Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    1/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |i

    KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

    REPUBLIK INDONESIA

    LAPORAN EVALUASI P2KPT(PERCEPATAN PEMBANGUAN KAWASAN

    PERDESAAN TERPADU)/BEDAH DESA2010 2014

    ASISTEN DEPUTI URUSAN PERDESAAN

    DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DAERAH KHUSUSKEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

    2014

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    2/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Laporan Evaluasi P2KPT

    2010 -2014ini. P2KPT atau disebut juga Bedah Desa, telah dilaksanakan di 51 kabupaten

    tertinggal, 104 kecamatan dan 623 desa, dengan total pemanfaat langsung sekitar 22.950

    jiwa. Kondisi-kondisi ketertinggalan yang terjadi di kabupaten-kabupaten sasaran seperti

    keterisolasian wilayah, buruknya sarana dan prasarana sosial dasar, kewilayahan, dan

    perekonomian, rendahnya tingkat ekonomi masyarakat serta lemahnya kapasitas aparaturdaerah dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan, menyebabkan bahwa pelaksanaan

    P2KPT di wilayah-wilayah tersebut memberikan kemanfaatan yang sangat dibutuhkan

    oleh masyarakat di satu sisi, dan di sisi lain telah membantu pemerintah daerah dalam

    mengurangi keterbatasan di kawasan-kawasan tertinggal yang telah diprioritaskan.

    Berbeda dengan program-program nasional lainnya untuk wilayah perdesaan yang

    dirancang terfokus pada pemberdayaan di tingkat komunitas atau desa, Program P2KPT

    dirancang melalui pendekatan pemberdayaan pada level kawasan (lintas desa dan atau

    kecamatan), dengan berupaya memadukan penguatan kapasitas pada level masyarakat

    dan pada level aparat pemerintah kabupaten. Kegiatan ini diawali pada TA. 2010 denganberbagai persiapan baik di tingkat pusat atau KPDT maupun di tingkat kabupaten sasaran.

    Fasilitasi dana P2KPT terimplementasi sejak TA. 2011 sampai TA. 2014 di 51 kabupaten

    tertinggal. Strategi pelaksanaan dilaksanakan melalui 2 (dua) tahap kegiatan, yaitu

    Pertama dalam kurun 3 tahun kabupaten sasaran difasilitasi dengan bantuan

    pembangunan infrastruktur kawasan, dan kemudian Kedua setelah tahap pertama selesai

    Saluran Irigasi Desa Cimanuk, Kab. Pandeglang

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    3/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |iii

    kabupaten sasaran difasilitasi dengan kegiatan suprastruktur yang lebih menekankan pada

    pengembangan ekonomi kawasan.

    Selama pelaksanaan P2KPT sejak 2010 sampai 2014 telah dibangun sebanyak 252infrastruktur dimana infrastruktur jalan merupakan infrastruktur yang paling banyak

    diajukan oleh daerah. Dari evaluasi lapangan yang sudah dilakukan, infrastruktur yang

    sudah dibangun tersebut memberikan dampak manfaat yang besar kepada masyarakat di

    kawasan-kawasan sasaran, dimana hal ini membuktikan bahwa P2KPT adalah sangat

    dibutuhkan dan diharapkan oleh masyarakat di kawasan-kawasan tertinggal. Kemanfaatan

    tersebut antara lain dalam hal kemudahan akses perekonomian, akses menuju pelayanan

    pendidikan dan kesehatan, maupun kemudahan akses menuju tempat pelayanan publik

    lainnya. Berbagai kelembagaan pendukung kegiatan juga sudah dibentuk baik di tingkat

    kawasan yang disebut Balai Bedah Desa, maupun di tingkat kabupaten yang disebut Forum

    Bedah Desa.

    Pelaksanaan Program P2KPT tentu tidak lepas dari berbagai kendala maupun kelemahan

    yang ada, disamping capaian keberhasilannya, yang secara keseluruhan kami sampaikan di

    dalam buku laporan ini. Banyak pembelajaran yang bisa dipetik dari pelaksanaan kegiatan

    tersebut baik untuk pelaksana di tingkat KPDT, untuk pelaku-pelaku pembangunan di

    tingkat kabupaten, maupun untuk masyarakat di kawasan, sebagai bahan perbaikan

    pelaksanaan di tahun-tahun yang akan datang.

    Kelancaran pelaksanaan kegiatan P2KPT sejak 2010 sampai 2014 merupakan kerja sama

    dan sekaligus dukungan dari berbagai pihak baik di tingkat Pusat maupun Daerah. Oleh

    karena itu, kepada semua pihak kami ucapkan terima kasih.

    Semoga buku laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

    Jakarta, November 2014

    Asisten Deputi Urusan Perdesaan

    Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus

    Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT)

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    4/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |iv

    EXECUTIVE SUMMARY

    Percepatan Pembagunan Kawasan Perdesaan Terpadu (P2KPT) atau sering disebut

    dengan Bedah Desa, adalah salah satu kegiatan dari KPDT untuk mengurangi

    ketertinggalan kabupaten-kabupaten tertinggal agar sejajar dengan kabupaten lain yang

    lebih maju. Paling sedikit ada 6 (enam) ciri karakteristik suatu wilayah dikategorikan

    tertinggal, yaitu: (1) Perekonomian masyarakat kurang berkembang sehingga

    menyebabkan rendahnya tingkat penghasilan; (2) Lemahnya sumberdaya manusia; (3)

    Kurangnya ketersediaan sarana infrastruktur baik infrastruktur dasar, kewilayahan, dan

    perekonomian, (4) Rendahnya kemampuan anggaran pemda; (5) Rendahnya aksesibilitas

    terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan, perekonomian, dan pelayanan publik lainnya;

    dan (6) Karakteristik daerah yang khusus (terisolir, wilayah bencana, bekas konflik).

    Pada tahun 2009 KPDT telah menetapkan bahwa terdapat 183 kabupaten di Indonesia

    yang dikategorikan sebagai kabupaten tertinggal. Diantara kabupaten tertinggal tersebut,

    P2KPT telah bekerja sejak tahun 2010 sampai 2014, yang secara keseluruhan mencakup

    51 kabupaten teringgal (di 104 kecamatan, 623 desa). Sebanyak 51 kabupaten tersebutmendapatkan kegiatan P2KPT dengan periodisasi yang berbeda-beda.

    P2KPT diimplementasikan dengan menggunakan pendekatan pembangunan kawasan

    secara fungsional. Secara ringkas definisi kawasan yang dimaksud adalah suatu wilayah

    yang terdiri atas 2 sampai 6 desa yang memiliki karakteristik sumberdaya alam kewilayah

    yang relatif sama. Melalui pendekatan kawasan, idealnya diharapkan bahwa kegiatan-

    Pembangunan jalan, Kabupaten Sukabumi

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    5/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |v

    kegiatan yang dikembangkan bersifat fungsional antar/lintas desa dan bukan desa per

    desa. Sementara prinsip terpadu di dalam P2KPT, berorientasi pada pelaksanaan

    kegiatan yang multistakeholders(lintas pihak) baik pemerintah maupun non pemerintah,

    pada level daerah maupun pusat, serta didukung oleh lintas sektor.

    Tujuan umum P2KPT adalah mempercepat pembangunan daerah tertinggal melalui

    pembentukan dan fasilitasi kawasan perdesaan terpadu. Tujuan yang lebih spesifik yaitu:

    (1) Terfasilitasinya Rencana Induk P2KPT dengan perencanaan pembangunan daerah; (2)

    Terfasilitasinya forum multistakeholders untuk percepatan pembangunan kawasan-

    kawasan tertinggal; (3) Meningkatnya kapasitas pemerintah, pelaku usaha, dan

    masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan kawasan perdesaan terpadu; dan (4)

    Terfasilitasinya pembangunan sarana dan prasarana sosial dasar, kewilayahan dan

    ekonomi. Pelaksanaan menu-menu kegiatan, yang dikembangkan melalui Bantuan Sosial

    (Bansos) ke wilayah-wilayah sasaran, terdiri atas 2 (dua) menu kegiatan besar, yaituBansos pembangunan infrastruktur sosial dasar, kewilayahan, dan pendukung ekonomi,

    serta Bansos pengembangan ekonomi kawasan.

    Guna mendukung proses pelaksanaan kegiatan-kegiatan, maka dikembangkan lembaga-

    lembaga pelaku P2KPT, terdiri atas Tim Koordinasi Daerah, Forum Bedah Desa (FBD), dan

    Balai Bedah Desa (BBD). Tim Koordinasi Daerah terdiri atas perwakilan lintas instansi

    pemerintah terkait di kabupaten, berfungsi melaksanakan sinergisitas dan integrasi

    kegiatan. FBD terdiri atas perwakilan lintas sektor dari pemerintah maupun non

    pemerintah di level kabupaten, berperan mendorong pelaku-pelaku pembangunan baik

    dari dunia usaha, lembaga masyarakat, dll. BBD terdiri atas perwakilan pemerintah desadan masyarakat lintas desa di kawasan sasaran.

    Capaian Pembangunan Infrastruktur

    Sampai tahun 2014 ini terbangun 252 infrastruktur, dimana pada 2011 dibangun sebanyak

    33 infrastruktur, 2012 sebanyak 100 infrastruktur, 2013 sebanyak 95 infrastruktur, dan

    tahun 2014 sebanyak 54 infrastruktur. Sebagian besar jenis yang diharapkan dan menjadi

    kebutuhan masyarakat adalah infrastruktur sarana kewilayahan seperti berbagai jenis

    jalan, jembatan, dan dermaga kecil.

    Dari kajian lapangan evaluasi yang dilakukan di 20 kabupaten sampel, menunjukkanbahwa kemanfaatan infrastruktur tersebut bagi masyarakat mencapai nilai 90%.

    Kemanfaatan secara langsung yang diperoleh masyarakat bersifat beragam seperti

    kemudahan cara dan waktu tempuh menuju pasar terdekat, menuju puskesmas, menuju

    sekolah-sekolah, mempermudah pemasaran hasil komoditi lokal, menekan harga berbagai

    kebutuhan seperti harga bahan bangunan, harga kebutuhan pokok sehari-hari, dll. Namun

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    6/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |vi

    salah satu kekurangan atau kendala yang perlu diperhatikan adalah bahwa tingkat

    kepemeliharaan infrastruktur tersebut kurang memuaskan, hanya mencapai 55%. Artinya

    adalah belum ada keterjaminan keberlanjutan atas upaya-upaya pemeliharaannya baik

    dari perhatian pemda maupun masyarakat.

    Pelembagaan Pelaku-Pelaku P2KPT

    Yang dimaksud dengan pelembagaan pelaku-pelaku P2KPT adalah sejauh mana Tim

    Koordinasi, FBD, BBD telah berperan sebagai pihak-pihak yang mengawal perencanaan,

    pelaksanaan, dan supervisi atas kegiatan-kegiatan di kawasan sasaran. Pelembagaan atas

    lembaga-lembaga pelaku tersebut diharapkan akan bermanfaat untuk keberlanjutan

    kegiatan P2KPT. Hasil evaluasi atas pelembagaan pelaku menunjukkan hanya sekitar 45%

    (9 kabupaten) dari 20 kabupaten sampel kajian evaluasi yang cenderung memiliki

    pelembagaan dan peran para pelaku P2KPT seperti diharapkan. Kendala-kendala utamayang menyebabkan pelembagaan dan peran para pelaku tersebut lemah antara lain: (1)

    Pemahaman para pelaku terhadap konsep kawasan kurang maksimal; (2) Kurangnya

    dukungan dana operasional bagi lembaga-lembaga pelaku tersebut oleh pemda; (3)

    Mekanisme Bansos melalui Pihak Ke-III menyebabkan lembaga-lembaga pelaku sangat

    kecil memiliki peran pelaksanaan dan pengawasan; (4) Lemahnya sosialisasi dan ekspose

    kegiatan P2KPT kepada para pengambil kebijakan baik di jajaran eksekutif maupun

    legislatif daerah.

    Dukungan Kebijakan Daerah dan Anggaran

    Secara umum kabupaten-kabupaten sasaran kegiatan masih menganggap P2KPT adalah

    kegiatan pusat. Daerah belum mampu menterjemahkan atau mengadopsi kegiatan

    P2KPT menjadi kebutuhan daerah dalam rangka strategi pengembagan kawasan tertinggal

    yang ada. Sementara di sisi yang lain, P2KPT belum maksimal mengafirmasi kegiatan-

    kegiatannya ke dalam sistem perencanaan daerah, dan oleh karena itu dukungan kebijakan

    daerah yang akomodatif terhadap kegiatan-kegiatan tersebut kurang maksimal. Dengan

    demikian anggaran-anggaran daerah terhadap kegiatan dan atau kelembagaan terkait

    dengan P2KPT juga belum maksimal.

    Hanya sedikit kabupaten, yaitu di Kab. Buru, Kab. Sukabumi, Kab. Aceh Selatan, Kab. Bima,

    Kab. Biak, yang kegiatan-kegiatan P2KPT terakomodir di dalam kebijakan dan anggarandaerah, terutama untuk penganggaran operasional lembaga-lembaga pelaku P2KPT. Hanya

    di Kab. Buru dimana perhatian pemda tersebut sampai kepada tingkat kebijakan

    penganggaran untuk pembangunan infrastruktur, dan mengadopsi ide P2KPT mejadi

    program daerah dengan nama Alesang.

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    7/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |vii

    Keterintegrasian dan Keterpaduan Program

    Beberapa kendala yang sudah disebutkan sebelumnya seperti dukungan keberlanjutan

    pemeliharaan oleh pemda yang lemah, dukungan kebijakan dan anggaran daerah yangminimal, sedikit banyak dipengaruhi oleh masih kurangnya keterintegrasian dan

    keterpaduan program. Baik di tingkat pusat KPDT maupun di tingkat pemda kabupaten

    sasaran kedua hal tersebut kurang maksimal. Hanya di Kab. Buru, Kab. Bima, Kab.

    Sukabumi, dan Kab. Pandeglang dimana terjadi bentuk-bentuk keperpaduan antar sektor-

    sektor kegiatan progran di kawasn sasaran P2KPT.

    Pembelajaran

    Pelaksanaan P2KPT sejak 2010-2014 selain mencapai bebarapa hal seperti dipaparkan

    sebelumnya dan kendala-kendala atau kegagalan yang ada, namun juga terdapat kasus-

    kasus atau hal-hal baik (best practices) yang dapat dipetik sebagai pembelajaran positif.

    Pembelajaran positif ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pelaku kegiatan di

    tingkat KPDT dan dicontoh oleh kabuapten-kabupaten lain, yaitu sebagai berikut:

    Lessons Learneddan Best Practicesdari Kegiatan P2KPT

    Lessons Learned Best Practices Kabupaten

    Perencanaan Ketepatan perencanaan infrastruktur dikaitkan dengan

    potensi unggulan kawasan sasaran terjadi di kawasan

    Kec. Waepo. Melalui pembangunan irigasi sawah yang

    terencana selama 3 tahun di kawasan yang sama,

    kawasan ini kini menjadi salah satu sentra produksipadi di Kab. Buru. Meskipun masih termasuk

    kabupaten tertinggal, kabupaten ini sekarang sudah

    menjadi salah satu lumbung padi untuk Indonesia

    Timur.

    Kab. Buru

    Sinergi perencanaan kegiatan antara P2KPT dengan

    kegiatan dan atau program lain. Pemda Kab.

    Pandeglang, Muna, dan Kutai Barat membuat

    kebijakan bahwa seluruh program baik dari dana

    daerah, provinsi, maupun Pusat sebagian difokuskan ke

    kawasan sasaran P2KPT, misalnya program seperti

    P2WKSS, PNPM, P2KPT, dan beberapa kegiatan dari

    kedeputian lain di KPDT.

    Kab.

    Pandeglang

    Kab. Muna

    Kab. Kutai

    Barat.

    Kawasan sasaran P2KPT disinergikan dengan sasaran

    Prukab di Kab. Sukabumi, dengan komoditi unggulan

    Jabon (Jati Kebon). Tahun 2014 Sukabumi

    mengembangkan perekonomian kawasan berbasis

    bahan dasar Jabon.

    Kab. Sukabumi

    Kelembagaan P2KPT BBD di Kawasan Kec. Towea mendapatkan dana Rp.

    250.000 per tahun dari Desa Wakarama dan

    Wangkolabu karena masuk dalam RPJMDes kedua

    Kab. Muna

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    8/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |viii

    Lessons Learned Best Practices Kabupaten

    desa tersebut. Pertemuan rutin BBD menjadi satu

    dengan pertemuan musyawarah desa PNPM Perdesaan.

    Dukungan KebijakanDaerah

    Kab. Buru mengeluarkan kebijakan dana untukmembiayai operasional FBD dan BBD. Kabupaten ini

    juga megembangkan program yang disebut Alesang,

    yang ide dasarnya mengadopsi prinsip P2KPT.

    Program ini didanai oleh APBD.

    Kab. Buru

    Sinergi Kegiatan P2KPT

    dengan Kegiatan lain

    Kabupaten Bima telah berhasil mensinergikan kegiatan

    stimulan P2KPT di kawasan bedah desa dengan

    berbagai kegiatan dari kedeputian lain di KPDT, dan

    Kemenetrian/lembaga Lain.

    Kab. Bima

    Rekomendasi

    Berikut ini disampaikan beberapa rekomendasi pokok untuk perbaikan dan

    pengembangan P2KPT atau program-program lain serupa di masa datang, yaitu:

    1.

    Penguatan perencanaan kawasan. Perlu dikembangkan kembali Master Plann 5

    tahunan yang komprehensif dilengkapi dengan recana aksi dan rencana usaha

    (business plan) yang layak sebagai media untuk membuka kerja sama dengan dunia

    usaha, instansi pemerintah sektoral, dll.

    2.

    Penguatan kelembagaan pelaku-pelaku P2KPT. Perlu dirumuskan ulang kelembagaan

    pelaku P2KPT seperti FBD dan BBD menjadi lembaga-lembaga pelaku pembangunan

    seperti dianjurkan di dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Khususnya BBD perlu

    ditingkatkan kapasitasnya agar menjadi kelembagaan yang mampu melakukan

    pengembangan ekonomi, pembinaan usaha dan dapat menjadi center of excellence

    bagi kawasan. Dengan diberlakukannya undang-undang tersebut, maka perlu

    dipikirkan kembali bentuk kelembagaan BBD dengan kelembagaan yang dianjurkan di

    dalam undang-undang yaitu Badan Kerja Sama Antar Desa.

    3. Penguatan kapasitas dan pendampingan. Kegiatan-kegiatan pelatihan seperti pelatihan

    mekanisme perencanaan, pelatihan manajemen pengelolaan kegiatan, pelatihan-

    pelatihan yang terkait dengan pengembangan ekonomi kawasan, dll perlu diberikan

    kepada masyarakat dan para pelaku kegiatan khususnya BBD. Penguatan kapasitas ini

    harus juga disertai dengan mekanisme pendampingan yang dikelola melaluipenyediaan konsultan pendamping kawasan.

    4.

    Sinergisitas internal KPDT dan antar KL. Internal KPDT ke depan sudah harus terjadi

    sinergisitas program antar unit kerja karena dengan hal itu akan mampu menungkit

    secara maksimal keterentasan wilayah tertinggal. Sebuah sektor atau program dari

    satu unit kerja di sebuah kawasan atau kabupaten sesungguhnya bisa disebut

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    9/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |ix

    meragukan memberikan sumbangan kepada keterentasan kawasan apalagi

    kabupaten.

    5.

    Pengalaman kegiatan P2KPT dari 2010-2014 dimana mekanisme pendanaannya

    dilaksanakan melalui Bansos, telah sangat mengurangi aspek-aspek pengembangan

    kapasitas dan pemberdayaan baik bagi masyarakat, lembaga-lembaga pelaku P2KPT,

    maupun instansi terkait dengan kegiatan tersebut. Kebijakan-kebijakan afirmatif di

    daerah yang bisa mendukung keberlanjutan P2KPT juga sangat minimal mampu

    didorong oleh mekanisme Bansos. Seyogyanya perbaikan dan pengembangan kegiatan

    P2KPT ke depan, atau program/kegiatan lain serupa, dikembangkan dengan

    mekanisme pendanaan lain yang lebih mampu membuka peluang yang aktif bagi

    daerah untuk lebih partisipatif.

    Jakarta, November 2014.

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    10/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |x

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR - | Hal. ii

    EXECUTIVE SUMMARY - | Hal. iv

    DAFTAR ISI - | Hal. x

    DAFTAR TABEL - | Hal. xii

    DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN - | Hal. xiii

    DAFTAR ISTILAH - | Hal. xiv

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1

    Latar Belakang | Hal. 1

    1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan Laporan | Hal. 4

    1.3

    Tahapan dan Metodologi Evaluasi P2KPT | Hal. 4

    1.3.1

    Workshop Pra-Evaluasi | Hal. 4

    1.3.2

    Kajian Lapangan | Hal. 5

    1.3.2.1.

    Kajian Kelembagaan P2KPT | Hal. 6

    1.3.2.2.Kajian Infrastruktur P2KPT | Hal. 8

    1.4 Sistematika Laporan | Hal. 9

    BAB 2 GAMBARAN UMUM P2KPT

    2.1 Konsep P2KPT | Hal. 112.1.1 Tujuan P2KPT | Hal. 13

    2.1.2 Prinsip-Prinsip Dasar | Hal. 14

    2.1.3 Pendekatan P2KPT | Hal. 15

    2.1.4 Komponen Input | Hal. 16

    2.1.5 Pendanaan P2KPT | Hal. 16

    2.1.6 Durasi Proses Pelaksanaan | Hal. 17

    2.1.7 Kelembagaan P2KPT | Hal. 18

    Pemban unan bendun an, Kabu aten

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    11/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |xi

    2.2 Mekanisme Pelaksanaan Bansos P2KPT | Hal. 19

    2.2.1 Ruang Lingkup Bansos | Hal. 19

    2.2.2 Pelaku dan Pengorganisasian | Hal. 20

    2.2.3 Mekanisme Pengajuan Usulan | Hal. 222.2.4 Pengadaan dan Pencairan Dana | Hal. 22

    2.2.5 Serah Terima dan Alih Kelola | Hal. 23

    BAB 3 ANALISA CAPAIAN P2KPT

    3.1 Capaian Infrastruktur Kawasan | Hal. 24

    3.1.1 Jumlah Infrastruktur Terbangun | Hal. 24

    3.1.2 Kualitas dan Kemanfaatan Infrastruktur | Hal. 26

    3.2 Capaian Kelembagaan P2KPT | Hal. 28

    3.2.1 Peran Tim Koordinasi | Hal. 28

    3.2.2 Dukungan Peraturan Daerah | Hal. 30

    3.2.3 Dukungan Anggaran Daerah | Hal. 30

    3.2.4. Kelembagaan Masyarakat | Hal. 31

    3.3 Pemahaman Daerah Atas Konsep Kawasan | Hal. 32

    3.4 Serah Terima Alih Kelola | Hal. 34

    3.5. Alokasi dan Capaian Realisasi Anggaran | Hal. 34

    BAB 4 PEMBAHASAN PENGEMBANGAN KEGIATAN P2KPT

    4.1 Keterpaduan Dengan Program Lain | Hal. 36

    4.2 Integrasi Perencanaan P2KPT ke Dalam Perencanaan Daerah | Hal. 38

    4.3 Peran Daerah Dalam Keberlanjutan Program | Hal. 39

    4.4 Pemikiran Ulang Tentang Kawasan | Hal. 40

    4.5 Pengembangan Menu Kegiatan | Hal. 41

    4.6 Penguatan Kapasitas dan Pendampingan | Hal. 43

    BAB 5 PEMBELAJARAN5.1 Pembelajaran Perencanaan | Hal. 45

    5.2 Pembelajaran Kelembagaan P2KPT | Hal. 48

    5.3 Pembelajaran Dukungan Kebijakan Daerah | Hal. 48

    5.4 Pembelajaran Masterplan Kawasan Perdesaan | Hal. 49

    BAB 6 REKOMENDASI

    6.1 Penentuan Lokasi Kawasan Sasaran | Hal. 50

    6.2 Penguatan Kelembagaan Masyarakat | Hal. 51

    6.3 Perencanaan Kegiatan | Hal. 51

    6.4 Penentuan Menu Kegiatan | hal. 52

    6.5 Pengembangan Ekonomi Kawasan | Hal. 52

    6.6 Penguatan Kapasitas dan Pendampingan | Hal. 536.7 Pendanaan P2KPT | Hal. 54

    6.8. Sinergisitas Internal KPDT dan K/L | Hal. 55

    REFERENSI | Hal. 56

    LAMPIRAN

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    12/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel I.1. Sampel Kajian Lapangan P2KPT Hal. 6

    Tabel I.2. Periodisasi Tahun P2KPT Sampel Lokasi Kabupaten Kajian Hal. 7

    Tabel I.3. Kabupaten Yang Dijadikan Sampel Hal. 8

    Tabel III.1.Alokasi dan Realisasi Anggaran P2KPT TA. 2011 s/d. TA. 2014 Hal. 35

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    13/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |xiii

    DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

    Gambar II.1. Konsep Kawasan P2KPT Hal. 13

    Gambar II.2. Pola Pendanaan Pusat (KPDT/KL), Pemda dan Masyarakat Hal. 17

    Gambar II.3. Tahapan Kegiatan P2KPT Per Tahun Hal. 17

    Bagan III.1. Prosentase Menu Kegiatan Infrastruktur Per Tahun Periodisasi P2KPT Hal. 25

    Bagan III.2. Hasil Kajian Terhadap Infrastruktur P2KPT 2010-2014 Hal. 26

    Bagan III.3. Visualisasi Dampak Manfaat Infrastruktur P2KPT Hal. 33

    Pembukaan jalan, Kabupaten Lampung Barat

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    14/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |xiv

    DAFTAR ISTILAH

    APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    APBN Anggaran Pendapatan Belanja Negara

    Bansos Bantuan Sosial

    BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    BBD Balai Bedah Desa

    BKAD Badan Kerjasama Antar DesaDIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

    FBD Forum Bedah Desa

    KPA Kuasa Pemegang Anggaran

    KPDT Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal

    P2KPT Percepatan Pembangunan Kawasan Perdesaan Terpadu

    PP Peraturan Pemerintah

    RKP Desa Rencana Kerja Pemerintah Desa

    RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

    RPJM DesRencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

    SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah

    TA. Tahun Anggaran

    TP Tugas Pembantuan

    UU Undang-Undang

    Pembangunan irigasi, Towea, Kab. Buru

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    15/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Arah kebijakan pembangunan Indonesia Tahun 2010-2014 adalah memantapkan

    penataan kembali Negara Kesaturan Republik Indonesia (NKRI), meningkatkan

    kualitas sumber daya manusia (SDM), membangun kemampuan ilmu pengetahuan

    dan teknologi, dan memperkuat daya saing perekonomian. Sedangkan arahkebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dalam Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 adalah

    meningkatkan pengembangan perekonomian daerah dan kualitas sumberdaya

    manusia yang didukung oleh penguatan kelembagaan dan ketersediaan

    infrastruktur ekonomi dan pelayanan dasar di daerah tertinggal. Pemerintah telah

    menetapkan salah satu prioritas pembangunan nasional (prioritas 10) dalam

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014,

    yaitu Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-konflik.

    Dalam melaksanakan prioritas pembangunan nasional untuk daerah tertinggal,

    terdepan, terluar dan pasca-konflik maka ditetapkan beberapa sasaran

    pembangunan daerah tertinggal hingga tahun 2014 sebagai berikut: Pertama,

    berkurangnya status kabupaten tertinggal paling sedikit 70 kabupaten pada akhir

    Tahun 2014; Kedua, meningkatnya kualitas SDM yang ditunjukkan oleh Indeks

    Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2010 sebesar 67,7% meningkat menjadi

    72,2% pada Tahun 2014; Ketiga, meningkatnya rata-rata pertumbuhan ekonomi di

    Dermaga Kecil di Kab. Muna, Sulawesi Tenggara

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    16/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |2

    daerah tertinggal sebesar 6,6% pada tahun 2010 meningkat menjadi 7,1% pada

    tahun 2014; Keempat, berkurangnya persentase penduduk miskin di daerah

    tertinggal sebesar pada tahun 2010 sebesar 18,8 % berkurang menjadi 14,2 %; dan

    Kelima, berkurangnya pengangguran di daerah tertinggal sebesar 2,2% per tahun.

    Untuk mencapai sasaran tersebut, maka strategi percepatan pembangunan daerah

    tertinggal melalui: Pertama, pengembangan ekonomi lokal; Kedua, penguatan

    kelembagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya

    lokal; Ketiga, peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas; Keempat,

    peningkatan pelayanan pendidikan yang berkualitas; Kelima, peningkatan sarana

    dan prasarana (infrastruktur) daerah tertinggal; dan Keenam, peningkatan

    aksesibilitas daerah tertinggal terhadap pusat-pusat pertumbuhan.

    Percepatan pembangunan daerah tertinggal merupakan komitmen dan tanggung

    jawab Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT). BerdasarkanUndang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, di mana

    melalui Pasal 8 ayat (3) ditegaskan bahwa dalam pelaksanaan tugasnya, KPDT

    menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : (1) Perumusan dan penetapan

    kebijakan dibidangnya; (2) Koordinasi dan sinkroninasi pelaksanaan kebijakan

    dibidangnya; (3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi

    tanggung jawabnya; dan (4) Pengawasan atas pelaksanaan tugas dibidangnya.

    Dalam rangka tugas dan fungsi KPDT tersebut di atas, maka Kedeputian V Bidang

    Pengembangan Daerah Khusus yang memiliki tugas untuk merumuskan kebijakan,

    menetapkan kebijakan, mengkoordinasikan, mengintegrasikan, mensinkronkan,dan mengharmonisasikan pelaksanaan kebijakan, dan pemantauan pelaksanaan

    kebijakan, serta tugas operasional lainnya dalam pengelolaan pelaksanaan bantuan

    kegiatan ke pemerintah daerah untuk tujuan pengembangan daerah khusus secara

    sistematis, terencana, dan terukur guna mempercepat peningkatan kesejahteraan

    masyarakat yang berkeadilan dan mandiri. Daerah khusus tersebut salah satunya

    merupakan wilayah perdesaan.

    Salah satu upaya untuk mempercepat pembangunan daerah tertinggal tersebut,

    maka Kedeputian V Bidang Pengembangan Daerah Khusus melalui Keasdepan 3

    Urusan Pengembangan Perdesaan telah melaksanakan kegiatan PercepatanPembangunan Kawasan Perdesaan Terpadu (P2KPT) sejak tahun 2010. Secara

    umum tujuan P2KPT adalah mempercepat pembangunan daerah tertinggal

    melalui pembentukan dan fasilitasi kawasan perdesaan terpadu. Fasilitasi

    tersebut menyangkut beberapa aspek yaitu: (1) Integrasi perencanaan kawasan

    dengan perencanaan pembangunan daerah; (2) Pembentukan forum

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    17/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |3

    multistakeholders untuk pembangunan kawasan perdesaan terpadu; (3)

    Peningkatan kapasitas pemerintah dalam perencanaan kawasan; dan (4)

    Terfasilitasinya pembangunan sarana dan parasaran pendukung sosial dasar serta

    perekonomian wilayah.

    Pelaksanaan P2KPT sudah diawali sejak tahun 2010 yang pada tahun tersebut

    dimulai dengan persiapan-persiapan, diantaranya adalah sosialisasi konsep

    implementasi P2KPT dan penentuan lokasi kabupaten serta pemilihan lokasi

    kawasan-kawasan sasaran. Alokasi dan pencairan dana untuk implementasi baru

    dilakukan di tahun 2011 kepada 12 kabupaten. Pada periode tahun 2011 tersebut

    pelaksanaannya dilakukan melalui mekanisme pendanaan Tugas Pembantuan (TP).

    Selanjutnya, lokasi kegiatan P2KPT pada Tahun 2012 adalah 39 kabupaten, dimana

    27 kabupaten merupakan kabupaten yang baru masuk pada tahun 2012. Periode

    pelaksanaan kegiatan tahun 2013 diberikan kepada 49 kabupaten dimana 22

    kabupaten merupakan kabupaten yang baru bergabung di pada tahun 2013. Di sisi

    lain, ada 2 kabupaten yang keluar dari program P2KPT pada tahun 2013 tersebut

    dikarenakan tidak dapat bekerjasama dengan baik, sehingga total kabupaten yang

    menjadi lokasi kegiatan P2KPT sampai akhir tahun 2014 ada di 51 kabupaten.

    Selama pelaksanaan P2KPT sejak tahun 2010 sampai 2014 sudah banyak

    pembelajaran yang terjadi baik pada manajemen program di tingkat Pusat maupun

    daerah, pelaksanaan implementasi fasilitasi pembangunan infrastruktur,

    perencanaan partisipatif di tingkat kawasan perdesaan, maupun kemanfaatan

    pembangunan infrastruktur bagi dukungan prasarana dasar maupun

    pengembangan ekonomi masyarakat kawasan perdesaan. Kegiatan yang sudah

    berlangsung selama 4 tahun tersebut sudah saatnya untuk dilakukan evaluasi

    program pada ranah manajemen program, strategi pelaksanaan, kemanfaatan bagi

    masyarakat, dukungan kelembagaan, baik dalam rangka untuk memperbaiki

    implementasi program pada tahap berikutnya maupun dalam rangka

    mengantisipasi perubahan isu pembangunan dan kebijakan-kebijakan

    pembangunan daerah, khususnya pembangunan desa dan kawasan perdesaan di

    masa yang akan datang.

    Berdasarkan pertimbangan itu maka perlu dilakukan Evaluasi PelaksanaanProgram Pembangunan Kawasan Perdesaan Terpadu (P2KPT) Tahun 2010 2014

    dimana hasil-hasil evaluasi tersebut diturunkan dalam Laporan Evaluasi

    Pelaksanaan Program Pembangunan Kawasan Perdesaan Terpadu (P2KPT) Tahun

    2010 2014 ini. Proses evaluasi dilaksanakan setidak melalui dua kegiatan besar

    yaitu kajian evaluasi lapangan di kabupaten sampel dan serangkain workshop

    tentang evaluasi P2KPT.

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    18/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |4

    1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan Laporan

    Laporan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Percepatan Pembangunan Kawasan

    Perdesaan Terpadu (P2KPT) Tahun 2010 2014 ini dimaksudkan untuk

    menyampaikan capaian-capaian yang telah dihasilkan oleh kegiatan P2KPT serta

    menemukan pembelajaran dari proses manajemen pelaksanaan, hasil dan

    kemanfaatan pelaksanaan kegiatan selama 2010-2014 baik bagi pemerintah

    maupun masyarakat.

    Sedangkan tujuan penulisan laporan adalah untuk:

    (1)

    Menyampaikan informasi atas capaian hasil pelaksanaan pengembangan

    kawasan perdesaan terpadu mulai dari tahap persiapan, pengadaan sampai

    dengan dampak yang ditimbulkannya dalam rangka untuk bahan kebijakan

    keberlanjutan pelaksanaan program/kegiatan.

    (2)Menyampaikan gambaran kemanfaatan pelaksanaan pengembangan kawasan

    perdesaan dalam mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat kawasan

    sasaran;

    (3)

    Menyampaikan kendala-kendala yang dihadapi selama proses pelaksanaan

    kegiatan pengembangan kawasan perdesaan terpadu.

    (4)

    Merumuskan pembelajaran dari pelaksanaan P2KPT dalam hal perencanaan

    kawasan, keterintegrasian program dengan program-program daerah,

    pelembagaan P2KPT, partisipasi daerah, serta pendekatan pendampingan yang

    sudah dilaksanakan untuk dijadikan bahan keberlanjutan pelaksanaan

    program/kegiatan.

    1.3 Tahapan dan Metodologi Evaluasi P2KPT

    Evaluasi pelaksanaan kegiatan P2KPT 2010-2014 ini, dilakukan dengan beberapa

    tahap, yaitu 1) Tahap workshop yang melibatkan internal Keasdepan Urusan

    Perdesaan; 2) Tahap pelaksanaan kajian lapangan; dan 3) Tahap workshop

    pembelajaran dengan para mitra kabupaten sasaran kegiatan P2KPT.

    1.3.1. Workshop Pra-Evaluasi

    Pembahasan mengenai evaluasi kegiatan P2KPT dilaksanakan tiga kali pertemuan,

    yaitu: Pertama, Rapat Koordinasi Evaluasi Kegiatan P2KPT Dan Seminar Nasional

    Pembangunan Kawasan Perdesaan Terpadu pada tanggal 16 20 Desember 2013

    di Hotel Grand Cempaka, Bogor; Kedua, Rapat Internal Kajian Lapangan Evaluasi

    Kegiatan P2KPT 2010-2014 yang dilaksanakan pada 15 April 2014 di kantor KPDT;

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    19/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |5

    dan ketiga, Workshop Koordinasi dan Keberlanjutan Kegiatan P2KPT dari tanggal

    18 21 Mei 2014 di Sahira Boutique Hotel-Bogor. Ide dan arah substansi evaluasi

    tersebut telah tersosialisasikan melalui beberapa event tersebut yang

    disampaikan oleh Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus KPDT maupun

    Asisten Deputi Urusan Perdesaan yang dihadiri oleh kabupaten peserta kegiatan

    P2KPT.

    1.3.2. Kajian Lapangan

    Tindak lanjut dari masukan-masukan selama tahap pra-evaluasi kemudian

    dirumuskan dalam kegiatan kajian lapangan evaluasi di kabupaten-kabupaten

    sasaran yang sampai dengan tahun 2014 ini berjumlah 51 kabupaten dengan

    periodisasi pendampingan yang berbeda-beda. Sebanyak 11 kabupaten telah

    selesai 3 (tiga) tahun pendampingan infrastruktur P2KPT, dan selanjutnya di tahun

    2014 ini mendapat pendampingan dukungan pengembangan ekonomi kawasan.Sebanyak 40 kabupaten memasuki tahap tahun ke-2 dan tahun ke-3 pedampingan

    infrastruktur P2KPT. Kabupaten-kabupaten dengan periodisasi yang berbeda-beda

    tersebut telah dipertimbangkan untuk menjadi sasaran kajian lapangan evaluasi

    P2KPT.

    Tujuan Kajian

    Tujuan kajian lapangan evaluasi di beberapa kabupaten yang sudah dipilih menjadi

    sasaran kajian, adalah:

    (1)

    Memperoleh informasi tentang keberadaan peran, fungsi, dan dukungankebijakan serta anggaran daerah untuk pelembagaan pelaku-pelaku P2KPT

    yaitu Forum Bedah Desa dan Balai Bedah Desa;

    (2)

    Memperoleh informasi tentang capaian pelaksanaan infrastruktur P2KPT baik

    dari sudut kualitas maupun kemanfaatannya, serta bentuk-bentuk

    pemeliharaan infrastruktur.

    Sampel Lokasi Kabupaten Kajian

    Dari sejumlah 51 kabupaten sasaran P2KPT telah dipilih sebanyak 20 kabupaten

    yang dijadikan sampling kabupaten kajian lapangan. Dari 20 kabupaten tersebut

    sebanyak 5 kabupaten adalah kabupaten yang mendapatkan kegiatan sejak tahun

    2011 dimana dukungan bantuan infrastruktur selama 3 tahun sudah selesai dan

    tahun 2014 ini memasuki pendampingan pengembangan ekonomi. Sebanyak 8

    kabupaten adalah kabupaten yang menerima kegiatan sejak 2012, dan 7 kabupaten

    menerima kegiatan sejak 2013. Masing-masing kabupaten dari kelompok

    periodisasi tahun penerimaan P2KPT tersebut dipilih secara acak (random

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    20/105

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    21/105

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    22/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |8

    Tabel I.3.

    Kabupaten Yang Dijadikan Sampel

    No Kabupaten *) 2011 2012 2013 2014

    1. Aceh Selatan X X X

    2. Bener Meriah X X X

    3. Empat Lawang X X X X

    4. Kep. Aru X X X

    5. Halmahera Tengah X X X

    6. Halmahera Utara X X X

    7. Kutai Barat X X X

    8. Lahat X X X X

    9. Muna X X

    10. Lampung Utara X X X X

    11. Lampung Barat X X X X

    12. Pasaman Barat X X

    13. Sambas X X X

    14. Buru X X X

    15. Sigi X X X X

    16. Banggai X X X

    17. TTU X X X

    18. Waykanan X X X

    Sumber: Data Primer, Juni 2014. *)Dua kabupaten data kelembagaan tidak masuk

    1.3.2.2. Kajian Infrastruktur P2KPT

    Evaluasi terhadap infrastruktur yang dibangun oleh P2KPT antara tahun

    2010-2014 dimaksudkan untuk menilai kualitas dan kemanfaatan

    infrastruktur kawasan yang sudah dibangun tersebut. Kunjungan lapanganuntuk kajian Evaluasi P2KPT bidang infrastruktur ini terlaksana antara

    tanggal 29 April 2014 sampai 23 Mei 2014 di 20 kabupaten sampel kajian.

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    23/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |9

    Indikator Penilaian

    Ada 4 (empat) indikator yang akan diukur melalui kajian evaluasi

    infrastruktur tersebut, yaitu: (1) Kualitas administrasi infrastruktur; (2)

    Kualitas fisik infrastruktur; (3) Kualitas recana pemeliharaan dankeswadayaan masyarakat; dan (4) Tingkat kepuasaan masyarakat di

    sekitar kawasan terhadap infrastruktur yang ada. Dari 4 indikator tersebut

    dikembangkan 22 sub-indikator.

    Metode Penilaian

    Metode penilaian relatif sama dengan metode yang dipakai di dalam kajian

    kelembagaan, dimana dari setiap item pertanyaan kemudian diberi Skor (1

    = Ya; 0,5 = ya tetapi Belum Lengkap; 0 = Tidak). Penilaian akhir dihitung

    berdasarkan kriteria interval penilaian sebagai berikut: Kurang > apabila

    nilainya apaibla nilainya antara 50-69%; Baik> apabila

    nilainya antara 70-79%; dan Baik Sekali > apabila nilainya antara 80-100%.

    Sampel Kajian

    Kabupaten yang mejadi sampel kajian evaluasi infrastruktur adalah sama

    dengan sampel kabupaten yang mejadi kajian kelembagaan P2KPT, yaitu

    sebanyak 20 kabupaten sampel. Namun data yang masuk dari 20 kabupaten

    tersebut hanya 18 kabupaten. Seluruh jumlah infrastruktur yang dikaji

    tersebar di 14 kecamatan yang keseluruhannya sebanyak 22 infrastruktur

    terdiri atas berbagai jenis jalan sebanyak 13 buah, berbagai jenis jembatansebanyak 6 bauh, irigasi 2 buah, dan pasar 1 buah.

    1.4. Sistematika Laporan

    Laporan Evaluasi P2KPT 2010 2014 ini terdiri atas 6 (enam) bab yang secara

    ringkas sistematikan isi laporan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

    Bab 1 Pendahuluan, memaparkan tentang latar belakang pelaksanaan kegiatan

    P2KPT yang sudah dilaksanakan sejak 2010 sampai 2014 sebagai salah satu iconkegiatan KPDT dalam rangka mengentaskan kabupaten-kabupaten tertinggal. Bab ini

    juga menjelaskan alasan-alasan mengapa P2KPT perlu dievaluasi guna memperoleh

    pembelajaran-pembelajaran berguna, serta dipaparkan pula persiapan dan

    metodologi yang dipakai dalam rangka melakukan evaluasi terhadap kegiatan

    tersebut.

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    24/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |10

    Bab 2 Gambaran Umum P2KPT, memaparkan secara umum konsep, strategi,

    pendekatan, dan prinsip-prinsip dasar yang diterapkan dalam pelaksanaan P2KPT.

    Sebagai sebuah kegiatan yang sudah dilaksanakan multi-years melalui mekanisme

    Bansos, maka bab ini juga menjelaskan secara ringkas pengertian Bansos tersebut,

    pelaku-pelaku P2KPT beserta peran dan tugasnya, mekanisme perencanaan dan

    pengajuan usulan, mekanisme pengadaan barang dan jasa sampai pelaksanaan

    kegiatan serta serah terima asset kepada daerah.

    Bab 3 Analisis Capaian Kegiatan P2KPT, memaparkan inti dari hasil pelaksanaan

    evaluasi lapangan P2KPT beserta analisanya, yang menfokuskan pembahasan analisa

    pada topik capaian pembangunan infrastruktur, capaian penguatan kelembagaan-

    kelembagaan P2KPT, dukungan kebijakan daerah dan anggaran. Pemaparan

    mengenai capaian tersebut juga akan menganalisis sejauh mana daerah memahami

    dan mengimplementasi konsepsi kawasan.

    Bab 4 Pembahasan Pengembangan Kegiatan P2KPT, hendak memaparkan hasil

    analisa secara lebih makro mengenai strategi dan pendekatan kegiatan yang telah

    diterapkan, dikaitkan dengan kondisi-kondisi perkembangan kegiatan terkini

    maupun kemungkinan perkembangan yang akan datang. Sebagaimana kita ketahui

    bersama dengan munculnya UU No. 06 Tahun 2014 tentang Desa yang telah secara

    lebih ditail menggariskan prinsip-prinsip pelaksanaan pembangun di tingkat desa

    dan kawasan serta mekanisme ketentuan yang berlaku, maka analisa-analisa di

    dalam Bab 4 juga akan dikaitkan dengan perkembangan kebijakan perundangan

    tersebut.

    Bab 5 Pembelajaran (Lessons Learned) pelaksanaan P2KPT, hendak memaparkan

    pembelajaran-pembelajaran positif mengenai segi-segi pelaksanaan P2KPT sejak

    2010 sampai 2014.

    Bab 6 Rekomendasi dan Penutup, memaparkan mengenai point-point rekomendasi

    yang dapat diambil dari pelaksanaan P2KPT 2010-2014 sebagai pembelajaran

    perbaikan ke depan dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan, maupun

    mungkin bermanfaat bagi pelaksanaan program serupa baik di lingkungan Asisten

    Deputi Urusan Perdesaan maupun untuk unit-unit kerja di lingkungan Kementerian

    Pembangunan Daerah Tertinggal.

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    25/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    BAB II

    GAMBARAN UMUM P2KPT

    Pendekatan pembangunan kawasan merupakan salah satu strategi pembangunan yang

    belum banyak dilaksanakan oleh institusi-institusi pemerintah maupun non pemerintah

    untuk mengentaskan kesejahteraan masyarakat. Unit kerja Asisten Deputi Urusan

    Perdesaan, telah mengimplementasikan pendekatan pembangunan kawasan tersebut

    melalui kegiatan P2KPT sejak tahun 2010 sampai 2014, yang pada tahun ini dilakukan

    evaluasi terhadap kegiatan ini. Bab ini memaparkan bagaimana landasan pemikiran

    konsepsional dari kegiatan tersebut, strategi pelaksanaan, pelaku-pelaku dan

    kelembagaan yang dibentuk, dan mekanisme implementasinya.

    2.1. Konsep P2KPT

    Diantara banyak program pembangunan perdesaan, pembangunan kawasan

    perdesaan di daerah tertinggal terutama dilakukan oleh Kementerian Pembangunan

    Daerah Tertinggal (KPDT). Kegiatan tersebut dikenal dengan nama Percepatan

    Pembangunan Kawasan Perdesaan Terpadu, atau disingkat sebagai P2KPT. Secara

    historis, kegiatan ini merupakan konsolidasi dari beberapa instrumen Kementerian

    Pembangunan Daerah Tertinggal sebelumnya seperti P2IPDT (Program Percepatan

    Investasi Pembangunan Daerah Tertinggal), P2SEDT (Program Percepatan Sosial

    Ekonomi Daerah Tertinggal), P2WP (Percepatan Pembangunan Wilayah

    Perbatasan), dan P2DTK (Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus).

    Kegiatan P2KPT ini pada dasarnya adalah Pembangunan kawasan melalui

    pendekatan kewilayahan yang terpadu dan sinergi dengan sektor terkait, untuk

    dapat lebih efektif dan efisien. Pendekatan keterpaduan dalam pembangunan

    perdesaan bukanlah konsep yang baru, yaitu sudah dilaksanakan sejak tahun 60an.

    Lokakarya P2KPT, Grand Cempaka Hotel-Bogor, 16-20 Desember

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    26/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    Namun apa yang dimaksud dengan keterpaduan yang dilaksanakan di masa lalu,

    terutama adalah keterpaduan yang bersifat Top-Down, berupa program-program

    pemerintah yang diterapkan kepada masyarakat terutama melalui peranan

    kementerian-kementerian. Pendekatan secara Top-Down mungkin merupakan

    warisan zaman penjajahan, dimana desa masih dianggap terkebelakang, dan inferior

    sehingga pembangunannya perlu didikte dari pusat. Namun, pendekatan secara top-

    down di masa lalu itu terbukti banyak memberi dampak negatif seperti misalnya

    membuat ketergantungan daerah pada pemerintah pusat, pembangunan yang

    terdistorsi dan terkadang merusak budaya dan kehidupan sosial setempat (karena

    umumnya rencanakan dan didiktekan oleh orang-orang yang tidak mengenal

    masalah-masalah khas di daerah), masyarakat yang menjadi apatis dan lain-lain.

    Agak berbeda dengan pendekatan keterpaduan model lama, pendekatan

    keterpaduan versi baru adalah lebih bersifat Bottom-up, yang terutama menekankan

    pada desentralisasi, partisipasi dan kegiatan yang bersifat kolektif, pelimpahanfungsi-fungsi manajerial kepada masyarakat, pendekatan yang lebih bersifat

    teritorial ketimbang sektoral, menghidupkan dan memperkuat peranan

    kelembagaan-kelembagan desa serta koordinasi dengan kebijakan makro dan

    sektoral1,2.

    Kegiatan P2KPT adalah menggunakan konsep kawasan terpadu secara fungsional

    yang secara administrasi berada di bawah Kabupaten. Istilah kawasan perdesaan

    memiliki makna bahwa kegiatan P2KPT memiliki target lokasi yang bukan desa-

    per-desa melainkan berupa kawasan yang terdiri dari beberapa desa, yang

    mungkin saja berada di dalam beberapa kecamatan yang saling berdekatan namuntetap memiliki karaktersitik perdesaan. Skema kawasan perdesaan dalam P2KPT

    tersebut dapat digambarkan seperti pada Gambar II.1.

    1 Mark Shucksmith (2007). Future Directions in Rural development. The Carnegy UK Trust. (on-line).http://www.carnegieuktrust.org.uk/Future-Directions-in-Rural-Development-%28Full-Repor.aspx. Diakses

    pada 13 Oktober 2014.

    2Alain de Janvry, Achieving Success in Rural Development:Tools and Approach for Implementation of an

    Integral Approach. Di dalam An Integrated Approach to Rural Development, dialogues at the economic andsocial council. (on-line). http://www.un.org/en/ecosoc/docs/pdfs/ an_integrated_approach_ to_rural_

    development.pdf.Diakses 12 Oktober 2014.

    http://www.carnegieuktrust.org.uk/Future-Directions-in-Rural-Development-%28Full-Repor.aspxhttp://www.un.org/en/ecosoc/docs/pdfs/%20an_integrated_approach_%20to_rural_%20development.pdfhttp://www.un.org/en/ecosoc/docs/pdfs/%20an_integrated_approach_%20to_rural_%20development.pdfhttp://www.un.org/en/ecosoc/docs/pdfs/%20an_integrated_approach_%20to_rural_%20development.pdfhttp://www.un.org/en/ecosoc/docs/pdfs/%20an_integrated_approach_%20to_rural_%20development.pdfhttp://www.carnegieuktrust.org.uk/Future-Directions-in-Rural-Development-%28Full-Repor.aspx
  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    27/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    Gambar II.1. Konsep Kawasan P2KPT

    Keterpaduan di dalam P2KPT dimaksudkan juga sebagai upaya khusus untuk

    percepatan pengembangan kawasan. Pendekatan keterpaduan dalam P2KPT juga

    lebih bersifat Bottom-up, serta memiliki makna sinergisme dan harmonisasi

    melalui keterlibatan pelaku-pelaku pembangunan dari komponen pemerintahan

    (eksekutif dan legislatif) dari Pusat dan Daerah, dunia usaha, organisasi /lembaga

    kemasyarakatan dan pelaku lainnya. Keterpaduan juga berarti membutuhkan

    sinergi dalam pengelolaan sumberdaya/input pembangunan (ketersediaan lahan,

    kelembagaan, pendanaan, investasi, infrastruktur, dan regulasi).

    2.1.1. Tujuan P2KPT

    Secara umum tujuan P2KPT adalah mempercepat pembangunan daerah tertinggal

    melalui pembentukan dan fasilitasi kawasan perdesaan terpadu. Tujuan khususnya

    adalah: (1) Terfasilitasinya integrasi Rencana Induk Pengembangan Kawasan

    Perdesaan Terpadu (Rencana Induk P2KPT) dengan perencanaan pembangunan

    daerah dan nasional. Rencana Induk mencakup rencana aksi dan rencana investasi.(2) Terfasilitasinya pembentukan forum multistakeholders untuk percepatan

    pembangunan daerah tertinggal (Forum P2KPT) dalam pembangunan kawasan

    perdesaan terpadu; (3) Meningkatnya kapasitas pemerintah, pelaku usaha, dan

    masyarakat dalam perencanaan pembangunan kawasan perdesaan terpadu; dan

    (4) Terfasilitasinya pembangunan sarana dan prasarana sosial dasar, ekonomi dan

    wilayah.

    Lokasi sasaran Kegiatan P2KPT seperti telah disebutkan di atas adalah kawasan

    perdesaan yang mencakup dua sampai enam desa yang berada dalam satu

    kawasan perdesaan dan memiliki potensi unggulan yang relatif sama. Penetapankawasan perdesaan berdimensi jangka panjang atau untuk waktu yang relatif

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    28/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    lama, sehingga guna menjamin terbangunnya kawasan perdesaan terpadu,

    diperlukan Surat Keputusan Bupati tentang Penetapan Kawasan Perdesaan

    Terpadu yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

    Lokasi desa yang ditetapkan dalam kawasan bersifat tetap (tidak berubah) dan

    alokasi pendanaan dapat dilakukan berdasarkan prioritas.

    Pengembangan kawasan melalui Pendekatan Kewilayahan Terpadu memerlukan

    integrasi dan sinergi sektor terkait, untuk dapat lebih efektif dan efisien dalam

    menyelesaikan berbagai masalah di kawasan bersangkutan secara khusus,

    maupun pada tingkat pembangunan level kabupaten. Sementara itu keterpaduan

    yang dimaksud adalah sinergisitas dalam pengelolaan sumberdaya/input

    pembangunan seperti lahan, kelembagaan, pendanaan dan investasi, infrastruktur,

    dan regulasi daerah. Semua keterpaduan dan sinergisitas sektor dan sumberdaya

    yang ada sesungguhnya diarahkan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif

    (Enabling Enviroment) bagi upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal

    melalui Pengembangan Kawasan Perdesaan Terpadu.

    2.1.2. Prinsip-Prinsip Dasar

    Kegiatan P2KPT atau Bedah Desa dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dasar

    sebagai berikut :

    1) Desentralisasi, memberikan ruang yang lebih luas kepada pemerintah

    daerah dan masyarakat untuk mengelola kegiatan pembangunan sektoral

    dan kewilayahan.

    2) Sinergi dan Keterpaduan, kegiatan dilaksanakan secara terpadu antar pelaku

    dan membangun keterkaitan kebijakan pembangunan pusat dan daerah.

    Kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan pada kegiatan Beda Desa

    saling menguatkan dan tidak tumpang tindih dengan kelembagaan di desa,

    kabupaten, dan proinsi.

    3) Partisipatif, dilakukan bersama masyarakat dengan melibatkan secara aktif

    masyarakat perdesaan dan swasta mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan

    pemanfaatan serta pengendalian.

    4) Keanekaragaman, dilakukan dengan mengakui perbedaan karakteristik

    masing-masing komunitas perdesaan, adat istiadat, sosial budaya yang hidup

    dalam masyarakat, ciri ekologis dan berbagi peran antar berbagai pelaku dan

    pemangku kepentingan.

    5) Keseimbangan, menekankan keharmonisan antara pencapaian tujuan

    ekonomi dalam rangka menciptakan kemakmuran bagi masyarakat banyak

    dan tujuan sosial dalam bentuk memelihara kelestarian lingkungan serta

    konservasi sumber daya alam.

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    29/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    6) Keberpihakan, dilakukan dengan berpihak pada kepentingan rumah tangga

    miskin, penciptaan lapangan kerja, dan mendorong kegiatan ekonomi

    produktif masyarakat.

    7) Transparansi dan Akuntabel, masyarakat memiliki akses terhadap segalainformasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan

    dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.

    2.1.3. Pendekatan P2KPT

    P2KPT mengimplementasikan kegiatan-kegiatannya berbasis pada 3 (tiga)

    pendekatan utama yaitu Pemberdayaan, Penghargaan, dan Pengembangan

    Berbasis Kawasan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

    Pemberdayaan (Empowerment)

    Pemberdayaan adalah peningkatan kemampuan untuk meningkatkan akses dan

    melakukan kontrol terhadap sumber daya yang ada. Sebagai pendekatan dalam

    kegiatan P2KPT, pemberdayaan berarti kemampuan masyarakat dan pemerintah

    daerah dalam meningkatkan nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat dan kemakmuran daerah sehingga dapat mengatasi ketertinggalannya.

    Dalam hal ini masyarakat dan daerah mampu mengoptimalkan sumber daya yang

    dimiliki dan tidak tergantung pada pihak lain sehingga dapat mengembangkan dan

    mempromosikan produk unggulan kabupaten.

    Penghargaan (Appreciative)

    Appreciative atau penghargaan atas pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki

    oleh masyarakat. Semua kegiatan pendampingan dan fasilitasi kelompok

    masyarakat diarahkan untuk memberikan penghargaan atas nilai, pengetahuan,

    dan pengalaman yang positif. Nilai, pengetahuan dan kekuatan lokal tersebut

    sebagai langkah awal untuk proses pemberdayaan kepada kelompok masyarakat

    dan anggota kelompok masyarakat dalam melakukan perubahan kearah yang lebih

    baik.

    Pengembangan Berbasis Kawasan Perdesaan

    Pendekatan pengembangan berbasis kawasan perdesaan ini didasarkan pada

    tujuan untuk memberdayakan aneka potensi di perdesaan dan kawasan

    perdesaan. Pada pelaksanaan Bedah Desa, pendekatan ini diterapkan untuk

    memilih lokasi dan juga digunakan agar pembangunan kawasan perdesaan secara

    terpadu dilaksanakan berdasarkan pada karakteristik dan potensi sumber daya

    yang dimiliki, khususnya dalam mengembangan produk unggulan kabupaten.

    Dengan pendekatan kawasan perdesaan secara terpadu maka pelibatan segenap

    pemangku kepentingan dari berbagai sektor pusat dan daerah serta pelaku swasta

    dan organisasi masyarakat.

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    30/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    Selain itu, unsur pokok yang terdapat dalam P2KPT adalah memperkuat kapasitas

    perencanaan yang komprehensif, meliputi penyusunan Rencana Induk Kawasan,

    Rencana Aksi Tahunan, dan Rencana Investasi; memperkuat upaya dalam

    mengatasi kemisikinan dan ketertinggalan; serta upaya koordinasi dengan

    kebijakan makro dan sektoral, policy-linkages antar K/L, Pusat dan Daerah, dan

    antar daerah.

    Dalam hal koordinasi dengan kebijakan makro dan sektoral, maka untuk tingkat

    pusat diperlukan keterlibatan peran serta Kementerian/Lembaga dan dunia usaha

    serta organisasi pada tingkat nasional. Sedangkan di daerah, diperlukan upaya

    pemerintah daerah untuk melibatkan SKPD dan dunia usaha serta organisasi

    kemasyarakatan lainnya.

    2.1.4. Komponen Input

    Dalam melaksanakan Kegiatan Kegiatan P2KPT terdapat dua komponen input

    yang akan difasilitasi oleh KPDT yaitu:

    1) Bantuan manajemen dalam rangka melakukan fasilitasi tahapan kegiatan

    P2KPT. Bantuan manajemen terdiri dari komponen yang mencakup:

    a. Penyusunan Masterplan Percepatan Pembangunan Kawasan Perdesaan

    Terpadu;

    b. Pengembangan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat;

    c.

    Pendampingan masyarakat dalam rangka pengembangan dan penguatan

    kelembagaan daerah dan masyarakat, termasuk dalam perencanaan dan

    pengendalian pembangunan kawasan perdesaan.

    2) Bantuan Stimulan. Bantuan yang diberikan adalah berupa Bansos baik untuk

    pembangunan infrastruktur pada periode 3 tahun pertama, dan Bansos untuk

    pengembangan ekonomi kawasan pada periode 2 tahun berikutnya.

    2.1.5. Pendanaan P2KPT

    Pendanaan Kegiatan P2KPT diperoleh dari berbagai sumber, yaitu : (1) APBN DIPA

    KPDT sebagai stimulan awal pengembangan P2KPT; (2) Didukung pendanaan

    sektoral pusat (APBN K/L lainnya); (3) Didukung pendanaan APBD Provinsi; (4)

    Didukung dan dilanjutkan pendanaan APBD KabupatenTertinggal; dan (5)

    Dikembangkan melalui pendanaan/investasi masyarakat dan swasta.

    Pendanaan yang berasal dari APBN DIPA KPDT dimaksudkan sebagai dana

    stimulan agar selanjutnya pemerintah daerah dapat mengupayakan pendanaan

    lebih lanjut baik berasal dari APBN K/L, APBD Provinsi, APBD Kabupaten ataupun

    dari sumber-sumber dana investasi masyarakat. Pendanaan Kegiatan P2KPTdiharapkan mengikuti kurva di bawah ini. Oleh karenanya, dalam tahap-tahap

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    31/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    pengembangan P2KPT, peran pemerintah pusat (KPDT dan K/L) semakin

    menurun, sedangkan peran pemerintah daerah, sektor swasta, dan publik semakin

    meningkat (Gambar II.2). Dengan demikian diharapkan pengembangan kawasan

    perdesaan terpadu dalam jangka menengah dan panjang mampu mendorong

    kegiatan ekonomi sekitarnya dan melakukan akumulasi kapital sehingga dalam

    jangka panjang dapat mendanai pembangunan kawasan secara berkelanjutan dan

    mandiri yang pada akhirnya menggeser indikator ketertinggalan menjadi daerah

    maju.

    Gambar II. 2. Pola Pendanaan Pusat (KPDT dan KL), Pemda dan Masyarakat

    2.1.6. Durasi Proses Pelaksanaan

    Kegiatan P2KPT dilaksanakan dalam 5 tahapan, pada tahun 1 s/d 3 adalah kegiatan

    Inisiasi, Ekstensi dan Pemantapan yang diutamakan pada dukungan pengembangan

    Infrastruktur.Pada tahun ke 4 s/d 5 dilanjutkan dengan kegiatan Pembinaan untuk

    Pengembangan Ekonomi untuk Mendukung Kemandirian Kawasan Perdesaan. Pada

    Tahun ke 5 dst, kawasan P2KPT yang telah dibina diharapkan sudah dapat

    berkembang secara mandiri, maju dan sejahtera.

    Gambar II.3. Tahapan Kegiatan P2KPT Per Tahun

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    32/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    Dukungan Pengembangan Ekonomi Kawasan Perdesaan ini terutama dilakukan

    melalui kegiatan Koordinasi, Integrasi, Sinergi, Sinkronisasi, Harmonisasi, Fasilitasi

    serta bantuan unit percontohan dalam pengembangan ekonomi lokal kawasan guna

    mempercepat pembangunan daerah tertinggal. Secara singkat program tahapan-

    tahapan P2KPT tersebut dapat digambarkan sebagai Gambar II.3.

    Kegiatan P2KPT pada tahap lanjutan (tahun ke 3 dan ke 4) terutama adalah untuk

    mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis produk unggulan daerah melalui

    pengembangan kegiatan produksi, pemanfaatan maksimal atas sumber daya yang

    ada (terutama yang berkaitan dengan produk unggulan), termasuk modal sosial,

    dan peningkatan pada setiap mata rantai nilainya (value chain). Bedah Desa tahap

    lanjutan ini juga dapat untuk intervensi perbaikan kondisi fisik di kawasan Bedah

    Desa yang berkaitan langsung dengan pengembangan kegiatan produksi produk

    unggulan.

    2.1.7. Kelembagaan P2KPT

    Untuk menjamin terlaksananya pembentukan kawasan perdesaan terpadu maka

    diperlukan adanya organisasi dan kelembagaan yang akan menjalankan dan

    menjamin keberlangsungan berbagai kegiatan yang telah dirancang. Organisasi

    dan Kelembagaan tersebut mencakup :

    Tim Koordinasi Kegiatan P2KPT

    Dibentuk Tim Koordinasi Kegiatan P2KPT di daerah guna melakukan integrasi dan

    sinergi program dan kegiatan dalam pembangunan kawasan perdesaan terpadu.

    Tim ini diperlukan untuk:

    1) Melakukan koordinasi dan integrasi kegiatan antar instansi pemerintah

    terkait dengan P2KPT;

    2) Melakukan advokasi-advokasi kebijakan yang dapat mendukung kegiatan

    P2KPT;

    3) Melakukan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan P2KPT.

    Forum P2KPT/Forum Bedah Desa

    Kegiatan mendorong keterlibatan pelaku-pelaku pembangunan yang terdiri dari

    pemerintah daerah, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan dan lainnya. Forum

    ini diperlukan untuk:

    1) Advokasi upaya integrasi perencanaan kegiatan P2KPT dengan perencanaan

    reguler (Musrenbang);

    2) Menfasilitasi pelaksanaan kajian kebijakan dan pengembangan kawasan

    sesuai kebutuhan kegiatan P2KPT;

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    33/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    3) Menfasilitasi penguatan partisipasi masyarakat dan swasta untuk

    pengembangan investasi dalam kegiatan P2KPT;

    4) Menfasilitasi konsultasi untuk efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan

    P2KPT;5) Melakukan pengendalian dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan P2KPT.

    Balai P2KPT (Balai Bedah Desa)

    Di kawasan dibentuk lembaga pengelola kawasan yang berperan dalam

    membangun keberdayaan masyarakat, mendorong dan menumbuhkan kegiatan

    ekonomi kawasan, mengembangkan pengetahuaan dan informasi serta

    memperkuat pemerintahan desa guna mendukung pengembangan kawasan

    perdesaan secara terpadu dan berkelanjutan. Balai P2KPT ini diperlukan untuk:

    1)

    Melakukan kegiatan perencanaan kegiatan P2KPT;

    2) Menjalankan pengelolaan informasi;

    3) Pemberdayaan dan pengembangan daya inovasi;

    4) Menfasilitasi kewirausahaan;

    5) Penguatan kapasitas tata kelola pemerintahan desa;

    6) Penguatan kapasitas kelembagaan desa untuk pengembangan kawasan

    perdesaan terpadu.

    2.2. Mekanisme Pelaksanaan Bansos P2KPT

    2.2.1. Ruang Lingkup Bansos

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 4 Tahun

    2012 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Basos di lingkungan KPDT, diberikan

    dalam bentuk transfer uang dan/atau barang. Mekanisme Bansos dalam bentuk

    transfer uang, dilaksanakan langsung ke rekening kelompok

    masyarakat/organisasi masyarakat setempat yang sah berdasar hukum di mana

    kelompok/organisasi masyarakat setempat tersebut akan bertindak sebagaipelaksana kegiatan di lapangan. Sedangkan Bantuan Sosial kegiatan P2KPT dalam

    bentuk barang yang pelaksanaanya melalui Pihak Ketiga dilaksanakan sesuai

    dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 untuk Pengadaan

    Barang/Jasa Pemerintah yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan Perpres

    70 Tahun 2012.

    Kriteria Penerima Bansos

    Kriteria penerima Bantuan Sosial sebagaimana diatur di dalam Juknis

    Pelaksanaan P2KPT/Bedah Desa adalah sebagai berikut: (1) Balai Bedah Desamemiliki struktur organisasi yang ditetapkan melalui Keputusan Bupati; (2)

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    34/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    Balai Bedah Desa sebagaimana dimaksud di atas, dibentuk melalui musyawarah

    masyarakat desa dan/atau kawasan perdesaan terpadu secara demokratis,

    transparan dan akuntabel; dan (3) Balai Bedah Desa memiliki kesanggupan dan

    kemampuan untuk memanfaatkan, mengelola dan memelihara barang atau hasil

    pekerjaan Bansos.

    Jenis Menu Kegiatan

    Adapun pilihan menu Bantuan Sosial kegiatan P2KPT yang dapat dilaksanakan

    untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal, meliputi pembangunan: (1)

    Sarana dan Prasarana Sosial Dasar; (2) Sarana dan Prasarana Wilayah; (3) Sarana

    dan Prasarana Ekonomi (Produksi). Sarana dan prasarana sosial dasar antara lain

    seperti sarana air bersih, jaringan listrik, dll. Sarana dan prasarana wilayah antara

    lain seperti jalan desa atau antar desa, jembatan desa atau antar desa;

    dermaga/jetty /tambatan perahu; dll. Sarana dan Prasarana Ekonomi antara lain

    seperti irigasi sederhana, jaringan teknologi telekomunikasi dan informatika; Cold

    Storage; mesin/peralatan/perlengkapan produksi, pengeringan, pengolahan pasca

    panen, dan pemasaran; Pasar desa; dll.

    Dalam pelaksanaan pemilihan menu-menu kegiatan setiap daerah mengacu pada

    tahapan periodisasi program P2KPT, yaitu tahap inisiasi/awal (tahun I), tahap

    lanjutan (tahun II), tahap stabilisasi/pemantapan (tahun III), tahap pembinaan

    untuk pengembangan suprastruktur (tahap IV), dan tahap keberlanjutan/

    kemandirian (tahap V).

    Penyaluran Bantuan Sosial

    Pelaksanaan penyaluran Bansos P2KPT dilakukan melalui transfer barang dengan

    mekanisme kontraktual dengan pihak ketiga sesuai dengan ketetapan yang

    berlaku,3berdasarkan usulan kegiatan masing-masing daerah.

    2.2.2. Pelaku dan Pengorganisasian

    Dalam rangka pencapaian tujuan pelaksanaan Bansos kegiatan P2KPT pada SatuanKerja Pengembangan Daerah Khusus - KPDT Tahun Anggaran 2014, maka

    diperlukan pengorganisasian di tingkat pusat, kabupaten dan masyarakat

    kawasan perdesaan.

    3 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan

    Sosial pada Kementerian Negara/ Lembaga langsung. Bantuan Sosial adalah pengeluaran berupa transfer

    uang, barang atau jasa yang diberikan oleh pemerintah pusat/daerah kepada masyarakat guna melindungimasyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi dan/atau

    kesejahteraan masyarakat.

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    35/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    Pelaku Tingkat Pusat

    Penanggung jawab Bansos kegiatan P2KPT di tingkat pusat adalah Asisten Deputi

    Urusan Perdesaan, Kedeputian Bidang Pengembangan Daerah Khusus KPDT,

    yang mempunyai tugas sebagai berikut: (1) Melakukan koordinasi dengankementerian/lembaga terkait di tingkat pusat dalam pelaksanaan Bansos; (2)

    Melaksanakan koordinasi dan sosialisasi ke kabupaten sasaran penerima Bansos;

    (3) Melakukan verifikasi terhadap proposal Bansos yang diusulkan oleh

    Kabupaten; (4) Melakukan identifikasi, observasi, pemetaan potensi, rencana

    intervensi dan rencana investasi ke kabupaten sasaran dan penerima Bansos; (5)

    Melaksanakan pengadaan barang/jasa pemerintah; (6) Melaksanakan

    pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan Bansos; (7) Melakukan proses

    pendaftaran hasil Bansos kepada Kementerian Keuangan; (8) Melakukan Serah

    Terima hasil kegiatan kepada masyarakat melalui Bupati; dan (9) Menghimpun

    dan menyusun laporan pelaksanaan Bansos P2KPT.

    Pelaku Tingkat Kabupaten

    Penanggung jawab kegiatan P2KPT di kabupaten adalah bupati, dengan tugas

    sebagai berikut: (1) Melakukan koordinasi dengan SKPD terkait dalam

    pelaksanaan P2KPT; (2) Membentuk dan menetapkan Tim Koordinasi

    Pendampingan dan Pengendalian Kabupaten (Tim Koordinasi) sebagai penerima

    Usulan Kegiatan dari Balai Bedah Desa melalui Bappeda dan melakukan verifikasi

    teknis terhadap usulan kegiatan tersebut; (3) Melakukan sosialisasi kepada

    masyarakat di kawasan sasaran kegiatan; (4) Membentuk dan atau menetapkanBalai Bedah Desa sebagai penerima Bansos; (5) Memfasilitasi perbaikan Usulan

    Kegiatan dari Balai Bedah Desa melalui Tim Koordinasi; (6) Menetapkan Usulan

    kegiatan untuk diajukan kepada Menteri PDT sebagai kegiatan yang dibiayai dari

    Bansos; (7) Membentuk dan menetapkan Forum Bedah Desa sebagai forum

    multistakeholder untuk mendukung pengembangan perdesaan terpadu; (8)

    Membuat surat pernyataan pengadaan barang/jasa pemerintah untuk

    dilaksanakan di daerah; (9) Pengadaan barang/ jasa pemerintah di daerah, proses

    pelelangannya sesuai dengan Perpres No. 54 Tahun 2010 untuk Pengadaan

    Barang/ Jasa Pemerintah yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan

    Perpres 70 Tahun 2012; (10) Pemerintah daerah melalui Tim Pengadaan Daerah

    menyampaikan hasil proses lelang kepada Satuan Kerja Pengembangan Daerah

    Khusus untuk ditetapkan sebagai pemenang/pelaksana pekerjaan; (11)

    Melakukan pengawasan pelaksanaan penggunaan Bansos berupa barang yang

    dilakukan oleh Pihak Ketiga; (12) Menerima Berita Acara Serah Terima hasil

    pelaksanaan pekerjaan Bansos dari KPDT dan selanjutnya, Bupati melakukan

    serah terima kepada masyarakat penerima untuk dilakukan pemeliharaannya;

    dan (13) Menyediakan dana pendamping untuk mendukung pelaksanaan P2KPT.

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    36/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    Pelaku Tingkat Masyarakat Kawasan Perdesaan

    Penerima Bantuan Sosial kegiatan P2KPT adalah masyarakat di kawasan sasaran

    melalui Balai Bedah Desa yang telah ditetapkan oleh Bupati. Adapun tugas Balai

    Bedah Desa, antara lain: (1) Melakukan identifikasi potensi dan kebutuhan

    kawasan perdesaan; (2) Menyusun Usulan Kegiatan berdasarkan menu kegiatan

    yang ditetapkan dalam Petunjuk Teknis Bansos; (3) Menyampaikan Usulan

    Kegiatan kepada Bappeda Kabupaten untuk dilakukan verifikasi teknis dan

    perbaikan; (4) Membantu melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan; (5)

    Menerima hasil Bantuan Sosial kegiatan P2KPT dari Bupati melalui Berita Acara

    Serah Terima pemanfaatan, pengelolaan dan pemeliharaan hasil Bansos; (6)

    Memanfaatkan dan memelihara hasil kegiatan; (7) Melaporkan secara berkala

    kondisi asset tersebut kepada Bappeda atau pun SKPD terkait untuk dianggarkan

    dalam pemeliharaan dan pengembangannya dari APBD; (8) Mengelola anggaran

    swadaya masyarakat maupun APBD dalam rangka pemeliharaan dan

    pengembangan melalui ketetapan Peraturan Desa dan atau Peraturan Bupati.

    2.2.3. Mekanisme Pengajuan Usulan

    Mekanisme Pengajuan Usulan Bansos P2KPT, meneurut Petunjuk Teknis

    Penyaluran dan Pengelolaan Bantuan Stimulan Percepatan Pembangunan

    Kawasan Perdesaan Terpadu (P2KPT), terdiri atas beberapa langkah yaitu (a)

    Identifikasi Calon Penerima Bantuan, (b) Penetapan Penerima Bantuan oleh

    Bupati, (c) Penyusunan Usulan Kegiatan, (d) Pengajuan Usulan Kegiatan, (e)

    Verifikasi Kelengkapan Dokumen, (f) Pengusulan Proses Pencairan Bansos, dan (g)

    Penetapan Penerima Bantuan oleh KPA.

    2.2.4. Pengadaan dan Pencairan Dana

    Penyediaan barang dalam rangka kegitan P2KPT dilaksanakan melalui Pihak

    Ketiga yang diselenggarakan berdasarkan ketentuan Perpres No. 54 Tahun 2010

    untuk Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang telah beberapa kali diubah.

    Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa ini diselenggarakan di daerah denganberlandaskan pada ketentuan bahwa: (1) Pagu anggaran sampai dengan Rp. 1 M,

    kewenangan pelaksanaan pengadaan di daerah; (2) Pagu anggaran antara Rp. 1

    1.5 M, kewenangan pelaksanaan pengadaan dapat dilakukan di daerah atau di

    pusat; dan (3) Pagu anggaran di atas Rp. 5 M, kewenangan pengadaan

    dilaksanakan di pusat.

    Setelah proses pengadaan barang dan jasa yang dilakukan di daerah ini selesai,

    kemudian dilakukan proses kontrak antara Pihak ke-3 sebagai pelaksana kegiatan

    dengan Satker Pusat. Setelah proses kontrak selesai baru Pihak ke-3 boleh

    melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan kontrak yang sudah disepakati.

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    37/105

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    38/105

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    39/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |25

    Menu kegiatan infrastruktur yang diusulkan oleh masyarakat melalui pemerintah

    daerah cenderung dominan untuk kegiatan sarana prasarana kewilayahan, dimana

    secara berturut-turut tahun 2011 sebesar 52%, tahun 2012 sebesar 75%, tahun

    2013 sebesar 75% dan tahun 2014 sebesar 52%. Sedangkan kegiatan yang

    sifatnya sarana prasarana ekonomi justru cenderung mengalami penurunan dari

    awal pelaksanaan kegiatan pada tahun 2011, yaitu masing-masing 42% menurun

    11% dan meningkat lagi menjadi 15% dan 19% dan bahkan ada beberapa

    pemerintah daerah yang berturut-turut kegiatannya lebih diarahkan pada kegiatan

    sarana prasarana sosial dasar. Infrastruktur sosial dasar tersebut juga cenderung

    meningkat prosesntasenya dari 6% tahun 2011 menjadi 15% tahun 2012, 11%

    tahun 2013 dan 37% tahun 2014. Gambaran perkembangan infrastruktur tersebut

    dapat digambarkan melalui tabel berikut.

    Bagan III.1.Prosentase Menu Kegiatan Infrastruktur

    Per Tahun Periodisasi P2KPT

    Sumber: Data Primer

    Usulan-usulan daerah yang begitu beragam tersebut terjadi dikarenakan

    pemerintah daerah kurang memahami konsep kegiatan P2KPT secara utuh dimana

    sesungguhnya diarahkan untuk pengembangan ekonomi kawasan. Hal ini

    disebabkan antara lain: (1) Kurangnya sosialisasi dari pemerintah pusat ke

    kabupaten (Bappeda) dan pemerintah kabupaten (Bappeda) ke SKPD terkait serta

    Balai Bedah Desa; dan (2) Kurang optimal dan belum adanya kegiatan peningkatan

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    40/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |26

    kapasitas berupa pelatihan dan pendampingan dari pemerintah pusat kepada

    pemerintah daerah dan pelaku-pelaku P2KPT terkait.

    3.1.2 Kualitas dan Kemanfaatan Infrastruktur

    Fasilitasi pembangunan infrastruktur di dalam P2KPT dimaksudkan untuk

    memberikan kemudahan akses masyarakat dalam upaya membuka keterisolasian

    wilayah serta peningkatan akses kebutuhan dasar lainnya seperti kemudahan

    akses kesehatan, pendidikan, perekonomian, maupun akses menuju tempat-tempat

    pelayanan publik lainnya. Kajian lapangan evaluasi terhadap fasilitas infrastruktur

    tersebut sudah dilakukan pada periode 29 April sampai 23 Mei 2014.

    Hasil studi lapangan evaluasi infrastruktur P2KPT 2010-2014 terhadap 22 paket

    infrastruktur yang terdiri atas 5 jenis infrastruktur di 14 kawasan di 13 kabupaten,

    menunjukkan bahwa secara keseluruhan dari 3 kriteria kajian rata-rata kualitas

    infrastruktur yang sudah dibangun oleh P2KPT adalah cukup baik sebesar 77%

    (Bagan III.2.). Ketiga kriteria yang diukur tersebut adalah: (a) Kelengkapan

    Administrasi; (b) Kualitas dan Kemanfaatan Infrastruktur; dan (c) Kualitas

    Pemeliharaan Infrastruktur.

    Bagan III.2.

    Hasil Kajian Terhadap Infrastruktur P2KPT 2010-2014

    Sumber: Data Primer

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    41/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |27

    Kualitas Administrasi

    Kualitas administrasi dimaksudkan untuk menjamin sejauh mana sebuah

    pekerjaan infrastruktur dilaksanakan dalam proses administrasi yang tertib,

    dilengkapi dukungan dokumen yang benar, serta dilaksanakan dengan prinsiptransparansi yang baik. Kualitas administrasi sebuah pekerjaan infrastruktur

    diukur dari 4 (empat) sub-kriteria, yaitu: (a) Kelengkapan dokumen perencanaan

    dan administrasi pelaksanaan harian; (b) Verifikasi kelengkapan dokumen; (c)

    Berita acara penetapan harga satuan bahan, upah, dan alat; (d) Berita acara

    pencairan dana; (e) Sertifikasi penerimaan pekerjaan; dan (f) Serah terima dan alih

    kelola hasil Bansos.

    Dari kajian lapangan evaluasi terkait dengan kriteria kualitas administrasi di 22

    paket pekerjaan infrastruktur, ditemukan bahwa sebesar 87% proses

    keadministrasian pekerjaan infrastruktur terlaksana dan terpenuhi dengan baik.

    Kualitas Dan Kemanfaatan Infrastruktur

    Evaluasi terhadap kualitas dan kemanfaatan infrastruktur adalah untuk

    mengetahui apakah kualitas bangunan infrastruktur masih baik dan dapat

    digunakan, serta apakah fasilitas infrastruktur tersebut memberikan kemanfaatan

    yang positif bagi masyarakat sekitar. Guna mengukur hal tersebut dari 7 jenis

    infrastruktur (Jalan, jembatan, jembatan titian, air bersih, pasar, listrik, dan irigasi)

    yang diukur, telah ditetapkan sebanyak 22 sub-kriteria sesuai karakteristik jenis

    infrastruktur masing-masing.

    Kajian lapangan evaluasi menemukan bahwa sebesar 90% kualitas infrastruktur

    dan kemanfaatan dari berbagai jenis infrastruktur yang dibangun oleh P2KPT atara

    periode 2011-2013 saat ini masih dalam kondisi baik dan memberikan

    kemanfaatan yang tinggi bagi masyarakat. Di beberapa kabupaten tentu saja ada

    infrastruktur yang telah mengalami kerusakan di beberapa bagian namun secara

    umum infrastruktur tersebut masih dapat berfungsi dengan baik.

    Kualitas Pemeliharaan Infrastruktur

    Pengukuran terhadap kualitas pemeliharaan infrastruktur dimaksudkan untuk

    mengukur sejauh mana infrastruktur-infrastruktur yang sudah dibangun oleh

    P2KPT memiliki keterjaminan pemeliharaan dan keberlajutan kemanfaatannya.

    Pemeliharaan infrastruktur tersebut diukur dari 2 (dua) sub-kriteria yaitu; (a)

    Realisasi nilai keswadayaan masyarakat untuk pemeliharaan; dan (b) Dukungan

    regulasi dan anggarapan Pemda untuk pemeliharaan infrastruktur.

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    42/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |28

    Temuan-temuan dari lapangan di 13 kabupaten sampel kajian menyajikan bahwa

    sebagian besar pemeliharaan infrastruktur dilakukan melalui swadaya masyarakat

    dalam bentuk gotong-royong yang dikoordinir oleh Balai Bedah Desa dan atau oleh

    kelompok masyarakat sendiri. Namun tidak semua masyarakat di lokasi-lokasi

    yang dibangun infrastruktur P2KPT memiliki kesadaran keswadayaan tersebut

    sehingga tidak sedikit infrastruktur yang sebagian rusak didiamkan begitu saja.

    Data kajian menunjukkan hanya 55% tingkat kualitas pemeliharaan infrastruktur

    yang sudah dibangun oleh P2KPT. Artinya adalah bahwa keterjaminan

    pemeliharaan dan keberlanjutan infrastruktur P2KPT memiliki kualitas yang

    sangat kurang. Di sisi lain hanya sedikit Pemda Kabupaten yang sudah

    mengalokasikan anggaran untuk pemeliharaan yang dikuatkan melalui SK Bupati

    atau peraturan daerah.

    3.2. Capaian Kelembagaan P2KPT

    3.2.1. Peran Tim Koordinasi

    Tim Koordinasi memiliki peran yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan

    pelaksanaan kegiaan P2KPT. Hal ini dikarenakan Tim Koordinasi bertugas dan

    bertanggungjawab dalam:

    1)

    Merumuskan kebijakan pengembangan kawasan perdesaan terpadu yang

    menjadi landasan program dan kegiatan P2KPT di kabupaten dalam RencanaInduk Pengembangan Kawasan Perdesaan Terpadu;

    2)

    Membentuk organisasi sekretariat P2KPT sebagai tim pelaksana kegiatan

    P2KPT dan ditetapkan dalam Surat Keputusan Bupati;

    3)

    Membentuk dan menetapkan Forum Bedah Desa (FBD) di kabupaten sebagai

    forum promosi dan advokasi dalam kegiatan P2KPT;

    4)

    Menetapkan lokasi kawasan perdesaan sebagai lokasi sasaran kegiatan

    P2KPT;

    5) Melaksanakan sosialisasi kegiatan P2KPT kepada satuan kerja perangkat

    daerah (SKPD), pemangku kepentingan daerah, dan masyarakat;

    6)

    Melakukan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan P2KPT dalam perencanaan

    pembangunan daerah regular melalui forum SKPD dan musyawarah

    perencanaaan pembangunan daerah;

    7) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan P2KPT;

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    43/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |29

    8) Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan P2KPT ke sekretariat P2KPT Pusat

    dengan ditembuskan ke tim P2KPT Provinsi.

    Namun, dalam perjalanannya peran dari Tim Koordinasi dan Pengendalian

    tersebut belum dapat berjalan optimal. Bahkan beberapa kabupaten sangat

    kurang memberikan dukungannya sehingga Tim Koordinasi Pusat-KPDT

    memberikan punishment dengan menghentikan kegiatan P2KPT di kabupaten

    tersebut, yaitu di kabupaten Maluku Tengah, Timur Tengah Selatan, dan Malinau.

    Berdasarkan hasil kunjungan evaluasi lapangan, khususnya yang terkait dengan

    pengembangan kelembagaan P2KPT maka bisa diambil kesimpulan antara lain:

    1)

    Pemahaman Tim Koordinasi terhadap kegiatan P2KPT masih bersifat teknis,

    namun secara substansi belum memahmai secara utuh.

    2)

    Sebagian besar kabupaten dalam melaksanakan pembangunan kegiatanP2KPT belum diarahkan dalam rangka pembangunan kawasan perdesaan,

    tetapi lebih pada pemerataan pembangunan desa per desa.

    3)

    Sinergi kegiatan P2KPT belum optimal dilaksanakan karenanya kedepannya,

    diperlukan adanya dokumen perencanaan sebagai dokumen sinkronisasi dan

    sinergi dalam pelaksanaan pembinaan dan penguatan kelembagaan minimal

    antara kegiatan Bedah Desa, Prukab, Kelembagaan dan program sejenis yang

    ada di daerah tertinggal.

    4)

    Daerah kurang memahami dengan baik konsep kawasan serta infrastruktur

    pendukungnya. Kelemahan utama dalam implementasi pengembangankawasan P2KPT adalah pada aspek kelembagaan BBD.

    5)

    Orientasi pengembangan infrastruktur dalam kegiatan P2KPT umumnya

    berorientasi kepada pengembangan livelihooddan pengembangan ekonomi.

    Hasil kegiatan tersebut umumnya memberikan cukup manfaat (nilai sedang)

    pada aspek livelihood(51%) dan kegiatan ekonomi (63%).

    6) Kegiatan P2KPT merupakan program Pemda sehingga Pemda menjadi

    penanggungjawab pelaksanaan dan pemilik kegiatan. Oleh karena itu, Pemda

    harus harus berkomitmen terhadap keberhasilan pelaksanaannya. Peran

    Kementerian PDT hanya memberikan fasilitasi pendukungnya melalui dana

    stimulan.

    7)

    Pemerintah daerah, mulai sekarang harus menjadikan pembangunan

    kawasan perdesaan masuk dalam dokumen perencanaan pembangunannya

    (RTRW, RPJMD, RKPD; RPJMDes, RKPDes). Hal tesebut akan menjadi

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    44/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |30

    prioritas kedepannya dalam pelaksanaan kegiatan P2KPT pada RPJMN 2015-

    2019.

    8)

    Kedepan perlu dibuat pilot bersama minimal antara kegiatan sejesnis antara

    P2KPT, Prukab, Kelembagaan dan Pemda. Hal ini untuk melihat kelembagaansosial masyarakat (BBD) seperti apa yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya

    di daerah tertinggal.

    3.2.2. Dukungan Peraturan Daerah

    Secara mendasar, konsep kegiatan P2KPT meinginkan adanya kebijakan (regulasi)

    yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah sebagai tindak lanjut dari kegiatan yang

    sudah dilaksnakan P2KPT dalam rangka untuk keberlanjutan kegiatan itu. Regulasi

    tersebut bisa terkait dengan penyediaan dana pemeliharaan kegiatan, regulasi

    tentang perencanaan kawasan, regulasi terkait produk unggulan yang telahditetapkan di kawasan perdesaan, dan lain sebagainya.

    Namun, sebagian besar kabupaten belum memiliki regulasi untuk mengalokasikan

    dana dalam rangka pemeliharaan kegiatan phisik yang telah dibangun dari

    kegiatan P2KPT, perbaikan lebih insidentil saja secara swadaya (belum

    dimasukkan dalam anggaran daerah). Demikian juga, regulasi yang dikeluarkan

    untuk produk unggulan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, mungkin

    kedepannya perlu ada ketegasan dari pemerintah pusat (KPDT) yang diatur secara

    jelas dalam petunjuk pelaksanaan kegiatan P2KPT sebagai dasar untuk menyusun

    regulasi tersebut.

    3.2.3. Dukungan Anggaran Daerah

    Salah satu pendekatan yang diterapkan oleh P2KPT dalam hal partisipasi

    Pemerintah Daerah/Kabupaten adalah dukungan dana daerah untuk pelaksanaan

    kegiatan baik dukungan pada tahap perencanaan, bantuan dana untuk masyarakat,

    dukungan pengawasan, maupun keberlajutan pemeliharaan fasilitas infrastruktur

    yang sudah dibangun oleh P2KPT selama 2010-2014. Pendekatan ini disebut

    pendekatan Kurva X seperti tergambar dalam bagan berikut.

    Melalui pendekatan Pendanaan Kurva X tersebut diharapkan bahwa partisipasi

    dana daerah semakin besar dalam periodisasi pelaksanaan P2KPT.

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    45/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |31

    Beberapa kabupaten pada dasarnya sudah mengalokasikan dana pendamping

    kegiatan P2KPT, rata-rata mengalokasikan 0,7% dari dana stimulan yang diterima

    kabupaten. Anggaran dana pendamping ini lebih banyak dialokasikan untuk honor

    anggota BBD dan dana operasional tim koordinasi dan pengendalian serta FBD,

    tetapi belum termasuk biaya operasional BBD sehingga terpaksa untuk membiayai

    kegiatan operasional BBD dilakukan secara swadaya.

    Dukungan dana daerah yang terkait dengan operasional kegiatan khususnya terkait

    dengan dukungan biaya pemeliharaan infrastruktur juga belum maksimal terjadi di

    kabupaten-kabupaten sasaran. Hanya di Kabupaten Buru yang memberikan dana

    operasional kegiatan yang langsung terkait dengan pengawasan dan pemeliharaan

    terhadap infrastruktur yang sudah dibangun oleh P2KPT. Lebih dari itu, Pemda

    Kab. Buru juga mengembangkan sebauh program yang disebut Alesang yang ide

    dasarnya diambil (adopsi) dari konsep P2KPT

    3.2.4. Kelembagaan Masyarakat

    Dalam proses implementasinya P2KPT mengembangkan lembaga-lembaga pelaku

    program di tingkat kabupaten dan kawasan sasaran. Pada tingkat kabupaten

    dibentuk FBD dan pada tingkat kawasan dibentuk BBD. FBD merupakan forum

    lintas sektor terdiri dari instansi pemerintah maupun non pemerintah yang

    berperan sebagai forum perencanaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang

    terkait dengan arah dan tujuan P2KPT. Leading sectordari FBD ini adalah Bappeda,

    dan oleh larena itu biasanya FBD sangat dekat dalam kerja sama kegiatan dengan

    kelembagaan pembangunan lain dibawah instansi Bappeda, yaitu Tim Koordinasi

    Pembangunan.

    BBD adalah semacam forum lintas desa sesuai dengan konsep kawasan yang

    dikembangkan yaitu teridi atas a 2 sampai 6 desa di sebuah kawasan sasaran. BBD

    berperan melakukan implementasi kegiatan-kegiatan P2KPT di desa-desa

    wilayahya. Pengurus dan anggota BBD berasal dari unsur pemerintah desa dan

    masyarakat dari desa-desa bersangkutan.

    Melihat kondisi saat ini dari hasil evaluasi lapangan dan pengamatan terhadap

    perkembangan kelembagaan masyarakat P2KPT beberapa tahun terakhir, dapatdikatakan bahwa peran dan fungsi-fungsi kelembagaan di tingkat masyarakat

    sebagaimana dikonsepsikan oleh P2KPT, belum berjalan seperti diharapkan.

    Kondisi tersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

    a) Pemahaman Tim Koordinasi, FBD dan BBD terhadap kegiatan P2KPT masih

    bersifat teknis dan belum memahami substansi secara utuh.

  • 8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final

    46/105

    LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014

    HALAMAN |32

    b) Fungsi dan peran kelembagaan FBD dan BBD belum terjadi secara optimal.

    Pada tahun pertama saja kelembagaan tersebut berperan dalam perencanaan

    kegiatan, namun setelah itu lembaga-lembaga tersebut tidak memiliki peran

    maksimal karena proses pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui Pihak ke-3.

    c)

    Sebagian besar daerah sudah mengalokasikan dana pendamping untuk

    pembinaan dan penguatan terhadap kelembagaan FBD dan BBD, namun

    minimnya alokasi dana yang dapat digunakan untuk melaksanakan pembinaan

    dan penguatan kelembagaan tersebut, maka pelaksanaanya belum optimal.

    Oleh karena itu ke depan perlu ditetapkan besaran prosentase sharing dana

    yang harus disediakan oleh daerah, dimana dana tersebut bisa dimanfaatkan

    untuk melakukan perencanaan, pendampingan dan supervisi, evaluasi serta

    pembiayaan operasional kelembagaan P2KPT oleh daerah.

    d)

    Selama tahun 2013 dan 2014 sangat sedikit kegiatan-kegiatan untuk

    pengembangan kapasitas melalui pelatihan-pelatihan yang bermanfaat yang

    diberikan kepada kelembagaan-kelambagaan P2KPT tersebut, baik

    dilaksanakan di pusat maupun daerah. Kegiatan pembinaan terhadap

    kelembagaan tersebut dan penguatan terhadap kelembagaan FBD dan BBD

    belum optimal dilaksanakan pada tahun awal kegiatan P2KPT. Oleh karena itu

    dalam rangka optimalisasi perlu dilakukan sosialisasi dan