Upload
buidien
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
AgronobiS, Vol. 2, No. 3,Maret 2010 ISSN: 1979 – 8245X
Rosnaliza Testiana, Hal; 60 – 72
60
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Karet Rakyat untuk
Mengikuti Program Revitalisasi Perkebunan di Kec. Lubuk Batang Kab. OKU
Oleh: Rosnaliza Testiana
Abstract
This Research aim to (1) Identifying factors influencing farmer of rubber follow Program of
Revitalization in Subdistrict of Lubuk Batang Ogan Komering Ulu, (2) Identifying factors
influencing production of rubber before following Program of Revitalization in Subdistrict of
Lubuk Batang Ogan Komering Ulu, (3) Counting the level of operating income of farmer of
rubber accepted by farmer before following Program of Revitalization in Subdisdtrict of Lubuk
Batang Ogan Komering Ulu. Result of research indicate that from factors entered into
function model binary logit obtained that mount education, and the earnings, having an effect
on positive to rubber farmer decision in following Program Revitalization. While experience
have an effect on negative to rubber farmer decision in following program revitalization.
Produce people rubber in Subdistrict of Lubuk Batang of Regency of Ogan Komering Ulu is
manifestly influenced by farm, labor, urea, TSP herbicide And. While and KCl capital do not
have an effect on to people rubber production. While earnings mean obtained by a people
rubber farmer in Subdistrict of Lubuk Batang of Regency of Ogan Komering Ulu during year
2008 is equal to 19.424.685,56 with value R/C equal to 5,02.
Key words: Rubber farmer, revitalization,farmer income
PENDAHULUAN
Tanaman Karet di Propinsi Sumatera Selatan merupakan komoditas strategis untuk
dikembangkan dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakatnya. Kontribusi
penyerapan tenaga kerjanya cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk
Sumatera Selatan yaitu 432 ribu orang atau 25 persen yang menggantungkan hidupnya pada
komoditas ini (Forum Bersama Pembangunan Perkebunan Sumsel, 2006).
Program Revitalisasi Perkebunan adalah salah satu upaya pemerintah dalam percepatan
dan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman
perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah
dengan melibatkan perusahaan di bidang usaha perkebunan sebagai mitra pengembangan
dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran hasil (Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Ogan Komering Ulu, 2008).
Tujuan pelaksanaan Program Revitalisasi di Kabupaten Ogan Komering Ulu, yaitu: a).
Meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat melalui pengembangan
perkebunan, b).Meningkatkan daya saing melalui peningkatan produktivitas dan
Dosen Tetap FP Universitas Baturaja
AgronobiS, Vol. 2, No. 3,Maret 2010 ISSN: 1979 – 8245X
Rosnaliza Testiana, Hal; 60 – 72
61
pengembangan industri hilir berbasis perkebunan, c).Meningkatkan pengusaha ekonomi
nasional dengan mengikut sertakan masyarakat dan pengusaha kecil, serta 4).Untuk
mendukung pengembangan wilayah.
Tanaman karet merupakan salah satu komoditas yang tidak luput dari program
revitalisasi ini. Hal ini disebabkan sebagian besar perkebunan karet rakyat tidak dikelola
dengan baik, pengelolaan kebun hanya dilakukan seadanya. Setelah ditanam, tanaman karet
dibiarkan tumbuh begitu saja dengan perawatan yang kurang optimal. Disamping itu tanaman
karet tua jarang diremajakan dengan klon baru sehingga mutu karet olahan yang dihasilkan
masih rendah dan teknologi yang digunakan tergolong masih sederhana. Keadaan ini pada
akhirnya akan berdampak pada harga jual yang rendah pula.
Dalam menghadapi masalah-masalah ini, petani membutuhkan bantuan nyata dari pihak
pemerintah daerah. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah Daerah Ogan Komering Ulu
yaitu melakukan program revitalisasi dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesempatan
kerja dan kesejahteraan masyarakat. Program Revitalisasi mulai ditawarkan pemerintah daerah
Ogan Komering Ulu pada tahun 2007 dan mulai dipersiapkan untuk pelaksanaan pada tahun
2008. Akan tetapi pada kenyataannya terdapat banyak kendala yang ditemukan dalam
persiapan pelaksanaan program ini, sehingga Program Revitalisasi baru mulai dapat terealisasi
pada tahun 2009. Program Revitalisasi yang diterapkan di Kabupaten Ogan Komering Ulu
lebih difokuskan pada usaha perluasan dan peremajaan perkebunan karet rakyat yang sudah
ada.
Daerah sasaran program revitalisasi perkebunan Kabupaten Ogan Komering Ulu
meliputi Kecamatan Lubuk Batang dan Lengkiti. Kecamatan Lubuk Batang meliputi Desa
Banuayu, Desa Belatung, Desa Gunung Meraksa, Desa Kurup, dan Desa Lubuk Batang Baru.
Sedangkan Kecamatan Lengkiti terdiri dari Desa tanjung Agung, Desa Bandar Jaya, dan Desa
Negeri Agung. Oleh karena itu, dalam rangka mendukung keberhasilan program revitalisasi di
Kabupaten Ogan Komering Ulu, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi petani mengikuti program revitalisasi perkebunan karet di Kecamatan
Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang menarik
untuk dikaji,antara lain adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi petani karet mengikuti Program Revitalisasi di
Kecamatan Lubuk Batang OKU.
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi karet petani sebelum mengikuti
Program Revitalisasi di Kecamatan Lubuk Batang OKU.
3. Berapa besar pendapatan yang diterima oleh petani karet rakyat sebelum mengikuti
Program Revitalisasi di Kecamatan Lubuk Batang OKU.
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani karet mengikuti Program
Revitalisasi di Kecamatan Lubuk Batang OKU.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi karet petani sebelum
mengikuti Program Revitalisasi di Kecamatan Lubuk Batang OKU.
3. Menghitung besarnya pendapatan usahatani karet yang diterima petani sebelum mengikuti
Program Revitalisasi di Kecamatan Lubuk Batang OKU.
Sedangkan Kegunaan dari penelitian ini adalah: memberikan informasi kepada
pemerintah daerah sebagai bahan pertimbangan dalam menjalankan Program Revitalisasi di
Kabupaten Ogan Komering Ulu sehingga taraf hidup petani peserta lebih baik. Secara
AgronobiS, Vol. 2, No. 3,Maret 2010 ISSN: 1979 – 8245X
Rosnaliza Testiana, Hal; 60 – 72
62
akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepustakaan untuk
penelitian selanjutnya.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga luas lahan, tingkat pendidikan, pengalaman, sertifikat dan pendapatan berpengaruh
positif terhadap petani dalam mengikuti Program Revitalisasi.
2. Diduga luas lahan, modal, tenaga kerja, pupuk dan herbisida berpengaruh positif terhadap
produksi karet.
3. Diduga pendapatan yang diterima petani karet rakyat masih rendah
Tinjauan Pustaka
Pelaksanaan pengembangan perkebunan melalui Program Revitalisasi Perkebunan
ditujukan untuk membangun perkebunan rakyat, dengan pendekatan pengembangan sebagai
berikut:
1. Pengembangan perkebunan rakyat yang dilakukan adalah melalui kemitraan, baik pola
PIR (Perusahaan Inti Rakyat) maupun kemitraan lainnya. Untuk wilayah yang tidak
tersedia mitranya, dimungkinkan pengembangan dilakukan langsung oleh pekebun atau
melalui koperasi dengan pembinaan oleh jajaran Departemen Pertanian dan Dinas yang
membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten.
2. Setiap lokasi pengembangan diarahkan untuk terwujudnya hamparan yang kompak serta
memenuhi skala ekonomi.
3. Luas lahan maksimum untuk masing-masing petani peserta yang ikut dalam Program
Revitalisasi Perkebunan adalah 4 Ha per KK, kecuali untuk wilayah khusus yang
pengaturannya ditetapkan oleh Menteri Pertanian.
4. Untuk memberikan jaminan kepastian dan keberlanjutan usaha, pengembangan
perkebunan yang melibatkan mitra usaha dapat dilakukan melalui pengolahan kebun
dalam satu manajemen minimal 1 (satu) siklus tanaman.
5. Bunga kredit yang diberikan kepada petani peserta sebesar 10 persen dengan subsidi bunga
menjadi beban pemerintah sebesar selisih dengan bunga yang dibayar petani peserta.
Subsidi bunga diberikan selama masa pembangunan yaitu sampai dengan tanaman
menghasilkan (maksimal 7 tahun untuk karet). Besarnya suku bunga yang dibayar pekebun
setelah masa tenggang adalah sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Bank (tanpa subsidi
bunga).
6. Untuk meningkatkan dan memperkuat kesinambungan kemitraan usaha, setiap untuk
pengembangan diarahkan terintegrasi dengan unit pengolahan, dan secara bertahap petani
peserta/koperasi petani dimungkinkan memiliki saham perusahaan mitra.
7. Petani peserta yang belum memiliki mitra usaha, secara bertahap akan didorong
melakukan kemitraan dengan perusahaan yang memiliki industri pengolahan dibidang
perkebunan.
8. Untuk mengawali pelaksanaan program ini akan memanfaatkan tenaga Sarjana Pertanian
(sistem kontrak) dan diutamakan dari perguruan tinggi setempat sebagai petugas
pendamping minimal 1 orang petugas untuk 1 perusahaan atau 1 UPP.
9. Benih yang digunakan adalah Benih Bina yang bersetifikat dan berlabel biru (Dinas
Perkebunan Kabupaten Ogan Komering Ulu, 2008).
Kegiatan penanaman pada pengembangan Revitalisasi Perkebunan direncanakan
dilaksanakan mulai tahun 2007 sampai dengan 2010. Dalam pelaksanaan program revitalisasi
tersebut akan mencakup areal pengembangan karet seluas 300 ribu hektar (perluasan 50 ribu
AgronobiS, Vol. 2, No. 3,Maret 2010 ISSN: 1979 – 8245X
Rosnaliza Testiana, Hal; 60 – 72
63
hektar, dan peremajaan 250 ribu hektar). Dimana dalam pelaksanaannya, target Program
Revitalisasi Perkebunan akan di evaluasi secara berkala sesuai realisasi penanaman tahun
sebelumnya (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005).
Dengan pertimbangan perlunya kesiapan dilapangan, baik menyangkut kesiapan bibit,
calon pekebun, calon lahan dan perusahaan mitra, maka target fisik pengembangan tanaman
dalam Program Revitalisasi Perkebunan untuk tahun 2007 termasuk tanaman yang telah ada
maksimal tanaman yang berumur satu tahun/tanaman belum menghasilkan (TBM 1) sepanjang
tanaman tersebut tidak didanai oleh anggaran pemerintah (APBN/APBD) (Direktorat Jendral
Perkebunan, 2007).
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yang dilakukan
terhadap 90 sampel petani karet rakyat, yaitu yang terdiri dari 60 orang petani karet rakyat
yang terdaftar sebagai peserta Program Revitalisasi Perkebunan dan 30 orang petani yang
tidak ikut atau tidak terdaftar sebagai peserta Program Revitalisasi di Kecamatan Lubuk
Batang dengan mengambil sampel pada Desa Banuayu, Desa Gunung Meraksa dan Desa
Kurup. Kecamatan Lubuk Batang dipilih sebagai daerah penelitian dengan pertimbangan
bahwa kecamatan tersebut memiliki luas areal perkebunan karet rakyat yang cukup luas dan
terdapat peserta Program Revitalisasi yang lebih banyak di bandingkan dengan kecamatan lain
yang menjadi sasaran Program Revitalisasi. Dari Kecamatan tersebut dipilih 3 desa yang akan
dijadikan contoh.
Penarikan contoh petani dilakukan secara acak dengan menggunakan metode acak
berlapis tidak berimbang (Disproporsional Stratified Random Sampling). Kecamatan Lubuk
Batang terdiri dari 14 desa. Kemudian dari 14 desa tersebut dipilih 3 desa yaitu Desa Banuayu,
Desa Gunung Meraksa, dan Desa Kurup. Untuk melakukan stratifikasi terhadap petani karet
yang ikut Program Revitalisasi dan Petani karet rakyat yang tidak ikut Program Revitalisasi.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh langsung melalui pengamatan dan wawancara dengan petani contoh dengan
menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (kuesioner). Sedangkan data sekunder diperoleh
dari dinas atau instansi terkait seperti Dinas perkebunan Provinsi Sumetera Selatan, Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Badan Pusat Statistik
Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Data primer yang dikumpulkan dengan menggunakan daftar pertanyaan pada prinsipnya
diolah mengikuti prosedur untuk pengujian hipotesis yang telah dirumuskan. Informasi yang
tercatat dalam daftar pertanyaan yang diperoleh dari lapangan diolah secara tabulasi dan
dijelaskan secara deskriptip. Data yang telah diolah diuraikan secara deskriptif, yaitu dengan
menguraikan hasil yang diperoleh dalam bentuk uraian yang sistematis.
Untuk menguji hipotesis yang pertama, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi petani
mengambil keputusan untuk mengikuti Program Revitalisasi digunakan model binary logit
untuk mengatasi masalah variabel yang bersifat kualitatif (Arief, 1999) yang dapat
diformulasikan sebagai berikut:
K = Log
Pi
Pi
1 = Log β0 + β1 Log X1+ β2 Log X2 + β3 Log X3 + U .................. (3.1)
Dimana :
Pi = Peluang petani karet rakyat mengikuti Program Revitalisasi (0 < Pi < 1)
AgronobiS, Vol. 2, No. 3,Maret 2010 ISSN: 1979 – 8245X
Rosnaliza Testiana, Hal; 60 – 72
64
β0 = Intersep
β1- 6 = Parameter
X1 = Tingkat Pendidikan (dummy)keterangan SLTA keatas = 1 dan SLTP
ke bawah = 0
X2 = Pengalaman (tahun)
X3 = Pendapatan (Rp)
U = Variabel pengganggu
Untuk mengetahui apakah model pendekatan yang digunakan tepat atau tidak maka dilakukan
uji kebernasan nilai dengan menggunakan uji Likelihood sebagai berikut :
Ho : β1 = β2 = ..................... βn = 0
H1 : minimal satu βi ≠ 0
Kaidah keputusan :
2 log Likelihood d1 (k – 1) ≤ X² (α, n)................ Terima Ho
> X² (α, n)................ Tolak Ho
Selanjutnya untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas yang diamati terhadap
variabel terikat, dilakukan uji kebernasan nilai βi dengan menggunakan uji t (T-test) sebagai
berikut :
Ho : βi = 0
H1 : βi ≠ 0
Perhitungan digunakan persamaan sebagai berikut :
^
1
t hitung =
Se (β1)
Kaidah pengambilan keputusannya :
Jika t hitung ≤ t tabel, maka terima Ho
t hitung > t tabel, maka tolak Ho
Untuk menguji hipotesis kedua yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi produksi karet
yang terdiri dari faktor luas lahan, bibit, modal, tenaga kerja, pupuk Urea, TSP, KCl dan
herbisida digunakan pengolahan data dengan persamaan fungsi regresi yang di
transformasikan ke bentuk persamaan penduga regresi linear berganda dengan menggunakan
analisis fungsi produksi Cobb-Douglas sebagai berikut:
Y = β0 X1β1
X2 β2
X3 β3
X4 β4
X5β5
X6 β6
X7 β7
..............................................................................................(3.2)
Dimana: Y = produksi karet (Kg/Ha)
β0 = intersep/konstanta
X1 = Luas lahan (Ha)
X2 = Modal (Rp/Ha/Th)
X3 = Tenaga Kerja (HOK/Th)
X4 = Urea (Kg/Ha/Th)
X5 = TSP (Kg/Ha/Th)
X6 = KCl (Kg/Ha/Th)
X7 = Herbisida (Lt/Ha/Th)
β1- β7 = koofisien regresi
AgronobiS, Vol. 2, No. 3,Maret 2010 ISSN: 1979 – 8245X
Rosnaliza Testiana, Hal; 60 – 72
65
Pengujian hipotesis dengan menggunakan koefisien korelasi pearson, metode least square
yang dirumuskan sebagai berikut:
r =
2222
.
YYnXXn
YXXYn
Metode yang akan digunakan untuk menduga parameter atau koofisien regresi pada
persamaan regresi berganda diatas adalah metode OLS (Ordinary Least Square). Metode
pendugaan Ordinary Least Square dibentuk dengan asumsi yaitu:
1. Model regresi adalah linier baik dalam parameter maupun dalam gangguan (error term)
2. Syarat-syarat gangguan (error term) harus memenuhi asumsi “stochastic” sama dengan nol,
varians konstan, dan kovarian sama dengan nol
3. Semua variabel bebas (regressor) tidak berkorelasi dengan gangguan (error term)
4. Jumlah pengamatan contoh lebih besar dari jumlah variabel dalam persamaan model
5. Variabel bebas tidak mengalami kolinearitas sempurna
Sebelum melakukan analisis, maka sesuai dengan syarat metode Ordinary Least Square
(OLS) terlebih dahulu akan dilakukan pengujian Normalitas dan Asumsi Klasik.
Untuk menguji hipotesis digunakan analisis regresi berganda yang terdiri dari :
Uji F (Secara Simultan)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara
simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan uji F pada
tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan 5% dengan ketentuan degree of freedom (d, fi) =
n – k; degree of freedom (d, fi) = k-1.
Keputusan :
Apabila F hitung ≤ F tabel : Ho diterima
Apabila F hitung > F tabel : Ho ditolak
Uji t (Secara parsial)
Untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen
menggunakan uji t pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan 5% dengan keputusan:
- Apabila t hitung ≤ t tabel : Ho diterima
- Apabila t hitung > t tabel : Ho ditolak
Sedangkan untuk menguji hipotesis ketiga yaitu dengan menghitung pendapatan yang
diperoleh petani karet digunakan formulasi sebagai berikut:
Y = TR – TC (3.3)
TR = Q x Hq (3.4)
TC = X x Hx (3.5)
Dimana:
Y = Pendapatan usahatani
TR = Penerimaan
Q = Jumlah Produksi
Hq = Harga hasil produksi
X = Jumlah Faktor Produksi
Hx = Harga faktor produksi
AgronobiS, Vol. 2, No. 3,Maret 2010 ISSN: 1979 – 8245X
Rosnaliza Testiana, Hal; 60 – 72
66
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Petani Karet
Petani karet di Kecamatan Lubuk Batang yang diambil sebagai contoh dalam penelitian ini
adalah sebanyak 90 orang. 30 orang diambil dari Desa Banuayu, 30 orang dari Desa Gunung
Meraksa, dan 30 orang lagi dari Desa Kurup. Umur petani karet bervariasi antara 23 tahun
sampai 61 tahun dengan umur rata-rata petani adalah 43 tahun. Ini menunjukkan bahwa umur
petani karet ini tergolong dalam usia produktif. Sehingga motivasi untuk terus
mengembangkan usahatani karet dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarga masih
tergolong sangat tinggi.
Jika dilihat dari jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan kepala keluarga
menunjukkan bahwa rata-rata jumlah tanggungan keluarga adalah sebesar 4 orang per kepala
keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa tanggungan kepala keluarga cukup berat sehingga
harapan mereka untuk mendapatkan memenuhi kebutuhan keluarga dari usahatani karetnya
cukup tinggi.
Luas lahan karet yang dimiliki petani bervariasi antara 1 – 4 hektar dengan rata-rata luas
lahan karet adalah sebesar 1,81 hektar. Umur karet yang telah diusahakan petani berkisar
antara 6 tahun sampai dengan 20 tahun dengan umur tanam rata-rata selama 12,92 tahun.
Petani yang memiliki tanaman karet yang berumur tua berharap dengan mengikuti Program
Revitalisasi dapat meremajakan karetnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan.
Sedangkan petani yang memiliki tanaman karet yang masih tergolong umur ekonomis pada
umumnya mengharapkan agar tanaman karetnya bisa diperluas sehingga pendapatan mereka
dapat meningkat
Berdasarkan tingkat pendidikan, rata-rata pendidikan petani contoh karet di Kecamatan
Lubuk Batang tergolong masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas petani adalah
lulusan SD sederajat yaitu sebesar 37 orang atau 41,11 persen dan lulusan SLTP sebanyak 22
orang atau 24,44 persen. Adapun petani yang lulus SLTA adalah sebanyak 30 orang atau
33,33 persen dan lulusan S1 hanya 1 orang atau 1,11 persen.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Karet
Model regresi linear berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut
memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, yaitu
diantaranya adalah multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Sebelum analisis regresi
dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pendeteksian dengan melakukan uji normalitas,
multikolinearitas, dan heteroskedastisitas tersebut. Adapun hasil pengujian tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan pengujian Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil pengujian
dengan SPSS dapat dilihat pada Tabel 1.
AgronobiS, Vol. 2, No. 3,Maret 2010 ISSN: 1979 – 8245X
Rosnaliza Testiana, Hal; 60 – 72
67
Tabel 1.
Hasil Pengujian Asumsi Normalitas Data Faktor Produksi Karet
No. Variabel Kolmogorov-Smirnov (a)
Statistic df Sig
1. Produksi .101 90 .024
2. Lahan .286 90 .072
3. Modal .138 90 .067
4. Tenaga Kerja .191 90 .060
5. Urea .199 90 .074
6. TSP .268 90 .081
7. KCL .308 90 .083
8. Herbisida .223 90 .068
Sumber : Analisis Data Primer, 2009
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai signifikansi kedelapan variabel lebih besar
dari 0,01 yaitu variabel produksi 0,024, variabel lahan 0,072, variabel modal 0,67, variabel
tenaga kerja 0,60, variabel pupuk Urea 0,74, variabel pupuk TSP 0,81, variabel KCL 0,83, dan
variabel herbisida 0,68. Indikasi ini menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan telah
memenuhi asumsi normalitas sehingga model regresi layak untuk digunakan.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen
yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Kemiripan antar
variabel independen dalam suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat
kuat antara suatu variabel indeapenden dengan variabel independen yang lain. Selain itu
deteksi terhadap multikolinearitas juga bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam proses
pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen (Nugroho, 2007).
Untuk melihat terjadinya multikolinearitas dapat diketahui dari nilai Variance Inflation
Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Suatu model dikatakan bebas dari unsur multikolinearitas
jika diperoleh nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. VIF =
1/tolerance, jika VIF = 10 maka tolerance = 1/10 = 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin
rendah tolerance. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Hasil Pengujian Asumsi Multikolinearitas Data Faktor Produksi Karet
No. Variabel Collinearity statistics
toleransi VIF
1. Lahan .373 1.678
2. Modal .316 1.162
3. Tenaga Kerja .693 1.442
4. Urea .530 1.886
5. TSP .717 1.395
6. KCL .717 1.266
7. Herbisida .719 1.392 Sumber : Analisis Data Primer, 2009
AgronobiS, Vol. 2, No. 3,Maret 2010 ISSN: 1979 – 8245X
Rosnaliza Testiana, Hal; 60 – 72
68
Hasil pengujian asumsi multikolinearitas diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat
variabel yang mengalami multikolinearitas karena rata-rata nilai VIF (Variance Inflation
Faktor) ada disekitar 1 dan nilai tolerance lebih dari 0,1.
Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari pola titik-titik yang
terdapat pada scatterplot regresi. Adapun gambar scatterplot dari data faktor produksi karet
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1.
Scatterplot Untuk Heteroskedastisitas Produksi Karet
Observed Cum Prob
1.00.80.60.40.20.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Produksi
Sumber : Analisis Data Primer, 2009
Dari scatterplot diatas dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar dengan pola uang
tidak jelas diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa model
regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.
Untuk menguji hipotesis yang dirumuskan dalam model ini dilakukan analisis model
regresi linier berganda dari 90 petani karet rakyat di Kecamatan Lubuk Batang Ogan
Komering Ulu. Hasil analisis regresi menunjukkkan bahwa nilai koefisien determinasi atau R
Square adalah 0,727.
Ini berarti bahwa variabel lahan, modal, tenaga kerja, Urea, TSP, KCL, dan herbisida
mampu menjelaskan variabel yang mempengaruhi produksi sebesar 72,7%. Sedangkan
sisanya 27,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Adapun
nilai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dilihat pada Tabel 3.
AgronobiS, Vol. 2, No. 3,Maret 2010 ISSN: 1979 – 8245X
Rosnaliza Testiana, Hal; 60 – 72
69
Tabel 3.
Parameter Penduga Faktor Produksi Karet
No. Variabel B t Sig
1. Intersep 934,479 2,201 0,233
2. Lahan 946,866 4,639 0,000
3. Modal 1,58E-005 0,073 0,942
4. Tenaga Kerja 19,059 2,044 0,150
5. Urea 8,234 2,209 0,030
6. TSP 7,155 1,909 0,060
7. KCL 3,451 ,926 0,357
8. Herbisida -90,556 -2,006 0,048
Sumber : Analisis Data Primer, 2009
Berdasarkan uji secara parsial dapat diketahui bahwa variabel-variabel yang berpengaruh
nyata terhadap produksi karet di Kecamatan Lubuk Batang Ogan Komering Ulu adalah lahan,
tenaga kerja, urea, TSP, dan herbisida. Sedangkan modal dan KCl tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi karet. Koefisien regresi lahan adalah sebesar 946,866 yang berarti bahwa
setiap penambahan lahan sebesar 1 Ha maka produksi karet akan meningkat sebesar 946,866
Kg. Lahan berpengaruh nyata terhadap produksi karet dengan taraf α sebesar 1% atau pada
tingkat kepercayaan sebesar 99%.
Koefisien regresi tenaga kerja adalah sebesar 19,059 yang berarti bahwa setiap
penambahan tenaga kerja sebesar 1 HOK maka produksi karet akan meningkat sebesar 19,059
Kg. Ceteris Paribus artinya variabel lain dianggap tetap pengaruhnya. Tenaga kerja
berpengaruh nyata terhadap produksi karet dengan taraf α sebesar 15% atau pada tingkat
kepercayaan sebesar 85%. Koefisien regresi Urea adalah sebesar 8,234 yang berarti bahwa
setiap penambahan pupuk Urea sebesar 1 Kg maka produksi karet akan meningkat sebesar
8,234 Kg. Pupuk Urea berpengaruh nyata terhadap produksi karet dengan taraf α sebesar 3
persen atau pada tingkat kepercayaan sebesar 97%.
Koefisien regresi TSP adalah sebesar 7,155 yang berarti bahwa setiap penambahan
pupuk TSP sebesar 1 Kg maka produksi karet akan meningkat sebesar 7,155 Kg. TSP
berpengaruh nyata terhadap produksi karet dengan taraf α sebesar 6% atau pada tingkat
kepercayaan sebesar 94%.
Koefisien regresi herbisida adalah sebesar -90,556 yang berarti bahwa setiap
penambahan herbisida sebesar 1 liter maka produksi karet akan turun sebesar -90,556 Kg.
Herbisida berpengaruh nyata terhadap produksi karet pada taraf α sebesar 4% atau pada
tingkat kepercayaan sebesar 96%. Dimana hal ini terjadi berkaitan dengan tanaman karet yang
sudah berusia tua dan tidak produktif lagi sehingga walaupun terjadi peningkatan pemakaian
herbisida produksi yang dihasilkan tetap akan terus menurun. Hal tersebut bisa terjadi karena
umur tanaman yang diteliti dalam penelitian ini bervariasi mulai dari tanaman karet umur 6
tahun sampai umur tanaman karet 27 tahun.
Jika dilihat dari F tabel yaitu sebesar 2,209, menunjukkan bahwa nilai ini lebih kecil dari
F hitung yang sebesar 39,701 dan signifikan pada taraf α sebesar 1% atau pada tingkat
kepercayaan sebesar 99%. Ini berarti bahwa secara bersama-sama lahan, modal, tenaga kerja,
Urea, TSP, KCl, dan herbisida akan mempengaruhi produksi karet di Kecamatan Lubuk
Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu.
AgronobiS, Vol. 2, No. 3,Maret 2010 ISSN: 1979 – 8245X
Rosnaliza Testiana, Hal; 60 – 72
70
Analisis Pendapatan Usahatani Karet Rakyat
Pendapatan karet rakyat dipengaruhi oleh besarnya penerimaan dan biaya yang
dikeluarkan oleh petani karet pertahunnya. Atau dengan kata lain Pendapatan usahatani karet
rakyat tergantung dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan serta biaya yang dikeluarkan
untuk produksi dan pemeliharaannya. Tinggi rendahnya pendapatan petani karet rakyat sangat
dipengaruhi oleh ketrampilan petani dalam mengoptimalkan pengeluaran terhadap
penggunaan faktor-faktor produksi sehingga output yang diperoleh akan optimal dan
pendapatan maksimal dapat tercapai. Rata-rata pendapatan petani karet rakyat di Kecamatan
Lubuk Batang selama tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4.
Rata-rata Total Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan
Petani Karet Rakyat di Kec. Lubuk Batang selama Tahun 2008
No. Uraian Nilai (Rp/Ha/Th)
1. Total Biaya 4.834.620,00
2. Total Penerimaan 24.259.305,56
3. Pendapatan 19.424.685,56
4. R/C 5,02
Sumber : Analisis Data Primer, 2009
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa rata-rata pendapatan yang diperoleh petani karet
rakyat selama tahun 2008 adalah sebesar Rp 19.424.685,56 (Ha/Th). Nilai ini diperoleh dari
selisih rata-rata total penerimaan petani per tahun yaitu sebesar Rp 24.259.305,56 dengan rata-
rata total biaya yang dikeluarkan petani per tahun yaitu sebesar 4.834.620. Rata-rata
Pendapatan yang diperoleh petani selama tahun 2008 lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan harga karet yang drastis mulai bulan
September sampai Desember 2008 dari Rp 9000/Kg menjadi Rp 3000/Kg.
Adapun R/C yang diperoleh dari usahatani karet rakyat ini adalah sebesar 5,02. Ini
berarti setiap Rp. 1 yang dikeluarkan petani akan menyebabkan penerimaan bertambah sebesar
Rp 5,02. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani karet rakyat ini cukup layak untuk
dikembangkan karena kontribusinya terhadap pendapatan masyarakat cukup signifikan. Akan
tetapi petani masih banyak menemui beberapa kendala dalam mengembangkan usahatani karet
ini. Adapun beberapa kendala yang banyak dikeluhkan petani antara lain: terbatasnya modal
usaha yang mereka punya, ketersediaan bibit unggul dan sarana produksi yang terbatas dan
sulit diperoleh serta pengetahuan yang belum mendukung tentang teknik budidaya karet yang
baik dimana hal ini disebabkan karena kurangnya penyuluhan dan pelatihan yang diadakan
bagi petani karet tersebut.
Dengan adanya beberapa kendala yang mereka hadapi tersebut mengakibatkan petani
sulit untuk meningkatkan hasil produksi dalam jumlah yang lebih tinggi dan mereka juga sulit
untuk mengembangkan usahatani karet yang mereka jalankan. Oleh karena itu, adanya
Program Revitalisasi perkebunan karet yang diterapkan oleh Pemerintah Daerah Ogan
Komering Ulu sangat membantu bagi petani dalam mengembangkan usahatani karetnya.
Diharapkan dengan adanya Program Revitalisasi ini maka akan dapat meningkatkan
pendapatan petani dan kesejahteraan mereka dapat tercapai.
AgronobiS, Vol. 2, No. 3,Maret 2010 ISSN: 1979 – 8245X
Rosnaliza Testiana, Hal; 60 – 72
71
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat pendidikan,dan pendapatan, berpengaruh positif terhadap keputusan petani karet
dalam mengikuti Program Revitalisasi. Sedangkan Pengalaman berpengaruh negatif
terhadap keputusan petani karet dalam mengikuti Program Revitalisasi.
2. Produksi karet rakyat di Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu secara
nyata dipengaruhi oleh lahan, tenaga kerja, urea, TSP, dan herbisida. Sedangkan modal
dan KCl tidak berpengaruh nyata terhadap produksi karet rakyat.
3. Rata-rata pendapatan yang diperoleh petani karet rakyat di Kecamatan Lubuk Batang
Kabupaten Ogan Komering Ulu selama Tahun 2008 adalah sebesar Rp 19.424.685,56
(Ha/Th) dengan nilai R/C sebesar 5,02.
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perlunya petani untuk segera memiliki sertifikat tanah agar tidak menjadi kendala dan
memenuhi syarat pada saat akan mendaftar dan ikut sebagai perserta Program Revitalisasi
dan dapat segera memperoleh bantuan modal dari pihak yang terkait dan bekerja sama.
2. Perlunya peran serta penyuluh yang aktif untuk memberikan penyuluhan mengenai teknik
budidaya tanaman karet yang baik agar dapat meningkatkan produksi dan pendapatan
petani karet rakyat tersebut.
3. Penelitian ini hanya membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi petani karet
rakyat dalam mengikuti Program Revitalisasi dan keadaan usahatani karet rakyat sebelum
mengikuti Program Revitalisasi. Sehingga penelitian selanjutnya disarankan untuk
meneliti tentang keadaan Usahatani karet rakyat sebelum dan sesudah mengikuti Program
Revitalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan
Agribisnis Karet. Jakarta: Departemen Pertanian RI
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten OKU. 2008. Program Revitalisasi Perkebunan.
Baturaja: Dishutbun Kabupaten OKU
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Pedoman Umum Program Revitalisasi Perkebunan
(Kelapa Sawit, Karet, dan Kakao). Jakarta: Departemen Pertanian RI
AgronobiS, Vol. 2, No. 3,Maret 2010 ISSN: 1979 – 8245X
Rosnaliza Testiana, Hal; 60 – 72
72
Forum Bersama Pembangunan Perkebunan Sumsel. 2006. Karet Sumber Kehidupan di
Sumsel. Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel. Palembang: Disbun Sumsel
Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Selatan. 2006. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005-2008. Palembang:
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan