Upload
vanbao
View
249
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN 2011
ETNOBIOLOGI MASYARAKAT TENGGER DI BROMO TENGGER SEMERU
JAWA TIMUR
Dr. Rodiyati Azrianingsih MSc
Drs. Jati Batoro MSi
Dr. Luchman Hakim M.Agr
Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidian Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional, melalui
DIPA Universitas Brawijaya REV.1 Nomor: 0636/023-04.2.16/15/2011 R,
tanggal 30 Maret 2011 dan berdasarkan surat dari DP2M Dikti Nomor: 121/D3/PL/2011
tanggal 7 Februari 2011
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
NOPEMBER 2011
Bidang Ilmu:
MIPA
Ringkasan
Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan jangka pendek dan panjang
berupa totalitas pengetahuan masyarakat Tengger dalam mengelola sumber daya
hayati serta lingkungannya dalam konteks pengelolaan keanekaragaman hayati yang
berkelanjutan di wilayah Tengger Jawa Timur. Sistem pengetahuan masyarakat
Tengger meliputi pengelolaan sumber daya hayati dan perannya bagi kehidupannya;
mengungkap dan mempelajari teknologi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat
Tengger; mempelajari pengetahuan masyarakat Tengger dan kaitannya dengan
pengelolaan kawasan terutama pengelolaan kawasan konservasi yaitu Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru (TNBTS) serta mempelajari peran sumber daya hayati dalam
kehidupan masyarakat Tengger, dan menyusun konsep pengelolaannya yang mengacu
pada pemanfaatan berkelanjutan untuk memperoleh gambaran tentang dinamika
ekosistem, yang dilakukan masyarakat Tengger.
Metode yang dipergunakan meliputi: Etnobotani dan Etnozoologi. Kajian
etnobotani dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Kualitatif dilakukan “etnodirect
sampling” dengan teknik wawancara langsung maupun semi struktural terhadap
masyarakat Tengger. Analisis manfaat dan kategori manfaat dilakukan untuk melihat
perbandingan manfaat antara jenis-jenis yang berbeda dengan menduga nilai manfaat
konsumtif langsung (Mc. Neely et al. 1990) dan analisis yang lebih mendalam bagi
pemanfaatan setiap jenis tumbuhan digunakan indeks kepentingan budaya (index of
cultural significance, ICS) dari Turner (1988). Etnozoologi meliputi: pemanfaatan
bebagai jenis hewan (fauna) yang digunakan dalam berbagai kepentingan, seperti
sebagai bahan pangan, bahan kerajinan, bahan pakaian, bahan obat-obatan, bahan
hiasan, ritual, peralatan dan lain-lainnya.
Masyarakat Tengger mempunyai sistem pengetahuan keanekaragaan hayati baik
botani dan zoologi cukup baik di lingkungannya. Hal tersebut dapat ditunjukkan cara
mereka mengenal, memanfaatkan dan mengelola keanekaragaman jenis tumbuhan
maupun hewan. Berbagai pemanfaatan jenis tumbuhan dan hewan baik dalam
tanaman budidaya, peternakan maupun teknologi adaptasi yang diperankannya.
Berbagai pemanfaatan jenis tumbuhan adalah untuk bahan pangan, obat-obatan,
bangunan, tali-temali, pembungkus, buah-buahan, bahan kayu bakar, bahan ritual,
bahan racun, teknologi lokal, bahan pewarna, bahan bumbu, tanaman hias, tanaman
konservasi, pakan ternak dan lain-lainnya. Demikian pula pengetahuan tentang
penentuan jenis tumbuhan dan hewan, pencirian dan tata namanya mudah dimengerti,
hal ini tercermin dari terminologi lokal menunjukkan kemampuan mereka dalam
mengelompokkan suatau organisme. Kemampuan pengetahuan tanaman budidaya,
pranata mongso telah diketahui melalui pengetahuan turun temurun dari nenek
moyanggya menurut kalender Tengger.
Pembagian kawasan berdasarkan kegunaan, tata ruang desa, rumah telah
mereka kuasai dengan baik meliputi kawasan pemukiman, kawasan ritual seperti
pedanyangan, sanggar, tata air, sumber air, pertokoan, peladangan, sungai, perbukitan
dan peternakan. Demikian pula tentang hukum kenegaraan dan hukum adat yang tidak
tertulis selalu diikuti semua warganya. Sistem kepemilikan tanah perpajakan, tanah
komplangan atau sewa serta pengolahan dengan sistem bagi hasil serta kompensasi
telah diketahui dengan baik. Sistem peladangan dalam mengolah lahan pertanian dan
peternakan demi keberlanjutan telah diikuti teknologi lokal maupun teknologi modern,
seperti obat-obatan, peralatan mesin penyemprot, mesin bajak.
Pelaksanaan adat budaya yang luhur dilakukan secara bersama-sama,
perasaan sama merupakan sistem tradisi yang luhur dari nenek moyangnya merupakan
aset budaya bangsa. Lingkungan alam pegunungan sejuk dengan gunung Bromo dan
lautan pasir yang indah menjadikan Tengger sebagai pusat pariwisata lokal maupun
internasional.
Summary
The objective of the study was to know totality indigenous knowledge system in
manage environment resources in biodiversity conservation term of the Tengger society
in Bromo Tengger Semeru East Java. They depend on agricultural for food, shelter,
firewood, medicine, trade goods and many other necessities and ritual. Beside that, this
research was also aimed to know the influential relationship between a cultural social
and economy factors toward the diversity of the yard plant and animal variety. This
research had been done in ten villages include Gubuklakah and Ngadas subdistrict
Poncokusumo district regency of Malang; Wonokitri, subdistrict Tosari, Ngadirejo
subdistrict Tutur, Keduwung subdistrict Puspo, reidence Pasuruan; Ngadisari, Ngadas
Wetan subdistrict Sukapura district regency of Probolinggo and Ranupani, Argosari
subdistrict Senduro district regency of Lumajang East Java Province. Research
methods included structural and open ended discussion and direct observation, to
better ascess the extractive activities and utilization of the animals and plant diversity by
local people, an index of cultural significance (ICS) and UVS analysis employed.
Reseach result showed that the Tengger people depent on plants resource for their
livehood and have a good indigenous knowledge about plant diversity surround them.
The result indicated that there were 176 species from families of cultivated plant, wild
plant found around Tengger. Production area Tengger people involved : kebun
(garden), tegal (swidden) and komplangan (agroforestry with Perhutani). Conservation
area concist of Danyangan, Sanggar Pamujan, Bromo montain and sacred forest. The
various utilization plants is a food (8 species), medecines and poisons (49 species),
fibre (5 species), firewood (10 species) and local technology and contruction (9
species), cosmetics (4 species), cigarette (3 species), color (3 species), agricultural (25
species), conservations cultivated and wild (16 species), food animals (17 species),
ornamental plants in hauses (40 spcies), edible fruit (18 species) and ritual (34 species).
The number of animals can be found as game used and environment involed 84
species. Tengger society has good indegonous knowledge about biodiversity and plants
morphological specialized of plant of agricultural. Furthermore after the calculation of
the index of cultural significance show that one have very high value and twelve high
value in Tengger culture and UVS have twelve high value.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1984. Rencana Karya Lima Tahun Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
(TN.BTS). Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan
dan pelestarian Alam Balai Konservasi Sumber Daya alam IV. Malang.
Cotton, C.M. 1996. Ethnobotany:, Principle and Applications. John Wiley & Sons. New
York, USA. Chichester, Brisbane, Toronto, Singapore.
Purwanto, Y. 2003. Metode Penelitian Etnobotani. (tidak dipublikasikan) Laboratorium
Etnobotani, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi. LIPI. Bogor.
Nurudin; Salvina; Vina, D.S.;Faturrohman, D. editor 2004. Agama Tradisional : Potret
Kearifan Hidup Masyarakat Samin dan Tengger. LKIS Yogyakarta.
Rambo, A.T. 1983. Conceptual Approaches to Human Ecology. East-West Environment
and Policy Institute, East-West Center, Honolulu, Hawaii. USA. Research
Report No.14:6, p 1-26.
Stibbe, D. G. and Uhlenbeck, U.M. (1921). Tengger, Encyclopedie van Nederlandch-
Indie Leiden.
Suyitno, 200). Mengenal Upacara Tradisional Masyarakat Suku Tengger. Ttt: Satubuku.
Toledo, M.V. (1992) What is Ethnoecology? Origen, Scope and Implications of A Rising
Dicipline. Ethnoecologica 1(1) : 5 – 21.
Waluyo, E. K. 2008. Review : Research Ethnobotany in Indonesia and the Future
Perspectives Biodiversitas 9(1) 59-63.
Widyaprakosa, S. 1994. Masyarakat Tengger : Latar Belakang Daerah Taman Nasional
Bromo, Yogyakarta : Kanisius.
Zahorka, H. 2007. The Shamanic Belian Sentiu Ritual of Benuaq Ohookng, with Special Attention to the Ritual Use of Plants. Borneo Research Bulletin. vol.38