Upload
others
View
37
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RANCANG BANGUN DAN KARAKTERISASI SENSOR
EXTENSOMETER BERBASIS INCREMENTAL ROTARY
ENCODER SEBAGAI PENDETEKSI DINI TANAH LONGSOR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sains (S.Si.)
Oleh
Mamduh Dliyaul Jawwad
NIM: 1110097000029
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 Juni 2016
Mamduh Dliyaul Jawwad
i
ABSTRAK
Indonesia rawan sekali terjadi bencana tanah longsor. Menurut data yang
diperoleh dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) jumlah kejadian
dan korban dari tahun ke tahun terus bertambah hal ini dikarenakan belum
tersedia alat pendeteksi dini tanah longsor. Berdasarkan alasan tersebut bahwa
dibutuhkan suatu alat yang dapat mendeteksi dini bencana tanah longsor. Alat
yang biasa digunakan untuk mendeteksi dini tanah longsor ialah extensometer.
Extensometer yang dibuat yaitu jenis kontak. Extensometer ini berbasis
incremental rotary encoder sebagai sensor jarak dan microcontroller ATmega328
sebagai pengontrol utama. Metode karakterisasi alat yang digunakan penelitian ini
yaitu metode uji ex situ. Parameter yang dicari yaitu besaran panjang. Proses
karakterisasi dengan cara penarikan-pelepasan kawat dari extensometer kelipatan
5 mm sehingga menghasilkan jumlah pulsa setara dengan kelipatan tersebut dan
proses diulangi sampai panjang tarikan hingga mencapai 200 mm. Data dianalisis
menggunakan rumus Regresi linear untuk mencari koefisien output pulsa. Didapat
koefisien output pulsa; 1 pulsa = 0.0157 mm. Hasil uji coba akhir didapat
menggunakan regresi linear yaitu untuk penarikan y = 1.0071x - 2.1847 dan
pelepasan y = 1.0078x - 3.331.
Kata kunci : Tanah longsor, Extensometer, incremental rotary encoder, AVR
ATmega328, regresi linear.
ii
ABSTRACT
Indonesia prone to occur landslides. According to the data from Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), the number of incidents and casualties from
year to year continues to grow, it was because not yet available instrument early
landslides detection. For that reason is required a equipment which able to early
landslides detection. Instrument commonly used to early landslides detection is
extensometer. Extensometer made that is a kind of contact. This extensometer
based incremental rotary encoder as sensors distance and microcontroller
ATmega328 as main control. A method of characterization an instrument used
research is ex situ methods. Parameter sought namely the long. The process
characterization by means of pull-loose wires of extensometer a multiple 5 mm so
as to produce the number of pulse equivalent to a multiple the and the process of
repeated until long pull up to 200 mm. Data analyzed using formulas linear
regression to find the coefficients output pulse. Obtained the coefficients output
pulse; 1 pulse = 0.0157 mm. The results; pull y = 1.0071x - 2.1847 and loose y =
1.0078x - 3.331.
Keywords : Landslides, extensometer, incremental rotary encoder, AVR
ATmega328, linear regression.
iii
KATA PENGANTAR
Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih
sayang, rahmat, petunjuk, dan ilmu-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam juga turut dihaturkan kepada Nabi
Muhammad Shallallu ‘Alaihi Wassallam yang selalu menjadi panutan penulis.
Bersyukur juga kepada kedua orang tua dan kakak, serta adik-adik yang telah
banyak memberikan dukungan berupa materiil maupun moral.
Penelitian dan penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari dukungan
berbagai pihak. Tanpa bantuan mereka tentu penulis akan sangat kesulitan dalam
menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu, mereka ialah:
1. Ambran Hartono, M.Si., Dr. Bambang Widiyatmoko, M.Eng., dan
Suryadi, S.Si. selaku pembimbing penulis yang telah memberikan banyak
ilmu dan waktunya dalam memberikan arahan dalam penyusunan skripsi
ini.
2. Para dosen dan staf pengajar Prodi Fisika Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang juga telah memberikan ilmu dan ajarannya.
3. Almamater kebanggaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, tempat penulis banyak menimba ilmu.
4. Pihak lembaga Pusat Penelitian Fisika – Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia PUSPITEK yang telah banyak membantu dalam memperoleh
data yang saya perlukan.
iv
5. Seluruh sahabat-sahabat penulis khususnya fisika UIN angkatan 2010.
Semoga Allah SWT membalas atas semua kebaikan yang telah kalian berikan.
Harapan penulis kiranya skripsi ini semoga kelak akan bermanfaat bagi dunia
pendidikan dan keberlangsungan hidup umat manusia.
Jakarta, 9 juni 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah .............................................................................. 3
1.3. Batasan Masalah .................................................................................... 3
1.4. Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.5. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
1.6. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
BAB II DASAR TEORI ................................................................................. 5
2.1. Tanah Longsor ....................................................................................... 5
2.2. Sistem Extensometer .............................................................................. 7
2.2.1. Incremental Rotary Encoder............................................................ 9
2.2.2. Pengontrol Utama Berbasis Mirocontroller AVR ATmega328 ..... 12
2.3. Karakterisasi Extensometer .................................................................. 14
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 16
3.1. Tujuan Operasional Penelitian ............................................................. 16
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 17
3.3. Metode Penelitian ................................................................................ 17
3.3.1. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................. 18
3.3.2. Perancangan dan Pembuatan Hardware ........................................ 20
3.3.3. Pembuatan Algoritma ................................................................... 22
3.3.4. Karakterisasi Alat ......................................................................... 25
3.4. Analisis Kerja Alat .............................................................................. 26
BAB IV HASIL DAN ANALISIS ..................................................................... 27
4.1. Hasil Pembuatan Extensometer ............................................................ 27
4.2. Analisis Hasil Karakterisasi Alat .......................................................... 29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 32
5.1. Kesimpulan.......................................................................................... 32
5.2. Saran ................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 34
LAMPIRAN ...................................................................................................... 35
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1. Data bencana tanah longsor di Indonesia dari tahun 2012 s.d 2014…...4
Tabel 3.1. Alat dan Bahan………………………………………………………..19
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1. Diagram bebas tanah longsor……………………………………..…5
Gambar 2.2. (a) Longsoran Translasi, (b) Longsoran Rotasi, (c) Longsoran Aliran
Bahan Rombakan. (Sumber: geospasial.bnpb.go.id )……………………..6
Gambar 2.3. Sistem extensometer…………………………………………………8
Gambar 2.4. Cara kerja incremental rotary encoder………………………….….10
Gambar 2.5. Pulsa pada (a) Putaran searah jarum jam (clockwise), (b) Berlawanan
arah jarum jam (counter clockwise) (Sumber: www.omron.com)...........11
Gambar 2.6. Incremental rotary encoder E6B2-CWZ6C Omron dan output
rangkaiannya (Sumber: www.omron.com)...............................................11
Gambar 2.7. Pin microcontroller AVR ATmega328 PDIP (Sumber:
www.atmel.com)................................................................................... 12
Gambar 2.8. Konfigurasi rangkaian pengontrol utama..…………………………13
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian…………………………………………....18
Gambar 3.2. Gambar 1 desain rotary encoder built-in roll, gambar 2 rotary
encoder dan pcb, gambar 3 pengabungan dengan boks…………....21
Gambar 3.3. Skema rangkaian pengontrol utama extensometer menggunakan
software Proteus 7……………………………………...…………..22
ix
Gambar 3.4. Flowchart algoritma pemrograman untuk keluaran pulsa…………23
Gambar 3.5. Flowchart algoritma pemrograman untuk keluaran hasil akhir berupa
jarak…………………………...……………………………………24
Gambar 3.6. Proses karakterisasi………………………………………………...25
Gambar 4.1. Hasil rancangan hardware alat extensometer………………………27
Gambar 4.2. Hasil rancangan elektrik pengontrol utama………………………...28
Gambar 4.3. Konfigurasi sistem extensometer…………………………………..29
Gambar 4.4. Grafik hasil karakterisasi extensometer…………………………….30
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tabel Proses Karakterisasi……………………………………………….35
2. Grafik Proses Karakterisasi………………………………………………36
3. Tabel Hasil Karakterisasi………………………………………………...36
4. Listing Program Akhir…………………………………………….……..38
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia terletak diantara tiga lempeng dunia yaitu lempeng
Pasifik, lempeng Eurasia dan lempeng Australia. Lempeng-lempeng tersebut tidak
statis tapi terus bergerak saling menumbuk dan tumpang tindih. Konsekuensi dari
tumbukan dan tumpang tindih tersebut terbentuklah palung samudera, lipatan
kerak bumi, sebaran sumber gempa bumi dan sebaran gunung berapi. Indonesia
sendiri memiliki 129 gunung berapi aktif, dengan begitu Indonesia sangat rawan
akan bencana gempa bumi dan letusan gunung berapi. Banyaknya gunung berapi
di Indonesia memiliki dampak kepada jenis tanah yang berasal dari letusan
gunung berapi yaitu jenis tanah pelapukan. Tanah tersebut memiliki komposisi
tanah lempung (liat) dengan sedikit pasir dan bersifat sangat subur. Jenis tanah
tersebut jika berada diatas batuan kedap air pada daerah perbukitan dengan kontur
terjal sangat berpotensi terjadi bencana tanah longsor (Anonim. 2005).
Menurut data yang diperoleh dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana,
data pada tahun 2012, 2013 dan tahun 2014 menunjukkan bahwa kejadian
bencana tanah longsor frekuensinya sangat sering terjadi dan memakan banyak
korban. Jika bencana tanah longsor tersebut tidak segera diantisipasi maka akan
2
terjadi lagi kehilangan nyawa dengan cara sia-sia yang seharusnya bisa
diantisipasi.
Tabel 1.1. Data bencana tanah longsor di Indonesia dari tahun 2012 s.d 2014
(Sumber: http://geospasial.bnpb.go.id/pantauanbencana/data/
datalongsorall.php, 2015. “telah diolah kembali”)
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa jumlah korban dan kerugian terus
ada dan trennya terus meningkat sehingga dapat dianalisis bahwa kenapa
masyarakat enggan untuk pindah dikarenakan daerah rawan longsor adalah daerah
yang sangat subur jadi sulit untuk merelokasi masyarakat. Dan kenapa terus
meningkat dikarenakan masalah kewajaran yaitu jumlah populasi manusia
didaerah tersebut terus meningkat.
Oleh karena itu dibutuhkan sebuah solusi yang dapat mencegah dan
mengurangi dari dampak tanah longsor. Salah satu solusinya yaitu menggunakan
suatu alat yang berfungsi untuk mendeteksi dini tanah longsor. Alat yang biasa
digunakan untuk mendeteksi pergeseran tanah atau tanah longsor yaitu alat
Tahun
Jumlah
Kejadian
Korban Jiwa
Bangunan Rusak
dan Terancam
Meninggal
Dunia
Luka-luka
Tempat Tinggal
Sarana Umum
2014
350
202
123
3568
202
2013
265
128
82
2125
152
2012
79
67
60
772
33
3
bernama extensometer. Extensometer terdapat dua tipe, kontak dan non-kontak.
Tipe kontak umumnya menggunakan kawat sebagai extension-nya. Sedangkan
non-kontak menggunakan cahaya. Namun extensometer tipe kontak lebih mudah
dalam pembuatannya.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut maka permasalahannya yaitu
bagaimana cara merancang dan membangun extensometer tipe kontak sebagai alat
pendeteksi dini tanah longsor.
1.3. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini batasan-batasan permasalahannya yaitu:
1. Extensometer yang dibuat menggunakan incremental rotary encoder
E6B2-CWZ6C Omron sebagai sensor pergeseran tanah dan
microcontroller AVR ATmega328 sebagai pengontrol utama.
2. Extensometer yang dibuat tidak menggunakan alarm sebagai
pemberitahu atau notifikasi tambahan dan data yang dihasilkan dikirim
ke komputer pribadi melalui komunikasi serial rs485.
3. Dalam penelitian ini pengujian hanya sampai pada uji ex situ yaitu
pengujian di luar sistem kerjanya atau dalam skala laboratorium.
1.4. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara merancang dan membangun extensometer tipe kontak
sebagai alat pendeteksi dini tanah longsor.
4
2. Bagaimana cara melakukan karakterisasi alat tersebut.
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah merancang dan membangun alat pendeteksi
dini tanah longsor extensometer tipe kontak dengan incremental rotary encoder
E6B2-CWZ6C Omron sebagai sensor pergeserean tanah dan microcontroller
AVR ATmega328 sebagai pengontrol utama serta melakukan karakterisasi alat
tersebut.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu terciptanya sebuah
alat yang dapat mendeteksi dini tanah longsor sehingga diharapkan dapat
mencegah dan mengurangi kerugian baik korban jiwa maupun kerugian materi.
5
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Tanah Longsor
Peristiwa tanah longsor adalah sebagai gerakan massa tanah, atau dapat
didefinisikan perpindahan material pembentuk lereng, dapat berupa batuan asli,
tanah pelapukan, bahan timbunan atau kombinasi dari material – material tersebut
yang bergerak ke arah bawah dan keluar lereng (Varnes, D.J. 1978). Diagram
bebasnya bisa dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.1. Diagram bebas tanah longsor
Proses terjadinya yaitu air yang meresap kedalam tanah atau batuan akan
menambah bobot material dan mengurangi gaya gesek. Jika air yang meresap
kedalam material tersebut sampai kepada tanah kedap air yang berperan sebagai
bidang luncur, maka tanah pelapukan diatasnya akan bergerak kebawah mengikuti
6
lereng dan terjadilah tanah longsor. Atau jika dalam rumus fisika dapat diartikan
sebagai berikut:
W sin Ɵ > μk W cos Ɵ ……………………… (1.1)
Dengan W sebagai berat material longsor, μk sebagai koefisien gesek kinetik
dan μk W cos Ɵ sebagai fk yaitu gaya gesek material. Dan tentu dengan adanya air
gaya geseknya akan semakin mengecil sehingga peluang terjadinya tanah longsor
semakin besar.
(a) (b)
(c)
Gambar 2.2. (a) Longsoran Translasi, (b) Longsoran Rotasi, (c) Longsoran
Aliran Bahan Rombakan. (Sumber: geospasial.bnpb.go.id )
7
Jenis longsoran ada bermacam-macam, bisa dilihat pada gambar 1.2.
Umumnya yang paling sering terjadi di Indonesia ialah longsoran translasi dan
longsoran rotasi. Sedangkan yang paling banyak memakan korban yaitu jenis
longsoran aliran bahan rombakan. Jenis longsoran ini terjadi ketika massa tanah
bergerak didorong oleh air. Kecepatannya tergantung pada kemiringan lereng,
volume tanah, tekanan air dan jenis materialnya. Jangkauannya bisa mencapai
ribuan meter.
2.2. Sistem Extensometer
Extensometer adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk mendeteksi
besar kecil pergeseran permukaan tanah. Extensometer berfungsi sebagai alat
pendeteksi dan pengukur adanya pergerakan ataupun pergeseran permukaan tanah
dalam orde milimeter (Huston,1879). Extensometer jenis kontak terdiri dari
beberapa bagian utama yaitu bagian pengontrol (pengolah data) dan sensor.
Bagian pengontrol atau biasa disebut main control berupa microcontroller
berfungsi sebagai pengolah data, akuisisi data atau sebagai data logger. Bagian
sensor yang berupa rotary encoder berfungsi sebagai pendeteksi adanya
perubahan fisis yaitu berupa putaran pada rotary encoder atau perubahan panjang
pergeseran tanah. Dan sebuah kawat berfungsi sebagai extension atau penghubung
antara rotary encoder yang berada di tempat tetap dengan sebuah tiang di tanah
yang berpotensi bergeser atau longsor.
8
Gambar 2.3. Sistem extensometer
Cara kerja alat atau sensor extensometer yaitu mula-mula sebelum
pemasangan harus dilakukan survei tempat guna mengetahui daerah yang
berpotensi mengalami bencana tanah longsor. Kemudian proses pemasangannya
yaitu pada tiang 1 bagian pengontrol utama dan sensor dipasang pada sisi tanah
yang statis atau tidak mengalami pergeseran tanah, ditempat yang lebih tinggi.
Pada bagian tiang 2 dipasang pada tanah yang berpotensi mengalami pergeseran.
Diantara keduanya dihubungkan dengan sebuah kawat. Skema pemasangan
terlihat sebagaimana pada gambar 2.1. Jika tanah yang dipasangi tiang 2
mengalami pergeseran maka sensor berupa rotary encoder yang telah
dihubungkan melalui kawat dengan tiang 2 akan berputar (input data) dan data
berupa sinyal digital yang keluar dari rotary encoder akan masuk ke pengontrol
utama dan diterjemahkan sebagai besaran panjang. Kemudian data tersebut
9
dikirim melalui komunikasi serial menggunakan serial rs485 yang terpasang pada
pengontrol utama ke komputer pribadi. Sehingga data tersebut dapat dianalisis
apakah berpotensi terjadi tanah longsor atau tidak.
Adapun uraian tentang dasar teori bagian-bagian dari sensor extensometer
adalah sebagai berikut:
2.2.1. Incremental Rotary Encoder
Rotary encoder adalah sebuah alat elektris-mekanis yang dapat
mengkonversi posisi sudut (perputaran shaft) menjadi sebuah data analog
atau data digital. Sedangkan incremental rotary encoder ialah salah satu
jenis dari sensor rotary encoder. Incremental rotary encoder terdiri dari
beberapa bagian yaitu sebuah cakram kode (code disk) dengan terdapat
lubang-lubang kode sebagai pembentuk data digital, sumber cahaya beserta
sensor cahaya (photodetector) dan papan elektris (electronics board) sebagai
converter data analog ke data digital.
Prinsip kerja incremental rotary encoder yaitu ketika alat tersebut
mendapat masukan besaran fisis berupa putaran pada bagian shaft, sumber
cahaya yang selalu menyala tersebut akan diterima oleh photodetector. Pulsa
yang diterima oleh photodetector tergantung dari cakram kode apakah
cahaya tersebut diteruskan ke photodetector melalui lubang-lubang kode
atau terhalang olehnya. Jika tidak terhalang atau diteruskan hingga diterima
oleh photodetector maka data high, dan jika terhalang maka data low.
Jumlah pulsa dalam satu rotasi tergantung seberapa banyak jumlah lubang
10
pada cakram kode. Semakin banyak lubang semakin presisi rotary encoder
tersebut.
Gambar 2.4. Cara kerja incremental rotary encoder
Incremental rotary encoder memiliki 3 macam kanal output/ phase
yaitu kanal A, kanal B dan kanal Z (dalam penelitian ini kanal Z tidak
digunakan), tipe ini termasuk tipe encoder quadrature. Tipe quadrature
artinya pulsa yang dihasilkan dari kanal A dan kanal B memiliki beda fase
90°. Dari keluaran tersebut dapat diketahui posisi sudut, kecepatan sudut dan
arah putaran. Tapi dalam penelitian ini yang dibutuhkan hanya posisi sudut
yang kemudian akan diterjemahkan menjadi pergeseran tanah dan arah
putaran untuk membedakan adanya tarikan maju atau mundur. Cara untuk
mengetahui posisi sudut dan arah putaran yaitu seperti terlihat pada gambar
2.3 dengan cara membandingkan kanal A dengan kanal B.
11
Gambar 2.5. Pulsa pada (a) Putaran searah jarum jam (clockwise), (b)
Berlawanan arah jarum jam (counter clockwise) (Sumber:
www.omron.com)
Dalam penelitian ini rotary encoder yang digunakan adalah E6B2-
CWZ6C buatan Omron. Rotary encoder ini mampu membaca sebanyak
2000 pulsa dalam sekali revolusi. Artinya, jika proses pembacaan
menggunakan metode quadrature dapat mampu membaca hingga 8000
pulsa per revolusi. Adapun gambar dan output rangkaiannya bisa dilihat
pada gambar berikut ini:
Gambar 2.6. Incremental rotary encoder E6B2-CWZ6C Omron dan output
rangkaiannya (Sumber: www.omron.com).
12
2.2.2. Pengontrol Utama Berbasis Mirocontroller AVR ATmega328
Microcontroller ATMega328 adalah sebuah chip microcontroller
buatan perusahaan semikonduktor asal Amerika Serikat yaitu Atmel.
Microcontroller tersebut termasuk ke dalam seri megaAVR. ATMega328
mempunyai arsitektur RISC (Reduce Instruction Set Computer) sehingga
proses eksekusi data lebih cepat dari pada arsitektur CISC (Complete
Instruction Set Computer). Fitur dari microcontroller ini yaitu memiliki
Flash memory sebesar 32 KB, SRAM (Static Random Access Memory)
sebesar 2 KB, EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only
Mermory) sebesar 1 KB, pin I/O digital sebanyak 14 pin 6 diantaranya
PWM (Pulse Width Modulation), dan dengan clock 8 MHz.
Gambar 2.7. Pin microcontroller AVR ATmega328 PDIP (Sumber:
www.atmel.com)
Agar sebuah microcontroller bisa digunakan maka diperlukan
rangkaian minimal yaitu sistem minimum. Sistem minimum microcontroller
13
adalah rangkaian paling sederhana agar microcontroller tersebut dapat
beroperasi. Sistem minimum seri AVR sangat sederhana yaitu hanya
menghubungkan VCC dan AVCC dengan catu +5V, GND dan AGND ke
Ground , pin Reset diambangkan chip sudah bekerja normal dan tanpa
memakai kristal, atau pakai kristal jika membutuhkan lebih dari 8MHz
(karena kristal internal 8MHz) (Winoto,A. 2010).
Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa komponen tambahan yaitu
berupa Kristal 11.0592 MHz, interface serial max485 dan serial converter.
Pemilihan Kristal 11.0592 MHz bertujuan agar ketika menggunakan
baudrate 115.2Kbps mendapat error rate sebesar 0.0%. Dan penggunaan
interface serial max485 bertujuan agar komunikasi serial dapat dilakukan
dengan jarak yang cukup jauh mengingat max 485 dapat menjangkau hingga
jarak 1.2 Km. Adapun konfigurasi rangkaiannya bisa dilihat pada gambar
2.6 dibawah ini:
Gambar 2.8. Konfigurasi rangkaian pengontrol utama.
14
2.3. Karakterisasi Extensometer
Karakterisasi adalah proses yang dilakukan terhadap sebuah instrumen
untuk mengetahui parameter-parameter dasar instrumen tersebut . Metode
karakterisasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode uji ex situ. Metode
uji ex situ ialah metode uji dengan menempatkan instrumen tidak pada kondisi
kerjanya atau biasa disebut juga uji laboratorium. Parameter yang dicari dalam
instrumen ini yaitu besaran panjang.
Proses untuk memperoleh besarannya dengan cara penarikan kawat dari
extensometer per 5 mm (kelipatan 5 mm) sehingga menghasilkan keluaran berupa
jumlah pulsa setara dengan 5 mm tersebut. Proses diulangi sampai panjang tarikan
hingga mencapai 200 mm. Kemudian besaran-besaran tersebut dianalisis
menggunakan metode Regresi Linear Sederhana (simple linear regression).
Kelipatan besaran panjang 5 mm tersebut dijadikan variabel X dan nilai-nilai
pulsa kelipatan 5 mm tersebut dijadikan variabel Y. Regresi Linear Sederhana
adalah Metode Statistik yang berfungsi untuk menguji sejauh mana hubungan
sebab akibat antara variabel faktor penyebab (X) terhadap variabel akibatnya (Y).
Model persamaan Regresi Linear Sederhana adalah sebagai berikut:
Y = a + bX ………………………… (2.1)
Y adalah Variabel Response atau Variabel Akibat (Dependent), X adalah
Variabel Predictor atau Variabel Faktor Penyebab (Independent), a adalah
konstanta, dan b adalah koefisien regresi (kemiringan) besaran Response yang
ditimbulkan oleh Predictor. Nilai-nilai a dan b dapat dihitung menggunakan
rumus dibawah ini:
15
a
b
…….. (2.2)
Dalam penelitian ini metode Regresi Linear Sederhana digunakan untuk
menghasilkan koefisien sebagai nilai pengali jumlah output pulsa sehingga
menghasilkan prediksi besaran panjang. Dan kemudian hasil tersebut dapat
dianalisis menggunakan metode regresi linear sederhana kembali dan metode
analisis Korelasi Sederhana Pearson (Pearson Product Moment) untuk mengukur
kekuatan hubungan dua variabel (Siregar, S. 2010). Rumus Korelasi Sederhana
Pearson sebagai berikut:
r
2 2 2 2 …………. (2.3)
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tujuan Operasional Penelitian
Penelitian dengan judul “Rancang Bangun dan Karakterisasi Sensor
Extensometer Berbasis Incremental Rotary Encoder sebagai Pendeteksi Dini
Tanah Longsor” memiliki tujuan yaitu merancang dan membangun sebuah alat
pendeteksi dini tanah longsor dengan sebuah sensor jarak berupa incremental
rotary encoder E6B2-CWZ6C buatan Omron dan sebagai pengontrol utama yaitu
mikrokontroller tipe ATmega328 buatan Atmel.
Perancangan sistem mekanis menggunakan software AutoCAD dan
perancangan rangkaian elektrik menggunakan software Proteus. Rangkaian dibuat
sesuai dengan sistem minimum microcontroller serta rangkaian tambahan untuk
dapat melakukan komunikasi serial dengan personal komputer sehingga output
data dapat dilihat dan dianalisis. Pada bagian pembuatan algoritma pemrograman
tahapan awal yaitu membuat algoritma untuk mengambil nilai berupa jumlah
pulsa dengan kelipatan 5 mm dari 0 mm sampai 200 mm sama dengan 41 jumlah
data. Jumlah-jumlah pulsa tersebut kemudian dianalisis menggunakan rumus
Regresi Linear Sederhana untuk mendapatkan rumus prediksi dan kemudian
rumus tersebut digunakan sebagai prediksi untuk menghasilkan prediksi output
akhir yaitu nilai besaran panjang sehingga kemudian besaran panjang dapat
dianalisis menggunakan rumus korelasi Pearson untuk mengukur kekuatan
hubungan input dengan output.
17
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dengan judul “Rancang Bangun dan Karakterisasi Sensor
Extensometer Berbasis Incremental Rotary Encoder sebagai Pendeteksi Dini
Tanah Longsor” dilakukan di Pusat Penelitian Fisika ( P2F ) Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia ( LIPI ) Kecamatan Serpong, Kabupaten Tanggerang,
Provinsi Banten, Indonesia. Dan waktu pelaksanaannya dilakukan pada bulan
September sampai dengan bulan November 2015.
3.3. Metode Penelitian
Secara ringkas tahapan-tahapan penelitian yaitu tahapan awal ialah
persiapan penelitian seperti studi literatur dengan mencari jurnal ilmiah yang
relevan dengan penelitian ini, pengadaan peralatan dan pengadaan bahan. Tahapan
selanjutnya yaitu perancangan dan pembuatan hardware, tahapan ini berisi
perancangan dengan software AutoCAD untuk bagian mekanis dan menggunakan
software Proteus untuk bagian elektris. Tahapan selanjutnya pembuatan algoritma
pemrograman, dibuat menggunakan Arduino IDE. Tahapan berikutnya
karakterisasi alat yaitu upaya menentukan parameter dasar alat. Tahapan
selanjutnya yaitu analisis kerja alat serta membuat kesimpulan. Diagram alirnya
seperti gambar 3.1 berikut ini:
18
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian.
3.3.1. Alat dan Bahan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat tiga bagian alat utama yaitu sensor,
pemroses data, dan alat monitoring. Sensor yang digunakan yaitu berupa
incremental rotary encoder E6B2-CWZ6C buatan pabrikan Omron.
Pemroses data yaitu berupa microcontroller AVR ATmega328P-PU buatan
Atmel. Sedangkan alat monitoring menggunakan komputer pribadi (laptop).
Komponen-komponen pendukung lainnya bisa dilihat dalam tabel 3.1
berikut ini:
19
Tabel 3.1. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan Keterangan
Alat:
1. Software Arduino IDE
2. Software AutoCAD 2010
3. Software Termite RS232 terminal
4. Software Proteus
Versi 1.0.1
Versi 2010
Versi 3.2.5317
Versi 7
Bahan:
1. Microcontroller AVR ATmega328P-
PU Atmel
2. Rotary encoder incremental E6B2 -
CWZ6C Omron
3. Serial Converter Module - US48I
Autonics
4. Crystal 11.0592 MHZ
5. Transceiver MAX485CSA
6. Jangka sorong
7. Komputer pribadi (laptop)
8. Adaptor 9 volt
9. Printed circuit board (pcb)
10. Kawat baja
11. Boks plastic
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
secukupnya
1 meter
1unit
20
3.3.2. Perancangan dan Pembuatan Hardware
Perancangan hardware dibagi menjadi 2 bagian yaitu perancangan
mekanik dan perancangan elektrik. Perancangan mekanik meliputi sensor
rotary encoder, boks, kawat, dan penggabungan dengan board elektrik.
Perancangan elektrik yaitu membuat minimum sistem dari microcontroller
dan sistem komunikasi serial dengan komputer pribadi.
Dalam penelitian ini proses perancangan menggunakan software
AutoCAD 2010. Perancangan dimulai dengan desain roll kawat/wire, roll
dibuat seperti sistem pegas agar ketika kawat ditarik dan kemudian dilepas
maka akan kembali seperti semula. Kawat yang digunakan yaitu kawat baja
dangan panjang 1 meter. Kurang lebih sistemnya sama seperti meteran yang
dipakai pekerja bangunan. Desain selanjutnya yaitu menambahkan papan
sirkuit elektronik. Desain papan sirkuit dibuat seperti demikian agar
menghemat ruang dan desain boks dilubangi agar dapat dilewati kawat dan
sebagai penahan kawat atau batas nol dari pengukuran. Desain lengkapnya
bisa dilihat pada gambar 3.2 berikut ini:
21
Gambar 3.2. Gambar 1 desain rotary encoder built-in roll, gambar 2
rotary encoder dan pcb, gambar 3 pengabungan dengan
boks.
Pada bagian elektrik perancangan dibuat menggunakan software
Proteus 7 dan skema rangkaiannya sesuai dengan yang telah dijelaskan pada
bagian dasar teori. Gambarnya bisa dilihat pada gambar 3.3 berikut ini:
ROTARY ENCODER
PCB
ROLL
2
BOKS
LUBANG
KAWAT
1
3
22
Gambar 3.3. Skema rangkaian pengontrol utama extensometer menggunakan
software Proteus 7.
3.3.3. Pembuatan Algoritma
Dalam penelitian ini fungsi teknis algoritma yaitu untuk
mengakuisisikan data dari sensor ke mikrokontroller, serta menampilkan
data dan menyimpan hasil pengukuran. Di penelitian ini dibuat dua
algoritma pemrograman, satu untuk mendapatkan keluaran berupa pulsa
untuk kemudian dianalisis menggunakan metode regresi linear dan satu lagi
untuk mendapatkan hasil akhir yaitu keluaran jarak. Flowchart dari
algoritma untuk keluaran pulsa ialah:
23
Gambar 3.4. Flowchart algoritma pemrograman untuk keluaran pulsa.
Pada algoritma pertama dimulai dengan tahapan mulai atau siap
mendapatkan input, kemudian tahapan input yaitu bagian ketika sensor
mendapatkan input sebuah jarak. Kemudian pada bagian pemrosesan yaitu
penerjemahan input berupa jarak ke bentuk pulsa dengan metode measuring
quadrature. Dan kemudian output-nya berupa jumlah pulsa.
Pada algoritma yang kedua ada penambahan yaitu dengan
menggunakan rumus analisis regresi, proses ini ialah proses dilakukannya
prediksi untuk menentukan besaran panjang dengan menggunakan rumus
24
Analisis Regresi. Kode program dapat dilihat di bagian lampiran dan
flowchart algoritma yang kedua dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut ini:
Gambar 3.5. Flowchart algoritma pemrograman untuk keluaran hasil
akhir berupa jarak.
25
3.3.4. Karakterisasi Alat
Pada bagian ini yaitu proses karakterisasi alat mula-mula dilakukan
dengan cara penarikan kawat dengan ukuran jarak tarikan per-5mm. Gambar
bisa dilihat pada gambar 3.5 dibawah ini:
Gambar 3.6. Proses karakterisasi.
Penarikan terus diulangi per-5 mm sampai jarak 200 mm. setelah itu lawan
dari penarikan yaitu pelepasan per-5 mm hingga mencapai jarak 0 mm atau
200 mm dengan arah terbalik. Pengukuran jarak dibantu dengan alat bantu
ukur yaitu jangka sorong. Output yang dihasilkan dari penarikan ini ialah
masih dalam bentuk pulsa dan algoritma yang dipakai yaitu algoritma yang
pertama. Jumlah pulsa yang dihasilkan dari penarikan dan pelepasan per-5
mm tersebut menjadi input untuk rumus regresi linear sederhana. Jarak per-5
mm sebagai variabel X dan jumlah pulsa sebagai variabel Y. Jadi didapat
dua rumus yang dihasilkan, satu untuk rumus penarikan dan satu lagi
sebagai pelepasan. Kemudian hasil tersebut dijumlahkan dan dirata-ratakan.
EXTENSOMETER
WIRE
JANGKA SORONG
26
Rumus regresi hasil rata-rata antara penarikan dan pelepasan itulah
yang dijadikan rumus regresi untuk algoritma kedua. Dengan men-
subtitusikan besaran 5 mm kedalam rumus regresi hasil rata-rata sebagai
variabel x sehingga menghasilkan nilai variabel y. Nilai y tersebut adalah
jumlah prediksi pulsa untuk jarak 5 mm, sehingga dapat dicari untuk 1 pulsa
mewakili sekian milimeter. Nilai yang mewakili itulah yang dijadikan
koefisien dari algoritma yang kedua sehingga setiap pulsa yang keluar dari
hasil pengolahan measuring quadrature langsung dikalikan dengan
koefisien tersebut dan kemudian menghasilkan keluaran berupa prediksi
ukuran jarak sesuai dari input tarikan.
3.4. Analisis Kerja Alat
Setelah melakukan pembuatan alat kemudian setelah itu alat tersebut
dikarakterisasi sehingga mendapatkan parameter yang diinginkan, tahapan
selanjutnya yaitu analisis kerja alat. Metode analisis yang digunakan yaitu hasil
akhir yang didapat melalui proses karakterisasi (data hasil karakterisasi dapat
dilihat di bagian lampiran) berupa prediksi ukuran jarak dianalisis menggunakan
persamaan analisis regresi linear dan persamaan analisis korelasi pearson.
Persamaan analisis regresi linear bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
hubungan antara variabel x berupa ukuran jarak sebenarnya dengan variabel y
yaitu ukuran jarak prediksi. Dan analisis korelasi pearson bertujuan untuk
mengukur kekuatan hubungan antara ukuran jarak sebenarnya dengan ukuran
jarak hasil karakterisasi.
27
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
4.1. Hasil Pembuatan Extensometer
Hasil ini sesuai dengan rancangan awal yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya dan telah berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Gambar
alatnya bisa dilihat pada gambar 4.1 berikut ini:
Gambar 4.1. Hasil rancangan hardware alat extensometer.
Rancangan hardware ini terdiri dari incremental rotary encoder yang telah
disatukan dengan roll kawat, kemudian pcb rangkaian elektrik berbasis
ROTARY ENCODER
KAWAT
BOKS
PCB
ROLL
28
microcontroller ATmega328 sebagai pengontrol utama dan berupa boks sebagai
pelindung sistem dan sekaligus sebagai pembatas kawat.
Untuk rancangan elektrik hasilnya sesuai dengan rancangan yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya akan tetapi ada komponen-komponen yang pada
penelitian ini tidak digunakan. Komponen-komponen yang digunakan ditandai
dengan kotak berwarna merah berikut:
Gambar 4.2. Hasil rancangan elektrik pengontrol utama.
Dan ketika alat tersebut difungsikan, ada peralatan tambahan yaitu module
serial converter SCMUS48I yang berguna untuk konversi ke USB personal
komputer dan adaptor sebagai pemberi daya pada sistem ini. Gambar konfigurasi
ATMEGA328
RESET
MAX485
KRISTAL
29
alatnya ketika alat tersebut saat digunakan untuk karakterisasi maupun uji hasil
penelitian bisa dilihat pada gambar 4.3 berikut ini:
Gambar 4.3. Konfigurasi sistem extensometer.
4.2. Analisis Hasil Karakterisasi Alat
Proses karakterisasi alat sesuai dengan metode yang telah dijelaskan
sebelumnya yaitu kawat ditarik per-5 milimeter kemudian diambil data berupa
jumlah pulsa yang keluar dari tiap tarikan. Tiap tarikan per-5 milimeter dijadikan
variabel x dan jumlah pulsa yang keluar dijadikan varibel y pada rumus regresi
linear sederhana. Jadi didapat dua rumus yang dihasilkan, satu untuk rumus
penarikan dan satu lagi sebagai pelepasan. Data hasil dari pengukurannya dapat
dilihat pada bagian lampiran. Hasil persamaan regresi yang didapat untuk
EXTENSOMETER
KAWAT
SERIAL CONVERTER
ADAPTOR
30
penarikan yaitu y = 60.028x + 9.8502 dan untuk pelepasan yaitu y = 59.95x +
23.909. Kemudian sesuai dengan proses yang telah dijelaskan di bab sebelumnya
yaitu hasil tersebut dijumlahkan dan dirata-ratakan menjadi y = 59.989x +
16.8796.
Dengan men-subtitusikan besaran 5 mm kedalam rumus y = 59.989x +
16.8796 maka didapat 1 pulsa sama dengan bernilai 0.0157 mm. Nilai 0.0157 mm
itulah yang dijadikan koefisien dari algoritma yang kedua sehingga setiap pulsa
yang keluar dari hasil pengolahan measuring quadrature langsung dikalikan
dengan koefisien 0.0157 mm dan kemudian menghasilkan keluaran berupa
prediksi ukuran jarak sesuai dari input tarikan. Untuk mengetahui hasil dari
karakterisasi alat ini juga dilakukan hal yang sama yaitu penarikan dan pelepasan
dengan jarak 5 milimeter dan output-nya berupa prediksi jarak hasil karakterisasi.
Hasilnya bisa dilihat pada grafik dibawah ini:
Gambar 4.4. Grafik hasil karakterisasi extensometer.
31
Dari gambar tersebut titik biru menunjukkan hasil penarikan dan pada titik
merah menunjukkan hasil pelepasan, dan terlihat dari grafiknya bahwa hasil dari
karakterisasi alat ini menunjukkan alat ini telah berfungsi dengan baik dan dengan
metode analisis regresi linear sederhana didapat persamaan regresi untuk hasil
penarikan ialah y = 1.0071x - 2.1847 dan untuk persamaan regresi pelepasan yaitu
y = 1.0078x - 3.331.
Adanya selisih nilai tersebut dikarenakan terdapat 2 faktor, faktor yang
pertama yaitu faktor mekanik atau alatnya sendiri yaitu bagian roll. Dibagian roll
sulit untuk membuat gulungan kawat yang apabila tergulung berulang kali akan
membentuk posisi gulungan seperti semula. Dari situlah faktor mekanik berasal
sehingga menghasilkan perbedaan jarak. Faktor kedua yaitu faktor keterbatasan
penguji sendiri sebagai manusia dikarenakan proses pengujian pada bagian
penarikan maupun pelepasan kawat dilakukan secara manual menggunakan
jangka sorong sehingga ketelitian yang bisa dicapai sangat terbatas di satuan
millimeter.
Dan dengan analisis menggunakan rumus korelasi sederhana Pearson
didapat angka 1 atau mendekati angka 1 artinya hasil menunjukkan korelasi yang
sangat kuat dan dari hasil tersebut sudah cukup akurat untuk mendeteksi gerakan
tanah yang menyebabkan terjadinya tanah longsor.
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Telah berhasil merancang dan membangun alat pendeteksi dini tanah
longsor extensometer berbasis incremental rotary encoder dan berfungsi
dengan baik.
2. Hasil karakterisasi extensometer, 1 pulsa = 0.0157 mm panjang kawat.
3. Hasil analisis menggunakan rumus regresi linear didapat pada penarikan
yaitu y = 1.0071x - 2.1847 dan untuk pelepasan yaitu y = 1.0078x - 3.331.
Dan untuk hasil analisis korelasi pearson nilai untuk penarikan dan
pelepasan yaitu 0.999. Bisa disimpulkan bahwa korelasi bernilai sangat
erat.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian ini diperoleh saran sehingga bisa menghasilkan
penelitian yang lebih baik, beberapa sarannya yaitu:
1. Desain mekanik bagiann roll dapat dibuat berulir agar gulungan kawat
tidak saling menindih sehingga hasil yang diperoleh bisa lebih akurat.
33
2. Proses karakterisasi pada bagian penarikan maupun pelepasan dapat
dilakukan lebih akurat dengan menggunakan motor stepper agar setiap
jarak tarikan lebih presisi.
3. Pengujian alat agar dapat dilakukan pada kondisi kerjanya.
4. Alat ini bisa lebih disempurnakan dengan penambahan sistem wireless
untuk monitoring dan bisa dikembangkan dengan menmbahkan sirine
sebagai alarm.
34
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Data longsor, http://geospasial.bnpb.go.id/pantauanbencana/data/
datalongsorall.php (diakses 24/8/2015).
Anonim. 2005. Pengenalan Gerakan Tanah,
http://esdm.go.id/regulasi/pencarianlegislasiaregulasi/
doc_download/489-pengenalan-gerakan-tanah.html (diakses 24/8/2015).
Huston, C. 1879. The Effect of Continued and Progressively Increasing Strain
Upon Iron. Journal of Franklin Institute, Vol. 107 No. 1.
Siregar, S. 2010. STATISTIKA DESKRIPTIF UNTUK PENELITIAN Dilengkapi
Pehitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Rajawali Pers.
Varnes, D.J. 1978. “Slope Movement and Type and Processes, Landslide Analysis
and control.” Transportation Research Board, special Report 176,
Washington D.C. : National Research Council.
Winoto, A. 2010. Mikrokontroler AVR ATmega8/32/16/8535 dan
pemrogramannya dengan Bahasa C pada WinAVR. Bandung:
Informatika.
35
LAMPIRAN
1. Tabel Proses Karakterisasi
No. Pulsa Penarikan (y)
Jarak (x) (mm) Pulsa Pelepasan (y)
1. 0 0 0
2. 299 5 297
3. 601 10 602
4. 904 15 906
5. 1207 20 1211
6. 1510 25 1514
7. 1812 30 1817
8. 2111 35 2117
9. 2412 40 2418
10. 2714 45 2764
11. 3014 50 3060
12. 3315 55 3351
13. 3619 60 3652
14. 3919 65 3949
15. 4219 70 4240
16. 4522 75 4524
17. 4820 80 4823
18. 5120 85 5121
19. 5420 90 5418
20. 5712 95 5713
21. 6012 100 6012
22. 6313 105 6312
23. 6610 110 6614
24. 6911 115 6912
25. 7211 120 7216
26. 7506 125 7505
27. 7809 130 7813
28. 8109 135 8109
29. 8414 140 8415
30. 8716 145 8710
31. 9019 150 9019
32. 9320 155 9318
33. 9622 160 9623
34. 9919 165 9916
36
35. 10216 170 10220
36. 10514 175 10512
37. 10810 180 10813
38. 11108 185 11113
39. 11410 190 11412
40. 11711 195 11708
41. 12008 200 12008
6. Grafik Proses Karakterisasi
7. Tabel Hasil Karakterisasi
No. Pulsa Penarikan (y)
10-1 mm (x)
Pulsa Pelepasan (y)
1. 2 0 2
2. 50 50 51
37
3. 100 100 100
4. 150 150 149
5. 199 200 199
6. 248 250 248
7. 299 300 297
8. 349 350 348
9. 400 400 399
10. 450 450 449
11. 501 500 499
12. 552 550 549
13. 602 600 600
14. 652 650 650
15. 701 700 700
16. 752 750 752
17. 803 800 802
18. 853 850 853
19. 904 900 903
20. 955 950 954
21. 1005 1000 1004
22. 1056 1050 1054
23. 1106 1100 1105
24. 1156 1150 1156
25. 1207 1200 1206
26. 1257 1250 1257
27. 1308 1300 1307
28. 1357 1350 1358
29. 1407 1400 1409
30. 1457 1450 1457
31. 1507 1500 1507
32. 1556 1550 1557
33. 1607 1600 1607
34. 1658 1650 1658
35. 1710 1700 1710
36. 1760 1750 1761
37. 1811 1800 1812
38. 1862 1850 1862
39. 1913 1900 1913
40. 1964 1950 1964
41. 2015 2000 2015
38
8. Listing Program Akhir
/************************************************************
Program: ROTARY ENCODER
Function: Main (complete program listing in this file)
Description: Read ENCODER
Author: Mamduh Dliyaul Jawwad
Environment: IDE Arduino 1.0.1
Notes: -
Revisions: 12-10-2015
*************************************************************/
// channel a == pin digital 2 (INT0)
// channel b == pin digital 3 (INT1)
// 1 pulse == 0.0157 mm
#include <Encoder.h>
byte addressInt = EEPROM.getAddress(sizeof(int));
Encoder myEnc(2, 3);
void setup() {
Serial.begin(115200);
}
int oldPosition = -999;
void loop() {
int newPosition = myEnc.read();
39
if (newPosition != oldPosition) {
oldPosition = newPosition;
EEPROM.writeInt(addressInt, newPosition);
Serial.print("Pulse : ");
Serial.print(newPosition);
Serial.print("\t");
Serial.print("Length : ");
Serial.print(oldPosition*0.0157, 4);
Serial.println(" mm");
Serial.print("\t");
Serial.print("Data EEPROM : ");
Serial.println(EEPROM.readInt(addressInt));
}
}