Upload
hoangkien
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Executive Summary
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
EXECUTIVE SUMMARY
OPTIMASI PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI DI KAWASAN PERBATASAN
Desember 2014
Executive Summary
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya
kegiatan litbang Optimasi Pengelolaan Jaringan Irigasi di Kawasan Perbatasan
yang dilaksanakan Balai Irigasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber
Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum, DIPA Tahun anggaran 2014, dapat
diselesaikan.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk menerapkan prototipe pengembangan jaringan
irigasi di kawasan perbatasan berupa bangunan irigasi berbahan ferocement,
dengan harapan dapat mendukung upaya peningkatan pengelolaan jaringan
irigasi di lokasi penelitian.
Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan terintegrasi Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Air dalam mendukung terwujudnya tujuan yang
terkait dengan ketahanan pangan dan air.
Executive Summary ini disusun oleh Dadang Ridwan, ST, MPSDA sebagai ketua
Tim dan dibantu oleh anggota tim lainnya yaitu : Ir. M. Muqorrobin, Guntur Safei,
ST, Hanhan Ahmad S, STP, M.Agr, dan Dadan Rahmandani,ST, di bawah
bimbingan Kepala Balai Irigasi.
Kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan Litbang
Optimasi Pengelolaan Jaringan Irigasi di Kawasan Perbatasan terutama pada
penyusunan Executive Summary ini, diucapkan terima kasih, semoga bermanfaat
Bandung, Desember 2014
Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air
Dr. Ir. Suprapto, M. Eng NIP. 19570507 198301 1 001
Executive Summary
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
1. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
2. Tujuan dan Sasaran ............................................................................................. 2
3. Sasaran Keluaran (Output) .................................................................................. 2
4. Lingkup Kegiatan ................................................................................................. 3
5. Metode ................................................................................................................. 3
6. Hasil kegiatan dan Pembahasan ......................................................................... 4
7. Kesimpulan dan Saran ....................................................................................... 10
Executive Summary
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
1
1. Latar Belakang
Kawasan perbatasan suatu negara memiliki peran penting dalam penentuan batas
wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam, menjaga keamanan dan
keutuhan wilayah. Pembangunan wilayah perbatasan pada dasarnya merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional. Kawasan perbatasan mempunyai
nilai strategis dalam mendukung keberhasilan pembangunan nasional, hal
tersebut ditunjukkan oleh karakteristik kegiatan yang mempunyai dampak penting
bagi kedaulatan negara, menjadi faktor pendorong bagi peningkatan
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya, memiliki keterkaitan yang
saling mempengaruhi dengan kegiatan yang dilaksanakan di wilayah lainnya yang
berbatasan dengan wilayah maupun antar negara, serta mempunyai dampak
terhadap kondisi pertahanan dan keamanan, baik skala regional maupun nasional
(Husnadi 2006).
Kecamatan Sajingan besar berada di wilayah kabupaten Sambas Provinsi
Kalimantan Barat, yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia (Sarawak).
Wilayah ini merupakan salah satu wilayah perbatasan strategis Indonesia-
Malaysia, yang kaya akan sumber daya alam, namun keberadaannya selama ini
kurang mendapat perhatian pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pembangunan wilayah. Banyak permasalahan yang muncul, seperti kesenjangan
ekonomi, ketertinggalan pembangunan, dan keterisolasian kawasan, bahkan
terjadinya proses dehumanisasi (peminggiran masyarakat), dan dekulturisasi,
yang secara makro dapat mengarah pada dis-integrasi wilayah (Husnadi 2006).
Oleh karenanya sangat diperlukan pengembangan kawasan perbatasan yang
sinergi dengan penerapan kebijakan para stakeholder yang dapat mendorong
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, salah satunya melalui dukungan
infrastruktur irigasi.
Provinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Sambas, Kecamatan Paloh dan Sajingan
Besar dikenal dengan PALSA merupakan lokasi yang menjadi prioritas
pertama yang ditetapkan oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP),
dalam pengembangan kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia, dan sekaligus
dijadikan sebagai pilot project Forum Komunikasi Kelitbangan (Puslitbang SDA
2013).
Executive Summary
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
2
Sebagai tindak lanjut riset bersama, Pusat Litbang Sumber Daya Air pada tahun
2013, telah melakukan kajian Identifikasi Potensi Sumber Daya Air Di Kawasan
Perbatasan Indonesia-Malaysia dan pada tahun 2014 dilanjutkan dengan kegiatan
penerapan hasil litbang bidang Sumber Daya Air. Balai Irigasi Pusat Litbang
Sumber Daya Air sebagai unit pelaksana teknis pada tahun 2014 ini melakukan
kegiatan penerapan hasil litbang bidang irigasi dalam kegiatan “optimalisasi
pengelolaan jaringan irigasi di kawasan perbatasan”.
Kegiatan Litbang ini merupakan bagian dari kelompok kegiatan terintegrasi dalam
kegiatan Litbang Ketahanan Pangan dan Air, pada Pusat Litbang Sumber Daya
Air.
2. Tujuan dan Sasaran
Kegiatan ini bertujuan untuk menerapkan prototype optimasi pengelolaan jaringan
irigasi di kawasan perbatasan dengan harapan dapat menjadi percontohan
sekaligus mendukung upaya peningkatan pengelolaan jaringan irigasi di kawasan
perbatasan khususnya di lokasi penelitian.
3. Sasaran Keluaran (Output)
Sasaran output dari kegiatan Optimasi Pengelolaan Irigasi di Kawasan
Perbatasan adalah prototip optimasi pengelolaan jaringan irigasi di kawasan
perbatasan berupa : berupa bangunan irigasi berbahan ferocement.
Sasaran mutu kegiatan litbang Optimasi Pengelolaan Irigasi di Kawasan
Perbatasan, adalah sebagai berikut :
1) Mampu meningkatkan luas layanan irigasi lebih dari 50% dan indek
pertanaman lebih dari 30 % dari luas lahan sawah yang ada;
2) mampu meningkatkan efisiensi irigasi di saluran, yang secara otomatis dapat
menghemat air irigasi dan meningkatkan luas layanan irigasi;
3) Dapat dijadikan percontohan dalam penerapan bangunan irigasi berbahan
ferosemen baik oleh petani setempat maupun para stakeholder terkait;
4) Kegiatan pembangunan prototip dapat diselesaikan dalam waktu 3 bulan.
Executive Summary
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
3
4. Lingkup Kegiatan
Tahapan kegiatan litbang Optimasi Pengelolaan Jaringan Irigasi di Kawasan
Perbatasan meliputi
1). Penerapan Prototip
2). Kajian penerapan
5. Metode
Kegiatan ini merupakan penelitian tindakan, melalui penerapan langsung di
lapangan, dengan pendekatan partisipatif. Variabel penelitian meliputi : (i)
efektifitas penerapan prototip ditinjau dari potensi yang ada, proses pengerjaan;
(ii) kajian teknis dan kinerja; (iii) evaluasi kinerja pasca penerapan.
Model penelitian yang digunakan adalah penerapan penerapan prototip skala
penuh. Kegiatan kajian ini dirancang diterapkan pada lokasi dimana memiliki
permasalahan irigasi dan menjadi prioritas penanganan. Luasan lahan yang
dijadikan lokasi kajian adalah + 30 Ha.
Proses kajian dari mulai survai penentuan lokasi, pelaksanaan pembuatan prototip
dan evaluasi penerapan dilakukan dengan melibatkan langsung petani (kelompok
tani) sekitar lokasi kajian.
Pengumpulan data dilakukan melalui : wawancara, penyebaran kuisioner kepada
responden petani, dan dokumentasi dengan mencatat, mengutip, merekam
data/informasi yang ada dari Dinas, Kecamatan, Desa, PPL dan Kelompok Tani.
Untuk menganalisis syarat teknis dan kinerja prototip, dilakukan melalui pengujian
lapangan antara lain meliputi : kecepatan aliran, debit, dan kehilangan air di
saluran.
Evaluasi kinerja pengelolaan jaringan irigasi dilakukan menggunakan metode
Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Tersier (EKJT), yang pernah disusun oleh Balai
Irigasi pada tahun 2007. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan
petani, pengamatan/pengukuran langsung di lapangan.
Executive Summary
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
4
6. Hasil kegiatan dan Pembahasan
Kegiatan yang telah dilaksanakan sampai dengan penyusunan konsep laporan
akhir adalah sebagai berikut :
6.1 Persiapan
Kegiatan diskusi dilakukan dengan tim kajian pendahulu yang dilakukan pada
Tahun Anggaran 2013, dengan menghasilkan beberapa data dan informasi awal
terkait kajian ini antaralain :
a) Terdapat beberapa lokasi di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia yang
memerlukan sentuhan teknologi hasil litbang antaralain Kecamatan Paloh dan
Kecamatan Sajingan Besar.
b) Kecamatan Sajingan Besar direkomendasikan sebagai daerah atau lokasi
kajian yang mempunyai potensi pengembangan daerah irigasi, sumber air dan
memiliki permasalahan irigasi serta memerlukan penanganan;
c) Di Kecamatan Sajingan Besar, Infrastruktur jaringan irigasi masih sangat
minim, sehingga lahan sawah masih mengandalkan air hujan. Untuk
memenuhi stok pangan masyarakat sekitar lokasi masyarakat lebih memilih
bertani di gunung, yang berdampak pada rusaknya kondisi hulu DAS.
d) Terdapat beberapa wilayah di Kecamatan Sajingan Besar yang ditinju baik
berdasarkan potensi pengembangan lahan irigasi, sumber air maupun
keberterimaan masyarakatnya. Direkomendasikan Desa Kaliau', Dusun
Sajingan Kecamatan Sajingan Besar, merupakan pilihan tepat dijadikan
sebagai lokasi kajian.
e) Terdiri dari dua prototip yang direkomendasikan untuk diterapkan, antara lain
berupa (i) bangunan pengatur muka air dan (ii) prototip lining saluran
berbahan ferosemen.
f) Dinas terkait dan aparat camat, aparat desa, dan tokoh masyarakat didapatkan
masyarakat sangat mendukung terhadap rencana penerapan prototip ini.
Untuk literatur yang terkait dengan kegiatan ini masih relative sedikit, masih
mengandalkan sebagian kecil data dan informasi dari dinas terkait.
Executive Summary
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
5
6.2 Pelaksanaan
1) Perencanaan Prototip
a. Perhitungan Kebutuhan Air
Kebutuhan air dianalisis dari mulai pengolahan lahan sampai menjelang panen.
Kebutuhan air irigasi pada prinsipnya ditentukan oleh : penggunaan konsumtif,
curah hujan efektif (Re), penyiapan lahan (PL), perkolasi (P), penggantian lapisan
air (Water Level Requirement/ WLR) dan efisiensi irigasi (EI).
Debit rencana diperhitungkan berdasarkan persamaan (Standar Perencanaan
Irigasi, 2010) :
Q = (C x NFR x A)/e
dimana :
Q = debit rencana (l/s)
NFR = kebutuhan air di sawah (l/s/ha)
A = luas daerah yang diairi (ha)
C = koefisien pengurangan karena adanya sistem golongan
e = efisiensi irigasi secara keseluruhan
Nilai C di tetapkan 1, hal tersebut dikarenakan untuk pengambilan air irigasi
dilakukan secara langsung dari saluran, tidak ada pengurangan debit rencana.
Sementara NFR ditetapkan sebesar 1,2 l/s.
Luas lahan irigasi direncanakan 30 Ha, dengan efisiensi irigai 0.72 dengan
asumsi sekunder 90% dan tersier 80%, diperoleh debit rencana yang diperlukan
adalah Qrencana = (1 x 1.2 x 30)/0.72= 50 l/s, sementara untuk Qtersedia = 61.0 l/s.
Debit yang yang tersedia mencukupi terhadap air irigasi yang dibutuhkan, tidak
perlu dilakukan sistim rotasi dan sistim pola tanam bisa serempak.
Berikut adalah perhitungan debit rencana pada masing-masing bangunan bagi
sebagai berikut:
Bangunan Bagi BBBr, untuk melayani sawah 2.98 Ha :
Qrencana = (1 x 1.2 x 3 )/0.72= 5 l/s.
Bangunan Bagi BBKw, untuk melayani sawah 2.92 Ha:
Qrencana = (1 x 1.2 x 2.9)/0.72= 4.9 l/s.
Bangunan Bagi BBNL, untuk melayani sawah 7.85 ha:
Executive Summary
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
6
Qrencana = (1 x 1.2 x 7.9)/0.72= 13.1 l/s.
Bangunan Bagi untuk pengembangan, dapat melayani sawah 16.3 ha:
Qrencana = (1 x 1.2 x 16.3)/0.72= 27.1 l/s.
b. Perhitungan Dimensi Prototip
(1). Prototip Lining Saluran berbahan Ferosemen
Berdasarkan hasil perhitungan untuk memenuhi debit rencana ditetapkan
lebar saluran adalah 0.3 m, dan tinggi 0,6 m (termasuk 0,2 m untuk tinggi
jagaan). Dalam penerapannya saluran dengan lining ferosement, dianjurkan
kecepatan rata-rata disaluran tidak kurang dari 0.6 m/s untuk menghindari
terjadinya pengendapan pasir atau lumpur disepanjang saluran (Standar
Perencanaan Irigasi 2010). Dimensi saluran direncanakan dengan kemiringan
rata-rata saluran (S= 0.004) dan diperhitungkan sebagai berikut :
Tabel 1. Perhitungan dimensi prototip saluran (lining ferosemen)
m m m m2 m tabel m m/s m3/sec cm
Saluran Pembawa :
BR - KW 0.30 326.96 0.60 0.50 0.48 1.64 70.00 0.29 1.7 0.0040 1.95 0.94 0.2 0.49 OK
KW - NL 0.30 181.88 0.60 0.50 0.48 1.64 70.00 0.29 0.8 0.0040 1.95 0.94 0.2 0.49 OK
BBNL 0.30 132.19 0.60 0.50 0.48 1.64 70.00 0.29 1.5 0.0040 1.95 0.94 0.2 0.49 OK
A P ∆h S V Q
Tinggi
Jagaan
(w)
K
m
m R FR<0.55Ruas Saluran B L h
Sumber : Hasil perhitungan, 2014
Untuk menghindari terjadinya gelombang-gelombang tegak dipermukaan air
dan untuk mencegah agar aliran tidak menjadi kritis akibat berkurangnya
kekasaran saluran atau gradien hidrolis yang lebih curam, bilangan Froude
(Fr) dari aliran yang dipercepat tidak melebihi 0.5.
Berdasarkan hasil perhitungan kontrol bilangan Froude (Fr) pada Tabel 1,
gelombang-gelombang tegak dapat dihindari hal ini terlihat dari nilai Fr di
sepanjang ruas saluran adalah 0.49 < 0.5.
2) Penerapan prototip
Kegiatan penerapan prototip telah mulai dilaksanakan pada tanggal 21 Juni
2014. Sampai dengan konsep laporan akhir ini kegiatan yang telah
dilaksanakan adalah :
Executive Summary
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
7
a. Bangunan Pengumpul (Capturing)
Penerapan prototip bangunan pengumpul (capturing) dilakukan dengan di
tempat (cast in situ). Konstruksi yang digunakan adalah pasangan batu kali
seperti pada Gambar 1.
Gambar 1 . Proses Pemasangan serta Pintu air dan Bangunan Pengumpul (Capturing)
terpasang
b. Saluran Pembawa
Prototip saluran pembawa, dibuat dengan 2 tipe, sistim cor di tempat (cast in
situ) dan sistim pra-cetak (pre-cast) disesuaikan dengan kondisi lapangan,
seperti tampak pada Gambar 1 dan 2. Bahan yang digunakan meliputi
campuran mortar dengan komposisi 1:4 (1 semen PC : 4 pasir), kawat anyam,
dan tulangan rangka berdiameter 6 mm.
Gambar 2 . saluran pembawa berbahan ferosemen terpasang
Executive Summary
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
8
c. Prototip Bangunan Bagi
Penerapan prototip bangunan bagi tersier dilakukan dengan sistim pra cetak,
disebabkan kondisi lapangan kurang memungkinkan untuk melakukan cetak di
tempat (cast in situ), seperti pada Gambar 3. Bahan yang digunakan meliputi
campuran mortar dengan komposisi 1:4 (1 semen PC : 4 pasir), kawat anyam,
dan tulangan rangka berdiameter 6 mm.
Gambar 3 . Proses Pemasangan dan Bangunan Bagi (Box Tersier) terpasang
6.3 Analisis Hasil Kegiatan dan Pembahasan
1). Pelaksanaan Uji teknis prototip
Pelaksanaan uji teknis meliputi : (i) uji pengaliran air ; (ii) uji efisiensi irigasi
(kebocoran saluran); (iii) kondisi dan fungsi prototip bangunan irigasi (saluran,
box tersier , dan pintu air).
Uji pengaliran
Kecepatan Aliran :
Uji pengaliran meliputi uji kecepatan aliran dan debit . Berdasarkan hasil
pengujian kecepatan aliran air di saluran pembawa, yang dilakukan pada 5
lokasi, sebanyak 3-5 kali pengukuran pada masing-masing variasi n (n=10
detik dan n=30 detik) diperoleh kecepatan aliran rerata pada TMA= 5 cm,
adalah 2.34 m/s dan pada TMA = 6.5 cm rerata kecepatan aliran sebesar
2.81 m/s.
Kecepatan maksimum yang diizinkan akan menentukan kecepatan rencana
untuk dasar saluran, baik saluran tanah tanah ataupun saluran dengan
pasangan campuran. Di dalam saluran ferrocemen khususnya penampang
tapal kuda, disyaratkan tidak timbul atau terjadi endapan dalam saluran.
Executive Summary
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
9
Minimum kecepatan aliran ditetapkan vmin= 0,6 m/s, dengan tujuan agar
pasir atau lumpur tidak mengendap disepanjang saluran, sedangkan untuk
kecepatan aliran maksimum ditetapkan sebesar vmaks= 3 m/s (SPI, 2013).
Apabila melihat data pengujian seperti pada table 7, dan kriteria yang
ditetapkan dalam Standar Perencanaan Irigasi, kecepatan aliran pada
prototip saluran pembawa berbahan ferosemen ini telah memenuhi syarat
yang telah ditetapkan.
Debit Aliran :
Berdasarkan hasil pengukuran, debit air yang masuk pada bangunan bagi
dan yang dialirkan ke sawah melalui box tersier dan kuarter adalah 1.2
l/s/ha. Hal ini tidak kurang dari jumlah rencana kebutuhan air di sawah yaitu
sebesar 1.2 l/s/ha.
Uji efisiensi irigasi
Untuk mengukur nilai efisiensi irigasi, dilakukan dengan cara
membandingkan debit yang ke luar dari bangunan sadap yang dialirkan ke
lahan dengan debit yang masuk ke lahan. Berdasarkan hasil pengujian nilai
efisiensi irigasi di saluran pembawa adalah > 90% (data masih berifat
sementara masih perlu dilakukan pengujian yang lebih komprehensif).
Uji kuat tekan
Untuk mengukur kekuatan tekan lining saluran berbahan ferosemen,
dilakukan uji tekan melalui Hammer Test. Kuat tekan lining saluran
mempunyai tekanan rata-rata 200 kg/cm2.
Apabila melihat data pada tabel 8, masih terlihat hasil pengujian di beberapa
lokasi mempunyai nilai dibawah 200, hal ini disebabkan ketebalan pasangan
atau komposisi campuran pasir semen kurang merata. Namun sebagian
besar kuat tekan ferosemen mempunyai nilai kuat tekan yang cukup baik
dan cukup kedap.
2). Uji kinerja Prototip
Untuk memastikan prototip yang telah terpasang mempunyai fungsi dan
kondisi baik dilakukan uji pengaliran (running test) dari mulai bangunan sadap
sampai dengan box kuater yang langsung masuk ke sawah. Hasil running test,
menunjukan prototip yang terpasang telah berfungsi dengan baik dan
Executive Summary
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
10
memenuhi kriteria sebagai irigasi teknis (dapat dibagi, diatur dan diukur).
Sampai dengan penyusunan konsep laporan akhir ini hasil uji kinerja belum
dapat disajikan, masih dalam proses pengujian.
3). Evaluasi Penerapan
Untuk evaluasi penerapan dilakukan melalui pendekatan evaluasi penerapan
kinerja jaringan irigasi terseir (EKJT) metode analisis kwadran. Uji manfaat ini
lebih difokuskan terhadap pengaruh penerapan prototip (dalam rangka
peningkatan infrastruktur irigasi) terhadap pengelolaan irigasi di lokasi kajian.
7. Kesimpulan dan Saran
7.1 Kesimpulan
Dari hasil kegiatan dan pembahasan disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1) Penerapan prototip bangunan irigasi berbahan ferosemen dilakukan di DI
Kiawit untuk melayani areal irigasi sekitar +30 Ha, berupa saluran pembawa
berbentuk travesium berdimensi lebar atas 0,4 m lebar bawah 0,6 m, tinggi
0,6m, bangunan bagi tersier berdimensi 0,6 m x 0,6 m dan bangunan bagi
kuarter, berdimensi 0,5 m x 0,5 m.
2) Debit air yang tersedia di daerah irigasi Kiawit adalah sebesar 60l/s, dan
debit yang dibutuhkan untuk melayani luas potensial irigasi sekitar 30 hektar
sebesar 50 l/s;
3) Berdasarkan hasil uji teknis kecepatan aliran air di saluran pembawa adalah
berkisar antara 2.34 m/s - 2.81 m/s. Secara teknis kecepatan aliran yang ada
memenuhi persyaratan aman terhadap endapan material lebih dari 0.008 mm;
4) Bahan ferosemen yang digunakan merupakan campuran mortar 1:3, dengan
kuat tekan beton ferosemen rata-rata di atas 200 kg/cm2.
5) Berdasarkan uji kinerja prototip, memberikan nilai efisiensi di saluran irigasi
sekitar 91.5%, dan berpotensi mampu meningkatkan IP lebih dari 49%.
6) Berdasarkan Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Tersier (EKJT) prototip cukup
memberikan nilai input irigasi bagus, namun usahatani masih tetap rendah,
disebabkan masih terdapat aspek lain yang perlu diperhatikan diluar irigasi.
Executive Summary
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
11
7.2 Saran
Bebrapa hal yang yang menjadi saran dalam konsep laporan akhir adalah sebagai
berikut :
1) Partisifasi petani masih relatif kurang, sehingga masih diperlukan pembinaan
dari pihak terkait, termasuk dalam hal budidaya pertanian khususnya
pertanian lahan sawah;
2) Agar terselenggaranya pengelolaan irigasi dengan baik termasuk dalam
pemanfaatan dan pemeliharaan hasil litbang, dirasa perlu segera melakukan
penjajakan pembentukan Perkumpulan PetanI pemakai Air (P3A);
3) Untuk meningkatkan nilai usahatani, sangat diperlukan input lain di luar irigasi
terkait peningkatan nilai usahatani, terutama dalam hal teknologi budidaya,
dan sarana produksi padi.