12
Bab III. Metode Praktikum 3.1 Bahan dan Peralatan Bahan yang digunakan dalam evaluasi ekstrak yaitu air-kloroform LP, aquadest, curcuma xanthoriza rhizoma, etanol 95%, kloroform, methanol, toluen, dan vaselin. Sedangkan peralatan yang digunakan yaitu alumunium foil, beaker glass, bejana kromatografi, boiling chip, botol bening, cawan penguap, cawan petri, corong, gelas ukur, kertas saring whatman, lampu UV 254 dan 366 nm, pelat silika gel, plastik wrap, piknometer, pipa kapiler, pipet, spatel, dan timbangan. 3.2 Desain dan Tahapan Praktikum 3.2.1 Pemeriksaan Parameter Ekstrak Pemeriksaan parameter ekstrak perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas ekstrak dilihat dari sifat fisik dan kandungan kimianya. Parameter ekstrak yang diperiksa meliputi ekstrak cair dan ekstrak kenta. Pengujian parameter ekstrak cair yaitu organoleptik ekstrak, pH ekstrak, pola dinamolisis dan pola kromatogram lapis tipis. Sedangkan pengujian parameter ekstrak kental yaitu rendemen ekstrak, organoleptik ekstrak, bobot jenis ekstrak, kadar air ekstrak, kadar minyak atsiri ekstrak, kadar sari larut air, dan kadar sari larut etanol.

Evaluasi Ekstrak

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Evaluasi Ekstrak

Bab III. Metode Praktikum

3.1 Bahan dan Peralatan

Bahan yang digunakan dalam evaluasi ekstrak yaitu air-kloroform LP,

aquadest, curcuma xanthoriza rhizoma, etanol 95%, kloroform, methanol, toluen,

dan vaselin. Sedangkan peralatan yang digunakan yaitu alumunium foil, beaker

glass, bejana kromatografi, boiling chip, botol bening, cawan penguap, cawan

petri, corong, gelas ukur, kertas saring whatman, lampu UV 254 dan 366 nm,

pelat silika gel, plastik wrap, piknometer, pipa kapiler, pipet, spatel, dan

timbangan.

3.2 Desain dan Tahapan Praktikum

3.2.1 Pemeriksaan Parameter Ekstrak

Pemeriksaan parameter ekstrak perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas

ekstrak dilihat dari sifat fisik dan kandungan kimianya. Parameter ekstrak yang

diperiksa meliputi ekstrak cair dan ekstrak kenta. Pengujian parameter ekstrak cair

yaitu organoleptik ekstrak, pH ekstrak, pola dinamolisis dan pola kromatogram

lapis tipis. Sedangkan pengujian parameter ekstrak kental yaitu rendemen ekstrak,

organoleptik ekstrak, bobot jenis ekstrak, kadar air ekstrak, kadar minyak atsiri

ekstrak, kadar sari larut air, dan kadar sari larut etanol.

Pemeriksaan Parameter Ekstrak Cair

Pengujian organoleptik ekstrak dilakukan dengan menggunakan panca

indera. Dimana meliputi bentuk dari ekstrak, warna ekstrak, bau ekstrak, serta rasa

dari ekstrak. Pengujian kedua yaitu pH ekstrak. Penetapan pH ekstrak cair

dilakukan dengan menggunakan kertas indikator pH universal. Ekstrak cair

ditambahkan ke dalam cawan petri dan kertas indikator pH dicelupkan ke

dalamnya. Didiamkan sebentar dan dibandingkan dengan warna pada wadah

indikator pH universal.

Pengujian ketiga yaitu pola dinamolisis. Pola dinamolisis ditentukan dengan

kertas saring whatman yang berdimeter 10 cm, titik pusatnya dilubangi, kemudian

dipasang sumbu. Dalam cawan petri ditempatkan sejumlah ekstrak cair, kemudian

Page 2: Evaluasi Ekstrak

ditutup dengan kertas saring bersumbu vertikal yang menghubungkan cairan

ekstrak dengan kertas saring. Biarkan terjadi proses difusi sirkular selama kurang

lebih 10 menit. Cairan akan naik melalui sumbu dan akan tergambar pada kertas

saring sebagai suatu pola yang bentuknya bervariasi tergantung jenis ekstraknya.

Pola yang tergambar akan berupa lingkaran yang mengelilingi sumbu sebagai

pusat lingkaran.

Pola kromatogram lapis tipis ditentukan dengan cara pelat silika gel

disiapkan dengan ukuran tertentu kemudian ekstrak cair ditutulkan pada garis

awal dengan menggunakan pipa kapiler, biarkan beberapa saat. Pelat silika

kemudian dimasukkan kedalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan

dengan cairan pengembang. Proses dihentikan sampai cairan pengembang sampai

ke garis depan, amati pola kromatogram dibawah lampu UV 254 nm dan 366 nm

dan hitung Rf setiap bercak.

Pemeriksaan Parameter Ekstrak Kental

Pengujian organoleptik ekstrak kental dilakukan dengan menggunakan

panca indera. Dimana meliputi bentuk dari ekstrak, warna ekstrak, bau ekstrak,

serta rasa dari ekstrak. Selanjutnya untuk menetapkan rendemen ekstrak, sejumlah

tertentu ekstrak kental dalam cawan penguap ditimbang kemudian diuapkan diatas

penangas air dengan temperatur 40-50°C sampai bobot tetap. Tentukan berat

ekstrak setelah penguapan dengan mengurangkan bobot cawan kosong, kemudian

hitung rendemen ekstrak.

Bobot jenis ekstrak ditetapkan dengan cara menentukan kerapan air dengan

menimbang piknometer dalam keadaan kosong dan terisi air. Kemudian tentukan

kerapatan ekstrak dengan menimbang piknometer dalam keadaan kosong dan

terisi ekstrak. Sehingga dapat ditetapkan nilai kerapatan ekstrak.

Kadar air ekstrak ditetapkan dengan cara ke dalam labu bersih dimasukkan

2 g ekstrak kental kemudian tambahkan 200 ml toluen, lalu hubungkan alat.

Panaskan labu dan setelah semua tersuling, biarkan tabung penerima mendingin

hingga suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, baca volume air

dan dihitung kadar air dalam persen terhadap berat ekstrak semula.

Page 3: Evaluasi Ekstrak

Selanjutnya untuk kadar minyak atsiri ditetapkan dengan cara kedalam labu

bersih dimasukkan 5 g Curcuma Xanthoriza rhizom kemudian tambahkan 200 ml

air suling, lalu hubungkan alat. Panaskan labu dan setelah semua tersuling,

biarkan tabung penerima mendingin hingga suhu kamar. Volume minyak atsiri

pada buret dicatat. Lalu, hitung kadar minyak atsiri dalam persen terhadap berat

simplisia.

Pemeriksaan parameter selanjutnya adalah kadar sari larut air. Sebanyak 2 g

ekstrak dimaserasi dengan 40 ml air-kloroform LP selama 24 jam, menggunakan

botol kaca sambil sekali-kali dikocok selama 6 jam pertama. Kemudian diamkan

selama 18 jam dan disaring. Filtrat air sebanyak 20 ml diuapkan dalam cawan

penguap yang telah dikalibrasi sebelumnya. Sedangkan residu yang tertinggal

pada kertas saring dipanaskan pada oven bersuhu 1050C hingga bobotnya tetap.

Lalu, kadar sari dihitung dalam persen massa filtrat sari kering yang didapat

terhadap massa ekstrak yang digunakan.

Pemeriksaan parameter selanjutnya adalah kadar sari larut etanol. Sebanyak

2 g ekstrak dimaserasi dengan 40 ml etanol 95% selama 24 jam, menggunakan

botol kaca sambil sekali-kali dikocok selama 6 jam pertama. Kemudian diamkan

selama 18 jam dan disaring. Filtrat sebanyak 20 ml diuapkan dalam cawan

penguap yang telah dikalibrasi sebelumnya. Sedangkan residu yang tertinggal

pada kertas saring dipanaskan pada oven bersuhu 1050C hingga bobotnya tetap.

Lalu, kadar sari dihitung dalam persen massa filtrat sari kering yang didapat

terhadap massa ekstrak yang digunakan.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

4.1 Pemeriksaan Parameter Ekstrak

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kualitas ekstrak yang dilihat

berdasarkan sifat fisik dan kandungan kimianya. Pengujian parameter pertama

dilakukan pada ekstrak cair. Parameter pertama yang diuji adalah organoleptik

ekstrak. Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses

pengindraan. Dari hasil pengamatan didapat bahwa ekstrak yang didapat berwujud

Page 4: Evaluasi Ekstrak

cair dengan warna jingga, bau khas temulawak serta rasa yang pahit, kesat khas

dari temulawak. Pengujian pH dilakukan dan didapatkan pH ekstrak yaitu 7.

Selanjutnya dilakukan pengujian pola dinamolisis. Proses pola dinamolisis

dilakukan untuk memberikan gambaran secara kualitatif dari kandungan kimia

yang terdapat dalam ekstrak karena masing-masing ekstrak memiliki pola

dinamolisis yang berbeda. Berdasarkan hasil percobaan, pola yang dimiliki oleh

Curcuma Xanthoriza rhizom menunjukkan pola lingkaran, diameter 1 berwarna

kuning muda, diameter 2 berwarna kuning terang, sedangkan diameter 3 berwarna

jingga. Diameter yang diperoleh berturut-turut adalah 4,5 cm; 3,4 cm; dan 2,7 cm.

Gambar Pola Dinamolisis Ekstrak Curcuma Xanthoriza rhizom

Uji parameter selanjutnya adalah kromatografi lapis tipis (KLT). KLT

merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi

dengan memisahkan komponen yang terkandung dalam sampel berdasarkan

perbedaan kepolaran. Teknik ini menggunakan fase diam dari bentuk

plat silika dan fase geraknya metanol:kloroform dengan perbandingan 19:1.

Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen atau

pengembang.  Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel

akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.

Page 5: Evaluasi Ekstrak

Setelah fasa gerak sampai pada batas atas dari plat KLT, kemudian plat

tersebut dikeluarkan dari chamber, dan dilihat dibawah sinar UV dan dihitung Rf

nya. Dari hasil KLT terdapat 3 titik (spot) yang tertarik pada fase diam dan

memiliki nilai Rf sebagai berikut

No.

BercakRf

Pengamatan

Sinar Tampak UV 254 nm UV 366 nm

1. 0,51 Kuning pucat Kuning Hijau tosca

2. 0,69 Kuning Kuning Kuning hijau

3. 0,84 Kuning Kuning Jingga coklat

Hal ini sesuai dengan yang disebutkan pada Farmakope Herbal Indonesia

meskipun terdapat beberapa perbedaan yang dapat disebabkan karena kondisi

komponen yang digunakan saat KLT baik instrumen, senyawa kimia, maupun

praktikan.

Setelah dilakukan pemerikasaan parameter pada ekstrak cair, perlu

dilakukan pula pada ekstrak kental. Pemeriksaan parameter ekstrak perlu

dilakukan untuk mengetahui kualitas ekstrak dilihat dari sifat fisik dan kandungan

kimianya. Pertama dilakukan uji parameter ekstrak kental, yaitu organoleptik

ekstrak. Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses

pengindraan. Dari hasil pengamatan didapat bahwa ekstrak yang didapat berwujud

kental dengan warna coklat, bau khas temulawak serta rasa yang pahit, kesat khas

dari temulawak.

Selanjutnya dilakukan pengukuran bobot jenis ekstrak dengan menggunakan

piknometer. Piknometer kosong terlebih dahulu ditimbang beratnya, didapatkan

berat 18,12 gram. Berat piknometer dengan air adalah 19,29 gram. Sehingga

didapatkan berat air sebesar 1,17 gram. Selanjutnya, dihitung kerapatan air, dan

didapatkan kerapatan air sebesar 1,17 gram/ml. Selanjutnya, berat piknometer

dengan ekstrak adalah 19,56 gram. Sehingga didapatkan berat ekstrak sebesar

1,44 gram. Selanjutnya, dihitung kerapatan ekstrak dan didapatkan nilai sebesar

1,44 gram/ml. Dari dua nilai kerapatan ini, dapat ditentukan bobot jenis ekstrak

dengan hasil 1,2307. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak temulawak memiliki

bobot jenis yang lebih besar dibandingkan air.

Page 6: Evaluasi Ekstrak

Setelah itu dilakukan pengujian rendemen. Pengujian rendemen dilakukan

dengan cara ekstrak kental dalam cawan penguap ditimbang kemudian diuapkan

di atas penangas air dengan temperatur 40o C – 50o C sampai bobot tetap.

Tentukan berat ekstrak setelah penguapan dengan mengurangkan dengan bobot

cawan kosong, kemudian hitung rendemen ekstrak (% b/b) sesuai dengan rumus

di bawah ini.

Rendemen ( %)= Bobot EkstrakBobot Simplisia

x 100 %

Dari hasil penimbangan didapat bobot ekstrak sebesar 16,7 gram dengan bobot

simplisia sebesar 1000 gram. Setelah dimasukkan ke persamaan persentase

rendemen didapat rendemen ekstrak sebesar 1,67%. Semakin lama waktu ekstrak

dan semakin halus ekstraknya, maka semakin banyak pula rendemen yang

didapatkan. Semakin besar perbandingan bahan baku-pelarut yang digunakan,

maka semakin banyak ekstrak kasar yang didapat. Untuk mendapatkan ekstrak

yang lebih banyak harus dilakukan ekstraksi yang lebih lama.

Uji parameter selanjutnya adalah menguji kadar air dalam ekstrak

temulawak. Penentuan kadar air bertujuan untuk menyatakan kandungan zat

dalam tumbuhan sebagai persen bahan kering dan untuk mengetahui ketahanan

suatu bahan dalam penyimpanan. Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak kental

yang sudah diuapkan. Pemilihan pelarut dalam perhitungan kadar air harus

memperhitungkan titik didih yang lebih tinggi dibandingkan air dan massa jenis

yang lebih rendah serta tidak bercampur dengan komponen bahan. Toluene

mempunyai titik didih yang lebih tinggi dibandingkan air yaitu 111 °C, sedangkan

air mempunyai titik didih 100 oC. Sehingga saat terjadi pemanasan, air akan

menguap terlebih dahulu. Air yang menguap akan masuk ke dalam kondensor.

Kondensor atau pendingin yang berguna untuk mendinginkan uap destilat yang

melewati kondensor sehingga menjadi cair. Kondensor atau pendingin yang

digunakan menggunakan pendingin air dimana air yang masuk berasal dari bawah

dankeluar di atas, karena jika airnya berasal dari atas maka air dalam pendingin

atau kondensor tidak akanmemenuhi isi pendingin sehingga tidak dapat digunakan

untuk mendinginkan uap yang mengalir lewat kondensor tersebut. Massa jenis

Page 7: Evaluasi Ekstrak

pelarut harus dibedakan dengan air karena saatdistilasi air telah selesai. Massa

jenis toluene adalah 0.867 g/ml, sedangkan massa jenis air adalah 1g/ml. toluene

dan air yang telah menguap dapat dibedakan berdasarkan massa jenis Volume

airnya diukur dan didapatkan volume air sebanyak 0,2 ml. Kemudian dihitung

kadar air dalam % b/v, yaitu sebesar 10%. Kadar air ini sesuai dengan syarat

kadar air yang baik yang disebutkan pada literatur, dimana suatu ekstrak kental

harus memenuhi syarat kandungan air di dalamnya yang tidak boleh melebihi dari

10%. Jika lebih dari 10% maka ekstrak kental harus diuapkan kembali. Kadar air

ekstrak yang diperoleh kurang dari 10% menunjukkan bahwa kadar air tersebut

dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga kemungkinan rusak

karena jamur sangatlah kecil.

Pengujian ekstrak kental lain yang dilakukan adalah kadar minyak atsiri.

Penetapan kadar minyak atsiri dilakukaan mengikuti metode destilasi uap.

Distilasi uap terjadi berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan

menguap dengan fase uap air dari labu secara kontinyu sampai sempurna dan

diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran menjadi destilat air bersama

senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian. Tujuan

penentuan kadar minyak atsiri ini adalah untuk mengukur berapa banyak kadar

minyak atsiri yang terdapat dalam ekstrak. Sebanyak 5 g Curcuma Xanthoriza

rhizom dimasukkan kedalam labu bersih dan ditambahkan 200 ml air suling, lalu

alat dihubungkan. Labu dipanaskan dan setelah semua tersuling, tabung penerima

didinginkan hingga suhu kamar. Volume minyak atsiri pada buret dicatat. Lalu,

hitung kadar minyak atsiri dalam persen terhadap berat simplisia. Pada pengujian

kadar minyak digunakan air karena air memiliki titik didih lebih tinggi daripada

minyak atsiri yang terkandung dalam ekstrak tersebut sehingga distilasi dapat

dilakukan Setelah dilakukan pengukuran dihasilkan volume minyak atsiri

sebanyak 0,35 mL dengan berat ekstrak uji sebanyak 150,12 g. Dari hasil

perhitungan dengan kedua data tersebut didapat kadar minyak atsiri sebesar 0,233

%.

Pengujian berikutnya adalah penetapan kadar sari larut etanol. Penentuan

kadar sari larut etanol bertujuan untuk mengetahui kadar sari dari yang terlarut di

Page 8: Evaluasi Ekstrak

dalam pelarut etanol. Sebanyak 5 gr ekstrak dimaserasi selama 24 jam dengan

menggunakan 100 mL air-kloroform LP dalam labu bersumbat sambil sekali-kali

dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam, kemudian

disaring dan 20mL filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal

berdasarkan rata yang telah ditara, kemudian panaskan residu pada suhu 105 0C

hingga bobot tetap, kemudian dihitung terhadap bobot bahan yang telah

dikeringkan. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan kadar sari larut etanol

sebesar 26%.