6
Menjadi bagian dari bangsa Indonesia dapat dikatakan merupakan salah satu kebanggaan, karena Indonesia memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.Dari segi sumberdaya, Indonesia merupakan salah satu bangsa dimana persentase sumber daya dunia banyak terdapat di Indonesia.Dari segi kebudayaan dan keberagaman,Indonesia juga terkenal akan jumlah suku yang sangat beragam di tiap pulau dan juga jenis agama yang bermacam-macam. Namun,bukan barang baru bahwa saat ini bangsa Indonesia malah membenci dirinya sendiri.Hal ini dikarenakan semua harta berharga yang Negara miliki tidak membuat kehidupan berbangsa menjadi lebih baik.Dilihat dari segi politik,pemerintahan yang seharusnya jadi tonggak kemajuan bangsa justru dijadikan ajang memperkaya diri sendir dengan mengambil uang rakyat yang seharusnya menjadi hak orang-orang yang tidak berkecukupan.Dari segi kehidupan sosial,masyarakat Indonesia sekarang sudah banyak melupakan apa artinya bhinneka tunggal ika,sehingga tanpa ragu beseteru dengan sesamanya yang seharusnya menjadi saudaranya. Dalam segi keagamaan juga terjadi hal yang bisa dibilang jauh lebih buruk.Banyak masyarakat Indonesia saat ini yang sudah tidak peduli lagi akan kehidupan beragama,terlepas apapun jenis

Esai Aku,Islam,Dan Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

catatan ttg aku dan kaitannya dengan islam

Citation preview

Menjadi bagian dari bangsa Indonesia dapat dikatakan merupakan salah satu kebanggaan, karena Indonesia memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.Dari segi sumberdaya, Indonesia merupakan salah satu bangsa dimana persentase sumber daya dunia banyak terdapat di Indonesia.Dari segi kebudayaan dan keberagaman,Indonesia juga terkenal akan jumlah suku yang sangat beragam di tiap pulau dan juga jenis agama yang bermacam-macam.Namun,bukan barang baru bahwa saat ini bangsa Indonesia malah membenci dirinya sendiri.Hal ini dikarenakan semua harta berharga yang Negara miliki tidak membuat kehidupan berbangsa menjadi lebih baik.Dilihat dari segi politik,pemerintahan yang seharusnya jadi tonggak kemajuan bangsa justru dijadikan ajang memperkaya diri sendir dengan mengambil uang rakyat yang seharusnya menjadi hak orang-orang yang tidak berkecukupan.Dari segi kehidupan sosial,masyarakat Indonesia sekarang sudah banyak melupakan apa artinya bhinneka tunggal ika,sehingga tanpa ragu beseteru dengan sesamanya yang seharusnya menjadi saudaranya.Dalam segi keagamaan juga terjadi hal yang bisa dibilang jauh lebih buruk.Banyak masyarakat Indonesia saat ini yang sudah tidak peduli lagi akan kehidupan beragama,terlepas apapun jenis agamanya.Indonesia yang katanya merupakan Negara dengan jumlah muslim terbanyak di dunia hanya tinggal jumlahnya saja,tanpa ada kualitas ruhiyah di dalamnya.Kerusakan ini juga dirusak oleh munculnya organisasi islam yang justru merusak tatanan kehidupan beragama umat muslim Indonesia,sehingga masyarakat dengan gampangnya melakukan syubhat,bidah dan sebagainya tanpa mengetahui kalau hal itu dilarang.Sebenarnya kerusakan ini tidak seharusnya terjadi jika islam dapat diterapkan dengan baik di negeri ini.Islam sendiri merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan kehidupan berbangsa. Bahkan Pancasila sendiri merupakan suatu ideologi yang berusaha mempertemukan prinsip Islam dengan perjuangan persatuan Indonesia pada saat perumusannya. Pada awalnya, terjadi perdebatan yang cukup sengit dikalangan founding fathers negeri ini mengenai The Seven Words, yakni sila pertama pancasila yang pada mulanya berbunyi Kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya (kini Ketuhanan yang Maha Esa) yang termaktub dalam Piagam Jakarta. Perdebatan ini terjadi antara kalangan sekuler, islam fundamentalis dan mereka yang menganut paham substantif yang pada akhirnya disepakati Ketuhanan yang Maha Esa sebagai sila pertama Pancasila. Jika ditilik lebih lanjut, sebenarnya disinilah justru letak kemenangan pihak islam dalam merumuskan dasar negara Indonesia. Islamlah agama yang justru mengajarkan untuk meng-Esakan Sang Khaliq, yakni Allah saja. Dzat yang Maha Satu, tidak ada tandingan yang menyetarai-Nya. Islam yang mengajarkan untuk tidak menyembah selain pada-Nya, bahkan ini akan dinilai dosa besar yang tidak akan pernah diampuni selama tidak melakukan taubat nasuha. Dan bagaimanakah dengan agama lain?Ada hal yang unik dari uraian Ulama besar tingkat dunia, DR. Yusuf Al Qhardawi saat melakukan kunjungannya di Indonesia, Beliau menyampaikan sebuah hipotesisnya bahwa kebangkitan Islam sebagai rahmat bagi semeta alam akan lahir dari Indonesia.

Islam dan IndonesiaIndonesia tidak bisa dipisahkan dari Islam. Islam telah melekat menjadi suatu hal yang mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan rakyat di Indonesia. Bahkan Pancasila sendiri merupakan suatu ideologi yang berusaha mempertemukan prinsip Islam dengan perjuangan persatuan Indonesia pada saat perumusannya. Pada awalnya, terjadi perdebatan yang cukup sengit dikalangan founding fathers negeri ini mengenai The Seven Words, yakni sila pertama pancasila yang pada mulanya berbunyi Kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya (kini Ketuhanan yang Maha Esa) yang termaktub dalam Piagam Jakarta. Perdebatan ini terjadi antara kalangan sekuler, islam fundamentalis dan mereka yang menganut paham substantif yang pada akhirnya disepakati Ketuhanan yang Maha Esa sebagai sila pertama Pancasila. Jika ditilik lebih lanjut, sebenarnya disinilah justru letak kemenangan pihak islam dalam merumuskan dasar negara Indonesia. Islamlah agama yang justru mengajarkan untuk meng-Esakan Sang Khaliq, yakni Allah saja. Dzat yang Maha Satu, tidak ada tandingan yang menyetarai-Nya. Islam yang mengajarkan untuk tidak menyembah selain pada-Nya, bahkan ini akan dinilai dosa besar yang tidak akan pernah diampuni selama tidak melakukan taubat nasuha. Dan bagaimanakah dengan agama lain?Ada hal yang unik dari uraian Ulama besar tingkat dunia, DR. Yusuf Al Qhardawi saat melakukan kunjungannya di Indonesia, Beliau menyampaikan sebuah hipotesisnya bahwa kebangkitan Islam sebagai rahmat bagi semeta alam akan lahir dari Indonesia.

Belakangan ini semakin hari semakin banyak permasalahan yang terjadi pada tubuh pemerintah dan kepemimpinannya yang berimbas pada terganggunya ketentraman dan ketenangan hidup masyarakat. Era demokrasi semakin menuntut kebebasan dari masyarakat untuk bersuara menyuarakan aspirasinya kepada pemerintah. Sayangnya, aspirasi masyarakat kadangkala hanya dianggap sebagai angin lalu oleh pemerintah di tengah carut marutnya birokrasi Indonesia. Hanya sedikit golongan yang bisa menembus benteng pemerintah dan mengawali perubahan. Kelompok itu kita sebut saja salah satunya adalah intelektual muda atau mahasiswa. Mahasiswa selalu menjadi bagian dari perjalanan sebuah bangsa. Roda sejarah selalu menyertakan mahasiswa sebagai pelopor, penggerak, bahkan sebagai pengambil keputusan. Masalah ini telah terjadi di berbagai negara di dunia, baik di Timur maupun di Barat.Mahasiswa biasanya memerankan diri sebagai golongan yang kritis sekaligus konstruktif terhadap ketimpangan sosial dan kebijakan politik, ekonomi. Mahasiswa sangat tidak toleran dengan penyimpangan apapun bentuknya dan nurani mereka yang masih relatif bersih dengan sangat mudah tersentuh sesuatu yang seharusnya tidak terjadi namun ternyata itu terjadi atau dilakukan oleh oknum atau kelompok tertentu dalam masyarakat dan pemerintah. Pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif selalu lahir dari pola pikir para mahasiswa. Suara-suara mahasiswa kerap kali merepresentasikan dan mengangkat realita sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealisme mendorong mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa, dengan cara mereka sendiri. MenurutRidarmin S.Kom, M.Kom[1]dalam hal ini, secara umum mahasiswa menyandang tiga fungsi strategis, yaitu:1. Sebagai penyampai kebenaran (agent of social control)2. Sebagai agen perubahan (agent of change)3. Sebagai generasi penerus masa depan (iron stock)Sedangkan menurutArbi Sanit, 2008,[2]ada empat faktor pendorong bagi peningkatan peranan mahasiswa dalam kehidupan berbangsa, yaitu:1. Sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai horison yang luas diantara masyarakat.2. Sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah, sampai di universitas mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik yang terpanjang di antara angkatan muda.3. Kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik di kalangan mahasiswa. Di Universitas, mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, suku, bahasa dan agama terjalin dalam kegiatan kampus sehari-hari.4. Mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise dalam masyarakat dengan sendirinya merupakan elit di dalam kalangan angkatan muda.Intelektual muda identik dengan kreativitas dan solusi. Dalam hal itu, mahasiswa dituntut untuk dapat berperan lebih nyata terhadap perubahan atau paling tidak menjadi pendorong dari sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Universitas Islam Indonesia sebagai salah satu pergruan Tinggi Islam yang dirancang dan didirikan oleh para tokoh Agama dan tokoh Nasional saat itu, dengan maksud untuk mempersiapkan generasi muda Indonesia memiliki keempat karakter di atas plus kemampuan keagamaan yang kuat yang mampu mewarnai dalam kehidupannya.Posisi sebagai pionir perubahan sudah pasti bersifat sementara karena kelak di kemudian hari mahasiswa tidak lagi tetap menjadi mahasiswa dan mereka justru menjadi pelaku-pelaku inti dalam kehidupan suatu negara atau masyarakat. Ironisnya, seringkali gerakan mahasiswa yang baru saja dibahas sepertinya tidak mempunyai visi yang jelas serta kehilangan konsep. Itu semua disebabkan karena kesadaran mahasiswa akan suatu gerakan belum sepenuhnya terbuka dan bahkan cenderung bersifat euforia. Hanya beberapa mahasiswa saja yang benar-benar konsisten serta matang dalam menggagas gerakan pembaharuan. Bahkan terkadang mereka melakukan demonstrasi yang anarkis. Maka dalam tulisan ini penulis memberikan saran bahwasanya demonstrasi memang tetap penting dalam negara demokrasi, namun demonstrasi yang diinginkan adalah demonstrasi dengan tertib, tidak anarkis, dan benar-benar memperjuangkan aspirasi rakyat bukan alat satu kelompok atau golongan tertentu.Mahasiswa sebagai calon pemimpin dan pembina pada masa depan ditantang untuk memperlihatkan kemampuan untuk memerankan peran itu. Jika gagal akan berdampak negatif pada masyarakat yang di pimpinnya demikian pula sebaliknya. Dalam perubahan sosial yang hebat saat ini, mahasiswa sering dihadapkan pada kenyataan yang membingungkan dan dilematis. Suatu pilihan yang teramat sulit harus ditentukan, apakah ia terjun dalam arus perubahan sekaligus mencoba mengarahkan dan mengendalikan arah perubahan itu ataukah sekedar menjadi pengamat dan penonton dari perubahan atau mungkin justru menjdi korban obyek sasaran dari perubahan yang dikendalikan oleh orang lain.Melihat realitas dan tantangan di atas, mahasiswa memiliki posisi yang sangat berat namun sangat strategis dan sangat menentukan. Sekarang bukan zamannya lagi untuk sekedar menjadi pelaku pasif atau menjadi penonton dari perubahan sosial yang sedang dan akan terjadi tetapi harus mewarnai perubahan tersebut dengan warna masyarakat yang akan dituju dari perubahan tersebut yaitu masyarakat yang adil dan makmurbaldatun thoyyibatun warabbun ghafrdi bawah naungan NKRI.