Evaluasi Program Pendidikan.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    1/50

    EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN

    Diktat

    Oleh :

    Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd

    UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

    JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKANJanuari 2016

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    2/50

    i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    memberikan rahmad dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Diktat

    Matakuliah Evaluasi Program Pendidikan. Konteks program pembelajaran di

    sekolah ialah keberhasilan program pembelajaran selalu dilihat dari hasil belajar

    yang dicapai siswa. Evaluasi pembelajaran adalah evaluasi terhadap proses belajar

    mengajar. Secara sistemik, evaluasi pembelajaran diarahkan pada komponen-

    komponen sistem pembelajaran.

    Diktat ini terbagi menjadi lima bab, yakni Bab I Konsep Dasar Evaluasi

    Program Pendidikan, membahas tentang pengertian pendidikan dan pembelajaran;

    pengertian evaluasi pembelajaran; urgensi evaluasi program pembelajaran; sasaran

    evaluasi pembelajaran; peranan evaluasi pembelajaran; peran guru dalam evaluasi

    program pembelajaran; dan pengertian tes, pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Bab

    II Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik, membahas tentang pengertian evaluasi hasil

    belajar peserta didik; pendekatan evaluasi hasil belajar peserta didik; dan teknik

    evaluasi hasil belajar peserta didik. Bab III Model-Model Evaluasi Program

    Pembelajaran, membahas tentang evaluasi model CIPP; evaluasi model Stake

    (Couintenance Model ); dan evaluasi model Kirkpatrick. Bab IV Cakupan Evaluasi

    Program Pembelajaran, membahas tentang desain program pembelajaran;

    implementasi program pembelajaran; dan hasil program pembelajaran. Bab V

    Strategi Penilaian Kelas, membahas tentang belajar tuntas ( mastery learning );

    penilaian otentik ( authentic assessment ); penilaian yang berkesinambungan;

    menggunakan berbagai cara dan alat penilaian; dan penilaian berdasarkan acuan

    kriteria.

    Akhirnya diktat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pembaca dan

    berkontribusi konstruktif bagi perkembangan ilmu evaluasi pendidikan dan

    pembelajaran.

    Malang, Januari 2016

    Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    3/50

    ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .............. ......... ......... .......... ............. ......... ............. .. iDAFTAR ISI ............................................................................................. ii

    BAB I KONSEP DASAR EVALUASI PROGRAM PENDIDIKANA. Pengertian Pendidikan dan Pembelajaran .......... .......... ..... 1B. Pengertian Evaluasi Pembelajaran .......... ........... ........... .... 4C. Urgensi Evaluasi Program Pembelajaran ........... .......... ..... 6D. Sasaran Evaluasi Pembelajaran .......... ........... ........... ......... 7E. Peranan Evaluasi Pembelajaran ........... ............. ........ ........ 8F. Peran Guru dalam Evaluasi Program Pembelajaran .......... 9G. Pengertian Tes, Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi ..... .. 12

    BAB II EVALUASI HASIL BELAJAR PESERTA DIDIKA. Pengertian Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik ............. .. 16B. Pendekatan Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik ............ .. 19C. Teknik Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik ........... .......... 20

    BAB III MODEL-MODEL EVALUASI PROGRAMPEMBELAJARANA. Evaluasi Model CIPP ............ .......... .......... ............. .......... 25B. Evaluasi Model Stake ( Couintenance Model ) ................... 27C. Evaluasi Model Kirkpatrick ............. ............ ....... ............ .. 28

    BAB IV CAKUPAN EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARANA. Desain Program Pembelajaran ........... ........... .......... .......... 31B. Implementasi Program Pembelajaran ............ .......... .......... 32C. Hasil Program Pembelajaran ........... ........... .......... ........... . 32

    BAB V STRATEGI PENILAIAN KELASA. Belajar Tuntas ( Mastery Learning ) ................................... 34B. Penilaian Otentik ( Authentic Assessment ) ......................... 35C. Penilaian yang Berkesinambungan ........... .............. ........ .. 37D. Menggunakan Berbagai Cara dan Alat Penilaian ............. . 38E. Penilaian Berdasarkan Acuan Kriteria .......... ......... ........... 42

    DAFTAR RUJUKAN .............. ......... ......... .......... ............. ......... ............. .. 49

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    4/50

    1

    BAB I

    KONSEP DASAR EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN

    Evaluasi adalah pengidentifikasian keberhasilan dan/atau kegagalan suatu

    rencana kegiatan atau program. Mutu pendidikan dipengaruhi banyak faktor, yaitu

    siswa, pengelola sekolah (kepala sekolah, guru, staf, dan dewan/komite sekolah),

    lingkungan (orangtua, masyarakat, dan sekolah), kualitas pembelajaran, dan

    kurikulum (Suhartoyo, 2005:2). Hal ini dipertegas oleh Mardapi (2003:8) yang

    menyatakan bahwa usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui

    peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian. Keduanya saling

    terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang

    baik.

    A. PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN

    Pendidikan berasal dari Bahasa Yunani yakni paedagogie dan peadagogiek .

    Paedagogie berarti pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan.

    Jika berdasarkan arti keduanya yang dijadikan sumber pengertian pendidikan, maka

    paedos yang berarti anak dan agoge yang berarti membimbing, sehingga hampir

    sama dengan ilmu pendidikan yang berarti ilmu pengetahuan yang menyelidiki

    dan/atau merenung tentang gejala-gejala perbuatan mendidik (Soebahar, 2002).Pendidikan berasal dari kata didik , lalu kata ini mendapatkan awalan me sehingga

    menjadi mendidik yang artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan)

    mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (Kamus Bahasa Indonesia, 2008:352).

    Pendidikan merupakan suatu proses sosial budaya untuk meningkatkan harkat dan

    martabat manusia. Secara lebih luas pendidikan berarti proses pengubahan sikap dan

    tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

    melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

    Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah menuntun segala

    kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai

    anggota masyarakat mendapat keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya

    (Pidarta, 2009). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    5/50

    2

    mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

    pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

    diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Hakikat pendidikan adalah

    untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang bermartabat, memiliki ilmu dan

    bermanfaat.

    Pendidikan memiliki peranan penting dalam menjaga keberlangsungan

    pembangunan bangsa, baik pendidikan formal maupun nonformal. Peran pendidikan

    tidak sebatas memberikan pengetahuan dan keahlian pada tiap individu untuk dapat

    bekerja sebagai agen perubahan ekonomi yang baik bagi masyarakat. Pendidikan

    juga menanamkan tata nilai yang serba luhur atau akhlak mulia, norma-norma, cita-

    cita, tingkah laku, dan aspirasi, selalu berkaitan baik secara langsung maupun tidaklangsung dengan kepentingan pembangunan bangsa, khususnya pembangunan

    SDM. Melihat urgensi dan kompleksnya masalah pendidikan, maka maju

    mundurnya suatu pendidikan tidak bisa hanya diletakkan pada pundak pemerintah

    semata.

    Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    menjadi instrumen penting dalam paradigma baru sistem pendidikan nasional, baik

    dari sisi penyelenggaraan maupun tenaga pendidik. Implementasi Undang-undang

    Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalamsejumlah peraturan, antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang

    Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

    Nasional Pendidikan. Peraturan pemerintah ini memberikan arah tentang perlunya

    disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan.

    Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    dengan tegas telah mengamanatkan bahwa paradigma baru pendidikan nasional,

    antara lain bahwa tujuan dasar pendidikan tidak lagi sebatas mencerdaskan

    kehidupan bangsa, tetapi juga menyelenggarakan pendidikan secara demokratis,yang menempatkan peran serta masyarakat dalam proses pendidikan di Indonesia.

    Pendidikan dengan demikian diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan

    pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat serta dengan

    memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta mereka dalam

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    6/50

    3

    penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Berdasarkan uraian

    tersebut dapat diketahui bahwa penyelenggaraan pendidikan dipengaruhi oleh aspek-

    aspek lain. Aspek-aspek tersebut juga saling pengaruh mempengaruhi antara satu

    dengan aspek yang lainnya.

    Jadi pendidikan itu merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan

    pemerintah, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Anak di dalam

    lingkungan keluarga belajar berbicara, mencintai, berpikir, merasakan, bermain, dan

    menghormati, tanpa campur tangan guru. Peran serta masyarakat dapat diwujudkan

    dengan upayakan pengawasan, penciptaan suasana yang kondusif bagi pendidikan.

    Masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi langsung memberikan pemikiran tentang

    bagaimana seharusnya dan ke mana anak didik akan dibawa. Ruh dari pendidikan

    adalah pembelajaran.Pembelajaran yang sering juga disebut dengan belajar mengajar, sebagai

    terjemahan dari istilah instructional terdiri dari dua kata, belajar dan mengajar.

    Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri

    seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Woolfolk dan Nicolich (1984:159) yang

    mengatakan bahwa learning is a change in a person that comes about as a result of

    experience . Belajar adalah perubahan dalam diri seseorang yang berasal dari hasil

    pengalaman. Hal ini dipertegas oleh Sujana dan Ibrahim (2004:28) yang berpendapat

    bahwa perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, kecakapan, dan kemampuan, daya reaksi, dan

    daya penerimaan yang ada pada individu.

    Menurut aliran behavioristik, kegiatan belajar terjadi karena adanya

    kondisi/stimulus dari lingkungan. Kegiatan belajar merupakan respons/reaksi

    terhadap kondisi/stimulus lingkungannya. Belajar tidaknya seseorang tergantung

    kepada faktor kondisional dari lingkungan. Lingkungan dapat berupa lingkungan

    keluarga, masyarakat, maupun lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah terdiri dari

    guru, media pembelajaran, buku teks, kurikulum, teman sekelas, peraturan sekolah,maupun sumber-sumber belajar lainnya.

    Salah seorang tokoh aliran behavioristik, Gagne dalam Gredeer dan Margaret

    (1986:121) mengemukakan bahwa belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu:

    (1) kondisi internal ( internal conditions of learning ); (2) kondisi eksternal ( external

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    7/50

    4

    conditions of learning ); dan (3) hasil belajar ( outcomes of learning ). Sama halnya

    dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah suatu proses, yakni proses

    mengatur, mengorganisir lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga

    menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan kegiatan belajar. Hal ini dipertegas

    oleh Sudjana (2002:29) yang menyatakan bahwa mengajar adalah suatu proses

    mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat

    menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan kegiatan belajar.

    Berdasarkan tinjauan proses, pembelajaran terdapat dua kegiatan yang terjadi

    dalam satu kesatuan waktu dengan pelaku yang berbeda. Pelaku belajar adalah

    siswa, sedangkan pelaku pengajar (pembelajar) adalah guru. Kegiatan siswa dan

    kegiatan guru berlangsung dalam proses yang bersamaan untuk mencapai tujuan

    instruksional tertentu. Jadi dalam proses pembelajaran terjadi hubungan yanginteraktif antara guru dan siswa dalam ikatan tujuan instruksional. Karena pelaku

    dalam proses pembelajaran adalah guru dengan siswa, maka keberhasilan proses

    pembelajaran tidak terlepas dari faktor guru dan siswa.

    B. PENGERTIAN EVALUASI PEMBELAJARAN

    Evaluasi berasal dari kata evaluation artinya nilai atau penilaian. Evaluasi

    adalah suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Evaluasi mencakup

    sejumlah teknik yang tidak bisa diabaikan oleh seorang guru. Evaluasi bukanlahsekumpulan teknik semata-mata, tetapi evaluasi merupakan suatu proses yang

    berkelanjutan yang mendasari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang baik.

    Evaluasi merupakan proses untuk memberikan atau menetapkan nilai kepada

    sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek.

    Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.

    Suchman menyatakan evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang

    telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya

    tujuan (Arikunto dan Jabar, 2008). Stufflebeam menjelaskan pengertian evaluasiadalah proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat

    bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan

    (Arikunto dan Jabar, 2008). Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi dengan batasan

    sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    8/50

    5

    berdasarkan suatu kriteria tertentu. Pengertian evaluasi mengalami perkembangan

    sesuai dengan masanya.

    Pada masa awal, evaluasi sering diartikan sebagai upaya untuk menilai hasil

    belajar, berdasarkan bahwa pendidikan merupakan upaya memberikan suatu

    perlakuan pembelajaran kepada peserta didik. Namun, seiring perkembangannya

    pengertian evaluasi bukan hanya menilai hasil belajar saja melainkan penilaian

    terhadap proses dan hasil belajar karena terdapat faktor-faktor lain yang mendukung

    keberhasilan pencapaian hasil belajar siswa, seperti kondisi fisik dan psikis siswa,

    kapasitas guru, sarana prasarana pendukung di sekolah, serta lingkungan pembentuk

    sekitarnya. Istilah program diartikan sebagai rencana, dalam pengertian yang lebih

    praktis program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan, maka program merupakan

    sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan.

    Evaluasi sebagai investigasi yang sistematis untuk menilai kegunaan sebuah

    objek. Objek yang dimaksud di sini adalah suatu program pendidikan, di mana

    program adalah aktivitas yang terus berlangsung tanpa ada batas waktu yang

    ditentukan sebelumnya. Evaluasi suatu program dilakukan untuk memutuskan

    apakah program itu sudah memenuhi tujuannya, apakah apa bagian dari program

    yang dapat ditingkatkan, dan/atau apakah sebaiknya program tersebut dihentikan

    saja. Evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untukmenentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang,

    maupun objek) berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi dalam rangka kegiatan

    pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan

    tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

    Evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan

    pertimbangan dalam mengambil keputusan. Ada dua kegiatan dalam evaluasi, yaitu

    mengukur dan menilai. Pengukuran dinyatakan sebagai proses penetapan angka

    terhadap individu atau karakteristiknya menurut aturan tertentu. Sedangkan penilaian sebagai semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja

    ( performance ) individu atau kelompok. Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat

    hierarkis. Evaluasi didahului dengan penilaian, sedangkan penilaian didahului

    dengan pengukuran.

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    9/50

    6

    Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka,

    deskripsi verbal), analisis, dan interpretasi informasi untuk membuat keputusan.

    Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru

    melalui sejumlah bukti untuk membuat keputusan tentang pencapaian hasil belajar /

    kompetensi siswa. Fungsi penilaian kelas, adalah: (1) fungsi motivasi, yakni

    penilaian yang dilakukan guru mendorong siswa untuk terus belajar, meningkatkan

    prestasi, belajar dengan menyenangkan dan menjadi kebutuhan; (2) fungsi belajar

    tuntas, yakni penilaian diarahkan untuk memantau ketuntasan belajar siswa; (3)

    fungsi sebagai indikator keefektifan pembelajaran: penilaian dilakukan untuk

    mengetahui pencapaian dan keberhasilan pembelajaran; dan (4) fungsi umpan balik,

    yakni hasil penilaian dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan

    guru itu sendiri.Prinsip-prinsip penilaian adalah: (1) mengacu pada kemampuan ( competency

    referenced ), yakni penilaian disusun dan dirancang untuk mengukur apakah siswa

    telah menguasai kompetensi sesuai dengan target yang ditetapkan; (2) berkelanjutan

    (continuous ), yakni emantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus

    dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan

    ulangan kenaikan kelas; (3) didaktis, yakni instrumen yang digunakan penilaian

    berupa tes dan nontes (bervariasi) yang harus dirancang baik isi, format, tata letak

    (layout ), dan tampilannya; (4) menggali informasi, yakni penilaian memberikaninformasi yang cukup bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik; dan

    (5) melihat yang benar dan yang salah, yakni guru melakukan analisis terhadap hasil

    penilaian dan kerja siswa secara seksama untuk melihat adanya kesalahan yang

    secara umum terjadi pada siswa sekaligus melihat hal-hal positif yang diberikan

    siswa.

    C. URGENSI EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN

    Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untukmenentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang

    lebih baik. Salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan dengan

    demikian adalah proses pembelajaran yang dilakukan, sedangkan salah satu faktor

    penting untuk keefektifan pembelajaran adalah faktor evaluasi, baik terhadap

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    10/50

    7

    program, proses, maupun hasil pembelajaran. Evaluasi dapat mendorong guru untuk

    meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta mendorong sekolah untuk

    meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen sekolah. Sehubungan dengan hal

    tersebut, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mampu

    mengajar dengan baik, tetapi juga mampu melakukan evaluasi dengan baik.

    Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih

    dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, tetapi

    juga perlu penilaian terhadap input, output, maupun kualitas proses pembelajaran itu

    sendiri. Optimalisasi sistem evaluasi menurut Mardapi (2003:12) memiliki dua

    makna, yaitu (1) sistem evaluasi yang memberikan informasi yang optimal; dan (2)

    manfaat yang dicapai dari evaluasi. Manfaat yang utama dari evaluasi adalah

    meningkatkan kualitas pembelajaran dan selanjutnya akan terjadi peningkatankualitas pendidikan. Bidang evaluasi pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi

    ada yang bersifat makro dan mikro.

    Evaluasi makro sasarannya adalah program pendidikan, yaitu program yang

    direncanakan untuk memperbaiki bidang pendidikan. Evaluasi mikro sering

    digunakan di tingkat kelas, khususnya untuk mengetahui pencapaian belajar siswa.

    Pencapaian belajar ini bukan hanya bersifat kognitif saja, tetapi juga mencakup

    semua potensi yang ada pada siswa. Jadi sasaran evaluasi mikro adalah program

    pembelajaran di kelas dan yang menjadi penanggungjawabnya adalah guru(Mardapi, 2000:2).

    Konteks program pembelajaran di sekolah menurut Mardapi (2003:8) ialah

    keberhasilan program pembelajaran selalu dilihat dari hasil belajar yang dicapai

    siswa. Di sisi lain evaluasi pada program pembelajaran membutuhkan data tentang

    pelaksanaan pembelajaran dan tingkat ketercapaian tujuannya. Keberhasilan

    program pembelajaran selalu dilihat dari aspek hasil belajar saja, sementara

    implementasi program pembelajaran di kelas atau kualitas proses pembelajaran itu

    berlangsung jarang tersentuh kegiatan penilaian.

    D. SASARAN EVALUASI PEMBELAJARAN

    Evaluasi pembelajaran adalah evaluasi terhadap proses belajar mengajar.

    Secara sistemik, evaluasi pembelajaran diarahkan pada komponen-komponen sistem

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    11/50

    8

    pembelajaran, yang mencakup: (1) komponen input, yakni perilaku awal siswa; (2)

    komponen input instrumental, yakni kemampuan profesional guru; (3) komponen

    kurikulum (program studi, metode, media); (4) komponen administratif (alat, waktu,

    dana); (5) komponen proses ialah prosedur pelaksanaan pembelajaran; dan (6)

    komponen output ialah hasil pembelajaran yang menandai ketercapaian tujuan

    pembelajaran.

    Evaluasi di sini hanya ditujukan pada evaluasi terhadap komponen proses

    dalam kaitannya dengan komponen input instrumental. Dalam hal ini yang

    dievaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu.

    Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan belajar-mengajar

    adalah: (1) tampilan siswa dalam bidang kognitif; (2) afektif; dan (3) psikomotorik.

    Tampilan tersebut dapat dievaluasi secara lisan, tertulis, maupun perbuatan. Dengandemikian mengevaluasi di sini adalah menentukan apakah tampilan siswa telah

    sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan atau belum. Apabila lebih

    lanjut dikaji pengertian evaluasi dalam pembelajaran, maka akan diperoleh

    pengertian yang tidak jauh berbeda dengan pengertian evaluasi secara umum.

    Pengertian evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai

    pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui: (1) kegiatan pengukuran,

    pengukuran yang dimaksud adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan

    pembelajaran dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukansecara kuantitatif; dan (2) penilaian pembelajaran, penilaian yang dimaksud adalah

    proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan pembelajaran secara kualitatif.

    E. PERANAN EVALUASI PEMBELAJARAN

    Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk

    mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi tidak

    mungkin dipisahkan dari belajar, maka harus diberikan secara wajar agar tidak

    merugikan. Dalam menjalankan evaluasi, pelajar sendiri harus turut mempunyaisaham secara aktif. Evaluasi pembelajaran berfungsi untuk:

    1. Pengembangan. Untuk pengembangan sutau program pendidikan, yang meliputi

    program studi, kurikulum, program pembelajaran, desain belajar mengajar, yang

    pada hakikatnya adalah pengembangan dalam bidang perencanaan.

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    12/50

    9

    2. Akreditasi. Evaluasi juga berfungsi untuk menetapkan kedudukan suatu

    program pembelajaran berdasarkan ukuran/kriteria tertentu, sehingga suatu

    program dapat dipercaya, diyakini dan dapat dilaksanakan terus, atau sebaliknya

    program itu harus diperbaiki/disempurnakan.

    Evaluasi itu sendiri dalam kaitannya dengan pembelajaran akan berpengaruh

    terhadap apakah tujuan pembelajaran itu tercapai atau tidak. Dengan demikian

    kegiatan evaluasi sangat penting untuk mengukur sejauh mana keberhasilan siswa

    maupun guru dalam proses belajar mengajar. Peranan evaluasi dalam pendidikan

    adalah: (1) menjadi dasar pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan; (2)

    mengukur prestasi siswa; (3) mengevaluasi kurikulum; (4) mengakreditasi sekolah;

    (5) memantau pemanfaatan dana masyarakat; dan (6) memperbaiki materi dan program pendidikan. Evaluasi pembelajaran berperan untuk mengetahui sampai

    sejauh mana efisiensi proses pembelajaran yang dilaksanakan dan keefektifan

    pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

    F. PERAN GURU DALAM EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN

    Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    pasal 11 ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk

    menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiapwarga negara. Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang

    terus menerus untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan

    kualitas pendidikan memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran

    (instructional quality ) karena muara dari berbagai program pendidikan adalah pada

    terlaksananya program pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu, usaha

    meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan

    kualitas pembelajaran.

    Peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan upaya peningkatan kualitas program pembelajaran secara keseluruhan karena hakikat kualitas pembelajaran

    adalah merupakan kualitas implementasi dari program pembelajaran yang telah

    dirancang sebelumnya. Upaya peningkatan kualitas program pembelajaran

    memerlukan informasi hasil evaluasi terhadap kualitas program pembelajaran

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    13/50

    10

    sebelumnya. Dengan demikian, untuk dapat melakukan pembaharuan program

    pendidikan, termasuk di dalamnya adalah program pembelajaran kegiatan evaluasi

    terhadap program yang sedang maupun telah berjalan sebelumnya perlu dilakukan

    dengan baik. Untuk dapat menyusun program yang lebih baik, hasil evaluasi

    program sebelumnya merupakan acuan yang tidak dapat diabaikan.

    Arikunto dan Jabar (2008:3-4) menyatakan ada dua pengertian untuk istilah

    program, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian secara

    umum, program dapat diartikan sebagai rencana. Jika seorang siswa ditanya oleh

    guru, apa programnya setelah lulus dalam menyelesaikan pendidikan di sekolah

    yang diikuti, maka arti program dalam kalimat tersebut adalah rencana atau

    rancangan kegiatan yang akan dilakukan setelah lulus. Rencana ini mungkin berupa

    keinginan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, mencari pekerjaan,membantu orang tua dalam membina usaha, atau mungkin juga belum menentukan

    program apapun.

    Apabila program ini langsung dikaitkan dengan evaluasi program, maka

    program didefinisikan sebagai satu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan

    realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam program yang

    berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok

    orang. Lebih lanjut Arikunto dan Jabar (2008:291) mendefinisikan program sebagai

    suatu kegiatan yang direncanakan dengan seksama. Sedangkan Tayibnabis (2000:9)mengartikan program sebagai segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan

    harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Dengan demikian dapat program

    diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang direncanakan dengan seksama dan

    dalam pelaksanaannya berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan

    terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang. Dalam pengertian

    tersebut ada empat unsur pokok untuk dapat dikategorikan sebagai program, yaitu:

    1. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan seksama. Bukan asal

    rancangan, tetapi rancangan kegiatan yang disusun dengan pemikiran yangcerdas dan cermat.

    2. Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan ke

    kegiatan yang lain. Dengan kata lain ada keterkaitan antar kegiatan sebelum

    dengan kegiatan sesudahnya.

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    14/50

    11

    3. Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi, baik organisasi formal

    maupun organisasi non formal bukan kegiatan individual.

    4. Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaanya melibatkan banyak

    orang, bukan kegiatan yang dilakukan oleh perorangan tanpa ada kaitannya

    dengan kegiatan orang lain.

    Evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik dapat

    membantu upaya-upaya dalam rangka menyempurnakan jalannya program

    pembelajaran sehingga lebih efektif. Dengan instrumen yang ada, hasil yang dicapai

    dapat diukur dan didiagnosis. Berbagai kelemahan dan kendala yang mungkin

    timbul dapat ditemukan dan dikenali, kemudian dianalisis serta ditentukan alternatif

    pemecahannya yang paling tepat. Komponen-komponen dalam sistem pembelajaranyang memiliki kekurangan dan kelemahan dapat dipelajari dan dicari solusinya.

    Berdasarkan hasil evaluasi akan dapat diperoleh informasi tentang dampak dari

    berbagai aspek program terhadap siswa, dan berhasil juga teridentifikasi berbagai

    faktor yang perlu diperhatikan atau perlu penyempurnaan, misalnya kinerja guru,

    fasilitas pembelajaran, strategi pembelajaran yang digunakan, dan sebagainya.

    Evaluasi program pembelajaran dapat berfungsi sebagai koreksi terhadap kesalahan

    maupun kekurangan program pembelajaran.

    Peningkatan kualitas pembelajaran membutuhkan adanya peningkatankualitas program pembelajaran secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Untuk

    meningkatkan kualitas program pembelajaran membutuhkan informasi tentang

    implementasi program pembelajaran sebelumnya. Hal dapat diperoleh dengan

    dilakukannya evaluasi terhadap program pembelajaran secara periodik. Untuk lebih

    mengoptimalkan hasil evaluasi program pembelajaran maka peran guru perlu lebih

    ditingkatkan. Kalau selama ini guru hanya sebagai perancang dan pelaksana

    program, maka ke depan perlu dilibatkan sebagai evaluator terhadap program

    pembelajaran.Guru dalam evaluasi program pembelajaran tidak cukup hanya menilai hasil

    belajar siswa saja, tetapi perlu mengevaluasi proses pembelajaran yang telah

    berlangsung sebelumnya. Untuk dapat melaksanakan peran sebagai evaluator

    program pembelajaran dengan baik, guru perlu dibekali pengetahuan dan kecakapan

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    15/50

    12

    tentang evaluasi program pembelajaran (evaluation of instructional programs), mulai

    dari konsep, pemilihan model-model evaluasi program, penyusunan instrumen

    evaluasi sampai penyusunan laporan hasil evaluasi program pembelajaran.

    G. PENGERTIAN TES, PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN

    EVALUASI

    Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran,

    dan penilaian ( test , measurement , and assessment ). Tes merupakan salah satu cara

    untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui

    respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Mardapi, 1999:2). Tes

    merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk

    mengumpulkan informasi karakteristik suatu obyek. Obyek ini bisa berupakemampuan siswa, sikap, minat, maupun motivasi. Respons peserta tes terhadap

    sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam bidang tertentu. Tes

    merupakan bagian tersempit dari evaluasi.

    Pengukuran dapat didefinisikan sebagai the process by which information

    about the attributes or characteristics of thing are determined and differentiated

    (Oriondo dan Antonio, 1998:2). Guilford mendefinisi pengukuran dengan assigning

    numbers to, or quantifying, things according to a set of rules (Griffin dan Nix,

    1991:3). Sementara itu Ebel dan Frisbie (1986:14) berpendapat pengukurandinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau karakteristiknya

    menurut aturan tertentu. Hal senada dikemukakan Allen dan Yen yang

    mendefinisikan pengukuran sebagai penetapan angka dengan cara yang sistematik

    untuk menyatakan keadaan individu (Mardapi, 2000:1).

    Esensi dari pengukuran dengan demikian adalah: (1) kegiatan kuantifikasi;

    (2) penetapan angka tentang karakteristik; dan (3) keadaan individu menurut aturan-

    aturan tertentu. Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif, dan

    psikomotor. Pengukuran memiliki konsep yang lebih luas dari pada tes. Guru dapat

    mengukur karakteristik suatu obyek tanpa menggunakan tes, misalnya dengan

    pengamatan, rating scale , atau cara lain untuk memperoleh informasi dalam bentuk

    kuantitatif.

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    16/50

    13

    Penilaian memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. The Task Group

    on Assessment and Testing (TGAT) mendeskripsikan penilaian sebagai semua cara

    yang digunakan untuk menilai unjuk kerja ( performance ) individu atau kelompok

    (Griffin dan Nix, 1991:3). Sementara itu Popham (1995:3) mendefinisikan penilaian

    dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara formal untuk menentukan

    status siswa berkenaan dengan berbagai kepentingan pendidikan. Hal senada

    dikemukakan oleh Boyer dan Ewel yang berpendapat assessment is processes that

    provide information about individual students, about curricula or programs, about

    institutions, or about entire systems of institutions (Stark dan Thomas, 1994:46).

    Asesmen sebagai proses yang menyediakan informasi tentang individu

    siswa, tentang kurikulum atau program, tentang institusi atau segala sesuatu yang

    berkaitan dengan sistem institusi. Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwaasesmen (penilaian) merupakan kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.

    Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian, pengukuran maupun tes.

    Stufflebeam (2003) mengemukakan bahwa:

    Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing descriptiveand judgmental information about the worth and merit of some object’sgoals, design, implementation, and impact in order to guide decision making,serve needs for accountability, and promote understanding of the involved

    phenomena .

    Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat

    dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa ( the worth and

    merit ) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi, dan dampak untuk membantu

    membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban, dan meningkatkan

    pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah

    penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

    mengambil keputusan.

    Sementara itu National Study Committee on Evaluation menyatakan bahwa

    evaluation is the process of ascertaining the decision of concern, selecting

    appropriate information, and collecting and analyzing information in order to

    report summary data useful to decision makers in selecting among alternatives

    (Stark dan Thomas, 1994:12). Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan

    pemilihan, pengumpulan, analisis, dan penyajian informasi yang dapat digunakan

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    17/50

    14

    sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya. Hal ini

    dipertegas oleh Griffin dan Nix (1991:3) menyatakan:

    Measurement, assessment, and evaluation are hierarchical. The comparisonof observation with the criteria is a measurement, the interpretation and

    description of the evidence is an assessment and the judgments of the valueor implication of the behavior is an evaluation .

    Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat hierarkis. Evaluasi didahului

    dengan penilaian, sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Pengukuran

    diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria,

    penilaian merupakan kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran,

    sedangkan evaluasi merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku. Sementara

    itu Brikerhoff menjelaskan bahwa evaluasi merupakan proses yang menentukan

    sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai (Mardapi, 2000).

    Lebih lanjut Brikerhoff dalam Mardapi (2000) mengemukakan bahwa

    pelaksanaan evaluasi terdapat tujuh elemen yang harus dilakukan, yaitu: (1) focusing

    the evaluation (penentuan fokus yang akan dievaluasi); (2) designing the evaluation

    (penyusunan desain evaluasi); (3) collecting information (pengumpulan informasi);

    (4) analyzing and interpreting (analisis dan interpretasi informasi); (5) reporting

    information (pembuatan laporan); (6) managing evaluation (pengelolaan evaluasi);

    dan (7) evaluating evaluation (evaluasi untuk evaluasi). Berdasarkan pengertian

    tersebut menunjukkan bahwa dalam melakukan evaluasi, evaluator pada tahap awal

    harus menentukan fokus yang akan dievaluasi dan desain yang akan digunakan.

    Hal ini berarti harus ada kejelasan apa yang akan dievaluasi yang secara

    implisit menekankan adanya tujuan evaluasi, serta adanya perencanaan bagaimana

    melaksanakan evaluasi. Selanjutnya, dilakukan pengumpulan data, menganalisis dan

    membuat interpretasi terhadap data yang terkumpul serta membuat laporan. Selain

    itu, evaluator juga harus melakukan pengaturan terhadap evaluasi dan mengevaluasi

    apa yang telah dilakukan dalam melaksanakan evaluasi secara keseluruhan. Hal inidipertegas oleh Weiss yang menyatakan the purpose of evaluation research is to

    measure the effect of program against the goals it set out accomplish as a means of

    contributing to subsequent decision making about the program and improving future

    programming (Oriondo dan Antonio, 1998).

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    18/50

    15

    Ada empat hal yang ditekankan pada rumusan tersebut, yaitu: (1) menunjuk

    pada penggunaan metode penelitian; (2) menekankan pada hasil suatu program; (3)

    penggunaan kriteria untuk menilai; dan (4) kontribusi terhadap pengambilan

    keputusan dan perbaikan program di masa mendatang. Berdasarkan pendapat di atas

    disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan

    untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyajikan

    informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun

    kebijakan, maupun menyusun program selanjutnya.

    Adapun tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan

    obyektif tentang suatu program. Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan

    program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi, serta pemanfaatan hasil evaluasi yang

    difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakahdilanjutkan, diperbaiki, atau dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan untuk

    kepentingan penyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang

    terkait dengan program.

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    19/50

    16

    BAB II

    EVALUASI HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

    Evaluasi adalah proses penentuan seberapa jauh individu atau kelompok

    telah mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi menurut

    Arikunto (2006) adalah sebagai suatu tindakan mengukur dan menilai. Mengukur

    artinya membandingkan sesuatu dengan satu ukuran yang bersifat kuantitatif,

    sedangkan menilai adalah mengambil keputusan atas sesuatu dengan ukuran baik

    buruk atau bersifat kualitatif. Evaluasi adalah proses yang sistematis dan

    berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, mengintepretasikan, dan

    menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat penilaian.

    Tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif.

    A. PENGERTIAN EVALUASI HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

    Evaluasi hasil belajar peserta didik adalah suatu proses yang sistematis dan

    berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, mengintepretasikan, dan

    menyajikan informasi terhadap hasil yang telah dicapai peserta didik dengan

    menggunakan acuan atau kriteria penilaian. Tujuan diadakannya evaluasi hasil

    belajar peserta didik adalah: (1) mendapatkan informasi yang akurat mengenai

    tingkat pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik sehingga dapat diupayakantindak lanjutnya; (2) mendiskripsikan kecakapan belajar peserta didik; (3)

    mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran; (4) menentukan tindak

    lanjut hasil penilaian dan melakukan perbaikan program; dan (5) sebagai bentuk

    pertanggungjawaban pihak sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.

    Alasan evaluasi belajar peserta didik dilakukan adalah untuk: (1) mengetahui

    perkembangan peserta didik; (2) mengetahui seberapa tingkat performansi yang

    ditampilkan peserta didik; (3) mengetahui apakah proses pembelajaran mencapai

    sasaran atau tidak; (4) mengetahui kemampuan mengajar guru; (5) mengetahui

    tingkat penguasaan materi pelajaran oleh peserta didik; (6) mengetahui kesukaran

    dan kemudahan bahan ajar oleh peserta didik; (7) mengetahui termanfaatnya sarana

    prasarana pendidikan; (8) mengetahui remidi apa yang dapat diberikan kepada

    peserta didik yang mengalami kesulitan; (9) mengetahui t ingkat pencapaian tujuan

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    20/50

    17

    pengajaran; (10) mengetahui peserta didik yang perlu mendapatkan prioritas dalam

    bimbingan; dan (11) sebagai acuan dalam pengelompokkan peserta didik.

    Evaluasi hasil belajar peserta didik mengacu pada Peraturan Menteri

    Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar

    oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Penilaian dalam

    proses pendidikan merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dari

    komponen lainnya khususnya pembelajaran. Penilaian merupakan proses

    pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar

    peserta didik. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan untuk memantau

    proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara

    berkesinambungan.

    Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki peran antara lain untukmembantu peserta didik mengetahui capaian pembelajaran ( learning outcomes ).

    Berdasarkan penilaian hasil belajar oleh pendidik, pendidik dan peserta didik dapat

    memperoleh informasi tentang kelemahan dan kekuatan pembelajaran dan belajar.

    Dengan mengetahui kelemahan dan kekuatannya, pendidik dan peserta didik

    memiliki arah yang jelas mengenai apa yang harus diperbaiki dan dapat melakukan

    refleksi mengenai apa yang dilakukannya dalam pembelajaran dan belajar. Selain itu

    bagi peserta didik memungkinkan melakukan proses transfer cara belajar tadi untuk

    mengatasi kelemahannya ( transfer of learning ). Sedangkan bagi guru, hasil penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan alat untuk mewujudkan

    akuntabilitas profesionalnya, dan dapat juga digunakan sebagai dasar dan arah

    pengembangan pembelajaran remedial atau program pengayaan bagi peserta didik

    yang membutuhkan, serta memperbaiki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

    dan proses pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

    Pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan wujud

    pelaksanaan tugas profesional pendidik. Penilaian hasil belajar oleh pendidik tidak

    terlepas dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik menunjukkan kemampuan guru sebagai pendidik profesional. Jika

    mengacu pada konteks pendidikan berdasarkan standar ( standard-based education ),

    kurikulum berdasarkan kompetensi ( competency-based curriculum ), dan pendekatan

    belajar tuntas ( mastery learning ), maka penilaian proses dan hasil belajar merupakan

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    21/50

    18

    parameter tingkat pencapaian kompetensi minimal. Untuk itu, berbagai pendekatan,

    strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran perlu dikembangkan untuk

    memfasilitasi peserta didik agar mudah dalam belajar dan mencapai keberhasilan

    belajar secara optimal.

    Kurikulum 2013 mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik ( authentic

    assesment ). Secara paradigmatik penilaian autentik memerlukan perwujudan

    pembelajaran autentik ( authentic instruction ) dan belajar autentik ( authentic

    learning ). Hal ini diyakini bahwa penilaian autentik lebih mampu memberikan

    informasi kemampuan peserta didik secara holistik dan valid. Penilaian hasil belajar

    peserta didik adalah proses pengumpulan informasi dan/atau bukti tentang capaian

    pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial,

    kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secaraterencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran.

    Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki fungsi untuk memantau

    kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan

    hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Berdasarkan fungsinya,

    penilaian hasil belajar peserta didik meliputi: (1) penilaian formatif yaitu

    memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik dalam sikap, pengetahuan, dan

    keterampilan pada setiap kegiatan penilaian selama proses pembelajaran dalam satu

    semester, sesuai dengan prinsip Kurikulum 2013 agar peserta didik tahu, mampu,dan mau. Hasil dari kajian terhadap kekurangan peserta didik digunakan untuk

    memberikan pembelajaran remedial dan perbaikan RPP serta proses pembelajaran

    yang dikembangkan guru untuk pertemuan berikutnya; dan (2) penilaian sumatif

    yaitu menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada akhir suatu semester, satu

    tahun pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan pendidikan. Hasil dari

    penentuan keberhasilan ini digunakan untuk menentukan nilai rapor, kenaikan kelas,

    dan keberhasilan belajar satuan pendidikan seorang peserta didik.

    Lingkup penilaian hasil belajar peserta didik menurut Peraturan MenteriPendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar

    oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, mencakup: (1)

    kompetensi sikap (spiritual dan sosial); (2) pengetahuan; dan (3) keterampilan. Jika

    mengacu kepada Taksonomi Bloom, maka ada tiga ranah yang harus dievaluasi,

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    22/50

    19

    yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Anderson dan Krathwohl, 2001).

    Guru dalam melakukan evaluasi hasil belajar siswa harus mengetahui pendekatan

    yang dapat digunakan dan juga teknik evaluasi yang digunakan. Hal yang perlu

    diperhatikan oleh guru adalah jika akan melakukan evaluasi maka mengacu

    indikator pembelajaran, sedangkan jika melaksanakan proses atau kegiatan apa yang

    akan dilakukan dalam pembelajaran maka mengacu pada rumusan tujuan

    pembelajaran.

    B. PENDEKATAN EVALUASI HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

    Hasil belajar ataupun kemampuan peserta didik tidak dibandingkan dengan

    peserta kelompok, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki sebelumnya dan patokan

    yang ditetapkan. Prinsipnya semua peserta didik memiliki kemampuan yang samadan bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan untuk mencapai kemampuan

    tertentu berbeda. Kriteria ketuntasan harus ditentukan terlebih dahulu. Hasil

    penilaian adalah lulus dan tidak lulus siswa. Selain jenis-jenis penilaian perlu juga

    dijelaskan mengenai standar penilaian yakni cara yang digunakan dalam

    menentukan derajat keberhasilan hasil penilaian sehingga dapat diketahui

    kedudukan siswa, apakah ia telah menguasai tujuan pembelajaran ataukah

    belum.Pendekatan adalah acuan atau kriteria yang diberikan dalam memberikan

    penilaian terhadap peserta didik. Ada dua jenis pendekatan penilaian yang dapatdigunakan untuk menafsirkan skor menjadi nilai. Kedua pendekatan ini memiliki

    tujuan, proses, standar, dan juga akan menghasilkan nilai yang berbeda. Karena

    itulah pemilihan dengan tepat pendekatan yang akan digunakan menjadi penting.

    Acuan penilaian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu standar penilaian acuan norma

    (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP).

    1. Penilaian Acuan Norma (PAN)

    Tujuan penilaian ini lebih umum dan komprehensif serta meliputi suatu

    bidang isi dan tugas belajar yang besar. Penilaian ini dimaksudkan untukmengetahui status peserta didik dalam berhubungan dengan skor kelompok peserta

    didik yang lain. Perbedaan lain yang mendasar antara pendekatan acuan norma dan

    pendekatan acuan patokan adalah pada standar skor yang digunakan. Penilaian ini

    dalam menggunakan standar skor, bersifat relatif.

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    23/50

    20

    Hal ini berarti tingkat skor peserta didik ditetapkan berdasarkan pada posisi

    relatif dalam kelompoknya, tinggi rendahnya skor peserta didik sangat bergantung

    pada kondisi skor kelompoknya. Guru dalam menggunakan standar relatif, skor

    peserta didik dilakukan tanpa memandang kesulitan suatu tes secara teliti. Sehingga

    dari penggunaan standar ini, dianggap tidak adil dan terjadinya persaingan yang

    kurang sehat di antara peserta didik. Bila jumlah pesertanya ratusan, maka untuk

    memberi nilainya menggunakan statistik sederhana untuk menentukan besarnya skor

    rata-rata kelompok dan simpangan baku kelompok ( mean dan standard deviation ).

    2. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

    Tujuan penilaian ini berfokus pada kelompok perilaku siswa yang khusus.

    Dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang skor peserta tes dengantanpa memperhatikan bagaimana skor tersebut dibandingkan dengan skor yang lain.

    Dengan kata lain penilaian ini digunakan untuk menyeleksi (secara pasti) status

    individu berkenaan dengan skor perilaku yang ditetapkan atau dirumuskan dengan

    baik. Standar skor yang digunakan dalam penilaian ini adalah standar absolut.

    Standar ini penentuan tingkatan didasarkan pada skor-skor yang telah ditetapkan

    sebelumnya dalam bentuk persentase.

    Untuk mendapatkan nilai A, B, C, D, atau E seorang siswa harus

    mendapatkan skor tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpaterpengaruh oleh skor yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Dalam

    menggunakan standar absolut, skor peserta didik bergantung pada tingkat kesulitan

    tes yang mereka terima. Dalam menginterpretasi skor mentah menjadi nilai dengan

    menggunakan pendekatan ini, maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan

    dengan batas-batas nilai kelulusan. Umumnya kriteria nilai yang digunakan dalam

    bentuk rentang skor.

    C. TEKNIK EVALUASI HASIL BELAJAR PESERTA DIDIKTeknik evaluasi adalah suatu cara yang ditempuh oleh seseorang dalam

    mengadakan evaluasi. Proses memperoleh data hasil belajar, pendidik dapat

    menggunakan berbagai teknik penilaian secara komplementer sesuai dengan

    indikator kompetensi yang dinilai. Teknik evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    24/50

    21

    dua, yaitu teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes merupakan teknik yang

    digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dengan menggunakan

    ujian, sedangkan teknik nontes untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik tidak

    dengan menggunakan ujian, melainkan dengan produk yang dihasilkan oleh peserta

    didik dalam proses pembelajaran.

    1. Teknik Tes

    Tes berarti ujian dan kata kerja transitifnya berarti menguji dan mencoba.

    Pengerjaan tugas tersebut haruslah sesuai dengan aturan yang sudah dikehendaki

    oleh pemberi tes. Instrumen tes cenderung cocok digunakan untuk mengukur

    kemampuan siswa pada ranah kognitif. Sehingga instrumen tes disusun untuk

    mengetahui kemampuan abstraksi siswa. Imron (2011:121-125) mengemukakan

    jenis-jenis tes yang ditinjau dari beberapa sudut pandang, yaitu: (1) tes dari segiwaktu pelaksanaannya; (2) tes dari segi bentuknya; (3) tes dari segi materi yang akan

    diukur pada diri testee ; (4) tes dari segi kebakuan tes; (5) tes dari segi cara

    penyampaiannya; dan (6) tes dari segi jenis kemampuan yang hendak diukur.

    Tes ditinjau dari segi waktu pelaksanaannya, dibedakan atas tes formatif dan

    tes sumatif. Tes formatif adalah suatu tes yang dilaksanakan setelah selesai materi

    tertentu. Berdasarkan tes ini, guru dapat membandingkan hasil belajar peserta didik

    telah sesuai dengan standar yang telah ditentukannya ataukah belum, mengingat tes

    ini dapat digunakan untuk mengambil langkah-langkah perbaikan berkaitan dengan pembelajarannya, setelah mengetahui hasil tes ini. Tes sumatif adalah tes yang

    dilaksanakan pada akhir periode tertentu. Peserta didik dalam tes ini dapat diketahui

    tingkat pemahaman keseluruhan materi yang dipaketkan dalam satu periode tertentu.

    Pemahaman peserta didik terhadap materi dibandingkan dengan standar yang dibuat

    telah ditentukan oleh guru, serta dibandingkan dengan keseluruhan peserta didik

    yang mengikuti tes. Dengan demikian, akan diketahui prestasi peserta didik secara

    individual dan prestasi peserta didik setelah dibandingkan dengan kelompoknya.

    Tes ditinjau dari segi bentuknya, dibedakan atas tes subjektif dan tes objektif.Tes subjektif adalah tes yang peserta didik harus mengerjakan dengan memberi

    uraian atas soal-soal yang diteskan. Tes subjektif terdiri atas tes uraian bebas, tes

    uraian terbatas, dan tes isian. Tes bebas adalah suatu tes yang peserta tesnya boleh

    menjawab dengan memberikan uraian bebas. Tes uraian terbatas adalah suatu tes

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    25/50

    22

    yang peserta tesnya hanya boleh memberikan uraian sesuai dengan batasan yang

    diberikan oleh tester. Tes isian adalah suatu tes yang pesertanya memberikan

    jawaban dengan cara mengisi titik-titik pada soal tes. Sedangkan tes objektif adalah

    suatu tes yang jawaban atas soal-soal tesnya telah tersedia dan testee tinggal

    memilih.

    Tes ditinjau dari materi yang akan diukur pada diri testee , dibedakan atas

    pretest dan posttest . Pretest adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan

    prasyarat mengenai apa yang akan diajarkan telah ada pada testee . Posttest adalah

    tes yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan suatu materi yang diajarkan

    kepada peserta didik dibandingkan dengan hasil pretest . Selain itu, tes dapat juga

    dibedakan atas tes proses, tes hasil, dan tes dampak. Tes proses digunakan untuk

    mengetahui proses suatu kegiatan. Tes hasil digunakan untuk mengukur hasil darisuatu kegiatan yang telah didapatkan. Tes dampak digunakan mengukur dampak

    suatu kegiatan terhadap orang yang dites di kemudian hari.

    Tes ditinjau dari segi kebakuan tes, dapat dibedakan atas tes buatan guru dan

    tes standar. Tes buatan guru adalah tes yang terlalu penting dipersoalkan validitas

    dan reliabilitasnya, dan lazimnya disusun oleh guru tanpa bantuan para ahli di

    bidang tes dan ahli dibidang studi tertentu. Sementara tes terstandar adalah tes yang

    memenuhi prasyarat-prasyarat, yakni validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, daya

    pembeda, dan kepraktisan.Tes ditinjau dari cara penyampaiannya, dapat dibedakan atas tes tertulis, tes

    lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis adalah tes yang peserta tesnya diberi soal-soal

    secara tertulis dan ia dituntut untuk memberikan jawaban secara tertulis. Tes lisan

    adalah tes yang peserta tesnya diberikan soal-soal secara lisan dan diharapkan

    memberikan jawaban secara lisan. Tes perbuatan adalah tes yang peserta tesnya

    diberikan soal-soal dan diharuskan menampilkan performasi tertentu sesuai dengan

    yang dikehendaki oleh tester .

    Tes ditinjau dari jenis kemampuan yang hendak diukur, dapat dibedakan atastes intelegensi, tes bakat, tes minat, tes prestasi belajar, dan tes kepribadian. Tes

    intelegensi adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan umum atau

    kecerdasan yang dimiliki oleh testee . Tes bakat adalah tes yang digunakan untuk

    mengukur kemampuan khusus atau bakat testee . Tes minat adalah tes yang

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    26/50

    23

    digunakan untuk mengetahui minat peserta tes akan suatu pekerjaan tanpa

    mempertimbangkan apakah pekerjaan tersebut menguntungkan secara finansial

    ataukah tidak. Tes prestasi belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur

    peserta tes dengan perolehan belajar testee , setelah yang bersangkutan melaksanakan

    aktivitas belajar yang dirancang oleh guru. Tes kepribadian digunakan untuk

    mengukur integritas dan konsistensi peserta tes.

    2. Teknik Nontes

    Teknik nontes adalah teknik evaluasi selain bentuk ujian. Apa yang ada pada

    peserta didik, dapat diteropong melaui alat tes dan alat nontes. Alat yang digunakan

    dalam teknik nontes adalah observasi, wawancara, angket, sosiometri, catatan

    berkala, dan skala penilaian. Observasi adalah suatu pengamatan dan memberikan perhatian terhadap objek tertentu. Ada dua jenis observasi, yaitu observasi tanpa

    peran serta dan observasi dengan peran serta. Observasi tanpa peran serta adalah

    observasi di mana observer menjaga jarak dengan yang diobservasi. Observasi

    dengan peran serta adalah observasi yang dilakukan oleh observer melibatkan diri

    pada kegiatan mereka yang diobservasikan.

    Wawancara adalah pengajuan pertanyaan-pertanyaan oleh seseorang kepada

    orang lain dengan digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai suatu hal.

    Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancaraterstruktur adalah wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara.

    Sebaliknya wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang pewancaranya tidak

    menyiapkan hal-hal yang akan dipertanyakan. Wawancara juga dapat dilakukan

    secara tertulis dan lisan. Wawancara tertulis adalah wawancara yang pertanyaan-

    pertanyaannya diajukan secara tertulis dan dijawab secara tertulis. Sebaliknya

    wawancara secara lisan adalah pertanyaan yang diajukan secara lisan dan dijawab

    secara lisan.

    Angket adalah instumen yang berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepadaresponden. Angket dibedakan atas angket tertutup dan terbuka. Angket tertutup

    adalah angket yang berisi daftar pertanyaan dan sudah disediakan jawabannya.

    Sebaliknya angket terbuka adalah daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada

    responden, agar responden memberikan jawaban secara bebas. Angket juga

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    27/50

    24

    dibedakan atas angket langsung dan tidak langsung. Angket langsung adalah angket

    yang digunakan untuk menggali keterangan, informasi, dan pendapat dari responden

    secara langsung. Sedangkan angket tidak langsung adalah angket yang digunakan

    untuk menggali informasi dan keterangan mengenai diri responden tetapi melalui

    orang lain.

    Sosiometri adalah metode yang digunakan untuk mengetahui kedudukan

    responden di dalam kelompoknya. Pada teknik ini, ditanyakan kepada seseorang,

    siapa saja secara berturut yang dipilih dalam banyak situasi. Urutan demikian,

    berdasarkan yang disukai. Dengan demikian dapat diketahui kemungkinan baiknya

    kerja sama yang baik di antara mereka.

    Catatan berkala atau anecdotal record adalah instrumen pengumpul data

    yang dapat melengkapi observasi. Pencatatan ini dilakukan oleh pengamat terhadapmasalah khusus yang diduga ada pada diri peserta didik. Hal ini digunakan untuk

    mengambil keputusan-keputusan penting mengenai peserta didik. Dilihat dari

    jenisnya, catatan berkala ini bisa berupa tiga bentuk. Pertama, catatan berkala

    sifatnya deskriptif. Catatan demikian, sekedar memaparkan apa yang dilihat dan

    diamati, tanpa memberi interprestasi atas kejadian yang dilihat. Kedua, catatan

    anekdot interpretatif, berisi penjelasan dan penafsiran mengenai kejadian atau fakta

    yang dilihat dijadikan sebagai pendukung belaka dari masalah yang sebenarnya.

    Ketiga, catatan berkala evaluatif, ialah catatan mengenai penilaian pengamatterhadap apa yang ia amati, dengan ukuran baik-buruk, layak-tidak layak, atau

    sesuai dengan yang diharapkan atau tidak.

    Skala penilaian atau rating scale adalah daftar yang dipergunakan sebagai

    pelengkap observasi untuk menjelaskan, menggolongkan, dan menilai peserta didik

    dalam suatu situasi. Apabila skala tersebut sekedar dipergunakan untuk menjelaskan

    dan menggolongkan disebut sebagai inventory atau selt report form , akan tetapi jika

    dipergunakan untuk menilai disebut dengan skala sikap.

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    28/50

    25

    BAB III

    MODEL-MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN

    Ada banyak model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli yang dapat

    dipakai dalam mengevaluasi program pembelajaran. Model yang populer dan sering

    dipakai sebagai strategi atau pedoman kerja dalam pelaksanaan evaluasi program

    pembelajaran, yaitu: (1) Evaluasi Model CIPP ( Context , Input , Process , and

    Product ), (2) Evaluasi Model Stake ( Model Couintenance ), dan (3) Evaluasi Model

    Kirkpatrick (Kirkpatrick Four Levels Evaluation Model).

    A. EVALUASI MODEL CIPP

    Konsep evaluasi model CIPP ( Context , Input , Process , and Product ) pertamakali dikemukakan oleh Stufflebeam tahun 1965 sebagai hasil usahanya

    mengevaluasi ESEA (The Elementary and Secondary Education Act). Konsep

    tersebut ditawarkan Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi

    adalah bukan membuktikan tetapi untuk memperbaiki. Hal ini dipertegas oleh

    Madaus dkk. (1993) yang mengemukakan the CIPP approach is based on the view

    that the most important purpose of evaluation is not to prove but to improve .

    Evaluasi model CIPP dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan,

    manajemen, perusahaan serta dalam berbagai jenjang baik itu proyek, programmaupun institusi. Dalam bidang pendidikan Stufflebeam (2003) menggolongkan

    sistem pendidikan atas empat dimensi, yaitu context , input , process , dan product ,

    sehingga model evaluasi yang ditawarkan diberi nama CIPP model yang merupakan

    singkatan ke empat dimensi tersebut.

    Sudjana dan Ibrahim (2004:246) menerjemahkan masing-masing dimensi

    tersebut dengan makna: (1) Context , merupakan situasi atau latar belakang yang

    mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan

    dalam sistem yang bersangkutan, situasi ini merupakan faktor eksternal, seperti

    misalnya masalah pendidikan yang dirasakan, keadaan ekonomi negara, dan

    pandangan hidup masyarakat; (2) Input , menyangkut sarana, modal, bahan, dan

    rencana strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan pendidikan, komponen input

    meliputi siswa, guru, desain, saran, dan fasilitas; (3) Process , merupakan

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    29/50

    26

    pelaksanaan strategi dan penggunaan sarana, modal, dan bahan di dalam kegiatan

    nyata di lapangan, komponen proses meliputi kegiatan pembelajaran,

    pembimbingan, dan pelatihan; dan (4) Product , merupakan hasil yang dicapai baik

    selama maupun pada akhir pengembangan sistem pendidikan yang bersangkutan,

    komponen produk meliputi pengetahuan, kemampuan, dan sikap (siswa dan

    lulusan).

    Aspek yang dievaluasi dan prosedur pelaksanaan evaluasi model CIPP

    menurut Stufflebeam dalam Oliva (1992:491) seperti pada Tabel 3.1.

    Tabel 3.1 Aspek dan Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Model CIPP

    Context Evaluation Input EvaluationProcess

    EvaluationProduct

    EvaluationObyek(sasaran)

    Mendefinisikanoperasional context,mengidentifikasi danmemperkirakankebutuhan danmendiagnosamasalah,memprediksikebutuhan danpeluang

    Mengidentifikasi danmemperkirakankapabilitas sistem,strategi input yangsekarang tersedia,dan mendesain untukimplementasi strategi

    Mengidentifikasidanmemperkirakandi dalam proses,tentangkerusakan didalam desainprosedur atauimplementasi,menyediakaninformasisebelum programdiputuskan dan

    memperbaikidokumen evenprosedural danaktivitas

    Menghubungkaninformasi outcomesdengan obyek daninformasi context,input, dan process

    Metode Mendeskripsikancontext,membandingkandengan yangsebenarnya danmengawasi input danoutput,membandingkankemungkinan dan

    ketidakmungkinansistem kerja, danmenganalisapenyebabketidakmungkinandan ketidaksesuaiankenyataan dengantujuan (harapan)

    Mendeskripsikan danmenganalisis SDMdan sumber dayamaterial yangtersedia, solusistrategis, dan desainprosedur untukrelevansi,kemungkinan

    kegiatan yang dapatdilaksanakan, dankebutuhan ekonomidalam rangkaiankegiatan

    Memonitoringsetiap aktivitasyang berpotensiterdapattantangan secaraprosedural, danmemberikantanda untukantisipasi, untuk

    memperolehinformasi yangspesifik untukmemutuskansuatu program,danmendeskripsikanproses yangaktual

    Mendefinisikanoperasional danmengukur kriteriaasosiasi denganobyektif danmembandingkanhasil pengukurandengan standarsebelum dilakukan

    antisipasi, danmenginterpretasioutcomesberdasarkandokumen informasicontext, input, danprocess

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    30/50

    27

    Context Evaluation Input EvaluationProcess

    EvaluationProduct

    EvaluationHubunganpengambilankeputusandenganprosesperubahan

    Memutuskan dalamhal menyajikanperangkat, tujuanasosiasi, denganmendiskusikankebutuhan danpeluang, dan sasaranasosiasi untukperubahanperencanaankebutuhan

    Memilih SDM sebagaipendukung, solusistrategis, dan desainprosedural untukperubahan strukturkerja (aktivitas)

    Untukimplementasi danmemperbaikidesain programdan proseduruntuk keefektifanproses kontrol

    Untuk memutuskandalam kegiatansecara kontinu,menghentikan(mengakhiri),modifikasi, mengaturkembali fokusperubahan aktivitasdengan tahapanmateri yang laindalam prosesperubahan untukmengatur kembaliaktivitas perubahan

    Stufflebeam dalam naskah yang dipresentasikan pada Annual Conference of

    the Oregon Program Evaluation Network (OPEN) Portland tahun 2003, memperluas

    makna evaluasi product menjadi impact evaluation (evaluasi pengaruh),

    effectiveness evaluation (evaluasi keefektifan), sustainability evaluation (evaluasi

    keberlanjutan), dan transportability evaluation (evaluasi transformasi) (Stufflebeam,

    2003:59-62).

    B. EVALUASI MODEL STAKE ( C O U I N T E N A N C E M O D E L )

    Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi, yaitu

    description (deskripsi) dan judgement (pertimbangan), serta membedakan adanya

    tiga tahap dalam program pendidikan, yaitu: (1) antecedent (program

    pendahulu/masukan/ context ); (2) transaction (transaksi/kejadian/ process ); dan (3)

    outcomes (hasil/ result ). Stake berpendapat menilai suatu program pendidikan harus

    melakukan perbandingan yang relatif antara program satu dan program yang lain,

    atau perbandingan yang absolut yaitu membandingkan suatu program dengan

    standar tertentu (Tayibnapis, 2000:19).

    Penekanan yang umum atau hal yang penting dalam model ini adalah bahwa

    evaluator yang membuat penilaian tentang program yang dievaluasi. Lebih lanjut

    Stake menyatakan bahwa description di satu pihak berbeda dengan judgement di

    lain pihak (Tayibnapis, 2000:20). Dalam model ini antecendent (masukan),

    transaction (proses), dan outcomes (hasil), data dibandingkan tidak hanya untuk

    menentukan apakah ada perbedaan antara tujuan dan keadaan yang sebenarnya,

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    31/50

    28

    tetapi juga dibandingkan dengan standar yang absolut untuk menilai manfaat

    program.

    C. EVALUASI MODEL KIRKPATRICK

    Kirkpatrick salah seorang ahli evaluasi program pelatihan dalam bidang

    pengembangan sumber daya manusia (SDM). Model evaluasi yang dikembangkan

    oleh Kirkpatrick dikenal dengan istilah Kirkpatrick Four Levels Evaluation Model.

    Evaluasi terhadap keefektifan program pembelajaran menurut Kirkpatrick (1998)

    mencakup empat level evaluasi, yaitu: level 1 reaction ; level 2 learning ; level 3

    behavior ; dan level 4 result .

    1. Evaluasi Reaksi ( Evaluating Reaction )

    Mengevaluasi terhadap reaksi peserta didik (siswa) berarti mengukur

    kepuasan siswa ( customer satisfaction ). Program pembelajaran dianggap efektif

    apabila proses pembelajaran dirasa menyenangkan dan memuaskan bagi peserta

    didik sehingga mereka tertarik dan termotivasi untuk belajar dan berlatih. Dengan

    kata lain peserta didik akan termotivasi apabila proses pembelajaran berjalan secara

    memuaskan bagi peserta didik yang pada akhirnya akan memunculkan reaksi dari

    peserta didik yang menyenangkan. Sebaliknya apabila peserta didik tidak merasa

    puas terhadap proses pembelajaran yang diikutinya maka mereka tidak akan

    termotivasi untuk mengikuti pembelajaran lebih lanjut.

    Hal ini dipertegas oleh Partner (2009) mengemukakan the interest, attention

    and motivation of the participants are critical to the success of any training

    program, people learn better when they react positively to the learning environment .

    Disimpulkan bahwa keberhasilan proses kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari

    minat, perhatian, dan motivasi peserta didik dalam mengikuti jalannya kegiatan

    pembelajaran. Orang akan belajar lebih baik manakala mereka memberi reaksi

    positif terhadap lingkungan belajar.

    Kepuasan peserta didik dapat dikaji dari beberapa aspek, yaitu materi yangdiberikan, fasilitas yang tersedia, strategi penyampaian materi yang digunakan oleh

    guru, media pembelajaran yang tersedia, dan jadwal kegiatan pembelajaran.

    Mengukur reaksi dapat dilakukan dengan reaction sheet dalam bentuk angket

    sehingga lebih mudah dan lebih efektif.

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    32/50

    29

    2. Evaluasi Belajar ( Evaluating Learning )

    Kirkpatrick (1998:20) mengemukakan learning can be defined as the extent

    to which participants change attitudes, improving knowledge, and/or increase skill

    as a result of attending the program . Terdapat tiga hal yang dapat guru ajarkan

    dalam program pembelajaran, yaitu pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

    Peserta didik dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami

    perubahan sikap, perbaikan pengetahuan, maupun peningkatan keterampilan.

    Sehingga ketiga ranah tersebut menjadi acuan guru dalam melaksanakan kegiatan

    pembelajarannya.

    Oleh karena itu, untuk mengukur keefektifan program pembelajaran, maka

    ketiga aspek tersebut perlu untuk diukur. Tanpa adanya perubahan sikap,

    peningkatan pengetahuan, maupun perbaikan keterampilan pada peserta didik maka program dapat dikatakan gagal. Penilaian evaluating learning ini ada yang

    menyebut dengan penilaian hasil (output) belajar. Oleh karena itu dalam pengukuran

    hasil belajar ( learning measurement ) berarti penentuan satu atau lebih hal berikut,

    yakni: (1) pengetahuan yang telah dipelajari; (2) perubahan sikap; dan (3)

    keterampilan yang telah dikembangkan atau diperbaiki.

    3. Evaluasi Tingkah Laku ( Evaluating Behavior )

    Evaluasi pada level ke 3 (evaluasi tingkah laku) ini berbeda dengan evaluasiterhadap sikap pada level ke 2. Penilaian sikap pada evaluasi level 2 difokuskan

    pada perubahan sikap yang terjadi pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan

    sehingga lebih bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku difokuskan pada

    perubahan tingkah laku setelah peserta didik berada di masyarakat. Apakah

    perubahan sikap yang telah terjadi setelah mengikuti pembelajaran juga akan

    diimplementasikan setelah peserta didik kembali berada di tengah-tengah

    masyarakat, sehingga penilaian tingkah laku ini lebih bersifat eksternal.

    Perubahan perilaku apa yang terjadi di masyarakat setelah peserta didikmengikuti program pembelajaran. Dengan kata lain yang perlu dinilai adalah apakah

    peserta didik merasa senang setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dan kembali

    ke masyarakat? Bagaimana peserta didik dapat mentransfer pengetahuan, sikap, dan

    keterampilan yang diperoleh selama kegiatan pembelajaran untuk

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    33/50

    30

    diimplementasikan di masyarakat? Karena yang dinilai adalah perubahan perilaku

    setelah kembali ke masyarakat maka evaluasi level 3 ini dapat disebut sebagai

    evaluasi terhadap outcomes dari kegiatan pelatihan.

    4. Evaluasi Hasil ( Evaluating Result )

    Evaluasi hasil dalam level ke 4 ini difokuskan pada hasil akhir ( final result )

    yang terjadi karena peserta didik setelah mengikuti suatu program. Menurut

    Kirkpatrick (2009) yang termasuk dalam kategori hasil akhir dari suatu program

    pembelajaran di antaranya adalah kenaikan produktivitas, peningkatan kualitas,

    penurunan biaya, penurunan kuantitas terjadinya kecelakaan kerja, penurunan

    turnover (pergantian), dan kenaikan keuntungan.

    Beberapa program mempunyai tujuan meningkatkan moral kerja maupunmembangun teamwork (tim kerja) yang lebih baik. Dengan kata lain adalah evaluasi

    terhadap impact program (pengaruh program). Tidak semua pengaruh dari sebuah

    program dapat diukur dan juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena

    itu evaluasi level 4 ini lebih sulit di bandingkan dengan evaluasi pada level-level

    sebelumnya.

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    34/50

    31

    BAB IV

    CAKUPAN EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN

    Evaluasi program pembelajaran adalah pemberian estimasi terhadap

    pelaksanaan pembelajaran untuk menentukan keefektifan dan kemajuan dalam

    rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Soetopo, 2007:137).

    Memperoleh gambaran yang komprehensif tentang keefektifan program

    pembelajaran, terdapat tiga komponen yang perlu dijadikan obyek evaluasi, yaitu:

    (1) desain program pembelajaran; (2) implementasi program pembelajaran; dan (3)

    hasil program pembelajaran yang dicapai.

    A. DESAIN PROGRAM PEMBELAJARANDesain program pembelajaran menurut Soetopo (2007) dinilai dari: (1) aspek

    tujuan yang ingin dicapai ataupun kompetensi yang akan dikembangkan; (2) strategi

    pembelajaran yang akan diterapkan, dan (3) isi program pembelajaran.

    1. Kompetensi yang akan Dikembangkan

    Salah satu aspek dari program pembelajaran yang dijadikan obyek evaluasi

    adalah kompetensi yang akan dikembangkan, khususnya kompetensi dasar dari mata

    pelajaran yang bersangkutan. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk

    menilai kompetensi dasar yang akan dikembangkan, yaitu: (1) menunjang pencapaian kompetensi standar kompetensi maupun kompetensi lulusan; (2) jelas

    rumusan yang digunakan ( observable ); (3) mampu menggambarkan dengan jelas

    perubahan tingkah laku yang diharapkan diri siswa; dan (4) mempunyai kesesuaian

    dengan tingkat perkembangan siswa.

    2. Strategi Pembelajaran

    Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai strategi

    pembelajaran yang direncanakan, yaitu: (1) kesesuaian dengan kompetensi yang

    akan dikembangkan; (2) kesesuaian dengan kondisi belajar mengajar yang

    diinginkan; (3) kejelasan rumusan, terutama mencakup aktivitas guru maupun siswa

    dalam proses pembelajaran; dan (4) kemungkinan keterlaksanaan dalam kondisi dan

    alokasi waktu yang ada.

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    35/50

    32

    3. Isi Program Pembelajaran

    Isi program pembelajaran yang dimaksud adalah pengalaman belajar yang

    akan disiapkan oleh guru maupun yang harus diikuti siswa. Ada beberapa kriteria

    yang dapat digunakan untuk menilai isi program pembelajaran, yaitu: (1) relevansi

    dengan kompetensi yang akan dikembangkan; (2) relevansi dengan pengalaman

    murid dan lingkungan; (3) kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa, (4)

    kesesuaian dengan alokasi waktu yang tersedia; dan (5) keautentikan pengalaman

    dengan lingkungan hidup siswa.

    B. IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBELAJARAN

    Selain desain program pembelajaran, proses implementasi program atau proses pelaksanaan pun perlu dijadikan obyek evaluasi, khususnya proses belajar

    dan pembelajaran yang berlangsung di lapangan. National Council for the Social

    Studies (2006:4) mengemukakan evaluation istrument should measure both content

    and process . Disimpulkan bahwa evaluasi dalam social studies seharusnya

    mengukur isi maupun proses pembelajaran.

    Sedangkan mengenai standar evaluasi proses pembelajaran Sudjana dan

    Ibrahim (2004:230-232) menampilkan sejumlah kriteria yang dapat digunakan untuk

    mengevaluasi proses belajar dan pembelajaran yaitu: (1) konsistensi dengan kegiatanyang terdapat dalam program pembelajaran; (2) keterlaksanaan oleh guru; (3)

    keterlaksanaan dari segi siswa; (4) perhatian yang diperlihatkan para siswa terhadap

    pembelajaran yang sedang berlangsung; (5) keaktifan para siswa dalam proses

    belajar; (6) kesempatan yang diberikan untuk menerapkan hasil pembelajaran dalam

    situasi yang nyata; (7) pola interaksi antara guru dan siswa; dan (8) kesempatan

    untuk mendapatkan umpan balik secara kontinu.

    C. HASIL PROGRAM PEMBELAJARANSelain desain program dan implementasi, komponen ketiga yang perlu

    dievaluasi adalah hasil-hasil yang dicapai oleh kegiatan pembelajaran. Hasil yang

    dicapai ini dapat mengacu pada pencapaian tujuan jangka pendek (ouput) maupun

    mengacu pada pencapaian tujuan jangka panjang (outcome). Outcome program

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    36/50

    33

    pembelajaran tidak kalah pentingnya dengan output, karena dalam outcome ini akan

    dinilai seberapa jauh siswa mampu mengimplementasikan kompetensi yang

    dipelajari di kelas ke dalam dunia nyata ( realworld ) dalam memecahkan berbagai

    persoalan hidup dan kehidupan dalam masyarakat.

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    37/50

    34

    BAB V

    STRATEGI PENILAIAN KELAS

    Seorang guru harus mengetahui strategi penilaian kelas yang merupakan

    acuan seorang guru yang akan melakukan evaluasi pembelajaran. Strategi penilaian

    kelas merupakan penilaian yang dilakukan oleh seorang guru terhadap pembelajaran

    yang dilaksanakannya dan tercermin pada hasil belajar siswanya di suatu kelas. Ciri-

    ciri penilaian kelas adalah: (1) belajar tuntas; (2) otentik; (3) berkesinambungan; (4)

    menggunakan berbagai cara dan alat penilaian; dan (5) berdasarkan acuan kriteria.

    A. BELAJAR TUNTAS ( M A S T E R Y L E A R N I N G )

    Belajar tuntas ( mastery learning ) adalah peserta didik tidak diperkenankanmengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan

    dengan prosedur yang benar, dan hasil yang baik. Hal ini berangkat dari asumsi, jika

    peserta didik dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuannya untuk beberapa

    matapelajaran dan diajarkan sesuai dengan karakteristik mereka, maka sebagian

    besar dari mereka akan mencapai ketuntasan. Guru harus mempertimbangkan antara

    waktu yang diperlukan berdasarkan karakteristik peserta didik dan waktu yang

    tersedia di bawah kontrol guru. Peserta didik yang belajar lambat perlu waktu lebih

    lama untuk materi yang sama, mereka dapat berhasil jika kompetensi awal merekaterdiagnosis secara benar dan mereka diajar dengan metode dan materi yang

    berurutan, mulai dari tingkat kompetensi awal mereka.

    Perhatian harus difokuskan pada pengajaran unit-unit terkecil dan tes

    menggunakan acuan kriteria guna menentukan apakah peserta didik telah memiliki

    keterampilan yang dipersyaratkan pada setiap tingkatan keberhasilan belajarnya.

    Tidak ada ukuran penentu misalnya 80%, yang penting bukan nilai pasti skor

    kelulusan, melainkan level minimal yang harus dimiliki dan diperlukan oleh peserta

    didik. Peserta didik harus mencapai skor 80% s.d. 90% sebelum beralih pada modul

    / topik berikutnya. Guru dapat menentukan skor / batas lulus untuk setiap target

    belajar.

    Patokan yang digunakan 80% atau yang mendekati. Guru dan sekolah dapat

    menetapkan nilai ketuntasan minimum secara bertahap dan terencana agar

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    38/50

    35

    memperoleh nilai ideal. Dengan nilai ketuntasan ideal adalah 100%. Nilai

    ketuntasan minimum tiap matapelajaran ditetapkan berdasarkan tingkat kesulitan

    dan kedalaman kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik (setiap

    matapelajaran dapat berbeda batas minimal nilai ketuntasannya). Akan tetapi,

    idealnya penentuan ketuntasan diberikan untuk setiap indikator. Peserta didik yang

    belum tuntas harus mengikuti program remedial.

    B. PENILAIAN OTENTIK ( A U T H E N T I C A S S E S S M E N T )

    Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang

    perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan peserta didik melalui

    berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan

    secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar- benar dikuasai dan dicapai. Penilaian otentik memandang bahwa: (1) penilaian dan

    pembelajaran secara terpadu; (2) penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata

    bukan dunia sekolah; (3) penilaian menggunakan berbagai cara dan kriteria; dan (4)

    penilaian bersifat holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan,

    keterampilan, dan sikap).

    Perubahan kurikulum menurut Hayat (2004:109) hendaknya dipahami tidak

    hanya sekedar penyesuaian substansi materi dan format kurikulum dengan tuntutan

    perkembangan, tetapi pergeseran paradigma ( paradigm shift ) dari pendekatan pendidikan yang berorientasi masukan ( input-oriented education ) ke pendekatan

    pendidikan berorientasi hasil atau standar ( outcome-based eduation ). Secara lebih

    sederhana, apa yang harus ditetapkan sebagai kebijakan kurikuler secara nasional

    oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bergeser dari pertanyaan tentang apa

    yang harus diajarkan (kurikulum) ke pertanyaan tentang apa yang harus dikuasai

    anak (standar kompetensi) pada tingkatan dan jenjang pendidikan tertentu.

    Diharapkan dengan pendekatan ini guru memiliki orientasi yang jelas tentang

    apa yang harus dikuasi anak di setiap tingkatan dan jenjang, serta pada saat yangsama memiliki kebebasan yang luas untuk mendesain dan melakukan proses

    pembelajaran yang ia pandang paling efektif dan efisien untuk mencapai standar

    tersebut. Dengan demikian, guru didorong untuk menerapkan prinsip-prinsip

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    39/50

    36

    pembelajaran tuntas ( mastery learning ) serta tidak berorientasi pada pencapaian

    target kurikulum semata.

    Proses penilaian yang dilakukan oleh guru baik yang bersifat formatif

    maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria. Untuk itu, dalam menerapkan

    standar kompetensi, guru harus: (1) mengembangkan matriks kompetensi belajar

    (learning competency matrix ) yang menjamin pengalaman belajar yang terarah; (2)

    mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan ( continuous authentic assessment )

    yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi. Penilaian otentik adalah

    proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian

    pembelajaran yang dilakukan peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu

    mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan

    pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.Prinsip-prinsip penilaian otentik menurut Hayat (2004:110), adalah: (1)

    proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses

    pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran ( a part of , not apart

    from , instruction ); (2) penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata ( real

    world problems ), bukan masalah dunia sekolah ( school work-kind of problems ); (3)

    penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai

    dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar; dan (4) penilaian harus bersifat

    holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotorik).

    Tujuan penilaian kelas oleh guru hendaknya diarahkan pada empat hal, yaitu:

    (1) keeping track , yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran peserta didik

    tetap sesuai dengan rencana; (2) checking -up , yaitu untuk mengecek adakah

    kelemahan-kelemahan yang dialami peserta didik dalam proses pembelajaran; (3)

    finding -out , yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan

    terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran; dan (4) summing -

    up , yaitu untuk menyimpulkan apakah peserta didik telah mencapai kompetensiyang ditetapkan atau belum.

    Agar tujuan penilaian tersebut tercapai, guru harus menggunakan berbagai

    metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan

    karakteristik pengalaman belajar yang dilaluinya. Tujuan dan pengalaman belajar

  • 8/15/2019 Evaluasi Program Pendidikan.pdf

    40/50

    37

    tertentu mungkin cukup efektif dinilai melalui tes tertulis ( paper-pencil test ),

    sedangkan tujuan dan pengalaman belajar yang lain (seperti bercakap dan praktikum

    IPA) akan sangat efektif dinilai dengan tes praktik ( performance assessment ).

    Demikian juga, metode observasi sangat efektif digunakan untuk menilai aktivitas

    pembelajaran siswa dalam kelompok, dan skala sikap ( rating scale ) sangat cocok

    untuk menilai aspek afektif, minat, dan motivasi siswa.

    Oleh sebab itu, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan kemahiran

    tentang berbagai metode dan teknik penilaian sehingga dapat memilih dan

    melaksanakan dengan tepat metode dan teknik yang dianggap paling sesuai dengan

    tujuan d