133
1 ton TBS menghasilkan CPO 160-200 kg POME (Palm Oil Mill Effluent) /limbah cair 600-700 kg Serat (Fibre) 130-150 kg Cangkang 60- 65 kg TKKS segar (kadar air 65%) 230-250 kg TKKS = 23% dari TBS (kadar airnya 65%) sebagai bahan bakar boiler PKS sebagai mulsa atau kompos sebagai biogas sebagai briket arang sebagai bioetanol POME (600-700 kg) Air kondensat rebusan 150-175 kg Air drab (lumpur) klarifikasi 350-450 kg Air hidroksiklon 100-150 kg BIOGAS/Gas Methan (CH4) & Carbon Dioksida (CO2) 20 m3 PKS 30 ton TBS/jam POME 360-480 ton/hari Biogas (CH4) 12- 16 ton/hari Konsentrat BOD 25.000 mg/l TKKS = pembriketan, pengeringan dan pengarangan Metode Briket Arang : 1. bahan baku - penggilingan - pengayakan - pembriketan - pengarangan 2. bahan baku - pengarangan -penggilingan - pengayakan - pembriketan (mutu lebih tinggi)

Energi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ini baru energi tergantikan

Citation preview

1 ton TBS menghasilkan

CPO 160-200 kgPOME (Palm Oil Mill Effluent) /limbah cair 600-700 kgSerat (Fibre)130-150 kgCangkang 60- 65 kgTKKS segar (kadar air 65%) 230-250 kg

TKKS = 23% dari TBS (kadar airnya 65%)sebagai bahan bakar boiler PKSsebagai mulsa atau kompossebagai biogassebagai briket arangsebagai bioetanol

POME (600-700 kg)Air kondensat rebusan150-175 kg Air drab (lumpur) klarifikasi350-450 kgAir hidroksiklon100-150 kgBIOGAS/Gas Methan (CH4) & Carbon Dioksida (CO2) 20 m3

PKS 30 ton TBS/jamPOME360-480 ton/hariBiogas (CH4) 12- 16 ton/hari Konsentrat BOD 25.000 mg/l

TKKS = pembriketan, pengeringan dan pengarangan

Metode Briket Arang :1. bahan baku - penggilingan - pengayakan - pembriketan - pengarangan2. bahan baku - pengarangan -penggilingan - pengayakan - pembriketan (mutu lebih tinggi)

TKKS proses pengarangan dengan tungku vertikalCangkang Sawit proses pengarangan dengan tungku horisontalRendemen yg dihasilkan proses pengarangan 25-30%

Pabrik CPO memerlukan energi : 20-25 KWh/t atau 0,73 ton uapProses TKKS menjadi BioEtanol

Latar Belakang Masalah

Pada masa sekarang kecenderungan penggunaan bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang dipakai semakin menipis. Cepat atau lambat cadangan minyak bumi di dunia ini pasti akan habis. Ini disebabkan karena depositnya yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui. Penelitian dan pengembangan mengenai energi terbaharukan terus dikembangkan, bahkan menjadi salah satu program utama pemerintah. Saat ini produk alternatif yang berpeluang untuk dikembangkan adalah bioethanol dan biodiesel. Bioethanol memiliki beberapa keunggulan diantara produk alternatif lainnya, diantaranya memiliki kandungan oksigen yang lebih tinggi (35%) sehingga terbakar lebih sempurna, bernilai oktan lebih tinggi (118) dan lebih ramah lingkungan karena mengandung emisi gas CO yang lebih rendah sekitar 19-25% (Indarto,Y., 2005). Saat ini sedang diusahakan secara intensif pemanfaatan bahan-bahan yang mengandung serat kasar dengan karbohidrat yang tinggi, dimana semua bahan yang mengandung karbohidrat dapat diolah menjadi bioethanol. Misalnya umbi kayu, ubi jalar, pisang, dll. Bioethanol dapat dihasilkan dari tanaman yang banyak mengandung selulosa dengan menggunakan bantuan dari aktivitas mikroba.Penelitian ini menggunakan biomassa lignoselulosa yaitu Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) karena tidak berkompetesi dengan pangan maupun pakan, tersedia melimpah, murah dan terbaharukan. TKKS merupakan bagian dari kelapa sawit yang berfungsi sebagai tempat untuk buah kelapa sawit. Tandan Kosong Kelapa Sawit merupakan limbah padat terbesar yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit (PKS). Setiap pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah Segar) dihasilkan TKKS sebanyak 22 23% atau sebanyak 220 230 kg TKKS. Jika PKS berkapasitas 100 ton/jam maka dihasilkan sebanyak 22 23 ton TKKS. Jumlah limbah TKKS seluruh Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan mencapai 18.2 juta ton (Aryafatta, 2008). Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah berlignoselulosa yang belum termanfaatkan secara optimal. Selama ini pemanfaatan tandan kosong hanya sebagai bahan bakar boiler, kompos dan juga sebagai pengeras jalan di perkebunan kelapa sawit.

Tujuan dan Manfaat PenulisanTulisan ini memiliki tujuan untuk :1. Memanfaatkan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebagai bahan baku pembuatan bioethanol2. Mengetahui pengaruh penambahan jumlah enzim terhadap ethanol yang dihasilkan3. Mengetahui kondisi optimum proses hidrolisis asam dan fermentasi4. Mengetahui pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar ethanol 5. Sebagai alternatif pembuatan energi terbaharukan

Adapun manfaat dari pembuatan karya tulis ini adalah: a) Menambah wawasan mengenai proses hidrolisis asam dan fermentasi pembuatan bioethanol dari limbah TKKS beserta beberapa variabel yang mempengaruhi optimalisasi kadar ethanolnya.b) Menjadikan bioethanol sebagai bahan bakar yang dapat mengurangi krisis energic) Mengurangi limbah TKKS dan membantu melestarikan lingkungand) Menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat

GAGASANKondisi kekinian

Dewasa ini perkebunan kelapa sawit telah menyebar di 22 propinsi, yang pada tahun 2010 luasnya mencapai 8,3 juta Ha, yang mana sekitar 41% merupakan perkebunan rakyat (Ditjenbun, 2012). Semakin luasnya perkebunan kelapa sawit akan diikuti dengan peningkatan produksi dan jumlah limbah kelapa sawit. Dalam proses produksi minyak sawit, TKKS merupakan limbah terbesar yaitu sekitar 23% tandan buah segar (TBS). Komponen utama limbah pada kelapa sawit ialah selulosa dan lignin, sehingga limbah ini disebut sebagai limbah lignoselulosa (Widiastuti dan Tri, 2007). Dalam satu ton kelapa sawit, terdapat 230-250 kg tandan kosong kelapa sawit, 130-150 serat, 65 kg cangkang dan 55-60 kg biji dan 160-200 kg minyak mentah (Fauzi, 2005).

Contoh gambaran, apabila sebuah pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton/jam akan menghasilkan LCPKS 360 m3/hari dan TKKS 138 m3/hari sehingga hasil perpaduan kedua limbah tersebut akan diolah menghasilkan kompos TKKS sebesar 70 ton/hari. Limbah sebanyak ini semuanya dapat diolah sehingga tidak menimbulkan masalah pencemaran, sekaligus mengurangi biaya pengolahan limbah yang cukup besar (PPKS, 2008).

Gambar 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit yang telah dikeringkan

Kandungan dalam bahan TKKS

Tabel 1. Komposisi senyawa kandungan dalam Tandan Kosong Kelapa Sawit

SenyawaPresentase (%)

Lignin17-20

Alfa-selulosa43-44

Pentosan27

Hemiselulosa34

Abu0,7-4

Silika0,2

Sumber: Dian Anggraini dan Han Roliadi, 2011

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu jenis limbah padat yang dihasilkan dalam industri minyak sawit. Jumlah TKKS ini cukup besar karena hampir sama dengan jumlah produksi minyak sawit mentah. Limbah tersebut belum banyak dimanfaatkan secara optimal. Komponen terbesar dari TKKS adalah selulosa (40-60 %), disamping komponen lain yang jumlahnya lebih kecil seperti hemiselulosa (20-30 %), dan lignin (15-30 %) (Dekker, 1991). Salah satu alternatif pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit adalah sebagai pupuk organik dengan melakukan pengomposan (Fauziet al., 2002).

Tandan kosong kelapa sawit mengandung serat yang tinggi. Kandungan utama TKKS adalah selulosa dan lignin. Selulosa dalam TKKS dapat mencapai 54- 60%, sedangkan kandungan lignin mencapai 22-27% (Hambali, 2007). Dua bagian tandan kosong kelapa sawit yang banyak mengandung selulosa adalah bagian pangkal dan bagian ujung tandan kosong sawit yang agak runcing dan agak keras. (Hasibuan, 2010).

Solusi Terdahulu

Menghadapi kondisi masa sekarang yang membutuhkan bahan pengganti BBM yang diperlukan adalah sikap kritis dan kreatif masyarakat untuk menghadapi kondisi yang ada pada saat ini. Salah satunya dengan memanfaatkan limbah yang ada di sekitar lingkungan atau perkebunan. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sendiri merupakan limbah perkebunan kelapa sawit yang terbesar yaitu sekitar 23% dari perkebunannya, sebelumnya TKKS sendiri sebelum diketahui khasiatnya biasanya hanya dijadikan bahan bakar boiler dan pengeras jalan. Untuk menghadapi kelangkaan energi yang terjadi para peneliti mencari dan menginovasikan bahan-bahan ramah lingkungan untuk dikembangkan menjadi bahan baku pembuatan energi. Gagasan pembuatan bioethanol, biofuel dan biodiesel menjadi alternatif yang paling memungkinkan manusia untuk menggantikan bahan bakar fosil. Pemerintah telah melakukan berbagai macam upaya untuk menanggulangi kelangkaan energi salah satunya dengan menggalakkan pembangunan bahan bakar nabati berupa bioethanol dari singkong untuk mengatasi kelangkaan bensin. Saat ini, banyak dikembangkan bahan bakar nabati berupa bioethanol yang berasal dari singkong. Namun seiring berjalannya waktu ternyata solusi tersebut menimbulkan masalah. Bioethanol mengundang pro dan kontra karena bioethanol tersebut berbahan baku pangan (singkong) dikhawatirkan akan terjadi persaingan antara kebutuhan bahan bakar dan bahan pangan. Maka dari itu perlu dikembangkan bahan bakar alternatif sumber bioethanol dari bahan non-pangan agar kepentingannya tidak bertolak belakang dengan kebutuhan pangan.

Solusi yang Ditawarkan

BioethanolBioetanol merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai bahan bakar alternative yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang terbarukan. Pada umumnya pembuatan bioetanol menggunakan jagung dan tebu sebagai bahan baku. Penggunaan kedua bahan baku tersebut bepotensi menimbulkan kontradiksi terhadap kebutuhan bahan pangan bila diterapkan di Negara berkembang seperti Indonesia. Oleh sebab itu, selulosa berpotensi menjadi salah satu bahan bakualternatifnya dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKS) memiliki potensi yang besar menjadi sumber biomassa selulosa ddengan kelimpahan cukup tinggi dan sifatnya terbarukan. (Dea,I.A, 2009).

Bahan baku untuk proses produksi bioetanol diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu gula, pati, dan selulosa. Sumber gula yang berasal dari gula tebu, gula bit, molase dan buah-buahan, dapat langsung dikonversi menjadi etanol. Sumber dari bahan berpati seperti jagung, singkong, kentang dan akar tanaman harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi gula. Sumber selulosa yang berasal dari kayu, limbah pabrik pulp dan kertas, semuanya harus dikonversi menjadi gula dengan bantuan asam mineral. Biokonversi glukosa menjadi bioetanol, memerlukan perantara mikroba lain yang umumnya menggunakan Saccharomyces cereviceae dan zymonas mobilis.

Beberapa hal penting yang perlu diketahui pada proses produksi bioetanol antara lain, komponen ligniselulosa dan enzim pendegradasinya.(Trisanti Anindyawati, 2009). Bioetanol secara umum dapat digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol, campuran bahan bakar untuk kendaraan. Grade bioetanol harus berbeda sesuai dengan pengunaanya. Bioetanol yang mempunyai grade 90% - 96,5% volume digunakan pada industri, grade 96% - 99,5% digunakan dalam campuran untuk miras dan bahan dasar industri farmasi. Besarnya grade bioetanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan harus betul betul kering dan anhydrous supaya tidak menyebabkan korosi, sehingga bioetanol harus mempunyai grade sebesar 99,5% - 100% (Khairani, 2007).

Bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya lebih ramah lingkungan, karena bahan bakar tersebut memiliki nilai oktan 92 lebihtinggi dari premium nilai oktan 88, dan pertamax nilai oktan 94. Hal ini menyebabkan bioetanol dapat menggantikan fungsi zat aditif yang sering ditambahkan untuk memperbesar nilai oktan.Zat aditif yang banyak digunakan seperti metal tersier butil eter dan Pb, namun zat aditif tersebut sangat tidak ramah lingkungan dan bisa bersifat toksik. Bioetanol juga merupakan bahan bakar yang tidak mengakumulasi gas karbon dioksida (CO2) dan relatif kompetibel dengan mesin mobil berbahan bakar bensin. Kelebihan lain dari bioetanol ialah cara pembuatannya yang sederhana yaitu fermentasi menggunakan mikroorganisme tertentu (Mursyidin, 2007).

Gambar 2. Skema ideal pemanfaatan Lignoselulosa untuk membuat bioetanol

Metode Hidrolisis AsamHidrolisis merupakan proses pemecahan polisakarida di dalam biomasa ligniselulosa,yaitu selulosa dan hemiselulosa menjadi monomer gula yang dapat dilakukan secara kimia ataupun enzimatis. Dibandingkan proses secara kimia, hidrolisis secara enzimatis lebih menguntungkan karena ramah lingkungan. (Trisanti Anindyawati, 2009). Didalam metode hidrolisis asam, biomasa ligniselulosa dipaparkan dengan asam pada suhu dan tekanan tertentu selama waktu tertentu, dan menghasilkan monomer gula dari polimer selulosa dan hemiselulosa. Beberapa asam yang umum digunakan untuk hidrolisis asam anntara lain asam sulfat (), asam perklorat, dan HCl. Asam sulfat merupakan asam yang paling bannyak diteliti dan dimanfaatkan untuk hidrolisis asam. Hidrolisis asam dapat dikelompokkan menjadi : hidrolisis asam pekat dan hidrolisis asam encer.

Pati merupakan senyawa polisakarida yang terdiri dari monosakarida yang berikatan melalui ikatan oksigen. Monomer dari pati yaitu glukosa yang berikatan dengan ikatan yaitu (1,4)-glikosidik, yaitu ikatan kimia yang menggabungkan 2 molekul monosakarida yang berikatan kovalen terhadap sesamanya. Pati merupakan zat tepung dari karbohidrat dengan suatu polimer senyawa glukosa yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu amilosa dan amilopektin. Polimer linier dari D-glukosa membentuk amilosa dengan (1,4)-glukosa. Sedangkan polimer amilopektin adalah terbentuk ikatan (1,4)-glukosa dan membentuk cabang pada ikatan -(1,6)-glukosida.

Hidrolisis pati dapat dilakukan oleh asam atau enzim. Jika pati dipanaskan dengan asam akan terurai menjadi molekul-molekul yang lebih kecil secara berurutan, dan hasil akhirnya adalah glukosa.()n + n nPati air glukosa

Ada beberapa tingkatan dalam reaksi diatas. Molekul-molekul pati mula-mula pecah menjadi unit-unit rantaian glukosa yang lebih pendek yang disebut dextrin. Dextrin ini dipecah lebih jauh menjadi maltose (dua unit glukosa) dan akhirnya maltose pecah menjadi glukosa. (Murdijati Gardjito, 1992).Pati dextrin maltose glukosa

Metode FermentasiFermentasi merupakan kegiatan mikroba pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikroba yang umumnya telibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang.. Contoh bakteri yang digunakan dalam fermentasi adalah Acetobacter xylimnum pada pembuatan nata de coco, Acetobacter aceti pada pembuatan asam asetat. Contoh khamir dalam fermentasi adalah Saccharomyces cereviseae dalam pembuatan alkohol.

Prinsip dasar fermentasi adalah mengaktifkan kegiatan mikroba tertentu untuk tujuan mengubah sifat bahan, agar dapat dihasilkan sesuatu yang bermanfaat. Misalnya asam dan alkohol yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba yang beracun.(Widayati E, 1996).

Awalnya, fermentasi adalah pemecahan gula menjadi alkhol dan karbondioksida. Tetapi banyak proses yang dikatakan fermentasi tidak selalu menggunakan substrat gula dan menghasilkan alkohol serta karbondioksida, contohnya perubahan laktosa menjadi asam laktat oleh bakteri Streptococcus lactis pada kondisi anaerobic. Hasil-hasil fermentasi terutama tergantung pada jenis substrat, macam mikroba dan kondisi di sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba tersebut. (Winarno F.G,1980).

Menurut Judoamidjojo dkk. (1992), menyatakan bahwa beberapa langkah utama yang diperlukan dalam melakukan suatu proses fermentasi diantaranya adalah :a. Seleksi mikroba atau enzim yang sesuai dengan tujuan.b. Seleksi media sesuai dengan tujuan.c. Sterilisasi semua bagian penting untuk mencegah kontaminasi oleh mikroba yang tidak dikehendaki.

Langkah-langkah yang dibutuhkan untuk membuat bioethanol dari TKKS melalui metode fermentasi adalah :1. Alat yang digunakan pada proses fermentasi disterilisasi dalam autokalf pada suhu 121 selama 15 menit agar bebas mikroba, lalau dinginkan.2. Timbang sebanyak 2,4 gram ragi roti ( Saccaromyces cereviseae )3. Masukan ragi roti ke dalam bubur TKKS yang sudah dihidrolisis, lalau aduk 5 menit.4. Ukur pH larutan yaitu sekitar 4-55. Setelah itu menghubungkan erlenmeyer 500ml yang berisi bubur TKKS dengan selang karet dan ujung selang dimasukkan kedalam air agar tidak berkontak langsung dengan udara.6. Selanjutnya larutan difermentasi selama 1 hari, 3 hari, 5 hari dan 7 hari (sesuai perlakuan).7. Selanjutnya memisahkan larutan dengan bubur TKKS sehingga diperoleh cairan alkohol+air8. Masukkan campuran alkohol+air tersebut kedalam labu, kemudian pasang labu tersebut pada alat destilasi (proses destilasi).9. Proses destilasi dilakukan selama 1,5jam-2jam sampai ethanol tidak menetes lagi10. Destilat (ethanol) yang dihasilkan lalu ditimbang dan disimpan di dalam botol yang tertutup rapat.

Pihak-Pihak TerkaitPihak-pihak yang terkait dalam implementasi gagasan ini antara lain:1. Pemerintah DaerahPemerintah daerah berperan sebagai penggalak utama dalam kegiatan pengolahan limbah TKKS ini menjadi bioethanol dengan memberikan dana riset dan mengatur pelaksanaannya.2. Pemilik Perusahaan Kelapa SawitPemilik perusahaan kelapa sawit berperan sebagai pihak yang membantu pemerintah daerah untuk mengumpulkan, memilah, dan memisahkan limbah TKKS untuk diolah lebih lanjut.3. Lembaga Riset dan Penelitian Lembaga penelitian berperan dalam menguji kandungan lignoselulosa dan keefisienan dalam menghasilkan bioethanol yang telah diolah dari TKKS menggunakan hidrolisis asam dan fermentasi ini dan melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang kelebihan dan kekurangandari TKKS dan mencari solusi yang lebih baik.4. MahasiswaMahasiswa berperan sebagai pihak yang memberi himbauan dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai TKKS dan bioethanol serta bahan bakar ramah lingkungan yang sebaiknya dipakai.

Langkah-langkah Strategis ImplementasiUntuk mengimplementasikan inovasi pembuatan bioethanol dari tandan kosong kelapa sawit ini perlu adanya langkah-langkah khusus. Langkah-langkah strategis untuk mengimplementasikan antara lain :1. Merancang gagasan dan menyediakan alat yang dibutuhkan untuk melakukan pembuatan bioethanol.1. Melakukan kerjasama antara pemerintah dan pemilik perkebunan kelapa sawit untuk memisahkan limbah tandan kosong kelapa sawit dan bekerjasama mengolahnya.1. Melakukan riset dan penelitian lebih lanjut mengenai penelitian pembuatan bioethanol dari tandan kosong kelapa sawit agar bisa lebih maksimal dengan hasil persen ethanol yang maksimal.1. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya penghematan penggunaan bahan bakar energi dan lebih menggunakan energi alternatif.1. Menyempurnakan alat dan menguji keefektifan penggunaan alat pemanfaatan dan pembuatan bioethanol tersebut.

Peluang dan Tantangan dalam Mengaplikasikan Proses Pembuatan Bioethanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Peluang-peluang yang didapat dari pembuatan biogas dari limbah batang pisang adalah:1. Bioethanol ini bisa menjadi sumber energi baru yang dapat diaplikasikan menjadi lebih dari satu jenis energi seperti, energi bahan bakar.2. Bioethanol ini mudah diaplikasikan dalam kehidupan di masyarakat serta ramah lingkungan.3. Bahan baku bioethanol ini yaitu limbah tandan kosong kelapa sawit sangat melimpah di Indonesia.4. Mengurangi dampak dari pemanasan global dan mengatasi krisis energi yang semakin parah.

Dan tantangan yang akan dihadapi untuk menerapkan pembuatan bioethanol dari tandan kosong kelapa sawit adalah:1. Kurangnya peran serta pemerintah dan dinas perkebunan mengenai tandan kosong kelapa sawit ini untuk dikembangkan lebih lanjut. 2. Informasi masyarakat terhadap bioethanol masih sangat minim sehingga dibutuhkan sosialisasi proses pembuatan bioethanol ini kepada masyarakat luas baik di pedesaan maupun kota3. Kurangnya edukasi dan kemampuan pembuatan bioethanol yang masih tergolong rumit dan memerlukan biaya alat yang cukup besar membuat masyarakat kurang tertarik. 4. Dengan kondisi masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan bahan bakar fosil sehingga mereka enggan menggunakan energi alternatif ini.

KESIMPULAN

Gagasan yang DiajukanDari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembuatan bioethanol dari TKKS sebagai sumber energi alternatif merupakan suatau solusi energi yang terbaharukan dimana masyarakat Indonesia sendiri ketergantungan akan pengunaannya. Masalah ini mendorong terlahirnya PKM ini yaitu Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Menjadi Sumber Energi Terbarukan Bioethanol. Bahan yang digunakan berasal dari bahan yang selama ini dihambur hamburkan dan menjadi sampah. Namun, yang paling penting, bahannya berasal dari sumber energi yang terbarukan (khususnya biomassa). Berdasarkan penelitian yang saya tulis, pembuatannya menggunakan metodologi hidrolisis asam dan fermentasi yang melalui tahap pretreatment, hidrolisis/fermentasi, dan destilasi. Pemilihan bahan baku berupa TKKS dikarenakan ketersediaannya yang melimpah di Indonesia sehingga dapat di jadikan energi alternatif dan kandungan selulosa dan lignoselulosa yang dimilikinya cukup tinggi. Diharapkan dengan adanya energi alternatif ini krisis energi menghilang, energi fosil tidak akan habis, dan membantu melestarikan lingkungan.

Teknik ImplementasiTahapan pengimplementasian dari PKM ini yaitu dengan pertama tama pengambilan bahan yaitu limbah TKKS dari perkebunan kelapa sawit, lalu tahap penelitian dan pengujian dari produk apakah sudah sesuai dengan kebutuhan dan standar bahan bakar, kemudian tahap pendistribusian yang awalnya diawali dengan sosialisasi kepada masyarakat terhadap produk bioetanol dari TKKS ini. Lalau penyuluhan dan pencerdasan masayarakat mengenai teknik pembuatan bioethanol dari TKKS tersebut. Langkah strategis utama yang dilakukan, yaitu bekerjasama dengan lembaga penelitian dan riset untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Dibuat tata tertib dan prosedur pembuatan bioethanol oleh pemerintah dan Kementerian ESDM. Lalu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat oleh pemerintah dan lembaga sosial melalui media sosial, cetak dan penyuluhan langsung.

Prediksi HasilInovasi ini memerlukan peran serta mahasiswa sebagai pembawa gagasan dan perubahan, masyarakat luas sebagai pengguna fasilitas, serta pemerintah bersama dinas energi dan sumber daya alam terkait, sehingga dapat diperkirakan bahwa inovasi ini memiliki peluang dan tantangan tersendiri untuk mengimplementasikan. Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian yang dilakukan, inovasi ini memiliki peluang diantaranya adalah inovasi ini dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat karena pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sebagai bioethanol dapat dijadikan energi alternatif menggantikan energi bahan bakr fosil. Selain itu bahan-bahan yang digunakan juga mudah ditemukan, berlimpah dan murah, yaitu limbah tandan kosong kelapa sawit yang porsinya sangat besar di perkebunan kelapa sawit. Selain itu dengan menggunakan limbah tersebut kita juga turut mengupayakan pelestarian lingkungan dan membuat sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Dibutuhkan kerja sama dengan pihak pemerintah dan perusahaan untuk menghimbau kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit ini. Semua inovasi yang dibuat tentunya diawali dengan suatu hipotesa mengenai hasil. Rencana mengenai hasil yang dicapai adalah suatu penerapan dan penggunaan produk hasil inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan kesadaran masyarakat dalam pemanfaatandan pembuatan bioethanol dari tandan kosong kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Bioetanol Sebagai Energi Alternatif Yang Kompetitif. http://skadrongautama.blogspot.com Diakses 28 Oktober 2014.Isroi. 2008. Potensi Biomassa Lignoselulosa di Indonesia Sebagai Bahan Baku Bioetnaol: Tandan Kosong Kelapa Sawit. http://isro.wordpress.com Diakses 29 Oktober 2014Kusuma, Betaria. 2012. Pembuatan Bioetanol dari Limbah Sabut Kelapa dengan Metodologi Fermentasi Ragi Tape. http://www.slideshare.net/riabetaria/proposal-penelitian-pkm-1 Diakses 29 Oktober 2014Manurung, M 2012, Sakarifikasi dan Fermentasi Simultan (SFS) dari Limbah Ekstraksi Alginat untuk Pembuatan Bioetanol, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53441?show=full Diakses 30 Oktober 2014Prawita, Dewi. 2008. Mengolah Limbah Sawit Menjadi Bioetanol dan Kompos. http://blogs.unpad.ac.id Diakses 30 Oktober 2014Shofinita, Dian. 2009. Bioetanol Generasi Kedua: Teknik pengkonversian lignoselulosa. http:// http://majarimagazine.com/2009/02/bioetanol-generasi-kedua/ Diakses 1 November 2014Andayani, Rina. 2010. Pembuatan Bioetanol Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Fungal Treatment Aspergillus niger dan Fermentasi oleh Zymomonas mobilis. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-17188-2308201004-Presentation.pdf Diakses 1 November 2014Nuryanto, eka. 2008. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Sumber Lignin. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/7285 Diakses 2 November 2014

http://energibarudanterbarukan.blogspot.com/2011/02/kondisi-ebt-saat-ini-di-indonesia.html

Kondisi EBT di INDONESIA / Renewable Enery in INDONESIA

Sektor energi di Indonesia mengalami masalah serius, karena laju permintaan energi di dalam negeri melebihi pertumbuhan pasokan energi. Minyak mentah dan BBM sudah diimpor sehingga memaksa bangsa Indonesia mencari sumber energi lain guna mengatasi permintaan energi yang melonjak dari tahun ke tahun.

Energi Baru dan Terbarukan (EBT) terus dikembangkan dan dioptimalkan, dengan mengubah pola fikir (mind-set) bahwa EBT bukan sekedar sebagai energi altenatif dari BB fosil tetapi harus menjadi penyangga pasokan energy nasionaldenganporsi EBT>17% pada tahun 2025 (Lampiran II Keppres no.5/2006 tentang KebijakanEnerginasional) berupa biofuel >5%, panas bumi >5%, EBT lainnya >5%, dan batubara cair >2%, sementara energi lainnya masih tetap dipasok oleh minyak bumi 30% dan Batubara >33%. Pemerintah berkomitmen mencapai visi25/30, yaitupemanfaatan EBT25%pada tahun 2030 (semula diprediksi 25/25, tetapi dalam prakteknya diduga tidak akan tercapai).Bulan Januari 2012, Sekjen PBB mendorong pemanfaatan energi terbarukan (ET) duniaduakali lipat(dari 15% menjadi 30%) hingga tahun 2030, apalagi negara berkembang saat ini menguasai setidaknya 50% kapasitas global EBT.

Program-program untuk mencapai target hingga 25% EBT adalah listrik pedesaan, interkoneksi pembangkit EBT, pengembangan biogas, Desa Mandiri Energi (DME), Integrated Microhydro Development Program(IMIDAP), PLTS perkotaan, pengembangan biofuel, dan proyek percepatan pembangkit listrik 10 GW tahap II berbasis ET (panas bumi dan hidro). Untuk mencapai itu, Indonesia membutuhkan danaUSD36miliar.

Pemerintah akan menambah kapasitas pasokan listrik 35 GW hingga 2019, 24 GW dari PLTU sisanya 11 GW dari EBT. Saat ini EBT hanya menyumbang 10,7 GW dari total 53 GW. Rencana EBT sebesar 11 GW itu berasal dari PLTP 4,9 GW; PLTA 13,4 GW; PLT Bioenergi 2,8 GW; PLTS 0,25 GW; PLT Bayu 0.044 GW, dan PLT Arus laut 1 MW. Seluruh pembangkit secara bertahap akan dinaikkan mulai 2015 hingga 2019. Pemerintah mendukung inovasi pemanfaatan PLTS, misalnya untuk penerangan jalan, dan mendorong pula pemasangan panel surya di atap-atap pusat pertokoan dan mal agar mereka mendapatkan pasokan listrik sendiri.

Upaya penganekaragaman (diversifikasi) sumber energi lainnya selain minyak bumi terus dilakukan, di antaranya pemanfaatan gas, batubara, dan EBT (air/mikrohidro, panas bumi, biomassa, surya, angin, gelombang/arus laut, BB Nabati, nuklir, batu bara tercairkan atau liquefied coal, batubara tergaskan/gasified coal,dangas hidrat). UU no.30 tahun 2007mengklasifikasikan bahwaEnergi Baru(EB) terdiri atasnuklir, hidrogen, gas metana batubara (CBM,Coal Bed Methane), batu bara tercairkan (liquifiedcoal), dan batu bara tergaskan (gasified coal). Sementara,ET terdiri ataspanas bumi,angin/bayu, bioenergi, sinar matahari/surya, aliran dan terjunanair, dan gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut.

CSR PLN: PLTMH Watu Panjang

PT PLN mengembangkan programCSR(Corporate Social Responsibility) yang berkelanjutan, berupa pengembangan DME (Rp30miliar, 2012) guna membidik daerah terpencil yang belum terlistriki dengan menggunakan infrastruktur yang ada di sekitarnya sebagai pembangkit energi, misalnya PLTMH (mis:Watupanjang25 kWh/63KK, Probolinggo, Jatim) / PLTS (mis: PLTS SEHEN / Super Ekstra Hemat Energi, di Sota, Merauke, Papua) / PLT Bayu / PLT Sampah / PLT Biomassa, biogas, dll. Pengembangan DME diharapkan mencukupi listrik masyarakat terpencil, dan pada gilirannya juga berdampak positif kepada PLN sendiri maupun para stakeholder yang terkait. Salah satu contoh bantuan CSR :PT PLN(Persero) Kantor Pusat memberikan mandat kepada PT PJB (anak perusahaan PLN) untuk mengembangkan DME di dekat lokasi proyek misalnya Sumberejo, Pasuruan, (2 unit, 2x850 W), Bondowoso (10 unit, 10x850W), Trenggalek (4 unit), Tulungagung (2 unit), Jabung (Malang), Bergas Kidul (Ungaran), Kalongan dan Karang Sulang (Semarang), Pilang Payung (Grobogan), Karang Mukti (Subang), Karyamukti dan Lebakwangi (Bandung), Rajagaluh (Majalengka), Parung Banteng dan Cadassari (Purwakarta), Pasanggrahan (Garut), Purworejo (10 unit), Brebes (10 unit), Pandesari (Malang, Ciherang (Cianjur), Cipendeuy (Bandung Barat), Agrabinta (Garut). PLNNTB: mengembangkan PLTS di 9 dusun tersebar di Kab. Lombok Utara, Tengah, Barat, Timur, Kab Bima, dan Kab. Dompu. Sementara, MenteriDesa,PDT&Tmendorong BUMN lainnya dan pengusaha swasta untuk terus mengembangkan DME di daerah terpencil via CSR.Tahun 2015, hanya5.000desaterpencil, tertinggal, dan di perbatasan menjadi target DME sebagai sasaranCSR(dari ~10ribu desa terpencil; total ada74.045desa di Indonesia per 10 Des 2014), sedangkan kesejahteraan desa ditingkatkan dengan salah satunya membangun BUMDes seperti yang telah dicapai desaGumung Kidul, DIY. KampungWaitabar, Sumba Barat, NTT dipilih menjadi DME percontohan oleh Men Desa PDT&T. Sebelumnya, telah hadir PLTMH & PLTS di Sumba (PLTMH: Kamanggih 1x40kW, Lapopu 2x800kW, Lokomboro 2,3MW, dan Laputi 32 kW; PLTS: Salura 1x150kW, dan Bilachenge 480 kWp).

Tahun 2012-2014, pengembangan Desa Mandiri Energi (DME) ditekankan kepada pengembangan biogas untuk memasak dan penerangan. Tahun 2011, Pemerintah mengembangkan 35DMEberbasis non BBN, yaitu PLTMH 10 lokasi (5 di Sumatera, 2 di Jawa, 3 di Kalimantan 4 di Sulawesi, 2 di Nusa Tenggara, 1 di Maluku dan Papua), arus laut 1 lokasi, Hibrid 1 lokasi, peralatan produksi (sisa energi listrik dari EBT) 10 lokasi. Tahun 2010,DMEdikembangkan di 15 wilayah di Indonesia, 9 di luar P. Jawa dan 6 di P. jawa. Th 2009, program DME mencapai 633 desa, dengan rincian Tenaga Air 244 desa, BB Nabati 237 desa, Tenaga Surya 125 desa, Biogas 14 desa, Tenaga Angin 12 desa, Biomassa 1 desa.Di lain fihak, PTPertamina(Persero) berkomitmen mengembangkan 5 jenis EBT, yaitu Geothermal, PT PGE (Pertamina Geothermal Energy) (PLTPKamojang-5 / 35MW; Karaha-1 / 30MW; Lahendong-5 & 6 / 2x20MW; Ulubelu-3 & 4 / 40MW) Coal Bed Methane(CBM),PT PHE (Pertamina Hulu Energi) Blok Sangatta-1 dan Sangatta-2 di Kaltim, Blok Tanjung Enim dan Muara Enim di Sumsel,. Shale Gas, potensi di Indonesia:574TCF(~4xcadangan gas bumi) di Sumatera, Kalimantan, Papua, Jawa (pengembangannya diatur di Permen ESDM No.5/2012). Pertamina menggandeng AS. Alga, Angin (Bayu).

Di sisi lain, Pertamina menekenMoUdenganAkuo Energy(IPP, Paris, Perancis) yang difokuskan kepada pengembangan PLTBayu, PV Surya, dan OTEC di lokasi terpencil. Sasaran dalam waktu dekat, kerma itu akan menetapkan 3 pulau untuk lokasi PLTS 5MW pada tahun 2016. PLTBayu 60 MW akan dikembangkan pada tahun 2017. Kemudian, PLTS, PLTB dan OTEC akan dikembangkan hingga560 MWpada tahun 2018.

Beberapa pengusaha asing tertarik untuk berpartisipasi dalam pengembangan EBT di Indonesia, misalnyaAustraliayang berpengalaman di bidang infrastruktur energi di bidang panas bumi, solar, alga, mikrohidro, biomassa untuk pembangkit listrik tertarik untuk mengembangkan EBT di Indonesia.

Austriamenawarkan kerjasama membangun PLTA.Jerman,Perancis(tanam US$ 10 miliar), Amerika Serikat, danSelandia Baruingin bekerja sama di bidang panas bumi (geothermal).

Selandia Baru telah meneken kerjasama dengan RI (April 2012) guna membangun PLTP 4 GWth 2015.

Chevron Co. (produsen gas terbesar kedua th 2011 sesudahExxonMobil Indonesia) juga tertarik berinvestasi di bidang panas bumi dan energi laut dalam.

Turkitertarik pula untuk mengembangkan energi geothermal di wilayah Palembang/Sumsel, Argo Puro/Jatim, dan Pidie/Aceh.

Di sisi lain,Amerika Serikatyang diwakili olehExxondanGeneral Electricakan membantu di sektor efisiensi energi, salah satunya adalah mengembangkan turbin dan Pembangkit Listrik skala kecil berbasis EBT di pulau-pulau terluar dan di daerah nelayan.

Kanada(Biotermika Technology) tertarik menginvestasikan dananya di bidang sampah kota di kota-kota besar, seperti Bandung, Surabaya, dan Jakarta guna membangun pembangkit listrik dari sampah.

Selain itu, Kanada juga tertarik di bidang PLTU (Brookfield Power and Utilities), PLTMH (Esensi Lavalin), dan PLTS (Expert Development of Canada,danSenjaya Surya Pro).

Sementara,Singapuratertarik mendirikan industri pupuk dari sampah TPA di Desa Ngembalrejo, Kec. Bae, Kudus, sedangkan Jepangdan Korea Selatan tertarik mendirikan industri pupuk dan pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar / solar / premium dari sampah kota di TPA Palembang, Sumsel.

Brunei Darussalamtertarik untuk mengembangkan industri pengolahan sorgum untuk bahan makanan dan bioetanol di Soloraya.

ChinadanKorSeltertarik untuk mengembangkan PLTA.

Finlandia mengajukan kerjasama dengan menghibahkan 4 juta Euro di bidang PLT biomassa di Prop. Kalteng dan Riau, danKorSeljuga bekerjasama di bidang PLT biomassa di Gorontalo.Jepang (NEDO) tertarik membangun pabrik bioetanol dari tetes di Mojokerto, Jatim.

Rusiadan Australia tertarik mengembangkan PLT biomassa (jerami+sekam padi) di Sergai, Sumut, sedangkanChina tertarik menggunakan limbah cangkang kelapa sawit.

Rusiajuga tertarik mengembangkan EBT lainnya termasuk nuklir & batubara.

Estoniatertarik mengembangkan pasir minyak dan biomassa.Denmarkmendukung program efisiensi dan konservasi energi di Indonesia dengan memberikan dana US$10juta untuk program 4 tahun.

Indonesiamemberlakukan regulasi dengan memberikaninsentif pajakkepada perusahaan pengembang EBT dengan tetap melibatkan fihak lokal terutama pembangunan pembangkit berkapasitas di bawah 10 MW.

Sistem FiT,feed-in-tariff, kebijakan fiskal, insentif pada pendanaan, insentif dukungan pasar, dan pemudahan perizinan,diterapkanguna mendorong implementasi EBT secara komersial danpeningkatan akses kepada masyarakat. Di sisi lain, Bank Indonesia membentukgreen banking guna memberikan insentif kepada bank yang mau mendanai pengembangan EBT.

Guna mendorong investor DN atau LN, pemerintah via Permen ESDM no 27 th 2014menaikkan pembelian tenaga listrik dari PLTBm (Biomassa) dan PLTBg (Biogas) oleh PT PLN (Persero) yang kapasitasnya hingga 10 MW untuk merevisiPermen ESDM No.04 th 2012.

Harga jual listrik PLTBm (FiT 2014) untuk Vmenengah: Rp1.150/kWh (sebelumnya Rp.656/kWh); Vrendah: Rp.1.500/kWh (sebelumnya Rp.1.004/kWh); FiT (2014) untukPLTBg: Vmenengah: Rp1.050/kWh (sebelumnya Rp.975/kWh); Vrendah: Rp.1.400/kWh (sebelumnya Rp.1.325/kWh).Sementara, pembelian tenaga listrik dari PLTA oleh PLN s.d. 10 MW dapat dilihat pada PermenESDM No. 12 th 2014.

Keragaman sumber EBT di Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut:

AIR (PLTA)(Large-hydro: >100MW;Medium-hydro: 10-100MW;Small-hydro(PLTM): 1-10 MW)

Di seluruh Indonesia, potensi PLTA skala besar dan kecil sekitar 75.670 MW (75,7 GW, tersebar pada 1249 lokasi) (menurut studi th 1983).DataKementerian ESDM menyebutkan bahwa potensi PLTA itu di Sumatera sekitar 15,6 GW (20,8%), Jawa 4,2 GW (5,6%), Kalimantan 21,6 GW (28,8%), Sulawesi 10,2 GW (13,6%), Bali, NTT, NTB sekitar 620 MW (0,8 %), Maluku 430 MW (0,6 %), dan Papua22,35 GW(29,8 %).

Kemudian th 2011 Pemerintah dan PT PLN menyusunHydro Power Master Planyang merekomendasikan bahwa pengembangan PLTA total yang dinilai layak secara teknis,ekonomis, dan lingkungan hingga 2027 adalah sebesar12.893,9MW, pada 89 lokasi saja, yaitu Sumatera4.408,4 MW, Jawa 4.594,5 MW, kalimantan 431 MW, Sulawesi 3239,6 MW, NTT 15 MW, Maluku 156,4 MW, dan Papua & Papua Barat 49 MW. Di sisi lain, PLTA yang sudah dibangun dan dapat dimanfaatkan hingga th 2014 adalah5.941MW atau 7,85% saja (PLTA 5.711 MW, PLTMH 230 MW) dan Dirjen EBTKE menargetkan9.700MW pada tahun 2015 melalui skemapercepatan.

Bila anda tertarik ingin ikut terlibat dalam pengembangan PLTA, maka Permen ESDM no3/2015 memberikan harga patokan pembelian tenaga listrik(cent USD/kWh) dari PLTAoleh PLN (via pemilihan & penunjukan langsung)untukAvailability Factor(AF) 60% dan masa kontrak 30 tahun adalah sbb:9,00(>10 - 100 MW).

PLTA skala besar dan kecil yang sudah beroperasi di antaranya adalah:

Waduk & PLTA Jatiluhur

Sumut:Asahan-1(180 / 2x90 MW),Sigura-gura/Asahan-2 (286 / 4x71,5 MW),Tangga(223 / 4x55,75 MW),Lau Renun(82 / 2x41 MW),Sipansihaporas(50 / 33+17 MW),Sumbar:Maninjau(68 / 4x17 MW), Singkarak (175 / 4x43,75 MW), Batang Agam (3x3,5 MW);Bengkulu: Tes (16 / 4x4 MW),Musi (210 / 3x70 MW);Riau: Koto Panjang (114 / 3x38 MW), Talang Lembu (2x16 MW);Lampung: Way Besai (92,8 / 2x46,4 MW), Batutegi (28 / 2x14 MW);Jabar: Ubrug/Cibadak (27,9 / 2x10,8+6,3 MW) (saat ini mati, bendunganjebol), Bengkok (10,15 / 3x3,15+0,7 MW), Cikalong (19,2 / 3x3,64 MW), Cirata (1000 / 8x126 MW), Saguling (700 / 4x178 MW),Jatiluhur(187 MW); Lamajan (19,2 / 3x6,4 MW), Parakan Kondang (9,92 / 4x2,48 MW);Jateng: Sudirman (Mrica) (3x61,5 MW),Jelok(4x5 MW), Timo (3x4 MW), Wonogiri (2x6 MW), Garung (2x6 MW), Sempor (1x1 MW), Ketenger-1 dan Ketenger-2 (2x3,5 MW), Ketenger-3 (1x1 MW), Wadaslintang (2x9 MW), Kedung Ombo (1x22,5 MW), Klambu (1x1,17 MW), Pejengkolan (1x1,4 MW), Sidorejo (1x1,4 MW), Gajah Mungkur (12,4 MW),Jatim:UP Brantas(281 MW): terdiri atas 12 unit PLTA, yaitu [Sengguruh (29 / 2x14,5 MW), Mendalan (23,2 / 4x5,8 MW), Siman (10,8 / 3x3,6 MW),Selorejo (1x4,48 MW),Giringan (3,2 / 2x1,35 + 1x0,5 MW),Golang(2,7 MW), Ngebel (2,2 MW), Wlingi (54 / 2x27 MW), Lodoyo (1x4,5 MW), Tulung Agung (2x23 MW),Wonorejo(6,3 MW),Karangkates/Sutami(105 / 3x35 MW)],Tulis (2x7 MW);Kalsel: Riam kanan (30/3x10 MW);Sulut: Tonsea Lama (14,38 / 1x4,44 + 1x4,5 + 1x5,44 MW), Tanggari-1 (1x17,2 MW), Tanggari-2 (1x19 MW);Sulsel:Balambano(110 / 2x55 MW),Larona(165 / 3x55 MW),Karebbe(90 / 2x45 MW), Bakaru (126 / 2x63 MW);Sulteng: Sulewana-Poso I (160 / 4x40 MW), Sulewana-Poso II (180 / 3x60 MW), Sulewana-Poso III (400 / 5x80 MW).

Status PLTA yang sedang/akan dibangun di Indonesia (Maret 2014, &Jan 2015):

SumateraRencana PLTA di masa depan:Sumatera Utara(763 MW). PLTA Redelong (3x6 MW) (2019); PLTM Kerpap (2MW) (2017); PLTM Kr Isep (2x5 MW) (2017); PLTM Subulussalam (7 MW) (2017) ; PLTM Lawe Gurah (5 MW) (2017); PLTM Lawe Sikap (7 MW) (2017); PLTM Lawe Mamas (7 MW) (2017); PLTM Bidin (2x3,3 MW) (2017); PLTM Tembolon (3,1 MW) (2017); PLTM Ketol (3x3,3 MW); PLTM Lumut (2x5 MW) (2018); NAD. PLTA Peusangan 89 MW(Peusangan-1 (2x22,5 MW), dan Peusangan-2 (2x22,5 MW), Takengon, dibangun oleh PLN yang pekerjaan sipilnya dikerjakan olehHyundai+ PT PP Tbk, pek. metal olehWika Amarta, pek. jaringan transmissi 150 KV & gardu induk oleh PT Balfour Beatty Sakti + PT Karunia Berca dengan nilai investasi Rp.3 triliun. Energi listrikPeusanganakan dialirkan ke Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Sumut & Aceh via GI (Gardu Induk) Takengon dan GI Bireun. Pinjaman berasal dari JICA Rp.2,6 triliun dan diharapkan selesai pada tahun 2017. Peusangan-4 (400 MW),NAD. ProvinsiSumatra Utarayang berpotensi PLTM luar biasa, yaitu lebih dari800 MW(>110 PLTM) akan dijadikan Kiblat PLTM di Indonesia. Gardu penghubung dibangun di 9 lokasi. PLTM itu di antaranya adalahParlilitan(7,5 MW), Silau II (7,5 MW), Parluasan (4,2 MW), Hutaraja (5 MW), Pakkat (10 MW), Lau Gunung (10 MW), Sisira Simandame (4,6 MW), Simonggo Tornauli (8 MW), dan Tomuan (8 MW).Lstrik dari PLTM tersebut akan dibeli olehPLN. PLTM beroperasi di Sumut hanya 3, yaituParlilitan (7,5 MW), Silau II (7,5 MW), dan Hutaraja (5 MW). Sementara,10 unit(86,2MW) dalam tahap konstruksi, 15 unit (149,7MW) dalam tahap janji beli listrik via PPA, 19 unit (150,5MW) dalam proses PPA, 64 unit (494,4 MW) dalam tahap pengajuan proposal. Masalah terbesar:perijinan. PLTA Sidikalang-1 (15 MW) (2019); PLTAHasang(40 MW), Sumut (FTP-2), 2019. PLTAWampu45 MWdi sekitar Danau Toba, (Sumut) dibangun oleh PLN dan Konsorsium (Kepco) Daewoo dengan dana investasi Rp.2,5 triliun, dan skema IPP (Independent Power Producer). PLTAAsahan-3(174 / 2x87 MW) (Rp.2,3 triliun) (Sumut)belumdibangun, dan molor ke th 2019, terganjalkasuskorupsihutan lindung (FTP-2). PLTASimonggo-2(86 MW), Sumut. PLTA Batang Toru 510 MW, (Tapanuli Selatan), th 2022. PLTAMasang-2(55 MW), Sumut. PLTADeliSerdang 16 MWdi Deli Serdang, Sumutberencana dibangun olehDaecheong Construction Co Ltd. dengan menggandeng Perusahaan Daerah (BUMD) yang memanfaatkan sungai Lau Simeme, dengan dana investasi US$150juta. PLTA Inalum 2x300 MW dibangun olehPTInalum(sudah menjadi BUMN) dengan dana USD700juta, dan kemungkinan beroperasi th 2019 guna memproduksi 500ribu ton aluminiumingot. PLTA Kumbih-4, Medan, dana dariJerman. PLTM Tersebar Sumut (161,7 MW) (2017). PLTM Tersebar Sumbar (31 MW) (2017). PLTA Simpang Aur (23 MW), Bengkulu (FTP-2). PLTA Ketahun-3 (61 MW), Bengkulu. PLTAMerangin(350 MW), Kerinci, Jambi, selesai sekitar tahun 2021. PLN menekenMoUdengan pembangun dan operator Merangin, PT Kerinci Merangin Hidro (PTKMH) guna membeli listriknya. PLTAKerinci(2x180 MW), Jambi, th 2017. PLTASemangka(56 MW), Lampung, (FTP-2) dana dariPerancis.

Jawa

PLTA Upper CisokanPumped Storage

PLTAUpper CisokanPS(1.040 / 4 x 260 MW), 150 km Tenggara Jakarta (S.Citarum) memasuki tahap konstruksi, dan akan beroperasi2018dengan investasiUS$638 jutadari Bank Dunia, pemerintah pusat US$20, dan PLN US$107juta. PLTA ini menggunakan sistem PS (pumped storage)pertama di Indonesia. Lahan tergenang mencapai 805Ha, yaitu 3 desa di Kec. Rongga terendam (Bojongsalam, Sukaresmi, dan Cicadas), sedangkan di Kab. Cianjur meliputi Kec.Cibeber dan Kec.Bojongpicung. PLTA ini direncanakan hanya bergerak di malam hari saja, guna mengatasi beban puncak Jawa-Bali. Bendungan I (upper reservoir) 10,5 km2 (kecil), bendungan II (lower reservoir) luasnya 355 km2 (besar), beda tinggi200m. Siang hari, ada 2.000 MW/hari arus listrik menganggur, maka listrik tsb (asal PLTU/batubara Indramayu dan Labuhan) digunakan untuk memompa air dari II (S. Cisokan) ke I (S. Cirumanis). Sementara, malam hari (5-10malam), air dari I diglontorkan ke II via 4 turbin (4x260MW).

PLTAJatigede(110 /2x55MW) (memanfaatkan waduk Jatigede, membendung S.Cimanuk) di Ds. Cijeunjing, Kec. Tomo & Jatigede, Sumedang, Jabar, masih tahap lelang desain, konstruksi th 2016, rampung sekitar 2019 dengan investasi US$239,573juta, (BUMN China US$144,067juta sisanya APBN), Kontraktor DN: PT WIKA, PT Waskita Karya, dan PT PP; LN:Sinohydro(China). Problem: protes penggenangan desa (11.469 KKdirelokasi) (guna pengendalian banjir di Cirebon dan Indramayu). Total lahan: 4.983 Ha (termasuk lahan warga). PLTA Rajamandala 1x47 MWdi sungai Citarum, Kec. Haurwangi, Cianjur, Jabar.PLN menggandeng PT REP (US$150 juta,full Turnkey, BOOT).PLN membeli listriknyasebesar US$8,66 sen/kWh, selama30 tahunyang akan beroperasi pada tahun 2017.Hyundai Engineering+Hyundai Amcomeneken kontrak kerma USD91,3juta dengan REP untuk membangun PLTA Rajamandala. PLTAMatenggengPS (900 /4x225MW, Rp.5,9 triliun) Kec. Dayeuhluhur, Kab. Cilacap didanai oleh BankDunia.Groundbreaking(pemancangan tiang pertama) dijadwalkan akhir 2018, dan diharapkan beroperasi th 2022. Tahun 2015 pembebasan lahan dimulai. Listrik dibeli PLN. PLTA Sutami, Malang (+2x50MW), dan PLTA Lodoyo, Blitar (+1x9MW), Jatimdioptimalkan(th 2015), dan PLTA Kesamben/Blitar (2x18MW) (baru) dibangunoleh PJB (PT Pembangkit Jawa Bali). Rencana: PLTAGrindulu PS(1.040 / 4x260 MW), Tegalombo, Pacitan, Jatim, COD 2021. PLTM Tersebar Jawa-Bali (192 MW) (2017-2019).

NTBPotensi hidro di Sumbawa, NTB sekitar 67,5 MW, sedangkan potensi lokasi PLTM NTB:Lombok3 lokasi (SungaiMuntur 2,8 MW, Sungai Kokok Putih 4,2 MW, Sungai Pekatan 5,3 MW),Lombok Utara10, Lombok Barat 15, Lombok Tengah 17, Lombok Timur 16, Sumbawa 17 lokasi (Sungai Brang Rhee 16 MW, Sungai Bintang bano 40 MW, Sungai Brang Beh 103,5 MW), Sumbawa Barat 9 lokasi, Dompu 9 lokasi, dan Bima5lokasi.PLTM Tersebar NTB sekitar 18,7 MW (2018-2019). Oleh karena itu, PT PLN akan membangun 11 PLTM, yaitu,

PLTM BrangBeh I (1,8 MW) PLTM Brang Beh II (4,1 MW) PLTMBanggo, Sumpee, Beh III, Rea I, Rea II, Bintang Bano, Rhee I, Rhee II, dan Belo.

NTT PLTM Tersebar NTT (2,6 MW) (2017). PLTM Kudungawa (2 MW).

Kalimantan PLTA Kusan (65 MW), Kalsel, 2022. PLTA Nanga Pinoh (98 MW), Kalbar, 2022. PLTA Kelai (55 MW), Kaltim, 2022 PLTA Peso(3300 / 5x660 MWe), Bulungan, Kaltim, mulai dibangun oleh PT KHE (Kayan Hydro Energy) dengan investasi total USD 20 miliar (5 tahap) selama 10 tahun. Tahap I dimulai th 2014, diduga selesai 6-7 tahun. PLTM Tersebar Kalbar (15,2 MW) (2018-2019) Rencana: PLTA Besahan (Kayan-3); PLTA Long Sempajang 1.000 MW (Kaltara).

Sulawesi PLTM Tersebar Sulut (9 MW) (2017-2019). PLTM Tersebar Gorontalo (5 MW) (2017). PLTM Tersebar Sulteng (36 MW) (2017-2019). PLTM Tersebar Sultra 1 MW (2019) PLTM Tersebar Sulsel (60 MW) (2017-2019). PLTA Bonto Batu (110 MW), Sulsel, 2019 (FTP-2). PLTA Bakaru-2 (126 MW), Sulsel, 2020. Dana dari BankDunia. PLTA Poko (234 MW), Sulsel, 2020/2021. Dana dari bankDunia. PLTA Malea (90 MW), Sulsel, 2020. PLTAMalea15 MW, (Rp. 300 miliar) Kec. Makale Selatan, Tana Toraja, beroperasi Agustus 2011. PT Malea Energi menambah daya hingga sekitar90 MWdengan masa kontrak 4 tahun dan dana Rp. 3 triliun, diharapkan selesai2020. PLTA Sawangan (12 MW), Sulut, 2019. PLTA Watunohu-1 (20 MW), Sultra, 2021. PLTA Konawe(50 MW), Sultra, 2021. PLTA Poso-2 (130 MW), Sultra, 2021/2022. PLTA Karama (450 MW,Unsolicited150 MW,baseload unsolicited300 MW), Sulbar, 2020/2021. InvestorChina(PTCMH/China Mikro Hidro) membangun 2 unit bendungan di lokasi PLTA di Desa Karama, Kec. Kalumpang, Kab. Mamuju, Sulbar, dengan kapasitas total sekitar 1.800 MW dan biaya sekitar US$4,5 miliar (Rp. 7 triliun) selama 3 tahun. Sementara, sungai Karama yang melewati Kec. Bonehau memberikan kontribusi PLTA berkapasitas (600 MW)dan relokasi 9000 warga Bonehau tak terhindarkan. PLTATontonan1(00 MW), Enrekang dibangun olehPTTEI(Topnich Energy Indonesia,asal China) berpatungan dengan PTSulawesi Hydro Power(asal Norwegia) dengan nilai investasi Rp.5 triliun yang pembangunannya dimulai Juni 2011. PLTA Tangka Manipi (10 MW) dioeprasikan olehPT Sulawesi Hydro Powerdengan nilai investasi Rp.280 miliar untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kabupaten Gowa dan Sinjai.

Maluku PLTM Tersebar Maluku (34 MW) (2018-2019). PLTA Wai Tala-1 (13,5 MW), Kec. Kairatu; PLTA Wai Tala-2 (54 MW), 2018. PLTM tersebar Maluku Utara (4,5 MW) Malut. PLTM tersebar Maluku (18,5 MW), Maluku, Wai Isal-3 (4 MW), Nua (Masohi) (6 MW), Way Isal (6 MW) Seram Utara, Maluku Tengah (potensi60 MW); PLTA WaiMala(25 MW).

Papua PLTM Tersebar Papua Barat 10 MW (2017-2018). PLTM Tersebar Papua (15,2 MW) (2017-2018). PLTAWarsamson(47 MW), Papua Barat, 2018. PLTAOra(2x10 MW) Kab. Jayapura, Papua; PLTA Orya-1 (10 MW) beroperasi Jan 2015 untuk wilayahGenyemdan Grimenawa.Orya-2(10 MW) sedang dikerjakan. PLTA Baliem (50 MW) (S. Baliem) dibangun oleh PLN; PLTA Baliem-1 (10 MW) dan Baliem-2 (40 MW) sedang dikerjakan yang diharapkan beroperasi th 2017. Sungai Baliem berpotensi setidaknya 7 PLTA di masa depan (800 MW, dengan perkiraan dana sekitar Rp.5triliun). Rencana: PLTA Supiori 15 MW dan PLTA Urumuka (300 MW). PLTAUrumuka(300-350 MW) (2010) diharapkandibangunoleh Pemprov Papua. Proyek senilai Rp 14 triliun tsb direncanakan selesai 3-4 tahun. Akan tetapi, PLNtidakdilibatkan, danmasyarakatsekitar menolak proyek tersebut. Proyek PLTAUrumuka& PLTAMamberamoternyata belakangan (2014) didugafiktif, dan ada kasuskorupsiDED(APBN 2009/2010) (Detail Engineering Design). Dana Rp.29,5M dan Rp.26,3M telah dikeluarkan. PLTM Kalibumi-2 (5 MW). PLTM Kalibumi-3 Cascade (5 MW). PLTM Mariarotu-2 (1,3 MW) PLTM Tatui (4 MW), Serui, Papua,didanai oleh pinjamanADB(Proyek PLN). PLTM Amai (1,4 MW), Jayapura, Papua,didanai oleh pinjaman ADB (Proyek PLN).

Rencana PLTA di masa depan:S. Memberamoberpotensi menggerakkan PLTA 10.000 MW, dan sungai lainnya via PLTM tersebar 2.000MW.

Percepatan sumber daya air:PLTA (5 GWe) akan dibangun di12waduk pilihan dari 261 waduk di Indonesia dengan nilai investasiRp.100 triliun(2-3jutaUS$/MW). Studi kelayakan pembangunan PLTA itu akan menelan dana Rp.36-60miliar. Baru 22 waduk memiliki PLTA, dan Indonesia perlu460waduk lagi seukuran waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jabar.

Bendungan untuk tandon air dan irigasi:Bendungan/wadukPandan Duri340 Ha (Rp.728 miliar), Ds.Suwangi, Kec.Sakra, Kab. Lombok Timur, NTB selesai dibangun dengan sumber air dari sungai Palung. Dusun yang terendam: EmbungRaja, Gunung Sager, Kelagaq, dll.

WadukWaduk yang akan dibangun sebanyak 49 (dari tahun 2015-selesai):

Waduk Bajul Mati, Banyuwangi, Jatim

NAD:Krueng Keureuto(Rp.1,68Triliun, 2015), Jambo Aye; Perbaikan waduk Tiro (Rp.748Miliar, 2015), Rukoh (Rp.410Miliar, 2015). Sumatera:Lausimeme(Sumut); Lompatan Harimau (Riau); Estuari Sei Gong, Dompak, Busung (Kepri), Sukoharjo, Segalaminder, Way Sekampung, Sukaraja III (Lampung); Jawa:Karian (Rp.1,68Triliun, 2015, Lebak); Sindangheula, Pamarayan (Banten); Ciawi, Sukamahi, Cipanas, Leuwikeris, Sadawarna, Santosa, Sukahurip (Jabar); Logung (Rp.620Miliar, 2015, Kudus), Jlantah, Matenggeng (Jateng); Bener, Karangtalun (DIY); Semantok, Bagong, Lesti, Wonodadi (Jatim); Telagawaja (Bali); NTB: Bintang Bano, Tanju, Mila, Mujur; NTT:Raknamo(Rp.710miliar, 2015, luas 147 Ha, (Kupang);Kolhua, (Kupang);Roti Klot(Kab.Belu),Temef, Jawakisa (usulan Gubernur) (TTS, Timor Tengah Selatan),Napunggete(Kab.Sikka);Aesesa (Kab.Nagekeo),Manggarai; Kalimantan: Tapin (Kalsel);Sepaku Semoi, Marangkayu, dan Teritip (Kaltim); Sulawesi:Lolak (Rp.850Miliar, 2015), Kuwil (Sulut); Karaloe, Paseloreng, Pamakulu, Jenelata, Nipa-nipa (Sulsel); Lasongi (Sultra)

Barudibangun(2014):

Pandan Duri (98%, Lombok Timur, NTT); Titab (Busung Biu, Buleleng, Bali);adamasalah Pembebasan lahan,Groundbreakingawal 2015. Bajul Mati (40%,Banyuwangi-Situbondo, 115 Ha, 2015); Nipah (masalahpembebasan Lahan, Desa Montor, Sampang, Madura, Jatim).

Sudah dibangun (2013):

Jati Gede (Sumedang, Jabar); masalah: banyak pohon yang harus ditebang & ada situs sejarah di lokasi; Diresmikan Juli 2015. Jatibarang(Ds. Talun Kacang, Kel. Kandri, Kec. Gunungpati, Semarang), sudah beroperasi. Paya Seunara (Suka Karya, Sabang, NAD); belum diisi air, ada masalah pembebasanlahan. Diponegoro (Tembalang, dekat UNDIP), berfungsi dengan baik Gonggang (Poncol, Magetan, Jatim) kemarau lalu, waduk mengering. Rajui (Padang Tijie, Pidie, NAD);sistempengairan kepersawahanbermasalah;tanaman palawija ditanam penduduk di bagian atas waduk; Marangkayu (Kukar)menyisakanpersoalan pembebasan lahan.

PU(2014) berencanamemanfaatkan200 waduk untuk pengairan sawah dengan memasang turbin baru menjadi PLTA agar dapat menghasilkan listrik.

AIR (PLTMH)

(Mini Hidro: 100-1000 kW; Mikro Hidro: 5-100 kW; Piko Hidro: ratusan Watt-5kW)

Potensi:230.913MW(231 GW) (th 2006). Tahun 2014, kapasitas terpasang hanya75 MW.

Dalam RIPEBAT (Rencana Induk Pengembangan EBT) 2010-2025,enamprovinsi memiliki potensiPLTMHseperti 1)Papua(ada 52 sungai berpotensi maksimal hingga 15,6 GW, di antaranya adalah sungai Memberamo/10 GW; Derewo, Ballem, Tuuga / 1,6 GW; Wiriagar / Sun, Kamundan, Digul / 1,5GW; Yuliana / 2,3 GW; Lorentz / 232 MW, dan Kladuk); 2) Kaltim: S.Kerayan, Mentarang, Tugu, Mahakam, Boh, Sembakung dan Kelai (total6.743MW); 3) Sulsel; 4) Kalbar; 5) Sumut; dan 6) Aceh.

PLTMH Selen Aik 25 kW, Lombar

PemanfaatanPLTMHdapat menghemat BBM danCER sangat besar. PTIndonesia Powermeyakinkan, bahwa Produksi listrikPLTMH Cileunca berkapasitas1 (2x0,5)MW (menelan biaya Rp.13 milyar), desa Warnasari, Kec. Pangalengan, Kab. Bandung, dapat menghemat Rp. 10 milyar setahun. Bila seluruh PLTMH dapat mencapai kapasitas500MW, penghematan biaya sekitar Rp.4,27 triliun dan keuntungan dari CER US$ 6 juta, serta ada pemasukan kas desa (PADES, Pendapatan Asli Desa) Rp.2 triliun/tahun. SistemOff-Griddisarankan untuk digunakan di desa, yaitu sistem pemeliharaan alat/jaringan listrik dan tagihan listrik dikelola oleh masyarakat / koperasi desa sendiri, agar kemandirian dan pertumbuhan desa dapat terwujud.

PTPSE(Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Energi) BPPT berhasil mendaftarkan rintisan CDM (Clean Development Management) PLTMH dari UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) untuk PLTMH di desa Rantabella, Kec. Lotimojong, Kab. Lawu, Sulawesi Selatan.

Bila jaringan PLN sudah masuk desa, maka desa dapat menjual listriknya ke PLN (kalau harga yang ditawarkan PLN sesuai, dengan melalui proses panjang dan melelahkan). Contoh: PLTMH Curug Agung yang dibangun th 1991, th 1995 berkompetisi dulu dengan PLN ketika jaringan listrikPLN masuk desa. Akhirnya th 2000, produk listriknya masuk ke jaringan PLN. Sementara, PLTMHCinta-mekar10kW, Subang, Jawa Barat,menjualseluruh produk listriknya kePLN. PLTMH Kombongan85 kW, Garut juga masuk jaringan listrik nasional.

PLTMH yang berencana / sedang dibangun adalah:

Sumatera PLTMH Mangani (1.200 kW), Sumbar, Dikembangkan olehIPP. PLTMH di Sumbar dibiayai oleh konsorsiumMalaysia, khususnya di Kab. Solok (Lembah Gumanti) viaMoUdengan PT PLN sejak awal 2006. Listrik dari PLTMH tersebut dibeli oleh PT PLN. Potensi PLTMH di Solok adalah Pinang Awam (462 kW), Koto Anau (167 kW), Sumani (625 kW), Balangir (500 kW), Leter W (7.500 kW), Pintu Kayu (4.000 kW), Liki (2.000 kW), Sangir I (10.000 kW), Sangir II (7.658 kW), Liki Solok (60 kW), Jawi-Jawi (60 kW), dan Lubuk Gadang (103 kW). selain itu, PTHutama Karyajuga menanam modal untuk PLTMH (2x4 MW) di Sumbar. PLTMH (2x10 MW, USD1,5-2juta/MW, total USD40juta) di Lampung dibangun olehPT Wijaya Karya Tbk (WIKA). PLTMH Sei Wampu, Sumut, dikembangkan olehPT Aek Simonggodengan dana berasal dari PGLI 35% (PT Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk) dan Arcadia (Arcadia Energy Trading Pty Ltd.) 65% yang konstruksinya dimulai Juli 2011 selama 24 bulan.

Jawa & Bali PLTMHLodagung(1.300 kW) di Ds.Jegu, Kec.Sutojayan, Kab. Blitar, Tulungagung akan dibangun oleh BUMN PJT I (Perum Jasa Tirta). PLTMH Cilenca (3x300 kW), Jabar, dikembangkan olehIPP. PLTMH Ketenger (4x600 kW), Jabar, dikembangkan oleh IPP. PTPerkebunan Nusantara XII(Persero) membangun PLTMH dengan kapasitas 3 MW di kebun Zeelandia, Kab. Jember yang sebagian listriknya digunakan untuk internal kebun (pabrik pemrosesan kopi, penyiraman tanaman kopi, penerangan rumah penduduk, dll), dan sebagian dijual ke PT PLN distribusi Jatim bila negosiasi harga per kWh nya tercapai. Pemkab Banyumas membangun 12 PLTMH dengan total biaya Rp.300 miliar. Salah satunya, PLTMH Kali sasak4MW Kec. Cilongok, Banyumas yang dikelola oleh PT BIJ (Banyumas Investama Jaya) bekerjasama dengan PTIndoPowerdengan dana sebesar Rp.60 milyar untuk 8.000 KK. Sebelumnya PLTMHTapen (1x0,75 MW), Ketenger-1/-2/-3, lalu beberapa PLTMH di UPB Mrica (Desa Siteki, Blumbungan, Banjarnegara) Sempor Kab. Kebumen, dan Wadaslintangsudah dibangun di Banyumas. Lainnya, PLTMH percontohanKarangtengah17kW dari sungai Prukut (debit air 300 liter/detik) untuk 66 KK, hasil kermaPT IndoPower(pemodal) dengan TNI (bantuan tenaga kerja). AHM(PT Astra Honda Motor) memberdayakan masyarakat dengan membangun PLTMH 6,5 kW, sungai Cibarengkok, untuk 63 KK, di TNGHS, Sukamulya, Sukabumi, Jabar, bekerjasama dengan Yayasan IBEKA. PLTMH kampus UMM (70-100 kW, 2007) di Sengkaling I(penstock45 derajat), Malang dibangun olehUMM(Univ. Muhammadiyah Malang) bekerjasama dengan Kementerian ESDM. SementaraSengkaling II(60-80 kW) (dalam kampus UM, 2015) Malang dibangun denganpenstockvertikal, dan turbin kecil. PLTMH 35 kW di dusunSumbermaron, Desa Karangsuko, Kec. Pagelaran, Kab. Malang dibangun oleh UM Malang dengan sponsor dariAustralia Partnershipdan Bank Dunia senilai Rp.408 juta yang digunakan untuk mesin pompa pengairan dan air bersih. Proyek PLTMH yang sedang berjalan adalah di Kab. Bogor (Rp.855 jt), Kab. Cianjur (Rp.1,4 miliar), Kab. Garut (Rp.920 jt). PLTMH yang masuk jalur PLN adalah Cijedil (3 kW) di Cianjur, Curug Agung (788 kW) di Subang, Cinta Mekar (120 kW), Jembelair (100 kW) di Purwakarta, dan Cipayung (240 kW).

Kalimantan PLTMH Lobong (1.300 kW), Kotamobagu, Kaltim, didanai oleh pinjamanADB(Proyek PLN).

Potensi PLTMH di Kaltim: sungai Kerayan, Mentarang, Tugu, Mahakam, Boh, Sembakung, dan Kelai dengan total potensi mencapai 6.743 MW.

Sulawesi PLTMHDuminanga(1.000 / 2x500 kW), Sulut. PLTMH Mongango (1.700 kW), Luwuk, Sulut,didanai oleh pinjamanADB(Proyek PLN). PLTMH Kalumpang (1.700 kW), Luwuk, Sulut, dikembangkan olehIPP. PLTMH Hanga-hanga (2x1.700 kW), Luwuk, Sulut, dikembangkan oleh IPP. Lima belas (15) unit PLTMH di beberapa kecamatan diToraja Utara(6 di kec. Rantebua, 3 di kec. Rinding Allo, 1 masing-masing di kec. Buntupepasan, Sanggalangin, Sa'dan, Buntao, Nanggala, dan Sesean Suloara)berhasil dibangun oleh BPMD (Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa) dengan dana berasal dari Kementerian PDT. Tahun 2011, kucuran dana dari PDT sebesar Rp.4 miliar juga digunakan untuk membangun PLTMH di 15 lokasi di kec. Baruppu, Buntupepasan, Balusu, Sa'dan, Denpina, dan Awan Rante Karua dengan memanfaatkan air dari sungai Sa'dan dan Maiting. PTABM InvestamaTbk (151 desa) dan PTNagata(9-30MW, Rp200miliar) juga membangun PLTMH di Toraja Utara. PLTMH Kawata(30 kW) Luwu Timur, Sulsel, bantuan Kementrian PDT telah diresmikan oleh Bupati Lutim. Empat unit PLTMH dengan kapasitas total 8,1 MW diMamuju, Sulbar, yaitu Balla (2x350 kW), Kalukku (2x700 kW), Bone Hau (2x2MW), dan Budong-budong (2x1 MW) dapat menghemat BBM Rp 200 miliar/tahun. Beban puncak sekitar 12 MW, 67% dari air

NTT PLTMH Maubesi (1 MW). PLTMH Ubungawu-3 (0,2 MW)

Papua PLTMH Prafi (1.000 kW), Manokwari, Papua,didanai oleh pinjaman ADB (Proyek PLN).

PLN telah memiliki 2 PLTMH, yaitu PLTMH Werbar, Fak-fak, (2x800 kW) dan PLTMH Walesi, Wamena, (2x600 kW).

LAUT

Sejak dikeluarkan UU no.17/2007 RPJPN 2005-2025, upayamenyusunRoad map(peta jalan) pengembanganenergi lautsedangdilakukan. Sementara, UU Kelautan sebagai dasar penyusunanroad mapyang mencakup tata ruang laut nasional 200mil (17.499 pulau, dan garis pantai 104.000 km terpanjang kedua dunia) telah disahkan DPR akhirSep 2014sekaligus hal itu sebagai cikal bakal pembangunanporos maritim. Oleh karena itu, para investor masih menunggu UU danRoad maptsb guna meyakinkan kepastian hukum berusaha dimana potensi ekonomi laut Indonesia ditaksir >Rp.3000 triliun, bahkan total potensi ekonomi laut termasuk SDA non-konvensional lainnya ditaksir lebih dari1,2 triliun USD/thyang lebih besar dari PDB Indonesia (1 triliun USD/th).Mappingenergi laut Indonesia ditampilkan (2011).

Adatigajenis energi laut yang dapatdimanfaatkan, yaitu gelombang laut, arus laut (Tidal+Ocean currentenergy), dan panas laut. Prediksi potensi teoritis ketiganya menurut ASELI sekitar727 GW. Prakteknya, gelombang laut1.995 MW, arus laut 18 GW, dan panas laut 41 GW.

GELOMBANG AIR LAUT (Wave Energy)

Potensigelombangdi Indonesiasangat tinggi, yaitu sekitar 2-2,5 m (LautSelatan Jawa), dan pantai Barat Sumatera sekitar 4-5 meter. ASELI (th 2011) menyatakangelombanglaut mempunyai potensi teoritis510 GW, potensi teknis 2 GW, dan potensi praktis 1,2 GW.Metode Energi Listrik Gelombang Air Laut (400 W) karya mahasiswa dan dosenPoliteknik Manufaktur Timah, Bangka Berlitung mendapat hak Paten dari Kementrian Hukum dan Ham RI, dan biaya hak paten ditanggung Dikti Kemendiknas. Karya lainnya, oleh M.Imron(T. Kelautan, ITB).

PLTGL-SB Vertikal

PercobaanPLTGL-SB(Horizontal) (Sistem Bandul) Zamrisyaf(pemilik paten No. HAKI P00200200854) mampu menghasilkan listrik 3 kW dan menerangi 20 rumah nelayan. Bila hanya 20% saja pantai Selatan Jawa dimanfaatkan untukPLTGL, maka6,5 GWdapat diperoleh, dengan potensi 40 kW per meter lebar gelombang. Daya yang diperoleh ini tidak jauh berbeda dengan perolehan listrik dari PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir).InvestasiPLTGL-SB (horizontal/vertikal) setara dengan PLTA. Dengan laut seluas 1 km2, daya listrik dariPLTGL 20 MWdapat diperoleh. Ponton (tongkang kecil) yang digunakan berbentuk delima yang sebagian terendam air, dengan panjang lengan 2 m, dan bandul seberat 10 kg. Bila tinggi gelombang 0,5-1,5 m, maka akan dihasilkan putaran 200 rpm dan daya sebesar 25,2 kW. Bila satu unit ponton terdiri atas 5 set bandul, maka daya akan mencapai125 kW.

EAL (ENERGI ARUS LAUT) (Tidal + Ocean Current Energy)

Arus lautdi Indonesia berupa pasang surut yang diakibatkan oleh interaksi bumi, bulan, matahari, dan arus geostropik karena gaya Coriolis akibat rotasi bumi serta perbedaaan salinitas, temperatur, dan densitas. Arus pasang surut menyimpan energi hidro-kinetik, sehingga dapat dikonversikan menjadi daya listrik yang bergantung pada densitas fluida, penampang aliran, dan kecepatan alirannya. Selat-selat yang menghadap Lautan Hindia dan Samudra Pasifik teramati memiliki arus yang kuat.

PLTAL >80 kW

PotensiEALIndonesiamenghasilkan listrik sangat besar, yaitusekitar 5,6-9 TW (5.600-9.000 GW)) (versi Bappenas). Angka itu kira-kira 30-50ribu kali PLTA Jatiluhur (187 MW). Bandingkanlah dengan daya listrik dari 430 unit PLTN dunia yang hanya sekitar 363 GW (2009) < 1 TW.Potensi teoritis arus pasang surut versiBPPTsebesar 160 GW, teknis 22,5 GW, dan praktis 4,8 GW.

Bappenas mendorongEALsebagai sumber EBT yang handal guna memenuhi permintaan masyarakat pesisir 18 ribu pulau di Indonesia yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik nasional. Laju arus pasang-surut (tidal) di pantai umumnya kurang dari 1,5 m/detik, kecuali di selat-selat di antara P. Bali, Lombok, dan NTT dapat mencapai2,5-3,4m/detik. Arus pasang-surut terkuat tercatat di Selat antara P. Taliabu dan P. Mangole di kepulauan Sula, Maluku Utara dengan laju 5,0 m/detik.

Uji-cobaPLTAL karya UPT-BPPH (BPPT) diSuramadu(2013) (3,5 kW, arus laut malam hari hanya 1,3 m/detik), Surabaya dan diLarantuka(Flores Timur) (10kW ~4,3m/detik) telah dilakukan). Sebelumnya (2010) uji-coba diLarantukatelah dilakukan. Daya listrik 2kW diperoleh. Sabella(Perancis) menekenMoUdengan PT PLP & PT Meindo Elang Megah untuk mengembangkan proyek energi arus laut Indonesia. Sejumlah turbin 100-2500 kW akan dipasang di arus terkuat di dunia (pulau terpencil di Indonesia Timur). Tahun 2004, BPPT /BPDP(Balai Pengkajian Dinamika Pantai) membangun purwarupa OWC (Oscilating Water Column, dinding tegak) pertama di pantai Parang Racuk, Baron,Gunung Kiduldengan potensi gelombang 19 kW / panjang gelombang. Survei hidroseanografi menunjukkan bahwa PLTAL akan optimal bila ditempatkan sebelum gelombang pecah atau pada kedalaman 4-11 m. Putaran turbin akan dicapai antara 300-700 rpm dengan memiliki efisiensi 11%. Tahun 2006, OWC sistem Limpet / terapung diletakkan berdampingan dengan OWC th 2004, di tempat yang sama. Tahun 2005: penelitian karakteristik arus laut dilakukan oleh Puslitbang Geologi kelautan (PPPGL) berkolaborasi dengan Program Studi Oceanografi ITB di selat Lombok dan selat Alas menggunakan turbin Kobold 300 kW. Th 2006-2010: penelitian BPPT dilakukan di beberapa selat Nusa Tenggara (NTB dan NTT), di antaranya S. Lombok, S. Alas (diujicoba April 2012,75 MW), S. Nusa Penida, S. Flores, dan S. Pantar.Selat-selatlainnya yang diperkirakan memiliki arus laut cukup kuat adalah S. Sape, S. Linta, S. Molo, S. Boleng, S. Lamakera, dan S. Alor.Bila satu selat dapat dipanen energi sebesar 300 MW dengan asumsi 100 buah turbin masing-masing berdaya 3 MW, maka akan dihasilkan listrik sekitar 3GW untuk 10 selat. Tahun 2009, BPPT menguji purwarupaPLTALsebesar 2 kW dan tahun 2011 sebesar 10 kW di S. Flores.Purwarupa pertama dibangun PPPGL bersama kelompokT-filesITB dan PT Dirgantara Indonesia yang diuji di S. Nusa Penida dan mampu menggerakkan generator listrik5.000W. 2012-2014: purwarupa skala besar (>80 kW) dicoba untuk mengembangkannya menjadi skalakomersial. Tahun 2025, PLTAL diharapkan akan mencapai 5% dari sasaran kebijakan energi 25% bauran energi. Mahasiswa&AlumniITBdari PTTFilesIndonesia (13 orang) berhasil memanfaatkan arus laut menjadi PLTAL 10 kVA. Th 2012. Mereka bekerjasama dengan Dinas PU-Binamarga menyalakan 1.000 lampu jembatan Suramadu. Semua komponen turbin buatan lokal kecuali magnet yang dibandrol dengan harga Rp.400juta denganlifetime5 tahun. Kerma diteruskan ke PLNBatamuntuk memberikan listrik 1MW.

PANAS LAUT

OTEC(OceanThermalEnergy Conversion) dibedakan 3 macam, daur tertutup, daur terbuka, dan daur gabungan (hibrid). Potensi Panas Laut:222 GW. Lima lokasi sedang dijajagi, Selat Sunda, Bali Utara, Bali Selatan, Maluku Utara, dan NTT.Bali Utaraterpilih untuk survei dengan kapasitas pembangkit sekitar 100 kWe.

ENERGI LISTRIK AIR LAUT

Dr. Sastro, Sambisari, Kalasan, Sleman, Yogya mengembangkan listrik dari air laut Parang Tritis via elektrolisis air laut (Grafit / Anoda,Seng/ katoda; tegangan: 1,6 V) menggunakan aki bekas 12 V. Setelah itu, aki dibongkar dan diisi air laut. Dia mendapatkan tegangan 9,2-11,8V. Ini bukti bahwa samudra adalahbaterai raksasa. Mahasiswa Teknik KimiaITSjuga mengembangkannya.

PLT GRAVITASI

Djoko Pasiro, Pamekasan, Madura, memanfaatkan tenaga Gravitasi bumi yang murni berasal dari kekuatan alam guna menggerakkan mekanik penarik dinamo generator untuk menghasilkan listrik. PLT Gravitasi daya kecil, sebesar 2.500 Watt membutuhkan biaya hanya 15 Juta rupiah. D.Bentea(Rumania) dan beberapa peneliti lainnya [1,2,3,4] menunjukkan pula bahwa PLT Gravitasi berfungsi dengan baik.

PANAS BUMI (GOETHERMAL)

Potensi energi PLTP: 29.038 MW (29 GW), sedangkan kapasitas terpasang saat ini sebesar1.341 MWatau4,62%dari total potensi yang ada. Empat puluh (40) % potensi dunia ada di Indonesia, dan sekitar276titik potensi panas bumi telah ditemukan. Sepuluh (10)% dari total potensi itu (sekitar2 GW) ada di Sumsel. Oleh karena itu, dibangunlahLaboratorium Geotermal I yang diresmikan Okt 2013 di Palembang, Sumsel, dan dioperasikan oleh PTSucofindo.

PLTP Dieng 60 MW, Jateng

Secara keseluruhan, potensi energi geotermal di Indonesia ditemukan tersebar di sepanjang lajurSumatera,Jawa, Nusa Tenggara, Busur Banda hingga Sulawesi Utara, dan lajur Halmahera, Bali, dan Papua. Potensi tersebut besarnya ternyatadua kalicadangan minyak bumi Indonesia. Tidak salah bila Indonesia merupakan potensi terbesar di dunia, sehingga mendorong Indonesia untuk dijadikanpusat pengembangan panas bumidunia yang tentu saja memerlukanSDMtangguh dari dalam negeri sendiri. Amerika, Filipina dan Selandia Baru tertarik berinvestasi di geotermal. Untuk itu,Amerikamembantu ITB dan UI membuka jurusan geotermal, dan Selandia Baru membuka diri kepada putra Indonesia untuk belajar geotermal di sana.

Dr. SK Sanyal(GeothermEx Inc., California) menyinggung bahwa lebih dari 70% lahan Indonesia memiliki basis sumberdaya geothermal lebih dari 50 MW dan hampir setengahnya lebih dari 100 MW dengan sumur komersial antara 3-40 MW (rata-rata 9 MW), sedangkan sumur bor dunia hanya sekitar 4-6 MW. Tahun 2025, EBTKE menargetkan12 GWdapat ditapis dari PLTP. Hinga th 2014, investor kurang tertarik berbisnis di PLTP ini. Mereka menginginkan harga jual listrik dari PLTP sekitar11-14centUS$/kWh. Oleh karena itu, harga jual listrikth 2014dinaikkan oleh pemerintah menjadi 11,5-30 sendollarAS/kWh seperti yang tercantum dalam Permen ESDM no.17 th 2014.

PLTP Kamojang 30 MW, Garut, Jabar

Sejarah pemanfaatan PLTP di Indonesia diawali oleh usulan Van Dijk asal Belanda tahun 1918 untuk membangun PLTP diKamojang, Jabar.Kamojangmenghasilkan uap tahun 1926, kemudian dari 5 sumur uap hanya satu sumur yang produktif, tetapi tidak lama kemudian mati. Tahun 1964 PLTP dihidupkan kembali oleh Direktorat Vulkanologi (Bandung), PLN, dan ITB. Tahun 1971, PLTP Lahendong Sulut, dan PLTP Lempung, Kerinci dikembangkan. Tahun 1972, pengeboran 6 sumur di Dieng, Jateng, dilakukan, tetapi tak satu pun mengeluarkan uap. Tahun 1974, Pertamina dan PLN mengembangkan PLTP Kamojang 30 MW. Tahun 1977, Selandia Baru menyumbang NZ$24juta dari kebutuhan NZ$34juta, sisanya ditanggung Indonesia untuk Kamojang. Tahun 1978, tim Kanada ke Lahendong dan Lempung, Kerinci. Monoblok Kamojang diresmikan 27 November. Tahun 1981, Monoblok Dieng diresmikan 14 Mei; Pertamina diberi wewenang melakukan survei, eksplorasi dan eksploitasi PLTP di Indonesia. Tahun 1982, Pertamina meneruskan penelitian di Lahendong dan melakukan kontrak dengan UGI (Unocal Geothermal Indonesia) untuk PLTP di Gunung Salak, Jabar. Tahun 1983, PLTP Kamojang-I 30 MW diresmikan 1 Februari. Tahun 1987, PLTP Kamojang-II dioperasikan. Pertamina,Amoseas of Indonesia Inc., dan PLN melakukan kerma eksplorasi panas bumi di Gunung Drajat, Jabar. Tahun 1991, keluar Keppres meleluasakan Pertamina dan kontraktor mengeksplorasi dan mengeksploitasi panas bumi, dan menjual uap / listrik kepada PLN. Tahun 1994, PLTP Gunung Drajat-I beroperasi, PLTP Gunung Salak-I dan II beroperasi, dan Pertamina melakukan kontrak dengan 4 perusahaan swasta. Tahun 1995, Nota kesepahaman dilakukan Pertamina dan PLN untuk membangun PLTP Lahendong 1x20 MW, Sulut, dan PLTP Sibayak 2 MW, Sumut.Sayangnya, sekitar 70% lokasi PLTP yang potensial berada di kawasan hutan lindung, sehingga terjadi konflik kepentingan dengan Kementrian Kehutanan, apakah membangun PLTP (hanya butuh lahan0,3-4 Ha) atau mempertahankan kawasan konservasi. Untuk mengatasi hal tersebut, DPRtelahmengesahkan RUU Panas Bumi (26/08/2014) sebagai revisi UU No. 27/2003, yang ringkasanisinyasbb:

1. Panas bumi sebagai sumber energi alternatif. Eksplorasi & Produksi panas bumitidaktermasuk kategori pertambangan, sehingga dapat dilakukan di wilayahkonservasi2. Penyelenggaraan oleh PemPusat & Provinsi, sedangkan pemanfaatan langsung & tidak langsung oleh PemKab3. Pembinaan & Pengawasan IUP olehPemerintah.

Indonesia memerlukan investasi USD30 miliar untuk mengembangkan PLTP 11 GW hingga 2025. Memang, konsekuensi pemberian ijin PLTP di hutan lindung akan menyebabkan beberapa Ha hutan lindung akanterbabat.PT CGI(Chevron Geothermal Indon) belum mendapat ijin penambahan 9 Ha dari Menhut untuk membabat hutan karena telah melanggar daerah cagar alam Gunung Papandayan di Kertasari Bandung. Di sisi lain,PT PGE(Pertamina Geothermal Energy) berencana menanam 100juta pohon di sekitar lereng gunung berapi hingga 2015, salah satunya adalah 50 ribu pohon telah ditanam akhir th 2011 di sekitar PLTP Kamojang guna menahan resapan air dan mengurangi emisi karbon, agarpanas dan airterjaga dan Kamojang terus menghasilkan uap.

Sebanyak28 titik potensi panas bumi(14 proyek PLTP pada WKP existing sebelum terbit UU No.27/2003 dan 14 proyek PLTP pada WKP baru setelah terbit UU no. 27/2003, sekitar 12.069 MW) di hutan lindung sepanjang Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, telah disepakati agar proses perijinan proyek dari menteri Kehutanan segera berjalan. Permen 11/2008 mengajukan 5 WKP, yaituBonjol(Sumbar) 200 MW, Danau Ranau (Lampung, Sumsel) 210 MW, Mataloko (NTT) 63 MW, Ciremei (Jabar) 150 MW, dan Gunung Endut (Banten) 80 MW. Calon 4 WKP lainnya (masih disurvei) adalah Sembalun (NTB) 120 MW, Way Ratai (Lampung) 194 MW, Simbolon Samosir (Sumut) 225 MW, dan Telomoyo (Jateng) 92 MW.

PLTP Lahendong-3 10 MW, Sulut

Kapasitas terpasang PLTP Indonesia:yaitu di PLTP Kamojang (200 MW) Jabar,Lahendong-1, 2, dan3(3x20 MW) Sulut,Dieng(60 MW) Jateng, Gunung Salak (375MW) jabar, Darajat (255 MW) Jabar,Sibayak(2x5 MW) Sumut, Wayan Windu (227 MW) Jabar, PLTP Ulubelu-1 dan 2 (2x55MW) di Lampung. Kapasitas yang sudah terpasang itu menempatkan Indonesia di posisi ketiga dunia setelah Amerika dan Pilipina. Bila digenjot hingga4.000MW bukan tidak mungkin PLTP Indonesia akan menempati posisi nomor satu dunia. Program percepatan pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW tahap II yang komposisi energimix-nya mengarah ke Panas Bumi itu diharapkan akan meningkatkan pemanfaatan panas bumi hingga 17% (4.713 MW) pada tahun 2015.

Status PLTP yang sedang/akan dibangun di Indonesia (Maret, andOktober2014):

Sumatera PLTP Seulawah 110 MW, 2021/2022, Nanggroe Aceh Darussalam PLTP Jaboi (10 / 2x5 MW),Nanggroe Aceh Darussalam PLTP Sarulla-1, 2 & 3 (3x110 MW), Sumut.Konsorsium (Medco Geothermal Indonesia,Ormat technology Inc/ USA,Kyusu Electric Power Inc/ Jepang, danItochu Corp. / Jepang) proyekPLTP Sarulla330/3x110 MW, di Kab. Tapanuli Utara dan Selatan, Sumut, menggarap proyek senilaiUS$1,6 miliaryang didanai oleh JBIC (Japan Bank for International Corp.) dan ADB (Asian Development bank) dan beberapa bank komersial. Tarif jual listriknya ke PT PLN sekitarUS$0,0679/kWh. PLTP Sarulla-1 110 MW, Sarulla-2 110 MW, dan Sarulla-3 110 MW diharapkan beroperasi komersial pada tahun 2016, 2017, dan2018. Proyek PLTPterbesar di duniaitu mundur 3 tahun dari rencana semula. Pemerintah menyiapkanSKB 3 Menteri(ESDM, Keuangan, BUMN) guna mengatasi kisruh tersebut. PLTP Sarulla-4 (110 / 2x55MW), Sumut. PLTP Simbolon Samosir (110 / 2x55 MW), Sumut. PLTP Sipoholon Ria-Ria (1x55 MW), Sumut. PLTP Sorik Marapi 240 MW, Sumut, 2020/2021. PLTPMuara Laboh(2x110MW, Rp.4,3 triliun) Sumbar,2017/2018.PT Supreme Energybernegosiasi dengn PT PLN (Persero)dengan dana investasi US$650 juta. PLTP Bonjol (165 / 2x55 MW), 2022. PLTPSungai Penuh-1&2 (110/2x55 MW) di Jambi, 2022.ADB(Asian Development Bank) mengucurkan dana US$500/3 juta. PLTPHululais-1&2 (110/2x55 MW)di Bengkulu, 2018/2019. PLTP Kepahiyang 220 MW, 2020. PLTPLumut Balai-1, 2, 3, & 4 (4x55MW) Sumsel, dibangun olehPGE(Pertamina Geothermal Energy), pinjaman dariJICA(2015) sebesar Rp 100,7 miliar. beroperasi2017/2018/2019. PLTPRantau Dadap(220 / 2x110 MW), Sumsel, 2019/2020.Konsorsium yg terdiri atasPT Supreme Energy,GDF Suez, danMarubeni Corpmenandatangani PPA dg PT PLN dengan harga yg disepakati 8,86 sen US$. PLTPRajabasa (2x110MW,Rp.4,3 triliun), Lampung2021/2022.SERB(PT Supreme Energy Rajabasa),GDF Suez, danSumitomo Corp. siap membangun PLTP Rajabasa,yang bernegosiasi dengn PT PLN (Persero)dengan dana investasi US$650 jutasetelah ijin dari Kemenhut diperoleh. PLTPUlubelu-3 & 4 (2x55MW), Tanggamus, Lampung, dibangun olehPGE,didanai olehWorld Banksekitar Rp 576,8/2 miliar, beroperasi 2012 & 2016/2017. PLTP Suoh Sekincau (220 / 4x55 MW), lampung, 2021/2022. PLTP Danau Ranau (110 / 2x55 MW), Lampung., 2022 PLTPUlubelu-3 & 4 (2x55MW), Tanggamus, Lampung, dibangun olehPGE,didanai olehWorld Banksekitar Rp 576,8/2 miliar, beroperasi 2012 & 2016/2017. PLTPDairi Prima(25 MW), Sumut. Investor asal Turki,Hitay Group, sedang mensurvei blok Tanjung Sakti dan Empat Lawang, Sumsel.

Jawa PT SBG (Sintesa Banten Geothermal)mengeksplorasi PLTP (potensi 225 MW) di Gunung Karang Kab. Pandeglang, Banten. PLTP Gunung Endut (1x55 MW), Banten. PLTP Rawa Dano (1x110 MW), Banten. PLTP Cibuni (1x10 MW), Jabar. PLTP Tangkuban Perahu-1 (110 / 2x55 MW), Tangkuban Perahu-2 (60 / 2x30 MW), Jabar. PLTP Cisolok-Cisukarame (1x50 MW), Jabar. PLTP Kamojang-5 (1x35MW) Jabar dibangun olehPGE. PLTP Karaha-1 (1x30MW),Karaha-2 (2x55 MW) Bodas, Jabar, dibangun olehPGE.Pengembangan PLTP Karaha Bodasdi lahan sekitar 40 Ha dilanjutkan kembali setelah dibatalkan pemerintah (Soeharto) saat krisis ekonomi 1997.ADB(Asian Development Bank) mengucurkan dana US$500/3 juta. PGE menggandeng PTAlstomPower Energy System Indonesiaguna menggarap konstruksinya(EPCC). PLTPPatuha(3x55 MW), Babakan, Sugihmukti, Pasir Jambu, Jabar. Patuha-1 55 MW sudah beroperasi Okt 2014. Sisanya menyusul. PLTP Tampomas (1x45 MW), Jabar. PLTP Wayang Windu unit 3&4 (2x110 MW), Jabar. Pemprov Jabar siap melelangPLTP Ciremai (2x55 MW), di Kab. Kuningan, ke BUMN, BUMD, dan BUMS. PLTP Baturaden (2x110 MW), Jateng. PLTP Dieng (115 / 1x55 + 1x60 MW, Jateng. PLTP Guci (1x55 MW), Jateng. PLTP Ungaran (1x55 MW), Jateng. PLTP Umbul Telomoyo (1x55 MW), Jateng. PLTP Ijen110/2x55 MW, di Jatim,dibangun olehPT Medco Geothermal Indonesiasenilai US$ 400juta pada tahun 2013 dengan lama konstruksi 2,5 tahun. PLTPNgebel/Wilis(165 /3x55MW), Jatim. PLTP Iyang Argopuro (1x55 MW), Jatim. ProyekPLTP Gunung Slamet220 MW, Jawa tengah, senilaiRp. 6 triliun (US$ 660 juta, 1 MW membutuhkan investasi US$ 3 juta) siap dibangun oleh 2 investor, PTSpring Energydan PTTri Energy.

Sulawesi PLTP Kotamobagu-1, 2, 3, & 4 (80/4x20 MW, Rp.2 triliun) di Sulut. PLTP Lahendong-5 & 6 (2x20MW), Minahasa, Sulut,didanai olehWorld Banksebesar Rp576,8/2 miliar. KonsorsiumSumitomo Corp. & Rekind(PT Rekayasa Industri) mendapat kontrak EPC (semula PGE). Rekind menerapkan sistem di muka tanah (Steamfield above ground). Waktu pengerjaan 22 bulan, Lahendong 5 diduga selesai Sep 2016, sedangkan Lahendong-6 sekitar Maret 2017. PLTP Bora Pulu, (1x55 MW), Sulteng. PLTP Marana/Masaingi (20 / 2x10 MW), Sulteng. PLTP Lainea (20 MW, Rp.250 miliar) Kendari,2019. PLTP Tawaeli (30 MW, Rp.470 miliar) Palu.

NTB PLTPHu'u,Dompu, Sumbawa (20 / 2x10 MW, hingga >60 MW dalam 3 tahap, 2020) akan dikerjakan olehPT Pasifik Geoenergy (PAGE)(10%) danOrmat Tech. Inc.(Amerika) (90%) teken kontrak menginvestasikan dana US$200juta. Akan tetapi, Okt 2014, PAGEmundur, kapasitas uap rendah, kawasan yang dipinjamkan bertabrakan dengan penambang emas, PT STM). PLTPSembalun-1 (70 MW), Sembalun-2 (40 MW, Rp.500 miliar), Lombok Timur, 2019.

NTT PLTP Ulumbu(10 / 4x2,5 MW) Flores, NTT. PLTP Ulumbu 3& 4: 5 MW sudah beroperasiOkt 2014. Sisanya 5 MW sedang dikerjakan hingga2019. PLTPOka Larantuka(1x3 MW) Flores Timur (2019). PT WUK (PT Westindo Utama Karya)mengembangkan PLTP Atadei (2x2,5 MW) di Lembata, NTT dg dana sekitar RP 1,9 triliun yg akan dimulai pembangunannya th 2013. PLTPMataloko(2x2,5 MW), di Ngada, P. Flores, NTT dikembangkan olehADB(Asian Development Bank) dengan mengucurkan dana US$500juta.Th 2013 turbin rusak (korosi) terkena gas sulfur. kemudian 2014PLTP dilelangkembali untuk mengebor sumur baru, guna menaikkan kapasitasnya yang berpotensi hingga 60 MW, (2019). PLTPSokoria(15 / 3x5 MW), Ende, Flores.Bakrie Power& Raya Groupmemenangkan tender proyek pada Sept 2009, tetapi 2015 menjualnya keAustraliaSpace Con PtyLtd.(menguasai saham 85%). Proyek ini direncanakan beroperasi tahun 2020. Listrik dibeli PLN.

Maluku PLTP Jailolo (10 / 2x5 MW), potensi 75 MW, Halmahera Barata, Maluku Utara,2016. PLTP Songa Wayaua (1x5 MW), Maluku Utara,2017. PLTPTulehu(20 / 2x10MW), Salahutu, Kab. Maluku Tengah,2016.

BPPT mengembangkan purwarupa PLTPskala kecil3 MW di Kamojang, Jawa Barat. Proyek ini menggunakan komponan lokal termasuk turbin (gandeng NTP, Nusantara Turbin Propulsi anak perusahaan IPTN) dan generator (gandeng PT Pindad). Dana diperoleh dari APBN BPPT Rp 50 milyar. Di sisi lain, BPPT mengkajiPLTP Ulu Ere25 MW di Kab. Bantaeng, Sulawesi Selatan. Th 2014, BPPT bekerjasama dengan Jerman melakukan riset PLTPsiklus biner500 kW di Lahendong, Sulut.

Cadanganpanas bumi baru yang ditemukan adalah Kebar (25 MW) Manokwari, Papua Barat; Tehoru (75 MW), Banda Baru (75 MW), dan Pohon Batu (50 MW) Maluku Tengah; Kelapa Dua (25 MW) Maluku Barat; Lili (75 MW), Mapili (50 MW), dan Alu (25 MW) Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Calon lokasi PLTPyang belum disurvei adalah Sungai Betung/Kab. Kerinci (Jambi), Pesisir Selatan (Sumbar), Sungai Tenang/Kab. Merangin, (Jambi), Ciseeng (Bogor, Jabar), Lebak (Banten), Malawa/Kab. Maros, Pangkajene/Kab. Bone, dan Kab Barru (Sulsel), Gunung Dua dara (Kab. Bitung, Sulut), Gunung Pangrango (Bogor, Jabar).

BIOMASSA

Potensi energibiomassaIndonesia diperkirakan: 49.810 MW (50GW) yang berasal dari perkiraan produksi 200 juta tonbiomassa/tahun dari residu pertanian, kehutanan, perkebunan dan limbah padat/sampah kota, sementara daya terpasang: hanya1.716,5MW(th 2013) atau sekitar 3,45 % saja dengan hutan produktif dan perkebunan seluas 23 juta Ha. Itu berarti pemanfaatan biomassa untuk energi listrik masih sangat sedikit. Oleh karena itu ESDMmengeluarkanPermen No. 27 th 2014 guna mendorong pemanfaatan biomassa (PLTBm) dan biogas (PLTBg) seoptimal-mungkin menjadi listrik.

Program jangka pendek Kementrian ESDM meliputi promosi investasi, insentif fiskal dan pajak, kebijakan penetapan harga energi, penyebarluasan informasi, dan penelitian dan pengembangan.

PTSemen Indonesia(Persero) Tbk. PT Semen Padang, dan PT Semen Tonasa telah memanfaatkan biomassa sebagai pengganti batubara.

PTGrowth Asiadi bawahGSG/Growth Steel Group(PLTU Biomassa, 2x15 MWe dengan TKDN 70%,Rp10miliar/MWdariBCABioler/Indon, generator/turbin/Tiongkok, modul pengatur turbin/AS) memanfaatkan limbah kering cangkang sawit (1 kWh listrik perlu1,2 kgcangkang), serat sawit, sekam padi, bonggol jagung, serbuk kayu, ampas tebu, dll. untuk menapis listrik.PLTU sejenis sudah dibangun di Medan/Sumatera:PTGSI /Growth Sumatra Industry, Unit-1excess power6 MW, COD Des 2008; Unit-2Excess Power9MW, COD Nov 2010. Medan/Sumatera ( PT GA / Growth Asia, Unit-1,excess power10 MW, COD Okt 2011; Unit-2excess power10 MW, COD Juni 2012; Simalungun/Sumatera: PT HS / Harkat Sejahtera, Unit-1 PLTU 2x15 MW, COD April 2013; Unit-2: - (no info) Jambi/Sumatera: PT RPSL / Rimba Palma Sejahtera Lestari, PLTU 2x15 MW, COD awal 2013; Cilegon/Jawa: PTIndocoke, Unit-1 PLTU 1x15 MW (Clean energy + HRSG); COD Maret 2013; UNit-2 PLTU 1x15 MW PLTU sedang direncanakan: Pontianak (PNK), Banjarmasin (BDJ), Balikpapan (BPN), Pekan Baru (PKU), Palembang (PLM), dll

Kelapa Sawit

Indonesia adalah produsen kelapasawitterbesardi dunia dengan areal sekitar10,9juta Ha (2014) (milik rayat / Perkebunan rakyat 41,55%, Negara (PTPN) 6,83%, swasta asing 1,54%, sisanya swasta nasional/lokal 50,08%). Produksi CPO sekitar29,3 juta ton(2014) terdiri atas milik rakyat 10,68juta ton, Negara 2,16juta ton, dan swasta 16,5juta ton. Sebelumnya (2013), produksi CPO sekitar24juta ton (18 juta ton CPO/th diekspor) dengan potensi biomassa dari residu minyak kelapa sawit dan350pabrik minyak kelapa sawit dalam jumlah besar pula, berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sekitar27,5juta ton basah (1ton TBS/Tandan Buah Segar menghasilkan 200 kg CPO, limbah TKKS 250 kg, dan limbah cair 0,5 m3).

Masih ada limbah sawit lain, seperti pelepah4%, cangkang 6,5%, serat 13%. Pemerintah melarang membakar TKKS langsung guna menghindari pencemaran udara. Riau sedang membangun PLTGBm Sencalang 140 kW (250-300 KK) dari pelepah sawit diSiak dan Inhil.KEI (PT Kreatif Energi Indonesia) membangun PLTBiogas 4 MW dari limbah cair kelapa sawit pertama di Langkat, Sumut, dengan investasi Rp.20miliar. Nurhuda(dosen Unbraw, Malang, Jatim) memanfaatkan cangkang sawit (kulit, batok sawit) sebagai bahan bakar kompor ciptaannya Biomass UB 03-1 (isi 1 kg, laju bakar 10 gr/menit selama 100 menit) yang bersistem semi-gasifikasi dengan aliran udara alamitanpa listrik sama sekali. Limbah cangkang tersedia sekitar 5% dari TBS, atau sekitar 5 juta ton/tahun dengan harga Rp300/kg di Kalimantan dan Sumatra, atau sekitar Rp1000,- di Jawa yang mampu mencukupi bahan bakar kompor untuk 13 juta keluarga di Indonesia. BPPT danAIST(National Institute for Advance Industrial Science & Technology)Jepang yang didukung oleh NEDO (New Energy and Industrial Technology Development Organization) bekerjasama (viaMoU) meneliti, mengembangkan, dan merekayasa teknologi biomassa untuk pembangkit listrik. Kerjasama Pemerintah danFinlandiamembuahkan dana hibah 4 juta Euro selama 3 tahun (2011-2014) dan melahirkan22proyek EBT (14 di Provinsi Riau, dan 8 di Kalteng) yang berupa studi kelayakan investasi, demonstrasi, basis industri, dan pengembangan kapasitas (15 desa menggunakanbiogasdari limbah pertanian, 1 unit biogas untuk pabrik tepung terigu, 1 unit pemanfaatan kotoran manusia). Pemprov Bangka Belitung merencanakan membangun pembangkit listrik berbasisbiomassaTKKS.Pasokan bahan baku TKKS dari kebun sawit seluas 80.000 Ha akan menghasilkan 20 MW. PTAjiubayamemanfaatkan biomassa di Sampit (Kaltim) dengan kapasitas 4-6 MW. PT Boma Bisma Indra memanfaatkan gasifikasi biomassa pada mesin diesel (listrik dan mesin giling) dengan kapasitas 18 kW di beberapa daerah di Kalimantan, Sumatra, dan Sulut.

Ampas Tebu

Penggunaanampas tebu(bagas): sebagai bahan bakar PLTBm,bioetanol, kompos, pakan ternak, bahan baku industrikertas(tissu),particleboard,fibreboard,silika gel, media tanam (jamur tiram),adsorsiminyak bebas dalam minyak jelantah,arang aktif, dll. Pabrik gula Ngadirejo, Kediri, Jatim, menyisakanampas tebuyang cukup besar jumlahnya, sebagai BB PLTU Biomassa untuk menghasilkan listrik (8 MW) dan uap untuk kebutuhan pabrik. Tebu segar 6200 ton/hari menghasilkan 30-40% ampas tebu (sekitar 1860-2480 ton/hari). Listrik yang diperlukan di pabrik hanya 4,5 MW maka sisanya (3,5 MW) dijual kepada PLN.

Batok Kelapa

Pemerintah akan membangun PLT Biomassa berbasisbatok kelapadari Wonosobo/Kalimantan di Pulau Karimunjawa, Jawa Tengah dengan daya 0,5MW (2015). Hal itu dimaksudkan untuk mengganti PLTD BBM yang saat ini beroperasi sangat mahal (Rp. 3 miliar/tahun). PLNSulut,Sulteng, dan Gorontalo juga memanfaatkan batok kelapa sebagai umpan PLT Biomassa (daya per unit 0,1 MW).Pulau-pulau kecil di sekitar Gorontalo adalah produsen kopra, sehingga limbah seperti batok & serabut kelapa, ranting pohon, cangkang pala, dll cukup melimpah, sehingga beberapa unit PLTBm sangat memungkinkan untuk dibangun di sana.

Pelet Kayu/Limbah Kayu

Kaliandra Merah

Kebutuhan Eropa:15 juta ton(th 2013), Indonesia baru memenuhi 40 ribu ton th 2009.Peletkayu digunakan untuk energi pemanas rumah tangga (musim dingin), energi dapur masak, dan energi pembangkit tenaga listrik khusus pelet kayu dan sebagaicampuranBB batubara pada PLTUbatubara.

Kayukaliandra(merah) yang banyak pula ditanam diMaduramempunyai nilai kalori yang tinggi (di samping bunganya yang disukai lebah madu), sehingga dijadikan tanamanperintisuntuk menghijaukan lahan marjinal/kritis.

Harga kayu kaliandra Rp.367ribu/ton atau peletnya Rp.1,4-2,5juta/ton.

Bahan bakar PLTU batubara kadangkala dicampur dengan pelet kayu kaliandra merah dengan sistemCo-firingatauco-combustionyang ditambah alatgrate stoker. Jarak sumber pelet kayu terhadap PLTBm sebaiknya kurang dari 80km guna mengurangi biaya transportasi.

Jepangmemanfaatkan dahan & ranting kayu (30% dari pohon tebangan) guna membangun industri ET di Bengkulu sebagaipilot projectdi Indonesia (bila sukses akan diteruskan ke Kalimantan, Sulawesi, dan Papua). PLN danGeneral ElectricInternational Operation Co. bekerjasama membangun 2 unit PLTBm (2x0,5 MW) (dari serpihan kayu/tumbuhan organik) di Bali & P. Sumba (NTT) yang melahap lahan sekitar 100 Ha. PLTBmMorowali10 MW, Sulteng, dibangun oleh PT PLN (via anak perusahaannya, PT Prima Layanan Nasional) bekerjasama dengan Pemda Morowali senilai Rp.30miliar berbahan bakar kayu kaliandra merah yang banyak tersedia di daerah tsb. Pembangkit tsb ditujukan untuk melistriki industri smelter NPI (Nickel Pig Iron) dan menjamin ketersediaan listrik masyarakat. COD sekitar 2017/2018. Investor Korsel, hasil kerjasama Korsel-Indonesia yang diteken Indonesia 6/3/2009 di bidangwood pellet energy,PT Indoco Groupmembangun HTI seluas 200 ribu Ha dengan dana Rp.3 triliun guna memanfaatkan "pelet kayu" di Sulbar.Indoco group melalui PTBara Indoco(68.015 Ha) dan PTBio Energy Indoco(21.580 Ha) sudah menanam 89.595 Ha (45%). Sebelumnya, ia telah membangun pabrikpelet kayu(berdiameter 6-10 mm dan panjang 10-30 mm, dengan energi setara 4,7 kWh/kg) di Wonosobo, Jateng dengan kapasitas 200 ribu ton/tahun yang menggunakan kayu hutan rakyat dan limbah industri gergaji, limbah tebangan dan limbah industri kayu lain. PTSolarPark Energy(Korsel) dan Perum Perhutani III mengolah limbah kayu sengon dan kaliandra di Wonosobo dengan investasi Rp42 miliar. Medco Energy via PT Selaras Inti Semesta membangun HTI seluas 169.400 Ha guna memproduksi 200 ribu ton chip/tahun.

Gambut/Tanah Organik/Tanah Rawang/Tanah Danau

Gambut itubahan bakar(tahap awal pembentukan batubara, sebagai pengganti batubara kadar rendah), dan kelimpahannya di Indonesia ternyata sangat luas,keempat terbesar di dunia (20,6jutaHa, 10,8%) setelah Kanada (170juta Ha), Rusia (150 Ha), dan AS (40 juta Ha).

Gambut tersebar di Sumatera (~35%, dataran rendah pantai Timur, terutama diRiau, Sumsel, Jambi, Sumut, dan Lampung), Kalimantan (~30%, Kalteng, Kalbar), Papua (~30%, Papua Barat, Papua, Papua Timur), dan Sulawesi (~3%). Ketebalan gambut di Indonesia diperkirakan rerata3-5 mdi bagian Barat, dan 1-2 m di bagian Timur.

Gambut terbentuk, karena curah hujan merata sepanjang tahun dan topografi tak rata, sehingga banyak daerah cekungan dengan genangan air disertaionggokanbahan organik.

Suasana kurang oksigen membuat tanaman lambat hancur, menyerap karbon, dan membentuk lahan tersusun oleh bahan organik dengan ketebalan hingga 20 meter. Kegunaan gambut lainnya adalah untukmenyuburkanrerumputan yang kering di musim kemarau dengan cara cukupmenaburkannyadi atas rumput.

Kemampuan gambut menyerap & menahan air dimanfaatkan untuk menumbuhkan tanaman (tomat,blueberries,bawang merah, nenas, dll) tanpa perawatan.

Statuslahan gambut Indonesia (Sumatera, Kalimantan, dan Papua):Hutan(sebagian besar dibalak, 61%);Terbakar(7%);Semak belukar(tidak ada hutan, terganggu, 24%); dan Dibudidayakan/ dikelola (5%).

Sekitar 23% luasan lahan gambut berada di tangan para pemegang konsesi (sawit, dan kayu) baik digunakan maupun tidak, yang akan terus terdegradasi, dan sul