Upload
duongngoc
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakan g
Pulau Bali merupakan pulau yang terdiri dari berbagai suku yang berbeda-beda. Karena
pulau ini mayoritas penduduknya beragama hindu sehingga pulau ini dijuluki sebagai pulau
seribu pura. Oleh sebab itu Pulau Bali memiliki adat yang sangat kental disertai keunikan dari
adat-adat budaya yang sampai saat ini tetap berlaku dan terus dilestarikan.
Setiap desa adat menggunakan aturan adatnya (hukum adat) berdasarkan kebiasaan yang
secara turun-temurun sudah dilakukan dari zaman nenek moyang hingga sekarang, karena
apabila aturan (hukum) tersebut tidak dilakukan atau diselewengkan maka akan ada akibat
perbuatannya. Selain itu, adanya pembeda bahwa aturan adat (hukum adat) lebih dominan
dibandingkan dengan aturan modern (nasional) karena aturan adat (hukum adat) memiliki sanksi
moral yang lebih menekankan pada moral dan batin si pelanggar. Hal ini juga sangat berlaku
bagi kehidupan desa adat di Pulau Bali. Karena hampir semua adat dari berbagai daerah (desa
adat) yang ada di Pulau Bali mempunyai cara sendiri untuk mengatur masyarakatnya walaupun
tidak sepenuhnya menggunakan aturan modern (nasional).
Pada kesempatan kali ini, kelompok kami dapat melakukan penelitian terhadap salah satu
dari sekian banyak desa adat yang ada Pulau Bali yaitu Desa Adat Tenganan Pegringsingan.
Kegiatan penelitian ini dilakukan sebagai pembelajaran bagi kelompok kami sehingga kami
dapat menemukan jawaban serta mendapatkan informasi yang aktual berdasarkan fakta yang ada
secara nyata dan dapat dipertanggungjawabkan karena proses cara pencarian data yang kami
1. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
lakukan adalah dengan cara observasi dan wawancara seputar aturan adat (hukum adat) yang
sampai sekarang masih berlaku di Desa Tenganan Pegringsingan.
I.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah :
1. Meyakinkan kami dalam menemukan jawaban dari pemikiran yang selama ini
bersumber pada teori
2. Mendapatkan informasi secara nyata berdasarkan fakta lapangan
3. Memberikan pengetahuan yang lebih luas dari sebelumnya yang kurang diketahui
4. Memahami hasil penelitian yang sudah ditemukan
5. Mewujudkan adanya pemikiran yang baru terhadap hasil penelitian yang sudah
dicapai.
I.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibuat yaitu :
1. Bagaimana sistem Perkawinan di Desa Tenganan Pegringsingan ?
2. Apa persyaratan bagi pasangan yang akan melakukan perkawinan di Desa Tenganan
Pegringsingan ?
3. Bagaimana proses pelangsungan perkawinan bagi warga Tenganan Pegringsingan ?
4. Adakah perkawinan yang dilarang ? bila ada , apakah sanksinya ?
2. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang didapat yaitu :
1. Dapat memahami dan mengerti mengenai Perkawinan di Desa Tenganan Pegringsingan
2. Dapat memahami dan mengerti mengenai Proses dilaksanakannya Perkawinan Adat di
Desa Tenganan Pegrisingan
3. Dapat memahami dan mengerti Pelanggaran – Pelanggaran yang berhubungan dengan
Perkawinan dan sanksi yang diterapkan.
3. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Landasan Teori
Pengertian Perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 adalah
“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa” . Dapat diambil pengertian secara sederhana bahwa
perkawinan dilakukan oleh seorang pria dengan seorang wanita untuk menjalin suatu hubungan
untuk memperoleh keturunan serta membentuk suatu keluarga yang bahagia dan kekal menurut
kepercayaan masing-masing pihak yang akan melangsungkan perkawinan.
Perkawinan juga tidak dapat dilakukan apabila tidak memenuhi persyaratan sehingga
dalam melangsungkan perkawinan juga harus melalui sebuah proses dimana kedua belah calon
mempelai harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan menurut Undang-Undang
Perkawinan. Berdasarkan pada Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 pasal 6 terdapat beberapa
syarat yang harus dipenuhi yaitu Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon
mempelai apabila dalama melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21
(dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua.
Bali merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia, yang kental akan hukum adat
dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku didalam kehidupan masyarakat untuk mengatur
kehidupan masyarakat yang terikat didalamnya. Walau secara nasional Indonesia memiliki
hukum positif mengenai perkawinan akan tetapi atas latar belakang dari kebudayaan masing-
4. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
masing masyarakat yang masih kental hukum adatnya sehingga masih banyak dari masyarakat
ketika melangsungkan perkawinan menurut hukum adat masing-masing karena hukum adat itu
sudah secara tidak langsung melekat secara turun temurun. Didalam Masyarakat Adat Desa
Tenganan Pegringsingan juga masih memegang teguh dari hukum adat yang diwarisi oleh nenek
monyangnya secara turun temurun. Masyarakat Adat Desa Tenganan Pegringsingan mempunyai
kitab Undang-Undang Adat yang dinamakan Awig-Awig .
5. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat : Desa Tenganan Pegringsingan Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem,
Provinsi Bali.
Tanggal : Jum’at , 11 Oktober 2013
Pukul : 10.00-14.00 WITA
III.2 Metode Penelitian
Jenis Penelitian yang dilakukan terdiri dari 2 cara ,yaitu :
1. Himbauan merupakan pemberian informasi secara langsung yang dilakukan oleh
Kepala Desa Tenganan Pegringsingan secara bersama-sama
2. Wawancara merupakan pencarian informasi dari narasumber. Wawancara dilakukan
kepada warga asli desa Tenganan Pegringsingan
III.3 Metode Pengumpulan Data
Sumber Data yang diperoleh bersumber pada 3 orang yang kami jadikan acuan
perolehan data yaitu :
1. Kepala desa bernama I PUTU SUWARJANA
2. Warga Desa bernama NENGAH SUKERTA
3. Warga Desa bernama
6. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
Teknik Pengumpulan Data yang digunakan berupa :
1. Media alat tulis dan perlengkapan tulis sebagai bukti catatan
2. Media camera sebagai bukti visual
3. Media perekam suara sebagai bukti audio
7. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Pembahasan Hasil Penelitian
IV.1.1 Desa Tenganan Pegringsingan
Desa Adat Tenganan Pegringsingan berada di kabupaten Karangasem tepatnya
desa Manggis Pulau Bali. Desa Tenganan Pegringsingan memiliki luas sebesar 917,200
Hektar dan hanya dijadikan pemukiman sebesar 0,85% dari luas tersebut. Dengan jumlah
penduduk sebanyak 688 orang yang terdiri dari 225 Kartu Keluarga (KK). Desa
Tenganan Pegringsingan memiliki 4 pintu terdiri dari 1 pintu utama, 1 pintu bagian utara,
1 pintu bagian timur, 1 pintu bagian barat.
Desa Tenganan terdiri atas 3 banjar yaitu banjar Kauh, banjar Kangin dan banjar
Pande. Wilayah desa terdiri dari tiga bagian utama antara lain komplek pemukiman,
perkebunan dan komplek persawahan. Desa Tenganan merupakan salah satu dari
sejumlah desa kuno di Pulau Bali. Dibilang kuno karena masyarakat Desa Tenganan
sangat menjaga setiap kultur yang diwariskan turun-temurun oleh nenek moyangnya.
Pola kehidupan masyarakat Desa Tenganan merupakan satu contoh kebudayaan desa-
desa Bali Aga. Bali Aga artinya adalah Bali sebelumnya masuknya ajaran Hindu ke Bali.
Hal inilah yang membedakannya dengan desa-desa lain di Bali dataran.
8. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
IV.1.2 Perkawinan Desa Tenganan Pegringsingan
IV.1.2.1 Sistem Pekawinan Desa Tenganan Pegringsingan
Perkawinan adalah salah satu bagian penting yang diatur dalam konstitusi
dari Desa Tenganan. Perkawinan yang terdapat di Desa Tenganan merupakan
perkawinan dengan sistem Endogami. Sistem Endogami adalah sistem dimana
sesorang hanya diperbolehkan kawin dengan seseorang dari suku keluarga sendiri.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Masyarakat Desa Tenganan menjalin hubungan
perkawinan hanya dengan sesama masyarakat adat desa itu sendiri.
IV.1.2.2 Syarat-Syarat Pekawinan Desa Tenganan Pegringsingan
Persyaratan perkawinan yang terdapat di dalam awig-awig berjalan selaras
dengan Undang-Undang Perkawinan yang ada di Indonesia. Adapun persyaratan
yang harus dipenuhi ketika ingin menikah di desa Tenganan diantaranya adalah :
1. Cinta sama Cinta. Yang dimaksud dengan Cinta sama Cinta adalah
dimana kedua belah mempelai harus memiliki perasaan yang sama
sehingga perkawinan yang akan dibina tidak mengandung unsur
paksaan.
2. Tidak ada batasan umur dalam melangsungkan perkawinan. Maksud
dari tidak ada batasan umur di sini adalah bahwa seseorang yang sudah
dianggap dewasa menurut hukum adat. Dewasa di sini merupakan
dewasa yang diperoleh oleh seseorang melalui serangkaian upacara
9. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
yang dimana upacara tersebut merupakan upacara mengesahkan
kedewasaan tersebut.
3. Tidak boleh menikah dengan orang selain dari desa Tenganan kecuali
orang luar yang ingin masuk ke desa Tenganan harus memiliki salah
satu dari ke- 4 kasta yang dipilih yaitu kasta Pendesa, Pasak, Gusti, dan
Daya. Mereka yang melakukan perkawinan dengan ke 4 (empat ) kasta
tersebut akan ditempatkan di desa kedua, bagian Tenganan.
4. Perkawinan tidak boleh saudara sedarah kecuali saudara paling dekat
adalah setelah sepupu , nenek atau kakek yang bersaudara.
Persyaratan di atas merupakan hasil observasi yang telah kami lakukan.
Selain dari persyaratan diatas masyarakat dari desa Tenganan juga menyesuaikan
persyaratan yang terdapat didalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun
1974.
IV.1.2.3 Proses Pelaksanaan Pekawinan Desa Tenganan Pegringsingan
Mengenai proses pelaksanaan perkawinan yang terdapat di dalam desa
Tenganan adalah sebagai berikut:
1. Kedua mempelai harus memiliki perasaan saling cinta,
2. Kemudian meminta restu kepada orang tua,
3. Kedua mempelai melaksanakan pertunangan,
4. Kedua mempelai merencanakan jalannya pernikahan,
10. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
5. Pada hari yang ditentukan mereka melaksanakan pernikahan di balai
Agung dengan Mejaki
6. Setelah perkawinan sah menurut adat setempat barulah di sah kan
secara negara di catatan sipil.
IV.1.2.4 Larangan Pekawinan dan Sanksinya di Desa Tenganan
Pegringsingan
Terdapat beberapa larangan dan sanksi yang terdapat di desa Tenganan. Larangan
– larangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perkawinan ke Luar dari Desa Tenganan
Perkawinan ke luar dari Desa Tenganan yang dimaksudkan disini adalah
Apabila salah satu wanita atau laki-laki anggota masyarakat Desa Tenganan
mengikat perkawinan dengan wanita atau pria luar atau Desa Tenganan
maka hak dan kewajibannya akan dicabut dan harus meninggalkan desa.
Sedangkan, apabila seorang pria anggota masyarakat dari Desa Tenganan
menikah dengan wanita dari luar Desa Tenganan maka sebelumnya harus
menyamakan agamanya terlebih dahulu. Bila menyamakan agama dengan
pria Tenganan maka mereka bisa tetap tinggal di Tenganan. Namun
pasangan tersebut dan keturunannya tidak bisa menjadi legislatif desa.
Namun bila menyamakan agama dengan wanita luar Desa Tenganan
tersebut maka pasangan tersebut harus meninggalkan Desa Tenganan. Hal
ini dikarenakan bahwa akan mengakibatkan sesuatu urusan yang berkaitan
dengan hak waris,tugas fungsi pokok mereka.
11. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
2. Perkawinan Sedarah kecuali setelah sepupu
Perkawinan Sedarah yang diatur adalah perkawinan yang terjadi apabila
saudara yang paling dekat adalah setelah sepupu atau cucu dari nenek-kakek
yang bersaudara. Saksinya apabila melanggar adalah pasangan yang telah
melakukan perkawinan akan dikeluarkan dari desa dan diberikan tempat
yang membatasi hak dan kewajiban lokasinya diletakkan di daerah paling
timur dari wilayah desa.
3. Tidak diperbolehkan Berpoligami atau Berpoliandri
Di Desa Tenganan hanya diperbolehkan memiliki satu suami dan satu istri.
Apabila terjadi pelanggaran maka dikeluarkan dari desa pertama dan hak
dan kewajiban akan dihilangkan dan apabila termasuk anggota legislatif
maka akan dilengserkan,atau tidak dapat naik jabatan sebagai eksekutif dan
legislatif.
4. Perceraian
Di Desa Tenganan tidak memperbolehkan adanya perceraian sehingga
apabila ada yang melanggar maka akan diberikan sanksi berupa diusir dari
desa pertama dan hak kewajibannya akan dihapuskan.
5. Hamil di luar perkawinan
Di desa Tenganan tidak diperbolehkan seorang wanita hamil diluar nikah. Apabila terjadi pelanggaran maka pihak wanita harus dikawinkan dengan
12. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
pihak pria yang telah membuatnya hamil. Di sini pihak laki-laki harus mengaku dan bertanggung jawab. Dan apabila pihak pria tidak mau mengaku dan bertanggung jawab maka mengakibatkan wanita tersebut melahirkan sebelum perkawinan. Hubungan keanggotaan wanita tersebut akan dihapuskan dari desa Tenganan.
13. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat, pembahasan masalah yang dicari hasilnya,
landasan teori yang dikemukaan, serta hasil penelitian yang akhirnya tercapai. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa Perkawinan yang ada di Desa Adat Tenganan Pegringsingan telah diatur
didalam undang-undang yang disebut awig-awig. Awig-awig tidak hanya terdiri dari aturan-
aturannya saja melainkan terdiri dari sanksi-sanksi yang akan diberikan bagi pelanggar yang
melakukan. Sehingga aturan hukum adat desa Tenganan Pegringsingan sudah jelas dapat
dilaksanakan dengan baik berdasarkan acuan ketentuan awig-awig, adapun pelanggaran yang
terjadi maka sudah jelas pula sanksi yang akan diberikan.
V.2 Sar an
Kelompok kami sangat beruntung dan berbahagia atas kesempatan yang diberikan untuk
bisa melakukan penelitian mengenai hukum adat yang merupakan bagian dari mata kuliah kami.
Sehingga kesempatan ini merupakan pembelajaran yang sangat berguna dan baik untuk
menjawab segala pemikiran yang sebelumnnya hanya kami pelajari berdasarkan teori saja. Untuk
itu, demi menambah wawasan pengetahuan kami, selain kami mempelajari berdasarkan teori
yang sudah ada, kami berharap kegiatan penelitian ini terus dilaksanakan atau dilakukan secara
bertahap. Saran ini tidak hanya berlaku bagi angkatan kami saja, namun bisa juga diberlakukan
untuk adik-adik angkatan dibawah kami. Selain itu, kegiatan penelitian ini juga dapat dilakukan
14. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
mengikuti mata kuliah yang sekiranya perlu dilakukan observasi sehingga kami dapat
menemukan jawaban dari pemikiran-pemikiran yang sudah ada sehingga dapat menciptakan
pemikiran yang baru. Terima kasih
15. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
Daftar Pustaka
Awig-Awig Desa Tenganan, Pengringsingan.
Warga Desa Tenganan, Pegringsingan.
Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
Wardani, Ni Putu Yuli.Pelaksanaan Perkawinan Endogami pada masyarakat Bali Aga di Desa Adat
Tenganan, Pegringsingan .2013.Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
16. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
LAMPIRAN FOTO
Pengarahan dari Kepala Desa Tenganan, Pegrisingan.
Antusias teman-teman pada saat mendengarkan pengarahan.
17. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
Pada saat mencari narasumber di Desa Tenganan, Prigisingan.
Wawancara dengan narasumber 1
18. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
Foto Bersama dengan narasumber 1
Wawancara dengan narasumber 2
19. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.
Foto bersama dengan narasumber 2
Tim Penyusun
20. Laporan Penelitian Hukum Adat di Desa Tenganan, Pengringsingan.