Upload
muhammad-akmal
View
652
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
ERISIPELASLia Rifana Thamrin, Andi Fausiah Abdullah
A. DEFINISI
Erisipelas merupakan suatu kelainan kulit akut yang termasuk dalam tipe dari selulitis
superfisial. Erisipelas melibatkan sistem limfatik dermal yang prominen. Biasanya
disebabkan oleh streptococcus, dengan gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah
dan berbatas tegas serta disertai gejala konstitusi. Pada penyakit ini, terjadi peninggian kulit
pada bagian yang terjadinya inflamasi dan terdapat area berbatas tegas yang membedakan
antara kulit normal dan kulit yang terjadinya erisispelas. Bagian tubuh yang sering terlibat
adalah kedua tungkai bawah, wajah, dan telinga.(1,2,3)
B. ETIOLOGI
Penyebab utama yang paling sering adalah β-hemolitik streptokokus grup A dan
jarang karena S.aureus. Pada anak-anak yakni H. Influenzae tipe b (Hib), streptokokus grup
A dan S.aureus Infeksi Streptococcus mengakibatkan tingginya angka kesakitan.(2,4)
Faktor resiko dapat disebabkan oleh penggunaan alkohol dan obat-obatan, kanker dan
sedang menjalani kemoterapi kanker, limpedema kronik (post mastectomy,postcoronary
artery grafting, episode lanjut dari selulitis/erisepelas), sirosis hepatis, diabetes melitus,
sindrom nefritik, neutropenia, sindrom immunodefisiensi, malnutrisi, gagal ginjal,
aterosklerosis.(2,4)
C. PATOGENESIS
Pada umumnya kuman akan masuk melalui portalt of entry. Sumber bakteri erisipelas
yang terdapat pada wajah sering kali yang menjadi host-nya adalah nasofaring dan adanya
riwayat infeksi streptokokkus sebelumnya berupa faringitis yang dilaporkan terjadi pada
sepertiga kasus. Masuknya bakteri dari kulit yang mengalami trauma adalah peristiwa awal
terjadinya erisipelas. Setelah masuk, infeksi menyebar diantara ruang jaringan dan terjadi
perpecahan polisakarida oleh hialuronidase yang dapat membantu dalam penyebaran kuman,
fibrinolisin yang berperan dalan penghancuran fibrin, lesitin yang dapat merusak membran
sel.(2,5,6)
1
Pada erisepelas, infeksi dengan cepat menyerang dan berkembang di dalam pembuluh
limfatik. Hal ini dapat menyebabkan kulit menjadi “streaking” dan pembesaran kelenjar
limfe regional serta adanya tenderness.(6)
D. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya gejala klinis. Terdapat gejala konstitusi
yakni demam, malaise. Lapisan kulit yang diserang ialah epidermis dan dermis. Penyakit ini
didahului trauma, karena itu biasanya temapt predileksinya di tungkai bawah. Kelainan kulit
yang utama ialah eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya
meninggi dengan tanda-tanda radang akut. Dapat disertai edema, vesikel, dan bula.(2)
Eritema, panas, bengkak, dan nyeri adalah gejala yang sering timbul pada erisipelas.
Lesi klasik penyakit ini adalah lesi yang berbatas tegas pada wajah. Namun begitu kedua
tungkai turut bisa menjadi bagian yang sering terkena erisipelas. Kadang-kadang terdapat
bula yang timbul di sekitar lesi seiring dengan menyebarnya plak eritema tadi. Kelenjar limfe
regional juga dapat mengalami pembesaran.(2,7)
Gambar 1: Erisipelas pada wajah oleh karena Streptococcus grup A : nyeri berbatas
tegas, mengkilat, plak eritema disertai edema. Pada palpasi kulit teraba panas dan
lunak.(2)
Pada pemeriksaan mikroskop hapusan Gram dari eksudat, nanah, cairan bulla, aspirasi
dapat terlihat bakteri. Dimana untuk bakteri Streptococcus Grup A (GAS) berbentuk rantai
kokus gram positif. Sedangkan Staphylococcus aureus kokus berbentuk anggur. Sel darah
putih (leukosit) dan laju endapan darah (LED) dapat meningkat.(2,5)
E. DIAGNOSIS BANDING
2
Jika terdapat di wajah, erisepelas sukar dibedakan dengan angioderma dan dermatitis
kontak alergi, tetapi pada kondisi ini biasanya dapat dibedakan oleh karena adanya
tenderness dan keluhan sistemik.(8)
Selulitis
Gambaran klinis selulitis menyerupai gambaran klinis yang dimiliki oleh erisipelas.
Selulitis tidak mempunyai batas yang jelas seperti erisipelas. Kelainan kulit berupa
infiltrat yang difus di subkutan dengan tanda-tanda radang akut, juga terdapat
pembengkakan, merah dan nyeri lokal disertai gejala sistemik dan demam. Lebih
sering didapatkan pada tungkai.(2,3,8)
Gambar 2. Selulitis: terdapat eritema, edema
dan tenderness. (1)
Gambar 3: Erisipelas pada kaki(5)
Dermatitis kontak alergi akut
Penderita umumnya mengeluh gatal. Pada fasa akut, lesi dimulai dengan bercak
eritematosa yang berbatas tegas kemudian diikuti dengan edema, papulovesikel,
vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah dan menimbulkan erosi dan eksudasi
(basah).(3)
3
Gambar 4: Lesi dermatitis kontak alergi
akut pada bibir(2)
Gambar 5: Erisipelas pada
wajah(5)
Angioedema
Angioedema merupakan lesi yang udem dan ekstensif sampai ke dalam lapisan
dermis dan/atau subkutan dan submukosa. Sebagian pasien mengalami
pembengkakan yang masif pada wajah termasuk lidah dan leher yang dapat
menyebabkan obstruksi jalan nafas. Keluhan gatal tidak didapatkan, beberapa hanya
mengeluh rasa panas.(3,5)
Gambar 6: Angioedema pada wajah.(8) Gambar 5: Erisipelas pada wajah(5)
4
F. PENATALAKSANAAN
Istirahat, tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan (elevasi), tingginya
sedikit lebih tinggi daripada letak jantung. Pengobatan sistemik adalah antibiotik, topikal,
kompres terbuka dengan larutan antiseptik. Jika terdapat edema diberikan diuretika(3)
Respon pengobatan yang baik biasanya dapat dilihat jika diberikan pengobatan yang
tepat. Terapi topikal tidak tepat diberikan dan penicilin sebaiknya diberikan sesuai ketentuan.
Streptococcus pyogenes lebih sensitif. Terapi parenteral lebih dibutuhkan sebagai pertolongan
pertama pada infeksi berat., biasanya diberikan benzylpenicilin untuk 2 hari atau lebih.
Penicilin V oral dapat diberikan untuk 7-14 hari. Pada kasus berat, penicilin V tepat
diberikan. Eritromisin dapat diberikan jika alergi terhadap penisilin. Erisipelas yang berulang
(lebih dua episode pada satu tempat) diberikan penicilin V (250 mg 1-2 kali sehari) dengan
selalu menjaga kebersihan, terutama tempat yang menjadi potensial portal of entry.(8)
5
DAFTAR PUSTAKA
1. Habif, Thomas P. Clinical Dermatology: A Colour Guide to Diagnosis and Therapy.
Edisi 4. Hanover : Mosby ; 2003. Hal: 273-5
2. Wolff, Klaus., Johnson, R.A. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical
Dermatology. Edisi 6. United Stated of America : The McGraw Hill Compenies; 2009.
Hal: 27, 609, 611-2, 615
3. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5 Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007. Hal 60-1, 135, 169
4. Kelly, A.P., Taylor S.C. Derrmatology for Skin of Color. United Stated of America :
The McGraw Hill Compenies; 2009. Hal: 416
5. Sterry, W., Paus, R., Burgdorf, W. Thieme Clinical Companions Dermatology. New
York: Thieme; 2006. Hal: 78-9
6. Davis, Loretta. Erysipelas. Chief Editor: Elston, Dirk. Updated 2012 May. [cited on
May 2012]. Available from URL: http://emedicine.medscape.com
7. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook’s textbook of dermatology. Edisi 7.
Australia: Blackwell Science; 2004. Hal: Chapter 27
8. Gawkrodger D. Dermatology An Illustrated Color Text. Edisi 3. London: Churchill
Livingstone;2003. Hal: 72
6