

kemudian diikat dengan karet gelang (Gambar 6).

3.4.4 Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Lingkungan Kawasan Hutan

Mangrove S.alba

Pengamatan yang dilakukan terhadap kawasan lingkungan meliputi 2 wilayah

yaitu yang menjorok kedaratan yang selanjutnya disebut darat dan yang menjorok ke

lautan yang selanjutnya disebut laut serta dengan waktu yang berbeda yaitu pada

pagi, siang dan sore. Pengukuran faktor fisik meliputi pengukuran pH, suhu, TDS,

intensitas cahaya, dan salinitas air laut. Pengukuran pH menggunakan pH meter

(Hanna Istrumens). Pengukuran TDS dan suhu menggunakan TDS meter,

Page 34: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

19

pengukuran intensitas cahaya menggunakan LUX meter dan pengukuran salinitas air

pada kawasan mangrove Pulau Pari, Kepulauan Seribu.

3.4.5 Pengambilan Sampel

3.4.5.1 Pengambilan Sedimen

Sampel sedimen diambil pada 2 lokasi yaitu darat dan laut. Pengambilan

sedimen dilakukan hanya pada sore hari (15.30 WIB) dengan menggunakan tabung

langsung dimasukkan dan diusahakan tidak terkena udara dari luar (kondisi anaerob).

Pengambilan juga dilakukan dengan plastik klep dengan mengusahakan tidak terkena

udara. Sampel tersebut dimasukkan ke dalam cool box dan dibawa ke laboratorium

untuk dianalisis NH3, C total, N total, rasio C/N, VFA dan populasi mikroorganisme.

3.4.5.2 Pengambilan Gas CH4 (Sedimen dan Bagian Tanaman)

Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil gas dalam plastik yang telah

disiapkan sebelumnya pada pohon dengan interval waktu 3 jam untuk pengambilan

pada pagi hari (07.30 – 10.30 WIB), siang hari (11.00 – 14.00 WIB) dan sore hari

(14.30 – 17.30 WIB) dan setiap 30 menit sebelum waktu sampling seluruh bagian

tanaman dan sedimen divakum terlebih dahulu. Pengambilan gas CH4 didahului

dengan proses vakum dengan mengeluarkan gas pada plastik menggunakan syringe.

Kemudian 3 jam setelah divakum diambil gas CH4 sebanyak 5 mL pada pohon di plot

1 dan 5 mL pada pohon plot 2 dimasukkan dalam vacum tube 10 mL (duplo) dengan

kondisi yang sama (darat-darat, laut-laut) pada akar, batang, daun, juga sedimen,

kemudian tutup dengan solatip dan jadikan kondisi vakum kembali dan melakukan

Page 35: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

20

pengambilan sampel 3 jam berikutnya. Sampel tersebut dimasukkan ke dalam cool

box dan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisa gas menggunakan GC MS.

Gambar 5. Preparasi pengambilan CH4 pada S.alba

3.4.6 Analisa Sampel Sedimen

3.4.6.1 Pengukuran Bahan Organik (Sudarmadji et al., 1997)

Cawan porselin kosong dimasukan ke dalam oven dengan suhu 105 ºC selama 1 jam,

kemudian cawan tersebut dipindahkan ke dalam deksikator selama 1 jam. Sampel

sedimen kering yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 0,4 g. Cawan yang berisi

sampel dimasukkan ke dalam tanur dengan suhu 600°C selama 6 jam. Sampel

Page 36: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

21

tersebut kemudian didinginkan di dalam deksikator selama 1 jam dan ditimbang.

Penentuan berat organik dihitung dengan Persamaan (1):

x100%.............(1)

3.4.6.2 Analisis Amonia (NH3) (General Laboratory Procedures, 1966)

Pengukuran NH3 dilakukan dengan menggunakan metode mikrodifusi

Conway. Sampel sedimen diambil sebanyak 3 g dan dimasukkan ke yellow tube

kemudian ditambahkan aquadest hingga volume 6 mL dan di homogenkan. Cawan

Conway yang telah dibersihkan kemudian diolesi oleh vaselin pada bagian

pinggirnya. Sebanyak 1 mL H3BO4 4% (warna larutan merah muda) diambil dan

diletakkan pada bagian tengah cawan, bagian kiri cawan diletakkan 1 mL K2CO3 dan

sampel diambil 1 mL untuk diletakkan di bagian kanan cawan. Setelah itu dicampur

dan ditunggu sampai 2 jam hingga terlihat perubahan warna menjadi warna biru.

Kemudian dititrasi dengan HCl hingga berubah menjadi warna awal (merah muda),

dicatat volume HCl yang terpakai dan dihitung konsentrasi NH3 yang dihasilkan

dengan menggunakan Persamaan (2):

Konsentrasi NH3 = (volume HCl (ml) × Normalitas HCl × 1000) g/100 mL………(2)

3.4.6.3 Analisis Karbon Organik (Walkley & Black,1934)

Analisis dikerjakan dengan menggunakan spektrofotometer. Ditimbang

0,250g sedimen yang sudah dikeringkan dan dihaluskan, dimasukkan ke dalam labu

ukur 50 mL. Ditambahkan 2,5 mL K2Cr2O7, lalu dihomogenkan. Ditambahkan 3,75

mL H2SO4 dan dibiarkan 30 menit. Diencerkan dengan aquadest, dibiarkan hingga

Page 37: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

22

dingin. Keesokan harinya diukur absorbansi larutan yang jernih dengan menggunakan

spektrofotometer dengan panjang gelombang 561 nm. Sebagai pembanding dibuat

standar 0 dan 250 ppm, dengan memipet 0 dan 5 mL larutan standar berupa glukosa

5.000 ppm ke dalam labu ukur 50 mL dengan perlakuan yang sama dengan

pengerjaan sampel. Kadar C-organik dapat diukur dengan perhitungan menggunakan

Persamaan(3):

Kadar C-Organik (%) = ppm kurva x mL ekstrak/1.000 mL x 100/mg sampel……(3)

Keterangan: ppm kurva = Kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara

kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.

3.4.6.4 Pengukuran Kadar Nitrogen Total (Kjedahl,1883)

Penetapan nitrogen total menggunakan metode Kjedahl. Sampel sedimen

ditimbang 0,500 g lalu dimasukkan ke dalam tabung digestion, selanjutnya

ditambahkan 1 g selen dan 5 mL H2SO4 pekat. Selanjutnya didestruksi selama 30

menit pada suhu 350oC hingga didapat ekstrak berwarna jernih. Tabung diangkat, lalu

didinginkan dan ekstrak diencerkan dengan aquadest hingga 50 mL. Ekstrak jernih ini

digunakan untuk pengukuran nitrogen dengan cara destilasi.

Ekstrak jernih dimasukkan ke dalam labu destilasi. Dipipet 10 mL HCl 0,1N ke

dalam erlenmeyer 125 mL sebagai penampung dan ditambahkan 3 tetes indikator

Tashiro. Didestilasi selama 15 menit dengan penambahan 15 mL NaOH 50%.

Larutan sampel yang telah didestilasi kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N. Sampel

Page 38: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

23

dititrasi hingga berwarna jernih dan dicatat volume NaOH yang dibutuhkan dan

kemudian dihitung dengan Persamaan (4):

Kadar N-total =

x 100%..............................................(4)

Keterangan :14 = bobot setara N

3.4.6.5 Pengukuran Rasio C/N

Rasio C/N merupakan indikator yang menunjukkan proses mineralisasi-

immobilisasi unsur hara oleh mikroorganisme dekomposer bahan organik. Fermentasi

anaerobik pada fermentor diukur dari pengukuran rasio C/N awal dan akhir.

Perhitungan rasio C/N menggunakan Persamaan (5):

…………………………………………………………..……..(5)

Keterangan: X = kadar karbon (C)

Y = Kadar Nitrogen (N)

3.4.6.6 Pengukuran Volatile Fatty Acids (VFA) Parsial (AOAC, 2005)

Pengukuran kandungan VFA menggunakan metode intrumentasi GC. Effluent

sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung eppendorf ditambahkan dengan 30 mg

asam sulfo-5-salisilat dihidrat dan dihomogenkan. Selanjutnya tabung eppendorf

disentrifus pada kecepatan 12000 rpm selama 10 menit pada suhu 7oC. Sebelum

diinjeksikan sampel terlebih dahulu diinjeksikan larutan standar VFA sedimen.

Perbedaan partisi atau absorbsi pada fase diam (kolom) dan fase bergerak (gas)

memunculkan puncak pada layar monitor GC. Dengan membaca kromatogam standar

Page 39: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

24

acuan VFA yang konsentrasinya telah diketahui, maka VFA sampel tersebut dapat

diukur. Konsentrasi VFA parsial kemudian diukur dengan Persamaan (6):

VFA (mM) =

………………………(6)

Keterangan: VFA = Volatile fatty acids (asetat, propionat, butirat)

BM = Berat molekul VFA parsial

Konsentrasi VFA standar 1mg/mL = 1000µg/mL

3.4.6.7 Analisis Populasi Mikroorganisme (Lay, 1994)

Sebanyak 1 mL sampel sedimen yang sudah diencerkan kemudian diencerkan

dengan menggunakan larutan NaCl 0,85% sebanyak 10 kali. Sebanyak 0,1 mL dari

dari masing-masing pengenceran diteteskan ke atas permukaan media agar dan di

tambahkan metanol untuk mengetahui total bakteri metilotrof, penambahan hidrogen

untuk mengetahui total bakteri hidrogenotrof, dan penambahan asetat untuk

mengetahui total bakteri asetonotrof. Sampel kemudian diratakan dengan batang L.

Proses pengerjaan dilakukan di dalam Laminar Anaerob. Setelah itu, semua media

yang telah ditetesi sampel, ditempatkan di dalam anaerobic jar dan diinkubasi di

dalam inkubator pada suhu 39°C selama 5 hari. Setelah itu dihitung jumlah koloni

yang tumbuh.

Keterangan x = tabung seri pengenceran ke-x

Page 40: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

25

3.4.7 Analisa Sampel Gas

3.4.7.1 Pengukuran Produksi Gas CH4 (Minamikawa et al., 2015)

Sampel gas (sedimen dan bagian tanaman; akar,batang, daun) yang telah

dimasukkan ke dalam vacum tube kemudian dianalisis menggunakan Gas

Kromatografi 8 A dengan detektor FID (Flame Ionization Detector) dan jenis kolom

berupa capillary column yang terbuat dari stainless steel dengan ukuran 6m x 2mm

dengan suhu kolom 75ºC dan suhu detektor 90ºC. Carrier gas yang digunakan

adalah nitrogen (N2), helium (He) dan udara tekan. Waktu yang dibutuhkan untuk

analisis satu sampel adalah 2 menit dengan volume sampel sebanyak 3 mL.

Perhitungan flux CH4 menggunakan Persamaan (7):

E CH4 =

x [

]………………………………………………(7)

Keterangan:

∆C : Konsentrasi sampel CH4 (ppm)

∆t : Waktu (jam)

V : Volume penampung gas CH4 (m3)

A : Luas penampung gas CH4 (m2)

T : Suhu (°C)

ρ : Densitas CH4 (0.717 kg/m3)

3.4.8 Analisis Data

Data yang telah diperoleh meliputi faktor fisik kimia air laut yaitu pH, suhu,

TDS, Intensias cahaya dan salinitas diuji korelasi menggunakan Microsoft excel

kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan Principal Component Analysis (PCA).

Data faktor fisik kimia sedimen berupa BO, C/N dan VFA diuji signifikansi dengan

uji T menggunakan program Statistical Package for the Social Science (SPSS) 2.0.

Data emisi gas CH4 pada sedimen dan tanaman S.alba diuji signifikansinya dengan

SPSS 2.0 menggunakan uji T dan dilanjutkan PCA.

Page 41: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sifat Fisik dan Kimia Air di Lingkungan Hutan Mangrove Pulau Pari

Hasil analisis data parameter kualitas air mengekspresikan kondisi kualitas air

perairan hutan mangrove Sonneratia alba di Pulau Pari Kepulauan Seribu. Hasil

analisis data kualitas air laut berdasarkan kondisi hutan mangrove pada lokasi darat

dan laut disajikan pada Tabel 1. Parameter kualitas air relatif berfluktuasi, baik pada

lokasi darat maupun laut, terutama pada parameter suhu dan intensitas cahaya yang

masing masing memiliki kisaran antara 26-29°C dan 1.505-40.700 kkal/m2/hari.

Tabel 1. Kondisi parameter air berdasarkan lokasi sampling pada hutan mangrove S.alba

Lokasi

sampling Waktu

Sifat Fisik dan Kimia Air

pH Suhu

(°C)

TDS

(ppm)

Intensitas Cahaya

(kkal/m2/hari)

Salinitas

(‰)

Darat

Pagi 7,3 29 6.170 32.650

30,01 Siang 7,35 28 5.970 7.935

Sore 6,8 26 6.255 1.770

Laut

Pagi 7,3 29 6.130 40.700

30,10 Siang 7,45 28 6.010 3.750

Sore 6,75 26,5 6.295 1.505

Hasil pengukuran pH kawasan hutan mangrove rata rata mengalami kenaikan

dari pagi ke siang hari dan mengalami penurunan pada siang ke sore hari. Pasang

surut air laut mempengaruhi pH karena air laut yang semakin dekat dengan sedimen

yang merupakan substrat dari perairan. Perubahan pH mengalami fluktuasi, namun

nilai rataan pH tidak menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan dengan nilai pH

masih berada pada kisaran pH normal yaitu pada kisaran 6,75-7,45.

Page 42: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

27

Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: aktifitas biologi, aktifitas

fotosintesis, suhu, kandungan oksigen, dan adanya kation dan anion. pH pada daerah

darat mempunyai nilai rataan yang lebih kecil dibanding laut. Hal ini disebabkan oleh

pengaruh muatan organik dari aktifitas penduduk (limbah rumah tangga). Menurut

Kusumaningtyas et al., (2014) pH semakin meningkat ke arah laut lepas. Hal ini

dipengaruhi oleh buangan industri dan rumah tangga. Akibat buangan yang

dikeluarkan oleh industri dapat menyebabkan menurunnya nilai pH. pH yang tinggi

juga berhubungan dengan muatan karbon organik dan VFA yang tinggi. Tingginya

nilai VFA maka semakin banyak jumlah asam organik, yang menyebabkan

penurunan pH. Merujuk baku mutu lingkungan, toleransi organisme terhadap pH air

berkisar antara 7–8,5 (MNLH, 2004). Mikroorganisme metanogen dapat hidup pada

pH antara 6,8-7,6 yang berarti potensi emisi gas CH4 tinggi dengan kondisi pH yang

sesuai.

Parameter lain yang diukur adalah TDS yang merupakan gabungan zat terlarut

dari semua zat anorganik dan organik di dalam air dalam berbagai bentuk. TDS pada

lokasi sampling baik laut ataupun darat memiliki kesamaan pola fluktuasi yaitu

memiliki nilai yang tinggi pada pagi dan sore hari, namun bernilai rendah pada siang

hari. Di lokasi darat ataupun laut, nilai TDS tidak ada perbedaan yang signifikan

karena nilainya yang hampir sama pada kisaran rataan 5.970-6.300 ppm. Lokasi

sampling hutan mangrove S.alba ini memang daerah yang cukup dekat dengan

pemukiman warga, yang juga memiliki struktur sedimen berlumpur yang kategori

airnya adalah salin atau dikenal dengan payau. TDS pada darat dan laut di pagi dan

siang hari karena kondisi air laut yang pasang, yang menyebabkan tidak adanya

Page 43: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

28

perbedaan nilai, sedangkan pada sore hari di laut memiliki TDS yang lebih tinggi

disebabkan air laut yang surut, karena TDS mengandung muatan oraganik dan

anorganik. Nilai TDS diklasifikasikan sebagai air payau yang menurut standar

berkisar 3.000-10.000 ppm (Indriatmoko & Herlambang, 1999).

Hasil pengukuran intensitas cahaya pada hutan mangrove S.alba memiliki nilai

yang konstan turun dari pagi hingga sore hari meskipun pada kedua lokasi darat

maupun laut selisih pada pagi dan siang hari sangatlah jauh. Nilai intensitas cahaya

pada pagi dan siang hari memiliki rataan selisih nilai 30.832,5 kkal/m2/hari dan pada

siang dan sore hari 4.205 kkal/m2/hari. Selisih yang sangat signifikan terlihat pada

pagi dan siang hari pada kedua lokasi sampling. Arah terbitnya matahari

mempengaruhi selisih yang cukup jauh terhadap intensitas cahaya dilokasi sampling

mangrove. Intensitas cahaya di pagi hari memiliki nilai yang sangat tinggi, karena

matahari tidak terhalang daun tanaman maupun awan. Intensitas cahaya pada siang

dan sore hari menurun drastis karena matahari sudah tertutup oleh daun tanaman yang

tinggi juga cuaca mendung dikarenakan sampling dilakukan pada musim penghujan.

Kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan

padatan tersuspensi (Rohyati et al., 2003). Tanaman mangrove umumnya

membutuhkan intensitas cahaya matahari tinggi. Kisaran rata-rata intensitas cahaya

secara keseluruhan pada lokasi sampling hutan mangrove masih di ambang yang

normal untuk pertumbuhan mangrove. Kisaran intensitas cahaya optimal untuk

pertumbuhan mangrove adalah 3000-3800 kkal/m2/hari(SNM, 2003).

Hasil pengukuran suhu air laut pada lokasi sampling hutan mangrove

mengalami penurunan nilai rataan berkisar dari 26-29°C pada kedua lokasi

Page 44: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

29

berdasarkan waktu sampling (Tabel 1). Hasil pengukuran suhu sangat erat kaitannya

dengan intensitas cahaya yang memiliki pola yang sama pada pagi hingga sore hari.

Pengukuran suhu terjadi penurunan terus menerus pada kedua lokasi sampling namun

dengan nilai selisih yang tidak signifikan. Suhu dipengaruhi oleh kedalaman yaitu

dangkalnya perairan dan luasnya permukaan air akan mempengaruhi

perubahan suhu dimana suhu akan lebih panas. Perbedaan suhu pada perairan

muara bisa disebabkan adanya pengaruh pasang surut dan kedalaman. Namun

demikian pengaruh pasang surut diperkirakan sangat kecil kontribusinya terhadap

perubahan suhu. Faktor yang sangat berpengaruh adalah intensitas cahaya terhadap

suhu. Suhu air berbanding lurus dengan intensitas cahaya, yang berarti tinggi

rendahnya suhu dipengaruhi oleh intensitas cahaya yaitu posisi matahari dan musim.

Lokasi sampling memiliki suhu yang masih kisaran normal untuk pertumbuhan

mangrove. Suhu pada pertumbuhan mangrove yang baik memerlukan suhu rata-rata

>20oC dan perbedaan suhu musiman tidak melebihi 5

oC (MNLH, 2004). Suhu

lingkungan mangrove keseluruhan memiliki potensi yang besar terhadap emisi gas

CH4. Bakteri metanogen umumnya bersifat mesofilik, dengan aktivitas optimal

terjadi pada suhu 20-30°C (Wihardjaka, 2015; Liu et al., 2016). Bakteri mesofilik

merupakan bakteri yang tumbuh optimal pada kisaran 20-30°C dan suhu optimum

pada 40°C (Puspitasari et al., 2012).

Hasil pengukuran salinitas di hutan mangrove tidak ada perbedaan yang

signifikan antara lokasi sampling darat maupun laut, selisihnya 0,1‰. Salinitas air

permukaan laut sangat ditentukan oleh evaporasi dan presipitasi. Salinitas akan naik

bila evaporasi naik dan presipitasi turun. Faktor-faktor lain yang dapat juga

Page 45: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

30

mempengaruhi salinitas air laut adalah pembekuan es, masuknya air sungai ke laut,

dan pencairan es. Lokasi sampling hutan mangrove S.alba ini termasuk yang terdapat

aliran sungai dan air hujan yang masuk ke dalamnya, sehingga salinitas tidak

menyebar merata, ditambah juga dengan kondisi lingkungan pada saat pengambilan

sampel sebelumnya terguyur hujan pada malam hari.

Sebanyak 99% air laut di samudera mempunyai salinitas antara 33‰ sampai

37‰, dengan rata-rata 35‰ yang ekivalen dengan larutan garam 3,5%. Baku mutu

salinitas adalah bervariasi setiap saat (siang, malam dan musim), tergantung kondisi

normal suatu lingkungan, diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5%

salinitas rata-rata musiman (MNLH, 2004). Metanogen adalah salah satu bakteri

halofil yang bias bertahan pada salinitas yang tinggi sehingga metabolisme

metanogen tidak terganggu juga dengan emisi CH4

Gambar 6.Grafik hubungan lokasi sampling, waktu sampling dan sifat fisika dan kimia air

kawasan hutan mangrove

Gambar 7 mengambarkan hubungan antara lokasi dan waktu sampling, masing

masing waktu dan lokasi membentuk kelompok berdasarkan nilai sifat fisik dan

Page 46: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

31

kimia air kawasan hutan mangrove. Kelompok ini ada 4 yang terdiri dari 6 lokasi dan

waktu sampling berbeda, terbentuk dari kesamaan nilai sifat fisik dan kimia air.

Kelompok pertama pada daerah laut sore hari memiliki nilai TDS yang tinggi

dikarenakan air laut yang surut sehingga zat terlarut semakin banyak. Pagi hari lokasi

laut dan darat keduanya memiliki intensitas cahaya dan suhu yang tinggi karena arah

matahari dan cahaya tidak terhalang awan ataupun daun pepohonan yang lebih tinggi.

Kelompok 3 terdapat darat sore yang tidak ada faktor signifikan yang mempengaruhi

faktor fisik dan kimia pada lokasi dan waktu tersebut. Siang hari di darat dan di laut

dipengaruhi oleh pH yang tinggi karena lokasi sampling yang mulai surut.

4.2. Sifat Fisik dan Kimia Sedimen Kawasan Hutan Mangrove Pulau Pari

Hasil pengukuran sedimen meliputi bahan organik, rasio karbon dan nitrogen dan

VFA, hasil ketiganya menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada lokasi sampling darat

meski tidak signifikan karena memang ada beberapa parameter yang berbanding

terbalik dari parameter yang lainnya.

Tabel 2. Kondisi parameter sedimen berdasarkan lokasi sampling pada hutan mangrove

S.alba

Parameter Darat Laut

Bahan Organik (BO) (%) 75,09 69,37

Ammonia (ppm) ttd ttd

Total Karbon (C) (%) 7,58 5,87

Total Nitrogen (N) (%) 0,16 0,18

Rasio C/N 50,81 36,40

Asam Asetat (mmol/L) 10,50 7,92

Asam Propionat (mmol/L) 1,26 0,80

Asam Butirat (mmol/L) 0,69 0,34

VFA Total (mmol/L) 12,45 9,06

Keterangan: ttd: Tidak terdeteksi

Page 47: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

32

Hasil pengukuran bahan organik menunjukkan nilai rataan yang sangat tinggi

pada kedua lokasi sampling nilai rataannya berkisar antara 75,09-69,37% (Tabel 2)

yang menurut analisis kedua lokasi berbeda secara signifikan (sig.<0,05). Menurut

Rosmarkam dan Yuwono (2002), Komposisi bahan organik dalam tanah dengan

kisaran ≥35 % tergolong sangat tinggi. Lokasi samping darat dan laut memiliki

selisih sebesar 5,71%, nilai yang cukup besar untuk persentase bahan organik.

Menurut Subowo (2010), Peranan BO dalam tanah berlangsung karena adanya

aktivitas organisme tanah, tanpa adanya aktivitas organisme tanah bahan organik

akan tetap utuh (tidak terurai). Menurut Hanafiah (2005), semakin banyaknya bahan

organik dan didukung oleh faktor faktor lain seperti, suhu, pH Tanah, pH air,

kedalaman, dan kecerahan maka dapat menambah bakteri dan fitoplankton untuk

dapat mengoksidasi bahan organik, selama ada bahan organik selama itu pula proses

dekomposisi berlangsung.

Kartasapoetra dan Sutedjo (2002) yang menjelaskan bahwa sumber utama BO

tanah adalah jaringan tanaman, baik yang berupa serasah maupun sisa tanaman. BO

pada lokasi laut dan darat mempunyai perbedaan yang cukup signifikan. Lokasi

sampling darat memiliki nilai lebih tinggi karena lebih banyak serasah dari daratan

juga limbah dari warga sekitar. Bahan organik (BO) merupakan salah satu komponen

penyusun substrat dasar sedimen mangrove. Salah satu fungsi bahan organik di

perairan sebagai indikator kualitas perairan, karena bahan organik secara alamiah

berasal dari perairan itu sendiri melalui proses penguraian, pelapukan, ataupun

dekomposisi tumbuh - tumbuhan, sisa - sisa organisme mati. Selain itu bahan organik

Page 48: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

33

juga bermanfaat sebagai pendukung kehidupan fitoplankton di perairan, karena aliran

nutrien yang berasal dari sungai ke laut, sehingga ketersediaan unsur hara di dalam

perairan dapat menjadi indikator kesuburan suatu perairan (Marwan et al., 2015).

Menurut Effendi (2003), bahan organik yang tinggi akan menyebabkan eutrofikasi

atau pengkayaan nutrien unsur hara pada perairan, serta mengakibatkan terjadinya

peningkatan produktivitas perairan.

Di dalam tanah, C organik dihasilkan melalui metabolisme tanaman yang

dilepas melalui akar. Akar-akar yang baik menyediakan substrat berupa karbohidrat,

asam organik, asam amino yang digunakan untuk metabolisme bakteri (Das &

Baruah, 2008). Kandungan C organik digunakan oleh mikroorganisme untuk

menghasilkan energi, sehingga penambahan bahan organik akan meningkatkan

populasi mikroorganisme, salah satunya bakteri metanogen (Yulipriyanto, 2010; Liu

et al., 2016).

Simpanan karbon dalam sedimen di kawasan mangrove Pulau Pari, berkisar

antara 5,75–8,64%. Nilai simpanan karbon pada lokasi sampling mejorok ke daratan

lebih tinggi nilainya yang berbanding lurus dengan bahan organik sedimen. Pasang

surut diduga dapat mempengaruhi jumlah simpanan karbon organik pada sedimen

mangrove. S.alba lebih banyak ditemukan pada daerah pantai yang berbatasan

langsung dengan perairan laut terbuka (Nursal, et al., 2005).

Kandungan N pada lokasi laut memiliki rata rata 0,18% lebih besar tidak

signifikan dibanding dengan nilai persentase rata rata lokasi darat sebesar 0,16%.

Page 49: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

34

Kandungan N pada setiap sampel tidak semuanya langsung dimanfaatkan oleh

tanaman, karena hilangnya nitrogen dapat disebabkan oleh nitrifikasi, denitrifikasi

dan erosi (Sari & Prayudyaningsih, 2015; Pambudi et al., 2017). Penyerapan nitrogen

oleh tanaman dilakukan dalam bentuk ion nitrat dan ion ammonium (Patti et al.,

2013). Selain dimanfaatkan oleh tanaman, nitrogen juga digunakan oleh

mikroorganisme dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Ion nitrat akan berubah

menjadi ion nitrit oleh nitrat reduktase. Reaksi selanjutnya nitrit akan diubah menjadi

amonia yang kemudian bergabung dengan kerangka karbon hasil respirasi. Kerangka

karbon ini digunakan untuk pembentukan asam amino, sebagai bahan dasar protein

(Eskawidi et al., 2005).

Gambar 7. Reaksi pembentukan amonia dari nitrat dan nitrit (Horton,2006).

Ammonia adalah salah satu bagian yang terdapat pada reaksi ini (Gambar 8).

Ammonia tidak terdeteksi dengan metode Conway yang selanjutnya tidak dilakukan

proses titrasi dengan HCl lebih lanjut. Amonia tidak terdeteksi keberadaannya

disebabkan oleh keberadaan nitrit dan nitrat yang kemungkinan jumlahnya tidak

cukup untuk menghasilkan ammonia. Ammonia yang bersifat mudah menguap dan

Page 50: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

35

konsentrasinya yang sangat kecil kemungkinan menyebabkan ammonia tidak

terdeteksi dengan metode Conway.

Rasio C/N adalah perbandingan antara banyaknya kandungan unsur C

terhadap banyaknya kandungan unsur N yang ada pada suatu bahan organik (Widarti

et al., 2015). Rasio C/N menunjukkan kualitas nutrisi yang dapat dimanfaatkan oleh

mikroorganisme untuk mendegradasi bahan-bahan organik. Hasil analisis rasio C/N

pada setiap titik sampling bervariasi antara 23,91 sampai 48,88 yang berbeda nyata

pada kedua lokasi sampling (sig.<0,05). Lokasi titik sampling daerah laut memiliki

nilai rata rata persentase 36,40 lebih rendah secara tidak signifikan dibandingkan nilai

pada lokasi darat yang memiliki nilai rata rata 50,81. Rasio C/N yang tinggi

menandakan kandungan N yang rendah. Konsentrasi N tinggi akan menekan emisi

CH4 (Wihardjaka et al., 2012; Xiao et al., 2018). Hal tersebut karena N dalam bentuk

ion nitrat atau nitrit yang tidak digunakan dalam proses pertumbuhan, akan digunakan

oleh bakteri metanotrof untuk bereaksi dengan CH4 dengan hasil CO2 dan N2 dalam

kondisi aerobik (Ettwig et al., 2010; Vaksmaa et al., 2017).

4NO3- + CH4 → 4NO2

- + CO2 + 2H2O

8NO2- + 3CH4 + 8H

+ → 4N2 + 3CO2 + 10H2O

Apabila konsentrasi nitrat yang berlebih pada kondisi anaerobik maka bakteri

denitrifikasi akan mereduksi nitrat dengan bantuan asam asetat dan hidrogen (Xiao et

al., 2018). Penggunaan asam asetat dan hidrogen oleh bakteri denitrifikasi membuat

bakteri metanogen tidak dapat memanfaatkannya dalam menghasilkan CH4 (Yuan et

al., 2014). Menurut penelitian Duc et al. (2010), pembentukan CH4 lebih tinggi pada

Page 51: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

36

rasio C/N>10. Artinya, rasio C/N pada kedua lokasi sampling baik yang darat

maupun laut berada pada nilai optimum untuk pembentukan CH4.

Asam asetat merupakan salah satu jenis dari VFA. VFA merupakan asam lemak

yang penting sebagai nutrisi dalam metabolisme anaerobik. Analisis VFA ini

bertujuan untuk mengetahui nilai asam lemak terbang secara total dan nilai masing-

masing asam lemak terbang yang digunakan oleh bakteri metanogen dalam proses

pembentukan CH4. VFA merupakan asam lemak rantai pendek. Kehadiran VFA

menunjukkan adanya aktivitas mikroorganisme pada setiap kedalaman sedimen

(Finke et al., 2007). VFA parsial meliputi asam asetat, propionat dan butirat. VFA

parsial positif mempengaruhi emisi CH4, dibandingkan asam-asam organik lainnya

(Deublein & Steinhauser, 2008).

Nilai VFA parsial pada setiap lokasi sampling memiliki konsentrasi yang

berbeda, nilai VFA menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan antara kedua

lokasi sampling (sig.<0,05). Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa kandungan VFA total

darat memiliki nilai yang tinggi. Kadar VFA yang tinggi berbanding lurus dengan

bahan organik dan carbon organik yang dimana VFA adalah hasil dari pengruaian

serasah. Produksi gas tergantung pada produksi VFA, semakin tinggi VFA total maka

semakin tinggi emisi CH4 yang dihasilkan (Windyasmara, 2015). Kadar VFA total

yang tinggi mengakibatkan tingginya energi yang dihasilkan dari pembentukkan VFA

yang digunakan untuk sintesis protein bakteri dan memperbanyak diri (Mc Donald, et

al., 2002).

Kadar asam butirat paling rendah di antara VFA parsial jenis asetat dan

propionat, hal ini karena asam butirat merupakan salah satu asam organik pertama

Page 52: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

37

yang diproduksi dari hasil degradasi bahan organik di dalam tanah (Al-Saedi, 2008).

Konsentrasi butirat pada lokasi sampling darat lebih tinggi dibandingkan lokasi laut,

hal ini karena lokasi yang dekat dengan daratan lebih banyak substrat berupa C

organik yaitu limbah dari penduduk sekitar juga limbah organik sisa dedaunan yang

terbawa oleh ombak laut. Hal tersebut yang menyebabkan asam butirat dapat

dijadikan prekursor awal dalam menentukan emisi CH4 (Rahman et al., 2013). Akan

tetapi besarnya emisi CH4 tergantung dari konsentrasi asam asetat yang dihasilkan

(Capareda, 2013). Konsentrasi asam butirat yang rendah dapat meningkatkan proses

metanogenesis. Sementara itu, konsentrasi butirat yang tinggi dapat menghambat

proses metanogenesis (Henson et al., 1986).

Kandungan asam asetat memiliki kadar yang lebih banyak dibandingkan asam

VFA lainnya, karena hasil semua degradasi substrat akan mengahasilkan asam asetat

pada tahap asetogenesis (Deublein & Steinhauser, 2008). Asam asetat, CO2 dan H2

digunakan dalam memproduksi CH4 oleh bakteri metanogen (Yuan et al., 2014).

Konsentrasi asam asetat adalah yang paling tinggi di antara VFA yang lain, rata rata

konsentrasi asam asetat juga lebih tinggi pada saat pengambilan sampel darat

meskipun tidak signifikan. Lokasi sampling darat lebih banyak memiliki C organik

yang merupakan substrat untuk pembentukan VFA total maupun parsial. Banyaknya

kandungan substrat akan meningkatkan nutrisi mikroorganisme di dalam tanah,

sehingga produk hasil metabolismenya seperti asam asetat akan semakin tinggi

(Windyasmara, 2015).

Asam propionat merupakan salah satu jenis asam VFA pasial selain asetat dan

butirat. Asam propionat dihasilkan pada tahap asidogenesis dari perombakan bahan

Page 53: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

38

organik hasil hidrolisis di dalam tanah (Romli, 2010). Konsentrasi asam propionat

lebih besar pada lokasi sampling darat. Hal ini tidak sejalan dengan Deublein &

Steinhauster,(2008) yang menyatakan bahwa meningkatnya asam asetat diimbangi

dengan menurunnya asam propionat, karena asam propionat akan terdegradasi

menjadi asetat, CO2 dan H2. Renhua et al. (2013) juga menjelaskan bahwa

penghambatan asetat oleh peningkatan asam propionat dapat menjadi indikasi

produksi gas CH4 yang lebih rendah. Maka rata rata perbandingan konsentrasi asetat

dan propionat lebih besar pada lokasi sampling laut karena konsentrasi asetat dan

propionat hampir berbanding lurus yang seharusnya berbanding terbalik.

4.3. Konsentrasi Mikroorganisme

Pengamatan mikroorganisme dilakukan untuk mengetahui konsentrasi

mikroorganisme anaerob yang terdapat pada masing-masing lokasi sampling baik

laut maupun darat di hutan mangrove. Bakteri asetonotrof tidak terdeteksi, dan

bakteri yang paling tinggi jumlahnya adalah bakteri metilotrof kemudian

hidrogenotrof (Gambar 9). Bakteri ini masing masing dikelompokkan menggunakan

media selektif sesuai dengan kondisi hidup bakteri tersebut.

Mikroorganisme yang dianalisis diduga merupakan mikroorganisme

metanogenik yang dapat mendukung produksi gas CH4. Bakteri pembentuk asam

akan mendegradasi material organik menjadi asam-asam organik, selanjutnya terjadi

pembentukan gas CH4 dengan bantuan bakteri CH4 seperti Methanococcus dan

Methanosarcina (Pambudi, 2008). Pembentukan CH4 akan tetap berlangsung selama

bahan organik seperti karbon pada akhir masa inkubasi masih tersedia sebagai

Page 54: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

39

sumber energi. Bahan organik didegradasi oleh mikroorganisme dan dapat

menghasilkan CH4 dalam metanogenesis (Saputra et al., 2010).

Gambar 8 Grafik bakteri metanogen sedimen berdasarkan lokasi sampling hutan mangrove

Penghitungan jumlah bakteri anaerobik bertujuan untuk mengetahui jumlah

bakteri anaerobik yang terdapat pada sedimen juga memberikan perlakuan untuk

mengetahui jumlah bakteri asetonotrof, metilotrof dan hidrogenotrof yang merupakan

bagian dari proses pembentukan gas CH4 dalam proses metanogenesis. Proses

metanogenesis meliputi 3 tahapan yaitu hidrolisis yaitu proses degradasi senyawa

kompleks menjadi senyawa sederhana. Proses selanjutnya adalah asidogenesis yang

merupakan prises pembentukan asam dari senyawa sederhana hasil dari hidrolisis.

Tahap terakhir adalah metanogenesis yaitu proses pembentukan CH4 dengan bantuan

bakteri, tahap ini mengubah asam lemak rantai pendek menjadi H2, dan CO2

menghasilkan CH4 dan CO2.

0

2

4

6

8

10

12

asetonotrof metilotrof hidrogenotrof total mikroba

Ju

mla

h m

ikrob

a

(cfu

/mg

)

Jenis Bakteri

Darat

Laut

Page 55: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

40

Bakteri metanogen tumbuh dalam kondisi anaerob. Bakteri jenis ini banyak

ditemukan di dalam sedimen. Bakteri metanogen adalah bakteri yang mengurai

serasah yang kemudian merubahnya menjadi energi untuk menghasilkan CH4.

Melalui proses metanogenesis VFA yang merupakan asam lemak terurai menjadi

asam lemak yang rantai lebih pendek, salah satunya dalah asam asetat yang melalui

reduksi CO2 yang dibantu oleh bakteri menjadi CH4. Meskipun VFA parsial berupa

asam asetat banyak terdeteksi, bakteri asetonotrof atau dikenal sebagai asetotropik

tidak terdeteksi. Hal ini tidak terdeteksi karena proses metanogenesis tidak melalui

jalur tersebut. Bakteri ini merupakan pengurai asetat, yaitu merubah asam asetat

menjadi CH4 dan CO2.

CH3COOH CH4 + CO2

Selain asetonotrof, bakteri jenis hidrogenotrof cenderung lebih kecil jumlahnya

dibandingkan bakteri asetonotrof dan metilotrof karena merupakan bakteri pada

proses pertama pembentukan CH4. Bakteri asetonotrof tidak terdeteksi pada

perhitungan mikroba secara mikroskopis namun tidak berarti bakteri asetonotrof

keberadaannya tidak ada. Bakteri metilotrof merupakan bakteri yang paling banyak

dibandingkan bakteri jenis lainnya sebagai bakteri pembentuk CH4. Nilai bakteri yang

lebih tinggi untuk metilotrof dan hidrogenotrof adalah pada lokasi sampling laut

sedangkan total mikroba bernilai lebih besar pada lokasi sampling darat. CH4

dihasilkan dari asetat atau dari reduksi CO2 oleh bakteri asetotropik dan

hidrogenotropik dengan menggunakan hidrogen (Budiyanto, 2002).

Page 56: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

41

4.4. Emisi Gas Metana (CH4)

Fluks gas CH4 merupakan hasil yang menunjukkan jumlah gas CH4 yang

dilepaskan ke udara dari sedimen maupun bagian - bagian tanaman mangorove. Gas

CH4 dihasilkan dengan bantuan bakteri metanogen dengan mengubah asam asetat,

CO2 dan H2 menjadi CH4 (Capareda, 2013). Fluks gas CH4 yang terbentuk pada

setiap waktu (pagi, siang, sore) dan titik lokasi penelitian juga masing masing bagian

tanaman dan sedimen dapat dilihat pada gambar 10.

Hasil statistik uji T pada sedimen, perbedaan waktu menunjukkan nilai berbeda

signifikan terhadap jumlah emisi gas CH4 (sig.<0,05). Nilai emisi gas CH4 pada

sedimen pada lokasi sampling darat tidak memiliki nilai yang berbeda jauh dibanding

dengan pada lokasi laut. Sedangkan pada tanaman secara keseluruhan tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata (sig.<0,05).

Gambar 9. Grafik emisi gas CH4 berdasarkan perbedaan waktu dan bagian tanaman dan

sedimen

0,0000

2,0000

4,0000

6,0000

8,0000

10,0000

12,0000

14,0000

Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

Darat Laut

Flu

x G

as

CH

4

(mg/m

2/j

am

)

Kondisi Lingkungan

Sedimen

Akar

Batang

Daun

Page 57: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

42

Nilai emisi gas CH4 paling tinggi pada bagian akar pada pagi hari dilokasi darat

dan makin menurun dari pagi, siang ke sore hari. Bagian tanaman batang dan daun

pada masing masing lokasi dan waktu memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Hal ini

terjadi karena emisi gas CH4 pada bagian batang dan daun hanyalah gas yang terbawa

saat transportasi tumbuhan, dimana hanya memiliki nilai yang relatif kecil dan

hampir sama dibanding emisi CH4 pada bagian lainnya.

Emisi gas CH4 memiliki korelasi dengan parameter sifat fisik dan kimia air

lingkungan mangrove terhadap kondisi lingkungan (lokasi sampling). Korelasi antara

parameter (suhu, intensitas cahaya, TDS dan pH) semua memiliki korelasi positif

terhadap emisi gas CH4 kecuali pada TDS yang memiliki nilai korelasi negatif meski

bernilai cukup kecil. Pada uji korelasi. Intensitas cahaya memiliki korelasi paling

besar di antara parameter lainnya terutama pada emisi gas CH4 pada keseluruhan

bagian tanaman.

Gambar 10. Grafik hubungan emisi CH4 pada lokasi, waktu, dan bagian tanaman juga

sedimen mangrove

Page 58: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

43

Gambar 11 menunjukkan pemetaan data emisi gas CH4 dan faktor yang

mempengaruhinya. Pada data tersebut dikelompokkan menjadi 4 kelompok.

Kelompok pertama adalah darat siang dimana tidak ada rataan emisi yang tinggi pada

lokasi dan waktu tersebut. Pada kelompok 2 terdapat darat pagi hari dimana rataan

emisi gas CH4 pada bagian akar tinggi juga total tanaman karena sebagian besar nilai

total tanaman dari akar, hal ini dikarenakan pada akar pagi hari terutama di darat pagi

terjadi pasang dan kondisi semakin anaerob dan bakteri lebih aktif menghasilkan gas

CH4. Laut siang sore juga darat sore terdapat pada kelompok 3 yang memiliki nilai

akar terendah, karena lokasi dan waktu tersebut sudah mengalami surut sehingga

kondisi tidak lagi optimum untuk bakteri metanogen. Pada laut dipagi hari dalam

kelompok 4 terdapat nilai gas CH4 yang tinggi pada sedimen, daun dan batang

disebabkan kondisi yang pasang, sehingga bakteri metanogen optimal menghasilkan

gas yaitu pada kondisi anaerob.

Emisi gas CH4 tertinggi pada darat di pagi hari adalah bagian akar. Pada pagi

hari kondisi air laut pasang, sehingga akar tanaman sebagian besar terendam air laut

yang menjadikan kondisi pada bagian akar mangrove anaerobik. Sedangkan pada

lokasi laut emisi gas CH4 tertinggi pada bagian sedimen, lalu setelahnya adalah

bagian akar. Hal ini karena bagian sedimen yang menggunakan pipa seperti pada

Gambar 6. Pagi hari di lokasi laut memiliki air yang lebih tinggi sehingga kondisinya

lebih anaerobik. Kondisi anaerobik ini merupakan kondisi terbaik untuk bakteri

matanogen bekerja secara optimal.

Page 59: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

44

Gambar 11. Grafik hubungan emisi CH4 pada bagian tanaman dan sedimen dengan faktor

fisik dan kimia lingkungan kawasan hutan mangrove

Emisi CH4 dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya fisik dan kimia yang

hubungannya dijelaskan pada Gambar 12. Emisi CH4 pada bagian tanaman baik akar,

batang, daun dan sedimen dipengaruhi oleh TDS dan pH yang berhubungan pula

dengan bahan organik juga VFA. Banyaknya bahan organik yang terdegradasi

menjadi karbon dan selanjutnya menjadi asam asam lemak yaitu VFA mempengaruhi

pH dan TDS. Semakin banyak VFA maka semakin banyak juga gas CH4 yang

dihasilkan, sedangkan intensitas cahaya dan suhu tidak berpengaruh terhadap emisi

gas CH4. Suhu yang terdapat pada lokasi tetap sehingga tidak berpengaruh terhadap

emisi gas sedangkan intensitas cahaya hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan

mangrove namun tidak untuk emisi gas CH4.

Page 60: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

45

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Faktor fisik dan kimia lingkungan hutan mangrove S. alba yaitu pH 6,75-7,45

dan suhu 26-29°C untuk pertumbuhan bakteri, dan Intensitas cahaya 1.505-

40.700 kkal/m2/hari sesuai untuk pertumbuhan mangrove, dan salinitas dan

TDS untuk keadaan air laut berpengaruh terhadap emisi gas CH4.

2. Emisi gas CH4 dari bagian tanaman mangrove dipengaruhi oleh jarak tanaman

S. alba ke daratan. Emisi gas CH4 mengalami peningkatan pada tanaman di

lokasi menjorok ke laut. Bagian tanaman mangrove S.alba yang memiliki

potensi tertinggi dalam total emisi gas CH4 adalah bagian akar sebesar 35,09

mg/m2/jam, diikuti dengan daun dan batang sebesar 12,08 dan 10,34

mg/m2/jam. Nilai total emisi gas CH4

pada sedimen sebesar 24,24 mg/m

2/jam.

3. Waktu sampling di kawasan mangrove Pulau Pari berpengaruh terhadap emisi

gas CH4 terutama pada pagi hari dimana emisi gas CH4 paling tinggi. Emisi

gas pada pagi hari memiliki total keseluruhan emisi gas CH4 paling tinggi

sebesar 41,32mg/m2/jam.

4. Bakteri metanogen berpengaruh terhadap emisi gas CH4 dari sedimen tanaman

S.alba karena semakin banyak bakteri, semakin banyak gas CH4 yang

dihasilkan.

5.2. Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan lokasi yang berbeda dan analisa

populasi mikroba dengan menggunakan teknik biomolekular.

Page 61: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

46

DAFTAR PUSTAKA

Saedi A. 2008. Biogas Handbook. Denmark: University of Southern Denmark

Esbjerg, Niles Bohrs.

Association of Analytical Communities (AOAC). 2005. Offical Methods of

Analysis. 18th ed. Association of Official Analytical Chemists, USA.

Ariestika R. 2006. Karakteristik Padang Lamun & Struktur Komunitas Moluska

(Gastropoda dan Bivalvia) Di Pulau Burung, Kepulauan Seribu.

Bakosurtanal. 2009. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional &

Pusat Studi Bencana UGM. http://www.ppsda,org/_web/index.html.

Basset J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis. Kuantitatif Anorganik. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Basu A. 2013. An Analysis of The Global Atmospheric Methane Budget Under

Different Climates. Jülich: Forschungszentrum Jülich.

Bengen, Dietrich G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir.

Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2000. Vol. 1.

Bidayani E. 2014. Ekonomi Sumberdaya Pesisir yang Tercemar. Malang: UB

Press.

Budiyanto, Kresno MA. 2002. Mikrobiologi Terapan. Malang: Universitas

Muhammadiyah Malang.

Capareda SS. 2013. Introduction to Biomass Energy Conversions. New York:

CRC Press.

Chen GC, Ulumuddin YI, Pramudji Sastro, Chen SY, Chen Bin, Ye Y, Y ODY,

Ma ZY, Huang Hao, Wang JK. 2014. Rich Soil Carbon and Nitrogen But

Low Atmospheric Greenhouse Gas Fluxes From North 291 Sulawesi

Mangrove Swamps In Indonesia. Science of The Total Environment 487:91-

96

Das K dan Baruah KK. 2008. A Comparison Of Growth and Photosynthetic

Characteristics of Two Improved Rice Cultivars on Methane Emission From

Rainfed Agroecosystem of Northeast India. Agriculture, Ecosystems and

Environment, 124(1–2), 105–113.

Deublein D, Steinhauser A. 2008. Biogas From Waste And Renewable Resources.

Morlenbach. WILEY-VCH

Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 2002. Rehabilitasi

Lahan dan Perhutanan Sosial. Jakarta. Departemen Kehutanan.

Donato DC, Kauffman JB, Murdiyarso D, Kurnianto S, Stidham M, Kannien M.

2011. Mangroves Among the Most Carbon-Rich Forests in the Tropics.

Page 62: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

47

Duc NT, Crill P, Bastviken D. 2010. Implications of Temperature and Sediment

Characteristics on Methane Formation and Oxidation in Lake Sediments.

Biogeochemistry 100, 185-196.

Effendi H. 2003. Telaah kualitas air. Yogyakarta: Kanisius.

Environmental Protection Agency. 2002. Wetland Clasification. Environmental

Protection Agency (EPA).

Environmental Protection Agency. 2011. Regulatory Announcement: EPA Issues

Notice of Data Availability Concerning Renewable Fuels Produced from

Palm Oil Under the RFS Program. Environmental Protection Agency (EPA).

Eskawidi MR, Anggarwulan E dan Solichatun. 2005. Pengaruh Vermikompos

terhadap Kadar Nitrogen Tanah , Aktivitas Nitrat Reduktase dan

Pertumbuhan Caisin ( Brassica rapa L. cv. caisin). BioSMART, 7, 32–36.

Ettwig KF, Butler MK, Le Paslier D, Pelletier E, Mangenot S, Kuypers MMM,

dan Strous M. 2010. Nitrite-driven Anaerobic Methane Oxidation by

Oxygenic Bacteria. Nature, 464(7288), 543–548.

Finke N, Vandieken V dan Jorgensen BB. 2007. Acetate, Lactate, Propionate, and

Isobutyrate as Electron Donors for Iron and Sulfate Reduction in Arctic

Marine Sediments, Svalbard. Microbiology Ecology 59: 10-22.

General Laboratory Procedures. 1966. Departmen of Dairy Science. Madison:

University of Wisconsin.

Giesen W, Wulffraat S, Scholten MZ, dan Liesbeth. 2006. Mangrove Guidebook

for Southeast Asia (1st Editio). FAO and Wetlands International, Bangkok,

Thailand.

Hallam SJ, Putnam N, Preston CM, Detter JC, Rokhsar D, Richdarson PM and

Delong EF. 2004. Reverse Methanogenesis: Testing the Hypothesis with

Environmental Genomics. Science. 305 : 1457-1461.

Hanafiah A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hardy JT. 2003. Climate Change: Causes, Effects, and Solutions. England:

John Wiley & Sons Ltd, The Atrium, Southern Gate, Chichester, West

Sussex PO19 8SQ.

Henson JM, Bordeaux FM, Rivard CJ and Smith PH. 1986. Quantitative

Influences of Butyrate or Propionate on Thermophilic Production of Methane

from Biomass. Environmental Microbiology 51 (2): 288-292.

Indriatmoko, Herlambang. 1999. Pengolahan Air Asin atau Payau Berbasis

Kimiawi Melalui Tekno Membran Reverse Osmosis (RO) Kelompok

Teknologi Pengolahan Air Bersih dan Limbah Cair Direktorat Teknologi

Lingkungan, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material dan

Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta.

Page 63: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

48

Kartasapoetra AG, dan Sutedjo MM. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: PT.

Ineka Cipta.

Keppler F, Hamilton JTG, Brass M, dan Ro T. 2006. Methane Emissions From

Terrestrial Plants Under Aerobic Conditions. Nature. 439, 187–191.

Khopkar SM. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

Kjedahl J. 1883. Neue Methode zur Bestimmung des Stickstoffs in Organischen

Koeprn, Z. Anal. Chem. 22, 366-382

Kusmana C, Pradyatmika P, Husin YA, Shea G, Martindale D. 2000. Mangrove

Litter-Fall Studies at the Ajkwa Estuary, Irian Jaya, Indonesia. Indonesian

Journal of Tropical Agriculture 9(3):39-47.

Kusumaningtyas MA, Bramawanto R, Daulat A, dan Pranowo WS. 2014.

Kualitas perairan Natuna pada musim transisi. Depik. 3(1), 10-20.

Lay B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta: Rajawali.

Li C, Moertelmaier C, Winter J, Gallert C. 2015. Microbial Community Shifts

During Biogas Production From Biowaste and/or Propionate.

Bioengineering.vol. 2, no.1, pp. 35–53,2015

Liu Y, Liu X, Cheng K, Li L, Zhang X, Zheng J, Pan G. 2016. Responses of

Methanogenic And Methanotrophic Communities To Elevated Atmospheric

CO2 and Temperature In A Paddy Field. Frontiers in Microbiology, 7(NOV),

1–14.

Lyimo TJ, Pol A and Camp HJM. 2002. Methane emission, sulfide concentration

and redox potential profiles in Mtoni mangrove sediment, Tanzania. Western

Indian Ocean J.Mar. Sci. Vol. 1

Mara, D. 2003. Domestic Wastewater Treatment in Developing Countries.

London: Eartscan.

Marwan AH, Widyorini N dan Nitisupardjo M. 2015. Hubungan Total Bakteri

dengan Kandungan Bahan Organik Total di Muara Sungai Babon, Semarang.

Diponegoro Journal Of Maquares., 4(3) : 170 - 179.

Maryono A. 2009. Preparedness Assessment Tools For Indonesia. Jakarta:

UNESCO Office.

Mc Donald P, Edwards RA, Greenhalg JFD, Morga CA. 2002. Animal Nutrition

6th Edition. England: Imprint Pearson Education Prontice Hill.

Minamikawa K, Tokida T, Sudo S, Padre A and Yagi K. 2015. Guidelines for

Measuring CH4 and N2O Emissions From Rice Paddies By a Manually

Operated Closed Chamber Method. National Institute for Agro-

Evironmental Science, Japan

Menteri Negara Lingkungan Hidup (MNLH). 2004. Keputusan Menteri Negara

Page 64: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

49

Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut.

Jakarta. Kementerian Negera Lingkungan Hidup, 2004.

Nielsen J, Seadi T, and Popiel P. 2009. The Future of Anaerobic Digestion and

Biogas Utilization. Bioresource Technology, 100, 5478-5484.

Nursal, Fauziah Y, dan Ismiati. 2005. Struktur dan Komposisi Vegetasi Mangrove

Tanjung Sekodi Kabupaten Bengkalis Riau. Biogenesis 2(1). 1-7

Pambudi A, Susanti dan Priambodo TW. 2017. Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri

Tanah Sawah Di Desa. Al-Kauniyah. Journal of Biology, 10(2), 105–113.

Patti PS, Kaya E dan Silahooy C. 2013. Analisis Status Nitrogen Tanah Dalam

Kaitannya Dengan Serapan N oleh Tanaman Padi Sawah di Desa Waimital,

Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Agrologia, 2(1), 51–58.

Pickard GL, and Emery WJ, 1993. Descriptive Physical Oceanography, 5th

enlarged edition. 320pp. Pergamon Press.

Pramudji. 2004. Handling For Mangrove Forest In The Coastal Zone Of

Indonesia. Oseana, XXIX(1), 19–26.

Purvaja R and Ramesh R. 2001. Natural and Anthropogenic Methane Emission

From Coastal Wetlands Of South India. Environ Management, 27: 547-557.

Purvaja R, Ramesh R and Frenzel P. 2004. Plant-Mediated Methane Emission

From An Indian Mangrove. Global Change Biology. 10(11). 1825–1834

Puspitasari FD, Shovitri M dan Uswytasari NDK. 2012. Isolasi dan Karakterisasi

Bakteri Aerob. Sains Dan Seni ITS, 1(1), 3–6.

Rahman MM, Salleh MAM, Sultana N, Kim MJ and Ra CS. 2013. Estimation Of

Total Volatile Fatty Acid (VFA) From Total Organic Carbons (Tocs)

Assessment Through In Vitro Fermentation Of Livestock Feeds. African

Journal of Microbiology Research, 7(15), 1378–1384.

Renhua N, Dong R, Zhu Z and Chen YHX. 2013. Effects of Forage Type and

Dietary Concentrate to Forage Ratio on Methane Emissions and Rumen

Fermentati. Transactions of the ASABE, 56, 1115–1122.

Riyadi A. 2007. Potret Kondisi Perairan Di Pulau Karang Congkak. Jakarta.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2007. Vol. 3.

Rohyati T, Hida dan Husnah. 2003. Produktivitas Primer dan Komunitas Plankton

di Danau Buatan Kawasan Pemukiman Organ Permata Indah Jakabaring

Palembang. Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan. Balai Riset

Perikanan Perairan Umum, 1(1):1-14.

Romli M. 2010. Teknologi Penanganan Limbah Anaerobik. Bogor: TML

Publikasi

Rosmarkam A dan Yuwono NW, 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta:

Page 65: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

50

Kanisius.

Sanderson MA, Adler PR, Boateng AA, Casler MD, and Sarath G. 2006.

Switchgrass as a Biofuels Feedstock In The USA. Canadian Journal of Plant

Science, 86(Special Issue), 1315–1325.

Saputra T, Triatmojo S dan Pertiwiningrum A. 2010. Produksi Biogas dari

Campuran Feses Sapi dan Ampas Tebu (Baggase) dengan Rasio C/N yang

Berbeda. Buletin Perternakan. 34(2): 114-122

Sari R dan Prayudyaningsih R. 2015. Rhizobium. Pemanfaatannya Sebagai

Bakteri Penambat Nitrogen. Info Teknis EBONI, 12(1), 51–64.

Smith JM, and Ness VHC. 1987. Introduction to Chemical Engineering

Thermodynamics, 4th ed. New York: McGraw-Hill Book Co.

SNM (Strategi Nasional Mangrove). 2003. Strategi Nasional Pengelolaan

Mangrove di Indonesia Draft Revisi; Buku II: Mangrove di Indonesia.

Jakarta: Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup.

Sotomayor D, Corredor JE, and Morell JM. 1994. Methane and Emission From

Mangrove Soil Along The Southeastern Coast Of Puerto Rico. Estuaries, 17:

140147.

Subowo G. 2010. Strategi Efisiensi Penggunaan Bahan Organik untuk Kesuburan

dan Produktivitas Tanah Melalui Pemberdayaan Sumberdaya Hayati Tanah.

Balai Penelitian tanah dan Agroklimat. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 4 No.

1

Sudarmadji S, Haryono B, dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisis Untuk Bahan

Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.

Sugiyono. 2006. Penanggulangan Pemanasan Global di Sektor Pengguna Energi.

Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 7, No. 2, 2006 : 15-19.

Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah

Pesisir dan Laut Tropis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suprihati. 2007. Populasi Mikroba dan Fluks Metana (CH4) Serta Nitrous Oksida

(N2O) pada Tanah Sawah. Pengaruh Pengelolaan Air, Bahan Organik dan

Pupuk Nitrogen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tis‟in M. 2008. Tipologi Mangrove dan Keterkaitannya Dengan Populasi

Gastropoda Littorina neritoides (Linne, 1758) Di Kepulauan Tanakeke,

Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Bogor: Sekolah Pascasarjana - Institut

Pertanian Bogor. Vol.Tesis.

Ulqodry TZ. 2008. Produktivitas Serasah Mangrove dan Potensi Konstribusi

Unsur Hara di Perairan Mangrove Tanjung Apiapi Sumatera Selatan. Bogor:

Sekolah Pascasarjana - Institut Pertanian Bogor. Vol.Tesis.

Vaksmaa A, Guerrero-Cruz S, van Alen TA, Cremers G, Ettwig KF, Lüke C and

Page 66: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

51

Jetten MSM. 2017. Enrichment Of Anaerobic Nitrate-Dependent

Methanotrophic „Candidatus Methanoperedens Nitroreducens‟ Archaea From

an Italian Paddy Field Soil. Applied Microbiology and Biotechnology,

101(18), 7075–7084.

Veziroglu TN. 1991. Hydrogen Technology for Every Needs of Human

Settlement. Int. Journal Hydrogen Energy, 12:99.

Walkley AJ and Black IA. 1934. Estimation of soil organic carbon by the chromic

acid titration method. Soil Sci. 37, 29-38.

Wibowo K dan Handayani T. 2006. Pelestarian Hutan Mangrove Melalui

Pendekatan Mina Hutan (Silvofishery). Jurnal Teknik Lingkungan, 7(3),

227–233

Widada B. 2000. Pengenalan Alat Kromatografi Gas. Alat Analis. ISSN 1852-

4777. URANIA. No. 23-24.

Widarti BN, Wardhini WK dan Sarwono E. 2015. Pengaruh Rasio C/N Bahan

Baku Pada Pembuatan Komppos Dari Kubis Dan Kulit Pisang. Integrasi

Proses, 5(2), 77.

Wihardjaka A, Tandjung SD, Sunarminto BH dan Sugiharto E. 2012. Methane

Emission From Direct Seeded Rice Under the Influences of Rice Straw and

Nitrification Inhibitor. Indonesian Agency for Agricultural Research and

Development.

Windyasmara L. 2015. Pengaruh Jenis Kotoran Ternak Sebagai Substrat Dan

Penambahan Serasah Daun Jati. Buletin Peternakan, 39(3), 199–204.

Wuebbles DJ and Hayhoe K. 2002. Atmospheric Methane and Global Change.

Earth-Science Reviews, 57 : 177-210

Xiao Y, Zhang F, Li Y, Li T, Che Y and Deng S. 2018. Influence of Winter Crop

Residue And Nitrogen Form on Greenhouse Gas Emissions From Acidic

Paddy Soil. European Journal of Soil Biology, 85(October 2017), 23–29.

Yuan Q, Pump J and Conrad R. 2014. Straw Application In Paddy Soil Enhances

Methane Production Also From Other Carbon Sources. Biogeosciences,

11(2), 237–246.

Yulipriyanto H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Zamroni Y, Rohyani IS. 2008. Produksi Serasah Hutan Mangrove Di Perairan

Pantai Teluk Sepi, Lombok Barat. Biodiversitas 9 (4) :284-287.

Page 67: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

52

LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Data

1. Perhitungan Bahan Organik Sedimen Mangrove

Lokasi Bobot Cawan Berat Sedimen Cawan+Sedimen Cawan+Sedimen‟ % BO

Darat 1 34.0759 0.4022 34.4781 34.3909 78.3192

Darat 2 32.2910 0.4047 32.6957 32.5818 71.8557

Laut 1 32.7453 0.4007 33.1460 32.9930 61.8168

Laut 2 33.0766 0.4049 33.4815 33.3881 76.9326

x100%

= (( ))

( )

= 78.3192%

2. Perhitungan kadar C Organik Sedimen Mangrove

Kurva Standar

konsetrasi (ppm) absorbansi

0 0.0002

50 0.099

100 0.1515

150 0.2366

200 0.2745

250 0.3496

Sampel Bobot Sampel Absorbansi Konsentrasi

(ppm) % C Rata-rata

Darat 1 0.5052 0.2977 216.0769 4.4873 5.5462

y = 0.0013x + 0.0168

R² = 0.988

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

0,35

0,4

0 50 100 150 200 250 300

Ab

sorb

an

si

Konsentrasi (ppm)

Regresi Linier

Page 68: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

53

Darat 2 0.5030 0.4569 338.5385 6.0574

Laut 1 0.5027 0.2037 143.7692 2.9746 4.5600

Laut 2 0.5029 0.4227 312.2308 4.5050

Kadar C organik (%) = ppm kurva x 10 /mg sampel x Fk

= 216.0769 x 10/500 x 1

= 216.0769 x 0,2 x 1

= 4.4873%

3. Perhitungan Kadar Nitrogen Sedimen Mangrove

Lokasi Bobot Sampel V. NaOH (mL) Jumlah N Total Rata Rata

Darat 1 0.5088 19.65 0.9631 1.0404

Darat 2 0.5010 19.60 1.1178

Laut 1 0.5069 19.65 0.9667 1.1764

Laut 2 0.5050 19.50 1.3861

Kadar N (%) = –

( )

=0.9631%

4. Perhitungan Rasio C/N Sedimen Mangrove

Lokasi C% N% C/N Rata-rata

Darat 1 4.3215 0.9631 4.4873 5.2724

Darat 2 6.7708 1.11776 6.0574

Laut 1 2.8754 0.9667 2.9746 3.7398

Laut 2 6.2446 1.3861 4.5050

Rasio C/N =

=

= 4.4873%

5. Perhitungan Fluks Gas CH4

Sampel Lokasi Waktu ΔC (ppm) Δt V A T (°C) Flux CH4

Sedimen Darat Pagi 4.63 3 4985.064 2484.619 0.717 29 2.0070

Siang 3.99 3 4985.064 2484.619 0.717 28 1.7353

Sore 4.06 3 4985.064 2484.619 0.717 27 1.7716

Page 69: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

54

Laut Pagi 26.82 3 4985.064 2484.619 0.717 29 11.6258

Siang 5.99 3 4985.064 2484.619 0.717 30 2.5879

Sore 10.49 3 4985.064 2484.619 0.717 31 4.5172

Akar Darat Pagi 17.88 3 5652 1758.4 0.717 29 12.4167

Siang 6.36 3 5652 1758.4 0.717 28 4.4313

Sore 5.89 3 5652 1758.4 0.717 27 4.1176

Laut Pagi 9.78 3 5652 1758.4 0.717 29 6.7917

Siang 5.96 3 5652 1758.4 0.717 30 4.1252

Sore 4.65 3 5652 1758.4 0.717 31 3.2079

Batang Darat Pagi 2.51 3 5652 1758.4 0.717 29 1.7431

Siang 2.30 3 5652 1758.4 0.717 28 1.6025

Sore 2.59 3 5652 1758.4 0.717 27 1.8106

Laut Pagi 2.87 3 5652 1758.4 0.717 29 1.9931

Siang 2.44 3 5652 1758.4 0.717 30 1.6889

Sore 2.17 3 5652 1758.4 0.717 31 1.4970

Daun Darat Pagi 2.80 3 6405.6 1909.12 0.717 29 2.0297

Siang 2.54 3 6405.6 1909.12 0.717 28 1.8474

Sore 2.67 3 6405.6 1909.12 0.717 27 1.9484

Laut Pagi 3.74 3 6405.6 1909.12 0.717 29 2.7111

Siang 2.31 3 6405.6 1909.12 0.717 30 1.6690

Sore 2.60 3 6405.6 1909.12 0.717 31 1.8723

Ket.: Flux adalah satuan untuk menentukan laju emisi gas rumah kaca

Perhitungan Emisi gas CH4 sedimen darat pagi

E CH4 =

x [

]

E CH4 =

x [

]

= 2.007 mg/m2/jam

Lampiran 2. Analisis Statistik

1. Uji T rasio Berat Organik

Lokasi N MeanStd.

Deviation

Std. Error

Mean

Darat 4 75.0875 0.14032 0.07016

Laut 4 69.3747 0.06794 0.03397

Group Statistics

BO

Page 70: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

55

2. Uji T rasio C/N

3. Uji T rasio VFA

Lower Upper

Equal

variances

assumed

9.908 0.02 73.286 6 0 5.71278 0.07795 5.52203 5.90352

Equal

variances

not

assumed

73.286 4.333 0 5.71278 0.07795 5.50276 5.92279

BO

t dfSig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variancest-test for Equality of Means

F Sig.

lokasi N MeanStd.

Deviation

Std. Error

Mean

darat 4 50.8094 0.53918 0.26959

laut 4 36.4013 0.39136 0.19568

Group Statistics

carbon

Lower Upper

Equal

variances

assumed

0.698 0.436 43.252 6 0 14.4081 0.33312 13.59298 15.22322

Equal

variances

not

assumed

43.252 5.474 0 14.4081 0.33312 13.57362 15.24258

carbon

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variancest-test for Equality of Means

F Sig. t dfSig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

lokasi N MeanStd.

Deviation

Std. Error

Mean

darat 4 12.45 0.02042 0.01021

laut 4 9.055 0.03035 0.01518

Group Statistics

VFA

Page 71: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

56

4. Uji korelasi (excel)

Sampel Nilai R Hasil Regresi Linier

suhu Intensitas Cahaya TDS pH

sedimen darat 0.669546 0.951342 0.345112 0.312507

laut 0.665497 0.967638 0.330215 0.114343

tanaman darat 0.756249 0.998723 0.226414 0.427564

laut 0.893967 0.992462 -0.04142 0.472878

Lower Upper

Equal

variances

assumed

0.31 0.598 185.612 6 0 3.395 0.01829 3.35024 3.43976

Equal

variances

not

assumed

185.612 5.254 0 3.395 0.01829 3.34866 3.44134

VFA

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variancest-test for Equality of Means

F Sig. t dfSig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Page 72: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

57

Lampiran 3. Dokumentasi

Proses Pengeboran Batang S.alba

Batang tanaman S.alba

Pemasangan Pipa pada Sedimen S.alba

Akar S.alba

Daun S.alba

Pengambilan Gas CH4

Page 73: EMISI GAS METANA (CH ) DARI SEDIMEN DAN BAGIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48903/1/NUR ISLAM... · ) dari sedimen dan . bagian tanaman . sonneratia. alba

58

Uji amonia dengan cawan conway simplo

Uji amonia dengan cawan conway duplo