2
Epidemiologi Malnutrisi Masalah gizi pada anak balita di Indonesia telah mengalami perbaikan. Hal ini dapat dilihat antara lain dari penurunan prevalensi gizi buruk pada anak balita dari 5,4% pada tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun 2010. Meskipun terjadi penurunan, tetapi jumlah nominal anak gizi buruk masih relatif besar. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi provinsi NTB untuk gizi buruk dan kurang adalah 24,8%. Bila dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG untuk NTB sebesar 24,8% berada di atas nasional yang 18,5% maka NTB belum melampaui target nasional 2015 sebesar 20%. Berdasarkan Riskesdas tahun 2010, dikatakan bahwa prevalensi gizi buruk NTB sebesar 10,6% (Tim Penyusun, 2011). Sedangkan menurut data hasil pemantauan status gizi (PSG) tahun 2009 tahun 2009 prevalensi gizi buruk di NTB sebesar 5,49 dan tahun 2010 turun menjadi 4,77 ( Kemenkes RI, 2011). Angka kasus gizi buruk di tahun 2013 masih sangat tinggi di sejumlah daerah. Di aceh sepanjang tahun 2013 sebanyak 1034 bayi meninggal dunia akibat kekurangan gizi. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 5% jika dibandingkan tahun 2012 yang hanya 985 balita. Provinsi Banten pada tahun 2013 sebanyak 7213 balita mengalami gizi buruk. Padahal APBD Banten mengelokasikan dana cukup besar untuk penanggulanan kasus gizi pada balita. Pada tahun 2010 sekitar 2,5 miliar, naik pada tahun 20111 menjadi 5,4 milia, dan pada 2012 menjadi sekitar 9,7 miliar. Besarnya dana

Epidemiologi Malnutrisi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sistem GIT

Citation preview

Page 1: Epidemiologi Malnutrisi

Epidemiologi Malnutrisi

Masalah gizi pada anak balita di Indonesia telah mengalami perbaikan. Hal ini

dapat dilihat antara lain dari penurunan prevalensi gizi buruk pada anak balita dari 5,4%

pada tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun 2010. Meskipun terjadi penurunan, tetapi

jumlah nominal anak gizi buruk masih relatif besar.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi provinsi NTB

untuk gizi buruk dan kurang adalah 24,8%. Bila dibandingkan dengan target

pencapaian program perbaikan gizi tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG untuk

NTB sebesar 24,8% berada di atas nasional yang 18,5% maka NTB belum melampaui

target nasional 2015 sebesar 20%. Berdasarkan Riskesdas tahun 2010, dikatakan

bahwa prevalensi gizi buruk NTB sebesar 10,6% (Tim Penyusun, 2011). Sedangkan

menurut data hasil pemantauan status gizi (PSG) tahun 2009 tahun 2009 prevalensi

gizi buruk di NTB sebesar 5,49 dan tahun 2010 turun menjadi 4,77 ( Kemenkes RI,

2011).

Angka kasus gizi buruk di tahun 2013 masih sangat tinggi di sejumlah daerah. Di

aceh sepanjang tahun 2013 sebanyak 1034 bayi meninggal dunia akibat kekurangan

gizi. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 5% jika dibandingkan tahun 2012 yang

hanya 985 balita. Provinsi Banten pada tahun 2013 sebanyak 7213 balita mengalami

gizi buruk. Padahal APBD Banten mengelokasikan dana cukup besar untuk

penanggulanan kasus gizi pada balita. Pada tahun 2010 sekitar 2,5 miliar, naik pada

tahun 20111 menjadi 5,4 milia, dan pada 2012 menjadi sekitar 9,7 miliar. Besarnya

dana yang dianggarkan tidak berdampak, kasusu gizi buruk tetap saja tinggi setiap

tahunnya.

Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Standar

Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta : Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan

Ibu dan Anak.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Prevalensi Status Gizi Balita Menurut

Provinsi. http://gizi.net/download/statgizi-nas-riskesdas%202007.pdf. Diakses pada

tanggal 16 Pebruari 2015.