29
EPISTEMOLOGI ISLAM (Ushul al-ilm fii al-islam)

Epistemologi-Presentasi.ppt

Embed Size (px)

Citation preview

EPISTEMOLOGI ISLAM

(Ushul al-ilm fii al-islam)

Ilustrasi, Imajinasi & Keyakinan

Sebutkan hanya dengan “satu kata,” gambar apakah ini?

Bagaimana Pandangan Anda

Jika seseorang berdiri di tepi pantai menyaksikan laut, apakah yang diperoleh?

Mungkinkah ikan berenang ke tepi pantai agar ditangkap orang tersebut?

Jika seseorang berharap mendapatkan mutiara di kedalaman laut, apakah yang harus dilabkukan?

Umat Islam & Al-Qur’an

Al-Qur’an ibaratnya adalah lautan sementara Umat Islam tak ubahnya seperti seorang yang berdiri di tepi pantai memandang lautan itu.

Bagaimana Pandangan Anda

Apakah Umat Islam yakin bahwa Al-Qur’an memiliki kandungan hikmah dan keilmuan?

Apakah Umat Islam senyatanya telah menghadapi problema hidupnya dengan ilmu yang dibangunnya berdasarkan Al-Qur’an?

Apakah yang akan terjadi jika Umat Islam gagal membangun paradigma keilmuan yang Islami?

Superioritas KeilmuanSuperioritas Keilmuan

Politik

Hukum

Ekonomi

Sains

Seni

Islam BaratSosial

Jika Umat Islam….

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.

Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Al-Qur'an; Ali Imran [3]: 100=101

Umat Islam & Ruang Angkasa

Mengapa Fiqh Berkembang Pesat

Dapat dinyatakan bahwa ilmu yang senantiasa berkembang pesat dalam dunia Islam adalah fiqh. Bahkan sistem kesadaran umat Islam yang paling awam pun sangat didominasi oleh fiqh, dibandingkan dengan dimensi-dimensi keilmuan yang lain. Hal ini terjadi karena dalam figh telah memiliki epistemologinya yang khas (ushul fiqh) yang juga dipelajari di pesantren-pesantren dan perguruan tinggi agama, sementara pada disiplin yang lain tidak.

Kesadaran & Realitas

fiqh ResponsUshul fiqh KesadaranREALITAS

ilmuUshul ilm Kesadaran Respons

Otoritas Al-Qur’an

Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti kerindhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu pula dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.

(Al-Qur’an; Al-Maidah [5]: 16)

Perintah Al-Qur’an

Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan. Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan.

(Al-Qur’an; Al-Ghasyiyah [88]: 18-20)

Pentingnya Pentingnya EpistemologiEpistemologi

Karena dengan epistemologi inilah prinsip-prinsip ajaran Islam, Al-Qur’an dan Hadits tentang berbagai aspek kehidupan dapat dikembangkan dalam model-model ilmu. Dengan epistemologi itu pula realitas kehidupan Nabi SAW dapat diteorisasikan dalam teks-teks keilmuan, yang bisa dikaji secara metodologis.

Lalu apakah epistemologi itu?

Makna Epistemologi

kata episteme yang berarti kerangka berfikir dan logos yang berarti ilmu. Dalam istilah teknisnya epistemologi (ushul ilm) didefinisikan sebagai disiplin yang menempatkan ilmu sebagai obyek kajiannya.

Pengertian ini dapat dinisbahkan dengan ushul fiqh, yang obyek kajiannya adalah fiqh itu sendiri. Karena itu secara logis dapat dirumuskan suatu terminologi baru berkenaan dengan epistemologi ini yang dalam perspektif Islam bisa disebut ushul ilm, yakni suatu disiplin yang menempatkan ilm (ilmu) sebagai obyek kajiannya.

Kerangka Epistemologi

Pandangan Dasar

Reasoning

Teori

Sistem Penjelas

Trend & Diversifikasi

Dalam struktur ilmu, pandangan dasar menempati posisi prinsip, karena dari sinilah ilmu itu dibangun. Pandangan dasar memberikan pernyataan atas pertanyaan “apa” secara ontologis. Misalnya apakah alam semesta itu? Siapakah manusia itu? Apakah kematian itu? Apakah kekayaan itu?

Di sini sebenarnya Al-Qur’an & Hadits memiliki jawaban-jawaban yang bersifat ontologis, seperti tercermin dalam Al-’Alaq (1-5), namun umat Islam tidak cukup mengabstraksikan secara intelektual.

Pandangan Dasar

KERANGKA TEORI

Lahirnya sebuah ilmu yang genuine, sudah barang tentu berasal dari suatu persepsi. Tetapi agar persepsi bisa menjadi landasan keilmuan, harus dikembangkan sebagai kerangka teori; yakni membangun suatu hubungan antar wujud yang dipersepsikan dengan suatu derivat utama wujud tersebut, yang dapat kita sebut dengan determinant factor (faktor yang menentukan).

KERANGKA TEORI

Teori memberikan pernyataan saling-pengaruh relasional antar dua vareable atau lebih.

Perhatikan Hadits berikut: Setiap bayi yang dilahirkan berada dalam fitrah (d. v), orang tualah (i.v) yang menjadikannya majusi, nasrani atau yahudi (hasil jadi atas pengaruh).

Mari kita perhatikan bagaimana Al-Qalam: 1-7 menuntun kita untuk memahami teori-teori tentang kehidupan dan masa depan manusia.

Teori

SISTEM PENJELAS

Menyatakan bahwa sesuatu itu jelas, menandakan secara bahasawi hubungan yang signifikan antara obyek atau wujud yang dijelaskan dengan kemampuan subyek mencerap obyek tersebut. Artinya ada proses verifikasi, sehingga subyek benar-benar bisa mencerap dengan kemampuannya terhadap obyek yang dipersepsikannya.

Indra, Logika, Nurani & Wahyu

Dalam struktur ilmu, sistem penjelas berfungsi memberikan argumentasi dalam beragam standar, agar pernyataan-pernyataan yang bersifat teoritik dapat diterima akal maupun diterima sebagai kebenaran.

Sistem penjelas bisa bersifat empiris, matematis-logis, intuitif dan normatif dan bahkan mu’jizati.

Coba kita simak Al-Muzammil [73]: 1-10. Begitu juga dengan Al-Muddatstsir [74]: 1-7.

Sistem Penjelas

Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit

(daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan

perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang

berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk

khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang

panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan

penuh ketekunan. (Dia-lah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak

disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah

mereka dengan cara yang baik.

Al-Muzammil [73]: 1-10

Reasoning atau penalaran adalah titik temu antara ideologi dan visi hidup manusia dengan ilmu yang dikuasainya.

Semakin kuat ideologi seseorang maka akan semakin bertambah ilmunya, karena terjadi dialektika antar keduanya.

Sebaliknya bila terjadi kesenjangan, maka akan terjadi kelumpuhan bahkan destruksi (penghancuran).

Reasoning

Kapal biasanya melintasi laut, tetapi dengan penalaran strategis, bisa melalui daratan. Misalnya dalam kisah Tariq ibn Ziyad menaklukkan Spanyol

Reasoning

Diagram Reasoning

Reasoning

Ideologi

Ilmu

Institusionalisasi Ilmu

Ilmu ditransmisikan kepada generasi-generasi berikutnya, melalui lembaga-lembaga pendidikan dan perkaderan. Dengan demikian terjadi transformasi keilmuan dan juga terjadi perkembangan serta diversifikasi ilmu itu sendiri. Karena generasi-generasi yang mencul, akan mendialogkannya dengan realitas kehidupan baru yang telah berkembang, sehingga ilmu tersebut bisa mendapatkan interpretasi baru dan penyempurnaan lebih lanjut.

Obyek-obyek pemikiran yang ditawarkan Al-Qur’an, dan sekaligus sebagai kegiatan intelektual, adalah obyek-obyek yang sangat penting bagi manusia. Setiap manusia, terutama yang tetap terjaga nuraninya, cenderung untuk menerungkan asal-usul segala sesuatu (prima causa). Ia juga cenderung untuk memperbincangkan tentang nilai-nilai kebenaran, keadilan, kebijakan dan juga kesucian. Tetapi manusia juga siap untuk mempersoalkan jati dirinya sendiri.

Apakah kebaikan itu? Perhatikan Al-Qur’an; Al-Baqarah (2): 177.

Perspektif Nilai-Nilai dan Keilmuan

HIRARKHI PEMIKIRAN Berfikir abstraktif: berfungsi untuk mengkonstitusikan

(menghadirkan) ide-ide, konsep-konsep, eksistensi, simbol-simbol, istilah-istilah ke dalam “gambaran pengertian” secara lebih jelas dan ilmiah.

Berfikir reflektif : terletak pada progresivitasnya dalam menemukan dan menderivasikan prinsip-prinsip umum untuk memecahkan masalah-masalah sosial dan sains

Berfikir kritis-evaluatif: yakni pola berfikir yang bekerja atas dasar kehanifan dan bersikap konfrontatif terhadap pemikiran dan nilai-nilai sosial yang telah ada.

Berfikir akademik, yakni pola berfikir yang bekerja atas dasar referensi-referensi bahkan metodologi-metodologi keilmuan yang telah ada.

Berfikir teknik, yakni pola berfikir yang bekerja atas dasar stimulus-respons, terutama dengan nuansa-nuansa alam yang melingkupinya.

REKAYASA KEILMUAN Pendayagunaan ilmu menjadi optimal bila manusia

yang berilmu memiliki visi dan cita-cita ideologis. Membangun peradaban Islam masa depan adalah

cita-cita ideologis maka dengan kreteria-kreteria peradaban yang dipersepsikan sudah barang tentu –secara komparatif, akan berbeda dengan realitas hari ini. Perbedaan inilah yang harus dipandang sebagai problem ideologis atau tantangan, dan upaya-upaya perubahan sosial –mentransformasi realitas keumatan menuju idealitas peradaban Islam, adalah perekayasaan ilmu.

MA’RIFAT ILMU

Siapakah yang mema’rifati ilmu itu? Mereka adalah ‘ulama, ulilalbab, yang dinyatakan sebagai pewaris Nabi. Sebagai pewaris Nabi, tidaklah berarti mendapatkan hak atas suatu harta warisan yang ditinggalkan Nabi, karena Nabi tidak meninggalkan warisan harta, tetapi Nabi meninggalkan risalah agama yang harus disebar-luaskan. Oleh karena itu pewaris Nabi adalah “pengemban” risalah agama, yang menyadari sepenuhnya akan tanggung jawab itu, untuk disebar-luaskan ke seluruh umat manusia.