83
EVALUASI CIPPO PROGRAM PENDAMPINGAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU KELAS X SMA DI KOTA SEMARANG (CIPPO: Context, Input, Process, Product, Outcome) SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Siti Robingah Pujiati 1102413003 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

EVALUASI CIPPO PROGRAM PENDAMPINGAN KURIKULUM 2013 …lib.unnes.ac.id/29547/1/1102413003.pdf · Kurikulum 2013 akan dilaksanakan setiap tahun sampai tahun ajaran 2019/2020. ... (konteks),

Embed Size (px)

Citation preview

EVALUASI CIPPO PROGRAM PENDAMPINGAN

KURIKULUM 2013 BAGI GURU KELAS X SMA DI

KOTA SEMARANG (CIPPO: Context, Input, Process, Product, Outcome)

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Siti Robingah Pujiati

1102413003

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

i

ii

iii

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Man jadda wajada

Jangan hilang keyakinan, tetap berdoa tetap mencoba

Jangan tunda hingga besok apa yang bisa kita lakukan hari ini

Persembahan:

Bismillah...

Dengan penuh rasa syukur dan bahagia kepada

Alloh SWT, Penulis persembahkan karya ini kepada

:

Ayah dan ibu tercinta Bapak Muhammad

Ngabdan dan Ibu Sulastri yang senantiasa

memberikan dukungan moril, materi serta doa

yang tiada henti untuk kesuksesan saya karena

tiada kata seindah lantunan doa dan tiada doa

yang paling khusuk selain doa yang terucap dari

orang tua.

Adiku tercinta Nurul Hidayah dan Auliya Ulfah,

yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan

senyum semangat untuk kakakmu bisa

menyelesaikan karya ini.

Embah, nenek, paman, bibi dan seluruh keluarga

besar yang telah memberikan doa dan dukungan

semangat yang tiada henti.

Ryan Pangeran Nahaar yang tiada henti

memberikan semangat, dukungan dan bantuan

yang sungguh luar biasa sehingga skripsi ini bisa

terselesaikan.

v

ABSTRAK

Pujiati, Siti Robingah. 2017. “Evaluasi CIPPO Program

PendampinganKurikulum

2013 Bagi Guru Kelas X Sekolah Menengah Atas Di Kota Semarang”.

Skripsi. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Sugeng

Purwanto, M.Pd., Pembimbing II Dra. Istyarini, M.Pd.

Kata Kunci: evaluasi program, pendampingan, kurikulum 2013, cippo

Permendikbud no 160 tahun 2014 tentang pemberlakuan Kurikulum 2006 dan

Kurikulum 2013 menyatakan bahwa selambat-lambatnya tahun ajaran 2019/2020

seluruh sekolah di Indonesia telah mengimplementasikan Kurikulum 2013. Pada

tahun 2016 terhadap 2.049 SMA di Indonesia diberikan Pendampingan

Kurikulum 2013. Di Kota Semarang sendiri terdapat 12 sekolah sasaran

pendampingan Kurikulum 2013 pada tahun 2016. Program Pendampingan

Kurikulum 2013 akan dilaksanakan setiap tahun sampai tahun ajaran 2019/2020.

Tujuan umum program adalah memantapkan pemahaman dan keterampilan teknis

guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 khususnya guru kelas X.

Penelitian terdahulu menunjukan bahwa guru masih mengalami kendala dalam

mengimplementasikan Kurikulum 2013 meskipun telah diberikan pendampingan,

pengamatan awal menunjukan bahwa masih terdapat guru yang belum memahami

teknis implementasi kurikulum 2013 khususnya dalam mengimplementasikan

pendekatan saintifik dan penilaian otentik. Sehingga dengan latar belakang

tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan evaluasi terhadap program

pendampingan kurikulum 2013. Melihat beberapa penelitian terkait yang pernah

dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian yang biasanya dilakukan

hanya berfokus pada hasil dan kendala yang dihadapi, padahal evaluasi secara

menyeluruh sangat penting dilakukan. Sehingga dalam penelitian ini peneliti

menggunakan model evaluasi CIPPO.Peneliti mengukur keberhasilan program

dilihat dari 5 komponen yaitu Context (konteks), Input (masukan), Process

(proses), Product (produk), dan Outcome (manfaat). Penelitian ini menggunakan

pendekatan dan metode kuantitatif deskriptif yaitu dengan menggunakan

kuesioner, pengamatan, wawancara dan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan

data. Hasil evaluasi Context menunjukan bahwa 98% program sesuai dengan

kebutuhan guru. Hasil evaluasi Input menunjukan sumber daya yang dimiliki

program sudah sangat baik yaitu mencapai 100%. Evaluasi Process menunjukan

proses kegiatan pendampingan sudah dilaksankan 100% sesuai dengan juknis

pendampingan Kurikulum 2013. Evaluasi product menunjukan 98% guru mampu

melaksanakan pembelajaran dan penilaian berbasis Kurikulum 2013 dengan lebih

baik setelah mengikuti program. Evaluasi manfaat bahwa guru memperoleh

manfaat positif setelah mengikuti pendampingan yaitu meningkatnya sikap,

pengetahuan dan keterampilan dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat nikmat dan karuniaNya,

sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir Skripsi dalam rangka

memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

dengan judul “EVALUASI CIPPO PROGRAM PENDAMPINGAN

KURIKULUM 2013 BAGI GURU KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS

DI KOTA SEMARANG” sesuai harapan dan tanpa halangan yang berarti. Tugas

akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari bantuan dan kerja sama

dengan beberapa pihak. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan

ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang

yang memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi S1 di Universitas

Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang

memberikan ijin dalam penyusunan Tugas Akhir Skripsi.

3. Drs. Sugeng Purwanto, M.Pd. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan yang memberikan kemudahan dalam administrasi dan

penyusunan Tugas Akhir Skripsi.

4. Drs. Sugeng Purwanto, M.Pd. Dosen wali serta dosen pembimbing 1 yang

telah banyak memberikan semangat, dorongan, motivasi dan bimbingan

selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

vii

5. Dra Istyarini,M.Pd. Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan

semangat, dorongan, motivasi dan bimbingan selama penyusunan Tugas

Akhir Skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah

memberikan banyak sekali ilmu dan bimbingan selama masa perkuliahan.

7. Ghanis Putra Widhanarto, S.Pd., M.Pd. Dosen Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan sebagai validator instrumen penelitian yang telah memberikan

saran masukan serta penilaian terhadap instrumen yang akan digunakan

sebagai alat pengumpul data.

8. Pujiadi, S.Pd., M.Pd., M.Kom. Widyaiswara LPMP Jawa Tengah sebagai

validator 2 instrumen penelitian yang telah memberikan saran masukan serta

penilaian terhadap instrumen yang akan digunakan sebagai alat pengumpul

data.

9. Kepala Sekolah SMA Negeri 9 Semarang Bapak Dr. Siswanto, M.Pd yang

telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di SMA Negeri 9

Semarang

10. Kepala Sekolah SMA Negeri 12 Bapak Kusno, S.Pd. M.Si. yang telah

memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di SMA Negeri 12

Semarang

11. Kepala Sekolah SMA Institut Indonesia Semarang Bapak Drs. H Wahyana,

M.Si yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di SMA

Institut Indonesia Semarang

viii

12. Kepala sekolah SMA Islam Sultan Agung Semarang Ibu Dra. Siti

Mubarokatut Darojati yang telah memberikan izin untuk melaksanakan

penelitian di SMA Islam Sultan Agung Semarang

13. Guru Sasaran Program Pendampingan Kurikulum 2013 tahun 2016 Ibu

Novi, Ibu Yayuk, Bapak Teguh dan Bapak Didik yang telah membantu

pelaksanaan penelitian.

14. Seluruh guru kelas X di SMA Negeri 9 Semarang, SMA Negeri 12

Semarang, SMA Institut Indonesia Semarang dan SMA Islam Sultan Agung

Semarang yang telah berkontribusi sehingga terselesainya penelitian ini.

15. Segenap Guru serta Karyawan di SMA Negeri 9 Semarang, SMA Negeri 12

Semarang, SMA Institut Indonesia Semarang dan SMA Islam Sultan Agung

Semarang yang telah membantu dan memudahkan peneliti dalam proses

penelitian.

16. Teman-teman Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah memberikan

arahan dan masukan, dan segenap pihak yang peneliti tidak dapat sebutkan

satu persatu yang membantu baik secara materil maupun imateril dalam

terselesainya Skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak di atas dapat

menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT, dan

tentunya semoga Tugas Akhir Skripsi ini dapat memberikan informasi serta

manfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkan.

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... i

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 8

1.3 Batasan Masalah .......................................................................................... 9

1.4 Rumusan Masalah ....................................................................................... 10

1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10

1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 11

BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KERANGKA BERPIKIR .......... 12

2.1 Kerangka Teoritik ...................................................................................... 12

2.1.1 Teknologi Pendidikan ............................................................................. 12

2.1.1.1 Definisi Teknologi Pendidikan ........................................................... 12

x

2.1.1.2 Kawasan Teknologi Pendidikan ......................................................... 14

2.1.2 Evaluasi Program .................................................................................... 18

2.1.2.1 Konsep Evaluasi Program .................................................................... 18

2.1.2.2 Pentingnya Evaluasi Program ............................................................. 21

2.1.2.3 Tujuan Evaluasi Program ..................................................................... 22

2.1.2.4 Manfaat Evaluasi Program ................................................................... 23

2.1.2.5 Model Evaluasi ................................................................................... 23

2.1.2.6 Pendekatan Evaluasi CIPPO ................................................................ 29

2.1.2.7 Kriteria dalam Evaluasi ....................................................................... 31

2.1.2.8 Langkah-Langkah Evaluasi Program .................................................. 31

2.1.3 Pendampingan Kurikulum 2013 SMA ................................................... 33

2.1.3.1 Hakikat Program Pendampingan Kurikulum 2013 .............................. 33

2.1.3.2 Tujuan Program .................................................................................. 35

2.1.3.3 Pelaksanaan Pendampingan ................................................................ 36

2.1.4 Kurikulum 2013 ..................................................................................... 38

2.1.4.1 Karakteristik Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 ........................... 38

2.1.4.2 Perencanaan Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 ........................... 40

2.1.4.3 Pembelajaran Saintifik dalam Kurikulum 2013 .................................. 44

2.1.4.4 Penilaian Otentik dalam Kurikulum 2013 .......................................... 49

2.1.5 Guru Kelas X SMA Dalam Kurikulum 2013 ......................................... 52

2.1.5.1 Peran Guru kelas X SMA dalam kurikulum 2013 .............................. 52

2.2 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 54

xi

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 56

3.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 56

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 56

3.3 Populasi Dan Sampel ................................................................................. 57

3.3.1 Populasi ................................................................................................... 57

3.3.2 Sampel Penelitian .................................................................................... 57

3.4 Fokus Penelitian ......................................................................................... 58

3.5 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 58

3.5.1 Jenis Data Penelitian ............................................................................... 58

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 59

3.6 Instrumen Penelitian .................................................................................. 61

3.7 Validitas Dan Reliabilitas Instrumen ......................................................... 67

3.7.1 Validitas Instrumen Penelitian ................................................................ 67

3.7.2 Reliabilitas Instrumen Penelitian ............................................................ 70

3.8 Teknik Analisis Data .................................................................................. 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 74

4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 74

4.2.1 Karakteristik Responden ......................................................................... 74

4.2.2 Pelaksanaan Program Pendampingan Kurikulum 2013

Di Kota Semarang ................................................................................... 77

4.1.3.1 Analisis Variabel Penelitian ................................................................. 77

4.1.2.1.1 Komponen Context (Konteks) .......................................................... 77

4.1.2.1.2 Komponen Input (Masukan) ............................................................. 93

xii

4.1.2.1.3 Komponen Process (Proses) ........................................................... 108

4.1.2.1.4 Komponen Product (Hasil) ............................................................. 131

4.1.2.1.5 Komponen Outcome (Manfaat) ...................................................... 144

4.1.3 Analisis Evaluasi Program Pendampingan Kurikulum dari Setiap

Komponen Penelitian ................................................................................ 160

4.1.3.1 Analisis Evaluasi Program Pendampingan Kurikulum 2013 dari

Komponen Context ................................................................................... 161

4.1.3.2 Analisis Evaluasi Program Pendampingan Kurikulum 2013 dari

Komponen Input ...................................................................................... 163

4.1.3.3 Analisis Evaluasi Program Pendampingan Kurikulum 2013 dari

Komponen Proses .................................................................................... 165

4.1.3.4 Analisis Evaluasi Program Pendampingan Kurikulum 2013 dari

Komponen Product .................................................................................. 167

4.1.3.5 Analisis Evaluasi Program Pendampingan Kurikulum 2013 dari

Komponen Outcome ................................................................................. 170

4.2 Pembahasan .............................................................................................. 174

4.1.3.1 Evaluasi Program Pendampingan Kurikulum 2013 ............................ 174

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 181

5.1 Simpulan ................................................................................................... 181

5.2 Saran ......................................................................................................... 183

5.3 Rekomendasi Penelitian ........................................................................... 184

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 185

LAMPIRAN ................................................................................................... 187

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi Kisi Instrumen Penelitian ......................................................... 62

Tabel 3.2 Kisi Kisi Kuesioner Evaluasi Program ............................................ 63

Tabel 3.3 Kisi Kisi Lembar Pengamatan Penyususnan RPP ............................ 64

Tabel 3.4 Kisi Kisi Lembar Pengamatan Proses KBM ..................................... 65

Tabel 3.5 Kisi Kisi Lembar Pengamatan Penilaian oleh Guru ......................... 66

Tabel 3.6 Kisi Kisi Panduan Wawancara .......................................................... 66

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas ............................................................................ 70

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................ 71

Tabel 3.9 Pembagian Kelas Analisis Deskriptif Mean .................................... 73

Tabel 3.10 Pembagian Kelas Hasil Pengamatan Analisis Deskriptif Rerata .. 73

Tabel 4.1 Evaluasi Pemahaman Guru terhadap Tujuan Program .................... 79

Tabel 4.2 Evaluasi Program yang Diselenggarakan Sesuai dengan Kebutuhan

Guru ................................................................................................. 80

Tabel 4.3 Program Pendampingan Sesuai dengan Ekspektasi Guru ................ 82

Tabel 4.4 Materi yang Diberikan Sesuai dengan Kebutuhan Guru ................. 84

Tabel 4.5 Alokasi Waktu Sesuai dengan Bobot Materi ................................... 86

Tabel 4.6 Metode yang Digunakan Sesuai dengan Tujuan Program ............... 87

Tabel 4.7 Materi Relevan dalam Mengubah Mindset Guru ............................. 88

Tabel 4.8 Materi Memuat Hal-Hal Kebaruan .................................................. 90

Tabel 4.9 Materi Sesuai antara Teori dan Praktik ............................................ 92

xiv

Tabel 4.10 Instruktur Pendamping Menguasai Materi dengan Baik ................ 94

Tabel 4.11 Metode Penyampaian Materi oleh Instruktur Pendamping Mudah

Diterima ......................................................................................... 96

Tabel 4.12 Instruktur Pendamping Memiliki Disiplin Kehadiran yang Tinggi 97

Tabel 4.13 Instruktur Pendamping Menjawab Pertanyaan Peserta dengan

Baik ............................................................................................... 99

Tabel 4.14 Instruktur Pendamping Mendampingi Materi praktik dalam Kegiatan

Pendampingan ............................................................................. 101

Tabel 4.15 Instruktur Pendamping Melaksanakan Tugasnya dengan Baik ... 102

Tabel 4.16 Kualifikasi Instruktur Pendamping Ditentukan oleh LPMP Jawa

Tengah ......................................................................................... 102

Tabel 4.17 Petugas Memberikan Pelayanan yang Maksimal ......................... 103

Tabel 4.18 Pada Saat kegiatan IHT, Ruang Kelas Bersih dan Nyaman ........ 105

Tabel 4.19 Terdapat Sarana Pendukung dalam Menyampaikan Materi

Pendampingan Seperti LCD Proyektor dan Sound ...................... 106

Tabel 4.20 Terdapat Modul/Bahan Ajar yang Layak Untuk Menunjang

Kegiatan ....................................................................................... 107

Tabel 4.21 Guru Mengikuti IHT yang Dilaksanakan di Sekolah Sasaran Selama

Lima Hari .................................................................................... 109

Tabel 4.22 Narasumber/Fasilitator adalah TIM Instruktur Kabupaten atau

Guru Sasaran ................................................................................ 111

Tabel 4.23 Guru Mengikuti Kegiatan Bimbingan Teknis Kurikulum 2013 yang

Dilaksanakan Melalui Dua Tahap yaitu On 1 dan On 2 ............. 113

xv

Tabel 4.24 On 1 Dilaksanakan Selama Dua Hari di Sekolah Masing Masing dan

Tanpa Mengganggu Proses KBM di Sekolah ............................. 114

Tabel 4.25 On 2 Dilaksanakan Selama Dua Hari di Sekolah Masing-Masing

Setelah Kegiatan In 1 dan Tanpa Mengganggu Proses KBM di

Sekolah ........................................................................................ 115

Tabel 4.26 Guru Memperoleh Bimbingan yang Maksimal oleh Pembimbing

dengan Waktu yang Diberikan ..................................................... 117

Tabel 4.27 Pada Kegiatan On, Guru Memperoleh Bimbingan Teknis yang

Sesuai dengan Mata Pelajaran yang Diampu .............................. 119

Tabel 4.28 Guru Menganalisis SKL, KI, KD, Silabus dan Sumber Belajar

Dalam Kurikulum 2013 dengan Didampingi Instruktur

Pendamping ................................................................................. 120

Tabel 4.29 Guru Mengembangkan RPP Didampingi Instruktur Pendamping 122

Tabel 4.30 Guru Mengembangkan Perangkat Penilaian dengan Didampingi

Instruktur Pendamping ................................................................ 123

Tabel 4.31 Praktik Pelaksanaan Proses Penilaian dengan Didampingi oleh

Instruktur Pendamping ................................................................ 125

Tabel 4.32 Praktik Pengolahan Nilai dan Administrasi Evaluasi Hasil belajar

dengan Didampingi Instruktur Pendamping ............................... 126

Tabel 4.33 Kegiatan In Dilaksanakan Melalui Dua Tahap Yaitu In 1 dan

In 2 dan Tanpa Mengganggu Proses KBM di Sekolah ............... 127

Tabel 4.34 In 1 Dilaksanakan di Sekolah Induk Klaster Selama Satu Hari

Setelah On 1 dan Tanpa Mengganggu Proses KBM di Sekolah . 128

xvi

Tabel 4.35 In 2 Dilaksanakan di Sekolah Induk Klaster Selama Satu Hari

Setelah On 2 dan Tanpa Mengganggu Proses KBM di Sekolah . 130

Tabel 4.36 Setelah Mengikuti Program Guru Mampu Mengembangkan

RPP Secara Mandiri .................................................................... 132

Tabel 4.37 Setelah Mengikuti Program Pengetahuan Guru Mengenai

Kurikulum 2013 Meningkat ........................................................ 133

Tabel 4.38 Setelah Mengikuti Program Guru Mampu Menerapkan

Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 Secara Mandiri ........... 135

Tabel 4.39 Setelah Mengikuti Program Pemahaman Guru Mengenai

Penilaian Otentik Meningkat ....................................................... 138

Tabel 4.40 Setelah Mengikuti Program Guru Menerapkan Penilaian

Otentik dengan Baik .................................................................... 139

Tabel 4.41 Setelah Mengikuti Program Guru Mampu Mengembangkan

Perangkat Penilaian dengan Lebih Baik ...................................... 140

Tabel 4.42 Setelah Mengikuti Program Guru Mampu Melaksanakan Penilaian

dengan Lebih Baik ...................................................................... 141

Tabel 4.43 Guru Mampu Mengolah Nilai dan Administrasi Evaluasi Hasil

Belajar dengan Lebih Baik Setelah Mengikuti Program ............. 143

Tabel 4.44 Peningkatan Sikap Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran

Berbasis Kurikulum 2013 di Sekolah .......................................... 145

Tabel 4.45 Peningkatan Keterampilan Guru dalam Merancang Pembelajaran

Berbasis Kurikulum 2013 di Sekolah .......................................... 146

Tabel 4.46 Hasil Rerata Pengamatan Terhadap Dokumen RPP .................... 147

xvii

Tabel 4.47 Peningkatan Keterampilan Guru dalam Melaksanakan

Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 ...................................... 149

Tabel 4.48 Hasil Rerata Pengamatan Terhadap Proses Kegiatan Belajar

Mengajar ...................................................................................... 150

Tabel 4.49 Peningkatan Keterampilan dalam Melaksanakan Penilaian ........ 154

Tabel 4.50 Hasil Rerata Pengamatan Terhadap Proses Kegiatan Penilaian .. 154

Tabel 4.51 Guru Berprilaku Sesuai dengan Apa yang Telah Diajarkan Saat

Pendampingan Kurikulum 2013 .................................................. 156

Tabel 4.52 Guru Mengalami Perubahan Budaya Kerja Setelah Mengikuti

Pendampingan Kurikulum 2013 .................................................. 157

Tabel 4.53 Guru Dapat Melaksanakan Tugasnya Secara Maksimal .............. 158

Tabel 4.54 Guru Mendapatkan Manfaat Positif dengan Mengikuti

Pendampingan Kurikulum 2013 .................................................. 159

Tabel 4.55 Pembagian Kelas Analisis Deskriptif Mean Context ................... 161

Tabel 4.56 Pembagian Kelas Analisis Deskriptif Mean Input ........................ 163

Tabel 4.57 Pembagian Kelas Analisis Deskriptif Mean Process ................... 165

Tabel 4.58 Pembagian Kelas Analisis Deskriptif Mean Product .................. 168

Tabel 4.59 Pembagian Kelas Analisis Deskriptif Mean Outcome .................. 171

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Definisi Teknologi Pendidikan AECT 1994 ............................... 13

Gambar 2.2 Definisi Teknologi Pendidikan AECT 2004 ................................ 14

Gambar 2.3 Kedudukan Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi ......................... 20

Gambar 2.4 Strategi Pelaksanaan Pendampingan Kurikulum 2013 SMA ....... 36

Gambar 2.5 Struktur Program In House Training Kurikulum 203 .................. 37

Gambar 2.6 Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik .................. 45

Gambar 2.7 Kerangka Berpikir Penelitian ....................................................... 55

Gambar 4.1 Grafik Responden Penelitian ........................................................ 75

Gambar 4.2 Grafik Usia Responden ................................................................ 75

Gambar 4.3 Grafik Responden yang Mengikuti Program Pendampingan Tahun

2016 ............................................................................................ 76

Gambar 4.4 Grafik Hasil Evaluasi Context .................................................... 162

Gambar 4.5 Grafik Hasil Evaluasi Input ......................................................... 164

Gambar 4.6 Grafik Hasil Evaluasi Process .................................................... 166

Gambar 4.7 Grafik Hasil Evaluasi Product ................................................... 169

Gambar 4.8 Grafik Hasil Evaluasi Outcome .................................................. 172

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penelitian .................................................................... 188

Lampiran 2 Hasil Validasi Instrumen Penelitian oleh Ahli ............................ 202

Lampiran 3 Output Hasil Uji Validitas Menggunakan SPSS Versi 16 ............ 20

Lampiran 4 Output Hasil Uji Reliabilitas Menggunakan SPSS Versi 16 ...... 223

Lampiran 5 Output Hasil Analisis Data .......................................................... 226

Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 236

Lampiran 7 Surat Telah Melaksanakan Penelitian ......................................... 242

Lampiran 8 Hasil Revisi Instrumen Penelitian .............................................. 246

Lampiran 9 Foto Kegiatan ............................................................................. 249

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab I

Pasal I tentang Sistem Pendidikan Nasional telah dijelaskan tentang tujuan

pendidikan di Indonesia. Dari tujuan tersebut, pemerintah menetapkan kurikum

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar pada tiap jenjang

pendidikan. Kurikulum memiliki peran yang sangat penting dalam dunia

pendidikan sehingga kurikulum disebut sebagai jantungnya pendidikan,

kurikulum juga merupakan salah satu kunci untuk menentukan kualitas SDM

Indonesia. Karena perannya tersebut maka setiap kurun waktu tertentu kurikulum

selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar.

Pada bulan Juli tahun 2014, pemerintah Republik Indonesia memberlakukan

Kurikulum baru yakni Kurikulum 2013 secara terbatas di beberapa sekolah di

Indonesia, namun dikarenakan masih ditemukannya kendala-kendala teknis dalam

implementasi Kurikulum 2013, maka Kurikulum 2013 mengalami revisi pada

awal implementasi, hal ini dibuktikan dengan adanya Peraturan Menteri Nomor

160 Tahun 2014 tentang pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.

Melalui Peraturan tersebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan

penyempurnaan Kurikulum 2013 dan penataan kembali implementasi Kurikulum

2013 pada satuan pendidikan dasar dan menengah, termasuk SMA.

2

Transisi Implementasi Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013 tentunya

membutuhkan persiapan yang matang, dalam hal tersebut yang jauh lebih penting

adalah guru sebagai ujung tombak pelaksana Kurikulum 2013, sehingga guru

harus memiliki pemahaman dan kemampuan teknis dalam mengimplementasikan

Kurikulum 2013. Karena sebaik apapun kurikulum dibuat jika yang menjalankan

tidak memiliki kemampuan yang baik maka kurikulum tersebut tidak akan

berjalan dengan baik dan tidak akan memberikan perubahan apapun.

Merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160

Tahun 2014 tersebut pemerintah memberikan kesempatan kepada sekolah untuk

mempersiapkan diri selambat-lambatnya tahun ajaran 2019/2020 seluruh sekolah

di Indonesia telah mengimplementasikan Kurikulum 2013. Melalui Peraturan

tersebut juga dan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah, maka di

programkan Pendampingan Kurikulum 2013 bagi seluruh jenjang pendidikan

mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah

Atas secara bertahap setiap tahun sampai tahun ajaran 2019/2020.

Pada tahun 2016, Program Pendampingan Kurikulum 2013 dilaksanakan di

2.049 sekolah di seluruh Indonesia, sementara di Kota Semarang terdapat 12

Sekolah Menengah Atas yang menjadi sekolah sasaran Pendampingan Kurikulum

2013. Program Pendampingan Kurikulum 2013 merupakan salah satu program

yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, tepatnya bulan Juni-Desember 2016

dengan 5 kegiatan pokok.

3

Tujuan program Pendampingan Kurikulum 2013 adalah salah satunya

meningkatkan keterampilan teknis dan memantapkan guru mata pelajaran kelas X

dalam melaksanakan proses pembelajaran dan penilaian disekolah. Program

Pendampingan Kurikulum dilaksanakan sesuai dengan Juknis Pendampingan

Kurikulum 2013 tahun 2016.

Kegiatan Program Pendampingan Kurikulum 2013 diawali dengan kegiatan

In House Training (IHT) Kurikulum 2013 yang diselenggarakan disekolah

sasaran dan diikuti seluruh komponen sekolah. Kegiatan IHT bertujuan untuk

memberikan pemahaman tentang substansi implementasi Kurikulum 2013.

Selanjutnya dilaksanakan ON 1 (Bimbingan teknis tahap 1) yang merupakan

Bimbingan teknis Kurikulum 2013 tahap 1 oleh instruktur pendamping kepada

guru mata pelajaran kelas X selama dua hari. Dilanjutkan kegiatan IN 1 yang

merupakan evaluasi Bimbingan teknsi tahap 1, kegiatan IN 1 diikuti oleh

perwakilan setiap sekolah sasaran dan seluruh tim pendamping Kurikulum 2013.

Dilanjutkan implementasi Kurikulum 2013 secara mandiri sebelum dilakukan ON

2 (Bimbingan teknis tahap 2). ON dan IN dilaksanakan dua tahap dalam jangka

waktu 6 bulan.

Meskipun telah mengikuti Pendampingan Kurikulum 2013, tapi masih

ditemukan beberapa guru yang mengalami kendala dalam mengimplementasikan

kurikulum 2013, seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyasari dan

Muhammad Yaumi dalam jurnalnya yang berjudul Evaluasi Program

Pendampingan Guru SD Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Simpulan dari

Penelitian tersebut adalah

4

“Setelah mengikuti Program Pendampingan Kurikulum 2013, masih

terdapat kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan

kurikulum 2013, yaitu pendekatan saintifik, membuat soal ulangan harian,

rekapitulasi nilai ke dalam raport. Pandangan guru tentang pelaksanaan

pendampingan K 13 berada pada kategori baik” (Widyasari & Muhammad

Yaumi, 2014)

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Refita Aqdwirida pada tahun 2016

dalam jurnalnya yang berjudul Implementasi Kurikulum 2013 di SMA Negeri 2

Magelang juga menunjukan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam

pelaksanaan Kurikulum 2013 terkait tentang media, pengemasan pembelajaran

dan penilaian hasil belajar siswa. (Aqdiwirida Refita, 2016)

Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayuk

Kusumastuti, Sudiyanto, dan Dini Octoria dalam Jurnal Tata Arta (2016: 118-133)

yang menyatakan bahwa kesulitan yang dihadapi guru dalam melaksanakan

Kurikulum 2013 diketahui melalui tiga aspek pembelajaran yaitu perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.

Selain penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, berdasarkan wawancara

awal yang dilakukan peneliti dengan waka kesiswaan disalah satu SMA Negeri di

Kota Semarang bahwa sekolahnya telah mengimplementasikan Kurikulum 2013

dan merupakan sekolah sasaran Program Pendampingan Kurikulum 2013 tahun

2016, namun beberapa guru masih bingung dalam melaksanakan pembelajaran

dan penilaian otentik sehingga model pembelajaran dan penilaian yang dilakukan

monoton diskusi kelompok dan penilaian proyek.

Selain itu Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap

Laporan Pendampingan Kurikulum 2013 yang menjadi arsip LPMP Jawa Tengah

bahwa mayoritas saran yang diberikan adalah diperlukan Pendampingan

5

Kurikulum 2013 secara terus menerus, sehingga hal tersebut menimbulkan

persepsi bahwa Program Pendampingan yang dilakukan masih belum berhasil

100%.

Dari ketiga penelitian terdahulu yang telah dilakukan, hasil wawancara awal

dan pengamatan awal yang dilakukan peneliti terhadap kemampuan guru dalam

mengimplementasikan Kurikulum 2013 menunjukan bahwa guru masih memiliki

keterampilan yang rendah dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013

khususnya dalam melaksanakan pembelajaran dan penilaian meskipun telah

diberikan Pelatihan dan Pendampingan Kurikulum 2013.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

Evaluasi terhadap Program Pendampingan Kurikulum 2013 Bagi Guru Kelas X

Sekolah Menengah Atas Di Kota Semarang. Hal ini bertujuan untuk

menggambarkan tingkat keberhasilan Program Pendampingan Kurikulum 2013

bagi Guru Kelas X.

Sementara evaluasi yang dilakukan oleh Widyasari dan Muhammad Yaumi

terkait evaluasi Program Pendampingan pada tahun 2014 hanya berfokus pada

hasil yang di capai dari Program Pendampingan Kurikulum 2013 pada tahun

2014, Penelitian yang dilakukan oleh Refita Aqdiwirida, dan Ayuk Kusumastuti,

Sudiyanto, dan Dini Octoria hanya berfokus pada kendala yang dihadapi guru

dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013

Hal tersebut menunjukan bahwa evaluasi yang sering dilakukan adalah

evaluasi yang hanya mengevaluasi hasil program dan kendala yang dihadapi,

padahal evaluasi terhadap keseluruhan program mulai dari konteks, masukan,

6

proses, hasil dan manfaat program sangat penting, karena suatu program

dikatakan berhasil apabila telah mencapai tujuan dan memberikan manfaat

(Arikunto dan Cepi, 2010)

Evaluasi adalah sebuah proses menentukan hasil yang telah di capai suatu

program yang telah di rencanakan. Evaluasi terhadap Program Pendidikan

merupakan hal yang penting untuk menentukan alternatif dalam mengambil

keputusan mengenai bekerjanya program. Hal ini sama halnya dengan Arikunto

dan Cepi (2010: 2) yang menyatakan evaluasi merupakan kegiatan untuk

mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi

tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil

keputusan.

Selain untuk melihat hasil yang telah dicapai oleh suatu program, evaluasi

program juga penting untuk melihat pencapaian keberhasilan suatu program dan

menutupi setiap kekurangan dari waktu ke waktu, seperti yang dikemukakan oleh

Delviati (2016) yang menyatakan bahwa pengembangan Program Pendampingan

harus disertai evaluasi pada setiap tahapnya agar dapat terkendali

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Mahmudi (2011) yang menyatakan

bahwa evaluasi pendidikan perlu dilakukan secara rutin untuk meningkatkan

kualitas dan pelayanan suatu program dan menutupi setiap kekurangan dari waktu

ke waktu.

Evaluasi Program Pendidikan menurut suharsimi arikunto (2010) banyak

sekali modelnya salah satunya adalah model evaluasi CIPPO (Context, Input,

Process, Product, Outcome) yang dikembangkan oleh Stuflebeam, dkk (1967).

7

Model evaluasi CIPPO adalah model evaluasi yang memandang sebuah program

sebagai sebuah sistem, sehingga apabila evaluator telah memutuskan akan

menggunakan model ini maka evaluator harus mengevaluasi program tersebut

lebih mendalam dan detail berdasarkan komponen-komponenya.

Dalam mengevaluasi Program Pendampingan Kurikulum 2013,

keberhasilan Program Pendampingan Kurikulum 2013 dilihat dari lima komponen

yaitu komponen Context, Input, Process, Product dan Outcome.

Penggunaan model evaluasi CIPPO mampu memberikan gambaran

keberhasilan program secara detail dan menyeluruh. Hal ini sesuai dengan

pendapat Amat Jaedun (2010:10)

“Untuk mengevaluasi suatu program, selain empat komponen konteks (C),

masukan atau Input (I), Proses (P), dan hasil atau produk (P), juga

diperlukan evaluasi terhadap dampak atau outcome (O), yaitu bagaimana

keberhasilan lulusan baik di masyarakat ataupun di tempat kerjanya”

Evaluasi komponen Context yaitu evaluasi terhadap kebutuhan dengan

tujuan program, apakah program pendampingan Kurikulum 2013 telah benar-

benar tepat untuk mengatasi masalah yang ada. Evaluasi komponen Input yaitu

evaluasi terhadap sumber daya program yang mendukung pelaksanaan program

pendampingan kurikulum 2013. Evaluasi komponen Process yaitu evaluasi

terhadap bagaimana proses pelaksanaan kegiatan program, apakah kegiatan telah

dilaksanakan sesuai dengan juknis pelaksanaan program. Evaluasi komponen

Product yaitu evaluasi terhadap hasil program pendampingan apakah hasilnya

sesuai dengan harapan program atau tidak. Evaluasi komponen Outcome yaitu

evaluasi terhadap kebermanfaatan program bagi guru kelas X.

8

Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik untuk mengevaluasi Program

Pendampingan Kurikulum 2013 bagi Guru Kelas X Sekolah Menengah Atas

menggunakan model evaluasi CIPPO dikarenakan dapat memberikan gambaran

keberhasilan program secara menyeluruh mulai dari konteks, input, process,

product dan outcome.

Peneliti mengambil guru kelas X sebagai subyek penelitian dikarenakan

Program Pendampingan Kurikulum 2013 tahun 2016 ditujukan lebih spesifik bagi

guru kelas X, hal ini karena yang mengimplementasikan Kurikulum 2013 di SMA

adalah hanya kelas X, sehingga guru kelas X benar benar harus dituntut untuk

mampu mengimplementasikan Kurikulum 2013.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas akhirnya dapat di identifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Transisi Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013 menuntut guru kelas X

mampu memahami konsep Kurikulum 2013, teknis dan implementasinya;

2. Kurikulum 2013 memiliki karakteristik yang berbeda dengan KTSP

sehingga pada penelitian terdahulu menunjukan bahwa guru di Provinsi

Jawa Tengah masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan Kurikulum

2013;

3. Program pendampingan Kurikulum 2013 akan dilaksanakan setiap tahun

sampai tahun pelajaran 2019/2020, sehingga diperlukan evaluasi pada akhir

program agar program tahun selanjutnya menjadi lebih baik;

9

4. Evaluasi yang selama ini dilakukan adalah evaluasi pada aspek hasil dan

kendala-kendala yang ditemukan. Padahal evaluasi secara menyeluruh

sangat penting dilakukan;

5. Melihat rekomendasi laporan program pendampingan yang dibuat sekolah

sasaran bahwa diperlukannya pendampingan secara terus menerus oleh

“pendamping” sehingga menimbulkan persepsi bahwa guru masih belum

siap secara penuh untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 secara

mandiri;

6. Belum ada yang megevaluasi program pendampingan Kurikulum 2013

SMA di Kota Semarang dilihat dari komponen Context, input, proces,

product dan outcome sehingga Perlu di lakukan evaluasi terhadap program

tersebut untuk mengetahui gambaran keberhasilan program dan

kebermanfaatan program bagi guru yang didampingi.

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghasilkan evaluasi yang sesuai dengan permasalahan dalam

program pendampingan kurikulum 2013, maka masalah evaluasi dibatasi pada:

1. Pelaksanan progam Pendampingan Kurikulum 2013 di Kota Semarang yang

di selenggarakan oleh LPMP Jawa Tengah tahun 2016;

2. Penelitian dilakukan pada guru kelas X yang mengikuti program

pendampingan Kurikulum 2013 yang di selenggarakan oleh LPMP Jawa

Tengah tahun 2016;

10

3. Evaluasi konteks yaitu evaluasi terhadap kebutuhan dengan tujuan program,

Apakah program pendampingan Kurikulum 2013 telah benar benar tepat

untuk mengatasi masalah yang ada;

4. Evaluasi Masukan yaitu evaluasi terhadap sumber daya yang mendukung

pelaksanaan program pendampingan Kurikulum 2013;

5. Evaluasi Proses mengevaluasi bagaimana proses pelaksanaan kegiatan,

apakah kegiatan sesuai dengan tujuan program. Dan apakah kegiatan telah

di laksanakan sesuai dengan juknis pelaksanaan program;

6. Evaluasi Produk yaitu evaluasi terhadap hasil program, sejauh mana tingkat

keberhasilan program dalam mencapai tujuan, apakah produk yang

dihasilkan sesuai dengan harapan. Dalam hal ini apakah guru kelas X telah

mantap dalam melaksanakan Kurikulum 2013;

7. Evaluasi Keluaran (Outcome) Evaluasi Outcome adalah evaluasi terhadap

kebermanfaatan program bagi guru yang didampingi khusunya dalam

pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan Kurikulum 2013.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka masalah yang

dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan program pendampingan Kurikulum 2013 sesuai

dengan model evaluasi CIPPO ?

2. Bagaimana kebermanfaatan program Pendampingan Kurikulum 2013 bagi

guru kelas X ?

11

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah:

1. Memperoleh gambaran mengenai Apakah Program Pendampingan

Kurikulum 2013 telah benar benar tepat untuk mengatasi masalah yang ada;

2. Memperoleh gambaran mengenai sumber daya Program Pendampingan

Kurikulum 2013;

3. Memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan kegiatan yang ada dalam

program Program Pendampingan Kurikulum 2013;

4. Memperoleh gambaran mengenai hasil Program Pendampingan Kurikulum

2013 bagi guru kelas X;

5. Memperoleh gambaran mengenai kebermanfaatan Program Pendampingan

Kurikulum 2013 bagi guru kelas X.

1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka dengan diadakannya penelitian

ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi LPMP Provinsi Jawa Tengah , hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai tolok ukur keberhasilan program pendampingan Kurikulum 2013 di

Kota Semarang yang diselenggarakan oleh LPMP Provinsi Jawa Tengah.

Sekaligus dapat digunakan sebagai masukan dan evaluasi dalam

menyelenggarakan program pada tahun selanjutnya;

12

2. Bagi guru dan satuan pendidikan yang mengikuti pendampingan dapat

digunakan sebagai tolok ukur seberapa besar manfaat yang didapat dari

program Pendampingan Kurikulum 2016.

12

BAB II

KERANGKA TEORITIK DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Kerangka Teoritik

2.1.1 Teknologi Pendidikan

2.1.1.1 Definisi Teknologi Pendidikan

Teknologi Pendidikan sebagai disiplin keilmuan, pada awalnya berkembang

sebagai bidang kajian di Amerika Serikat. Organisasi tertua yang

mengembangkan disiplin ilmu Teknologi Pendidikan adalah The Asosiasi For

Educational Communication and Technology (AECT).

AECT berdiri sejak tahun 1923 dan merupakan sebuah asosiasi profesional

pendidik dan orang peduli pendidikan yang kegiatannya diarahkan untuk

memperbaiki pembelajaran melalui teknologi. AECT sudah memiliki ribuan

anggota yang tersebar di 24 negara dan 6 afiliasi internasional. Asosiasi ini pula

yang mengeluarkan definisi resmi mengenai teknologi pendidikan yang

disesuaikan dengan perkembangan teknologi. Tahun 1963, AECT mengeluarkan

definisi resmi mengenai teknologi pendidikan. Berikut definisi teknologi

pendidikan menurut AECT 1963.

“Komunikasi audio visual adalah cabang dari teori dan praktik pendidikan

yang terutama berkepentingan dengan mendesain dan menggunakan pesan

guna mengendalikan proses belajar. Kegiatannya meliputi : (a)mempelajari

kelemahan dan kelebihan yang unik maupun yang relatif, dari pesan baik

yang diungkapkan dalam bentuk gambar, maupun yang bukan, dan yang

digunakan untuk tujuan apapun dalam proses belajar, dan (b) Penstrukturan

dan sistemisasi pesan oleh orang maupun instrumen dalam lingkungan

pendidikan. Kegiatan ini meliputi perencanaan, produksi, pemilihan,

manajemen, dan pemanfaatan dari komponen maupun keseluruhan system

13

pembelajaran. Tujuan praktiknya ialah pemanfaatan tiap metode dan

medium komunikasi secara efektif untuk membantu pengembangan potensi

pebelajar (orang yang belajar) secara maksimal” (Subkhan, 2013)

Selanjutnya definisi tersebut telah beberapa kali mengalami pembaharuan,

berikut ringkasan definisi baru mengenai teknologi pendidikan yang resmi

dikemukakan oleh AECT pada tahun 1977

“Teknologi pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi

orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah

dan merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola pemecahan masalah

dalam segala aspek belajar pada manusia” (Subkhan, 2013)

Definisi teknologi pendidikan yang dikemukakan AECT pada tahun 1994

dalam subkhan (2013) adalah sebagai berikut :

“Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain,

pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi proses dan

sumber belajar” (Subkhan,2013)

Gambar 2.1 : Definisi Teknologi Pendidikan AECT 1994

Definisi teknologi pendidikan terus berkembang sesuai dengan

berkembangnya jaman, hingga pada tahun 2004 muncul definisi teknologi

14

pendidikan yang baru yang dikemukakan oleh AECT. Definisi teknologi

pendidikan oleh AECT tahun 2004 dalam subkhan (2013) adalah dibawah ini.

“Educational technology is the study and ethical practice of facilitating

learning and improving performance by creating, using, and managing

appoproate technological processes and resources “ (Subkhan, 2013)

Artinya teknologi pendidikan adalah studi dan etika praktik untuk

memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan menciptakan,

menggunakan, dan mengelola proses teknologi yang tepat dan sumber daya.

Gambar 2.2 : Definisi Teknologi Pendidikan AECT 2004

2.1.1.1 Kawasan Teknologi Pendidikan

Definisi teknologi pendidikan AECT 1994 berlandaskan pada 5 bidang garapan

teknologi pembelajaran, yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan,

dan penelitian. Dibawah ini kawasan teknologi pendidikan menururt AECT 1994.

15

1. Desain

Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar. Tujuan desain

adalah untuk menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro, seperti

program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro, seperti pelajaran dan

modul. Bidang garapan desain meliputi studi mengenai desain sistem

pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran dan karakteristik

pemelajar.

2. Pengembangan

Kawasan pengembangan berakar pada produksi media. Teknologi

merupakan tenaga penggerak dari kawasan pengembangan, oleh karena itu

kita dapat merumuskan berbagai jenis media pembelajaran dan

karakteristiknya. Kawasan pengembangan dapat diorganisasikan dalam

empat bidang garapan yaitu: teknologi cetak (yang menyediakan landasan

untuk kategori yang lain), teknologi audiovisual, teknologi berazaskan

komputer, dan teknologi terpadu

3. Pemanfaatan

Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk

belajar. Mereka yang terlibat dalam pemanfaatan mempunyai tanggung

jawab untuk mencocokan pemelajar dengan bahan dan aktivitas yang

tertentu, menyiapkan pemelajar agar dapat berinteraksi dengan bahan dan

aktivitas yang dipilih, memberikan bimbingan selama kegiatan, memberikan

penilaian atas hasil yang dicapai pemelajar, serta memasukannya ke dalam

prosedur organisasi yang berkelanjutan.

16

Menurut Barbara B. Seels, dan Rita C. Richey dalam subkhan (2013)

terdapat empat kategori dalam kawasan pemanfaatan yaitu : Pemanfaatan

media, difusi inovasi, implementasi dan institusionalisasi (pelembagaan),

serta kebijakan dan regulasi.

4. Pengelolaan

Pengelolaan meliputi pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui

perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervisi.

Pengelolaan biasanya merupakan hasil dari penerapan suatu sistem nilai.

Kerumitan dalam mengelolah berbagai macam sumber, personil, usaha

desain maupun pegembangan akan semakin meningkat dengan

membesarnya usaha dari sebuah sekolah. Terdapat empat kategori dalam

kawasan pengelolaan yaitu : pengelolaan proyek, pengelolaan sumber,

pengelolaan sistem penyampaian dan pengelolaan informasi.

5. Penilaian

Penilaian dalam pengertian yang paling luas adalah aktivitas manusia

sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menakar nilai aktivitas

atau kejadian berdasarkan kepada sistem penilaian tertentu. Penilaian ialah

proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan belajar. Penilaian

mulai dengan analisis masalah. Ini adalah langkah yang penting dalam

pengembangan dan penilaian pembelajaran karena tujuan dan hambatan

dijelaskan pada langkah ini.

17

Dalam kawasan penilaian terdapat empat subkawasan yaitu : Analisis

masalah, pengukuran acuan patokan, penilaian formatif dan penilaian

sumatif.

Sedangkan kawasan Teknologi pendidikan AECT 2004 adalah dibawah ini.

1. Proses (Processes)

Proses dapat dipahami sebagai proses khusus untuk merancang,

mengembangkan, dan memproduksi sumber belajar, digolongkan pada

proses besar pengembangan pembelajaran.

2. Sumber (Resourcess)

Dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai sumber

bagi proses pembelajaran

3. Kreasi (Creating)

Kreasi dapat dipahami sebagai aktivitas awal dalam rangkaian praktik

teknologi pendidikan, karena pada dimensi ini desain embelajaran

dirumuskan dan disusun sebagai acuan utama dalam proses pembelajaran

nantinya.

4. Penggunaan (Using)

Penggunaan adalah implementasi dari desain pembelajaran, penggunaan

media dan metode pembelajaran dan juga sekaligus proses evaluasi

pembelajaran.

5. Pengelolaan (Managing)

18

Pengelolaan adalah kegiatan mengelola aktivitas kreatif (menyusun desain

pembelajaran, metode dan evaluasi pembelajaran serta produksi media) dan

implementasi proses pembelajaran.

Kawasan teknologi pendidikan yang relevan dengan penelitian ini adalah

kawasan penilaian untuk kawasan teknologi pendidikan tahun 1994. Penelitian ini

merupakan penelitian dengan desain penilaian program, dimana peneliti menilai

sesuatu program pendidikan dengan menggunakan model CIPPO. Sedangkan

dalam kawasan teknologi pendidikan tahun 2004 penelitian ini termasuk dalam

kawasan pengelolaan (managing), dimana penelitian ini adalah penelitian

evaluatif.

2.1.2 Evaluasi Program

2.1.2.1 Konsep Evaluasi Program

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin (2010) sepakat bahwa terdapat tiga istilah

yang perlu digunakan dan perlu disepakati pemakaiannya yaitu “evaluasi”

(evaluation), “pengukuran” (measurement), dan “penilaian” (assessment).

Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Kata tersebut diserap

kedalam perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan

kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjadi “evaluasi”. Istilah

penilaian merupakan kata benda dari “nilai”. Pengertian “pengukuran” mengacu

pada kegiatan membandingkan sesuatu hal dengan satuan ukuran tertentu,

sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.

19

Suchman dalam Anderson (1975) memandang evaluasi sebagai sebuah

proses menentukan hasil yang telah dicapai untuk beberapa kegiatan yang telah di

rencanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Artinya evaluasi adalah

kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu. Dalam mencari sesuatu

tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai

keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang

diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Seorang ahli yang sangat

terkenal dalam evaluasi program bernama Stufflebeam (Arikunto & cepi, 2009)

mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian dan

pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam

menentukan alternatif keputusan.

Sedangkan Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau

kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran

lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan

penilaian. Arikunto dan Cepi (2009) menyatakan pengertian pengukuran

(measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran

tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.

Penilaian (Assessment) adalah keputusan tentang nilai. Oleh karena itu,

langkah selanjutnya setelah melaksanakan pengukuran adalah penilaian. Penilaian

dilakukan setelah siswa menjawab soal-soal yang terdapat pada tes. Hasil jawaban

siswa tersebut ditafsirkan dalam bentuk nilai. Sedangkan Menurut Suharsimi

Arikunto (2009) penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu

dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.

20

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pengukuran adalah

kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat kuantitatif.

Penilaian adalah kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu

berdasarkan kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif.

Sedangkan Evaluasi adalah kegiatan yang meliputi pengukuran dan

penilaian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagan kedudukan antara pengukuran

(measurement), Penilaian (Assessment), dan Evaluasi dibawah ini :

Gambar 2.3. Kedudukan Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

Selanjutnya Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin (2009) menyebutkan

bahwa program dapat diartikan sebagai “rencana”. Apabila program ini dikaitkan

dengan evaluasi program maka program didefinisikan sebagai suatu unit atau

kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi dan implementasi dari suatu

kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam

suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Dalam bukunya tersebut

juga dijelaskan ada tiga pengertian penting yang perlu ditekankan dalam

mengidentifikasikan suatu program atau bisa di sebut sebagai syarat suatu

21

program, yaitu (1) realisasi atau implementasi suatu kebijakan, (2) terjadi dalam

waktu relatif lama, (3) terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok

orang.

Program erat kaitannya dengan kebijakan publik, karena merupakan

realisasi dari suatu kebijakan. Kebijakan publik adalah suatu faktor yang sangat

mempengaruhi kehidupan bersama, untuk itu maka kebijakan publik harus dapat

dirumuskan, di implementasikan dan di evaluasi dengan sebaik-baiknya. Begitu

juga dengan suatu program. Untuk mengetahui apakah program sudah mencapai

tujuan apa belum maka program tersebut harus di evaluasi.

Makna dari evaluasi program itu sendiri mengalami proses pemantapan.

Definisi yang terkenal untuk evaluasi proram di ungkapkan oleh Ralph Tyler

dalam suharsimi arikunto (1999), yang mengatakan bahwa evaluasi program

adalah untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasikan.

Definisi yang lebih diterima oleh masyarakat luas dikemukakan oleh dua orang

ahli evaluasi, yaitu Cronbach (1963) dan Sufflebeam (1971). Mereka

mengemukakan bahwa evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi

untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.

2.1.2.2 Pentingnya Evaluasi Program

Program di rancang untuk mencapai suatu tujuan, sehingga perlu diukur sejauh

mana tujuan tersebut sudah terealisasi. Diperlukan prosedur yang sistematis untuk

dapat mengetahui apakah tujuan program telah terealisasi. Sebagaimana telah

dijelaskan bahwa evaluasi program adalah upaya untuk menyediakan informasi

22

untuk disampaikan kepada pengambil keputusan, program penting untuk di

evaluasi untuk melihat seberapa jauh keberhasilan program.

Seperti dijelaskan oleh Fernandes (Arikunto & cepi, 2009) yang

mengatakan bahwa pentingnya kegiatan mengevaluasi suatu program. Sehingga

posisi evaluasi menjadi sangat penting untuk mengukur sejauh mana

keterlaksanaan program.

2.1.2.3 Tujuan Evaluasi Program

Arikunto dan Cepi (2009:18) mengatakan bahwa tujuan diadakannya evaluasi

program adalah untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah

mengetahui keterlaksanaan kegiatan program. Ada tujuh elemen yang harus

dilakukan menurut Brikerhoff (1986) dalam Arikunto dan Cepi (2009), untuk

pelaksanaan evaluasi, yaitu: 1) penentuan fokus yang akan dievaluasi (focusing

the evaluation), 2) penyusunan desain evaluasi (designing the evaluation), 3)

pengumpulan informasi (collecting information), 4) analisis dan intepretasi

informasi (analyzing and interpreting), 5) pembuatan laporang (reporting

information), 6) pengelolaan evaluasi (managing evaluation), dan 7) evaluasi

untuk evaluasi (evaluating evaluation).

Tujuan evaluasi program seperti yang diuraikan oleh Roswati (2008) adalah

sebagai berikut: 1) menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang tindak lanjut suatu

program di masa depan, 2) penundaan pengambilan keputusan, 3) penggeseran

tanggung jawab, 4) pembenaran/justifikasi program, 5) memenuhi kebutuhan

akreditasi, 6) laporan akutansi untuk pendanaan, 7) menjawab atas permintaan

pemberi tugas, informasi yang diperlukan, 8) membantu staf mengembangkan

23

program, 9) mempelajari dampak/akibat yang tidak sesuai dengan rencana, 10)

mengadakan usaha perbaikan bagi program yang sedang berjalan, 11) menilai

manfaat dari program yang sedang berjalan, 12) memberikan masukan bagi

program baru.

2.1.2.4 Manfaat Evaluasi Program

Arikunto dan Cepi (2009:21) menyatakan bahwa evaluasi program pendidikan

adalah supervisi pendidikan dalam pengertian khusus, tertuju pada lembaga secara

keseluruhan. Supervisi sekolah yang diartikan sebagai evaluasi program dapat

disama artikan dengan validasi lembaga dan akreditasi.

Roswati (2008) memaparkan tentang manfaat dari evaluasi program:

1. Memberikan masukan apakah suatu program dihentikan atau diteruskan;

2. Memberitahukan prosedur mana yang perlu diperbaiki;

3. Memberitahukan stategi, atau teknik yang perlu dihilangkan/diganti;

4. Memberikan masukan apakah program yang sama dapat diterapkan di

tempat lain;

5. Memberikan masukan dana harus dialokasikan ke mana;

6. Memberikan masukan apakah teori/pendekatan tentang program dapat

diterima/ditolak.

2.1.2.5 Model Evaluasi

24

Pada dasarnya banyak model evaluasi program yang dikenalkan para pakar

evaluasi. Dalam evaluasi program pendidikan, banyak model yang dapat

digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi suatu program. Walaupun antara

model satu dengan model yang lainnya berbeda, namun memiliki maksud dan

tujuan yang sama yaitu ingin melakukan kegiatan pengumpulan data atau

informasi yang berkenaan dengan objek yang nantinya akan di evaluasi,

menyediakan bahan bagi pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut

suatu program.

Berbagai metode evaluasi telah muncul, hal ini tentunya memberikan

beberapa pilihan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan kita. Metode yang dipilih

hendaknya sesuai dengan situasi dan kondisi.

Model evaluasi ialah model desain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau

pakar-pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau

tahap pembuatannya. Ada juga yang dikategorikan berdasarkan yang

menemukannya atau yang mengembangkannya, Serta ada juga yang diberi

sebutan sesuai dengan sifat kerjanya. Didalam suharsimi arikunto (2010) banyak

sekali model evaluasi yang biasa digunakan dalam mengevaluasi program

pendidikan dan diantaranya:

1. Goal Oriented Evaluation Model

Goal Oriented Evaluation Model merupakan model yang muncul paling

awal. Yang menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari

program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi

dilaksanakan secara berkesinambungan, terus menerus, mengecek seberapa

25

jauh tujuan tersebut sudah terlaksana didalam proses pelaksanaan program.

Model ini dikembangkan oleh Tyler.

2. Goal Free Evaluation Model

Model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini dapat

dikatakan berlawanan dengan model pertama yang dikembangkan oleh

Tyler, evaluator terus menerus memantau tujuan, yaitu sejak awal proses

terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah dapat dicapai, dalam model

Goal Free Evaluation (evaluasi lepas dari tujuan) justru menoleh dari

tujuan. Menurut Michael Scriven, dalam melaksanakan evaluasi program,

evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program.

Yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya

program, dengan jalan mengidentifikasikan penampilan-penampilan yang

terjadi, baik hal-hal positif maupun hal-hal negatif.

Yang dimaksud dengan ”evaluasi lepas dari tujuan” adalah bukannya lepas

sama sekali dari tujuan, tetapi hanya mempertimbangkan tujuan umum yang

akan di capai oleh program, bukan secara rinci per komponen

3. Formatif-Summatif Evaluation Model

Selain “evaluasi lepas dari tujuan”, Michael Scriven juga mengembangkan

model lain, yaitu model formatif-sumatif. Model ini menunjuk adanya

tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan

pada waktu program masih berjalan (disebut evaluasi formatif) dan ketika

program sudah selesai atau berakhir (disebut evaluasi summatif).

26

Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan

ketika program masih berlangsung atau ketika program masih dekat dengan

permulaan kegiatan. Tujuan evaluasi formatif tersebut adalah mengetahui

seberapa jauh program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus

mengidentifikasikan hambatan. Dengan diketahui nya hambatan dan hal-hal

yan menyebabkan program tidak lancar, pengambil keputusan secara dini

dapat mengadakan perbaikan dan mendukung kelancaran pencapaian tujuan

program. Evaluasi summatif dilakukan setelah program berakhir. Tujuan

dari evaluasi summatif adalah untuk mengukur ketercapaian program.

4. Countenance Evaluation Model

Stake, analisis proses evaluasi yang ditemukannya membawa dampak yang

cukup besar dalam bidang ini dan meletakkan dasar yang sederhana namun

merupakan konsep yang cukup kuat untuk perkembangan yang lebih jauh

dalam bidang evaluasi. Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam

evaluasi ialah Description dan Judgument dan membedakan adanya tiga

tahap dalam program pendidikan yaitu: Antecdents (Context), Transaction

(Process), dan Outcomes (Output).

Matrix Description menunjukkan Intens (Goals) dan Observation (Effects)

atau yang sebenarnya terjadi. Judgement mempunyai dua aspek yaitu

Standard dan Judgement.

Stake mengatakan apabila kita menilai suatu program pendidikan kita

melakukan perbandingan yang relatif antara satu program dengan yang lain

atau perbandingan yang absolut (satu program dengan standar). Penekanan

27

yang umum atau hal yang penting dalam hal ini adalah bahwa evaluator

yang membuat penilaian tentang program yang dievaluasi. Stake

mengatakan bahwa description di satu pihak berbeda dengan Judgement

atau menilai. Dalam model ini antecedens (masukan), transaction (proses),

dan outcomes (hasil) data dibandingkan tidak hanya untuk menentukan

apakah ada perbedaan tujuan dengan keadaan yarig sebenarnya, tetapi juga

dibandingkan dengan standar yang absolut, untuk menilai manfaat program.

Stake mengatakan bahwa tak ada evaluasi dapat diandalkan apabila tidak

dinilai

5. CSE-UCLA Evaluation Model

CSE-UCLA terdiri dari dua singkatan, yaitu CSE dan UCLA, CSE

merupakan singkatan dari Center For Study Of Evaluation, sedangkan

UCLA merupakan singkatan dari University Of California In Los Angles.

Ciri dari model CSE-UCLA adalah ada lima tahapan yang dilakukan dalam

evaluasi, yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil, dan

dampak.

6. CIPPO Evaluation Model

Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal. Model

CIPP dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk (1967). CIPP merupakan sebuah

singkatan dari huruf awal empat buah kata yaitu Context Evaluation, Input

Evaluation, Process Evaluation, dan Product Evaluation. Model CIPP

adalah model yang memandang sebuah program sebagai sebuah sistem,

28

dengan demikian, jika evaluator telah menentukan akan menggunakan

model ini maka mau tidak mau mereka harus menganalisis program tersebut

berdasarkan komponen-komponenya.

Model ini sekarang disempurnakan dengan satu komponen O, singkatan dari

Outcome, sehingga menjadi CIPPO. Model CIPP hanya berhenti mengukur

Output (Prodect), sedangkan CIPPO sampai pada implementasi dari

product. CIPPO merupakan modifikasi dari model CIPP, dimana menurut

amat jaedun (2010) bahwa untuk mengevaluasi program juga di perlukan

evaluasi terhadap dampak atau otcome yaitu bagaimana keberhasilan

lulusan di tempat kerjanya.

Komponen CIPPO dijelaskan sebagai berikut:

1. Evaluasi Konteks

Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci

lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang

dilayani, dan tujuan program. Evaluasi Konteks dapat mendiagnostik

suatu kebutuhan yang seharusnya tersedia. (Isaac and Michael 1981)

2. Evaluasi Masukan

Komponen kedua dari model CIPPO adalah evaluasi masukan. Maksud

dari evaluasi masukan adalah kemampuan awal siswa dan sekolah

dalam menunjang program, antara lain kemampuan sekolah dalam

menyediakan petugas yang tepat dan sebagainya. Menurut Stufflebeam

pertanyaan yang berkenaan dengan masukan mengarah pada

29

"pemecahan masalah" yang mendorong diselenggarakannya program

yang bersangkutan. Menurut amat Jaedun (2010) Evaluasi Input

merupakan evaluasi yang bertujuan untuk menyediakan informasi untuk

selanjutnya menentukan bagaimana sumber daya yang tersedia untuk

menunjang pelaksana program.

3. Evaluasi Proses

Evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada "apa" ( what)

kegiatan yang dilakukan dalam program, "siapa" (who) orang yang

ditunjuk sebagai penanggung jawab program, "kapan" (when) kegiatan

selesai. Dalam model CIPPO, evaluasi proses diarahkan pada seberapa

jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana

sesuai dengan rencana. Evaluasi Proses menurut Stuflebeam merupakan

pengecekan berkelanjutan atas implementasi rencana. (Badrujaman,

2009:66)

4. Evaluasi Produk

Evaluasi Produk adalah evaluas yang memiliki tujuan untuk mengukur,

menginterpretasikan dan menilai pencapaian program. (Badrujaman,

2009) Menurut Stuflebeam Evaluasi produk diarahkan pada hal-hal

yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada masukan mentah.

5. Evaluasi Keluaran (Outcome)

Evaluasi manfaat adalah menunjuk pada hasil keluaran dari

implementasi program, seberapa besar manfaat program bagi guru

dalam melaksanakan proses pembelajaran dan penilaian dikelas.

30

2.1.2.6 Pendekatan Evaluasi CIPPO

Berdasarkan penjelasan model model evaluasi diatas maka penulis akan

mengevaluasi program Pendampingan Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan

model evaluasi CIPPO, model CIPPO tepat digunakan sebagai alat evaluasi

program Pendampingan Kurikulum 2013 SMA di Kota Semarang dikarenakan

dapat mengukur tingkat keberhasilan program mulai dari tujuan, perencanaan,

pencapaian tujuan hingga kebermanfaatan program.

Penggunaan model evaluasi CIPPO mampu memberikan gambaran

keberhasilan program secara detail dan menyeluruh. Hal ini sesuai dengan

pendapat Amat Jaedun (2010:10)

“Untuk mengevaluasi suatu program, selain empat komponen konteks (C),

masukan atau Input (I), Proses (P), dan hasil atau produk (P), juga

diperlukan evaluasi terhadap dampak atau outcome (O), yaitu bagaimana

keberhasilan lulusan baik di masyarakat ataupun di tempat kerjanya.”

Komponen yang akan dievaluasi menggunakan model CIPPO dijelaskan

sebagai berikut :

1. Evaluasi Konteks

Evaluasi Evaluasi konteks adalah evaluasi terhadap kebutuhan dengan

tujuan program, Apakah program pendampingan Kurikulum 2013 telah

benar benar tepat untuk mengatasi masalah yang ada.

2. Evaluasi Masukan

Tahap kedua dari model CIPPO adalah evaluasi masukan yaitu evaluasi

terhadap sumber daya yang mendukung pelaksanaan program

pendampingan Kurikulum 2013.

31

3. Evaluasi Proses

Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap bagaimana proses pelaksanaan

kegiatan, apakah kegiatan sesuai dengan tujuan program. Dan apakah

kegiatan telah di laksanakan sesuai dengan juknis pelaksanaan program.

4. Evaluasi Produk

Evaluasi terhadap hasil program, sejauh mana tingkat keberhasilan program

dalam mencapai tujuan, apakah produk yang dihasilkan sesuai dengan

harapan. Dalam hal ini apakah guru kelas X telah mantap dalam

melaksanakan Kurikulum 2013.

5. Evaluasi Keluaran (Outcome)

Evaluasi Outcome adalah evaluasi terhadap kebermanfaatan program bagi

guru yang didampingi khusunya dalam pelaksanaan proses pembelajaran

menggunakan Kurikulum 2013.

2.1.2.7 Kriteria dalam Evaluasi

Satu pengertian pokok yang terkandung dalam evaluasi adalah adanya standar,

tolok ukur, atau kriteria. Mengevaluasi adalah melaksanakan upaya untuk

mengumpulkan data mengenai kondisi nyata sesuatu hal, kemudian dibandingkan

dengan kriteria, agar dapat diketahui seberapa jauh atau seberapa tinggi

kesenjangan yang ada antara kondisi nyata tersebut dengan kriteria sebagai

32

kondisi yang diharapkan. Dalam evaluasi program kedudukan kriteria sangat

penting yaitu sebagai “ukuran keberhasilan”.

2.1.2.8 Langkah-Langkah Evaluasi Program

Evaluasi program dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Secara garis besar

tahapan tersebut meliputi : tahap persiapan evaluasi program, tahap pelaksanaan

dan tahap monitoring pelaksanaan program.

a. Persiapan Evaluasi Program

Sebelum evaluasi program dilaksanakan seorang evaluator harus melakukan

persiapan secara cermat, persiapan tersebut antara lain :

1. Penyusunan evaluasi.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model CIPPO.

2. Penyusunan instrumen evaluasi

Langkah langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrument evaluasi

(1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai, (2) Membuat kisi-kisi, (3)

Membuat butir-butir instrument, (4) Menyunting instrument, (5)

Instrumen yang telah tersusun perlu di validasi, (6) Dapat dilakukan

dengan metode Sampling. (7) Beberapa hal yang perlu disamakan :

tujuan program, tujuan evaluasi, kriteria keberhasilan program, wilayah

generalisasi, teknik sampling, jadwal kegiatan

3. Validasi instrumen evaluasi

4. Menentukan jumlah sampel yang diperlukan

b. Pelaksanaan evaluasi

33

Menurut Arikunto dan Cepi (2009) jenis evaluasi program dibedakan menjadi 4

jenis, yaitu : evaluasi reflektif, evaluasi rencana, evaluasi proses dan evaluasi

hasil. Keempat jenis evaluasi tersebut mempengaruhi evaluator dalam mentukan

metode dan alat pengumpul data yang digunakan. Dalam pengumpulan data dapat

menggunakan berbagai alat pengumpul data antara lain : pengambilan data

dengan tes, pengambilan data dengan observasi ( bisa berupa check list, alat

perekam suara atau gambar ), pengambilan data dengan angket, pengambilan data

dengan wawancara, pengambilan data dengan metode analisis dokumen dan

artifak atau dengan teknik lainya.

Melanjutkan mengenai sampel ada 7 jenis sampel yang dapat dijadikan

sebagai metode dalam evaluasi program diantaranya adalah : (1) Proportional

sampel, (2) Startified sampel, (3) Purposive sampel, (4) Quota sampel, (5) Double

sampel, (6) Area probability sampel, (7) Cluster sampel.

c. Monitoring pelaksanaan program

Monitoring pelaksanaan evaluasi menururt Arikunto dan Cepi (2009) berfungsi

untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan dengan rencana program. Sasaran

monitoring adalah seberapa pelaksaan program dapat diharapkan/ telah sesuai

dengan rencana program, apakah berdampak positif atau negatif.

Teknik dan alat monitoring dapat berupa (1) Teknik pengamatan

partisipatif, (2) Teknik wawancara, (3) Teknik pemanfaatan dan analisis data

dokumentasi, (4) Evaluator atau praktisi atau pelaksana program, (5) Perumusan

tujuan pemantauan, (6) Penetapan sasaran pemantauan, (7) Penjabaran data yang

dibutuhkan, (8) Penyiapan metode/alat pemantauan sesuai dengan sifat dan

34

sumber/jenis data, (9) Perencanaan analisis data pemantauan dan pemaknaannya

dengan berorientasi pada tujuan monitoring

2.1.3 Pendampingan Kurikulum 2013 SMA

2.1.3.1 Hakikat Program Pendampingan Kurikulum 2013

Didalam juknis program pendampingan kurikulum 2013 tahun 2016 dijelaskan

bahwa Program pendampingan Kurikulum 2013 pada dasarnya adalah pemberian

bimbingan teknis penguatan implementasi Kurikulum 2013 oleh Instruktur

sebagai petugas pendamping kepada Guru Sasaran (Guru Mapel Kelas X) pada

saat melaksanakan pembelajaran di sekolah.

1. Pendampingan

Pendampingan adalah pemberian bimbingan teknis penguatan implementasi

Kurikulum 2013 oleh Instruktur Kabupaten/Kota sebagai petugas

pendamping kepada Guru Sasaran dari SMA Sasaran Kurikulum 2013 pada

saat melaksanakan pembelajaran di sekolah.

2. Pendamping

Pendamping adalah Instruktur Kabupaten/Kota, Instruktur Provinsi,

Instruktur Nasional, dan Narasumber Nasional pelatihan Kurikulum 2013

tahun 2016 yang memenuhi persyaratan sebagai petugas pendamping

implementasi Kurikulum 2013. Pendamping adalah mereka yang telah

mengikuti pelatihan Instruktur Kabupaten Kurikulum 2013, yang

35

dilaksanakan oleh LPMP Jawa Tengah pada 11 april – 14 mei 2016.

Pendamping harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Diutamakan pernah mengikuti pelatihan Kurikulum 2013 tingkat

pusat/provinsi/kab/kota/sekolah;

b. Mampu mengoperasikan program Office (word, excel, power point)

dan internet;

c. Memiliki rekam jejak yang baik;

d. Memiliki kemampuan komunikasi dan menjelaskan materi dengan baik

e. Siap ditugaskan sebagai fasilitator pada Pelatihan Guru Sasaran di

Induk Klaster yang bersangkutan;

f. Siap ditugaskan sebagai Petugas Pendamping di SMA dalam klaster

yang bersangkutan.

3. Guru Sasaran

Guru Sasaran adalah guru mata pelajaran kelas X yang mendapat

pendampingan dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 di sekolah.

Guru sasaran adalah alumni pelatihan Kurikulum 2013 yang dilaksanakan

oleh LPMP Jawa Tengah.

4. SMA Induk Klaster

SMA Induk Klaster adalah SMA yang mengoordinasikan pelaksanaan

pendampingan implementasi Kurikulum 2013 dalam satu klaster.

5. SMA Anggota Klaster

36

SMA Anggota Klaster adalah SMA yang mulai melaksanakan Kurikulum

2013 mulai tahun pelajaran 2016/2017 yang dikelompokkan dalam satu

klaster.

2.1.3.2 Tujuan Program

Tujuan program secara umum adalah untuk meningkatkan mutu pelaksanaan

pembelajaran di sekolah sasaran. Tujuan khusus dari pendampingan Kurikulum

2013 adalah (1) Memperluas sasaran dan meningkatkan pemahaman substansi

Kurikulum 2013 untuk warga sekolah, (2) Meningkatkan ketrampilan teknis

pelaksana Kurikulum 2013 di SMA sasaran, (3) Menggerakan ekosistem sekolah

dalam melaksanakan Kurikulum 2013, dan (4) Memantapkan guru mapel kelas X

dalam melaksanakan proses pembelajaran dan penilaian di sekolah.

2.1.3.3 Pelaksanaan Pendampingan

Pelaksanaan kegiatan pendampingan Kurikulum 2013 SMA tahun 2016 dilakukan

dengan strategi sebagai berikut:

37

Gambar 2.4. Strategi Pelaksanaan Pendampingan Kurikulum 2013 SMA

Adapun Ruang Lingkup kegiatan Pendampingan Kurikulum 2013 meliputi:

1. In House Traning Di Sekolah

In House Training bertujuan Memperluas jumlah dan jenis sumber daya manusia

sekolah yang memahami dan kompeten melaksanakan Kurikulum 2013 sesuai

dengan peran dan tugasnya masing-masing melalui In House Traning (IHT).

Peserta IHT adalah semua unsur sekolah yaitu Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah

bersangkutan, Guru Mapel Kelas X, XI, dan XII, Laboran, Pustakawan, Staf

TU, dan Komite Sekolah.

Adapun struktur program In House Training adalah sebagai berikut :

38

Gambar 2.5. Struktur Program In House Training Kurikulum 2013

2. On-1 : Bimbingan Teknis Guru Mapel Di Sekolah (2 hari)-Tahap I

Guru melaksanakan pembelajaran untuk menerapkan hasil pelatihan dan IHT

dengan mendapat bimbingan teknis dari Guru Pendamping setiap mapel.

Bimbingan teknis tersebut meliputi (a) analisis SKL, KI dan KD, silabus, sumber

belajar dan lingkungan belajar; (b) pengembangan RPP; (c) proses pembelajaran;

pengembangan perangkat penilaian; pelaksanaan penilaian; pengolahan nilai; dan

administrasi evaluasi hasil belajar siswa.

3. In-1 : Evaluasi Hasil Kegiatan On (Induk Klaster : 1 hari)-Tahap I

39

Evaluasi keberhasilan dan permasalahan pelaksanaan kegiatan On-1 dan

merumuskan solusi serta tindak lanjut perbaikan untuk diterapkan pada tahap

selanjutnya.

4. On-2 : Bimbingan Teknis Guru Mapel Di Sekolah (2 hari)-Tahap II

Guru melaksanakan pembelajaran menindak lanjuti hasil In-1 dengan bimbingan

teknis dari Guru Pendamping setiap mapel. Kualitas pembelajaran dan penilaian

menjadi lebih baik.

5. In-2 : Evaluasi Hasil Kegiatan On (Induk Klaster : 1 hari)-Tahap II

Evaluasi keberhasilan dan permasalahan pelaksanaan kegiatan On-2 dan

merumuskan solusi serta tindak lanjut perbaikan untuk diterapkan pada tahap

selanjutnya tanpa pendampingan.

6. Pelaporan

Pelaporan pelaksanaan pendampingan di susun oleh SMA sasaran, tim

pendamping dan SMA Induk Klaster dan LPMP. Masing masing laporan

memiliki format tersendiri dan tidak bisa disamakan.

2.1.4 Kurikulum 2013

2.1.4.1 Karakteristik Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan di

Indonesia. Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi dan karakter

secara terpadu yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini dipandang sesuai dengan program pendidikan

yang berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya.

40

Berdasarkan permendikbud No 22 tentang Standar Proses, Karakteristik

pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi

Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka

konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi

memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran

yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran

mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang

dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.

Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan yang berbeda.

Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai,

menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas

“mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”.

Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba,

menalar, menyaji, dan mencipta”.

Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta

mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan

saintifik perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian

(discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk

menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat

disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya

berbasis pemecahan masalah (project based learning).

41

Sedangkan karakteristik pembelajaran di SMA secara keseluruhan adalah

berbasis mata pelajaran, meskipun pendekatan tematik masih dipertahankan.

Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah

tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa

dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran secara

utuh melahirkan pribadi yang berkualitas dalam sikap, pengetahuan, dan

keterampilan.

2.1.4.1 Perencanaan Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013

Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan

pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan

penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan

skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan dengan

pendekatan pembelajaran yang digunakan.

1. Silabus

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan

kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:

a. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan

SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan);

b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;

c. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai

kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang

42

harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan

mata pelajaran;

d. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup

sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata

pelajaran;

e. Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);

f. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan

rumusan indikator pencapaian kompetensi;

g. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan

peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;

h. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;

i. Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur

kurikulum untuk satu semester atau satu tahun;

j. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam

sekitar atau sumber belajar lain yang relevan;

k. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan

Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan

pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan

sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan

pembelajaran.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

43

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran

tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus

untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai

Kompetensi Dasar (KD).

Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara

lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali

pertemuan atau lebih. Komponen RPP terdiri atas:

a. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;

b. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema;

c. Kelas/semester;

d. Materi pokok;

e. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk

pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan

jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus

dicapai;

f. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan

diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

g. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;

44

h. Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan

indikator ketercapaian kompetensi;

i. Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan

KD yang akan dicapai;

j. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk

menyampaikan materi pelajaran;

k. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam

sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;

l. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan

pendahuluan, inti, dan penutup;

m. Penilaian hasil pembelajaran.

3. Prinsip Penyusunan RPP

Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip

sebagai berikut:

a. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat

intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan

sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar,

latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik;

b. Partisipasi aktif peserta didik;

45

c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,

motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan

kemandirian;

d. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk

mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan,

dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan;

e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan

program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan

remedi;

c. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian

kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan

pengalaman belajar;

d. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata

pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya;

f. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,

sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

2.1.4.3 Pembelajaran Saintifik dalam Kurikulum 2013

Pendekatan pembelajaran dalam kurikulum 2013 adalah menggunakan

pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses

pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif

mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati

46

(untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,

mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai

teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,

hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada

peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan

pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak

bergantung pada informasi searah dari guru.

Dibawah ini merupakan langkah langkah pembelajaran dalam pendekatan

Saintifik:

Gambar 2.6 Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

1. Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran

(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti

menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan

mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan

rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki

kebermaknaan yang tinggi.

47

2. Menanya

Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan-

pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada

yang

abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih

abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat

hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari

guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke

tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari

kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya

dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik.

3. Menalar

Mengasosiasi/mengolah informasi/menalar adalah memproses informasi yang

sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen

maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

4. Mencoba

Mencoba (experimenting) dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah

tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas

pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai

dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara

penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari

dasar teoritis yang relevan dan hasil hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan

dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan

48

menyajikan data;(6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat

laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi

kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib:

a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti

proses pembelajaran;

b. Memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai

manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan

memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional,

serta disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang peserta didik;

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan

sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

d. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan

dicapai;

e. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan

sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media

pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta

didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan /atau tematik terpadu

dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau

49

pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project

based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang

pendidikan.

a. Sikap

Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah

proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati,

hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada

tahapan kompetensi yang mendorong peserta didik untuk melakuan aktivitas

tersebut.

b. Pengetahuan

Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan,

menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar

dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan

aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan

saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan

belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning).

Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan

kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan yang menghasilkan

karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

c. Keterampilan

Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba,

menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan sub topik) mata

pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong peserta didik

50

untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan

keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus

belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning) dan

pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project

based learning).

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara individual

maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:

a. Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang

diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat

langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah

berlangsung;

b. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

c. Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik

tugas individual maupun kelompok;

d. Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan

berikutnya.

2.1.4.1 Penilaian Otentik dalam Kurikulum 2013

Didalam permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian

pendidikan dijelaskan bahwa Penilaian Otentik (authentic assesment) adalah suatu

proses pengumpulan , pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar

siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan,

51

bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Intinya

penilaian otentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek.

Penilaian otentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan

peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk

belajar bagaimana belajar tentang subjek.

Penilaian otentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana

mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum

mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Penilaian autentik adalah

pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk

ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Penilaian autentik merupakan proses

asesmen yang melibatkan beberapa bentuk pengukuran kinerja yang

mencerminkan belajar siswa, prestasi, motivasi, dan sikap yang sesuai dengan

materi pembelajaran.

Bentuk penilaian autentik adalah sebagai berikut (Kunandar. 2013):

1. Penilaian Kinerja

Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati

kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan

untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan

tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga,

bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi.

Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek

(check list), skala penilaian (rating scale). Daftar cek (check list) digunakan untuk

52

mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau

subindikator yang muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.

2. Penilaian Proyek

Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap

tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode waktu tertentu.

Tugas tersebut dapat berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai

dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan

penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek

pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan.

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,

sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan

yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data,

dan menyiapkan laporan tertulis. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan

alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

3. Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara

perorangan atau diproduksi secara berkelompok, dan dievaluasi.

4. Penilaian Tertulis

Penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis

berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami,

mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan

53

sebagainya atasmateri yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa

mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,

keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

5. Penilaian Sikap

Kunandar (2013:105) membagi lima jenjang proses berpikir ranah sikap, yaitu

menerima atau memerhatikan, merespon atau menanggapi, menilai atau

menghargai, mengorganisasi atau mengelola, dan berkarakter.

6. Penilaian Diri

Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan

kepribadian seseorang. Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas

dan objektif. Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain:

1) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka

diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;

2) Peserta didik menyadari kekuatan darri kelemahan dirinya, karena

ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi

terhadap kekuatan dankelemahan yang dimilikinya;

3) Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk

berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam

melakukan penilaian.

2.1.5 Guru Kelas X SMA Dalam Kurikulum 2013

54

2.1.5.1 Peran Guru kelas X SMA dalam kurikulum 2013

Guru Kelas X SMA adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik kelas X di Sekolah Menengah Atas.

Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum

2013. Perubahan besar yang terjadi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pedidikan

(KTSP) menjadi Kurikulum 2013 menyebabkan adanya beberapa guru yang

belum sepenuhnya memahami maksud dari pada Kurikulum 2013 dan cara

mengimplementasikannya. Akibatnya, kompetensi dalam merancang RPP,

melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan melaksanakan evaluasi pembelajaran

rendah dan implementasi kurikulum 2013 tidak berjalan secara optimal. Sehingga

berdampak pada rendahnya motivasi dan kualitas hasil belajar siswa. Seperti yang

di ungkapkan oleh Novauli (Vol.6, No1:2012) bahwa kompetensi guru dapat

memberikan kontribusi atas peningkatan motivasi dan prestasibelajar siswa.

Guru memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas

sumber daya manusia. Dalam proses pembelajaran guru memiliki peran untuk

merancang proses pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran dan

melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa.

Seperti yang dikemukakan Sumarno (2014) yang menyatakan bahwa guru

harus menyusun perangkat pembelajaran dengan baik agar hasil pembelajaran

sesuai dengan keluaran yang diharapkan. Perencanaan pembelajaran akan

mempermudah dalam menentukan target ketercapaian sebelum pelaksanaan

55

dilakukan, menentukan langkah-langkah yang harus dijalankan selama

pelaksanaan, serta mempermudah evaluasi setelah proses pelaksanaan.

Peran utama seorang guru adalah menyampaikan ilmu pengetahuan dan

pengalaman pengalaman kepada peserta didik dengan menciptakan pembelajaran

yang efektif dan menyenangkan. Pembelajaran yang efektif akan terjadi jika

terlebih dahulu guru menentukan metode, bentuk dan makna pembelajaran yang

akan disampaikan kepada peserta didik.

Peran guru dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa bergeser dari

semula menjadi pengajar menjadi fasilitator (Kosasih, 2014). Hal tersebut berlaku

juga bagi guru kelas X. Fasilitator adalah orang yang memberikan fasilitas, yakni

dengan memberikan kemudahan bagi siswa sehingga proses pembelajaran

berlangsung secara lebih mudah dan menyenangkan. Guru bertindak sebagai

fasilitator dan mediator memungkinkan terciptanya kondisi yang kondusif bagi

peserta didik untuk belajar dan bertanggungjawab atas tercapainya hasil

pembelajaran.

Pada kurikulum 2013 menggunakan penilaian otentik. Penilaian otentik

dilakukan untuk mengukur proses pembelajaran dan hasil belajar siswa secara

menyeluruh, sehingga guru kelas X harus dibekali metode penilaian yang

bervariasi agar terjadi proses penilaian secara otentik.

2.2 Kerangka Berpikir

Peneliti ingin melihat lebih jauh mengenai keberhasilan dan kebermanfaatan

program pendampingan Kurikulum 2013 bagi guru kelas X Sekolah Menengah

56

Atas. Evaluasi terhadap keberhasilan dan kebermanfaatan program

Pendampingan Kurikulum 2013 di Kota Semarang dilihat dari lima aspek yaitu

Contex, Input, Process, Product, dan Outcome.

Evaluasi Context, yaitu evaluasi terhadap kesesuaian antara kebutuhan dan

tujuan program, evaluasi input yaitu evaluasi terhadap sumber daya yang

mendukung program.

Evaluasi Proses yaitu evaluasi terhadap keiatan program, evaluasi produk,

yaitu dalam hal ini guru yang dihasilkan sesuai dengan harapan program, dan

evaluasi outcome atau keluaran, yaitu evaluasi terhadap kebermanfaatan program

bagi guru khususnya dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari flowchart dibawah ini :

Gambar 2.7 Kerangka Berpikir Penelitian

182

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Penelitian yang berjudul: “Evaluasi Program Pendampingan Kurikulum 2013

Bagi Guru Kelas X Sekolah Menengah Atas di Kota Semarang” menghasilkan

sejumlah simpulan atas penelitian di lapangan yakni sebagai berikut:

1. Hasil penelitian kuantitatif dari keempat komponen yakni context, input,

process, product, dan outcame menghasilkan rata-rata penilaian yang baik

bagi peserta pendampingan. Context menghasilkan rata-rata penilaian yang

baik dari semua indikatornya, bahwa materi yang disampaikan dalam

pendampingan kurikulum 2013 sesuai dengan kebutuhan dan juga merupakan

informasi-informasi yang mengandung hal-hal baru mengenai kurikulum

2013 sehingga selama pendampingan peserta menerima informasi terupdate

dan terpercaya, namun tidak serta merta bahwa hal tersebut bisa mengubah

mindset guru mengenai pembelajaran. Beberapa guru merasa kurang puas

terhadap waktu pendampingan yang hanya beberapa kali pertemuan dengan

pendamping dan setiap guru memiliki kebutuhan dan ekspektasi yang

berbeda, hal ini tentunya mempengaruhi hasil dan manfaat yang diperoleh

guru;

2. Komponen input menghasilkan rata-rata penilaian yang baik dari semua

indikatornya, hal ini dikarenakan setiap sekolah sasaran menerima bantuan

pemerintah pendampingan kurikulum 2013, juga instruktur pendamping

difasilitasi oleh LPMP Jawa Tengah dan telah diberikan pelatihan

183

sebelumnya sehingga dengan adanya fasilitas yang demikian pelaksanaan

pendampingan kurikulum 2013 menjadi maksimal;

3. Komponen Process memperoleh rata rata penilaian yang baik, artinya

pelaksanaan pendampingan Kurikulum 2013 telah dilaksanakan sesuai

dengan juknis pendampingan kurikulum 2013 tahun 2016;

4. Komponen product menghasilkan rata-rata penilaian yang baik dari semua

indikatornya, guru mengalami peningkatan pemahaman sehingga

keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran pun meningkat, hal ini lah

yang diharapkan tujuan pendampingan kurikulum 2013;

5. Komponen Outcome menghasilkan rata-rata penilaian yang baik. Selain

melalui kuesioner yang disebar, manfaat program pendampingan juga dilihat

dari hasil pengamatan terhadap RPP yang sudah sesuai dengan format RPP

yang baik. Pengamatan terhadap aktivitas mengajar oleh guru mennujukan

bahwa pembelajaran dikelas yang telah menggunakan pendekatan saintifik,

namun memang terkadang muncul terkadang tidak. Hal ini dipengaruhi oleh

jenis materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, serta sarana prasarana

yang disediakan. Guru telah mampu mengembangkan rubrik penilaian namun

dalam pelaksanaanya masih kurang. Secara garis besar manfaat program

pendampingan bagi guru kelas X adalah meningkatkan pemahaman terhadap

implementasi Kurikulum 2013, meningkatkan keterampilan dalam merancang

pembelajaran, meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran

dan melaksanakan penilaian otentik disekolah tempat guru mengajar.

184

5.2 Saran

Dari simpulan dan analisis yang dipaparkan pada bab ini maupun bab

sebelumnya, peneliti mempunyai saran untuk menjadi masukan dalam mengatasi

permasalahan yang ada terkait program pendampingan kurikulum 2013 yakni:

1. Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap tujuan pendampingan kurikulum

2013, sebaiknya setiap sekolah sasaran diberikan pemahaman dan sosialisasi

mengenai program pendampingan kurikulum 2013;

2. Sebelum melaksanakan pendampingan Kurikulum 2013 perlu dilakukan

evaluasi kebutuhan guru terlebih dahulu, karena kesesuaian kebutuhan

memiliki peranan penting;

3. Sumber Daya yang terdapat dalam program mulai dari tenaga pendamping

dan sarana prasarana senantiasa di tingkatkan, hal ini supaya program dapat

berjalan secara maksimal;

4. Kegiatan Bimbingan teknis kurikulum 2013 hendaknya dapat dimanfaatkan

secara maksimal oleh guru untuk berdiskusi secara tuntas dengan instruktur

pendamping;

5. Sesuai dengan namanya, Pendampingan, program ini harus benar benar

memberikan pemantapan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian bagi guru;

6. Diharapkan ada keberlanjutan atau penyegaran dari program pendampingan

kurikulum 2013 bagi alumni yang telah mengikuti pendampingan setiap

tahunnya, sehingga program ini tidak hanya menjadi program terlaksana

sekali, namun menjadi program jangka panjang sehingga kemampuan dan

keterampilan guru tetap dapat di monitoring dan juga selalu memberikan

185

semangat dan motivasi bagi guru untuk mengimplementasikan kurikulum

2013 sehingga apabila ada revisi mengenai kurikulum 2013 dapat langsung

tersampaikan kepada guru.

7. Sarana dan Prasarana penunjang implementasi kurikulum 2013 harus

dimaksimalkan, mengingat bahwa keterampilan guru dalam

mengimplementasikan Kurikulum 2013 juga harus diiringi dengan sarana dan

prasarana yang mendukung.

8. Metode penilaian “aspek keterampilan” yang dilakukan guru kurang

bervariasi, sehingga guru masih perlu diberikan pelatihan dan pendampingan

dalam melakukan penilaian pada “aspek keterampilan”.

5.3 Rekomendasi

Rekomendasi dari penelitian ini adalah bagi peneliti lain, dapat meneliti lebih jauh

mengenai pengaruh antara kualitas pendampingan dengan kualitas guru dalam

mengimplementasikan Kurikulum 2013

186

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Sani Ridwan. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Kurikulum 2013.

Jakarta: Bumi Aksara.

Anderson, James A. 1975. Public Policy Making: Basic Concept in Political

Sciences. New York: Praeger University Series.

Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Arikunto, Suharsimi dan Cepi Abdul Jabar, Safrudin. 2010. Evaluasi Program

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi dan Cepi Abdul Jabar, Safrudin. 2009. Evaluasi Program

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

.

Aqdwirida, Refita. 2016. Implementasi Kurikulum 2013 di SMA Negeri 2

Magelang. 35 jurnal Kebijakan Pendidikan, 5 (1).

Delviati. 2015. Pengembangan Model Reflection-Based Supervision Dalam

Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013. IJCETS. Vol 3 : 1-8.

Jaedun, Amat. 2010. Metode Penelitian Evaluasi Program. Makalah Disampaikan

Pada Kegiatan Pelatihan Metode Penelitian Evaluasi Kebijakan dan

Evaluasi Program Pendidikan. Diselenggarakan Pusat Penelitian

Kebijakan Pendidikan, dan Pusat Penelitian Pendidikan Dasar dan

Menengah, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta.

Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar Dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum

2013. Bandung: Yrama Widya.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kusumastuti, Ayuk., Sudiyanto., & Octoria, Dini. 2016. Faktor-Faktor

penghambat guru dalam melaksanakan Kurikulum 2013. Jurnal Tata

Arta. 2 (1) : 118-133.

Mahmudi, Ihwan. 2011. CIPPO: Suatu Model Evaluasi Program Pendidikan.

Jurnal At-ta’dib. 6(1): 111-125.

Novauli, Feralys. 2012. Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Peningkatan

Prestasi Belajar di Kota Banda Aceh. Jurnal Pencerahan. 6(1): 17-32.

187

Roswati. 2008. Evaluasi Program / Proyek. Jurnal Pendidikan Penabur. 11(7).

Subkhan, Edi. 2013. Pengantar Teknologi Pendidikan Perspektif Paradigmatik

dan

Multidimensional. Yogyakarta: Deepublish.

Sumarno, Wustqa & Dhariva, Urwatul. 2014. Pengembangan Perangkat

Pembelajaran. Jurnal Riset Pendidikan Matematika. 1(2): 257-267.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif Kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Iqbal, Hasan. 2006. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta : PT Bumi

Aksara

Yaumi, Muhamad.,dan Widyasari. 2014. Evaluasi Program Pendidikan Guru SD

Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Lentera Pendidikan. 21(2): 1-6

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 22 Tahun 2016 Tentang

Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 23 Tahun 2016 Tentang

Standar Penilaian Pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 tahun 2014 tentang

pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013

Panduan Pelaksanaan Pelatihan dan Pendampingan Kurikulum 2013 tahun 2016

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) tahun 2010-2014

Undang Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional