Upload
dangthu
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EVALUASI KINERJA BIDAN PUSKESMAS DALAM PELAYANAN
ANTENATAL CARE (ANC) DI KECAMATAN
BANJARSARI KOTA SURAKARTA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
untuk Mencapai Derajat Magister
Program Studi Kedokteran Keluarga
Minat Utama : Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh :
ENDANG ROSTIATI
S 540809306
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
EVALUASI KINERJA BIDAN PUSKESMAS DALAM PELAYANAN
ANTENATAL CARE (ANC) DI KECAMATAN
BANJARSARI KOTA SURAKARTA
Disusun Oleh :
Endang Rostiati NIM : S 540809306
Telah disetujui pada : Dosen Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Tanggal: Tanggal :
Prof. Dr. Satimin Hadiwidjaja, dr, PAK.MARS Putu Suriyasa, dr, MS, PKK, SpOK NIK: 19460405 197603 1 001 NIK: 19481105 198111 1 001
Mengetahui
Kepala Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, PAK, MM,KK NIP. 19480313 197610 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
EVALUASI KINERJA BIDAN PUSKESMAS DALAM PELAYANAN
ANTENATAL CARE (ANC) DI KECAMATAN
BANJARSARI KOTA SURAKARTA
Disusun Oleh :
Endang Rostiati NIM : S 540809306
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Dewan Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, PAK, MM.Mkes NIP. 194803131976101001
Sekretaris Dr. Nunuk Suryani, M.Pd NIK. 19661108 199003 2 001
Anggota Prof. Dr. Satimin Hadiwidjaja, dr, PAK. MARS
NIK. 19460405 197603 1 001 Putu Suriyasa, dr. MS, PKK, SpOk NIK. 194811051981111001
Surakarta, Ketua Program Studi
Mengetahui Magister Kedokteran Keluarga Prof. Dr. Suranto, M.Sc, Ph.D Prof.Dr. Didik Tamtomo, dr,PAK,MM,M.Kes NIP. 195708201985031004 NIP. 194803131976101001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Endang Rostiati
NIM : S 540809306
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul : Evaluasi
Kinerja Bidan Puskesmas Dalam Pelayanan Antenatal Care (ANC) di Kecamatan
Banjarsari Kota Surakarta adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan
karya saya dalam tesis ini diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam kepustakaan.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta
Yang Membuat Pernyataan
Endang Rostiati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis dengan judul “Evaluasi
Kinerja Bidan Puskesmas Dalam Pelayanan Antenatal Care (ANC) di Kecamatan
Banjarsari Kota Surakarta”
Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat dalam rangka memperoleh gelar
Magister Kesehatan pada Program Studi Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Tesis ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr, PAK, MM, M.Kes, selaku Ketua
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta
3. Dr. P.Murdani, K. MHPed, selaku Ketua Minat Utama Pendidikan Profesi
Kesehatan Pascasarjana Universitas Slamet Riyadi Surakarta.
4. Prof. Dr. Satimin Hadiwidjaja, dr, PAK. MARS, selaku Pembimbing I yang
berkenan memberikan masukan dan bimbingan kepada peneliti.
5. Putu Suriyasa, dr, MS, PKK. SpOK, selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan kepada peneliti.
6. Tim Penguji tesis yang telah membantu terlaksananya ujian sehingga dapat
berjalan dengan lancar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
7. Segenap dosen dan civitas akademika Program Studi Magister Kedokteran
Keluarga Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami berharap masukan dan kritik yang membangun
demi perbaikan dalam penyusunan tesis yang akan datang.
Surakarta, Januari 2011
Endang Rostiati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
MOTTO
Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat
kekuatan baru: seumpama rajawali yang naik terbang dengan
kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, berjalan
dan tidak menjadi lelah.
(Yeyasa 40:31)
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi
kekuatan kepadaku.
(Filipi 4:13)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
ABSTRAK Endang Rostiati, NIM S 540809306. Evaluasi Kinerja Bidan Puskesmas Dalam Pelayanan Antenatal Care (ANC) di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.Tesis : Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2010
Pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh bidan puskesmas salah satunya adalah pemeriksaan antenatal yaitu pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perilaku bidan Puskesmas ditinjau dari faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong dalam melakukan Antenatal Care sesuai dengan standar pelayanan kebidanan di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta
Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta dengan waktu penelitian bulan Oktober 2010 – Januari 2011. Sumber data menggunakan informan, peristiwa dan aktivitas serta dokumen. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, mengkaji dokumen dan Focus Group Discussion. Teknik analisis data menggunakan analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan bidan tentang pedoman penggunaan kerja dalam pelaksanaan ANC dalam kategori baik. Sikap bidan dalam pelaksanaan ANC masih terdapat bidan yang belum benar atau belum tepat dalam pemberian pelayanan ANC. Hasil observasi kelengkapan peralatan di puskesmas Kecamatan Banjarsari diketahui bahwa keseluruhan Puskesmas yang ada di Kecamatan Banjarsari sudah memiliki peralatan yang lengkap dalam pelayanan ANC. Hasil penelitian tentang pelaksanaan monitoring bidan dalam pelayanan ANC sudah sesuai dengan pedoman kerja, monitoring dilakukan oleh kepala puskesmas baik secara langsung maupun tidak langsung dan pelaksanannya adalah 1 (satu) bulan sekali kemudian dilakukan evaluasi program dan kepala puskesmas juga melakukan kegiatan supervisi untuk mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan dari bidan. Kata Kunci : perilaku bidan, pelayanan ANC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
ABSTRACT Endang Rostiati, NIM S 540809306. Evaluation Performane of Midwives in Antenatal Care Service at Health Centre Banjarsari Surakarta. Study Programme Heath Professional Education, Post Graduate Programme, Thesis, Sebelas Maret University, 2010
Midwifery services who performed by midwives one of them is antenatal. ANC is the antenatal care that was done to check the condition of mother and fetus on a regular basis, followed by efforts to correct the deviation was found. The purpose of this research to study the behavior midwives who evaluated from the predisposing factors, the factors supporting and motivating factor in doing Antenatal Care in accordance with the standards of midwifery services in the Health Centre Banjarsari Surakarta
Research design use a descriptive qualitative. Research conducted at the District Health Center Banjarsari Surakarta with research time in October 2010 – Januari 2011. Source of data using informants, document the events and activities. Techniques of data collection using interviews, observation, document review and Focus Group Discussion. Analysis using an interactive analysis.
The results showed that knowledge about the guidelines for the use of midwives working in the implementation of ANC in both categories. The attitude of midwives in the implementation of the ANC there are midwives who have not exactly true or not yet in service delivery ANC. Results observation completeness of equipment in health centers Banjarsari District is known that the overall health centers in Sub Banjarsari already comprehensive equipment in the service of ANC. Results of research on monitoring the implementation of midwives in the service of ANC is in conformity with the guidelines which the monitoring conducted by the head of the clinic, either directly or indirectly, and its implementation is 1 month later made chief of program evaluation and supervision of health center also conducts activities to find out the results implementation work of the midwife. Keywords: evaluation, performance of midwives, Antenatal Care Service
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
PERNYATAAN.......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
MOTTO ................................................................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................ viii
ABSTRACT ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................. 6
A. Tinjauan Pustaka .............................................................. 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
1. Bidan .......................................................................... 6
2. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan ....................... 7
3. Asuhan dan Konseling Selama Kehamilan ................ 13
4. Standar Kompetensi Kebidanan ................................ 15
5. Antenatal Care (ANC) ............................................... 16
6. Perilaku ...................................................................... 21
B. Penelitian yang Relevan .................................................. 25
C. Kerangka Berpikir ........................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 29
A. Desain Penelitian.............................................................. 29
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................... 29
C. Sumber Data ..................................................................... 30
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 31
E. Teknik Analisis Data ....................................................... 33
F. Keakuratan Data ............................................................... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 36
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................. 36
B. Deskripsi Temuan Hasil Penelitian ................................. 37
1. Faktor Predisposisi Bidan Puskesmas dalam Pelayanan
Antenatal Care (ANC) ............................................... 37
2. Faktor Pendukung dalam Pelaksanaan Antenatal Care
(ANC) ........................................................................ 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
3. Faktor Pendorong Bidan dalam Pelaksanaan Antenatal
Care (ANC) ............................................................... 72
C. Pembahasan ...................................................................... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 103
A. Kesimpulan ...................................................................... 103
B. Implikasi........................................................................... 105
C. Saran ................................................................................. 105
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 107
LAMPIRAN .......................................................................................... 109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1. Deskripsi responden berdasarkan umur ................................. …. 36 Tabel 4.2. Deskripsi responden berdasarkan masa kerja ............................. 37 Tabel 4.3. Penggunaan Pedoman Kerja dalam Pelaksanaan ANC .............. 38 Tabel 4.4. Pemberian penyuluhan kepada ibu hamil ................................... 40 Tabel 4.5. Pengisihan asuhan kebidanan dalam pelayanan ANC ................ 42 Tabel 4.6. Sikap bidan dalam pelaksanaan ANC ......................................... 43 Tabel 4.7. Pelatihan bidan tentang Antenatal Care...................................... 46 Tabel 4.8. Manfaat pelatihan tentang Antenatal Care ................................. 48 Tabel 4.9. Kelengkapan peralatan dalam pelaksanaan Antenatal Care ...... 49 Tabel 4.10. Pelaksanaan pemeriksaan riwayat kehamilan sekarang .............. 52 Tabel 4.11. Pelaksanaan pemeriksaan riwayat kehamilan sekarang .............. 53 Tabel 4.12. Pelaksanaan pemeriksaan riwayat kesehatan/penyakit yang Diderita sekarang dan dulu ......................................................... 54
Tabel 4.13. Pelaksanaan pemeriksaan riwayat sosial ekonomi...................... 55
Tabel 4.14. Pelaksanaan pemeriksaan fisik.................................................... 56 Tabel 4.15. Pelaksanaan pemeriksaan tanda-tanda vital ................................ 57 Tabel 4.16. Pelaksanaan pemeriksaan fisik kepala dan leher ........................ 58 Tabel 4.17. Pelaksanaan pemeriksaan dada ................................................... 59 Tabel 4.18. Pedoman observasi pemeriksaan abdomen ................................. 61 Tabel 4.19. Langkah/tugas pemeriksaan palpasi menurut Leopold ............... 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
Tabel 4.20. Pelaksanaan pemeriksaan palpasi menurut Leopold I ................ 63 Tabel 4.21. Pelaksanaan pemeriksaan palpasi menurut Leopold II ............... 64 Tabel 4.22. Pelaksanaan pemeriksaan palpasi menurut Leopold III .............. 64 Tabel 4.23. Pelaksanaan pemeriksaan palpasi menurut Leopold IV ............. 65 Tabel 4.24. Pelaksanaan pemeriksaan panggul genitalia luar ........................ 66 Tabel 4.25. Pelaksanaan pemeriksaan tangan dan kaki ................................. 68 Tabel 4.26. Pelaksanaan pemeriksaan punggung ........................................... 69 Tabel 4.27. Pelaksanaan pembelajaran/pendidikan kesehatan ....................... 70 Tabel 4.28. Pelaksanaan promosi kesehatan .................................................. 71 Tabel 4.29. Persiapan persalinan dan kesiagaan komplikasi ......................... 72 Tabel 4.30. Monitoring dari Kepala Puskesmas ........................................... 73 Tabel 4.31. Pelaksanaan monitoring .............................................................. 74 Tabel 4.32. Evaluasi Program ....................................................................... 75 Tabel 4.33. Kegiatan Supervisi ...................................................................... 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1. Penggunaan pedoman kerja dalam pelaksanaan ANC ........... 39
Gambar 4.2. Pemberian penyuluhan kepada ibu hamil .............................. 41
Gambar 4.3. Pengisian asuhan kebidanan dalam pelayanan ANC ............. 42
Gambar 4.4. Pelatihan bidan tentang ANC ................................................. 47
Gambar 4.5. Manfaat pelatihan tentang ANC ............................................. 48
Gambar 4.6. Kelengkapan peralatan dalam pelayanan ANC...................... 50
Gambar 4.7. Pelaksanaan monitoring dari kepala puskesmas .................... 74
Gambar 4.8. Pelaksanaan evaluasi program oleh kepala puskesmas .......... 76
Gambar 4.9. Kegiatan supervisi .................................................................. 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
1. Ethical Review Committee
2. Permohonan untuk menjadi responden
3. Persetujuan Penelitian (Informed Consent)
4. Pedoman wawancara dengan bidan
5. Format penilaian ujian praktik klinik asuhan kebidanan pada ibu hamil
6. Hasil wawancara dengan kepala puskesmas
7. Hasil wawancara dengan bidan puskesmas
8. Hasil Focus Group Discussion (FGD)
9. Lampiran Foto
10. Surat-Surat Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2007 sebesar 248/100.000 Kelahiran
Hidup (KH) dan jika dibandingkan dengan AKI tahun 2002 sebesar
307/100.000 kelahiran hidup, AKI tersebut sudah jauh menurun, namun masih
jauh dari target Millenium Development Goal’s (MDG’s) 2015 (102/100.000
KH), sementara untuk Angka Kematian Bayi (AKB), berdasarkan perhitungan
dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 diperoleh AKB sebesar 26,9/1000
KH. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2002 sebesar 35/1000 KH dan
upayanya akan lebih ringan bila dibandingkan dengan upaya pencapaian target
MDG’s untuk penurunan AKI. Adapun target AKB pada MDG’s 2015 sebesar
17/1000 KH (Supari, 2009).
Kematian ibu dan bayi disebabkan oleh faktor langsung dan tidak
langsung, yaitu :
a. Faktor langsung penyebab kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia,
infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran, penyebab langsung
kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kekurangan
oksigen (asfiksia).
b. Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir adalah karena
kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat, selain itu juga disebabkan
oleh 3 Terlalu (terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di
tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dan 4 Terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak anak, terlalu rapat
jarak kelahiran). (Dinkes Jateng, 2010).
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia kemungkinan terjadi pada
ibu hamil yang berisiko tidak terdeteksi secara dini. Berdasarkan hal tersebut
maka peran bidan sebgai ujung tombak pelayanan harus mampu dan terampil
dalam memberikan pelayanan sesuai dengan standart yang ditetapkan. Peran
serta yang proaktif dari bidan diharapkan dapat menekan penurunan angka
kematian ibu dan bayi di Indonesia.
Peran bidan antara lain meningkatkan cakupan kunjungan pertama ibu
hamil (K1), kunjungan keempat ibu hamil (K4) dan semua persalinan harus
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, semua komplikasi obstetri mendapat
pelayanan rujukan yang adekuat, semua perempuan dalam usia reproduksi
mendapatkan akses pencegahan dan penatalaksanaan kehamilan yang tidak
diinginkan dan aborsi yang tidak aman (Sujudi, 2001).
AKI Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 adalah 114,42/100.000
angka kelahiran hidup, penyebabnya adalah saat masa nifas (45,16%), saat
bersalin (31,24%), saat hamil (23,50%), perdarahan (27,87%), eklampsia
(23,27%) dan lain-lain (43,18%), sementara itu AKI di Surakarta sebanyak
17/100.000 dan khususnya di Kecamatan Banjarsari AKI nya adalah 6
/100.000 angka kelahiran hidup (Dinkes Kota Surakarta, 2010).
Salah satu upaya untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta adalah dengan mempercepat
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan dengan penempatan bidan di
seluruh puskesmas. Bidan merupakan tenaga profesional yang strategis untuk
ditempatkan di lapangan, karena mereka dididik dalam pelaksanaan pelayanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
kebidanan, pelayanan kesehatan ibu dan anak serta pelayanan keluarga
berencana.
Pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh bidan puskesmas salah
satunya adalah pemeriksaan antenatal yaitu pemeriksaan kehamilan yang
dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti
dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuan utama
asuhan antenatal adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi
ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya dengan
ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa,
mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan antenatal
penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan normal selama
kehamilan (Pusdiknakes, 2003).
Perilaku bidan dalam pelayanan ANC inilah yang menarik minat peneliti
untuk melakukan penelitian pada bidan di Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimanakah kinerja bidan Puskesmas ditinjau dari faktor predisposisi
(pengetahuan, sikap dan pelatihan) dalam melakukan Antenatal Care
terhadap standar pelayanan kebidanan di Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta ?
2. Bagaimanakah kinerja bidan Puskesmas ditinjau dari faktor pendukung
(ketersediaan sarana medis/non medis) dalam melakukan Antenatal Care
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
terhadap standar pelayanan kebidanan di Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta ?
3. Bagaimanakah kinerja bidan Puskesmas ditinjau dari faktor pendorong
(pembinaan/supervisi dari kepala puskesmas) dalam melakukan Antenatal
Care terhadap standar pelayanan kebidanan di Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perilaku bidan dalam melakukan
pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) terhadap standar pelayanan
kebidanan serta teknis dalam pemeriksaan di Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui faktor pedisposisi (pengetahuan, sikap dan pelatihan)
bidan dalam pemeriksaan kebidanan ibu hamil terhadap standar
pelayanan kebidanan.
b. Mengetahui faktor pendukung (ketersediaan sarana medis/non medis)
bidan dalam pemeriksaan kebidanan ibu hamil terhadap standar
pelayanan kebidanan.
c. Mengetahui faktor pendorong (pembinaan/supervisi dari kepala
puskesmas) bidan dalam pemeriksaan kebidanan ibu hamil terhadap
standar pelayanan kebidanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
d. Mengetahui beban kerja bidan dalam menanggulangi masalah 3
Terlalu (terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat
pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan
4 Terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak anak, terlalu rapat
jarak kelahiran). (Dinkes Jateng, 2010).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini sebagai sarana untuk menambah wawasan peneliti
dalam mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Program
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan untuk peningkatan kualitas pelayanan kebidanan dalam
antenatal care yang dilaksanakan di Kecamatan Banjarsari Surakarta.
b. Bagi Bidan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi bidan
dalam melakukan ANC dengan standar pelayanan kebidanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Bidan
a. Pengertian Bidan
Menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI), pengertian bidan adalah
seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan
yang berlaku, dicatat, diberi ijin secara sah untuk menjalankan praktik
(IBI dalam Masirfan, 2007).
Menurut WHO (2005) bidan adalah seseorang yang telah mengikuti
program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari
pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register)
dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan
(WHO dalam Kepmenkes No 369/Menkes/SK/III/2007).
b. Kewajiban Bidan terhadap Profesinya
1) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu pada masyarakat.
2) Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (The-Wie, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
c. Perilaku profesional Bidan
1) Bertindak sesuai keahliannya
2) Mempunyai moral yang tinggi
3) Bersifat jujur
4) Tidak melakukan coba-coba
5) Tidak memberikan janji yang berlebihan
6) Mengembangkan kemitraan
7) Terampil berkomunikasi
8) Mengenal batas kemampuan
9) Mengadvokasi pilihan ibu (The-Wie, 2009).
2. Ruang Lingkup Standar Pelayanan Kebidanan
Dinkes (2006) menyatakan bahwa standar pelayanan kebidanan meliputi 25
standar yang dikelompokkan sebagai berikut :
a. Standar Pelayanan Umum (2 standar)
Terdapat dua standar pelayanan umum sebagai berikut :
1) Standar 1 : Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat
Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga
dan masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan kehamilan,
termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi, keluarga berencana,
kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua,
menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang
baik.
2) Standar 2 : Pencatatan
Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya, yaitu
registrasi semua ibu hamil di wilayah kerja, rincian pelayanan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
diberikan kepada setiap ibu hamil/bersalin/nifas dan bayi baru lahir,
semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Di samping
itu bidan hendaknya mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu
hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu dan
bayi baru lahir. Bidan meninjau secara teratur catatan tersebut untuk
menilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan
pelayanannya.
b. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal antara lain :
1) Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat
secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami
dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2) Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan
meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk
menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus
mengenal kehamilan risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,
hipertensi, PMS/Infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasehat
dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh
puskesmas. Bidan harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan.
Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang
diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3) Standar 5 : Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan
palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan
bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala
janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan
rujukan tepat waktu.
4) Standar 6: Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan/atau
rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dnegan ketentuan
yang berlaku.
5) Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan dan menenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta
mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
6) Standar 8 : Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan
direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya
untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan
hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.
c. Standar Pertolongan Persalinan (4 standar)
Terdapat enam standar dalam standar pertolongan persalinan antara lain
adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
1) Standar 9 : Asuhan Saat Persalinan
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan
memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.
2) Standar 10 : Persalinan yang Aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan
dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.
3) Standar 11 : Pengeluaran Plasenta dengan Penegangan Tali Pusat
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
4) Standar 12 : Penanganan Kala II dengan Gawat Janin Melalui Episiotomi
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada Kala II yang
lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk
memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.
d. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
Terdapat tiga standar pelayanan dalam standar pelayanan nifas antara lain :
1) Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan,
dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan
juga harus mencegah atau menangani hipotermia.
2) Standar 14 : Penanganan pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
yang diperlukan. Di samping itu bidan memberikan penjelasan tentang
hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu
untuk memulai pemberian ASI.
3) Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan
rumah pada hari ke tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah
persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan atau
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,
imunisasi dan KB.
e. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-Neonatal (10 standar).
Terdapat sepuluh standar penanganan kegawatdaruratan Obstetri-Neonatal
antara lain :
1) Standar 16 : Penanganan Perdarahan Pada Kehamilan
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada
kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
2) Standar 17 : Penanganan Kegawatan pada Eklamsia
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsia mengancam,
serta merujuk dan/atau memberikan pertolongan pertama
3) Standar 18 : Penanganan Keawatan pada Partus Lama/macet
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama/macet serta
melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
4) Standar 19 : Persalinan dengan Forsep Rendah
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi forsep rendah,
menggunakan forsep secara benar dalam memberikan pertolongan
persalinan dengan memastikan keamanannya bagi ibu dan janin/bayinya.
5) Standar 20 : Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum, melakukannya
secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan
memastikan keamanannya bagi ibu dan janin/bayinya.
6) Standar 21 : Penanganan Retentio Plasenta
Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan
pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai
dengan kebutuhan.
7) Standar 22 : Penanganan Perdarahan Postpartum Primer
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam
pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera
melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan.
8) Standar 23 : Penanganan Perdarahan Postpartum Sekunder
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala
perdarahan postpartum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama
untuk penyelamatan jiwa ibu, dan atau merujuknya.
9) Standar 24 : Penanganan Sepsis Puerperalis
Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis,
serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
10) Standar 25 : Penanganan Asfiksi
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia,
serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusakan bantuan medis yang
diperlukan dan memberikan perawatan lanjutan.
3. Asuhan dan Konseling Selama Kehamilan
Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk
mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi : deteksi diri,
pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu. Pengetahuan dasar yang
harus diketahui bidan untuk melakukan asuhan dan konseling selama
kehamilan antara lain adalah :
a. Anatomi dan fisiologis tubuh manusia
b. Siklus menstruasi dan proses konsepsi
c. Tumbuh kembang janin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
d. Tanda-tanda dan gejala kehamilan
e. Mendiagnosa kehamilan
f. Perkembangan norma kehamilan
g. Komponen riwayat kesehatan
h. Komponen pemeriksaan fisik yang terfokus selama antenatal
i. Menentukan umur kehamilan dari riwayat menstruasi, pembesaran
dan/atau tinggi fundus uteri
j. Mengenal tanda dan gejala anemia ringan dan berat, hyperemesis
gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, abortus imminen,
molahydatidosa dan komplikasinya, dan kehamilan ganda, kelainan letak
serta pre eklamsia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
k. Nilai normal dari pemeriksaan laboratorium seperti Haemoglobin dalam
darah, test gula, protein, acetone dan bakteri dalam urine.
l. Perkembangan normal dari kehamilan : perubahan bentuk fisik,
ketidaknyamanan yang lazim, pertumbuhan fundus uteri yang diharapkan.
m. Perubahan psikologis yang normal dalam kehamilan dan dampak
kehamilan terhadap keluarga.
n. Penyuluhan dalam kehamilan, perubahan fisik, perawatan buah dada,
ketidaknyamanan, kebersihan, seksualitas, nutrisi, pekerjaan dan aktivitas
(senam hamil).
o. Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan janin.
p. Penata laksanaan imunisasi pada wanita hamil
q. Pertumbuhan dan perkembangan janin
r. Persiapan pesalinan, kelahiran dan menjadi orang tua
s. Persiapan keadaan dan rumah/keluarga untuk menyambut kelahiran bayi.
t. Tanda-tanda dimulainya persalinan.
u. Promosi dan dukungan pada ibu menyusui
v. Teknik relaksasi dan strategi meringankan nyeri pada persiapan persalinan
dan kelahiran.
w. Mendokumentasikan temuan dan asuhan yang diberikan
x. Mengurangi ketidaknyamanan selama masa kehamilan
y. Penggunaan obat-obat tradisional ramuan yang aman untuk mengurangi
ketidaknyamanan selama kehamilan.
z. Akibat yang ditimbulkan dari merokok, penggunaan alkohol dan obat
terlarang bagi toxoplasmasmosis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
aa. Tanda dan gejala dari komplikasi kehamilan yang mengancam jiwa seperti
pre eklamsia, perdarahan pervaginam, kelahiran prematur, anemia berat
bb. Kesejahteraan janin termasuk DJJ danpola aktivasijanin
cc. Resusitasi kardiopulmonary (Kepmenkes, 2007).
4. Standar Kompetensi Kebidanan
Standar kompetensi kebidanan menurut Kepmenkes (2007) antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Kompetensi 1 : bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan ketrampilan
dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar
dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya untuk wanita, bayi
baru lahir dan keluarganya.
b. Kompetensi 2 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan
kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di
masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang
sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
c. Kompetensi 3 : Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk
mengoptimalkan kesehatna selama kehamilan yang meliputi : deteksi diri,
pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
d. Kompetensi 4 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap
terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama
persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi yang kegawatdaruratan
tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita pada bayinya yang baru
lahir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
e. Kompetensi 5: Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang
bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
f. Kompetensi 6 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.
g. Kompetensi 7 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi
komprehensif pada bayi dan balita sehat 1 bulan – 5 tahun.
h. Kompetensi 8 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan
komprehensif pda keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan
budaya setempat.
i. Kompetensi 9 : Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan
gangguan sistem reproduksi.
5. Antenatal Care (ANC)
Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan yang dilakukan/diberikan
kepada seorang ibu hamil sampai saat persalinan. (Siswoduarmo, 1992).
Pengertian pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang
dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti
dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuannya
adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan
dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat
(Depkes, 2002).
Antenatal Care merupakan pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba,
2003). Tujuan Antenatal Care (ANC) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
ekslusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
tumbuh kembang secara normal (Saifuddin, 2002).
Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care yang baik akan memberi
manfaat bagi ibu hamil antara lain menurunkan angka kematian maternal, yaitu
dengan mengidentifikasi faktor resiko yang berhubungan dengan usia, paritas,
riwayat obstetric buruk dan perdarahan selama kehamilan, sehingga dapat
ditentukan pertolongan persalinan yang aman. Selain itu ibu hamil dapat
mendapatkan konseling tentang kehamilannya, kesehatan reproduksi dan alat
kontrasepsi (Winkjosastro, 1999).
Standar pelayanan minimal antenatal dan penerapan operasionalnya
dikenal dengan standar minimal “7T” itu terdiri atas :
a. Timbang berat badan, penambahan berat badan selama kehamilan rata-rata
0,3 sampai 0,5 kg per minggu. Pada akhir kehamilan pertambahan berat
badan total adalah 9-12,5 kg. Bila terdapat penambahan berat badan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
berlebihan perlu diperkirakan adanya resiko (hidramnion, janin besar,
kehamilan kembar).
b. Ukur tekanan darah, tekanan darah tinggi di dalam kehamilan merupakan
resiko. Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg.
c. Ukur Tinggi Fundus Uteri, merupakan satu cara penentuan umur kehamilan
dan berat badan janin dalam rahim.
d. Pemberian imunisasi atau tetanus toxoid. Pemberian imunisasi TT baru
memberikan perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya 2x dengan
interval kira-kira 4 minggu, kecuali bila sebelumnya sudah diberikan pada
masa calon pengantin.
e. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, tablet zat
besi sebaiknya tidak diminum bersama teh, kopi, susu karena mengganggu
proses penyerapan.
f. Test terhadap penyakit menular seksual.
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan, memberikan konseling pada
ibu hamil, suami dan keluarga agar mengerti tanda-tanda resiko kehamilan.
Banyak penyebab atau faktor yang mendorong ibu hamil dalam
memutuskan untuk melakukan dan tidak melakukan pemeriksaan
kehamilannya atau antenatal care. Ada beberapa variabel yang mempengaruhi
ibu hamil mau memeriksakan kehamilan, diantaranya adalah :
a. Kerentanan yang ia rasakan (perceived susceptibility) terhadap kehamilan.
Ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya jika ia tahu bahwa setiap
kehamilan itu beresiko.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness) tentang faktor resiko dan
resiko tinggi pada kehamilan. Jika ia mengetahui bahwa ia beresiko itu akan
mendorong ibu untuk melakukan ANC untuk mengatasinya.
c. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (perceived benefits an
barriers) ibu mau memeriksakan kehamilan jika mengetahui manfaat apa
yang didapatkan dari melakukan ANC dan tindakan ibu memeriksakan
kehamilannya juga dapat dipengaruhi oleh rintangan-rintangan yang
ditemukan waktu akan melakukan ANC, seperti suami atau keluarga tidak
mengijinkan, perilaku petugas kesehatan tidak memuaskan (petugas tidak
melakukan asuhan sayang ibu), transportasi yang sulit.
d. Pendorong untuk bertindak (cues to action), untuk mendapatkan tingkat
penerimaan yang benar tentang kerentanan, keseriusan dan keuntungan
sehingga ibu mau memeriksakan kehamilannya atau ANC maka diperlukan
isyarat-isyarat berupa faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut misalnya
media massa, petugas kesehatan, keluarga (Notoatmodjo, 2003)
Frekuensi pemeriksaan kehamilan adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
b. Pemeriksaan ulang yakni setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7
bulan, setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan, setiap 1 minggu
sejak umur hamil 8 bulan sampai terjadi persalinan (Manuaba, 2003)
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam
jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat
kali kunjungan selama periode antenatal yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
a. Satu kali kunjungan trimester pertama (sebelum 14 minggu)
Kunjungan pertama bertujuan mendiagnosis dan menghitung umur
kehamilan, mengkaji status kesehatan untuk mengetahui masalah medis.
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)
Yang dikaji dalam kunjungan ulang Trimester III antara lain : kemajuan
kehamilan, tanda bahaya kehamilan, identifikasi gerakan janin
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga
Yang dikaji dalam kunjungan ulang trimester III, antara lain :
1) Meninjau kesehatan umum dan tanda bahaya trimester III, misalnya
penambahan berat badan yang berlebihan secara tiba-tiba karena oedem,
nyeri abdomen, mata kabur dan lain-lain.
2) Mengidentifikasi tanda kelahiran preterm
Pemeriksaan fisik, meliputi : tekanan darah, berat badan, tinggi fundus
uteri dan detak Jantung Janin (Walsh, 2008)
Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan terdidik
dalam bidang kebidanan yaitu pembantu bidan, bidan, dokter dan perawat yang
sudah dilatih. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu
perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik. Kehamilan juga
mengandung resiko, dan resiko kehamilan tersebut bersifat dinamis, karena ibu
hamil yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat menjadi beresiko
tinggi.
Faktor resiko pada ibu hamil, seperti umur terlalu muda/tua, banyak
anak, dan beberapa faktor biologis lainnya, adalah keadaan yang langsung
menambah resiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Resiko tinggi adalah
keadaan yang berbahaya dan mungkin menjadi penyebab langsung kematian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
ibu, misalnya perdarahan melalui jalan lahir, eklampsia dan infeksi. Beberapa
faktor resiko yang sekaligus terdapat pada seorang ibu dapat menjadikan
kehamilannya beresiko tinggi. Di tingkat pelayanan dasar, pemeriksaan
antenatal hendaknya memenuhi tiga aspek pokok (Depkes, 2002) yaitu :
a. Aspek medik yang meliputi
1) Diagnosa kehamilan
2) Penemuan kelainan secara dini
3) Pemberian terapi sesuai diagnosa
b. Penyuluhan, komunikasi dan motivasi ibu hamil, antara lain megenai :
1) Penjagaan kesehatan dirinya dan janinnya.
2) Pengenalan tanda-tanda bahaya dan faktor resiko yang dimilikinya.
3) Pencarian pertolongan yang memadai secara tepat waktu
c. Rujuk
Ibu hamil dengan resiko tinggi harus dirujuk ke tempat pelayanan yang
mempunyai fasilitas lebih lengkap.
6. Perilaku
Perilaku adalah suatu reaksi psikis (berpendapat, berpikir dan bersikap)
seseorang terhadap lingkungannya, atau sebagai suatu aksi dan reaksi
organisme terhadap lingkungannya (Notoadmodjo, 2003). Berarti perilaku baru
akan terwujud bila ada seseuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi
yakni suatu rangsangan. Pada dasarnya proses perubahan perilaku dapat
diamati melalui sikap dan tindakan, tetapi dapat juga bersifat potensial yakni
dalam bentuk pengetahuan, motivasi, persepsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Menurut Green dalam Notoadmodjo (2003) perilaku itu sendiri terbentuk
oleh 3 faktor sehingga dapat mempengaruhi kinerja bidan dalam pelayanan
Antenatal Care (ANC), yaitu :
a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor Pendukung (Enabling Factors) yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan, seperti
kontrasepsi dan obat-obatan.
c. Faktor Pendorong (Reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan ataupun petugas lainnya, merupakan kelompok
referensi dari perilaku bidan.
Berdasarkan pengertian tersebut maka berarti perilaku bidan di dalam
pelayanan ANC ditenukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan
sebagainya dari orangtua atau masyarakat yang bersangkutan. Ketersediaan
fasilitas dan sikap serta perilaku para petugas kesehatan, dan saling mendukung
dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Sebagai contoh dapat digambarkan rangsangan tersebut adalah pelayanan
antenatal yang tepat, maka agar seorang bidan di desa dapat memberikan
pelayanan tersebut harus berperilaku mendukung pelayanan antenatal. Oleh
karena itu perlu adanya pengetahuan tentang apa dan bagaimana pelayanan
antenatal, bagaimana sikap dan tindakan apa saja yang dilakukan pada saat
memberikan pelayanan tersebut.
Perbuatan perilaku (Notoatmodjo, 2003) dapat dilaksanakan melalui 3
cara yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
a. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan.
Perubahan perilaku dengan strategi ini. Akan cepat berhasil namun tidak
bertahan lama, karena dipaksakan pada sasaran.
b. Pemberian informasi. Informasi secara jelas kepada sasaran tentang suatu
hal akan meningkatkan pengetahuan tentang hal tersebut. Dengan adanya
pengetahuan yang memadai, akan timbul kesadaran dan akhirnya terbentuk
perilaku baru sesuai pengetahaun yang telah dimiliki.
c. Diskusi dan partisipasi. Dengan cara ini sasaran akan memperoleh informasi
dua arah, sehingga dapat menimbulkan partisipasi akitf peserta dan perilaku
baru dapat bertahan lama
Simon-Morton, dkk (1985) menyatakan bahwa pengetahuan,
kepercayaan, sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi perilaku dapat diubah
dengan stimulus pendidikan, yang mengarah pada perbuahan perilaku.
Pendidikan kesehatan pada umumnya mengembangkan pengalaman belajar
yang mengarah kepada perubahan perilaku. Perilaku seseorang dapat diketahui
dari pengetahuan, sikap dan tindakan yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang bisanya diperoleh dari pengalaman yang berasal
dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik,
buku petunjuk, petugas kesehatan dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat
membentuk keyakinan tertentu. Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa
pengetahuan merupakan result dan akibat proses penginderaan sebagian
besar berasal dari penglihatan dan pendengaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Sikap
Azwar (1995) mendefinisikan sikap dikatakan sebagai suatu respon
evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapakan pada
suatu stimulan yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon
Evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu
timbulnya didasari oleh proses evaluasi dari individu yang memberi
kesimpulan terhadap stimulus. Dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-
negatif, menyenangkan, tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal
sebagai potensi reaksi terhadap obyek sikap.
Sikap merupakan respon evaluatif yang banyak menentukan tindakan
nyata seringkali jauh berbeda. Hal ini dikarenakan tindakan nyat tidak hanya
ditentukan oleh sikap semata, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal
lainnya. Ketidak harmonisan sikap lebih merupakan masalah orientsi
individu terhadap situasi yang ada. Pada dasarnya, sikap memang lebih
bersifat pribadi sedangkan tindakan atau kelakuan lebih bersifat umum atau
sosial. Bila konsistensi sikap dan perilaku dilihat dari arti korelasi antara
keduanya, maka hasil studi telah memperlihatkan bahwa adanya hubungan
sikap dan perilaku hanya tampak apabila pengukuran sikap itu erat berkaitan
dengan macam perilaku yang bersangkutan.
Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah
dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara
lain dimotivasi oleh keinginan menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Notoatmodjo (2003) menyatakan suatu sikap belum otomatis terwujud
dalam bentuk praktek. Terwujudnya sikap menjadi perbuatan yang nyata
(praktek) diperlukan faktor pendukung atau kondisi yag memungkinkan.
Hasil penelitian Syah (1998) menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi
bidan semakin tinggi kinerja bidan dalam pelayanan antenatal. Faktor-faktor
yang mempengaruh terhadap kinerja bidan dalam pelayanan antenatal
selain motivasi adalah rekan kerja. Jadi kinerja bidan dapat ditingkatkan
dengan memberikan motivasi, pada bidan melalui rekan kerja Puskesmas.
B. Penelitian yang Relevan
1. Henri Peranginangin (2006) dengan judul Telaah Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care Pada Sarana
Kesehatan: Pemeliharaan Kesehatan Ibu Hamil dalam Upaya Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Hasil penelitian pemanfaatan
pelayanan antenatal care oleh sejumlah Ibu hamil di Indonesia belum
sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang ditetapkan. Hal ini cenderung
menyulitkan tenaga kesehatan dalam melakukan pembinaan pemeliharaan
kesehatan Ibu hamil secara teratur dan menyeluruh, termasuk deteksi dini
terhadap faktor risiko kehamilan yang penting segera ditangani.
Kurangnya pemanfaatan antenatal care oleh Ibu hamil ini berhubungan
dengan faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud
dalam pendidikan, jumlah anak, pendidikan suami, sikap, umur, pekerjaan,
pendapatan, pengetahuan Ibu hamil dan sebagainya, faktor-faktor
pemungkin/pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam jarak fisik
lokasi, biaya antenatal care, fasilitas pelayanan antenatal care, waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
tunggu dan sebagainya; serta faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
yang terwujud dalam perilaku petugas pelayanan antenatal care, sikap
petugas pelayanan antenatal care, sikap tokoh masyarakat. Dampak dari
kurangnya pembinaan pemeliharaan kesehatan Ibu hamil akan
menimbulkan kerugian tidak saja pada Ibu hamil itu sendiri tetapi juga
berpengaruh buruk bagi anak yang akan dilahirkan kemudian. Angka
Kematian Ibu di Indonesia pada tahun 2005 adalah 290,8 per seratus ribu
kelahiran hidup. Penyebab kematian Ibu di Indonesia antara lain adalah
perdarahan, infeksi dan eklampsia, anaemia, kurang energi kronis dan
keadaan “4 terlalu” (terlalu muda/tua, sering dan banyak).
2. Firman Hayadi Kristiani (2007) dengan judul : Analisis Kinerja Bidan
Puskesmas Dalam Pelayanan Antenatal di Bengkulu Selatan. Hasil
penelitian menyatakan bahwa kinerja merupakan gambaran tingkat suatu
pelaksanaan kegiatan atau program dalam usaha mencapai tujuan, misi,
dan visi organisasi. Pencapaian kinerja bidan dapat dilihat dari 3
kompanen yaitu kondisi yang diharapkan, pelaksanaan program dan
indikator yang dicapai. Secara statistik ada hubungan yang signifikan
antara umpan balik dari atasan, motivasi dan insentif, serta pengetahuan
dengan kinerja bidan puskesmas dalam pelayanan antenatal, namun
kemaknaan secara praktis kurang berarti dan rendah. Tidak ada hubungan
yang signifikan antara harapan dalam pekerjaan, lingkungan/alat dengan
kinerja bidan puskesmas dalam pelayanan antenatal. Kinerja bidan
puskesmas dalam pelayanan antenatal dikategorikan cukup. Faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dominan yang berhubungan dengan kinerja bidan dalam pelayanan
antenatal adalah pengetahuan.
C. Kerangka Berpikir
Upaya menurunkan kematian dan kesakitan ibu dan anak menuntut
hubungan yang erat antar berbagai tingkat sistem pelayanan kesehatan
masyarakat yang dimulai dari Puskesmas. Upaya tersebut mencakup berbagai
upaya pencegahan, deteksi dini komplikasi kehamilan, persalinan aman dan
bersih, serta rujukan ke fasilitas rujukan yang memadai.
Standar pelayanan berguna dalam norma dan tingkat kinerja dan dapat
pula digunakan untuk menentukan kompetensi dalam menjalankan praktik
kebidanan. Hasil kerja bidan di dalam pelayanan dapat diukur antar lain dari
cakupan kegiatan pelayanan antenatal (Cakupan K1 dan K4) serta dari kualitas
pelayanan antenatal. Beberapa variabel yang mempengaruhi kinerja bidan
antara lain pengetahuan dan sikap dalam melaksanakan pelayanan antenatal.
Berdasarakan uraian tersebut maka kerangka berpikir dalam penelitian ini
didasarkan pada kerangkan teori perilaku kesehatan dari Green (1980), bahwa
perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor
pendorong dari bidan di dalam memberikan pelayanan Antenatal Care. Untuk
lebih jelasnya kerangka berpikir tersebut dapat dibuat bagan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Kerangka Berpikir
Faktor Predisposisi · Pengetahuan · Sikap · Pelatihan
Faktor Pendukung · Ketersediaan sarana
medis/non medis
Faktor Pendorong · Pembinaan/supervisi
dari Kepala Puskesmas
Kinerja Kualitas
Pelayanan Bidan
Pelayanan ANC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian disesuaikan dengan permasalahan yang akan dijawab
melalui penelitian. Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang
direncanakan berlangsung di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta dengan
harapan dapat memperoleh informasi dari bidan puskesmas untuk memperoleh
informasi mengenai pelayanan Antenatal Care (ANC). Pelaksanaan penelitian
dimulai dari peneliti datang ke bidan puskesmas untuk memohon ijin dalam
pelaksanaan penelitian, setelah ijin diberikan peneliti melakukan wawnacara
dengan bidan tersebut kemudian melakukan verifikasi data, reduksi data dan
penarikan simpulan dari hasil wawancara.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta dengan waktu penelitian bulan Oktober 2010 – Januari 2011.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini berkeinginan untuk mengungkap data atau informasi
mengenai perilaku bidan Puskemas dalam pelayanan ANC dengan
pendekatan penelitian kualitatif.
C. Sumber Data
Jenis sumber data menurut Sutopo (2002) adalah sebagai berikut :
1. Narasumber (Informan)
Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (narasumber)
sangat penting peranannya sebagai individu yang memiliki informasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Peneliti dan narasumber memiliki posisi yang sama dan narasumber bukan
memberikan sekedar tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia lebih
memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang dimiliki.
Kriteria inklusi dari narasumber dalam penelitian ini adalah bidan yang
bekerja di Puskesmas Kecamatan Banjarsari Surakarta dengan kriteria
inklusi adalah bidan yang telah bekerja lebih dari 5 tahun sehingga mampu
memberikan informasi yang akurat.
2. Peristiwa atau aktivitas
Data atau informasi juga dapat dikumpulkan dari peristiwa, aktivitas
atau perilaku sebagai sumber data yang berkaitan dengan sasaran
penelitiannya. Dari pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, peneliti akan
bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara berlebih pasti
karena menyaksikan sendiri secara langsung. Peristiwa sebagai sumber
data memang sangat beragam, baik yang terjadi secara sengaja ataupun
tidak, aktivitas rutin yang berulang atau yang hanya satu kali terjadi,
aktivitas yang formal maupun yang tidak formal, dan juga yang tertutup
ataupun yang terbuka untuk bisa diamati oleh siapa saja.
3. Dokumen dan Arsip
Dokumen dan arsip merupakan data tertulis yang bergayutan dengan
suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Dokumen atau arsip merupakan
rekaman tertulis (tetapi juga berupa gambar atau benda peninggalan yang
berkaitan dengan suatu aktivitas atau peristiwa tertentu). Dokumen dan
arsip bisa dikatakan sebagai suatu rekaman atau sesuatu yang berkaitan
dengan suatu peristiwa tertentu, dan dapat secara baik dimanfaatkan
sebagai sumber data dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain :
1. Wawancara
Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk menyajikan
konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai para pribadi,
peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atau
persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan dan sebagainya, untuk
merekonstruksi beragam hal seperti itu sebagai bagian dari pengalaman
masa lampau, dan memproyeksikan hal-hal itu dikaitkan dengan harapan
yang terjadi di masa yang akan datang. Wawancara dilakukan dengan
bidan puskesmas yang telah bekerja lebih dari 5 tahun, di dalam
melakukan wawancara tersebut ada tahapan yang dipakai yaitu :
a. Penentuan siapa yang akan diwawancarai
b. Persiapan wawancara
c. Langkah awal
d. Pengusahaan agar wawancara bersifat produktif
e. Penghentian wawancara dan mendapatkan simpulan
Wawancara penelitian dilakukan terhadap informan yang merupakan
sumber data dengan topik wawancara yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi
wawancara dan foto dokumentasi wawancara yang akan dilaksanakan.
2. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data
yang berupa peristiwa atau lokasi dan benda serta rekaman gambar.
Observasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pada observasi langsung dapat dilakukan dengan mengambil peran atau
tak berperan. Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk memperoleh
pengetahuan mengenai perilaku bidan dalam pelayanan ANC.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
3. Mengkaji Dokumen dan Arsip (Content Analysis)
Dokumen dan arsip merupakan sumber data yang memiliki posisi
penting dalam penelitian kualitatif. Terutama bila sasaran kajian mengarah
pada latar belakang atau berbagai peristiwa yang terjadi di masa lampau
yang sangat berkaitan dengan kondisi atau peristiwa masa kini yang
sedang diteliti. Teknik pengumpulan data yang berupa dokumen dan arsip
dilakukan dengan melakukan pencatatan. Pencatatan yang dilakukan
bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau
arsip, tetapi juga maknanya yang tersirat yaitu Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dan Buku KIA (Kesehatan Ibu
dan Anak).
4. Focus Group Discussion (FGD)
Teknik ini digunakan untuk menggali data terutama mengenai sikap, minat
dan latar belakang mengenai sesuatu kondisi dan juga untuk menggali
keinginan serta kebutuhan dari suatu kelompok masyarakat. Data yang
diperoleh sudah merupakan data sebagai hasil dialog antar peserta diskusi.
Untuk melakukan teknik FGD peneliti menentukan fokus bahasan yang
akan menjadi topik utama dalam diskusi. Pokok bahasan dalam FGD
meliputi :
a. Peran bidan dalam pelayanan Antenatal Care (ANC)
b. Partisipasi masyarakat dalam pelayanan Antenatal Care (ANC)
c. Pengaruh ANC terhadap kondisi ibu hamil
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data induktif, mengikuti konsep yang diberikan Miles and Humberman dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Spradley. Miles and Humberman (1984) dalam Sutopo (2002) yakni
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan.
1. Pengumpulan data, data yang ada dicari dan dikumpulkan semua. Pada
tahap ini, peneliti juga bisa memulai proses klasifikasi awal (secara
umum). Pada proses ini idealnya seorang peneliti juga melakukan
pelacakan, pencatatan, pengorganisasian data yang relevan untuk
memfokuskan pada masalah yang diteliti.
2. Tahap reduksi data, yaitu seleksi data, pemfokusan dan penyerderhanaan
data, dari semua data yang sudah didapat. Setelah itu data yang tidak
diperluakan disisihkan dan data-data yang penting untuk penelitian
dikumpulakan jadi satu, dan diklasifikasikan menjadi lebih spesifik.
3. Melaksanakan kegiatan display atan penyajian data. Yaitu data yang
diperoleh tersebut bisa disajikan dalam bentuk matrik maupun tabel-tabel
yang bisa mewakili karakter yang diperlukan.
4. Membuat simpulan sementara dan menguji kembali dengan metode
triangulasi, baik menggunakan triangulasi peneliti, teori, data, maupun
metode.
5. Tahap terakhir, yaitu membuat pernyataan atau simpulan mengenai apa
yang dimengerti secara bulat tentang suatu masalah yang diteliti dalam
bahasa kualitatif yang diskriptif dan bersifat interpretatif.
Metode analisis interaktif dapat digambarkan sebagai berikut :
Sajian data
Pengumpulan data
Reduksi data
Penarikan Simpulan/ verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
F. Keakuratan Data
Moleong (2007) menyatakan bahwa teknik pemeriksaan keabsahan data
dapat dilakukan dengan cara :
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian
sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai, jika hal ini bertujuan untuk
: (a) membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks, (b)
membatasi kekeliruan (bias) peneliti, (c) mengkompensasikan pengaruh
dari kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaat.
2. Ketekunan / Keajegan Pengamatan
Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi
dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan
atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari
apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat. Ketekunan
pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi
yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan
kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara terperinci.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi
yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber-sumber
lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
4. Pemeriksaan Sejawat Melalui FGD
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau
hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan
sejawat. Teknik ini mengandung maksud sebagai salah satu teknik
pemeriksaan keakuratan data.
5. Uraian Rinci
Teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya
sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti mungkin dan secermat mungkin
yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan.
6. Auditing
Auditing adalah konsep bisnis, khususnya di bidang fiskal yang
dimanfaatkan untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian data. Hal ini
dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil atau keluaran.
Penelusuran audit (audit trail) tidak dapat dilaksanakan apabila tidak
dilengkapi dengan catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil
studi.
Dari uraian di atas, maka keakuratan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan teknik perpanjangan keikutsertaan, karena
peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai memperoleh data yang
sebanyak-banyaknya. Dengan perpanjangan keikutsertaan maka derajat
kepercayaan data yang dikumpulkan dapat ditingkatkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Puskesmas di Kecamatan Banjarsari Surakarta,
yaitu Puskesmas Gambirsari, Puskesmas Manahan, Puskesmas Nusukan,
Puskesmas Setabelan, Puskesmas Banyuanyar dan Puskesmas Gilingan.
Responden dalam penelitian ini adalah bidan puskesmas di Kecamatan Banjarsari
yang berjumlah 23 bidan dan menjadi sampel dalam penelitian ini.
1. Deskripsi responden berdasarkan kelompok umur
Deskripsi responden berdasarkan kelompok umur pada bidan di Kecamatan
Banjarsari Surakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1. Deskripsi responden berdasarkan umur
Umur Responden
Jumlah Persentase (%) 20 – 30 th 4 17,40 31 – 40 th 6 26,10 41 – 50 th 10 43,50 51 – 60 th 3 13,00
23 100,00 Sumber : Data primer, tahun 2010
Berdasarkan tabel 4.1. diketahui bahwa mayoritas responden berusia 41 – 50
tahun yaitu sebanyak 10 responden (43,5%).
2. Deskripsi responden berdasarkan masa kerja
Deskripsi responden berdasarkan masa kerja bidan di Kecamatan Banjarsari
Surakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tabel 4.2. Deskripsi responden berdasarkan masa kerja
Masa Kerja Responden
Jumlah Persentase (%) Kurang dari 5 tahun 5 21.70
5 s/d 10 tahun 5 21.70 11 s/d 15 tahun 8 34.80
Lebih dari 15 tahun 5 21.70 23 100,00
Sumber : Data primer, tahun 2010
Berdasarkan tabel 4.2. diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai
masa kerja 11 sampai dengan 15 tahun yaitu sebanyak 8 bidan (34,8%).
B. Diskripsi Temuan Hasil Penelitian
1. Faktor Predisposisi Bidan Puskesmas dalam Pelayanan Antenatal Care
(ANC)
Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh
pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi dari orang atau masyarakat yang
bersangkutan. Ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas
kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat
terbentuknya perilaku. Predisposing factors (faktor predisposisi) dalam
penelitian ini terwujud dalam pengetahuan, sikap dan pelatihan bidan.
Pengetahuan menjadi dasar bagi ketaatan bidan dalam melaksanakan
pedoman kerja dalam pelayanan Antenatal Care (ANC).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
a. Pengetahuan bidan tentang pelayanan Antenatal Care (ANC)
Salah satu faktor yang mempengaruhi bidan dalam melaksanakan
pedoman kerja pelayanan ANC adalah pengetahuan dan kemampuan,
motivasi dan pelatihan. Untuk melihat seberapa pengetahuan bidan
tentang pelayanan ANC di Puskesmas Kecamatan Banjarsari dapat
diketahui bahwa sebagian besar informan yaitu bidan pelaksana
mengetahui tentang pelayanan ANC baik dari puskesmas pusat maupun
Dinas Kesehatan Kota.
Pengetahuan bidan dalam pelaksanaan ANC yang diperoleh
berdasarkan informasi dari beberapa informan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3. Penggunaan Pedoman Kerja dalam Pelaksanaan ANC
Responden Responden No. Jawaban No. Jawaban 1 Ya 13 Ya 2 Ya 14 Ya 3 Ya 15 Sudah 4 Ya, sudah 16 Ya 5 Ya 17 Ya 6 Ya 18 Ya 7 Ya 19 Sudah 8 Ya, sudah 20 Ya 9 Ya 21 Ya 10 Sudah 22 Ya 11 Ya 23 Ya 12 Ya
Sumber : Data primer, tahun 2010
Berdasarkan kategori penggunaan pedoman kerja dalam
pelaksanaan ANC, bila divisualisasikan dalam diagram batang akan
tampak seperti pada gambar di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Gambar 4.1. Penggunaan Pedoman Kerja dalam Pelaksanaan ANC
Pengetahuan bidan tentang pedoman penggunaan kerja dalam
pelaksanaan Antenatal Care (ANC) dalam kategori baik, terlihat bahwa
keseluruhan bidan puskesmas Banjarsari sudah menggunakan pedoman
kerja yang telah ditetapkan.
b. Pemberian penyuluhan kepada ibu hamil
Antenatal Care merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan
kepada ibu hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi
hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan cara
menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi
yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan
pendidikan kesehatan. Asuhan ANC penting untuk menjamin proses
alamiah kelahiran berjalan normal dan sehat, baik kepada ibu maupun bayi
yang akan dilahirkan. Salah satu kegiatan yang berperan langsung
terhadap pengembangan pemberdayaan kualitas bidan adalah pelatihan.
Pelatihan yang efektif akan menghasilkan bidan yang lebih bermutu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
sehingga mampu melaksanakan tugasnya dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat, untuk dapat mewujudkan tersedianya sumber daya
manusia Indonesia yang produktif.
Pengetahuan bidan dalam pemberian penyuluhan kepada ibu hamil
mengenai ANC yang diperoleh berdasarkan informasi dari beberapa
informan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4. Pemberian penyuluhan kepada ibu hamil
Responden Responden No. Jawaban No. Jawaban 1 Ya 13 Ya 2 Ya 14 Ya 3 Ya 15 Ya 4 Ya 16 Ya 5 Ya 17 Ya 6 Ya 18 Ya 7 Ya 19 Ya 8 Ya 20 Ya 9 Ya 21 Ya 10 Ya 22 Ya 11 Ya 23 Ya 12 Ya
Sumber : Data primer, tahun 2010
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui keseluruhan responden telah
melakukan pemberian penyuluhan kepada ibu hamil mengenai
Antenatal Care (ANC). Bila divisualisasikan dalam diagram batang
akan tampak seperti pada gambar di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar 4.2. Pemberian penyuluhan kepada ibu hamil
c. Pengisian asuhan kebidanan
Pelayanan ANC adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional
ibu selama kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan ANC merupakan
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya yang mencakup banyak hal meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik baik umum dan khusus, pemeriksaan psikologis,
pemerikasan laboratorium atas intervensi dasar dan khusus sesuai dengan
resiko yang ada.
Dalam pelayanan ANC maka bidan juga melakukan pengisian
asuhan kebidanan. Pengetahuan bidan dalam pengisian asuhan kebidanan
dalam pelayanan ANC yang diperoleh berdasarkan informasi dari
beberapa informan adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 4.5. Pengisian asuhan kebidanan dalam pelayanan ANC
Responden Responden No. Jawaban No. Jawaban 1 Ya 13 Ya 2 Ya 14 Ya 3 Ya 15 Ya 4 Ya 16 Ya 5 Ya 17 Ya 6 Ya 18 Ya 7 Ya 19 Ya 8 Ya 20 Ya 9 Ya 21 Ya
10 Ya 22 Ya 11 Ya 23 Ya 12 Ya
Sumber : Data primer, tahun 2010
Berdasarkan tabel 4.5. diketahui bahwa keseluruhan responden telah
melakukan pengisian asuhan kebidanan dalam pelayanan Antenatal Care
(ANC). Bila divisualisasikan dalam diagram batang akan tampak seperti
pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.3. Pengisian asuhan kebidanan dalam pelayanan ANC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
d. Sikap bidan dalam Pelaksanaan Antenatal Care (ANC)
Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada tujuh
standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan
yang dikenal dengan 7 T, yaitu: 1. Timbang berat badan (BB). 2.
Pemberian Tetanus Toksoid (TT). 3. Ukur tekanan Darah (TD). 4. Ukur
tinggi Fundus Uterus (TFU). 5. Pemberian Fe. 6. Tes penyakit menular
seksual (PMS). 7. Temu Wicara. Sikap bidan dalam pelaksanaan ANC
dilakukan melalui observasi kepada informan atau responden dalam
melayani ibu hamil saat pelaksanaan ANC, dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6. Sikap Bidan dalam Pelaksanaan ANC
No Sikap
Tidak Dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah
% Jumlah
% Jumlah
%
1 Mengucapkan salam dan menyambut klien dengan ramah
0 0.0 8 34.8 15 65.2
2 Memperkenalkan diri dan berjabat tangan dengan pasien
2 8.7 14 60.9 7 30.4
3 Menjelaskan tujuan pemeriksaan
0 0.0 0 0.0 23 100.0
4 Meminta persetujuan dan kontrak waktu
7 30.4 14 60.9 3 13.0
5 Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
0 0.0 0 0.0 23 100.0
6 Merespon terhadap reaksi pasien dengan tepat dan komunikasi aktif dengan pasien
0 0.0 4 17.4 19 82.6
7 Sabar dan teliti, tidak tergesa-gesa, percaya diri dan tidak gugup
0 0.0 6 26.1 17 73.9
8 Memberikan perhatian terhadap setiap pertanyaan klien
0 0.0 9 39.1 14 60.9
Sumber : Data primer, tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Berdasarkan tabel 4.6. diketahui bahwa masih ada sikap bidan yang
belum benar atau belum tepat dalam pemberian pelayanan Antenatal Care
(ANC). Sebanyak 8 orang bidan (34,8%) belum melakukan dengan tepat
dalam mengucapkan salam dan menyambut klien dengan ramah sedangkan
sebanyak 15 bidan (65,2%) telah melakukan dengan tepat dalam
mengucapkan salam dan menyambut klien dengan ramah.
Sebanyak 14 orang bidan (60,9%) melakukan tetapi tidak tepat dalam
memperkenalkan diri dan berjabat tangan dengan pasien, sebanyak 7 orang
(30,4%) telah melakukan dengan tepat dan sebanyak 2 bidan (8,7%) tidak
memperkenalkan diri dan berjabat tangan dengan pasien. Keseluruhan bidan
23 bidan (100%) dalam menjelaskan tujuan pemeriksaan telah dilakukan
secara benar. Sebanyak 14 bidan (60,9%) melakukan secara tidak tepat dalam
meminta persetujuan dan kontrak waktu, sebanyak 7 bidan (30,4%) tidak
melakukannya dan hanya sebanyak 3 bidan (13,0%) telah melakukan dengan
tepat.
Keseluruhan bidan (100%) telah melakukan dengan benar dalam
memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya. Sebanyak 19 bidan
(82,6%) sudah melakukan secara tepat dalam merespon terhadap reaksi pasien
dengan tepat dan komunikasi aktif dengan pasien sedangkan sebanyak 4 bidan
(17,4%) tidak melakukan secara tepat. Sikap bidan untuk sabar dan teliti,
tidak tergesa-gesa, percaya diri dan tidak gugup diketahui bahwa sebanyak 17
bidan (73,9%) telah melakukannya dengan tepat sedangkan sebanyak 6 bidan
(26,1%) tidak melakukan secara tepat. Sedangkan sebanyak 14 bidan (60,9%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dalam memberikan perhatian terhadap setiap pertanyaan klien sudah
dilakukan dengan tepat sedangkan 9 bidan (39,1%) dilakukan tetapi belum
tepat.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan 3 orang bidan dalam
mengetahui sikap bidan dalam pelaksanaan Antenatal Care (ANC)
“Saya tidak memperkenalkan diri karena saya sudah mengenal dengan ibu hamil tersebut” (bidan I) “Tidak berjabat tangan, karena saya sudah mengenal pasien tersebut sehingga langsung saya persilahkan masuk saja” (Bidan II) “Ya biasa ibu, kalo pasien banyak saya berpikir praktis untuk lebih fokus ke pemeriksaan saja”
Hasil dari wawancara tersebut diketahui bahwa bidan tidak
memperkenalkan diri dan berjabat tangan dengan pasien adalah karena bidan
sudah mengenal pasien dengan baik sehingga tidak perlu mengucapkan salam
dan berjabat tangan lagi. Sedangkan salah seorang bidan yang lain
menyatakan bahwa karena fokus menangani pasien sehingga terkadang
kurang berkomunikasi aktif dengan pasien. Sementara itu untuk hal-hal yang
telah dilakukan dengan tepat oleh bidan di Puskesmas Banjarsari Surakarta
antara lain adalah mengucapkan salam dan menyambut klien dengan ramah,
hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan beberapa responden yang
menyatakan bahwa bidan perlu mengucapkan salam dan berusaha bersikap
ramah kepada pasien agar terbina hubungan yang menyenangkan antar bidan
dan ibu hamil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
e. Pelatihan Bidan dalam Pelayanan Antental Care (ANC)
Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi
pekerjaan pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung
jawab karyawan perusahaan. Supaya efektif, pelatihan biasanya harus
mencakup pengalaman belajar (Learning experience), aktivitas-aktivitas
yang terencana (be a planned organizational activity), dan didesain
sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan yang berhasil
diidentifikasikan. Secara ideal, pelatihan harus didesain untuk
mewujudkana tujuan-tujuan organisasi pada waktu yang bersamaan juga
mewujudkan tujuan-tujuan dari para bidan secara perorangan. Pelatihan
sering dianggap sebagai aktivitas karyawan. Pimpinan menyokong
pelatihan karena melalui pelatihan para karyawan akan menjadi lebih
trampil, dan karenanya lebih produktif.
Tabel 4.7. Pelatihan bidan tentang Antenatal Care
Responden Responden No Jawaban No Jawaban 1 Sudah 13 Sudah 2 Sudah 14 Sudah 3 Sudah 15 Sudah 4 Sudah 16 Sudah 5 Sudah 17 Sudah 6 Sudah 18 Sudah 7 Sudah 19 Sudah 8 Sudah 20 Sudah 9 Sudah 21 Sudah
10 Sudah 22 Sudah 11 Sudah 23 Sudah 12 Sudah
Sumber : Data primer, tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Berdasarkan kategori pelatihan bidan tentang Antenatal Care (ANC) seperti
pada tabel 4.7, bila divisualisasikan dalam diagram batang akan tampak
seperti pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.4. Pelatihan bidan tentang ANC
Keberadaan pelatihan kepada bidan dalam pelaksanaan ANC ini
juga diketahui dari hasil wawancara dengan beberapa kepala puskesmas :
“Ya, kami mengikutsertakan pelatihan ANC pada tenaga kami untuk meningkatkan keterampilannya” (Kepala Puskesms I) “Ya, bidan kami ikut pelatihan ANC hanya saja sudah agak lama pelatihan tersebut” (Kepala Puskesmas II) “Ikut pelatihan ANC, saya memang mengupayakan bahwa semua bidan mendapatkan pelatihan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat” (Kepala Puskesmas III).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keseluruhan bidan
sudah mendapatkan pelatihan mengenai ANC, kemudian dilakukan
observasi lanjutan kepada masing-masing responden untuk mengetahui
manfaat dari hasil pelatihan tentang ANC, hasilnya dapat dilihat pada
tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 4.8. Manfaat Pelatihan tentang Antenatal Care
Responden Responden No Jawaban No Jawaban 1 Sangat bermanfaat 13 Sangat bermanfaat 2 Bermanfaat 14 Sangat Bermanfaat 3 Bermanfaat 15 Bermanfaat 4 Bermanfaat 16 Sangat Bermanfaat 5 Bermanfaat 17 Sangat Bermanfaat 6 Sangat Bermanfaat 18 Sangat Bermanfaat 7 Bermanfaat 19 Bermanfaat 8 Bermanfaat 20 Bermanfaat 9 Sangat Bermanfaat 21 Bermanfaat 10 Bermanfaat 22 Bermanfaat 11 Sangat Bermanfaat 23 Bermanfaat 12 Bermanfaat
Sumber : Data primer, tahun 2010
Berdasarkan kategori manfaat pelatihan tentang Antenatal Care (ANC) seperti
pada tabel 4.8. Bila divisualisasikan dalam diagram batang akan tampak
seperti pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.5. Manfaat Pelatihan tentang Antenatal Care
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
2. Faktor Pendukung dalam Pelaksanaan Antenatal Care (ANC)
Pemanfaatan peralatan bidan dalam pelayanan Antenatal Care (ANC)
merupakan salah satu pedoman kerja bagi bidan dalam pelayanan ANC yang
telah ditetapkan menjadi acuan dalam pelayanan bidan. Alat–alat yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan ibu hamil di antaranya adalah: timbang berat
badan, pengukur tinggi badan, tensimeter, stetoskop monokuler atau linec,
meteran atau midlen, hamer reflek, jangka panggul serta peralatan untuk
pemeriksaan laboratorium kehamilan yaitu pemeriksaan kadar hemoglobin,
protein urin dan urin reduksi.
Hasil observasi untuk mengetahui kelengkapan peralatan di puskesmas
se Kecamatan Banjarsari diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.9. Kelengkapan Peralatan dalam pelaksanaan Antenatal Care
Responden Responden No. Jawaban No. Jawaban 1 Ya, lengkap 13 lengkap 2 lengkap 14 lengkap 3 Ya, lengkap 15 lengkap 4 lengkap 16 lengkap 5 Ya, lengkap 17 Ya, lengkap 6 lengkap 18 Ya, lengkap 7 lengkap 19 lengkap 8 lengkap 20 lengkap 9 Ya, lengkap 21 lengkap 10 lengkap 22 Ya, lengkap 11 Ya, lengkap 23 Ya, lengkap 12 lengkap
Sumber : Data primer tahun 2010
Berdasarkan kategori peralatan bidan yang digunakan dalam pelayanan
Antenatal Care (ANC) seperti pada tabel 4.7, bila divisualisasikan dalam
diagram batang akan tampak seperti pada gambar di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Gambar 4.6. Kelengkapan Peralatan dalam Pelayanan Antenatal Care
Untuk mengetahui penggunaan peralatan dalam pelaksanaan ANC
dilakukan wawancara dengan informan tentang pemanfaatan peralatan. Hasil
wawancara dengan bidan melalui penggunaan peralatan antara lain :
“ya penggunaan peralatan sesuai dengan pedoman kerja yang ditentukan” (bidan I) “sesuai dengan pedoman kerja yang ditetapkan” (bidan II) “peralatan yang digunakan sesuai dengan pedoman kerja pelayanan” (bidan III)
Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa telah ada upaya
puskesmas agar peralatan digunakan sesuai dengan pedoman kerja sebagai
acuan dalam bekerja yang mengacu pada pedoman kerja yang diterbitkan oleh
kepala puskesmas setempat. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara
dengan bidan yang menyatakan bahwa peralatan yang digunakan di
puskesmas ini sudah lengkap sehingga menunjang kinerja bidan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
pelaksanaan ANC yang penggunaannya sesuai dengan pedoman kerja yang
telah ditetapkan. Hasil wawancara tersebut yaitu :
“peralatan di puskesmas ini lengkap” (bidan I)
“lengkap, dan mampu menunjang kinerja” (bidan II)
“peralatan di sini lengkap dan menunjang kinerja kami” (bidan III)
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan diketahui
bahwa peralatan yang digunakan dalam pelayanan ANC dapat menunjang
kinerja bidan dalam pelaksanaan pekerjaannya. Hasil observasi terhadap
pernyataan bidan mengenai kelengkapan di atas kemudian dikuatkan dengan
pernyataan kepala puskesmas, sebagaimana dikutip dalam wawancara
dibawah ini :
“…..Saya kira sudah lengkap,Untuk sarana dan prasarana kalau kurang lengkap atau ada yang rusak berusaha melengkapi dengan cara membeli sendiri atau minta DKK ….” (Kepala Puskesmas I) “…….Saya kira untuk sarana dan prasarana yang ada di puskesmas untuk menunjang pelayanan ANC sudah cukup memadai , apabila tidak ada atau rusak dibuat usulan bertahap setiap tahun…” (Kepala Puskesmas II)
Hasil wawancara di atas menunjukan bahwa untuk sarana dan
prasarana yang menunjang pelayanan antenatal sudah lengkap dan sesuai
standar, jadi tidak alasan bagi bidan untuk tidak melakukan pelayanan
antenatal yang berkualitas.
1. Riwayat Kehamilan Sekarang
Deskripsi responden dalam observasi riwayat kehamilan sekarang dari
pasien dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 4.10. Pelaksanaan Pemeriksaan Riwayat Kehamilan Sekarang
No Riwayat
Kehamilan Sekarang
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Keluhan umum 0 0.0 0 0.0 23 100 2 HPHT dan apakah
normal 0 0.0 0 0.0 23 100
3 Gerakan janin 0 0.0 0 0.0 23 100 4 Tanda-tanda
bahaya dan penyulit
0 0.0 0 0.0 23 100
5 Obat yang dikonsumsi (termasuk janin)
0 0.0 0 0.0 23 100
6 Kekhawatiran-kekhawatiran khusus
0 0.0 0 0.0 23 100
Sumber : Data primer tahun 2010
Hasil tabel 4.10 menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan
riwayat kehamilan sekarang yang meliputi (keluhan umum, HPHT,
gerakan janin, tanda-tanda bahaya dan penyulit, obat yang dikonsumsi
dan kekhawatiran-kekhawatiran khusus) pada ibu hamil sudah dilakukan
secara benar oleh bidan puskesmas Banjarsari Surakarta (100%).
2. Riwayat Kehamilan yang Lalu
Deskripsi responden dalam observasi riwayat kehamilan sekarang
dari pasien dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 4.11. Pelaksanaan Pemeriksaan Riwayat Kehamilan Sekarang
No Riwayat Kehamilan
yang lalu
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Jumlah kehamilan 0 0.0 0 0.0 23 100 2 Jumlah anak yang
lahir hidup 0 0.0 0 0.0 23 100
3 Jumlah kelahiran prematur
0 0.0 0 0.0 23 100
4 Jumlah keguguran 0 0.0 0 0.0 23 100 5 Persalinan dengan
tindakan (operasi sesar, forsep, vakum)
0 0.0 0 0.0 23 100
6 Riwayat perdarahan pada persalinan atau pasca persalinan
0 0.0 0 0.0 23 100
7 Berat bayi < 2,5 kg atau > 4 kg
0 0.0 0 0.0 23 100
8 Masalah janin 0 0.0 0 0.0 23 100
Sumber : Data primer tahun 2010
Hasil tabel 4.11 menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan
riwayat kehamilan masa lalu yang terdiri dari (jumlah kehamilan, jumlah
anak yang lahir hidup, jumlah kelahiran prematur, jumlah keguguran,
persalinan dengan tindakan, riwayat perdarahan pada persalinan atau
pasca persalinan, berat bayi dan masalah janin) pada ibu hamil sudah
dilakukan secara benar oleh bidan puskesmas Banjarsari Surakarta
(100%).
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit yang Diderita Sekarang dan Dulu
Deskripsi responden dalam observasi pemeriksaan riwayat
kesehatan/penyakit yang diderita sekarang dan dulu dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 4.12 Pelaksanaan Pemeriksaan Riwayat Kesehatan/Penyakit yang
Diderita Sekarang dan Dulu
No Riwayat
kesehatan/penyakit dulu dan sekarang
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Masalah
kardiovaskular 0 0.0 0 0.0 23 100
2 Hipertensi 0 0.0 0 0.0 23 100 3 Diabetes 0 0.0 0 0.0 23 100 4 Malaria 0 0.0 0 0.0 23 100 5 Penyakit
kelamin/HIV/AIDS 0 0.0 0 0.0 23 100
6 Imunisasi Toxoid Tetanus (TT)
0 0.0 0 0.0 23 100
7 Lainnya 0 0.0 0 0.0 23 100 Sumber : Data primer tahun 2010
Hasil tabel 4.12 menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan
riwayat kesehatan/penyakit yang diderita sekarang dan dulu yang terdiri
dari (masalah kardiovaskular, hipertensi, diabetes, malaria, penyakit
kelamin/HIV/AIDS, Imunisasi TT dan lainnya) pada ibu hamil sudah
dilakukan secara benar oleh bidan puskesmas se Kecamatan Banjarsari
Surakarta (100%).
4. Riwayat Sosial Ekonomi
Deskripsi responden dalam pelaksanaan pemeriksaan riwayat sosial
ekonomi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 4.13 Pelaksanaan Pemeriksaan Riwayat Sosial Ekonomi
No Riwayat sosial ekonomi
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Status perkawinan 0 0.0 0 0.0 23 100 2 Respon ibu dan keluarga 0 0.0 0 0.0 23 100
3 Riwayat KB 0 0.0 0 0.0 23 100 4 Dukungan keluarga 0 0.0 0 0.0 23 100 5 Pengambil keputusan
dalam keluarga 0 0.0 0 0.0 23 100
6 Gizi yang dikonsumsi dan kebebasan makan, Vitamin A
0 0.0 0 0.0 23 100
7 Kebiasaan hidup sehat, merokok, minum-minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang
0 0.0 0 0.0 23 100
8 Tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan untuk membantu persalinan
0 0.0 0 0.0 23 100
Sumber : Data primer tahun 2010
Hasil tabel 4.13 menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan sosial
ekonomi yang terdiri dari (status perkawinan, respon ibu dan keluarga,
riwayat KB, dukungan keluarga, pengambil keputusan dalam keluarga,
gizi yang dikonsumsi dan kebebasan makan, vitamin A, kebiasaan hidup
sehat, merokok, minum minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang,
beban kerja dan kegiatan sehari-hari, tempat dan petugas kesehatan yang
diinginkan untuk membantu persalinan) pada ibu hamil sudah dilakukan
secara benar oleh bidan puskesmas se Kecamatan Banjarsari Surakarta
(100%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
5. Pemeriksaan Fisik
Deskripsi responden dalam pelaksanaan pemeriksaan fisik dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.14. Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik
No Pemeriksaan
fisik
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Meminta pasien untuk
mengosongkan kandung kemih dan menampungnya di bengkok urine mead stream
0 0.0 0 0.0 23 100.0
2 Mencuci tangan 0 0.0 15 65.2 8 34.8 3 Menjelaskan seluruh
prosedur sambil melakukan pemeriksaan
0 0.0 9 39.1 14 60.9
4 Mengajukan pertanyaan lebih lanjut untuk klarifikasi sambil melakukan pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan dan kelayakan
0 0.0 0 0.0 23 100.0
Sumber : Data primer tahun 2010
Hasil tabel 4.14 menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan
fisik pada ibu hamil diperoleh hasil bahwa sebanyak 23 bidan (100%)
telah melakukan secara benar dalam meminta pasien untuk mengosongkan
kandung kemih dan menampungnya di bengkok urine mead stream.
Dalam pemeriksaan mencuci tangan sebanyak 15 bidan (65,2%)
melakukannya tetapi tidak tepat sedangkan sebanyak 8 bidan (34,8%)
telah melakukannya secara tepat. Dalam menjelaskan seluruh proedur
sambil melakukan pemeriksaan sebanyak 9 bidan (39,1%) melakukannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
tetapi tidak tepat sedangkan sebanyak 14 bidan (60,9%) sudah
melakukannya dengan tepat. Dalam mengajukan pertanyaan lebih lanjut
untuk klarifikasi sambil melakukan pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan
dan kelayakan keseluruhan bidan (100%) sudah melakukannya dengan
tepat. Secara keseluruhan di dalam pemeriksaan fisik masih terdapat bidan
yang belum melakukannya secara benar.
6. Pelaksanaan Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Deskripsi responden dalam pelaksanaan pemeriksaan fisik tanda-tanda
vital dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.15 Pelaksanaan Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
No Pemeriksaan tanda-
tanda Vital
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Mengukur tinggi
dan berat badan 0 0.0 16 69.6 7 30.4
2 Mengukur tekanan darah, nadi dan suhu
0 0.0 16 69.6 7 30.4
3 Meminta pasien untuk melepaskan pakaian dan menawarkan klien linen untuk menutup tubuhnya
0 0.0 0 0.0 23 100
4 Membantu pasien berbaring di meja atau tikar tempat tidur pemeriksaan yang bersih
0 0.0 0 0.0 23 100
Sumber : Data primer tahun 2010
Hasil tabel 4.15 menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan
tanda-tanda vital pada ibu hamil masih terdapat bidan yang belum
melakukannya secara benar hal ini diketahui dalam pemeriksaan
mengukur tinggi dan berat badan diketahui bahwa sebanyak 16 bidan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
(69,6%) belum melakukannya secara tepat sedangkan sebanyak 7 bidan
(30,4%) sudah melakukannya secara tepat. Dalam pemeriksaan mengukur
tekanan darah, nadi dan suhu sebanyak 16 bidan (69,6%) sudah
melakukan tetapi tidak tepat sedangkan sebanyak 7 bidan (30,4%) sudah
melakukannya dengan tepat.
7. Pemeriksaan Fisik Kepala dan Leher
Deskripsi responden dalam observasi pemeriksaan fisik kepala dan leher
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.16. Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik Kepala dan Leher
No Pelaksanaan pemeriksaan fisik kepala dan Leher
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Memeriksa apakah
terjadi edema pada wajah 0 0.0 0 0.0 23 100
2 Memeriksa apakah mata : a. Pucat pada kelopak
bagian bawah b. Berwarna kuning
0 0.0 0 0.0 23 100
3 Memeriksa apakah rahang pucat dan memeriksa gigi
0 0.0 0 0.0 23 100
4 Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui : a. Pembesaran kelenjar
thyroid b. Pemeriksaan
pembuluh limfe
0 0.0 11 47.8 12 52.2
Sumber : Data primer tahun 2010
Tael 4.16. menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan fisik
kepala dan leher khususnya mengenai (terjadinya edema pada wajah,
pemeriksaan mata, pemeriksaan rahang pucat dan pemeriksaan gigi)
keseluruhan bidan (100%) sudah melakukannya dengan tepat sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
untuk pemeriksaan leher sebanyak 11 bidan (47,8%) melakukan tetapi
tidak tepat sedangkan sebanyak 12 bidan (52,2%) sudah melakukannya
dengan tepat.
8. Pemeriksaan Dada
Deskripsi responden dalam pelaksanan pemeriksaan dada (paru-paru,
jantung, payudara) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.17. Pelaksanaan Pemeriksaan Dada
No Pelaksanaan pemeriksaan dada Tidak
dilakukan Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Inspeksi : kesimetrisan bentuk
dan gerak pernafasan, warna kulit dada, retraksi, jaringan parut
0 0 5 21.7 18 78.3
2 Palpasi : gerakan dinding dada 0 0 4 17.4 19 82.6 3 Perkusi : batas-batas paru secara
sistematis 0 0 7 30.4 16 69.6
4 Auskultasi : bagian anterior 0 0 8 34.8 15 65.2 5 Nilai bunyi jantung 0 0 12 52.2 11 47.8 6 Dengan posisi klien di samping,
memeriksa payudara a. Bentuk, ukuran dan simetris
atau tidak b. Putting payudara menonjol
atau masuk ke dalam c. Adanya kolostrum atau
cairan lain
0 0 13 56.5 10 43.5
7 Pada saat klien mengangkat tangan ke atas kepala, memeriksa payudara untuk mengetahui adanya retraksi atau dimpling
0 0 10 43.5 13 56.5
8 Pelaksanaan palpasi secara sistematis pada payudara sebelah kiri dan kanan juga) dari arah payudara, axila dan notest, kalau-kalau terdapat :
a. Massa b. Pembesaran pembuluh
limfe
0 0 8 34.8 15 65.2
Sumber : Data primer tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Hasil tabel 4.17 menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan
dada yang meliputi paru-paru, jantung, payudara masih terdapat bidan
yang belum melakukannya secara benar. Dalam pemeriksaan inspeksi :
kesimetrisan bentuk dan gerak pernafasan, warna kulit dada, retraksi,
jaringan parut sebanyak 5 bidan (21,7%) melakukannya tetapi tidak tepat
sedangkan sebanyak 18 bidan (78,3%) sudah melakukannya dengan tepat.
Dalam pemeriksaan palpasi : gerakan dinding dada sebanyak 4 bidan
(17,4%) bidan melakukan tetapi belum tepat sedangkan sebanyak 19 bidan
(82,6%) sudah melakukannya dengan tepat. Pemeriksaan auskultasi :
bagian anterior sebanyak 8 bidan (34,8%) sudah melakukan tetapi tidak
tepat dan sebanyak 15 bidan (65,2%) sudah melakukannya dengan tepat.
Dalam pemeriksaan nilai bunyi jantung diketahui sebanyak 12
bidan (52,2%) sudah melakukannya tetapi belum tepat sedangkan
sebanyak 11 bidan (47,8%) sudah melakukannya dengan tepat.
Pemeriksaan posisi klien dalam pemeriksaan payudara sebanyak 13 bidan
(56,5%) sudah dilakukan tetapi tidak tepat sedangkan sebanyak 10 bidan
(43,5%) sudah melakukannya dengan tepat.
Pelaksanaan pemeriksaan pada saat klien mengangkat tangan ke
atas kepala, memeriksa payudara untuk mengetahui adanya retraksi atau
dimpling sebanyak 10 bidan (43,5%) melakukan tetapi tidak tepat
sedangkan sebanyak 13 bidan (56,5%) sudah melakukan dengan tepat dan
dalam pelaksanaan pemeriksaan tangan kiri di atas, palpasi secara
sistematis pada payudara sebelah kiri (sesudah itu sebelah kanan) dari arah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
payudara sebanyak 8 bidan (34,8%) melakukannya tetapi tidak tepat
sedangkan sebanyak 15 bidan (65,2%) sudah melakukannya dengan tepat.
9. Pelaksanaan Pemeriksaan Abdomen
Deskripsi responden dalam observasi pemeriksaan abdomen dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.18. Pedoman Observasi Pemeriksaan Abdomen
No Observasi pemeriksaan abdomen
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Memeriksa apakah
terdapat luka bekas operasi
0 0 0 0 23 100
2 Mengukur tinggi fundus uteri dengan menggunakan tangan (kalau > 12 minggu) atau pita ukuran (kalau 22 minggu)
0 0 0 0 23 100
3 Melakukan palpasi pada abdomen untuk mengetahui letak, presentasi, posisi dan penurunan kepala janin (kalau > 36 minggu)
0 0 0 0 23 100
4 Menghitung denyut jantung janin (dengan fetoskop kalau 18 minggu)
0 0 0 0 23 100
Sumber : Data primer tahun 2010
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan
abdomen semua bidan (100%) sudah melakukannya dengan benar dan
tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
10. Pelaksanaan Pemeriksaan Palpasi Menurut Leopold
Deskripsi responden dalam observasi pemeriksaan palpasi menurut
Leopold dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.19. Langkah/tugas Pemeriksaan Palpasi Menurut Leopold
No Pemeriksaan
Palpasi Menurut Leopold
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Menyiapkan alat-alat di
dekat klien Memberitahu klien mengenai prosedur pemeriksaan
0 0 0 0 23 100
2 Mencuci tangan dan mengeringkannya Pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
0 0 0 0 23 100
3 Mengatur posisi ibu hamil senyaman mungkin
0 0 0 0 23 100
Sumber : Data primer tahun 2010
Tabel 4.19 menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan palpasi
mengenai langkah-langkah dalam menyiapkan alat di dekat klien,
memberitahu klien mengenai prosedur pemeriksaan, mencuci tangan dan
mengeringkannya, pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
dan mengatur posisi ibu hamil senyaman mungkin semua bidan (100%)
sudah melakukannya dengan benar dan tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 4.20. Pelaksanaan Pemeriksaan Palpasi Menurut Leopold I
No Pemeriksaan
Palpasi Menurut Leopold I
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Menentukan bagian
janin yang terdapat di bagian fundus serta mengukur tinggi fundus a. Anjurkan ibu agar
berbaring dengan santai, kedua kaki ibu ditekuk, selimut dikebawahkan sampai kira-kira berada di atas symphisis. Pemeriksaan menghadap ke arah muka ibu, uterus diketengahkan terlebih dahulu, lalu raba bagian tubuh janin yang berada di daerah fundus uteri
b. Masih dalam posisi yang sama ambillah pita pengukur lalu raba daerah symphisis letakkan pita pengukur pada pinggir atas symphisis kemudian bentangkan mengikuti pembesaran perut ibu ke arah fundus uteri
0
0
0
0
15
13
65.2
56,5
8
10
34.8
43,5
Sumber : Data primer tahun 2010
Tabel 4.20 menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan Palpasi
menurut Leopold I mengenai posisi ibu berbaring sebanyak 15 bidan
(65,2%) sudah melakukan tetapi tidak tepat sedangkan sebanyak 8 bidan
(34,8%) sudah melakukannya dengan tepat sedangkan untuk pengukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pita maka sebanyak 13 bidan (56,5%) sudah melakukannya tetapi tidak
tepat sedangkan sebanyak 10 bidan (43,5%) sudah melakukannya dengan
tepat.
Tabel 4.21. Pelaksanaan Pemeriksaan Palpasi Menurut Leopold II
No Pelaksanaan pemeriksaan palpasi menurut Leopold
II
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Menentukan batas samping kanan dan kiri terhadap uterus ibu
0 0 7 30,4 16 69,6
Sumber : Data primer tahun 2010
Tabel 4.21 menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan Palpasi
menurut Leopold II mengenai penentuan batas samping kanan dan kiri
terhadap uterus ibu sebanyak 7 bidan (30,4%) sudah melakukan tetapi
tidak tepat sedangkan sebanyak 16 bidan (69,6%) sudah melakukannya
dengan tepat.
Tabel 4.22. Pelaksanaan Pemeriksaan Palpasi Menurut Leopold III
No
Pelaksanaan pemeriksaan palpasi menurut Leopold
III
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah
% Jumlah %
1 Menentukan bagian terendah janin, serta apakah bagian terendah itu sudah memasuki pintu atas panggul atau belum
0 0.0 14 60.9 9 39.1
Sumber : Data primer tahun 2010
Tabel 4.22 menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan Palpasi
menurut Leopold III mengenai penentuan bagian terendah janin sebanyak
14 bidan (60,9%) sudah melakukan tetapi tidak tepat sedangkan sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
9 bidan (39,1%) sudah melakukannya dengan tepat sedangkan untuk
pelaksanaan pemeriksaan mencuci tangan dan mengeringkannya,
menjelaskan hasil pemeriksaan dan mencatat hasil pemeriksaan
keseluruhan bidan (100%) sudah melakukannya dengan tepat.
Tabel 4.23. Pelaksanaan Pemeriksaan Palpasi Menurut Leopold IV
No Pelaksanaan pemeriksaan palpasi menurut Leopold
IV
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Menentukan bagian
kepala yang telah masuk pintu atas panggul, bila belum masuk PAP teraba balotemen kepala
8 34.8 15 65.2 8 34.8
2 Mencuci tangan dan mengeringkannya
0 0 0 0 23 100
3 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
0 0 0 0 23 100
4 Mencatat hasil pemeriksaan kepada ibu hamil
0 0 0 0 23 100
Sumber : Data primer tahun 2010
Tabel 4.23 menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan Palpasi
menurut Leopold IV mengenai penentuan bagian kepala yang telah
masuk pintu atas panggul sebanyak 15 bidan (65,2%) sudah melakukan
tetapi tidak tepat sedangkan sebanyak 8 bidan (34,8%) sudah
melakukannya dengan tepat.
11. Pelaksanaan Pemeriksaan Panggul Genitalia Luar
Deskripsi responden dalam pelaksanaan pemeriksaan panggul genitalia
luar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 4.24. Pelaksanaan Pemeriksaan Panggul Genitalia Luar
No Pelaksanaan pemeriksaan
panggul genitalia luar
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Membantu klien
mengambil posisi untuk pemeriksaan panggul dan menutup tubuh untuk menjaga privasi
0 0 0 0 23 100
2 Melepaskan perhiasan di jari dan di lengan
0 0 0 0 23 100
3 Mencuci tangan dengan sabun dan air, serta mengeringakannya dengan menggunakan kain yang bersih (atau di udara terbuka/kering)
0 0 0 0 23 100
4 Memakai sarung tangan baru atau yang bisa dipakai lagi yang sudah didesinfeksi tanpa terkontaminasi
0 0 0 0 23 100
5 Menjelaskan tindakan yang dilakukan sambil terus melakukan pemeriksaan
0 0 0 0 23 100
6 Memisahkan labia mayora dan memeriksa labia minora, kemudian klitoris, ubang uretra dan introitus vagina untuk melihat adanya tukak atau luka, varises dan cairan
0 0 0 0 23 100
7 Mengurut uretra dan pembuluh skene untuk mengeluarkan cairan nanah dan darah
0 0 0 0 23 100
8 Melakukan palpasi pada kelenjar bartholinin untuk mengetahui adanya pembengkakan, masa atau kista dan cairan
0 0 0 0 23 100
9 Sambil melakukan pemeriksaan selalu mengamati wajah ibu untuk mengetahui apakah ibu merasakan sakit atau nyeri karena prosedur ini
0 0 0 0 23 100
Sumber : Data primer tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Hasil tabel 4.24 menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan
panggul genitalia luar mengenai membantu klien mengambil posisi untk
pemeriksaan panggul dan menutup tubuh untuk menjaga privasi,
melepaskan perhiasan di jari dan di lengan, mencuci tangan dengan sabun
dan air, serta mengeringakannya dengan menggunakan kain yang bersih
(atau di udara terbuka/kering), memakai sarung tangan baru atau yang
bisa dipakai lagi yang sudah didesinfeksi tanpa terkontaminasi,
menjelaskan tindakan yang dilakukan sambil terus melakukan
pemeriksaan, memisahkan labia mayora dan memeriksa labia minora,
kemudian klitoris, ubang uretra dan introitus vagina untuk melihat adanya
tukak atau luka, varises dan cairan, mengurut uretra dan pembuluh skene
untuk mengeluarkan cairan nanah dan darah, melakukan palpasi pada
kelenjar bartholinin untuk mengetahui adanya pembengkakan, masa atau
kista dan cairan dan sambil melakukan pemeriksaan selalu mengamati
wajah ibu untuk mengetahui apakah ibu merasakan sakit atau nyeri pada
saat pelaksanaan prosedur semua bidan (100%) sudah melakukannya
dengan benar dan tepat.
12. Pelaksanaan Pemeriksaan Tangan dan Kaki
Deskripsi responden dalam pelaksanaan pemeriksaan tangan dan kaki
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.25. Pelaksanaan Pemeriksaan Tangan dan Kaki
No Pelaksanaan pemeriksaan
tangan dan kaki
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Memeriksa apakah
tangan dan kaki edema dan pucat pada kuku jari
0 0.0 9 39.1 14 60.9
2 Memeriksa dan meraba kaki untuk ketahui adanya varises
0 0.0 7 30.4 16 69.6
3 Mengukur lingkar lengan atas
0 0.0 12 52.2 11 47.8
4 Memeriksa reflek patela untuk melihat apakah terjadi gerakan hypo atau hyper
0 0.0 6 26.1 17 73.9
Sumber : Data primer tahun 2010
Hasil tabel 4.25 menunjukkan bahwa dalam mengenai pemeriksaan
tangan dan kaki edema dan pucat pada kuku jari sebanyak 9 bidan
(39,1%) melakukannya tetapi tidak tepat dan sebanyak 14 bidan (60,9%)
melakukannya sudah dengan tepat. Pelaksanaan pemeriksaan dan meraba
kaki untuk mengetahui adanya varises diketahui sebanyak 7 bidan
(30,4%) melakukan tetapi tidak tepat dan sebanyak 16 bidan (69,6%)
sudah melakukan dengan tepat. Pelaksanaan pemeriksaan untuk
mengukur lingkar lengan atas sebanyak 12 bidan (52,5%) melakukan
tetapi tidak tepat dan sebanyak 11 bidan (47,8%) sudah melakukan
dengan tepat dan pelaksanaan pemeriksaan reflek patela untuk melihat
gerakan hypo atau hyper diketahui sebanyak 6 bidan (26,1%) melakukan
tetapi tidak tepat dan 17 bidan (73,9%) melakukan dengan tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
13. Pelaksanaan Pemeriksaan Punggung
Deskripsi responden dalam pelaksanaan pemeriksaan punggung dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.26. Pelaksanaan Pemeriksaan Punggung
No Pelaksanaan pemeriksaan
punggung
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Inspeksi kesimetrisan
bentuk dan gerak, warna kulit, luka
0 0.0 10 43.5 13 56.5
2 Perkusi bagian punggung secara simetris
0 0.0 8 34.8 15 65.2
Sumber : Data primer tahun 2010
Hasil tabel 4.26 menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan
pemeriksaan kesimetrisan bentuk dan gerak, warna kulit dan luka
sebanyak 10 bidan (43,5%) melakukan tetapi tidak tepat dan sebanyak 13
bidan (56,5%) sudah melakukan dengan tepat. Pelaksanaan pemeriksaan
perkusi bagian punggung secara simetris sebanyak 8 bidan (34,8%)
melakukan tetapi tidak tepat dan sebanyak 15 bidan (65,2%) sudah
melakukan dengan tepat.
14. Pelaksanaan Pembelajaran/Pendidikan Kesehatan
Deskripsi responden dalam pelaksanaan pembelajaran/pendidikan
kesehatan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 4.27. Pelaksanaan Pembelajaran/Pendidikan Kesehatan
No Pelaksanaan
pembelajaran/ pendidikan kesehatan
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Memberitahukan kepada
ibu hasil temuan dalam pemeriksaan
0 0.0 0 0.0 23 100
2 Memberitahukan usia kehamilan
0 0.0 0 0.0 23 100
3 Mengajari ibu mengenal ketidaknyamanan yang mungkin akan dialami ibu
0 0.0 0 0.0 23 100
4 Sesuai dengan usia kehamilan a. Nutrisi b. Olahraga c. Istirahat d. Kebersihan e. Pemberian ASI f. KB Pasca salin g. Tanda-tanda bahaya h. Aktivitas sexual i. Kegiatan sehari-hari
dan pekerjaan j. Obat-obatan dan
rokok k. Body mekanik l. Pakaian dan sepatu
0 0.0 0 0.0 23 100
Sumber : Data primer tahun 2010
Hasil tabel 4.27 menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran/pendidikan kesehatan diketahui bahwa keseluruhan bidan
(100%) sudah melakukannya dengan tepat baik dala pemberitahuan
kepada ibu hasil temuan dalam pemeriksaan, memberitahukan usia
kehamilan, mengajari ibu mengenal ketidaknyamanan, pemberian
berbagai hal dalam usia kehamilan sudah dilaksanakan dengan tepat oleh
Bidan Puskesmas se Kecamatan Banjarsari Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
15. Pelaksanaan Promosi Kesehatan
Deskripsi responden dalam pelaksanaan promosi kesehatan dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.28. Pelaksanaan Promosi Kesehatan
No Pelaksanaan Pomosi
Kesehatan
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Memberikan
imunisasi TT, jika dibutuhkan
0 0.0 4 17.4 19 82.6
2 Memberikan suplemen zat besi/folat dan menjelaskan dan bagaimana mengkonsumsinya serta kemungkinan efek samping
0 0.0 6 26.1 17 73.9
Sumber : Data Primer tahun 2010
Hasil tabel 4.28 menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan
pemeriksaan promosi kesehatan mengenai pemberian imunisai TT
diketahui sebanyak 4 bidan (17,4%) melakukan tetapi tidak tepat dan
sebanyak 19 bidan (82,6%) sudah melakukan dengan tepat. Pelaksanaan
pemberian suplemen zat besi/folat dan penjelasan mengkonsumsinya
sebanyak 6 bidan (26,1) melakukan tetapi tidak tepat dan sebanyak 17
bidan (73,9%) sudah melakukan dengan tepat.
16. Persiapan persalinan dan kesiagaan komplikasi
Deskripsi responden dalam persiapan persalinan dan kesiagaan komplikasi
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.29. Persiapan persalinan dan kesiagaan komplikasi
No
Persiapan persalinan dan kesiagaan
komplikasi
Tidak dilakukan
Dilakukan tidak tepat
Dilakukan dengan tepat
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Memulai pembicaraan mengenai persiapan kelahiran dan komplikasi a. Siapa yang akan
membantu pada waktu kelahiran
b. Tempat melahirkan c. Peralatan yang
dibutuhkan d. Donor darah
0 0.0 0 0.0 23 100
Sumber : Data Primer tahun 2010
Hasil tabel 4.29 menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan persiapan
persalinan dan kesiagaan komplikasi keseluruhan bidan (100%) sudah
melakukan dengan tepat.
3. Faktor Pendorong Bidan dalam Pelaksanaan Antenatal Care (ANC)
Bidan Puskesmas dalam memberikan pelayanan berdasarkan pada
pedoman standar pelayanan kebidanan, standar pedoman ini disusun sebagai
acuan dalam pengelolaan program dalam mengimplementasikan standar
pelayanan kebidanan di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota dan
puskesmas..
Hasil penelitian tentang pelaksanaan monitoring bidan dalam pelayanan
Antenatal Care (ANC) sesuai dengan pedoman kerja, didapatkan bahwa
sebagian besar informan mengatakan kegiatan monitoring di puskesmas
dilakukan oleh kepala puskesmas baik secara langsung maupun dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
melihat laporan dari penanggung jawab program. Hasil informasi dari
responden mengenai kegiatan monitoring yang dilakukan oleh kepala
puskesmas adalah sebagai berikut :
Tabel 4.30. Monitoring dari Kepala Puskesmas
Responden Responden No. Jawaban No. Jawaban 1 Ada 13 Ada 2 Ada 14 Ada 3 Ada 15 Ada 4 Ada 16 Ada 5 Ada 17 Ada 6 Ada 18 Ada 7 Ada 19 Ada 8 Ada 20 Ada 9 Ada 21 Ada 10 Ada 22 Ada 11 Ada 23 Ada 12 Ada
Sumber : Data primer tahun 2010
Berdasarkan kategori keberadaan monitoring yang dilakukan oleh
Kepala Puskesmas dalam pelaksanaan Antenatal Care (ANC) seperti pada
tabel 4.30, bila divisualisasikan dalam diagram batang akan tampak seperti
pada gambar di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Gambar 4.7. Pelaksanaan Monitoring oleh Kepala Puskesmas
Pelaksanaan monitoring dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan dari
program-program puskesmas dan mengenai berapa kali pelaksanaan
monitoring yang dilakukan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.31 Pelaksanaan Monitoring
Responden Responden No. Jawaban No. Jawaban 1 1 bulan sekali 13 1 bulan sekali 2 1 bulan sekali 14 1 bulan sekali 3 1 bulan sekali 15 1 bulan sekali 4 1 bulan sekali 16 1 bulan sekali 5 1 bulan sekali 17 1 bulan sekali 6 1 bulan sekali 18 1 bulan sekali 7 1 bulan sekali 19 1 bulan sekali 8 1 bulan sekali 20 1 bulan sekali 9 1 bulan sekali 21 1 bulan sekali
10 1 bulan sekali 22 1 bulan sekali 11 1 bulan sekali 23 1 bulan sekali 12 1 bulan sekali
Sumber : Data primer tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Pelaksanaan monitoring dilakukan oleh Kepala Puskesmas satu bulan
sekali dan dari hasil monitoring tersebuat dijadikan dasar dalam pelaksanaan
evaluasi program. Evaluasi program dilakukan oleh penanggung jawab
program, dan bila ada yang tidak dapat diselesaikan maka akan ditindaklanjuti
oleh kepala puskesmas. Hasil informasi mengenai keberadaan evaluasi
program dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.32. Evaluasi Program
Responden Responden No. Jawaban No. Jawaban 1 Ada 13 Ada 2 Ada 14 Ada 3 Ada 15 Ada 4 Ada 16 Ada 5 Ada 17 Ada 6 Ada 18 Ada 7 Ada 19 Ada 8 Ada 20 Ada 9 Ada 21 Ada 10 Ada 22 Ada 11 Ada 23 Ada 12 Ada
Sumber : Data primer tahun 2010
Berdasarkan kategori keberadaan evaluasi program yang dilakukan
oleh Kepala Puskesmas dalam pelaksanaan Antenatal Care (ANC) seperti
pada tabel 4.32, bila divisualisasikan dalam diagram batang akan tampak
seperti pada gambar di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Gambar 4.8. Pelaksanaan Evaluasi Program oleh Kepala Puskesmas
Hal tersebut diperkuat oleh beberapa responden dalam pelaksanaan dari
hasil wawancara dengan beberapa responden yang menyatakan :
“evaluasi dilakukan oleh kepala puskesmas sebulan sekali” (bidan I) “ya ada evaluasi tersebut yang melakukan kepala puskesmas atas hasil kerja kami selama sebulan” (bidan II)
“ada evaluasi dari kepala puskesmas” (bidan III)
Evaluasi dilakukan setelah kepala puskesmas menerima hasil laporan
bulanan dan yang dievaluasi adalah kami, biasanya yang dievaluasi adalah
pencapaian program dar Puskesmas tersebut. Sementara itu bidan yang lain
menyatakan bahwa kegiatan evaluasi oleh kepala puskesmas, di mana dari hasil
monitoring yang dilakukan maka akan dikumpulkan dan dievaluasi tentang
beberapa hal yang dirasa masih perlu ditingkatkan dalam pelayanan. Evaluasi
dilakukan dengan melihat dokumen dan mengamati langsung pelayanan,
indikator evaluasi berdasarkan hasil monitoring sesuai dengan pedoman dan
evaluasi dilaksankan oleh bidan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Monitoring sebagai sarana untuk mengetahui keberlangsungan program
telah dilakukan secara rutin oleh puskesmas yang diteliti dengan melihat
langsung kegiatan dan melihat laporan. Kegiatan monitoring dapat dilakukan
dengan cara menilai output yang dihasilkan selama proses pelaksanaan kegiatan
atau dengan melakukan telaah data.
Kegiatan supervisi dilakukan dalam rangka mengetahui proses pelaksanaan
dalam pelayanan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Kecamatan Banjarsari
didapatkan bahwa kegiatan supervisi dilaksanakan oleh kepala puskesmas
dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.33. Kegiatan Supervisi
Responden Responden No. Jawaban No. Jawaban 1 Ada 13 Ada 2 Ada 14 Ada 3 Ada 15 Ada 4 Ada 16 Ada 5 Ada 17 Ada 6 Ada 18 Ada 7 Ada 19 Ada 8 Ada 20 Ada 9 Ada 21 Ada 10 Ada 22 Ada 11 Ada 23 Ada 12 Ada
Sumber : Hasil Penelitian tahun 2010
Berdasarkan kategori keberadaan kegiatan supervisi yang dilakukan dalam
pelaksanaan Antenatal Care (ANC) seperti pada tabel 4.33, bila divisualisasikan
dalam diagram batang akan tampak seperti pada gambar di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Gambar 4.9. Kegiatan Supervisi
Monitoring yang dilakukan oleh kepala puskesmas menjadi dasar evaluasi
dan baru setelah itu kepala puskesmas melakukan tindakan koreksi yang
dianggap perlu. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan Kepala
Puskesmas yang menyatakan bahwa :
“Ya, kami melakukan monitoring untuk memantau pelaksanaan ataupun kinerja bidan dalam pelaksanaan ANC pada khususnya ataupun pelayanan-pelayana di bagian lain di puskesmas ini” (Kepala Puskesmas I)
“Benar ibu…kami melakukan monitoring baik langsung maupun tidak langsung, kadang juga bertanya dengan bidan secara langsung sehabis melakukan pemeriksaan” (Kepala Puskesmas II) “Iya ibu…perlu ada monitoring untuk memantau kinerja tenaga-tenaga kami di Puskesmas ini, hal ini kami lakukan agar kami dapat bekerja maksimal dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat” (Kepala Puskesmas III).
Kegiatan monitoring dan evaluasi adalah kegiatan standar yang harus
dilakukan, terjadwal dan rutin dilakukan oleh kepala puskesmas, indikator
monitoring mengikuti buku pedoman sedangkan untuk evaluasi diselesaikan oleh
kepala puskesmas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
C. Pembahasan
Lokasi penelitian dalam penelitian mengenai perilaku bidan puskesmas
dalam pelayanan antenatal care (ANC) di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.
Alasan pengambilan lokasi ini adalah Kecamatan Banjarsari merupakan
kecamatan terbesar di kota Surakarta.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk di Kota
Surakarta tercatat sebanyak 500.642 jiwa, dimana jumlah penduduk perempuan
lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki, yaitu 257.279 jiwa perempuan
dan 243.363 jiwa laki-laki. Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan dengan
penduduk terbanyak, yaitu 157.438 jiwa (31,45%). Kecamatan dengan penduduk
terbanyak selanjutnya adalah Kecamatan Jebres sebesar 27,69 persen dari
penduduk Kota Surakarta atau sebanyak 138.624 jiwa. Sedangkan Kecamatan
Serengan tercatat sebagai kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit,
yaitu sebanyak 44.120 jiwa atau 8,81 persen
Jumlah penduduk yang tertinggi di Kota Surakarta adalah di Kecamatan
Banjarsari. Kecamatan Banjarsari mempunyai 6 puskesmas yaitu Puskesmas
Manahan, Puskesmas Gilingan, Puskesmas Setabelan, Puskesmas Nusukan,
Puskesmas Gambirsari dan Puskesmas Banyuanyar. Keberadaan puskesmas
tersebut diharapkan mampu menunjang pemeriksaan kesehatan bagi warga
masyarakat di Kecamatan Banjarsari pada umumnya.
Kecamatan Banjarsari dengan 6 puskesmas tersebut berpengaruh terhadap
jumlah tenaga kesehatan khususnya bidan di kecamatan Banjarsari, karena
dengan mayoritasi penduduk Surakarta adalah wanita maka peran bidan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
pelaksanaan pemeriksaan kehamilan sangatlah penting. Hal inilah yang menjadi
dasar penelitian di Puskesmas Kecamatan Banjarsari Surakarta.
Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Dasar penggunaan metode kualitatif
dalam penelitian ini adalah peneliti berupaya memberikan gambaran mengenai
perilaku bidan di Puskesmas Banjarsari Surakarta dengan lebih detail mengenai
pelaksanaan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil. Penggunaan
analisis kualitatif dapat menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan
dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif mampu
menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku
yang dapat diamati dari bidan puskesmas di Kecamatan Banjarsari.
Kelebihan penggunaan analisis kualitatif ini adalah mampu melakukan
penelitian secara langsung mengenai perilaku bidan dalam pelayanan ANC
sehingga peneliti dapat mengetahui pengetahuan, sikap bidan, pelaksanaan dalam
pelayanan ANC. Melalui penelitian kualitatif maka peneliti dapat mengetahui
berbagai kelebihan lain dalam pelaksanaan ANC yang dilakukan oleh bidan
Puskesmas se Kecamatan Banjarsari antara lain adalah adanya kerjasama lintas
sektoral dalam pelaksanaan ANC yaitu apabila ibu hamil perlu melakukan
pemeriksaan laboratorium maka dapat dilakukan oleh pegawai laboratorium
secara langsung sehingga bidan tidak perlu melakukan pengecekan sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
1. Faktor Predisposisi Bidan Puskesmas dalam Pelayanan Antenatal Care
(ANC)
a. Pengetahuan bidan tentang pelayanan ANC
Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan
oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang atau masyarakat
yang bersangkutan. Ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas
kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat
terbentuknya perilaku. Predisposing factors (faktor predisposisi) dalam
penelitian ini terwujud dalam pengetahuan, sikap dan pelatihan bidan.
Pengetahuan menjadi dasar bagi ketaatan bidan dalam melaksanakan
pedoman kerja dalam pelayanan Antenatal Care (ANC).
Pedoman atau prosedur tetap merupakan gambaran bagi karyawan
mengenai cara kerja atau tata kerja yang dapat dipakai sebagai pegangan
apabila terdapat pergantian/perubahan karyawan sehingga dapat
digunakan untuk menilai. Aplikasi program jaminan mutu di Puskesmas
adalah dalam bentuk penerapan standar dan prosedur tetap pelayanan, agar
hasil yang diperoleh tetap terjaga kualitasnya, meskipun pada kondisi
lingkungan dan petugas yang berbeda/pergantian. Menurut Utarini (1999)
standar adalah suatu pernyataan yang dapat diterima dan disepakati
tentang sesuatu (produk, proses, kegiatan, barang) yang dipergunakan
untuk mengukur atau menilai pemanfaatan pedoman suatu sistem
pelayanan. Sedangkan standar menurut Donabedian (1982) adalah rentang
variasi yang dapat diterima dari suatu norma atau kriteria.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Menurut Azwar (1999), pedoman kerja mempunyai peranan yang
cukup penting, karena standar dipakai sebagai bahan bandingan.
Pengertian standar pada dasarnya menurut pada tingkat ideal tercapai yang
diinginkan. Untuk memandu para pelaksana program menjaga mutu agar
tetap berpedoman pada standar yang telah ditetapkan, maka disusun
pedoman atau petunjuk pelaksana. Standar profesi menurut UU Nomor 23
tahun 1992 tentang kesehatan tentang penjelasan pasal 53 ayat (2)
dinyatakan bahwa standar profesi adalah pedoman yang harus digunakan
sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik.
Faktor yang mempengaruhi bidan dalam melaksanakan pedoman
kerja pelayanan ANC adalah pengetahuan. Hasil penelitian mengenai
pengetahuan bidan dalam penggunaan pedoman kerja dalam pelaksanaan
Antenatal Care (ANC) dalam kategori baik hal ini dibuktikan bahwa
keseluruhan bidan puskesmas Banjarsari (100%) sudah menggunakan
pedoman kerja yang telah ditetapkan. Hasil ini berarti bahwa bidan
memiliki pengetahuan yang baik untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
pedoman. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo bahwa
pengetahuan seseorang bisanya diperoleh dari pengalaman yang berasal
dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik,
buku petunjuk, petugas kesehatan dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat
membentuk keyakinan tertentu.
Pemeriksaan ANC pada Bidan Puskesmas se Kecamatan
Banjarsari menggunakan buku pedoman Kohor atau dalam program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
pencatatan dan pelaporan program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) adalah
Buku Register Kohor. Buku Register Kohor merupakan buku pencatatan
dan pelaporan bidan dalam pelayanan ANC yang digunakan untuk
mencatat dan memantau ibu hamil selama masa kehamilan. Proses
pencatatan dalam buku tersebut meliputi :
1) Jika ibu hamil datang pada semester pertama kehamilan maka ibu
hamil diperiksa dan dicatat pada kolom semester pertama dan
selanjutnya disarankan untuk datang, diperiksa dan dicatat pada
semester berikutnya. Inilah yang diharapkan sesuai dengan standar
cakupan pelayanan minimal K1 dan K4
2) Jika ibu hamil tersebut untuk pertama kalinya datang pada semester
kedua kehamilan (tidak datang pada smester pertama) tetap diperiksa
dan dicatat pada kolom smester kedua buku register kohor, dan
selanjutnya tetap disarankan datang untuk diperiksa dan dicatat pada
semester berikutnya. Inilah yang tidak diharapkan karena telah lalai
atau mangkir tidak masuk dalam standar cakupan pelayanan minimal
K1 maupun K4.
3) Jika ibu hamil tersebut untuk pertama kalinya datang pada semester
ke tiga kehamilan (tidak datang pada semester pertama dan kedua)
tetap diperiksa dan dicatat pada kolom semester ketiga buku register
kohor, dan selanjutnya tetap disarankan datang untuk diperiksa dan
dicatat pada saat mendekati persalinan sebagai pemeriksaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
terakhir kalinya. Ini juga tidak masuk dalam standar cakupan
pelayanan minimal K1 dan K4.
Dengan sistem registrasi kohor ini maka setiap saat atau setiap
bulan Bidan Puskesmas se Kecamatan Banjarsari dapat melakukan
evaluasi sesuai dengan standar cakupan pelayanan K1 dan K4 kepada ibu
hamil.
b. Pemberian penyuluhan kepada ibu hamil
Hasil penelitian mengenai pengetahuan bidan dalam pemberian
penyuluhan kepada ibu hamil mengenai ANC diketahui keseluruhan
responden telah melakukan pemberian penyuluhan kepada ibu hamil
mengenai Antenatal Care (ANC). Yani (2009) menyatakan bahwa
penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat
tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan
suatu anjuranyang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan
kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan,
dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan
ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apayang bisa
dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta
pertolongan.
Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan yang
berkesinambungan dibutuhkan dalam menunjang pekerjaan bidan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Pendidikan dan pelatihan merupakan hal yang penting, karena pendidikan
adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan perawat
dan bidan dalam kemampuan, keahlian, pengetahuan, pengalaman
maupun perubahan sikap perilaku yang berkaitan dengan suatu pekerjaan
(Tjiptono dan Diana, 2003).
c. Pengisian asuhan kebidanan
Hasil penelitian mengenai pengisian asuhan kebidanan yang
dilakukan oleh bidan diketahui bahwa keseluruhan responden (100%)
telah melakukan pengisian asuhan kebidanan dalam pelayanan Antenatal
Care (ANC). Asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan llmu dan kiat
kebidanan.
Pengisian asuhan kebidanan merupakan bentuk dokumentasi asuhan
pada ibu hamil yang berupa keterangan tertulis dari seluruh proses asuhan
yang diberikan kepada ibu hamil, mulai dari pengkajian data subyektif dan
obyektif, rumusan diagnosa, intervensi dan implementasi.
Pendokumentasian asuhan kebidanan diberlakukan bagi bidan yang habis
melakukan pelayanan, khususnya pelayanan antenatal.
Tujuan utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi
(mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada
promosi persalinan normal, pencegahan penyakit, pencegahan cacat pada
ibu dan bayi, promosi kesehatan yang bersifat holistik, diberikan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
cara yang kreatif, fleksibel, suportif, peduli, bimbingan, monitor dan
pendidikan berpusat pada perempuan. Pencatatan asuhan kebidanan
ataupun dokumentasi penting untuk diagnosa kebidanan dan perencanaan
asuhan yang dilakukan bidan yang betujuan untuk :
1) Sebagai bahan komunikasi antar petugas/bidan
2) Sebagai bahan evaluasi
3) Sebagai bahan tindak lanjut
4) Sebagai bahan laporan
5) Sebagai bahan pertanggungjawaban dan tanggung gugat
6) Meningkatkan kerja sama antar tim
7) Sebagai bahan acuan dalam pengumpulan data
Kepmenkes (2007) menyatakan bahwa bidan bertugas untuk
memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan
kesehatan selama kehamilan yang meliputi : deteksi diri, pengobatan atau
rujukan dari komplikasi tertentu. Pengetahuan dasar yang harus diketahui
bidan untuk melakukan asuhan dan konseling selama kehamilan antara lain
adalah : anatomi dan fisiologis tubuh manusia, siklus menstruasi dan proses
konsepsi, tumbuh kembang janin dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, tanda-tanda dan gejala kehamilan, mendiagnosa
kehamilan, perkembangan norma kehamilan, komponen riwayat kesehatan,
komponen pemeriksaan fisik yang terfokus selama antenatal, menentukan
umur kehamilan dari riwayat menstruasi, pembesaran dan/atau tinggi
fundus uteri, mengenal tanda dan gejala anemia ringan dan berat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
hyperemesis gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, abortus imminen,
molahydatidosa dan komplikasinya, dan kehamilan ganda, kelainan letak
serta pre eklamsia, nilai normal dari pemeriksaan laboratorium seperti
Haemoglobin dalam darah, test gula, protein, acetone dan bakteri dalam
urine, perkembangan normal dari kehamilan : perubahan bentuk fisik,
ketidaknyamanan yang lazim, pertumbuhan fundus uteri yang diharapkan,
perubahan psikologis yang normal dalam kehamilan dan dampak
kehamilan terhadap keluarga, penyuluhan dalam kehamilan, perubahan
fisik, perawatan buah dada, ketidaknyamanan, kebersihan, seksualitas,
nutrisi, pekerjaan dan aktivitas (senam hamil), kebutuhan nutrisi bagi
wanita hamil dan janin, penata laksanaan imunisasi pada wanita hamil,
pertumbuhan dan perkembangan janin, persiapan pesalinan, kelahiran dan
menjadi orang tua, persiapan keadaan dan rumah/keluarga untuk
menyambut kelahiran bayi, tanda-tanda dimulainya persalinan, promosi
dan dukungan pada ibu menyusui, teknik relaksasi dan strategi
meringankan nyeri pada persiapan persalinan dan kelahiran dan
mendokumentasikan temuan dan asuhan yang diberikan, mengurangi
ketidaknyamanan selama masa kehamilan, penggunaan obat-obat
tradisional ramuan yang aman untuk mengurangi ketidaknyamanan selama
kehamilan, akibat yang ditimbulkan dari merokok, penggunaan alkohol dan
obat terlarang bagi toxoplasmasmosis, tanda dan gejala dari komplikasi
kehamilan yang mengancam jiwa seperti pre eklamsia, perdarahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
pervaginam, kelahiran prematur, anemia berat, kesejahteraan janin dan pola
aktivasi janin dan resusitasi kardiopulmonary.
d. Sikap bidan dalam pelaksanaan Antenatal Care (ANC)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat sikap bidan
yang belum benar dalam pemberian pelayanan Antenatal Care (ANC),
antara lain 8 orang bidan (34,8%) belum melakukan dengan tepat dalam
mengucapkan salam dan menyambut klien dengan ramah, sebanyak 14
orang bidan (60,9%) melakukan tetapi tidak tepat dalam memperkenalkan
diri dan berjabat tangan dengan pasien dan 2 bidan (8,7%) tidak
memperkenalkan diri dan berjabat tangan dengan pasien. 23 bidan (100%)
dalam menjelaskan tujuan pemeriksaan telah dilakukan secara benar. 14
bidan (60,9%) melakukan secara tidak tepat dalam meminta persetujuan
dan kontrak waktu sedangkan sebanyak 7 bidan (30,4%) tidak
melakukannya. Masih adanya bidan yang tidak tepat dalam menerapkan
sikap bidan dalam pelayanan ANC ini disebabkan berbagai faktor antara
lain adalah bidan sudah mengenal pasien, fokus menangani pasien dan
efisiensi waktu karena banyak antrian dalam pemeriksaan ANC.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keseluruhan bidan (100%)
telah melakukan dengan benar dalam memberikan kesempatan kepada
pasien untuk bertanya. Sebanyak 19 bidan (82,6%) sudah melakukan
secara tepat dalam merespon terhadap reaksi pasien dengan tepat dan
komunikasi aktif dengan pasien. Sikap bidan untuk sabar dan teliti, tidak
tergesa-gesa, percaya diri dan tidak gugup diketahui bahwa sebanyak 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
bidan (73,9%) telah melakukannya dengan tepat, sebanyak 14 bidan
(60,9%) dalam memberikan perhatian terhadap setiap pertanyaan klien
sudah dilakukan dengan tepat.
Masih adanya bidan yang belum tepat tersebut disebabkan karena
adanya bidan yunior di Puskesmas Kecamatan Banjarsari yaitu responden
yang berusia 20 – 30 tahun sebanyak 4 orang (7,40%), dan masa kerja dari
bidan yang masih dini yaitu kurang dari 5 tahun sebanyak 5 bidan
(21,70%) hal ini membuat bidan masih belum bisa bersikap sabar dan teliti,
masih tergesa-gesa dan kurangnya percaya diri dalam pemberian pelayanan
ANC. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari (Azwar, 1995) mengenai
faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap salah satunya adalah
pengalaman pribadi yaitu untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan
lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi terjadi dalam situasi
yang melibatkan faktor emosional. Penghayatan pengalaman akan lebih
mendalam dan lebih lama berbekas dalam situasi yang melibatkan emosi.
Selain itu sikap bidan yang gugup atau kurang percaya diri juga
disebabkan karena keberadaan orang lain dalam hal ini adalah bidan senior
atau yang menjadi mentor dari bidan yunior. Azwar (1995) menyatakan
bahwa orang lain disekitar merupakan salah satu diantara komponen sosial
yang ikut mempengaruhi sikap. Seseorang yang dianggap penting
merupakan komponen sosial yang mempengaruhi pembentukan sikap
seorang individu terhadap sesuatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Faktor lain yang mempengaruhi kurangnya percaya diri dari bidan
dalam pelayanan ANC adalah faktor emosional dari bidan karena usia
bidan yang masih muda. Faktor usia berpengaruh terhadap pengalaman
bidan dalam pelayanan ANC baik dalam bersikap ataupun di dalam
pemeriksaan ANC secara langsung kepada ibu hamil. Faktor emosional
merupakan suatu bentuk sikap kadang-kadang merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi
atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Pada sisi lain,
penelitian menemukan bahwa orang yang hatinya sedang senang akan lebih
mudah dikenal persuasi (Mackie dan Worth dalam Baron dan Byrne,
1991).
Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan
timbul apabila individu dihadapakan pada suatu stimulan yang
menghendaki adanya reaksi individual. Respon Evaluatif berarti bahwa
bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh
proses evaluasi dari individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus.
Dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan, tidak
menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi
terhadap obyek sikap (Azwar, 1995).
e. Pelatihan bidan dalam pelayanan Antenatal Care (ANC)
Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi
pekerjaan pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung
jawab karyawan perusahaan, Supaya efektif, pelatihan biasanya harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
mencakup pengalaman belajar (Learning experience), aktivitas-aktivitas
yang terencana (be a planned organizational activity), dan didesain
sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan yang berhasil
diidentifikasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan
bidan (100%) sudah mendapatkan pelatihan mengenai ANC.
Pelatihan pelayanan antenatal dilaksanakan untuk meningkatkan
kompetensi bidan dalam melayani kesehatan masyarakat. Kepala
puskesmas dalam wawancaranya membenarkan bahwa pelatihan ANC
dilaksanakan terhadap bidan yang berada di lingkup tugasnya.
Selain pelatihan ANC maka Bidan Puskesmas Kecamatan
Bnajarsari juga mendapatkan pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN)
yang bertujuan agar bidan dapat menerapkan asuhan persalinan di tempat
kerja atau di puskesmas. Pelatihan APN yang diberikan kepada bidan
Puskesmas se Kecamatan Banjarsari menggunakan buku rujukan (acuan)
Pelatihan klinik Asuhan Persalian Normal (APN), asuhan essensial,
pencegahan dan penanggulangan segera komplikasi persalinan dan Bayi
Baru Lahir (BBL) yang dikeluarkan Depkes RI tahun 2008.
Dinas Kesehatan Kota Surakarta telah melakukan berbagai hal
dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan antenatal dengan
memberikan materi pada bidan diantaranya :
1) Mengadakan pelatihan tentang pelayanan antenatal kepada bidan
2) Memberikan perlengkapan sarana dan prasarana yang menunjang
kegiatan pelayanan antenatal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
3) Membimbing untuk pembuatan SOP pelayanan antanetal.
4) Melakukan monitoring dan evaluasi tahunan dalam pelayanan
kesehatan ibu dan anak khusunya pelayanan antenatal di Puskesmas se
Kota Surakarta.
Rivai (2004) menyatakan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi.
Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam
melaksanakan pekerjaan. Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan
membantu pegawai untuk mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar
berhasil melaksanakan pekerjaan. Pelatihan adalah upaya untuk
meningkatkan pengetahuan seseorang agar mempunyai kecerdasan
tertentu. Tenaga bidan yang telah bekerja di tingkat desa mempunyai
tingkat pendidikan dasar dan latihan dasar yang diperlukan. Pengertian lain
dari pelatihan adalah suatu perubahan pengertian dan pengetahuan atau
ketrampilan yng dapat diukur (Purwanto, 2005)
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan yang diterima ibu hamil
selama kehamilannya untuk memastikan ibu dan janin berada dalam
keadaan sehat selama kehamilan. Manfaat adanya pelatihan yang diberikan
tersebut membuat bidan dapat bekerja dengan lebih baik hal ini sesuai
dengan hasil wawancara dengan beberapa bidan yang menyatakan bahwa
adanya pelatihan mampu meningkatkan pengetahuan tentang pelayanan
ANC.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari tujuan dilakukannya pelatihan
terutama untuk memperbaiki efektifitas pegawai dalam mencapai hasil
kerja yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan cara pengembangan.
Pelatihan diselenggarakan dengan maksud untuk memperbaiki penguasaan
ketrampilan dan teknik-teknik pelaksanaan pekerjaan tertentu, terinci dan
rutin. Sedangkan pengembangan mempunyai ruang lingkup lebih luas,
dalam pengembangan terdapat peningkatan sikap dan sifat-sifat
kepribadian (Handoko, 1995)
Hariandja (2002) juga menyatakan mengenai alasan penting untuk
mengadakan pelatihan, yaitu: adanya perubahan perubahan yang meliputi
perubahan dalam teknologi proses seperti munculnya teknologi baru atau
munculnya metode kerja baru. Perubahan dalam tenaga kerja seperti
semakin beragamnya tenaga kerja yang memiliki latar belakang keahlian,
nilai, sikap yang berbeda yang memerlukan pelatihan untuk menyamakan
sikap dan perilaku bidan terhadap pekerjaan dalam pelaksanaan Antenatal
Care.
Adanya pelatihan yang diberikan kepada bidan puskesmas sangat
bermanfaat dalam pelayanan ANC kepada ibu hamil. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keseluruhan bidan (100%) sudah mendapatkan
pelatihan mengenai ANC tersebut menyatakan bahwa adanya pelatihan
memberikan manfaat dalam pemberian pelayanan ANC. Tjiptono dan
Diana (2003) menyatakan bahwa pelatihan bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap karyawan serta meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
kualitas dan produktivitas organisasi secara keseluruhan, dengan kata lain
tujuan pelatihan adalah meningkatkan kinerja dan pada gilirannya akan
meningkatkan daya saing. Sedangkan Robinson dalam Marzuki (1992)
menyatakan pelatihan berfungsi sebagai : (a) pelatihan sebagai alat untuk
memperbaiki penampilan/kemampuan individu atau kelompok dengan
harapan memperbaiki performance organisasi; (b) keterampilan tertentu
diajarkan agar karyawan dapat melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan
standar yang diinginkan; (c) pelatihan juga dapat memperbaiki sikap-sikap
terhadap pekerjaan, terhadap pimpinan atau karyawan; dan (d) manfaat lain
daripada pelatihan adalah memperbaiki standar keselamatan.
2. Faktor pendukung dalam pelaksanaan Antenatal Care (ANC)
Puskesmas adalah suatu persatuan kesehatan fungsional merupakan,
pusat pengembangan kesehatan masyarakat disamping juga membina peran
serta masyarakat, memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Oleh
karena itu puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Faktor pendukung dalam pelaksanaan ANC dalam penelitian ini adalah
dari kelengkapan peralatan yang digunakan bidan dalam pelayanan ANC.
Alat–alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ibu hamil di antaranya adalah:
timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, tensimeter, stetoskop
monokuler atau linec, meteran atau midlen, hamer reflek, jangka panggul serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
peralatan untuk pemeriksaan laboratorium kehamilan yaitu pemeriksaan kadar
hemoglobin, protein urin dan urin reduksi.
Fasilitas atau alat merupakan faktor yang mendukung untuk
melaksanakan tindakan atau kegiatan. Fasilitas tersebut meliputi ruangan
pemeriksaan ibu hamil yang memenuhi standar kesehatan yaitu tersedianya air
bersih yang memenuhi syarat fisik, kimia dan bakteriologik, pencahayaan
yang cukup, ventilasi yang cukup serta terjamin keamanannya. Sedangkan
fasilitas suatu alat atau sarana untuk mendukung melaksanakan
tindakan/kegiatan, pengelolaan logistik yang baik dan mudah diperoleh serta
pencatatan dan pelaporan yang lengkap dan konsisten.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelengkapan peralatan dalam
pelaksanaan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Kecamatan Banjarsari
Surakarta sudah lengkap. Hal ini berarti puskesmas berpedoman peralatan
digunakan sesuai dengan pedoman kerja sebagai acuan dalam bekerja yang
mengacu pada pedoman kerja yang diterbitkan oleh kepala puskesmas
setempat. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan bidan yang
menyatakan bahwa peralatan yang digunakan di puskesmas ini sudah lengkap
sehingga menunjang kinerja bidan dalam pelaksanaan ANC di mana
penggunaannya sesuai dengan pedoman kerja yang telah ditetapkan. Alat
yang menunjang pelayanan ANC yang terdapat di Puskesmas se Kecamatan
Banjarsari meliputi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
1) Tensimeter dan stetoskop
Adalah alat untuk mengukur tekanan darah pada ibu hamil setiap
pelayanan antenatal, dan stetoskop digunakan untuk mendengarkan
hasilnya.
2) Termometer
Termometer adalah alat untuk mengukur suhu badan ibu.
3) Fetoskop
Yaitu alat untuk mendengarkan denyut jantung janin. Alat ini selalu
digunakan oleh bidan dalam melakukan pelayanan antenatal.
4) Reflek hamer
Alat ini digunakan untuk melakukan patela reflek pada ibu hamil, alat ini
juga digunakan oleh bidan dalam melakukan pelayanan antenatal
5) Timbangan Dewasa
Alat ini dipakai untuk menimbang berat badan ibu setiap kali datang untuk
pelayanan antenatal.
6) HB Meter dan Alat periksa urine
HB Meter adalah alat untuk memeriksa kadar hemoglobin dalam darah ibu
dan alat periksa urine untuk memeriksa kadar protein dan glukosa dalam
urin. Alat dipakai bidan bila ada indikasi.
Peralatan yang digunakan dalam pelayanan ANC dapat menunjang
kinerja bidan dalam pelaksanaan pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Timple dalam Dinkes (2005) tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat
seseorang, misalnya kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai
kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang
mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan
rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki
kemampuannya.) Faktor Eskternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan, seperti perilaku, sikap dan
tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan
iklim organisasi.
Hasil observasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan pemeriksaan
Antenatal Care (ANC) dari keseluruhan bidan masih terdapat beberapa bidan
yang melaksanakan tindakan tetapi kurang tepat. Tindakan yang kurang tepat
tersebut diantaranya adalah dalam pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanda-tanda
vital, pelaksanaan pemeriksaan fisik kepala dan leher, pelaksanaan
pemeriksaan dada, pelaksanaan pemeriksaan Palpasi menurut Leopold I,
pelaksanaan pemeriksaan Palpasi menurut Leopold II, pelaksanaan
pemeriksaan Palpasi menurut Leopold III, pelaksanaan pemeriksaan Palpasi
menurut Leopold IV, pelaksanaan pemeriksaan tangan dan kaki, pelaksanaan
pemeriksaan punggung, pelaksanaan promosi dan pelaksanaan promosi
kesehatan.
Adanya tindakan yang belum tepat dari bidan dalam pemeriksaan di
bagian-bagian tersebut disebabkan karena bidan yang terdapat di Puskesmas
Kecamatan Banjarsari masih terdapat bidan yang masih yunior dengan usia 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
sampai dengan 30 tahun dan juga masa kerja dari bidan yang kurang dari 5
tahun, walaupun bidan-bidan tersebut sudah mendapatkan pelatihan tetapi
dalam pelaksanaannya masih ada beberapa tindakan yang dilakukannya tidak
tepat karena rasa kurang percaya diri dari bidan yunior tersebut dalam
pelaksanaan pemeriksaan ANC.
3. Faktor Pendorong Bidan dalam Pelaksanaan Antenatal Care (ANC)
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga
mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Kunjungan Antenatal Care
(ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin
semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi
obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk., 2002).
Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik
fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan
normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Wiknjosastro, 2005). Pelayanan
antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal rutin dengan
beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas
Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas
pelayanan antenatal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Proses pelaksanaan ANC membutuhkan pedoman kerja yang jelas dan
di dalam pelaksanannya harus selalu dimonitoring oleh instansi yang terkait.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam pelaksanaan pemeriksaan ANC
yang dilakukan bidan puskesmas bahwa terdapat kegiatan monitoring yang
dilakukan oleh kepala puskesmas. Maksud pelaksanaan monitoring ini adalah
untuk mengetahui apakah pelaksanaan pemeriksaan ANC sudah sesuai
dengan pedoman kerja atau tidak dan dari hasil penelitian keseluruhan bidan
menyatakan bahwa di dalam pemeriksaan sudah sesuai dengan pedoman kerja
bidan.
Puskesmas se Kecamatan Banjarsari sudah memiliki SOP pelayanan
ANC. Dalam pengamatan yang dilakukan peneliti juga membuktikan bahwa
Puskesmas mempunyai SOP dalam pelayanan ANC. Selain prosedur tetap
diharapkan di puskesmas juga ada buku-buku standar pelayanan antenatal
versi terbaru, yang bisa dipakai bahan referensi dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan ibu dan anak terutama pelayanan antenatal seperti buku
panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dan buku
pencegahan infeksi. Sedangkan catatan medik dan arsip-arsip yang
mendukung pelayanan antenatal semua tersedia di puskesmas tersebut.
Pedoman kerja bidan dalam pelayanan Antenatal Care (ANC)
pelaksanannya harus dilakukan monitoring untuk memastikan bahwa program
berjalan sesuai dengan rencana. Monitoring adalah dokumentasi sistematik
dari aspek-aspek kunci performansi program yang memberi indikasi apakah
program berfungsi seperti dimaksud dengan atau sesuai dengan beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
standar yang tepat. (Nugroho R, 2007). Kegiatan monitoring merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan khususnya pelayanan
Antenatal Care (ANC), dengan monitoring dapat memastikan bahwa standar
pelayanan medis yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, sedangkan
evaluasi dapat memastikan bahwa standar pelayanan medis memberikan hasil
sebagaimana dikehendaki. (Depkes RI, 2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan monitoring bidan
dilakukan oleh kepala puskesmas yang dilakukan tiap satu bulan sekali.
Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan rutin yang berkesinambungan
dan harus terus menerus dilakukan. Pada dasarnya monitoring dan evaluasi
merupakan kegiatan pemantauan pelaksanaan kegiatan bukan suatu kegiatan
untuk mencari kesalahan, tetapi membantu melakukan tindakan perbaikan
secara terus menerus. Monitoring dan evaluasi dilakukan sebagai usaha untuk
menentukan apa yang sedang dilaksanakan dengan cara memantau
hasil/prestasi yang dicapai dan jika terdapat penyimpangan dari standar yang
telah ditentukan, maka segera diadakan perbaikan, sehingga semua
hasil/prestasi yang dicapai dapat sesuai dengan rencana (Santoso, 2008).
Monitoring yang dilakukan oleh kepala puskesmas bertujuan untuk
melakukan evaluasi dari pelayanan ANC yang dilakukan oleh bidan. Hal ini
sesuai dengan tujuan dari monitoring yaitu untuk memantau secara langsung
dan mengikuti perkembangan setiap kegiatan dan sekaligus memberikan
pembinaan dan bantuan teknis (Santoso, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Depkes (2007), menyatakan bahwa tujuan supervisi adalah 1)
peningkatan dan pemantapan pengelolaan upaya pembangunan kesehatan
puskesmas secara berhasil guna dan berdaya guna, 2) peningkatan dan
pemantapan pengelolaan sumber daya di semua tingkat administrasi dalam
rangka pembinaan pelaksanaan upaya kesehatan Puskesmas, 3) peningkatan
dan pemantapan pengelolaan program-program di semua tingkat administrasi
dalam rangka pembinaan upaya kesehatan Puskesmas.4) peningkatan dan
pemantauan pengelolaan peran serta masyarakat di semua tingkat administrasi
dalam rangka membina pelaksanaan upaya di kesehatan Puskesmas.
Monitoring yang dilaksanakan di Puskesmas Banjarsari juga
dimaksudkan agar pelaksanaan program sesuai dengan rencana, berjalan
lancar, masalah di lapangan dapat dipecahkan serta mencapai tujuan dan
sasaran dengan adanya semangat kerja, prestasi dan kerjasama para pengelola
maupun pelaksana Puskesmas Kecamatan Banjarsari Surakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dasarnya perilaku bidan
dalam pelaksanaan ANC masih perlu ditingkatkan dalam pelaksanannya
karena masih terdapat beberapa pemeriksaan yang sudah dilakukan tetapi
belum tepat. Penelitian ini mengandung kelemahan-kelemahan dalam
penelitian yang dapat disimpulkan oleh peneliti antara lain adalah bahwa
bidan pelaksana mempunyai masa kerja yang berbeda-beda sehingga tidak
dapat digeneralisasikan dalam proses pelaksanaan pekerjaan karena bidan
yang baru masih terlihat gugup dalam pemeriksaan ANC. Kelemahan yang
lain adalah tidak adanya observasi yang mengarah atas pemeriksaan bimanual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
atas indikasi sehingga rata-rata pelayanan ANC adalah pelayanan yang
normal.
Kelemahan lain dalam penelitian ini bahwa di Puskesmas Kecamatan
Banjarsari kurang menyediakan berbagai buku-buku tentang standar
pelayanan antenatal untuk tahun-tahun terbaru yang bisa dipakai bahan
referensi dalam melaksanakan pelayanan kesehatan ibu dan anak terutama
pelayanan antenatal seperti buku panduan praktis pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal dan buku pencegahan infeksi. Hal ini membuat ibu
hamil ataupun bidan kurang memperoleh informasi terbaru mengenai
pelayanan ANC pada khususnya ataupun pengetahuan tentang ibu dan anak
pada umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 103
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Faktor Predisposisi Bidan Puskesmas dalam Pelayanan Antenatal Care (ANC)
Pengetahuan bidan tentang pedoman penggunaan kerja dalam
pelaksanaan Antenatal Care (ANC) dalam kategori baik hal ini dibuktikan
bahwa keseluruhan bidan puskesmas Banjarsari sudah menggunakan
pedoman kerja yang telah ditetapkan. Bidan juga sudah memperoleh
pengetahuan melalui pelatihan yang terprogram sehingga keseluruhan
responden sudah melakukan pengisian asuhan kebidanan dalam pelayanan
ANC sehingga mengetahui manfaat dalam penggunaan pedoman kerja.
Pengetahuan bidan dan pelatihan yang sudah diikuti bidan tersebut
ternyata belum membuat sikap bidan dalam pelaksanaan ANC tersebut benar,
hal ini dibuktikan masih terdapat bidan yang belum benar atau belum tepat
dalam pemberian pelayanan ANC khususnya dalam menyambut klien dengan
ramah, memperkenalkan diri dan berjabat tangan dengan pasien, meminta
persetujuan dan kontrak waktu, merespon terhadap reaksi pasien dengan tepat
dan komunikasi aktif dengan pasien, sikap bidan untuk sabar dan teliti, tidak
tergesa-gesa, percaya diri serta tidak gugup dan dalam memberikan perhatian
terhadap setiap pertanyaan klien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
2. Faktor Pendukung dalam Pelaksanaan Antenatal Care (ANC)
Hasil observasi kelengkapan peralatan di puskesmas Kecamatan
Banjarsari diketahui bahwa keseluruhan Puskesmas yang ada di Kecamatan
Banjarsari sudah memiliki peralatan yang lengkap dalam pelayanan Antenatal
Care (ANC) sehingga dapat menunjang kinerja bidan dalam pelayanan ANC.
Hasil observasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan pemeriksaan
Antenatal Care (ANC) dari keseluruhan bidan masih terdapat beberapa bidan
yang melaksanakan tindakan tetapi kurang tepat. Tindakan yang kurang tepat
tersebut diantaranya adalah dalam pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanda-tanda
vital, pelaksanaan pemeriksaan fisik kepala dan leher, pelaksanaan
pemeriksaan dada, pelaksanaan pemeriksaan Palpasi menurut Leopold I, II, III
dan IV, pelaksanaan pemeriksaan tangan dan kaki, pelaksanaan pemeriksaan
punggung, pelaksanaan promosi dan pelaksanaan promosi kesehatan.
3. Faktor Pendorong Bidan dalam Pelaksanaan Antenatal Care (ANC)
Hail penelitian tentang pelaksanaan monitoring bidan dalam pelayanan
Antenatal Care (ANC) sudah sesuai dengan pedoman kerja. Monitoring
dilakukan oleh kepala puskesmas baik secara langsung maupun tidak
langsung setiap satu bulan sekali kemudian dilakukan evaluasi program untuk
mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan dari bidan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
B. Implikasi
Implikasi dari hasil penelitian ini diharapkan bahwa :
1. Kontinuitas Pelatihan
Hasil pelatihan menunjukkan bahwa beberapa bidan masih belum melakukan
secara tepat dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal Care sehingga
kontinuitas pelatihan perlu ditingkatkan oleh bidan. Kontinuitas pelatihan ini
diharapkan dapat bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Surakarta
sehingga diharapkan pengetahuan bidan semakin meningkat dan mampu
memberikan pelayanan yang lebih baik dalam pelayanan ANC.
2. Pelaksanaan Monitoring dari Kepala Puskesmas
Monitoring yang dilakukan oleh kepala puskesmas dilakukan satu bulan
sekali baik secara langsung maupun tidak langsung, tetapi adanya monitoring
yang dilakukan satu bulan sekali tersebut kurang maksimal, hal ini dibuktikan
bidan dalam memberikan pelayanan ANC masih ada yang belum tepat dalam
melakukan pemeriksaan, sehingga monitoring dari Kepala Puskesmas lebih
diintensifkan lagi.
C. Saran
1. Kepala puskesmas meningkatkan pembinaan dan pengarahan kepada tenaga
bidan secara berkala tentang permasalahan yang berhubungan dengan kinerja
bidan, kedisiplinan (jam kerja), dengan cara diskusi atau curah pendapat dan
membentuk bidan penyelia yang ada di Puskesmas guna membantu bidan
yang masih yunior.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
2. Kepala Puskesmas dapat melaksanakan evaluasi kinerja bidan secara berkala,
khususnya mutu layanan dan sikap bidan. Dinas kesehatan dalam menetapkan
angka kredit jabatan fungsional bidan harus sesuai apa yang dinilai.
3. Dinas Kesehatan perlu mengembangkan upaya peningkatan kinerja bidan
melalui pelatihan pengembangan manajemen kinerja (PMK) dengan metode
workshop dan meningkatkan pembinaan ditiap puskesmas cecara berkala
melalui supervisi.