Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2005

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/29/2019 Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2005

    1/7

    Vol. I, No. 1 tahun 2008 Jurnal Madani FKM UMI

    36

    Jurnal Kesehatan Masyarakat Madani, ISSN.1979-2287,Vol.01 No.01, Tahun 2008Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

    Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja PuskesmasAntara Kota Makassar Tahun 2005

    Fairus Prihatin Idris*, Muh. Khidri Alwy*, Citrakesumasari***Gizi dan Kesehatan Reproduksi, FKM Universitas Muslim Indonesia, Makassar

    **Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar

    ARTIKEL ASLI

    Status Gizi

    Propinsi Maluku

    Gizi Lebih

    Balita

    Anemia

    Ibu Hamil

    Abstrak

    Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari faktor yang

    berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Antara.

    Semua ibu hamil di lokasi penelitian ini merupakan populasi dan sampel yang diambil

    adalah ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Antara yaitu 44 orang.

    Pengukuran Hemoglobin (Hb) dilakukan oleh petugas laboratorium yang

    berpengalaman. Uji Chi Square dilakukan untuk melihat hubungan antara jumlah

    pendapatan, budaya, umur ibu, umur kehamilan, penyakit ibu dan frekuensi ANC dengan

    kejadian anemia pada ibu hamil.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian anemia pada ibu hamil di

    Wilayah Kerja Puskesmas Antara adalah sebesar 50%. 53,8% ibu yang berpendapatan

    rendah tidak anemia. Dari 34 ibu hamil yang budaya makannya mengandung Fe terdapat50,0% yang menderita anemia. 51,3% ibu hamil yang umurnya tidak beresiko menderita

    anemia. 50% anemia pada trimester III. 63,6% yang merasakan gejala anemia menderita

    anemia. 56,5% ibu yang memperoleh ANC tidak lengkap menderita anemia. Dari hasil uji

    statistik ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah pendapatan/

    penghasilan, budaya/ tradisi makan, umur ibu, umur kehamilan, gejala penyakit ibu, dan

    frekwensi Antenatal Care dengan anemia pada ibu hamil.

    Kata Kunci :Faktor, Anemia, Ibu Hamil

  • 7/29/2019 Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2005

    2/7

    Vol. I, No. 1 tahun 2008 Jurnal Madani FKM UMI

    37

    Pendahuluan

    Salah satu faktor yang tidak dapat

    diabaikan dalam mempengaruhi kualitas

    sumber daya manusia, adalah gizi.Pentingnya gizi dalam peningkatan kualitas

    hidup manusia antara lain didasarkan oleh

    keadaan gizi yang salah satunya berkaitan

    dengan tingginya angka kesakitan dan

    kematian ibu dan anak. Dari riset yang

    berbeda, diterima oleh World Health

    Organization (WHO) 2002, anemia

    merupakan salah satu masalah yang

    memberikan kontribusi peningkatan

    terhadap Angka Kematian Ibu (AKI) danAngka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia.

    (WHO, 2002)

    Secara umum di Indonesia sekitar

    20% wanita, 50% wanita hamil, dan 3% pria

    kekurangan zat besi. Penelitian yang

    dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Udayana

    di Bali menunjukan 46% ibu hamil menderita

    anemia (Syafrizal, 2004). Sri Hartati (2005)

    menyebutkan bahwa prevalensi anemia ibu

    hamil di Provinsi DI. Yogyakarta sebesar

    73,9%. Dari hasil penenelitian yang dilakukan

    oleh Darlina dan Hardiansyah (2003) tentang

    Faktor Resiko Anemia Pada Ibu Hamil di kota

    Bogor diperoleh bahwa faktor resiko utama

    anemia ibu hamil di Kota Bogor adalah KEK,

    umur kehamilan, serta paritas (Darlina dan

    Hardinsyah, 2003).

    Bahan dan metode

    Lokasi Penelitian

    Puskesmas Antara merupakan salahsatu puskesmas yang terletak di Kota

    Makassar yang menangani dua wilayah kerja

    yaitu Kelurahan Tamalanrea Indah dan

    Tamalanra Jaya. Mayoritas pendudukanya

    beragama Islam. Mata pencahariannya cukup

    beragam mulai dari PNS, TNI, wiraswasta,

    petani, buruh hingga tukang becak. Fasilitas

    pelayanan kesehatan cukup banyak

    diantaranya terdapat RSU, Puskesmas,pustu, Posyandu, Poliklinik dan sebagainya.

    Di wilayah kerja Puskesmas Antara angka

    anemia ibu hamil masih tinggi sekitar 70%.

    Olehnya itu perlu dilihat faktor

    penyebabnya guna penanganan lebih baik

    Desain dan Variabel Penelitian

    Variabel yang diteliti dalam

    penelitian ini adalah jumlah pendapatan,

    budaya /tradisi, umur ibu, umur kehamilan,penyakit ibu dan frekuensi ANC

    Populasi dan Sampel

    Semua ibu hamil di wilayah kerja

    Puskesmas Antara merupakan populasi.

    Sample dipilih secara non random sampling

    dengan menggunakan teknik purposive

    sampling dengan pertimbangan yaitu semua

    ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas

    Antara yang berdomisili di wilayah kerja

    Puskesmas Antara pada saat penelitian yaitu

    44 orang.

    Pengumpulan data

    Pengumpulan data primer dilakukan

    dengan wawancara dan pemeriksaan Hb.

    Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan

    menggunakan kuesioner yang telah

    dipersiapkan sebelumnya. Pemeriksaan Hb

    dilakuakan oleh petugas Laboratorium Gizi

    FKM UNHAS yang telah berpengalaman.Pemeriksaan dilakukan dengan metode

    Sianmed dengan menggunakan alat

    Hemocue buatan PT. Rosch Indonesia.

    Data sekunder diperoleh dari Puskesmas

    Antara, Kantor Kelurahan dan Kecamatan

  • 7/29/2019 Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2005

    3/7

    Vol. I, No. 1 tahun 2008 Jurnal Madani FKM UMI

    38

    Analisis data

    Analisis Chi Square dan Fisher

    digunakan untuk melihat hubungan antarajumlah pendapatan, budaya, umur ibu, umur

    kehamilan, penyakit bu dan frekuensi ANC

    dengan kejadian anemia pada ibu hamil

    Hasil Penelitian

    Dari 44 ibu hamil yang diperiksa

    haemoglobin darahnya terdapat 50% atau 22

    responden yang menderita anemia. Distribusi

    sample menurut pendapatan menunjukkan

    bahwa frekuensi anemia pada ibu hamil,tertinggi pada kelompok ibu hamil yang

    berpendapatan cukup yaitu 10 orang (55,6%).

    Sedangkan berpendapatan rendah yaitu

    sebanyak 12 orang atatu 46,2%. Menurut

    budaya makan frekuensi anemia pada ibu

    hamil, tertinggi pada kelompok ibu hamil

    dengan budaya makannya mengandung Fe

    yaitu 50,0%. Namun demikian juga pada

    frekwensi ibu hamil yang status anemianya

    normal yaitu 50,0%. Dari 44 ibu hamil

    terdapat ibu hamil anemia yang umurnya

    beresiko sebanyak 2 orang (40,0%), umur

    yang tidak beresiko sebanyak 20 orang

    (51,3%). Sebanyak 3 orang (60%) ibu hamil

    bertatus anemia normal yang umurnya

    beresiko, dan 19 orang (48,7%) yang tidak

    beresiko. Distribusi menurut umur kehamilan

    menunjukkan bahwa frekuensi anemia pada

    ibu hamil, tertinggi pada kelompok ibu hamil

    yang umur kehamilannya pada trimester I

    dan II yaitu 61,1%. Sedangkan pada trimesterIII sebesar 42,3%. Status anemia normal ibu

    hamil, tertinggi pada ibu hamil dengan usia

    kehamilannya pada trimester III yaitu 15

    orang (57,7%). Terdapat 7 orang (63,6%) ibu

    hamil anemia yang memiliki gejala penyakit

    anemia, 4 orang (36,4%) ibu hamil yang

    berstatus anemia normal tidak memiliki

    gejala anemia. Terdapat 15 orang (45,5%) ibu

    hamil anemia yang tidak memiliki gejalaanemia, dan 18 orang (54,5%) ibu hamil

    normal yang tidak memiliki gejala anemia.

    Menurut frekuensi ANC, anemia ibu hamil

    tertinggi pada kelompok ibu hamil yang

    memperoleh pelayanan ANC yang tidak

    lengkap yaitu 13 orang (56,5%). Sedangkan

    yang lengkap hanya 9 orang (42,9%).

    Hasil analisis statistik hubungan

    antara pendapatan ibu dengan kejadian

    anemia diperoleh nilai P = 0,540 (P > 0,05)sehingga H0 diterima, tidak terdapat

    hubungan yang signifikan Hubungan antara

    budaya makan ibu hamil dengan kejadian

    anemia bumil diperoleh nilai P = 1,000 (P >

    0,05) maka H0 diterima yang artinya tidak

    terdapat hubungan yang. Hubungan antara

    umur ibu hamil kejadian anemia pada ibu

    hamil diperoleh nilai P = 0,635 (P > 0,05)

    maka H0 diterima artinya tidak terdapat

    hubungan yang signifikan Hubungan antara

    umur kehamilan ibu dengan kejadian

    anemia pada ibu hamil diperoleh nilai P =

    0,220 (P > 0,05) maka H0 diterima artinya

    tidak terdapat hubungan yang signifikan.

    Hubungan antara penyakit ibu dengan

    kejadian anemia pada ibu hamil diperoleh

    nilai P = 0,296 (P > 0,05) maka H0 diterima

    artinya tidak terdapat hubungan yang

    signifikan. Hubungan antara frekwensi ANC

    ibu hamil dengan kejadian anemia pada ibu

    hamil diperoleh nilai P = 0,365 (P > 0,05)maka H0 diterima artinya tidak terdapat

    hubungan yang signifikan .

    Pembahasan

    a. Anemia ibu hamil

  • 7/29/2019 Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2005

    4/7

    Vol. I, No. 1 tahun 2008 Jurnal Madani FKM UMI

    39

    Kadar Hemoglobin (Hb) yang

    kurang dari normal mengindikasikan anemia.

    Pada ibu hamil sebagai indikator anemia gizi

    ditetapkan batas kadar Hb normal adalah 11gr%. Dalam penelitian ini pengukuran

    dilaksanakan dengan menggunakan metode

    sianmed. Hasil pengukuran diperoleh bahwa

    dari 44 sampel terdapat 50% anemia. Jika

    dibandingkan dengan standard penetapan

    masalah anemia gizi besi sebagai masalah

    kesehatan masyarakat menurut WHO maka

    prevalensi di lokasi penelitian ini merupakan

    masalah kesehatan dengan prevalensi >40%.

    Kecenderungan anemia gizi besi dapatdisebabkan oleh berbagai faktor. Konsumsi

    zat gizi, peningkatan kebutuhan zat makanan

    yang banyak, khususnya zat besi dan asam

    folat, dan cadangan makanan yang tipis

    (terutama pada wanita di dunia ketiga).

    Selain itu, malaria, penyakit sel sabit, infeksi

    bakteri dan kehilangan darah akibat aborsi,

    kehamilan ektopik atau parasit usus seperti

    cacing tambang merupakan penyebab anemia

    yang penting.

    b. Hubungan pendapatan dengan anemia ibu

    hamil.

    Dari 22 responden yang anemia,

    terdapat 12 responden (27,3%) yang

    berpendapatan rendah. Sedangkan

    berpendapatan cukup yaitu sebanyak 10

    orang atau 22,7%. Di sini terlihat bahwa

    kejadian ibu hamil terbanyak ditemukan

    pada tingkat pendapatan rendah. Namun

    dari 26 responden yang berpendapatanrendah, terdapat sebagian besar ibu hamil

    yang tidak anemia (53,8%). Sedangkan dari 18

    ibu yang berpendapatan cukup terdapat

    sebagian besar atau 10 orang ibu hamil yang

    menderita anemia.

    Hasil penelitian ini berbeda dengan

    penelitian Darlina dan Hardiansyah yang

    dilakukan di Bogor. Berdasarkan karak-

    teristik sosial ekonomi ditemukan bahwasebanyak 91,4% ibu hamil anemia yang

    tidak bekerja yang memiliki ekonomi yang

    lebih rendah dibandingkan dengan yang

    berkerja (Darlina dan Hardiansyah, 2003).

    Hal ini dapat disebabkan oleh

    keadaan lain dimana ibu hamil yang

    memiliki pendapatan yang cukup lebih

    memprioritaskan pengeluarannya untuk hal

    lain dibandingkan dengan konsumsi

    makanan yang bergizi. Dengan pendapatanyang lebih, mereka cenderung tertarik

    kepada kebutuhan pakaian yang lebih

    bagus, perabot rumah tangga yang lebih

    baik, dan lain sebagainya.

    c. Hubungan budaya makan ibu hamil

    dengan anemia ibu hamil

    Di wilayah kerja Puskesmas Antara

    ditemukan, dari 10 ibu hamil yang terbiasa

    untuk tidak mengkonsumsi jenis makanan

    yang mengandung Fe terdapat 50% atau 5

    orang ibu yang menderita anemia. Begitu

    pula dengan 34 ibu hamil yang biasa

    mengkonsumsi makanan yang mengandung

    Fe terdapat 50,0% ibu hamil yang menderita

    anemia. Hal ini sejalan dengan hasil

    penelitian yang dilakukan oleh Darlina dan

    Ardiansyah diperoleh bahwa konsumsi jenis

    makanan yang mengandung Fe merupakan

    faktor protektif terhadap kejadian anemia

    pada ibu hamil di Kota Bogor (Darlina danHardiansyah, 2003).

    Terdapat berbagai faktor yang

    dapat mempengaruhi kejadian anemia di

    lokasi penelitian ini. Diet yang seimbang

    membantu memperbaiki anemia.

  • 7/29/2019 Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2005

    5/7

    Vol. I, No. 1 tahun 2008 Jurnal Madani FKM UMI

    40

    Pengobatan ini memakan waktu sekitar

    empat minggu atau lebih untuk memulihkan

    konsentrasi haemoglobin mendekati kadar

    normal (Erica dan Sue , 1999). Walaupunresponden biasa mengkonsumsi sayuran

    berwarna hijau namun jumlahnya masih

    belum cukup untuk memenuhi kebutuhan

    besinya sesuai dengan usia kehamilannya.

    Selain itu juga, hal ini dapat dipengaruhi oleh

    proses penyerapan zat besi. Ibu hamil lebih

    banyak mengkonsumsi jenis nabati (non hem)

    dibandingakan dengan jenis hem yang

    penyerapannya lebih baik.

    d. Hubungan umur ibu hamil dengan anemia

    ibu hami

    Dari 5 ibu hamil yang umurnya

    beresiko, terdapat 2 orang (40,0%) ibu yang

    menderita anemia. Sebanyak 3 orang (60%)

    ibu hamil berstatus hemoglobin normal yang

    umurnya beresiko. Dari 39 ibu hamil yang

    umurnya tidak beresiko terdapat sebanyak 20

    orang (51,3%) yang anemia dan 19 orang

    (48,7%) normal.

    Suatu survey yang dilakukan di

    Bangladesh, memperlihatkan bahwa lebih

    dari separoh kematian yang diamati pada

    wanita hamil yang umurnya beresiko di

    Bangladesh disebabkan oleh penyebab pada

    ibu antara lainnya yaitu anemia. Pola yang

    sama ditemukan di Amerika Serikat (Erica

    dan Sue, 1999).

    Kejadian anemia yang cukup tinggi

    di lokasi penelitian ini dapat disebabkan oleh

    faktor lain. Ibu hamil yang memiliki umuryang tidak beresiko, ternyata masih banyak

    yang menderita anemia. Pada penelitian ini

    kami tidak melihat faktor paritas dan jarak

    kelahiran sebagai faktor resiko. Terlalu sering

    melahirkan dapat mengurangi cadangan besi

    begitu juga jika jarak anak yang dekat.

    Responden yang memiliki umur yang tidak

    beresiko mungkin telah mengalami

    kehamilan sebelumnya yang menyebabkancadangan besi berkurang untuk kehamilan

    pada saat penelitian ini dilakukan.

    e. Hubungan umur kehamilan dengan anemia

    ibu hamil

    Kejadian anemia menurut status

    umur kehamilan di mana dapat diketahui

    bahwa kebutuhan zat besi dalam usia

    kehamilan sangat tinggi yaitu penambahan

    13 mg pada trimester III, 9 mg padatrimester II, sedangkan pada trimester

    pertama masih sama dengan kebutuhan besi

    pada wanita dewasa. Olehnya itu dapat

    dilihat bahwa kejadian anemia akan beresiko

    pada ibu hamil yang usia kehamilannya

    pada trimester akhir apabila kebutuhan zat

    besinya tidak terpenuhi dengan baik.

    Kebutuhan selama trimester III

    tidak dapat dipenuhi hanya dengan zat besi

    yang ada dalam makanan, walaupun

    persediaannya tinggi. Penambahan zat besi

    merupakan indikasi, kecuali kalau simpanan

    zat besi pada awal kehamilan mencapai kira-

    kira 500 miligram (Maeyer. 1995).

    Dari 22 ibu hamil yang anemia,

    terdapat 50% atau 11 orang yang usia

    kehamilannya pada trimester III. Begitu juga

    pada trimester I dan II yaitu sebanyak 50%.

    Hal ini dapat disebabkan oleh faktor lain di

    lokasi penelitian ini. Masih ada ibu hamil

    pada trimester pertama maupun ke duayang menderita anemia. Ini dapat

    diakibatkan oleh cadangan besi yang

    berkurang yang mungkin disebabkan oleh

    paritas serta jarak kelahiran yang pendek

    yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Ibu

  • 7/29/2019 Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2005

    6/7

    Vol. I, No. 1 tahun 2008 Jurnal Madani FKM UMI

    41

    yang pernah melahirkan sebelumnya dengan

    jarak yang dekat memungkinkan cadangan

    besi yang minim atau tidak mencapai 500

    miligram sehingga pada saat kehamilansekarang tidak mencukupi kebutuhannya

    akan zat besi. Akibatnya kadar

    hemoglobinnya rendah dan mengindikasikan

    anemia.

    f. Hubungan gejala penyakit anemia dengan

    anemia ibu hamil

    Hemoglobin mempunyai peran

    mengangkut oksigen ke jaringan, sehingga

    kemampuan bekerja dan prestasi fisik orangyang kadar hemoglobinnya menurun akan

    berkurang, kemudian menampakkan gejala

    anemia yaitu kulit dan konjungtiva pucat,

    lemah, napas pendek, dan nafsu makan

    hilang (Erica dan Sue, 1999).

    Pada penelitian di wilayah kerja

    Puskesmas Antara ini, dari 11 ibu hamil yang

    merasakan gejala anemia, terdapat 7 orang

    (63,6%) ibu hamil yang menderita anemia.

    Sedangkan sisanya 4 orang (36,4%) ibu hamil

    yang tidak menderita anemia.

    Tidak terdapatnya hubungan antara

    gejala penyakit dengan anemia di lokasi

    penelitian ini dapat diakibatkan oleh faktor

    lainnya. Ibu merasakan gejala anemia

    memungkinkan cadangan besi berkurang

    antara lain karena aktifitas ibu atau beban

    kerja ibu hamil itu sendiri. Namun,

    kekurangan cadangan besi tersebut belum

    mencapai pada standar anemia. Dari hasil

    pengukuran kadar Hb, ditemukan ada ibuhamil yang merasakan gejala anemia

    memiliki kadar Hb yang tidak terlalu tinggi

    di atas standar anemia.

    g. Hubungan Frekwensi ANC dengan anemia

    ibu hamil

    Kejadian anemia menurut status

    Antenatal Care ibu, dimana diharapkandengan lengkapnya pemeriksaan ANC maka

    pelayanan yang diberikan lebih baik

    khususnya yang berkaitan dengan

    pencegahan anemia seperti pemberian tablet

    besi dan penyuluhan gizi yang rutin,

    sehingga kejadian anemia makin berkurang

    dengan status frekwensi ANC yang lengkap.

    Hal ini terbukti dengan data primer

    yang diperoleh dimana menunjukkan bahwa

    frekuensi anemia pada ibu hamil, tertinggipada kelompok ibu hamil yang memperoleh

    pelayanan ANC yang tidak lengkap yaitu 13

    orang (56,5%). Sedangkan yang lengkap

    hanya 9 orang (42,9%).

    Namun hasil analisa data tidak

    terdapat hubungan yang signifikan antara

    frekwensi ANC dengan anemia pada ibu

    hamil. Hal ini disebabkan oleh faktor lain

    yaitu kepatuhan ibu hamil untuk

    mengkonsumsi zat besi. Banyak dari mereka

    yang walaupun lengkap memeriksakan

    kehamilannya serta memperoleh obat

    penambah darah namun mereka tidak

    mengkonsumsinya dengan baik. Menurut

    sebagian ibu, dengan mengkonsumsi banyak

    obat antara lain tablet Fe, dapat berpengaruh

    buruk terhadap anak yang dikandungnya

    serta mempersulit proses melahirkan.

    Hal tersebut sejalan dengan teori

    yang menjelaskan bahwa sebab utama

    kegagalan pengobatan dengan zat besiadalah ketidaktaatan akibat efek samping

    yang ditimbulkannya oleh tingginya dosis

    permulaan. Penderita menelan pil selama

    beberapa hari, dan penderita menahan

    dengan sabar ketidaknyamanan yang

  • 7/29/2019 Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2005

    7/7

    Vol. I, No. 1 tahun 2008 Jurnal Madani FKM UMI

    42

    ditimbulkan oleh zat besi, namun segera

    menghentikan pengobatan begitu mereka

    merasa sehat (karena meningkatnya kadar

    haemoglobin). Celakanya, penghentiantersebut terjadi jauh sebelum kadar normal

    hemoglobin tercapai (Mayer, 1995).

    Kesimpulan dan Saran

    Berdasarkan hasil penelitian faktor-

    faktor yang berhubungan dengan kejadian

    anemia pada ibu hamil di wilayah kerja

    Puskesmas Antara Kota Makassar pada bulan

    April Mei tahun 2005 dapat ditarik

    kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yangsignifikan antara jumlah pendapatan, budaya

    /tradisi, umur ibu, umur kehamilan, penyakit

    ibu dan frekuensi ANC terhadap anemia

    pada ibu hamil

    Dapat disarankan kepada institusi

    Puskesmas dan instansi terkait untuk

    ditingkatkan penyuluhan menyangkut

    konsep anemia yang jelas dan dimengerti

    masyarakat yaitu tentang faktor penyebab

    anemia, dampak anemia, pencegahan dan

    penanggulangan anemia yang dapat

    dilakukan oleh ibu hamil dan masyarakat.

    Perlu diteliti lebih lanjut tentang pola makan

    ibu hamil dan tentang peran serta berbagai

    penyakit infeksi dan infestasi yang

    memperberat keadaan anemia pada ibu

    hamil.

    Ucapan Terima Kasih

    Penelitian ini dapat dilakukan atas

    dukungan banyak pihak. Kami mengucapkanterima kasih yang sebesar-besarnya kepada

    pemerintah/ instansi terkait yang terlibat

    dalam pengumpulan data dan kepada

    keluarga responden atas kerjasamanya yang

    baik.

    Daftar Pustaka

    WHO Indonesia, 2002. Kesehatan Keluarga

    dan Masyarakat Area Kerja Penelitian danPengembangan kespro pokok dan permasalahan-

    nya, (online) (http://www. who. or.id,

    diakses 24 Maret 2005)

    Syafrizal Syafei, 2004. Dalam Seminar

    Indonesia Bebas Anemia di Jakarta (online)

    (http://www.depkes.go.id, dikses 02/ 2005)

    Sri Hartati, 2005, Prevalensi Anemia di DIY

    Sangat Tinggi (online) (http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id,

    diakses Pebruari 2005)

    Darlina dan Hardiansyah, Desember 2003.

    Faktor Resiko pada Ibu hamil di Kota Bogor,

    Media Gizi dan Keluarga, The Indonesian

    Journal of Comuniti Nitrition and Family

    Studies, volume 27 No. 2, Departemen Gizi

    Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga

    Fakultas Pertanian IPB.

    Erica Royston dan Sue Amstrong, 1999.

    Pencegahan Kematian Ibu Hamil, Penerbit Bina

    Rupa Akasara kerjasama Perkumpulan

    Perintologi Indonesia (Perinsia), Jakarta

    Maeyer E. M. De, editor dr. Devi H. Ronardy

    (alih bahasa : dr. Arisman M. B. WHO

    Jenewa), 1995. Pencegahan dan Pengawasan

    Anemia Defisiensi Besi, Penerbit Widya

    Medika Jakarta

    http://www.depkes.go.id/http://www.depkes.go.id/