Upload
endangdwikurnia
View
2
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
faktor prtumbuhan penduduk
Citation preview
1. Judul:
FAKTOR PERTUMBUHAN PENDUDUK, TINGKAT MELEK HURUF,
DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP KEMISKINAN DI
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, 2004 – 2009
2. Nama Penulis: Atik Ismuningsih (143070002)
3. Intisari
Studi ini meneliti tentang pengaruh Pertumbuhan Penduduk, Tingkat Melek
Huruf, Distribusi Pendapatan terhadap kemiskinan kabupaten/kota di DIY tahun
2004 - 2009. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana dan
seberapa besar pengaruh pertumbuhan penduduk, tingkat melek huruf dan
distribusi pendapatan terhadap kemiskinan, sehingga nantinya diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu dasar dalam penentuan kebijakan dalam mengatasi
masalah kemiskinan di DIY
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan alat analisis panel data,
yang terdiri dari data times series selama periode 2004-2009 dan data cross
section 5 kabupaten/kota di DIY. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk
mengestimasi model regresi dengan data panel adalah dengan menggunakan
random effect model, digunakan dalam model ini karena adanya perbedaan
karakteristik dan sumber daya yang dimiliki masing-masing wilayah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan penduduk negatif
dan signifikan terhadap kemiskinan. Sementara itu, variabel tingkat melek huruf
dan distribusi pendapatan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kemiskinan.
Kata kunci: kemiskinan, pertumbuhan penduduk, tingkat melek huruf,
distribusi pendapatan.
4. Pendahuluan
Latar Belakang masalah
Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan adalah
adanya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memang tidak cukup untuk
mengentaskan kemiskinan tetapi biasanya pertumbuhan ekonomi merupakan
sesuatu yang sangat dibutuhkan, walaupun begitu pertumbuhan ekonomi yang
bagus pun menjadi tidak akan berarti bagi masyarakat miskin jika tidak diiringi
dengan penurunan yang tajam dalam pendistribusian atau pemerataannya.
Kemiskinan terus menjadi masalah fenomena sepanjang sejarah, kemiskinan
telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang
berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya
investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan,
kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus
urbanisasi, dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat
memenuhi kebutuhan pangan dan sandang secara terbatas.
Kemiskinan telah membatasi hak rakyat untuk (1) Memperoleh pekerjaan
yang layak bagi kemanusiaan; (2) Hak rakyat untuk memperoleh rasa aman; (3)
Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan hidup (sandang, pangan, dan
papan) yang terjangkau; (4) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan
pendidikan. Salah satu akar permasalahan kemiskinan yakni tingginya disparitas
antar daerah akibat tidak meratanya distribusi pendapatan, sehingga kesenjangan
antara masyarakat kaya dan masyarakat miskin di Indonesia semakin melebar.
Pemerintah sendiri selalu mencanangkan upaya penanggulangan kemiskinan
dari tahun ketahun, namun jumlah penduduk miskin tidak juga mengalami
penurunan yang signifikan, walaupun data di BPS menunjukkan kecenderungan
penurunan jumlah penduduk miskin, namun secara kualitatif belum
menampakkan dampak perubahan yang nyata malahan kondisinya semakin
memprihatinkan tiap tahunnya. Dengan terjadinya krisis moneter pada tahun 1997
telah mengakibatkan jumlah penduduk miskin kembali membengkak dan kondisi
tersebut diikuti pula dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi yang cukup
tajam. Berbagai upaya penanggulangan kemiskinan yang telah diambil
pemerintah berfokus pada: (1) peningkatan pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas melalui upaya padat karya, perdagangan ekspor serta pengembangan
UMKM, (2) peningkatan akses terhadap kebutuhan dasar seperti pendidikan dan
kesehatan (KB, kesejahteraan ibu, infrastruktur dasar, pangan dan gizi), (3)
pemberdayaan masyarakat lewat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) yang bertujuan untuk membuka kesempatan berpartisipasi bagi
masyarakat miskin dalam proses pembangunan dan meningkatkan peluang dan
posisi tawar masyarakat miskin, serta (4) perbaikan sistem bantuan dan jaminan
sosial lewat Program Keluarga Harapan (PKH).
Permasalahan utama dalam upaya pengurangan kemiskinan saat ini terkait
dengan adanya fakta bahwa pertumbuhan ekonomi tidak tersebar secara merata di
seluruh wilayah Indonesia, ini dibuktikan dengan tingginya disparitas pendapatan
antar daerah. Selain itu kemiskinan juga merupakan sebuah hubungan sebab
akibat (kausalitas melingkar) artinya tingkat kemiskinan yang tinggi terjadi karena
rendahnya pendapatan perkapita, pendapatan perkapita yang rendah terjadi karena
investasi perkapita yang juga rendah. Tingkat investasi perkapita yang rendah
disebabkan oleh permintaan domestik perkapita yang rendah juga dan hal tersebut
terjadi karena tingkat kemiskinan yang yang tinggi dan demikian seterusnya,
sehingga membentuk sebuah lingkaran kemiskinan sebagai sebuah hubungan
sebab dan akibat (teori Nurkse) dan telah dibuktikan untuk contoh kasus lingkar
kemiskinan di Indonesia (Sumanta, 2005).
Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan penduduk, tingkat melek huruf dan
distribusi pendapatan terhadap kemiskinan di Kabupaten/Kota di Propinsi DIY
2004 - 2009.
5. Tinjauan Pustaka
Kemiskinan
Kemiskinan seringkali dipahami sebagai gejala rendahnya tingkat
kesejahteraan semata padahal kemiskinan merupakan gejala yang bersifat
kompleks dan multidimensi. Rendahnya tingkat kehidupan yang sering
sebagai alat ukur kemiskinan hanyalah merupakan salah satu mata rantai dari
munculnya lingkaran kemiskinan. Kemiskinan bisa dipandang sebagai suatu
hal yang absolut dan juga relatif. Secara umum, kemiskinan adalah
ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar standar atas
setiap aspek kehidupan.
Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuha penduduk menurut BPS pertumbuhan penduduk (population)
adalah semua orang yang menetap di suatu wilayah tertentu dalam jangka
waktu tertentu.
Menurut Sukirno (1997), pertumbuhan penduduk bisa menjadi faktor
pendorong dan penghambat pembangunan. Pertama, memungkinkan semakin
banyaknya tenaga kerja. Kedua, perluasan pasar, karena luas pasar barang
dan jasa ditentukan oleh dua faktor penting, yaitu pendapatan masyarakat dan
jumlah penduduk. Sedangkan penduduk disebut faktor penghambat
pembangunan karena akan menurunkan produktivitas, dan akan terdapat
banyak pengangguran.
Tingkat Melek Huruf
Tingkat Melek Huruf Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) melek huruf
adalah kemampuan seseorang membaca dan menulis huruf latin atau huruf
lainnya (selain huruf latin) yang masing-masing merupakan keterampilan
dasar yang diajarkan di kelas-kelas awal jenjang pendidikan dasar.
Pendidikan merupakan salah satu bentuk modal manusia (human capital)
yang menunjukkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendekatan modal
manusia berfokus pada kemampuan tidak langsung untuk meningkatkan
utillitas dengan meningkatkan pendapatan.
Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan nasional adalah mencerminkan merata atau
timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan
penduduknya (Dumairy,1997:54). Distribusi pendapatan dibedakan menjadi
dua ukuran pokok yaitu distribusi ukuran, adalah besar atau kecilnya bagian
pendapatan yang diterima masing-masing orang dan distribusi fungsional atau
distribusi kepemilikan faktor-faktor produksi (Todaro, 2000:180). Dari dua
definisi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa distribusi pendapatan
mencerminkan ketimpangan atau meratanya hasil pembangunan suatu daerah
atau negara baik yang diterima masing-masing orang ataupun dari
kepemilikan faktor-faktor produksi di kalangan penduduknya.
6. Metode Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang dikumpulkan secara tidak langsung / data yang
diterbitkan oleh suatu badan tetapi badan itu tidak langsung mengumpulkan
sendiri, melainkan diperoleh dari pihak lain. Data sekunder yang digunakan dalam
analisis ekonometrika pada penelitian ini adalah data panel (gabungan antara data
time series dan cross section) dalam bentuk tahunan. Data time series yang
digunakan adalah dimulai dari periode 2004 – 2009 (6 tahun).
7. Analisis dan Pembahasan
Pemilihan model dalam penelitian ini menggunakan uji Hausman untuk
memilih model Fixed Effect atau Random Effect.
Hasil Estimasi Model Random Effect
Variabel Koefisien Regresi Standart Error t-statistik Probabilitas
Y 2736.730 367.0205 7.456613 0.0000
X1 -4.695836 1.854389 -2.532281 0.0177
X2 -0.008699 0.038349 -0.226840 0.8223
X3 -0.250403 0.137615 -1.819587 0.0804
R2
:
0.344158
Adjusted R2
: 0.268484
DW-test : 2.665677
N : 30
Sumber : Lampiran Hasil Olah Data Model Random Effect, 2011.
Secara matematis hasil dari analisis regresi linier berganda dapat ditulis pada
estimasi persamaan sebagai berikut :
Y = – 4,695836X1 – 0,008699X2 – 0,250403X3
Pada persamaan di atas ditunjukkan pengaruh variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y). Adapun arti dari koefisien regresi tersebut
adalah:
1. β1= -4,695836
Artinyaapabila Pertumbuhan Penduduk (X1) naik sebesar 1 Persen, maka
Kemiskinan Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (Y) akan turun sebesar
4,695836 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan (cateris paribus)
2. β2 = -0,008699
Artinya apabila Tingkat Melek Huruf (X2) naik sebesar 1 persen , maka
Kemiskinan Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (Y) akan turun sebesar
0,008699 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan (cateris paribus)
3. β3 = -0,250403
Artinya apabila Distribusi Pendapatan (X3) naik sebesar 1 persen, maka
Kemiskinan Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (Y) akan turun sebesar
0,250403 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan (cateris paribus).
R2
(Koefisien Determinasi)
R2 (Koefisien Determinasi) ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan secara komprehensif
terhadap variabel dependen. Nilai R2 (Koefisien Determinasi) mempunyai range
antara 0-1. Semakin besar R2
mengindikasikan semakin besar kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen.
Dari hasil regresi R2 (Koefisien Determinasi) sebesar 0.344158 artinya
variasi dari variabel dependen (Y) dalam model yaitu Kemiskinan
Kabupaten/Kota di DIY (Y) dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen
(X) yaitu Pertumbuhan Penduduk (X1), tingkat melek huruf (X2), Distribusi
Pendapatan (X3) sebesar 34,41%, sedangkan sisanya sebesar 65,59% dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Pembahasan
Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa semua variable
independen berpengaruh tidak signifikan kecuali variabel Perumbuhan Penduduk
terhadap variabel dependen dengan menggunakan α = 5%. Semua variable
memiliki tanda yang sesuai dengan teori kecuali variable Pertumbuhan Penduduk,
artinya bahwa memang terdapat perbedaan karakteristik dan sumber daya antar
wilayah.
Kemiskinan dalam penelitian ini diukur dengan pertumbuhan penduduk
miskin menurut kriteria BPS. BPS menggunakan pendekatan pengeluaran atau
konsumsi yang mendasarkan pada kemampuan seseorang dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka usaha untuk
menurunkan angka kemiskinan dapat ditempuh dengan meningkatkan
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang nantinya dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat sehingga daya beli masyarakat dapat meningkat.
1. Pertumbuhan Penduduk dan Kemiskinan
Dari hasil pengujian hipotesis pertama diperoleh hasil bahwa pertumbuhan
penduduk mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan
Dimana penurunan pertumbuhan penduduk sebanyak 1 persen akan menurunkan
kemiskinan sebesar 4.695836 persen. Artinya penurunan pertumbuhan penduduk
akan menurunkan angka kemiskinan. Adanya hubungan negatif antara
pertumbuhan penduduk dengan jumlah penduduk miskin menunjukkan bahwa
semakin rendah perumbuhan penduduk, maka jumlah penduduk miskin juga akan
turun. Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2008) dan Wongdesmiwati (2010)
karena dalam penelitian tersebut pertumbuhan penduduk mempunyai hubungan
positif dengan jumlah penduduk miskin dimana semakin banyak jumlah
penduduk, maka jumlah penduduk miskin juga akan meningkat.
2. Tingkat Melek Huruf dan Kemiskinan
Dari hasil pengujian hipotesis ke dua bahwa variabel tingkat melek huruf
dengan menggunakan data jumlah angka melek huruf diperoleh hasil bahwa
variabel tingkat melek huruf mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kemiskinan artinya tingkat melek huruf tidak berpengaruh terhadap
kemiskinan di DIY karena hanya dengan melek huruf saja tidak cukup
berpengaruh untuk menurunkan tingkat kemiskinan, oleh sebab itu untuk
menurunkan tingkat kemiskinan bisa dari Human Capitalnya. Hasil tersebut
berbeda dengan yang diteliti oleh Skira (2006), Hermanto Siregar dan Dwi
Wahyuniarti (2008) dan Wongdesmiwati (2010). Dalam teori lingkaran
kemiskinan Nurkse dikatakan bahwa danya keterbelakangan, ketidak sempurnaan
pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya
produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima.
Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi.
Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan (Kuncoro, 1997).
Pendidikan disini disebut sebagai solusi untuk memotong lingkaran kemiskinan
ini. Dengan bekal pendidikan, maka produktivitas akan meningkat, peningkatan
produktivitas akan meningkatkan pendapatan, peningkatan pendapatan
mempertinggi kemampuan untuk menabung, tabungan tinggi akan meningkatkan
investasi dan investasi yang cukup akan dijadikan modal kembali dalam proses
pembangunan ekonomi.
3. Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan
Dari hasil pengujian hipotesis ketiga diperoleh hasil bahwa distribusi
pendapatan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan artinya
bahwa distribusi pendapatan tidak berpengaruh terhadap kemiskinan di DIY. Hal
itu bisa dikarenakan yang kaya semakin kaya sedangkan yang miskin,miskin tapi
masih berada diatas garis kemiskinan.
8. Penutup
Kesimpulan
1. Pertumbuhan Penduduk mempunyai pengaruh negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan artinya semakin rendah pertumbuhan penduduk maka
akan menurunkan tingkat kemiskinan.
2. Tingkat Melek Huruf berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kemiskinan, artinya bahwa tingkat melek huruf tidak berpengaruh
terhadap kemiskinan.
3. Distribusi Pendapatan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kemiskinan, artinya bahwa distribusi pendapatan tidak berpengaruh
terhadap kemiskinan.
Saran
Sesuai dengan hasil penelitian yang didapat, maka dapat diajukan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Pengendalian pertumbuhan penduduk di DIY sudah berjalan dengan baik
karena pelaksanaan program KB sudah berhasil dengan semakin turunnya
pertumbuhan penduduk yang berakibat semakin rendah pula tingkat
kemiskinan, oleh karena itu pemerintah harus terus menggalakkan
program Keluarga Berencana (KB) dan perlu terus dilakukannya
penyuluhan-penyuluhan akan pentingnya KB serta produk KB yang dapat
dijangkau kaum miskin.
2. Pendidikan yang tercermin dari besarnya tingkat melek huruf memiliki
pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan, sehingga
diharapkan pemerintah propinsi DIY kembali menggalakkan program
pemberantasan buta aksara supaya dapat menekan kemiskinan di seluruh
Kabupaten/ Kota di DIY dan peningkatan kualitas pendidikian, misalnya
dengan adanya kebijakan anggaran pendidikan 20% perlu dilakukan
kontrol dalam pengalokasiannya, terutama agar biaya pendidikan dapat
lebih ringan, karena biaya pendidikan kini semakin mahal sehingga kaum
miskin susah mengakses pendidikan.
3. Sebaran distribusi pendapatan di DIY, salah satunya dengan cara
perkembangan pada sektor industri tidak terpusat pada beberapa
kecamatan saja tetapi merata pada tiap kecamatan di DIY sehingga
ketimpangan pendapatan akan semakin kecil dan distribusi pendapatan
akan semakin merata dinikmati setiap penduduknya.
9. Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik, 2004-2008, DIY dalam Angka, BPS DIY
BPS Provinsi D.I.Yogyakarta, 2006 Profil Rumah Tangga Fakir Miskin-
Miskin Provinsi D.I.Yogyakarta (Pendataan Fakir Miskin 2006)
Yogyakarta
Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Firdausi, Nur Tsaniyah ( 2010), Proyeksi Tingkat Kemiskinan Di
Indonesia
(Studi Kasus di 30 Provinsi), Fakultas Ekonomi Diponegoro, Semarang.
Green, H.William, 2000, Econometric, Analysis, Third Edition, New
Jersey: Prentice Hall.
Gujarati, Damodar N, 2003, Basic Econometrics, Fourth Edition, The
McGrow Hill Companies Inc, New York.
54
Hadi Sasana, Peran Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Ekonomi di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Teng. Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol.10, No.1, hal.103-124.
Hasio, Cheng, 1995. Analisis of Panel Data. Cambridge: Cambridge
University Press.
Kuncoro, AS., (2008). Kemiskinan: Kesenjangan Antar Provinsi. Project
Officer untuk TARGETMDGs (BAPENAS/UNDP). MDGs News, Edisi
01/Juli-September 2008
Lincolin Arsyad, 1997, Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN,
Yogyakarta.
Mudrajad Kuncoro, 1997, Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan
Kebijakan, UPPAMP YKPN, Yogyakarta.
Mankiew, Gregory, 2000, Teori Makro Ekonomi, Erlangga
Sukirno, Sadono (1978), Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan
Dasar Kebijakan, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta.
Todaro, Michael. P. (1998), Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga,
Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Transyah, Echo, Imam Indratno. Penanggulangan Kemiskinan ( Poverty
Allivation ) untuk Keberhasilan Pembangunan. Universitas Islam Bandung
Widarjono, Agus, 2005, Ekonometrika Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama,
Ekonisia, UII, Yogyakarta.
Wahyu Winarno, Wing, Analisis Ekonomertika dan Statistik Eviews,UPP
STIM YKPN
Wongdesmiwati, 2010, Pertumbuhan Ekonomi dan Pengentasan
Kemiskinan di Indonesia, available: http://www.wordpress.com
10. Data Penulis ( Curiculum Vitae )
Nama : Atik Ismuningsih
Tempat/tgl. Lahir : Kulon Progo, 05 November 1989
Alamat : Padaan Ngasem, Banjarharjo Kalibawang Kulon Progo
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Pendidikan : - SD N Karangharjo
- SMP N 1 Kalibawang
- SMA N 1 Kalibawang
- UPN “ VETERAN” Yogyakarta