Upload
emil-e-elip
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
1/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |i
KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN EVALUASI P2KPT(PERCEPATAN PEMBANGUAN KAWASAN
PERDESAAN TERPADU)/BEDAH DESA2010 2014
ASISTEN DEPUTI URUSAN PERDESAAN
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DAERAH KHUSUSKEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
2014
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
2/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Laporan Evaluasi P2KPT
2010 -2014ini. P2KPT atau disebut juga Bedah Desa, telah dilaksanakan di 51 kabupaten
tertinggal, 104 kecamatan dan 623 desa, dengan total pemanfaat langsung sekitar 22.950
jiwa. Kondisi-kondisi ketertinggalan yang terjadi di kabupaten-kabupaten sasaran seperti
keterisolasian wilayah, buruknya sarana dan prasarana sosial dasar, kewilayahan, dan
perekonomian, rendahnya tingkat ekonomi masyarakat serta lemahnya kapasitas aparaturdaerah dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan, menyebabkan bahwa pelaksanaan
P2KPT di wilayah-wilayah tersebut memberikan kemanfaatan yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat di satu sisi, dan di sisi lain telah membantu pemerintah daerah dalam
mengurangi keterbatasan di kawasan-kawasan tertinggal yang telah diprioritaskan.
Berbeda dengan program-program nasional lainnya untuk wilayah perdesaan yang
dirancang terfokus pada pemberdayaan di tingkat komunitas atau desa, Program P2KPT
dirancang melalui pendekatan pemberdayaan pada level kawasan (lintas desa dan atau
kecamatan), dengan berupaya memadukan penguatan kapasitas pada level masyarakat
dan pada level aparat pemerintah kabupaten. Kegiatan ini diawali pada TA. 2010 denganberbagai persiapan baik di tingkat pusat atau KPDT maupun di tingkat kabupaten sasaran.
Fasilitasi dana P2KPT terimplementasi sejak TA. 2011 sampai TA. 2014 di 51 kabupaten
tertinggal. Strategi pelaksanaan dilaksanakan melalui 2 (dua) tahap kegiatan, yaitu
Pertama dalam kurun 3 tahun kabupaten sasaran difasilitasi dengan bantuan
pembangunan infrastruktur kawasan, dan kemudian Kedua setelah tahap pertama selesai
Saluran Irigasi Desa Cimanuk, Kab. Pandeglang
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
3/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |iii
kabupaten sasaran difasilitasi dengan kegiatan suprastruktur yang lebih menekankan pada
pengembangan ekonomi kawasan.
Selama pelaksanaan P2KPT sejak 2010 sampai 2014 telah dibangun sebanyak 252infrastruktur dimana infrastruktur jalan merupakan infrastruktur yang paling banyak
diajukan oleh daerah. Dari evaluasi lapangan yang sudah dilakukan, infrastruktur yang
sudah dibangun tersebut memberikan dampak manfaat yang besar kepada masyarakat di
kawasan-kawasan sasaran, dimana hal ini membuktikan bahwa P2KPT adalah sangat
dibutuhkan dan diharapkan oleh masyarakat di kawasan-kawasan tertinggal. Kemanfaatan
tersebut antara lain dalam hal kemudahan akses perekonomian, akses menuju pelayanan
pendidikan dan kesehatan, maupun kemudahan akses menuju tempat pelayanan publik
lainnya. Berbagai kelembagaan pendukung kegiatan juga sudah dibentuk baik di tingkat
kawasan yang disebut Balai Bedah Desa, maupun di tingkat kabupaten yang disebut Forum
Bedah Desa.
Pelaksanaan Program P2KPT tentu tidak lepas dari berbagai kendala maupun kelemahan
yang ada, disamping capaian keberhasilannya, yang secara keseluruhan kami sampaikan di
dalam buku laporan ini. Banyak pembelajaran yang bisa dipetik dari pelaksanaan kegiatan
tersebut baik untuk pelaksana di tingkat KPDT, untuk pelaku-pelaku pembangunan di
tingkat kabupaten, maupun untuk masyarakat di kawasan, sebagai bahan perbaikan
pelaksanaan di tahun-tahun yang akan datang.
Kelancaran pelaksanaan kegiatan P2KPT sejak 2010 sampai 2014 merupakan kerja sama
dan sekaligus dukungan dari berbagai pihak baik di tingkat Pusat maupun Daerah. Oleh
karena itu, kepada semua pihak kami ucapkan terima kasih.
Semoga buku laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, November 2014
Asisten Deputi Urusan Perdesaan
Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT)
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
4/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |iv
EXECUTIVE SUMMARY
Percepatan Pembagunan Kawasan Perdesaan Terpadu (P2KPT) atau sering disebut
dengan Bedah Desa, adalah salah satu kegiatan dari KPDT untuk mengurangi
ketertinggalan kabupaten-kabupaten tertinggal agar sejajar dengan kabupaten lain yang
lebih maju. Paling sedikit ada 6 (enam) ciri karakteristik suatu wilayah dikategorikan
tertinggal, yaitu: (1) Perekonomian masyarakat kurang berkembang sehingga
menyebabkan rendahnya tingkat penghasilan; (2) Lemahnya sumberdaya manusia; (3)
Kurangnya ketersediaan sarana infrastruktur baik infrastruktur dasar, kewilayahan, dan
perekonomian, (4) Rendahnya kemampuan anggaran pemda; (5) Rendahnya aksesibilitas
terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan, perekonomian, dan pelayanan publik lainnya;
dan (6) Karakteristik daerah yang khusus (terisolir, wilayah bencana, bekas konflik).
Pada tahun 2009 KPDT telah menetapkan bahwa terdapat 183 kabupaten di Indonesia
yang dikategorikan sebagai kabupaten tertinggal. Diantara kabupaten tertinggal tersebut,
P2KPT telah bekerja sejak tahun 2010 sampai 2014, yang secara keseluruhan mencakup
51 kabupaten teringgal (di 104 kecamatan, 623 desa). Sebanyak 51 kabupaten tersebutmendapatkan kegiatan P2KPT dengan periodisasi yang berbeda-beda.
P2KPT diimplementasikan dengan menggunakan pendekatan pembangunan kawasan
secara fungsional. Secara ringkas definisi kawasan yang dimaksud adalah suatu wilayah
yang terdiri atas 2 sampai 6 desa yang memiliki karakteristik sumberdaya alam kewilayah
yang relatif sama. Melalui pendekatan kawasan, idealnya diharapkan bahwa kegiatan-
Pembangunan jalan, Kabupaten Sukabumi
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
5/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |v
kegiatan yang dikembangkan bersifat fungsional antar/lintas desa dan bukan desa per
desa. Sementara prinsip terpadu di dalam P2KPT, berorientasi pada pelaksanaan
kegiatan yang multistakeholders(lintas pihak) baik pemerintah maupun non pemerintah,
pada level daerah maupun pusat, serta didukung oleh lintas sektor.
Tujuan umum P2KPT adalah mempercepat pembangunan daerah tertinggal melalui
pembentukan dan fasilitasi kawasan perdesaan terpadu. Tujuan yang lebih spesifik yaitu:
(1) Terfasilitasinya Rencana Induk P2KPT dengan perencanaan pembangunan daerah; (2)
Terfasilitasinya forum multistakeholders untuk percepatan pembangunan kawasan-
kawasan tertinggal; (3) Meningkatnya kapasitas pemerintah, pelaku usaha, dan
masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan kawasan perdesaan terpadu; dan (4)
Terfasilitasinya pembangunan sarana dan prasarana sosial dasar, kewilayahan dan
ekonomi. Pelaksanaan menu-menu kegiatan, yang dikembangkan melalui Bantuan Sosial
(Bansos) ke wilayah-wilayah sasaran, terdiri atas 2 (dua) menu kegiatan besar, yaituBansos pembangunan infrastruktur sosial dasar, kewilayahan, dan pendukung ekonomi,
serta Bansos pengembangan ekonomi kawasan.
Guna mendukung proses pelaksanaan kegiatan-kegiatan, maka dikembangkan lembaga-
lembaga pelaku P2KPT, terdiri atas Tim Koordinasi Daerah, Forum Bedah Desa (FBD), dan
Balai Bedah Desa (BBD). Tim Koordinasi Daerah terdiri atas perwakilan lintas instansi
pemerintah terkait di kabupaten, berfungsi melaksanakan sinergisitas dan integrasi
kegiatan. FBD terdiri atas perwakilan lintas sektor dari pemerintah maupun non
pemerintah di level kabupaten, berperan mendorong pelaku-pelaku pembangunan baik
dari dunia usaha, lembaga masyarakat, dll. BBD terdiri atas perwakilan pemerintah desadan masyarakat lintas desa di kawasan sasaran.
Capaian Pembangunan Infrastruktur
Sampai tahun 2014 ini terbangun 252 infrastruktur, dimana pada 2011 dibangun sebanyak
33 infrastruktur, 2012 sebanyak 100 infrastruktur, 2013 sebanyak 95 infrastruktur, dan
tahun 2014 sebanyak 54 infrastruktur. Sebagian besar jenis yang diharapkan dan menjadi
kebutuhan masyarakat adalah infrastruktur sarana kewilayahan seperti berbagai jenis
jalan, jembatan, dan dermaga kecil.
Dari kajian lapangan evaluasi yang dilakukan di 20 kabupaten sampel, menunjukkanbahwa kemanfaatan infrastruktur tersebut bagi masyarakat mencapai nilai 90%.
Kemanfaatan secara langsung yang diperoleh masyarakat bersifat beragam seperti
kemudahan cara dan waktu tempuh menuju pasar terdekat, menuju puskesmas, menuju
sekolah-sekolah, mempermudah pemasaran hasil komoditi lokal, menekan harga berbagai
kebutuhan seperti harga bahan bangunan, harga kebutuhan pokok sehari-hari, dll. Namun
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
6/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |vi
salah satu kekurangan atau kendala yang perlu diperhatikan adalah bahwa tingkat
kepemeliharaan infrastruktur tersebut kurang memuaskan, hanya mencapai 55%. Artinya
adalah belum ada keterjaminan keberlanjutan atas upaya-upaya pemeliharaannya baik
dari perhatian pemda maupun masyarakat.
Pelembagaan Pelaku-Pelaku P2KPT
Yang dimaksud dengan pelembagaan pelaku-pelaku P2KPT adalah sejauh mana Tim
Koordinasi, FBD, BBD telah berperan sebagai pihak-pihak yang mengawal perencanaan,
pelaksanaan, dan supervisi atas kegiatan-kegiatan di kawasan sasaran. Pelembagaan atas
lembaga-lembaga pelaku tersebut diharapkan akan bermanfaat untuk keberlanjutan
kegiatan P2KPT. Hasil evaluasi atas pelembagaan pelaku menunjukkan hanya sekitar 45%
(9 kabupaten) dari 20 kabupaten sampel kajian evaluasi yang cenderung memiliki
pelembagaan dan peran para pelaku P2KPT seperti diharapkan. Kendala-kendala utamayang menyebabkan pelembagaan dan peran para pelaku tersebut lemah antara lain: (1)
Pemahaman para pelaku terhadap konsep kawasan kurang maksimal; (2) Kurangnya
dukungan dana operasional bagi lembaga-lembaga pelaku tersebut oleh pemda; (3)
Mekanisme Bansos melalui Pihak Ke-III menyebabkan lembaga-lembaga pelaku sangat
kecil memiliki peran pelaksanaan dan pengawasan; (4) Lemahnya sosialisasi dan ekspose
kegiatan P2KPT kepada para pengambil kebijakan baik di jajaran eksekutif maupun
legislatif daerah.
Dukungan Kebijakan Daerah dan Anggaran
Secara umum kabupaten-kabupaten sasaran kegiatan masih menganggap P2KPT adalah
kegiatan pusat. Daerah belum mampu menterjemahkan atau mengadopsi kegiatan
P2KPT menjadi kebutuhan daerah dalam rangka strategi pengembagan kawasan tertinggal
yang ada. Sementara di sisi yang lain, P2KPT belum maksimal mengafirmasi kegiatan-
kegiatannya ke dalam sistem perencanaan daerah, dan oleh karena itu dukungan kebijakan
daerah yang akomodatif terhadap kegiatan-kegiatan tersebut kurang maksimal. Dengan
demikian anggaran-anggaran daerah terhadap kegiatan dan atau kelembagaan terkait
dengan P2KPT juga belum maksimal.
Hanya sedikit kabupaten, yaitu di Kab. Buru, Kab. Sukabumi, Kab. Aceh Selatan, Kab. Bima,
Kab. Biak, yang kegiatan-kegiatan P2KPT terakomodir di dalam kebijakan dan anggarandaerah, terutama untuk penganggaran operasional lembaga-lembaga pelaku P2KPT. Hanya
di Kab. Buru dimana perhatian pemda tersebut sampai kepada tingkat kebijakan
penganggaran untuk pembangunan infrastruktur, dan mengadopsi ide P2KPT mejadi
program daerah dengan nama Alesang.
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
7/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |vii
Keterintegrasian dan Keterpaduan Program
Beberapa kendala yang sudah disebutkan sebelumnya seperti dukungan keberlanjutan
pemeliharaan oleh pemda yang lemah, dukungan kebijakan dan anggaran daerah yangminimal, sedikit banyak dipengaruhi oleh masih kurangnya keterintegrasian dan
keterpaduan program. Baik di tingkat pusat KPDT maupun di tingkat pemda kabupaten
sasaran kedua hal tersebut kurang maksimal. Hanya di Kab. Buru, Kab. Bima, Kab.
Sukabumi, dan Kab. Pandeglang dimana terjadi bentuk-bentuk keperpaduan antar sektor-
sektor kegiatan progran di kawasn sasaran P2KPT.
Pembelajaran
Pelaksanaan P2KPT sejak 2010-2014 selain mencapai bebarapa hal seperti dipaparkan
sebelumnya dan kendala-kendala atau kegagalan yang ada, namun juga terdapat kasus-
kasus atau hal-hal baik (best practices) yang dapat dipetik sebagai pembelajaran positif.
Pembelajaran positif ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pelaku kegiatan di
tingkat KPDT dan dicontoh oleh kabuapten-kabupaten lain, yaitu sebagai berikut:
Lessons Learneddan Best Practicesdari Kegiatan P2KPT
Lessons Learned Best Practices Kabupaten
Perencanaan Ketepatan perencanaan infrastruktur dikaitkan dengan
potensi unggulan kawasan sasaran terjadi di kawasan
Kec. Waepo. Melalui pembangunan irigasi sawah yang
terencana selama 3 tahun di kawasan yang sama,
kawasan ini kini menjadi salah satu sentra produksipadi di Kab. Buru. Meskipun masih termasuk
kabupaten tertinggal, kabupaten ini sekarang sudah
menjadi salah satu lumbung padi untuk Indonesia
Timur.
Kab. Buru
Sinergi perencanaan kegiatan antara P2KPT dengan
kegiatan dan atau program lain. Pemda Kab.
Pandeglang, Muna, dan Kutai Barat membuat
kebijakan bahwa seluruh program baik dari dana
daerah, provinsi, maupun Pusat sebagian difokuskan ke
kawasan sasaran P2KPT, misalnya program seperti
P2WKSS, PNPM, P2KPT, dan beberapa kegiatan dari
kedeputian lain di KPDT.
Kab.
Pandeglang
Kab. Muna
Kab. Kutai
Barat.
Kawasan sasaran P2KPT disinergikan dengan sasaran
Prukab di Kab. Sukabumi, dengan komoditi unggulan
Jabon (Jati Kebon). Tahun 2014 Sukabumi
mengembangkan perekonomian kawasan berbasis
bahan dasar Jabon.
Kab. Sukabumi
Kelembagaan P2KPT BBD di Kawasan Kec. Towea mendapatkan dana Rp.
250.000 per tahun dari Desa Wakarama dan
Wangkolabu karena masuk dalam RPJMDes kedua
Kab. Muna
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
8/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |viii
Lessons Learned Best Practices Kabupaten
desa tersebut. Pertemuan rutin BBD menjadi satu
dengan pertemuan musyawarah desa PNPM Perdesaan.
Dukungan KebijakanDaerah
Kab. Buru mengeluarkan kebijakan dana untukmembiayai operasional FBD dan BBD. Kabupaten ini
juga megembangkan program yang disebut Alesang,
yang ide dasarnya mengadopsi prinsip P2KPT.
Program ini didanai oleh APBD.
Kab. Buru
Sinergi Kegiatan P2KPT
dengan Kegiatan lain
Kabupaten Bima telah berhasil mensinergikan kegiatan
stimulan P2KPT di kawasan bedah desa dengan
berbagai kegiatan dari kedeputian lain di KPDT, dan
Kemenetrian/lembaga Lain.
Kab. Bima
Rekomendasi
Berikut ini disampaikan beberapa rekomendasi pokok untuk perbaikan dan
pengembangan P2KPT atau program-program lain serupa di masa datang, yaitu:
1.
Penguatan perencanaan kawasan. Perlu dikembangkan kembali Master Plann 5
tahunan yang komprehensif dilengkapi dengan recana aksi dan rencana usaha
(business plan) yang layak sebagai media untuk membuka kerja sama dengan dunia
usaha, instansi pemerintah sektoral, dll.
2.
Penguatan kelembagaan pelaku-pelaku P2KPT. Perlu dirumuskan ulang kelembagaan
pelaku P2KPT seperti FBD dan BBD menjadi lembaga-lembaga pelaku pembangunan
seperti dianjurkan di dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Khususnya BBD perlu
ditingkatkan kapasitasnya agar menjadi kelembagaan yang mampu melakukan
pengembangan ekonomi, pembinaan usaha dan dapat menjadi center of excellence
bagi kawasan. Dengan diberlakukannya undang-undang tersebut, maka perlu
dipikirkan kembali bentuk kelembagaan BBD dengan kelembagaan yang dianjurkan di
dalam undang-undang yaitu Badan Kerja Sama Antar Desa.
3. Penguatan kapasitas dan pendampingan. Kegiatan-kegiatan pelatihan seperti pelatihan
mekanisme perencanaan, pelatihan manajemen pengelolaan kegiatan, pelatihan-
pelatihan yang terkait dengan pengembangan ekonomi kawasan, dll perlu diberikan
kepada masyarakat dan para pelaku kegiatan khususnya BBD. Penguatan kapasitas ini
harus juga disertai dengan mekanisme pendampingan yang dikelola melaluipenyediaan konsultan pendamping kawasan.
4.
Sinergisitas internal KPDT dan antar KL. Internal KPDT ke depan sudah harus terjadi
sinergisitas program antar unit kerja karena dengan hal itu akan mampu menungkit
secara maksimal keterentasan wilayah tertinggal. Sebuah sektor atau program dari
satu unit kerja di sebuah kawasan atau kabupaten sesungguhnya bisa disebut
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
9/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |ix
meragukan memberikan sumbangan kepada keterentasan kawasan apalagi
kabupaten.
5.
Pengalaman kegiatan P2KPT dari 2010-2014 dimana mekanisme pendanaannya
dilaksanakan melalui Bansos, telah sangat mengurangi aspek-aspek pengembangan
kapasitas dan pemberdayaan baik bagi masyarakat, lembaga-lembaga pelaku P2KPT,
maupun instansi terkait dengan kegiatan tersebut. Kebijakan-kebijakan afirmatif di
daerah yang bisa mendukung keberlanjutan P2KPT juga sangat minimal mampu
didorong oleh mekanisme Bansos. Seyogyanya perbaikan dan pengembangan kegiatan
P2KPT ke depan, atau program/kegiatan lain serupa, dikembangkan dengan
mekanisme pendanaan lain yang lebih mampu membuka peluang yang aktif bagi
daerah untuk lebih partisipatif.
Jakarta, November 2014.
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
10/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |x
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR - | Hal. ii
EXECUTIVE SUMMARY - | Hal. iv
DAFTAR ISI - | Hal. x
DAFTAR TABEL - | Hal. xii
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN - | Hal. xiii
DAFTAR ISTILAH - | Hal. xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang | Hal. 1
1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan Laporan | Hal. 4
1.3
Tahapan dan Metodologi Evaluasi P2KPT | Hal. 4
1.3.1
Workshop Pra-Evaluasi | Hal. 4
1.3.2
Kajian Lapangan | Hal. 5
1.3.2.1.
Kajian Kelembagaan P2KPT | Hal. 6
1.3.2.2.Kajian Infrastruktur P2KPT | Hal. 8
1.4 Sistematika Laporan | Hal. 9
BAB 2 GAMBARAN UMUM P2KPT
2.1 Konsep P2KPT | Hal. 112.1.1 Tujuan P2KPT | Hal. 13
2.1.2 Prinsip-Prinsip Dasar | Hal. 14
2.1.3 Pendekatan P2KPT | Hal. 15
2.1.4 Komponen Input | Hal. 16
2.1.5 Pendanaan P2KPT | Hal. 16
2.1.6 Durasi Proses Pelaksanaan | Hal. 17
2.1.7 Kelembagaan P2KPT | Hal. 18
Pemban unan bendun an, Kabu aten
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
11/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |xi
2.2 Mekanisme Pelaksanaan Bansos P2KPT | Hal. 19
2.2.1 Ruang Lingkup Bansos | Hal. 19
2.2.2 Pelaku dan Pengorganisasian | Hal. 20
2.2.3 Mekanisme Pengajuan Usulan | Hal. 222.2.4 Pengadaan dan Pencairan Dana | Hal. 22
2.2.5 Serah Terima dan Alih Kelola | Hal. 23
BAB 3 ANALISA CAPAIAN P2KPT
3.1 Capaian Infrastruktur Kawasan | Hal. 24
3.1.1 Jumlah Infrastruktur Terbangun | Hal. 24
3.1.2 Kualitas dan Kemanfaatan Infrastruktur | Hal. 26
3.2 Capaian Kelembagaan P2KPT | Hal. 28
3.2.1 Peran Tim Koordinasi | Hal. 28
3.2.2 Dukungan Peraturan Daerah | Hal. 30
3.2.3 Dukungan Anggaran Daerah | Hal. 30
3.2.4. Kelembagaan Masyarakat | Hal. 31
3.3 Pemahaman Daerah Atas Konsep Kawasan | Hal. 32
3.4 Serah Terima Alih Kelola | Hal. 34
3.5. Alokasi dan Capaian Realisasi Anggaran | Hal. 34
BAB 4 PEMBAHASAN PENGEMBANGAN KEGIATAN P2KPT
4.1 Keterpaduan Dengan Program Lain | Hal. 36
4.2 Integrasi Perencanaan P2KPT ke Dalam Perencanaan Daerah | Hal. 38
4.3 Peran Daerah Dalam Keberlanjutan Program | Hal. 39
4.4 Pemikiran Ulang Tentang Kawasan | Hal. 40
4.5 Pengembangan Menu Kegiatan | Hal. 41
4.6 Penguatan Kapasitas dan Pendampingan | Hal. 43
BAB 5 PEMBELAJARAN5.1 Pembelajaran Perencanaan | Hal. 45
5.2 Pembelajaran Kelembagaan P2KPT | Hal. 48
5.3 Pembelajaran Dukungan Kebijakan Daerah | Hal. 48
5.4 Pembelajaran Masterplan Kawasan Perdesaan | Hal. 49
BAB 6 REKOMENDASI
6.1 Penentuan Lokasi Kawasan Sasaran | Hal. 50
6.2 Penguatan Kelembagaan Masyarakat | Hal. 51
6.3 Perencanaan Kegiatan | Hal. 51
6.4 Penentuan Menu Kegiatan | hal. 52
6.5 Pengembangan Ekonomi Kawasan | Hal. 52
6.6 Penguatan Kapasitas dan Pendampingan | Hal. 536.7 Pendanaan P2KPT | Hal. 54
6.8. Sinergisitas Internal KPDT dan K/L | Hal. 55
REFERENSI | Hal. 56
LAMPIRAN
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
12/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |xii
DAFTAR TABEL
Tabel I.1. Sampel Kajian Lapangan P2KPT Hal. 6
Tabel I.2. Periodisasi Tahun P2KPT Sampel Lokasi Kabupaten Kajian Hal. 7
Tabel I.3. Kabupaten Yang Dijadikan Sampel Hal. 8
Tabel III.1.Alokasi dan Realisasi Anggaran P2KPT TA. 2011 s/d. TA. 2014 Hal. 35
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
13/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |xiii
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
Gambar II.1. Konsep Kawasan P2KPT Hal. 13
Gambar II.2. Pola Pendanaan Pusat (KPDT/KL), Pemda dan Masyarakat Hal. 17
Gambar II.3. Tahapan Kegiatan P2KPT Per Tahun Hal. 17
Bagan III.1. Prosentase Menu Kegiatan Infrastruktur Per Tahun Periodisasi P2KPT Hal. 25
Bagan III.2. Hasil Kajian Terhadap Infrastruktur P2KPT 2010-2014 Hal. 26
Bagan III.3. Visualisasi Dampak Manfaat Infrastruktur P2KPT Hal. 33
Pembukaan jalan, Kabupaten Lampung Barat
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
14/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |xiv
DAFTAR ISTILAH
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN Anggaran Pendapatan Belanja Negara
Bansos Bantuan Sosial
BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BBD Balai Bedah Desa
BKAD Badan Kerjasama Antar DesaDIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
FBD Forum Bedah Desa
KPA Kuasa Pemegang Anggaran
KPDT Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
P2KPT Percepatan Pembangunan Kawasan Perdesaan Terpadu
PP Peraturan Pemerintah
RKP Desa Rencana Kerja Pemerintah Desa
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJM DesRencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
TA. Tahun Anggaran
TP Tugas Pembantuan
UU Undang-Undang
Pembangunan irigasi, Towea, Kab. Buru
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
15/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Arah kebijakan pembangunan Indonesia Tahun 2010-2014 adalah memantapkan
penataan kembali Negara Kesaturan Republik Indonesia (NKRI), meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (SDM), membangun kemampuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, dan memperkuat daya saing perekonomian. Sedangkan arahkebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 adalah
meningkatkan pengembangan perekonomian daerah dan kualitas sumberdaya
manusia yang didukung oleh penguatan kelembagaan dan ketersediaan
infrastruktur ekonomi dan pelayanan dasar di daerah tertinggal. Pemerintah telah
menetapkan salah satu prioritas pembangunan nasional (prioritas 10) dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014,
yaitu Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-konflik.
Dalam melaksanakan prioritas pembangunan nasional untuk daerah tertinggal,
terdepan, terluar dan pasca-konflik maka ditetapkan beberapa sasaran
pembangunan daerah tertinggal hingga tahun 2014 sebagai berikut: Pertama,
berkurangnya status kabupaten tertinggal paling sedikit 70 kabupaten pada akhir
Tahun 2014; Kedua, meningkatnya kualitas SDM yang ditunjukkan oleh Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2010 sebesar 67,7% meningkat menjadi
72,2% pada Tahun 2014; Ketiga, meningkatnya rata-rata pertumbuhan ekonomi di
Dermaga Kecil di Kab. Muna, Sulawesi Tenggara
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
16/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |2
daerah tertinggal sebesar 6,6% pada tahun 2010 meningkat menjadi 7,1% pada
tahun 2014; Keempat, berkurangnya persentase penduduk miskin di daerah
tertinggal sebesar pada tahun 2010 sebesar 18,8 % berkurang menjadi 14,2 %; dan
Kelima, berkurangnya pengangguran di daerah tertinggal sebesar 2,2% per tahun.
Untuk mencapai sasaran tersebut, maka strategi percepatan pembangunan daerah
tertinggal melalui: Pertama, pengembangan ekonomi lokal; Kedua, penguatan
kelembagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya
lokal; Ketiga, peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas; Keempat,
peningkatan pelayanan pendidikan yang berkualitas; Kelima, peningkatan sarana
dan prasarana (infrastruktur) daerah tertinggal; dan Keenam, peningkatan
aksesibilitas daerah tertinggal terhadap pusat-pusat pertumbuhan.
Percepatan pembangunan daerah tertinggal merupakan komitmen dan tanggung
jawab Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT). BerdasarkanUndang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, di mana
melalui Pasal 8 ayat (3) ditegaskan bahwa dalam pelaksanaan tugasnya, KPDT
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : (1) Perumusan dan penetapan
kebijakan dibidangnya; (2) Koordinasi dan sinkroninasi pelaksanaan kebijakan
dibidangnya; (3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawabnya; dan (4) Pengawasan atas pelaksanaan tugas dibidangnya.
Dalam rangka tugas dan fungsi KPDT tersebut di atas, maka Kedeputian V Bidang
Pengembangan Daerah Khusus yang memiliki tugas untuk merumuskan kebijakan,
menetapkan kebijakan, mengkoordinasikan, mengintegrasikan, mensinkronkan,dan mengharmonisasikan pelaksanaan kebijakan, dan pemantauan pelaksanaan
kebijakan, serta tugas operasional lainnya dalam pengelolaan pelaksanaan bantuan
kegiatan ke pemerintah daerah untuk tujuan pengembangan daerah khusus secara
sistematis, terencana, dan terukur guna mempercepat peningkatan kesejahteraan
masyarakat yang berkeadilan dan mandiri. Daerah khusus tersebut salah satunya
merupakan wilayah perdesaan.
Salah satu upaya untuk mempercepat pembangunan daerah tertinggal tersebut,
maka Kedeputian V Bidang Pengembangan Daerah Khusus melalui Keasdepan 3
Urusan Pengembangan Perdesaan telah melaksanakan kegiatan PercepatanPembangunan Kawasan Perdesaan Terpadu (P2KPT) sejak tahun 2010. Secara
umum tujuan P2KPT adalah mempercepat pembangunan daerah tertinggal
melalui pembentukan dan fasilitasi kawasan perdesaan terpadu. Fasilitasi
tersebut menyangkut beberapa aspek yaitu: (1) Integrasi perencanaan kawasan
dengan perencanaan pembangunan daerah; (2) Pembentukan forum
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
17/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |3
multistakeholders untuk pembangunan kawasan perdesaan terpadu; (3)
Peningkatan kapasitas pemerintah dalam perencanaan kawasan; dan (4)
Terfasilitasinya pembangunan sarana dan parasaran pendukung sosial dasar serta
perekonomian wilayah.
Pelaksanaan P2KPT sudah diawali sejak tahun 2010 yang pada tahun tersebut
dimulai dengan persiapan-persiapan, diantaranya adalah sosialisasi konsep
implementasi P2KPT dan penentuan lokasi kabupaten serta pemilihan lokasi
kawasan-kawasan sasaran. Alokasi dan pencairan dana untuk implementasi baru
dilakukan di tahun 2011 kepada 12 kabupaten. Pada periode tahun 2011 tersebut
pelaksanaannya dilakukan melalui mekanisme pendanaan Tugas Pembantuan (TP).
Selanjutnya, lokasi kegiatan P2KPT pada Tahun 2012 adalah 39 kabupaten, dimana
27 kabupaten merupakan kabupaten yang baru masuk pada tahun 2012. Periode
pelaksanaan kegiatan tahun 2013 diberikan kepada 49 kabupaten dimana 22
kabupaten merupakan kabupaten yang baru bergabung di pada tahun 2013. Di sisi
lain, ada 2 kabupaten yang keluar dari program P2KPT pada tahun 2013 tersebut
dikarenakan tidak dapat bekerjasama dengan baik, sehingga total kabupaten yang
menjadi lokasi kegiatan P2KPT sampai akhir tahun 2014 ada di 51 kabupaten.
Selama pelaksanaan P2KPT sejak tahun 2010 sampai 2014 sudah banyak
pembelajaran yang terjadi baik pada manajemen program di tingkat Pusat maupun
daerah, pelaksanaan implementasi fasilitasi pembangunan infrastruktur,
perencanaan partisipatif di tingkat kawasan perdesaan, maupun kemanfaatan
pembangunan infrastruktur bagi dukungan prasarana dasar maupun
pengembangan ekonomi masyarakat kawasan perdesaan. Kegiatan yang sudah
berlangsung selama 4 tahun tersebut sudah saatnya untuk dilakukan evaluasi
program pada ranah manajemen program, strategi pelaksanaan, kemanfaatan bagi
masyarakat, dukungan kelembagaan, baik dalam rangka untuk memperbaiki
implementasi program pada tahap berikutnya maupun dalam rangka
mengantisipasi perubahan isu pembangunan dan kebijakan-kebijakan
pembangunan daerah, khususnya pembangunan desa dan kawasan perdesaan di
masa yang akan datang.
Berdasarkan pertimbangan itu maka perlu dilakukan Evaluasi PelaksanaanProgram Pembangunan Kawasan Perdesaan Terpadu (P2KPT) Tahun 2010 2014
dimana hasil-hasil evaluasi tersebut diturunkan dalam Laporan Evaluasi
Pelaksanaan Program Pembangunan Kawasan Perdesaan Terpadu (P2KPT) Tahun
2010 2014 ini. Proses evaluasi dilaksanakan setidak melalui dua kegiatan besar
yaitu kajian evaluasi lapangan di kabupaten sampel dan serangkain workshop
tentang evaluasi P2KPT.
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
18/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |4
1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan Laporan
Laporan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Percepatan Pembangunan Kawasan
Perdesaan Terpadu (P2KPT) Tahun 2010 2014 ini dimaksudkan untuk
menyampaikan capaian-capaian yang telah dihasilkan oleh kegiatan P2KPT serta
menemukan pembelajaran dari proses manajemen pelaksanaan, hasil dan
kemanfaatan pelaksanaan kegiatan selama 2010-2014 baik bagi pemerintah
maupun masyarakat.
Sedangkan tujuan penulisan laporan adalah untuk:
(1)
Menyampaikan informasi atas capaian hasil pelaksanaan pengembangan
kawasan perdesaan terpadu mulai dari tahap persiapan, pengadaan sampai
dengan dampak yang ditimbulkannya dalam rangka untuk bahan kebijakan
keberlanjutan pelaksanaan program/kegiatan.
(2)Menyampaikan gambaran kemanfaatan pelaksanaan pengembangan kawasan
perdesaan dalam mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat kawasan
sasaran;
(3)
Menyampaikan kendala-kendala yang dihadapi selama proses pelaksanaan
kegiatan pengembangan kawasan perdesaan terpadu.
(4)
Merumuskan pembelajaran dari pelaksanaan P2KPT dalam hal perencanaan
kawasan, keterintegrasian program dengan program-program daerah,
pelembagaan P2KPT, partisipasi daerah, serta pendekatan pendampingan yang
sudah dilaksanakan untuk dijadikan bahan keberlanjutan pelaksanaan
program/kegiatan.
1.3 Tahapan dan Metodologi Evaluasi P2KPT
Evaluasi pelaksanaan kegiatan P2KPT 2010-2014 ini, dilakukan dengan beberapa
tahap, yaitu 1) Tahap workshop yang melibatkan internal Keasdepan Urusan
Perdesaan; 2) Tahap pelaksanaan kajian lapangan; dan 3) Tahap workshop
pembelajaran dengan para mitra kabupaten sasaran kegiatan P2KPT.
1.3.1. Workshop Pra-Evaluasi
Pembahasan mengenai evaluasi kegiatan P2KPT dilaksanakan tiga kali pertemuan,
yaitu: Pertama, Rapat Koordinasi Evaluasi Kegiatan P2KPT Dan Seminar Nasional
Pembangunan Kawasan Perdesaan Terpadu pada tanggal 16 20 Desember 2013
di Hotel Grand Cempaka, Bogor; Kedua, Rapat Internal Kajian Lapangan Evaluasi
Kegiatan P2KPT 2010-2014 yang dilaksanakan pada 15 April 2014 di kantor KPDT;
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
19/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |5
dan ketiga, Workshop Koordinasi dan Keberlanjutan Kegiatan P2KPT dari tanggal
18 21 Mei 2014 di Sahira Boutique Hotel-Bogor. Ide dan arah substansi evaluasi
tersebut telah tersosialisasikan melalui beberapa event tersebut yang
disampaikan oleh Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus KPDT maupun
Asisten Deputi Urusan Perdesaan yang dihadiri oleh kabupaten peserta kegiatan
P2KPT.
1.3.2. Kajian Lapangan
Tindak lanjut dari masukan-masukan selama tahap pra-evaluasi kemudian
dirumuskan dalam kegiatan kajian lapangan evaluasi di kabupaten-kabupaten
sasaran yang sampai dengan tahun 2014 ini berjumlah 51 kabupaten dengan
periodisasi pendampingan yang berbeda-beda. Sebanyak 11 kabupaten telah
selesai 3 (tiga) tahun pendampingan infrastruktur P2KPT, dan selanjutnya di tahun
2014 ini mendapat pendampingan dukungan pengembangan ekonomi kawasan.Sebanyak 40 kabupaten memasuki tahap tahun ke-2 dan tahun ke-3 pedampingan
infrastruktur P2KPT. Kabupaten-kabupaten dengan periodisasi yang berbeda-beda
tersebut telah dipertimbangkan untuk menjadi sasaran kajian lapangan evaluasi
P2KPT.
Tujuan Kajian
Tujuan kajian lapangan evaluasi di beberapa kabupaten yang sudah dipilih menjadi
sasaran kajian, adalah:
(1)
Memperoleh informasi tentang keberadaan peran, fungsi, dan dukungankebijakan serta anggaran daerah untuk pelembagaan pelaku-pelaku P2KPT
yaitu Forum Bedah Desa dan Balai Bedah Desa;
(2)
Memperoleh informasi tentang capaian pelaksanaan infrastruktur P2KPT baik
dari sudut kualitas maupun kemanfaatannya, serta bentuk-bentuk
pemeliharaan infrastruktur.
Sampel Lokasi Kabupaten Kajian
Dari sejumlah 51 kabupaten sasaran P2KPT telah dipilih sebanyak 20 kabupaten
yang dijadikan sampling kabupaten kajian lapangan. Dari 20 kabupaten tersebut
sebanyak 5 kabupaten adalah kabupaten yang mendapatkan kegiatan sejak tahun
2011 dimana dukungan bantuan infrastruktur selama 3 tahun sudah selesai dan
tahun 2014 ini memasuki pendampingan pengembangan ekonomi. Sebanyak 8
kabupaten adalah kabupaten yang menerima kegiatan sejak 2012, dan 7 kabupaten
menerima kegiatan sejak 2013. Masing-masing kabupaten dari kelompok
periodisasi tahun penerimaan P2KPT tersebut dipilih secara acak (random
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
20/105
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
21/105
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
22/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |8
Tabel I.3.
Kabupaten Yang Dijadikan Sampel
No Kabupaten *) 2011 2012 2013 2014
1. Aceh Selatan X X X
2. Bener Meriah X X X
3. Empat Lawang X X X X
4. Kep. Aru X X X
5. Halmahera Tengah X X X
6. Halmahera Utara X X X
7. Kutai Barat X X X
8. Lahat X X X X
9. Muna X X
10. Lampung Utara X X X X
11. Lampung Barat X X X X
12. Pasaman Barat X X
13. Sambas X X X
14. Buru X X X
15. Sigi X X X X
16. Banggai X X X
17. TTU X X X
18. Waykanan X X X
Sumber: Data Primer, Juni 2014. *)Dua kabupaten data kelembagaan tidak masuk
1.3.2.2. Kajian Infrastruktur P2KPT
Evaluasi terhadap infrastruktur yang dibangun oleh P2KPT antara tahun
2010-2014 dimaksudkan untuk menilai kualitas dan kemanfaatan
infrastruktur kawasan yang sudah dibangun tersebut. Kunjungan lapanganuntuk kajian Evaluasi P2KPT bidang infrastruktur ini terlaksana antara
tanggal 29 April 2014 sampai 23 Mei 2014 di 20 kabupaten sampel kajian.
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
23/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |9
Indikator Penilaian
Ada 4 (empat) indikator yang akan diukur melalui kajian evaluasi
infrastruktur tersebut, yaitu: (1) Kualitas administrasi infrastruktur; (2)
Kualitas fisik infrastruktur; (3) Kualitas recana pemeliharaan dankeswadayaan masyarakat; dan (4) Tingkat kepuasaan masyarakat di
sekitar kawasan terhadap infrastruktur yang ada. Dari 4 indikator tersebut
dikembangkan 22 sub-indikator.
Metode Penilaian
Metode penilaian relatif sama dengan metode yang dipakai di dalam kajian
kelembagaan, dimana dari setiap item pertanyaan kemudian diberi Skor (1
= Ya; 0,5 = ya tetapi Belum Lengkap; 0 = Tidak). Penilaian akhir dihitung
berdasarkan kriteria interval penilaian sebagai berikut: Kurang > apabila
nilainya apaibla nilainya antara 50-69%; Baik> apabila
nilainya antara 70-79%; dan Baik Sekali > apabila nilainya antara 80-100%.
Sampel Kajian
Kabupaten yang mejadi sampel kajian evaluasi infrastruktur adalah sama
dengan sampel kabupaten yang mejadi kajian kelembagaan P2KPT, yaitu
sebanyak 20 kabupaten sampel. Namun data yang masuk dari 20 kabupaten
tersebut hanya 18 kabupaten. Seluruh jumlah infrastruktur yang dikaji
tersebar di 14 kecamatan yang keseluruhannya sebanyak 22 infrastruktur
terdiri atas berbagai jenis jalan sebanyak 13 buah, berbagai jenis jembatansebanyak 6 bauh, irigasi 2 buah, dan pasar 1 buah.
1.4. Sistematika Laporan
Laporan Evaluasi P2KPT 2010 2014 ini terdiri atas 6 (enam) bab yang secara
ringkas sistematikan isi laporan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan, memaparkan tentang latar belakang pelaksanaan kegiatan
P2KPT yang sudah dilaksanakan sejak 2010 sampai 2014 sebagai salah satu iconkegiatan KPDT dalam rangka mengentaskan kabupaten-kabupaten tertinggal. Bab ini
juga menjelaskan alasan-alasan mengapa P2KPT perlu dievaluasi guna memperoleh
pembelajaran-pembelajaran berguna, serta dipaparkan pula persiapan dan
metodologi yang dipakai dalam rangka melakukan evaluasi terhadap kegiatan
tersebut.
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
24/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |10
Bab 2 Gambaran Umum P2KPT, memaparkan secara umum konsep, strategi,
pendekatan, dan prinsip-prinsip dasar yang diterapkan dalam pelaksanaan P2KPT.
Sebagai sebuah kegiatan yang sudah dilaksanakan multi-years melalui mekanisme
Bansos, maka bab ini juga menjelaskan secara ringkas pengertian Bansos tersebut,
pelaku-pelaku P2KPT beserta peran dan tugasnya, mekanisme perencanaan dan
pengajuan usulan, mekanisme pengadaan barang dan jasa sampai pelaksanaan
kegiatan serta serah terima asset kepada daerah.
Bab 3 Analisis Capaian Kegiatan P2KPT, memaparkan inti dari hasil pelaksanaan
evaluasi lapangan P2KPT beserta analisanya, yang menfokuskan pembahasan analisa
pada topik capaian pembangunan infrastruktur, capaian penguatan kelembagaan-
kelembagaan P2KPT, dukungan kebijakan daerah dan anggaran. Pemaparan
mengenai capaian tersebut juga akan menganalisis sejauh mana daerah memahami
dan mengimplementasi konsepsi kawasan.
Bab 4 Pembahasan Pengembangan Kegiatan P2KPT, hendak memaparkan hasil
analisa secara lebih makro mengenai strategi dan pendekatan kegiatan yang telah
diterapkan, dikaitkan dengan kondisi-kondisi perkembangan kegiatan terkini
maupun kemungkinan perkembangan yang akan datang. Sebagaimana kita ketahui
bersama dengan munculnya UU No. 06 Tahun 2014 tentang Desa yang telah secara
lebih ditail menggariskan prinsip-prinsip pelaksanaan pembangun di tingkat desa
dan kawasan serta mekanisme ketentuan yang berlaku, maka analisa-analisa di
dalam Bab 4 juga akan dikaitkan dengan perkembangan kebijakan perundangan
tersebut.
Bab 5 Pembelajaran (Lessons Learned) pelaksanaan P2KPT, hendak memaparkan
pembelajaran-pembelajaran positif mengenai segi-segi pelaksanaan P2KPT sejak
2010 sampai 2014.
Bab 6 Rekomendasi dan Penutup, memaparkan mengenai point-point rekomendasi
yang dapat diambil dari pelaksanaan P2KPT 2010-2014 sebagai pembelajaran
perbaikan ke depan dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan, maupun
mungkin bermanfaat bagi pelaksanaan program serupa baik di lingkungan Asisten
Deputi Urusan Perdesaan maupun untuk unit-unit kerja di lingkungan Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal.
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
25/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
BAB II
GAMBARAN UMUM P2KPT
Pendekatan pembangunan kawasan merupakan salah satu strategi pembangunan yang
belum banyak dilaksanakan oleh institusi-institusi pemerintah maupun non pemerintah
untuk mengentaskan kesejahteraan masyarakat. Unit kerja Asisten Deputi Urusan
Perdesaan, telah mengimplementasikan pendekatan pembangunan kawasan tersebut
melalui kegiatan P2KPT sejak tahun 2010 sampai 2014, yang pada tahun ini dilakukan
evaluasi terhadap kegiatan ini. Bab ini memaparkan bagaimana landasan pemikiran
konsepsional dari kegiatan tersebut, strategi pelaksanaan, pelaku-pelaku dan
kelembagaan yang dibentuk, dan mekanisme implementasinya.
2.1. Konsep P2KPT
Diantara banyak program pembangunan perdesaan, pembangunan kawasan
perdesaan di daerah tertinggal terutama dilakukan oleh Kementerian Pembangunan
Daerah Tertinggal (KPDT). Kegiatan tersebut dikenal dengan nama Percepatan
Pembangunan Kawasan Perdesaan Terpadu, atau disingkat sebagai P2KPT. Secara
historis, kegiatan ini merupakan konsolidasi dari beberapa instrumen Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal sebelumnya seperti P2IPDT (Program Percepatan
Investasi Pembangunan Daerah Tertinggal), P2SEDT (Program Percepatan Sosial
Ekonomi Daerah Tertinggal), P2WP (Percepatan Pembangunan Wilayah
Perbatasan), dan P2DTK (Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus).
Kegiatan P2KPT ini pada dasarnya adalah Pembangunan kawasan melalui
pendekatan kewilayahan yang terpadu dan sinergi dengan sektor terkait, untuk
dapat lebih efektif dan efisien. Pendekatan keterpaduan dalam pembangunan
perdesaan bukanlah konsep yang baru, yaitu sudah dilaksanakan sejak tahun 60an.
Lokakarya P2KPT, Grand Cempaka Hotel-Bogor, 16-20 Desember
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
26/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
Namun apa yang dimaksud dengan keterpaduan yang dilaksanakan di masa lalu,
terutama adalah keterpaduan yang bersifat Top-Down, berupa program-program
pemerintah yang diterapkan kepada masyarakat terutama melalui peranan
kementerian-kementerian. Pendekatan secara Top-Down mungkin merupakan
warisan zaman penjajahan, dimana desa masih dianggap terkebelakang, dan inferior
sehingga pembangunannya perlu didikte dari pusat. Namun, pendekatan secara top-
down di masa lalu itu terbukti banyak memberi dampak negatif seperti misalnya
membuat ketergantungan daerah pada pemerintah pusat, pembangunan yang
terdistorsi dan terkadang merusak budaya dan kehidupan sosial setempat (karena
umumnya rencanakan dan didiktekan oleh orang-orang yang tidak mengenal
masalah-masalah khas di daerah), masyarakat yang menjadi apatis dan lain-lain.
Agak berbeda dengan pendekatan keterpaduan model lama, pendekatan
keterpaduan versi baru adalah lebih bersifat Bottom-up, yang terutama menekankan
pada desentralisasi, partisipasi dan kegiatan yang bersifat kolektif, pelimpahanfungsi-fungsi manajerial kepada masyarakat, pendekatan yang lebih bersifat
teritorial ketimbang sektoral, menghidupkan dan memperkuat peranan
kelembagaan-kelembagan desa serta koordinasi dengan kebijakan makro dan
sektoral1,2.
Kegiatan P2KPT adalah menggunakan konsep kawasan terpadu secara fungsional
yang secara administrasi berada di bawah Kabupaten. Istilah kawasan perdesaan
memiliki makna bahwa kegiatan P2KPT memiliki target lokasi yang bukan desa-
per-desa melainkan berupa kawasan yang terdiri dari beberapa desa, yang
mungkin saja berada di dalam beberapa kecamatan yang saling berdekatan namuntetap memiliki karaktersitik perdesaan. Skema kawasan perdesaan dalam P2KPT
tersebut dapat digambarkan seperti pada Gambar II.1.
1 Mark Shucksmith (2007). Future Directions in Rural development. The Carnegy UK Trust. (on-line).http://www.carnegieuktrust.org.uk/Future-Directions-in-Rural-Development-%28Full-Repor.aspx. Diakses
pada 13 Oktober 2014.
2Alain de Janvry, Achieving Success in Rural Development:Tools and Approach for Implementation of an
Integral Approach. Di dalam An Integrated Approach to Rural Development, dialogues at the economic andsocial council. (on-line). http://www.un.org/en/ecosoc/docs/pdfs/ an_integrated_approach_ to_rural_
development.pdf.Diakses 12 Oktober 2014.
http://www.carnegieuktrust.org.uk/Future-Directions-in-Rural-Development-%28Full-Repor.aspxhttp://www.un.org/en/ecosoc/docs/pdfs/%20an_integrated_approach_%20to_rural_%20development.pdfhttp://www.un.org/en/ecosoc/docs/pdfs/%20an_integrated_approach_%20to_rural_%20development.pdfhttp://www.un.org/en/ecosoc/docs/pdfs/%20an_integrated_approach_%20to_rural_%20development.pdfhttp://www.un.org/en/ecosoc/docs/pdfs/%20an_integrated_approach_%20to_rural_%20development.pdfhttp://www.carnegieuktrust.org.uk/Future-Directions-in-Rural-Development-%28Full-Repor.aspx8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
27/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
Gambar II.1. Konsep Kawasan P2KPT
Keterpaduan di dalam P2KPT dimaksudkan juga sebagai upaya khusus untuk
percepatan pengembangan kawasan. Pendekatan keterpaduan dalam P2KPT juga
lebih bersifat Bottom-up, serta memiliki makna sinergisme dan harmonisasi
melalui keterlibatan pelaku-pelaku pembangunan dari komponen pemerintahan
(eksekutif dan legislatif) dari Pusat dan Daerah, dunia usaha, organisasi /lembaga
kemasyarakatan dan pelaku lainnya. Keterpaduan juga berarti membutuhkan
sinergi dalam pengelolaan sumberdaya/input pembangunan (ketersediaan lahan,
kelembagaan, pendanaan, investasi, infrastruktur, dan regulasi).
2.1.1. Tujuan P2KPT
Secara umum tujuan P2KPT adalah mempercepat pembangunan daerah tertinggal
melalui pembentukan dan fasilitasi kawasan perdesaan terpadu. Tujuan khususnya
adalah: (1) Terfasilitasinya integrasi Rencana Induk Pengembangan Kawasan
Perdesaan Terpadu (Rencana Induk P2KPT) dengan perencanaan pembangunan
daerah dan nasional. Rencana Induk mencakup rencana aksi dan rencana investasi.(2) Terfasilitasinya pembentukan forum multistakeholders untuk percepatan
pembangunan daerah tertinggal (Forum P2KPT) dalam pembangunan kawasan
perdesaan terpadu; (3) Meningkatnya kapasitas pemerintah, pelaku usaha, dan
masyarakat dalam perencanaan pembangunan kawasan perdesaan terpadu; dan
(4) Terfasilitasinya pembangunan sarana dan prasarana sosial dasar, ekonomi dan
wilayah.
Lokasi sasaran Kegiatan P2KPT seperti telah disebutkan di atas adalah kawasan
perdesaan yang mencakup dua sampai enam desa yang berada dalam satu
kawasan perdesaan dan memiliki potensi unggulan yang relatif sama. Penetapankawasan perdesaan berdimensi jangka panjang atau untuk waktu yang relatif
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
28/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
lama, sehingga guna menjamin terbangunnya kawasan perdesaan terpadu,
diperlukan Surat Keputusan Bupati tentang Penetapan Kawasan Perdesaan
Terpadu yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
Lokasi desa yang ditetapkan dalam kawasan bersifat tetap (tidak berubah) dan
alokasi pendanaan dapat dilakukan berdasarkan prioritas.
Pengembangan kawasan melalui Pendekatan Kewilayahan Terpadu memerlukan
integrasi dan sinergi sektor terkait, untuk dapat lebih efektif dan efisien dalam
menyelesaikan berbagai masalah di kawasan bersangkutan secara khusus,
maupun pada tingkat pembangunan level kabupaten. Sementara itu keterpaduan
yang dimaksud adalah sinergisitas dalam pengelolaan sumberdaya/input
pembangunan seperti lahan, kelembagaan, pendanaan dan investasi, infrastruktur,
dan regulasi daerah. Semua keterpaduan dan sinergisitas sektor dan sumberdaya
yang ada sesungguhnya diarahkan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif
(Enabling Enviroment) bagi upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal
melalui Pengembangan Kawasan Perdesaan Terpadu.
2.1.2. Prinsip-Prinsip Dasar
Kegiatan P2KPT atau Bedah Desa dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dasar
sebagai berikut :
1) Desentralisasi, memberikan ruang yang lebih luas kepada pemerintah
daerah dan masyarakat untuk mengelola kegiatan pembangunan sektoral
dan kewilayahan.
2) Sinergi dan Keterpaduan, kegiatan dilaksanakan secara terpadu antar pelaku
dan membangun keterkaitan kebijakan pembangunan pusat dan daerah.
Kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan pada kegiatan Beda Desa
saling menguatkan dan tidak tumpang tindih dengan kelembagaan di desa,
kabupaten, dan proinsi.
3) Partisipatif, dilakukan bersama masyarakat dengan melibatkan secara aktif
masyarakat perdesaan dan swasta mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
pemanfaatan serta pengendalian.
4) Keanekaragaman, dilakukan dengan mengakui perbedaan karakteristik
masing-masing komunitas perdesaan, adat istiadat, sosial budaya yang hidup
dalam masyarakat, ciri ekologis dan berbagi peran antar berbagai pelaku dan
pemangku kepentingan.
5) Keseimbangan, menekankan keharmonisan antara pencapaian tujuan
ekonomi dalam rangka menciptakan kemakmuran bagi masyarakat banyak
dan tujuan sosial dalam bentuk memelihara kelestarian lingkungan serta
konservasi sumber daya alam.
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
29/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
6) Keberpihakan, dilakukan dengan berpihak pada kepentingan rumah tangga
miskin, penciptaan lapangan kerja, dan mendorong kegiatan ekonomi
produktif masyarakat.
7) Transparansi dan Akuntabel, masyarakat memiliki akses terhadap segalainformasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan
dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.
2.1.3. Pendekatan P2KPT
P2KPT mengimplementasikan kegiatan-kegiatannya berbasis pada 3 (tiga)
pendekatan utama yaitu Pemberdayaan, Penghargaan, dan Pengembangan
Berbasis Kawasan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pemberdayaan (Empowerment)
Pemberdayaan adalah peningkatan kemampuan untuk meningkatkan akses dan
melakukan kontrol terhadap sumber daya yang ada. Sebagai pendekatan dalam
kegiatan P2KPT, pemberdayaan berarti kemampuan masyarakat dan pemerintah
daerah dalam meningkatkan nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan kemakmuran daerah sehingga dapat mengatasi ketertinggalannya.
Dalam hal ini masyarakat dan daerah mampu mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki dan tidak tergantung pada pihak lain sehingga dapat mengembangkan dan
mempromosikan produk unggulan kabupaten.
Penghargaan (Appreciative)
Appreciative atau penghargaan atas pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
oleh masyarakat. Semua kegiatan pendampingan dan fasilitasi kelompok
masyarakat diarahkan untuk memberikan penghargaan atas nilai, pengetahuan,
dan pengalaman yang positif. Nilai, pengetahuan dan kekuatan lokal tersebut
sebagai langkah awal untuk proses pemberdayaan kepada kelompok masyarakat
dan anggota kelompok masyarakat dalam melakukan perubahan kearah yang lebih
baik.
Pengembangan Berbasis Kawasan Perdesaan
Pendekatan pengembangan berbasis kawasan perdesaan ini didasarkan pada
tujuan untuk memberdayakan aneka potensi di perdesaan dan kawasan
perdesaan. Pada pelaksanaan Bedah Desa, pendekatan ini diterapkan untuk
memilih lokasi dan juga digunakan agar pembangunan kawasan perdesaan secara
terpadu dilaksanakan berdasarkan pada karakteristik dan potensi sumber daya
yang dimiliki, khususnya dalam mengembangan produk unggulan kabupaten.
Dengan pendekatan kawasan perdesaan secara terpadu maka pelibatan segenap
pemangku kepentingan dari berbagai sektor pusat dan daerah serta pelaku swasta
dan organisasi masyarakat.
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
30/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
Selain itu, unsur pokok yang terdapat dalam P2KPT adalah memperkuat kapasitas
perencanaan yang komprehensif, meliputi penyusunan Rencana Induk Kawasan,
Rencana Aksi Tahunan, dan Rencana Investasi; memperkuat upaya dalam
mengatasi kemisikinan dan ketertinggalan; serta upaya koordinasi dengan
kebijakan makro dan sektoral, policy-linkages antar K/L, Pusat dan Daerah, dan
antar daerah.
Dalam hal koordinasi dengan kebijakan makro dan sektoral, maka untuk tingkat
pusat diperlukan keterlibatan peran serta Kementerian/Lembaga dan dunia usaha
serta organisasi pada tingkat nasional. Sedangkan di daerah, diperlukan upaya
pemerintah daerah untuk melibatkan SKPD dan dunia usaha serta organisasi
kemasyarakatan lainnya.
2.1.4. Komponen Input
Dalam melaksanakan Kegiatan Kegiatan P2KPT terdapat dua komponen input
yang akan difasilitasi oleh KPDT yaitu:
1) Bantuan manajemen dalam rangka melakukan fasilitasi tahapan kegiatan
P2KPT. Bantuan manajemen terdiri dari komponen yang mencakup:
a. Penyusunan Masterplan Percepatan Pembangunan Kawasan Perdesaan
Terpadu;
b. Pengembangan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat;
c.
Pendampingan masyarakat dalam rangka pengembangan dan penguatan
kelembagaan daerah dan masyarakat, termasuk dalam perencanaan dan
pengendalian pembangunan kawasan perdesaan.
2) Bantuan Stimulan. Bantuan yang diberikan adalah berupa Bansos baik untuk
pembangunan infrastruktur pada periode 3 tahun pertama, dan Bansos untuk
pengembangan ekonomi kawasan pada periode 2 tahun berikutnya.
2.1.5. Pendanaan P2KPT
Pendanaan Kegiatan P2KPT diperoleh dari berbagai sumber, yaitu : (1) APBN DIPA
KPDT sebagai stimulan awal pengembangan P2KPT; (2) Didukung pendanaan
sektoral pusat (APBN K/L lainnya); (3) Didukung pendanaan APBD Provinsi; (4)
Didukung dan dilanjutkan pendanaan APBD KabupatenTertinggal; dan (5)
Dikembangkan melalui pendanaan/investasi masyarakat dan swasta.
Pendanaan yang berasal dari APBN DIPA KPDT dimaksudkan sebagai dana
stimulan agar selanjutnya pemerintah daerah dapat mengupayakan pendanaan
lebih lanjut baik berasal dari APBN K/L, APBD Provinsi, APBD Kabupaten ataupun
dari sumber-sumber dana investasi masyarakat. Pendanaan Kegiatan P2KPTdiharapkan mengikuti kurva di bawah ini. Oleh karenanya, dalam tahap-tahap
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
31/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
pengembangan P2KPT, peran pemerintah pusat (KPDT dan K/L) semakin
menurun, sedangkan peran pemerintah daerah, sektor swasta, dan publik semakin
meningkat (Gambar II.2). Dengan demikian diharapkan pengembangan kawasan
perdesaan terpadu dalam jangka menengah dan panjang mampu mendorong
kegiatan ekonomi sekitarnya dan melakukan akumulasi kapital sehingga dalam
jangka panjang dapat mendanai pembangunan kawasan secara berkelanjutan dan
mandiri yang pada akhirnya menggeser indikator ketertinggalan menjadi daerah
maju.
Gambar II. 2. Pola Pendanaan Pusat (KPDT dan KL), Pemda dan Masyarakat
2.1.6. Durasi Proses Pelaksanaan
Kegiatan P2KPT dilaksanakan dalam 5 tahapan, pada tahun 1 s/d 3 adalah kegiatan
Inisiasi, Ekstensi dan Pemantapan yang diutamakan pada dukungan pengembangan
Infrastruktur.Pada tahun ke 4 s/d 5 dilanjutkan dengan kegiatan Pembinaan untuk
Pengembangan Ekonomi untuk Mendukung Kemandirian Kawasan Perdesaan. Pada
Tahun ke 5 dst, kawasan P2KPT yang telah dibina diharapkan sudah dapat
berkembang secara mandiri, maju dan sejahtera.
Gambar II.3. Tahapan Kegiatan P2KPT Per Tahun
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
32/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
Dukungan Pengembangan Ekonomi Kawasan Perdesaan ini terutama dilakukan
melalui kegiatan Koordinasi, Integrasi, Sinergi, Sinkronisasi, Harmonisasi, Fasilitasi
serta bantuan unit percontohan dalam pengembangan ekonomi lokal kawasan guna
mempercepat pembangunan daerah tertinggal. Secara singkat program tahapan-
tahapan P2KPT tersebut dapat digambarkan sebagai Gambar II.3.
Kegiatan P2KPT pada tahap lanjutan (tahun ke 3 dan ke 4) terutama adalah untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis produk unggulan daerah melalui
pengembangan kegiatan produksi, pemanfaatan maksimal atas sumber daya yang
ada (terutama yang berkaitan dengan produk unggulan), termasuk modal sosial,
dan peningkatan pada setiap mata rantai nilainya (value chain). Bedah Desa tahap
lanjutan ini juga dapat untuk intervensi perbaikan kondisi fisik di kawasan Bedah
Desa yang berkaitan langsung dengan pengembangan kegiatan produksi produk
unggulan.
2.1.7. Kelembagaan P2KPT
Untuk menjamin terlaksananya pembentukan kawasan perdesaan terpadu maka
diperlukan adanya organisasi dan kelembagaan yang akan menjalankan dan
menjamin keberlangsungan berbagai kegiatan yang telah dirancang. Organisasi
dan Kelembagaan tersebut mencakup :
Tim Koordinasi Kegiatan P2KPT
Dibentuk Tim Koordinasi Kegiatan P2KPT di daerah guna melakukan integrasi dan
sinergi program dan kegiatan dalam pembangunan kawasan perdesaan terpadu.
Tim ini diperlukan untuk:
1) Melakukan koordinasi dan integrasi kegiatan antar instansi pemerintah
terkait dengan P2KPT;
2) Melakukan advokasi-advokasi kebijakan yang dapat mendukung kegiatan
P2KPT;
3) Melakukan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan P2KPT.
Forum P2KPT/Forum Bedah Desa
Kegiatan mendorong keterlibatan pelaku-pelaku pembangunan yang terdiri dari
pemerintah daerah, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan dan lainnya. Forum
ini diperlukan untuk:
1) Advokasi upaya integrasi perencanaan kegiatan P2KPT dengan perencanaan
reguler (Musrenbang);
2) Menfasilitasi pelaksanaan kajian kebijakan dan pengembangan kawasan
sesuai kebutuhan kegiatan P2KPT;
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
33/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
3) Menfasilitasi penguatan partisipasi masyarakat dan swasta untuk
pengembangan investasi dalam kegiatan P2KPT;
4) Menfasilitasi konsultasi untuk efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan
P2KPT;5) Melakukan pengendalian dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan P2KPT.
Balai P2KPT (Balai Bedah Desa)
Di kawasan dibentuk lembaga pengelola kawasan yang berperan dalam
membangun keberdayaan masyarakat, mendorong dan menumbuhkan kegiatan
ekonomi kawasan, mengembangkan pengetahuaan dan informasi serta
memperkuat pemerintahan desa guna mendukung pengembangan kawasan
perdesaan secara terpadu dan berkelanjutan. Balai P2KPT ini diperlukan untuk:
1)
Melakukan kegiatan perencanaan kegiatan P2KPT;
2) Menjalankan pengelolaan informasi;
3) Pemberdayaan dan pengembangan daya inovasi;
4) Menfasilitasi kewirausahaan;
5) Penguatan kapasitas tata kelola pemerintahan desa;
6) Penguatan kapasitas kelembagaan desa untuk pengembangan kawasan
perdesaan terpadu.
2.2. Mekanisme Pelaksanaan Bansos P2KPT
2.2.1. Ruang Lingkup Bansos
Berdasarkan Peraturan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 4 Tahun
2012 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Basos di lingkungan KPDT, diberikan
dalam bentuk transfer uang dan/atau barang. Mekanisme Bansos dalam bentuk
transfer uang, dilaksanakan langsung ke rekening kelompok
masyarakat/organisasi masyarakat setempat yang sah berdasar hukum di mana
kelompok/organisasi masyarakat setempat tersebut akan bertindak sebagaipelaksana kegiatan di lapangan. Sedangkan Bantuan Sosial kegiatan P2KPT dalam
bentuk barang yang pelaksanaanya melalui Pihak Ketiga dilaksanakan sesuai
dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 untuk Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan Perpres
70 Tahun 2012.
Kriteria Penerima Bansos
Kriteria penerima Bantuan Sosial sebagaimana diatur di dalam Juknis
Pelaksanaan P2KPT/Bedah Desa adalah sebagai berikut: (1) Balai Bedah Desamemiliki struktur organisasi yang ditetapkan melalui Keputusan Bupati; (2)
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
34/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
Balai Bedah Desa sebagaimana dimaksud di atas, dibentuk melalui musyawarah
masyarakat desa dan/atau kawasan perdesaan terpadu secara demokratis,
transparan dan akuntabel; dan (3) Balai Bedah Desa memiliki kesanggupan dan
kemampuan untuk memanfaatkan, mengelola dan memelihara barang atau hasil
pekerjaan Bansos.
Jenis Menu Kegiatan
Adapun pilihan menu Bantuan Sosial kegiatan P2KPT yang dapat dilaksanakan
untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal, meliputi pembangunan: (1)
Sarana dan Prasarana Sosial Dasar; (2) Sarana dan Prasarana Wilayah; (3) Sarana
dan Prasarana Ekonomi (Produksi). Sarana dan prasarana sosial dasar antara lain
seperti sarana air bersih, jaringan listrik, dll. Sarana dan prasarana wilayah antara
lain seperti jalan desa atau antar desa, jembatan desa atau antar desa;
dermaga/jetty /tambatan perahu; dll. Sarana dan Prasarana Ekonomi antara lain
seperti irigasi sederhana, jaringan teknologi telekomunikasi dan informatika; Cold
Storage; mesin/peralatan/perlengkapan produksi, pengeringan, pengolahan pasca
panen, dan pemasaran; Pasar desa; dll.
Dalam pelaksanaan pemilihan menu-menu kegiatan setiap daerah mengacu pada
tahapan periodisasi program P2KPT, yaitu tahap inisiasi/awal (tahun I), tahap
lanjutan (tahun II), tahap stabilisasi/pemantapan (tahun III), tahap pembinaan
untuk pengembangan suprastruktur (tahap IV), dan tahap keberlanjutan/
kemandirian (tahap V).
Penyaluran Bantuan Sosial
Pelaksanaan penyaluran Bansos P2KPT dilakukan melalui transfer barang dengan
mekanisme kontraktual dengan pihak ketiga sesuai dengan ketetapan yang
berlaku,3berdasarkan usulan kegiatan masing-masing daerah.
2.2.2. Pelaku dan Pengorganisasian
Dalam rangka pencapaian tujuan pelaksanaan Bansos kegiatan P2KPT pada SatuanKerja Pengembangan Daerah Khusus - KPDT Tahun Anggaran 2014, maka
diperlukan pengorganisasian di tingkat pusat, kabupaten dan masyarakat
kawasan perdesaan.
3 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan
Sosial pada Kementerian Negara/ Lembaga langsung. Bantuan Sosial adalah pengeluaran berupa transfer
uang, barang atau jasa yang diberikan oleh pemerintah pusat/daerah kepada masyarakat guna melindungimasyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi dan/atau
kesejahteraan masyarakat.
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
35/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
Pelaku Tingkat Pusat
Penanggung jawab Bansos kegiatan P2KPT di tingkat pusat adalah Asisten Deputi
Urusan Perdesaan, Kedeputian Bidang Pengembangan Daerah Khusus KPDT,
yang mempunyai tugas sebagai berikut: (1) Melakukan koordinasi dengankementerian/lembaga terkait di tingkat pusat dalam pelaksanaan Bansos; (2)
Melaksanakan koordinasi dan sosialisasi ke kabupaten sasaran penerima Bansos;
(3) Melakukan verifikasi terhadap proposal Bansos yang diusulkan oleh
Kabupaten; (4) Melakukan identifikasi, observasi, pemetaan potensi, rencana
intervensi dan rencana investasi ke kabupaten sasaran dan penerima Bansos; (5)
Melaksanakan pengadaan barang/jasa pemerintah; (6) Melaksanakan
pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan Bansos; (7) Melakukan proses
pendaftaran hasil Bansos kepada Kementerian Keuangan; (8) Melakukan Serah
Terima hasil kegiatan kepada masyarakat melalui Bupati; dan (9) Menghimpun
dan menyusun laporan pelaksanaan Bansos P2KPT.
Pelaku Tingkat Kabupaten
Penanggung jawab kegiatan P2KPT di kabupaten adalah bupati, dengan tugas
sebagai berikut: (1) Melakukan koordinasi dengan SKPD terkait dalam
pelaksanaan P2KPT; (2) Membentuk dan menetapkan Tim Koordinasi
Pendampingan dan Pengendalian Kabupaten (Tim Koordinasi) sebagai penerima
Usulan Kegiatan dari Balai Bedah Desa melalui Bappeda dan melakukan verifikasi
teknis terhadap usulan kegiatan tersebut; (3) Melakukan sosialisasi kepada
masyarakat di kawasan sasaran kegiatan; (4) Membentuk dan atau menetapkanBalai Bedah Desa sebagai penerima Bansos; (5) Memfasilitasi perbaikan Usulan
Kegiatan dari Balai Bedah Desa melalui Tim Koordinasi; (6) Menetapkan Usulan
kegiatan untuk diajukan kepada Menteri PDT sebagai kegiatan yang dibiayai dari
Bansos; (7) Membentuk dan menetapkan Forum Bedah Desa sebagai forum
multistakeholder untuk mendukung pengembangan perdesaan terpadu; (8)
Membuat surat pernyataan pengadaan barang/jasa pemerintah untuk
dilaksanakan di daerah; (9) Pengadaan barang/ jasa pemerintah di daerah, proses
pelelangannya sesuai dengan Perpres No. 54 Tahun 2010 untuk Pengadaan
Barang/ Jasa Pemerintah yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Perpres 70 Tahun 2012; (10) Pemerintah daerah melalui Tim Pengadaan Daerah
menyampaikan hasil proses lelang kepada Satuan Kerja Pengembangan Daerah
Khusus untuk ditetapkan sebagai pemenang/pelaksana pekerjaan; (11)
Melakukan pengawasan pelaksanaan penggunaan Bansos berupa barang yang
dilakukan oleh Pihak Ketiga; (12) Menerima Berita Acara Serah Terima hasil
pelaksanaan pekerjaan Bansos dari KPDT dan selanjutnya, Bupati melakukan
serah terima kepada masyarakat penerima untuk dilakukan pemeliharaannya;
dan (13) Menyediakan dana pendamping untuk mendukung pelaksanaan P2KPT.
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
36/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
Pelaku Tingkat Masyarakat Kawasan Perdesaan
Penerima Bantuan Sosial kegiatan P2KPT adalah masyarakat di kawasan sasaran
melalui Balai Bedah Desa yang telah ditetapkan oleh Bupati. Adapun tugas Balai
Bedah Desa, antara lain: (1) Melakukan identifikasi potensi dan kebutuhan
kawasan perdesaan; (2) Menyusun Usulan Kegiatan berdasarkan menu kegiatan
yang ditetapkan dalam Petunjuk Teknis Bansos; (3) Menyampaikan Usulan
Kegiatan kepada Bappeda Kabupaten untuk dilakukan verifikasi teknis dan
perbaikan; (4) Membantu melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan; (5)
Menerima hasil Bantuan Sosial kegiatan P2KPT dari Bupati melalui Berita Acara
Serah Terima pemanfaatan, pengelolaan dan pemeliharaan hasil Bansos; (6)
Memanfaatkan dan memelihara hasil kegiatan; (7) Melaporkan secara berkala
kondisi asset tersebut kepada Bappeda atau pun SKPD terkait untuk dianggarkan
dalam pemeliharaan dan pengembangannya dari APBD; (8) Mengelola anggaran
swadaya masyarakat maupun APBD dalam rangka pemeliharaan dan
pengembangan melalui ketetapan Peraturan Desa dan atau Peraturan Bupati.
2.2.3. Mekanisme Pengajuan Usulan
Mekanisme Pengajuan Usulan Bansos P2KPT, meneurut Petunjuk Teknis
Penyaluran dan Pengelolaan Bantuan Stimulan Percepatan Pembangunan
Kawasan Perdesaan Terpadu (P2KPT), terdiri atas beberapa langkah yaitu (a)
Identifikasi Calon Penerima Bantuan, (b) Penetapan Penerima Bantuan oleh
Bupati, (c) Penyusunan Usulan Kegiatan, (d) Pengajuan Usulan Kegiatan, (e)
Verifikasi Kelengkapan Dokumen, (f) Pengusulan Proses Pencairan Bansos, dan (g)
Penetapan Penerima Bantuan oleh KPA.
2.2.4. Pengadaan dan Pencairan Dana
Penyediaan barang dalam rangka kegitan P2KPT dilaksanakan melalui Pihak
Ketiga yang diselenggarakan berdasarkan ketentuan Perpres No. 54 Tahun 2010
untuk Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang telah beberapa kali diubah.
Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa ini diselenggarakan di daerah denganberlandaskan pada ketentuan bahwa: (1) Pagu anggaran sampai dengan Rp. 1 M,
kewenangan pelaksanaan pengadaan di daerah; (2) Pagu anggaran antara Rp. 1
1.5 M, kewenangan pelaksanaan pengadaan dapat dilakukan di daerah atau di
pusat; dan (3) Pagu anggaran di atas Rp. 5 M, kewenangan pengadaan
dilaksanakan di pusat.
Setelah proses pengadaan barang dan jasa yang dilakukan di daerah ini selesai,
kemudian dilakukan proses kontrak antara Pihak ke-3 sebagai pelaksana kegiatan
dengan Satker Pusat. Setelah proses kontrak selesai baru Pihak ke-3 boleh
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan kontrak yang sudah disepakati.
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
37/105
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
38/105
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
39/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |25
Menu kegiatan infrastruktur yang diusulkan oleh masyarakat melalui pemerintah
daerah cenderung dominan untuk kegiatan sarana prasarana kewilayahan, dimana
secara berturut-turut tahun 2011 sebesar 52%, tahun 2012 sebesar 75%, tahun
2013 sebesar 75% dan tahun 2014 sebesar 52%. Sedangkan kegiatan yang
sifatnya sarana prasarana ekonomi justru cenderung mengalami penurunan dari
awal pelaksanaan kegiatan pada tahun 2011, yaitu masing-masing 42% menurun
11% dan meningkat lagi menjadi 15% dan 19% dan bahkan ada beberapa
pemerintah daerah yang berturut-turut kegiatannya lebih diarahkan pada kegiatan
sarana prasarana sosial dasar. Infrastruktur sosial dasar tersebut juga cenderung
meningkat prosesntasenya dari 6% tahun 2011 menjadi 15% tahun 2012, 11%
tahun 2013 dan 37% tahun 2014. Gambaran perkembangan infrastruktur tersebut
dapat digambarkan melalui tabel berikut.
Bagan III.1.Prosentase Menu Kegiatan Infrastruktur
Per Tahun Periodisasi P2KPT
Sumber: Data Primer
Usulan-usulan daerah yang begitu beragam tersebut terjadi dikarenakan
pemerintah daerah kurang memahami konsep kegiatan P2KPT secara utuh dimana
sesungguhnya diarahkan untuk pengembangan ekonomi kawasan. Hal ini
disebabkan antara lain: (1) Kurangnya sosialisasi dari pemerintah pusat ke
kabupaten (Bappeda) dan pemerintah kabupaten (Bappeda) ke SKPD terkait serta
Balai Bedah Desa; dan (2) Kurang optimal dan belum adanya kegiatan peningkatan
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
40/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |26
kapasitas berupa pelatihan dan pendampingan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dan pelaku-pelaku P2KPT terkait.
3.1.2 Kualitas dan Kemanfaatan Infrastruktur
Fasilitasi pembangunan infrastruktur di dalam P2KPT dimaksudkan untuk
memberikan kemudahan akses masyarakat dalam upaya membuka keterisolasian
wilayah serta peningkatan akses kebutuhan dasar lainnya seperti kemudahan
akses kesehatan, pendidikan, perekonomian, maupun akses menuju tempat-tempat
pelayanan publik lainnya. Kajian lapangan evaluasi terhadap fasilitas infrastruktur
tersebut sudah dilakukan pada periode 29 April sampai 23 Mei 2014.
Hasil studi lapangan evaluasi infrastruktur P2KPT 2010-2014 terhadap 22 paket
infrastruktur yang terdiri atas 5 jenis infrastruktur di 14 kawasan di 13 kabupaten,
menunjukkan bahwa secara keseluruhan dari 3 kriteria kajian rata-rata kualitas
infrastruktur yang sudah dibangun oleh P2KPT adalah cukup baik sebesar 77%
(Bagan III.2.). Ketiga kriteria yang diukur tersebut adalah: (a) Kelengkapan
Administrasi; (b) Kualitas dan Kemanfaatan Infrastruktur; dan (c) Kualitas
Pemeliharaan Infrastruktur.
Bagan III.2.
Hasil Kajian Terhadap Infrastruktur P2KPT 2010-2014
Sumber: Data Primer
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
41/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |27
Kualitas Administrasi
Kualitas administrasi dimaksudkan untuk menjamin sejauh mana sebuah
pekerjaan infrastruktur dilaksanakan dalam proses administrasi yang tertib,
dilengkapi dukungan dokumen yang benar, serta dilaksanakan dengan prinsiptransparansi yang baik. Kualitas administrasi sebuah pekerjaan infrastruktur
diukur dari 4 (empat) sub-kriteria, yaitu: (a) Kelengkapan dokumen perencanaan
dan administrasi pelaksanaan harian; (b) Verifikasi kelengkapan dokumen; (c)
Berita acara penetapan harga satuan bahan, upah, dan alat; (d) Berita acara
pencairan dana; (e) Sertifikasi penerimaan pekerjaan; dan (f) Serah terima dan alih
kelola hasil Bansos.
Dari kajian lapangan evaluasi terkait dengan kriteria kualitas administrasi di 22
paket pekerjaan infrastruktur, ditemukan bahwa sebesar 87% proses
keadministrasian pekerjaan infrastruktur terlaksana dan terpenuhi dengan baik.
Kualitas Dan Kemanfaatan Infrastruktur
Evaluasi terhadap kualitas dan kemanfaatan infrastruktur adalah untuk
mengetahui apakah kualitas bangunan infrastruktur masih baik dan dapat
digunakan, serta apakah fasilitas infrastruktur tersebut memberikan kemanfaatan
yang positif bagi masyarakat sekitar. Guna mengukur hal tersebut dari 7 jenis
infrastruktur (Jalan, jembatan, jembatan titian, air bersih, pasar, listrik, dan irigasi)
yang diukur, telah ditetapkan sebanyak 22 sub-kriteria sesuai karakteristik jenis
infrastruktur masing-masing.
Kajian lapangan evaluasi menemukan bahwa sebesar 90% kualitas infrastruktur
dan kemanfaatan dari berbagai jenis infrastruktur yang dibangun oleh P2KPT atara
periode 2011-2013 saat ini masih dalam kondisi baik dan memberikan
kemanfaatan yang tinggi bagi masyarakat. Di beberapa kabupaten tentu saja ada
infrastruktur yang telah mengalami kerusakan di beberapa bagian namun secara
umum infrastruktur tersebut masih dapat berfungsi dengan baik.
Kualitas Pemeliharaan Infrastruktur
Pengukuran terhadap kualitas pemeliharaan infrastruktur dimaksudkan untuk
mengukur sejauh mana infrastruktur-infrastruktur yang sudah dibangun oleh
P2KPT memiliki keterjaminan pemeliharaan dan keberlajutan kemanfaatannya.
Pemeliharaan infrastruktur tersebut diukur dari 2 (dua) sub-kriteria yaitu; (a)
Realisasi nilai keswadayaan masyarakat untuk pemeliharaan; dan (b) Dukungan
regulasi dan anggarapan Pemda untuk pemeliharaan infrastruktur.
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
42/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |28
Temuan-temuan dari lapangan di 13 kabupaten sampel kajian menyajikan bahwa
sebagian besar pemeliharaan infrastruktur dilakukan melalui swadaya masyarakat
dalam bentuk gotong-royong yang dikoordinir oleh Balai Bedah Desa dan atau oleh
kelompok masyarakat sendiri. Namun tidak semua masyarakat di lokasi-lokasi
yang dibangun infrastruktur P2KPT memiliki kesadaran keswadayaan tersebut
sehingga tidak sedikit infrastruktur yang sebagian rusak didiamkan begitu saja.
Data kajian menunjukkan hanya 55% tingkat kualitas pemeliharaan infrastruktur
yang sudah dibangun oleh P2KPT. Artinya adalah bahwa keterjaminan
pemeliharaan dan keberlanjutan infrastruktur P2KPT memiliki kualitas yang
sangat kurang. Di sisi lain hanya sedikit Pemda Kabupaten yang sudah
mengalokasikan anggaran untuk pemeliharaan yang dikuatkan melalui SK Bupati
atau peraturan daerah.
3.2. Capaian Kelembagaan P2KPT
3.2.1. Peran Tim Koordinasi
Tim Koordinasi memiliki peran yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan
pelaksanaan kegiaan P2KPT. Hal ini dikarenakan Tim Koordinasi bertugas dan
bertanggungjawab dalam:
1)
Merumuskan kebijakan pengembangan kawasan perdesaan terpadu yang
menjadi landasan program dan kegiatan P2KPT di kabupaten dalam RencanaInduk Pengembangan Kawasan Perdesaan Terpadu;
2)
Membentuk organisasi sekretariat P2KPT sebagai tim pelaksana kegiatan
P2KPT dan ditetapkan dalam Surat Keputusan Bupati;
3)
Membentuk dan menetapkan Forum Bedah Desa (FBD) di kabupaten sebagai
forum promosi dan advokasi dalam kegiatan P2KPT;
4)
Menetapkan lokasi kawasan perdesaan sebagai lokasi sasaran kegiatan
P2KPT;
5) Melaksanakan sosialisasi kegiatan P2KPT kepada satuan kerja perangkat
daerah (SKPD), pemangku kepentingan daerah, dan masyarakat;
6)
Melakukan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan P2KPT dalam perencanaan
pembangunan daerah regular melalui forum SKPD dan musyawarah
perencanaaan pembangunan daerah;
7) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan P2KPT;
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
43/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |29
8) Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan P2KPT ke sekretariat P2KPT Pusat
dengan ditembuskan ke tim P2KPT Provinsi.
Namun, dalam perjalanannya peran dari Tim Koordinasi dan Pengendalian
tersebut belum dapat berjalan optimal. Bahkan beberapa kabupaten sangat
kurang memberikan dukungannya sehingga Tim Koordinasi Pusat-KPDT
memberikan punishment dengan menghentikan kegiatan P2KPT di kabupaten
tersebut, yaitu di kabupaten Maluku Tengah, Timur Tengah Selatan, dan Malinau.
Berdasarkan hasil kunjungan evaluasi lapangan, khususnya yang terkait dengan
pengembangan kelembagaan P2KPT maka bisa diambil kesimpulan antara lain:
1)
Pemahaman Tim Koordinasi terhadap kegiatan P2KPT masih bersifat teknis,
namun secara substansi belum memahmai secara utuh.
2)
Sebagian besar kabupaten dalam melaksanakan pembangunan kegiatanP2KPT belum diarahkan dalam rangka pembangunan kawasan perdesaan,
tetapi lebih pada pemerataan pembangunan desa per desa.
3)
Sinergi kegiatan P2KPT belum optimal dilaksanakan karenanya kedepannya,
diperlukan adanya dokumen perencanaan sebagai dokumen sinkronisasi dan
sinergi dalam pelaksanaan pembinaan dan penguatan kelembagaan minimal
antara kegiatan Bedah Desa, Prukab, Kelembagaan dan program sejenis yang
ada di daerah tertinggal.
4)
Daerah kurang memahami dengan baik konsep kawasan serta infrastruktur
pendukungnya. Kelemahan utama dalam implementasi pengembangankawasan P2KPT adalah pada aspek kelembagaan BBD.
5)
Orientasi pengembangan infrastruktur dalam kegiatan P2KPT umumnya
berorientasi kepada pengembangan livelihooddan pengembangan ekonomi.
Hasil kegiatan tersebut umumnya memberikan cukup manfaat (nilai sedang)
pada aspek livelihood(51%) dan kegiatan ekonomi (63%).
6) Kegiatan P2KPT merupakan program Pemda sehingga Pemda menjadi
penanggungjawab pelaksanaan dan pemilik kegiatan. Oleh karena itu, Pemda
harus harus berkomitmen terhadap keberhasilan pelaksanaannya. Peran
Kementerian PDT hanya memberikan fasilitasi pendukungnya melalui dana
stimulan.
7)
Pemerintah daerah, mulai sekarang harus menjadikan pembangunan
kawasan perdesaan masuk dalam dokumen perencanaan pembangunannya
(RTRW, RPJMD, RKPD; RPJMDes, RKPDes). Hal tesebut akan menjadi
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
44/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |30
prioritas kedepannya dalam pelaksanaan kegiatan P2KPT pada RPJMN 2015-
2019.
8)
Kedepan perlu dibuat pilot bersama minimal antara kegiatan sejesnis antara
P2KPT, Prukab, Kelembagaan dan Pemda. Hal ini untuk melihat kelembagaansosial masyarakat (BBD) seperti apa yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya
di daerah tertinggal.
3.2.2. Dukungan Peraturan Daerah
Secara mendasar, konsep kegiatan P2KPT meinginkan adanya kebijakan (regulasi)
yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah sebagai tindak lanjut dari kegiatan yang
sudah dilaksnakan P2KPT dalam rangka untuk keberlanjutan kegiatan itu. Regulasi
tersebut bisa terkait dengan penyediaan dana pemeliharaan kegiatan, regulasi
tentang perencanaan kawasan, regulasi terkait produk unggulan yang telahditetapkan di kawasan perdesaan, dan lain sebagainya.
Namun, sebagian besar kabupaten belum memiliki regulasi untuk mengalokasikan
dana dalam rangka pemeliharaan kegiatan phisik yang telah dibangun dari
kegiatan P2KPT, perbaikan lebih insidentil saja secara swadaya (belum
dimasukkan dalam anggaran daerah). Demikian juga, regulasi yang dikeluarkan
untuk produk unggulan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, mungkin
kedepannya perlu ada ketegasan dari pemerintah pusat (KPDT) yang diatur secara
jelas dalam petunjuk pelaksanaan kegiatan P2KPT sebagai dasar untuk menyusun
regulasi tersebut.
3.2.3. Dukungan Anggaran Daerah
Salah satu pendekatan yang diterapkan oleh P2KPT dalam hal partisipasi
Pemerintah Daerah/Kabupaten adalah dukungan dana daerah untuk pelaksanaan
kegiatan baik dukungan pada tahap perencanaan, bantuan dana untuk masyarakat,
dukungan pengawasan, maupun keberlajutan pemeliharaan fasilitas infrastruktur
yang sudah dibangun oleh P2KPT selama 2010-2014. Pendekatan ini disebut
pendekatan Kurva X seperti tergambar dalam bagan berikut.
Melalui pendekatan Pendanaan Kurva X tersebut diharapkan bahwa partisipasi
dana daerah semakin besar dalam periodisasi pelaksanaan P2KPT.
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
45/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |31
Beberapa kabupaten pada dasarnya sudah mengalokasikan dana pendamping
kegiatan P2KPT, rata-rata mengalokasikan 0,7% dari dana stimulan yang diterima
kabupaten. Anggaran dana pendamping ini lebih banyak dialokasikan untuk honor
anggota BBD dan dana operasional tim koordinasi dan pengendalian serta FBD,
tetapi belum termasuk biaya operasional BBD sehingga terpaksa untuk membiayai
kegiatan operasional BBD dilakukan secara swadaya.
Dukungan dana daerah yang terkait dengan operasional kegiatan khususnya terkait
dengan dukungan biaya pemeliharaan infrastruktur juga belum maksimal terjadi di
kabupaten-kabupaten sasaran. Hanya di Kabupaten Buru yang memberikan dana
operasional kegiatan yang langsung terkait dengan pengawasan dan pemeliharaan
terhadap infrastruktur yang sudah dibangun oleh P2KPT. Lebih dari itu, Pemda
Kab. Buru juga mengembangkan sebauh program yang disebut Alesang yang ide
dasarnya diambil (adopsi) dari konsep P2KPT
3.2.4. Kelembagaan Masyarakat
Dalam proses implementasinya P2KPT mengembangkan lembaga-lembaga pelaku
program di tingkat kabupaten dan kawasan sasaran. Pada tingkat kabupaten
dibentuk FBD dan pada tingkat kawasan dibentuk BBD. FBD merupakan forum
lintas sektor terdiri dari instansi pemerintah maupun non pemerintah yang
berperan sebagai forum perencanaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang
terkait dengan arah dan tujuan P2KPT. Leading sectordari FBD ini adalah Bappeda,
dan oleh larena itu biasanya FBD sangat dekat dalam kerja sama kegiatan dengan
kelembagaan pembangunan lain dibawah instansi Bappeda, yaitu Tim Koordinasi
Pembangunan.
BBD adalah semacam forum lintas desa sesuai dengan konsep kawasan yang
dikembangkan yaitu teridi atas a 2 sampai 6 desa di sebuah kawasan sasaran. BBD
berperan melakukan implementasi kegiatan-kegiatan P2KPT di desa-desa
wilayahya. Pengurus dan anggota BBD berasal dari unsur pemerintah desa dan
masyarakat dari desa-desa bersangkutan.
Melihat kondisi saat ini dari hasil evaluasi lapangan dan pengamatan terhadap
perkembangan kelembagaan masyarakat P2KPT beberapa tahun terakhir, dapatdikatakan bahwa peran dan fungsi-fungsi kelembagaan di tingkat masyarakat
sebagaimana dikonsepsikan oleh P2KPT, belum berjalan seperti diharapkan.
Kondisi tersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a) Pemahaman Tim Koordinasi, FBD dan BBD terhadap kegiatan P2KPT masih
bersifat teknis dan belum memahami substansi secara utuh.
8/9/2019 Evaluation Report on P2KPT Program 2010_2014_Final
46/105
LAPORAN EVALUASI P2KPT 2010 - 2014
HALAMAN |32
b) Fungsi dan peran kelembagaan FBD dan BBD belum terjadi secara optimal.
Pada tahun pertama saja kelembagaan tersebut berperan dalam perencanaan
kegiatan, namun setelah itu lembaga-lembaga tersebut tidak memiliki peran
maksimal karena proses pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui Pihak ke-3.
c)
Sebagian besar daerah sudah mengalokasikan dana pendamping untuk
pembinaan dan penguatan terhadap kelembagaan FBD dan BBD, namun
minimnya alokasi dana yang dapat digunakan untuk melaksanakan pembinaan
dan penguatan kelembagaan tersebut, maka pelaksanaanya belum optimal.
Oleh karena itu ke depan perlu ditetapkan besaran prosentase sharing dana
yang harus disediakan oleh daerah, dimana dana tersebut bisa dimanfaatkan
untuk melakukan perencanaan, pendampingan dan supervisi, evaluasi serta
pembiayaan operasional kelembagaan P2KPT oleh daerah.
d)
Selama tahun 2013 dan 2014 sangat sedikit kegiatan-kegiatan untuk
pengembangan kapasitas melalui pelatihan-pelatihan yang bermanfaat yang
diberikan kepada kelembagaan-kelambagaan P2KPT tersebut, baik
dilaksanakan di pusat maupun daerah. Kegiatan pembinaan terhadap
kelembagaan tersebut dan penguatan terhadap kelembagaan FBD dan BBD
belum optimal dilaksanakan pada tahun awal kegiatan P2KPT. Oleh karena itu
dalam rangka optimalisasi perlu dilakukan sosialisasi dan