45
Tugas Kelompok Mata Kuliah : Epidemiologi Gawat Darurat EPIDEMIOLOGI NARKOBA Oleh : Nafisah L Tamher 1020012 M. Jibra Syafar 0910060 Gregoria Lilis W Pati 0910017 Yohanna kornelia Wea una 0810114

Epidemiologi Narkoba

Embed Size (px)

DESCRIPTION

soal epidmeiologi narkoba

Citation preview

Page 1: Epidemiologi Narkoba

Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Epidemiologi Gawat Darurat

EPIDEMIOLOGI NARKOBA

Oleh :

Nafisah L Tamher 1020012

M. Jibra Syafar 0910060

Gregoria Lilis W Pati 0910017

Yohanna kornelia Wea una 0810114

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA

MAKASSAR

2011

Page 2: Epidemiologi Narkoba

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Epidemiologi Gawat Darurat dengan mengambil topik pembahasan tentang Epidemiologi Narkoba.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Dosen mata kuliah Epidemiologi gawat darurat yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah dan semua pihak yang telah membantu dalam merampungkan makalah ini.

Kami sadar bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kesempurnaan maka kami mengharapkan kritik dan saran agar dapat melengkapi makalah ini.Semoga dapat memberikan manfaat yang sebesar besarnya bagi kita sekalian

Makassar 6 Januari 2012

Penyusun

Page 3: Epidemiologi Narkoba

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….1

1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………………..1

1.2 TUJUAN……………………………………………………………………4

1.3 MANFAAT…………………………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………...6

2.1 PANDEMI NARKOBA…………………………………………………….6

2.2 JENIS NARKOBA…………………………………………………………10

2.3 LINGKARAN MASALAH NARKOBA…………………………………...15

2.4 PEMAKAIAN & PENYALAHGUNAAN NARKOBA……………………16

2.5 DAMPAK PEMAKAIAN NARKOBA…………………………………….17

2.6 SIKAP TERHADAP NARKOBA…………………………………………..19

2.7 PARTISIPASI MASYARAKAT……………………………………………..24

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………..iii

3.1 KESIMPULAN……………………………………………………………...iii

3.2 SARAN……………………………………………………………………..iii

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………iv

BAB III

Page 4: Epidemiologi Narkoba

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang dilakukan tidak untuk maksud pengobatan,tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya dalam jumlah berlebih,secara lebih kurang teratur,dan berlangsung cukup lama,sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik,mental,dan kehidupan sosialnya

2. Ada tiga faktor penyebab terjadinya masalah penyalahgunaan narkoba.Ketiganya adalah faktor narkoba,individu dan lingkungan.Harus ada ketiga faktor tersebut baru terjadi penyalahgunaan maka upaya pencegahan dan penanggulangan pun harus melibatkan ketiga faktor ini agar dapat berhasil.

3. Masalah penyalahgunaan narkoba memiliki dimensi individu dan dimensi sosial

4. Diperlukan peran serta semua pihak baik keluarga, masyarakat, maupun pemerintah dalam pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba

3.2 SARAN

1. Diperlukan adanya kepekaan dari masyarakat tentang upaya pencegahan dan penanggulangan masalah narkoba,hal ini dapat dilakukan dengan cara:memperbanyak kegiatan kegiatan dilingkungan yang dapat menampung kreativitas dan penyaluran kegiatan-kegiatan yang bersifat positif bagi Remaja

2. Tingkatkan sosialisasi tentang efek narkoba dan penanggulangan bagi penyalahguna narkoba.

Page 5: Epidemiologi Narkoba
Page 6: Epidemiologi Narkoba

DAFTAR PUSTAKA

Budianto. 1989. Narkoba dan Pengaruhnya, Ganeca Exact : Bandung

Dr Lidya Harlina Martono, 2003,Peran Orang Tua dalam Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba(Edisi I,Jakarta,PT Balai Pustaka)

Dr Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana,2002, Pencegahan dan penanggulangan Penyalahgunaan narkoba berbasis sekolah,Jakarta,Balai pustaka

Dr Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana,2008,MembantuPemulihan Pecandu Narkoba dan Keluarganya,Jakarta,Balai pustaka

http://hobarthwilliams.wordpress.comdiakses pada tgl 7 Januari 2012 pukul 20.00 WIT

http://www.gemari.or.id/artikel/1634.shtmldiakses pada tgl 7 Januari 2012 pukul 20.15 WIT

http://depdiknas.go.id, Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Edisi 36. Di akses pada tanggal 8 Januari pukul 10.00 WIT

one.indoskripsi.com/click/272/0 diakses pada tanggal 10 Januari 2012 pada pukul 21.15 WIT

www.g-excess.com/id/kesehatan/narkoba diakses pada tanggal 10 Januari pukul 21.35 WIT

www.bnn.go.id/konten.php diakses pada tanggal 8 Januari 2012 pukul 18.35 WIT

Page 7: Epidemiologi Narkoba

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Dampak globalisasi yang sampai saat ini terasa adalah adanya sesuatu yang serba cepat dan hampir terjadi disemua aspek kehidupan baik di lingkup lokal, regional, nasional maupun internasional. Perubahan yang terjadi dengan demikian cepatnya ini menyebabkan keharusan agar diadakan perubahan pada hal-hal yang sifatnya sepele atau mendasar, misalnya tuntutan untuk memenuhi hidup. Akibatnya bagi mereka yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya tersebut, seringkali menjadi rentan dan rawan pada kondisi dan situasi yang mengakibatkan penyimpangan atau pelanggaran norma-norma baik hukum, masyarakat/sosial bahkan norma agama.

Penyalahgunaan narkoba di Dunia sudah sangat meningkat dengan beragam jenis narkotika yang dipergunakan,untuk kategori penggunaan ganja tahun 2005 jenis penggunaan ganja 160,9 juta orang ,ATS 4,1 juta orang,Kokain 10,1 juta orang,Opiat 15,9 % dan pemakaian heroin sebanyak 10,6 %.

Pada akhir tahun 2003 diperkirakan terdapat 13,2 juta pengguna narkoba suntikan di dunia. Sekitar 22% di antaranya hidup di negara maju, sedangkan sisanya berada di negara yang sedang berkembang atau sedang mengalami transisi. Di Eropa Barat terdapat sekitar 1 juta sampai 1,4 juta pengguna narkoba suntikan (9,41%), sedangkan di Eropa Timur dan Asia Tengah mencapai 2,3 sampai 4,1 juta (24,18%). Di Asia Selatan dan Asia Tenggara jumlahnya jauh lebih banyak lagi yaitu mencapai 5,3 juta (25,36%). Sementara di Asia Timur dan Pasifik 4 juta orang (17,66%), Afrika Utara dan Timur Tengah 0,6 juta orang, Amerika Latin 1,3 juta, Amerika Utara 1,4 juta, Australia dan Selandia Baru hanya sekitar 298.000 orang (Djauzi, 2007).

Dalam jangka 5 (lima) tahun terakhir (2006–2010), terjadi Peningkatan kasus kejahatan narkoba. Pada tahun 2006, Polri berhasil mengungkap 17.355 kasus, 2007 sebanyak 22.630 kasus dan pada

Page 8: Epidemiologi Narkoba

2008 sebanyak 29.364 kasus. Selanjutnya terjadi peningkatan trend pada tahun 2009, total kasusnya adalah 30.878 sedangkan untuk tahun.2010 sebanyak 26.614 kasus

Tabel 1.1 Data kejadian narkoba di indonesia   

                 Sumber :DirektoratTindakPidanaNarkobaBareskrim POLRI

Sebuah rumah sakit utama di Jakarta mencatat bahwa pada 1999 terjadi enam kematian akibat overdosis dalam waktu hanya satu bulan. Sebagai perbandingan, di Jakarta saja, terdapat sekitar 13 ribu pecandu. Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO), salah satu rumah sakit yang mengkhususkan diri dalam penanganan masalah

ketergantungan narkoba, melaporkan adanya kenaikan jumlah pasien dalam periode tertentu dan penurunan pada periode lain

.

Page 9: Epidemiologi Narkoba

Tabel 1.2 Jumlah kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap RSKO Jakarta tahun 1997-2004 (RSKO Jakarta)

Namun perlu dicatat pula bahwa angka tersebut tidak dapat dikatakan menggambarkan kondisi sesungguhnya. Banyak orang yang memilih tidak melaporkan keterlibatan mereka dengan narkoba dan menyelesaikan hal itu sendiri (misal ke pesantren dan panti rehab) sehingga tidak tercatat. Alasan utamanya biasanya karena malu akan sanksi sosial bila ketahuan ada anggota keluarga yang terlibat.

Generasi muda atau remaja termasuk didalamnya mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat, tapi mempunyai kedudukan yang lebih terhormat karena mempunyai peluang yang sangat besar dalam meneruskan perjuangan para pahlawan terdahulu, meskipun konteksnya berbeda.

Sejarah telah membuktikan bahwa generasi muda yang berkualitas berperan mendorong gerak laju pembangunan bangsa melalui berbagai gerakan pembaharuan di berbagai bidang. Tentu saja hal ini diharapkan akan terus berlanjut, terutama dalam meyelamatkan generasi dan bangsa Indonesia dari bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba dan kawan-kawan.

Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan yang mengandung zat adiktif/berbahaya dan terlarang) belakangan ini amat populer di kalangan remaja dan generasi muda bangsa Indonesia, sebab penyalahgunaan narkoba ini telah merebak ke semua lingkungan, bukan hanya di kalangan anak-anak nakal dan preman tetapi telah memasuki lingkungan kampus dan lingkungan terhormat lainnya.

Page 10: Epidemiologi Narkoba

Narkoba saat ini banyak kita jumpai di kalangan remaja dan generasi muda dalam bentuk kapsul, tablet dan tepung seperti ekstasy, pil koplo dan shabu-shabu, bahkan dalam bentuk yang amat sederhana seperti daun ganja yang dijual dalam amplop-amplop.

Tabel 1.3 Pelajar pengguna narkoba

(Sumber :DirektoratTindakPidanaNarkobaBareskrim POLRI)

Sementara menyinggung dampak penyalagunaan narkoba secara ekonomi, ia mengatakan, sesuai hasil survei BBN bekerja sama dengan Universitas Indonesia (UI) diketahui, kerugian ekonomi dari komsumsi narkoba pada 2008 mencapai Rp15,37 triliun.

Kerugian ekonomi dari konsumsi narkoba itu tertinggi di Jawa Timur dengan jumlah kerugian sebanyak Rp3,85 triliun, disusul Jawa Tengah Rp1,25 triliun dan DKI Jakarta Rp1,15 triliun. Sedang selebihnya tersebar di 30 provinsi lainnya di Indonesia.

Dapat dibayangkan, jika dana itu dimanfaatkan untuk membangun sektor pendidikan, tentu generasi Indonesia akan lebih berkualitas. Namun kenyataannya dana triliunan rupiah itu hanya dipakai membeli narkoba yang justru menghancurkan generasi bangsa yang ujung-ujungnya menghancurkan negara ini

Saat ini para orang tua, mulai dari ulama, guru/dosen, pejabat, penegak hukum dan bahkan semua kalangan telah resah terhadap narkoba ini, sebab generasi muda masa depan bangsa telah banyak terlibat di dalamnya.Akibat leluasannya penjualan narkoba ini, secara umum mengakibatkan timbulnya gangguan mental organik dan pergaulan bebas yang pada gilirannya merusak masa depan bangsa.

Page 11: Epidemiologi Narkoba

1.2 TUJUAN

a. Tujuan UmumSetelah mempelajari makalah ini diharapkan agar mahasiswa dapat memiliki gambaran tentang epidemiologi narkoba

b. Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui tentang pandemi narkoba2. Untuk mengetahui tentang jenis-jenis narkoba3. Untuk mengetahui lingkaran masalah narkoba4. Untuk mengetahui tentang pemakaian dan

penyalahgunaan narkoba5. Untuk mengetahui dampak pemakaian narkoba6. Untuk mengetahui sikap terhadap narkoba7. Untuk mengetahui tentang partisipasi masyarakat pada

penyalahgunaan narkoba

1.3 MANFAAT

1. Mendapatkan pengetahuan tentang pandemi narkoba2. Mendapatkan pengetahuan tentang jenis-jenis narkoba3. Mendapatkan pengetahuan tentang lingkaran masalah narkoba4. Mendapatkan pengetahuan tentang pemakaian dan

penyalahgunaan narkoba5. Mendapatkan pengetahuan tentang dampak pemakaian narkoba6. Mendapatkan pengetahuan sikap terhadap narkoba7. Mendapatkan pengetahuan tentang partisipasi masyarakat pada

penyalahgunaan narkoba

Page 12: Epidemiologi Narkoba

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 PANDEMI NARKOBA

Luas dan meluasnya masalah narkoba sudah hampir tidak disangkal. Narkoba telah menyerang semua pihak,berada pada semua tempat dan menyebar keseluruh pelosok dunia dan mengancam,dan bisa terjadi pada setiap saat.narkoba telah masuk ke kehidupan individu keluarga komunitas tertentu dan masyarakat luas. Semua negara sudah mengalaminya dan seluruh bagian atau sudut negara telah dimasuki sampai kebagian kota dan desa,pantai dan pegunungan,daerah kaya dan miskin. Semua tempat bisa menjadi tempat narkoba disalahgunakan,bisa dalam rumah,sekolah kantor,tempat minum diskotik restoran dan hotel berbintang.masalah dan keberadaan narkoba sudah mencapai tingkat pandemic.

Page 13: Epidemiologi Narkoba

Jika narkoba menyerang kelompok individu maka serangannya bisa kesemua kelompok umur,pekerjaan dan tanpa memandang jenis kelamin.Bisa mengenai bayi karena ibunya seorang pecandu,merusak seorang olahragawan yang berprestasi,dan generasi muda atau anak sekolah yang sedang belajar. Narkoba bisa bergerak dengan cepat dari satu tempat ketempat lainnya ,bisa merebak masuk kedesa karena ada kelompok tertentu yang membawanya dalam rangka memburu keuntungan atau dibawa oleh pemakai narkoba atau terikut pada kantong kantong turis sebagai hasilnya,jumlah korban melejit dgn cepat dan tidaklah mudah memastikan berapa jumlah korban narkoba ini baik ditingkat telah cukup banyak korban narkoba bahkan semakin meluas jumlah korban dan tempat terjadinya penyalahgunaan narkoba.

Fakta yang paling memprihatinkan adalah semakin banyaknya remaja yang memulai perkenalannya dengan narkoba pada usia yang sangat muda, yaitu : menghisap rokok pada usia 6 tahun dan menggunakan obat obat-obatan / heroin / narkoba jenis lain pada usia 10 tahun. Hal lain yang juga perlu mendapat perhatian yang serius adalah semakin meningkatnya populasi penderita HIV/AIDS di kalangan pecandu, narkoba dengan cara suntikan (IDU). Menurut laporan saat ini ada 50 % - 78 %  pengguna narkoba jarum suntikan adalah pengidap HIV (Djauhari dan Djoerban, 2002 dalam website Ditjen Pelayanan dan Rehab Sosial, Depsos RI, 2008).

Hal ini dapat dilihat dari data berikut ini :

Tabel 2-1 Data pemakai pemakai narkoba berdasarkan tingkat pendidikan      

 Sumber :DirektoratTindakPidanaNarkobaBareskrim POLRI

Page 14: Epidemiologi Narkoba

Karakteristik penyalahguna Napza di kalangan siswa dan mahasiswa menunjukkan bahwa lebih dari separuh penyalahguna Napza berada pada kelompok usia 15-19 tahun (58%), terutama pada mereka yang duduk di bangku SLTA (94%). Pada kelompok usia kurang dari 15 tahun penyalahguna lebih banyak berada di kabupaten, sedangkan pada kelompok usia diatas 20 tahun lebih banyak ada di kota.

Diperkirakan angka penyalahguna Napza suntik ada sekitar 2 dari 1000 pelajar/mahasiswa yang disurvei atau sekitar 2,4% dari yang pernah menyalahgunakan Napza. Irjabar (5 per 1000) dan Maluku (4 per 1000) adalah propinsi yang paling banyak ditemukan angka penyalahguna Napza cara suntik. Di tingkat SLTP ada 2 propinsi yang cukup tinggi yaitu NTT dan Irjabar sekitar 4 per 1000 responden. Di tingkat SLTA, di Papua ada sekitar 8 dari 1000 responden yang pernah menyuntik. Selanjutnya DKI Yogyakarta (16 per 1000), DKI Jakarta (15 per 1000), dan Jawa Tengah (14 per 1000) adalah 3 propinsi tertinggi angka menyuntiknya di PT (Survey Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di Indonesia, BNN, 2006).

Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 2.2 dibawah ini :

Page 15: Epidemiologi Narkoba

Tabel 2.2 data pemakai narkoba berdasarkan umur   

          Sumber :DirektoratTindakPidanaNarkobaBareskrim POLRI

Diperkirakan angka penyalahguna Napza suntik ada sekitar 2 dari 1000 pelajar/mahasiswa yang disurvei atau sekitar 2,4% dari yang pernah menyalahgunakan Napza. Irjabar (5 per 1000) dan Maluku (4 per 1000) adalah propinsi yang paling banyak ditemukan angka penyalahguna Napza cara suntik. Di tingkat SLTP ada 2 propinsi yang cukup tinggi yaitu NTT dan Irjabar sekitar 4 per 1000 responden. Di tingkat SLTA, di Papua ada sekitar 8 dari 1000 responden yang pernah menyuntik. Selanjutnya DKI Yogyakarta (16 per 1000), DKI Jakarta (15 per 1000), dan Jawa Tengah (14 per 1000) adalah 3 propinsi tertinggi angka menyuntiknya di PT (Survey Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di Indonesia, BNN, 2006).

Fakta menunjukkan dari 3,81 juta pengguna narkoba di Indonesia, sebanyak 232 di antaranya adalah  perempuan.Tidak hanya itu, populasi perempuan di Indonesia cukup besar, yakni mencapai 49,9 persen. Semakin banyak  perempuan yang menjadi pengguna narkoba, maka nasib generasi bangsa ke depan makin terancam.Kalau digabung perempuan dengan anak, maka jumlahnya mayoritas,  yakni mencapai 70 persen. Anak yang  dimaksud adalah mereka yang berusia di bawah 18 tahun.Menurut data yang dilansir BNN tahun  2010  pengguna narkoba di Indonesia  mencapai 3,6 juta orang.

Page 16: Epidemiologi Narkoba

Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 2.3 Data pemakai narkoba berdasarkan jenis kelamin

 Sumber :DirektoratTindakPidanaNarkobaBareskrim POLRI

Tidak hanya itu, populasi perempuan di Indonesia cukup besar, yakni mencapai 49,9 persen. Semakin banyak  perempuan yang menjadi pengguna narkoba, maka nasib generasi bangsa ke depan makin terancam.Kalau digabung perempuan dengan anak, maka jumlahnya mayoritas,  yakni mencapai 70 persen. Anak yang  dimaksud adalah mereka yang berusia di bawah 18 tahun.Menurut data yang dilansir BNN tahun  2010  pengguna narkoba di Indonesia  mencapai 3,6 juta orang. Yang lebih mengenaskan ternyata pengguna narkoba  generasi muda dan usia produktif, yakni 20-34 tahun adalah pengguna narkoba terbanyak. Mereka terdiri dari mahasiswa dan pelajar berjumlah 921.695. Sementara sebanyak 17.734 pengguna narkoba mendapat terapi dan rehabilitasi pada 2010.

Tahun 2015 diproyeksikan kalau tidak ada penanggulangan komprehensif, prevalensi akan naik menjadi 2,8 persen atau setara dengan 5,1 juta orang menggunakan narkoba,( Gories dalam sambutannya di acara Hari Anti Narkotika Internasional di Silang Monas, Minggu 26 Juni 2011).

Jumlah pengguna narkoba suntikan di Indonesia cenderung meningkat. Sejak 3 tahun terakhir mengalami peningkatan, dari 22,2% pada tahun 2001 mengalami peningkatan menjadi 46,9% pada tahun

Page 17: Epidemiologi Narkoba

2002, dan meningkat kembali menjadi 61,8% pada 2003. Indonesia ternyata telah merupakan salah satu negara di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara dengan jumlah pengguna narkoba suntikan yang cukup tinggi melampaui 100.000 orang selain Bangladesh, India, Iran, Pakistan, Malaysia, Myanmar, dan Vietnam. Pengguna narkoba suntikan di Indonesia pada mulanya tidak banyak hal ini karena kebanyakan dari pengguna narkoba suntik hanya terdapat di kota-kota besar saja, tetapi saat ini sudah didapati pengguna narkoba suntikan di kota-kota kecil di seluruh wilayah Indonesia.Saat ini lebih dari 50% pengidap HIV adalah juga pengguna narkoba. Setiap bulannya ada 30-50 pengidap HIV baru datang untuk konsultasi atau mengecek kesehatan mereka dan sebagian besar dari mereka adalah pengguna narkoba dan berusia remaja 12-25 tahun baik laki- laki maupun perempuan, dari 1.200 orang yang menggunakan narkoba terdapat 200 orang yang menjalani test HIV didapatkan hasil test yang mengejutkan, sebanyak 93% atau 163 orang positif terkena HIV (Dewi, 2006).

Sampai saat ini narkoba masih mengancam masyarakat Indonesia meski Indonesia telah berkomitmen bebas narkoba dan HIV AIDS pada tahun 2015. Hal ini dapat kita lihat dari jumlah pengguna narkoba yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 1970 diperkirakan hanya 130.000 orang yang menggunakan narkoba dan pada tahun 2009 terdeteksi 2% penduduk pernah bersentuhan dengan narkoba atau meningkat 0,5% dibandingkan tahun sebelumnya, 2% tersebut terdiri dari 60% usia produktif dan 40% pelajar (Hapsari, 2007).

2.2 JENIS NARKOBA

Narkoba tergolong racun bagi tubuh,jika digunakan tidak sebagaimana mestinya.Racun adalah bahan atau zat,bukan makanan atau minuman yang berbahaya bagi manusia.Contoh racun adalah obat anti serangga atau anti hama,sedangkan obat adalah bahan atau zat baik sintesis,semisintetis atau alami yang berkhasiat menyembuhkan.Akan tetapi,penggunaanya harus mengikuti aturan pakai,jika tidak dapat berbahaya dan berubah menjadi racun.

Sebagian Jenis narkoba berguna dalam pengobatan tetapi karena menimbulkan ketergantungan,penggunaanya harus berhati hati dan harus mengikuti petunjuk dokter atau aturan pakai.Contoh

Page 18: Epidemiologi Narkoba

morfin dan petidin yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada penyakit kanker,obat untuk membius pasien pada waktu operasi;amfetamin untuk mengurangi nafsu makan,dan berbagai pil tidur dan obat penenang.Ada juga yang secara luas digunakan sebagai obat contohnya kodein (obat batuk )

Yang sama sekali tidak boleh digunakan pada pengobatan adalah Narkotika Golongan I ( heroin,kokain,ganja ) dan Psikotropika Golongan I (LSD,ekstasi) karena bukan golongan obat,dan potensi menyebabkan ketergantungannya sangat tinggi.

Karena bahaya ketergantungan,penggunaan dan peredaran narkoba diatur Undang-Undang yaitu Undang-Undang No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang-Undang No 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.Penggolongan jenis narkoba berikut didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku:

1. Narkotika adalah Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanamam,baik sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri.Menurut undang-undang narkotika dibagi menurut potensi menyebabkan ketergantungannya sebagai berikut :

a. Narkotika golongan I: berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan.Tidak digunakan untuk therapy. Contoh: heroin, kokain dan ganja.Puttauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk

b. Narkotika golongan II :berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan.Digunakan pada therapy sebagai pilihan terakhir. Contoh :morfin dan petidin.

c. Narkotika golongan III: berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan dan banyak digunakan dalam therapy. Contoh:kodein.

2. Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah atau sintesis bukan narkotika,yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku yang dibagi menurut potensi menyebabkan ketergantungan sebagai berikut :

a. Psikotropika golongan I :amat kuat menyebabkan ketergantungan dan tidak digunakan dalam therapy.Contoh:MDMA (ekstasi),LSD dan STP.

Page 19: Epidemiologi Narkoba

b. Psikotropika golongan II :kuat menyebabkan ketergantungan digunakan amat terbatas pada terapi: Amfetamin, metamfetamin, fensiklidin dan Ritalin.

c. Psikotropika golongan III: potensi sedang menyebabkan ketergantungan,agak banyak digunakan dalam terapi contoh: pentobarbital dan flunitrazepam

d. Psikotropika golongan IV:potensi ringan menyebabkan ketergantungan dan sangat luas digunakan dalam terapi.Contoh:diazepam,klobazam,fenobarbital,barbital,klorazepam,klordiazepoxide dan nitrazepam ( nipam,pil KB/koplo, DUM, MG, Lexo, ohyp )

3. Zat psikoaktif lain,yaitu bahan /zat lain yang bukan narkoba dan psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak.Tidak tercantum dalam peraturan perundang-undangan tentang narkotika dan psikotropika.Yang sering disalah gunakan adalah:

a. Alkohol yang terdapat dalam berbagai jenis minuman keras;

b. Inhalasia/solven yaitu gas atau zat yang mudah menguap yang terdapat pada berbagai keperluan pabrik,kantor,rumah tangga;

c. Nikotin yang terdapat pada tembakau

Penggolongan narkotika ,psikotropika dan zat adiktif lain menurut organisasi kesehatan sedunia (WHO ) dibawah ini didasarkan atas pengaruhnya terhadap tubuh manusia,sebagai berikut:

1) Opioda : mengurangi rasa nyeri dan menyebabkan mengantuk,atau turunnya kesadaran. Contoh opium,morfin,heroin,petidin.

Segolongan zat dengan daya kerja serupa.Ada yang alami,sintetik dan semisintetik.Opioda alami berasal dari opium

Page 20: Epidemiologi Narkoba

poppy(opiate) seperti morfin,opium dan kodein.Contoh opioida semi sintetik: heroin/putauw, hidromorfin.Contoh opioda sintetik:meperidine,metadon,fentanyl.Potensi menghilangkan nyeri heroin 10 kali lipat morfin;kekuatan opioid sintetik 400 kali lipat kekuatan morfin.Yang sering disalahgunakan adalah heroin.Cara pakai :disuntikkan kedalam pembuluh darah atau diisap melalui hidung setelah dibakar.Pengaruh jangka pendek:hilangnya rasa nyeri,ketegangan berkurang,rasa nyaman diikuti perasaan seperti mimpi dan rasa mengantuk.Pengaruh jangka panjang;ketergantungan dan meninggal karena OD.Dapat timbul komplikasi;sembelit,gangguan menstruasi,impotensi ,infeksi,dan kematian.

2) Ganja (marijuana,hasis);menyebabkan perasaan riang,meningkatnya daya khayal dan berubahnya perasaan waktu.

Ganja (marijuana,cimeng,gelek,hasis)mengandung THC (Tetrahydro-cannabinol) yang bersifat psikoaktif.Ganja yang biasanya dipakai berupa tanaman kering yang dirajang,dilinting dan disulut seperti rokok.Segera setelah pemakaian: cemas ,gembira,banyak bicara tertawa,cekikan , halusinasi dan berubahnya perasaan waktu dan ruang,peningkatan daya jantung,mata merah,mulut dan tenggorokan kering dan selera makan meningkat.Pengaruh jangka panjang;daya piker berkurang,motivasi belajar menurun,daya than tubuh menurun,mengurangi kesuburan,peradangan jalan napas,perubahan pada sel-sel otak.

Page 21: Epidemiologi Narkoba

3) Kokain dan daun koka,tergolong stimulansia (meningkatkan aktivitas otak dan fungsi organ tubuh lain)

Berasal dari tanaman koka,tergolong stimulansia (meningkatkan aktivitas otak dan fungsi organ tubuh lain.Digunakan dengan cara disedot melalui hidung,dirokok dan disuntikkan.Segera setelah pemakaian;rasa percaya diri meningkat,banyak bicara,rasa lelah hilang,minat seksual meningkat,halusinasi visual dan taktil,waham curiga.Pengaruh jangka panjang;kurang gizi ,anemia,sekat hidung rusak atau berkurang dan gangguan psikotik.

4) Golongan Amfetamin (stimulansia):amfetamin,ekstasi(MDMA) dan sabu (metamfetamin).

Cara pakai;diminum(ekstasi),diisap melalui hidung melalui sedotan (sabu) atau disuntikkan.Pengaruh jangka pendek:tidak tidur,rasa riang,perasaan melambung,rasa nyaman dan meningkatnya keakraban. Akan tetapi setelah itu muncul rasa tidak enak,murung,napsu makan hilang,berkeringat ,rasa haus

Page 22: Epidemiologi Narkoba

rahang kaku dan bergerak-gerak,jantung berdebar.Pengaruh jangka panjang;kurang gizi, anemia, penyakit jantung,gangguan jiwa,pembuluh darah otak pecah,gagal jantung,meninggal

5) Alkohol,yang terdapat pada minuman kerasTerdapat pada minuman keras,yang kadar etanolnya berbeda beda.minuman keras golongan A berkadar etanol 1-5 %,contoh;bir,minuman keras golongan B (5-20 %) contoh;berbagai jenis minuman anggur;minuman keras golongan C (20-45 %) contoh;Vodka,rum,gin,manson house,TKW

6) Halusinogen,memberikan halusinasi (khayal),contoh LSD.

Bentuknya seperti kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak gambar dan warna atau berbentuk pil dan kapsul.Cara memakainya adalah dengan meletakkan dibawah lidah

7) Sedativa dan hipnotika (obat penenang/obat tidur,pil BK,MG).Contoh; lexo, DUM, nipam, pil BK, MG, DUM, Rohyp. Digunakan dalam pengobatan dan pengawasan yaitu dengan resep dokter.Orang yang minum pil penenang untuk menghilangkan stress atau gangguan tidur.Pengaruhnya sama dengan alcohol,yaitu menekan kerja otak dan aktivitas organ tubuh lain(Depresan)

8) PCP (fensiklidin)9) Solven dan inhalans:gas atau uap yang dihirup,contoh thiner dan

lem.Zat pelarut yang mudah menguap dan gas berupa senyawa organic untuk berbagai keperluan rumah tangga,bengkel,kantor,industry..Sering digunakan anak jalanan denagn cara dihirup.Sangat berbahaya karena begitu diisap masuk darah dan segera ke otak.Dapat berakibat mati mendadak karena otak kekurangan oksigen.

Page 23: Epidemiologi Narkoba

10) Nikotin,terdapat pada tembakau (termasuk stimulansia).Selain nikotin,tembakau mengandung tar dan CO yang berbahaya dan zat lainnya seluruhnya tidak kurang dari 4.000 senyawa.Menyebabkan kanker paru,penyempitan pembuluh darah,penyakit jantung,dan tekanan darah tinggi.Survei menunjukkan merokok pada anak/remaja merupakan pintu gerbang pada pemakaian narkoba lain.

11) Kafein (stimulansia ) terdapat dalam kopi,beberapa jenis obat penghilang rasa sakit dan minuman penambah energi.

2.3 LINGKARAN MASALAH NARKOBA

Lahirnya masalah narkoba berkaitan dgn suatu lingkaran masalah yang ditunjang oleh 4 komponen utama:

1. Faktor materi narkobaKetersediaan materi atau zat narkoba sendiri pada dasarnya gampang karena bisa didapat langsung atau dapat dibuat dan dimodifikasi. Karena itu narkoba dapat ditemukan dimana-mana dan tersedia secara luas. Dari sektor ketersediaanya maka dapat dikatakan bahwa tidak akan terjadi kekurangan persediaan narkoba.bandingkan dengan beras yg sangat diperlukan tetapi selalu terancam kekurangan pesediaan.

2. Faktor demand/butuhDengan jumlah yg tersedia banyak didukung oleh adanya kelompok masyarakat yang membutuhkanya.Bahkan untuk narkoba, pemakai tidak saja butuh tetapi dapat berada pada posisi ketagihan bahkan ketergantungan.jika seseorang sudah ketagihan maka berapapun harganya dan dimanapunberada dan bagaimanapun sulit mendapatkannya maka seorang pemakai akan berusaha mendapatkannya keadaan ini akan menjadi lebih lengkap karena ada kelompok tertentu yang menjadi penyalur dengan keuntungan yang sangat menjanjikan.

3. Faktor suplly /pemasokan,drug trafficDengan tersedia dan banyaknya dan jenis serta modifikasi yang dapat dilakukan oleh pemakai maka narkoba itu menjadi suatu barang yang mudah didapat,tersedia disetiap waktu dan dapat

Page 24: Epidemiologi Narkoba

didistribusi (eksport import)dan disebarluaskan,maka terjadilah lingkaran narkoba yang timbulnya sangat rumit yg akan mengakibatkan sulitnya upaya yg dapat dilakukan untuk menanggulanginya

4. Faktor penunjangUntuk interaksi ketiga faktor ini maka ada unsur penunjang dengan tersedianya tempat transaksi dan tempat pemakaian seperti café,diskotik dan sebagainya. Penunjang lainnya adalah polahidup masyarakat dan status anak muda yang mudah terpengaruh dalam status umurnya sebagai remaja

2.4 PEMAKAIAN DAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

Narkoba berpengaruh pada bagian otak yang bertanggung jawab atas kehidupan perasaan,yang disebut sistim limbus.Hipotalamus-pusat kenikmatan pada otak adalah bagian dari sistim limbus.Narkoba menghasilkan perasaan “High” dengan mengubah susunan biokimia molekul pada sel otak yang disebut neuro-transmiter.

Karena pengaruhnya menimbulkan rasa nikmat dan nyaman itulah narkoba salah digunakan.Akan tetapi pengaruh itu sementara,sebab setelah itu timbul rasa tidak enak ia menggunakan narkoba lagi.Oleh karena itu narkoba mendorongnya memakai lagi.

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang dilakukan tidak untuk maksud pengobatan,tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya dalam jumlah berlebih,secara lebih kurang teratur,dan berlangsung cukup lama,sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik,mental,dan kehidupan sosialnya

Pemakaian narkoba secara berlebihan tidak menunjukkan jumlah atau dosisnya.Akan tetapi yang penting adalah bahwa pemakaiannya berakibat pada gangguan salah satu fungsi,baik fisik,psikologis maupun sosial.Gangguan fisik berarti gangguan fungsi atau penyakit pada organ organ tubuh,seperti penyakit hati,jantung dan HIV/AIDS.Gangguan psikologis meliputi cemas,sulit tidur,depresi dan paranoid ( perasaan seperti orang lain mengejar ) wujud gangguan fisik dan psikologis tergantung pada jenis narkoba yang digunakan.Gangguan sosial meliputi kesulitan dengan orang tua,teman,sekolah,pekerjaan,keuangan dan berurusan dengan polisi.

Ada beberapa pola pemakaian narkoba sebagai berikut :

Page 25: Epidemiologi Narkoba

a) Pola Coba – coba yaitu karena ingin tahub) Pola pemakaian sosial,yaitu tahapan pemakaian narkoba

untuk pergaulan ( berkumpul, acara tertentu ) agar diakui dan diterima oleh kelompoknya.

c) Pola pemakaian situasional,yaitu karena situasi tertentu misalnya kesepian ,stress dll.

d) Pola habituasi ( kebiasaan ) yaitu ketika telah memakai narkoba secara teratur/sering,terjadi perubahan pada faal tubuh dan gaya hidupnya.

e) Pola ketergantungan (konpulsif ) yaitu dengan gejala yang khas yaitu timbulnya toleransi dan atau gejala putus zat.

2.5 DAMPAK

Akibat penyalahgunaan narkobaa) Bagi diri sendiri

a) Terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal remaja:

Daya ingat,sehingga mudah lupa; Perhatian ,sehingga sulit berkonsentrasi Perasaan,sehingga tidak dapat bertindak

rasional,impulsive; Persepsi,sehingga memberi perasaan

semu/khayal Motivasi,sehingga keinginan dan kemampuan

belajar merosot,persahabatan rusak,sehingga minat dan cita cita semula padam.

b) Intoksikasi ( keracunan );gejala yang timbul akibat pemakaian narkoba dalam jumlah yang cukup berpengaruh pada tubuh dan perilakunya.Gejalanya tegantung pada jenis,jumlah dan cara penggunaanya.Istilah yang sering dipakai pecandu adalah pedauw,fly,mabuk,teller dan high.

c) Overdosis (OD): dapat menyebabkan kematian karena terhentinya pernapasan ( heroin) atau perdarahan otak (amfetamin,sabu)

d) Gejala putus zat:gejala ketika dosis yang dipai berkurang atau dihentikan pemakaiannya.

Page 26: Epidemiologi Narkoba

e) Berulang kali kambuh:ketergantungan menyebabkan craving (rasa rindu pada narkoba),walaupun telah berhenti pakai.

f) Gangguan perilaku/mental social:sikap acuh tak acuh,sulit mengendalikan diri,mudah tersinggung,marah ,menarik diri dari pergaulan hubungan dengan keluarga dan sesame teganggu.

g) Gangguan kesehatan:kerusakan atau gangguan fungsi organ tubuh,sepoerti hati,jantung,ginjal,kelenjar endokrin,alat reproduksi,infeksi(hepatitis B/C (80 %),HIV/AIDS ( 40-50 %),penyakit kulit,kelamin,kurang gizi,penyakit kulit,dan gigi berlubang.

h) Kendornya nilai nilai:mengendornya nilai nilai kehidupan agama-sosial-budaya seperti perilaku seks bebas dengan segala akibatnya

i) Masalah keuangan dan hukum: akibat keperluannya memenuhi kebutuhan akan narkoba,ia mencuri,menipu danmenjual barang barang milik sendiri atau orang lain. Yang berakibat ditangkap polisi

b) Bagi keluargaSuasana nyaman dan tentram terganggu.Keluarga

resah karena barang-barang berharga dirumah hilang.Anak berbohong mencuri,menipu,besikap kasar,acuh tak acuh dengan urusan keluarga,tak bertanggung jawab,hidup semaunya,acuh tak acuh.Orang tua merasa malu karena memiliki anak pecandu.Mereka juga merasa bersalah,tetapi juga sedih dan marah.Perilaku orang tua juga ikut berubah sehingga fungsi keluarga menjadi terganggu,orang tum eras putus asa karena masa depan anak tidak jelas,sters meningkat,kehidupan ekonomi keluarga morat marit.

c) Bagi sekolahNarkoba merusak disiplin dan motivasi yang sangat

penting bagi proses belajar.Siswa penyalahguna narkoba menggangu suasana belajar,prestasi belajar turun drastic.Penyalahguna narkoba berhubungan dengan kejahatan dan perilaku asosial lain yang menggangu ketertiban sekolah,perusakan barang barang sekolah dan

Page 27: Epidemiologi Narkoba

meningkatnya perkelahian.Banyak diantara mereka menjadi pengedar atau mencuri barang milik teman atau karyawan sekolah demi untuk mendapatkan uang.

d) Bagi masyarakat,bangsa dan Negara.Mafia perdagangan gelap selalu berusaha memasok

narkoba.Terjalin hubungan antara pengedar atau bandar dan korban sehingga tercipta pasar gelap,oleh karena itu sekali pasar terbentuk maka sulit untuk memutus mata rantai peredarannya.Masyarakat yang rawan narkoba tidak memiliki daya tahan sehingga kesinambungan pembangunan terancam.Negara menderita kerugian karena masyarakatnya tidak produktif dan tingkat kejahatan meningkat;belum lagi sarana prasarana yang harus disediakan untuk menanggulangi para pemakai narkoba.

2.6 SIKAP TERHADAP NARKOBA

a) PENCEGAHAN

Upaya yang perlu dilakukan terhadap kelompok remaja/generasi muda dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan Narkoba dilakukan dengan 3 cara intervensi yaitu:

a) Pencegahan primer

Upaya pencegahan yang dilakukan sebelum penyalahgunaan terjadi dan biasanya dalam bentuk pendidikan, kampanye, atau penyebaran pengetahuan mengenai bahaya Narkoba, serta pendekatan dalam keluarga dan lain-lain, cara ini bisa dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat dimanapun seperti: sekolah, tempat tinggal, termpat kerja dan tempat-tempat umum.

Page 28: Epidemiologi Narkoba

b) Pencegahan sekunder

Dilakukan pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatment) cara ini biasanya ditangani oleh lembaga professional dibidangnya yaitu lembaga medis seperti klinik, rumah sakit dan dokter. Tahap pencegahan sekunder meliputi: tahap penerimaan awal dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan tahap ditoksikasi dan terapi komplikasi medik dilakukan dengan cara pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap.Pencegahan sekunder berguna untuk mencegah meluasnya penyalahgunaan narkoba, menyelamatkan dan memperkuat ketahanan individu remaja dan keluarga yang mulai terkena penyalahgunaan narkoba supaya tidak terkena pengaruh lebih lanjut.Pelaksanaan pencegahan dalam bentuk penyuluhan dengan teknik ceramah, sarasehan dan diskusi.Melalui bimbingan sosial dengan kunjungan ke rumah, diskusi kelompok dan konseling, pelayanan konseling baik perorangan atau keluarga yang bermasalah dengan narkoba.

c) Pencegahan tersier

Upaya yang dilakukan untuk merehabilitas mereka yang sudah memakai dan dalam proses penyembuhan, upaya ini dilakukan cukup lama oleh lembaga khususnya seperti klinik rehabilitas dan kelompok masyarakat yang dibentuk khusus (therapeutic community). Tujuannya untuk mencegah jangan sampai para mantan korban narkoba kambuh dan relaps dan terjerumus kembali kedalam penyalahgunaan narkoba.Tahap ini dibagi menjadi dua bagian yaitu fase stabilitasi yang berfungsi untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan fase sosial dalam masyarakat agar mantan penyalahguna Narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang bermakna di masyarakat.

Penanganan narkoba memerlukan pendekatan komprehensif dalambentuk upaya melakukan pencegahan awal sebelum terjadi,mendeteksi dini mereka yang baru mengalami,mengobati

Page 29: Epidemiologi Narkoba

mereka yang sudah menjadi pecandu dan merehabilitasi sampai pada tingkat perbaikan kembali moral sampai betul betul tobat.

Pola pencegahan yang dilakukan meliputi: Informatif:Informasi mengenai apa dan bagaimana

bahaya narkotika Edukatif:mendidik kemampuan pribadi dan

masyarakat membuat keputusan pribadi yang dapat mengatasi tantangan/godaan narkoba

Pergaulan/Relationship yang positif,mampu menahan diri dari godaan teman dan bahkan dapat memperoleh bantuan dari teman sebaya secara bersama-sama menghadapi akibat narkoba

Kemasyarakatan;kesadaran narkoba sebagai masalah masyarakat semuanya,sehingga dapat diciptakan kondisi lingkungan kehidupan yang positif.

b) PENGOBATANNational Institute on Drug Abuse (NIDA) pada tahun 1999

telah mempublikasikan sebuah buku tentang terapi efektif berdasarkan penelitian di lapangan yang meliputi 13 prinsip:

1. Tidak ada satu bentuk terapi yang sesuai untuk semua2. Kebutuhan terapi harus siap dan tersedia ketika diperlukan3. Terapi yang efektif mengakomodasi kebutuhan yang

beragam, tidak hanya untuk masalah Napza saja4. Rencana terapi dan layanan lain harus dikaji secara

kontinyu dan dimodifikasikan apabila diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perubahan pada pasien

5. Berada dalam program terapi untuk periode waktu yang adekuat merupakan hal yang sangat penting untuk perubahan perilaku yang signifikan

6. Konseling (individu dan/atau kelompok) dan terapi perilaku lainnya merupakan hal yang sangat penting

7. Medikasi adalah elemen yang penting untuk banyak klien, khususnya bilamana dikombinasi dengan terapi perilaku

8. Orang dengan komorbiditas gangguan mental harus ditangani dengan cara yangterintegrasi

9. Detoksifikasi hanya merupakan langkah awal dari pengobatan gangguan penggunaan Napza dan

Page 30: Epidemiologi Narkoba

detoksifikasi hanya memberi sedikit perubahan terkait penggunaan Napza jangka panjang

10. Pengobatan yang efektif tidak harus secara sukarela11. Kemungkinan menggunakan Napza selama

pengobatan harus dimonitor secara kontinyu12. Program pengobatan harus menyediakan kajian

untuk HIV/AIDS dan infeksi lain serta konseling untuk membantu pasien merubah perilakunya baik untukHIV/AIDS dan risiko dari infeksi lainnya

13. Kepulihan dari gangguan penggunaan Napza dapat menjadi proses yang panjang dan seringkali memerlukan beberapa kali episode pengobatan

Model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu seseorang melepaskan diri dari kecanduan dan merubah perilakunya menjadi lebih baik:

a. Terapi Moral/Agama

Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta biasanya dilakukan dengan pendekatan agama/moral yang menekankan tentang dosa dan kelemahan individu.Model terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada lingkungan masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan moralitas di tempat asalnya, karena model ini berjalan bersamaan dengan konsep baik dan buruk yang diajarkan oleh agama.Maka tidak mengherankan apabila model terapi moral inilah yang menjadi landasan utama pembenaran kekuatan hukum untuk berperang melawan penyalahgunaan narkoba.

b. Terapi Sosial

Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi terhadap obat-obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan sosial (social disorder).Tujuan dari model terapi ini adalah mengarahkan perilaku yang menyimpang tersebut ke arah perilaku sosial yang lebih layak.Hal ini didasarkan atas kesadaran bahwa kebanyakan pecandu narkoba

Page 31: Epidemiologi Narkoba

hampir selalu terlibat dalam tindakan a-sosial termasuk tindakan kriminal.Kelebihan dari model ini adalah perhatiannya kepada perilaku adiksi pecandu narkoba yang bersangkutan, bukan pada obat-obatan yang disalahgunakan.Prakteknya dapat dilakukan melalui ceramah, seminar, dan terutama terapi berkelompok (encounter group). Tujuannya tidak lain adalah melatih pertanggung-jawaban sosial setiap individu, sehingga kesalahan yang diperbuat satu orang menjadi tanggung-jawab bersama-sama. Inilah yang menjadi keunikan dari model terapi sosial, yaitu memfungsikan komunitas sedemikian rupa sebagai agen perubahan (agent of change).

c. Model Terapi Medis

Model ini berakar dari beberapa konsep dalam teori fisiologis atau metabolisme, yang memandang perilaku adiksi obat sebagai sesuatu yang terjadi karena faktor etiologis atau keturunan.Ada dua macam model terapi yang berdasarkan pada konsep ini.

Pertama, yaitu konsep menyembuhkan kecanduan obat dengan menggunakan obat lain. Contohnya adalah model terapi metadon untuk pecandu opiat.Terapi ini didasarkan pada sebuah teori dari Dole dan Nyswander yang menyatakan bahwa kecanduan opiat adalah hasil dari defisiensi metabolik, sehingga harus diluruskan dengan memberikan metadon.

Kedua, yaitu konsep menyembuhkan kecanduan obat dengan cara memandang adiksi obat sebagai suatu penyakit. Dari pendekatan teori biologis ini lahirlah konsep "disease" yang apabila diterjemahkan artinya adalah "penyakit", atau bisa juga diartikan sebagai rasa tidak nyaman. Terapi untuk konsep "penyakit" ini sangat berbeda dengan terapi yang melihat perilaku adiksi sebagai penyimpangan sosial. Dalam terapi ini seorang pecandu dianggap sebagai pasien, dimana mereka akan dibina dan diawasi secara ketat oleh tim

Page 32: Epidemiologi Narkoba

dokter. Kelemahan dari terapi ini adalah sifatnya yang "keras", dimana pasien direhabilitasi dengan konsep alergi.Karena pasien mempunyai alergi terhadap narkoba, maka mereka tidak boleh mengkonsumsinya seumur hidup.

Menyadari keterbatasan ini, maka konsep adiksi sebagai penyakit sangat mementingkan perkumpulan (fellowship) dari mereka yang mempunyai penyakit kecanduan narkoba untuk menjadi pendukung satu sama lain.

d. Model Terapi Psikologis

Model ini diadaptasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk yang menyebutkan bahwa perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya karena terjadi konflik, sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk meringankan atau melepaskan beban psikologis itu. Model terapi ini mementingkan penyembuhan emosional dari pecandu narkoba yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat dikendalikan maka mereka tidak akan mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis dari terapi model psikologis ini biasanya banyak dilakukan pada konseling pribadi, baik dalam pusat rehabilitasi maupun dalam terapi pribadi.

e. Model Terapi Budaya

Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialiasi seumur hidup dalam lingkungan sosial atau kebudayaan tertentu.Dalam hal ini, keluarga seperti juga lingkungan dapat dikategorikan sebagai "lingkungan sosial dan kebudayaan tertentu".

Dasar pemikirannya adalah, bahwa praktek penyalahgunaan narkoba oleh anggota keluarga tertentu adalah hasil akumulasi dari semua permasalahan yang terjadi dalam masyarakat

Page 33: Epidemiologi Narkoba

2.7 PARTISIPASI MASYARAKAT

Mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba dengan meningkatkan kapasitas kelembagaan lintas bidang terkait, meningkatkan kualitas individu aparat, serta menumbuhkan kesadaran, kepedulian dan peran serta aktif seluruh komponen masyarakat melalui lembaga swadaya masyarakat (LSM), lembaga keagamaan, organisasi kemasyarakatan, tokoh masyarakat, pelajar, mahasiswa dan pemuda, pekerja, serta lembaga-lembaga lainnya yang ada di masyarakat. (Pendidikan, Kesehatan sosial, Sosial-Akhlak, Sosial-pemuda & OR Ekonomi-Tenaga Kerja). Mencegah terjadinya penyalahgunaan dan peredaran gelap, dengan upaya-upaya yang berbasiskan masyarakat mendorong dan menggugah kesadaran, kepedulian dan peran serta aktif seluruh komponen masyarakat dengan motto yang menjadi pendorong semangat adalah ”Mencegah Lebih baik Daripada Mengobati”, adalah:

a) Strategi Pre-emtif (prevensi tidak langsung )Merupakan pencegahan tidak langsung yaitu, menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor yang mendorong timbulnya kesempatan atau peluang untuk melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, dengan usahakegiatan dengan menciptakan kesadaran, kepedulian, kewaspadaan, dan daya tangkal masyarakat dan terbina kondisi, prilaku dan hidup sehattanpa narkoba

b) Strategi nasional usaha promotifUsaha-usaha promotif dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan pembinaan dan pengembangan lingkungan masyarakat bebas narkoba, pembinaan dan pengembangan pola hidup sehat, beriman, kegiatan positif, produktif, konstruktif dan kreatif.

c) Strategi nasional untuk komunikasi,informasi dan pendidikan pencegahanPencegahan penyalahgunaan narkoba terutama diarahkan kepada generasi muda (anak, remaja, pelajar, pemuda, dan mahasiswa). Penyalahgunaan sebagai hasil interaksi individu yang kompleks dengan berbagai elemen dari lingkungannya, terutama dengan

Page 34: Epidemiologi Narkoba

orang tua, sekolah, lingkungan masyarakat dan remajapemuda lainnya, oleh karena itu Strategi informasi dan Pendidikan Pencegahan dilaksanakan melalui 7 (Tujuh) jalur yaitu:

Keluarga, dengan sasaran orang tua, anak, pemuda, remaja dan anggota keluarga lainnya.

Pendidikan, sekolah maupun luar sekolahdengan kelompok sasaran gurutenaga pendidikan dan peserta didikwarga belajar baik secara kurikuler maupun ekstra kurikuler.

Lembaga keagamaan, dengan sasaran pemuka-pemuka agama dan umatnya.

Organisasi sosial kemasyarakatan, dengan sasaran remajapemuda dan masyarakat.

Organisasi Wilayah Pemukiman (LKMD, RT,RW), dengan sasaran warga terutama pemuka masyarakat dan remaja setempat

Unit- unit kerja, dengan sasaran Pimpinan, Karyawan dan keluargannya.

Mass media baik elektronik, cetak dan media Interpersonal (Talk show dan dialog interaktif), dengan sasaran luas maupun individu.

Page 35: Epidemiologi Narkoba

KUMPULAN SOAL EPIDEMIOLOGI PERILAKU NARKOBA

KELOMPOK VII

1. Berikut ini adalah pernyataan yang menggambarkan alasan narkoba telah menjadi sebuah

pandemi:

a. Berada pada semua tempat dan menyebar keseluruh pelosok dunia dan

mengancam,dan bisa terjadi pada setiap saat

b. Narkoba hanya mengancam pada kelompok usia muda, Tidak terlalu

mengakibatkan kerusakan

c. Kasus narkoba dapat diatassi dalam waktu dekat,mengancam semua usia

d. Tidak terlalu mengakibatkan kerusakan

2. Apa yang dimaksud dengan Narkotika:

a. Zat yang dapat mengakibatkan halusinasi

b. Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanamam,baik sintesis

maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran dan menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri

Page 36: Epidemiologi Narkoba

c. zat atau obat baik alamiah atau sintesis bukan narkotika,yang bersifat psikoaktif

melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat dan menyebabkan perubahan

khas pada aktivitas mental

d. bahan /zat lain yang bukan narkoba dan psikotropika yang berpengaruh pada kerja

otak

3. Berikut ini adalah beberapa pola pemakaian narkoba,kecuali:

a. Pola Coba – coba,,Pola pemakaian situasional,Pola habituasi

b. Pola coba coba

c. Pola ketergantungan

d. Pola pengakuan diri

4. Pembagian norkoba berdasarkan potensi ketergantungannya:

a. berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan.Tidak digunakan

untuk therapy. Contoh: heroin, kokain dan ganja.Puttauw adalah heroin

tidak murni berupa bubuk

b. kurang berpotensi menyebabkan ketergantungan.dapat digunakan untuk therapy

c. Berpotensi sedang menimbulkan adiksi dapat dipakai untuk pengobatan

d. Tidak menimbulkan adiksi,dapat dipakai untuk pengobatan

contoh:morfin,petidin,ganja

5. Yang tremasuk cara pencegahan primer adalah:

a. pendidikan, kampanye, atau penyebaran pengetahuan mengenai bahaya

Narkoba, serta pendekatan dalam keluarga

b. tahap penerimaan awal dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan

tahap ditoksikasi dan terapi komplikasi medik

c. Tahap ini dibagi menjadi dua bagian yaitu fase stabilitasi,fase social

d. tahap pencegahan terhadap narkoba

6. yang termasuk dalanm lingkaran masalah narkoba adalah :

a. faktor materi,faktor uang,faktor stress

b. Faktor materi,faktor suplly,faktor demand,faktor penunjang

c. Faktor materi,faktor stress,faktor coba-coba,faktor penunjang

d. Faktor orang tua,sekolah,faktor guru,faktor anak,faktor lingkungan

Page 37: Epidemiologi Narkoba

7.Pola pencegahan narkoba dapat dilakukan melalui cara:

a. Informatif, Edukatif,Pergaulan/Relationship, Kemasyarakatan

b. Komunikasi informasi ,edukasi

c. orang tua ,sekolah,masyarakat

d. guru,orang tua,masyarakat.