Upload
hoangdat
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EVALUASI SISTEM POLDER KOTA LAMA DAN BANDARHARJO SEMARANG
TERHADAP PENGENDALIAN BANJIR DAN ROB
THE EVALUATION OF POLDER SYSTEM AT KOTA LAMA AND BANDARHARJO SEMARANG ON FLOOD CONTROL AND ROB
T E S I S
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Teknik
Disusun oleh:
VICTOR TRI KARYANTO NUGROHO S 941008020
M A G I S T E R T E K N I K S I P I L K O N S E N T R A S I
TEKNIK REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SIPIL P R O G R A M P A S C A S A R J A N A
U N I V E R S I T A S S E B E L A S M A R E T S U R A K A R T A 2 0 1 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EVALUASI SISTEM POLDER KOTA LAMA DAN BANDARHARJO SEMARANG
TERHADAP PENGENDALIAN BANJIR DAN ROB
Disusun oleh:
VICTOR TRI KARYANTO NUGROHO S 941008020
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Jabatan
Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I :
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, M.S. NIP. 194804221985032001
.................... ....................
Pembimbing II : Ir. Agus Hari Wahyudi, M.Sc. NIP. 196308221989031002
.................... ....................
Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, M.S. NIP. 194804221985032001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
EVALUASI SISTEM POLDER KOTA LAMA DAN BANDARHARJO SEMARANG
TERHADAP PENGENDALIAN BANJIR DAN ROB
Disusun Oleh:
VICTOR TRI KARYANTO NUGROHO NIM. S941008020
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Tesis Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta
pada hari Kamis, tanggal 26 Januari 2012 Dewan Penguji: Jabatan Ketua Sekretaris Penguji I Penguji II
N a m a Ir. Ary Setyawan, M.Sc(Eng), Ph.D NIP. 196612041995121001 Dr. Ir. Rr. Rintis Hadiani, M.T. NIP. 196301201988032002 Prof. Dr. Ir. Sobriyah, M.S. NIP. 194804221985032001 Ir. Agus Hari Wahyudi, M.Sc. NIP. 196308221989031002
Tanda Tangan
..........................
..........................
..........................
..........................
Mengetahui:
Direktur Program Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. NIP. 196107171986011001
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, M.S. NIP. 194804221985032001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Victor Tri Karyanto Nugroho
NIM : S 941008020
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul:
EVALUASI SISTEM POLDER KOTA LAMA DAN BANDARHARJO SEMARANG
TERHADAP PENGENDALIAN BANJIR DAN ROB
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, tertulis dalam tesis
tersebut, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2012
Yang membuat pernyataan
VICTOR TRI KN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO & PERSEMBAHAN
A Never Ending Spirit.....................
... setiap kata yang terukir,
kupersembahkan seutuhnya
pada Istri dan Anak-anakku
atas seluruh cinta, kasih sayang,
dan pengorbanan tulus yang mereka berikan
demi kesuksesanku...
Istriku Dina Retno Herawaty S.Kep.
Anakku Naufal Hanif Mumtaz
Anakku Fauzan Habib Haidar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kepada Allah Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis dengan judul Evaluasi Sistem Polder Kota
Lama dan Bandarharjo Semarang terhadap Pengendalian Banjir dan Rob dapat
terselesaikan berkat bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang kepada:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta,
3. Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia Wilayah II Semarang, Pusat
Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIKLAT), Kementrian Pekerjaan Umum yang
telah memberikan beasiswa pendidikan kepada penulis,
4. Prof. Dr. Ir. Sobriyah, M.S. selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Pembimbing Akademis serta
Pembimbing Utama Tesis,
5. Ir. Ary Setyawan, M.Sc.(Eng)., Ph.D. selaku Sekretaris Program Studi Magister
Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Dosen Penguji,
6. Ir. Agus Hari Wahyudi, M.Sc. selaku Pembimbing Pendamping yang dengan
sabar telah memberikan saran dan pemahaman dalam penyusunan tesis,
7. Dr. Ir. Rr. Rintis Hadiani, M.T. selaku Dosen Penguji yang telah banyak
memberikan masukan, pemahaman dan saran dalam penyempurnaan
penyusunan tesis,
8. Segenap Staf Pengajar Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah mau berbagi ilmu dan pengalaman melalui
perkuliahan,
9. Para Pimpinan dan Rekan di Badan Kepegawaian Daerah Kota Semarang yang
telah membantu dan memberi kesempatan untuk mengikuti tugas belajar,
10. Para Pimpinan dan Rekan di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi
Sumber Daya Mineral yang telah membantu dan memberikan ijin untuk dapat
menempuh studi S2,
11. Mas Januar dan mas Agus yang telah dengan ikhlas melayani dan membantu
proses perkuliahan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
12. Teman-teman Mahasiswa Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Surakarta angkatan 2010 atas kekompakan dan kerjasamanya. Terima kasih
telah menjadi sahabat yang baik bagi penulis. You are my family at Solo City,
13. Bapak H. S. Priyo Atmojo, Ibu Hj. Siti Aminah dan Ibu Mertua Hj. Djuwariyah
yang begitu sabar dan ikhlas dalam membantu kelancaran serta kesuksesan
kuliah. Sujud bhaktiku untuk bapak, ibu dan ibu mertua,
14. Istriku Dina Retno Herawaty, S. Kep. dan anak-anakku mas Naufal Hanif
Mumtaz dan dek Fauzan Habib Haidar atas pengorbanan, kerelaan, serta
ketabahan sehingga penulis mampu menyelesaikan studi lanjut ini. You are my
spirit,
15. Mas Sigit, mas Dwi, Endah dan keluarganya atas dukungan moril yang
diberikan,
16. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini namun
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Tidak ada yang bisa penulis berikan
Allah SWT memberi anugrah dan balasan
atas segala kebaikan.
Surakarta, Januari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah merupakan kota pantai
karena berada di daerah Pantai Utara Pulau Jawa. Permasalahan banjir dan rob yang sering terjadi menjadikan perekonomian dan perdagangan tidak bisa berkembang pesat. Pembangunan sistem polder Kota Lama yang berlokasi di Kecamatan Semarang Utara dimaksudkan sebagai sarana dan prasarana lingkungan untuk mengatasi permasalahan banjir dan rob yang terjadi pada lingkungan sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan nilai kondisi fisik, mendapatkan hasil evaluasi kapasitas saluran dan mendapatkan hasil evaluasi kinerja Sistem Polder Kota Lama dan Bandarharjo Semarang.
Metode penelitian dilakukan dengan melakukan observasi langsung di lapangan yang meliputi penilaian masing-masing komponen drainase dan sistem polder, wawancara dan analisis data sekunder. Penelusuran banjir pada tampungan dan saluran digunakan untuk melakukan evaluasi kinerja sistem polder dan menganalisis konsep penanganan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem Polder Kota Lama dan Bandarharjo Semarang mempunyai nilai kondisi fisik sebesar 50,02%. Nilai ini termasuk dalam kategori cukup (diantara 50%-79%). Nilai ini diartikan bahwa sebagian infrastruktur tidak dapat beroperasi maksimal. Sebagian infrastruktur lain dalam kondisi rusak/tidak ada. Hasil evaluasi kapasitas saluran menunjukkan bahwa 8 dari 17 saluran yang dihitung terjadi limpas pada debit kala ulang 5 tahun. Hasil evaluasi kinerja Sistem Polder Kota Lama Semarang menggunakan Pompa Kalibaru dengan kapasitas 2,9 m3/dt didapatkan pada jam ke-0,5 sampai dengan jam ke-1,0 masih terjadi limpas pada debit kala ulang 10 tahun. Hasil evaluasi kinerja Sistem Polder Bandarharjo Semarang menggunakan Pompa Lanal dengan kapasitas 1,4 m3/dt didapatkan pada jam ke-0,5 sampai dengan jam ke-1,4 masih terjadi limpas pada debit kala ulang 10 tahun. Konsep penanganan untuk meningkatkan kinerja Sistem Polder Kota Lama adalah dengan penambahan kapasitas pompa Kali Baru sebesar 0,5 m3/dtk sehingga polder dan saluran tidak limpas. Konsep penanganan untuk meningkatkan kinerja Sistem Polder Bandarharjo adalah dengan penambahan kapasitas Pompa Lanal sebesar 1,6 m3/dtk sehingga saluran tidak limpas. Kata kunci: Evaluasi Sistem Polder, Peningkatan Kinerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT Semarang City as the capital of Central Java province is a coastal city
because its located in the north coast of Java Island. Flooding and rob are the problems that often occur on these area. That problems cause the trade and the economy are not able to grow rapidly. Construction of polder systems where located in Old Town District of North Semarang is intended as an environmental infrastructure to solve the rob and flooding problems that occurred in the surrounding area. The aims of this study are to obtain the value of physical condition, to obtain the capacity of channel, and to obtain the results of performance evaluation from the Polder Systems on Old Town and Bandarharjo Semarang.
Methods of research is conducting by straight observations which consist of assessment to each drainage structure and polder system, interview and secondary data. Flood routing on the polders and channels to evaluate the drainage system and polder performance then to find the concept of problem solution.
The results showed that the Old Town Polder Systems and Bandarharjo Semarang has a value of 50.02% physical condition. This value is included in the category enough (between 50% -79%). This value is interpreted that most of the infrastructure cannot operate optimally. Some other infrastructure conditions do not exist/out of order. The results of evaluation from channel capacity concluded that there are 8 of 17 segments of the evaluated channel show that the capacity does not enough for the discharge with return period of 5 years. The results of evaluation from the polder Systems on Old Town by using a Kalibaru pump with a total capacity equal to 2.9 m3/s is obtained at 0.5 hour to 1.0 hour when the overflow is still occurs for the discharge with 10 years return period. The results of evaluation from the polder system on Bandarharjo by using a Lanal pump with a total capacity equal to 1.4 m3/s is obtained at 0.5 hour to 1.4 hour when the overflow is still occurs for the discharge with 10 years return period. The solving concept to improve the polder system on Old Town performance is by adding the pumping capacity at 0.5 m3/s so the drainage system and polder does not overflow. The solving concept to improve the polder system on Bandarharjo performance is by adding the pumping capacity at 1.6 m3/s so the drainage does not overflow.
Keywords: The Evaluation of Polder System, Performance Improvement
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,
hidayah, karunia, anugerah, berkah, serta kesehatan, kesempatan, kemauan, juga
kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik tesis berjudul
Evaluasi Sistem Polder Kota Lama dan Bandarharjo Semarang terhadap
Pengendalian Banjir dan Rob. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Pasca Sarjana dan meraih gelar Magister
Teknik.
Sebagaimana himbauan dari PUSBIKTEK yang saat ini menjadi PUSDIKLAT
agar tesis karyasiswa lebih diarahkan untuk mengatasi permasalahan yang ada di
daerah, maka penulis merasa perlu untuk mengevaluasi Sistem Polder Kota Lama
dan Bandarharjo Semarang terhadap pengendalian banjir dan rob yang terjadi di Kota
Semarang. Penulis berusaha menilai kondisi eksisting dan mengetahui kinerja sistem
polder terhadap pengendalian banjir dan rob.
Penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari kata sempurna, tidak ada manusia
yang sempurna karena manusia adalah tempatnya khilaf dan lupa. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik yang membangun serta saran yang mendukung demi
penyempurnaan tulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi Dunia
Teknik Sipil Indonesia pada umumnya dan Pemerintah Kota Semarang khususnya
dalam rangka meningkatkan derajat keiluman dan kesejahteraan masyarakat.
Surakarta, Januari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
PERNYATAAN ......................................................................................................... iv
MOTTO & PERSEMBAHAN .................................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................ viii
ABSTRACT ................................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ................................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xviii
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN ................................................................. xix
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3
1.5 Batasan Masalah ............................................................................................ 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ................................... 4
2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 4
2.1.1 Operasi Sistem Polder ............................................................................ 6
2.1.2 Sedimentasi pada Sistem Drainase ........................................................ 6
2.2 Landasan Teori .............................................................................................. 7
2.2.1 Penilaian Kondisi Sistem Polder ............................................................ 7
2.2.2 Sistem Polder ......................................................................................... 9
2.2.3 Hujan .................................................................................................... 13
2.2.4 Analisis Intensitas Hujan ..................................................................... 16
2.2.5 Waktu Konsentrasi ............................................................................... 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
2.2.6 Perhitungan debit banjir puncak .......................................................... 16
2.2.7 Penelusuran Aliran ............................................................................... 20
2.2.8 Perhitungan kapasitas saluran .............................................................. 21
2.2.9 Rob (Banjir Air Pasang) ...................................................................... 23
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 24
3.1 Lokasi Penelitian ......................................................................................... 24
3.2 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 25
3.3 Teknik Analisis Data ................................................................................... 26
BAB IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................... 29
4.1. Analisis Komponen Sistem Polder.............................................................. 29
4.1.1. Komponen Sistem Polder .................................................................... 29
4.1.2. Penyusunan Penilaian Kondisi Sistem Polder ..................................... 29
4.2. Desain Penilaian Komponen dan Pembobotan ........................................... 35
4.3. Penerapan Desain Penilaian Komponen ..................................................... 38
4.3.1. Penilaian Kondisi Sistem Polder .......................................................... 38
4.3.1.1. Tanggul Keliling .............................................................................. 39
4.3.1.2. Stasiun Pompa .................................................................................. 41
4.3.1.3. Kolam Retensi .................................................................................. 43
4.3.1.4. Saluran Drainase .............................................................................. 44
4.3.2. Hasil Penilaian Kondisi Sistem Polder ................................................ 49
4.4. Analisis Hidrologi ....................................................................................... 49
4.4.1. Data Curah Hujan Harian maksimum .................................................. 49
4.4.2. Distribusi Hujan ................................................................................... 50
4.4.3. Curah hujan rencana ............................................................................ 51
4.4.4. Perhitungan Waktu Konsentrasi .......................................................... 52
4.4.5. Intensitas Hujan Rencana ..................................................................... 53
4.5. Perhitungan Debit Banjir ............................................................................. 54
4.5.1. Luas Catchment Area ........................................................................... 54
4.5.2. Debit Banjir 2 tahunan ......................................................................... 59
4.5.3. Debit Banjir 5 tahunan ......................................................................... 59
4.5.4. Debit Banjir 10 tahunan ....................................................................... 60
4.6. Perhitungan Kapasitas Saluran .................................................................... 61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
4.7. Evaluasi Kapasitas Saluran ......................................................................... 63
4.7.1. Evaluasi Kapasitas Saluran terhadap Debit Banjir 2 tahunan .............. 63
4.7.2. Evaluasi Kapasitas Saluran terhadap Debit Banjir 5 tahunan .............. 64
4.7.3. Evaluasi Kapasitas Saluran terhadap Debit Banjir 10 tahunan ............ 66
4.8. Analisis Debit Banjir Rancangan ................................................................ 67
4.8.1. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu DTA MT. Haryono .................... 68
4.8.2. Hidrograf Banjir Rancangan DTA MT. Haryono ................................ 71
4.8.3. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu DTA Ronggowarsito ................. 72
4.8.4. Hidrograf Banjir Rancangan DTA Ronggowarsito ............................. 75
4.8.5. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu DTA Mpu Tantular .................... 76
4.8.6. Hidrograf Banjir Rancangan DTA Mpu Tantular ................................ 78
4.8.7. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu DTA Arteri ................................ 79
4.8.8. Hidrograf Banjir Rancangan DTA Arteri ............................................ 82
4.8.9. Hidrograf Aliran .................................................................................. 83
4.8.9.1. Penelusuran Banjir di Polder Tawang .............................................. 83
4.8.9.2. Pengaruh rob (banjir pasang air laut) ............................................... 87
4.8.9.3. Penelusuran Banjir di Saluran Bandarharjo ..................................... 87
4.8.9.4. Penelusuran Banjir di Saluran Arteri ............................................... 90
4.9. Konsep Penanganan .................................................................................... 92
4.9.1. Konsep Penanganan Sistem Polder Kota Lama ...................................... 92
4.9.2. Konsep Penanganan Sistem Bandarharjo ................................................ 96
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 99
5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 99
5.2. Saran .......................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... xxi
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Besarnya sedimentasi tahunan di masing-masing sub sistem drainase ....... 7
Tabel 2.2 Desain Penilaian Bangunan Outlet/Muara pada Jaringan Drainase ............ 8
Tabel 2.3 Parameter statistik untuk menentukan jenis distribusi ............................... 13
Tabel 2.4 Nilai K untuk distribusi Log-Pearson III ................................................... 15
Tabel 2.5 Koefisien Aliran Permukaan (C) ............................................................... 17
Tabel 2.6 Tipikal harga koefisien kekasaran Manning .............................................. 22
Tabel 3.1 Matrik proses penelitian ............................................................................ 28
Tabel 4.1 Komponen- Komponen Sistem Polder ...................................................... 29
Tabel 4.2 Penyusunan Penilaian Kondisi Sistem Polder ........................................... 30
Tabel 4.3 Desain Penilaian Tanggul keliling pada Sistem polder ............................. 30
Tabel 4.4 Desain Penilaian Stasiun Pompa pada Sistem Polder ................................ 31
Tabel 4.5 Desain Penilaian Kolam retensi pada Sistem Polder ................................. 32
Tabel 4.6 Desain Penilaian Saluran Drainase pada Sistem Polder ............................ 33
Tabel 4.7 Bobot Komponen Sistem Polder ............................................................... 35
Tabel 4.8. Data dan Nilai Kondisi rata-rata tanggul keliling ..................................... 39
Tabel 4.9. Bobot Kondisi Talud saluran/jalan ........................................................... 40
Tabel 4.10. Bobot Kondisi Parapet ............................................................................ 41
Tabel 4.11. Bobot Kondisi Tanggul Keliling ............................................................ 41
Tabel 4.12. Data dan Nilai Kondisi rata-rata stasiun pompa ..................................... 41
Tabel 4.13. Bobot Kondisi Pompa ............................................................................. 42
Tabel 4.14. Bobot Kondisi Generator set .................................................................. 42
Tabel 4.15. Bobot Kondisi Pintu air .......................................................................... 42
Tabel 4.16. Bobot Kondisi Rumah Pompa ................................................................ 42
Tabel 4.17. Bobot Kondisi Stasiun Pompa ................................................................ 42
Tabel 4.18. Data dan Nilai Kondisi rata-rata kolam retensi ...................................... 43
Tabel 4.19. Bobot Kondisi kolam penangkap sedimen ............................................. 43
Tabel 4.20. Bobot Kondisi pintu inlet ........................................................................ 43
Tabel 4.21. Bobot Kondisi pintu outlet ...................................................................... 44
Tabel 4.22. Bobot Kondisi saringan sampah ............................................................. 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel 4.23. Bobot Kondisi Kolam Retensi ................................................................ 44
Tabel 4.24. Data dan Nilai Kondisi rata-rata saluran drainase .................................. 45
Tabel 4.25. Bobot Kondisi saluran primer ................................................................. 48
Tabel 4.26. Bobot Kondisi saluran sekunder ............................................................. 48
Tabel 4.27. Bobot Kondisi saluran tersier ................................................................. 48
Tabel 4.28. Bobot Kondisi Saluran Drainase ............................................................ 48
Tabel 4.29. Hasil penilaian Kondisi Sistem Polder ................................................... 49
Tabel 4.30. Data curah hujan harian maksimum selama 10 tahun (Sta. 42A) ........... 50
Tabel 4.31. Data curah hujan harian maksimum setelah diurutkan ........................... 50
Tabel 4.32. Perhitungan parameter statistik ............................................................... 51
Tabel 4.33. Perhitungan distribusi metode log pearson type III ................................ 51
Tabel 4.34. Nilai curah hujan rencana ....................................................................... 52
Tabel 4.35. Data Kemiringan Saluran ....................................................................... 52
Tabel 4.36 Hasil Perhitungan Waktu Konsentrasi (tc) .............................................. 53
Tabel 4.37 Hasil Perhitungan Intensitas Hujan ......................................................... 53
Tabel 4.38. Catchment Area dan Koefisien Pengaliran ............................................. 56
Tabel 4.39. Keterangan Nomor Sub Daerah Tangkapan Air (DTA) ......................... 58
Tabel 4.40. Keterangan Kode Saluran/Pompa ........................................................... 58
Tabel 4.41. Debit Banjir Kala Ulang 2 Tahunan ....................................................... 59
Tabel 4.42. Debit Banjir Kala Ulang 5 Tahunan ....................................................... 60
Tabel 4.43. Debit Banjir Kala Ulang 10 Tahunan ..................................................... 61
Tabel 4.44 Perhitungan kapasitas saluran .................................................................. 62
Tabel 4.45. Perbandingan Debit Banjir 2 tahunan dengan Kapasitas Saluran .......... 63
Tabel 4.46. Perbandingan Debit Banjir 5 tahunan dengan Kapasitas Saluran .......... 64
Tabel 4.47. Perbandingan Debit Banjir 10 tahunan dengan Kapasitas Saluran ........ 66
Tabel 4.48 Perhitungan intensitas hujan jam-jaman .................................................. 67
Tabel 4.49 Curah hujan jam-jaman ............................................................................ 68
Tabel 4.50 Curah Hujan Efektif jam-jaman (Re) ...................................................... 68
Tabel 4.51. Persamaan Ordinat HSS Nakayasu DTA MT. Haryono ........................ 70
Tabel 4.52. Persamaan Ordinat HSS Nakayasu DTA Ronggowarsito ...................... 73
Tabel 4.53. Persamaan Ordinat HSS Nakayasu DTA Mpu Tantular ........................ 77
Tabel 4.54. Persamaan Ordinat HSS Nakayasu DTA Arteri ..................................... 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Tabel 4.55. Hubungan antara tinggi peluapan (H) dan tampungan (S) ..................... 83
Tabel 4.56 Data Pompa Kali baru .............................................................................. 85
Tabel 4.57. Penelusuran banjir Polder Tawang Kala Ulang 10 tahun ....................... 85
Tabel 4.58. Hubungan tinggi peluapan (H) dan tampungan (S) dan Outflow (O) .... 88
Tabel 4.59. Penelusuran banjir di Saluran Bandarharjo ............................................ 89
Tabel 4.60. Penelusuran banjir di Saluran Arteri ....................................................... 91
Tabel 4.61. Kapasitas genset dan listrik (PLN) untuk pompa Kali Baru ................... 93
Tabel 4.62 Kondisi setelah adanya penambahan kapasitas pompa ........................... 94
Tabel 4.63 Data Pompa setelah ada penambahan kapasitas ...................................... 95
Tabel 4.64 Konfigurasi Operasional Pompa Kali Baru ............................................. 96
Tabel 4.65 Penelusuran Banjir di Saluran Arteri setelah penambahan pompa .......... 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sistem Drainase Polder tipe 1 ................................................................ 10
Gambar 2.2 Sistem Drainase Polder tipe 2 ................................................................ 10
Gambar 2.3 Sistem Drainase Polder tipe 3 ................................................................ 11
Gambar 2.4 Sistem Drainase Polder tipe 4 ................................................................ 11
Gambar 2.5 Sistem Drainase Polder tipe 5 ................................................................ 11
Gambar 2.6 Sistem Drainase Polder tipe 6 ................................................................ 12
Gambar 2.7 Elemen Sistem polder ............................................................................ 12
Gambar 2.8 Ordinat Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu ......................................... 19
Gambar.3.1 Lokasi penelitian .................................................................................... 24
Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian ............................................................................. 27
Gambar 4.1 Distribusi Komponen dan Bobot pada Sistem Polder ............................ 36
Gambar 4.2. Pembagian catchment area saluran sistem polder ................................ 55
Gambar 4.3. Skema Drainase Sistem Polder Lama dan Bandarharjo ....................... 57
Gambar 4.4. Perbandingan debit banjir 2 tahunan dengan kapasitas saluran ............ 64
Gambar 4.5. Perbandingan debit banjir 5 tahunan dengan kapasitas saluran ............ 65
Gambar 4.6. Perbandingan debit banjir 10 tahunan dengan kapasitas saluran .......... 67
Gambar 4.7. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu DTA MT. Haryono ..................... 71
Gambar 4.8. Hidrograf Banjir Rancangan DTA MT Haryono .................................. 72
Gambar 4.9. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu DTA Ronggowarsito .................. 75
Gambar 4.10. Hidrograf Banjir Rancangan DTA Ronggowarsito ............................ 75
Gambar 4.11. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu DTA Mpu Tantular ................... 78
Gambar 4.12. Hidrograf Banjir Rancangan DTA Mpu Tantular ............................... 79
Gambar 4.13. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu DTA Arteri ............................... 82
Gambar 4.14. Hidrograf Banjir Rancangan DTA Arteri ........................................... 82
Gambar 4.15. Grafik hubungan H dan S ................................................................... 84
2 .................................................................. 84
Gambar 4.17. Grafik hidrograf aliran ........................................................................ 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Lampiran B
Lampiran C
Lampiran D
Lampiran E
Lampiran F
Lampiran G
Lampiran H
Lampiran I
Lampiran J
Lampiran K
Desain Penilaian Jaringan Drainase.............................
Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Drainase.......
..........
..........
Peta Topografi Sistem Polder......................................
Peta Elevasi Lahan pada Sistem Polder........................
Peta Tata Guna Lahan................................................
Tabel Hidrograf Banjir Metode Nakayasu . ..........
Data Pompa Banjir ............................. ...
Foto Dokumentasi ............................. ....
As Built Drawing ............................. ....
LA-1
LB-1
LC-1
LD-1
LE-1
LF-1
LG-1
LH-1
LI-1
LJ-1
LK-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
A : Luas Daerah Aliran Sungai (km2) : Luas saluran (m2)
A1, A2 n Luas DAS ke 1 sampai ke n (km2) B : Lebar ambang bangunan pelimpah (m) BL : Bocoran limpas BP : Bocoran pintu b : Lebar saluran (m) C : Koefisien pengaliran Cd : Koefisien debit bangunan pelimpah (1,7-2,2 m/detik) Ck : Koefisien kurtosis Cs : Koefisien skewness/kemencengan Cv : Koefisien variety C1, C2 n : Koefisien pengaliran ke 1 sampai ke n dS : Perubahan tampungan (storage) di ruas sungai (m³) dt : Interval waktu penelusuran (detik, jam atau hari) EL : Endapan lumpur H : Tinggi peluapan (m) Ha : Hektare H Tinggi penampang saluran (m) I : Intensitas hujan (mm/jam)
: Inflow (m3/detik) 1 2 : Inflow (m3/detik) pada waktu ke-1 dan ke-2 (m3/detik)
K : Koefisien tampungan Km : Keamanan Kr : Kerusakan KSP : Kondisi sistem polder (%) Ktk : Kondisi tanggul keliling (%) Ksp : Kondisi stasiun pompa (%) Kkr : Kondisi kolam retensi (%), Ksd : Kondisi saluran drainase (%) L : Panjang lintasan air (km) Log X : Nilai rata-rata dalam log Log Xi : Nilai varian ke-i dalam log N : Koefisien kekasaran manning O : Outflow (m3/detik) O1,O2 : Outflow pada waktu ke-1 dan ke-2 (m3/detik) Op Operasional P : Keliling basah (m) PRP : Pasangan retak pecah Pe : Pemeliharaan PS : Profil saluran Q : Debit (m3/detik)
: Debit rencana (m3/detik)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
Qs : Debit saluran (m3/detik) Qp : Debit puncak banjir (m3/detik) Qt : Debit total (m3/detik) Q1 : Debit yang keluar pada permulaan periode penelusuran
(m3/detik) Q2 : Debit dengan kala ulang 2 tahun (m3/detik) Q5 : Debit dengan kala ulang 5 tahun (m3/detik) Q10 : Debit dengan kala ulang 10 tahun (m3/detik) R : Curah hujan rencana (mm)
: Jari-jari hidrolis (m) Re : Curah hujan efektif (mm) Ro : Curah hujan satuan (mm) RT : Intensitas hujan rerata sampai dengan jam ke-t (mm/jam) R(T-1) : Rerata hujan dari awal sampai dengan jam ke-(t-1) R24 : Curah hujan dalam 1 hari (mm) rT : Curah hujan pada jam ke-T S : Kemiringan lahan Sd : Standart deviasi
: Volume tampungan (m³) 1 2 Volume tampungan pada waktu ke-1 dan ke-2 (m³)
T : Waktu mulai hujan T : Durasi/lamanya hujan (jam) tc : Waktu konsentrasi hujan (jam) tg : Waktu konsentrasi (jam) Tp : Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir
(jam) Tr : Interval kejadian (periode ulang) Tr : Waktu naik dari curah hujan (jam) T0,3 : Waktu yang diperlukan pada penurunan debit puncak sampai
ke debit sebesar 30% dari debit puncak (jam) V : Kecepatan air (m/dt)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu
kota pantai karena berada di daerah Pantai Utara Pulau Jawa. Kota Semarang
memiliki wilayah laut dengan garis pantai sepanjang 13,6 km yang memanjang di
kawasan utara Jawa Tengah. Posisi geografis Kota Semarang terletak pada 6º5'-7º10'
Lintang Selatan dan 110º35' Bujur Timur dengan luas mencapai 37.366 Ha atau
373,7 Km², terdiri atas dataran rendah di bagian utara yang dikenal dengan Semarang
bawah, dan daerah perbukitan di bagian selatan yang dikenal dengan Semarang atas.
Kota Semarang mempunyai fungsi yang strategis sebagai pusat administrasi
sekaligus sebagai pusat pengembangan ekonomi dan perdagangan. Namun
permasalahan banjir yang sering terjadi khususnya di daerah Semarang bawah
menjadikan perekonomian dan perdagangan tidak bisa berkembang pesat.
Banjir dengan debit besar pada musim hujan diakibatkan oleh hasil erosi dari
hulu Daerah Aliran Sungan (DAS) atau sub DAS-nya. Hasil erosi yang mengendap
di sungai/saluran menyebabkan sedimentasi sehingga terjadi degradasi/penurunan
kapasitas saluran. Penurunan fungsi saluran juga disebabkan oleh adanya bangunan
liar/ilegal yang berada dibantaran atau bahkan badan sungai/saluran. Penurunan
fungsi saluran menyebabkan unti hidrograf banjir meningkat dan waktu konsentrasi
semakin cepat. Permasalahan lain yang mempengaruhi sistem drainase adalah
fenomena rob (banjir akibat pasang air laut), intrusi air asin di Kota Semarang bawah
dan gejala penurunan elevasi tanah (Land subsidence).
Beberapa lokasi di Kota Semarang yang sering menjadi langganan banjir dan
rob adalah (1) Kecamatan Gayamsari, tinggi genangan 40-75 cm dan lama genangan
4-72 jam, (2) Kecamatan Tugu, tinggi genangan 20-200 cm dan lama genangan 1-72
jam, (3) Kecamatan Semarang Barat, tinggi genangan 30-100 cm dan lama genangan
1-9 jam, (4) Kecamatan Semarang Tengah, tinggi genangan 10-50 cm dan lama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
genangan 1-5 jam, (5) Kecamatan Semarang Utara, tinggi genangan 20-75 cm dan
lama genangan 3-24 jam, (6) Kecamatan Ngaliyan, tinggi genangan 50-80 cm dan
lama genangan 1-3 jam, (7) Kecamatan Pedurungan, tinggi genangan 30-90 cm dan
lama genangan 3-72 jam, (8) Kecamatan Semarang Timur, tinggi genangan 10-60 cm
dan lama genangan 1-12 jam, (9) Kecamatan Genuk, tinggi genangan 10-60 cm dan
lama genangan 3-72 jam. Total luas genangan di Kota Semarang mencapai 2.111,84
hektar (DPU Kota Semarang, 2006).
Sistem Polder dipandang sebagai alternatif terbaik untuk mengatasi banjir dan
rob di Kota Semarang. Perencanaan dan pembangunan sistem polder Kota Lama
yang berlokasi di Kecamatan Semarang Utara dimaksudkan sebagai sarana dan
prasarana lingkungan untuk mengatasi permasalahan banjir dan rob yang terjadi pada
lingkungan sekitarnya.
Sistem Polder Kota Lama merupakan bagian dari Sistem Polder Bandarharjo
dan saat ini dibatasi oleh rel Kereta Api (KA) Tawang. Wilayah sebelah selatan rel
KA Tawang merupakan Sistem Polder Kota Lama sedangkan sebelah utara rel KA
Tawang merupakan Sistem Polder Bandarharjo. Hal ini dimaksudkan agar banjir
yang berada di sebelah selatan rek KA dibuang melalui Pompa Kali Baru. Banjir
yang berada di sebelah utara rel KA dibuang melalui Pompa Lanal.
Kenyataannya sampai saat ini wilayah Kota Lama dan Bandarharjo Semarang
masih mengalami banjir dan rob yang berarti kinerja Sistem Polder Kota Lama dan
Bandarharjo ini kurang baik jika dilihat dari fungsi utamanya sebagai sarana
pengendali banjir dan rob maupun dari aspek sosial, ekonomi dan pelestarian
lingkungan.
Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kondisi fisik dan kinerja sistem
polder Kota Lama dan Bandarharjo Semarang. Evaluasi kinerja dilakukan terhadap
masing-masing sistem sehingga akan diketahui permasalahan sesungguhnya yang
mengakibatkan sistem polder ini tidak dapat berfungsi dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada studi ini adalah:
1. Bagaimana kondisi fisik Sistem Polder Kota Lama dan Bandarharjo Semarang?
2. Bagaimana kapasitas saluran pada Sistem Polder Kota Lama dan Bandarharjo
Semarang?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
3. Bagaimana kinerja Sistem Polder Kota Lama?
4. Bagaimana kinerja Sistem Polder Bandarharjo Semarang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan nilai kondisi fisik Sistem Polder Kota Lama dan Bandarharjo,
2. Mendapatkan hasil evaluasi kapasitas saluran pada Sistem Polder Kota Lama
dan Bandarharjo,
3. Mendapatkan hasil evaluasi kinerja Sistem Polder Kota Lama Semarang,
4. Mendapatkan hasil evaluasi kinerja Sistem Polder Bandarharjo Semarang.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar untuk peningkatan kinerja
Sistem Polder Kota Lama dan Bandarharjo Semarang kepada Pemerintah Kota
Semarang.
1.5 Batasan Masalah
Agar lebih fokus dalam pembahasan dan menjaga supaya obyek studi tidak
meluas, maka penelitian ini mempunyai batasan sebagai berikut:
1. Batas luar sistem polder yang dibuat untuk studi adalah Jalan Usman Janatin di
sebelah utara, Jalan MT. Haryono dan Jalan Ronggowarsito di sebelah timur,
Jalan Petudungan di sebelah barat dan Kali Semarang dan Kali Baru di sebelah
barat,
2. Penilaian kondisi sistem polder mengadopsi dari Desain Kriteria Penilaian
Kondisi Jaringan Drainase dan Aplikasinya dalam Vadlon 2011,
3. Data Curah Hujan yang digunakan adalah data curah hujan yang tercatat pada
Stasiun 42A Kalisari yang mempunyai karakteristik sama dengan lokasi Sistem
Polder Kota Lama dan Bandarharjo Semarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Sistem polder merupakan salah satu alternatif rekayasa yang dinilai tepat dan
efektif untuk mengendalikan banjir dan mendukung pengembangan kawasan
perkotaan di daerah dataran rendah rawan banjir. Sistem polder ini terdiri atas
tanggul, kolam retensi, sistem drainase, pompa dan komponen lainnya yang
merupakan satu sistem dan dirancang sesuai dengan lokasi dan permasalahan yang
dihadapi (Joyce Martha Widaya, 2008).
Sistem polder merupakan sebuah sistem tata air tertutup dengan elemen
elemen tanggul, pompa, saluran, waduk retensi, pengaturan lansekap, saluran dan
instalasi air kotor. Sistem polder ini harus bekerja sebagai sebuah kesatuan sistem
dan terintegrasi dengan master plan drainase yang lebih makro (Gunawan
Tanuwidjaja dan Joyce Martha Widaya, 2010).
Konsep sistem polder adalah suatu sistem tata air tertutup menggunakan
tanggul keliling dan pintu air sehingga menjadi solusi yang tepat dalam mengatasi
masalah banjir dan genangan di daerah yang rendah. Disamping banjir dari laut,
sistem ini juga dapat melindungi areal di dalam tanggul dari banjir akibat hujan
melalui sistem manajemen pengairan yang memadai (Anonim, 2009).
Sistem polder dibangun untuk menghindari air mengalir kembali ke dalam
sistem dengan menggunakan pompa bila terjadi hujan. Pengeluaran air didalam
sistem dapat dilakukan secara gravitasi apabila tinggi muka air di sungai lebih rendah
dari dalam sistem (Kalmah dkk, 2009).
Polder setiap saat beresiko terhadap banjir dan perlu perawatan untuk
melindungi tanggul sekitarnya. Tanggul sebagian besar dibangun dengan
menggunakan bahan lokal yang masing-masing memiliki faktor resiko. Tanah
misalnya rawan runtuh karena over saturasi (Martin Orfanus, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Penurunan tanah serta meningkatnya permukaan air laut menimbulkan
ancaman yang serius pada sistem polder. Tanah polder menjadi tidak stabil dan harus
dilakukan investasi untuk menjaga daerah yang dihuni. Sebagai contoh di Belanda
yang sebagian besar penduduknya kaya, masyarakat akan mampu untuk terus
mempertahankan sistem polder (Schoubroeck, 2010).
Sebuah metode pengawasan/kontrol sistem polder dapat diatur dengan
memantau tampungan yang tersedia dalam sistem, selama dan setelah hujan. Dengan
cara ini daerah genangan/masalah drainase dapat ditanggulangi jika
pengawasan/kontrol diatur dengan benar sehingga mendapatkan kinerja yang baik
(Peter Jules, 2003).
Polder adalah sistem penanganan drainase lahan sebagai bentuk kombinasi
antara: a) Sistem tanggul banjir, yang melokalisir areal pelayanan sehingga aliran
dari daerah lain tidak dapat masuk, b) Sistem pintu air, yang digunakan untuk
mencegah masuknya kembali aliran ke dalam saluran drainase yang terjadi pada saat
elevasi muka air disebelah hulu atau pada saat terjadi air pasang di lokasi-lokasi yang
terpengaruh oleh fluktuasi pasang surut, c) Sistem pompa digunakan untuk
mengeluarkan/memindahkan aliran pada saat terjadi pasang karena elevasi muka air
di hilir lebih tinggi dari pada di hulu pintu (Anonim, 2009).
Sistem polder bisa dibuat untuk satu kawasan dengan luas bervariasi dari
puluhan hingga ribuan hektar. Kawasan yang berpotensi banjir tersebut diberi batas
keliling yang merupakan batas hidrologi. Air dari daerah lain tidak bisa masuk ke
daerah polder meski tidak seluruhnya bisa ditahan karena ada air yang berasal dari
rembesan (seepage) dan air yang berasal dari hujan yang turun di kawasan tersebut.
Air-air ini harus dikelola dengan benar agar tidak menyebabkan banjir di dalam
kawasan itu sendiri (Sawarendro, 2010).
Badai Katrina menyebabkan banjir dahsyat di St. Bernard Parish Polder,
Louisiana. Tingkat air yang ekstrim menyebabkan kerusakan dalam sistem
tanggul/dinding. Sumber banjir diperiksa sepanjang pinggiran polder. Air banjir
terutama masuk melalui sisi timur dan barat polder tersebut. Peningkatan hidrograf
terjadi sepanjang batas polder (Ebersole, 2010).
Daerah irigasi Mansour merupakan bagian dari Danau Burullus yang
direklamasi, dikeringkan dan dikembangkan di tahun 1960. Reklamasi tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
sepenuhnya berhasil dan air tanah masih terlalu tinggi sehingga drainase perlu
ditingkatkan dan diperdalam. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi rembesan dari
danau ke daerah polder (reklamasi). Perhitungan menunjukkan bahwa dengan
perbaikan drainase akan mengurangi rembesan (Boumans, 1983).
2.1.1 Operasi Sistem Polder
1. Pintu Air
Pintu air disaratkan tidak boleh bocor dan mudah dioperasikan. Pintu air
dibuka pada saat muka air di bagian hilir pintu air lebih rendah dibandingkan dengan
muka air di bagian hulu dan pintu air ditutup pada saat muka air di hilir lebih tinggi
dibandingkan dengan muka air dibagian hulu (Al Falah, 2000).
2. Pompa
Bebarapa aspek penting yang diperhitungkan dalam perencanaan Standar
Operasi Pompa (Joyce Marta Widjaya, 2008) adalah:
a. Kemudahan dalam penyediaan suku cadang agar diusahakan menggunakan
pompa setipe bila diperlukan lebih dari satu pompa,
b. Kemungkinan kegagalan dalam operasi pompa apabila pompa menggunakan
genset (pembangkit listrik tenaga diesel) yang sama maka harus diupayakan
agar genset tersebut tidak terlalu lama bekerja sendiri atau tunggal karena
overpower ini, akan mengakibatkan terjadinya karbonasi yang berlebihan,
c. Kecepatan peningkatan elevasi muka air di waduk akan menentukan waktu
kapan pompa dioperasikan,
d. Durasi kerja pompa diusahakan seminimal mungkin dengan alasan ekonomis.
3. Kolam Tando
a. pencatatan elevasi air kolam dan luar kolam,
b. pencatatan elevasi air maksimum,
c. evaluasi kapasitas berdasar data bulanan.
2.1.2 Sedimentasi pada Sistem Drainase
Hasil erosi lahan dan sampah tidak tidak sepenuhnya masuk ke dalam
saluran/sungai. Material hasil erosi lahan sebagian mengendap dalam
perjalananannya sebelum mencapai sungai atau saluran. Hasil erosi yang mengendap
di saluran mengakibatkan sedimentasi/endapan lumpur. Sedimentasi akan meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
jika terdapat bangunan yang ada dibantaran sungai/saluran. Berdasarkan Laporan
Akhir Penyusunan Dokumen Master Plan Drainase Kota Semarang Tahun 2007
besarnya sedimentasi seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Besarnya sedimentasi tahunan di masing-masing sub sistem drainase
Nama Sistem
Drainase
Nama Sub-Sistem
Luas DAS (ha)
Total Erosi (ton)
YIL Sedimen
(m3/tahun)
Sampah Yang
Masuk Sistem
Drainase (m3/th)
Total Endapan Sedimen Di Sistem Drainase (m3/th)
Mangkang Mangkang 4.396,75 99.472 10.231 11.554 21.785
Bringin 4.760,50 119.804 11.638 12.510 24.148
Semarang Barat
Tugu 604,75 4.523 698 1.589 2.287
Silandak 1.034,25 51.413 7.345 2.718 10.063
Siangker 1.275,50 10.516 1.382 3.352 4.734
Semarang Tengah
BKB 19.896,50 1.337.673 91.726 52.284 144.011
Bulu 76,00 427 98 200 297
Asin 264,00 1.485 255 694 948
Semarang 586,75 3.300 528 1.542 2.070
Baru 185,00 1.040 208 486 694
Bandarharjo 233,50 1.313 233 614 846
Simpang5 419,25 2.358 391 1.102 1.492
Banger 550,75 3.097 496 1.447 1.943
Semarang Timur
BKT 3.702,75 135.760 14.740 9.730 24.470
Tenggang 1.133,75 6.376 838 2.979 3.817
Sringin 1.526,50 8.584 1.079 4.011 5.091
Babon 12.712,25 340.628 25.304 33.406 58.709
Pedurungan 1.076,75 7.934 1.088 2.830 3.918 Jumlah 54.435,50 2.135.702 168.276 143.047 311.323
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Penilaian Kondisi Sistem Polder
Penilaian kondisi sistem polder dilakukan terhadap beberapa komponen yang
meliputi, tanggul keliling, stasiun pompa, kolam retensi, pintu air dan saluran
drainase. Setiap komponen memberikan kontribusi terhadap kondisi fisik sistem
polder secara keseluruhan. Bobot setiap komponen disusun atas besarnya pengaruh
terhadap pengendalian banjir dan rob.
Penilaian kondisi sistem polder mengambil rujukan pada (Vadlon, 2011)
tentang Desain Penilaian Jaringan Drainase. Komponen yang ada di desain tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
sebagian digunakan untuk penilaian sedangkan komponen lainnya merupakan
pengembangan. Desain penilaian Jaringan Drainase seperti ditunjukkan pada Tabel
2.2, selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran A.
Tabel 2.2 Desain Penilaian Bangunan Outlet/Muara pada Jaringan Drainase
No Bangunan
Kondisi Bangunan Baik
Kondisi rata-rata aspek 80% - 100%
Cukup Kondisi rata-rata aspek 50% - 79%
Rusak Kondisi rata-rata aspek 0% - 49%
Pintu Outlet - Pintu/Pintu
Outlet
- Semua pintu dapat
dioperasikan dengan baik, secara mekanis dan hidrolis
- Terdapat atap pelindung dan Pengaman pintu outlet
- Semua daun pintu yang terpasang tidak bocor
- Terdapat petunjuk manual operasi pintu
- Semua pintu dicat
- Sebagian pintu
tidak dapat dioperasikan dengan lancar
- Atap pelindung dan pengaman pintu sebagian ada yang rusak
- Daun pintu yang terpasang dijumpai kebocoran
- Terdapat petunjuk manual operasi
- Sebagian cat pintu sudah mengelupas
- Semua pintu tidak
dapat dioperasikan dengan lancar
- Tidak terdapat atap pelindung dan pengaman pintu
- Daun pintu yang terpasang bocor
- Tidak terdapat petunjuk manual operasi pintu
- Cat semua pintu hampir pudar
- Endapan/ Lumpur
- Endapan di depan pintu tidak setinggi ambang pintu outlet
- Mudah/selalu dikuras secara berkala
- Endapan di depan pintu mencapai tinggi ambang pintu outlet
- Tidak selalu dikuras secara berkala
- Endapan sering melampaui ambang pintu outlet
- Sulit/tidak pernah/ jarang dikuras
Parapet - Konstruksi parapet masih baik dan berfungsi
- Parapet mempunyai tinggi jagaan yang cukup untuk mencegah air melimpah selama masa operasi
- Konstruksi parapet terdapat beberapa kerusakan, tetapi masih berfungsi
- Elevasi muka air maksimum operasi masih dalam batas jagaan yang diizinkan
- Konstruksi parapet tidak berfungsi lagi
- Tinggi parapet tidak memenuhi syarat untuk elevasi air maksimum selama operasi
- Pasangan batu retak/pecah
- Struktur gorong-gorong tidak mengalami retak/pecah yang mempengaruhi kapasitas rencana
- Terdapat retak/pecah pada bangunan gorong-gorong yang tidak berpengaruh pada kapasitas rencana
- Fungsi gorong-gorong berubah karena bangunan retak/pecah
- Sampah - Tidak ada penyumbatan saluran yang diakibatkan oleh penumpukan sampah sehingga berpengaruh terhadap kapasitas rencana saluran
- Penyumbatan saluran yang diakibatkan oleh penumpukan sampah sedikit berpengaruh terhadap kapasitas rencana saluran
- Penyumbatan saluran yang diakibatkan oleh penumpukan sampah sangat berpengaruh besar terhadap kapasitas rencana saluran
Sumber: Vadlon, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Metode perhitungan penilaian kondisi sistem polder mengadopsi dari
perhitungan penilaian kondisi jaringan drainase yang secara keseluruhan didapatkan
dengan menghitung kondisi bangunan outlet/muara (%), bangunan pelengkap (%),
bangunan fasilitas (%) dan saluran drainase (%) dengan metode perhitungan sebagai
berikut:
Kondisi Jaringan Drainase dihitung dengan:
KJD = Kbom + Kbp + Kbf + Ksd (2.1)
dengan: KJD = Kondisi Jaringan Drainase (%), Kbom = Kondisi bangunan outlet/muara (%), Kbp = Kondisi bangunan pelengkap (%), Kbf = Kondisi bangunan fasilitas (%), Ksd = Kondisi saluran drainase (%).
2.2.2 Sistem Polder
Sistem Polder adalah suatu penanganan drainase perkotaan dengan cara
mengisolasi daerah yang dilayani (Catchment Area) terhadap masuknya air dari luar
sistem baik berupa over flow (limpasan) maupun aliran bawah permukaan (gorong-
gorong dan rembesan), serta mengendalikan ketinggian muka air banjir didalam
sistem sesuai dengan rencana (Al Falah, 2000)
Polder mempunyai sifat-sifat sebagai berikut (Suripin, 2004):
1. Polder adalah daerah yang dibatasi dengan baik, dimana air yang berasal dari luar
kawasan tidak boleh masuk, hanya air hujan (dan kadang-kadang air rembesan)
pada kawasan itu sendiri yang dikumpulkan,
2. Dalam polder tidak ada aliran permukaan bebas seperti pada daerah tangkapan air
alamiah, tetapi dilengkapi dengan bangunan pengendali pada pembuangnya
(dengan penguras atau pompa) untuk mengendalikan aliran air keluar,
3. Muka air di dalam polder (air permukaan maupun air di bawah permukaan) tidak
bergantung pada permukaan air di daerah sekitarnya dan dinilai berdasarkan
elevasi lahannya, sifat-sifat tanah, ikim dan tanaman.
Komponen-komponen yang ada pada sistem polder meliputi: (1) Tanggul
keliling dan/atau pertahanan laut (sea defence) atau konstruksi isolasi lainnya, (2)
Sistem drainase lapangan (field drainage system), (3) Sistem pembawa (conveyance
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
system), (4) Kolam penampung dan stasiun pompa (outfall system), (5) Badan air
penerima (recipient water).
Kelima komponen sistem polder harus direncanakan secara integral, sehingga
sistem dapat bekerja secara optimal. Tidak ada artinya membangun sistem drainase
lapangan dan outfall yang sempurna dengan kapasitas tinggi, jika saluran pembawa
tidak cukup mengalirkan air dari lapangan ke outfall, demikian juga sebaliknya (Al
Falah, 2000).
Menurut Al Falah (2000), sesuai dengan kondisi lapangan bentuk drainase
sistem polder ada 6 yaitu:
1. Drainase sistem polder dengan menggunakan pompa dan kolam retensi di satu
tempat.
Gambar 2.1 Sistem Drainase Polder tipe 1
2. Drainase sistem polder dengan menggunakan pompa dan tanpa kolam retensi.
Gambar 2.2 Sistem Drainase Polder tipe 2
1
4
3
5
6
2
4
3 1
5
2
1. Pintu air 2. Tanggul 3. Stasiun Pompa 4. Kolam Retensi 5. Jaringan Saluran Drainase 6. Saluran Kolektor
1. Pintu air 2. Tanggul 3. Stasiun Pompa 4. Jaringan Saluran Drainase 5. Saluran Kolektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3. Drainase sistem polder dengan menggunakan pompa dan long storage.
Gambar 2.3 Sistem Drainase Polder tipe 3
4. Drainase sistem polder dengan menggunakan pompa dan kolam retensi tidak
disatu tempat.
Gambar 2.4 Sistem Drainase Polder tipe 4
5. Drainase sistem polder dengan menggunakan kolam dan tanpa pompa.
Gambar 2.5 Sistem Drainase Polder tipe 5
4 3
1
6
2
5
1. Pintu air 2. Tanggul 3. Stasiun Pompa 4. Long Storage 5. Jaringan Saluran Drainase 6. Saluran Kolektor
4
3
5
6
2
1. Pintu air 2. Tanggul 3. Stasiun Pompa 4. Kolam Retensi 5. Jaringan Saluran Drainase 6. Saluran Kolektor
1
3
4
5
2
1. Pintu air 2. Tanggul 3. Kolam 4. Jaringan Saluran Drainase 5. Saluran Kolektor
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
6. Drainase sistem polder tanpa menggunakan pompa dan kolam.
Gambar 2.6 Sistem Drainase Polder tipe 6
Sistem Polder merupakan penanganan banjir secara terintregasi dengan
beberapa elemen yang penting, diantaranya tanggul keliling yang melindungi dari
pasang air laut (rob), stasiun pompa yang berguna untuk mengontrol elevasi air dan
kolam retensi untuk menampung sementara air yang kemudian dialirkan ke badan
penerima air (Herman Mondeel & Hermono S Budinetro, 2010). Lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 2.7.
Sumber: Herman Mondeel & Hermono S Budinetro, 2010
Gambar 2.7 Elemen Sistem polder
1. Tanggul Keliling 2. Sungai/laut/dam 3. Stasiun Pompa 4. Kolam Retensi
3
4
2
1. Pintu air 2. Tanggul 3. Jaringan Saluran Drainase 4. Saluran Kolektor
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2.2.3 Hujan
2.2.3.1 Hujan Harian Maksimum
Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang
terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Perhitungan data hujan
maksimum harus dilakukan secara benar yang diperlukan untuk analisis frekuensi.
Curah hujan maksimum pada satu stasiun didapatkan dengan cara menentukan hujan
harian maksimum pada setiap tahun selama 10 tahun, kemudian data diurutkan dari
kecil ke besar ataupun sebaliknya.
2.2.3.2 Distribusi Hujan
Diperlukan penguji parameter untuk menguji kecocokan (the goodness of fittest
test) distribusi frekuensi dari sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang
diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili distribusi frekuensi tersebut
(Suripin, 2004). Setiap data hidrologi harus harus diuji kesesuaiannya dengan
menggunakan parameter statistik data yang bersangkutan (Sri Harto, 1993).
Ilmu statistik mengenal beberapa parameter yang berkaitan dengan analisis
data meliputi rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi, dan koefisien skewness
(kecondongan atau kemencengan). Penentuan jenis distribusi yang sesuai dengan
data dilakukan dengan mencocokan parameter statistik dengan syarat masing-masing
distribusi seperti yang ditampilkan dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Parameter statistik untuk menentukan jenis distribusi
No Jenis Distribusi Syarat
1 Normal
2 Log Normal Cs (ln x) = 0 Ck (ln x) = 3
3 Gumbel Cs = 1,139 Ck = 5,4002
4 Log-Pearson III Selain dari nilai di atas Sumber: Sri Harto, 1993
2.2.3.3 Curah Hujan Rencana
Setelah jenis distribusi yang cocok diketahui, maka langkah selanjutnya adalah
dengan menghitung curah hujan rencana berdasarkan jenis distribusi sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Tabel 2.3. Jika semua persyaratan tidak memenuhi maka yang dipakai adalah
Distribusi Log-Pearson III.
2.2.3.4 Distribusi Log-Pearson III
Tiga parameter penting dalam distribusi Log-Pearson III, yaitu : (1) Harga rata-
rata, (2) Simpangan baku, dan (3) Koefisien kemencengan. Berikut ini langkah-
langkah penggunaan distribusi Log-Pearson III (Suripin, 2004):
a) Pengubahan data ke dalam bentuk logaritmis, X = log X
b) Perhitungan harga rata-rata dengan persamaan:
n
iiX
nX
1
log1
log (2.2)
c) Perhitungan harga simpangan baku dengan persamaan:
1
loglog1
2
n
XXs
n
ii
(2.3)
d) Perhitungan koefisien kemencengan dengan persamaan:
3
3
21
loglog
snn
XXinG (2.4)
e) Perhitungan logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan
persamaan:
sKXXt .loglog (2.5)
dengan K adalah variable standar (standardized variable) untuk X yang besarnya
tergantung koefisien kemencengan G. Tabel 2.4 memperlihatkan harga K untuk
berbagi nilai kemencengan G.
f) Perhitungan hujan atau banjir kala ulang T dengan menghitung antilog dari log XT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Tabel 2.4 Nilai K untuk distribusi Log-Pearson III
Koefisien
(G)
Interval kejadian (Recurrence interval), tahun (periode ulang)
1,0101 1,2500 2 5 10 25 50 100
Persentase peluang terlampaui
99 80 50 20 10 4 2 1
3,0 -0,667 -0,636 -0,396 0,420 1,180 2,278 3,152 4,051
2,8 -0,714 -0,666 -0,384 0,460 1,210 2,275 3,114 3,973
2,6 -0,769 -0,696 -0,368 0,499 1,238 2,267 3,071 2,889
2,4 -0,832 -0,725 -0,351 0,537 1,262 2,256 3,023 3,800
2,2 -0,905 -0,752 -0,330 0,574 1,284 2,240 2,970 3,705
2,0 -0,990 -0,777 -0,307 0,609 1,302 2,219 2,192 3,605
1.8 -1,087 -0,799 -0,282 0,643 1,318 2,193 2,848 3,499
1,6 -1,197 -0,817 -0,254 0,675 1,329 2,163 2,780 3,388
1,4 -1,318 -0,832 -0,225 0,705 1,337 2,128 2,706 3,271
1,2 -1,449 -0,844 -0,195 0,732 1,340 2,087 2,626 3,149
1,0 -1,588 -0,852 -0,164 0,758 1,340 2,043 2,542 3,022
0,8 -1,733 -0,856 -0,132 0,780 1,336 1,993 2,453 2,891
0,6 -1,880 -0,857 -0,099 0,800 1,328 1,939 2,359 2,755
0,4 -2,029 -0,855 -0,066 0,816 1,317 1,880 2,261 2,615
0,2 -2,178 -0,850 -0,033 0,830 1,301 1,818 2,159 2,472
0,0 -2,326 -0,842 0,000 0,842 1,282 1,751 2,051 2,326
-0,2 -2,472 -0,830 0,033 0,850 1,258 1,680 1,945 2,178
-0,4 -2,615 -0,816 0,066 0,855 1,231 1,606 1,834 2,209
-0,6 -2,755 -0,800 0,099 0,857 1,200 1,528 1,720 1,880
-0.8 -2,891 -0,780 0,132 0,856 1,166 1,448 1,606 1,733
-1,0 -3,022 -0,758 0,164 0,852 1,128 1,366 1,492 1,588
-1,2 -2,149 -0,732 0,195 0,844 1,086 1,282 1,379 1,449
-1,4 -2,271 -0,705 0,225 0,832 1,041 1,198 1,270 1,318
-1,6 -2,388 -0,675 0,254 0,817 0,994 1,116 1,166 1,197
-1,8 -3,499 -0,643 0,282 0,799 0,945 1,035 1,069 1,087
-2,0 -3,605 -0,609 0,307 0,777 0,895 0,959 0,980 0,990
-2,2 -3,705 -0,574 0,330 0,752 0,844 0,888 0,900 0,905
-2,4 -3,800 -0,537 0,351 0,725 0,795 0,823 0,830 0,832
-2,6 -3,889 -0,490 0,368 0,696 0,747 0,764 0,767 0,769
Sumber: Suripin, 2004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2.2.4 Analisis Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.
Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung
makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya
Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan
harian, maka intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus Mononobe (Suripin,
2004). Perhitungan intensitas hujan dengan rumus Mononobe menggunakan
persamaan sebagai berikut:
(2.6)
dengan: I : intensitas hujan (mm/jam), R24 : curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm), t : durasi/lamanya hujan (jam).
2.2.5 Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi (tc) suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air
hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran DAS
(titik kontrol) setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi. Dalam
hal ini diasumsikan bahwa jika durasi hujan sama dengan waktu konsentrasi, maka
setiap bagian DAS secara serentak telah menyumbangkan aliran terhadap titik
kontrol (Suripin, 2004).
Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan persamaan Kirpich sebagai berikut:
(2.7)
dengan: : waktu konsentrasi (jam),
L : panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau (km), S : kemiringan lahan antara elevasi maksimum dan minimum.
2.2.6 Perhitungan debit banjir puncak
2.2.6.1 Metode Rasional
Metode yang dipakai untuk memperkirakan aliran limpasan permukaan
dengan metode Rasional. Menurut Goldman (1986) dalam Suripin (2004), metode
Rasional dapat digunakan untuk derah pengaliran < 300 Ha. Menurut Ponce (1989)
dalam Bambang Triatmodjo (2009), metode Rasional dapat digunakan untuk daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pengaliran < 2,5 Km2. Pemakaian metode Rasional sangat sederhana, dan sering
digunakan dalam perencanaan drainase perkotaan. (Bambang Triatmodjo, 2009).
Rumus umum metode Rasional menggunakan persamaan sebagai berikut:
Qp=0,278C.I.A (2.8)
dengan: Q : debit puncak yang ditimbulkan oleh hujan (m3/dtk), C : koofisien aliran permukaan , I : intensitas hujan (mm/jam), A : luas daerah tangkapan (km2).
Koofisien aliran permukaan (C) merupakan koofisien yang tergantung pada
kondisi permukaan lahan di daerah pengaliran. Nilai C dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Makin tinggi daya serap tanah (infiltrasi) makin kecil nilai limpasan permukaan
sehingga nilai C makin kecil, demikian pula sebaliknya. Biasanya pada suatu DAS
terdapat nilai C sehingga perlu dicari nilai C ekivalen dengan rumus sebagai berikut:
n
nn
AAACACACA
C.............
.................
21
2211 (2.9)
dengan: C : nilai koefisien pengaliran ekivalen, A1, A2 n : luas ke 1 sampai ke n, C1, C2 n : koefisien pengaliran ke 1 sampai ke n.
Tabel 2.5 Koefisien Aliran Permukaan (C)
Tipe daerah aliran C Rerumputan
Tanah pasir Tanah gemuk
0,50-0,20 0,13-0,35
Perdagangan Daerah kota lama Daerah pinggiran
0,75-0,95 0,50-0,70
Perumahan Daerah single family Multi unit terpisah Multi unit tertutup Sub urban
0,30-0,50 0,40-0,60 0,60-0,75 0,25-0,40
Industri Daerah ringan Daerah berat
0,50-0,80 0,60-0,90
Taman, kuburan 0,10-0,25 Tempat bermain 0,20-0,35 Halaman kereta api 0,20-0,40 Daerah tidak dikerjakan 0,10-0,30 Jalan 0,70-0,95 Atap 0,75-0,95
Sumber: Bambang Triatmodjo, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2.2.6.2 Hidrograf Satuan Sintesis (HSS)
Hidrograf Satuan Sintetis merupakan suatu cara untuk memperkirakan
penggunaan konsep hidrograf satuan dalam suatu perencanaan yang tidak tersedia
pengukuran-pengukuran langsung mengenai hidrograf banjir. Hidrograf Satuan
Sintesis (HSS) yang telah dikembangkan oleh para pakar antara lain HSS Nakayasu,
HSS Snyder, HSS Gama I, HSS Isochrones, dan HSS Limantara.
Perhitungan hidrograf debit banjir menggunakan data hasil perhitungan ordinat
HSS dengan periode penelusuran t = 1 jam dan hasil perhitungan hujan efektif
periode ke-n (n=1 hingga 6). Hidrograf debit banjir merupakan jumlah total analisis
dari periode ke-1 sampai periode ke-6. Satuan selang 6 jam ini adalah kira-kira cocok
untuk digunakan dalam analisa-analisa curah hujan. Jika satuan selang diambil lebih
lama maka variasi intensitas curah hujan itu tidak jelas (Suyono Sosrodarsono,
1977). Sebaran/distribusi hujan jam-jaman dihitung berdasarkan curah hujan harian
menggunakan Persamaan 2.6.
Curah hujan jam-jaman biasa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
)1()1()( TxRTTxRTrT (2.10)
dengan:
rT = curah hujan jam-jaman/curah hujan pada jam ke-t
sehingga:
T = 1 jam r1 = (1 x R1) (1 1) x R(1-1) = 0,550 R24,
T = 2 jam r2 = (2 x R2) (2 1) x R(2-1) = 0,143 R24,
T = 3 jam r3 = (3 x R3) (3 1) x R(3-1) = 0,100 R24,
T = 4 jam r4 = (4 x R4) (4 1) x R(4-1) = 0,080 R24,
T = 5 jam r5 = (5 x R5) (5 1) x R(5-1) = 0,068 R24,
T = 6 jam r6 = (6 x R6) (6 1) x R (6-1) = 0,059 R24.
Hidrograf banjir pada sungai-sungai yang tidak ada atau sedikit sekali
dilakukan observasi hidrograf banjirnya, maka perlu dicari karakteristik atau
parameter daerah pengaliran (DAS) tersebut terlebih dahulu, misalnya waktu untuk
mencapai puncak hidrograf (time to peak magnitude), lebar dasar, luas, kemiringan,
panjang alur terpanjang (length of longest channel), koefisien limpasan (runoff
coefficient), dan sebagainya (Lily Montarcih, L., 2010).
Bentuk HSS Nakayasu dapat dilihat pada Gambar 2.8 dan persamaan hidrograf
satuannya adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Debit Puncak Banjir:
)3.0(6.3
.
3,0TT
RAQ
P
op
(2.11)
dengan: Qp : debit puncak banjir (m3/dtk), A : luas DAS (sampai outlet) (km2), Ro : hujan satuan (mm), Tp : tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai dengan
puncak banjir (jam), T0.3 : waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak
sampai menjadi 30 % dari debit puncak (jam).
Gambar 2.8 Ordinat Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu untuk:
L < 15 km tg = 0,21 . L0.7 (2.12)
L > 15 km tg = 0,4 . 0.058 . L (2.13)
dengan:
L = panjang alur sungai (km), tg = waktu konsentrasi (jam).
tr = 0.5 tg sampai tg (2.14)
tp = tg + 0.8 tr (2.15)
t0.3 = . tg (2.16)
1. Persamaan Hidrograf Satuan:
1.1. Pada Kurva Naik
Qt = Qp
4.2
pTt
(2.17)
0,3 Qp 0,32 Qp
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
1.2. Pada Kurva Turun
a. Tp < t < (Tp + T0.3)
Qt = Qp x 3.03.0 TTpt
(2.18)
b. (Tp + T0.3) < t < (Tp + 1.5 T0.3)
Qt = Qp x 3.0
3.0
.5.1.5.0
3.0 TTTpt
(2.19)
c. t > (Tp + T0.3 + 1.5T 0.3)
Qt = Qp x 3.0
3.0
.2
.5.0
3.0 T
TTpt
(2.20)
2.2.7 Penelusuran Aliran
Penelusuran aliran adalah prosedur untuk menentukan waktu dan debit aliran
(hidrograf aliran) di suatu titik pada aliran berdasarkan hidrograf yang diketahui di
sebelah hulu (Bambang Triatmojo, 2009). Penelusuran aliran dinyatakan dalam
bentuk persamaan sebagai berikut:
I-O = (2.21)
dengan: I : aliran masuk (inflow) ke ruas sungai (m³/dt), O : aliran keluar (outflow) dari ruas sungai (m³/dt), dS : perubahan tampungan (storage) di ruas sungai (m³), dt : interval waktu penelusuran (detik, jam atau hari).
Penelusuran aliran di sungai menggunakan metode muskingum dengan
persamaan 2.21, untuk aliran keluar (Outflow) dinyatakan dalam bentuk persamaan
sebagai berikut:
O2 = C0I2+C1I1+C2O1 (2.21a)
dengan: C0,C1 dan C2 : konstantan yang nilai total ketiganya adalah 1.
Suatu waduk/tampungan dilengkapi dengan bangunan pelimpah. Aliran
melalui bangunan pelimpah tergantung pada lebar bangunan pelimpah (B), tinggi
peluapan (H) dan koefisien debit (Cd) yang diberikan oleh bentuk berikut:
O = Cd.B.H3/2 (2.22)
dengan: O : aliran keluar (outflow), (m³/dt), Cd : koefisien debit (1,7), B : lebar bangunan pelimpah (m), H : tinggi peluapan (m).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Penelusuran kolam datar (level pool routing) merupakan prosedur untuk
menghitung hidrograf aliran keluar waduk yang mempunyai permukaan air
horizontal dengan persamaan sebagai berikut:
(2.23)
dimana niali-nilai yang belum diketahui berada diruas kiri sedang nilai yang sudah
diketahui disebelah kanan.
dengan: : volume tampungan pada waktu ke-1 dan ke-2 (m³), : aliran masuk (inflow) pada waktu ke-1 dan ke-2 (m³/dt), : aliran keluar (outflow) pada waktu ke-1 dan ke-2 (m³/dt), : interval waktu (jam,menit,detik).
Persamaan 2.25 dapat ditulis dalam bentuk :
2 = I1+I2 1 (2.24)
dengan:
2 = (2.24a)
1 = (2.24b)
Beberapa pintu pengendali pada saluran dinamakan pintu air aliran bawah,
karena pada kenyataannya air mengalir melalui bagian bawah struktur (Chow, 1992).
Perhitungan debit aliran keluar (outflow) melalui pintu air aliran bawah
menggunakan persamaan sebagai berikut:
1 (2.25)
dengan:
C : koefisien pelepasan, L : panjang pintu air, h : tinggi bukaan pintu, g : gaya gravitasi, y1 : kedalaman air di hulu.
2.2.8 Perhitungan kapasitas saluran
Pada aliran tetap (steady
(Suripin, 2004), sehingga menghasilkan persamaan sebagai berikut:
Qs = AV (2.26)
dengan: Qs: kapasitas saluran (m³/dt), A : luas penampang saluran (m²),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
V : kecepatan (m/dt).
Dari persamaan 2.9, untuk menghitung nilai V dapat digunakan persamaan
Manning sebagai berikut:
V = (2.27)
dengan: R: jari-jari hidrolis (m), S : kemiringan dasar saluran, n : bilangan manning untuk kekasaran saluran.
Untuk menghitung jari-jari hidrolis (R) digunakan persamaan sebagai berikut:
R= (2.28)
dengan: A= luas penampang saluran (m2), P = Keliling Basah (m).
Luas penampang saluran (A) dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
A = bh (2.29)
dengan: b = lebar dasar saluran (m), h = tinggi penampang (m).
Keliling basah (P) dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
P = b+(2h) (2.30)
Nilai koefisien n Manning dapat dilihat pada tabel 2.6.
Tabel 2.6 Tipikal harga koefisien kekasaran Manning
No Tipe saluran Harga n Minimum Normal Maksimum
1 Beton - Gorong-gorong lurus dan bebas dari
kotoran - Beton dipoles - Saluran pembuang dengan bak kontrol
0,010
0,011 0,013
0,011
0,012 0,015
0,013
0,014 0,017
2 Tanah, lurus dan seragam - Bersih baru - Bersih telah melapuk - Berumput pendek, tanaman pengganggu
0,016 0,018 0,022
0,018 0,022 0,027
0,020 0,025 0,033
3 Saluran alam - Bersih lurus - Bersih, berkelok-kelok - Banyak tanaman pengganggu - Dataran banjir berumput pendek-tinggi - Saluran di belukar
0,025 0,033 0,050 0,025 0,035
0,030 0,040 0,070 0,030 0,050
0,033 0,045 0,08 0,035 0,07
Sumber: Suripin, 2004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2.2.9 Rob (Banjir Air Pasang)
Rob dapat muncul karena dinamika alam atau karena kegiatan manusia.
Dinamika alam yang dapat menyebabkan rob adalah adanya perubahan elevasi
pasang surut air laut. Sedangkan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia misalnya
karena pemompaan air tanah yang berlebihan, pengerukan alur pelayaran, reklamasi
pantai dan lain-lain (Djoko Susilo Adhy, 2007).
Pasang surut diukur dengan alat AWLR (Automatic Water Level Recorder)
yang menghasilkan elevasi pasang dan surut pada lokasi dimana alat tersebut
dipasang. Rata-rata Aritmatis dari ketinggian ini pada jangka waktu lebih dari
sepuluh tahun memberikan angka MSL (Mean Sea Level/muka air laut rata-rata)
(Hindarko, 2005).
Di beberapa kota besar, khusunya kota pantai, genangan banjir semakin parah
oleh adanya amblesan tanah (land subsidence). Amblesan tanah ini terutama
disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga mengakibatkan
beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut pasang (Suripin, 2004).
Pasang surut mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap sistem
drainase di wilayah perkotaan yang terletak di kawasan pantai, khususnya untuk
daerah yang datar dengan elevasi muka tanah yang tidak cukup tinggi. Diantaranya
terjadinya genangan, terhambatnya aliran air/banjir ke arah laut, drainase sistem
gravitasi tidak dapat bekerja penuh dan bangunan-bangunan air, khsususnya metal
mudah berkarat (Suripin, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Sistem Polder Kota Lama dan Bandarharjo
Semarang yang terletak di Kota Semarang. Pada lokasi ini banyak terdapat bangunan
bersejarah diantaranya Gedung Marba, Gedung Marabunta, Gereja Blenduk, Stasiun
Kereta Api Tawang dan lainnya yang seharusnya bebas dari genangan/banjir. Lokasi
ini dipilih karena pada setiap musim hujan mengalami banjir dan setiap musim
kemarau terjadi rob.
Ada beberapa penelitian/kegiatan terkait Sistem Polder Kota Lama
diantaranya studi keberhasilan pembanganan Sistem Polder Kota Lama, DED water
treatment Kolam Retensi Tawang yang dilakukan oleh individu/instansi, namun
sejauh ini belum pernah ada penelitian terkait penilaian kondisi dan evaluasi kinerja
sistem polder Kota Lama dan Bandarharjo. Lokasi penelitian dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
Gambar.3.1 Lokasi penelitian
LOKASI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Sistem Polder Kota Lama dan Bandarharjo berada di Kecamatan Semarang
Utara dan Kecamatan Semarang Tengah dengan catchment area ± 167 Ha atau 1,67
Km2, dibagian utara dibatasi Jalan Usman Janatin, dibagian timur dibatasi Jalan
Ronggowarsito dan Jalan MT. Haryono, dibagian selatan dibatasi Jalan Petudungan
dan Jalan Agus Salim dan dibagian barat dibatasi Jalan Pekojan, Kali Semarang dan
Kali Baru.
Sistem Polder Kota Lama dan Bandarharjo mengalirkan air melalui beberapa
saluran drainase utama, yaitu:
1 Saluran Bandarharjo yang berfungsi untuk mengalirkan air dari Jalan MT
Haryono, Pekojan, Jurnatan Kota Lama dan Stasiun Tawang.
2 Saluran Usman Janatin yang berfungsi untuk mengalirkan air dari saluran
Ronggowarsito dan Mpu Tantular.
3 Kali Baru sebagai saluran primer yang berfungsi membuang air dari saluran
Bandarharjo dan Saluran Usman Janatin (saluran Arteri) menuju ke laut.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan
yaitu:
1. Data Primer
a. Dokumentasi kondisi Sistem Polder Kota Lama dan Bandarharjo yang
diperoleh dengan pemotretan langsung di lapangan,
b. Observasi dan wawancara dengan pejabat terkait dan penjaga stasiun pompa
dan polder.
2. Data Sekunder
a. Data teknis Sistem Polder Kota Lama dan Bandarharjo berupa gambar, peta
dan data lainnya dari Satuan kerja Penyehatan Lingkungan Permukiman
(Satker PLP) Jawa Tengah dan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan
Energi Sumber Daya Mineral (PSDA&ESDM) Kota Semarang,
b. Data Curah Hujan dan Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) dari Balai
Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jragung Tuntang
c. Data sistem polder yang didapatkan dari studi pustaka, junal dan buku
manual pedoman operasional sistem polder.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
3.3 Teknik Analisis Data
3.3.1. Analisis Penilaian Kondisi Sistem Polder
Data teknis sistem polder terlebih dahulu diinvetarisasi berdasarkan
komponen yang ada. Selanjutnya dari setiap komponen dianalisis dengan cara
dilakukan pembobotan dan penilaian tiap komponen sehingga menghasilkan nilai
kondisi dari masing-masing komponen. Hasil penilaian setiap komponen
dijumlahkan sehingga didapatkan nilai total kondisi sistem polder.
3.3.2. Analisis Hidrologi
Data hujan yang dipakai adalah data hujan harian maksimum 10 tahun
terakhir. Data hujan tersebut terlebih dahulu dilakukan pengujian parameter statistik
untuk menetukan jenis distribusi menurut Tabel 2.3. Selanjutnya mencari intensitas
hujan dengan menggunakan rumus Mononobe sesuai Persamaan 2.6. Perhitungan
Debit Puncak banjir menggunakan metode Rasional sesuai Persamaan 2.8.
Hidrograf banjir pada polder diperlukan input data berupa aliran masuk
(inflow) dan aliran keluar (outflow). Data aliran masuk berupa hidrograf aliran yang
diperoleh dengan menggunakan HSS Nakayasu berdasarkan ketersediaan data.
Penelusuran aliran di polder (routing) digunakan untuk menentukan hidrograf
outflow polder.
3.3.3. Analisis Hidrolika
Dimensi saluran dipakai untuk mendapatkan kapasitas saluran dan data yang
dipakai merupakan data sekunder. Data dimensi lebar dan tinggi saluran dipakai
untuk mencari luas penampang saluran sesuai Persamaan 2.29. Data kecepatan air
perlu adanya data kemiringan dasar saluran, jari-jari hidrolis dan kekasaran manning
dan dimasukkan pada Persamaan 2.27. Setelah didapatkan luas penampang saluran
dan kecepatan kemudian dimasukkan pada Persamaan 2.26.
3.3.4. Evaluasi debit banjir di saluran
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan kapasitas saluran dan debit banjir
akibat hujan maksimum 2 tahunan, 5 tahunan dan 10 tahunan. Hasil dari evaluasi ini
akan dapat diketahui ruas saluran yang terjadi limpas. Hal ini akan dapat
memberikan gambaran tentang kondisi eksisting saluran yang berada di dalam
Sistem Polder Kota Lama dan Bandarharjo Semarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3.3.5. Evaluasi banjir di polder
Evaluasi banjir pada polder dilakukan dengan penelusuran banjir (routing)
menggunakan hidrograf aliran. Data banjir pasang air laut/rob digunakan untuk
mengetahui beda elevasi Tinggi Muka Air di dalam dan di luar sistem polder.
3.3.6. Bagan Alir dan Matrik Penelitian
Bagan alir dan matrik penelitian merupakan panduan dalam melakukan
penelitian agar dapat berjalan secara lebih efektif dan efisien. Untuk jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 3.2 dan Tabel 3.1.
Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Tabel 3.1 Matrik proses penelitian
INPUT PROSES OUTPUT
Data Teknis Sistem Polder
Analisis dan Penilaian
Komponen Sistem Polder
Hasil Penilaian Kondisi:
Baik (80%-100%)
Cukup (50%-79%)
Rusak (0%-49%)
1. Debit Puncak Banjir
2. HSS Nakayasu
1. Analisis Intensitas Hujan
2. Analisis Hujan Efektif
Data Curah Hujan
Data Saluran Analisis Kapasitas Saluran
Evaluasi Tampungan dan Saluran
Kapasitas saluran
eksisting
Limpas?
Peningkatan Sistem Polder
Kinerja Sistem Polder Baik
Data Rob
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Komponen Sistem Polder
4.1.1. Komponen Sistem Polder
Penentuan komponen sistem polder berdasarkan dari studi pustaka, jurnal, tesis
dan manual pedoman operasional sistem polder serta hasil pengamatan di lokasi
sistem polder Kota Lama dan Bandarharjo. Dasar penentuan komponen sistem polder
disesuaikan dengan kondisi secara umum dari sistem polder dan fungsi dari masing-
masing komponen yang saling berkaitan dan berpengaruh dalam pengendalian banjir
dan rob. Secara rinci dapat ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Komponen- Komponen Sistem Polder
No Komponen Sub Komponen Uraian (1) (2) (3) (4) 1 Tanggul keliling Talud Saluran/Jalan
Parapet Pasangan retak/pecah Bocoran/limpas
2 Stasiun Pompa Pompa Generator Set (Genset) Pintu air Rumah pompa
Operasional Pemeliharaan Bocoran pintu Endapan/lumpur Keamanan Kerusakan
3 Kolam retensi Pintu inlet Kolam penangkap sedimen Pintu outlet Saringan sampah
Bocoran pintu Endapan/lumpur
4 Saluran Drainase Saluran Primer Saluran Sekunder Saluran Tersier
Profil saluran Erosi dan /sedimentasi
4.1.2. Penyusunan Penilaian Kondisi Sistem Polder
Penyusunan penilaian kondisi sistem polder mengambil rujukan pada Vadlon
(2011) yang selanjutnya akan dimodifikasi. Penilaian kondisi sistem polder
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dilakukan terhadap beberapa komponen penting dan berkaitan yang meliputi tanggul
keliling, stasiun pompa, kolam retensi dan saluran drainase. Penyusunan penilaian
kondisi sistem polder mengambil penilaian secara umum yang dibagi dalam 3
kondisi yaitu: baik, cukup dan rusak, seperti ditunjukan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Penyusunan Penilaian Kondisi Sistem Polder
No Kondisi Penilaian Kondisi
Uraian
1 Baik (80 100)% Infrastruktur masih beroperasi secara maksimal dan dapat menjamin pembuangan air serta kondisi strukturnya masih lengkap
2 Cukup (50 79)% Infrastruktur sebagian tidak dapat beroperasi secara maksimal dan juga sebagian kondisi strukturnya tidak ada
3 Rusak (0 49)% Infrastruktur tidak dapat dioperasikan dan kondisi strukturnya tidak ada
Penyusunan penilaian kondisi sistem polder berdasarkan Tabel 4.2 dan
didapatkan desain penilaian kondisi pada masing-masing komponen sistem polder
seperti ditunjukan pada Tabel 4.3 Tabel 4.6.
Tabel 4.3 Desain Penilaian Tanggul keliling pada Sistem polder
No Bangunan
Kondisi Bangunan Baik
Kondisi rata-rata aspek 80% - 100%
Cukup Kondisi rata-rata aspek 50% - 79%
Rusak Kondisi rata-rata aspek 0% - 49%
1 Talud Saluran/Jalan
- Konstruksi talud
saluran/jalan masih baik dan berfungsi
- Talud saluran/jalan mempunyai tinggi jagaan yang cukup untuk mencegah air melimpah (over topping) selama masa operasi
- Konstruksi talud
saluran/jalan terdapat beberapa kerusakan, tetapi masih berfungsi
- Elevasi muka air maksimum operasi masih dalam batas jagaan yang diizinkan
- Konstruksi talud
saluran/jalan tidak berfungsi lagi
- Tinggi talud saluran/jalan tidak memenuhi syarat untuk elevasi air maksimum selama operasi
berlanjut...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 4.3 Desain Penilaian Tanggul keliling pada Sistem polder (lanjutan)
No Bangunan
Kondisi Bangunan Baik
Kondisi rata-rata aspek 80% - 100%
Cukup Kondisi rata-rata aspek 50% - 79%
Rusak Kondisi rata-rata aspek 0% - 49%
2 Parapet - Konstruksi parapet masih baik dan berfungsi
- Parapet mempunyai tinggi jagaan yang cukup untuk mencegah air melimpah (over topping) selama masa operasi
- Konstruksi parapet terdapat beberapa kerusakan, tetapi masih berfungsi
- Elevasi muka air maksimum operasi masih dalam batas jagaan yang diizinkan
- Konstruksi parapet tidak berfungsi lagi
- Tinggi parapet tidak memenuhi syarat untuk elevasi air maksimum selama operasi
Tabel 4.4 Desain Penilaian Stasiun Pompa pada Sistem Polder
No Bangunan
Kondisi Bangunan Baik
Kondisi rata-rata aspek 80% - 100%
Cukup Kondisi rata-rata aspek 50% - 79%
Rusak Kondisi rata-rata aspek 0% - 49%
1 Pompa
- Semua pompa beroperasi baik selama musim hujan
- Setiap hari dilakukan pemanasan pompa, check/servis rutin bulanan
- Ada beberapa beberapa pompa yang tidak beroperasi
- Jarang dilakukan pemanasan mesin pompa, check/servis rutin tidak setiap bulan
- Pompa tidak bisa beroperasi baik pada musim hujan
- Tidak pernah dilakukan pemanasan, check/servis tidak rutin
2 Generator Set - Selalu dapat memback up PLN, penggantian oli rutin setiap bulan
- Setiap hari dilakukan perawatan bahan bakar, battery, oli
- Tidak selalu dapat memback up PLN, penggantian oli rutin setiap bulan
- Tidak selalu dilakukan perawatan bahan bakar, battery, oli
- Tidak dapat memback up PLN, penggantian oli tidak rutin
- Tidak pernah dilakukan perawatan
3 Pintu Air
- Semua pintu yang terpasang tidak dijumpai kebocoran yang mengakibatkan penurunan fungsi
- Endapan di depan pintu tidak setinggi dasar pintu
- Ada beberapa bocoran pada pintu yang terpasang sehingga mengakibatkan penurunan fungsi
- Endapan di depan pintu mencapai tinggi dasar pintu
- Ada bocoran besar pada pintu yang terpasang
- Endapan sering melampaui dasar pintu
berlanjut...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 4.4 Desain Penilaian Stasiun Pompa pada Sistem Polder (lanjutan)
No Bangunan
Kondisi Bangunan Baik
Kondisi rata-rata aspek 80% - 100%
Cukup Kondisi rata-rata aspek 50% - 79%
Rusak Kondisi rata-rata aspek 0% - 49%
4 Rumah Pompa
- Lokasi dijaga oleh operator dan dilengkapi kunci pengaman
- Konstruksi bangunan masih baik dan dapat melindungi pompa dan peralatan pendukung
- Lokasi dijaga oleh operator namun tidak dilengkapi kunci pengaman/rusak
- Terdapat kerusakan Konstruksi bangunan namun masih dapat melindungi pompa dan peralatan pendukung
- Lokasi tidak dijaga oleh operator dan tidak dilengkapi kunci pengaman
- Terdapat kerusakan struktural bangunan dan tidak dapat melindungi pompa dan peralatan pendukung
Tabel 4.5 Desain Penilaian Kolam retensi pada Sistem Polder
No Bangunan
Kondisi Bangunan Baik
Kondisi rata-rata aspek 80% - 100%
Cukup Kondisi rata-rata aspek 50% - 79%
Rusak Kondisi rata-rata aspek 0% - 49%
1 Kolam penangkap sedimen
- Kapasitas tampungan masih dapat menangkap sedimen dan selalu dibersihkan
- Kapasitas tampungan masih dapat menangkap sedimen namun tidak selalu dibersihkan
- Kapasitas tampungan tidak dapat menangkap sedimen dan tidak pernah dibersihkan
2 Pintu inlet - Semua pintu yang terpasang tidak dijumpai kebocoran yang mengakibatkan penurunan fungsi
- Endapan di depan pintu tidak setinggi dasar pintu
- Ada beberapa bocoran pada pintu yang terpasang sehingga mengakibatkan penurunan fungsi
- Endapan di depan pintu mencapai tinggi dasar pintu
- Ada bocoran besar pada pintu yang terpasang
- Endapan sering melampaui dasar pintu
3 Pintu outlet - Semua pintu yang terpasang tidak dijumpai kebocoran yang mengakibatkan penurunan fungsi
- Endapan di pintu tidak setinggi dasar pintu
- Ada beberapa bocoran pada pintu yang terpasang sehingga mengakibatkan penurunan fungsi
- Endapan di pintu mencapai tinggi dasar pintu
- Ada bocoran besar pada pintu yang terpasang
- Endapan sering melampaui dasar pintu
berlanjut...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tabel 4.5 Desain Penilaian Kolam retensi pada Sistem Polder (lanjutan)
No Bangunan
Kondisi Bangunan Baik
Kondisi rata-rata aspek 80% - 100%
Cukup Kondisi rata-rata aspek 50% - 79%
Rusak Kondisi rata-rata aspek 0% - 49%
4 Saringan sampah
- Konstruksi masih baik dan sampah dapat tertahan serta selalu dibersihkan
- Ada beberapa bagian saringan yang rusak dan sampah tidak semua dapat tertahan serta tidak selalu dibersihkan
- Konstruksi saringan rusak dan sampah tidak dapat tertahan serta tidak pernah dibersihkan
Tabel 4.6 Desain Penilaian Saluran Drainase pada Sistem Polder
No Bangunan
Kondisi Bangunan Baik
Kondisi rata-rata aspek 80% - 100%
Cukup Kondisi rata-rata aspek 50% - 79%
Rusak Kondisi rata-rata aspek 0% - 49%
1 Saluran Primer - Profil
saluran
- Terdapat saluran yang ukuran dan kapasitasnya jauh lebih besar dari saluran sekunder
- Tanggul saluran mempunyai stabilitas yang baik
- Tanggul saluran primer mempunyai tinggi jagaan yang cukup untuk mencegah air melimpah (over topping) selama masa operasi
- Pada saluran pasang (lining) keadaannya masih baik
- Ukuran dan kapasitas saluran memenuhi syarat
- Stabilitas tanggul baik
- Elevasi muka air maksimum operasi masih dalam batas jagaan yang diizinkan
- Pada saluran pasang (lining) terdapat sedikit bagian yang retak/pecah (=<30%)
- Ukuran dan kapasitas saluran tidak memenuhi syarat
- Stabilitas tanggul tidak baik
- Tinggi tanggul tidak memenuhi syarat untuk elevasi muka air maksimum selama operasi
- Pada saluran pasang (lining) keadaan banyak yang retak/pecah (>30%)
- Erosi dan atau sedimentasi
- Tidak terdapat erosi dan sedimentasi yang menghambat aliran dan berpengaruh terhadap kapasitas rencana saluran atau terhadap fungsi saluran primer
- Dibeberapa tempat terjadi erosi dan atau sedimentasi tetapi tidak menghambat aliran dan mempengaruhi kapasitas rencana atau fungsi saluran primer
- Banyak terdapat erosi dan atau sedimentasi yang berpengaruh besar terhadap kapasitas dan fungsi saluran primer
berlanjut...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel 4.6 Desain Penilaian Saluran Drainase pada Sistem Polder (lanjutan)
No Bangunan
Kondisi Bangunan Baik
Kondisi rata-rata aspek 80% - 100%
Cukup Kondisi rata-rata aspek 50% - 79%
Rusak Kondisi rata-rata aspek 0% - 49%
2 Saluran Sekunder - Profil
saluran
- Kapasitas saluran disesuaikan dengan debit yang dialirkan
- Tanggul saluran mempunyai stabilitas yang baik
- Tinggi jagaan cukup untuk mencegah air melimpah (over topping) selama masa operasi
- Pada saluran pasang (lining) keadaannya masih baik
- Sebagian kapasitas saluran tidak sesuai dengan debit yang dialirkan
- Stabilitas tanggul baik
- Elevasi muka air maksimum operasi masih dalam batas jagaan yang diizinkan
- Pada saluran pasang (lining) terdapat sedikit bagian yang retak/pecah (=,<30%)
- Kapasitas saluran tidak sesuai dengan debit yang dialirkan
- Stabilitas tanggul tidak baik
- Tinggi tanggul tidak memenuhi syarat untuk elevasi muka air maksimum selama operasi
- Pada saluran pasang (lining) keadaan banyak yang retak/pecah (>30%)
- Erosi dan atau sedimentasi
- Tidak terdapat erosi dan atau sedimentasi yang menghambat aliran dan berpengaruh terhadap kapasitas rencana saluran atau terhadap fungsi saluran sekunder
- Dibeberapa tempat terjadi erosi dan atau sedimentasi tetapi tidak menghambat aliran dan mempengaruhi kapasitas rencana atau fungsi saluran sekunder
- Banyak terdapat erosi dan atau sedimentasi yang berpengaruh besar terhadap kapasitas dan fungsi saluran sekunder
3 Saluran Tersier - Profil
saluran
- Adanya saluran yang menerima air dari drainase lokal
- Stabilitas tanggul baik
- Tanggul saluran mempunyai tinggi jagaan yang cukup untuk mencegah air melimpah selama masa operasi
- Pada saluran pasang (lining) keadaannya masih baik
- Sebagian ada saluran penerima air dari drainase lokal
- Stabilitas tanggul baik
- Elevasi muka air maksimum operasi masih dalam batas jagaan yang diizinkan
- Pada saluran pasang (lining) terdapat sedikit bagian yang retak/pecah (=,<30%)
- Tidak ada saluran penerima air dari drainase lokal
- Stabilitas tanggul tidak baik
- Tinggi tanggul tidak memenuhi syarat untuk elevasi muka air maksimum selama operasi
- Pada saluran pasang (lining) keadaan banyak yang retak/pecah (>30%)
berlanjut...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 4.6 Desain Penilaian Saluran Drainase pada Sistem Polder (lanjutan)
No Bangunan
Kondisi Bangunan Baik
Kondisi rata-rata aspek 80% - 100%
Cukup Kondisi rata-rata aspek 50% - 79%
Rusak Kondisi rata-rata aspek 0% - 49%
- Erosi dan atau sedimentasi
- Tidak terdapat erosi dan atau sedimentasi yang menghambat aliran dan berpengaruh terhadap kapasitas rencana saluran atau terhadap fungsi saluran tersier
- Dibeberapa tempat terjadi erosi dan atau sedimentasi tetapi tidak menghambat aliran dan mempengaruhi kapasitas rencana atau fungsi saluran tersier
- Banyak terdapat erosi dan atau sedimentasi yang berpengaruh besar terhadap kapasitas dan fungsi saluran tersier
4.2. Desain Penilaian Komponen dan Pembobotan
Setiap komponen dibagi menjadi beberapa sub komponen, yang masing-
masing perlu dinilai kondisinya. Setiap komponen akan memberikan konstribusi nilai
kondisi terhadap komponen bangunan sistem polder secara keseluruhan. Kontribusi
setiap komponen sistem polder terhadap keseluruhan fisik sistem polder mempunyai
bobot yang tidak sama. Bobot setiap komponen disusun atas dasar besarnya
pengaruh setiap komponen bangunan tersebut terhadap pengendalian banjir dan rob.
Bobot yang besar adalah bobot yang paling dominan, sedang infrastruktur yang tidak
dominan menjamin pengendalian banjir dan rob bobotnya kecil. Bobot setiap
komponen sistem polder disusun dengan menggunakan cara yang hampir sama
sebagaimana penyusunan bobot komponen irigasi dan drainase, seperti ditunjukkan
pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Bobot Komponen Sistem Polder
No Bangunan Irigasi Drainase Sistem Polder 1 Bendung 35% Bangunan
outlet/muara 35% Tanggul keliling 25%
2 Bangunan bagi/sadap Bangunan pada saluran
25% Bangunan pelengkap
30% Stasiun pompa 30%
3 Saluran pembuang
10% Bangunan fasilitas 10% Kolam retensi 10%
Saluran pembawa
25% Saluran drainase 25% Saluran drainase 35%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Bobot untuk setiap komponen sistem polder tersebut merupakan gabungan dari
masing-masing komponen penyusunnya. Distribusi komponen didasarkan pada
kondisi nyata yang ada pada sistem polder. Distribusi komponen dan bobot pada
sistem polder ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Distribusi Komponen dan Bobot pada Sistem Polder
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Metode perhitungan penilaian kondisi sistem polder secara keseluruhan
didapatkan dengan menghitung kondisi tanggul keliling (%), stasiun pompa (%),
kolam retensi (%) dan saluran drainase (%) dengan metode perhitungan sebagai
berikut:
Kondisi Sistem Polder dihitung dengan:
KSP = Ktk + Ksp + Kkr + Ksd (4.1)
dengan: KSP = Kondisi Sistem Polder (%), Ktk = Kondisi tanggul keliling (%), Ksp = Kondisi stasiun pompa (%), Kkr = Kondisi kolam retensi (%), Ksd = Kondisi saluran drainase (%).
Kondisi Tanggul Keliling dihitung dengan:
Ktk = Ktk (tk)1 + Ktk (tk)2 + .......... + Ktk (tk)n (4.2) dengan:
Ktk = Kondisi tanggul keliling (%), Ktk (tk)1 = Kondisi rata-rata tanggul keliling 1 (%), Ktk (tk)2 = Kondisi rata-rata tanggul keliling 2 (%), Ktk (tk) (n) = Kondisi rata-rata tanggul keliling (n) (%).
Kondisi Stasiun Pompa dihitung dengan :
Ksp = Ksp (sp)1 + Ksp (sp)2 + ......... + Ksp (sp) (n) (4.3) dengan:
Ksp = Kondisi stasiun pompa (%), Ksp (sp)1 = Kondisi rata-rata stasiun pompa 1 (%), Ksp (sp) 2 = Kondisi rata-rata stasiun pompa 2 (%), Ksp (sp) (n) = Kondisi rata-rata stasiun pompa (n) (%).
Kondisi Kolam Retensi dihitung dengan :
Kkr = Kkr (kr) 1 + Kkr (kr) 2 + ....... + Kkr (kr) (n) (4.4) dengan:
Kkr = Kondisi kolam retensi (%), Kkr (kr)1 = Kondisi rata-rata kolam retensi 1 (%), Kkr (kr)2 = Kondisi rata-rata kolam retensi 2 (%), Kkr (kr) (n) = Kondisi rata-rata kolam retensi (n) (%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Kondisi Saluran Drainase dihitung dengan :
Ksd = Ksd (sd) 1 + Ksd (sd) 2 + ........ + Ksd (sd) (n) (4.5) dengan:
Ksd = Kondisi saluran drainase (%), Ksd (sd)1 = Kondisi rata-rata saluran drainase 1 (%), Ksd (sd)2 = Kondisi rata-rata saluran drainase 2 (%), Ksd (sd) (n) = Kondisi rata-rata saluran drainase (n) (%).
4.3. Penerapan Desain Penilaian Komponen
Kondisi infrastruktur sistem polder pada wilayah studi secara umum ada yang
masih baik, ada yang cukup namun tidak sedikit yang mengalami kerusakan
sehingga untuk melakukan penilaian secara detail membutuhkan perangkat untuk
menilai dari masing-masing bangunan yang berada di dalam sistem polder. Dari hasil
pengamatan/observasi di lapangan kondisi bangunan yang masih cukup baik terdapat
pada komponen saluran drainase dan tanggul keliling sedangkan yang mengalami
kerusakan sampai tidak berfungsi terdapat pada komponen pompa dan kolam retensi.
Evaluasi sistem polder Kota Lama dan Bandarharjo Semarang dilakukan
dengan melakukan penilaian kondisi masing-masing komponen sehingga didapatkan
nilai kondisi total untuk sistem polder. Perangkat yang digunakan untuk menilai
kondisi sistem polder dengan menggnakan bantuan aplikasi Microsoft Excel 2007
karena selain lebih mudah juga lebih familiar. Untuk dukungan kondisi eksisting
lapangan dengan menggunakan bantuan foto.
Evaluasi sistem polder dengan melakukan penilaian kondisi ini penting karena
akan diketahui kondisi yang mendekati aktual (nyata) dari masing-masing komponen
sistem polder yang meliputi tanggul keliling, stasiun pompa, kolam retensi dan
saluran drainase. Sehingga dapat bermanfaat untuk rencana rehabilitasi/perbaikan
dari bangunan yang berada di sistem polder.
4.3.1. Penilaian Kondisi Sistem Polder
Penilaian kondisi pada sistem polder dimulai dari menilai seluruh komponen
(hasil inventarisasi) yang ada di sistem polder, dari tanggul keliling, stasiun pompa,
kolam retensi dan saluran drainase. Setelah didapatkan nilai dari masing masing sub
komponen kemudian dirata-rata nilai kondisinya dari keseluruhan sub komponen
sehingga didapatkan satu nilai rata-rata dari masing masing sub komponen. Nilai sub
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
komponen tersebut dikalikan dengan bobot sub komponen sehingga menghasilkan
nilai (bobot) kondisi lapangan. Nilai (bobot) kondisi lapangan dijumlahkan sehingga
didapatkan hasil total untuk nilai kondisi fisik sistem polder.
4.3.1.1. Tanggul Keliling
Tanggul keliling terdiri dari dua sub komponen yaitu talud saluran/jalan dan
parapet. Dari hasil inventarisasi terdapat 2 parapet yaitu di Kali Semarang dan Kali
Baru, sedangkan untuk talud saluran/jalan terdapat 4 lokasi yaitu, Talud Saluran
Usman Janatin, Talud Saluran Jalan Ronggowarsito, Jalan MT.Haryono dan Jalan
Petudungan seperti ditunjukkan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Data dan Nilai Kondisi rata-rata tanggul keliling
No Komponen Data Jenis Kerusakan
Nilai Kondisi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) I
Tanggul Keliling
Talud saluran/jalan
Parapet
PRP BL PRP BL
1 Parapet Kali Semarang
Panjang 1465 meter, Tinggi 1,2 m, konstruksi pasangan batu kali diplester
Terdapat beberapa pengelupasan plesteran pada parapet namun tidak bocor
70% 60%
2 Parapet Kali Baru Panjang 750 meter, Tinggi 1 meter, konstruksi pasangan batu kali diplester
Terdapat beberapa pengelupasan plesteran pada parapet namun tidak bocor
60% 60%
3 Talud Saluran Jalan Usman Janatin
Panjang 1131 meter, konstruksi pasangan batu kali diplester
Terdapat beberapa pengelupasan plesteran pada talud dan ada beberapa bocoran
60% 40%
Ket: PRP=Pasangan retak/pecah ; BL= Bocoran/limpas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 4.8. Data dan Nilai Kondisi rata-rata tanggul keliling (lanjutan)
No Komponen Data Jenis Kerusakan
Nilai Kondisi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) I
Tanggul Keliling
Talud saluran/jalan
Parapet
PRP BL PRP BL 4 Talud Saluran
Jalan Ronggowarsito
Panjang 1054 meter, konstruksi pasangan batu kali diplester
Terdapat pengelupasan plesteran pada talud dan beberapa bocoran
60% 40%
5 Jalan MT. Haryono
Panjang 1096 meter
Tinggi jalan kurang memenuhi untuk menahan limpasan air di luar sistem (masih terjadi limpasan)
60% 30%
6 Talud Jalan Petudungan
Panjang 295 meter
Tinggi jalan kurang memenuhi untuk menahan limpasan air di luar sistem (masih terjadi limpasan)
60% 30%
Rata-rata 60% 35% 65% 60%
Setelah didapatkan nilai rata-rata kondisi dari sub komponen tanggul keliling
kemudian dikalikan dengan bobot sub komponen talud saluran/jalan dan parapet
sehingga didapatkan nilai kondisi lapangan, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.9
Tabel 4.10.
Tabel 4.9. Bobot Kondisi Talud saluran/jalan
No Uraian
Bobot Kondisi Fisik
Bobot Kondisi Lapangan
1 PASANGAN RETAK/PECAH 7% 60% 4,20% 2 BOCORAN/LIMPAS 3% 35% 1,05% Jumlah 5,25%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 4.10. Bobot Kondisi Parapet
No Uraian
Bobot Kondisi Fisik
Bobot Kondisi Lapangan
1 PASANGAN RETAK/PECAH 5% 65% 3,25% 2 BOCORAN/LIMPAS 10% 60% 6,00% Jumlah 9,25%
Bobot kondisi masing-masing sub komponen kemudian dijumlahkan sehingga
didapatkan bobot kondisi untuk tanggul keliling, seperti ditunjukkan pada Tabel
4.11.
Tabel 4.11. Bobot Kondisi Tanggul Keliling
No Sub Komponen Nilai Standar Nilai Kondisi
1 Talud Saluran/jalan 10% 5,25%
2 Parapet 15% 9,25%
Jumlah 25% 14,50%
4.3.1.2. Stasiun Pompa
Stasiun pompa terdiri dari empat sub komponen yaitu pompa, generator set,
pintu air dan rumah pompa. Dari hasil inventarisasi terdapat 3 stasiun pompa yang
berada didalam sistem polder kota lama dan bandarharjo Semarang, yaitu Stasiun
Pompa Kali Baru, Stasiun Pompa Tawang, dan Stasiun Pompa Lanal. Masing-
masing stasiun menpunyai 4 sub komponen seperti ditunjukkan pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Data dan Nilai Kondisi rata-rata stasiun pompa
No Kompo nen
Kerusakan
Nilai Kondisi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) II
Stasiun Pompa
Pompa Generator Set Pintu Air Rumah Pompa
Op Pe Op Pe BP EL Km Kr 1 Kali Baru Pompa
masih baik
80% 60% 70% 60% 60% 60% 80% 70%
2 Tawang pompa rusak 2, pintu air bocor
0% 0% 0% 0% 30% 60% 60% 60%
3 Lanal pompa rusak 1
50% 50% 40% 40% 60% 40% 60% 60%
Rata-rata 43% 37% 37% 33% 50% 53% 67% 63%
Ket: Op=Operasional; Pe=Pemeliharaan; BP=Bocoran Pintu; EL=Endapan lumpur; Km=Keamanan; Kr=Kerusakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Setelah didapatkan nilai rata-rata kondisi dari sub komponen stasiun pompa
kemudian dikalikan dengan bobot sub komponen pompa, generator set, pintu air dan
rumah pompa sehingga didapatkan nilai kondisi lapangan, seperti ditunjukkan pada
Tabel 4.13-Tabel 4.16.
Tabel 4.13. Bobot Kondisi Pompa
Nama Sub Komponen Bobot
Komponen Kondisi
Fisik Bobot Kondisi
Lapangan 1. OPERASIONAL 8% 43% 3,47% 2. PEMELIHARAAN 4% 37% 1,47%
Jumlah 4,93%
Tabel 4.14. Bobot Kondisi Generator set
Nama Sub Komponen Bobot
Komponen Kondisi
Fisik Bobot Kondisi
Lapangan
1. OPERASIONAL 6% 63% 3,80% 2. PEMELIHARAAN 2% 0% 0,00%
Jumlah 3,80%
Tabel 4.15. Bobot Kondisi Pintu air
Nama Sub Komponen Bobot
Komponen Kondisi
Fisik Bobot Kondisi
Lapangan
1. BOCORAN PINTU 3% 50% 1,50% 2. ENDAPAN/LUMPUR 1% 53% 0,53%
Jumlah 2,03%
Tabel 4.16. Bobot Kondisi Rumah Pompa
Nama Sub Komponen Bobot
Komponen Kondisi
Fisik Bobot Kondisi
Lapangan
1. KEAMANAN 2% 67% 1,33% 2. KERUSAKAN 4% 63% 2,53%
Jumlah 3,87%
Setelah didapatkan bobot kondisi masing-masing sub komponen kemudian
dijumlahkan sehingga didapatkan bobot kondisi untuk komponen stasiun pompa,
seperti ditunjukkan pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17. Bobot Kondisi Stasiun Pompa
No Sub Komponen Nilai Standar Nilai Kondisi 1 Pompa 12% 4,93% 2 Generator set 8% 3,80% 3 Pintu air 4% 2,03% 4 Rumah pompa 6% 3,87%
Jumlah 30% 14,63%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
4.3.1.3. Kolam Retensi
Kolam retensi terdiri dari empat sub komponen yaitu kolam penangkap
sedimen, pintu inlet, pintu outlet dan saringan sampah. Dari hasil inentarisasi hanya
terdapat 1 kolam retensi tawang seperti ditunjukkan pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18. Data dan Nilai Kondisi rata-rata kolam retensi
No Komponen Data Jenis Kerusakan
Nilai Kondisi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) III Kolam
Retensi KPS Pintu Inlet Pintu Outlet SS
BP EL BP EL
1 Polder Tawang
Kolam sedimen, 4 pintu inlet dan 2 pintu outlet, 6 saringan sampah
Sedimen menumpuk di saringan sampah, pintu inlet rusak/bocor
60% 20% 50% 20% 50% 30%
Rata-rata 60% 20% 50% 20% 50% 30% Ket: KPS=Kolam Penangkap Sedimen; SS=Saringan Sampah; BP= Bocoran Pintu;
EL=Endapan lumpur
Setelah didapatkan nilai rata-rata kondisi sub komponen kolam retensi
kemudian dikalikan dengan bobot sub komponen kolam penangkap sedimen, pintu
inlet, pintu outlet dan saringan sampah sehingga didapatkan nilai kondisi lapangan,
seperti ditunjukkan pada Tabel 4.19-Tabel 4.22.
Tabel 4.19. Bobot Kondisi kolam penangkap sedimen
Nama Komponen Bobot
Komponen Kondisi
Fisik Bobot Kondisi
Lapangan
KOLAM PENANGKAP SEDIMEN 2% 60% 1,20% Jumlah 1,20%
Tabel 4.20. Bobot Kondisi pintu inlet
Nama Sub Komponen Bobot
Komponen Kondisi
Fisik Bobot Kondisi
Lapangan
1. BOCORAN PINTU 2% 20% 0,40% 2. ENDAPAN/LUMPUR 1% 50% 0,50%
Jumlah 0,90%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tabel 4.21. Bobot Kondisi pintu outlet
Nama Sub Komponen Bobot
Komponen Kondisi
Fisik Bobot Kondisi
Lapangan
1. BOCORAN PINTU 2% 20% 0,40% 2. ENDAPAN/LUMPUR 1% 50% 0,50%
Jumlah 0,90%
Tabel 4.22. Bobot Kondisi saringan sampah
Nama Komponen Bobot
Komponen Kondisi
Fisik Bobot Kondisi
Lapangan
SARINGAN SAMPAH 2% 30% 0,60% Jumlah 0,60%
Bobot kondisi masing-masing sub komponen kemudian dijumlahkan sehingga
didapatkan bobot kondisi untuk komponen kolam retensi, seperti ditunjukkan pada
Tabel 4.23.
Tabel 4.23. Bobot Kondisi Kolam Retensi
No Sub Komponen Nilai Standar Nilai Kondisi
1 Kolam penangkap sedimen 2% 1,20%
2 Pintu inlet 3% 0,90%
3 Pintu outlet 3% 0,90%
4 Saringan sampah 2% 0,60%
Jumlah 10% 3,60%
4.3.1.4. Saluran Drainase
Saluran drainase didalam sistem polder Kota Lama dan Bandarharjo terdiri dari
tiga sub komponen yaitu saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier. Dari
hasil pengamatan di lapangan, lokasi saluran yang diinventarisasi seperti ditunjukkan
pada Tabel 4.24.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 4.24. Data dan Nilai Kondisi rata-rata saluran drainase
No Komponen Data Jenis Kerusakan
Nilai Kondisi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) IV
Saluran Drainase
SP SSk ST PS ES PS ES PS ES
1 Kali Baru P=750 m, Lebar 20-30m, T= 2.9m
Terdapat kerusakan dinding saluran berupa plesteran mengelupas, Sedimen
60% 60%
2 Saluran Jalan MT Haryono1
Pj=850m, L= 2m, T= 1.5m, saluran tertutup
Plesteran mengelupas,Sedimen
60% 20%
3 Saluran Jalan Cendrawasih Selatan
Pj=275m, L= 2m, T= 1.5m,
Sedimen 80% 60%
4 Saluran Jalan Bubakan
Pj=386m, L= 2m, T= 2m,
Plesteran mengelupas,Sedimen
60% 20%
5 Saluran Jalan Merak
Pj=358m, L= 2.5m, T= 1.5m,
Sedimen 80% 60%
6 Saluran Jalan Tawang
Pj=478m, L= 2.5m, T= 1.5m,
Sedimen 60% 60%
7 Saluran Bandarharjo
Pj=385m, L= 2.5m, T= 1.5m
Sedimen 70% 60%
Ket: SP=Saluran Primer ; SSk=Saluran Sekunder ; ST= Saluran Tersier ; PS=Profil Saluran ; ES=Endapan/Sedimentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 4.24. Data dan Nilai Kondisi rata-rata saluran drainase (lanjutan)
No Komponen Data Jenis Kerusakan
Nilai Kondisi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) IV
Saluran Drainase
SP SSk ST PS ES PS ES PS ES
8 Saluran Mpu Tantular selatan rel
Pj= 300m, L= 2m, T= 1.4m, saluran terbuka
Sedimen 50% 60%
9 Saluran Mpu Tantular utara rel
Pj= 716m, L= 2m, T= 1.4m, saluran terbuka
Plesteran mengelupas, Sedimen
50% 15%
10 Saluran Jalan Ronggowarsito utara perempatan Jalan Pengapon
Pj= 500m, L= 1.9m, T= 1.3m, saluran terbuka
Sedimen 80% 60%
11 Saluran Jalan Ronggowarsito selatan perempatan Jalan Pengapon
Pj= 250m, L= 1.7m, T= 1.3m, saluran terbuka
Sedimen 80% 60%
12 Saluran Jalan Usman Janatin
Pj= 400m, L= 3.5m, T= 1.5m, saluran terbuka
Sedimen, sampah
60% 60%
13 Saluran Jalan Tawang
Pj= 500m, L= 4m, T= 2m, saluran terbuka
Plesteran mengelupas, Sedimen
60% 30%
14 Saluran Kebonharjo
Pj= 500m, L= 4m, T= 2m, saluran terbuka
Sedimen 60% 60%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 4.24. Data dan Nilai Kondisi rata-rata saluran drainase (lanjutan)
No Komponen Data Jenis Kerusakan
Nilai Kondisi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) IV
Saluran Drainase
SP SSk ST PS ES PS ES PS ES
15 Saluran Jalan Agus Salim
Pj=386m, L= 1m, T= 1.2m, saluran terbuka
Pasangan rusak, Sedimen
40% 0%
16 Saluran sendowo barat
Pj=237m, L= 0.6m, T= 0.5m, saluran terbuka
Sedimen 60% 60%
17 Saluran sendowo timur
Pj=330m, L= 0.6m, T= 0.6m, saluran terbuka
Sedimen 80% 60%
18 Saluran Jalan Merpati
Pj=1147m, L= 0.4m, T= 0.3m, saluran terbuka
Sedimen 80% 60%
19 Saluran Jalan Garuda
Pj= 110m, L= 0.4m, T= 0.4m, saluran terbuka
Sedimen 80% 60%
20 Saluran Jalan Petolongan
Pj=314.3m, L= 0.3m, T= 0.4m, saluran terbuka
Pasangan rusak, Sedimen
30% 0%
Rata-rata 60% 60% 65% 48% 62% 40%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Setelah didapatkan nilai rata-rata kondisi sub komponen saluran drainase
kemudian dikalikan dengan bobot sub komponen profil saluran dan
erosi/sedimentasi sehingga didapatkan nilai kondisi lapangan, seperti ditunjukkan
pada Tabel 4.25-Tabel 4.27.
Tabel 4.25. Bobot Kondisi saluran primer
Nama Sub Komponen Bobot
Komponen Kondisi
Fisik Bobot Kondisi
Lapangan 1. PROFIL SALURAN 10% 43% 4,33% 2. EROSI/SEDIMENTASI 7% 37% 2,57%
Jumlah 6,90%
Tabel 4.26. Bobot Kondisi saluran sekunder
Nama Sub Komponen Bobot
Komponen Kondisi
Fisik Bobot Kondisi
Lapangan
1. PROFIL SALURAN 7% 65% 4,58% 2. EROSI/SEDIMENTASI 4% 48% 1,92%
Jumlah 6,50%
Tabel 4.27. Bobot Kondisi saluran tersier
Nama Sub Komponen Bobot
Komponen Kondisi
Fisik Bobot Kondisi
Lapangan
1. PROFIL SALURAN 5% 62% 3,08% 2. EROSI/SEDIMENTASI 2% 40% 0,80%
Jumlah 3,88%
Setelah didapatkan bobot kondisi masing-masing sub komponen kemudian
dijumlahkan sehingga didapatkan bobot kondisi untuk komponen saluran drainase,
seperti ditunjukkan pada Tabel 4.28.
Tabel 4.28. Bobot Kondisi Saluran Drainase
No Sub Komponen Nilai Standar Nilai Kondisi
1 Saluran primer 17% 6,90%
2 Saluran Sekunder 11% 6,50%
3 Saluran tersier 7% 3,88%
Jumlah 35% 17,28%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
4.3.2. Hasil Penilaian Kondisi Sistem Polder
Penilaian kondisi sistem polder secara keseluruhan didapatkan dengan cara
menjumlahkan seluruh nilai (bobot) kondisi lapangan dari masing-masing komponen
yang meliputi tanggul keliling, stasiun pompa, kolam retensi dan saluran drainase
sehingga diketahui hasilnya seperti ditunjukkan pada Tabel 4.29.
Tabel 4.29. Hasil penilaian Kondisi Sistem Polder
No. Jenis Bobot Nilai Nilai Komponen Komponen Komponen Kondisi Penurunan
(%) Fisik (%) Fisik (%)
1.1 Tanggul keliling 25% 14,50% 10,50%
1.2 Stasiun pompa 30% 14,63% 15,37%
1.3 Kolam retensi 10% 3,60% 6,40%
1.4 Saluran drainase 35% 17,28% 17,72%
TOTAL 100% 50,02% 49,98%
Dari tabel 4.29, dapat diketahui bahwa nilai kondisi tanggul keliling sebesar
14,50% sedangkan nilai standar 25% sehingga terjadi penurunan sebesar 10,50%.
Nilai kondisi stasiun pompa sebesar 14,63% sedangkan nilai standar 30% sehingga
terjadi penurunan sebesar 15,37%. Nilai kondisi kolam retensi sebesar 3,60%
sedangkan nilai standar 10% sehingga terjadi penurunan sebesar 6,40%. Nilai
kondisi saluran drainase sebesar 17,28% sedangkan nilai standar 35% sehingga
terjadi penurunan sebesar 17,72%. Total penilaian kondisi untuk sistem polder Kota
Lama dan Bandarharjo Semarang sebesar 50,02%. Berdasarkan tabel penilaian
sistem polder yang telah disusun kondisinya masuk kategori cukup, yaitu nilai
kondisi (50 79)%.
4.4. Analisis Hidrologi
4.4.1. Data Curah Hujan Harian maksimum
Didalam wilayah studi tidak terdapat stasiun hujan maka dipakai stasiun hujan
terdekat dari wilayah studi yang mempunyai karakteristik sama yaitu lokasi datar.
Dari hasil pengumpulan data didapatkan data hujan dari stasiun hujan Kalisari (Sta
No.42A) yang berjarak 4 km dari lokasi studi sehingga data ini yang dipakai. Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
curah hujan harian maksimum di stasiun Kalisari Semarang seperti ditunjukkan pada
Tabel 4.30.
Tabel 4.30. Data curah hujan harian maksimum selama 10 tahun (Sta. 42A)
No Tahun Tanggal
R24 maks
(mm) No Tahun Tanggal
R24 maks
(mm)
1 2001 08-Jan 110 6 2006 28-Jan 112
2 2002 06-Feb 55 7 2007 05-Mar 35
3 2003 22-Jan 68 8 2008 26-Oct 35
4 2004 31-Jan 73 9 2009 13-Nov 35
5 2005 14-Oct 115 10 2010 03-Aug 30
Sumber: Balai PSDA Jragung Tuntang Jawa Tengah, 2011
Dari data pada Tabel 4.30 diurutkan dari yang terkecil sampai terbesar
sehingga didapatkan data seperti pada Tabel 4.31.
Tabel 4.31. Data curah hujan harian maksimum setelah diurutkan
No Tahun R24 maks (mm)
1 2010 30
2 2007 35
3 2008 35
4 2009 35
5 2002 55
6 2003 68
7 2004 73
8 2001 110
9 2006 112
10 2005 115
4.4.2. Distribusi Hujan
Data curah hujan yang dipakai hanya 1 stasiun hujan yang berada di Stasiun
Hujan Nomor 42A Kalisari Semarang. Data ini perlu dilakukan uji statistik untuk
menganalisis frekuensi dan probabilitas data hujan. Dari hasil uji statistik akan
didapatkan metode/jenis distribusi yang sesuai dengan perhitungan. Parameter-
parameter statistik hasil ditunjukkan pada Tabel 4.32.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 4.32. Perhitungan parameter statistik
m Tahun P = m/(N+1) Curah hujan (mm) Ln Curah hujan (mm)
1 2010 0,0909 30 3,4012 2 2007 0,1818 35 3,5553 3 2008 0,2727 35 3,5553 4 2009 0,3636 35 3,5553 5 2002 0,4545 55 4,0073 6 2003 0,5455 68 4,2195 7 2004 0,6364 73 4,2905 8 2001 0,7273 110 4,7005 9 2006 0,8182 112 4,7185 10 2005 0,9091 115 4,7449
Jumlah data N = 10,0 Rata-rata X = 66,800 Standart Deviasi Sd = 34,640 Coef Variety Cv=Sd/X = 0,519 Coef Skewness Cs = 0,459 Coef Kurtosis Ck = -1,614
Hasil perhitungan parameter-parameter statistik diatas menghasilkan nilai
Cs=0,459 dan Ck=-1,614 sehingga sesuai Tabel 2.3, jenis distribusi yang digunakan
adalah distribusi Log-Pearson type III.
4.4.3. Curah hujan rencana
Curah hujan rencana dihitung menggunakan pendekatan distribusi log pearson
type III. Perhitungan distribusi log pearson type III ditunjukkan pada Tabel 4.33.
Tabel 4.33. Perhitungan distribusi metode log pearson type III
No Tahun x Log x Peluang
(%) (log X-
Log X rt) (log X-Log
X rt)² (log X-Log X
rt)³ 1 2010 30 1,477 9,09091 -0,29256 0,08559 -0,02504 2 2007 35 1,544 18,18182 -0,22561 0,05090 -0,01148 3 2008 35 1,544 27,27273 -0,22561 0,05090 -0,01148 4 2009 35 1,544 36,36364 -0,22561 0,05090 -0,01148 5 2002 55 1,740 45,45455 -0,02932 0,00086 -0,00003 6 2003 68 1,833 54,54545 0,06283 0,00395 0,00025 7 2004 73 1,863 63,63636 0,09364 0,00877 0,00082 8 2001 110 2,041 72,72727 0,27171 0,07383 0,02006 9 2006 112 2,049 81,81818 0,27954 0,07814 0,02184
10 2005 115 2,061 90,90909 0,29102 0,08469 0,02465 Jumlah 17,697
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Hasil: Log X Rerata (Xrt) : 1,769 Simpangan baku (S) : 0,232 Koefisien kepencengan (Cs) : 0,089
Nilai koefisien kepencengan (Cs)=0.089 maka dapat dihitung nilai K melalui
interpolasi berdasarkan Tabel 2.6. Setelah nilai K didapatkan dihitung curah hujan
rencana pada setiap periode ulang. Nilai curah hujan rencana seperti ditunjukkan
pada Tabel 4.34.
Tabel 4.34. Nilai curah hujan rencana
T K K.S log Xrt + K.S X (mm) 2 -0,015 -0,004 1,7662 58,3660 5 0,837 0,195 1,9646 92,1746 10 1,291 0,301 2,0704 117,6086 25 1,781 0,415 2,1847 152,9964 50 2,102 0,490 2,2595 181,7480 100 2,363 0,550 2,3202 209,0172
4.4.4. Perhitungan Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan persamaan 2.7. Data kemiringan
saluran didapatkan dari pembacaan peta dengan menghitung selisih/beda tinggi lahan
pada awal saluran dan akhir saluran pada peta yang ada kemudian dibagi panjang
salurannya seperti ditunjukkan pada Tabel 4.35.
Tabel 4.35. Data Kemiringan Saluran
No Nama Saluran Kode
Saluran Panjang Elev. Awal
Elev. Akhir
Beda Elevasi Kemiringan
(m) (m) (m) (m) 1 Sal. MT. Haryono 1 Mt-1 508,0 1,0 0,4 0,6 0,0011811 2 Sal. Agus Salim Ag 603,0 0,8 0,4 0,4 0,0006633 3 Sal. MT. Haryono 2 Mt-2 617,7 0,4 0,1 0,3 0,0004857 4 Sal. Letjend Suprapto Sp 574,3 0,5 0,2 0,3 0,0005224 5 Sal. Cendrawasih Cd 305,5 0,2 0,1 0,1 0,0003273 6 Sal. Ronggowarsito Ro 785,6 0,2 0,1 0,1 0,0001273 7 Sal. Jl. Merak Mr 390,0 0,2 0,1 0,1 0,0002564 8 Sal. Bandarharjo Bd 517,5 0,5 0,4 0,1 0,0001933 9 Sal. Kebonharjo Kb 1058,0 0,7 0,2 0,5 0,0004726
10 Sal. Arteri 1 Ar-1 712,4 0,3 0,2 0,1 0,0001404 11 Sal. Mpu Tantular Mp 977,1 0,1 -0,4 0,5 0,0005117 12 Sal. Arteri 2 Ar-2 414,4 0,9 0,2 0,7 0,0016893
Sumber: Anonim, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Waktu konsentrasi (tc) dihitung dengan persamaan 2.7 dan hasilnya seperti
ditunjukkan pada Tabel 4.36.
Tabel 4.36 Hasil Perhitungan Waktu Konsentrasi (tc)
No Nama Saluran Kode Panjang Saluran
(L)
Kemiringan (S)
Waktu Konsentrasi
(Tc) m km jam
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Sal. MT. Haryono 1 Mt-1 508,0 0,508 0,0012 0,5279 2 Sal. Agus Salim Ag 603,0 0,603 0,0007 0,7522 3 Sal. MT. Haryono 2 Mt-2 617,7 0,618 0,0005 0,8641 4 Sal. Letjend Suprapto Sp 574,3 0,574 0,0005 0,7943 5 Sal. Cendrawasih Cd 305,5 0,306 0,0003 0,5850 6 Sal. Ronggowarsito Ro 785,6 0,786 0,0001 1,7412 7 Sal. Jl. Merak Mr 390,0 0,390 0,0003 0,7755 8 Sal. Bandarharjo Bd 517,5 0,517 0,0002 1,0750 9 Sal. Kebonharjo Kb 1058,0 1,058 0,0005 1,3215
10 Sal. Arteri 1 Ar-1 712,4 0,712 0,0001 1,5553 11 Sal. Mpu Tantular Mp 977,1 0,977 0,0005 1,2054 12 Sal. Arteri 2 Ar-2 414,4 0,414 0,0017 0,3932
4.4.5. Intensitas Hujan Rencana
Intensitas hujan rencana dihitung menggunakan persamaan 2.6. Dengan
memasukkan curah hujan harian maksimum dan waktu kosentrasi masing-masing
saluran, maka intensitas hujan rencana untuk masing-masing saluran pada periode 2
tahunan, 5 tahunan dan 10 tahunan dapat dibuat seperti ditunjukkan pada Tabel 4.37.
Tabel 4.37 Hasil Perhitungan Intensitas Hujan
No Tr Saluran tc (jam) R24 (mm) I (mm/jam) 1 2 Mt-1 0,52731103 58,36604661 31,00515436
5 92,17459353 48,96489768 10 117,6086011 62,47592637
2 2 Ag 0,751373543 58,36604661 24,48514855 5 92,17459353 38,66817689 10 117,6086011 49,33800103
3 2 Mt-2 0,863055941 58,36604661 22,32434396 5 92,17459353 35,25572572 10 117,6086011 44,98394214
4 2 Sp 0,793391266 58,36604661 23,61280666 5 92,17459353 37,29053075 10 117,6086011 47,58021692
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 4.37 Hasil Perhitungan Intensitas Hujan (lanjutan)
No Tr Saluran tc (jam) R24 (mm) I (mm/jam) 5 2 Cd 0,584278234 58,36604661 28,95546284
5 92,17459353 45,72792185 10 117,6086011 58,34576224
6 2 Ro 1,739213801 58,36604661 13,99241069 5 92,17459353 22,09751804 10 117,6086011 28,19495139
7 2 Mr 0,774572584 58,36604661 23,99375140 5 92,17459353 37,89213782 10 117,6086011 48,34782721
8 2 Bd 1,073767328 58,36604661 19,29869978 5 92,17459353 30,47747640 10 117,6086011 38,88721638
9 2 Kb 1,319957641 58,36604661 16,81738717 5 92,17459353 26,55886284 10 117,6086011 33,88732822
10 2 Ar-1 1,553483985 58,36604661 15,08660919 5 92,17459353 23,82553128 10 117,6086011 30,39978043
11 2 Mp 1,204046355 58,36604661 17,88014533 5 92,17459353 28,23722394 10 117,6086011 36,02880445
12 2 Ar-2 0,392749239 58,36604661 37,73454915 5 92,17459353 59,59229606 10 117,6086011 76,03577414
4.5. Perhitungan Debit Banjir
Debit banjir dihtung menggunakan persamaan 2.8, dimana sebelumnya harus
diketahui luas catchment area, intensitas hujan dan koefisien pengaliran. Untuk
intensitas hujan seperti ditunjukkan pada Tabel 4.36, sedangkan luas catchment area
dan koefisien pengaliran masing-masing saluran didapatkan dengan pengamatan
dilapangan dan pembacaan peta (plotting area)
4.5.1. Luas Catchment Area
Lokasi sistem polder kota lama dan bandarharjo Semarang terdapat di
Kecamatan Semarang Tengah dan Kecamatan Semarang Utara dengan kondisi
tanahnya datar dan merupakan daerah perdagangan, industri dan permukiman.
Pembagian masing-masing catchment area dan koefisien pengaliran untuk tiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
saluran dilakukan dengan pengamatan di lapangan tentang arah aliran, pembacaan
peta drainase kota lama dan hasil wawancara/masukan dari Dinas PSDA&ESDM
Kota Semarang seperti ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Pembagian catchment area saluran sistem polder
KEC. SEMARANG TENGAHKEL. PURWODINATAN
KEL. TANJUNG MASKEC. SEMARANG UTARA
U
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Luas masing-masing catchment area dihitung menggunakan bantuan
AUTOCAD 2006 didalam Modify-properties. Hasil yang ditampilkan dalam satuan
hektare maka harus dirubah dalam satuan km² seperti ditunjukkan pada Tabel 4.38.
Tabel 4.38. Catchment Area dan Koefisien Pengaliran
NO SUB DTA
CATCHMENT AREA KOEFISIEN
ALIRAN PERMUKAAN
KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN x
CATCHMENT AREA
A C C*A (Ha) (Km²)
(1) (2) (3) (4) (5) 1 3,29 0,033 0,75 0,02 2 2,97 0,030 0,75 0,02 3 3,92 0,039 0,75 0,03 4 6,91 0,069 0,75 0,05 5 11,33 0,113 0,75 0,08 6 2,69 0,027 0,75 0,02 7 8,72 0,087 0,75 0,07 8 8,79 0,088 0,75 0,07 9 10,72 0,107 0,525 0,06
10 5,23 0,052 0,3 0,02 11 5,48 0,055 0,6 0,03 12 5,77 0,058 0,6 0,03 13 6,22 0,062 0,6 0,04 14 26,41 0,264 0,7 0,18 15 11,79 0,118 0,8 0,09 16 35,28 0,353 0,7 0,25 17 12,08 0,121 0,6 0,07
Total 167,61 1,676 1,14 Koefisien Pengaliran Rata-rata 0,68
Perhitungan debit banjir akan lebih mudah dihitung jika terdapat skema saluran
drainase. Pembuatan skema saluran drainase di dalam sistem polder mengacu pada
peta Kota Semarang khususnya di Kecamatan Semarang Tengah dan Kecamatan
Semarang Utara. Alat bantu yang dipakai untuk membuat skema draianse dengan
bantuan Microsoft Visio 2010 sehingga dapat diketahui lokasi/titik perhitungan
saluran seperti ditunjukkan pada Gambar 4.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 4.3. Skema Drainase Sistem Polder Lama dan Bandarharjo
Keterangan: Notasi dan angka ditunjukkan pada Tabel 4.39 dan Tabel 4.40.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Hasil penggambaran skema saluran harus diberi kode/inisial agar lebih ringkas
dan mudah dalam penulisannya, keterangan kode secara detail ditunjukkan pada
Tabel 4.39 dan Tabel 4.40.
Tabel 4.39. Keterangan Nomor Sub Daerah Tangkapan Air (DTA)
No Sub DTA Keterangan 1 Wilayah Petudungan 2 Wilayah Petolongan 3 Wilayah Bubakan 4 Wilayah Pekojan 5 Wilayah Agus Salim 6 Wilayah MT. Haryono 7 Wilayah Letjen Suprapto 8 Wilayah Letjen Suprapto Utara dan Cendrawasih 9 Wilayah Ronggowarsito 10 Wilayah Polder Tawang 11 Wilayah Jalan Merak 12 Wilayah Mpu Tantular Selatan 13 Wilayah Bandarharjo Selatan 14 Wilayah Kebonharjo 15 Wilayah Mpu Tantular 16 Wilayah Arteri Utara sampai Jl. Mpu Tantular 17 Wilayah Arteri Utara sampai Lanal
Tabel 4.40. Keterangan Kode Saluran/Pompa
No Nama Saluran Inisial di Gambar Kode 1 Saluran MT. Haryono 1 Mt-1 A, C 2 Saluran Agus Salim Ag B 3 Saluran MT. Haryono 2 Mt-2 D, H 4 Saluran Letjend Suprapto Sp E 5 Saluran Cendrawasih Cd F, G 6 Saluran Ronggowarsito Ro I 7 Saluran Jl. Merak Mr J 8 Saluran Bandarharjo Bd K, L 9 Saluran Kebonharjo Kb M
10 Saluran Arteri 1 Ar-1 N, O 11 Saluran Mpu Tantular Mp P 12 Saluran Arteri 2 Ar-2 Q 13 Pompa Kali Baru P1 P1 14 Pompa Lanal P2 P2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
4.5.2. Debit Banjir 2 tahunan
Perhitungan debit banjir maksimum 2 tahunan menggunakan persamaan 2.8.
Setelah diketahui catchment area, koefisien pengaliran dan intensitas hujan maka
dapat dihitung debit banjir untuk kala ulang 2 tahunan. Contoh perhitungan debit
banjir maksimum Kala Ulang 2 tahunan dengan metode Rasional:
Qp= 0,278.C.I.A,
Qp= 0,278 x 0,75 x 31,0052 x 0,10,
Qp= 0,6581 m³/dt.
Perhitungan selengkapnya seperti ditunjukkan pada Tabel 4.41.
Tabel 4.41. Debit Banjir Kala Ulang 2 Tahunan
No TITIK PERHITUNGAN INTENSITAS
HUJAN DEBIT BANJIR C' KODE I Q (Km²) (mm/jam) (m³/dt)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 0,10 0,75 A 31,0052 0,6581 2 0,18 0,75 B 24,4851 0,9309 3 0,28 0,75 C 31,0052 1,8368 4 0,31 0,75 D 22,3243 1,4478 5 0,09 0,75 E 23,6128 0,4295 6 0,09 0,75 F 23,6128 0,4326 7 0,18 0,75 G 28,9555 1,0571 8 0,49 0,75 H 22,3243 2,2628 9 0,11 0,53 I 13,9924 0,2188
10 0,05 0,60 J 23,9938 0,2193 11 0,70 0,67 K 19,2987 2,5185 12 0,82 0,66 L 19,2987 2,9046 13 0,26 0,70 M 16,8174 0,8644 14 0,12 0,80 N 15,0866 0,3957 15 0,38 0,73 O 15,0866 1,1712 16 0,35 0,70 P 17,8801 1,2277 17 0,86 0,70 Q 37,7345 6,2809
4.5.3. Debit Banjir 5 tahunan
Perhitungan debit banjir untuk kala ulang 5 tahunan dilakukan seperti pada
perhitungan debit banjir kala ulang 2 tahunan hanya saja untuk intensitas hujan
berbeda. Contoh perhitungan debit banjir maksimum Kala Ulang 5 tahunan dengan
metode Rasional:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Qp= 0,278.C.I.A,
Qp= 0,278 x 0,75 x 48,965 x 0,10,
Qp= 1,0393 m³/dt.
Perhitungan selengkapnya seperti ditunjukkan pada Tabel 4.42.
Tabel 4.42. Debit Banjir Kala Ulang 5 Tahunan
No TITIK PERHITUNGAN INTENSITAS
HUJAN DEBIT BANJIR C' KODE I Q (Km²) (mm/jam) (m³/dt)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 0,102 0,750 A 48,965 1,0393 2 0,182 0,750 B 38,668 1,4701 3 0,284 0,750 C 48,965 2,9008 4 0,311 0,750 D 35,256 2,2864 5 0,087 0,750 E 37,291 0,6782 6 0,088 0,750 F 37,291 0,6832 7 0,175 0,750 G 45,728 1,6694 8 0,486 0,750 H 35,256 3,5735 9 0,107 0,525 I 22,098 0,3456
10 0,055 0,600 J 37,892 0,3463 11 0,700 0,670 K 30,477 3,9774 12 0,820 0,660 L 30,477 4,5870 13 0,264 0,700 M 26,559 1,3652 14 0,118 0,800 N 23,826 0,6250 15 0,382 0,731 O 23,826 1,8496 16 0,353 0,700 P 28,237 1,9388 17 0,856 0,700 Q 59,592 9,9191
4.5.4. Debit Banjir 10 tahunan
Perhitungan debit banjir untuk kala ulang 10 tahunan seperti pada perhitungan
debit banjir kala ulang 2 tahunan hanya saja untuk intensitas hujan berbeda. Contoh
perhitungan debit banjir maksimum Kala Ulang 10 tahunan dengan metode Rasional:
Qp= 0,278.C.I.A,
Qp= 0,278 x 0,75 x 62,476 x 0,10,
Qp= 1,326 m³/dt.
Perhitungan selengkapnya seperti ditunjukkan pada Tabel 4.43.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 4.43. Debit Banjir Kala Ulang 10 Tahunan
No TITIK PERHITUNGAN INTENSITAS
HUJAN DEBIT BANJIR C' KODE I Q (Km²) (mm/jam) (m³/dt)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 0,10 0,75 A 62,476 1,3260 2 0,18 0,75 B 49,338 1,8757 3 0,28 0,75 C 62,476 3,7012 4 0,31 0,75 D 44,984 2,9173 5 0,09 0,75 E 47,580 0,8654 6 0,09 0,75 F 47,580 0,8717 7 0,18 0,75 G 58,346 2,1301 8 0,49 0,75 H 44,984 4,5596 9 0,11 0,53 I 28,195 0,4409
10 0,05 0,60 J 48,348 0,4418 11 0,70 0,67 K 38,887 5,0748 12 0,82 0,66 L 38,887 5,8527 13 0,26 0,70 M 33,887 1,7419 14 0,12 0,80 N 30,400 0,7974 15 0,38 0,73 O 30,400 2,3600 16 0,35 0,70 P 36,029 2,4738 17 0,86 0,70 Q 76,036 12,6561
4.6. Perhitungan Kapasitas Saluran
Perhitungan kapasitas saluran dilakukan setelah diketahui dimensi saluran dan
kecepatan saluran kemudian dimasukkan dalam persamaan 2.26. Untuk mendapatkan
nilai kecepatan saluran dipakai persamaan 2.27, selengkapnya dapat ditunjukkan
pada Tabel 4.44.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 4.44 Perhitungan kapasitas saluran
No Nama Saluran KODE
SALURAN
Dimensi saluran Luas Penampang Basah (m2)
panjang (m)
lebar (m)
tinggi (m)
L b h A (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Saluran MT. Haryono 1 Mt-1 508,0 2,0 2,0 4,0 2 Saluran Agus Salim Ag 603,0 1,0 1,2 1,2 3 Saluran MT. Haryono 2 Mt-2 617,7 2,0 2,0 4,0 4 Sal. Letjend Suprapto Sp 574,3 1,0 1,2 1,2 5 Saluran Cendrawasih Cd 305,5 2,0 1,5 3,0 6 Saluran Ronggowarsito Ro 785,6 1,9 1,3 2,5 7 Saluran Jl. Merak Mr 390,0 2,5 1,5 3,8 8 Saluran Bandarharjo Bd 517,5 3,5 2,4 8,4 9 Saluran Kebonharjo Kb 1058,0 2,0 1,5 3,0
10 Saluran Arteri 1 Ar-1 712,4 1,8 2,1 3,7 11 Saluran Mpu Tantular Mp 977,1 2,0 1,4 2,8 12 Saluran Arteri 2 Ar-2 414,4 3,5 1,5 5,3
Tabel 4.44 Perhitungan kapasitas saluran (lanjutan)
Keliling basah (m)
Jari-jari hidrolis
(m) Kemiringan
Koefisien kekasaran manning
Waktu Konsentrasi
Kecepatan (m/dt)
Kapasi tas
saluran (m3/dt) menit jam
P R S n tc tc V Q (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
6,0 0,6667 0,0012 0,0250 31,6752 0,5279 1,0489 4,1958 3,4 0,3529 0,0007 0,0250 45,1344 0,7522 0,5143 0,6172 6,0 0,6667 0,0005 0,0250 51,8431 0,8641 0,6726 2,6905 3,4 0,3529 0,0005 0,0250 47,6584 0,7943 0,4564 0,5477 5,0 0,6000 0,0003 0,0250 35,0971 0,5850 0,5147 1,5441 4,5 0,5489 0,0001 0,0250 104,473 1,7412 0,3025 0,7471 5,5 0,6818 0,0003 0,0250 46,5280 0,7755 0,4961 1,8604 8,3 1,0120 0,0002 0,0250 64,5004 1,0750 0,5605 4,7084 5,0 0,6000 0,0005 0,0250 79,2888 1,3215 0,6185 1,8555 5,9 0,6254 0,0001 0,0250 93,3166 1,5553 0,3465 1,2787 4,8 0,5833 0,0005 0,0250 72,3261 1,2054 0,6316 1,7685 6,5 0,8077 0,0017 0,0250 23,5921 0,3932 1,4257 7,4852
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
4.7. Evaluasi Kapasitas Saluran
4.7.1. Evaluasi Kapasitas Saluran terhadap Debit Banjir 2 tahunan
Evaluasi kapasitas saluran terhadap debit banjir (limpasan) periode 2 tahunan
seperti ditunjukkan pada Tabel 4.45 dan Gambar 4.4.
Tabel 4.45. Perbandingan Debit Banjir 2 tahunan dengan Kapasitas Saluran
No Titik Perhitungan Intensitas
Hujan Debit Banjir
Kapasitas saluran Hasil
C (C') I Q Q sal (Km²) (mm/jam) (m³/dt) (m³/dt)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 0,102 0,75 A 31,0052 0,6581 4,1958 Tidak Limpas
2 0,182 0,75 B 24,4851 0,9309 0,6172 Limpas
3 0,284 0,75 C 31,0052 1,8368 4,1958 Tidak Limpas
4 0,311 0,75 D 22,3243 1,4478 2,6905 Tidak Limpas
5 0,087 0,75 E 23,6128 0,4295 0,5477 Tidak Limpas
6 0,088 0,75 F 23,6128 0,4326 0,5477 Tidak Limpas
7 0,175 0,75 G 28,9555 1,0571 1,5441 Tidak Limpas
8 0,486 0,75 H 22,3243 2,2628 2,6905 Tidak Limpas
9 0,107 0,53 I 13,9924 0,2188 0,7471 Tidak Limpas
10 0,055 0,60 J 23,9938 0,2193 1,8604 Tidak Limpas
11 0,700 0,67 K 19,2987 2,5185 4,7084 Tidak Limpas
12 0,82033 0,66 L 19,2987 2,9046 4,7084 Tidak Limpas
13 0,264 0,70 M 16,8174 0,8644 1,8555 Tidak Limpas
14 0,118 0,80 N 15,0866 0,3957 1,2787 Tidak Limpas
15 0,38208 0,73 O 15,0866 1,1712 1,2787 Tidak Limpas
16 0,353 0,70 P 17,8801 1,2277 1,7685 Tidak Limpas
17 0,856 0,70 Q 37,7345 6,2809 7,4852 Tidak Limpas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Gambar 4.4. Perbandingan debit banjir 2 tahunan dengan kapasitas saluran
Dari Tabel 4.45 dan Gambar 4.4, dapat disimpulkan bahwa limpas hanya
terjadi pada ruas saluran B (Saluran Jalan Agus Salim). Hasil ini menunjukkan
bahwa saluran drainase yang berada di dalam Sistem Polder Kota Lama dan
Bandarharjo semarang masih cukup menampung debit banjir Kala Ulang 2 tahun.
4.7.2. Evaluasi Kapasitas Saluran terhadap Debit Banjir 5 tahunan
Evaluasi kapasitas saluran terhadap debit banjir (limpasan) periode 5 tahunan
seperti ditunjukkan pada Tabel 4.46 dan Gambar 4.5.
Tabel 4.46. Perbandingan Debit Banjir 5 tahunan dengan Kapasitas Saluran
No Titik Perhitungan Intensitas
Hujan Debit Banjir
Kapasitas saluran Hasil
C (C') I Q Q sal (Km²) (mm/jam) (m³/dt) (m³/dt)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 0,102 0,75 A 48,9649 1,0393 4,1958 Tidak Limpas
2 0,182 0,75 B 38,6682 1,4701 0,6172 Limpas
3 0,284 0,75 C 48,9649 2,9008 4,1958 Tidak Limpas
4 0,311 0,75 D 35,2557 2,2864 2,6905 Tidak Limpas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 4.46. Perbandingan Debit Banjir 5 tahunan dengan Kapasitas Saluran (lanjutan)
No Titik Perhitungan Intensitas
Hujan Debit Banjir
Kapasitas saluran Hasil
C (C') I Q Q sal (Km²) (mm/jam) (m³/dt) (m³/dt)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 5 0,087 0,75 E 37,2905 0,6782 0,5477 Limpas 6 0,088 0,75 F 37,2905 0,6832 0,5477 Limpas 7 0,175 0,75 G 45,7279 1,6694 1,5441 Limpas 8 0,486 0,75 H 35,2557 3,5735 2,6905 Limpas
9 0,107 0,53 I 22,0975 0,3456 0,7471 Tidak Limpas
10 0,055 0,60 J 37,8921 0,3463 1,8604 Tidak Limpas
11 0,700 0,67 K 30,4775 3,9774 4,7084 Tidak Limpas
12 0,82033 0,66 L 30,4775 4,5870 4,7084 Tidak Limpas
13 0,264 0,70 M 26,5589 1,3652 1,8555 Tidak Limpas
14 0,118 0,80 N 23,8255 0,6250 1,2787 Tidak Limpas
15 0,38208 0,73 O 23,8255 1,8496 1,2787 Limpas 16 0,353 0,70 P 28,2372 1,9388 1,7685 Limpas 17 0,856 0,70 Q 59,5923 9,9191 7,4852 Limpas
Gambar 4.5. Perbandingan debit banjir 5 tahunan dengan kapasitas saluran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Dari Tabel 4.46 dan Gambar 4.5, dapat disimpulkan bahwa limpas terjadi pada
ruas saluran B (saluran Jl. Agus Salim), ruas saluran E (Saluran Jl. Letjend
Suprapto), ruas saluran F&G (saluran Jl. Cendrawasih), ruas saluran H (saluran Jl.
MT. Haryono 2), ruas saluran O (saluran Jl. Arteri 1), ruas saluran P (saluran Jl. Mpu
Tantular) dan ruas saluran Q (saluran Jl. Arteri 2).
4.7.3. Evaluasi Kapasitas Saluran terhadap Debit Banjir 10 tahunan
Evaluasi kapasitas saluran terhadap debit banjir (limpasan) periode 10 tahunan
seperti ditunjukkan pada Tabel 4.47 dan Gambar 4.6.
Tabel 4.47. Perbandingan Debit Banjir 10 tahunan dengan Kapasitas Saluran
No Titik Perhitungan Intensitas
Hujan Debit Banjir
Kapasitas saluran Hasil
C (C') I Q Q sal (Km²) (mm/jam) (m³/dt) (m³/dt)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 0,102 0,75 A 62,4759 1,3260 4,1958 Tidak Limpas
2 0,182 0,75 B 49,3380 1,8757 0,6172 Limpas
3 0,284 0,75 C 62,4759 3,7012 4,1958 Tidak Limpas
4 0,311 0,75 D 44,9839 2,9173 2,6905 Limpas 5 0,087 0,75 E 47,5802 0,8654 0,5477 Limpas 6 0,088 0,75 F 47,5802 0,8717 0,5477 Limpas 7 0,175 0,75 G 58,3458 2,1301 1,5441 Limpas 8 0,486 0,75 H 44,9839 4,5596 2,6905 Limpas
9 0,107 0,53 I 28,1950 0,4409 0,7471 Tidak Limpas
10 0,055 0,60 J 48,3478 0,4418 1,8604 Tidak Limpas
11 0,700 0,67 K 38,8872 5,0748 4,7084 Limpas 12 0,82033 0,66 L 38,8872 5,8527 4,7084 Limpas
13 0,264 0,70 M 33,8873 1,7419 1,8555 Tidak Limpas
14 0,118 0,80 N 30,3998 0,7974 1,2787 Tidak Limpas
15 0,38208 0,73 O 30,3998 2,3600 1,2787 Limpas 16 0,353 0,70 P 36,0288 2,4738 1,7685 Limpas 17 0,856 0,70 Q 76,0358 12,6561 7,4852 Limpas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Gambar 4.6. Perbandingan debit banjir 10 tahunan dengan kapasitas saluran
Dari Tabel 4.47 dan Gambar 4.6, dapat disimpulkan bahwa limpas terjadi pada
sebagian besar saluran yang berada di sistem polder, kecuali pada ruas saluran A, C,
I, J, M dan N.
4.8. Analisis Debit Banjir Rancangan
Perhitungan debit banjir rancangan menggunakan Hidrograf Satuan Sintetis
(HSS) maka perlu diketahui intensitas hujan jam-jamam dengan suatu interval
tertentu dan curah hujan jam-jaman terlebih dahulu.
1. Analisis intensitas hujan jam-jaman dihitung menggunakan persamaan 2.6
dengan hasil selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 4.48.
Tabel 4.48 Perhitungan intensitas hujan jam-jaman
Jam ke- I = (R24/t) x (t/t)2/3 I (RT)
(1) (2) (3) 1 I = (R24/6) x (6/1)2/3 0,550R24 2 I = (R24/6) x (6/2)2/3 0,347R24 3 I = (R24/6) x (6/3)2/3 0,265R24 4 I = (R24/6) x (6/4)2/3 0,218R24 5 I = (R24/6) x (6/5)2/3 0,188R24 6 I = (R24/6) x (6/6)2/3 0,167R24
2. Curah hujan jam-jaman dihitung dengan menggunakan persamaan 2.10 dengan
hasil selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 4.49.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.49 Curah hujan jam-jaman
Jam ke- rT = (T x RT) - (T - 1) x R(T 1) rT
(1) (2) (3) 1 r1 = (1 x R1) - (1 - 1) x R(1 1) 0,550R24 2 r2 = (2 x R2) - (2 - 1) x R(2 1) 0,143R24 3 r3 = (3 x R3) - (3 - 1) x R(3 1) 0,100R24 4 r4 = (4 x R4) - (4 - 1) x R(4 1) 0,080R24 5 r5 = (5 x R5) - (5 - 1) x R(5 1) 0,068R24 6 r6 = (6 x R6) - (6 - 1) x R(6 1) 0,059R24
3. Curah Hujan Efektif
Jam ke-1 dengan rT = 0.550 x R24
Re = 0,550 x R24 x C
= 0,550 x 58,366 x 0,680
= 21,849
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.50.
Tabel 4.50 Curah Hujan Efektif jam-jaman (Re)
T R24 1 2 3 4 5 6
2 58,366 21,849 5,679 3,984 3,171 2,678 2,341 5 92,174 34,505 8,969 6,291 5,008 4,229 3,697 10 117,608 44,026 11,443 8,027 6,390 5,396 4,717 25 152,996 57,274 14,886 10,443 8,313 7,020 6,136 50 181,748 68,037 17,684 12,405 9,876 8,339 7,290
100 209,017 78,245 20,337 14,266 11,357 9,591 8,383
Hasil perhitungan curah hujan efektif digunakan untuk menghitung Hidrograf
Satuan Sintetis (HSS) Nakayasu. Hasil HSS Nakayasu dipakai untuk mendapatkan
waktu puncak banjir.
4.8.1. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu DTA MT. Haryono
Parameter yang digunakan dalam perhitungan debit banjir menggunakan HSS
Nakayasu adalah sebagai berikut:
Luas DTA MT Haryono (A) = 0,486 km2,
Panjang saluran sampai Outlet (L) = 1,288 km,
Koefisien karakteristik DT = 2 (untuk daerah pengaliran biasa),
Curah hujan satuan (Ro) = 1 mm.
1. Menghitung parameter-parameter yang diperlukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Waktu konsentrasi dihitung berdasarkan rumus 2.12:
tg = 0,21 x L0.7 karena (L < 15 km)
= 0,2507 jam
Satuan waktu hujan dihitung berdasarkan rumus 2.14:
tr = 1,0 x tg (ketentuan Tr = 0,5*tg sampai dengan 1*tg)
= 0,2507 jam
Waktu mulai hujan sampai dengan debit puncak dihitung berdasarkan rumus 2.15:
Tp = tg + 0.8 tr
= 0,2507 + 0.8 x 0,2507
= 0,4513 jam s/d 1 jam (karena Tp<1jam)
T0.3 =
= 2*0,2507
= 0,501 jam
Debit puncak dihitung berdasarkan rumus 2.11:
)3.0(6.3
.
3,0TT
RAQ
P
ep
= 0,08597 m3/dtk
2. Menghitung koordinat kurva naik dan kurva turun hidrograf
a. Kurva naik
= 1)
Qn = Qp
b. Kurva turun
= (1 1,501)
Qt1 = Qp*0,3^[(t-Tp)/T0,3]
= (1,501 2,254)
Qt2 = Qp*0,3^[(t-Tp+0,5 T0,3)/(1,5 T0,3)]
= 2,254
Qt3 = Qp*0,3^[(t-Tp+1,5 T0,3)/(1,5 T0,3)]
Hasil persamaan ordinat hidrograf satuan selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 4.51.
4.2
pTt
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 4.51. Persamaan Ordinat HSS Nakayasu DTA MT. Haryono
Ket. Ket t U(t,T) t Pers U (jam) (m3/dt/mm) 0,0 0,000
0,1 0,002 Qn= Qp * 0,2 0,012
0,3 0,032 0,4 0,064
0,45 0,086 0,5 0,086 0,6 0,086 0,7 0,086 0,8 0,086 0,9 0,086
<1,501) Qt1 = Qp*0,3 [̂(t-Tp)/T0,3]Qt1 1,0 0,086 1,1 0,068 1,2 0,053 1,3 0,042 1,4 0,033
Qt2=Qp*0,3^[(t-Tp+0,5 T0,3)/(1,5 T0,3)] 1,5 0,026 1,6 0,020 1,7 0,016 1,8 0,013 1,9 0,010 2,0 0,008 2,1 0,006
2,254 Qt3=Qp*0,3^[(t-Tp+1,5 T0,3)/(1,5 T0,3)] 2,2 0,004 2,3 0,003 2,4 0,003 2,5 0,002 2,6 0,002 2,7 0,002 2,8 0,001 2,9 0,001 3,0 0,001 3,1 0,001 3,2 0,001 3,3 0,001 3,4 0,001 3,5 0,000 3,6 0,000 3,7 0,000 3,8 0,000
4.2
pTt
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 4.51. Persamaan Ordinat HSS Nakayasu DTA MT. Haryono (lanjutan)
Ket. Ket t U(t,T) t Pers U (jam) (m3/dt/mm)
3,9 0,000 4,0 0,000 4,1 0,000 4,2 0,000 4,3 0,000 4,4 0,000 4,5 0,000
Berdasarkan persamaan ordinat Hidrograf satuan sintetis Nakayasu maka
dapat digambarkan bentuk Hidrograf satuan sintetis Nakayasu seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu DTA MT. Haryono
4.8.2. Hidrograf Banjir Rancangan DTA MT. Haryono
Setelah mendapatkan persamaan ordinat Hidrograf satuan sintetis Nakayasu
dan debit puncak Qp = 0,08597m3/dtk kemudian dilakukan analisa hidrograf banjir
rancangan untuk mendapatkan debit banjir rancangan dengan beberapa periode ulang
yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran H.
Berdasarkan dari hasil perhitungan debit banjir rancangan menggunakan HSS
Nakayasu maka diperoleh Tp (waktu puncak banjir) sebesar 0,45 jam sampai dengan
1 jam (karena Tp <1jam), dengan gambar hidrograf banjir rancangan pada beberapa
periode ulang dapat dilihat pada Gambar 4.8.
0.0000.0100.0200.0300.0400.0500.0600.0700.0800.0900.100
0.0 0.45 0.9 1.4 1.9 2.4 2.9 3.4 3.9 4.4
U(t,T) (m3/dt/mm)
Q (m
3/dt
/mm
)
0,0859
t (jam)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Gambar 4.8. Hidrograf Banjir Rancangan DTA MT Haryono
Dari Gambar 4.8 dapat dijelaskan bahwa debit maksimum Kala Ulang 2 tahun
adalah 1,878 m³/dt, debit maksimum Kala Ulang 5 tahun adalah 2,966 m³/dt dan
debit maksimum Kala Ulang 10 tahun adalah 3,785 m³/dt.
4.8.3. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu DTA Ronggowarsito
Parameter yang digunakan dalam perhitungan debit banjir menggunakan HSS
Nakayasu adalah sebagai berikut:
Luas DTA Ronggowarsito (A) = 0,107 km2,
Panjang saluran sampai Outlet (L) = 0,7856 km,
Koefisien karakteristik DT = 2 (untuk daerah pengaliran biasa),
Curah hujan satuan (Ro) = 1 mm.
1. Menghitung parameter-parameter yang diperlukan
Waktu konsentrasi dihitung berdasarkan rumus 2.12::
tg = 0,21 x L0.7 karena (L < 15 km)
= 0,1774 jam
Satuan waktu hujan dihitung berdasarkan rumus 2.14:
tr = 1,0 x tg (ketentuan Tr = 0,5*tg sampai dengan 1*tg)
= 0,1774 jam
Waktu mulai hujan sampai dengan debit puncak dihitung berdasarkan rumus 2.15:
Tp = tg + 0.8 tr
0.000
0.500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5
2 tahun5 tahun10 tahun
Waktu (jam)
Deb
it (m
3/dt
)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
= 0,1774 + 0.8 x 0,1774
= 0,3193 jam s/d 1 jam (karena Tp<1jam)
T0.3 =
= 0,355 jam
Debit puncak dihitung berdasarkan rumus 2.11:
)3.0(6.3
.
3,0TT
RAQ
P
ep
= 0,01339 m3/dtk
2. Menghitung koordinat kurva naik dan kurva turun hidrograf
a. Kurva naik = 1)
Qn = Qp b. Kurva turun
= (1 1,355) Qt1 = Qp*0,3^[(t-Tp)/T0,3]
= (1,355 887) Qt2 = Qp*0,3^[(t-Tp+0,5 T0,3)/(1,5 T0,3)]
= 887 Qt3 = Qp*0,3^[(t-Tp+1,5 T0,3)/(1,5 T0,3)]
Hasil persamaan ordinat hidrograf satuan DTA Ronggowarsito selengkapnya
ditunjukkan pada Tabel 4.52.
Tabel 4.52. Persamaan Ordinat HSS Nakayasu DTA Ronggowarsito
Ket. Ket t U(t,T) t Pers U (jam) (m3/dt/mm) 0,0 0,000
0,1 0,001 Qn= Qp * 0,2 0,004
0,3 0,012 0,32 0,013
0,4 0,013 0,5 0,013 0,6 0,013 0,7 0,013 0,8 0,013 0,9 0,013
Qt1 = Qp*0,3 [̂(t-Tp)/T0,3]Qt1 1,0 0,013 1,1 0,010
4.2
pTt
4.2
pT
t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 4.52. Persamaan Ordinat HSS Nakayasu Sub DTA Ronggowarsito (lanjutan)
Ket. Ket t U(t,T) t Pers U (jam) (m3/dt/mm)
1,2 0,007 1,3 0,005
Qt2=Qp*0,3^[(t-Tp+0,5 T0,3)/(1,5 T0,3)] 1,4 0,003 1,5 0,002 1,6 0,002 1,7 0,001 1,8 0,001
Qt3=Qp*0,3^[(t-Tp+1,5 T0,3)/(1,5 T0,3)] 1,9 0,001 2,0 0,000 2,1 0,000 2,2 0,000 2,3 0,000 2,4 0,000 2,5 0,000 2,6 0,000 2,7 0,000 2,8 0,000 2,9 0,000 3,0 0,000 3,1 0,000 3,2 0,000 3,3 0,000 3,4 0,000 3,5 0,000 3,6 0,000 3,7 0,000 3,8 0,000 3,9 0,000 4,0 0,000 4,1 0,000 4,2 0,000 4,3 0,000 4,4 0,000 4,5 0,000
Berdasarkan persamaan ordinat Hidrograf satuan sintetis Nakayasu maka
dapat digambarkan bentuk Hidrograf satuan sintetis Nakayasu seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Gambar 4.9. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu DTA Ronggowarsito
4.8.4. Hidrograf Banjir Rancangan DTA Ronggowarsito
Setelah mendapatkan persamaan ordinat Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu
dan debit puncak Qp = 0,01339 m3/dtk kemudian dilakukan analisa hidrograf banjir
rancangan untuk mendapatkan debit banjir rancangan dengan beberapa periode ulang
yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran H.
Berdasarkan dari hasil perhitungan debit banjir rancangan menggunakan HSS
Nakayasu maka diperoleh Tp (waktu puncak banjir) sebesar 0,32 jam sampai dengan
1 jam (karena Tp <1jam), dengan gambar hidrograf banjir rancangan pada beberapa
periode ulang dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10. Hidrograf Banjir Rancangan DTA Ronggowarsito
0.000
0.002
0.004
0.006
0.008
0.010
0.012
0.014
0.016
0.0 0.4 0.9 1.4 1.9 2.4 2.9 3.4 3.9 4.4
U(t,T) (m3/dt/mm)
Q (m
3 /dt
/mm
)
t (jam)
0,01339
0.000
0.100
0.200
0.300
0.400
0.500
0.600
0.700
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5
2 Tahun5 Tahun10 Tahun
Waktu (jam)
Deb
it (m
3/dt
)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
4.8.5. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu DTA Mpu Tantular
Parameter yang digunakan dalam perhitungan debit banjir menggunakan HSS
Nakayasu adalah sebagai berikut:
Luas DTA Mpu Tantular (A) = 0,353 km2,
Panjang saluran sampai Outlet (L) = 0,9771 km,
Koefisien karakteristik DT = 2 (untuk daerah pengaliran biasa),
Curah hujan satuan (Ro) = 1 mm.
3. Menghitung parameter-parameter yang diperlukan
Waktu konsentrasi dihitung berdasarkan rumus 2.12::
tg = 0,21 x L0.7 karena (L < 15 km)
= 0,2066 jam
Satuan waktu hujan dihitung berdasarkan rumus 2.14:
tr = 1,0 x tg (ketentuan Tr = 0,5*tg sampai dengan 1*tg)
= 0,2006 jam
Waktu mulai hujan sampai dengan debit puncak dihitung berdasarkan rumus 2.15:
Tp = tg + 0.8 tr
= 0,2006 + 0.8 x 0,2006
= 0,4 jam s/d 1 jam (karena Tp<1jam)
T0.3 =
= 2*0,2006
= 0,413 jam
Debit puncak dihitung berdasarkan rumus 2.11:
)3.0(6.3
.
3,0TT
RAQ
P
ep
= 0,05 m3/dtk
4. Menghitung koordinat kurva naik dan kurva turun hidrograf
a. Kurva naik = 1)
Qn = Qp b. Kurva turun
= (1 1,4) Qt1 = Qp*0,3^[(t-Tp)/T0,3]
= (1,4 2,03) Qt2 = Qp*0,3^[(t-Tp+0,5 T0,3)/(1,5 T0,3)]
4.2
pTt
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
= 2,03 Qt3 = Qp*0,3^[(t-Tp+1,5 T0,3)/(1,5 T0,3)]
Hasil persamaan ordinat hidrograf satuan DTA Mpu Tantular selengkapnya
ditunjukkan pada Tabel 4.53.
Tabel 4.53. Persamaan Ordinat HSS Nakayasu DTA Mpu Tantular
Ket. Ket t U(t,T) t Pers U (jam) (m3/dt/mm) 0,0 0,000
0,1 0,002 Qn= Qp * 0,2 0,012
0,3 0,031 0,4 0,061 0,5 0,061 0,6 0,061 0,7 0,061 0,8 0,061 0,9 0,061
4) Qt1 = Qp*0,3 [̂(t-Tp)/T0,3]Qt1 1,0 0,051 1,1 0,038 1,2 0,029 1,3 0,021
(1,4 2,0) Qt2=Qp*0,3^[(t-Tp+0,5 T0,3)/(1,5 T0,3)] 1,4 0,016 1,5 0,012 1,6 0,009 1,7 0,007 1,8 0,005 1,9 0,004
2,0 Qt3=Qp*0,3^[(t-Tp+1,5 T0,3)/(1,5 T0,3)] 2,0 0,002 2,1 0,002 2,2 0,002 2,3 0,001 2,4 0,001 2,5 0,001 2,6 0,001 2,7 0,001 2,8 0,000 2,9 0,000 3,0 0,000 3,1 0,000 3,2 0,000 3,3 0,000 3,4 0,000
4.2
pT
t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 4.53. Persamaan Ordinat HSS Nakayasu Sub DTA Ronggowarsito (lanjutan)
Ket. Ket t U(t,T) t Pers U (jam) (m3/dt/mm)
3,5 0,000 3,6 0,000 3,7 0,000 3,8 0,000 3,9 0,000 4,0 0,000 4,1 0,000 4,2 0,000 4,3 0,000 4,4 0,000 4,5 0,000
Berdasarkan persamaan ordinat Hidrograf satuan sintetis Nakayasu maka
dapat digambarkan bentuk Hidrograf satuan sintetis Nakayasu seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu DTA Mpu Tantular
4.8.6. Hidrograf Banjir Rancangan DTA Mpu Tantular
Setelah mendapatkan persamaan ordinat Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu
dan debit puncak Qp = 0,061 m3/dt kemudian dilakukan analisa hidrograf banjir
rancangan untuk mendapatkan debit banjir rancangan dengan beberapa periode ulang
yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran H.
0.000
0.010
0.020
0.030
0.040
0.050
0.060
0.070
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5
Q (m
3/dt
/mm
)
0,061
t (jam)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Berdasarkan dari hasil perhitungan debit banjir rancangan menggunakan HSS
Nakayasu maka diperoleh Tp (waktu puncak banjir) sebesar 0,4 jam sampai dengan 1
jam (karena Tp <1jam), dengan gambar hidrograf banjir rancangan pada beberapa
periode ulang dapat dilihat pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12. Hidrograf Banjir Rancangan DTA Mpu Tantular
4.8.7. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu DTA Arteri
Parameter yang digunakan dalam perhitungan debit banjir menggunakan HSS
Nakayasu adalah sebagai berikut:
Luas DTA Arteri (A) = 0,121 km2,
Panjang saluran sampai Outlet (L) = 0,4144 km,
Koefisien karakteristik DT = 2 (untuk daerah pengaliran biasa),
Curah hujan satuan (Ro) = 1 mm.
5. Menghitung parameter-parameter yang diperlukan
Waktu konsentrasi dihitung berdasarkan rumus 2.12::
tg = 0,21 x L0.7 karena (L < 15 km)
= 0,113 jam
Satuan waktu hujan dihitung berdasarkan rumus 2.14:
tr = 1,0 x tg (ketentuan Tr = 0,5*tg sampai dengan 1*tg)
= 0,113 jam
Waktu mulai hujan sampai dengan debit puncak dihitung berdasarkan rumus 2.15:
Tp = tg + 0.8 tr
0.000
0.500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5
2 Tahun5 Tahun10 Tahun
Waktu (jam)
Deb
it (m
3/dt
)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
= 0,113 + 0.8 x 0,113
= 0,20 jam s/d 1 jam (karena Tp<1jam)
T0.3 =
= 2*0,113
= 0,20 jam
Debit puncak dihitung berdasarkan rumus 2.11:
)3.0(6.3
.
3,0TT
RAQ
P
ep
= 0,009 m3/dtk
6. Menghitung koordinat kurva naik dan kurva turun hidrograf
a. Kurva naik = 1)
Qn = Qp b. Kurva turun
= (1 1,23) Qt1 = Qp*0,3^[(t-Tp)/T0,3]
= (1,23 57) Qt2 = Qp*0,3^[(t-Tp+0,5 T0,3)/(1,5 T0,3)]
= 57 Qt3 = Qp*0,3^[(t-Tp+1,5 T0,3)/(1,5 T0,3)]
Hasil persamaan ordinat hidrograf satuan DTA Arteri selengkapnya
ditunjukkan pada Tabel 4.54.
Tabel 4.54. Persamaan Ordinat HSS Nakayasu DTA Arteri
Ket. Ket t U(t,T) t Pers U (jam) (m3/dt/mm) 0,0 0,000
0,1 0,002 Qn= Qp * 0,2 0,009
0,3 0,009 0,4 0,009 0,5 0,009 0,6 0,009 0,7 0,009 0,8 0,009 0,9 0,009
Qt1 = Qp*0,3 [̂(t-Tp)/T0,3]Qt1 1,0 0,009 1,1 0,006
4.2
pTt
4.2
pTt
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tabel 4.54. Persamaan Ordinat HSS Nakayasu DTA Arteri (lanjutan)
Ket. Ket t U(t,T) t Pers U (jam) (m3/dt/mm)
1,2 0,003 1,3 0,002
Qt2=Qp*0,3^[(t-Tp+0,5 T0,3)/(1,5 T0,3)] 1,4 0,001 1,5 0,001 1,6 0,000 1,7 0,000 1,8 0,000
Qt3=Qp*0,3^[(t-Tp+1,5 T0,3)/(1,5 T0,3)] 1,9 0,000 2,0 0,000 2,1 0,000 2,2 0,000 2,3 0,000 2,4 0,000 2,5 0,000 2,6 0,000 2,7 0,000 2,8 0,000 2,9 0,000 3,0 0,000 3,1 0,000 3,2 0,000 3,3 0,000 3,4 0,000 3,5 0,000 3,6 0,000 3,7 0,000 3,8 0,000 3,9 0,000 4,0 0,000 4,1 0,000 4,2 0,000 4,3 0,000 4,4 0,000 4,5 0,000
Berdasarkan persamaan ordinat Hidrograf satuan sintetis Nakayasu maka
dapat digambarkan bentuk Hidrograf satuan sintetis Nakayasu seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.13.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Gambar 4.13. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu DTA Arteri
4.8.8. Hidrograf Banjir Rancangan DTA Arteri
Setelah mendapatkan persamaan ordinat Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu
dan debit puncak Qp = 0,009 m3/dt kemudian dilakukan analisa hidrograf banjir
rancangan untuk mendapatkan debit banjir rancangan dengan beberapa periode ulang
yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran H.
Berdasarkan dari hasil perhitungan debit banjir rancangan menggunakan HSS
Nakayasu maka diperoleh Tp (waktu puncak banjir) sebesar 0,2 jam sampai dengan 1
jam (karena Tp <1jam), dengan gambar hidrograf banjir rancangan pada beberapa
periode ulang dapat dilihat pada Gambar 4.14.
Gambar 4.14. Hidrograf Banjir Rancangan DTA Arteri
0.0000.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.0090.010
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5
U(t,T) (m3/dt/mm)
Q (m
3/dt
/mm
)
t (jam)
0,009
0.0000.0500.1000.1500.2000.2500.3000.3500.4000.450
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5
2 Tahun5 Tahun10 Tahun
Waktu (jam)
Deb
it (m
3/dt
)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
4.8.9. Hidrograf Aliran
4.8.9.1. Penelusuran Banjir di Polder Tawang
Debit banjir rancangan pada debit kala ulang 10 tahunan dengan metode HSS
Nakayasu pada DTA MT Haryono dan Ronggowarsito digunakan sebagai data
hidrograf aliran masuk (inflow). Selanjutnya untuk menghitung hidrograf aliran
keluar (outflow) dari Polder Tawang diperlukan input data sebagai berikut:
a. Lebar pintu air (B) : 3 m
b. Koefisien pelepasan (Cd) : 1,7
c. Elevasi bukaan pintu outlet (h) : - 0,2 m s/d +1,5 m
d. Tinggi peluapan/pelepasan maksimal (H) : 1,7 m
e. Luas Polder maksimal : ± 6.720 m²
f. Volume tampungan maksimal : ± 15.456 m³
Berdasarkan data tersebut selanjutnya dibuat hubungan antara tinggi peluapan
(H) dan tampungan (S) seperti ditunjukkan pada Tabel 4.55.
Tabel 4.55. Hubungan antara tinggi peluapan (H) dan tampungan (S)
Elevasi Head (H)
Outflow (O) Luas (A)
Tampungan (S)
Tampungan dalam detik
(S/dtk) 2 (m) (m) (m3/dt) (m2) (m3) (m3/dt) (m3/dt) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
-0,2 0,0 0,000 6.165 0,00 0,00 0,00 -0,1 0,1 0,161 6.165 616,50 0,17 3,59 0,0 0,2 0,456 6.165 1233,00 0,34 7,31 0,1 0,3 0,838 6.275 1865,93 0,52 11,20 0,2 0,4 1,290 6.275 2509,82 0,70 15,23 0,3 0,5 1,803 6.275 3137,28 0,87 19,23 0,4 0,6 2,370 6.385 3797,82 1,05 23,47 0,5 0,7 2,987 6.385 4469,39 1,24 27,82 0,6 0,8 3,649 6.385 5107,87 1,42 32,03 0,7 0,9 4,354 6.496 5796,31 1,61 36,56 0,8 1,0 5,100 6.496 6495,84 1,80 41,19 0,9 1,1 5,884 6.496 7145,42 1,98 45,58 1,0 1,2 6,704 6.608 7862,04 2,18 50,38 1,1 1,3 7,559 6.608 8589,83 2,39 55,28 1,2 1,4 8,448 6.608 9250,58 2,57 59,84 1,3 1,5 9,369 6.720 9995,67 2,78 64,90 1,4 1,6 10,322 6.720 10752,00 2,99 70,06 1,5 1,7 11,304 6.720 11424,00 3,17 74,77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Pada Tabel 4.55 tersebut, kolom 1 adalah elevasi bangunan pelimpah (pintu
outlet), sedangkan kolom 2 adalah tinggi peluapan/pelepasan (head). Dengan
menggunakan persamaan 2.22, nilai Outflow dapat diketahui seperti ditunjukkan
pada kolom 3. Volume tampungan dihitung mulai diatas elevasi dasar pintu outlet
sehingga pada elevasi -0,2 m volume tampungan adalah nol. Pada kenaikan 0,1 m,
volume tampungan adalah luas rerata pada elevasi -0,2 dan -0,1 m dikalikan tinggi
peluapan, seperti diberikan pada kolom 5. Pada kolom 6 adalah volume tampungan
dalam m³/dt yang diperoleh dari kolom 5 dibagi 3600 detik. Hubungan antara tinggi
peluapan H (kolom 2) dan tampungan S (kolom 6) seperti ditunjukkan pada Gambar
4.15.dan menghasilkan persamaan sebagai berikut:
S=0,001H² + 0,1678H -0,1691 (4.1)
Gambar 4.15. Grafik hubungan H dan S
Hubungan antara Outflow 2 (kolom 7) seperti ditunjukkan
pada Gambar 4.16.dan menghasilkan persamaan sebagai berikut:
O=0,0227 22
+ 0,2499 2 + 0,4411 (4.2)
Gambar 4.16. 2
y = 0.001x2 + 0.1678x - 0.1691 R² = 1
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6
S (m3/dt)
H (m)
S (m
3 /dt
)
y = 0.0227x2 + 0.2499x - 0.4411 R² = 0.9996
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
0.00 1.87 4.48 7.57 11.07 14.92
O (m3/dt)
(m3/dt)
O (m
3 /dt
)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Berdasarkan persamaan 2.24 dapat dihitung tinggi peluapan (H), selanjutnya
dihitung tampungan (S) dengan menggunakan persamaan 4.1 maupun dengan
interpolasi. Nilai 1 dihitung berdasarkan persamaan 2.24b. Nilai 2 dihitung
berdasarkan persamaan 2.24a. Q pompa didasarkan pada kapasitas total Pompa
Kalibaru sebesar 2,9 m3/dt menggunakan sistem operasi ON/OFF dengan data seperti
ditunjukkan pada Tabel 4.56.
Tabel 4.56 Data Pompa Kali baru
No Uraian Kapasitas
Total (m3/dt) 1 2 3 4 5 6 1 Pompa A 2,4 0,4 0,8 1,2 1,6 2 2,4 2 Pompa B 0,4 0,4 3 Pompa C 0,1 0,1
Total 2,9
Aliran keluar (Outflow Polder) yang dapat dipompa maksimal sebesar 2,9
m3/dtk, jika lebih akan terjadi limpas. Perhitungan Outflow Polder menggunakan
persamaan 2.25, karena pengeluaran air melalui pintu air aliran bawah. Hasil
selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 4.57.
Tabel 4.57. Penelusuran banjir Polder Tawang Kala Ulang 10 tahun
Waktu Inflow S 1 2 Q
pompa Outflow h Keterangan
(jam) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 0,0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,00 - 0,1 0,138 0,154 2,794 5,257 0,500 0,294 0,09 Tidak limpas 0,2 0,729 0,471 8,537 11,672 0,900 0,890 0,27 Tidak limpas 0,3 1,928 0,913 16,565 18,457 2,100 1,704 0,52 Tidak limpas 0,4 3,423 1,360 24,693 24,367 2,500 2,498 0,77 Tidak limpas 0,5 4,375 1,615 29,368 27,497 2,900 2,941 0,90 Limpas 0,6 4,375 1,615 29,368 27,497 2,900 2,941 0,90 Limpas 0,7 4,375 1,615 29,368 27,497 2,900 2,941 0,90 Limpas 0,8 4,375 1,615 29,368 27,497 2,900 2,941 0,90 Limpas 0,9 4,375 1,615 29,368 27,497 2,900 2,941 0,90 Limpas 1,0 4,375 1,615 29,368 27,497 2,900 2,941 0,90 Limpas 1,1 3,397 1,353 24,568 24,278 2,500 2,485 0,76 Tidak limpas 1,2 2,641 1,139 20,669 21,457 2,500 2,101 0,64 Tidak limpas 1,3 2,055 0,955 17,321 19,031 2,100 1,777 0,55 Tidak limpas 1,4 1,600 0,805 14,592 16,904 1,700 1,505 0,46 Tidak limpas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 4.57. Penelusuran banjir Polder Tawang Kala Ulang 10 tahun (lanjutan)
Waktu Inflow S 1 2 Q
pompa Outflow h Keterangan
(jam) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1,5 1,247 0,681 12,351 15,092 1,700 1,274 0,39 Tidak limpas 1,6 0,973 0,575 10,411 13,359 1,200 1,080 0,33 Tidak limpas 1,7 0,760 0,485 8,782 11,895 1,200 0,916 0,28 Tidak limpas 1,8 0,593 0,410 7,421 10,577 0,800 0,777 0,24 Tidak limpas 1,9 0,459 0,344 6,226 9,331 0,800 0,654 0,20 Tidak limpas 2,0 0,455 0,342 6,191 9,294 0,800 0,651 0,20 Tidak limpas 2,1 0,358 0,292 5,277 8,313 0,800 0,555 0,17 Tidak limpas 2,2 0,224 0,213 3,861 6,673 0,800 0,406 0,12 Tidak limpas 2,3 0,190 0,191 3,461 6,142 0,400 0,364 0,11 Tidak limpas 2,4 0,162 0,171 3,102 5,666 0,400 0,326 0,10 Tidak limpas 2,5 0,137 0,154 2,781 5,240 0,400 0,292 0,09 Tidak limpas 2,6 0,116 0,138 2,494 4,859 0,400 0,262 0,08 Tidak limpas 2,7 0,099 0,124 2,237 4,518 0,400 0,235 0,07 Tidak limpas 2,8 0,084 0,111 2,006 4,212 0,400 0,211 0,06 Tidak limpas 2,9 0,071 0,099 1,800 3,938 0,400 0,189 0,06 Tidak limpas 3,0 0,069 0,098 1,767 3,895 0,400 0,186 0,06 Tidak limpas 3,1 0,059 0,088 1,585 3,654 0,400 0,167 0,05 Tidak limpas 3,2 0,050 0,079 1,422 3,325 0,400 0,150 0,05 Tidak limpas 3,3 0,043 0,071 1,277 2,984 0,400 0,134 0,04 Tidak limpas 3,4 0,036 0,063 1,146 2,678 0,400 0,120 0,04 Tidak limpas 3,5 0,031 0,057 1,028 2,404 0,400 0,108 0,03 Tidak limpas 3,6 0,026 0,051 0,923 2,158 0,100 0,097 0,03 Tidak limpas 3,7 0,022 0,046 0,829 1,937 0,100 0,087 0,03 Tidak limpas 3,8 0,019 0,041 0,744 1,739 0,100 0,078 0,02 Tidak limpas 3,9 0,016 0,037 0,668 1,562 0,100 0,070 0,02 Tidak limpas 4,0 0,015 0,035 0,639 1,495 0,100 0,067 0,02 Tidak limpas 4,1 0,013 0,032 0,574 1,342 0,100 0,060 0,02 Tidak limpas4,2 0,011 0,028 0,516 1,206 0,100 0,054 0,02 Tidak limpas 4,3 0,009 0,026 0,463 1,083 0,100 0,049 0,01 Tidak limpas 4,4 0,008 0,023 0,416 0,972 0,100 0,044 0,01 Tidak limpas 4,5 0,007 0,021 0,374 0,873 0,100 0,039 0,01 Tidak limpas
Dari Tabel 4.57 dapat dibuat grafik hasil penelusuran banjir pada tampungan
(Polder Tawang) dengan aliran masuk (inflow) dan aliran keluar (outflow) seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.17.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Gambar 4.17. Grafik hidrograf aliran
4.8.9.2. Pengaruh rob (banjir pasang air laut)
Hasil pengamatan di lapangan dan wawancara dengan pejabat terkait dan
operator pompa Kali Baru tentang rob didapatkan keterangan sebagai berikut:
1. Tinggi Muka Air Laut (TMA Laut) selama 1 tahun terakhir selalu berada
diatas elevasi dasar pintu air di Kali Baru,
2. Beda elevasi TMA Laut dan dasar pintu air adalah 0,6 meter,
3. Pintu air Kali Baru dalam setahun terakhir tidak pernah dibuka sehingga
aliran keluar menggunakan pompa.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa ketinggian air laut selalu
diatas dasar pintu air Kali Baru. Penelusuran banjir (routing) di Saluran Bandarharjo
dan Saluran Arteri dihitung dengan kondisi pintu air tertutup. Aliran keluar (outflow)
menggunakan sistem pompa dikarenakan sistem gravitasi tidak dimungkinkan.
Besarnya rob akibat rembesan (seepage) tidak terukur maka tidak diperhitungkan
dalam penelusuran banjir (routing).
4.8.9.3. Penelusuran Banjir di Saluran Bandarharjo
Berdasarkan penelusuran banjir di Polder Tawang maka untuk mengetahui
penelusuran banjir di saluran Bandarharjo dapat dihitung dengan memasukkan
Outflow dari polder Tawang sebagai Inflow dari Saluran Bandarharjo. Hal ini
dikarenakan Outlet Polder Tawang adalah Saluran Bandarharjo yang langsung
membuang air menuju ke Kali Baru sebagai Saluran Primer yang langsung
membuang air ke laut. Selanjutnya untuk menghitung hidrograf aliran keluar
(outflow) dari Saluran bandarharjo diperlukan input data sebagai berikut:
a. Lebar pintu outlet saluran (B) : 3,2 m (jumlah pintu 2@1,6m)
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50
Inflow (m³/dt)Outflow (m³/dt)
Waktu (jam)
Deb
it
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
b. Koefisien debit (Cd) : 1,70
c. Elevasi awal (H) : + 0,0
d. Luas saluran maksimal : ± 1.811 m²
e. Volume tampungan maksimal : ± 4.347 m³
Setelah diketahui data-data tersebut selanjutnya membuat hubungan antara
tinggi peluapan (H) dan tampungan (S) seperti ditunjukkan pada Tabel 4.58.
Tabel 4.58. Hubungan tinggi peluapan (H) dan tampungan (S) dan Outflow (O)
Elevasi Head (H)
Outflow (O) Luas (A)
Tampungan (S)
Tampungan dalam detik
(S/dtk) 2 (m) (m) (m3/dt) (m2) (m3) (m3/dt) (m3/dt) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
0,0 0,0 0,000 1.811 0,00 0,00 0,00 0,1 0,1 0,172 1.811 181,13 0,05 1,18 0,2 0,2 0,487 1.811 362,25 0,10 2,50 0,3 0,3 0,894 1.811 543,38 0,15 3,91 0,4 0,4 1,376 1.811 724,50 0,20 5,40 0,5 0,5 1,923 1.811 905,63 0,25 6,95 0,6 0,6 2,528 1.811 1086,75 0,30 8,57 0,7 0,7 3,186 1.811 1267,88 0,35 10,23 0,8 0,8 3,893 1.811 1449,00 0,40 11,94 0,9 0,9 4,645 1.811 1630,13 0,45 13,70 1,0 1,0 5,440 1.811 1811,25 0,50 15,50 1,1 1,1 6,276 1.811 1992,38 0,55 17,34 1,2 1,2 7,151 1.811 2173,50 0,60 19,23 1,3 1,3 8,063 1.811 2354,63 0,65 21,14 1,4 1,4 9,011 1.811 2535,75 0,70 23,10 1,5 1,5 9,994 1.811 2716,88 0,75 25,09 1,6 1,6 11,010 1.811 2898,00 0,81 27,11 1,7 1,7 12,058 1.811 3079,13 0,86 29,16 1,8 1,8 13,137 1.811 3260,25 0,91 31,25 1,9 1,9 14,247 1.811 3441,38 0,96 33,37 2,0 2,0 15,387 1.811 3622,50 1,01 35,51 2,1 2,1 16,555 1.811 3803,63 1,06 37,69 2,2 2,2 17,751 1.811 3984,75 1,11 39,89 2,3 2,3 18,975 1.811 4165,88 1,16 42,12 2,4 2,4 20,226 1.811 4347,00 1,21 44,38
Pada Tabel 4.58 tersebut, kolom 1 adalah elevasi bangunan pelimpah (pintu
outlet), sedangkan kolom 2 adalah tinggi peluapan (head). Dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
persamaan 2.22, nilai Outflow dapat diketahui seperti ditunjukkan pada kolom 3.
Volume tampungan dihitung mulai diatas elevasi pintu outlet sehingga pada elevasi
0,0 m volume tampungan adalah nol. Pada kenaikan 0,1 m, volume tampungan
adalah luas rerata pada elevasi +0,0 dan +0,1 m dikalikan tinggi peluapan, seperti
diberikan pada kolom 5. Pada kolom 6 adalah volume tampungan dalam m³/dt yang
diperoleh dari kolom 5 dibagi 3600 detik.
Berdasarkan persamaan 2.22 dapat dihitung tinggi peluapan (H), selanjutnya
dihitung tampungan (S) dengan interpolasi. Nilai 1 dihitung berdasarkan persamaan
2.24b. Aliran keluar (O) dihitung dengan persamaan 2.22 maupun dengan
interpolasi. Nilai 2 dihitung berdasarkan persamaan 2.24a. Q pompa didasarkan
pada kapasitas total Pompa Kalibaru sebesar 2,9 m3/dt dengan sistem operasi
ON/OFF. Q saluran dihitung menggunakan persamaan 2.26. Hasil selengkapnya
ditunjukkan pada Tabel 4.58.
Tabel 4.59. Penelusuran banjir di Saluran Bandarharjo
Waktu Inflow S 1 2 Q sal Q
pompa Outflow H Keterangan
(jam) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
0,0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,00 -
0,1 0,294 0,016 0,281 0,202 0,006 0,100 0,029 0,03 Tidak limpas
0,2 0,890 0,056 0,919 1,306 0,048 0,500 0,203 0,11 Tidak limpas
0,3 1,704 0,127 1,848 3,199 0,179 0,800 0,688 0,25 Tidak limpas
0,4 2,498 0,218 2,811 5,907 0,417 1,600 1,555 0,43 Tidak limpas
0,5 2,941 0,307 3,549 8,737 0,701 2,900 2,596 0,61 Tidak limpas
0,6 2,941 0,370 3,966 10,807 0,921 2,900 3,424 0,73 Tidak limpas
0,7 2,941 0,404 4,168 12,009 1,051 2,900 3,921 0,80 Tidak limpas
0,8 2,941 0,425 4,275 12,706 1,128 2,900 4,219 0,84 Limpas
0,9 2,941 0,437 4,334 13,124 1,175 2,900 4,398 0,87 Limpas
1,0 2,941 0,444 4,369 13,375 1,202 2,900 4,505 0,88 Limpas
1,1 2,485 0,434 4,322 13,038 1,165 2,900 4,361 0,86 Limpas
1,2 2,101 0,403 4,162 11,971 1,047 2,900 3,905 0,80 Tidak limpas
1,3 1,777 0,364 3,931 10,614 0,900 2,900 3,344 0,72 Tidak limpas
1,4 1,505 0,322 3,655 9,219 0,752 2,800 2,786 0,64 Tidak limpas
1,5 1,274 0,282 3,355 7,903 0,615 2,400 2,279 0,56 Tidak limpas
1,6 1,080 0,244 3,046 6,722 0,496 2,400 1,841 0,49 Tidak limpas
1,7 0,916 0,211 2,740 5,680 0,395 2,000 1,474 0,42 Tidak limpas
1,8 0,777 0,181 2,445 4,775 0,312 1,200 1,173 0,36 Tidak limpas
1,9 0,654 0,155 2,168 4,020 0,245 1,200 0,929 0,31 Tidak limpas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Tabel 4.59. Penelusuran banjir di Saluran Bandarharjo (lanjutan)
Waktu Inflow S 1 2 Q sal Q
pompa Outflow H Keterangan
(jam) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
2,0 0,651 0,135 1,938 3,421 0,196 0,800 0,752 0,27 Tidak limpas
2,1 0,555 0,119 1,753 2,979 0,161 0,800 0,625 0,24 Tidak limpas
2,2 0,406 0,102 1,548 2,543 0,127 0,800 0,499 0,20 Tidak limpas
2,3 0,364 0,087 1,342 2,085 0,097 0,400 0,388 0,17 Tidak limpas
2,4 0,326 0,074 1,175 1,749 0,076 0,400 0,308 0,15 Tidak limpas
2,5 0,292 0,064 1,037 1,499 0,060 0,400 0,248 0,13 Tidak limpas
2,6 0,262 0,056 0,921 1,309 0,048 0,400 0,203 0,11 Tidak limpas
2,7 0,235 0,049 0,822 1,149 0,039 0,400 0,168 0,10 Tidak limpas
2,8 0,211 0,044 0,736 0,957 0,032 0,400 0,140 0,09 Tidak limpas
2,9 0,189 0,039 0,661 0,801 0,027 0,400 0,117 0,08 Tidak limpas
3,0 0,186 0,035 0,602 0,686 0,022 0,100 0,100 0,07 Tidak limpas
3,1 0,167 0,032 0,554 0,599 0,019 0,100 0,088 0,06 Tidak limpas
3,2 0,150 0,029 0,507 0,519 0,016 0,100 0,076 0,06 Tidak limpas
3,3 0,134 0,026 0,462 0,447 0,014 0,100 0,065 0,05 Tidak limpas
3,4 0,120 0,024 0,420 0,383 0,012 0,100 0,056 0,05 Tidak limpas
3,5 0,108 0,021 0,381 0,328 0,010 0,100 0,048 0,04 Tidak limpas
3,6 0,097 0,019 0,345 0,280 0,008 0,100 0,041 0,04 Tidak limpas
3,7 0,087 0,017 0,312 0,239 0,007 0,100 0,035 0,03 Tidak limpas
3,8 0,078 0,016 0,282 0,204 0,006 0,100 0,030 0,03 Tidak limpas
3,9 0,070 0,014 0,255 0,174 0,005 0,100 0,025 0,03 Tidak limpas
4,0 0,067 0,013 0,232 0,150 0,004 0,100 0,022 0,03 Tidak limpas
4,1 0,060 0,012 0,213 0,131 0,004 0,100 0,019 0,02 Tidak limpas
4,2 0,054 0,011 0,195 0,113 0,003 0,100 0,017 0,02 Tidak limpas
4,3 0,049 0,010 0,177 0,098 0,003 0,100 0,014 0,02 Tidak limpas
4,4 0,044 0,009 0,160 0,084 0,002 0,100 0,012 0,02 Tidak limpas
4,5 0,039 0,008 0,145 0,072 0,002 0,100 0,010 0,02 Tidak limpas
4.8.9.4. Penelusuran Banjir di Saluran Arteri
Penelusuran banjir di Saluran Arteri menggunakan persamaan 2.21a (metode
Muskingum). Aliran masuk (inflow) didapatkan dari Hidrograf Satuan Sintetis (HSS)
Nakayasu DTA Mpu Tantular dan HSS Nakayasu DTA Arteri. Parameter tambahan
yang digunakan untuk penelusuran banjir (routing) adalah kapasitas pompa lanal
yang merupakan muara dari Saluran Arteri. Kapasitas Pompa Lanal saat ini sebesar
1,4 m3/dt dengan rincian sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
1. Pompa submersible dengan kapasitas 1,0 m3/dt sejumlah 1 unit,
2. Pompa submersible dengan kapasitas 0,4 m3/dt sejumlah 1 unit,
3. Sumber daya (penggerak pompa) mengunakan generator set dengan
kapasitan 250 kVA.
Hasil penelusuran banjir (routing) Saluran Arteri selengkapnya seperti ditunjukkan
pada Tabel 4.60.
Tabel 4.60. Penelusuran banjir di Saluran Arteri
Waktu Inflow C0I2 C1I1 C2O1 Q
Pompa Outflow Keterangan (jam) (m3/det) (m3/det) (m3/det) (m3/det) (m3/det) (m3/det)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 0,0 0,0000 - - - - 0,0000 Tidak limpas 0,1 0,1738 0,0348 0,0000 0,0000 0,4000 0,0348 Tidak limpas 0,2 0,9173 0,1835 0,0348 0,0209 0,4000 0,2391 Tidak limpas 0,3 1,7589 0,3518 0,1835 0,1435 1,4000 0,6787 Tidak limpas 0,4 3,1043 0,6209 0,3518 0,4072 1,4000 1,3798 Tidak limpas 0,5 3,1043 0,6209 0,6209 0,8279 1,4000 2,0696 Limpas 0,6 3,1043 0,6209 0,6209 1,2418 1,4000 2,4835 Limpas 0,7 3,1043 0,6209 0,6209 1,4901 1,4000 2,7318 Limpas 0,8 3,1043 0,6209 0,6209 1,6391 1,4000 2,8808 Limpas 0,9 3,1043 0,6209 0,6209 1,7285 1,4000 2,9702 Limpas 1,0 2,6718 0,5344 0,6209 1,7821 1,4000 2,9373 Limpas 1,1 1,9435 0,3887 0,5344 1,7624 1,4000 2,6855 Limpas 1,2 1,4124 0,2825 0,3887 1,6113 1,4000 2,2825 Limpas 1,3 1,0320 0,2064 0,2825 1,3695 1,4000 1,8584 Limpas 1,4 0,7574 0,1515 0,2064 1,1150 1,4000 1,4729 Limpas 1,5 0,5578 0,1116 0,1515 0,8837 1,4000 1,1468 Tidak limpas 1,6 0,4121 0,0824 0,1116 0,6881 1,0000 0,8820 Tidak limpas 1,7 0,3051 0,0610 0,0824 0,5292 1,0000 0,6727 Tidak limpas 1,8 0,2264 0,0453 0,0610 0,4036 1,0000 0,5099 Tidak limpas 1,9 0,1699 0,0340 0,0453 0,3059 0,4000 0,3852 Tidak limpas 2,0 0,1596 0,0319 0,0340 0,2311 0,4000 0,2970 Tidak limpas 2,1 0,1191 0,0238 0,0319 0,1782 0,4000 0,2339 Tidak limpas 2,2 0,0856 0,0171 0,0238 0,1404 0,4000 0,1813 Tidak limpas 2,3 0,0702 0,0140 0,0171 0,1088 0,4000 0,1399 Tidak limpas 2,4 0,0576 0,0115 0,0140 0,0840 0,4000 0,1095 Tidak limpas 2,5 0,0473 0,0095 0,0115 0,0657 0,4000 0,0867 Tidak limpas 2,6 0,0388 0,0078 0,0095 0,0520 0,4000 0,0692 Tidak limpas 2,7 0,0319 0,0064 0,0078 0,0415 0,4000 0,0557 Tidak limpas 2,8 0,0262 0,0052 0,0064 0,0334 0,4000 0,0450 Tidak limpas 2,9 0,0216 0,0043 0,0052 0,0270 0,4000 0,0366 Tidak limpas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Tabel 4.60. Penelusuran banjir di Saluran Arteri (lanjutan)
Waktu Inflow C0I2 C1I1 C2O1 Q
Pompa Outflow Keterangan (jam) (m3/det) (m3/det) (m3/det) (m3/det) (m3/det) (m3/det)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 3,0 0,0203 0,0041 0,0043 0,0220 0,4000 0,0303 Tidak limpas 3,1 0,0167 0,0033 0,0041 0,0182 0,4000 0,0256 Tidak limpas 3,2 0,0137 0,0027 0,0033 0,0154 0,4000 0,0214 Tidak limpas 3,3 0,0113 0,0023 0,0027 0,0129 0,4000 0,0179 Tidak limpas 3,4 0,0093 0,0019 0,0023 0,0107 0,4000 0,0148 Tidak limpas 3,5 0,0077 0,0015 0,0019 0,0089 0,4000 0,0123 Tidak limpas 3,6 0,0063 0,0013 0,0015 0,0074 0,4000 0,0102 Tidak limpas 3,7 0,0052 0,0010 0,0013 0,0061 0,4000 0,0084 Tidak limpas 3,8 0,0043 0,0009 0,0010 0,0050 0,4000 0,0069 Tidak limpas 3,9 0,0035 0,0007 0,0009 0,0042 0,4000 0,0057 Tidak limpas 4,0 0,0032 0,0006 0,0007 0,0034 0,4000 0,0048 Tidak limpas 4,1 0,0026 0,0005 0,0006 0,0029 0,4000 0,0040 Tidak limpas 4,2 0,0022 0,0004 0,0005 0,0024 0,4000 0,0034 Tidak limpas 4,3 0,0018 0,0004 0,0004 0,0020 0,4000 0,0028 Tidak limpas 4,4 0,0015 0,0003 0,0004 0,0017 0,4000 0,0023 Tidak limpas 4,5 0,0012 0,0002 0,0003 0,0014 0,4000 0,0019 Tidak limpas
4.9. Konsep Penanganan
4.9.1. Konsep Penanganan Sistem Polder Kota Lama
Berdasarkan hasil penelusuran banjir (routing) pada kolam tampungan (Polder
Tawang), didapatkan bahwa kapasitas pompa Kalibaru pada jam ke-0,5 sampai
dengan jam ke-1,0 lebih kecil daripada Q outflow sehingga terjadi limpas. Hasil
penelusuran banjir (routing) pada Saluran Bandarharjo dengan kondisi eksisting
menggunakan pompa Kalibaru, terjadi limpas pada jam ke-0,8 sampai jam ke-1,1.
Dari hasil tersebut perlu adanya perbaikan/rehabilitasi terhadap sistem polder.
Berdasarkan pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa kolam tampungan (Polder
Tawang) dan Saluran Bandarharjo tidak bisa dilakukan pendalaman/pelebaran karena
lokasinya dikelilingi oleh jalan kota dan permukiman padat. Selain itu tingkat
sedimentasi yang ada di saluran-saluran kota di Semarang cukup tinggi seperti
ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Berdasarkan analisis konsep penanganan untuk perbaikan Sistem Polder Kota
Lama Semarang dengan penambahan kapasitas Pompa. Penambahan kapasitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Pompa Kalibaru dimaksudkan untuk mempercepat aliran air dari saluran Bandarharjo
agar dapat segera dibuang ke Kalibaru menuju ke laut. Berdasarkan data pada pada
Lampiran I, kapasitas total Pompa Kalibaru sebesar 2,9 m3/dt ternyata tidak cukup
untuk mempercepat pembuangan air dari saluran Bandarharjo ke Kali Baru pada jam
puncak (jam ke-0,8 sampai dengan jam ke-1,1) sehingga diupayakan untuk
menambah kapasitas pompa dengan perhitungan sebagai berikut:
Luas Catchment Area yang masuk polder (A) = 0,593 km2 = 593.000 m2
Waktu konsentrasi (tc) s/d waktu puncak = 60 menit
Q maksimum (sesuai hidrograf aliran) = 4,505 m3/dt
Volume storage = 20% x A x 0,1
= 16.604 m3
(20% = luas genangan dari total luas Catchment Area)
(0,1 m = kedalaman maksimum genangan)
Volume storage total = ½ x Q max x 2,5 tc x 60
16.604 = 75 Q max tc
16.604 = 75 x ((Q max Q pompa)2/Q max) x 60
16.604 = 4500 x ((4,505 Q pompa)2/4,505)
3,689 = ((4,505 Q pompa)2/4,505)
16,62 = (4,505 Q pompa)2
4,077 = 4,505 Q pompa
Q pompa = 0,427 m3/dt 0,5 m3/dt
Berdasarkan perhitungan didapatkan penambahan kapasitas sebesar 0,427
m3/dt sehingga direncanakan penambahan kapasitas sebesar 0,5 m3/dt. Penambahan
kapasitas pompa juga diupayakan menyesuaikan dengan sumber daya di stasiun
pompa Kali Baru. Hasil pengecekan pompa dan sumber daya selengkapnya seperti
ditunjukkan pada Tabel 4.61.
Tabel 4.61. Kapasitas genset dan listrik (PLN) untuk pompa Kali Baru
No Jenis Pompa Sumber Daya Keterangan 1 Pompa Submersible 6 unit
kapasitas @0,4 m3/dtk Genset 2 unit total kapasitas 250 kVA
Sisa 70 kVA (1 unit pompa membutuhkan 30 kVA)
2 Pompa Centrifugal 1 unit kapasitas 0,4 m3/dtk
Engine couple
3 Pompa Axial 1 unit kapasitas 0,1 m3/dtk
PLN
Sumber: Dinas PSDA&ESDM Kota Semarang, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Dari Tabel 4.59 dapat diketahui bahwa terdapat sisa kapasitas genset sebesar
70 kVA, jika 1 pompa kapasitas 0,4 m3/dt membutuhkan 30 kVA, maka penambahan
1 unit pompa dengan kapasitas 0,5 m3/dt masih dimungkinkan walaupun tanpa
menambah daya. Penelusuran Banjir (Routing) setelah adanya penambahan kapasitas
pompa selengkapnya seperti ditunjukkan pada Tabel 4.62.
Tabel 4.62 Kondisi setelah adanya penambahan kapasitas pompa
Waktu Inflow S Q sal
Q pompa sebelum
ditambah
Q pompa setelah
ditambah Outflow H Keterangan
(jam) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
0,0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,00 -
0,1 0,294 0,016 0,006 0,100 0,100 0,029 0,03 Tidak limpas
0,2 0,890 0,056 0,048 0,500 0,500 0,203 0,11 Tidak limpas
0,3 1,704 0,127 0,179 0,800 0,800 0,688 0,25 Tidak limpas
0,4 2,498 0,218 0,417 1,600 1,600 1,555 0,43 Tidak limpas
0,5 2,941 0,307 0,701 2,900 2,900 2,596 0,61 Tidak limpas
0,6 2,941 0,370 0,921 2,900 2,900 3,424 0,73 Tidak limpas
0,7 2,941 0,404 1,051 2,900 2,900 3,921 0,80 Tidak limpas
0,8 2,941 0,425 1,128 2,900 3,400 4,219 0,84 Tidak limpas
0,9 2,941 0,437 1,175 2,900 3,400 4,398 0,87 Tidak limpas
1,0 2,941 0,444 1,202 2,900 3,400 4,505 0,88 Tidak limpas
1,1 2,485 0,434 1,165 2,900 3,400 4,361 0,86 Tidak limpas
1,2 2,101 0,403 1,047 2,900 2,900 3,905 0,80 Tidak limpas
1,3 1,777 0,364 0,900 2,900 2,900 3,344 0,72 Tidak limpas
1,4 1,505 0,322 0,752 2,800 2,800 2,786 0,64 Tidak limpas
1,5 1,274 0,282 0,615 2,400 2,400 2,279 0,56 Tidak limpas
1,6 1,080 0,244 0,496 2,400 2,400 1,841 0,49 Tidak limpas
1,7 0,916 0,211 0,395 2,000 2,000 1,474 0,42 Tidak limpas
1,8 0,777 0,181 0,312 1,200 1,200 1,173 0,36 Tidak limpas
1,9 0,654 0,155 0,245 1,200 1,200 0,929 0,31 Tidak limpas
2,0 0,651 0,135 0,196 0,800 0,800 0,752 0,27 Tidak limpas
2,1 0,555 0,119 0,161 0,800 0,800 0,625 0,24 Tidak limpas
2,2 0,406 0,102 0,127 0,800 0,800 0,499 0,20 Tidak limpas
2,3 0,364 0,087 0,097 0,400 0,400 0,388 0,17 Tidak limpas
2,4 0,326 0,074 0,076 0,400 0,400 0,308 0,15 Tidak limpas
2,5 0,292 0,064 0,060 0,400 0,400 0,248 0,13 Tidak limpas
2,6 0,262 0,056 0,048 0,400 0,400 0,203 0,11 Tidak limpas
2,7 0,235 0,049 0,039 0,400 0,400 0,168 0,10 Tidak limpas
2,8 0,211 0,044 0,032 0,400 0,400 0,140 0,09 Tidak limpas
2,9 0,189 0,039 0,027 0,400 0,400 0,117 0,08 Tidak limpas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 4.62 Kondisi setelah adanya penambahan kapasitas pompa (lanjutan)
Waktu Inflow S Q sal
Q pompa sebelum
ditambah
Q pompa setelah
ditambah Outflow H Keterangan
(jam) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
3,0 0,186 0,035 0,022 0,100 0,100 0,100 0,07 Tidak limpas
3,1 0,167 0,032 0,019 0,100 0,100 0,088 0,06 Tidak limpas
3,2 0,150 0,029 0,016 0,100 0,100 0,076 0,06 Tidak limpas
3,3 0,134 0,026 0,014 0,100 0,100 0,065 0,05 Tidak limpas
3,4 0,120 0,024 0,012 0,100 0,100 0,056 0,05 Tidak limpas
3,5 0,108 0,021 0,010 0,100 0,100 0,048 0,04 Tidak limpas
3,6 0,097 0,019 0,008 0,100 0,100 0,041 0,04 Tidak limpas
3,7 0,087 0,017 0,007 0,100 0,100 0,035 0,03 Tidak limpas
3,8 0,078 0,016 0,006 0,100 0,100 0,030 0,03 Tidak limpas
3,9 0,070 0,014 0,005 0,100 0,100 0,025 0,03 Tidak limpas
4,0 0,067 0,013 0,004 0,100 0,100 0,022 0,03 Tidak limpas
4,1 0,060 0,012 0,004 0,100 0,100 0,019 0,02 Tidak limpas
4,2 0,054 0,011 0,003 0,100 0,100 0,017 0,02 Tidak limpas
4,3 0,049 0,010 0,003 0,100 0,100 0,014 0,02 Tidak limpas
4,4 0,044 0,009 0,002 0,100 0,100 0,012 0,02 Tidak limpas
4,5 0,039 0,008 0,002 0,100 0,100 0,010 0,02 Tidak limpas
Berdasarkan Tabel 4.60 maka data pompa setelah adanya penambahan
kapasitas pompa Kali Baru sebesar 0,5 m3/dtk seperti ditunjukkan pada Tabel 4.63.
Tabel 4.63 Data Pompa setelah ada penambahan kapasitas
No Uraian
Kapasitas Total
(m3/dtk) 1 2 3 4 5 6 1 Pompa A 2,4 0,4 0,8 1,2 1,6 2 2,4 2 Pompa B 0,4 0,4 3 Pompa C 0,1 0,1 4 Pompa D 0,5 0,5
Total 3,4 Konfigurasi/pola operasional pompa Kali Baru masih ON/OFF namun pada
jam puncak/limpas (jam ke-0,8 s/d jam ke-1,1) semua pompa harus dioperasikan. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
ini dimaksudkan agar tidak terjadi limpas pada debit puncak. Sistem operasional
pompa Kali Baru selengkapnya dapat ditunjukkan pada Tabel 4.64.
Tabel 4.64 Konfigurasi Operasional Pompa Kali Baru
t (jam) OPERASIONAL POMPA
t (jam) OPERASIONAL POMPA
Sebelum+ Sesudah+ Sebelum+ Sesudah+ 0,0 OFF 0,1 ON 1C 1C 2,5 ON 1A 1A 0,2 ON 2BC 2BC 2,6 ON 1A 1A 0,3 ON 2AB 2AB 2,7 ON 1A 1A 0,4 ON 4AB 4AB 2,8 ON 1A 1A 0,5 ON 8ABC 8ABC 2,9 ON 1A 1A 0,6 ON 8ABC 8ABC 3,0 ON 1C 1C 0,7 ON 8ABC 8ABC 3,1 ON 1C 1C 0,8 ON 8ABC 9ABCD 3,2 ON 1C 1C 0,9 ON 8ABC 9ABCD 3,3 ON 1C 1C 1,0 ON 8ABC 9ABCD 3,4 ON 1C 1C 1,1 ON 8ABC 9ABCD 3,5 ON 1C 1C 1,2 ON 8ABC 8ABC 3,6 ON 1C 1C 1,3 ON 8ABC 8ABC 3,7 ON 1C 1C 1,4 ON 6AB 6AB 3,8 ON 1C 1C 1,5 ON 5AB 5AB 3,9 ON 1C 1C 1,6 ON 5AB 5AB 4,0 ON 1C 1C 1,7 ON 4AB 4AB 4,1 ON 1C 1C 1,8 ON 2AB 2AB 4,2 ON 1C 1C 1,9 ON 2AB 2AB 4,3 ON 1C 1C 2,0 ON 2A 2A 4,4 ON 1C 1C 2,1 ON 2A 2A 4,5 ON 1C 1C 2,2 ON 2A 2A 2,3 ON 1A 1A 2,4 ON 1A 1A
4.9.2. Konsep Penanganan Sistem Polder Bandarharjo
Hasil penelusuran banjir (routing) di Saluran Arteri yang bermuara di Kali
Baru (Pompa Lanal) didapatkan pada jam ke-0,5 sampai dengan jam ke-1,4 terjadi
limpas. Hal ini disebabkan karena Q Pompa lebih kecil dari pada aliran keluar
(Outflow) sehingga perlu penambahan kapasitas pompa.
Penambahan kapasitas pompa lanal direncanakan sebesar 1,6 m3/dt, hal ini
didasarkan pada penelusuran banjir (routing) saluran pada jam ke-0,9 bahwa aliran
keluar (outflow) puncak sebesar 2,9702 m3/dt. Kapasitas Pompa Lanal saat ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
sebesar 1,4 m3/dt dan perlu ditambah sebesar 1,6 m3/dt sehingga total kapasitas
pompa menjadi 3,0 m3/dt.
Kapasitas pompa setelah ada penambahan lebih besar dari pada aliran keluar
(outflow) sehingga tidak terjadi limpas. Hasil penelusuran banjir (routing) setelah ada
penambahan Kapasitas Pompa Lanal seperti ditunjukkan pada Tabel 4.65.
Tabel 4.65 Penelusuran Banjir di Saluran Arteri setelah penambahan pompa
Waktu Inflow C0I2 C1I1 C2O1 Q
Pompa Outflow Keterangan (jam) (m3/det) (m3/det) (m3/det) (m3/det) (m3/det) (m3/det)
1 2 3 4 5 6 7 8 0,0 0,0000 - - - - 0,0000 Tidak limpas 0,1 0,1738 0,0348 0,0000 0,0000 0,4000 0,0348 Tidak limpas 0,2 0,9173 0,1835 0,0348 0,0209 0,4000 0,2391 Tidak limpas 0,3 1,7589 0,3518 0,1835 0,1435 1,4000 0,6787 Tidak limpas 0,4 3,1043 0,6209 0,3518 0,4072 1,4000 1,3798 Tidak limpas 0,5 3,1043 0,6209 0,6209 0,8279 3,0000 2,0696 Tidak limpas 0,6 3,1043 0,6209 0,6209 1,2418 3,0000 2,4835 Tidak limpas 0,7 3,1043 0,6209 0,6209 1,4901 3,0000 2,7318 Tidak limpas 0,8 3,1043 0,6209 0,6209 1,6391 3,0000 2,8808 Tidak limpas 0,9 3,1043 0,6209 0,6209 1,7285 3,0000 2,9702 Tidak limpas 1,0 2,6718 0,5344 0,6209 1,7821 3,0000 2,9373 Tidak limpas 1,1 1,9435 0,3887 0,5344 1,7624 3,0000 2,6855 Tidak limpas 1,2 1,4124 0,2825 0,3887 1,6113 3,0000 2,2825 Tidak limpas 1,3 1,0320 0,2064 0,2825 1,3695 3,0000 1,8584 Tidak limpas 1,4 0,7574 0,1515 0,2064 1,1150 3,0000 1,4729 Tidak limpas 1,5 0,5578 0,1116 0,1515 0,8837 1,4000 1,1468 Tidak limpas 1,6 0,4121 0,0824 0,1116 0,6881 1,0000 0,8820 Tidak limpas 1,7 0,3051 0,0610 0,0824 0,5292 1,0000 0,6727 Tidak limpas 1,8 0,2264 0,0453 0,0610 0,4036 1,0000 0,5099 Tidak limpas 1,9 0,1699 0,0340 0,0453 0,3059 0,4000 0,3852 Tidak limpas 2,0 0,1596 0,0319 0,0340 0,2311 0,4000 0,2970 Tidak limpas 2,1 0,1191 0,0238 0,0319 0,1782 0,4000 0,2339 Tidak limpas 2,2 0,0856 0,0171 0,0238 0,1404 0,4000 0,1813 Tidak limpas 2,3 0,0702 0,0140 0,0171 0,1088 0,4000 0,1399 Tidak limpas 2,4 0,0576 0,0115 0,0140 0,0840 0,4000 0,1095 Tidak limpas 2,5 0,0473 0,0095 0,0115 0,0657 0,4000 0,0867 Tidak limpas 2,6 0,0388 0,0078 0,0095 0,0520 0,4000 0,0692 Tidak limpas 2,7 0,0319 0,0064 0,0078 0,0415 0,4000 0,0557 Tidak limpas 2,8 0,0262 0,0052 0,0064 0,0334 0,4000 0,0450 Tidak limpas 2,9 0,0216 0,0043 0,0052 0,0270 0,4000 0,0366 Tidak limpas 3,0 0,0203 0,0041 0,0043 0,0220 0,4000 0,0303 Tidak limpas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Tabel 4.65 Penelusuran Banjir di Saluran Arteri setelah penambahan pompa (lanjutan)
Waktu Inflow C0I2 C1I1 C2O1 Q
Pompa Outflow Keterangan (jam) (m3/det) (m3/det) (m3/det) (m3/det) (m3/det) (m3/det)
1 2 3 4 5 6 7 8 3,1 0,0167 0,0033 0,0041 0,0182 0,4000 0,0256 Tidak limpas 3,2 0,0137 0,0027 0,0033 0,0154 0,4000 0,0214 Tidak limpas 3,3 0,0113 0,0023 0,0027 0,0129 0,4000 0,0179 Tidak limpas 3,4 0,0093 0,0019 0,0023 0,0107 0,4000 0,0148 Tidak limpas 3,5 0,0077 0,0015 0,0019 0,0089 0,4000 0,0123 Tidak limpas 3,6 0,0063 0,0013 0,0015 0,0074 0,4000 0,0102 Tidak limpas 3,7 0,0052 0,0010 0,0013 0,0061 0,4000 0,0084 Tidak limpas 3,8 0,0043 0,0009 0,0010 0,0050 0,4000 0,0069 Tidak limpas 3,9 0,0035 0,0007 0,0009 0,0042 0,4000 0,0057 Tidak limpas 4,0 0,0032 0,0006 0,0007 0,0034 0,4000 0,0048 Tidak limpas 4,1 0,0026 0,0005 0,0006 0,0029 0,4000 0,0040 Tidak limpas 4,2 0,0022 0,0004 0,0005 0,0024 0,4000 0,0034 Tidak limpas 4,3 0,0018 0,0004 0,0004 0,0020 0,4000 0,0028 Tidak limpas 4,4 0,0015 0,0003 0,0004 0,0017 0,4000 0,0023 Tidak limpas 4,5 0,0012 0,0002 0,0003 0,0014 0,4000 0,0019 Tidak limpas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sistem polder Kota Lama dan Bandarharjo Semarang mempunyai nilai
kondisi fisik sebesar 50,02%. Nilai ini termasuk kategori cukup (diantara
50%-79%). Nilai ini diartikan bahwa sebagian infrastruktur tidak dapat
beroperasi maksimal. Sebagian infrastruktur lain dalam kondisi rusak/tidak
ada.
2. Hasil evaluasi kapasitas saluran menunjukkan bahwa sejumlah 8 dari 17 ruas
saluran yang dihitung terjadi limpas pada debit kala ulang 5 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa hampir dari 50% saluran yang berada di Sistem Polder
Kota Lama dan Bandarharjo Semarang mempunyai kapasitas lebih kecil dari
pada debit banjir kala ulang 5 tahun.
3. Hasil evaluasi kinerja Sistem polder Kota Lama menggunakan Pompa
Kalibaru dengan kapasitas 2,9 m3/dt didapatkan pada jam ke-0,5 sampai
dengan jam ke-1,0 masih terjadi limpas pada debit kala ulang 10 tahun. TMA
Laut selama 1 tahun terakhir berada diatas dasar pintu air. Hal ini
menunjukkkan bahwa rob rutin terjadi setiap hari sehingga Pintu Air di
Stasiun Pompa Kali Baru selalu ditutup. Pembuangan air banjir menggunakan
pompa karena sistem gravitasi tidak dimungkinkan.
4. Hasil evaluasi kinerja Sistem Polder Bandarharjo menggunakan Pompa Lanal
dengan kapasitas 1,4 m3/dt didapatkan pada jam ke-0,5 sampai dengan jam
ke-1,4 masih terjadi limpas pada debit kala ulang 10 tahun. Pintu Air di
Stasiun Pompa Lanal selalu ditutup untuk mencegah masuknya air laut
(akibat rob) ke dalam sistem. Pembuangan air banjir menggunakan pompa
karena sistem gravitasi tidak dimungkinkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
5.2. Saran
Melalui penelitian ini penulis menyarankan:
1. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memasukkan beberapa
variabel diantaranya dengan adanya penurunan tanah (land subsidence) dan
pengambilan air bawah tanah serta komponen yang belum ada pada
penelitian ini.
2. Perlu adanya perbaikan dan pemeliharaan infrastruktur pada bangunan Sistem
Polder Kota Lama dengan menambah kapasitas pompa banjir di Stasiun
Pompa Kali Baru sebesar 0,5 m3/dt.
3. Perlu adanya perbaikan dan pemeliharaan infrastruktur pada bangunan Sistem
Polder Bandarharjo dengan menambah kapasitas pompa banjir di Stasiun
Pompa Lanal sebesar 1,6 m3/dt.
4. Penelitian dapat dilanjutkan dengan melibatkan masyarakat dalam
pemeliharaan Polder Tawang.