3
Epinefrin Epinefrin berasal dari asam amino tirosin. Dan bekerja pada 2 jenis resptor adrenergik, yaitu reseptor α dan resptor β . a. Reseptor α dapat di bedakan kembali menjadi reseptor α 1 dan α 2 : - α 1 : terdapat pada otot polos (pembuluh darah, saluran kemih-kelamin dan usus) - α 2 : terdapat pada otak, otot polos pembuluh darah, sel β pankreas dan trombosit. Dampak aktivasi pada reseptor α 1 dan α 2 : - pada otot polos menimbulkan kontraksi , kecuali otot polos usus menimbulkan relaksasi - aktivasi reseptor α 2 pascasinaps dalam otak mengakibatkan berkurangnya perangsangan simpatis dari ssp. - Pada sel β pankreas menyebakan penurunan sekresi insulin - Pada trombosit menyebabkan agregasi - Pada jantung menyebabkan peningkatan kontraksi jantung dan aritmia. b. Reseptor β dibedakan lagi menjadi β 1 , β 2 , dan β 3 : - β 1 : terdapat pada jantung dan sel jukstaglomerulus - β 2 : terdapat pada otot polos (bronkus, pembuluh darah , saluran cerna, saluran kemih-kelamin) , pada otot rangka dan hati - β 3 : untuk memperantarai ipolisis dalam jaringan lemak. Epinefrin melalui pengaktifan eksklusif reseptor β 2 menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah Mekanisme kerja Suatu organ efektor dapat memiliki lebih dari satu reseptor adrenergik. Misal otot polos pembuluh darah otot rangka memiliki reseptor β 2 dan reseptor α . epinefrin bekerja pada kedua reseptor dengan afinitas lebih tinggi terhadap reseptor β , sehingga pada kadar normal epinefrin akan menyebabkan vasodilatasi , sedangkan pada kadar tinggi epinefrin akan menyebabkan vasokontriksi karena berikatan dengan reseptor α yang jumlahnya lebih banyak.

Epinefrin

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Epinefrin

Epinefrin

Epinefrin berasal dari asam amino tirosin. Dan bekerja pada 2 jenis resptor adrenergik, yaitu reseptor α dan resptor β .

a. Reseptor α dapat di bedakan kembali menjadi reseptor α1 dan α2 :- α 1 : terdapat pada otot polos (pembuluh darah, saluran kemih-kelamin dan usus)- α2 : terdapat pada otak, otot polos pembuluh darah, sel β pankreas dan trombosit.

Dampak aktivasi pada reseptor α1 dan α2 :- pada otot polos menimbulkan kontraksi , kecuali otot polos usus menimbulkan relaksasi- aktivasi reseptor α2 pascasinaps dalam otak mengakibatkan berkurangnya perangsangan

simpatis dari ssp.- Pada sel β pankreas menyebakan penurunan sekresi insulin- Pada trombosit menyebabkan agregasi - Pada jantung menyebabkan peningkatan kontraksi jantung dan aritmia.

b. Reseptor β dibedakan lagi menjadi β1 , β2 , dan β3 :- β 1 : terdapat pada jantung dan sel jukstaglomerulus- β2 : terdapat pada otot polos (bronkus, pembuluh darah , saluran cerna, saluran kemih-

kelamin) , pada otot rangka dan hati- β3 : untuk memperantarai ipolisis dalam jaringan lemak.

Epinefrin melalui pengaktifan eksklusif reseptor β2 menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah

Mekanisme kerja

Suatu organ efektor dapat memiliki lebih dari satu reseptor adrenergik. Misal otot polos pembuluh darah otot rangka memiliki reseptor β2 dan reseptor α . epinefrin bekerja pada kedua reseptor dengan afinitas lebih tinggi terhadap reseptor β , sehingga pada kadar normal epinefrin akan menyebabkan vasodilatasi , sedangkan pada kadar tinggi epinefrin akan menyebabkan vasokontriksi karena berikatan dengan reseptor α yang jumlahnya lebih banyak.

Farmakodinamik

a. kardiovaskular (pembuluh darah) : efek vaskuler epinefrin terutama pada arteriol kecil dan sfingter prekapiler , tetapi vena dan arteri besar juga dipengaruhi :- epinefrin dalam dosis rendah menyebabkan vasodilatasi ( hipotensi)- epinefrin dalam dosis tinggi menyebabkan vasokontriksi ( peningkatan tekanan darah)

b. arteri koroner : - terjadi peningkatan aliran darah koroner- peningkatan tekanan darah aorta

c. jantung : - aktivasi reseptor β1 di otot jantung, sel pacu jantung dan jaringan konduksi- memperkuat kontraksi dan mempercepat relaksasi

Page 2: Epinefrin

- curah jantung meningkat , namun pemakaian oksigen dan kerja jantung ikut meningkat sehingga kurang efektif

d. otot polos - saluran cerna : melalui reseptor α dan β , epinefrin menimbulkan relaksasi otot polos

saluran cerna- uterus : bekerja pada reseptor α1 dan α2 . selama kehamilan bulan terakhir dan diwaktu

partus epinefin menghambat tonus dan kontraksi uterus melalui reseptor β2.- Pernafasan : bronkodilatasi , menghambat pelepasan mediator inflamasi dari sel mast

mlalui reseptor β2 , menghambat sekresi bronkus dan kongesti mukosa melalui reseptor α1

e. Susunan saraf pusat Epinefrin dapat menimbulkan kegelisahan , rasa kuatir , nyeri kepala, dan tremor

f. Proses metabolik - Menstimulasi glikogenolisis di sel hati dan otot rangka melalui reseptor β2

- Penghambatan sekresi insulin- Peningkatan lipolisis

Farmakokinetik

a. Absorbsi - Pada pemberian oral, epinefrin tidak mencapai dosis terapi karena dirusak oleh enzim

COMT dan MAO yang terdapat pada dinding usus dan hati- Pada penyuntikan subkutan , absorbsi lambat karena terjadi vasokontriksi lokal- IM : absorbsi cepat- Inhalasi : efek terutama pada saluran nafas

b. Biotransformasi dan ekskresi - Epinefrin stabil pada pembuluh darah- Degradasi terutama terjadi di hati , karena terdapat banyak enzim COMT dan MAO- Metabolit epinefrin dikeluarkan melalui urine.

Efek samping

- Gelisah, nyeri kepala, tremor dan palpitasi- Dosis besar dapat menimbulkan perdarahan otak karena kenaikan tekanan darah yang

hebat

Kontraindikasi

Pada pasien yang mendapatkan β- bloker non selektif , karena kerjanya tidak terimbangi pada reseptor α yang dapat menyebabkan hipertensi yang berat dan perdarahan otak.

Penggunaan klinis

- Untuk syok anafilaksis , karena epinefrin bekerja dengan sangat cepat sebagai vasokontriktor dan bronkodilator

- Untuk memperpanjang masa kerja anestesi lokal - Untuk merangsang jantung pada pasien henti jantung

Page 3: Epinefrin

Posologi dan sediaan

Epinefrin dalam sediaan adalah isomer levo.

Dosis dewasa : 0,2-0,5 mg (0,2-0,5 ml larutan 1:1000)