115
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1984-2003 SKRIPSI Oleh: Nama : Oki Mardina Aji Nomor Mahasiswa : 00313024 Program Studi : Ekonomi Pembangunan UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2005

Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1984-2003

SKRIPSI

Oleh:

Nama : Oki Mardina Aji

Nomor Mahasiswa : 00313024

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA 2005

Page 2: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1984-2003

SKRIPSI

Disusun dan diajukan untk memenuhi syarat ujian akhir

guna memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1

Program Studi Ekonomi Pembangunan,

pada Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia

Oleh:

Nama : Oki Mardina Aji

Nomor Mahasiswa : 00313024

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA 2005

i

Page 3: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

“ Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari

terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman

/ sangsi apapun sesuai peraturan yang berlaku.”

Yogyakarta, …...….…. 2005

Penyusun,

(Oki Mardina Aji)

ii

Page 4: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

PENGESAHAN

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Periode Tahun 1984-2003

Nama : Oki Mardina Aji

Nomor Mahasiswa : 00313024

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Yogyakarta , Agustus 2005

Telah disetujui dan disahkan oleh

Dosen Pembimbing,

Drs. Sahabudin Sidiq, MA

iii

Page 5: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

PENGESAHAN UJIAN

Telah dipertahankan/diujikan dan disahkan untuk

memenuhi syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Strata 1 pada Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia

Nama : Oki Mardina Aji

No. Mahasiswa : 00313024

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Yogyakarta, 15 September 2005

Disahkan oleh,

Pembimbing Skripsi : Drs. Sahabudin Sidiq, MA .............

Penguji I : Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec ............

Penguji II : Dra. Sarastri Mumpuni R, M.Si .............

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia

Drs. Suwarsono, MA.

iv

Page 6: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

REFLEKSI

Dalam hidup ini ada 3 hari, yaitu :

Yang pertama :

Hari kemarin. (Past)

Anda tak bisa mengubah apapun yang telah terjadi

Anda tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan

Anda tak mungkin lagi menghapus kesalahan

dan mengulangi kegembiraan yang anda rasakan kemarin

Biarkan hari kemarin lewat, lepaskan saja…

Yang kedua :

Hari esok. (Future)

Hingga mentari esok hari terbit

Anda tak tahu apa yang akan terjadi

Anda tak bisa melakukan apa-apa esok hari

Anda tak mungkin sedih atau ceria di esok hari.

Esok hari belum tiba, biarkan saja…

Yang tersisa kini hanyalah :

Hari ini. (Present)

Pintu masa lalu telah tertutup

Pintu masa depan pun belum tiba

Pusatkan saja diri anda untuk hari ini

Anda dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini

Bila anda mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok

hari

Hiduplah hari ini, karena masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran

yang rumit

Hiduplah apa adanya ,Karena yang ada hanyalah hari ini, hari ini yang abadi.

v

Page 7: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

PERSEMBAHAN

ALLAH SWT, Yang Maha Pintar, Yang Maha Dalang dari segala dalang,

Yang Maha Tak Terhingga dan sama sekali tidak memiliki ketergantungan

apapun terhadap kebodohan kita. Terima kasih atas segala cinta, sayang serta

kesabaran yang telah Engkau berikan kepada hambamu selama ini.

Muhammad SAW Beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang

setia hingga akhir jaman.

Bapak Marnatam Notowardoyo dan Ibu Sri Haryuni, yang telah

membesarkan, memelihara, membiayai, mendoakan dan mendidik Oki, serta atas

nasehat, kasih sayang dan perhatian yang tercurah buat Oki selama ini, sehingga

Oki dapat menemukan sesuatu yang indah di dalam hidup Oki. Mudah-mudahan

dengan selesainya skripsi ini Bapak dan Ibu bisa bahagia, mungkin selama ini Oki

belum bisa membahagiakan Bapak dan Ibu secara lebih. Tetapi Oki masih tetap

membutuhkan do’anya, karena perjalanan yang akan Oki tempuh masih sangat

jauh.

Mbak Rina dan Mas Aro, Mbak Deni dan Mas Bambang, Mbak Usi

dan Mas Ito yang telah memberikan do’a, bantuan, dorongan, kesempatan, kasih

sayang, serta perhatian kalian semua selama ini, sehingga akhirnya Oki bisa

menyelesaikan studi dengan baik.

Keponakan-keponakanku yang lucu-lucu, Aldo, Dio, Fio dan Tio, terima

kasih telah memberikan keramaian dan canda tawa kalian. Semoga kalian dapat

menjalani kehidupan di hari depan dengan baik.

vi

Page 8: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

Saudara-saudaraku yang berada di Kendal, Pakde-pakdeku, Bude-

budeku, Om-omku, Bulek-bulekku, kakak-kakak dan adik–adikku sepupu, terima

kasih atas segala bantuan yang telah diberikan untuk Oki.

Sobatku, Muhammad Shodiq Firmanto, SE yang telah memberikan

pengertian, pemahaman, dan petunjuk sehingga Oki dapat menyelesaikan skripsi

ini, terima kasih ya Diq.

Pandu Pahlawan Kurnia, SE “dosen” ku di dalam belajar Ujian

Komprehensif, Terima kasih Ndu, Oki lulus pendadaran berkat gemblenganmu.

Sulit membayangkan kalau Oki belajar sendirian, mungkin Oki tidak akan lulus.

Trims yach...

Sohibku Doddy Wijayanto penasehat spiritualku didalam masalah-

masalah percintaan dan penguatan mental di diriku, makasih ya “mblunk”, atas

nasehat-nasehat dan petuah-petuahnya.

Kawanku Dedy Suprihatin yang banyak memberikan masukan terhadap

penulisan skripsi ini, dan memberikan warna yang lain di “rumah” kita. Turnuwun

ya ndul..

Teman-temanku satu atap di Base Camp 00 EP :Gundul, Kancil,

Jemblunk, Kebo, Pandu, Mamri, Doni, Jacky.....Makasih atas semua bantuan

yang kalian berikan, apalagi semenjak proses skripsi ini, banyak sekali bantuan

yang kalian berikan. Terima kasih atas semua kenangan indah kita !!! Kalian

semua telah memberi kenangan baru dalam kehidupanku.......!!!

vii

Page 9: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

Buat temen-temen seperjuangan di IESP’00, yang aku yakin enggak

bakal aku temuin di jurusan manapun, dari kekompakannya, persatuannya,

kesetiakawanannya.

Sobat-sobatku dikala senang dan susah yang selama ini telah menemani hari-

hariku, baik yang ada di Yogyakarta maupun yang ada di Kendal.

viii

Page 10: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode Tahun

1984 - 2003” dapat diselesaikan dalam waktu yang diharapkan. Adapun tujuan

penulisan skipsi ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk

mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program S-1 pada Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia.

Penulis sangat menyadari dalam penyusunan skripsi ini baik susunan

maupun isinya masih jauh dari sempurna dengan keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman yang dimiliki penulis, banyak kekurangan dan kelemahan-

kelemahannya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sangat mengharapkan

adanya saran-saran maupun kritik-kritik dari berbagai pihak yang sifatnya

membangun demi tercapainya kesempurnaan skipsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala

bantuan dan dorongan, kepada :

1. Dekan Fakultas Ekonomi, Drs. Suwarsono, MA., selaku pimpinan Fakultas

Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

2. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan, Drs. Agus Widarjono, MA., yang telah

memberikan pengarahan kepada penulis.

3. Abdul Hakim. SE., selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis.

ix

Page 11: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

4. Drs. Sahabudin Sidiq, MA, selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan bimbingan juga arahan

selama penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Tenaga Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Islam

Indonesia yang telah memberikan sumbangan ilmu pengetahuannya baik secara

langsung maupun tidak langsung selama penulis menyelesaikan studi.

6. Kedua orang tuaku : Bapak Marnatam Notowardoyo dan Ibu Sri Haryuni, serta

kakak-kakaku : Mbak Rina, Mbak Deni, Mbak Usi, Mas Aro, Mas Bambang

dan Mas Ito yang selama ini telah memberikan doa dan semangat.

7. Sahabat-sahabatku : Sodiq, Pandu, Dedi (Gundul), Doddy (Jemblunk), Eko

(kebo), Oky (kancil) yang telah banyak membantu penulis.

8. Rekan-rekan Mahasiswa IESP Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

angkatan ’00 yang sangat bersahabat dan kekeluargaan.

Akhirnya penulis hanya dapat mengharap semoga Tuhan Yang Maha Esa

membalas semua kebaikan dan ketulusan semuanya dalam memberikan dukungan

serta bantuan baik moril maupun materiil penulis selama ini. Amin.

Dengan penuh kerendahan hati disadari masih adanya kekurangan karena

keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Namun

demikian semoga penulisan skipsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang memerlukannya.

x

Page 12: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME................................... ii

HALAMAN PENGESAHAAN SKRIPSI .......................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN ................................................................ iv

REFLEKSI .......................................................................................................... v

PERSEMBAHAN............................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

DAFTAR ISI....................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL............................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................................... 5

1.3. Pembatasan Masalah ................................................................................... 7

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 7

1.4.1. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7

1.4.2. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8

1.5. Sistematika Penulisan ................................................................................. 9

BAB II GAMBARAN UMUM......................................................................... 11

2.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ...................................... 11

xi

Page 13: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

2.2 Perkembangan Investasi di Indonesia ......................................................... 17

2.3 Perkembangan Ekspor Indonesia ................................................................ 22

2.4 Perkembangan Pekerja di Indonesia ........................................................... 27

2.5 Perkembangan Hutang Luar Negeri Indonesia ........................................... 30

BAB III KAJIAN PUSTAKA........................................................................... 34

3.1 Kajian Hasil Penelitian Skripsi Ace Kusnadi “Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat Periode

1983-1996”.................................................................................................. 34

3.2 Kajian Hasil Penelitian Skripsi Ari Iskandar “Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode

1984-2000”.................................................................................................. 34

Bab IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS............................................... 36

4.1 Landasan Teori............................................................................................ 36

4.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi............................................................. 36

4.1.2. Teori Hutang Luar Negeri ................................................................. 37

4.1.3. Teori Investasi ................................................................................... 38

4.1.4. Teori Ekspor ...................................................................................... 40

4.1.5. Teori Ketenagakerjaan....................................................................... 45

4.2 Kesimpulan dari Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Ekonomi ...................................................................................................... 47

4.3 Hipotesis...................................................................................................... 50

BAB V METODE PENELITIAN..................................................................... 51

5.1. Metode Penelitian ....................................................................................... 51

xii

Page 14: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

5.1.1. Jenis dan Deskripsi Data ................................................................. 51

5.1.2. Sumber Data..................................................................................... 51

5.2. Metode Analisis .......................................................................................... 51

5.2.1. Metode Analisis Data........................................................................ 51

a. Analisis Deskriptif......................................................................... 52

b. Analisis Regresi ............................................................................ 52

c. Model yang Diusulkan .................................................................. 53

d. Uji Linearitas................................................................................. 53

5.2.2. Alat Uji Yang Digunakan ............................................................... 54

5.2.3. Kriteria Statistik ................................................................... 55

5.2.3.1. Koefisien Determinasi (R2) ................................ 55

5.2.3.2 Pengujian Secara Bersama-sama (Uji-F) ............ 56

5.2.3.3. Pengujian Secara Parsial / Individu (Uji-t) ........ 56

5.2.4. Asumsi Klasik ...................................................................... 58

5.2.4.1. Pengujian Autokorelasi ...................................... 58

5.2.4.2. Pengujian Multikolinearitas ............................... 59

5.2.4.3 Pengujian Heterokesdastisitas............................. 60

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN.................................................... 62

6.1. Analisis Hasil Penelitian ............................................................................. 62

a. Uji Linieritas ................................................................................. 62

b. Uji Model Linier atau Model Log Linier ...................................... 63

c. Uji Regresi..................................................................................... 65

6.1.1. Kriteria Ekonometrika / Uji Asumsi Klasik................................... 66

xiii

Page 15: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

6.1.1.1. Uji Autokorelasi ............................................................... 66

6.1.1.2. Uji Multikolinearitas ........................................................ 67

6.1.1.3. Uji Heterokesdastisitas..................................................... 67

6.1.2. Kriteria Statistik .............................................................................. 70

6.1.2.1 Koefisien Determinasi (R2) .............................................. 70

6.1.2.2. Pengujian Secara Bersama-sama (Uji-F) ......................... 71

6.1.2.3 Pengujian Secara Parsial / Individu (Uji-t) ..................... 73

a. Uji-t Terhadap Variabel Ekspor (EX)....................... 74

b. Uji-t Terhadap Variabel Investasi (I) ........................ 75

c. Uji-t Terhadap Variabel Tenaga Kerja (L)................ 76

d. Uji-t Terhadap Variabel Hutang Luar

Negeri(FD) ................................................................ 77

6.2. Pembahasan Masing-Masing Variabel......................................................... 78

6.2.1. Pembahasan Variabel Ekspor Terhadap PDB riil ............................ 78

6.2.2. Pembahasan Variabel Investasi Terhadap PDB riil ......................... 79

6.2.3. Pembahasan Variabel Tenaga Kerja Terhadap PDB riil.................. 80

6.2.4. Pembahasan Variabel Hutang Luar Negeri Terhadap PDB riil ....... 81

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .................................................. 83

7.1. Kesimpulan .................................................................................................. 83

7.2. Implikasi....................................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv

Page 16: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode

1984 – 2003.............................................................................................. 3

2.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan................................................... 12

2.2. Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Lapangan Usaha Periode

1993 – 2003.............................................................................................. 15

2.3. Proyek-proyek Penanaman Modal Luar Negeri di Indonesia Yang

Disetujui Pemerintah Menurut Sektor Ekonomi...................................... 19

2.4. Proyek-proyek Penanaman Modal Luar Negeri Yang Telah

Disetujui Pemerintah Menurut Lokasi ..................................................... 21

2.5. Perkembangan Ekspor Indonesia, Periode 1984 – 2003.......................... 23

2.6. Jumlah Angkatan Kerja dan TPAK Menurut Umur di indonesia ............ 29

2.7. Penerimaan Pinjaman dan Bantuan Luar Negeri Pemerintah .................. 32

6.1. Uji Linearitas............................................................................................. 63

6.2. Estimasi Terhadap Model Persamaan Bentuk Linier Model :

PDBriil= β 0+ β 1EX+ β 2I+ β 3L+ β 4FD +β 5Z1+ ε................................... 64

6.3. Estimasi Terhadap Model Persamaan Bentuk Log Linier Model : LnPDB =

β 0+ β 1LnEX+ β 2LnI+ β 3L+ β 4LnFD +β 5Z2+ ε .................................. 64

6.4. Pengujian Koefisien Regresi .................................................................... 65

6.5. Hasil Pengujian Multikolinearitas............................................................ 67

6.6. Hasil Pengujian Heterokesdastisitas ........................................................ 68

xv

Page 17: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

6.7. Hasil Regresi Perbaikan Heterokesdastisitas ........................................... 69

6.8. Hasil Pengujian Koefisien Regresi secara Parsial/Individu (uji-t) .......... 74

xvi

Page 18: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

ekonomi di Indonesia .............................................................................. 48

5.1. Kriteria Pengujian Autokorelasi............................................................... 59

6.1. Uji Autokorelasi ........................................................................................ 66

6.2. Uji-t Variabel Ekspor Terhadap Variabel Dependen

Pertumbuhan Ekonomi............................................................................ 75

6.3. Uji-t Variabel Investasi Terhadap Variabel Dependen

Pertumbuhan Ekonomi............................................................................ 76

6.4. Uji-t Variabel Tenaga Kerja Terhadap Variabel

Dependen Pertumbuhan Ekonomi........................................................... 77

6.5. Uji-t Variabel Hutang Luar Negeri Terhadap Variabel

Dependen Pertumbuhan Ekonomi........................................................... 78

xvii

Page 19: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam

jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting

yang dialami dunia hanya dua abad belakangan ini, dan oleh Simon Kuznets,

seorang ahli ekonomi terkemuka di Amerika Serikat yang pernah memperoleh

hadiah Nobel dinyatakan bahwa, proses pertumbuhan ekonomi tersebut

dinamakannya sebagai Modern Economic Growth. Dalam periode tersebut,

dunia telah mengalami perkembangan pembangunan yang sangat nyata

apabila dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Sampai abad ke-

18, sebagian besar masyarakat di dunia masih hidup pada tingkat subsistem,

dan mata pencaharian utamanya adalah dari melaksanakan kegiatan di sektor

pertanian, perikanan atau berburu. (Sadono Sukirno, 1998, : 413)

Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu proses

pertumbuhan output perkapita dalam jangka panjang. Hal ini berarti, bahwa

dalam jangka panjang, kesejahteraan tercermin pada peningkatan output

perkapita yang sekaligus memberikan banyak alternatif dalam mengkonsumsi

barang dan jasa, serta diikuti oleh daya beli masyarakat yang semakin

meningkat. (Boediono, 1993 : 1 - 2)

Pertumbuhan ekonomi juga bersangkut paut dengan proses

peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.

Page 20: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

2

Dapat dikatakan, bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang

berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan

pendapatan. Dalam hal ini berarti terdapatnya kenaikan dalam pendapatan

nasional yang ditunjukkan oleh besarnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB).

Indonesia, sebagai suatu negara yang sedang berkembang, sejak tahun

1969 dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap,

tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan nasional

mengusahakan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yang

pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan taraf hidup dan

kesejahteraan seluruh rakyat. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di

Indonesia, dapat dilihat pada Tabel 1.1 yang menerangkan bahwa

pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang fluktuatif dari

tahun ke tahun.

Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menunjukkan

perkembangan yang positif dari tahun 1984-1997. Pada tahun 1998

menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu – 13,12 %, hal ini

disebabkan karena krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada

pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, sehingga

membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 1998,

pada tahun 1999-2003 baru dapat tumbuh lagi pertumbuhan ekonominya

walaupun tidak sepesat pada tahun-tahun sebelumnya.

Page 21: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

3

TABEL 1.1.

PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERIODE 1984 – 2003 MENURUT HARGA KONSTAN 1993

(dalam persen)

Tahun PDB (miliar rupiah)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003

195.730,0 200.564,6 212.498,2 222.613,1 236.014,4 253.597,5 271.958,0 290.859,1 309.648,6 329.775,8 354.640,8 383.792,3 413.797,9 433.245,9 376.374,9 379.557,7 398.016,9 411.753,5 426.942,9 444.453,5

- 2,47 5,95 4,76 6,02 7,46 7,24 6,95 6,46 6,50 7,54 8,22 7,82 4,70

-13,12 0,84 4,86 3,45 3,66 4,10

Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia, berbagai edisi (data diolah)

Dari tabel 1.1 terlihat, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada

tahun 1985, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 2,47 %. Hal ini terjadi,

karena Indonesia harus menghadapi tantangan yang cukup berat, yaitu

kelesuan kegiatan ekonomi dalam negeri, ditambah lagi dengan penurunan

harga minyak bumi yang cukup tajam, serta melemahnya daya saing barang-

barang produksi dalam negeri, sehingga penerimaan devisa dari ekspor

menurun.

Page 22: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

4

Pada tahun 1995, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai angka

yang tertinggi, yakni sebesar 8,22 %. Kenaikan ini sebagian besar didorong

oleh kenaikan konsumsi dan sebagai dampak dari adanya boom investasi yang

terjadi pada tahun 1995, dengan nilai investasi sebesar 39.914,7 juta US

Dolar.

Krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun

1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, membawa dampak pada

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi

mengalami penurunan yang cukup tajam, yaitu sebesar minus 13,12 %.

Kemudian, pada tahun-tahun berikutnya, perekonomian nasional Indonesia

mengalami pemulihan (recovery), meskipun jika dibandingkan dengan negara-

negara Asia lainnya yang mengalami krisis serupa, proses pemulihan ekonomi

di Indonesia relatif lebih lambat.

Memasuki tahun 2000, perekonomian Indonesia diwarnai oleh nuansa

optimisme yang cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya

nilai tukar rupiah sejalan dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga

pada sektor riil. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 4,86 % lebih

tinggi dari prakiraan awal tahun oleh Bank Indonesia sebesar 3,0 % sampai

dengan 4,0 %. Pada tahun 2002 semakin membaik dibandingkan tahun 2001,

berdasarkan perhitungan PDB atas dasar harga konstan 1993, laju

pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 3,66 %, dan laju

pertumbuhan ekonomi pada tahun 2001 sebesar 3,45 %, Sedangkan pada

tahun 2003 laju pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 4,10 %.

Page 23: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

5

Perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang membaik dan

lebih stabil selama 2003 sebagaimana yang tercermin pada pertumbuhan

ekonomi yang meningkat. Walaupun demikian, pertumbuhan ekonomi yang

terjadi masih belum memadai untuk menyerap tambahan angkatan kerja

sehingga jumlah pengangguran masih mengalami kenaikan. Aktivitas

perdagangan dunia yang masih lesu mengakibatkan pertumbuhan volume

ekspor Indonesia, khususnya komoditas nonmigas, relatif rendah. Dalam

situasi demikian, kinerja ekspor secara nominal sangat terbantu oleh

meningkatnya harga komoditas migas dan nonmigas di pasar internasional

sehingga secara keseluruhan nilai ekspor pada 2003 masih mengalami

kenaikan yang signifikan dan menjadi penopang utama terjadinya surplus

transaksi berjalan selama 2003. (Laporan Bank Indonesia, 2003 : 4-5)

Namun, dengan perkembangan perekonomian yang dicapai saat ini,

Indonesia masih harus menghadapi permasalahan yang mungkin juga dialami

negara lain, khususnya negara sedang berkembang, yang sedang

melaksanakan pembangunan. Pembangunan tersebut tentunya memerlukan

dana dalam jumlah yang besar.

Menurut Harrod Domar, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok modal. Semakin banyak

tabungan yang kemudian diinvestasikan, maka semakin cepat terjadi

pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi secara riil, tingkat pertumbuhan ekonomi

yang terjadi pada setiap tabungan dan investasi tergantung dari tingkat

produktivitas investasi tersebut. (M. P. Todaro, 1993, : 65 – 66)

Page 24: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

6

Pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang

modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional, dan pendapatan

nasional. Jadi, pembentukan modal merupakan kunci utama menuju

pembangunan ekonomi.

1.2.Perumusan Masalah

Apabila kita membicarakan pertumbuhan, tentunya kita pahami bahwa

yang dimaksud adalah peningkatan output nasional. Untuk meningkatkan

output nasional tersebut terdapat faktor-faktor yang saling mempengaruhi dan

saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Pertumbuhan ekonomi

tersebut bersifat dinamis, artinya adakalanya pertumbuhan ekonomi

berkembang dengan cepat, dan adakalanya pula pertumbuhan ekonomi itu

mengalami kemunduran, bahkan mencapai angka minus dan menyebabkan

perekonomian mengalami kondisi stagnasi.

Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, seperti yang kita

lihat dalam tabel 1.1, selama tahun penelitian sangat fluktuatif. Apalagi jika

kita lihat pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi mencapai angka minus

13,12 %. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi

oleh dua macam faktor, yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor

ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung

pada sumber alamnya, sumber daya manusia, modal usaha, teknologi dan

sebagainya. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi juga ditunjang oleh faktor

Page 25: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

7

non ekonomi, seperti lembaga sosial, sikap budaya, nilai moral, kondisi

politik, dan kelembagaan dari negara tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang diajukan

dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana pengaruh variabel ekspor terhadap PDB riil?

b. Bagaimana pengaruh variabel Investasi terhadap PDB riil?

c. Bagaimana pengaruh variabel tenaga kerja terhadap PDB riil?

d. Bagaimana pengaruh variabel hutang luar negeri terhadap PDB riil?

e. Seberapa besar pengaruh variabel – variabel tersebut terhadap PDB rill?

1.3. Pembatasan Masalah

Demikian luasnya faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi, baik faktor ekonomi maupun non ekonomi, sehingga harus

dilakukan pembatasan masalah agar analisis yang dilakukan dapat mencapai

sasaran yang diinginkan. Pada penelitian ini analisis hanya dibatasi pada

faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan

seberapa besar pengaruhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi tersebut dibatasi pada investasi, ekspor , tenaga kerja dan hutang luar

negeri periode, 1984-2003.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk menganalisis pengaruh variabel ekspor terhadap PDB riil.

b. Untuk menganalisis pengaruh variabel investasi terhadap PDB riil.

Page 26: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

8

c. Untuk menganalisis pengaruh variabel tenaga kerja terhadap PDB

riil.

d. Untuk menganalisis pengaruh variabel hutang luar negeri terhadap

PDB riil.

e. Untuk menganalisis pengaruh variabel – variabel tersebut terhadap

PDB riil.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

a. Pemerintah (policy maker), sebagai bahan pertimbangan dalam

menentukan kebijakan yang akan diambil, khususnya kebijaksanaan

yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

b. Ilmu Pengetahuan

1. Memperkaya dan memperdalam khasanah penelitian sejenis yang

telah ada sebelumnya

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi semua pihak yang

berkepentingan.

c. Peneliti

1. Untuk menyelesaikan tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana

ekonomi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia.

2. Penelitian ini merupakan wujud nyata penerapan teori-teori yang

telah di dapat di bangku kuliah serta sebagai wahana latihan dalam

memperluas khasanah keilmuan.

Page 27: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

9

1.5. Sistematika Penulisan

- BAB I : PENDAHULUAN

Berisi mengenai latar belakang permasalahan yang akan diangkat,

kemudian merumuskan serta manfaat dan tujuan apa yang bisa dipetik

dari penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode Tahun 1984-2003

- BAB II : TINJAUAN UMUM SUBYEK PENELITIAN

Berisi uraian atau gambaran secara umum mengenai subyek penelitian

yang bersumber pada data yang bersifat umum. Deskripsi dilakukan

dengan merujuk pada fakta yang bersumber pada data yang bersifat

umum sebagai wacana pemahaman secara makro yang berkaitan tentang

penelitian.

- BAB III : KAJIAN PUSTAKA

Berisi kajian penelitian-penelitian terdahulu pada area yang sama, untuk

membedakan penelitian ini dengan penelitian tersebut sekaligus untuk

menghindari adanya duplikasi.

- BAB IV : LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

Berisi mengenai teori yang digunakan untuk mendekati permasalahan

yang diteliti. Menteorikan hubungan antar variabel yang terlibat dalam

permasalahan yang diangkat. Sedangkan hipotesis merupakan jawaban

sementara atas rumusan masalah.

Page 28: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

10

- BAB V : METODE PENELITIAN

Berisi metode analisis yang digunakan dan data-data yang digunakan

beserta sumber data.

- BAB VI : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berisi semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian dan

analisis statistik.

- BAB VII : SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Pada bagian simpulan berisi tentang simpulan-simpulan yang langsung

diturunkan dari analisis yang telah dilakukan serta menjawab semua

pertanyaan-pertanyaan pada rumusan masalah. Sedangkan pada bagian

implikasi muncul sebagai hasil simpulan jawaban atas rumusan masalah

serta masukan bagi pihak terkait.

.

Page 29: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

11

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Selama kurun waktu 1987 – pertengahan 1997, perkembangan kondisi

perekonomian Indonesia sangat menggembirakan dan membanggakan. Hal ini

ditandai dengan tingkat pertumbuhan yang signifikan secara terus menerus

jauh diatas rata-rata tingkat pertumbuhan dunia. Fenomena inilah yang

menyebabkan Indonesia bersama negara-negara Asia lainnya (Korea Selatan,

Hongkong, Taiwan, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina) dikatakan

sebagai suatu keajaiban ekonomi. Indonesia bersama negara-negara lainnya

telah menjadi satu pilar penentu perekonomian dunia mengimbangi negara-

negara maju. (Proyeksi Ekonomi Indonesia Tahun 2000, : 3)

Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 tumbuh 4,1 %, meningkat

dibandingkan pertumbuhan tahun lalu yang tercatat sebesar 3,7 %. Seluruh

komponen permintaan tumbuh positif, sehingga kontribusi komponen –

komponen tersebut dalam pertumbuhan ekonomi juga meningkat (Tabel 2.1).

pertumbuhan ekonomi masih dimotori oleh konsumsi. Sementara investasi

dan ekspor, walaupun mulai menunjukkan pertumbuhan positif, namun

perannya sebagai penggerak perekonomian relatif masih terbatas.

Page 30: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

12

TABEL 2.1.

PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PERMINTAAN

Komponen Rata-rata 1989-1997 2000 2001 2002 2003

Pertumbuhan (%) Total Konsumsi Rumah Tangga Pemerintah Investasi Ekspor barang dan jasa Impor barang dan jasa Produk Domestik Bruto Kontribusi Terhadap Pertumbuhan (%) Total Konsumsi Rumah Tangga Pemerintah Investasi Ekspor barang dan jasa Impor barang dan jasa

8,2 8,9 3,6

11,7 9,1

14,0 7,8

5,5 5,2 0,4 3,1 2,3 3,4

2,0 1,6 6,5

16,7 26,5 25,9 4,9

1,6 1,1 0,5 3,4 6,4 5,4

3,9 3,4 9,0 6,5 2,9 8,2 3,5

3,0 2,3 0,7 1,5 0,9 2,0

4,7 3,8

12,8 0,2 -0,6 -5,0 3,7

3,6 2,6 1,0 0,1 -0,2 -1,3

4,6 4,0 9,8 1,4 4,0 2,0 4,1

3,6 2,8 0,8 0,3 1,1 0,5

Sumber : Laporan Bank Indonesia, 2003

Pertumbuhan Ekonomi di negara Indonesia, tidak dapat dilepaskan

dari perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem perekonomian dunia.

Liberalisasi perdagangan dan globalisasi ekonomi telah mempercepat laju

pertumbuhan negara-negara tersebut. Perubahan tersebut yang disertai

teknologi dan telekomunikasi telah mendorong berkurangnya hambatan-

hambatan lalu lintas barang dan modal antar negara.

Perbaikan indikator makroekonomi pada tahun laporan, sebagaimana

tercermin dari turunnya tingkat suku bunga dan turunnya laju kenaikan harga,

lebih direspon oleh kegiatan konsumsi. Sementara itu, kegiatan investasi yang

memiliki efek pengganda yang lebih besar dibandingkan konsumsi, mulai

meningkat seiring dengan turunnya tingkat suku bunga. Namun, laju kenaikan

Page 31: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

13

investasi relatif masih rendah yang disebabkan oleh beberapa masalah yang

belum diselesaikan, sehingga belum kondusifnya iklim berinvestasi.

Sementara itu, kegiatan barang dan jasa, selain masih menghadapi

permasalahan produksi di dalam negeri, juga masih menghadapi permintaan

dunia yang masih lemah. (laporan Bank Indonesia, 2003 : 27)

Konsumsi rumah tangga tumbuh positif dan terus menanjak, dilihat

dari tabel 2.1 pada tahun 2003 tumbuh 4,0 % lebih tinggi dibandingkan

dengan pertumbuhan tahun 2002 yang pertumbuhannya hanya 3,8 %. Hal ini

disebabkan karena naiknya penghasilan riil masyarakat, membaiknya

keyakinan konsumen, dan ketersediaan sumber – sumber pembiayaan

konsumsi.

Pada tahun 2000, perekonomian Indonesia menunjukkan

pemulihan ekonomi yang semakin kuat dengan pola pertumbuhan ekonomi

yang seimbang. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 mencapai angka 4,9

%, lebih tinggi dari perkiraan awal tahunan Bank Indonesia sebesar 3,00 % -

4,00 %. Tahun 2001 pertumbuhan ekonomi Indonesia, mengalami penurunan

sebesar 3,5 %, dan ditahun 2002 naik tipis menjadi 3,7 %. Sejumlah kemajuan

juga dicapai dalam proses penyelesaian utang luar negeri pemerintah, telah

selesainya program rekapitalisasi perbankan, serta telah dicapainya

kesepakatan dan penyelesaian masalah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia

(BLBI).

Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi pada tahun 2002 menjadi lebih

seimbang dengan didukung oleh nilai tukar yang kompetitif, peningkatan

Page 32: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

14

ekspor non migas dan juga kegiatan investasi yang mulai meningkat, sejalan

dengan perbaikan tingkat pendapatan pada sebagian lapisan masyarakat, baik

berasal dari upah / gaji, maupun ekspor.

Kondisi ekonomi makro yang membaik pada tahun 2003 antara lain

didukung oleh pelaksanaan kebijakan ekonomi makro yang senantiasa

diarahkan pada upaya pencapaian kestabilan jangka panjang sambil tetap

memelihara momentum pemulihan ekonomi. (Laporan Bank Indonesia, 2003 :

5)

Pertumbuhan ekonomi selama ini telah memberikan dampak

perubahan terhadap kontribusi maupun laju pertumbuhan sektor-sektor

ekonomi. struktur perekonomian Indonesia terus mengalami perubahan

mengikuti struktur perekonomian yang lazim di negara-negara maju, dimana

kontribusi sektor-sektor tradisional, seperti sektor pertanian dan sektor

pertambangan terhadap PDB semakin lama semakin berkurang, digantikan

oleh sektor-sektor modern, seperti industri pengolahan dan jasa-jasa, seperti

perdagangan, hotel, dan restoran.

Tabel 2.2 menunjukan, bahwa selama kurun waktu 1993 –2003, sektor

industri sumbangannya terhadap pembentukan PDB nilainya selalu lebih besar

dibandingkan dengan sektor pertanian. Hal ini berbeda pada masa-masa

sebelumnya, dimana sektor pertanian masih mendominasi terhadap

pembentukan PDB.

Page 33: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

15

TABEL 2.2.

PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA

MENURUT LAPANGAN USAHA

PERIODE 1993-2003

(dalam milyar rupiah)

Lapangan Usaha

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

Pertanian, Petern,

Kehut, dan Perikanan

58.963,4

59.291,2

61.885,2

63.827,8

66.468,0

63.609,5

64.985,3

66.208,9

67.318,5

68.669,7

70.374,6

Pertambangan dan

penggalian

31.497,3 33.261,6 35.502,2 37.739,4 38.538,2 37.474,0 36.865,8 38.896,4 39.401,3 40.404,8 40.590,8

Industri Pengolaha

n

73.556,3 82.649,0 91.637,1 102.259,7 107.629,7 95.320,6 99.058,5 104.986,9 108.272,3 111.982,5 115.900,7

Listrik, Gas dan

Air Bersih

3.290,2 3.702,7 4.291,9 4.876,8 5.479,9 5.646,1 6.112,9 6.524,2 7.111,9 7.538,4 8.052,2

Bangunan

22.512,9 25.857,5 29.197,8 32.923,7 35.346,4 22.465,3 22.035,6 23.278,7 24.308,2 25.488,4 27.196,2

Perdagangan, Hotel

dan Restoran

55.512,9 59.504,1 64.230,8 69.475,0 73.523,8 60.130,7 60.293,9 63.198,3 65.824,6 68.333,3 70.891,3

Pengangkutan dan

Komunikasi

23.248,9 25.188,6 27.328,6 29.701,1 31.782,5 26.975,1 26.772,1 29.072,1 31.338,9 33.855,1 37.475,5

Keuangan, Persewaan

Jasa Perush

28.047,8 30.901,0 34.313,0 36.384,2 38.543,0 28.278,7 26.244,6 27.449,4 28.932,3 30.590,8 32.512,5

Jasa Lainnya

33.361,4 34.285,1 35.405,7 36.610,2 37.934,5 36.475,0 37.184,0 38.051,5 39.245,4 40.080,1 41.459,9

PDB 329.775,8 354.640,8 383.792,3 413.797,9 433.245,9 376.374,9 379.557,7 397.666,3 411.753,5 416.942,9 444.453,5

Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia, berbagai edisi

Dalam tabel 2.2 terlihat, bahwa PDB sektor industri pada tahun 1993

sebesar Rp 73.556,3 milyar, tahun 1994 sebesar Rp 82.649,0 milyar, tahun

Page 34: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

16

1995 sebesar Rp 91.637,1 milyar, tahun 1996 sebesar Rp 102.254,7 milyar,

tahun 1997 sebesar Rp 107.629,7 milyar, tahun 1998 sebesar Rp 95.320,6

milyar, tahun 1999 sebesar Rp 98.949,4 milyar, tahun 2000 sebesar

Rp 104.986,9 milyar, tahun 2001 sebesar Rp108.272,3 milyar, tahun 2002

sebesar Rp 111.982,5 milyar, tahun 2003 sebesar Rp 115.900,7 milyar.

Industri yang terbesar terjadi pada tahun 2003 sebesar, yakni sebesar Rp

115.900,7 milyar. Pada tahun 1998 dan 1999, sektor industri mengalami

penurunan nilai yang sangat tajam, dari Rp 107.629,7 pada tahun 1997,

menjadi hanya Rp 95.320,6 milyar ditahun 1998 dan Rp 98.949,4 ditahun

1999. Walaupun mengalami penurunan, tetapi sumbangannya terhadap

pembentukan PDB masih lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian.

Penurunan nilai sumbangan sektor industri pada tahun 1998 dan 1999 terjadi

karena pada tahun tersebut, Indonesia sedang berada pada kondisi krisis

moneter dan krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997.

Ditahun 1999 dan 2000 sektor industri mengalami kenaikan yang cukup besar

dari Rp 99.058,5 milyar menjadi sebesar Rp 104.986,9 milyar. Dan mulai

perubahan ditahun 1999 ke tahun 2000, sektor industri mengalami kenaikan,

tahun 2001 sebesar Rp 108.272,3 milyar, pada tahun 2002 sebesar Rp

111.982,5 milyar dan ditahun 2003 naik menjadi Rp 115.900,7 milyar.

Pada sektor Industri pengolahan pada tahun 2003 tumbuh sebesar

3,5 % dan memberikan sumbangan 0,9 % terhadap pertumbuhan PDB. Angka

pertumbuhan ini sedikit menanjak apabila dibandingkan pertumbuhan tahun

lalu yang hanya mencapai 3,4 %. Rendahnya pertumbuhan sektor industri ini

Page 35: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

17

menyebabkan kenaikan permintaan konsumsi tidak dapat sepenuhnya

dipenuhi oleh produksi domestik. Kesenjangan antara produksi dengan

permintaan ini diisi oleh barang-barang yang berasal dari impor sebagaimana

terindikasikan oleh impor barang konsumsi. Rendahnya pertumbuhan sektor

industri ini juga terkait dengan permasalahan daya saing produk domestik

yang lemah. Selanjutnya, sektor pertanian mencatat pertumbuhan sebesar 2,5

%, lebih tinggi dari pertumbuhan pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar

2,0 %. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami

pertumbuhan sebesar 3,7 % turun dibandingkan tahun lalu sebesar 3,8 %.

dengan pertumbuhan yang melambat tersebut, kontribusi sektor ini terhadap

pertumbuhan PDB hanya mencapai 0,6 %. Pertumbuhan pada sektor ini

terutama didorong oleh subsektor perdagangan besar dan eceran seiring

dengan peningkatan konsumsi masyarakat. (Laporan Tahunan BI Tahun 2003,

: 35 – 36)

2.2. Perkembangan Investasi di Indonesia

Seperti diketahui, bahwa ciri-ciri negara berkembang ialah kekurangan

modal atau rendahnya tingkat tabungan dan investasi. Tidak hanya persediaan

modal yang sangat kecil, tetapi juga laju tabungan yang sangat rendah. Rata-

rata investasi kotornya hanya 5 % - 6 % dari pendapatan nasional kotor,

sedangkan negara maju berkisar antara 15 % - 20 %. Laju tabungan yang

rendah seperti itu hampir tidak cukup untuk pertumbuhan penduduk yang

cepat. (M.L. Jhingan , 2000, : 480)

Page 36: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

18

Negara berkembang seperti Indonesia mengalami kekurangan modal

overhead ekonomi yang secara langsung diperlukan untuk lebih

mempermudah investasi. (M.L. Jhingan , 2000,: 481). Peranan investasi ini

setidaknya didasarkan atas adanya harapan akan dapat memacu pemerataan

dan pertumbuhan ekonomi, serta memperluas kesempatan tenaga kerja, Dalam

upaya menciptakan iklim investasi yang kondusif, maka diusahakan

memberikan prosedur yang sederhana dan terkendali, sarana dan prasarana

yang menunjang, serta peraturan yang konsisten, sehingga terjamin kepastian

berusaha dan keamanan untuk berinvestasi. Langkah-langkah tersebut telah

dirintis oleh pemerintah dengan dikeluarkannya kebijakan deregulasi,

debirokratisasi, dan disentralisasi dalam bidang investasi. Deregulasi sektor

riil yang menyangkut masalah investasi diwujudkan dengan dikeluarkannya

Peraturan Pemerintah No. 20 / tahun 1994 yang memungkinkan setiap

penanam modal memiliki 95 % saham usahanya di Indonesia. (Laporan

Tahunan BI Tahun 2000).

Kegiatan Investasi pada 2003 tumbuh sebesar 1,4 %, meningkat

dibandingkan pertumbuhan tahun lalu sebesar 0,2 %. Indikasi kenaikan

investasi tercermin dari naiknya impor barang modal, penjualan truk dan

persetujuan PMA/PMDN. Walaupun demikian, peran investasi dalam

mengangkat pertumbuhan ekonomi masih sangat terbatas sebagaimana

tercermin dari pertumbuhannya yang masih di bawah rata-rata pertumbuhan

sebelum krisis yang mampu mencapai sekitar 12 % pertahun. Hal ini terkait

dengan berbagai permasalahan yang menyelimuti dunia usaha, seperti masih

Page 37: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

19

belum kondusifnya iklim berinvestasi di Indonesia. (Laporan Tahunan Bank

Indonesia, 2003 : 30)

Tabel 2.3, menyajikan persetujuan penanaman modal luar negeri yang

disetujui pemerintah menurut sektor ekonomi pada tahun 1993 – 2003. Dalam

tabel yang disajikan dapat kita lihat seberapa besar nilai investasi menurut

sektor perekonomian.

TABEL 2.3.

PROYEK-PROYEK PENANAMAN MODAL LUAR NEGERI DI

INDONESIA YANG DISETUJUI PEMERINTAH

MENURUT SEKTOR EKONOMI

(Juta US $)

Lapangan Usaha 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Pertanian,kehutanan,dan perikanan 160,1 729,9 1384,3 1521,5 463,7 998,2 482,4 152,2 389,7 458,9 178,9

Pertambangan dan penggalian - - - 1696,7 1,6 0,3 14,2 2,2 118,7 49,3 17,8

Perindustrian 3.421,4 18.738,8 26.891,9 16.072,2 23.017,3 8.388,2 6.929,2 5.179,6 5.131,4 3252,6 6.457,4 Konstruksi 96,9 76,5 205.,8 296,8 306,8 197,8 153,4 87,8 47,6 282,1 787,7 Perhotelan 394,4 343,6 998,8 1716,6 462,6 451,1 228,6 29,4 891,6 254,6 488,2 Transport,pergudangan,dan pehubungan 85,4 145,1 5.539,5 694,6 5.900,0 79,0 102,7 138,1 378,2 3.713,3 4.160,2

Lembaga keuangan,peransuransian,real estate dan perusahaan

598,0 1.027,8 1.192,0 3.000,3 1.397,6 1.270,9 171,2 104,6 177,4 7,3 10,3

Jasa masyarakat,sosial,dan perorangan 3.385,6 2.622,6 3.702,3 4.932,8 2.282,9 2.177,6 2.800,2 393,1 1516,0 804,9 279,7

Jumlah 8.141,8 23.724,3 39.914,7 29.931,4 33.832,5 13.563,1 10.881,8 6.087,0 9.027,5 9.789,1 13.207,2

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, berbagai edisi

Dari tabel 2.3 di atas terlihat, bahwa pada tahun 1993 nilai investasi di

sektor industri sebesar 3.421,4 juta US Dollar, lebih besar dibandingkan

dengan sektor-sektor lainnya. Pada tahun 1994 nilai investasi di sektor industri

meningkat menjadi 18.738,8 juta US Dollar. Perkembangan tahun berikutnya,

yang paling menonjol adalah tahun 1995, dimana nilai investasi di sektor

industri mencapai angka yang terbesar yaitu sebesar 26.891,8 juta US Dollar,

kenaikan tersebut disebabkan oleh proses industrialisasi yang terjadi di

Page 38: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

20

Indonesia, dan pada tahun 1998 dan tahun 1999 serta tahun 2000 nilai

investasi disektor industri mengalami penurunan tajam, yaitu sebesar 8.388,2

juta US Dollar pada tahun 1998 dan 6.929,2 juta US Dollar pada tahun 1999

serta 5.179,6 US Dollar pada tahun 2000 karena para investor melihat

keamanan pada tahun 1998 tidak stabil, akibat adanya krisis moneter dan

krisis ekonomi.

Pada tahun 1995, nilai investasi memiliki angka yang sangat tinggi,

yaitu sebesar 26.891,8 juta US Dollar, pada tahun berikutnya nilai investasi

menurun drastis menjadi sebesar 16.072,2 juta US Dollar pada tahun 1996,

dan pada tahun 1998 dan tahun 1999 serta tahun 2000 nilai investasi disektor

industri mengalami penurunan tajam, yaitu sebesar 8.388,2 juta US Dollar

pada tahun 1998 dan 6.929,2 juta US Dollar pada tahun 1999 serta 5.179,6 US

Dollar pada tahun 2000. Hal ini disebabkan karena adanya krisis moneter dan

krisis ekonomi yang berujung menjadi krisis multidimensi, sehingga para

investor dalam menginvestasikan dana atau modalnya sangat memperhatikan

aspek keamanan dan kestabilan di sektor ekonomi maupun pada sektor sosial

dan politik. Perkembangan penyebaran modal di daerah, dengan disertai nilai

investasi per daerah, dan juga dapat dilihat perkembangan nilai investasi dari

tahun 1993 hingga tahun 2003, pada tabel berikut :

Page 39: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

21

TABEL 2.4. PROYEK-PROYEK PENANAMAN MODAL LUAR NEGERI YANG

TELAH DISETUJUI PEMERINTAH MENURUT LOKASI (Juta US $)

Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003

Jawa 6.569,5 14.356,3 27.491,9 17.908,4 20.535,0 10.840,4 2.635,9 5.576,9 5.741,8 4.794,1 7.430,6

D.K.I. Jakarta 1.669,1 1.822,3 4.030,8 4.403,9 6.136,1 1.700,1 783,8 627,2 1.154,5 3.373,5 5.611,6

Jawa Barat 2.508,0 4.446,3 12.474,4 7.760,1 7.973,3 5.504,1 1.498,2 1.835,6 1.190,9 897,4 911,0

Jawa Tengah 50,3 1.830,2 726,7 3.273,7 2.195,7 3.066,7 69,7 2.989,0 117,1 71,6 89,7

D.I.Y 56,3 0,2 79,5 69,0 14,3 6,0 10,5 1,2 10,2 19,9 17,4

Jawa Timur 2.285,8 6.247,3 10.207,5 2.401,7 4.215,6 563,5 273,7 123,9 1.680,6 271,1 417,7

Banten - - - - - - - - 1.588,5 160,6 383,2

Sumatera 1.362,3 5.515,0 5.464,0 4.297,6 11.163,9 1.415,7 7.652,6 335,5 2.356,7 2.069,6 1.541,2

D.I. Aceh 528,6 1.050,2 1.624,8 525,8 771,9 6,2 51,8 0,6 6,0 - 82,5

Sumatera utara 72,3 225,3 658,1 614,7 3.514,6 229,6 102,7 124,8 106,5 44,4 57,6

Sumatera Barat 65,7 97,7 118,4 79,3 7,1 175,8 344,9 14,0 38,2 10,0 45,3

Riau 609,4 3.964,3 598,8 1.664,5 6.743,0 537,1 6.956,9 146,2 2.095,5 1.152,3 1.175,3

Jambi 0,3 39,3 24,1 9,0 - 201,9 42,0 34,5 10.2 21,6 0,6

Sumatera Selatan - 82,9 1.968,3 1.292,3 73,2 129,3 39,7 6,5 42,3 77 1,1

Bengkulu 34,0 8,6 19,7 64,2 - 37,7 18,4 - 1,9 - 159,2

Lampung 52,0 46,7 451,8 47,8 54,1 98,1 96,2 8,9 53,8 62 - Kelpulauan Bangka Belitung 2,3 31,2 19,6

Kalimantan 12,8 2.058,3 1.649,2 2.876,6 1.056,1 722,7 226,8 54,7 246,6 2.237,0 780,7

Kalimantan Barat 2,0 7,7 175,3 547,1 28,2 251,2 102,0 - 21,8 1,4 33,0

Kalimantan Timur 1,0 99,6 1.315,6 2.170,1 583,2 397,7 44,2 40,9 203,2 2.192,7 713,4

Kalimantan Tengah - - 73,4 140,2 6,0 0,4 50,3 10,7 11,9 8,9 32,2

Kalimantan Selatan 9,8 1.951,0 84,9 19,2 438,7 73,4 30,3 3,1 9,7 34,0 2,1

Sulawesi 40,2 1.448,4 2.394,4 2.552,6 426,0 192,7 141,8 42,8 81,1 420,2 225,2

Sulawesi Utara 32,0 40,5 164,3 72,3 358,8 157,4 24,1 3,6 1,2 41,2 181,3

Sulawesi Tengah - 6,3 105,6 10,0 5,5 6,9 2,7 0,3 0,5 373,7 -

Sulawesi Tenggara - 6,3 0,5 2,8 3,5 0,6 102,5 4,3 0,5 0,3 43,8

Sulawesi Selatan 8,2 1.395,3 2.114,0 2.467,5 58,3 27,8 12,5 34,6 78,9 5,0

Gorontalo - - - - - - - - - - 0,1

Bali & Nusa Tenggara 51,6 36,5 328,6 1,765 129,2 365,7 208,8 38,5 524,9 208,5 3.004,5

Maluku, Papua, dan Timor-Timor 105,4 309,9 2,596,4 531,2 522,2 25,9 24,9 38,6 6.104,8 59,7 225,0

Jumlah 8.141,8 23.724,4 39.914,7 29.931,4 33.832,5 13.563,1 10.890,8 6.087,0 9.027,5 9.789,1 13.207,2

Page 40: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

22

Dapat diketahui, bahwa tahun 1997, daerah Jawa masih mendominasi

nilai investasi secara keseluruhan dengan nilai investasi sebesar 20.535,0 juta

US Dollar, meninggalkan daerah yang lain dan tetap bertahan pada nilai

investasi ditahun-tahun berikutnya. Begitu pula pada tahun 1995 dan 1996,

dengan nilai investasi yang tertinggi di propinsi Jawa Barat sebesar 12.474,4

juta US Dollar pada tahun 1995 dan 7.760,1 juta US Dollar pada tahun 1996.

Pada tahun 2001, dengan bertambahnya Propinsi Banten, dapat menambah

nilai investasi pulau Jawa. Jumlah total nilai investasi di Pulau Jawa pada

tahun 1999, menduduki jumlah nilai investasi terendah, dengan nilai sebesar

2.635,9 juta US Dollar. Pada tahun 1998, mulai mengalami penurunan hingga

tahun berikutnya, yang disebabkan kondisi perekonomian Indonesia tidak

berada di posisi stabil, karena adanya krisis moneter dan krisis ekonomi yang

berlanjut menjadi krisis multidimensi.

2.3. Perkembangan Ekspor Indonesia

Pesatnya perkembangan perekonomian Indonesia kurang lebih dua

dasawarsa terakhir menunjukkan keberhasilan dan kemampuan pemerintah

dalam mengerahkan dana-dana Investasi, yang berupa dana dalam bentuk

bantuan untuk pembangunan. Disisi lain, dengan meningkatnya harga minyak

bumi dalam tahun 1980-an merupakan salah satu penunjang perekonomian

pada saat itu, sumber utama untuk pengembangan ekspor lebih lanjut.

Ada sejumlah indikator yang umum digunakan untuk mengetahui

perkembangan struktur ekspor, diantaranya adalah proporsi ekspor migas dan

non migas terhadap total ekspor.

Page 41: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

23

TABEL 2.5

PERKEMBANGAN EKSPOR INDONESIA

PERIODE 1984 – 2003

(Juta US $)

Ekspor Migas Ekspor Non Migas Tahun Nilai % Peran Nilai % Peran

Total Ekspor

1984 16.018,1 73,18 5.869,7 26,82 21.887,81985 12.717,9 68,43 5.868,8 31,57 18.586,71986 8.276,6 55,90 6.528,4 44,10 14.805,01987 8.556,0 49.93 8.579,6 50,07 17.135,61988 7.681,4 39,97 11.537,1 60,03 19.218,51989 8.680,2 39,17 13.480,0 60,83 22.160,21990 11.071,1 43,12 14.604,2 56,88 25.675,31991 10.894,9 37,39 18.247,5 62,61 29.142,41992 10.670,9 31,42 23.296,1 68,58 33.967,01993 9.745,8 26,47 27.077,2 73,53 36.823,01994 9.693,6 24,20 30.359,8 75,80 40.053,41995 10.464,4 23,04 34.953,6 76,96 45.418,01996 11.722,0 23,53 38.092,9 76,47 49.814,91997 11.622,5 21,75 41.821,1 78,25 53.443,61998 7.872,1 16,12 40.975,5 83,88 48.847,61999 9.792,3 20,12 38.873,2 79,88 48.665,52000 14.237,2 22,96 47.779,2 77,04 62.016,42001 43.684,5 77,56 12.636,3 22,43 56.320,92002 45.406,1 79,43 12.112,7 21,19 59.158,82003 13.651,7 22,36 47.406,7 77,64 61.058,3

Sumber : Badan pusat statistik, berbagai edisi, data diolah

Dari tabel 2.5 dapat terlihat, bahwa pertumbuhan ekspor Indonesia

pada periode 1984 sampai dengan 1986 masih mendominasi oleh ekspor

migas, seiring dengan harga minyak bumi yang masih menjanjikan. Pada

periode Februari 1983, harga minyak bumi sebesar 29,53 US Dolar per barrel.

Kemudian pada periode Februari 1985, harga minyak turun menjadi 28,53 US

Dolar per barrel. Dari tabel 2.5 terlihat bahwa pertumbuhan ekspor migas

cenderung menurun dari tahun ke tahun sampai tahun 2000, dan mulai

mengalami kenaikan tajam pada tahun 2001 dari sebesar 14.237,2 US Dolar

Page 42: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

24

pada tahun 2000, menjadi sebesar 43.684,5 US Dolar. Pada tahun 2002 naik

lagi menjadi sebesar 45.406,1 US Dolar dengan persentase peranan terhadap

total ekpor keseluruhan sebesar 79,43 %, tetapi pada tahun 2003 harga minyak

dunia menurun pada 30 US Dolar per barel. Hal ini disebabkan oleh belum

pulihnya pasokan minyak dari Irak, menurunnya cadangan minyak AS, dan

kuatnya disiplin kuota OPEC. (Laporan Bank Indonesia, 2003 : 8)

Sedangkan pada ekspor non migas pada tahun 1998 mengalami

presentase peranan terhadap total ekspor yang cukup tinggi yaitu sebesar

83,88 %. Pada periode selanjutnya peranan ekspor non migas mengalami

kecenderungan menurun. Pada tahun 1999 turun menjadi 79,88 %, tahun 2000

turun menjadi sebesar 77,04 %. Pada periode setelah tahun 2000, peranan

ekspor non migas mengalami penurunan yang sangat drastis, pada tahun 2001

peranan ekspor non migas turun menjadi 22,43 % dan mengalami penurunan

kembali pada tahun 2002 menjadi sebesar 21,19 %, tetapi pada tahun 2003

ekspor non migas mengalami kenaikan sebesar 77,64 %. Hal ini disebabkan

oleh pemulihan kegiatan produksi, adanya upaya produsen untuk memperbaiki

harga ke tingkat yang lebih tinggi setelah menurun tajam pada periode 1998-

2002, dan dampak dari depresiasi dolar. (Laporan Bank Indonesia, 2003 : 8)

Mulai pada tahun 2001 sampai tahun 2002, peranan antara ekspor

migas dan non migas menjadi terbalik drastis setelah tahun 2000. Pada tahun

2000, peranan ekspor migas sebesar 22,96 %, sedangkan peranan ekspor non

migas sebesar 77,04 %, di tahun berikutnya peranan ekpor migas menjadi

sebesar 77,56 %, dan peranan pada ekspor non migas menjadi sebesar 22,43

Page 43: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

25

%, tetapi pada tahun 2003 peranan ekspor non migas berperan lagi menjadi

77,64 % dan ekspor migas sebesar 22,36 %.

Pertumbuhan ekspor sejak tahun 1987 didominasi oleh ekspor non

migas, menggantikan ekspor migas, seiring dengan berakhirnya era oil boom,

Pertumbuhan ekspor non migas yang cepat pada tahun 1980-an dan 1990-an,

selain didorong oleh meningkatnya permintaan luar negeri karena

berkurangnya hambatan-hanbatan dalam perdagangan, juga tidak dapat

dilepaskan dari deregulasi ekonomi yang dijalankan di dalam negeri.

Perkembangan ekspor non migas tersebut, terutama didorong oleh

ekspor produk manufaktur yang memiliki keunggulan komparatif, seperti

kayu olahan, tekstil, dan produk tekstil. Sektor manufaktur tetap menjadi

andalan utama ekspor non migas, diikuti oleh sektor pertanian dan

pertambangan. Sektor pertanian, meskipun mengandung keunggulan

komparatif, tetapi sangat rentan terhadap fluktuasi harga internasional. Selain

itu, term of trade produk-produk pertanian semakin lama semakin turun jika

dibandingkan dengan produk manufaktur.

Dengan melihat perkembangan ekspor Indonesia selama kurun waktu

1984 – 2003, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan struktur ekspor

yang ditandai dengan pergeseran peran ekspor produk migas kearah ekspor

produk non migas pada kisaran tahun 1984 – 1999, sedangkan pada periode

tahun 2000 – 2003 peranannya silih berganti dari ekspor non migas ke ekspor

migas

Page 44: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

26

Perubahan sektor ekspor ini selain disebabkan oleh perubahan harga

minyak bumi di pasaran dunia yang sangat fluktuatif dan terbatasnya produksi

dalam negeri, juga disebabkan karena diperlakukannya berbagai perubahan

kebijakan (policy reform) yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan

pada ekspor migas, dan juga sebagai upaya penggalakan ekspor non migas.

Dengan kondisi tersebut, ketergantungan pada devisa migas akan semakin

berkurang.

Menurut negara-negara tujuan ekspor, Jepang merupakan negara

terbesar yang mampu menyerap komoditi ekspor terbesar Indonesia. Selain itu

ekspor Indonesia juga ditujukan ke Amerika Serikat, negara-negara dalam Uni

Eropa (dahulu MEE), dan negara-begara ASEAN.

Bagi negara-negara sedang berkembang, yang perekonomianya masih

sangat tergantung pada pinjam / bantuan luar negeri, ekspor untuk produk-

produk dengan nilai tambah yang tinggi sangatlah penting. Khususnya

Indonesia, akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, yang membuat negara

nyaris bangkrut, ekspor diharapkan dapat menjadi motor penggerak proses

pemulihan ekonomi nasional. Sayangnya, harapan ini tampaknya sangat tidak

mudah diwujudkan, tidak dalam waktu pendek ini.

Ekspor selama periode 1998 – 1999, termasuk produk-produk

unggulan, seperti tekstil dan kayu lapis, tidak menunjukkan pertumbuhan yang

berarti. Kinerja ekspor yang tidak terlalu baik itu menandakan bahwa dalam

masa sekarang, tingkat daya saing suatu produk di dalam perdagangan

internasional tidak lagi hanya ditentukan oleh perbedaan harga, tetapi juga

Page 45: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

27

ditentukan oleh aspek lain, seperti kualitas, penampilan produk, warna,

bentuk, pelayanan purna jual (service after sale), dan sebagainya.

2.4. Perkembangan Tenaga Kerja di Indonesia

Penduduk Indonesia pada tahun 1985, berdasarkan sensus penduduk

tahun 1980 diperkirakan berjumlah 165 juta jiwa. Hal ini menempatkan

Indonesia pada urutan kelima dari negara-negara yang berpenduduk besar,

sesudah China, India, Rusia, dan Amerika Serikat. (Statistik Indonesia, 1985, :

31). Sementara itu, penduduk pada tahun 2002 sebesar 212.003.000 jiwa, data

ini merupakan hasil dari sensus penduduk tahun 2002. Tingkat pertumbuhan

penduduk telah turun cepat sejak tahun 1980, dari 1,97 % pada periode

1980 – 1990 menjadi sebesar 1,49 % per tahun selama periode 1990 – 2000.

Penurunan laju pertumbuhan penduduk sejak tahun 1980 sampai sekarang ini

berkaitan dengan keberhasilan program keluarga berencana.

(Statistik Indonesia, 2000 : 25)

Penduduk Indonesia yang jumlahnya sangat besar tersebut sebagian

besar merupakan tenaga kerja yang biasa memanfaatkan bagi proses

pembangunan, demi terciptanya masyarakat yang adil dan makmur. Namun,

jumlah tenaga kerja yang relatif besar itu harus menjadi suatu masalah karena

terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Permasalahan lainnya dalam

ketenagakerjaan di Indonesia adalah keahlian atau spesialisasi dan

profesionalisme yang kurang memuaskan. Oleh karena itu, pendidikan

merupakan usaha untuk menaikan mutu sumber daya manusia sebagai tenaga

kerja. Jika dilihat dari komposisi pendidikan penduduk yang bekerja menurut

Page 46: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

28

lapangan pekerjaan dan status pekerjaan, sebagian besar tenaga kerja masih

berpendidikan sangat rendah.

Sektor-sektor perekonomian yang cukup besar peranannya dalam

ketenagakerjaan adalah sektor pertanian. Hampir sebagian tenaga kerja

tercatat di sektor ini. hal ini merupakan pencerminan negara agraris di

Indonesia. Hampir di semua propinsi, sebagian tenaga kerjanya berada

di sektor pertanian, kecuali DKI Jakarta yang lebih terkonsentrasi di sektor

perdagangan dan jasa. Sektor-sektor berikutnya yang cukup besar peranannya

dalam bidang ketenagakerjaan adalah sektor perdagangan, sektor industri, dan

jasa-jasa.

Salah satu indikator untuk melihat perkembangan ketenagakerjaan di

Indonesia adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK menurut

umur mengikuti pola huruf U terbalik. Angkatan TPAK ini rendah pada umur-

umur muda, dikarenakan pada usia tersebut, kebanyakan penduduk nasih

sekolah, kursus, kuliah, dan lain-lain. Kemudian, angka TPAK tersebut naik,

sejalan dengan kenaikan umur sampai mencapai puncaknya pada umur

40 – 44 tahun, dan selanjutnya turun lagi secara perlahan-lahan pada umur-

umur berikutnya, karena masa pensiun dan telah mencapai usia tua.

Untuk melihat perkembangan angkatan kerja dan Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) menurut umur di Indonesia, dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut :

Page 47: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

29

TABEL 2.6.

JUMLAH ANGKATAN KERJA DAN TPAK

MENURUT UMUR DI INDONESIA

UMUR 1985 1990 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003

10-14 2.051.827 2.955.518 2.131.145 1.922.810 1.722.076 - - - - - -

15-19 6.013.427 7.868.741 8.766.283 8.402.533 8.199.926 8.368.985 8.554.349 7.746.221 8.138.571 8.208.419 7.221.857

20-24 8.260.029 8.864.168 11.384.181 11.235.405 11.047.125 11.364.444 11.643.217 12.077.515 12.201.236 12.488.55 13.262.096 25-29 9.344.248 7.445.143 11.671.664 11.945.274 12.173.897 12.423.862 12.589.200 13.390.138 13.678.117 13.325.417 13.543.972

30-34 7.849.306 9.405.570 11.042.297 11.496.192 11.422.554 11.722.118 12.014.253 12.456.416 12.943.605 13.175.756 13.568.1411

35-39 6.930.642 8.904.878 10.718.086 11.575.462 11.747.904 12.196.828 12.616.203 12.215.831 13.107.530 13.048.177 12.760.627

40-44 5.929.367 6.950.767 8.676.164 9.355.044 9.857.191 9.946.573 10.453.396 10.661.377 11.043.148 11.679.938 11.443.223

45-49 5.501.597 7.006.392 6.342.665 7.237.018 7.724.858 8.324.611 8.777.117 8.612.741 8.966.743 9.406.053 9.097.617 50-54 4.291.760 5.491.387 5.367.234 6.053.323 5.953.825 6.390.035 6.358.496 6.427.222 6.712.550 7.258.722 7.288.969

55-59 3.203.139 3.871.885 4.137.428 4.284.672 4.467.969 4.619.739 4.592.685 4.473.856 4.626.354 4.668.699 4.323.821

60+ 4.449.655 5.310.611 6.123.514 6.601849 7.007.586 7.377.737 7.248.262 7.589.644 213.582 7.519.534 7.805.684

Jumlah 63.824.997 77.802.264 86.361.261 90.109.582 91.324.911 92.734.932 94.847.178 95.650.961 98.812.448 100.779.270 100.316.007

TPAK (%) 53,02 57,33 56,62 58,34 58,02 66,93 67,22 67,76 68,60 67,76 65,72

Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, berbagai edisi

Dari tabel 2.6 dapat dilihat, bahwa jumlah angkatan kerja dari tahun ke

tahun semakin meningkat, seiring dengan jumlah penduduk yang semakin

bertambah. Pada tahun 1985 jumlah angkatan kerja sebesar 63,8 juta jiwa,

dengan TPAK sebesar 53,02 %. Ini berarti dari 100 penduduk usia kerja

terdapat 53 orang angkatan kerja. Pada tahun 1990, jumlah angkatan kerja

meningkat menjadi 77,8 juta jiwa, dengan TPAK sebesar 57,3 %. Akan tetapi

pada tahun 1995, angka TPAK menurun menjadi 56,62 %. Hal ini terjadi

karena semakin besar jumlah penduduk yang masih bersekolah dan yang

mengurus rumah tangga, sehingga jumlah angkatan kerja relatif kecil

kenaikannya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kemudian, pada tahun

1998, jumlah angkatan kerja mencapai 92,7 juta jiwa atau naik 1,5 %

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah tersebut antara lain

mencakup penganggur lama, pencari kerja baru, dan korban Pemutusan

Page 48: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

30

Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor sebagai akibat dari krisis moneter

dan krisis ekonomi, Kondisi kelebihan penawaran tenaga kerja telah

menyebabkan sebagian pencari kerja terpaksa menerima upah dan pekerjaan

yang tidak sesuai dengan keinginannya (ill-paying jobs). Selanjutnya jumlah

angkatan kerja mengalami peningkatan, dari 94,8 juta jiwa pada tahun 1999

menjadi 95,7 juta jiwa pada tahun 2000. TPAK mengalami sedikit

peningkatan dari 67,76 % pada tahun 2000. Kondisi TPAK pada tahun 2003,

mengalami penurunan sebesar 2,04 % dari tahun 2002 yang besarnya 67,76%.

Pada tahun 2003, di Indonesia terdapat 148,7 juta penduduk usia kerja,

sekitar 60 % dari mereka berada di pulau Jawa. Tingkat partisipasi tenaga

kerja (TPAK), merupakan ukuran jumlah angkatan kerja untuk setiap 100

tenaga kerja. (statistik Indonesia, 2003). Terjadinya fluktuasi TPAK ini

kemungkinan disebabkan kondisi sosial ekonomi nasional yang belum stabil,

sehingga memberikan pengaruh terhadap faktor-faktor produksi di Indonesia.

Secara langsung naik turunnya faktor produksi ini akan memberikan dampak

terhadap tinggi rendahnya faktor demand dan supply tenaga kerja.

Peningkatan TPAK ini salah satunya dikarenakan semakin mambaiknya mutu

sumber daya manusia, dan semakin aktifnya wanita berperan di luar rumah

tangganya.

2.5 Perkembangan Hutang Luar Negeri Indonesia

Krisis nilai tukar rupiah yang terjadi sejak Juli 1997 yang lalu telah

memberikan dampak yang berat dan bahkan telah menyebabkan krisis utang

luar negeri Indonesia. Krisis ini tidak terlepas dari kondisi utang luar negeri

Page 49: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

31

swasta Indonesia di luar perbankan yang merupakan bagian terbesar dari utang

luar negeri Indonesia. Pengalaman di berbagai negara menunjukkan bahwa

serangan spekulasi terhadap nilai tukar sering terjadi pada negara yang

mempunyai utang luar negeri swasta yang besar, dengan porsi utang jangka

pendek.

Inefisiensi dalam pemanfaatan utang tersebut sebagai akibat lemahnya

corporate governance, baik dari tingkat pemerintah maupun swasta, yang

mendorong timbulnya sentimen pasar, sehingga memberikan tekanan terhadap

nilai tukar. Selanjutnya dengan semakin pesatnya pembangunan dan

terbatasnya kemampuan pemerintah, peran swasta dalam perekonomian

semakin meningkat. Hal ini berkaitan erat dengan langkah – langkah

deregulasi di berbagai bidang yang ditempuh oleh pemerintah, terutama sejak

tahun 1980-an. Besarnya minat investasi swasta, sementara sumber – sumber

dana di dalam negeri masih terbatas, telah mendorong swasta memanfaatkan

modal luar negeri, baik dalam bentuk penanaman modal langsung dan

pinjaman komersial maupun invertasi portofolio dalam surat berharga yang

diterbitkan oleh swasta domestik. Persyaratan pinjaman luar negeri swasta

baik suku bunga maupun jangka waktu, pada umumnya tidak lunak.

Dalam usahanya untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak

terlepas pula menerima bantuan pembangunan dalam bentuk bantuan program

dan bantuan proyek. Bantuan ini pada hakikatnya adalah merupakan utang

luar negeri pemerintah Indonesia, meskipun porsinya tidak terlalu besar

dibandingkan dengan swasta.

Page 50: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

32

TABEL 2.7.

PENERIMAAN PINJAMAN

DAN BANTUAN LUAR NEGERI PEMERINTAH

(Juta US $)

Tahun Hutang Luar Negeri 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003

9.838 9.009 11.900 14.386 30.225 43.633 71.882 74.232 66.746 69.130

Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia, berbagai edisi

Dari Tabel 2.7 dapat dilihat, bahwa pada tahun 1994, hutang luar

negeri yang diterima pemerintah adalah sebesar Rp 9.838 milyar. Pada

tahun – tahun berikutnya, nilai bantuan tersebut mengalami peningkatan.

Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2001, yakni sebesar Rp 74.232

milyar. Sedangkan pada tahun 2002 dan 2003 mengalami penurunan dari

tahun 2001, yaitu Rp 69.130 milyar pada tahun 2003 dan Rp 66.746

milyar pada tahun 2002. Hal ini disebabkan karena berbagai langkah

penanganan masalah hutang luar negeri telah dilakukan untuk membantu

mengurangi beban Neraca Pembayaran Indonesia dan memperbaiki

struktur hutang luar negeri Indonesia. Sebagai hasilnya, beberapa indikator

beban hutang, seperti rasio utang terhadap ekspor dan rasio hutang

terhadap PDB, cenderung terus menurun dan telah berada pada tingkat

yang relatif aman. Perkembangan positif ini telah meningkatkan daya

tahan perekonomian Indonesia terhadap gejolak pasar keuangan

internasional. Beberapa langkah yang telah dilakukan antara lain : proses

Page 51: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

33

restrukturisasi hutang pemerintah melalui Paris Club dan London Club,

perjanjian debt swapt, restrukturisasi hutang luar negeri swasta melalui

Prakarsa Jakarta (JITF), serta program Exchange Offer. (Laporan Bank

Indonesia, 2003 : 25)

Page 52: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

34

BAB III

KAJIAN PUSTAKA

3.1 Kajian Hasil Penelitian Skripsi Ace Kusnadi “Analisis Faktor – Faktor

Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa Barat periode

1983 – 1996

Ace Kusnadi (1998), Melakukan penelitian tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat selama periode

1983 – 1996, menyimpulkan bahwa variabel investasi, ekspor, dan angkatan

kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat.

Sementara itu, variabel subsidi daerah otonom mempunyai pengaruh yang

signifikan pula terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Hal ini

menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Barat masih mempunyai ketergantungan

yang besar terhadap kucuran dana dari pemerintah pusat. Kondisi ini harus

segera mendapat perhatian yang besar, karena pada umumnya, dimasa

otonomi daerah seperti sekarang ini, Pemerintah Daerah dituntut harus lebih

mandiri, khususnya Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat.

3.2 Kajian Hasil Penelitian Skripsi Ari Iskandar “Analisis Faktor – Faktor

Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Periode

1984 – 2000

Penelitian yang dilakukan oleh Ari Iskandar (2000), mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi PDB di Indonesia periode 1986 – 2000,

menyimpulkan bahwa variabel investasi asing langsung, ekspor barang dan

Page 53: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

35

jasa, utang luar negeri, dan angkatan kerja secara bersama-sama berpengaruh

nyata dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Investasi

asing langsung, ekspor, dan angkatan kerja berpengaruh positif dan signifikan,

sedangkan utang luar negeri berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa kenaikan

investasi asing langsung, ekspor, dan angkatan kerja akan mengakibatkan

pertumbuhan ekonomi, sementara kenaikan utang luar negeri mempunyai

pengaruh yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

menurut hasil penelitiannya variabel yang mempunyai pengaruh terbesar

terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 1984 – 2000

diantara variabel-variabel yang diteliti adalah angkatan kerja. Karena dengan

kenaikan jumlah angkatan kerja yang digunakan, akan menambah jumlah

produksi yang dihasilkan.

Page 54: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

36

BAB IV

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

4.1. Landasan Teori

4.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan yang dikemukakan oleh Harrod-Domar

merupakan perluasan dari analisa Keynes mengenai kegiatan ekonomi

nasional dan masalah penggunaan tenaga kerja. Teori Harrod-Domar pada

hakekatnya berusaha untuk menunjukkan syarat yang diperlukan agar

pertumbuhan yang mantap atau steady growth yang dapat didefinisikan

sebagai pertumbuhan yang akan selalu menciptakan penggunaan sepenuhnya

alat-alat modal yang akan selalu berlaku dalam perekonomian.

Teori Harrod-Domar memperhatikan dua aspek dari pembentukan

modal dalam kegiatan ekonomi yaitu : mempertinggi pengeluaran masyarakat

dan mempertinggi jumlah alat-alat modal dalam masyarakat. Dalam teori

Harrod-Dommar pembentukan modal dipandang sebagai pengeluaran yang

akan menambah kesanggupan suatu perekonomian untuk menghasilkan

barang-barang maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah

permintaan efektif seluruh masyarakat. Teori Harrod-Domar menganggap

pula bahwa pertambahan dalam kesanggupan memproduksi ini tidak secara

sendirinya akan menciptakan pertambahan produksi dan kenaikan pendapatan

nasional.

Page 55: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

37

Harrod-Domar menyatakan bahwa pertambahan produksi dan

pendapatan nasional bukan ditentukan oleh pertambahan dalam kapasitas

memproduksi masyarakat, tetapi oleh kenaikan pengeluaran masyarakat.

Dengan demikian, walaupun kapasitas memproduksi bertambah, pendapatan

nasional baru akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi tercipta. Analisa

Harrod-Domar bertujuan untuk menunjukkan syarat yang diperlukan supaya

dalam jangka panjang kemampuan memproduksi yang bertambah dari masa

ke masa (yang diakibatkan oleh pembentukan modal pada masa sebelumnya)

akan selalu sepenuhnya digunakan.

4.1.2. Teori Hutang Luar Negeri

Aliran modal dari luar negeri dinamakan bantuan luar negeri

apabila ia mempunyai dua ciri-ciri berikut : pertama, ia merupakan aliran

modal yang bukan didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan dan,

kedua, dana tersebut diberikan kepada negara penerima atau dipinjamkan

dengan syarat yang lebih ringan daripada yang berlaku di pasar internasional.

Berdasarkan kepada kedua ciri tersebut, aliran modal dari luar

negeri yang tergolong sebagai bantuan luar negeri adalah pemberian (grant)

dan pinjaman luar negri (loan). Besarnya unsur bantuan yang terkandung

dalam pinjaman luar negri tergantung pada syarat-syarat pembayaran kembali

dari bantuan tersebut, yaitu tergantung pada tenggat waktu (grace period),

jangka masa pembayaran kembali (maturity), dan tingkat bunga dari pinjaman

yang diberikan. Pinjaman bersyarat ringan (soft loan), apabila tenggat waktu

bertambah lama, jangka waktu pembayaran kembali bertambah panjang dan

Page 56: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

38

tingkat bunganya bertambah rendah, pinjaman bersyarat berat (hard loan)

apabila tenggat waktu dan jangka masa pembayaran kembali relatif singkat

dan tingkat bunganya relatif tinggi.

Hutang luar negeri erat hubungannya dengan pertumbuhan

ekonomi, hal ini disebabkan karena dalam melaksanakan program

pembangunan di negara – negara berkembang, biasanya negara tersebut

menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dan tingkat

penanaman modal yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Apabila tabungan yang dapat dikerahkan di dalam negeri melebihi

penanaman modal yang akan dilaksanakan tersebut, maka pembangunan yang

direncanakan dapat dicapai tanpa hutang luar negeri. Akan tetapi, pada

umumnya negara – negara berkembang tidak dapat menciptakan tabungan

sebanyak yang diperlukan dan oleh karenanya hutang luar negeri perlu

dikerahkan untuk menutupi kekurangan tersebut. (Lincolyn Arsyad, 1997:

371)

4.1.3. Teori Investasi

Investasi dilaksanakan oleh pemilik-pemilik modal untuk

mendapatkan suatu keuntungan dari usaha yang dilaksanakannya. Peranan

modal dalam pembangunan ekonomi mutlak diperlukan untuk pembiayan

pembangunan yang akan dilaksanakan. Karena jika modal yang tersedia cukup

besar maka pembangunan akan lebih lancar sebab dapat dilakukan investasi

kepada beraneka macam sektor ekonomi. Modal merupakan faktor penting,

sebab dengan tersedianya modal maka faktor-faktor produksi lainnya akan

Page 57: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

39

dapat terpenuhi. Investasi yang diinvestir dalam pembangunan ekonomi

mengutamakan kepada service motive yakni pemberian pelayanan, dorongan-

dorongan kepada mesyarakat walaupun pertimbangan ekonomi juga

diperhatikan. (Malayu S.P. Hasibuan,1987 : 107 - 108)

Thesis usaha minimum kritis mengemukakan perlunya mempertinggi

tingkat penanaman modal untuk mengusahakan agar negara-negara

berkembang dapat melepaskan diri dari belenggu perangkap tingkat

keseimbangan rendah (the low level equilibrium trap). Teori perangkap

tingkat keseimbangan rendah menjelaskan bahwa pada tingkat pendapatan

perkapita yang rendah, tingkat penanaman modal juga rendah dan juga

menyebabkan pertumbuhan dalam pendapatan nasional lebih rendah daripada

tingkat pertambahan penduduk. Dalam keadaan seperti ini tingkat

kesejahteraan masyarakat cenderung untuk kembali ke tingkat subsistence.

Oleh sebab itu diperlukan penanaman modal yang lebih besar, yang dapat

menjamin agar dalam jangka panjang tingkat pertumbuhan ekonomi selalu

lebih besar daripada tingkat pertumbuhan penduduk, sehingga akan

menciptakan perbaikan dalam tingkat kesejahteraan masyarakat. (Sadono

Sukirno,1985 :303)

Kalau diperhatikan bagaimana eratnya hubungan antara tingkat

investasi dengan besarnya tingkat pendapatan inilah agaknya yang menjadi

dasar bagi teori pembangunan ekonomi modern. Salah satu sebab mengapa

pembentukan modal atau capital formation menduduki tempat yang begitu

Page 58: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

40

penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi bangsa adalah disebabkan

oleh :

1. Bahwa pengarahan modal/dana itu sendiri akan menaikan pendapatan serta

akan memperluas lapangan kerja yang selanjutnya memungkinkan adanya

investasi berikutnya dan seterusnya.

2. Bahwa pengarahan modal/dana untuk investasi dapat dan cenderung untuk

menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas (J.M. Keynes).

3. Bahwa modal yang baru diciptakan sebagai akibat investasi dan kenaikan

pendapatan tidak mungkin dipakai dalam waktu berikutnya apabila total

spending tidak diperbesar (Prof. Harrod).

4. Bahwa investasi adalah merupakan suatu alat untuk mempercepat

pertambahan tingkat produksi dalam ekonomi yang baru berkembang.

Dengan demikian jelaslah kepada kita bahwa “pentingnya dan strategisnya

peranan investasi untuk menciptakan kesempatan kerja dalam menciptakan

pertumbuhan ekonomi.” (Malayu S.P. Hasibuan,1987 : 132)

4.1.4. Teori Ekspor

Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan

barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi

ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan nilai semua barang dan jasa yang

dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang,

ongkos pengapalan, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu.

(Bambang Triyoso, 1984). Fungsi penting adalah mengatasi masalah

Page 59: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

41

terbatasnya pasar di dalam negeri. perkembangan ekspor akan menggalakan

perkembangan sektor dalam negeri karena :

a. Beberapa fasilitas yang digunakan untuk memperlancar kegiatan ekspor,

seperti pengembangan sistem komunikasi, jaringan pengangkutan dan

fasilitas latihan atau pendidikan, dapat digunakan oleh sektor dalam

negeri.

b. Dengan menarik tenaga kerja dari sektor dalam negeri, sektor ekspor akan

mendorong sektor dalam negeri untuk menciptakan inovasi yang bertujuan

untuk meningkatkan produktivitas. (Sadono Sukirno,1985 : 310)

Peranan ekspor dalam pembangunan ekonomi menurut ahli ekonomi

klasik, terutama David Ricardo, mengemukakan pendapatnya bahwa

perdagangan luar negeri melalui ekspor memberikan sumbangan yang pada

akhirnya dapat mempercepat perkembangan ekonomi suatu negara.

(Sadono Sukirno, 1985 : 224-225)

Adapun sumbangan penting dari kegiatan luar negeri melalui ekspor

dalam pembangunan ekonomi meliputi : (Sadono Sukirno, 1985 : 225)

1. Pada suatu negara yang sudah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh,

maka perdagangan luar negeri memungkinkan negara untuk mencapai

tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada yang mungkin dicapai tanpa

adanya kegiatan ekspor.

2. Suatu negara dapat memperluas pasar dan hasil-hasil produksi nasional.

3. Suatu negara dapat menggunakan teknologi yang berasal dari luar negeri.

Page 60: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

42

Para ahli ekonomi sesudah mazhab klasik berpendapat, bahwa salah

satu fungsi dari ekspor adalah untuk mengatasi terbatasnya permintaan pasar

dalam negeri. Perkembangan ekspor akan menggalakkan perkembangan

sektor pendukung lainnya di dalam negeri karena akan menciptakan

permintaan atas barang yang dihasilkan di dalam negeri, yang akhirnya ekspor

dapat memperlancar perkembangan ekonomi. Dengan perdagangan luar

negeri melalui ekspor, maka pendapatan masyarakat khususnya produsen dan

orang-orang yang kegiatannya di sektor liar negeri akan bertambah. Makin

cepat perkembangan perdagangan luar negeri makin cepat pula pendapatan

masyarakat bertambah.

Pengaruh secara tidak langsung dari adanya perdagangan luar negeri

adalah penghasilan devisa. Semakin ekspor berkembang, semakin besar

penghasilan devisa yang diterima oleh negara. Ini berarti terjadi arus modal

(capital flow) dari luar negeri ke dalam negeri yang tentu saja menguntungkan

bagi suatu negara yang memerlukan tambahan modal untuk pembangunan

yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Ketika prosentase ekspor terhadap PDB semakin meningkat, maka

harus dibuat strategi ekspor yang dapat memberikan peluang untuk lestarinya

status komoditi ekspor sebagai market leader. Empat alternatif strategi ekspor

lazim dikenal dengan Four Generic Internasional Strategies, yaitu : (H.

Halwani dan P. Tjiptoherijanto, 1993 : 64-65)

Page 61: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

43

a. Dynamic High Technology Strategy (DHTS). Yaitu strategi yang dapat

memberikan peluang kepada perusahaan untuk menjadi market leader

melalui inovasi tekhnologi yang tepat dan dilakukan secara terus-menerus.

b. Low of Stable Technology Strategy (LSTS). Strategi ini memberikan

peluang kepada perubahaan untuk menjadi market leadaer karena

kemampuan memelihara brand identity economic of scale, manufacturing

know how, standar produksi, dan penyadiaan suku cadang yang terdapat

secara global. Kalau dilihat prasyaratan strateginya, sebenarnya yang

diperlukan oleh perusahaan adalah bagaimana dapat memelihara citra

perusahaan dan reputasi bisnisnya.

c. Advanced Management Skill Strategy (AMSS), yaitu strategi yang dapat

memberikan peluang kepada perusahaan untuk menjadi market leader

karena kemampuannya menerapkan manajemen yang tepat, khususnya

dalam hal pemasaran dan koordinasi. Untuk itu, perusahaan harus

memiliki perencanaan yang baik dalam bidang manajemen pemasaran,

keuangan, dan organisasi.

d. Production Market Rationalization Strategy (PMRS), yaitu strategi yang

dapat memberikan peluang kepada perusahaan untuk menjadi market lader

karena kemampuannya menekan biaya produksi melalui pendakatan

lokasi. Artinya adalah bahwa lokasi perusahaan relatif “dekat” dengan

pasar modal sehingga mampu menekan handling cost, seperti biaya

pengangkutan penyimpanan. Untuk melakukan strategi itu, komoditinya

harus memiliki karakteristik, antara lain bernilai tinggi dan tidak memakan

Page 62: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

44

tempat yang luas, sehingga dapat menekan biaya penyimpanan dan

pengangkutan.

Kebijaksanaan perdagangan internasional dibidang ekspor harus terus

dilaksanakan oleh pemerintah. Kebijakan ini diartikan sebagai tindakan dan

peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak

langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi dan arah transaksi

serta kelancaran usaha untuk peningkatan davisa ekspor suatu negara.

Kebijaksanaan perdagangan internasional dibidang ekspor

dikelompokan menjadi dua macam kebijakan, yaitu :

(Hady Hamdi, 2000 : 63-64)

a. Kebijakan ekspor dalam negeri

1. Kebijakan perpajakan dalam bentuk pembebasan, keringanan,

pengambalian pajak ataupun pengenaan pajak ekspor untuk barang-

barang ekspor tertentu.

2. Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong peningkatan

ekspor barang-barang tertentu.

3. Penetepan prosedur / tata laksana ekspor yang relatif mudah.

4. Pemberian subsidi ekspor, seperti pemberian sertifikat ekspor.

5. Pembentukan organisasi eksportir.

6. Pembantukan kelembagaan seperti bounded warehouse, bounded

island Batam, axport processing zone, dan lain-lain.

Page 63: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

45

b. Kebijaksanaan ekspor luar negeri

1. Pembentukan International Trade Promotion Centre(ITPC) di

berbagai negara, seperti Jepang, Eropa, Amerika Serikat, dan lain-lain.

2. Pemanfaatan General System of Preferency (GSP), yaitu fasilitas

keringanan bea masuk yang diberikan negara-negara industri untuk

barang manufaktur yang berasal dari negara yang sedang berkembang.

3. Menjadi anggota Commodity Association of Producer(GSP), seperti

OPEC.

4. Menjadi anggota Commodity Agreement between Producer and

Consumer, seperti ICO (International Coffe Organization), MFA

(Multifibre Agreement), dan lain-lain.

4.1.5. Teori Ketenagakerjaan

Di Indonesia, pengertian tenaga kerja atau man power adalah

mencakup penduduk yang sudah bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan

yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.

Tiga golongan yang disebut terakhir, yakni pencari kerja, bersekolah, dan

mengurus rumah tangga, walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap

secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja.

(P. Simanjuntak,1985 : 2)

Menurut Dumairy, pengertian tenaga kerja ialah penduduk yang

berumur dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara

yang satu dengan negara yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh

Indonesia adalah minimum 10 tahun, tanpa batas umur maksimum. Jadi,

Page 64: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

46

setiap setiap orang atau penduduk yang sudah berusia 10 tahun keatas,

tergolong sebagai tenaga kerja. Di negara India menggunakan rentang usia

antara 14 sampai 60 tahun sebagai batas usia kerja. Amerika Serikat, batas

minimum usia kerja adalah 16 tahun tanpa batas umur maksimum. Sedangkan

batas usia kerja menurut Bank Dunia adalah antara umur 15 sampai 64 tahun.

(Dumairy,1996 : 74)

Indonesia tidak menganut batas umur maksimum, alasannya adalah

bahwa Indonesia belum mempunyai jaminan sosial nasional. Hanya sebagian

kecil penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua, yaitu pegawai

negeri dan sebagian kecil pegawai perusahaan swasta. Buat golongan ini pun,

pendapatan yang mereka terima tidak mencukupi kebutuhan mereka sehari-

hari. Oleh sebab itu, mereka yang telah mencapai usia pensiun biasanya tetap

masih harus bekerja. Dengan kata lain, sebagian besar penduduk dalam usia

pensiun masih aktif dalam kegiatan ekonomi. Oleh sebab itu mereka tetap

digolongkan sebagai tenaga kerja. (Simanjuntak, 1985 : 2-3)

Tenaga kerja terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Angkatan kerja (labor force) terdiri atas golongan yang bekerja, yang

menganggur, dan yang mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja

terdiri dari atas golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah

tangga dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan

dalam kelompok bukan angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan

jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering disebut juga

sebagai potensial labor force. (Simanjuntak,1985 : 3)

Page 65: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

47

Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja

yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan, atau untuk sementara tidak sedang

bekerja, dan sedang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan

angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja, yang tidak

bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan;

yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar), mahasiswa,

mengurus rumah tangga, serta menerima pendapatan, tetapi bukan merupakan

imbalan langsung atas jasa kerjanya. (Dumairy, 1996 : 74-75)

Salah satu indikator untuk melihat perkembangan ketenagakerjaan di

Indonesia adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) atau labor force

participation rate (LFPR). TPAK adalah perbandingan antara jumlah

angkatan kerja dengan penduduk usia kerja dalam kelompok yang sama dan

merupakan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 tenaga kerja. Atau dapat

dikatakan jumlah angkatan kerja dibagi dengan jumlah tenaga kerja dalam

kelompok yang sama. (Simanjuntak, 1996 : 36) Atau jika dirumuskan adalah

sebagai berikut :

TPAK Kerja TenagaJumlah KerjaAngkatan Jumlah

= x 100 %

4.2 Kesimpulan Dari Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Ekonomi

Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi merupakan turunan (derivative) dari kumulasi modal pertumbuhan

penduduk, dan kemajuan teknologi. Faktor-faktor tersebut adalah: hutang luar

negeri, Investasi, tenaga kerja dan ekspor.

Page 66: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

48

GAMBAR 4.1.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

Hutang Luar Negeri (FD)

Investasi (I)

Tenaga Kerja (L)

Ekspor (EX)

Peningkatan Output (EG)

Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Nasional

Hutang luar negeri dianggap sebagai faktor penting pertumbuhan

ekonomi, khususnya bagi negara Indonesia yang memerlukan modal besar

dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. hal ini disebabkan karena dalam

melaksanakan program pembangunan di negara–negara berkembang, biasanya

negara tersebut menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan

dan tingkat penanaman modal yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

tersebut. Apabila tabungan yang dapat dikerahkan di dalam negeri melebihi

penanaman modal yang akan dilaksanakan tersebut, maka pembangunan yang

Page 67: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

49

direncanakan dapat dicapai tanpa hutang luar negeri. Akan tetapi, pada

umumnya negara – negara berkembang tidak dapat menciptakan tabungan

sebanyak yang diperlukan dan oleh karenanya hutang luar negeri perlu

dikerahkan untuk menutupi kekurangan tersebut. (Lincolyn Arsyad, 1997 :

371).

Pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok

modal. Semakin banyak tabungan yang kemudian diinvestasikan, maka

semakin cepat terjadi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi secara riil, tingkat

pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada setiap tabungan dan investasi

tergantung dari tingkat produktivitas investasi tersebut, dengan bertambahnya

penggunaan investasi maka akan menambah jumlah modal untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka investasi juga dianggap faktor

penting dalam pertumbuhan ekonomi di suatu negara.

Pertambahan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan

kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) juga dianggap sebagai faktor

yang positif sebagai dalam menentukan pertumbuhan ekonomi. Artinya,

semakin banyak angkatan kerja, berarti semakin produktif tenaga kerja.

Karena dengan semakin besar angkatan kerja, akan meningkatkan tingkat

partisipasi tenaga kerja (TPAK). (Lincolyn Arsyad, 1997 : 199)

Perdagangan Internasional juga dapat menjadi perangsang penting

dalam perekonomian Indonesia. Perdagangan Internasional khususnya Ekspor,

bagi banyak negara, khususnya Indonesia mempunyai peranan yang penting,

yakni sebagai penggerak motor perekonomian. (Tulus Tambunan, 2001 : 2),

Page 68: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

50

jadi ekspor juga menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan

ekonomi di Indonesia.

4.3. Hipotesis

Perumusan hipotesis:

1. Variabel investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Produk Domestik Bruto riil.

2. Variabel ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Produk Domestik Bruto riil.

3. Variabel tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Produk Domestik Bruto riil.

4. Variabel hutang luar negeri berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Produk Domestik Bruto riil.

5. Variabel investasi, variabel ekspor, variabel tenaga kerja dan

variabel hutang luar negeri secara bersama-sama berpengaruh

terhadap Produk Domestik Bruto riil.

Page 69: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

51

BAB V

METODE PENELITIAN

5.1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1984 – 2003.

5.1.1. Jenis dan Deskripsi Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

a. Data produk Domestik Bruto

b. Total nilai ekspor

c. Data investasi

d. Jumlah tenaga kerja

e. Data Hutang Luar Negeri

f. Data-data lain yang mendukung penelitian ini

5.1.2. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari Bank Indonesia, Departemen Keuangan,

Badan Pusat Statistik, dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan

penelitian ini.

5.2. Metode Analisis

5.2.1. Metode Analisis Data

Berdasarkan tujuan penelitian dan pengujian hipotesis yang telah

dikemukakan, akan digunakan model analisis deskriptif, analisis regresi,

Page 70: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

52

bentuk model penelitian melalui pendekatan ekonometrika, serta uji

linieritas.

a. Analisis Deskriptif

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data runtun waktu

yang merupakan data tahunan, dimulai pada tahun 1984 hingga tahun

2003. Penyajian data mengenai perkembangan pertumbuhan ekonomi

menggunakan data produk domestik bruto atas harga konstan, karena

data ini merupakan indikator tingkat pertumbuhan ekonomi.

Kemudian, untuk investasi, yang digunakan adalah proyek-proyek

penanaman modal dalam negeri yang telah disetujui pemerintah

menurut sektor perekonomian. Data tentang ekspor, yang digunakan

adalah total nilai ekspor, untuk data tenaga kerja, yang digunakan

adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja menurut sektor

perekonomian. Selanjutnya untuk data hutang luar negeri yang

digunakan adalah hutang luar negeri pemerintah. Metode yang

didasarkan pada analisa ini adalah dengan pendeskripsian faktor-faktor

yang berhubungan dengan permasalahan yang dimaksud sebagai

pendukung hasil dari analisis metode kuantitatif.

b. Analisis Regresi

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh antara

variabel terikat (untuk selanjutnya disebut dependen variabel) dengan

satu atau lebih variabel bebas (untuk selanjutnya disebut independen

variabel). Sebagai variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi.

Page 71: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

53

Sedangkan variabel independennya adalah investasi, total ekspor,

tenaga kerja dan hutang luar negeri.

c. Model yang diusulkan

Model analisis yang diusulkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

PDB rill = f (EX,I,L,FD)

Fungsi PDB rill linier dapat ditulis sebagai berikut :

PDB rill = β 0 + β 1EX + β 2I + β 3L + β 4FD + ε

Keterangan:

PDB rill = Nilai PDB riil (dalam milyar rupiah)

I = Investasi (investasi menurut sektor perekonomian dalam

US $)

X = Ekspor (total nilai ekspor dalam juta US $)

L = Tenaga kerja (dalam juta jiwa)

FD = Hutang luar negeri pemerintah (dalam Juta US Dollar)

d. Uji Linieritas

Uji linieritas ini sangat penting, karena untuk melihat apakah spesifiksi

model yang digunakan dalam penelitian ini sudah benar atau tidak. Uji

linieritas dalam penelitian ini menggunakan uji Ramsey, untuk

menerapkan uji Ramsey peneliti harus membuat suatu asumsi atau

keyakinan bahwa fungsi yang benar adalah fungsi linear.

Page 72: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

54

5.2.2. Alat uji yang digunakan

Parameter-paremeter yang diestimasi dapat dilihat melalui dua

kriteria. Pertama adalah statistik, yang meliputi uji signifikansi parameter

secara individual (Uji - t), uji signifikansi parameter secara serempak

(Uji – F) dan uji kebaikan sesuai (Goodness of Fit) atau R2. Pengujian ini

disebut dengan uji orde pertama. Kedua adalah kriteria ekonometrika,

yakni untuk menguji tidak adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap

asumsi klasik, yaitu autokolerasi, hetroskedastisitas dan multikolinearitas.

Penguji terhadap kriteria kedua ini disebut dengan uji orde kedua. Uji orde

kedua digunakan untuk membuktikan bahwa model yang dijelaskan sudah

tidak mengalami gangguan asumsi klasik, yaitu : (Algifari, 1997 : 73-74)

(a). Non Multikolinearitas, artinya antara variabel independen yang satu

dengan yang lain dalam model regresi tidak saling berhubungan secara

sempurna atau mendekati sempurna.

(b). Non Autokorelasi, yaitu tidak terdapat pengaruh dari variabel dalam

model melalui tenggang waktu (time lag). Misalnya nilai suatu

variabel saat ini akan berpengaruh terhadap nilai variabel lain pada

masa yang akan datang. Menurut model klasik, hal ini tidak mungkin

terjadi.

(c) Homoskedasitas, artinya varians variabel independen adalah konstan

(sama) untuk setiap nilai tertentu variabel independen.

Page 73: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

55

5.2.3. Kriteria Statistik

5.2.3.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) nilainya berkisar antara 0 dan 1.

semakin besar R2 berarti semakin besar variasi variabel dependen yang

dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen. Formula untuk

mencari nilai R2 adalah sebagai berikut :

(Catur Sugianto, 1995 : 54-55)

R2 = SSR/SST

atau:

R 2 = 1 - SSE/SST

Keterangan:

R2 = Koefisien determinansi berganda.

SSR = Sum of Square Regression, atau jumlah kuadrat regresi,

yaitu merupakan total variasi yang dapat dijelaskan oleh

garis regresi.

SST = Sum of Square Total, atau jumlah kuadrat total, yaitu

merupakan total variasi Y.

SSE = Sum of Square Error, atau jumlah kuadrat error, yaitu

merupakan total variasi yang tidak dapat dijelaskan oleh

garis regresi

Page 74: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

56

5.2.3.2. Pengujian Secara Bersama-sama (Uji – F)

Untuk mengetahui apakah variabel-variebel independen secara

bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen digunakan uji-F. formulamya adalah sebagai berikut :

(Catur Sugianto, 1995 : 77-78)

( )( )

( )KnR

kR

F

−−

−= 2

2

11

Keterangan:

F = nilai F-hitung

R2 = koefisien determinasi berganda

k = jumlah variabel independen

n = jumlah sampel

Perumusan hipotesis :

Ho = b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya variabel independen secara

bersama- sama tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen

Ha ≠ b1≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0, artinya variabel independen secara

bersama-sama berpengaruh terhadap

variabel dependen.

5.2.3.3. Pengujian Secara Parsial / Individu (Uji – t)

Untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel indipenden

terhadap variabel dependen secara individu dengan menganggap variabel

Page 75: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

57

dependen lainnya tetap (ceteris pasribus) dapat diestimasi dengan

membandingkan antara nilai t-hitung dengan t-tabel.

Nilai t-hitung dapat dicari dengan menggunakan formula :

t = 1

)1(Sb

bb −

keterangan:

t = nilai t-hitung

b1 = koefisien variabel independen ke-1

b = nilai hiposis nol

Sb1 = simpangan baku dari variabel independen ke-1

Perumusan hipotesis:

Ho = b1 = 0, artinya variabel independen secara individu tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen

Ha = b1 ≠ 0, artinya variabel independen secara individu

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Kriteria Pengujian :

Dimana b1 merupakan koefisien dari variabel independen Ke-1

(a). H0 diterima apabila memenuhi syarat -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, artinya

variabel dependen tidak dipengaruhi oleh variabel independen.

(b). H0 ditolak apabila memenuhi syarat thitung > ttabel atau thitung < -ttabel,

artinya variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen.

Page 76: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

58

5.2.4. Asumsi Klasik

5.2.4.1 Pengujian Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi ( hubungan ) yang terjadi antara

anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam

rangkain waktu (time series). Autokorelasi ini menunjukan hubungan

antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel-variabel yang sama.

(Gunawan Sumodiningrat, 2001: 231)

Autokorelasi dapat terjadi apabila kesalahan penganggu suatu

periode korelasi dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya. Alat

penguji yang digunakan untuk mendeteksi dan atau tidaknya adalah

Durbin – Watson tes (D-W test) yang formulanya sebagai berikut :

D-W = 2 ∑∑ −

−2. )1(

1

t

Et

e

et

Untuk menguji asumsi klasik ini, maka terlebih dulu harus

menentukan besarnya nilai kritis dari du dan dl berdasarkan jumlah

observasi dan variabel independen, jika hipotesis nol menyatakan tidak

adanya autokotrelasi, maka : (Gunawan Sumodiningrat, 2001 :248)

1. Jika d lebih kecil daripada dL atau lebih besar daripada (4 – dL), maka

hipotesis nol ditolak, dengan pilihan pada alternatif yang berarti terdapat

autokorelasi.

2. Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang

berarti tidak ada autokorelasi.

Page 77: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

59

3. Namun jika nilai d terletak antara dL dan dU atau diantara (4 – dL) dan

(4 – dL), maka uji Durbin – Watson tidak menimbulkan kesimpulan

yang pasti (inconclusive). Untuk nilai – nilai ini, tidak dapat (pada suatu

tingkat signifikansi tertentu) disimpulkan ada tidaknya autokorelasi

diantara faktor – faktor gangguan.

Gambar 5.1

Kriteria Pengujian Autokorelasi

f (d)

Daerah Daerah ketidak - Tidak menolak Daerah ketidak - Daerah kritis

kritis pastian H0 pastian

(inconclusive) (inconclusive)

Tolak H0 Tidak ada Tolak H0

otokorelasi

d 0 dL dU 2 ( 4 – dU) ( 4 – dL)

5.2.4.2 Pengujian Multikolinearitas

Tujuannya untuk menguji ada tidaknya hubungan yang sempurna

atau tidak sempurna diantara beberapa atau semua variabel yang

menjelaskan. Multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat ciri-ciri

yaitu adanya R2 yang tinggi.

Klein mengatakan bahwa multikolineritas dapat menjadi masalah

bila derajat multikolinieritasnya tinggi. Jika derajatnya rendah maka

multikolinieritas yang terjadi tidak terlalu serius dan tidak membahayakan

Page 78: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

60

bagi interprestasi hasil regresi. Dengan metode yang dikemukakan oleh

Klein, derajat kolinieritas dapat dilihat melalui koefisien determinasi

parsial dari regresi antara variabel independen dengan variabel independen

yang lain dipergunakan dalam metode penelitian. Jika r2 R≤ 2, maka

tingkat multikolinieritas yang terjadi rendah dan tidak membahayakan bagi

interprestasi hasil regresi.

Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikolinier adalah

dengan langkah pengujian terhadap masing –masing variabel independen

untuk mengetahui seberapa jauh korelasinya (r2 ) Produksi padi didapat

kemudian dibandingkan dengan R2 yang didapat dari hasil regresi secara

bersama variabel independen dengan variabel dependen, jika ditemukan

nilai melebihi nilai R2 pada model penelitian, maka dari model persamaan

tersebut terdapat multikoinieritas, dan sebaliknya jika R2 lebih besar dari

semua r2 maka ini menunjukan tidak terdapatnya multikolinier pada model

persamaan yang diuji.

5.2.4.3 Pengujian Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual

pengamatan satu ke pengamatan lain. Jika varians dari residual

pengamatan satu ke residual ke pengamatan yang lain tetap, maka telah

terjadi heteroskedastisitas. Jika varians berbeda, maka disebut

heteroskedastisitas. Regresi yang baik adalah yang tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Page 79: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

61

Heteroskedastisitas terjadi bila variabel gangguan mempunyai

variabel yang sama untuk observasi, untuk mendeteksi ada/tidaknya

heteroskedestisitas digunakan uji White. Selanjutnya menentukan

hipotesis yang menyatakan jika dari perhitungan menghasilkan nilai t-

hitung yang signifikan/ t- hitung > t- tabel, maka dapat dikatakan terdapat

heteroskedestisitas, jika t- hitung < t- tabel dapat dikatakan dalam regresi

tidak terdapat heteroskedestisitas.

Page 80: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

62

BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Hasil Penelitian

Analisis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data

sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber dalam bentuk tahunan,

selama periode 1984 – 2003. Penyajian data-data mengenai perkembangan

pertumbuhan ekonomi menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB),

karena data ini merupakan indikator tingkat pertumbuhan ekonomi. Untuk

Investasi, data yang digunakan adalah proyek-proyek penanaman modal luar

negeri yang telah disetujui pemerintah menurut sektor ekonomi. Data

tentang ekspor, yang digunakan adalah total nilai ekspor barang dan jasa.

Data tenaga kerja, yang digunakan adalah jumlah angkatan kerja yang

bekerja menurut sektor perekonomian. Selanjutnya untuk data hutang luar

negeri menggunakan hutang luar negeri pemerintah.

a. Uji Linieritas

Agar spesifikasi model linear dalam penelitian ini benar, maka

sebelumnya diuji dulu dengan uji linearitas. Uji linearitas dalam penelitian

ini menggunakan uji Ramsey. Hasil dari uji Ramsey pada tabel 6.1.

menunjukkan bahwa model yang benar, spesifikasinya dalam bentuk

linier yaitu persamaan dalam bentuk linier

PDBriil= β 0+ β 1EX+ β 2I+ β 3L+ β 4FD+ε, dimana hal ini diperlihatkan

Page 81: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

63

dengan nilai Fhitung (0,278) lebih kecil dibandingkan dengan nilai Ftabel

(3,01)

TABEL 6.1.

UJI LINIERITAS

Ramsey RESET Test: F-statistic 0.277732 Probability 0.606442 Log likelihood ratio 0.392875 Probability 0.530792

Test Equation: Dependent Variable: PDB Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:13 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. EX 2.340767 0.868968 2.693733 0.0175 FD -0.304033 0.315451 -0.963804 0.3515 I 0.873854 0.572837 1.525485 0.1494 L 3.018868 0.593719 5.084671 0.0002 C -43132.93 37695.81 -1.144237 0.2717

FITTED^2 3.34E-07 3.80E-07 0.878518 0.3945 R-squared 0.990631 Mean dependent var 327024.2 Adjusted R-squared 0.987285 S.D. dependent var 84883.95 S.E. of regression 9571.488 Akaike info criterion 21.41429 Sum squared resid 1.28E+09 Schwarz criterion 21.71301 Log likelihood -208.1429 F-statistic 296.0655 Durbin-Watson stat 1.863455 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : Lampiran

b. Uji Model Linier atau Model Log Linear

Dari tabel 6.2. tampak koefisien Z1 tidak signifikan pada α = 5%,

yaitu t hitung Z1 = -1,194993 dengan prob 0,2519 lebih dari 0,05.

sedangkan pada tabel 6.3. koefisien Z2 signifikan pada α = 5%, yaitu t

hitung Z2 = -2,3155 dengan prob 0,0363 kurang dari 0,05. karena Z1 tidak

signifikan, maka model pertama yaitu bentuk linear merupakan model

yang baik atau bisa dipakai, sedangkan model log linear tidak tepat karena

Z2 signifikan.

Page 82: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

64

Tabel 6.2. ESTIMASI TERHADAP MODEL PERSAMAAN BENTUK LINIER

MODEL : PDBriil = β 0+ β 1EX+ β 2I+ β 3L+ β 4FD +β 5Z1+ ε Dependent Variable: PDB Method: Least Squares Date: 09/28/05 Time: 09:09 Sample: 1984 2003 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. EX 2.385892 0.790856 3.016847 0.0092 FD 0.150770 0.479940 0.314144 0.7580 I 2.003033 0.843547 2.374537 0.0324 L 3.146597 0.620593 5.070311 0.0002

Z1 -285330.2 238771.3 -1.194993 0.2519 C -41977.29 43498.36 -0.965032 0.3509

R-squared 0.991330 Mean dependent var 327024.2 Adjusted R-squared 0.988233 S.D. dependent var 84883.95 S.E. of regression 9207.763 Akaike info criterion 21.33681 Sum squared resid 1.19E+09 Schwarz criterion 21.63553 Log likelihood -207.3681 F-statistic 320.1435 Durbin-Watson stat 1.701021 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : lampiran

Tabel 6.3. ESTIMASI TERHADAP MODEL PERSAMAAN BENTUK LOG LINIER

MODEL : LnPDBriil = β 0+ β 1LnEX+ β 2LnI+ β 3L+ β 4LnFD +β 5Z2+ ε

Dependent Variable: LNPDB Method: Least Squares Date: 09/28/05 Time: 09:14 Sample: 1984 2003 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNEX 0.345648 0.026260 13.16253 0.0000 LNFD -0.086047 0.022259 -3.865676 0.0017 LNI -0.001803 0.011824 -0.152523 0.8810 LNL 1.486160 0.289177 5.139284 0.0002 Z2 -2.51E-06 1.08E-06 -2.315566 0.0363 C -6.858779 2.866024 -2.393134 0.0313

R-squared 0.994340 Mean dependent var 12.66261 Adjusted R-squared 0.992319 S.D. dependent var 0.278802 S.E. of regression 0.024435 Akaike info criterion -4.342315 Sum squared resid 0.008359 Schwarz criterion -4.043595 Log likelihood 49.42315 F-statistic 491.9307 Durbin-Watson stat 1.974018 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : Lampiran

Page 83: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

65

c. Uji Regresi

Untuk mengetahui pengaruh dari variabel investasi, ekspor, tenaga

kerja, dan hutang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di

Indonesia, dilakukan dengan menggunakan Uji regresi. Akan tetapi,

sebelum hasil regresi dianalisis secara ekonomi, maka diperlukan uji

tahap kedua / orde kedua melalui pendekatan ekonometrika.

TABEL 6.4.

PENGUJIAN KOEFISIEN REGRESI

Variabel Coefisient Std. Error t-Statistic Prob. EX 3.058288 0.563614 5.426210 0.0001FD -0.317588 0.280926 -1.130507 0.2760I 1.162807 0.472639 2.460242 0.0265L 3.496445 0.554950 6.300463 0.0000C -73672.19 34964.98 -2.107028 0.0524

Sumber : Lampiran

R-Square 0.990445 Mean Dependent var 327024.2

Adjusted R-Square 0.987897 S.D. dependent var 84883.95

S.E. of regression 9338.206 Akaike info criterion 21.33393

Sum square resid 1.31E+09 Schwarz criterion 21.58287

Log likelihood -208.3393 F-Statistic 388.7303

Durbin-Watson stat 1.882271 Prob(F-Statistic) 0.000000

Uji tahap kedua ini merupakan uji asumsi klasik. pengujian asumsi

klasik dilakukan agar model yang diusulkan menghasilkan asumsi terbaik

yang tidak bias atau BLUE (Best Linear Unbiased Estimate). Uji asumsi

Page 84: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

66

klasik ini meliputi uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji

heteroskedastisitas.

6.1.1. Kriteria Ekonometrika / Uji Asumsi Klasik

6.1.1.1. Uji Autokorelasi :

Dari hasil analisis regresi diperoleh nilai statistik Durbin Watson

(Dw) sebesar 1,882. Berdasarkan pedoman pengambilan keputusan atau

kesimpulan ada tidaknya autokorelasi dalam tabel d (Durbin Watson), maka

tidak terjadi autokorelasi dalam model yang digunakan, karena Dwhitung

sebesar 1.882 berada diantara 1,83 dan 2,17. Hasil persamaan estimasi

adalah sebesar 1.882 dan pada α = 5 %, k = 4, n =20, sehingga diperoleh

nilai sebagai berikut :

dl = 0,90 4 – dl = 3,1

du = 1,83 4 – du = 2,17

GAMBAR 6.1.

UJI AUTOKORELASI

f (d)

0 dl du

0,90 1,83

Daerah Auto korelasi positif

Daerah Ketidak-pastian

Tidak ada Autokorelasi(+) dan (-)

D

4-du 4-dl 4

1,882 2,17 3,1

Daerah Ketidak-pastian

Daerah Auto korelasi negatif

Page 85: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

67

Dengan demikian nilai DW terletak diantara du dan 4-du, hal ini

menunjukan nilai DW terletak di daerah tidak ada autokorelasi

(penerimaan Ho).

6.1.1.2. Uji Multikolinearitas :

Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi antara variabel

independen terhadap variabel independen lainnya, dapat dilihat tabel 6.5 :

TABEL 6.5.

HASIL PENGUJIAN MULTIKOLINEARITAS

Variabel r2 R 2 EX - I EX - L

EX – FD I - L

I – FD L - FD

0.325 0.837 0.619 0.261 0.000 0.565

0.987 0.987 0.987 0.987 0.987 0.987

Sumber : Hasil pengolahan data

Dengan demikian nilai R 2 > r2, artinya tidak terjadi gejala

multikolinieritas dalam model. Dari hasil pengujian terhadap

multikolineritas pada masing-masing penjelas diperoleh nilai correlations

matriks kurang dari 0.987 yang berarti tidak terdapat multikolineritas

sehingga dapat disimpulkan investasi, total ekspor, tenaga kerja, dan hutang

luar negeri tidak terjadi multikolineritas.

6.1.1.3. Uji Heteroskedastisitas :

Sesuai ketentuan uji asumsi klasik, maka terjadi heteroskedasitas

dalam model regresi yang digunakan. Dari hasil pengujian yang telah

dilakukan terlihat, bahwa model yang diusulkan dalam penelitian ini

terdapat heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas terjadi bila variabel

Page 86: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

68

gangguan mempunyai variabel yang sama untuk observasi, untuk

mendeteksi ada/tidaknya heteroskedestisitas digunakan uji White.

Selanjutnya menentukan hipotesis yang menyatakan jika dari

perhitungan menghasilkan nilai t- hitung yang signifikan/ t- hitung > t- tabel,

maka dapat dikatakan terdapat heteroskedestisitas, jika t- hitung < t- tabel

dapat dikatakan dalam regresi tidak terdapat heteroskedestisitas.

Dengan menggunakan %5=α dan df= 16 maka diperoleh t-tabel = 1,746

maka dapat ditulis sebagai berikut :

Atas dasar hasil regresi dengan menggunakan uji White, pada α = 5 % dan

df = 16 diperoleh t-tabel sebesar 1,746. Sedangkan nilai t-hitung variabel

independen dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

TABEL 6.6.

HASIL PENGUJIAN HETEROSKEDASTISITAS

Variabel Independen Nilai t- hitung Nilai t- tabel EX I L

FD

-1.760 1.213 3.029 2.240

1.746 1.746 1.746 1.746

Sumber : Lampiran

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai t-tabel lebih besar dari nilai

t-hitung, maka variabel ekspor dan investasi tidak terdapat

heterokedastisitas, sedangkan pada variabel hutang luar negeri dan tenaga

kerja terdapat heterokesdastisitas, karena nilai t-tabel lebih kecil dari nilai t-

hitung. Tetapi dengan adanya Uji White, maka heteroskedastisitas ini dapat

dihilangkan, sehingga model yang diusulkan dalam penelitian ini dapat lolos

Page 87: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

69

dari uji asumsi klasik dan hasilnya dapat ditunjukkan dalam tabel di bawah

ini :

TABEL 6.7.

HASIL REGRESI PERBAIKAN HETEROSKEDASTISITAS Variabel Coefisient Std. Error t-Statistic Prob.

EX 3.058288 0.353503 8.651376 0.0000FD -0.317588 0.305649 -1.039061 0.3152I 1.162807 0.382669 3.038675 0.0083L 3.496445 0.471538 7.414986 0.0000C -73672.19 30712.56 -2.398764 0.0299

Sumber : Lampiran

R-Square 0.990445 Mean Dependent var 327024.2

Adjusted R-Square 0.987897 S.D. dependent var 84883.95

S.E. of regression 9338.206 Akaike info criterion 21.33393

Sum square resid 1.31E+09 Schwarz criterion 21.58287

Log likelihood -208.3393 F-Statistic 388.7303

Durbin-Watson stat 1.882271 Prob(F-Statistic) 0.000000

Sehingga hasil analisis regresi variabel-variabel independen (ekspor,

investasi, tenaga kerja, hutang luar negeri) terhadap variabel dependen

(PDB), ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut :

PDB = -73672,188 + 3,05 EX - 0,31 FD + 1,16 I + 3,49 L

a. Konstanta -73672,188 mempunyai arti, jika seluruh variabel

independen sama dengan 0 (nol), maka PDB berkurang sebesar

73672,188 milyar rupiah.

Page 88: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

70

b. Koefisien 3,05 EX mempunyai arti, jika expor naik 1 juta US $

maka PDB akan naik sebesar 3,05 milyar rupiah, dengan asumsi

variabel-variabel lainnya tetap.

c. Koefisien 1,61 I mempunyai arti, jika Investasi naik 1juta US $,

maka PDB naik sebesar 1,16 milyar rupiah, dengan asumsi

variabel-variabel lainnya tetap.

d. Koefisien 3,49 L mempunyai arti, jika tenaga kerja naik 1 juta

jiwa, maka PDB akan naik sebesar 3,49 milyar rupiah, dengan

asumsi variabel-variabel lainnya tetap.

6.1.2 Kriteria Statistik

6.1.2.1. Koefisien Determinasi (R2)

Dari data di atas menunjukkan, bahwa variabel-variabel independen

dalam model memiliki pengaruh yang sangat berarti. Nilai koefisien

determinasi (R2) sebesar 0,990 atau sebesar 99,0%. Hal ini berarti bahwa

variabel ekspor, investasi, tenaga kerja, dan hutang luar negeri mampu

menjelaskan 99,0% terhadap variabel dependennya yakni pertumbuhan

ekonomi, sedangkan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam analisis ini

hanya mampu menjelaskan variasi dependennya 1,0%. Angka 99,0% sangat

realistis, yang berarti menunjukkan bahwa model analisis yang digunakan

dalam penelitian ini sangat baik untuk digunakan.

Page 89: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

71

Formula untuk mencari nilai R2 adalah sebagai berikut :

R2 = SSR/SST

atau:

R 2 = 1 - SSE/SST

Keterangan:

R2 = Koefisien determinansi berganda.

SSR = Sum of Square Regression, atau jumlah kuadrat regresi, yaitu

merupakan total variasi yang dapat dijelaskan oleh garis

regresi.

SST = Sum of Square Total, atau jumlah kuadrat total, yaitu

merupakan total variasi Y.

SSE = Sum of Square Error, atau jumlah kuadrat error, yaitu

merupakan total variasi yang tidak dapat dijelaskan oleh garis

regresi

6.1.2.2. Pengujian Secara Bersama-sama (Uji – F) :

Uji – F digunakan untuk menguji signifikansi variabel independen,

yaitu total ekspor, investasi, tenaga kerja, dan hutang luar negeri secara

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen, yaitu pertumbuhan

ekonomi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Nilai Fhitung sebesar 388,730 lebih besar dari nilai Ftabel sebesar 3,01.

maka nilai ini menunjukan bahwa variabel-variabel independen yakni total

ekspor, investasi, tenaga kerja, dan hutang luar negeri secara bersama-sama

mempengaruhi variabel dependen, yakni pertumbuhan ekonomi.

Page 90: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

72

Dengan demikian, berdasarkan uji F diatas, hipotesis pertama yang

menyatakan bahwa variabel total ekspor, investasi, tenaga kerja, dan hutang

luar negeri secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi, diterima.

Untuk mengetahui apakah variabel-variebel independen secara

bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen digunakan uji-F. formulanya adalah sebagai berikut :

(Catur Sugianto, 1995 : 77-78)

( )( )

( )KnR

kR

F

−−

−= 2

2

11

Keterangan:

F = nilai F-hitung

R2 = koefisien determinasi berganda

k = jumlah variabel independen

n = jumlah sampel

Perumusan hipotesis :

Ho = b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya variabel independen secara bersama-

sama tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen

Ha = b1 = b2 = b3 = b4 ≠ 0, artinya variabel independen secara

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel

dependen.

Page 91: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

73

6.1.2.3. Pengujian Secara Parsial / Individu (Uji – t) :

Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen digunakan uji secara parsial (uji – t).

Pengujian parsial dari setiap variabel independen menunjukan pengaruh dari

keempat variabel independen, yakni total ekspor, investasi, tenaga kerja, dan

hutang luar negeri secara individual tehadap variabel dependen, yakni

pertumbuhan ekonomi.

Nilai t-hitung dapat dicari dengan menggunakan formula :

t = 1

)1(Sb

bb −

keterangan:

t = nilai t-hitung

b1 = koefisien variabel independen ke-1

b = nilai hiposis nol

Sb1 = simpangan baku dari variabel independen ke-1

Perumusan hipotesis:

Ho : b1 ≤ 0, artinya variabel independen secara individu tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen

Ha : b1 ≠ 0, artinya variabel independen secara individu berpengaruh

terhadap variabel dependen.

Page 92: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

74

TABEL 6.8.

HASIL PENGUJIAN KOEFISIEN REGRESI SECARA

PARSIAL / INDIVIDU ( Uji – t )

Sumber : Hasil pengolahan data

Dari tabel 6.8. menunjukan adanya pengaruh yang signifikan bagi

masing-masing variabel indipenden, yaitu ekspor, investasi, dan tenaga kerja

terhadap variabel dependen, yaitu pertumbuhan ekonomi. Tetapi pada

variabel independen hutang luar negeri berpengaruh tidak signifikan

terhadap variabel dependen (pertumbuhan ekonomi).

a. Uji t Terhadap Variabel Ekspor (EX)

Hipotesis yang digunakan :

Ho : b1 ≤ 0, artinya secara individu variabel ekspor tidak berpengaruh

positif pada pertumbuhan.

Ha : b1 > 0. artinya secara individu variabel ekspor berpengaruh secara

positif pada pertumbuhan ekonomi.

Jika t-hitung ≤ t-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya

variabel ekspor tidak mempengaruhi pertumbuhuan ekonomi secara

signifikan. Jika t-hitung > t-tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, yang

artinya adalah variabel ekspor mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

secara signifikan.

Variabel Koefisien Regresi

thitung ttabel Sig.

Ekspor (EX) Investasi (I) Pekerja (L) Hutang Luar Negeri (FD)

3.058 1.162 3.496 -0.317

8.651 3.038 7.414 -1.039

1.746 1.746 1.746 1.746

0.000 0.008 0.000 0.315

Page 93: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

75

GAMBAR 6.2.

UJI-T VARIABEL EKSPOR TERHADAP VARIABEL DEPENDEN

PERTUMBUHAN EKONOMI

0 1,746 8,651

Dari hasil estimasi diketahui bahwa nilai t-hitung (8,651) > t-tabel (1,746)

sehingga Ho ditolak. Berarti secara parsial variabel ekspor berpengaruh

secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

b. Uji t Terhadap Variabel Investasi ( I )

Hipotesis yang digunakan :

Ho : b2 ≤ 0, artinya secara individu variabel investasi tidak berpengaruh

positif pada pertumbuhan ekonomi.

Ha : b2 > 0, artinya secara individu variabel investasi berpengaruh secara

positif pada pertumbuhan ekonomi.

Jika t-hitung ≤ t-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya

variabel investasi tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara

signifikan. Jika t-hitung > t-tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, yang

artinya adalah variabel investasi berpengaruh secara positif terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Ho diterima H0 ditolak

Page 94: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

76

GAMBAR 6.3.

UJI-T VARIABEL INVESTASI TERHADAP VARIABEL DEPENDEN PERTUMBUHAN EKONOMI

0 1.746 3.038

Dari hasil estimasi diketahui bahwa nilai t-hitung 3,038 > t-tabel 1,746

sehingga Ho ditolak. Berarti secara parsial variabel investasi berpengaruh

secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

c. Uji t Terhadap Variabel Tenaga Kerja (L)

Hipotesis yang digunakan :

Ho : b3 ≤ 0, artinya secara individu variabel tenaga kerja tidak

berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi.

Ha : b3 > 0, artinya secara individu variabel tenaga kerja berpengaruh

secara positif pada pertumbuhan ekonomi.

Jika t-hitung ≤ t-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya

variabel pekerja tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara

signifikan. Jika t-hitung > t-tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, yang

artinya adalah variabel pekerja mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

secara signifikan

Ho diterima H0 ditolak

Page 95: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

77

GAMBAR 6.4.

UJI-T VARIABEL TENAGA KERJA TERHADAP VARIABEL DEPENDEN PERTUMBUHAN EKONOMI

0 1,746 7,414

Dari hasil estimasi diketahui bahwa nilai t-hitung (7,414) > t-tabel (1,746)

sehingga Ho ditolak. Berarti secara parsial variabel pekerja berpengaruh

secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

d. Uji t Terhadap Variabel Hutang Luar Negeri (FD)

Hipotesis yang digunakan :

Ho : b4 ≤ 0, artinya secara individu variabel hutang luar negeri tidak

berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi.

Ha : b4 > 0, artinya secara individu variabel hutang luar negeri

berpengaruh secara positif pada pertumbuhan ekonomi.

Jika t-hitung ≤ t-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya

variabel pekerja tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara

signifikan. Jika t-hitung > t-tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, yang

artinya adalah variabel pekerja mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

secara signifikan

Ho diterima H0 ditolak

Page 96: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

78

GAMBAR 6.5.

UJI-T VARIABEL HUTANG LUAR NEGERI TERHADAP VARIABEL DEPENDEN PERTUMBUHAN EKONOMI

-1.746 -1.039 0 1.746

Dari hasil estimasi diketahui bahwa nilai t-hitung (-1,039) < t-tabel (1,746)

sehingga Ho diterima. Berarti secara parsial variabel hutang luar negeri

berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi.

6.2. Pembahasan Masing-masing Variabel

6.2.1 Pembahasan Variabel Ekspor Terhadap PDB riil

Berdasarkan hasil regresi koefisien regresi untuk variabel ekspor

menunjukan tanda positif, yakni sebesar 3,058. Berdasarkan uji

signifikansi parsial, pengaruh variabel ekspor terhadap PDB riil

menunjukan angka yang signifikan. Hal ini berarti bahwa dengan kenaikan

ekspor 1 juta US $, maka akan berakibat pada kenaikan nilai PDB rill

sebesar 3,058 milyar rupiah, dengan asumsi variabel-variabel lainnya

tetap. Karena Pertumbuhan ekonomi (EG), dipengaruhi oleh PDB rill

maka ekspor juga mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Ekspor berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, karena

dengan semakin besar ekspor akan meyebabkan semakin tinggi kegiatan

Ho diterima H0 ditolak

Page 97: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

79

ekonomi yang akan dicapai. Dengan ekspor memungkinkan suatu negara

untuk menghasilkan berbagai barang dan jasa yang melebihi jumlah

produksi yang diperlukan di dalam negeri. Hal ini akan menaikan tingkat

kegiatan ekonomi dan tingkat pendapatan nasional.

Nilai koefisien regresi variabel ekspor itu tidak terlalu berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi jika dibandingkan dengan nilai koefisien

regresi variabel pekerja. Hal ini mungkin disebabkan karena produk

ekspor dari negara lain untuk produk yang sejenis telah banyak diproduksi,

sehingga daya saing produk ekspor dalam negeri menjadi lemah. Kenaikan

harga ekspor juga menyebabkan permintaan akan ekspor domestik akan

menurun dikarenakan produk-produk ekspor.

6.2.2. Pembahasan Variabel Investasi Terhadap PDB riil

Berdasarkan hasil regresi, koefisien regresi untuk variabel investasi

menunjukkan tanda positif, yakni 1,162. Berdasarkan uji signifikansi

parsial, pengaruh variabel investasi terhadap PDB riil menunjukan angka

yang signifikan. Hal ini berarti bahwa dengan kenaikan investasi sebesar 1

juta US $, maka akan berakibat pada kenaikan nilai PDB riil sebesar 1,162

milyar rupiah, dengan asumsi variabel-variabel lainnya tetap. Karena

pertumbuhan ekonomi (EG), dipengaruhi oleh PDB riil maka investasi

juga mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Investasi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena

semakin tinggi nilai investasi yang masuk maka akan memperlancar

tingkat pertumbuhan ekonomi negara. Karena investasi akan mengatasi

Page 98: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

80

kekurangan modal yang terjadi, investasi juga merupakan salah satu faktor

produksi yang berupa modal di sektor perekonomian. Tapi kebanyakan

pemilik modal, tidak berani menggunakan uangnya untuk diinvestasikan,

karena takut akan resiko yang terjadi.

6.2.3. Pembahasan Variabel Tenaga Kerja Terhadap PDB riil

Berdasarkan hasil regresi, koefisien regresi untuk variabel tenaga

kerja menunjukkan tanda positif, yakni sebesar 3,496. Berdasarkan uji

signifikansi parsial, pengaruh variabel tenaga kerja terhadap PDB rill

menunjukan angka yang signifikan. Hal ini berarti bahwa dengan kenaikan

tenaga kerja sebesar 1 juta jiwa, maka akan berakibat pada kenaikan nilai

pertumbuhan ekonomi sebesar 3,496 milyar rupiah, dengan asumsi

variabel-variabel lainnya tetap. Karena pertumbuhan ekonomi dipengaruhi

oleh PDB riil maka tenaga kerja juga mempunyai pengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Variabel tenaga kerja mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap pertumbuhan ekonomi, karena tenaga kerja yang digolongkan

kedalam angkatan kerja yang bekerja di sektor perekonomian merupakan

faktor produksi, dan merupakan salah satu asset nasional yang berharga,

karena jumlah tenaga kerja yang besar dengan produktifitas yang tinggi

sebagai salah satu pendorong positif dalam mempercepat pertumbuhan

ekonomi. Tapi permasalahan lain dalam bidang ketenagakerjaan di

Indonesia saat ini masih dicari jalan keluarnya adalah masih rendahnya

Page 99: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

81

pendidikan dan keterampilan (skilled) tenaga kerja domestik, kurangnya

kesempatan kerja dan lain sebagainya.

6.2.4. Pembahasan Variabel Hutang Luar Negeri Terhadap PDB riil

Berdasarkan hasil regresi, koefisien regresi untuk variabel hutang

luar negeri menunjukkan tanda negatif, yakni sebesar -1,039. Berdasarkan

uji signifikansi parsial, pengaruh variabel hutang luar negeri terhadap PDB

riil menunjukan angka yang tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai

thitung variabel hutang luar negeri sebesar -1,039 lebih kecil daripada nilai

ttabel sebesar 1,746 dengan tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05). Dengan

demikian, hutang luar negeri berpengaruh tidak signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Tidak signifikansinya variabel hutang luar negeri tersebut

berkaitan erat dengan belum dimanfaatkannya hutang luar negeri secara

efisien di Indonesia. Kemungkinannya adalah disebabkan oleh banyak

kebocoran yang terjadi pada aliran hutang luar negeri yang dilakukan oleh

oknum-oknum di dalam tubuh pemerintahan Indonesia, dan juga

disebabkan oleh penggunaannya yang lebih terkonsentrasi pada kegiatan

pembangunan infrastruktur yang tidak secara langsung berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi. Akibatnya, produktivitas pemanfaatan

hutang luar negeri menjadi rendah, sehingga akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Faktor eksternal lainnya yang merugikan Indonesia adalah

perkembangan moneter yang tidak menguntungkan, yakni dengan adanya

Page 100: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

82

depresiasi mata uang rupiah terhadap mata uang asing lainnya, sehingga

tanpa menambah hutang pun, nilai hutang yang ditanggung secara

otomatis akan bertambah, dan beban pembayaran kembali hutang luar

negeri menjadi semakin berat di masa yang akan datang.

Page 101: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

83

BAB VII

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

7.1. Kesimpulan

Atas dasar persamaan hasil estimasi yang telah dilakukan dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Regresi lolos uji asumsi klasik karena variabel investasi, ekspor, tenaga

kerja, dan hutang luar negeri tidak terdapat Autolorelasi, multikolinearitas,

dan heteroskesdastisitas.

2. Investasi, total ekspor, tenaga kerja secara bersama berpengaruh positif

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedangkan hutang

luar negeri berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa kenaikan investasi, ekspor, dan

tenaga kerja akan mengakibatkan peningkatan pertumbuhan ekonomi,

sementara kenaikan hutang luar negeri mempunyai pengaruh yang tidak

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

3. Pengujian secara parsial terhadap variabel independen investasi, ekspor,

dan tenaga kerja, masing-masing berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel independen hutang luar negeri

berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi.

Page 102: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

84

7.2. Implikasi

Dari berbagai kesimpulan yang telah dirangkumkan diatas, sebagai

masukan dan rekomendasi bagi Pemerintah Indonesia dalam upaya

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka dapat disarankan

sebagai berikut :

1. Pemerintah perlu meningkatkan ekspor, terutama ekspor non migas, guna

mengurangi ketergantungan terhadap ekspor migas yang semakin menipis.

Cara untuk meningkatkan ekspor diantaranya adalah melalui diversifikasi

komoditi ekspor, yakni melakukan ekspor yang bertumpu pada kekuatan

sumber daya sendiri dan mengurangi kandungan impor agar peranan dan

nilai ekspor tidak berkurang terhadap pertumbuhan ekonomi. Proses

produksi ekspor tersebut harus dapat pula dikuasai oleh penduduk di

dalam negeri, serta menaikan nilai tambah komoditi ekspor, terutama

untuk komoditi primer, sehingga menaikan nilai tukar terhadap komoditi

ekspor lainnya.

2. Dalam investasi, sebaiknya pemerintah menciptakan iklim investasi

yang kondusif, maka diusahakan memberikan prosedur yang sederhana

dan terkendali, memberikan sarana dan prasarana yang menunjang, serta

peraturan dalam berinvestasi yang konsisten, sehingga terjamin kepastian

berusaha dan keamanan untuk berinvestasi, Melalui kebijakan-kebijakan

tersebut, diharapkan nilai investasi semakin dapat meningkat, karena

bertambahnya investor-investor baru untuk menanamkan modalnya, yang

akan menyebabkan menigkatnya pertumbuhan ekonomi. Dan untuk

Page 103: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

85

investasi asing, pemerintah sebaiknya mengadakan kualifikasi kembali

terhadap modal asing yang masuk agar tidak menghambat perkembangan

investasi domestik. Pemerintah juga harus berhati-hati dalam memutuskan

tipe dari modal asing yang akan ditanam.

3. Melihat potensi tenaga kerja yang sangat menguntungkan bagi

pertumbuhan ekonomi, maka perlu ditempuh beberapa kebijaksanaan

bagi peningkatan produktivitas tenaga kerja di Indonesia, antara lain

mengenai pengadaan pendidikan dan latihan keterampilan yang lebih

berkualitas tingkat produktivitas kerja, memperbaiki keadaan gizi dan

kesehatan masyarakat, peningkatan perluasan tenaga kerja, dalam arti

kesempatan untuk bekerja yang sesuai dengan pendidikan dan

keterampilan masing-masing, adanya kebijaksanaan pemerintah yang

mendukung iklim sehat ketenagakerjaan, peningkatan alokasi anggaran

untuk pendidikan guna mempertinggi kualitas dan produktivitas tenaga

kerja, serta memperbanyak produksi yang berorientasi padat karya.

Melalui kebijakan-kebijakan tersebut, diharapkan kualitas dan

produktivitas tenaga kerja dapat meningkat, dan pada akhirnya dapat

menigkatkan pertumbuhan ekonomi.

4. Mengingat hutang luar negeri tidak berpengaruh secara nyata terhadap

pertumbuhan ekonomi, maka pemerintah harus mengantisipasinya dengan

melakukan tinjauan ulang tentang pemanfaatan hutang luar negeri yang

dipakai selama ini agar betul-betul dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

Untuk itu perlu pengawasan proyek-proyek yang dibiayai dengan hutang

Page 104: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

86

luar negeri agar lebih menghasilkan dan dapat dijadikan andalan untuk

membayar kembali hutang luar negeri jika sudah jatuh tempo. Selain itu,

pemerintah harus mengurangi secara relatif jumlah hutang luar negeri

untuk mengurangi ketergantungan terhadap dunia luar, dan memobilisasi

dana dari dalam negeri untuk mendukung pembangunan, seperti

meningkatkan tabungan domestik sebagai salah satu sumber dana

pembangunan dan peningkatan penerimaan pemerintah dari perpajakan,

khususnya pajak terhadap barang-barang mewah dan pajak pendapatan

secara proporsional.

Page 105: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

DAFTAR PUSTAKA

Algifari., 1997, Analisis Regresi, BPFE, Yogyakarta.

Anonim., 1984 – 2003, Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Yogyakarta.

---------., 2003, Katalog Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Yogyakarta.

---------., 1984 – 2003, Laporan Tahunan Bank Indonesia, Bank Indonesia, Yogyakarta.

Arsyad, Lincolin., 1997, Ekonomi Pembangunan, Bagian Penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta.

Boediono., 1993, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis PIE No. 4, BPFE, Yogyakarta.

Dumairy., 1996, Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Gujarati, Damodar., 1991, Ekonometrika Dasar, Terjemahan oleh Sumarno Zain,

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hasibuan, Malayu S.P, 1987, Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia, Armico, Edisi Revisi, Bandung.

Halwani, Hendra., Tjiptoherijanto, Prijono., 1993, Perdagangan Internasional : Pendekatan Ekonomi Mikro dan Makro, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Iskandar, Ari., 2002, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia periode 1984-2000, Skripsi : Fakultas Ekonomi-Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Irawan., M. Suparmoko., 1995, Ekonomika Pembangunan, BPFE, Yogyakarta.

Page 106: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

Jhingan M.L., 2000, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Penerjemah : D. Guritno, Edisi 1, Cet. 8, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kusnadi, Ace., 1998, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa Barat periode 1983-1996, Skripsi : Fakultas Ekonomi-Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Simanjuntak, Payaman., 1985, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, LPFE – Universitas Indonesia, Jakarta.

Sugianto, Catur., 1995, Ekonometrika Terapan, Edisi ke-1, BPFE, Yogyakarta.

Sukirno, Sadono., 1985, Pengantar Teori Ekonomi Makro, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Todaro, M.P., 1993, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jilid Pertama, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Todaro, M.P., 1994, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, jilid kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Tambunan, Tulus., 2001, Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran, LP3ES, Jakarta.

.

Page 107: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

LAMPIRAN

Page 108: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

LAMPIRAN 1.

DATA DARI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERIODE 1984 - 2003 obs PDB EX FD I L

1984 195730.0 21887.80 3610.000 81.20000 57802.80 1985 200564.6 18586.70 3811.000 145.7000 62457.10 1986 212498.2 14805.00 7018.000 800.7000 68338.20 1987 222613.1 17135.60 7520.000 1239.700 70402.40 1988 236014.4 19218.50 9225.000 4425.900 72175.40 1989 258597.5 22160.20 9763.000 5920.200 73908.20 1990 271958.0 25675.30 10995.00 8751.000 75850.60 1991 290859.1 29142.40 11105.00 8778.200 76423.20 1992 309648.6 33967.00 11814.00 8144.200 78518.40 1993 329775.8 36823.00 12533.00 10313.20 79200.50 1994 354640.8 40053.40 9838.000 23724.30 79665.30 1995 383792.3 45418.00 9009.000 39914.70 80110.10 1996 413797.9 49814.90 11900.00 29931.40 85701.80 1997 433245.9 53443.60 14386.00 33832.50 87049.70 1998 376374.9 48847.60 30225.00 13563.10 87672.40 1999 379557.7 48665.50 43633.00 10890.60 88816.90 2000 397666.3 62016.40 71882.00 13420.00 88837.70 2001 411753.5 56320.90 74232.00 9027.500 90807.40 2002 416942.9 59158.80 66746.00 9789.100 91647.10 2003 444453.5 61058.30 69130.00 13207.20 90784.90

PDB : Produk Domestik Bruto (milyar rupiah)

EX : Ekspor (juta US $)

FD : Hutang Luar Negeri (juta US dollar)

I : Investasi (juta US dollar)

L : Tenaga Kerja (juta jiwa)

Page 109: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

LAMPIRAN 2.

REGRESI AWAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

Dependent Variable: PDB Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 10:58 Sample: 1984 2003 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. EX 3.058288 0.563614 5.426210 0.0001 FD -0.317588 0.280926 -1.130507 0.2760 I 1.162807 0.472639 2.460242 0.0265 L 3.496445 0.554950 6.300463 0.0000 C -73672.19 34964.98 -2.107028 0.0524

R-squared 0.990445 Mean dependent var 327024.2 Adjusted R-squared 0.987897 S.D. dependent var 84883.95 S.E. of regression 9338.206 Akaike info criterion 21.33393 Sum squared resid 1.31E+09 Schwarz criterion 21.58287 Log likelihood -208.3393 F-statistic 388.7303 Durbin-Watson stat 1.882271 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 110: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

LAMPIRAN 3. UJI HETEROSKEDASTISITAS REGRESI AWAL FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

White Heteroskedasticity Test: F-statistic 8.352453 Probability 0.001001 Obs*R-squared 17.17295 Probability 0.028358

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:01 Sample: 1984 2003 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -5.11E+09 2.04E+09 -2.505741 0.0292

EX -19659.19 11164.34 -1.760891 0.1060 EX^2 0.526154 0.139321 3.776548 0.0031

FD 22721.92 9387.196 2.420522 0.0340 FD^2 -0.224924 0.092149 -2.440877 0.0328

I 17961.83 14803.35 1.213362 0.2504 I^2 -0.433536 0.267528 -1.620524 0.1334 L 170394.3 56236.00 3.029986 0.0114

L^2 -1.390139 0.406619 -3.418777 0.0057 R-squared 0.858647 Mean dependent var 65401566 Adjusted R-squared 0.755846 S.D. dependent var 1.35E+08 S.E. of regression 66768494 Akaike info criterion 39.17352 Sum squared resid 4.90E+16 Schwarz criterion 39.62160 Log likelihood -382.7352 F-statistic 8.352453 Durbin-Watson stat 2.848248 Prob(F-statistic) 0.001001

Page 111: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

LAMPIRAN 4.

HASIL REGRESI PERBAIKAN HETEROSKEDASTISITAS

Dependent Variable: PDB Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:03 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. EX 3.058288 0.353503 8.651376 0.0000 FD -0.317588 0.305649 -1.039061 0.3152 I 1.162807 0.382669 3.038675 0.0083 L 3.496445 0.471538 7.414986 0.0000 C -73672.19 30712.56 -2.398764 0.0299

R-squared 0.990445 Mean dependent var 327024.2 Adjusted R-squared 0.987897 S.D. dependent var 84883.95 S.E. of regression 9338.206 Akaike info criterion 21.33393 Sum squared resid 1.31E+09 Schwarz criterion 21.58287 Log likelihood -208.3393 F-statistic 388.7303 Durbin-Watson stat 1.882271 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 112: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

LAMPIRAN 5. UJI MULTIKOLINIERITAS VARIABEL EX DENGAN FD Dependent Variable: EX Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:16 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. FD 0.505328 0.061550 8.210043 0.0000C 25870.48 3552.240 7.282864 0.0000

R-squared 0.619650 Mean dependent var 38209.95Adjusted R-squared 0.598520 S.D. dependent var 16256.44S.E. of regression 10300.48 Akaike info criterion 21.41241Sum squared resid 1.91E+09 Schwarz criterion 21.51198Log likelihood -212.1241 F-statistic 29.32486Durbin-Watson stat 0.245241 Prob(F-statistic) 0.000038

UJI MULTIKOLINIERITAS VARIABEL EX DENGAN I Dependent Variable: EX Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:17 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. I 0.826456 0.236279 3.497801 0.0026C 28048.65 4351.980 6.445033 0.0000

R-squared 0.325218 Mean dependent var 38209.95Adjusted R-squared 0.287731 S.D. dependent var 16256.44S.E. of regression 13719.79 Akaike info criterion 21.98571Sum squared resid 3.39E+09 Schwarz criterion 22.08528Log likelihood -217.8571 F-statistic 8.675300Durbin-Watson stat 0.193242 Prob(F-statistic) 0.008653

UJI MULTIKOLINIERITAS VARIABEL EX DENGAN L Dependent Variable: EX Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:21 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. L 1.522048 0.236362 6.439475 0.0000C -82501.43 19676.29 -4.192936 0.0005

R-squared 0.837857 Mean dependent var 38209.95Adjusted R-squared 0.828849 S.D. dependent var 16256.44S.E. of regression 6725.350 Akaike info criterion 20.55980Sum squared resid 8.14E+08 Schwarz criterion 20.65937Log likelihood -203.5980 F-statistic 93.01321Durbin-Watson stat 0.776340 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 113: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

UJI MULTIKOLINIERITAS VARIABEL FD DENGAN I Dependent Variable: FD Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:25 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. I 0.021421 0.340691 0.062876 0.9506C 24155.37 7772.873 3.107650 0.0061

R-squared 0.000090 Mean dependent var 24418.75Adjusted R-squared -0.055461 S.D. dependent var 25323.62S.E. of regression 26016.37 Akaike info criterion 23.26548Sum squared resid 1.22E+10 Schwarz criterion 23.36505Log likelihood -230.6548 F-statistic 0.001621Durbin-Watson stat 0.110818 Prob(F-statistic) 0.968329

UJI MULTIKOLINIERITAS VARIABEL FD DENGAN L Dependent Variable: FD Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:29 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. L 1.947261 0.455036 4.279357 0.0005C -130015.6 34663.08 -3.750837 0.0015

R-squared 0.565146 Mean dependent var 24418.75Adjusted R-squared 0.540987 S.D. dependent var 25323.62S.E. of regression 17156.87 Akaike info criterion 22.43282Sum squared resid 5.30E+09 Schwarz criterion 22.53240Log likelihood -222.3282 F-statistic 23.39319Durbin-Watson stat 0.284157 Prob(F-statistic) 0.000132

UJI MULTIKOLINIERITAS VARIABEL I DENGAN L Dependent Variable: I Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:31 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. L 0.585931 0.157180 3.727769 0.0015C -34174.32 11300.09 -3.024251 0.0073

R-squared 0.260778 Mean dependent var 12295.02Adjusted R-squared 0.219710 S.D. dependent var 11217.43S.E. of regression 9908.807 Akaike info criterion 21.33488Sum squared resid 1.77E+09 Schwarz criterion 21.43445Log likelihood -211.3488 F-statistic 6.349920Durbin-Watson stat 0.640104 Prob(F-statistic) 0.021403

Page 114: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

LAMPIRAN 6. UJI LINIERITAS

Ramsey RESET Test: F-statistic 0.277732 Probability 0.606442 Log likelihood ratio 0.392875 Probability 0.530792

Test Equation: Dependent Variable: PDB Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:13 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. EX 2.340767 0.868968 2.693733 0.0175 FD -0.304033 0.315451 -0.963804 0.3515 I 0.873854 0.572837 1.525485 0.1494 L 3.018868 0.593719 5.084671 0.0002 C -43132.93 37695.81 -1.144237 0.2717

FITTED^2 3.34E-07 3.80E-07 0.878518 0.3945 R-squared 0.990631 Mean dependent var 327024.2 Adjusted R-squared 0.987285 S.D. dependent var 84883.95 S.E. of regression 9571.488 Akaike info criterion 21.41429 Sum squared resid 1.28E+09 Schwarz criterion 21.71301 Log likelihood -208.1429 F-statistic 296.0655 Durbin-Watson stat 1.863455 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 115: Faktor faktor pertumbuhan ekonomi

LAMPIRAN 7

ESTIMASI TERHADAP MODEL PERSAMAAN BENTUK LINIER MODEL : PDBriil= β 0+ β 1EX+ β 2I+ β 3L+ β 4FD +β 5Z1+ ε

Dependent Variable: PDB Method: Least Squares Date: 09/28/05 Time: 09:09 Sample: 1984 2003 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. EX 2.385892 0.790856 3.016847 0.0092 FD 0.150770 0.479940 0.314144 0.7580 I 2.003033 0.843547 2.374537 0.0324 L 3.146597 0.620593 5.070311 0.0002

Z1 -285330.2 238771.3 -1.194993 0.2519 C -41977.29 43498.36 -0.965032 0.3509

R-squared 0.991330 Mean dependent var 327024.2 Adjusted R-squared 0.988233 S.D. dependent var 84883.95 S.E. of regression 9207.763 Akaike info criterion 21.33681 Sum squared resid 1.19E+09 Schwarz criterion 21.63553 Log likelihood -207.3681 F-statistic 320.1435 Durbin-Watson stat 1.701021 Prob(F-statistic) 0.000000

ESTIMASI TERHADAP MODEL PERSAMAAN BENTUK LOG LINIER MODEL : LnPDB = β 0+ β 1LnEX+ β 2LnI+ β 3L+ β 4LnFD +β 5Z2+ ε

Dependent Variable: LNPDB Method: Least Squares Date: 09/28/05 Time: 09:14 Sample: 1984 2003 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNEX 0.345648 0.026260 13.16253 0.0000 LNFD -0.086047 0.022259 -3.865676 0.0017 LNI -0.001803 0.011824 -0.152523 0.8810 LNL 1.486160 0.289177 5.139284 0.0002 Z2 -2.51E-06 1.08E-06 -2.315566 0.0363 C -6.858779 2.866024 -2.393134 0.0313

R-squared 0.994340 Mean dependent var 12.66261 Adjusted R-squared 0.992319 S.D. dependent var 0.278802 S.E. of regression 0.024435 Akaike info criterion -4.342315 Sum squared resid 0.008359 Schwarz criterion -4.043595 Log likelihood 49.42315 F-statistic 491.9307 Durbin-Watson stat 1.974018 Prob(F-statistic) 0.000000