Click here to load reader
Upload
gowindamijaya
View
15
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Merupakan essai
Citation preview
Sedot Lemak, Satu Solusi untuk Mengurangi Faktor Resiko Terkena
Penyakit Kardiovaskular dan Diabetes Mielitus
Obesitas saat ini telah menjadi masalah kesehatan dunia yang terus meningkat dan telah
masuk kedalam kategori epidemik. Obesitas merupakan keadaan abnormal penumpukan lemak
yang dapat mengganggu kesehatan. Berdasarkan klasifikasi indeks massa tubuh (IMT),
seseorang dikatakan mengalami obesitas jika IMT lebih dari 30 kg/m2 (WHO, 2013). Jika tidak
segera ditangani, jutaan orang akan mengalami gangguan kesehatan yang serius akibat
komplikasi obesitas.
Selain dapat menjadi faktor risiko penyakit tertentu seperti diabetes melitus (DM) dan
penyakit kardiovaskular, juga dapat menimbulkan masalah estetika. Dengan kondisi tubuh yang
tampak gemuk, terutama jika tampak penonjolan perut akibat tumpukan lemak, dapat
menyebabkan orang menjadi sensitive mengenai penampilannya dan kurang percaya diri untuk
tampil di depan umum. Olahraga dan diet merupakan cara penanganan untuk menanggulangi
obesitas ini. Selain itu dapat juga dilakukan tindakan bedah yaitu sedot lemak. Sedot lemak
merupakan teknik bedah untuk dengan melakukan aspirasi lemak yang tidak hilang dengan diet
dan aktivitas fisik. Sedok lemak ini tidak bertujuan untuk menurunkan berat badan seseorang.
Pada sedot lemak ini dilakukan aspirasi lemak subkutan menggunakan anul dengan diameter
kecil yang dimasukkan melalui insisi yang kecil (Perdanakusuma, 2008)
Menurut Perdanakusuma (2008), di Amerika Serikat tindakan sedot lemak ini menduduki
peringkat pertama tindakan bedah estetik yang dilakukan pada tahun 2005. Meskipun tindakan
ini sudah dilakukan dibanyak negara dengan penggunaan alat yang canggih, tentunya masih
banyak dampak yang ditimbulkan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Klein, S. et al (2004),
tindakan bedah ini berguna dilakukan pada orang obesitas untuk dapat menurunkan faktor resiko
dari penyakit kardiovaskular dan diabetes mielitus. Sedangkan menurut penelitian yang
dilakukan oleh Oliviera, S. et al (2013), didapatkan hasil yang berbeda, dimana tindakan sedot
lemak ini banyak menimbulkan efek samping yang berdampak buruk bagi kesehatan tubuh.
Selain itu, tindakan ini dapat meningkatkan resistensi insulin sehingga dapat meningkatkan
faktor resiko terkena penyakit kardiovaskular dan diabetes mielitus. Dalam essai ini, penulis
akan memaparkan bahwa tindakan sedot lemak ini dapat menurunkan faktor resiko terkena
penyakit kardiovaskular dan diabetes mielitus.
Sejak pertama dilakukan, tindakan ini menjadi permasalahan dikalangan para pakar
kesehatan. Dimana banyak para ahli yang menetang tindakan ini karena mempunyai dampak
negative bagi tubuh sampai menyebabkan kematian. Emboli paru merupakan salah satu dampak
dari tindakan sedot lemak ini yang dapat menimbulkan kematian. Emboli paru adalah peristiwa
infark jaringan paru akibat tersumbatnya pembuluh darah arteri pulmonalis oleh peristiwa
emboli. Emboli paru ini dapat terjadi akibat adanya bekuan darah yang disebabkan oleh trauma
lokal pada dinding pembuluh darah, yang salah satunya bisa disebabkan akibat dari kesalahan
teknik pada tindakan sedot lemak. Bekuan darah ini kemungkinan dapat terlepas dari tempat
terbentuknya dan akan mengikuti sistem aliran vena yang memasuki sirkulasi arteri pulmonalis.
Apabila terjadi penyumbatan, tentunya dapat meningkatkan tekanan arteri pulmonalis yang
selanjutnya akan berdampak pada gangguan pengisian ventrikel sehingga curah jantung sistemik
akan menurun dan menyebabkan iskemia miokard (Goldhaber, 1998).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Felzemburgh, et.al (2004), dampak emboli paru ini
dapat dicegah dengan memperbaiki teknik yang dilakukan dalam tindakan sedot lemak. Dalam
penelitian yang dilakukannya pada hewan coba kelinci, dimana dilakukan tindakan sedot lemak
dengan teknik aspirasi subkutan. Tindakan ini dilakukan dengan insisi maksimal 3 mm dan
pengambilan lemak ini maksimal dilakukan aspirasi sebanyak 5-8 ml. Selanjutnya dilakukan
pengamatan dibawah mikroskop untuk menilai paru dari hewan coba tersebut 60-120 hari setelah
dilakukan tindakan sedot lemak. Dari hasil tersebut tidak didapatkan emboli paru pada hewan
coba tersebut. Maka dari itu dampak emboli paru setelah dilakukan sedot lemak dapat dicegah
dengan menggunakan prosedur yang tepat sehingga tidak terjadi trauma yang dapat menyebakan
terjadinya emboli paru.
Sejak tahun 1960 tindakan sedot lemak ini sudah ditemukan, namun tindakan sedot
lemak dengan teknik aspirasi baru ditemukan pada tahun 1985 di Amerika Serikat
(Perdanakusuma, 2008). Perkembangan mengenai perbaikan tindakan sedot lemak ini terus
berlangsung untuk mengurangi dampak buruk bagi kesehatan tubuh. Suatu penelitian
menyatakan bahwa tindakan sedot lemak ini dapat berdampak meningkatkan resistensi insulin.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Oliviera, S. et al (2013) terhadap 20 wanita yang telah
melakukan tindakan sedot lemak, didapatkan terjadi peningkatan resistensi insulin yang
signifikan setelah dilakukan penghitungan HOMA-IR (Homeostasis Model Assessment).
Peningkatan resistensi insulin ini tentunya dapat meningkatkan faktor resiko terkena diabetes
mielitus. Namun dalam penelitian ini masih belum diketahui secara pasti faktor-faktor yang
dapat meningkatkan resistensi insulin tersebut. Sehingga dari hasil penelitian ini masih harus
dilakukan penelitian selanjutnya untuk memastikan faktor penyebab dari peningkatan resistensi
insulin setelah dilakukan tindakan sedot lemak.
Sedangkan menurut Klein, S. et al (2004) dalam penelitian yang dilakukan pada
perempuan obesitas yang melakukan tindakan sedot lemak, menyatakan bahwa tindakan sedot
lemak ini tidak signifikan dapat meningkatkan resistensi insulin. Ia melakukan penelitian dengan
mengevaluasi sensitivitas insulin pada hati, otot dan jaringan subkutan dengan menggunakan a
euglycemic–hyperinsulinemic clamp procedure and isotope-tracer infusions. Ia melakukan
pengukuran 10-12 minggu setelah mereka menajalani tindakan sedot lemak. Selain itu, tidak juga
didapatkan terjadinya peningkatan konsentrasi C-reactive protein, interleukin-6, tumor necrosis
faktor a, kadar glukosa darah dan kadar lemak dalam darah sehingga dapat menurunkan faktor
resiko terkena penyakit jantung koroner. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan Mohammed (2009) yang menyatakan bahwa tindakan sedot lemak ini dapat
menurunkan faktor resiko terkena penyakit jantung kongestif. Ia melakukan pengukuran
konsentrasi kadar lemak dalam tubuh meliputi kadar trigliserida, high-density lipoprotein (HDL)
dan low-density lipoprotein (LDL) pada minggu ke 10 sampai minggu ke 208 setelah mereka
menjalani tindakan sedot lemak. Hal ini dapat terjadi karena setelah menjalani tindakan sedot
lemak mereka tetap menjaga pola hidup untuk mempertahankan kadar lemak dalam tubuh
mereka.
Berdasarkan kajian yang telah dipaparkan diatas, tindakan sedot lemak dapat digunakan
sebagai suatu solusi untuk mengurangi kadar lemak dalam tubuh setelah terjadi
ketidakberhasilan dengan diet dan berolahraga. Emboli paru merupakan efek samping dari
tindakan sedot lemak yang dapat menyebabkan kematian, namun saat ini telah ditemukan suatu
teknik baru sehingga dapat menurunkan resiko untuk terjadinya emboli paru. Adanya penemuan
mengenai peningkatan resistensi insulin setelah tindakan sedot lemak nampaknya masih perlu
dilakukan penelitian lanjutan karena penyebabnya belum diketahui secara pasti. Selain itu
banyak juga penelitian lain yang menyatakan bahwa sedot lemak tidak mempunyai efek samping
dalam meningkatkan resistensi insulin. Maka dari itu, tindakan sedot lemak dapat menurunkan
factor resiko dari penyakit kardiovaskular dan diabetes mielitus.
DAFTAR PUSTAKA
Berntorp, E., Berntorp, K., Brorson, H., & Frick, K. 1998. Liposuction in Dercum ’ s disease : impact on haemostatic factors associated with cardiovascular disease and insulin sensitivity, Journal of Internal Medicine, [e-journal] pp. 197–201, <website http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1046/j.1365-2796.1998.00264.x/pdf>[Accessed 10 April 2013
Goldhaber, S.Z. 1998. Pulmonary embolism. The new England journal of medicine, [e-journal] pp. 93-104. website < http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJM199807093390207> [Accessed 10 April 2013].
I, V. A. F., Cavalcante, R., Ii, B., Luiz, V., Nunes, C., & Oliveira, J. H. 2012. Fat embolism in liposuction and intramuscular grafts in rabbits. Original article Model Biological. [e-journal] 27(5), pp. 289–293. Website http://www.scielo.br/pdf/acb/v27n5/02.pdf [Accessed 10 April 2013].
Klein, S., Fontana, L., Young, V.,Coggan, A., Kilo, C., Patterson, B., Mohammed, B. 2004. Absence of an effect of liposuction on insulin action and risk factors for coronary heart disease. The new England journal of medicine, [e-journal] 350 (25), website <http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Absence+of+an+Effect+of+Liposuction+on+Insulin+Action+and+Risk+Factors+for+Coronary+Heart+Disease >[Accessed 10 April 2013].
Mohammed, B. S., Cohen, S., Reeds, D., & Young, V. L. 2009. Long-term Effects of Large-volume Liposuction on Metabolic Risk Factors for Coronary Heart Disease . NIH Public Access. [e-journal 16(12), pp. 2648–2651. website <http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2656416/pdf/nihms95558.pdf> [Accessed 10 April 2013].
Oliveira, S., Cibantos, J., Ripari & Nascimento, J. 2013. Impact of the aspirated volume of fat tissue in the insulin resistance after liposuction, [e-journal] 40 (1), pp. 17-22. website <http://www.scielo.br/pdf/rcbc/v40n1/en_04.pdf> [Accessed 10 April 2013].
Perdanakusuma, D. 2008. Prinsip umum sedot lemak, Universitas Airlangga [online] website <http://penelitian.unair.ac.id/artikel/7293430ed13151114635a1278645689c_Unair.pdf> [Accessed 10 April 2013].
World Health Organization, 2013. Obesity and overweight, (March 2013) Available at : http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/ [Accessed 10 April 2013].