Upload
dinhanh
View
243
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM MEMBELI RUMAH
(Studi Kasus di Perumahan Bukit Semarang Baru, Semarang)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (SI) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro
Disusun oleh :
AGUSTINUS PRIMANANDA NIM. C2A006011
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG 2010
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun : Agustinus Primananda
Nomor Induk Mahasiswa : C2A006011
Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Manajemen
Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KONSUMEN DALAM MEMBELI RUMAH
(Studi Kasus di Perumahan Bukit Semarang
Baru, Semarang)
Dosen Pembimbing : Dr. Y. Sugiarto. PH, SU
Semarang, September 2010
Dosen Pembimbing,
(Dr. Y. Sugiarto. PH, SU)
NIP. 130675276
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Penyusun : Agustinus Primananda. P
Nomor Induk Mahasiswa : C2A006011
Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Manajemen
Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KONSUMEN DALAM MEMBELI RUMAH
(Studi Kasus di Perumahan Bukit Semarang
Baru, Semarang)
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal ........... September 2010
Tim Penguji
1. Dr. Y. Sugiarto. PH, SU (…………………………….)
2. Dr. Hj. Indi Djastuti, MS (…………………………….)
3. Drs. Harry Soesanto, MMR (…………………………….)
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Agustinus Primananda,
menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Konsumen Dalam Membeli Rumah (Studi Kasus di Perumahan Bukit
Semarang Baru, Semarang), adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara
menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol yang
menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang
saya akui seolah – olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat
bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari
tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal
tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan
menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila
kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru
tulisan orang lain seolah – olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan
ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Semarang, September 2010
Yang membuat pernyataan,
NIM : C2A006011 (Agustinus Primananda)
ABSTRACT
Time this time development at economics sector is experiencing remarkable enhanced. thereby increase also society welfare, so from that is human need more various, and one of them need residence that is house. one of house developers PT. Karyadeka everlasting nature that offereds one of proper housing occupies that is hill housing Semarang new. but, troubleshoot that faced that is how does house sale then can increase every year it, while this time many is springing up housing developers that dare to show new penetrations. therefore, in noodle watchfulness will analyze factor that felted important to canvassed, like price factor, location, building, and environment towards decision buys.
This watchfulness uses doubled linear regression analysis with program SPSS version 16.0. population that used society Semarang that occupy house at hill housing Semarang new. while sample that used as much as 100 person with methods proportional sampling.
Based on analysis that used, can be pulled several conclusions at the (time) of be done doubled regression processing. this watchfulness is validity up to standard, Reliabilitas, with free from heteroskedastisitas, multikolinearitas and escape from normality test. Hypothesis testing by using test t show that price variable, location, building, and environment that canvassed, to significant influence purchasing decision. while in test f show significant < 0,05. Matter this means variable price, location, building, and environment according to together influential manifestly to wards purchasing decision. While determination coefficient is got value adjusted R 2 73,9%. mean, purchasing decision variable explainable by price variable existence, location, building, and environment. Keyword: Price, Location, Building, Environment, Purchasing Decision
ABSTRAK
Pada masa sekarang ini pembangunan di sektor perekonomian mengalami peningkatan yang luar biasa. Dengan demikian meningkat juga kesejahteraan masyarakat, maka dari itu kebutuhan manusia akan semakin beragam, dan salah satunya kebutuhan akan tempat tinggal yaitu rumah. Salah satu pengembang rumah PT. Karyadeka Alam Lestari yang menawarkan salah satu perumahan yang layak huni yaitu Perumahan Bukit Semarang Baru. Akan tetapi, permasalahan yang dihadapi yaitu bagaimana penjualan rumah dapat terus meningkat setiap tahunnya, padahal sekarang ini banyak bermunculan pengembang-pengembang perumahan yang berani memunculkan terobosan-terobosan baru. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan menganalisis faktor yang dirasa penting untuk diteliti, seperti faktor harga, lokasi, bangunan, dan lingkungan terhadap keputusan beli.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan program SPSS Versi 16.0. Populasi yang digunakan adalah masyarakat Semarang yang menghuni rumah di Perumahan Bukit Semarang Baru. Sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 100 orang dengan metode proportional sampling.
Berdasarkan analisis yang telah digunakan, dapat ditarik beberapa kesimpulan pada saat dilakukan pengolahan regresi berganda. Penelitian ini memenuhi syarat validitas, reliabilitas, serta bebas dari heteroskedastisitas, multikolinearitas dan telah lolos uji normalitas. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa variabel harga, lokasi, bangunan, dan lingkungan yang diteliti, secara signifikan mempengaruhi keputusan pembelian. Sedangkan pada uji f menunjukkan signifikan < 0,05. Hal ini berarti variable harga, lokasi, bangunan, dan lingkungan secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Sedangkan koefisien determinasi diperoleh nilai Adjusted R2 73,9%. Artinya, variabel keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh adanya variabel harga, lokasi, bangunan, dan lingkungan.
Kata Kunci : Harga, Lokasi, Bangunan ,Lingkungan, Keputusan Pembelian
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
melimpahkan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam
Membeli Rumah (Studi Kasus di Perumahan Bukit Semarang Baru,
Semarang)”.
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini dapat selesai tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan, petunjuk, saran serta motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu,
penulis dengan segala kerendahan hati ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini
khususnya kepada :
1. Bapak Dr. H. M. Chabachib, MSi, Akt. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
2. Bapak H. Susilo Toto Raharjo, SE., MT, selaku Kepala Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
3. Bapak Drs. Y. Sugiarto. PH, SU, selaku Dosen pembimbing atas waktu
yang telah diluangkan untuk bimbingan, petunjuk, dan nasehat dalam
proses pembuatan skripsi sampai selesai.
4. Bapak Drs. Prasetiono, MSi selaku Dosen wali atas bimbingan, nasihat
dan ilmu yang sangat bermanfaat selama menempuh kuliah.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro yang
telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
6. Bapak dan Ibuku tercinta atas doa, kasih sayang, pengorbanan, motivasi,
bimbingan, nasihat, bekal ilmu hidup, dan segalanya yang telah diberikan.
7. Semua keluarga besar, mbah putri , pakde, budhe yang ikut membantu
dalam penyebaran kuesioner.
8. Adikku tersayang, Monika yang bersedia berkorban meminjamkan
flashdisknya untuk penyusunan skrispsi ini.
9. Sahabat dari Semester 1 sampai sekarang, Krisna dan Fuad.
10. Teman seperjuanganku dalam penyusunan skripsi ini, Eny dan Siska.
11. Teman-teman Manajemen Reguler 06, Hilmi, Deny, Fajar, Ervan, Hendro,
Abror, Arya, Algha, Unggul, Ismail, Adit, Hanung, Aji, Eric, dan teman-
teman lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas doa,
dukungan, bantuan, serta pengalaman hidup yang tak akan terlupakan.
12. Semua responden yang telah bersedia meluangkan waktu dan membantu
atas terselesaikannya penelitian ini.
13. Semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna agar
pada penulisan selanjutnya dapat menghasilkan karya yang lebih baik. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Semarang, September 2010
Agustinus Primananda
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................................ iv
ABSTRACT ................................................................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .............................................................................. 8
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................... 9
1.3.1. Tujuan Penelitian .................................................................... 9
1.3.2. Kegunaan Penelitian ............................................................... 9
1.4. Sistematika Penulisan ........................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 11
2.1. Landasan Teori ..................................................................................... 11
2.1.1. Pengertian Pemasaran dan Konsep Pemasaran....................... 11
2.1.2. Pengertian Perilaku Konsumen............................................... 13
2.1.3. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian oleh Konsumen .. 14
2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Konsumen .............................................................................. 17
2.1.5. Pengertian Perumahan ............................................................ 19
2.1.6. Pengertian Harga, Lokasi, Bangunan dan Lingkungan .......... 24
2.2. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 36
2.3. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 39
2.4. Hipotesis ............................................................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................ 41
3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................................... 41
3.2. Penentuan Populasi dan Sampel ........................................................... 44
3.3. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 45
3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 45
3.5. Metode Analisis Data ............................................................................ 46
3.5.1. Uji Validitas .............................................................................. 46
3.5.2. Uji Reliabilitas .......................................................................... 47
3.5.3. Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 48
3.5.3.1. Uji Multikolinieritas ..................................................... 48
3.5.3.2.Uji Normalitas ............................................................... 48
3.5.4. Pengujian Hipotesis................................................................... 49
3.5.4.1.Uji F .............................................................................. 49
3.5.4.2.Uji t ............................................................................... 50
3.5.5. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................. 51
3.5.6. Koefisien Determinasi ( R2 ) ..................................................... 52
BAB IV HASIL DAN ANALISIS ............................................................................. 53
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian .................................................................. 53
4.1.1.Gambaran Umum Perusahaan ................................................... 53
4.1.2. Gambaran Umum Responden ................................................... 61
4.1.2.1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....... 62
4.1.2.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur / Usia .......... 62
4.1.2.3. Deskripsi Responden Berdasarkan Status Perkawinan 63
4.1.2.4. Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan.................................................................... 64
4.1.2.5. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ..... 65
4.1.2.6. Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendapatan ................................................................... 66
4.1.2.7. Deskripsi Responden Berdasarkan Tipe Rumah .......... 67
4.2. Analisis Indeks Jawaban Responden per Variabel ............................... 68
4.2.1. Indeks Jawaban Responden Tentang Harga (X1) ..................... 70
4.2.2. Indeks Jawaban Responden Tentang Lokasi (X2) .................... 72
4.2.3. Indeks Jawaban Responden Tentang Bangunan (X3) ............... 74
4.2.4. Indeks Jawaban Responden Tentang Lingkungan (X4)............ 76
4.2.5. Indeks Jawaban Responden Tentang Keputusan Pembelian
(Y) ............................................................................................. 78
4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................ 79
4.3.1.Uji Validitas............................................................................... 79
4.3.2.Uji Reliabilitas ........................................................................... 81
4.4. Analisis Regresi Linier Berganda ......................................................... 81
4.5. Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 83
4.5.1.Uji Normalitas .............................................................................. 83
4.5.2.Uji Multikolinearitas .................................................................... 84
4.5.3.Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 85
4.6. Uji Goodness of Fit .............................................................................. 86
4.6.1.Uji Parameter Secara Individual (Uji t) ....................................... 86
4.6.2.Uji Parameter Secara Bersama-sama (Uji F) ............................... 90
4.6.3.Koeffisien Determinasi (R2) ........................................................ 91
4.7. Pembahasan .......................................................................................... 92
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 96
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 96
5.2. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 98
5.3. Saran ..................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penjualan Rumah di Perumahan BSB Tahun 2005-2008 ...................... 5
Tabel 1.2 Daftar Keluhan Konsumen Perumahan Secara Umum .......................... 7
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ...................................................................... 62
Tabel 4.2 Umur / Usia Responden ......................................................................... 63
Tabel 4.3 Status Perkawinan Responden ............................................................... 64
Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Responden.............................................................. 65
Tabel 4.5 Jenis Pekerjaan Responden .................................................................... 66
Tabel 4.6 Tingkat Pendapatan Responden ............................................................. 67
Tabel 4.7 Tipe / Jenis Rumah Responden .............................................................. 68
Tabel 4.8 Tanggapan Responden Tentang Harga .................................................. 70
Tabel 4.9 Tanggapan Responden Tentang Lokasi ................................................. 72
Tabel 4.10 Tanggapan Responden Tentang Bangunan ............................................ 74
Tabel 4.11 Tanggapan Responden Tentang Lingkungan ......................................... 76
Tabel 4.12 Tanggapan Responden Tentang Keputusan Pembelian ......................... 78
Tabel 4.13 Hasil Pengujian Validitas ....................................................................... 79
Tabel 4.14 Hasil Pengujian Reliabilitas ................................................................... 81
Tabel 4.15 Ringkasan Hasil Regresi ........................................................................ 82
Tabel 4.16 Pengujian Multikolonearitas .................................................................. 85
Tabel 4.17 Hasil Uji t ............................................................................................... 88
Tabel 4.18 Hasil Uji F .............................................................................................. 91
Tabel 4.19 Koefisien Determinasi ........................................................................... 92
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran .................................................................. 39
Gambar 4.1 Uji Normalitas ....................................................................................... 84
Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas .......................................................................... 86
Gambar 4.3 Kerangka Pemikiran Teoritis disertai Analisis Regresi dan Koefisien
Determinasi ........................................................................................... 87
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A : Kuesioner
LAMPIRAN B : Data Mentah Kuesioner
LAMPIRAN C : Hasil Uji Validitas
LAMPIRAN D : Hasil Uji Reliabilitas
LAMPIRAN E : Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
LAMPIRAN F : Hasil Uji Normalitas dan Heteroskedastisitas
LAMPIRAN G : Denah Perumahan BSB
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada masa sekarang ini pembangunan negara semakin meningkat menuju
era lepas landas. Pembangunan di sektor perekonomian juga mengalami
perubahan yang luar biasa. Hal ini terlihat dengan semakin meningkatnya
pendapatan perkapita negara, sehingga secara tidak langsung sangat mendorong
tingkat kesejahteraan masyarakat. Dengan meningkatnya kesejahteraan
masyarakat maka kebutuhan masyarakat akan semakin beraneka ragam sehingga
membuka peluang bisnis bagi para produsen. Peningkatan ini tidak hanya dari
segi produk saja akan tetapi dari segi kuantitas produknya juga mengalami
peningkatan. Kondisi semacam ini mendorong produsen berlomba-lomba
semaksimal mungkin dalam melayani konsumen. Semakin meningkatnya
kebutuhan konsumen menyebabkan timbulnya perusahaan-perusahaan baru yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen. Dimana masing-
masing perusahaan berusaha menawarkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki
oleh produk yang dihasilkannya. Oleh sebab itu persaingan antar perusahaan yang
sejenis maupun yang tidak sejenis semakin ketat karena tingginya permintaan
konsumen. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan, produsen harus lebih
cermat dalam mengamati kebutuhan atau keinginan konsumen dan semakin siap
dalam menghadapi pasar.
Salah satu kebutuhan manusia yang mendasar adalah masalah perumahan.
Rumah sebagai tempat tinggal adalah salah satu kebutuhan pokok manusia selain
pakaian dan makanan. Tiap manusia membutuhkan rumah untuk tempat
berlindung dan sebagai tempat berkumpul dan berlangsungnya aktivitas keluarga.
Sekaligus sebagai sarana investasi. Fungsi rumah juga telah berubah, dari yang
semula hanya sekedar sebagai tempat berlindung. Kini sebuah rumah tak cukup
hanya untuk berteduh namun juga dituntut untuk mengakomodir kebutuhan dan
keinginan pemiliknya. Seperti lokasi yang stategis, bangunan yang bagus &
kokoh, dan lingkungannya yang nyaman. Dengan kata lain tak cukup hanya asal
untuk berteduh namun juga harus bisa menjadi tempat tinggal yang layak.
Namun untuk beberapa negara yang tingkat kepadatan penduduknya tinggi
dan persebarannya tidak merata seperti Indonesia, masalah tempat tinggal masih
menjadi polemik. Masih banyak penduduk Indonesia, baik di desa maupun di
kota, yang hidup di tempat yang kurang sehat bahkan bisa dikatakan kurang layak
untuk ditinggali. Permasalahan tempat tinggal yang dihadapi oleh penduduk yang
tinggal di daerah pedesaan pada umumnya adalah lemahnya kemampuan ekonomi
serta kurangnya pendidikan dan pengetahuan tentang bagaimana membangun
rumah yang sehat dan layak. Sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh
penduduk di perkotaan adalah kurangnya lahan perumahan di kota yang
mengakibatkan harga rumah atau tanah sangat tinggi dan sulit didapatkan,
ditambah lagi dengan permasalahan seperti lemahnya tingkat ekonomi penduduk
kota yang berpengaruh pada kemampuan untuk memiliki rumah.
Saat ini pun dalam membeli rumah masyarakat tidak hanya melihat faktor
harga saja namun mereka mulai mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti
faktor lokasi, faktor bangunan, dan faktor lingkungan. Alasan masyarakat
mempertimbangkan faktor harga karena hal tersebut berkaitan dengan pendapatan
mereka. Bagi mereka yang memiliki pendapatan besar mungkin harga tidak akan
menjadi masalah, tapi mereka lebih mempertimbangkan faktor lokasi dan kualitas
produk dalam hal ini faktor bangunan. Dan untuk faktor lingkungan merupakan
faktor tambahan yang tidak bisa diabaikan karena faktor ini merupakan salah satu
faktor yang menentukan apakah perumahan tersebut layak untuk dihuni seperti
keamanannya, kebersihannya, kelengkapannya fasilitas umum dan sebagainya.
Dengan melihat kondisi semacam ini mendorong produsen untuk
melebarkan sayapnya di bidang perumahan. Maka tidak mengherankan jika akhir-
akhir ini bisnis di bidang perumahan semakin marak, banyak perusahaan muncul
dengan memberikan berbagai macam fasilitas dalam menawarkan produknya.
Perkembangan bisnis perumahan semakin marak dewasa ini, tidak hanya terpusat
di kota-kota besar akan tetapi sudah meluas di kota-kota kecil.
Sejalan dengan hal tersebut upaya pembangunan perumahan terus
ditingkatkan dengan tetap memperhatikan syarat perumahan yang layak dan
memenuhi standar kesehatan. Untuk menunjang keberhasilan usaha perusahaan
maka perlu memperhatikan arti pemasaran.
Arti pemasaran itu sendiri adalah
“Marketing is social and manajerial process by which individual and
group obtain what they need and want through creating and exchangin
products and value with others.” Artinya pemasaran adalah suatu proses
sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh
apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan
pertukaran produk serta nilai dengan seseorang atau kelompok lainnya.
(Philip Kotler 6:14)
PT Karyadeka Alam Lestari atau yang biasa disingkat menjadi PT KAL
merupakan salah satu pengembang perumahan yang menyediakan rumah dengan
berbagai tipe. Pemasaran perumahan pada umumnya memiliki atribut penawaran
yang hampir sama. PT Karyadeka Alam Lestari mencoba memberikan penawaran
perumahan yang salah satunya diberi nama Perumahan Bukit Semarang Baru
dimana perumahan ini memiliki keunggulan yaitu harga yang terjangkau, desain
bangunan yang menarik, lokasi yang strategis, dan fasilitas-fasilitas yang lengkap.
Awalnya perkembangan Kota Semarang untuk menjadi Kota Metropolitan
dimulai pada tahun 1976. Pada tahun ini wilayah Kota Semarang dimekarkan dari
9.940 Ha menjadi 37.360,984 Ha. Sistem Tata Kota yang diberlakukan di
Semarang serta perkembangan jumlah penduduk dan tingkat perekonomian yang
ada semakin mendorong para pengembang untuk beramai-ramai melakukan
pembangunan properti, terutama perumahan yang dilakukan di berbagai daerah.
Pembangunan ini memang semakin memudahkan masyarakat untuk
memperoleh tempat tinggal. Namun masyarakat sebagai calon konsumen atau
bahkan yang sudah menjadi konsumen harus jeli dalam memilih pengembang.
Kredibilitas pengembang sangat penting untuk diperhatikan karena hal ini akan
berpengaruh terhadap produk yang mereka tawarkan. Semakin baik
kredibilitasnya maka akan semakin baik pula kualitas produk yang ditawarkan.
Begitu juga dengan fasilitas yang diberikan maupun layanan purna jual (after
sales). Dalam hal ini PT Karyadeka Alam Lestari sebagai pengembang
Perumahan Bukit Semarang Baru tidak hanya sebatas memproduksi saja, akan
tetapi berusaha menarik konsumen dan mempengaruhi tingkah laku konsumen
untuk membeli produk yang ditawarkan. Pemahaman terhadap perilaku dan sikap
konsumen sangat mempengaruhi penjualan produk baik untuk saat ini maupun
untuk memperkirakan penjualan dimasa yang akan datang. Dari data REI (Real
Estate Indonesia) menyebutkan bahwa PT. Karyadeka Alam Lestari bukanlah
satu-satunya pengembang di Kota Semarang. Setidaknya ada 25 pengembang lain
yang membangun perumahan di Semarang sehingga persaingan bisnis real estate
ini sangat ketat. Untuk itu PT. Karyadeka Alam Lestari harus memperhatikan
kebutuhan serta keinginan konsumennya dan kemudian merealisasikannya. Data
mengenai pembangunan di perumahan Bukit Semarang Baru beserta realisasinya
dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini :
Tabel 1.1
Penjualan Rumah di Perumahan Bukit Semarang Baru Tahun 2005-2008
TAHUN TARGET PENJUALAN
(unit)
REALISASI (unit)
PENCAPAIAN (%)
2005 576 491 85,24 2006 386 277 71,76
2007 390 280 71,79
2008 426 363 80,52
JUMLAH 1778 1391 78,23
Sumber : Database DPD REI Jawa Tengah Tahun 2008
Data pada tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa pencapaian realisasi
penjualan tiap tahun selama empat tahun terakhir belum mencapai target yang
diinginkan. Rata-rata pencapaian target selama kurun waktu empat tahun tersebut
adalah 78,23% atau baru terealisasi sebanyak 1391 unit dari 1778 unit yang
ditargetkan dengan pencapaian tertinggi sebesar 85,24% pada tahun 2005 dan
pencapaian terendah sebesar 71,76% pada tahun 2006.
Antara tahun 2005 sampai 2007 target dan realisasi penjualan rumah
mengalami penurunan karena pada kurun waktu tersebut pihak pengembang
sedang menyelesaikan pembangunan di kawasan Graha Taman Bunga dan Graha
Taman Pelangi, sehingga penjualan lebih difokuskan pada kawasan rumah kecil di
Bukit Jatisari (tipe 21-37) dimana puncak penjualannya terjadi pada tahun 2005
dan pada dua tahun berikutnya pengembang tinggal menghabiskan stok sisanya.
Pada tahun 2007 pengembang mulai melanjutkan pembangunan di kawasan Graha
Taman Bunga serta Graha Taman Pelangi tahap kedua dan ketiga dimana dua
kawasan ini adalah kawasan tipe rumah sedang dan besar. (tipe 40-250). Sehingga
pada tahun 2008 target dan realisasi penjualannya mulai naik lagi.
Suatu perusahaan harus selalu survive agar dapat terus bersaing dengan
perusahaan-perusahaan sejenis yang sama-sama bergerak dalam bisnis
perumahan. Penawaran PT Karyadeka Alam Lestari disertai dengan berbagai
faktor (atribut) yang diterapkan, hal itu digunakan oleh konsumen sebagai alat
untuk pengambilan keputusan pembelian produk. Karena banyaknya perusahaan
yang bergerak di bidang perumahan, maka perusahaan harus berhati-hati dalam
memahami sikap konsumen, jangan sampai terdengar berbagai macam keluhan
yang dapat merugikan perusahaan. Untuk mengetahui apakah produk perusahaan
telah memenuhi harapan konsumen, maka pengembang perlu mengetahui
bagaimana sikap konsumen terhadap atribut perumahan tersebut :
Tabel 1.2
Daftar Keluhan Konsumen Perumahan Secara Umum
Keluhan-Keluhan Konsumen
Perumahan
Konsumen
(orang)
Persentase (%)
Lokasi yang jauh dari pusat kota 30 30
Kurang tersedianya fasilitas umum
seperti pasar, sekolah, tempat
ibadah
25 25
Lingkungan yang tidak aman dan
tidak adanya petugas keamanan
(satpam)
20 20
Lokasi yang jauh dari transportasi
umum 15 15
Harga perumahan secara kredit
relatif mahal 10 10
Jumlah 100 100
Sumber : Data Primer, 2009
Dari data diatas yang diambil acak dari beberapa konsumen yang
tujuannya untuk sampel, dapat diketahui bagaimana tanggapan konsumen yang
diharapkan dapat diperoleh gambaran tentang sejauh mana kepuasan konsumen
terhadap atribut atau faktor-faktor perumahan. Setiap orang mempunyai sikap
yang berbeda-beda terhadap suatu objek yang sama. Perusahaan berusaha untuk
memuaskan selera konsumen dengan cara memenuhi kenyataan sesuai dengan
yang diharapkan. Hal ini harus benar-benar diperhatikan oleh perusahaan, sebab
semua itu menyangkut hubungan berkesinambungan dengan konsumen secara
tidak langsung karena menyangkut kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam
keputusan pembelian dan ingin mengetahui sejauh mana kepuasan konsumen
terhadap atribut-atribut perumahan.
Sehingga berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, maka dirasakan perlu
untuk membahas lebih lanjut mengenai “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Konsumen dalam Membeli Rumah”. (Studi Kasus di Perumahan Bukit
Semarang Baru, Semarang).
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak pada paparan yang telah dijelaskan sebelumnya, menunjukan
bahwa pencapaian realisasi penjualan tiap tahun selama 4 tahun terakhir belum
mencapai target yang diinginkan. Antara tahun 2005 sampai 2007 target dan
realisasi penjualan rumah mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan keluhan-
keluhan konsumen, khususnya pada faktor harga, lokasi, bangunan, dan
lingkungan.
Maksud dari rumusan masalah ini adalah memperjelas masalah yang akan
diteliti. Maka, dari masalah yang ada penulis membuat pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh harga, lokasi, bangunan, dan lingkungan terhadap
preferensi atau pilihan pada Perumahan Bukit Semarang Baru
2. Faktor apa yang dominan mempengaruhi pertimbangan konsumen dalam
memilih rumah, dalam hal ini Perumahan Bukit Semarang Baru
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh harga terhadap keputusan
pembelian rumah di Perumahan Bukit Semarang Baru
2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh lokasi terhadap keputusan
pembelian rumah di Perumahan Bukit Semarang Baru
3. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh bangunan terhadap
keputusan pembelian rumah di Perumahan Bukit Semarang Baru
4. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh lingkungan terhadap
keputusan pembelian rumah di Perumahan Bukit Semarang Baru
5. Untuk mengetahui faktor apa yang dominan terhadap keputusan pembelian
rumah di Perumahan Bukit Semarang Baru
1.3.2 Kegunaan penelitian ini adalah :
1. Bagi Perusahaan
Membantu mengevaluasi dan sebagai dasar acuan atau pertimbangan di
dalam menentukan strategi pemasaran yang dapat memenuhi selera dan
keinginan konsumen
2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti yang lain.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari peneliti terdiri dari 5 bab yaitu sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini beisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang landasan teori mengenai hal-hal
yang ada dalam penelitian terdahulu, kerangka penelitian,
dan hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini tentang variabel penelitian dan definisi
operasional, populasi, dan sampel, metode penentuan
sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data,
dan metode analisis data.
BAB IV : HASIL DAN ANALISIS
Bab ini berisi tentang deskripsi obyek penelitian, identitas
dan karakteristik responden, deskripsi variabel penelitian,
analisis data dan pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari analisi
dan pembahasan yang telah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pemasaran dan Konsep Pemasaran
Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana seseorang atau
kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan dan pertukaran produk dan nilai. (Philip Kotler, 1993 : 4)
William J. Stanton menyatakan bahwa :
Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis
yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan,
dan mendistibusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik
kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Definisi pemasaran tersebut didasarkan pada konsep-konsep inti sebagai
berikut (Philip Kotler, 1993 : 4) :
1. Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan
Titik tolak bagi disiplin pemasaran terletak pada kebutuhan dan keinginan
manusia, disamping itu manusia juga mempunyai permintaan yang kuat
akan sesuatu hal.
Kebutuhan adalah suatu keadaan dirasakanya ketiadaan kepuasaan dasar
tertentu. Kebutuhan tidak diciptakan oleh masyarakat atau produsen, tapi
sudah ada dan terlekat dalam tubuh manusia.
Keinginan adalah kehendak yang kuat akan pemuas yang spesifik terhadap
kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendalam.
Permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik yang didukung
dengan kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Keinginan berubah
menjadi permintaan bilamana didukung dengan daya beli.
2. Produk
Produk diartikan sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan kepada seseorang
untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan.
3. Utilitas
Utilitas (nilai kegunaan) adalah taksiran konsumen mengenai kapasitas
keseluruhan suatu produk untuk memuaskan kebutuhan.
4. Pertukaran dan Transaksi
Pertukaran adalah tindakan untuk memperoleh produk yang dikehendaki
dari seseorang dengan menawarkan suatu yang lain sebagai balasannya.
Pertukaran merupakan sebagai proses menciptakan nilai, artinya
pertukaran biasanya membuat kedua belah pihak menjadi lebih baik
daripada sebelum terjadi pertukaran. Sedangkan transaksi adalah unit dasar
dari pertukaran, transaksi merupakan perdagangan nilai-nilai diantara
kedua belah pihak.
5. Pasar
Pada mulanya istilah pasar diartikan sebagai tempat diman pembeli dan
penjual bertemu untuk mempertukarkan barang-barang mereka, namun
kemudian para ahli ekonomi menggunakan istilah pasar untuk menyatakan
sekumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi atas suatu
produk atau kelas produk tertentu. Pasar terdiri dari semua pelanggan
potensial yang mempunyai kebutuhan atau keinginan tertentu yang
mungkin bersedia dan mampu melibatkan diri dalam suatu pertukaran
guna memuaskan kebutuhan dan keinginan tersebut.
6. Pemasaran dan Pemasar
Pemasaran adalah semua kegiatan manusia yang dilakukan dalam
hubungannya dengan pasar. Sedangkan pemasar adalah seseorang yang
mencari sumber daya dari orang lain dan bersedia menawarkan sesuatu
yang bernilai sebagai imbalannya.
Definisi konsep pemasaran adalah kunci untuk mecapai tujuan organisasi
yang terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta
memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien
dibandingkan para pesaing. (Philip Kotler 1993 : 21)
Sedangkan menurut Basu Swastha dan Irawan 1990 : 10, menyatakan
bahwa konsep pemasaran adalah pemuas kebutuhan konsumen yang merupakan
syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.
2.1.2 Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku Konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka
dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi
dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Focus dari perilaku konsumen
adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya
mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang. (Cahyo Prabowo
2009)
Dua wujud perilaku konsumen :
1 Personal Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang
atau jasa untuk penggunaannya sendiri.
2. Organizational Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi
tersebut.
Para konsumen sangat beraneka ragam menurut usia, pendapatan, tingkat
pendidikan, pola perpindahan tempat, selera. Sangat bermanfaat bagi para
pemasar untuk membeda-bedakan kelompok konsumen yang memang berbeda-
beda, dan mengembangkan produk dan jasa yang disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen itu.
2.1.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian oleh Konsumen
Produsen mendalami berbagai hal yang mempengaruhi pembeli dan
mengembangkan suatu pengertian tentang bagaimana konsumen dalam
kenyataannya membuat keputusan pada waktu membeli sesuatu. Produsen
diharuskan mengetahui siapakah yang membuat keputusan itu, bagaimana tipe
keputusan pembelian, dan bagaimana langkah-langkah dalam proses membeli
tersebut.
Beberapa peranan seseorang dalam mempengaruhi sebuah keputusan
pembelian (Philip Kotler 1993 : 252) :
1. Pengambil Inisiatif (initiator) :
adalah orang yang pertama-tama menyarankan atau memikirkan gagasan
membeli produk atau jasa tertentu.
2. Orang yang mempengaruhi (influences) :
adalah orang yang pandangan atau nasihatnya diperhitungkan dalam
membuat keputusan akhir.
3. Pembuat Keputusan (decides) :
adalah seseorang yang pada akhirnya menentukan sebagian besar atau
keseluruhan keputusan membeli: apakah jadi membeli, apa yang dibeli,
bagaimana membeli, atau dimana membeli.
4. Pembeli ( buyer) :
adalah seseorang yang melakukan pembelian yang sebenarnya.
5. Pemakai (user) :
adalah seseorang atau beberapa orang yang menikmati atau memakai
produk dan jasa.
Tipe-tipe Perilaku Membeli :
1. Perilaku Membeli yang Kompleks
yaitu perilaku membeli yang kompleks bila mereka semakin terlibat dalam
kegiatan membeli dan menyadari perbedaan pentingdiantara beberapa
merek produk yang ada. Biasanya konsumen tidak banyak mengetahui
tentang penggolongan produk dan tidak banyak belajar tentang produk.
2. Perilaku Membeli yang Mengurangi Ketidakcocokan
yaitu perilaku membeli yang hanya melihat sedikit perbedaan dalam
merek. Keterlibatan yang mendalam disebabkan oleh kenyataan bahwa
barang yang di beli itu mahal harganya, jarang dilakukan dan berisiko.
3. Perilaku Membeli Berdasarkan Kebiasaan
yaitu perilaku membeli konsumen yang acuh, tanpa memandang
perbedaan nyata antara merek satu dengan yang lain. Konsumen tidak
melakukan pencarian informasi yang luas tentang berbagai merek, menilai
ciri-cirinya dan menimbang-nimbang keputusan namun konsumen malah
menerima informasi pasif yang biasanya dari sebuah iklan di televisi
atau koran.
4. Perilaku yang Mencari Keragaman
yaitu perilaku membeli yang tingkat keterlibatan konsumennya rendah,
tetapi ditandai oleh perbedaan merek yang nyata. Konsumen memiliki
beberapa kepercayaan memilih satu merek tanpa banyak penilaian dalam
membeli.
Tahap-tahap dalam Proses Keputusan Pembelian (Basu Swastha dan
Irawan 1990 : 120) :
1. Menganalisa Keinginan dan Kebutuhan Penganalisaan keinginan dan kebutuhan ini ditujukan terutama untuk
mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi atau
terpuaskan
2. Menilai Sumber-sumber
Tahap kedua dalam proses pembelian ini sangat berkaitan dengan lamanya
waktu dan jumlah uang yang tersedia untuk membeli.
3. Menetapkan Tujuan Pembelian Tahap ketika konsumen memutuskan untuk tujuan apa pembelian
dilakukan, yang bergantung pada jenis produk dan kebutuhannya
4. Mengidentifikasikan Alternatif Pembelian Tahap ketika konsumen mulai mengidentifikasikan berbagai alternatif
pembelian
5. Keputusan Membeli Tahap ketika konsumen mengambil keputusan apakah membeli atau tidak.
Jika dianggap bahwa keputusan yang diambil adalah membeli, maka
pembeli akan menjumpai serangkaian keputusan menyangkut jenis
produk, bentuk produk, merk, penjual, kuantitas, waktu pembelian dan
cara pembayarannya
6. Perilaku Sesudah Pembelian Tahap terakhir yaitu ketika konsumen sudah melakukan pembelian
terhadap produk tertentu.
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli (Slamet Mulyana
2009) :
1. Kebudayaan
Kebudayaan ini sifatnya sangat luas, dan menyangkut segala aspek
kehidupan manusia. Kebudayaan adalah simbul dan fakta yang kompleks,
yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi
sebagai penentu dan pengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat
yang ada.
2. Kelas sosial
Pembagian masyarakat ke dalam golongan/ kelompok berdasarkan
pertimbangan tertentu, misal tingkat pendapatan, macam perumahan, dan
lokasi tempat tinggal
3. Kelompok referensi kecil
Kelompok ‘kecil’ di sekitar individu yang menjadi rujukan bagaimana
seseorang harus bersikap dan bertingkah laku, termasuk dalam tingkah
laku pembelian, misal kelompok keagamaan, kelompok kerja, kelompok
pertemanan, dll
4. Keluarga
Lingkungan inti dimana seseorang hidup dan berkembang, terdiri dari
ayah, ibu dan anak. Dalam keluarga perlu dicermati pola perilaku
pembelian yang menyangkut:
a. Siapa yang mempengaruhi keputusan untuk membeli.
b. Siapa yang membuat keputusan untuk membeli.
c. Siapa yang melakukan pembelian.
d. Siapa pemakai produknya.
5. Pengalaman
Berbagai informasi sebelumnya yang diperoleh seseorang yang akan
mempengaruhi perilaku selanjutnya
6. Kepribadian
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai pola sifat individu yang dapat
menentukan tanggapan untuk beringkah laku
7. Sikap dan kepercayaan
Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap
penawaran produk dalam masalah yang baik ataupun kurang baik secara
konsisten. Kepercayaan adalah keyakinan seseorang terhadap nilai-nilai
tertentu yang akan mempengaruhi perilakunya
8. Konsep diri
Konsep diri merupakan cara bagi seseorang untuk melihat dirinya sendiri,
dan pada saat yang sama ia mempunyai gambaran tentang diri orang lain.
2.1.5 Pengertian Perumahan
(Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik
Indonesia No 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah
Sehat) adalah :
a. Rumah
Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga. Rumah sebagai tempat membina keluarga, tempat
berlindung dari iklim dan tempat menjaga kesehatan keluarga.
b. Rumah Sehat
Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan
teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni
rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan, sehingga memugkinkan
penghuni memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
c. Perumahan
Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan.
d. Permukiman
Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa
kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Beberapa pengertian perumahan yang lain :
a. Menurut UU RI No.4 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat (2), rumah mempunyai
arti bangunan dan lingkungan tempat tinggal dilengkapi dengan sarana dan
prasarana fasilitas yang memenuhi syarat-syarat guna mendukung kehidupan
manusia.
b. Menurut Arthur C.S. (Housing : Symbol, Structure, Site, 1990), filosofi
rumah sama dengan tubuh manusia yang membutuhkan penutup berupa
rumah atau shelter.
c. Menurut Sam Davis (The Form of Housing), rumah kemudian akan
disebut menjadi perumahan apabila menjadi sekumpulan kesatuan di atas
petak-petak lahan individu atau sebagai kelompok rumah gandeng atau
sebagai bangunan apartemen.
d. Menurut Y.B. Mangunwijaya (1995), rumah memang bisa dianggap
mesin, alat pergandaan produksi. Tetapi lebih dari itu, rumah adalah citra,
cahaya pantulan jiwa dan cita-cita kita. Ia adalah lambang yang
membahasakan segala yang manusiawi, indah dan agung dari dia yang
membangunnya; kesederhanaan dan kewajarannya yang memperteguh hati
setiap manusia. Rumah memang kita gunakan, namun lebih dari itu, rumah
adalah cerminan jiwa yang bermartabat.
Standar dan Ketentuan Perumahan :
Sebagai wadah kehidupan manusia, rumah dituntut untuk dapat
memberikan sebuah lingkungan binaan yang aman, sehat dan nyaman. Untuk
itulah Pemerintah dengan wewenang yang dimilikinya memberikan arahan,
standar peraturan dan ketentuan yang harus diwujudkan oleh pihak pengembang.
Pembangunan perumahan dapat dilaksanakan oleh pemerintah ataupun
pihak swasta. Sesuai dengan UU No 4 Tahun 1992, selain membangun unit
rumah, pengembang juga diwajibkan untuk :
a. Membangun jaringan prasarana lingkungan rumah mendahului pembangunan
rumah, memelihara dan mengelolanya sampai pengesahan dan penyerahan
kepada Pemerintah Daerah.
b. Mengkoordinasikan penyelenggaraan penyediaan utilitas umum.
c. Melakukan penghijauan lingkungan.
d. Menyediakan tanah untuk sarana lingkungan.
e. Membangun rumah.
Lokasi kawasan perumahan harus memenuhi beberapa persyaratan antara
lain :
a. Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, suara)
b. Dapat disediakan air bersih (air minum)
c. Memberikan kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya.
d. Mempunyai aksesbilitas yang baik.
e. Mudah dan aman mencapai tempat kerja.
f. Tidak berada di bawah permukaan air setempat
g. Mempunyai kemiringan yang rata.
Dalam menentukan lokasi kawasan perumahan harus pula diperhatikan
segi-segi seperti adanya tempat-tempat keramat / bersejarah dan penghidupan
penduduknya.
Selain itu, pembangunan diselenggarakan berdasarkan rencana tata ruang
wilayah perkotaan dan rencana tata ruang wilayah bukan perkotaan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah daerah.
Unsur-unsur permukiman :
Menurut C.A. Doxiadis (Time-SavernStandards for Urban Design,
McGraw-Hill, 1966), terdapat lima unsur permukiman, yang menurutnya cukup
tepat untuk sebuah pendekatan yang menyeluruh terhadap permukiman, unsur-
unsur itu disebut Ekistic Element, yaitu :
a. Individu (man)
Yang dimaksud disini adalah manusia sebagai individu, meliputi perempuan
dan laki-laki.
b. Masyarakat (society)
Kegiatan berhadapan dengan orang-orang dan saling berinteraksi dengan
kecenderungan populasi, menggolongkan perilaku, kebiasaan sosial, jabatan,
pendudukan, pendapatan, dan pemerintahan. Meningkatkan arti pentingnya
bermasyarakat adalah hal berharga yang tidak bisa dipisahkan dalam
komunitas masyarakat kecil setelah menjadi komunitas yang lebih besar
(permukiman).
c. Alam (nature)
Menghadirkan ekosistem untuk orang (individu) dan masyarakat beroperasi
dan menempatkan kota dan permukiman. Interelasi antara manusia, mesin,
permukiman dan alam adalah arti penting seperti halnya daya dukung daerah,
benua dan terakhir keseluruhan planet.
d. Pelindung (shells)
Pelindung digunakan sebagai istilah yang umum untuk semua bangunan dan
struktur.
e. Jaringan (network)
Jaringan untuk transportasi, komunikasi dan kegunaan mendukung
permukiman, mengikatnya bersama dengan organisasi dan struktur.
Perubahan sangat mempengaruhi pola kota dan sering juga pengembangan di
(dalam) jaringan dapat mengakibatkan pengembangan baru terhadap kota
besar dan masyarakatnya.
Doxiadis menemukan kesimpulan untuk permukiman manusia dari
perkataan Aristoteles, “bahwa sasaran permukiman untuk sebuah kota besar
adalah untuk membuat individu yang bahagia dan aman. Keselamatan tidaklah
hanya terbatas pada keselamatan dari peperangan, tetapi keselamatan dari
kejahatan, polusi dan bencana alam”. Doxiadis percaya bahwa untuk selamat,
untuk tinggal atau hidup dan untuk mencapai kebahagiaan, manusia membangun
permukiman yang selalu mengikuti prinsip pokok, yaitu prinsip dasar seorang
individu mencari kebahagiaan :
a. Kontak/interaksi maksimal (maximal contacts)
b. Usaha minimum (minimum effort)
c. Ruang optimal (optimum space)
d. Lingkungan yang berkualitas (quality of environment)
e. Optimal dalam mengkaji prinsip-prinsip (optimum in the synthesis of all
principles).
2.1.6 Pengertian Harga, Lokasi, Bangunan, dan Lingkungan
1. Harga
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa harga adalah
jumlah uang atau alat tukar lain yang senilai, yang harus dibayarkan untuk produk
atau jasa pada waktu tertentu dan di pasar tertentu.
Harga adalah satu-satunya unsur dalam bauran pemasaran yang
menghasilkan pendapatan penjualan. Pada perusahaan-perusahaan besar,
penetapan harga biasanya ditangani oleh manajer divisi atau lini produk, akan
tetapi pihak manajemen teras tetap menentukan tujuan dan kebijakan umum
mengenai harga jual, dan sering juga menyetujui usulan harga yang diajukan oleh
para manajernya (Philip Kotler 1998 : 120).
Terdapat enam langkah pokok dalam penetapan harga jual suatu produk
yang dapat dilakukan oleh produsen (Philip Kotler 1998 : 162), yaitu dengan :
a. Penetapan tujuan pemasaran. Seperti misalnya bertahan hidup, maksimalisasi
keuntungan jangka pendek, unggul dalam pangsa pasar, atau unggul dalam
kualitas produk.
b. Penentuan kurva permintaan yang akan memperlihatkan jumlah produk yang
akan dibeli di pasar dalam waktu tertentu, pada berbagai tingkat harga. Makin
inelastis permintaan, makin mampu perusahaan menaik - turunkan harganya.
c. Perusahaan memperkirakan perilaku biaya pada berbagai tingkat produksi
dan perilaku biaya dalam kurva pengalamannya.
d. Perusahaan menguji dan mengambil harga - harga pesaing sebagai dasar
penetapan harga jualnya sendiri.
e. Perusahaan memilih salah satu dari berbagai metode harga, yaitu : cost plus,
analysis break even dan target profit, perceived value, going rate dan sealed-
bid pricing.
f. Menentukan harga akhir yang harus mencerminkan cara-cara psikologis yang
paling efektif, harus mempertimbangkan reaksi-reaksi yang mungkin timbul
dari distributor, dealer, tenaga penjualan perusahaan, pesaing, pedagang dan
pemerintah.
Penetapan harga yang dilakukan oleh produsen, dalam hal ini developer
perumahan, memiliki beberapa tujuan (Peter, J.Paul & Olson, Jerry C, 2000 :
238), antara lain :
a. Meningkatkan penjualan
b. Menargetkan pangsa pasar
c. Keuntungan jangka panjang maksimum
d. Keuntungan jangka pendek maksimum
e. Pertumbuhan
f. Stabilisasi pasar
g. Menurunkan sensitivitas konsumen terhadap harga
h. Mempertahankan kepemimpinan harga
i. Menakut - nakuti pendatang baru
j. Mempercepat runtuhnya perusahaan - perusahaan marjinal
Ada dua komponen dasar yang dapat dilakukan oleh konsumen dalam
menafsirkan harga rumah secara rasional (Surowiyono, Tutu TW, 2007:101),
yaitu:
a. Harga tanah
1. Status tanah
Hal ini menyangkut surat tanah, apakah berupa Sertifikat atau Girik.
Sertifikat itu sendiri ada yang berupa Sertifikat Hak Milik dan Sertifikat
Hak Guna Bangunan. Dengan status yang berbeda-beda maka harga tanah
pun juga akan berbeda-beda.
2. Lokasi tanah
Dalam hal ini tidak membandingkan lokasi di pinggir kota dan di tengah
kota yang harganya sudah pasti berbeda. Tetapi lokasi tanah yang terkait
dengan NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak). Misalnya pada suatu kawasan
banyak terdapat NJOP yang sama tetapi harga jual tanahnya berbeda untuk
seluruh kawasan tersebut. Karena dalam kawasan itu ada tanah yang
terdapat dalam gang dan ada yang di tepi jalan besar. Contoh lain, ada
tanah yang terdapat pada lokasi yang sama tetapi salah satu tanah yang
dimaksud kondisinya ada di bawah permukaan jalan, jadi sebelum
dibangun harus diuruk dulu. Sehingga harganya lebih murah padahal
menurut NJOP mempunyai nilai yang sama.
b. Harga bangunan
1. Permanensi bangunan
Permanensi bangunan dibagi menjadi empat, yaitu bangunan tidak
permanen, semi permanen, permanen, dan monumental..
2. Usia bangunan
Semakin tua usia sebuah bangunan atau rumah maka akan semakin murah
harganya. Karena dianggap ada penyusutan (4% per tahun). Nilai
penyusutan ini bisa berubah, semakin terawat sebuah rumah, maka nilai
penyusutannya akan semakin kecil dan begitu juga sebaliknya.
3. Bentuk dan ukuran bangunan
Dari segi bentuk, sebaiknya konsumen menilai bentuk bukan dalam arti
model saja, tetapi juga pengorganisasian ruang. Dalam arti, apakah sudah
sesuai dengan kebutuhan atau belum. Dari segi ukuran sudah bisa
dipastikan bahwa semakin besar sebuah rumah maka harganya akan
semakin tinggi. Tetapi untuk rumah yang luasnya sama harganya bisa
berbeda - beda tergantung jumlah pembagian ruang di dalamnya.
Seperti dikutip dari penelitian Muhammad Taufik & Eduardus Tandelilin
(2007) bahwa harga merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi keputusan
pembelian. Hasil tersebut sejalan dengan hasil studi sebelumnya (Rahmawati,
2005) yaitu bahwa transaksi suatu barang terutama dipengaruhi oleh tingkat
harganya. Dan juga hukum permintaan yang menyatakan bahwa semakin rendah
harga barang maka akan semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut.,
ataupun sebaliknya (Arsyad, 1997 : 22)
H1 : Harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
2. Lokasi
Menurut Sudharto P. Hadi (2005 : 104) tahapan dalam pengembangan
permukiman secara garis besar dibagi ke dalam tahap perencanaan awal dan pada
tahap operasional (ketika permukiman telah mulai dihuni). Dilihat dari sisi
lingkungan, setidaknya ada dua persoalan yang muncul ketika letak pembangunan
permukiman telah diputuskan.
Pertama, apakah daerah tersebut layak secara ekologis. Karena banyak
permukiman yang dibangun di daerah yang seharusnya menjadi daerah konservasi
seperti di daerah perbukitan atau daerah resapan air. Sehingga menimbulkan
banjir dan berkurangnya cadangan air tanah.
Kedua, permukiman yang dibangun oleh suatu badan usaha (real estate)
hampir seluruhnya menempati daerah pinggiran kota. Menurut Leaf (1995)
kondisi ini dianggap memperburuk dampak lingkungan di perkotaan. Karena
menciptakan penghuni kota yang bergantung pada alat transportasi kendaraan
bermotor, terutama mobil.
UU No 4 Tahun 1992 dan PP No 29 Tahun 1986 tentang ketentuan pokok
pengelolaan lingkungan merupakan salah satu sarana untuk melakukan
pencegahan terhadap suatu rencana kegiatan, misalnya proyek yang mungkin
dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Dalam undang - undang tersebut
pengelolaan lingkungan hidup diwajibkan berpegang pada azas pelestarian
lingkungan yang serasi dan seimbang bagi peningkatan kesejahteraan manusia.
Hal ini berarti kegiatan pembangunan proyek dan pengoperasian unit hasil proyek
harus berpatokan pada wawasan lingkungan. Untuk mencapai maksud tersebut
diusahakan dengan cara sebagai berikut (Soeharto, Iman, 1996 : 371) :
a. Memperhatikan kemampuan daya dukung lingkungan lokasi proyek dan alam
di sekitarnya.
b. Mengelola penggunaan sumber daya secara bijaksana dengan merencanakan,
memantau, dan mengendalikan secara bijaksana.
c. Memperkecil dampak negatif dan memperbesar dampak positif.
Dua hal penting yang perlu diperhatikan sebagai dasar pertimbangan
lokasi (Surowiyono, Tutu TW, 2007:13) adalah kondisi lingkungan secara
geografis dan kondisi lingkungan menurut kebutuhan strategis.
a. Secara geografis
Setidaknya ada tiga hal pokok yang dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan untuk mencegah risiko besar yang dapat terjadi, yaitu :
1. Kelengkapan administrasi
2. Kondisi geografi
3. Kondisi geologi
b. Kebutuhan strategis
1. Kebutuhan Kepala Keluarga
2. Kebutuhan Ibu rumah tangga
3. Kebutuhan untuk anak
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Muhammad Taufik & Eduardus
Tandelilin (2007) menyatakan bahwa lokasi merupakan faktor penting yang
mempengaruhi permintaan perumahan, apakah lokasi tersebut berada dipusat
kota, dekat dengan sarana pendidikan atau tempat bekerja. Semakin strategis
lokasi perumahan tersebut maka semakin tinggi permintaan untuk pembelian
rumah tersebut.
H2 : Lokasi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
3. Bangunan
Fenomena desain bangunan tema arsitektur perumahan memang menjadi
tren yang berkembang pesat pada masa kini, hingga masing-masing perumahan
selalu tampil dengan desain bangunan tema tertentu untuk mengembangkan
lingkungannya. Perkembangannya desain arsitektur perumahan masa kini muncul
sebagai sebuah komoditi komsumsi manusia sehingga terjadi perubahan makna
fungsi hunian sebagai rumah tinggal yang dapat dikembangkan ruang-ruangnya
bertambah pada kenyamanan, keamanan, kebanggaan dan keindahan yang akan
ditempati.
Fenomena bangunan tematik berawal dari semakin tipisnya batas ruang
dan waktu di era teknologi informasi sehingga kita bisa melihat karya-karya
arsitektur di tempat yang berbeda hanya dengan berupa visualisasi gambar, hal ini
membuat sumber-sumber ide dapat diambil dari mana saja. Namun sampai sejauh
mana makna yang ingin ditampilkan perancang melalui visualisasi bangunan.
Gelombang arsitektur tematik dalam desain urban memang mempengaruhi
perilaku masyarakat, dimana berbagai ragam artefak fisik karya arsitektur yang
dilepas begitu saja dari konteks ruang geografis dan waktu kemudian direproduksi
sebagai komoditas yang saat ini banyak digunakan sebagai tema keseharian dalam
kompleks perumahan urban. Di Semarang sendiri fenomena ini pun sudah tumbuh
dari beberapa perumahan. Semua desain tersebut merupakan tawaran tempat
tinggal sekaligus menawarkan keindahan fisik bangunan yang berbeda. Namun
sampai sejauh mana makna yang ingin ditampilkan perancang melalui visualisasi
bangunan tersebut sampai kepada penggunanya, diperlukan wawasan yang lebih
luas tentang pentingnya pemahaman bahwa perancangan harus kembali kepada
manusia sebagai penggunanya, bila kita mengingat kembali teori Vitruvius
tentang venustas yang berarti keindahan, memang pengertian keindahan luas
sekali yang didalamnya terdapat ekspresi, proporsi, dan komposisi yang pada
prinsipnya masih tergantung dari persepsi pengamatnya seperti yang dikatakan
Raskin (1954). Maka dari itu diperlukan wawasan yang cukup bagi konsumen
yang akan membeli rumah untuk mengetahui sejauh mana nilai keindahan dari
bangunan tersebut.
Faktor untuk mempertimbangkan desain rumah yaitu dengan
memperhatikan bentuk denah rumah, luas lahan / luas bangunan, tampak rumah.
Yang perlu menjadi perhatian adalah :
• Kemungkinan pengembangan rumah (luasan tanah yang besar memberikan
konsumen berbagai pilihan untuk memperluas rumah).
• Perhatikan luas setiap ruangan (bisa dengan leluasa menata interior
ruangan).
• Tampak rumah (membuat rumah bisa tampil unik, menarik dan
merepresentasikan jati diri)
• Kapasitas rumah dan jumlah orang yang akan tinggal.
• Perawatan berkala terhadap rumah anda.
Sebagai pembeli atau konsumen tentu akan merasa puas apabila
mendapatkan kondisi rumah seperti yang diinginkan apalagi sesuai gambar pada
brosur. Bangunan untuk Rumah Sehat pada perumahan biasanya terdapat dua tipe
yakni standar dan peningkatan mutu. Maksud tipe standar :
• bangunan 1 lantai memiliki jumlah ruang dan kelengkapan bangunan
sesuai type
• memiliki lantai dengan perkerasan semen
• dinding bata/batako belum dilakukan finishing/ cat dinding
• atap genteng dengan warna standar
• memiliki sambungan listrik
• memiliki sumber air bersih
• memiliki saluran pembuangan air kotor dan septic tank.
Sedangkan untuk tipe peningkatan mutu perbedaanya hanya terletak pada
• Lantai sudah ditingkatkan menjadi lantai keramik
• dinding sudah ditingkatkan dengan finishing cat dinding
• Kamar mandi /wc sudah memakai lantai dan dinding keramik
• atap genteng sudah memakai warna tertentu.
Kualitas bahan bangunan dan desain bangunan menjadi pertimbangan
konsumen karena kualitas yang baik akan memberikan ketahanan dan kenyaman
dalam rumah, serta desain bangunan yang sesuai dengan kriteria konsumen akan
berpangaruh terhadap harga rumah itu dan akhirnya mempengaruhi keputusan
pembelian akan rumah tersebut, seperti dikutip dari hasil penelitian terdahulu
yang dilakukan Efendi (1996).
H3 : Bangunan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
4. Lingkungan
Dalam AMDAL di Negeri Belanda, istilah lingkungan digunakan menurut
dua pengertian. Dalam peraturan perundangan lingkungan diberi arti ”keseluruhan
air, tanah, udara, manusia, hewan, tumbuhan, barang beserta nasabah antar
masing-masing” (Anon, 1987).
Di dalam Ketentuan Umum Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1982
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan
hidup adalah ”kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk
hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan mahluk hidup
lainnya”. Pengertian ini mirip dengan yang digunakan dalam peraturan
perundangan Negeri Belanda dan menyiratkan pengertian ekosistem.
Dengan demikian maka pengelolaan lingkungan bermakna pengaturan
keadaan komponen lingkungan masing-masing dan saling nasabahnya untuk
memperoleh maslahat sebaik-baiknya secara berkelanjutan bagi perikehidupan
manusia. Menurut tinjauan produksi, istilah lingkungan dapat dipadankan dengan
istilah lahan. Lahan ialah keseluruhan lingkungan alamiah dan budaya yang di
dalamnya dilangsungkan kegiatan berproduksi (Shoper & Baird, 1978).
Melihat tren perkembangan perumahan sekarang yang memiliki pengaruh
gaya berbagai macam aliran, sering kali melupakan bahwa gaya yang diterapkan
kadang tidak sesuai dengan kondisi iklim tropis di Indonesia. Membangun di
daerah dengan iklim tropis seperti Indonesia, diperlukan pengolahan terhadap
kendala yang disebabkan oleh kondisi iklim tropis. Panas sinar matahari yang
berlebih, curah hujan yang tinggi, dan kelembaban udara yang tinggi, semua ini
perlu ditangani. Tentunya dengan kombinasi dari potensi alam dan desain
arsitektural yang tepat akan menciptakan suatu hunian yang nyaman. Prioritas
untuk merespon iklim tropis dalam perancangan arsitektural kawasan perumahan
sangatlah penting karena faktor ini akan berpengaruh langsung terhadap
kenyamanan lingkungan perumahan yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap
rumah – rumah yang ada.
Beberapa faktor yang menjadi bagian penting dalam merespon iklim tropis
dalam perancangan perumahan adalah :
1. Perbandingan ruang terbuka (areal hijau) dan ruang tertutup yang ideal.
Fungsi dari areal hijau ini untuk mengurangi panas matahari pada
lingkungan dan juga sebagai barier terhadap polusi udara sehingga kualitas
udara dalam lingkungan dapat dijaga.
2. Desain penataan rumah pada master plan perumahan juga menjadi bagian
yang bisa membantu merespon iklim tropis, misalnya dengan
memperhatikan garis edar matahari, maka penataan kapling rumah dibuat
dengan orientasi utara-selatan (cara ini mampu mengurangi beban rumah
dalam mengatasi panas matahari yang berlebihan)
3. Desain arsitektural rumah tinggal yang merespon tren gaya terkini sesuai
dengan permintaan pasar tetapi juga tetap merespon kondisi iklim dengan
melakukan beberapa penyesuaian desain.
Beberapa kriteria jenis lingkungan yang baik untuk dihuni :
• Pepohonan atau taman lingkungan (green area). Tentunya akan lebih
nyaman bila lingkungan tempat tinggal asri, teduh sehingga tidak panas,
ingatlah bahwa pepohonan yang lebat dan tinggi merupakan barier
(penghalang) yang baik terhadap polusi debu.
• Lebar jalan masuk perumahan dan lebar jalan lingkungan, jalan yang lebar
memberikan kemudahan sirkulasi berkendara, dan setidaknya tidak perlu
was-was saat berkendara
• Kepadatan lalu lintas di lingkungan perumahan dan didepan rumah.
Berpengaruh terhadap tingkat kebisingan dan keamanan. Bisa jadi tidak
bisa tidur dengan tenang karena berisik dan anak tidak leluasa bermain
sepeda.
• Sarana dan Prasarana pendukung. Bisa jadi perumahan yang dilirik tidak
menyediakan sarana – sarana pendukung seperti ; kompleks pertokoan,
pusat kebugaran, tempat rekreasi, dan lainnya. Hal ini dapat menjadikan
konsumen toleransi bila didaerah sekitar perumahan ada tempat – tempat
pendukung yang memenuhi kebutuhan lebih baik.
Menurut Hall et.al (2000) ukuran yang sering digunakan indikator-
indikator lingkungan yang baik yaitu terkait dengan kondisi jalan dan lingkungan
ketetanggaan hidup (liveable), penataan bangunan, kepadatan lingkungan,
integrasi aktivitas berhuni, tempat kerja, belanja, umum, spiritual, dan rekreasi.
Indikator-indikator tersebut berpengaruh terhadap rumah yang akan dihuni. Dalam
penelitian Adib Abadi (2001) faktor lingkungan merupakan salah satu faktor
penting yang mempengaruhi keputusan pembelian rumah.
H4 : Lingkungan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang penulis ambil sebagai pembanding yaitu :
1. Muhammad Taufiq & Eduardus Tandelilin (2007) dalam penelitian
tentang ” Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transaksi Rumah Sederhana
Tipe 36 di Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah.” Tujuan dari
penelitian itu yaitu menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan konsumen dalam pembelian rumah terdiri dari Harga, Jarak
rumah, Kepadatan penduduk, Jumlah rumah tangga, PDRB per kapita,
dummy. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut
menggunakan Regresi.
Hasil dari analisa tersebut diketahui bahwa faktor PDRB per kapita yang
paling dominan diantara faktor yang lain dikarenakan pertumbuhan tingkat
kepadatan penduduk yang signifikan. Sedangkan kenaikan harga
berpengaruh negatif terhadap keputusan pembelian rumah.
2. Eri Susanti (2003) dalam penelitian tentang ” Analisis Persepsi Konsumen
Terhadap Kualitas Produk Keramik Milan Di Surabaya.” Dalam penelitian
ini diukur pengaruh variabel Kualitas produk, Manfaat inti, Produk
generik, Produk harapan, Produk tambahan, Produk potensial terhadap
Persepsi Konsumen. Alat analisi yang digunakan yaitu Regresi.
Hasil dari analisa tersebut dapat dilihat bahwa semua variabel tersebut
berpengaruh positif terhadap persepsi konsumen. Sedangkan variabel yang
paling berpengaruh terhadap persepsi konsumen adalah variabel kualitas
produk.
3. Adib Abadi (2001) dalam penelitian tentang ” Menuju Lingkungan
Perumahan Perkotaan yang Berkualitas.” Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas
lingkungan perumahan yang terdiri dari faktor prasarana dasar dan utilitas
lingkungan. Alat analisis yang digunakan yaitu Regresi.
Hasil dari analisa ini diketahui bahwa ketersediaan prasarana dasar
berpengaruh negatif terhadap kualitas lingkungan perumahan. Sedangkan
utilitas lingkungan juga belum berpengaruh positif terhadap lingkungan
perumahan dikarenakan masih banyaknya rumah tak berpenghuni atau
kosong yang menyebabkan lingkungan perkotaan tidak sehat secara
ekologis.
4. Efendi (1996) dalam penelitian tentang “Analisa Lima Faktor Terhadap
Pembelian Rumah Sederhana dan Sangat Sederhana.” Dalam penelitian ini
yang diukur pengaruh variabel produk (x1), harga (x2), tempat (x3),
promosi (x4), dan pribadi (x5) terhadap pembelian rumah sederhana dan
sangat sederhana. Alat analisis yang digunakan yaitu Regresi.
Hasil dari analisa ini diketahui bahwa faktor harga merupakan faktor yang
dominan mempengaruhi pembelian rumah sederhana dan sangat
sederhana. Sedangkan produk, harga, tempat, promosi memiliki
sumbangan terhadap keputusan pembelian.
5. Sri Kurniasih (1987) dalam penelitian tentang ” Usaha Perbaikan
Pemukiman Kumuh di Petukangan Utara-Jakarta Selatan.” Dalam
penelitian ini, peneliti ingin meneliti sejauh mana tingkat kekumuhan
pemukiman yang terdapat di Petukangan Utara-Jakarta Selatan. Alat
analisis yang digunakan yaitu Regresi.
Hasil dari analisa ini diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap tingkat kekumuhan pemukiman adalah faktor ekonomi penduduk,
jumlah penduduk, kondisi jalan, kondisi bangunan, kerapatan bangunan,
sanitasi, drainase, ruang terbuka, kebersihan lingkungan, dan rehabilitas
lingkungan. Faktor-faktor tersebut berpengaruh positif terhadap tingkat
kekumuhan pemukiman.
2.3 Kerangka Pemikiran
Dari Landasan Teori diatas peneliti menggunakan 4 faktor yang dirasa
penting untuk diteliti lebih lanjut, yaitu faktor harga, lokasi, bangunan, dan
lingkungan. Faktor-faktor tersebut secara tidak sadar saling berurutan dan
berpengaruh penting sebagai pertimbangan konsumen dalam melakukan
keputusan pembelian rumah. Maka dari itu, peneliti mencoba menganalisa lebih
lanjut dan guna memudahkan suatu penelitian maka dibawah ini digambarkan
kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran Teoritis diatas menjelaskan bahwa Keputusan
Pembelian (Y) dipengaruhi oleh Faktor Harga (X1), Lokasi (X2), Bangunan (X3),
dan Lingkungan (X4).
Lokasi (X2)
Bangunan (X3)
Lingkungan (X4)
Harga (X1)
Keputusan Pembelian
(Y)
H1
H2
H3
H4
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara suatu masalah penelitian, dirumuskan
dalam pernyataan yang dapat diuji dan menjelaskan hubungan dua perubah atau
lebih. (Hermawan Wasito, 1993). Karena hipotesis masih merupakan jawaban
sementara maka perlu dibuktikan kebenarannya.
Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
H1 : Harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
H2 : Lokasi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
H3 : Bangunan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
H4 : Lingkungan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel dan konsep yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
variabel-variabel harga, lokasi, bangunan, dan lingkungan. Sedangkan definisi
operasional adalah penyebaran konsep dalam kegiatan yang lebih kongkret. Hal
ini dilakukan dengan mencari indikator yang tepat dari masing-masing variabel
sehingga variabel-variabel tersebut dapat dihitung dengan tepat. Adapun definisi
operasional variabel harga, lokasi, bangunan, dan lingkungan tersebut adalah :
1. Harga
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa harga adalah
jumlah uang atau alat tukar lain yang senilai, yang harus dibayarkan untuk produk
atau jasa pada waktu tertentu dan di pasar tertentu. Harga adalah satu-satunya
unsur dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan penjualan (Philip
Kotler 1998 : 120).
Adapun indikator dari variabel harga adalah :
a. Kesesuaian harga dengan daya beli
b. Kesesuaian harga dengan kualitas bangunan
c. Kesesuaian harga melalui uang muka yang ringan
d. Kesesuaian harga melalui jangka waktu kredit yang lama
2. Lokasi
Lokasi merupakan daerah atau tempat dimana sesuatu (dalam hal ini
Perumahan Bukit Semarang Baru) berada. Dua hal penting yang perlu
diperhatikan sebagai dasar pertimbangan lokasi (Surowiyono, Tutu TW, 2007:13)
adalah kondisi lingkungan secara geografis dan kondisi lingkungan menurut
kebutuhan strategis. Dari situ disusun indikator-indikator yang terkait dalam
penentuan lokasi perumahan.
Adapun indikator dari variabel lokasi adalah :
a. Kedekatan dengan sarana transportasi umum
b. Kedekatan dengan tempat rekreasi
c. Kedekatan dengan tempat bekerja
d. Kedekatan dengan sekolahan atau kampus
e. Kedekatan dengan tempat hiburan
3. Bangunan
Bangunan atau rumah merupakan produk yang ditawarkan oleh
perusahaan. Perkembangan desain arsitektur perumahan sekarang ini kini muncul
sebagai sebuah komoditi konsumsi manusia sehingga terjadi perubahan fungsi
makna hunian sebagai rumah tinggal yang dapat dikembangkan ruang-ruangnya
bertambah pada kenyamanan, keamanan, kebanggaan dan keindahan yang akan
ditempati. Seperti teori Vitruvius tentang venustas yang berarti keindahan,
memang pengertian keindahan luas sekali yang didalamnya terdapat ekspresi,
proporsi, dan komposisi yang pada prinsipnya masih tergantung dari persepsi
pengamatnya seperti yang dikatakan Raskin (1954). Seperti dikutip dari hasil
penelitian terdahulu yang dilakukan Efendi (1996) bahwa kualitas bahan
bangunan dan desain bangunan menjadi pertimbangan konsumen karena kualitas
yang bangunan yang baik dan sesuai selera dapat memberikan kenyaman berhuni,
serta desain bangunan yang sesuai dengan kriteria konsumen akan berpangaruh
terhadap pilihan konsumen.
Adapun indikator dari variabel bangunan adalah :
a. Kualitas bangunan terjamin
b. Desain rumah menarik
c. Daya tahan bangunan terjamin
d. Sanitasi lancar
e. Garasi untuk kendaraan luas
4. Lingkungan
Dalam AMDAL di Negeri Belanda, istilah lingkungan digunakan menurut
dua pengertian. Dalam peraturan perundangan lingkungan diberi arti ”keseluruhan
air, tanah, udara, manusia, hewan, tumbuhan, barang beserta nasabah antar
masing-masing” (Anon, 1987). Menurut tinjauan produksi, istilah lingkungan
dapat dipadankan dengan istilah lahan. Lahan ialah keseluruhan lingkungan
alamiah dan budaya yang di dalamnya dilangsungkan kegiatan berproduksi
(Shoper & Baird, 1978). Melihat tren perkembangan perumahan sekarang yang
memiliki pengaruh gaya berbagai macam aliran, sering kali melupakan bahwa
gaya yang diterapkan kadang tidak sesuai dengan kondisi iklim tropis di
Indonesia. Tentunya dengan kombinasi dari potensi alam dan desain arsitektural
yang tepat akan menciptakan suatu hunian yang nyaman. Menurut Hall et.al
(2000) untuk mengukur kualitas lingkungan yang terkait dengan situasi
perumahan biasanya digunakan indikator-indikator visual yang terkait dengan
situasi perumahan dan proses-proses yang terjadi di dalamnya.
Adapun indikator dari variabel lingkungan adalah :
a. Kondisi lingkungan ketetanggaan yang hidup (liveable)
b. Kondisi jalan yang baik
c. Kondisi saluran air (selokan diluar rumah) yang baik
d. Kondisi taman yang baik
3.2 Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya
akan diduga (Singarimbun dan Efendi, 1995). Sedangkan sampel merupakan
bagian dari populasi. Dalam penyusunan skripsi ini penelitian dilakukan di
Perumahan Bukit Semarang Baru, Semarang, populasi dalam penelitian ini adalah
jumlah konsumen yang telah membeli rumah di perumahan Bukit Semarang Baru
sejak tahun 2005 sampai 2008. Yaitu sebanyak 1391 unit rumah yang dihuni yang
mencakup seluruh tipe rumah yang dibangun di setiap cluster. Adapun
pengambilan sampel yang dilakukan dengan Metode Sampling Proporsional
(Sampling Proportional Methode), artinya pembagian secara merata pada populasi
dalam pengambilan sampel (Sudjana, 1988 :73).
Untuk menentukan jumlah sampel digunakan metode penelitian
multivariate (Roscoe 1975 dalam Sekaran,2003, Hair dkk, Tabachic & Fidell)
yaitu penelitian yang besarnya sampel ditentukan sebanyak 25 kali variabel
independen. Analisis regresi dengan 4 variabel independen membutuhkan
kecukupan sampel sebanyak 100 sampel responden.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian yaitu pihak
manajemen dan pendapat responden mengenai harga, lokasi bangunan,
lingkungan seta pilihan konsumen pada Perumahan Bukit Semarang Baru,
Semarang.
2. Data Sekunder
Data yang telah diolah pihak lain diluar penelitian ini, yaitu yang
berkenaan dengan gambaran umum PT. Karyadeka Alam Lestari, meliputi
sejarah dan perkembangan singkat struktur organisasi.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara wawancara
terhadap responden menggunakan kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini
dengan memberikan atau menyebar daftar pertanyaan kepada responden, dengan
harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.
Pertanyaan dalam kuesioner menggunakan skala 1-5 untuk mewakili pendapat
dari responden.
Nilai untuk skala tersebut adalah:
a. Sangat Setuju : 5
b. Setuju : 4
c. Netral : 3
d. Tidak Setuju : 2
e. Sangat Tidak Setuju : 1
3.5 Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis
kuantitatif, yaitu analisis yang dapat diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori
yang berwujud angka yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran
kuantitatif yang kokoh (Husein Umar, 1997)
3.5.1 Uji Validitas
Valid berarti instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini menggambarkan kesesuaian
sebuah pengukur data dengan apa yang akan diukur (Augusty Ferdinand, 2006).
Rumusnya adalah sebagai berikut:
( )[ ] ( )[ ]∑ ∑∑ ∑
∑ ∑ ∑−−
−=
2222
)()(
YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi product moment antara X dan Y
X = Skor Pernyataan setiap nomor
Y = Skor total
N = Jumlah responden
Dengan degree of freedom (df) = (n-2) dan alpha = 0,05 maka:
• Variabel dikatakan valid jika r hitung positif dan rhitung > rtabel
• Variabel dikatakan tidak valid jika r hitung tidak positif dan rhitung <
rtabel (Imam Ghozali, 2007)
3.5.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas mengandung pengertian bahwa sebuah instrumen dapat
mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Jadi, kata
kunci untuk syarat kualifikasi suatu instrumen pengukuran adalah konsistensi,
atau tidak berubah-ubah (Sugiyono, 2004).
Rumus umumnya (Sugiyono, 2004) adalah sebagai berikut:
∂
∂−
−= ∑
tb
kkr 2
2
11 11
Keterangan :
r11 = Realibilitas instrumen
k = Banyaknya butir pernyataan
∑∂ b2 = Jumlah varian butir
t2∂ = Varian total
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
cronbach Alpha > 0,60 (Imam Ghozali, 2007).
3.5.3 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel-variabel bebas. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen
(Imam Ghozali, 2007). Dalam penelitian ini teknik untuk mendeteksi ada
atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah dengan
melihat nilai Variance Inflantion Faktor (VIF) dan nilai tolerance. Apabila
nilai tolerance mendekati 1, serta nilai VIF disekitar angka 1 serta tidak
lebih dari 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas
antara variabel bebas dalam model regresi (Singgih Santoso, 2004).
2. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau penyebaran data statistik pada sumbu diagonal
dari grafik distribusi normal (Imam Ghozali, 2007)
Pengujian normalitas dalam penelitian ini digunakan dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif
dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data normal.
Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas data adalah:
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
3.5.4 Pengujian Hipotesis
1. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
secara bersama terhadap variabel dependen.
Kriteria untuk menguji hipotesis adalah (Imam Ghozali, 2007):
1. Membuat hipotesis untuk kasus pengujian F-test di atas, yaitu:
Perumusan Hipotesis
- Ho : b = 0 : tidak ada pengaruh antara variabel independen secara
bersama terhadap variabel dependen.
- H1 : b > 0 : ada pengaruh positif antara variabel independen secara
bersama terhadap variabel dependen.
2. Menentukan F tabel dan F hitung.
3. Dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 % atau taraf signifikansi
sebesar 5 %, maka:
- apabila F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, berarti masing-masing
variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat.
- apabila F hitung < F tabel, maka Ho di terima, berarti masing-masing
variabel bebas secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel terikat.
2. Uji t
Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Imam Ghozali, 2007).
Hipotesis akan diuji dengan taraf nyata α = 5 persen
H0 : b = 0 (tidak ada pengaruh antara variabel independen secara individu
terhadap variabel dependen)
H1 : b > 0 (ada pengaruh positif antara variabel independen secara
individu terhadap variabel dependen)
Dasar pengambilan keputusan dapat dengan dua cara:
1. Dengan membandingkan t hitung dan t tabel.
• Apabila t hitung > t tabel, maka ada pengaruh antara variabel X masing-
masing dengan variabel Y. (H0 ditolak dan H1 diterima)
• Apabila t hitung < t tabel, maka tidak ada pengaruh antara variabel X
masing-masing dengan variabel Y. (H0 diterima dan H1 ditolak)
2. Dengan menggunakan angka signifikasi
• Apabila angka signifikasi < 0,05 maka H1 diterima.
• Apabila angka signifikasi > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
3.5.5 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis apakah
variabel independen (harga, lokasi, bangunan, dan lingkungan) secara bersama
mempengaruhi variabel dependen yaitu keputusan pembelian.
Rumus matematis regresi linear berganda yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
Y = b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4
Dimana :
Y = Keputusan Pembelian
b1 = Koefisien regresi Harga
b2 = Koefisien regresi Lokasi
b3 = Koefisien regresi Bangunan
b4 = Koefisien regresi Lingkungan
X1 = Harga
X2 = Lokasi
X3 = Bangunan
X4 = Lingkungan
3.5.6 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi ( R2 ) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2007 ).
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
Perumahan Bukit Semarang Baru dibangun oleh sebuah pengembang yang
bernama PT Karyadeka Alam Lestari atau yang biasa disingkat menjadi PT KAL.
Kantor pusat PT KAL berkedudukan di Jakarta, tepatnya di Gedung Cyber lantai
11 Jl. Kuningan Barat No. 8 Jakarta 12710. Sedangkan kantor yang ada di
Semarang merupakan kantor pemasaran dan proyek yang terletak di Ruko Taman
Niaga BSB Blok B No 1-6 Jl. RM Hadi Subeno Sosrowardoyo Semarang 50212.
Sejak jaman penjajahan Belanda kebun karet yang terdapat di Kecamatan
Mijen dikelola oleh PT Tatar Anyar Indonesia. Tetapi pada tahun 1995
perusahaan tersebut merestrukturisasi usahanya dan akan berkonsentrasi pada
perkebunan teh saja. maka kepemilikan dan pengelolaan Kebun Karet Mijen
beralih kepada PT. Greenvalley Indah Estate, berkedudukan di Jakarta dimana
saham PT. Greenvalley Indah Estate dipegang oleh PT. Karyadeka Griya Semesta
dan PT. Karyadeka Pancamurni.
PT. Greenvalley Indah Estate secara resmi mengambil alih Kebun Karet
Mijen dari PT. Tatar Anyar pada tanggal 26 Maret 1996 dengan melaksanakan
Penandatanganan Akta Jual beli di hadapan Direktur Pendaftaran Hak Atas Tanah
Djoko Walijatun yang bertindak sebagai PPAT. Ijin untuk pemindahan Hak Guna
Usaha didapat setelah keluar Surat Keputusan Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional No.5-VIII-1996 dan No.6-VII-1996 tanggal 03 September
1996 tentang pemberian ijin pemindahan Hak Guna Usaha (HGU) dari PT. Tatar
Anyar Indonesia kepada PT. Greenvalley Indah Estate untuk tanah kebun seluas
149.3 ha di Kel. Trisobo dan Kertosari Kab. Kendal dan tanah seluas 868.4 Ha di
Kel. Mijen, Ngadirgo, Tambangan, Kedungpani Semarang menjadi daerah sub
urban.
Pada tahun 1997 nama PT. Greenvalley Indah Estate diganti menjadi PT.
Karyadeka Alam Lestari melalui RUPS Luar Biasa yang dinyatakan dalam Akta
No.258 Tanggal 27 Mei 1997 dan telah mendapat pengesahan dari Menteri
Kehakiman melalui Keputusan No. C2-5519.HT.01.04 Tahun 1997 dan
diumumkan dalam Lembaran Negara RI No.4 Tahun 1998. Dasar hukum
pengelolaan Kebun Karet oleh PT. Karyadeka Alam Lestari adalah sebagai
berikut :
1. Persetujuan Menteri Negara Penggerak Investasi/Ketua BKPM
No.220/III/PMDN/1997 perihal persetujuan perubahan rencana proyek (dari
pengolahan kebun karet menjadi usaha di bidang perumahan dan kawasan
industri terpadu).
2. Persetujuan prinsip pembangunan perumahan terpadu No. 590/3087 tanggal
11 Juni 1997 yang dikeluarkan oleh Walikota Semarang.
3. Ijin Lokasi No. 460.5/30/II/1997 dari Kepala Badan Pertanahan Nasional
Semarang kepada PT. Karyadeka Alam Lestari untuk keperluan
pembangunan perumahan terpadu seluas + 1000 Ha.
4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : KEP-10/MENLH/05/1999
tentang persetujuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL), dan Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup (RPL) regional Pembangunan Kota Baru Bukit Semarang
Baru oleh PT. Karyadeka Alam Lestari.
Selain perumahan BSB Grup PT Karyadeka juga memiliki proyek
pembangunan lain seperti pembangunan Gedung Cyber di Jl. Kuningan Jakarta,
Menara Karya, Menara Kadin dan Gedung Cyber 2 yang terletak di Jl. HR Rasuna
Said Jakarta, Puri Metropolitan di daerah Jakarta Selatan dan lain lain.
Adapun tujuan, visi, dan misi dari perusahaan:
Tujuan Umum
PT Karyadeka Alam Lestari bermaksud untuk menjalankan usahanya dalam
bidang pembangunan yang meliputi bidang arsitektur, perencanaan dan
pelaksanaan berbagai bangunan antara lain gedung-gedung, hotel, dan real
estate.
Tujuan Khusus
PT Karyadeka Alam Lestari bergerak di bidang perumahan, yaitu sebagai
pengembang yang mengadakan dan menjual rumah, baik dengan sistem
kredit melalui KPR maupun tunai.
Visi
Visi adalah suatu pernyataan umum dan abadi tentang maksud organisasi
(Handoko, Hani, 1984 : 108). Sedangkan visi dari PT Karyadeka Alam
Lestari adalah “Mewujudkan pembangunan kawasan Perkotaan Terpadu
yang terkemuka di Jawa Tengah”.
Misi
Misi adalah peran yang dimainkan oleh perusahaan sekaligus memuat tujuan
yang hendak dicapai oleh perusahaan itu sendiri. Setiap perusahaan memiliki
misinya masing-masing, begitu juga dengan PT Karyadeka Alam Lestari.
Berikut adalah misinya :
• Membuat perencanaan perkotaan yang modern, terpadu, komprehensif
dan berwawasan lingkungan
• Membangun infrastrukurtur dan fasilitas perkotaan untuk mendukung
pembangunan kawasan hunian, niaga, industri dan rekreasi yang
berwawasan lingkungan
• Menerapkan prinsip-prinsip township governance dengan konsisten dan
berkelanjutan
• Memasarkan dan menjual produk-produk dengan konsep perkotaan BSB
• Meningkatkan kualitas hidup masyarakat Semarang dengan dukungan
sarana dan prasarana serta fasilitas perkotaan dan governance yang
modern, berkualitas dan terpadu
Adapun letak dari Perumahan Bukit Semarang Baru : Secara geografis BSB terletak di Kecamatan Mijen yang berbatasan dengan
Kelurahan Wonolopo dan Wonoplumbon di sebelah barat, Kecamatan Gunungpati
di sebelah timur, Kecamatan Ngaliyan di sebelah utara, serta Kelurahan
Cangkiran, Tambangan dan Purwosari di sebelah selatan.
Proyek BSB terletak pada lahan perkebunan karet yang memiliki
kemiringan lahan sampai dengan 30% dan berada pada ketinggian 200-250 meter
di atas permukaan laut. Kondisi lapisan tanah yang ada menunjukkan kawasan
pengembangan BSB sebagai daerah resapan lokal. Air yang meresap dari tanah
permukaan tidak masuk dalam area resapan utama, tetapi akan keluar lagi karena
tertahan lapisan batuan yang kedap menuju anak sungai ataupun menjadi mata air.
Pembangunan Kota BSB berdampak pada menurunnya kemampuan tanah dalam
menyimpan air, oleh karena itu perusahaan melakukan beberapa usaha untuk
menjaga fungsi potensi alam yang ada, antara lain dengan :
a. Pembuatan danau-danau retensi yang berfungsi sebagai area resapan air
secara keseluruhan, pengatur aliran air yang masuk ke badan sungai atau
sistem drainase kota, dan sumber irigasi bagi lahan pertanian di sekitarnya.
b. Pembuatan sumur resapan di setiap rumah yang dibangun untuk membantu
penyerapan air.
c. Pembatasan lahan dengan kemiringan landai untuk mengurangi kecepatan
aliran air yang menuju danau dan mengurangi dampak erosi.
d. Membangun kebun pembibitan untuk memenuhi kebutuhan lansekap di
berbagai kawasan di BSB.
Kondisi geologi Kecamatan Mijen berada pada Zona Stabil. Daerah ini
mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terjadi gerakan tanah.
Umumnya pada zona ini sangat jarang atau tidak pernah terjadi gerakan tanah
baik gerakan tanah lama maupun baru.
Berdasarkan karakteristik geologis tanah yang ada, kawasan Mijen bukan
merupakan kawasan yang memiliki potensi terjadi amblesan tanah (land
subsidence) seperti halnya pada daerah pantai atau daerah Semarang bawah.
Selain itu kawasan Mijen juga aman terhadap genangan air rob dan intrusi air laut
karena berada pada daerah perbukitan dengan ketinggian 200-250 m di atas
permukaan laut.
Lokasi pengembangan Perumahan BSB dibagi menjadi dua lokasi. Di
bagian selatan merupakan kawasan pengembangan Jatisari, lahan yang digunakan
seluas 137,5 Ha dan di bagian utara kawasan pengembangan Mijen dengan luas
lahan 730,9 Ha. Walaupun berada di pinggiran kota (suburb) lokasi BSB tetap
dapat dikatakan strategis karena jaraknya :
• 10 km dari pusat kota (Tugu Muda)
• 13 km dari Pelabuhan Tanjung Emas
• 7 km dari Bandara Ahmad Yani
• 13 km dari Stasiun Tawang
• 5,5 km dari jalan raya Semarang-Jakarta
Adapun fasilitas di Perumahan Bukit Semarang Baru :
Sebagai kawasan yang disiapkan untuk menjadi kota mandiri, BSB
dilengkapi dengan berbagai fasilitas modern yang akan memudahkan warganya
dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan. Berikut adalah fasilitas-fasilitas yang
tersedia di wilayah Perumahan BSB :
1. Kawasan Bisnis dan Niaga Terpadu
Kawasan ini dirancang untuk menampung berbagai kegiatan bisnis,
perniagaan dan perdagangan yang terdiri dari fasilitas perkantoran pemerintah
dan swasta, restoran, tempat hiburan dan lain-lain. Di tempat ini warga BSB
bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dan perbelanjaan.
2. Kawasan Rekreasi dan Olahraga
Sport center BSB dilengkapi dengan lapangan golf 18 holes berstandar
internasional berikut club housenya, lapangan tenis, kolam renang dan lain-
lain. Sedangkan kawasan rekreasi BSB dilengkapi dengan danau buatan,
kolam pancing dan food court terapung yang ada di danau Taman Pelangi.
3. Kawasan Industri Bersih dan Berikat
Kawasan Industri Bersih dan Berikat merupakan kawasan industri yang
bersahabat dengan lingkungan dan dirancang untuk dapat menampung
kegiatan industri ringan, bersih dan berteknologi. Kawasan ini dilengkapi
dengan Pusat Informasi/Pelayanan Industri dan perdagangan, Pusat
Pendidikan Industri serta Pusat Penelitian dan Pengembangan.
4. Kawasan Pendidikan
Di kawasan pendidikan BSB terdapat playgroup – TK – SD Islam Al Azhar
29 (SLTP sedang dipersiapkan dan dibangun gedungnya) dan playgroup –
TK – SD Kristen Marsudirini. Kedua sekolah ini adalah sekolah yang bonafit
sehingga warga BSB dan sekitarnya dapat menyekolahkan putra-putrinya
disana dengan tanpa perlu khawatir dengan kualitas outputnya.
5. Kawasan Ibadah
Hampir di seluruh cluster di BSB disediakan tempat ibadah untuk memenuhi
kebutuhan rohani warganya. Adapun tempat ibadah yang tersedia adalah
Mushola, Masjid, Gereja dan Vihara.
6. Gardu Induk PLN
Gardu induk PLN dengan tenaga 150 kV ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan warga dan perusahan akan pasokan listrik sehingga tidak perlu
bergantung dengan kawasan lain dapat dapat mengatur suplai kebutuhan
sendiri.
7. Instalasi Pipa Air Bersih BSB
Air yang disediakan untuk warga adalah air yang diolah sendiri oleh
perusahaan dan diberi nama Instalasi Pipa Air Bersih BSB (IPAB-BSB). Hal
ini membuat BSB tidak perlu bergantung pada Perusahaan penyedia air
minum milik Pemerintah.
8. SPBU
SPBU yang terletak di depan Graha Taman Bunga disediakan untuk
memenuhi kebutuhan bahan bakar warga perumahan dan sekitarnya atau yang
melewati BSB.
9. Fasilitas Perkotaan
Fasilitas-fasilitas ini mencakup banyak hal, antara lain Taman Bermain yang
ada di hampir setiap cluster, fasilitas kesehatan, fasilitas keamanan, Ruang
Terbuka Hijau, danau buatan dan Pemakaman Umum.
4.1.2 Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah konsumen yang telah membeli
rumah di Perumahan Bukit Semarang Baru (BSB). Adapun jumlah responden
yang telah ditetapkan sebanyak 100 orang. Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah Proportional Random Sampling yaitu sebuah metode dimana
sampel diambil secara acak dalam populasi yang sudah dikelompokkan
(berdasarkan tipe rumah secara proporsional) dari setiap tipe pada populasi.
Berikut adalah data-data yang akan disajikan yang berkaitan mengenai
gambaran umum responden :
4.1.2.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dalam bagian ini responden dibagi berdasarkan kelompok jenis kelamin.
Pembagiannya dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) 1 Laki-laki 63 63 2 Perempuan 37 37
Jumlah 100 100 Sumber : data primer yang diolah, 2010
Data di atas menunjukkan bahwa dari 100 responden yang terpilih, 63
orang atau 63% diantaranya adalah laki-laki dan sisanya sebanyak 37%
perempuan. Jumlah data tersebut menunjukkan bahwa yang paling berperan
dalam keputusan pembelian rumah adalah laki-laki.
4.1.2.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Umur/Usia
Pada umumnya tingkat usia seseorang dapat menunjukkan tingkat
kematangan orang tersebut dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
Salah satunya adalah dalam menentukan keputusan pembelian rumah. Pembagian
kelompok usia responden dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :
Tabel 4.2 Umur/Usia Responden
No
Umur Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
(%) L P
1 ≤ 20 tahun 0 1 1 1 2 31 – 30
5 6 11 11
3 31 – 40 h
28 18 46 46 4 41 – 50
26 12 38 38
5 ≥ 50 tahun 4 0 4 4 Jumlah 63 37 100 100
Sumber : data primer yang diolah, 2010
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden terbesar yang
menempati rumah di Perumahan Bukit Semarang Baru berusia antara 31 sampai
dengan 40 tahun. Yaitu sebanyak 46 responden dengan persentase 46%. Hal ini
disebabkan karena pada tingkat usia tersebut orang sudah mencapai jenjang karier
yang lebih baik, memiliki keluarga muda dengan anak-anak yang relatif masih
kecil sehingga merasa membutuhkan rumah tinggal sendiri yang mapan.
4.1.2.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Status perkawinan seseorang merupakan salah satu karakteristik yang
dapat mempengaruhi penilaian dalam pengambilan keputusan. Seseorang yang
sudah menikah dan membutuhkan tempat tinggal dapat dipastikan akan meminta
pertimbangan dari pasangannya untuk membeli rumah. Oleh karena itu, untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai status perkawinan responden dapat dilihat
dalam tabel 4.3
Tabel 4.3 Status Perkawinan Responden
No Status Perkawinan
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
(%) L P
1 Menikah 63 31 94 94
2 Belum/Tidak Menikah 0 6 6 6
Jumlah 63 37 100 100 Sumber : data primer yang diolah, 2010
Dari data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berstatus
menikah yaitu sebesar 94% diikuti dan 6% belum menikah, responden lebih
banyak yang berstatus menikah. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang sudah
berkeluarga cenderung memerlukan tempat tinggal.
4.1.2.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi reaksi dan penilaian
mereka terhadap sesuatu hal. Hal tersebut akan menjadikan seseorang akan
menjadi semakin selektif dalam menentukan keputusan pembelian. Responden
dibagi berdasarkan kelompok tingkat pendidikan responden. Pembagiannya dapat
dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini
Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Responden
No Pendidikan Terakhir
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
(%) L P 1 SD 0 1 1 1 2 SLTP 1 0 1 1 3 SMA/SMK 11 8 19 19 4 Akademi/Perguruan
Tinggi
51
28 79 79
Jumlah 63 37 100 100 Sumber : data primer yang diolah, 2010
Data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai
tingkat pendidikan setara akademi/sarjana, yaitu sebanyak 79%, kemudian diikuti
dengan SMA/SMK sebanyak 19%, dan SMP & SD yang memiliki angka sama
sebanyak 1%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan
memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian, selera, gaya hidup, dan
pandangan terhadap suatu hal. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
orang tersebut akan semakin selektif dan rasional dalam membeli rumah. Artinya
orang tersebut akan lebih mempertimbangkan banyak aspek, diantaranya adalah
harga, lokasi, bangunan dan lingkungan.
4.1.2.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Selain tingkat pendidikan, jenis pekerjaan seseorang juga dapat digunakan
sebagai parameter seseorang dalam melakukan keputusan pembelian. Terutama
dalam pembelian produk-produk yang membutuhkan pengorbanan besar seperti
rumah. Tebel di bawah ini menunjukkan pembagian responden berdasarkan jenis
pekerjaannya.
Tabel 4.5 Jenis Pekerjaan Responden
No Jenis Pekerjaan Janis
Kelamin Frekuensi Persentase (%) L P
1 PNS 13 2 15 15 2 TNI/POLRI 5 0 5 5 3 Pegawai Swasta 30 17 47 47 4 Ibu Rumah Tangga 13 16 29 29 5 Pelajar/Mahasiswa 1 0 1 1 6 Lainnya 1 2 3 3
Jumlah 63 37 100 100 Sumber : data primer yang diolah, 2010
Data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berprofesi
sebagai pegawai swasta yaitu sebesar 47%, diikuti dengan ibu rumah tangga
sebesar 29%, PNS sebesar 15%, TNI/POLRI sebesar 5%, lain-lain yaitu pedagang
3%, dan pelajar/mahasiswa yang kost sebesar 1%.
4.1.2.6 Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Gaya hidup dan kemampuan seseorang dalam melakukan pembelian
sangat dipengaruhi oleh pendapatannya. Oleh karena itu tingkat pendapatan
responden dikelompokkan untuk membantu memudahkan penulis dalam
penelitian ini. Pengelompokkan tingkat pendapatan responden tersebut disajikan
dalam tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Tingkat Pendapatan Responden
No Tingkat Pendapatan (Rp)
Jenis Kelamin Frekuens
i Persentase
(%) L P 1 < 1.500.000 2 3 5 5 2 1.500.001 – 3.000.000 19 11 30 30 3 3.000.001 – 4.500.000 17 13 30 30 4 > 4.500.001 25 10 55 55
Jumlah 63 37 100 100 Sumber : data primer yang diolah, 2010
Dari data di atas dapat diketahui bahwa pendapatan responden paling
banyak adalah > 4.500.000 yaitu sebesar 55%, sedangkan responden dengan
pendapatan terendah yaitu <Rp 1.500.000 sebanyak 5 responden dan tinggal di
rumah dengan tipe 21.Tingkat pendapatan responden menunjukkan kemampuan
responden dalam melakukan keputusan pembelian.
4.1.2.7 Deskripsi Responden Berdasarkan Tipe/Jenis Rumah
Dalam pengambilan keputusan biasanya seseorang dipengaruhi oleh suatu
selera. Seseorang mempunyai berbagai macam pilihan terhadap keinginan
membeli rumah. Hal ini tergantung oleh selera masing-masing orang. Oleh karena
itu untuk memudahkan penelitian ini, peneliti mengelompokkan tipe/jenis rumah
dari responden, hal itu tersaji pada tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7 Tipe/Jenis Rumah
No Tipe/Jenis Rumah Jenis
Kelamin Frekuensi
Persentase (%) L P
1 Graha Taman Bunga 20 12 32 32 2 Graha Taman Pelangi 10 4 14 14 3 Bukit Jatisari 12 10 22 22 4 Bukit Asabri 21 11 32 32
Jumlah 63 37 100 100 Sumber : data primer yang diolah, 2010
Dari data diatas dapat diketahui bahwa tipe rumah yang paling banyak
dihuni yaitu bukit asabri dan taman bunga, yang sama jumlahnya sebanyak 32%
diikuti dengan bukit jatisari sebanyak 22% dan graha taman pelangi sebanyak
14%. Hal itu juga terbukti dari banyaknya penghuni yang tinggal di dua tipe
rumah tersebut yaitu ± 400 orang penghuni.
4.2 Analisis Indeks Jawaban Responden per Variabel
Analisis indeks jawaban per variabel ini bertujuan mengetahui gambaran
deskriptif mengenai responden dalam penelitian ini. Terutama mengenai variabel-
variabel penelitian yang digunakan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis indeks yaitu menggambarkan responden atas item-item pertanyaan yang
diajukan. Teknik skoring yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan skor
maksimal 5 dan minimal 1, maka perhitungan indeks jawaban responden dengan
rumus berikut :
Nilai Indeks = {(%F1 x 1) + (%F2 x 2) + (%F3 x 3) + (%F4 x 4) + (%F5 x 5)} : 5
Dimana :
F1 adalah frekuensi responden yang menjawab 1 dari skor yang digunakan
dalam daftar pertanyaan kuesioner.
F2 adalah frekuensi responden yang menjawab 2 dari skor yang digunakan
dalam daftar pertanyaan kuesioner.
F3 adalah frekuensi responden yang menjawab 3 dari skor yang digunakan
dalam daftar pertanyaan kuesioner.
F4 adalah frekuensi responden yang menjawab 4 dari skor yang digunakan
dalam daftar pertanyaan kuesioner.
F5 adalah frekuensi responden yang menjawab 5 dari skor yang digunakan
dalam daftar pertanyaan kuesioner.
Oleh karena itu, angka jawaban tidak dimulai nol tetapi mulai dari angka 1
untuk minimal dan maksimal adalah 5. Jumlah pertanyaan dalam penelitian ini
pada variabel independen adalah 5 pertanyaan untuk lokasi dan bangunan, serta 4
pertanyaan untuk haga dan lingkungan. Sedangkan variabel dependen (keputusan
pembelian) terdiri dari 4 pertanyaan. Total skor untuk 5 pertanyaan adalah 25,
sedangkan untuk variabel dengan 4 pertanyaan adalah 20. Total nilai indeks
adalah 100 dengan menggunakan kriteria 3 kotak (Three-box Method), maka
rentang 100 (10-100) akan menghasilkan rentang sebesar 30 yang akan digunakan
sebagai dasar interprestasi nilai indeks.
10,00 - 40,00 = Rendah
40,01 - 70,00 = Sedang
70,01 - 100 = Tinggi
Dengan menggunakan dasar ini, dapat ditentukan indeks persepsi
responden terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
4.2.1 Indeks Jawaban Responden Tentang Harga (X1)
Tabel 4.8 Tanggapan Responden Tentang Harga
No Indikator Skor Jml Indeks
SS S N TS STS
1 Harga rumah sesuai dengan kemampuan.
33 41 26 0 0 407 81,4
2 Harga rumah sesuai dengan kualitas bangunan.
33 45 22 0 0 411 82,2
3 Uang muka sesuai dengan kemampuan.
31 52 14 3 0 411 82.2
4 Jangka waktu kredit lama/panjang.
32 53 15 0 0 417 83,4
Jumlah 1646 329,8
Rata-rata 411,5 82,5 Sumber : data primer yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa tanggapan reponden mengenai
kesesuaian harga rumah dengan daya beli adalah tinggi dengan angka indeks
sebesar 81,4. Hal ini memberikan indikasi bahwa untuk menentukan harga rumah
dapat didukung dengan kesesuaian harga dengan daya beli konsumen yang baik.
Kesesuaian harga dengan daya beli yang tepat akan dilirik oleh banyak konsumen
dikarenakan harga merupakan faktor yang sensitif akan minat beli konsumen.
Untuk tanggapan responden mengenai kesesuain harga rumah dengan
kualitas bangunan, nilai indeks yang dihasilkan adalah 82,2 (tinggi). Hal itu
memberikan indikasi bahwa konsumen juga memperhatikan harga yang
berbanding dengan kualitas bangunannya, tidak hanya sekedar memprioritaskan
harga murah yang dipilih terutama untuk konsumen yang mempunyai penghasilan
tinggi.
Tanggapan responden mengenai keringanan harga melalui uang muka
yang sesuai dengan kemampuan konsumen, nilai indeks yang dihasilkan adalah
82,2 (tinggi). Hal ini memberikan indikasi bahwa suatu kemudahan yang
ditawarkan oleh Perumahan Bukit Semarang Baru menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam membeli rumah.
Sedangkan tanggapan responden mengenai keringanan harga melalui
jangka waktu kredit yang lama/panjang, nilai indeks yang dihasilkan adalah yang
tertinggi sebanyak 83,4 (tinggi). Hal itu memberikan indikasi bahwa jangka waktu
kredit yang diberikan oleh Perumahan Bukit Semarang Baru dipandang konsumen
sebagai sesuatu hal yang tepat disaat krisis seperti ini. Keringanan yang diberikan
kepada konsumen, seperti pemberian KPR dengan bunga ringan.
4.2.2 Indeks Jawaban Responden Tentang Lokasi (X2)
Tabel 4.9 Tanggapan Responden Tentang Lokasi
No Indikator Skor Jml Indeks SS S N TS STS
1 Kedekatan lokasi dengan sarana transportasi umum.
10 54 30 6 0 368 73,6
2 Kedekatan lokasi dengan tempat rekreasi.
12 40 45 3 0 361 72,2
3 Kedekatan lokasi dengan tempat bekerja.
13 33 41 13 0 346 69,2
4 Kedekatan lokasi dengan sekolahan atau kampus.
7 29 59 5 0 338 67,6
5 Kedekatan lokasi dengan tempat hiburan.
7 21 59 12 1 321 64,2
Jumlah 1734 346,8 Rata-rata 346,8 69,7
Sumber : data primer yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa tanggapan reponden mengenai
kedekatan lokasi rumah dengan sarana transportasi umum adalah tinggi dengan
angka indeks sebesar 73,6. Hal ini memberikan indikasi bahwa lokasi rumah yang
dekat dengan sarana transportasi umum misalnya halte bis atau terminal menjadi
salah satu daya tarik konsumen dalam membeli rumah untuk tinggal. Seperti yang
ada di Perumahan Bukit Semarang Baru yaitu sarana transportasi umum tidak
menjadi masalah sebab angkutan umum atau bis melewati jalan utama Perumahan
tersebut
Untuk tanggapan reponden mengenai kedekatan lokasi rumah dengan
tempat rekreasi adalah tinggi dengan angka indeks sebesar 72,2. Hal ini
memberikan indikasi bahwa lokasi rumah yang dekat dengan tempat rekreasi
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian rumah. Seperti
yang ada pada Perumahan Bukit Semarang Baru yaitu dekat dengan Gua Kreo dan
Air Terjun Limut. Karena anak-anak yang biasanya menjadi prioritas utama dalam
pemilihan lokasi yang dekat dengan tempat rekreasi.
Tanggapan reponden mengenai kedekatan lokasi rumah dengan tempat
bekerja, nilai indeks yang dihasilkan adalah 69,2 (sedang). Hal ini memberikan
indikasi bahwa lokasi rumah yang dekat dengan tempat bekerja lumayan
tinggi/hampir mencapai indeks tinggi sebab konsumen menilai tidak menjadi
masalah lokasi rumah yang kurang dekat dengan tempat kerja karena saat ini
orang rata-rata sudah mempunyai kendaraan sendiri untuk pergi bekerja, namun
pada Perumahan Bukit Semarang Baru lokasi perumahan dekat dengan kawasan
industri yang dapat memudahkan akses ke tempat kerja.
Tanggapan reponden mengenai kedekatan lokasi rumah dengan sekolahan
atau kampus, nilai indeks yang dihasilkan adalah 67,6 (sedang). Hal ini
memberikan indikasi bahwa lokasi rumah yang dekat dengan sekolahan/kampus
lumayan/hampir mencapai indeks tinggi. Konsumen cukup memperhatikan faktor
lokasi yang dekat dengan sarana pendidikan. Seperti yang ada pada Perumahan
Bukit Semarang Baru yaitu terdapat playgroup – TK – SD Islam Al Azhar 29
(SLTP sedang dipersiapkan dan dibangun gedungnya) dan playgroup – TK – SD
Kristen Marsudirini.
Sedangkan tanggapan reponden mengenai kedekatan lokasi rumah dengan
tempat hiburan, nilai indeks yang dihasilkan adalah 64,2 (sedang). Hal ini
memberikan indikasi bahwa lokasi rumah yang dekat dengan tempat hiburan
lumayan/hampir mencapai indeks tinggi. Responden cenderung lebih
memanfaatkan tempat hiburan yang telah ada di Perumahan Bukit Semarang Baru
seperti danau buatan, kolam pancing dan food court terapung yang ada di danau
taman pelangi daripada mencari tempat hiburan lain.
4.2.3 Indeks Jawaban Responden Tentang Bangunan (X3)
Tabel 4.10 Tanggapan Responden Tentang Bangunan
No Indikator Skor Jml Indeks SS S N TS STS
1 Kualitas bangunan terjamin. 5 53 36 5 1 356 71,2 2 Desain rumah menarik. 7 41 47 5 0 350 70 3 Daya tahan bangunan
terjamin. 4 38 56 2 0 344 68,8
4 Sanitasi rumah lancar. 7 27 61 4 1 335 67 5 Garasi untuk kendaraan luas. 4 28 56 12 0 324 64,8
Jumlah 1709 341,8 Rata-rata 341,8 68,4
Sumber : data primer yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa tanggapan reponden
mengenai kualitas bangunan rumah yang baik adalah tinggi dengan angka indeks
sebesar 71,2. Hal ini memberikan indikasi bahwa kualitas bangunan yang baik
merupakan faktor penting yang dicari konsumen dalam memilih rumah yang akan
dibeli. Pada Perumahan Bukit Semarang Baru kualitas bangunan sangat baik
karena pengembang teliti dalam pemilihan bahan bangunan rumah.
Untuk tanggapan responden mengenai desain rumah yang menarik, nilai
indeks yang dihasilkan adalah 70 (tinggi). Hal itu memberikan indikasi bahwa
konsumen menginginkan rumah yang berdesain indah dan tidak terkesan
kuno/modern. Seperti yang ada pada Perumahan Bukit Semarang Baru yaitu tipe
rumah taman pelangi yang mempunyai desain real estate atau mewah dan ada juga
tipe rumah taman bunga yang mempunyai desain minimalis.
Tanggapan responden mengenai daya tahan rumah yang kuat, nilai indeks
yang dihasilkan adalah 68,8 (sedang). Hal itu memberikan indikasi bahwa daya
tahan rumah yang kuat cukup berpengaruh terhadap tingkat keputusan pembelian
rumah. Responden pada Perumahan Bukit Semarang Baru memberikan penilaian
bahwa daya tahan rumah tersebut cukup baik.
Tanggapan responden mengenai sanitasi rumah yang lancar, nilai indeks
yang dihasilkan adalah 67 (sedang). Hal itu memberikan indikasi bahwa sanitasi
yang lancar cukup berpengaruh terhadap tingkat keputusan pembelian rumah.
Responden pada Perumahan Bukit Semarang Baru memberikan penilaian bahwa
sanitasi rumah tersebut cukup baik dan lancar
.Sedangkan tanggapan responden mengenai garasi kendaaran yang luas,
nilai indeks yang dihasilkan adalah 64,8 (sedang). Hal itu memberikan indikasi
bahwa garasi kendaraan yang luas merupakan faktor penting dalam pemilihan
rumah yang akan dibeli. Responden pada Perumahan Bukit Semarang Baru
memberikan penilaian bahwa garasi untuk kendaraan yang ada pada rumah cukup
luas dan sangat membantu untuk faktor keamanan kendaraan juga.
4.2.4 Indeks Jawaban Responden Tentang Lingkungan (X4)
Tabel 4.11 Tanggapan Responden Tentang Lingkungan
No Indikator Skor Jml Indeks SS S N TS STS
1 Kondisi lingkungan bertetangga yang baik (antar penghuni perumahan).
22 55 23 0 0 399 79.8
2 Kondisi jalan perumahan yang baik.
31 44 24 1 0 405 81
3 Kondisi saluran air (selokan diluar rumah) yang baik.
23 59 15 3 0 402 80,4
4 Kondisi taman perumahan yang baik
21 59 19 1 0 400 80
Jumlah 1606 321.2 Rata-rata 401,5 80,3
Sumber : data primer yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa tanggapan reponden kondisi
lingkungan bertetangga yang baik antar penghuni perumahan adalah tinggi dengan
angka indeks sebesar 79,8. Hal ini memberikan indikasi bahwa kondisi
lingkungan bertetangga yang baik berpengaruh terhadap tingkat keputusan
pembelian rumah, dimana satu sama lain penghuni bisa berbaur dengan akrab.
Seperti pada Perumahan Bukit Semarang Baru yaitu letak rumah yang berdekatan
yang akan menimbulkan situasi yang kondusif antar penghuni perumahan.
Untuk tanggapan responden mengenai kondisi jalan perumahan yang baik,
nilai indeks yang dihasilkan adalah 81 (tinggi). Hal itu memberikan indikasi
bahwa kondisi jalan yang baik berpengaruh terhadap tingkat keputusan pembelian
rumah. Karena konsumen lebih senang jika jalan untuk akses keluar-masuk
perumahan baik, seperti pada Perumahan Bukit Semarang Baru.
Tanggapan responden mengenai kondisi saluran air (selokan) yang baik,
nilai indeks yang dihasilkan adalah 80,4 (tinggi). Hal itu memberikan indikasi
bahwa kondisi saluran air (selokan) yang baik berpengaruh terhadap tingkat
keputusan pembelian rumah. Jika saluran air (selokan) tidak lancar akan
mengakibatkan banjir jika terjadi hujan deras. Seperti pada Perumahan Bukit
Semarang Baru yang sudah memperhitungkan hal tersebut, maka saluran air
(selokan) dibuat lebar agar dapat menampung air dalam jumlah yang banyak.
Sedangkan tanggapan responden mengenai kondisi taman perumahan yang
baik, nilai indeks yang dihasilkan adalah 80 (tinggi). Hal itu memberikan indikasi
bahwa kondisi taman yang baik berpengaruh terhadap tingkat keputusan
pembelian rumah. Seperti pada Perumahan Bukit Semarang Baru yabg
mempunyai taman yang sangat indah yang dapat menarik minat konsumen dalam
membeli rumah.
4.2.5 Indeks Jawaban Responden Tentang Keputusan pembelian (Y)
Tabel 4.12 Tanggapan Responden Tentang Keputusan Pembelian
No Indikator Skor Jml Indeks SS S N TS STS
1 Kesesuain harga rumah mempengaruhi anda dalam pembelian rumah.
35 60 5 0 0 430 86
2 Kedekatan lokasi perumahan dengan berbagai tempat tujuan mempengaruhi anda dalam membeli rumah.
39 50 11 0 0 428 85,6
3 Bangunan rumah mempengaruhi anda dalam membeli rumah.
23 64 13 0 0 410 82
4 Kondisi lingkungan perumahan mempengaruhi 29 60 9 2 0 416 83,2
mempengaruhi anda dalam membeli rumah. Jumlah 1684 336,8 Rata-rata 421 84,2
Sumber : data primer yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.12 tentang keputusan pembelian pada Perumahan
Bukit Semarang Baru, tanggapan responden menunjukkan dari masing-masing 4
item pertanyaan yang diajukan adalah tinggi, dengan nilai indeks rata-rata 84,2.
Jadi masing-masing variabel berpengaruh terhadap keputusan pembelian rumah
dengan nilai indeks yang tinggi yaitu kesesuaian harga rumah dengan nilai indeks
86, kedekatan lokasi rumah dengan berbagai tempat tujuan dengan nilai indeks
85,6, bangunan rumah dengan nilai indeks 82, dan kondisi lingkungan perumahan
dengan nilai indeks 83,2.
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
4.3.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika item-item pertanyaan mampu mengungkap sesuatu
yang hendak diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas dilakukan dengan
menggunakan program SPSS for Windows Versi 16.0. Pengambilan keputusan
berdasarkan nilai P.Value atau signifikansinya dimana apabila nilai signifikansi
diperoleh lebih kecil dari 0,05 maka item atau pertanyaan tersebut dinyatakan
valid. Dapat juga dilakukan dengan mengukur koefisien korelasi dari masing-
masing indikator dari variebel yaitu r hitung lebih besar dari r tabel, dimana nilai r
tabel yang diperoleh adalah 0,1975. Didapat dari nilai signifikansi sebesar 5%,
dengan derajat kebebasan (df) = n-3, dihasilkan 100-3 = 97. Nilai 97 dengan
menggunakan uji 2 sisi/ 2-tailed diperoleh r tabel sebesar 0,1975. Hasil uji
validitas pada tampilan output disajikan pada tabel 4.13 berikut ini:
Tabel 4.13 Hasil Pengujian Validitas
No Indikator R hitung r tabel P. value Keterangan 1
Harga - Indikator 1 - Indikator 2 - Indikator 3 - Indiaktor 4
0,704 0,663 0,773 0,742
0,1975 0,1975 0,1975 0,1975
0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid
2 Lokasi - Indikator 1 - Indikator 2 - Indikator 3 - Indikator 4 - Indikator 5
0,680 0,598 0,697 0,587 0,635
0,1975 0,1975 0,1975 0,1975 0,1975
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid Valid
3 Bangunan - Indikator 1 - Indikator 2 - Indikator 3 - Indikator 4 - Indikator 5
0,675 0,690 0,607 0,655 0,575
0,1975 0,1975 0,1975 0,1975 0,1975
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid Valid
4 Lingkungan - Indikator 1 - Indikator 2 - Indikator 3 - Indikator 4
0,738 0,811 0,746 0,689
0,1975 0,1975 0,1975 0,1975
0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid
5 Keputusan pembelian - Indikator 1 - Indikator 2 - Indikator 3 - Indikator 4
0,662 0,779 0,651 0,715
0,1975 0,1975 0,1975 0,1975
0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid
Sumber : data primer yang diolah, 2010
Berdasarkan uji validitas yang dilakukan terhadap variabel harga, lokasi,
bangunan, lingkungan serta keputusan pembelian, dari keseluruhan indikator pada
masing-masing variabel diperoleh nilai signifikansi yang jauh lebih kecil dari
0,05. Sedangkan nilai koefisien korelasi yang dihasilkan masing-masing indikator
lebih besar dari r tabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa masing-masing indikator
variabel dinyatakan valid.
4.3.2 Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha.
Dari tabel 4.14 menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai koefisien Alpha
yang cukup besar yaitu diatas 0,60 atau dapat dikatakan semua indikator masing-
masing variabel dari kuesioner adalah reliabel. Sehingga untuk selanjutnya item-
item pada masing-masing variabel tersebut layak digunakan sebagai alat ukur.
Hasil pengujian reliabilitas untuk masing-masing variabel diringkas pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.14 Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel Alpha Keterangan
Harga 0,689 Reliabel Lokasi 0,639 Reliabel Bangunan 0,640 Reliabel Lingkungan 0,736 Reliabel Keputusan Pembelian 0,658 Reliabel
Sumber : data primer yang diolah, 2010
4.4 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan dalam penelitian ini dengan
tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Ringkasan hasil pengolahan data dengan menggunakan
program SPSS for Windows versi 16.0. adalah sebagai berikut:
Tabel 4.15 Ringkasan Hasil Regresi
Coefficientsa
2,687 ,876 3,068 ,003,228 ,051 ,276 4,488 ,000 ,699 1,431,286 ,048 ,405 5,931 ,000 ,567 1,765,141 ,050 ,180 2,813 ,006 ,642 1,557
,188 ,054 ,228 3,512 ,001 ,624 1,603
(Constant)hargalokasibangunanlingkungan
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoeffic ients
Beta
StandardizedCoeffic ients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: keputusan pembeliana.
Sumber : data primer yang diolah, 2010
Berdasarkan hasil tersebut apabila ditulis dalam bentuk standardized dari
persamaan regresinya adalah sebagai berikut :
Y = 0,276 X1 + 0,405 X2 + 0,180 X3 + 0,228 X4
X1 = Harga
X2 = Lokasi
X3 = Bangunan
X4 = Lingkungan
Persamaan regresi berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut :
• Variabel Harga (X1) memiliki koefisien sebesar 0,276. Ini menunjukkan
bahwa variabel harga berpengaruh positif terhadap variabel keputusan
pembelian.
• Variabel Lokasi (X2) memiliki koefisien sebesar 0,405. Ini menunjukkan
bahwa variabel lokasi berpengaruh positif terhadap variabel keputusan
pembelian.
• Variabel Bangunan (X3) memiliki koefisien sebesar 0,180. Ini
menunjukkan bahwa variabel bangunan berpengaruh positif terhadap
variabel keputusan pembelian.
• Variabel Lingkungan (X4) memiliki koefisien sebesar 0,228. Ini
menunjukkan bahwa variabel lingkungan berpengaruh positif terhadap
variabel keputusan pembelian.
4.5 Uji Asumsi Klasik
4.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan cara melihat grafik normal propabilty
plot yang membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal. Jika
distribusi data normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis yang diagonal.. Hasil output SPSS for Windows versi 16.0 untuk
uji normalitas ditunjukkan dalam gambar sebagai berikut :
Gambar 4.1
Uji Normalitas
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
Dependent Variable: keputusan pembelian
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Sumber : data primer yang diolah, 2010
Dari gambar 4.1 menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Oleh karena itu dapat dinyatakan
bahwa data dalam variabel-variabel ini berdistribusi normal.
4.5.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi di antara variabel bebas. Dalam penelitian ini gejala
multikolinearitas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut ini :
Tabel 4.16
Pengujian Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Keterangan Harga 0,699 1,431 Tidak multikolinear
Lokasi 0,567 1,765 Tidak multikolinear
Bangunan 0,642 1,557 Tidak multikolinear
Lingkungan 0,624 1,603 Tidak multikolinear
Sumber : data primer yang diolah, 2010
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa model regresi tidak mengalami
gangguan multikolinearitas. Hal ini ditunjukkan nilai tolerance untuk ke empat
variabel bebas lebih dari 0,10. Sementara perhitungan nilai VIF menunjukkan
bahwa semua variabel bebas memiliki nilai kurang dari 10. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam model
regresi tersebut.
4.5.3 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Scatterplot.
Hasil pengujian pada lampiran sebagaimana juga pada gambar berikut ini:
Gambar 4.2
Uji Heteroskedastisitas
3210-1-2-3-4
Regression Standardized Predicted Value
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
Regr
essi
on S
tude
ntiz
ed R
esid
ual
Dependent Variable: keputusan pembelian
Scatterplot
Sumber : data primer yang diolah, 2010
Hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan bahwa titik-titik tidak
membentuk pola tertentu dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi tidak terjadi
heteroskedastisitas.
4.6 Uji Goodness of Fit
4.6.1 Uji Paramater Secara Individual (Uji t)
Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda dan
uji koefisien determinasi dapat digambarkan kerangka pemikiran teoritis yang
disertai hasil analisis regresi linear berganda dan hasil uji koefisien determinasi
adalah sebagai berikut :
Gambar 4.3
Keputusan pembelian dipengaruhi harga, lokasi, bangunan
dan lingkungan
Sumber : Kerangka pemikiran teoritis disertai analisis regresi dan koefisien
determinasi, 2010
Uji t yaitu suatu uji untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas
secara parsial atau individual terhadap variabel terikat. Hasil uji t pada penelitian
ini dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut ini :
Harga (X1)
Lokasi (X2)
Bangunan (X3)
Keputusan pembelian
(Y)
0,276X1
0,405X2
0,108X3
Adjusted R2 = 73,9%
Lingkungan (X4)
0,228X4
Tabel 4.17 Hasil Uji t
Coefficientsa
2,687 ,876 3,068 ,003,228 ,051 ,276 4,488 ,000 ,699 1,431,286 ,048 ,405 5,931 ,000 ,567 1,765,141 ,050 ,180 2,813 ,006 ,642 1,557
,188 ,054 ,228 3,512 ,001 ,624 1,603
(Constant)hargalokasibangunanlingkungan
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoeffic ients
Beta
StandardizedCoeffic ients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: keputusan pembeliana.
Sumber : data primer yang diolah, 2010
Untuk meningkatkan keputusan pembelian berdasarkan kerangka
penelitian yang disertai hasil analisis regresi dan koefisien determinasi maka dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Keputusan pembelian dipengaruhi variabel harga
Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa keputusan
pembelian dipengaruhi variabel harga dengan koefisien sebesar 0,276. Sedangkan
hasil uji t dengan SPSS diperoleh nilai t hitung = 4,488 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi
tersebut berada di bawah taraf 5% dan t hitung sebesar 4,488 > t tabel sebesar
1,984. Maka harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian. Dengan demikian, Ho ditolak dan HA diterima sehingga hipotesis
pertama diterima yaitu semakin baik penerapan harga rumah, maka semakin tinggi
keputusan pembelian.
b. Keputusan pembelian dipengaruhi variabel lokasi
Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa keputusan
pembelian dipengaruhi variabel lokasi dengan koefisien sebesar 0,405. Dan
merupakan terbesar yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Sedangkan
hasil uji t dengan SPSS diperoleh nilai t hitung = 5,931 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi
tersebut berada di bawah taraf 5% dan t hitung sebesar 5,931 > t tabel sebesar
1,984. Maka lokasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian. Dengan demikian, Ho ditolak dan HA diterima sehingga hipotesis
kedua diterima yaitu semakin strategis lokasi rumah, maka semakin tinggi
keputusan pembelian.
c. Keputusan pembelian dipengaruhi variabel bangunan
Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa keputusan
pembelian dipengaruhi variabel bangunan dengan koefisien sebesar 0,108.
Sedangkan hasil uji t dengan SPSS diperoleh nilai t hitung = 2,813 dengan
tingkat signifikansi 0,006. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai
signifikansi tersebut berada di bawah taraf 5% dan t hitung sebesar 2,813 > t tabel
sebesar 1,984. Maka bangunan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian. Dengan demikian, Ho ditolak dan HA diterima sehingga
hipotesis ketiga diterima yaitu semakin baik bangunan rumah, maka semakin
tinggi keputusan pembelian.
d. Keputusan pembelian dipengaruhi variabel lingkungan
Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa keputusan
pembelian dipengaruhi variabel lingkungan dengan koefisien sebesar 0,228.
Sedangkan hasil uji t dengan SPSS diperoleh nilai t hitung = 3,512 dengan
tingkat signifikansi 0,001. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai
signifikansi tersebut berada di bawah taraf 5% dan t hitung sebesar 3,512 > t tabel
sebesar 1,984. Maka lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian. Dengan demikian, Ho ditolak dan HA diterima sehingga
hipotesis keempat diterima yaitu semakin baik kondisi lingkungan rumah, maka
semakin tinggi keputusan pembelian.
4.6.2 Uji Paramater Secara Bersama-sama (Uji F)
Uji F dalam penelitian ini menggunakan uji ANOVA. Uji ini dapat
digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama (simultan) variabel bebas
(harga, lokasi, bangunan dan lingkungan) terhadap variabel terikat (keputusan
pembelian). Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :
• Jika F hitung lebih besar dari F tabel atau angka signifikan kurang dari
0,05 maka Ho ditolak HA diterima. Artinya secara simultan variabel bebas
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
• Jika F hitung lebih kecil dari F tabel atau angka signifikan lebih dari 0,05
maka Ho diterima HA ditolak. Artinya secara simultan variabel bebas tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
Hasil perhitungan uji F dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut ini :
Tabel 4.18 Hasil Uji F
ANOVAb
224,367 4 56,092 70,981 ,000a
75,073 95 ,790299,440 99
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predic tors: (Constant), lingkungan, harga, bangunan, lokasia.
Dependent Variable: keputusan pembelianb.
Sumber : data primer yang diolah, 2010
Pengujian pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel
terikatnya dilakukan dengan menggunakan uji F. Hasil perhitungan statistik
menunjukkan nilai F hitung = 70,981 > F tabel = 2,699 dan signifikansi sebesar
0,000 < 0,05. Keputusan pembelian dipengaruhi secara bersama-sama dan
signifikan oleh variabel harga, lokasi, bangunan dan lingkungan.
4.6.3 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel-variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel terikatnya.
Nilai koefisien determinasi untuk variabel bebas lebih dari 2 digunakan adjusted R
square, sebagai berikut :
Tabel 4.19 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
,866a ,749 ,739 ,889Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predic tors: (Constant), lingkungan, harga, bangunan,lokasi
a.
Dependent Variable: keputusan pembelianb.
Sumber : data primer yang diolah, 2010
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS for Windows
versi 16.0 dapat diketahui bahwa koefisien determinasi (adjusted R2) yang
diperoleh sebesar 0,739. Hal ini berarti 73,9% keputusan pembelian dapat
dijelaskan oleh variabel harga, lokasi, bangunan dan lingkungan. Sedangkan
sisanya yaitu 26,1% (100% - 73,9%) keputusan pembelian dipengaruhi oleh
variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.7 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai
pengaruh terbesar terhadap keputusan pembelian adalah lokasi. Khususnya
mengenai kedekatan lokasi dengan sarana transportasi umum, hal itu terlihat dari
nilai indeks yang tertinggi diantara indikator lainnya. Hal itu memberikan indikasi
bahwa pemilihan lokasi yang tepat pada Perumahan Bukit Semarang Baru yaitu
dekat dengan sarana transportasi umum, tempat rekreasi, tempat bekerja,
sekolahan/kampus, dan tempat hiburan merupakan faktor penting dalam
keputusan pembelian rumah. Hal itu berarti hipotesis kedua diterima yaitu
semakin strategis lokasi rumah, maka semakin tinggi keputusan pembelian.
Berdasarkan hasil analisis regresi dan uji t dapat diketahui bahwa lokasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini berarti
lokasi rumah yang strategis akan meningkatkan keputusan pembelian, sehingga
hipotesis kedua diterima serta mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Taufik & Eduardus Tandelilin (2007) menyatakan bahwa lokasi
merupakan faktor penting yang mempengaruhi permintaan perumahan.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa variabel harga mempunyai
pengaruh terhadap keputusan pembelian. Khususnya mengenai jangka waktu
kredit yang lama/panjang, hal itu terlihat dari nilai indeks yang tertinggi pada
variabel harga. Hal itu memberikan indikasi bahwa penerapan harga yang tepat
pada Perumahan Bukit Semarang Baru merupakan faktor penting dalam
keputusan pembelian rumah. Hal itu berarti hipotesis pertama diterima yaitu
semakin baik penerapan harga rumah, maka semakin tinggi keputusan pembelian.
Berdasarkan hasil analisis regresi dan uji t dapat diketahui bahwa harga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Sehingga
hipotesis pertama diterima serta mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Rahmawati (2005) yaitu bahwa transaksi suatu barang terutama dipengaruhi oleh
tingkat harganya. Dan juga hukum permintaan yang menyatakan bahwa semakin
rendah harga barang maka akan semakin banyak permintaan terhadap barang
tersebut., ataupun sebaliknya
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa variabel lingkungan
mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian. Khususnya mengenai
kondisi jalan perumahan yang baik, hal itu terlihat dari nilai indeks yang tertinggi
pada variabel lingkungan. Kondisi jalan keluar-masuk yang mulus menjadi daya
tarik bagi responden. Hal itu memberikan gambaran bahwa kondisi lingkungan
yang baik pada Perumahan Bukit Semarang Baru merupakan faktor penting dalam
keputusan pembelian rumah. Hal itu berarti hipotesis keempat diterima yaitu
semakin baik kondisi lingkungan rumah, maka semakin tinggi keputusan
pembelian. Berdasarkan hasil analisis regresi dan uji t dapat diketahui bahwa
lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
Sehingga hipotesis keempat diterima serta mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Adib Abadi (2001) yaitu faktor lingkungan merupakan salah satu faktor
penting yang mempengaruhi keputusan pembelian rumah.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa variabel bangunan
mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian. Khususnya mengenai
kualitas bangunan yang baik, hal itu terlihat dari nilai indeks yang tertinggi pada
variabel bangunan. Kualitas bangunan yang baik dengan pemilihan bahan
bangunan yang baik pula, merupakan salah satu daya tarik bagi responden. Hal itu
memberikan gambaran bahwa kondisi bangunan yang baik pada Perumahan Bukit
Semarang Baru merupakan faktor penting dalam keputusan pembelian rumah. Hal
itu berarti hipotesis ketiga diterima yaitu semakin baik bangunan rumah, maka
semakin tinggi keputusan pembelian. Berdasarkan hasil analisis regresi dan uji t
dapat diketahui bahwa bangunan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian. Sehingga hipotesis ketiga diterima serta mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Efendi (1996) yaitu kualitas bahan bangunan dan
desain bangunan menjadi pertimbangan konsumen karena kualitas yang baik akan
memberikan ketahanan dan kenyaman dalam rumah, serta desain bangunan yang
sesuai dengan kriteria konsumen akan berpangaruh terhadap harga rumah itu dan
akhirnya mempengaruhi keputusan pembelian akan rumah tersebut.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini disajikan kesimpulan dari penelitian mengenai analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian rumah di Perumahan Bukit
Semarang Baru dan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
PT Karyadeka Alam Lestari.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan pembelian rumah di Perumahan Bukit Semarang Baru dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa
variabel yang memiliki pengaruh positif dan signifikansi terbesar terhadap
keputusan pembelian adalah variabel lokasi dengan koefisien sebesar 0,405.
Selanjutnya variabel kedua adalah harga dengan koefisien sebesar 0,276.
Sedangkan yang ketiga adalah variabel lingkungan dengan koefisien sebesar
0,228. Yang keempat adalah variabel bangunan dengan koefisien sebesar 0,108.
2. Keputusan pembelian dipengaruhi variabel lokasi dengan diperoleh
koefisien variabel sebesar 0,405 yang menunjukkan pengaruh positif dan
signifikansi sebesar 0,000. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa responden
menilai bahwa lokasi yang ada di Perumahan Bukit Semarang Baru strategis,
yaitu dekat dengan berbagai tempat tujuan misalnya: sarana transportasi umum,
sekolahan/kampus, tempat hiburan, tempat rekreasi, dll. Hal ini menunjukkan
bahwa lokasi merupakan salah satu faktor yang menentukan keputusan pembelian
rumah sehingga semakin strategis lokasi rumah maka akan semakin tinggi
keputusan pembelian.
3. Keputusan pembelian dipengaruhi variabel harga dengan diperoleh
koefisien variabel sebesar 0,276 yang menunjukkan pengaruh positif dan
signifikansi sebesar 0,000. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa responden
menilai penerapan harga yang diterapkan PT. Karyadeka Alam Lestari baik. Hal
ini menunjukkan bahwa harga merupakan salah satu faktor yang menentukan
keputusan pembelian Perumahan Bukit Semarang Baru. Dengan kata lain,
penerapan harga yang semakin baik dan sesuai akan meningkatkan keputusan
pembelian rumah.
4. Keputusan pembelian dipengaruhi variabel lingkungan dengan diperoleh
koefisien variabel sebesar 0,228 yang menunjukkan pengaruh positif dan
signifikansi sebesar 0,001. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa responden
menilai lingkungan pada Perumahan Bukit Semarang Baru cukup baik, seperti
adanya taman perumahan, kondisi jalan yang baik, serta selokan yang lancar/tidak
menggenang. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan merupakan salah satu
faktor yang menentukan keputusan pembelian pada Perumahan Bukit Semarang
Baru. Dengan kata lain, kondisi lingkungan yang baik akan meningkatkan
keputusan pembelian rumah.
5. Keputusan pembelian dipengaruhi variabel bangunan dengan diperoleh
koefisien variabel sebesar 0,108 yang menunjukkan pengaruh positif dan
signifikansi sebesar 0,006. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa responden
menilai bangunan pada Perumahan Bukit Semarang Baru cukup baik, seperti
desain dan kualitas bangunannya serta faktor pendukung lainnya seperti. sanitasi
rumah yang lancar dan garasi yang cukup luas. Hal ini menunjukkan bahwa
bangunan merupakan salah satu faktor yang menentukan keputusan pembelian
pada Perumahan Bukit Semarang Baru. Dengan kata lain, bangunan yang baik
akan meningkatkan keputusan pembelian rumah.
6. Secara simultan dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa keempat
variabel independen yaitu harga (X1), lokasi (X2), bangunan (X3), dan lingkungan
(X4) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan sebesar 0,000
terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian (Y).
7. Dari hasil perhitungan koefisien determinasi menunjukkan bahwa keempat
variabel independen yaitu harga (X1), lokasi (X2), bangunan (X3), dan lingkungan
(X4) mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen yaitu
keputusan pembelian (Y) sebesar 73,9%, dan sisanya yaitu 26,1% (100%-73,9%)
keputusan pembelian dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Adanya
keterbatasan ini, diharapkan dapat dilakukan perbaikan untuk penelitian yang
akan datang. Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa keputusan pembelian
dipengaruhi keempat variabel dependen sebesar 73,9% dan sisanya sebesar
26,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Walaupun cukup tinggi yaitu lebih
dari 50%, tetapi masih perlu dilakukan penelitian lebih dengan penambahan
variabel baru atau indikator lain dalam penelitian yang akan datang agar dapat
menghasilkan gambaran yang lebih luas tentang masalah dalam penelitian ini
sehingga dapat menyempurnakan hasil penelitian.
5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis memberikan saran yang
dapat dijadikan pertimbangan bagi PT Karyadeka Alam Lestari agar dapat
meningkatkan tingkat keputusan pembelian konsumen sehingga peningkatan
penjualan bisa tercapai.
1. Pengembang/developer perlu mengusulkan kepada pemerintah Kota Semarang
untuk membuka trayek baru atau penambahan armada alat transportasi umum
yang melewati Perumahan BSB menuju ke berbagai lokasi.
2. Potongan harga yang diberikan perlu ditingkatkan lagi, misalnya dengan
memberikan diskon khusus misalnya pada hari kemerdekaan atau hari raya
lebaran atau natal.
3. Saluran air (selokan) perlu dicek setiap seminggu sekali, dan melakukan
kerjabakti minimal sebulan sekali agar tidak terjadi banjir jika terjadi hujan
lebat.
4. Taman dan danau ada di perumahan harus dijaga penghuni, bila perlu
dibuatkan himbuan untuk selalu menjaga kebersihan disekitar taman dan
danau, karena biasanya penghuni asli ataupun pengunjung tidak
memperhatikan hal tersebut.
5. Kualitas rumah yang dibangun perlu ditingkatkan lagi, baik dari pemilihan
bahan bangunan maupun ketahanan rumahnya agar dapat menghasilkan rumah
yang berkualitas sehingga dapat menarik lebih banyak konsumen untuk
membeli. Misalnya dengan mengganti kusen kayu dengan kusen aluminium
untuk menghindari rayap, semua rumah yang dibangun menggunakan atap
baja ringan, menggunakan keramik yang lebih berkualitas, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi Adib, 2001, ”Menuju Lingkungan Perumahan Perkotaan yang
Berkualitas.”
Augusty Ferdinand, 2006, Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian
untuk Penilisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Basu Swastha, DH dan Hani Handoko, 2002, Manajemen Pemasaran : Analisa
Perilaku Konsumen, Edisi I, BPFE Yogyakarta.
Basu Swastha, DH dan Irawan, 2002, Manajemen Pemasaran Modern, Liberty:
Yogyakarta.
Efendi, 1996, “Analisa Lima Faktor Terhadap Pembelian Rumah Sederhana dan
Sangat Sederhana.”, Benefit Volume 8 No.2 Hal. 151-159.
Eri Susanti, 2003, ”Analisis Persepsi Konsumen Terhadap Kualitas Produk
Keramik Milan Di Surabaya.”, Fakultas Ekonomi Unika Widya Mandala
Surabaya.
Fandy Tjiptono, 1997, Strategi Pemasaran. 2 ed. Yogyakarta: ANDI
Imam Ghozali, 2001, Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ir. Lily Harjati, 2003, “Tidak Cukup Hanya Kepuasan Pelanggan Diperlukan
Nilai Pelanggan Untuk Survival ”, Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol. 10, No.
1, Maret 2003.
Kotler, Philip, 2002, Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan Implementasi
dan Kontrol, Jilid I, Penerbit Prenhallindo: Jakarta.
Kotler, Philip, 2002, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Jilid 3, Penerbit
Prenhallindo: Jakarta.
Muhammad Taufiq & Eduardus Tandelilin, 2007, ”Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Transaksi Rumah Sederhana Tipe 36 di Kabupaten Boyolali
Provinsi Jawa Tengah.
Santoso, Singgih, 2001, Mengolah Data Statistik Secara Profesional, SPSS versi
10, Penerbit PT Elex Media Komputindo: Jakarta.
Sri Kurniasih, 1987, ”Usaha Perbaikan Pemukiman Kumuh di Petukangan Utara-
Jakarta Selatan.”
Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesembilan, Penerbit CV
Alpha Betha, Bandung.
www.google.com
www.perumahanbsb.com