6
[INDONESIA-L] XPOS---> Bank Exim Ba From: [email protected] Date: Sat Mar 07 1998 - 06:48:00 EST Forwarded message: From [email protected] Sat Mar 7 10:46:58 1998 Date: Sat, 7 Mar 1998 08:45:49 -0700 (MST) Message-Id: <[email protected] > To: [email protected] From: [email protected] Subject: [INDONESIA-L] XPOS---> Bank Exim Bangkrut, Kalah Main Valas Sender: [email protected] Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom E-mail: [email protected] Xpos, No 10/I/7 - 13 Maret 98 ------------------------------ BANK EXIM BANGKRUT, KALAH MAIN VALAS (PERISTIWA): Salah hitung dalam jual-beli dollar, Bank Exim rugi sekitar Rp 8 - 14 trilyun. Efek domino skandal ini bisa merubuhkan bank-bank lain. BI terpaksa menomboki. Di tengah krisis moneter yang tak kunjung membaik, ada- ada saja per- soalan baru yang membebani ekonomi kita. Setidaknya,

Exim Bank Bangkrut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Exim Bank Bangkrut

Citation preview

Page 1: Exim Bank Bangkrut

[INDONESIA-L] XPOS---> Bank Exim BaFrom: [email protected]: Sat Mar 07 1998 - 06:48:00 EST

Forwarded message: From [email protected] Sat Mar 7 10:46:58 1998 Date: Sat, 7 Mar 1998 08:45:49 -0700 (MST) Message-Id: <[email protected]> To: [email protected] From: [email protected] Subject: [INDONESIA-L] XPOS---> Bank Exim Bangkrut, Kalah Main Valas Sender: [email protected] 

Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom E-mail: [email protected] Xpos, No 10/I/7 - 13 Maret 98 ------------------------------ 

BANK EXIM BANGKRUT, KALAH MAIN VALAS 

(PERISTIWA): Salah hitung dalam jual-beli dollar, Bank Exim rugi sekitar Rp 8 - 14 trilyun. Efek domino skandal ini bisa merubuhkan bank-bank lain. BI terpaksa menomboki. 

Di tengah krisis moneter yang tak kunjung membaik, ada-ada saja per- soalan baru yang membebani ekonomi kita. Setidaknya, cadangan devisa Bank Indonesia yang tinggal 16 milyar dollar itu, akan makin tipis, karena tersedot untuk menutupi kerugian Bank Exim yang kalah main valas sebesar 2,23 milyar dolar AS. BI, agaknya akan terpaksa men- omboki kerugian itu. Sebab tanpa pertolongan BI, Bank Exim pasti bangkrut dan pengaruh beruntunnya bisa menimpa bank-bank lain. 

Skandal Bank Exim, yang terjadi akibat akumulasi kerugian sejak pertengahan tahun lalu itu, semula hendak ditutup-tutupi oleh otoritas moneter. Tetapi, muncul ke permukaan karena bocornya surat Bacelius Ruru, Dirjen Pembinaan BUMN, kepada Menteri Keuangan, Mari'e Muhammad. Dalam Nota Dinas, bernomor ND-233/BU/1998 bertanggal 20 Februari 1998 itu, Bacelius Ruru melaporkan kondisi keuangan di PT Bank Ekspor Impor 

Page 2: Exim Bank Bangkrut

Indonesia (Exim). Ia menyebutkan, devisa netto di Bank Exim, pada awal Desember lalu, berada dalam posisi negatif 2,23 milyar dollar. Atau dengan perhitungan kurs 1 dolar setara Rp 5.000,- Bank Exim rugi Rp 4,56 trilyun. 

"Kalau dihitung dengan kurs Rp 9.000 seperti sekarang, kerugian Bank Exim bisa mencapai Rp 8 trilyun," kata Kodradi, Direktur Utama Bank Exim. Menurut perhitungan Xpos, kerugian itu bisa membengkak sampai Rp 14 trilyun. 

Bagaimana Bank Exim bisa terlilit kerugian sebesar itu? Jawabnya sederhana: salah hitung dalam jual beli dolar. Begini. Dalam perban- kan, sudah lumrah mereka melakukan praktek jual-beli dolar, dengan penyerahan kemudian (forex forward trading). Tak terkecuali, Bank Exim. Sejak sebelum krisis moneter, Juli 1997, mereka meneken kontrak penjualan sejumlah dolar dengan nilai tertentu, yang baru akan dire- alisasi, misalnya enam bulan kemudian. 

Untuk memudahkan, kita buat contoh, pada Juni 1997, mereka meneken kontrak, penjualan dolar sebesar 2,23 milyar, yang baru akan diserah- kan Desember 1997. Nilai dolar dalam kontrak itu, dengan perhitungan sebelum krisis, misalnya ditetapkan Rp 3.000 per dolar. Bank Exim, sebetulnya, di tangan belum memegang dolar yang akan dijualnya itu. Ia akan mencari di pasar mata uang, mendekati hari pembayaran. Tetapi, tanpa diduga, dolar melejit sampai Rp 9.400,-. Maka untuk menyediakan 2,23 milyar dolar itu, Bank Exim menderita rugi Rp 14 trilyun. 

"Situasi moneter sekarang kan memang tidak ada yang meramalkan. Kurs dolar AS terhadap rupiah tidak terkendali. Hampir semua bank mengala- mi. Jadi bukan hanya Bank Exim" kata Irvan Prawiranata, Direktur Muda Bank Exim, seperti dikutip Kontan. 

Tetapi, selain soal krisis yang tak terkendali, manajemen Bank Exim juga bermain terlalu berani dalam perdagangan uang, hingga melanggar rambu-rambu. Menurut aturan BI, dengan modal Rp 1,5 trilyun, Bank Exim tak boleh membuka kontrak lebih dari Rp 375 milyar. Artinya, Bank Exim telah melanggar batas ketentuan jual beli valas, hampir 15 kali lipat dibanding batas yang diizinkan. Kepada Kontan, Irvan membela keputusan Bank Exim itu, dengan mengatakan, "Dalam keadaan darurat, kita tak bicara teori, tapi bagaimana bisa mempertahankan hidup." 

Page 3: Exim Bank Bangkrut

Masalahnya, kondisi darurat itu bukan hanya menimpa Bank Exim. Dan, kekeliruannya dalam menangani situasi darurat itu, justru menimbulkan problem baru bagi dunia perbankan.Yang terkena dampak langsung adalah BI. Bank sentral itu harus menanggung kerugian Bank Exim. Cadangan devisa BI akan makin susut. Dan, ini menimbulkan krisis kepercayaan yang makin buruk. Usaha pemerintah Indonesia mencari pinjaman dolar - misalnya janji IMF untuk mencairkan 3 milyar dollar pertengahan bulan ini -, makin sulit terealisasi, karena investor ragu apakah devisa itu dipakai menomboki utang bank atau reformasi ekonomi. Ketidakpercayaan itu, tampaknya mendorong nilai tukar rupiah merosot lagi, hingga melampaui angka psikologis Rp 10.000,- pekan ini. 

Selain itu, bangkrutnya Bank Exim, akan berpengaruh langsung pada bank-bank yang berbisnis dengan bank itu. Misalnya, bank-bank yang mempunyai piutang ke bank Exim, akan sulit menagih, dan membuat per- formance mereka turun. Krisis ini juga membuat usaha merger empat bank pemerintah - Bank Exim, BBD, Bapindo dan BDN, menjadi Bank Catur - akan kehilangan arti, selain menggabungkan utang-utang dan kredit macet. "Penggabungan bank pemerintah itu seperti hanya menggabungkan penyakit," kata seorang pengamat perbankan. 

Apa langkah Bank Exim selanjutnya? Yang pasti, manajemen bank itu, minta izin Menteri Keuangan dan BI, untuk "merekayasa" laporan keuan- gan mereka. Intinya, kerugian selama tahun 1997 itu, akan dibagi menjadi kerugian selama lima tahun, 1997 - 2002, agar laporan bukunya, tiap tahun tidak kelihatan jeblok. "Apabila nilai kerugian itu tercan- tum dalam neraca, dapat mengakibatkan citra negatif, yang pada gilir- annya mengalami kesulitan pendanaan terutama dari lender luar negeri," tulis Kodradi, Direktur Utama Bank Exim, dalam suratnya kepada Menkeu, Mari'e Muhammad, 3 Desember 1997. 

Akal-akalan memoles neraca keuangan itu, tentu saja tak bisa memper- baiki kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Apalagi, usaha menutup- nutupi krisis - yang akhirnya jebol juga itu -, akan menambah sulit penyelesaian kasus Bank Exim. Tak dapat disalahkan, bila bank ini akan terkena rush. Jaminan pemerintah, rasanya tak lagi cukup kuat untuk menenangkan masyarakat. Sebab, yang bakal hilang kan uang mereka? (*) 

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1998/03/07/0049.htm l