3
Deposit epitermal emas-perak Pongkor dengan cadangan setidaknya 98 ton emas dan 1026 ton perak, grade rata-rata 16.4 g/t Au dan 171.2 g/t adalah merupakan salah satu yang terbaru dan salah satu penemuan emas dan perak di Indonesia, terbukti pada waktu yang singkat (1988-1992). Hasil dating pada adularia 40 Ar/ 39 Ar dengan umur 2.05 ± 0.05 Ma. Tipe depositnya epitermal Low Sulfidation dan terdiri dari empat vein kuarsa yang berada dekat dengan lingakran dalam dari Volcano-tectonic depression (caldera). Ini dihasilkan dari ledakan erupsi ignimbritic yang menghasilkan aliran piroklastik dan pembentukan lapili dengan intercalation yang jarang pada batuan epiklastik.Satuan vulkanik tertindih tidak selaras pada batuan vulkanik andesitic subaqueous Miosen dengan perlapisan batu epiklastik. Tubuh mineralisasi tipis (kira-kira 4.2 m),kemiringan curam, urat kuarsa-karbonat- adularia dengan komposisi sulfide rendah (0.5 wt.%). Pembentukannya berhubungan dengan peristiwa ekstensional dengan arah NW-SE dan NNE-SSW conjugate dengan sesar strike-slip ,Urat utama berada pada lingkaran dalm dari kaldera. Pengisian veinnya mengalami empat tahap pengendapan yang ditandai dengan fasies spesifik : (1) karbonat-kuarsa breksia dengan dominan kuarsa dan kalsit dan minor kutnahorite,rhodochrosite,danrhodonite (Fasies CQ ), (2)Hubungan dari kuarsa berlapis dan keterbentukan cabonat yang bertransformasi menjadi mangan oksida kemudian alterasi supergene (Fasies MQQ), (3) Opaline milky quartz berlapis ( Fasies BOQ), (4) abu-abu,berlapis pada satu tempat,sulfide-kaya quartz breccian memotong jenis yang lain ( Fasies GSQ). Adularia terbentuk pada waktu yang sama dengan kuarsa .Mineralogi dan struktur internal dari dari vein (crustiform banding ,vugs,collapse breccia) jelas mengindikasikan sebuat konteks peluasan, yang biasanya terjadi pada sistem hidrotermal low sulfidation. Grade emas dan perak,kelimpahan mineral sulfide , peningkatan secara terus-menerus sepanjang tahap 1-4 , dapat mencapai 1kg/t pada fasies GSQ. Sulfida nya didominasi oleh pirit, dan biasanya besamaan dengan hadirnya acanthite-

Endapan Epitermal Emas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

epithermal

Citation preview

Page 1: Endapan Epitermal Emas

Deposit epitermal emas-perak Pongkor dengan cadangan setidaknya 98 ton emas dan 1026 ton perak, grade rata-rata 16.4 g/t Au dan 171.2 g/t adalah merupakan salah satu yang terbaru dan salah satu penemuan emas dan perak di Indonesia, terbukti pada waktu yang singkat (1988-1992). Hasil dating pada adularia 40Ar/39Ar dengan umur 2.05 ± 0.05 Ma. Tipe depositnya epitermal Low Sulfidation dan terdiri dari empat vein kuarsa yang berada dekat dengan lingakran dalam dari Volcano-tectonic depression (caldera). Ini dihasilkan dari ledakan erupsi ignimbritic yang menghasilkan aliran piroklastik dan pembentukan lapili dengan intercalation yang jarang pada batuan epiklastik.Satuan vulkanik tertindih tidak selaras pada batuan vulkanik andesitic subaqueous Miosen dengan perlapisan batu epiklastik. Tubuh mineralisasi tipis (kira-kira 4.2 m),kemiringan curam, urat kuarsa-karbonat-adularia dengan komposisi sulfide rendah (0.5 wt.%). Pembentukannya berhubungan dengan peristiwa ekstensional dengan arah NW-SE dan NNE-SSW conjugate dengan sesar strike-slip ,Urat utama berada pada lingkaran dalm dari kaldera. Pengisian veinnya mengalami empat tahap pengendapan yang ditandai dengan fasies spesifik : (1) karbonat-kuarsa breksia dengan dominan kuarsa dan kalsit dan minor kutnahorite,rhodochrosite,danrhodonite (Fasies CQ ), (2)Hubungan dari kuarsa berlapis dan keterbentukan cabonat yang bertransformasi menjadi mangan oksida kemudian alterasi supergene (Fasies MQQ), (3) Opaline milky quartz berlapis ( Fasies BOQ), (4) abu-abu,berlapis pada satu tempat,sulfide-kaya quartz breccian memotong jenis yang lain ( Fasies GSQ).

Adularia terbentuk pada waktu yang sama dengan kuarsa .Mineralogi dan struktur internal dari dari vein (crustiform banding ,vugs,collapse breccia) jelas mengindikasikan sebuat konteks peluasan, yang biasanya terjadi pada sistem hidrotermal low sulfidation. Grade emas dan perak,kelimpahan mineral sulfide , peningkatan secara terus-menerus sepanjang tahap 1-4 , dapat mencapai 1kg/t pada fasies GSQ. Sulfida nya didominasi oleh pirit, dan biasanya besamaan dengan hadirnya acanthite-aguilerit,polybasite-pearceite dan electrum dengan range komposisi emas dari 48 sampai 74 wt.%. Spalerit,galena,calcopirit dan hessite sangat jarang, walaupun muncul pada fasies CQ. Inklusi fluuidan dari keempat fasies menunjukan homogenitas suhu antara 150 sampai 382 0C, mengidikasikan boiling pada fluida hydrothermal pada suhu sekitar 205 0C ; tidak ada tanda perbedaan yang terlihat pada fasies GSQ, yang memiliki kandungan emas tertinggi. Salinitas rendah, umumya dibawa 1 wt.% seperti NaCl.Komposisi isotop utama yang berasosiasi dengan batuan vulkanik dan mineralisasi hampir sama. 206Pb/204Pb berturut-turut antara 18.076 dan 18.814 dan antara 18.744 dan 18.801,menunjukkan hubungan pembentukan antara vulkanik Pliosen dan aktifitas hidrotermal uriferous. Isotopic memberikan tanda bahwa sumber dari mineralisasi dan asosiasi batuan vulkanik adalah berasal dari kerak benua tua yang meleleh dan bergerak selama vulkanik pliosen dan kegiatan hidrotermal. Kesimpulan ini kelihatannya dapat diaplikasikan untuk keseluruhan Bayah Dome. Adanya koridor tektonik dan caldera favoured menghubungkan larutan hidrotermal dan endapan bijih primer pada vein. Pelapukan kuat pada endapan bijih, sampai kedalaman 250m dibawah permukaan, membuat terbentuknya lapisan mangan oksida, zona limonite, dan siver micronuggets dengan vein, sebagai tempat terbentuknya emas.

Page 2: Endapan Epitermal Emas

Introduction

Pongkor, 80 km barat daya dari Jakarta, adalah deposit vein emas terbesar di Jawa dengan cadangan 98 ton emas dan 1026 ton perak (Aneka Tambang 1996, perhitungan baru). Ini juga merupakan salah satu penemuan penting di Indonesia. Seperti deposit mayoritas di Grasberg (Irian Jaya), Kelian (Kalimantan), Lerokis (Wetar) dan banyak lainnya, penemuan ini terbangun dari desakan akan emas di Indonesia pada 1984 (Van Leeuwen 1994; Carlile and Mitchell 1994; Gambar 1), membuat Indonesia menjadi salah satu negara produsen emas besar di dunia degan produksi emas sebesar 75 ton pada 1995 (Gambar dari DGGM, Kementrian Industri dan Energi).

Sistem Pongkor terdiri empat subparalel vein kuarsa-adularia-kalsit yang kaya akan mangan oksida dan limonit dan sangat sedikit akan sulfide walaupun dengan konsentrasi tinggi emas dan perak (grade rata-rata dari endapan bijih berturut adalah 16.4g/t dan 171.2 gr/t ). Munculnya bersamaan dengan tipe adularia-sericite epitermal (atau low sulfidation) seperti yang ditegaskan pada literature (see Haybay et al. 1985;Heald et al. 1987;White and Hedenquist 1995).