Upload
rosalina-pradana-ayu
View
94
Download
0
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
no desciption about this file..lets read :)
Citation preview
REFRAT
ENDOMETRIOSIS
Oleh :
Reyhan Pradnya P G99131068
Nur Jiwo Wicaksono G99131059
Namira Octaviyati G99131056
Annisa Rizkia Fitri G99131018
Krismawarni Gultom G99131047
Pembimbing :
dr. Sulistyani K., M.Sc., Sp.Rad
KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Endometriosis adalah ditemukannya jaringan menyerupai endometrium di luar uterus
yang dapat memicu reaksi peradangan kronis. Kondisi seperti ini terutama ditemukan pada
para wanita yang berada di usia reproduktif dari berbagai etnik dan golongan sosial. Gejala-
gejalanya dapat mempengaruhi fisik, mental, dan kehidupan sosial. Oleh karena itu, sangat
penting untuk memperhatikan keluhan dan memberikan waktu kepada mereka yang
dicurigai menderita endometriosis untuk mengungkapkan keluh-kesah mereka. Akan tetapi,
kadang-kadang wanita penderita endometriosis mungkin tidak menunjukkan gejala sama
sekali. Oleh sebab itu, penemuan adanya endometriosis pada beberapa kasus didapat secara
kebetulan (Farqhuar, 2003).
Deteksi Endometriosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan radiologis yang meliputi
Seperti ultrasonografi transvagina, magnetic resonance imaging (MRI) mungkin berguna
bagi deteksi dan diferensiasi endometrioma ovarium dari massa ovarium sistik lain, tetapi
tidak dapat diterapkan bagi pencitraan lesi kecil peritoneum (Berqvist, 2005).
B. Batasan Masalah
Refrat ini akan membahas tentang endometriosis khususnya dari segi gambaran
radiologis.
C. Tujuan Penulisan
1) Mengetahui tentang endometriosis dari definisi, etiologi, manifestasi klinis, penegakan
diagnosa, dan pengobatannya.
2) Mengetahui gambaran radiologis pada endometriosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan mirip dengan dinding rahim
(endometrium) ditemukan di tempat lain dalam tubuh. Endometriosis juga dapat berupa
suatu keadaan dimana jaringanendome t r i um yang mas ih be r fungs i t e rdapa t d i
l ua r kavum u t e r i dan d i l ua r miometrium (Prawirohardjo, 2008).
B. Anatomi Endometrium
Endometrium terdapat pada uterus. Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti
buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm,
lebar 5,25 cm, dan tebal 2,5 cm. uterus terdiri atas korpus uteri ( dua pertiga bagian atas) dan
serviks uteri ( sepertiga bagian bawah).
Didalam korpus uteri terdapat kavum uteri yang membuka keluar melalui kanalis
servikalis yang terletak di serviks. Bagian bawah serviks yang terletak dalam vagina disebut
portio uteri ( pars vaginalis cervisis uteri), sedangkan yang terletak di atas vagina disebut
pars supravaginalis servisis uteri. Antara korpus dan serviks terdapat isthmus uteri.
Letak Endometrium dalam Uterus
Bagian atas uterus disebut fundus uterus, disitu terdapat tuba fallopi kanan dan kiri
masuk ke uterus. Dinding uterus terdiri terutama atas miometrium yang merupakan otot
polos berlapis tiga; yang disebelah luar longitudinal, sebelah dalam sirkuler dan diantaranya
beranyaman. Kavum uteri dilapisi oleh endometrium. Endometrium terdiri atas sel epitel
kuboid, kelenjar-kelenjar dan stroma dengan banyak pembuluh darah. Pertumbuhan dan
fungsi endometrium sangat dipengaruhi oleh hormon steroid ovarium (Sarwono, 2009).
Posisi Endometrium dalam Uterus
C. Epidemiologi
Endometriosis merupakan penyebab umum morbiditas pada wanita usia
reproduktif. Endometriosis mempengaruhi 6–10% dari wanita usia reproduktif, 50–60%
dari wanita dan remaja putri dengan nyeri panggul, dan sampai 50% wanita dengan
infertilitas (Linda, 2010).
Meskipun endometriosis ini berhubungan dengan siklus menstruasi, dapat juga
mengenai wanita postmenopause (2–5%), dan umumnya terjadi sebagai efek samping dari
pengunaan hormon. Endometriosis postmenopause meningkatkan risiko rekurensi dan
transformasi keganasan. Beberapa lesi endometriosis berpredisposisi untuk terjadinya
kanker clear cell dan endometriod ovarium. Endometrioma ovarium yang berdiameter 9
cm atau lebih merupakan prediktor kuat perkembangan kanker ovarium pada wanita
postmenopause yang berumur 45 tahun atau lebih (Manero, 2009).
D. Etiologi Endometriasis
Sampai saat ini belum ada penyebab pasti dari endometriosis. Ada beberapa teori
yang menerangkan terjadinya endometriosis, seperti :
1. Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitasi transtuba pada saat
menstruasi.
2. Teori metaplasia, yaitu metaplasia sela multipotensial menjadi endometrium, namun teori
ini tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen.
3. Teori induksi, yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia indogen
menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak diperesiansi menjadi jaringan
endometrium.
4. Teori sistem kekebalan, kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi
tumbuh di daerah selain rahim.
5. Teori genetik, keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan
yang tinggi terhadap endometriosis. Bahwa anak ataupun Anda penderita endometriosis
beresiko besar mengalami endometriosis sendiri.
6. Teori Retrograde menstruation (menstruasi yang bergerak mundur) menurut teori ini,
endometriosis terjadi karena sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi
mengalir kembali melalui tuba ke dalam rongga pelvis.
E. Patologi Anatomi Endometriosis
Gambaran mikroskopik dari endometriosis sangat beragam. Lokasi yang sering
terdapat adalah pada ovarium, dan biasanya didapati pada kedua ovarium. Pada ovarium
tampak kista-kista biru kecil sampai kista besar (kadang-kadang sebesar tinju) berisi darah
tua menyerupai coklat (kista coklat atau endometrioma). Darah tua dapat keluar sedikit-
sedikit karena luka pada dinding kista dan dapat menyebabkan perlekatan antara
permukaan ovarium dengan uterus, sigmoid dan dinding pelvis. Kista coklat kadang-
kadang dapat mengalir dalam jumlah banyak ke dalam rongga peritoneum karena robekan
dinding kista dan menyebabkan acute abdomen. Tuba pada endometiosis biasanya normal.
Pada salah satu atau kedua ligamentum sakrouterina, pada kavum Douglasi, dan pada
permukaan uterus sebelah belakang dapat ditemukan satu atau beberapa permukaan
sigmoid atau rektum seringkali ditemukan benjolan yang berwarna kebiru-biruan ini.
Sebagai akibat dari timbulnya perdarahan pada waktu haid dari jaringan endometriosis,
mudah sekali timbul perlekatan antara alat-alat di sekitar kavum Douglasi. Pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan ciri-ciri khas bagi endometriosis, yakni kelenjar-
kelenjar dan stroma endometrium, dan perdarahan bekas dan baru berupa eritrosit, pigmen
hemosiderin, dan sel-sel makrofag berisi hemosiderin. Di sekitarnya tampak sel-sel radang
dan jaringan ikat, sebagai reaksi dari jaringan normal disekelilingnya. Jaringan
endometriosis seperti juga jaringan endometrium di dalam uterus, dapat dipengaruhi oleh
estrogen dan progesteron. Akan tetapi besarnya pengaruh tidak selalu sama, dan tergantung
dari beberapa faktor, antara lain komposisi endometriosis yang bersangkutan (apakah
jaringan kelenjar atau jaringan stroma yang lebih banyak), dari reaksi jaringan normal di
sekitarnya, dan sebagainya. Sebagai akibat dari pengaruh hormon-hormon tersebut,
sebagian besar sarang-sarang endometriosis berdarah secara periodik. Perdarahan yang
periodik ini menyebabkan reaksi jaringan sekelilingnya berupa radang dan perlekatan. Pada
kehamilan, dapat ditemukan reaksi desidual jaringan endometriosis.
F. Gejala Klinis
Salah satu keluhan umum para wanita yang menderita gejala endometriosis adalah
nyeri pelvik. Gejala-gejala mencakup dismenore, nyeri intermenstruasi, dan dyspareunia.
Dismenore merupakan gejala yang paling umum dilaporkan, tetapi bukan alat prediksi
endometriosis yang terpercaya. Dismenore yang berkaitan dengan endometriosis seringkali
dimulai sebelum aliran menstruasi muncul dan biasanya bertahan selama menstruasi
berlangsung, bahkan terkadang lebih lama dari itu. Nyeri biasanya menyebar, berada dalam
pelvik, dan dapat menjalar ke punggung, paha, atau berhubungan dengan tekanan usus,
kegelisahan, dan diare episodik. Dyspareunia terkait endometriosis biasanya terjadi
sebelum menstruasi, lalu terasa semakin nyeri tepat di awal menstruasi. Nyeri ini seringkali
berhubungan dengan penyakit yang melibatkan cul-de-sac dan sekat rektovagina.
Berdasarkan pengalaman klinis dengan para pasien, endometriosis dapat
menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut:
Dismenore parah (severe dysmenorrhea)
Dispareunia dalam (deep dyspareunia)
Nyeri pelvik kronis
Gejala perimenstruasi atau siklis, seperti usus atau kandung kemih, dengan atau tanpa
pendarahan abnormal atau nyeri.
Infertilitas
Fatigue kronis
G. Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor
resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan fisik
Uji fisik terhadap genital eksternal biasanya normal. Terkadang, uji spekulum
dapat mengungkapkan implan berwarna kebiruan atau lesi proliferatif berwarna merah
yang mengalami pendarahan jika disentuh, keduanya biasa ditemukan dalam forniks
posterior..
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada Endometriosis adalah anemia akibat perdarahan
uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium
yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari
kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien.
b. Imaging
1) Pemeriksaaan dengan USG abdomen didapatkan lesi pada adneksa, tampak
lesi hypoechoic soliter, bentuk membulatdan berbatas tegas . dari pemeriksaan
USG transvaginal didapatkan gambaran masa kistik yg berlokasi pada
miometrium.
2) Pada pemeriksaan dengn memasukan barium enema dalam colon (colon in
loop) terlihat gambaran dengan filling defect.
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, endometriosis, namun
biaya pemeriksaan lebih mahal.
Gambaran USG Endometriosis
USG Endovaginal pada endometrioma. Perhatikan karakteristik difus, gambaran hipoechoic dari endometrioma (E) menunjukkan gambaran yang solid.
Sagittal view shows an endometrioma (e) in the cul-de-sac with diffuse, low-level echoes. The endometrioma lies directly posterior to the uterus (u).
Tampilan sagital menunjukkan endometrioma (e) di cul-de-sac dengan difus, hipoechoic. Endometrioma terletak di posterior rahim (u).
Tampilan melintang dari endometrioma ovarium kiri menunjukkan tampilan yang heterogen,difus, hipoechoic diselingi dengan daerah Echogenic dan anechoic.
Gambaran MRI Endometriosis
T1-pada gambar resonansi magnetik endometrioma. Perhatikan karakteristik intensitas sinyal tinggi (mirip dengan lemak) sedangkan sisi kanan adneksa endometrioma (panah).
Lemak jenuh T1-pada gambar resonansi magnetik endometrioma. Dalam endometrioma adneksa kanan (lesi yang sama seperti pada gambar sebelumnya), saturasi lemak telah diterapkan. Perhatikan bahwa (panah) intensitas sinyal endometrioma itu tidak berkurang. Karakteristik Sinyal ini membedakan endometrioma dari massa adneksa berlemak, seperti dermoid.
T2-terlihat gambar resonansi magnetik dari endometrioma adneksa (panah; lesi yang sama seperti pada gambar sebelumnya). Perhatikan karakteristik rendah sinyal T2. Sinyal T2 rendah adalah hasil dari konsentrasi besi yang tinggi pada endometrioma tersebut.
H. Klasifikasi
Klasifikasi endometriosis menurut Acosta:
1. Ringan, yaitu endometriosis yang menyebar tanpa perlekatan pada anterior atau posterior
kavum Duoglasi, peritoneum pelvik, atau permukaan ovarium.
2. Sedang, yaitu:
a. Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan parut dan retraksi atau
endometrioma kecil
b. Perlekatan minimal sekitar ovarium dengan ovarium yang mengalami endometriosis.
c. Endometriosis pada anterior atau posterior kavum Douglasi dengan parut dan dan
retraksi atau perlekatan tanpa menyerang sigmoid.
3. Berat, yaitu:
a. Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan ukuran lebih dari 2 x 2 cm2.
b. Perlekatan satu atau dua ovarium, tuba, atau kavum Douglasi karena endometriosis.
c. Keterlibatan usus dan traktus urinarius yang nyata.
Berdasarkan klasifikasi AFS, endometriosis dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Stadium I (minimal) :1-5
2. Stadium II (ringan) : 6-15
3. Stadium III (sedang) :16-40
4. Stadium IV (berat) : >40
I. Diagnosis banding
1. Kehamilan Ektopik
Definisi
Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan
ektopik karena kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kanalis servikalis masih
termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. Sebagian besar kehamilan ektopik
berlokasi di tuba. Sangat jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis
servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus. Berdasarkan
implantasi hasil konsepsi pada tuba, terdapat kehamilan pars interstisialis tuba, kehamilan
pars ismika tuba, kehamilan pars ampularis tuba dan kehamilan infundibulum tuba.
Gambaran Ultrasonik Kehamilan Ektopik
Gambaran USG kehamilan ektopik sangat bervariasi, tergantung pada usia kehamilan,
ada tidaknya gangguan kehamilan (ruptur, abortus), serta banyak dan lamanya perdarahan
intraabdomen. Diagnosis pasti kehamilan ektopik secara USG hanya bisa ditegakkan bila
terlihat kantong gestasi berisi mudigah.janin hidup yang letaknya di luar kavum uteri,
namun gambaran ini hanya dijumpai pada 5-10% kasus.
Pada beberapa pasien, didapatkan gambaran :
1. Uterus kosong
2. Massa adnexa, yang ukuran dan morfologinya bervariasi tergantung dari umur gestasi
dan jumlah perdarahan lokal (massa tersebut kemungkinan kistik, komplek atau solid)
3. Cairan pada kavum peritoneal
Dengan didukung tes kehamilan yang positif, kemungkinan besar adalah kehamilan
ektopik.
Gambar 5. Kehamilan ektopik. Terlihat adanya struktur kantong gestasi (KG) berisi
mudigah (F) dengan tanda-tanda kehidupan, letaknya di luar kavum uteri (U)
Gambar 6. Uterus kosong pada pasien amnoroe pada minggu ke 7.
Gambar 8. Kehamilan ektopikterlihat pada posterior kanan pada uterus.gambaran janin
tak terihat.
Gambar 9.Penampakan normal dari 6 minggu masa kehamilan , berlokasi di canalis
cervical.
2. Salpingitis
Definisi
Salpingitis adalah terjadinya inflamasi pada uterus, tuba fallopi, dan ovarium yang
mengarah ke perlukaan dengan perlengketan pada jaringan dan organ sekitar.
Tuba fallopi perpanjangan dari uterus, salpingitis adalah salah satu penyebab umum terjadinya
infertilitas pada wanita Terjadi dalam trimester pertama kehamilan, akibat migrasi bakteri ke atas
dari serviks hingga mencapai endosalping. Begitu terjadi penyatuan korion dengan desidua
sehingga menyumbat total kavum uteri dalam trimester kedua, lintasan untuk penyebaran bakteri
yang asenderen ini melalui mukosa uterus akan terputus. Organisme penyebab infeksi ini
diperkirakan mencapai tuba falopii dan ovarium yang sebelumnya sudah cidera tersebut lewat
cairan limfe atau darah. Pada salah satu dari dua kasus tubo-ovsrium yang menjadi komplikasi
dalam pertengahan kehamilan dan di rawat di RS dilakukan histerektomi di samping salpingo-
ooforektomi bilateral. Pasien dapat disembuhkan setelah menjalani proses kesembuhan pasca
bedah yang sangat rumit. Walaupun terjadi perlekatan yang luas dalam rongga panggul akibat
infeksi pelvis sebelumnya, pasien biasanya tidak mengalami efek yang sama selama
kehamilannya.
Gambaran Radiologis
USG
Endovaginal sonogram. Gambar menunjukan struktur anhecoic tubular pada area adneksa
Endovaginal ultrasound scan. Gambar menunjukan pembesaan pada ovarium kanan pada
pasien yang mengalami nyeri.
Gambar sonogram menunjukan tanda heterogen dan penebalan endometrium.
Transabdominal ultrasound scan. Gambar ini menunjukan area echogenic dengan
bayangan pada endometrium.
J. Penatalaksanaan
Terapi endometriosis memiliki dua tujuan, yaitu mengendalikan rasa sakit
dan penekanan produksi estrogen.Terapi jangka panjang terhadap pasien dengan nyeri
pelvis kronis yang berhubungan dengan endometriosis melibatkan rangkaian berulang
terapi medis, terapi bedah, atau keduanya. Dalam kebanyakan kasus, rasa sakit muncul
kembali dalam waktu 6 sampai 12 bulan setelah selesainya terapi.
1. Terapi Medis
Analgesik merupakan terapi nonspesifik, tetapi merupakan bagian terapi
medis yang penting dan satu-satunya modalitas terapi yang tepat untuk wanita
yang menginginkan kehamilan. Anti inflamasi non-steroid (AINS) biasanya
efektif, karena implan endometriosis mengeluarkan prostaglandin dan sitokin,
yangmana produksinya diturunkan oleh AINS.
2. Terapi Bedah
Prosedur bedah termasuk eksisi, fulgurasi, atau ablasi laser dari implan
endometriosis pada peritoneum, eksisi atau drainase atau ablasi endometrioma,
reseksi nodul rektovaginal, lisis adhesi, dan gangguan jalur saraf. Percobaan
random terkontrol telah menunjukkan bahwa pada 6 bulan, ablasi laparoskopi dari
implan endometriosis adalah 65% efektif dalam mengurangi nyeri, dibandingkan
dengan pengurangan nyeri oleh laparoskopi diagnostik saja (22%).
3. Manajemen Infertilitas
Terapi gonadotropin dan inseminasi intrauterine, serta fertilisasi in vitro
(IVF), merupakan terapi efektif pada wanita dengan infertilitas dan endometriosis.
Ablasi lesi endometriosis dengan melisiskan adesi dianjurkan untuk pengobatan
infertilitas yang terkait dengan endometriosis stadium 1 atau 2.
K. Komplikasi
Komplikasi dari endometriosis meliputi:
Internal jaringan parut
Adhesi
Panggul kista
Kista coklat ovarys
Ruptur kista
Diblokir usus / usus obstruksi
Infertilitas dapat terkait dengan pembentukan parut dan distorsi anatomi karena
endometriosis, namun, endometriosis juga dapat mengganggu dengan cara yang lebih
halus: sitokin dan bahan kimia lain mungkin akan dirilis yang mengganggu reproduksi.
Komplikasi dari endometriosis termasuk usus dan obstruksi saluran kemih akibat
perlengketan pelvis. Juga, peritonitis dari perforasi usus dapat terjadi.
BAB III
PENUTUP
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan mirip dengan dinding rahim
(endometrium) ditemukan di tempat lain dalam tubuh . Endometriosis juga dapat berupa
suatu keadaan dimana jaringan endome t r i um yang mas ih be r fungs i t e rdapa t d i
l ua r kavum u t e r i dan d i l ua r miometrium. Deteksi Endometriosis dapat dilakukan dengan
pemeriksaan radiologis yang meliputi Seperti ultrasonografi transvagina, magnetic resonance
imaging (MRI).
Pemeriksaaan dengan USG abdomen didapatkan lesi pada adneksa dekstra, tampak
lesi hypoechoic soliter, bentuk membulatdan berbatas tegas . dari pemeriksaan USG transvaginal
didapatkan gambaran masa kistik yg berlokasi pada miometrium. Pada pemeriksaan dengn
memasukan barium enema dalam colon (colon in loop) terlihat gambaran dengan filling defect.
MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, endometriosis, namun biaya pemeriksaan
lebih mahal.
DAFTAR PUSTAKA
Abbott JA,Hawe J, Clayton RD, Garry R.The effects and effectiveness of laparoscopic excision
of endometriosis: a prospective study with 2–5 year follow–up. Hum Reprod 2003;18:1922–
7.
Allen C, Hopewell S, Prentice A, Allen C. Non-steroidal anti-inflammatory drugs for pain in
women with endometriosis. Cochrane Database Syst Rev 2005;(4): CD004753.
Baraero, Mary, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi &
Seksualitas. Jakarta: EGC
DeCherney AH eds, 10th ed.Current Diagnostic & Treatment Obstetrics & Gynecology.USA:
McGraw-Hill; 2007.chap.43.
Farquhar C. Endometriosis. Clin Evid 2003;:2079–091.
Fedele L, Bianchi S, Zanconato G, Bettoni G, Gotsch F. Long-term follow-up after conservative
surgery for rectovaginal endometriosis. Am J Obstet Gynecol 2004;190:1020–4.
Harkki-Siren P, Sjoberg J,Kurki T. Major complications of laparoscopy: a follow-up Finnish
study. Obstet Gynecol 1999;94:94–8.
Husby GK, Haugen RS, Moen MH. Diagnostic delay in women with pain and endometriosis.
Acta Obstet Gynecol Scand 2003;82:649–53.
Kennedy S, Bergqvist A, Chapron C, D’Hooghe T, Dunselman G, Greb R, et al. ESHRE
guideline for the diagnosis and treatment of endometriosis.Hum Reprod 2005;20:2698–704.