Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF DAN MOTIVASI
BERPRESTASI PADA MAHASISWA PAPUA DI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
OLEH
NOVANDRO WILSON PATTINAMA
80 2013 085
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Novandro Wilson Pattinama
Nim : 80 2013 085
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis Karya : Tugas Akhir
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
UKSW hal bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royality free right) atas karya
ilmiah saya berjudul:
HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF DAN MOTIVASI BERPRESTASI
PADA MAHASISWA PAPUA DI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Dengan hak bebas royality non-exclusive ini, UKSW berhak menyimpan
mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat
dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Salatiga
Pada Tanggal : 15 Agustus 2017
Yang menyatakan :
Novandro Wilson Pattinama
Mengetahui,
Pembimbing
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertandatangan ini :
Nama : Novandro Wilson Pattinama
Nim : 802013085
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana.
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:
HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF DAN MOTIVASI BERPRESTASI
PADA MAHASISWA PAPUA DI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Yang dibimbing adalah :
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS,
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangakai kalimat atau gambar serta symbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya
sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 15 Agustus 2017
Yang memberi pernyataan
Novandro Wilson Pattinama
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF DAN MOTIVASI BERPRESTASI
PADA MAHASISWA PAPUA DI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Oleh
Novandro Wilson Pattinama
802013085
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui Pada Tanggal : 22 Agustus 2017
Oleh:
Pembimbing
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.
Diketahui oleh, Disahkan oleh,
Kaprogdi Dekan
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. SutartoWijono, MA.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF DAN MOTIVASI
BERPRESTASI PADA MAHASISWA PAPUA DI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Novandro Wilson Pattinama
Chr Hari Soetjiningsih
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
i
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara pola
asuh otoritatif dan motivasi berprestasi pada mahasiswa Papua di Universitas Kristen
Satya Wacana. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan Teknik
pengambilan data accidental. Partisipan penelitian ini adalah 71 mahasiswa Papua yang
masih aktif berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana. Hasil penelitian ini adalah
ada hubungan positif dan signifikan antara pola asuh otoritatif yang diterapkan orang
tua dan motivasi berprestasi mahasiswa Papua di Universitas Kristen Satya Wacana.
Hasil data menunjukan dari 71 sampel terdapat 63,4% mahasiswa Papua mendapatkan
pola asuh otoritatif dari orang tua dan 61,78% mahasiswa Papua memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi. Makin tinggi pola asuh otoritatif maka makin tinggi pula
motivasi berprestasi pada mahasiswa Papua.
Kata kunci : Pola asuh otoritatif, motivasi berprestasi,
ii
ABSTRACT
This study aims to determine whether or not there is a relationship between
authoritative parenting patterns and an achievement motivation in Papuan students at
Satya Wacana Christian University. This research use quantitative method with
accidental data retrieval technique. Participants of this study are 71 Papuan students
who are still active in college at Satya Wacana Christian University. The result of this
research is there is positive and significant correlation between authoritative parenting
pattern applied by parents and achievement motivation of Papuan students at Satya
Wacana Christian University. The data shows that from 71 samples, there are 63.4% of
Papuan students get authoritative parenting and there is 61,78% of Papuan student
have the motivation of higher achievement. The higher authoritative parenting, then the
higher achievement motivation for the Papuan students.
Keywords: Authoritative parenting, achievement motivation,
1
PENDAHULUAN
Keberhasilan dalam pendidikan diperlukan oleh setiap individu yang sedang
menjalani pendidikan. Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan
lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensinya secara optimal, oleh
sebab itu pendidikan bertanggung jawab untuk memandu serta memupuk potensi yang
dimiliki anak. Mulyadi dan Renzuli (dalam Simamora, 2010) mengatakan bahwa pada
saat ini semakin disadari bahwa yang menentukan potensi anak bukan hanya dilihat dari
inteligensi (kecerdasan) melainkan juga motivasi anak untuk berprestasi. Motivasi
berprestasi yang tinggi diperlukan oleh setiap individu demi keberhasilan dalam
menempuh jenjang pendidikan termasuk pendidikan di suatu perguruan tinggi tertentu.
Laura (2010) menjelaskan bahwa motivasi merupakan kekuatan yang menggerakan
seseorang untuk berperilaku, berfikir, dan merasa seperti yang mereka lakukan.
McClelland (dalam Dewi, 2012) menyatakan motivasi berprestasi adalah suatu
keinginan untuk mengatasi atau mengalahkan suatu tantangan yang bertujuan untuk
kemajuan dan pertumbuhan.
Mahasiswa membutuhkan motivasi berprestasi dalam menempuh pendidikan di
perkuliahan khususnya untuk meraih prestasi yang diinginkan. McClelland (1987)
menjelaskan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi umumnya,
lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan kampus dan kegiatan masyarakat, lebih memilih
seorang ahli daripada seorang teman sebagai mitra kerjanya, mereka tampak antusias
untuk menyelesaikan tugas mereka dengan baik, serta mempelajari bagaimana
mengerjakan tugas tersebut dengan lebih baik lagi. Orang yang mempunyai motif
berprestasi yang kuat akan mencari situasi dimana mereka dapat memperoleh kepuasan
berprestasi. Namun tidak semua mahasiswa memiliki ciri motivasi berprestasi yang
2
tinggi khususnya mahasiswa Papua di Universitas Kristen Satya Wacana. Berdasarkan
pengamatan terhadap perilaku beberapa mahasiswa Papua pada saat perkuliahan umum
selama tiga bulan dan wawancara yang dilakukan terhadap koordinator team promosi
Universitas Kristen Satya Wacana serta terdapat beberapa fenomena dan fakta yang
terjadi di lapangan pada mahasiswa Papua antara lain: kurang aktif dalam kegiatan
kampus dan kegiatan ilmiah di kampus serta kegiatan masyarakat, kurang ada keinginan
untuk menghadapi tugas-tugas yang menantang, kurang antusias dalam menyelesaikan
tugas kuliah, lebih memilih teman daripada seseorang yang ahli dalam menyelesaikan
tugas serta kurang melakukan diskusi untuk mendapatkan umpan balik.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi sumber motivasi berprestasi salah
satunya yaitu lingkungan keluarga atau pola asuh dalam hal ini pola asuh otoritatif
yang diterapkan orangtua. Baumrind (dalam Santrock, 2002) dan Munandar (2002)
mengemukakan bahwa pola asuh otoritatif (authoritative parenting) mendorong anak-
anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan
mereka. Musyawarah verbal yang ekstensif dimungkinkan, dan orangtua
memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada anak. Pengasuhan otoritatif
diasosiasikan dengan kompetensi sosial anak-anak. Dapat disimpulkan bahwa anak
yang orangtuanya otoritatif cenderung berkompeten secara sosial, percaya diri, dan
bertanggung jawab secara sosial.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan pola asuh dan
motivasi berprestasi antara lain penelitian yang dilakukan oleh Simamora (2010) yang
menyatakan bahwa pola asuh otoritatif dan motivasi berprestas berpengaruh positif
terhadap kreativitas. Penelitian Ishak dkk (2012) yang menyatakan bahwa pola asuh
otoritatif dapat meningkatkan prestasi akademik anak, serta penelitian yang dilakukan
3
oleh Hidayah (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap motivasi belajar siswa kelas V MI
Negeri Sindutan Temon Kulon Progo. Namun terdapat penelitian yang menunjukan
hasil sebaliknya yaitu penelitian yang dilakukan Susanto dan Nurhayati (2013) yang
menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua
dengan motivas berprestasi dan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2012)
menunjukan bahwa penerapan pola asuh tidak berhubungan dengan motivasi
berprestasi.
Berdasarkan pada uraian di atas hasil-hasil penelitian yang ada menunjukan
terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh otoritatif terhadap motivasi
berprestasi tetapi ada juga yang menyatakan tidak ada hubungan antara pola asuh dan
motivasi berprestasi serta pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan belum tentu
dapat digeneralisasikan pada kelompok masyarakat tertentu sehingga penulis ingin
meneliti lebih lanjut mengenai pola asuh otoritatif dan motivasi berprestasi pada
mahasiswa Papua di Universitas Kristen Satya Wacana.
Rumusan masalah penelitian apakah ada hubungan antara pola asuh otoritatif
dan motivasi berprestasi pada mahasiswa Papua di Universitas Kristen Satya Wacana.
Tujuan membuktikan ada atau tidak adanya hubungan yang signifikan antara pola asuh
otoritatif dan motivasi berprestasi pada mahasiswa Papua.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Motivasi Berprestasi
McClelland (dalam Wijono, 2007) bahwa aplikasi dari motif berprestasi
menjelaskan bahwa individu akan mengerjakan sesuatu dengan gigih dan resiko
4
pekerjaannya adalah moderat, maka dia akan bekerja lebih bertanggung jawab dan
memperoleh umpan balik atas hasil prestasinya.
McClelland (dalam Triwoko, 2013) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai
motivasi yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing
dengan suatu ukuran keunggulan (standart of excellent).
Menurut McClelland (dalam Triwoko, 2013) menyebutkan bahwa motivasi
berprestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja, termasuk
belajar seseorang yang mendorong untuk mengembangkan kreativitas dan menggerakan
semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi yang
maksimal. McClelland (dalam Arif, 2013) menjelaskan motivasi berprestasi adalah
motif yang mengarahkan perilaku seseorang pada tujuan yang diinginkan.
McClelland (1985) mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi adalah
keinginan untuk mencapai sesuatu yang sulit, memanipulasi atau mengorganisir objek
fisik. Demi menunjang penelitian ini maka penulis menggunakan teori dari McClelland.
Karakteristik Motivasi Berprestasi
McClelland (dalam Simamora, 2010) mengemukakan bahwa ada enam
karakteristik motivasi berprestasi pada seseorang yaitu :
a. Menyenangi tugas atau tanggung jawab pribadi, yaitu individu mempunyai
motivasi berprestasi yang tinggi akan selalu bertanggung jawab terhadap
pekerjaannya, dan selalu menerima tugas dengan senang hati.
b. Menyenangi umpan balik atas perbuatan (tugas) yang dilakukannya, yaitu
individu akan selalu mengharapkan hasil atau feeback dari setiap pekerjaan yang
dilakukannya.
5
c. Menyenangi tugas yang bersifat moderat yang tingkat kesulitannya tidak terlalu
sulit tetapi juga tidak terlalu mudah, yang penting adanya tantangan dalam tugas,
serta memungkinkan diraih dengan hasil yang memuaskan. Yaitu individu akan
tertarik dengan tugas yang menantang serta memberikan hasil yang maksimal.
d. Tekun dan ulet dalam bekerja. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi
yang tinggi akan selalu berusaha melakukan tugas pekerjaannya sebaik mungkin
dan pantang menyerah.
e. Dalam melakukan tugas penuh pertimbangan dan perhitungan (tidak spekulasi
atau untung-untungan). Individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang
tinggi akan menghindari pekerjaan yang asal-asalan atau berspekulasi karena
setiap tugas yang dikerjakannya dengan penuh pertimbangan.
f. Keberhasilan tugas merupakan faktor yang penting bagi dirinya yang akan
meningkatkan aspirasinya dan tetap bersifat realistis. Individu yang mempunyai
motivasi berprestasi tinggi akan selalu bersikap realistis dan mengutamakan
keberhasilan dalam tugas.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi
menurut McClelland (dalam Nugroho, 2002) antara lain :
1. Lingkungan fisik.
Seseorang yang tinggal di daerah sejuk mempunyai motivasi berprestasi yang
lebih tinggi dibandingkan seseorang yang tinggal di daerah tropis sebab mereka
tidak cepat capai.
2. Pola asuh otoritatif
6
Pola asuh otoritatif memberikan kebebasan pada anak untuk eksplorasi sehingga
mereka terbiasa untuk menghadapi tugas yang menantang dan belajar menangani
masalah sendiri akan membuat anak mempunyai motivasi berprestasi tinggi.
3. Tingkat sosial ekonomi
Keluarga yang tergolong sosial ekonominya menengan cenderung akan
mendorong anaknya untuk berprestasi sebaik-bainya, sedangkan yang sosial
ekonominya rendah cenderung mementingkan bagaimana mereka bertahan hidup
McClelland mengungkapkan (dalam Susanto dan Nurhayati, 2013) bahwa
terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi meliputi :
a. Faktor Individual
Dalam hal ini, faktor individual yang dimaksud terutama adalah faktor inteligensi
dan faktor penilaian individu tentang dirinya. Intelegensi merupakan kecakapan
yang bersifat potensial yang dimiliki seseorang dan merupakan salah satu unsur
penting dalam proses pemecahan masalah yang dilakukan individu. Taraf
kecerdasan (intelegensi) yang dimiliki individu juga akan turut menentukan atau
mempengaruhi prestasi yang dicapainya
b. Faktor Lingkungan
Faktor Lingkungan Maksud dari faktor lingkungan disini adalah segala sesuatu
yang berada diluar diri individu, yang turut mempengaruhi motivasi
berprestasinya. Faktor lingkungan ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Lingkungan Keluarga
Relasi yang kurang harmonis dalam keluarga dapat menimbulkan gangguan -
gangguan emosional pada anggota keluarga, termasuk anak sebagai anggota
sebuah keluarga. Gangguan emosional seringkali berupa bentuk - bentuk
7
ketegangan atau konflik yang dirasakan dalam diri individu. Sebaliknya, bila
relasi dalam keluarga berlangsung harmonis dan dapat memberikan rasa aman,
maka individu akan merasa bebas untuk bereksplorasi dan mengekspresikan
diri.
2. Lingkungan Sosial
Merupakan lingkungan sekitar tempat individu hidup dan bergaul sehari-hari.
Lingkungan sekitar yang banyak memberikan rangsangan akan membantu
meningkatkan rasa ingin tahu individu sehingga akan mengembangkan dan
meningkatkan motivasi berprestasinya.
3. Lingkungan Akademik
Lingkungan akademik menyangkut sejauh mana sebuah institusi pendidikan
dapat memenuhi kebutuhan individu sebagai siswa berprestasi di sekolahnya,
meliputi fasilitas yang disediakan, hubungan antara siswa dan guru, dan
hubungan antar siswa sendiri.
Pengertian Pola Asuh
Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan kepada anak dan bersifat relatif
konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi
negatif maupun positif (Simamora, 2010). Menurut Baumrind (dalam Budyarti, 2016)
pola asuh merupakan cara orang tua membesarkan anak dengan memenuhi kebutuhan
anak, memberi perlindungan, mendidik anak, serta mempengaruhi tingkah laku anak
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Nirwana (2013) pola asuh orangtua otoritatif adalah pola asuh yang
memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun tidak mutlak, dan dengan
bimbingan yang penuh pengertian antara orangtua dan anak. Dengan kata lain, pola
8
asuh otoritatif ini memberikan kebebasan pada anak untuk mengemukakan pendapat,
melakukan apa yang diinginkannya, dengan tidak melewati batas-batas yang telah
ditetapkan orangtua.
Ciri-ciri pola asuh otoritatif
Menurut Hurlock (dalam Simamora, 2010) bahwa orangtua yang otoritatif
menunjukan kesenangan dan dukungan sebagai respon terhadap respon perilaku
konstruktif anak. Mereka juga mengharapkan perilaku anak yang dewasa, mandiri, dan
sesuai dengan usianya. Anak yang memiliki orangtua otoritatif sering kali ceria, bisa
mengendalikan diri, dan mandiri, dan berorientasi pada prestasi. Ciri-ciri pola asuh
otoritatif adalah :
1. Cara pemenuhan kebutuhan dalam hal pendidikan dan pemberian informasi,
orangtua mengajak remaja untuk berdiskusi tukar pendapat, sehingga dapat
ditemukan kesesuaian diantara keduanya.
2. Komunikasi antara orangtua sebagai pembimbing dan remaja saling terbuka
sehingga anak merasa hubungan yang terbuka tanpa paksaan, karena hal itu hasil
dari kesepakatan bersama antara orangtua dan remaja.
3. Cara penerapan disiplin orangtua otoritatif, remaja diajak untuk menentukan
kontrol atau hubungan tetapi yang menetapkan tetap orangtua, remaja diberi
kesemptan untuk memahami arti dan kegunaan kontrol tersebut, sehingga
diantaranya telah terjadi kesepakatan bersama mengenai kontrol atau hukuman
Fungsi Pola Asuh Otoritatif
Hart, Newell dan Olsen, Steinberg dan Silk (dalam Santrock, 2007)
mengemukakan bahwa pola asuh otoritatif cenderung merupakan gaya pengasuhan yang
9
paling efektif karena efeknya sangat positif terhadap perkembangan anak. Efek yang
dapat terlihat adalah :
1. Orang tua yang otoritatif menerapkan keseimbangan yang tepat antara kendali dan
otonomi, sehingga memberi anak kesempatan untuk membentuk kemandirian
sembari memberikan standar, batas, dan panduan yang dibutuhkan anak.
2. Orangtua yang otoritatif lebih cenderung melibatkan anak dalam kegiatan memberi
dan menerima secara verbal dan memperbolehkan anak mengutarakan pandangan
mereka. Jenis diskusi keluarga ini membantu anak memahami hubungan sosial dan
apa yang dibutuhkan untuk menjadi orang yang kompeten secara sosial.
3. Kehangatan dan keterlibatan orangtua yang diberikan oleh orang tua yang otoritatif
membuat anak lebih menerima pengaruh orangtua.
Hubungan Pola Asuh Otoritatif dan Motivasi Berprestasi
Semua mahasiswa mempunyai pontensi untuk berprestasi dan motivasi berprestasi
dapat dimiliki oleh setiap orang dalam pendidikan. Banyak hal dapat menjadi faktor
atau sumber dari motivasi berprestasi salah satunya adalah pola asuh keluarga dalam hal
ini pola asuh otoritatif. Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada
anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Menurut Hurlock (1978), salah
satu faktor dari orangtua yang berpengaruh terhadap perkembangan anak adalah cara
pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua atau pola pemeliharaan orangtua
mencangkup cara pemenuhan kebutuhan, cara penerapan disiplin/aturan dan cara
komunikasi. Pemberian pola asuh yang tepat pada remaja merupakan hal yang penting,
karena dengan pemberian pola asuh yang tepat diharapkan remaja dapat belajar untuk
menyesuaikan diri dan dengan positif mengembangkan semua potensi yang dimilikinya
(Hurlock, 1978). Bee dan Boyd (2007), menjelaskan bahwa hal positif dari pola asuh
10
otoritatif adalah orang tua sangat tinggi dalam memberikan kontrol dan kehangatan,
mengatur batasan-batasan, pola asuh otoritatif kurang menggunakan hukuman fisik
serta memiliki komunikasi yang intens. Anak yang berkembang dalam tipe keluarga
otoritatif menunjukan kepercayaan diri tinggi, mandiri, mendapatkan nilai yang tinggi
dalam berkuliah dan bersekolah dan memiliki motivasi untuk berprestasi. Menurut
Yusniyah (dalam Susanto dan Nurhayati, 2013), pola asuh orangtua adalah suatu
keseluruhan interaksi antara orangtua dengan anak, dimana orang tua bermaksud
menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan, serta nilai-nilai
yang dianggap paling tepat oleh orang tua agar anak dapat mandiri, tumbuh dan
berkembang secara sehat dan optimal. Jadi pola asuh adalah salah satu faktor dan aspek
penting yang dapat mendukung perilaku siswa berprestasi. Pola kepemimpinan orang
tua juga merupakan faktor penting dalam mempengaruhi munculnya individu
berprestasi. Apabila pola asuh orang tua dapat menunjang motivasi berprestasi yang
tinggi, tentu prestasi belajar siswa juga akan tinggi.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif dan signifikan antara
pola asuh otoritatif dan motivasi berprestasi pada mahasiswa Papua, semakin tinggi pola
asuh otoritatif maka semakin tinggi juga motivasi berprestasi pada mahasiswa Papua
METODE PENELITIAN
IDENTIFIKASI DAN DEFINISI OPERASIONAL
Identifikasi Variabel penelitian
Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
Variabel terikat : Motivasi Berprestasi
Variabel Bebas : Pola Asuh Otoritatif
11
Motivasi Berprestasi
Menurut McClelland (dalam Triwoko, 2013) menyebutkan bahwa motivasi
berprestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja, termasuk
belajar seseorang yang mendorong untuk mengembangkan kreativitas dan menggerakan
semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi yang
maksimal.
Karakteristik dari motivasi berprestasi menurut McClelland(1987) adalah
menyenangi tugas atau tanggung jawab pribadi, menyenangi umpan balik, menyenangi
tugas yang bersifat moderat , tekun dan ulet dalam bekerja, dalam melakukan tugas
penuh pertimbangan dan perhitungan, Keberhasilan tugas merupakan faktor yang
penting bagi dirinya
Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh orang tua otoritatif adalah pola asuh yang memperhatikan dan
menghargai kebebasan anak, namun tidak mutlak, dan dengan bimbingan yang penuh
pengertian antara orangtua dan anak.
Hurlock (dalam Simamora, 2010) mengatakan bahwa ciri-ciri pola asuh
otoritatif adalah orang tua mengajak anak untuk berdiskusi tukar pendapat, komunikasi
yang terbuka antara orang tua sebagai pembimbing dan anak, serta anak diajak untuk
menentukan kontrol atau hukuman.
PARTISIPAN
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Papua angkatan 2016 yang lahir
dan besar Papua dan sedang melanjutkan study di perguruan tinggi Universitas Kristen
Satya Wacana yang berjumlah 232 mahasiswa dan sampel penelitian adalah berjumlah
12
71 orang mahasiswa Papua aktif yang sedang melakukan studi di Universitas Kristen
Satya Wacana dari berbagai fakultas.
TABEL . JUMLAH MAHASISWA AKTIF ASAL PAPUA
JENIS REGISTRASI ANGKATAN
Grand Total
2007 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
CUTI
1
1
DISERTASI LANJUT
1
1
KULIAH
1 16 36 52 100 127 154 232 718
TIDAK REGISTRASI 2 4 6 13 129 88 60 46
348
TESIS
1
1
TESIS LANJUT
1 1
2
Grand Total 2 5 22 49 181 189 190 201 232 1071
(sumber : Bagian Administrasi dan Registrasi Universitas Kristen Satya Wacana)
Pengumpulan data dilakukan dengan meminta surat ijin penelitian dan ditujukan
kepada bagian administrasi universitas untuk mendapatkan data jumlah populasi
mahasiswa Papua angkatan 2016. Pengambilan data oleh penulis dilakukan pada
tanggal 1 Desember 2016 – 8 Desember 2016 yang dimana penulis menyebarkan skala
pada mahasiswa Papua khususnya angkatan 2016 pada saat kegiatan natal di asrama
mansinam, di tempat mahasiswa Papua tinggal atau mengontrak rumah bersama atau di
kos-kos yang terdapat banyak mahasiswa Papua angkatan 2016 dengan kriteria,
merupakan mahasiswa yang masih aktif, merupakan angkatan 2016, lahir dan besar di
Papua dan sedang berstatus aktif berkuliah.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan Teknik
ecide ntal yaitu penemuan sampel didasarkan pada faktor kebetulan yang dijumpai
penulis pada saat melakukan penelitian. Dan skala psikologis yang digunakan adalah
skala Likert yang diberi skor. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan skala
13
motivasi berprestasi dan skala pola asuh otoritatif. Skala motivasi berprestasi terdiri
dari 24 item dan 16 item pada skala pola asuh otoritatif.
ANALISIS ITEM DAN RELIABILITAS ALAT PENGUMPUL DATA
Analisis Item
Untuk mendapatkan daya diskriminasi yang baik penulis menggunakan item
total correlation, dengan ketentuan r ≥0,30. Menurut azwar (2012) semua item yang
mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan. Item
yang kurang dari 0,30 dapat di interpretasikan sebagai item yang memiliki daya beda
rendah
Reliabilitas
Dalam penelitian ini dari total 30 item terdapat 11 item yang gugur, item
tersebut adalah item nomor 1,2,3,4,5,6,9 pada Skala Pola Asuh Otoritatif dan item
nomor 2,3,8,18 pada Skala Motivasi Berprestasi
Suatu ciri alat ukur dapat dikatakan berkualitas baik adalah jika alat ukur resebut
reliabel, yaitu dimana alat ukur tersebut mampu menghasilkan skor yang detail dengan
error kecil. Koefisien reliabilitas berada pada rentan angka 0 sampai dengan 1,00.
Semakin koefisiennya mendekati angka 1,00 maka semakin baik relibialitasnya, begitu
juga sebaliknya ( Azwar, 2012).
Perhitungan reliabilitas skala didapatkan hasil koefisien ɑ= 0,898 untuk skala
motivasi berprestasi dan skala pola asuh otoritatif koefisien ɑ= 0,780, maka dapat
disimpulkan bahwa kedua skala yang digunakan dalam penelitian ini reliabel. Dalam
penelitian ini terdapat 11 item yang gugur, item tersebut adalah item nomor
1,2,3,4,5,6,9 pada Skala Pola Asuh Otoritatif dan item nomor 2,3,8,18 pada Skala
14
Motivasi Berprestasi. Pada penelitian ini penulis menggunakan try out terpakai yaitu
subjek yang digunakan untuk try out digunakan sekaligus untuk penelitian.
TEKNIK ANALISIS DATA
Data dianalisis menggunakan uji korelasi product moment pearson. Dilakukan
dengan bantuan program SPSS ( Statistical Product & Service Solution) 16.0 for
windows.
HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif
MOTIVASI BERPRESTASI
Untuk menentukan tinggi rendahnya motivasi berprestasi pada mahasiswa papua
angkatan 2016 di Universitas Kristen Satya Wacana maka digunakan 3 buah kategori
pengelompokan, yaitu Tinggi, Cukup, Rendah. Variabel motivasi berprestasi memiliki
20 item yang baik, dengan skor berjenjang antara skor 1 hingga skor 4 berdasarkan jenis
favorabel dan unfavorabel. Pembagian skor tertinggi dan terendah pada variabel
motivasi berprestasi sebagai berikut:
i) Skor tinggi : 4 x 20 = 80
ii) Skor terendah :1 x 20 = 20
Untuk mendapatkan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel motivasi
berprestasi seperti dijelaskan sebelumnya menggunakan tiga kategori, yaitu mengurangi
jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah
kategori.
15
Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah
Jumlah Kategori
i = 80 – 20
3
i =20.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditentukan kategori pada motivasi berprestasi
sebagai berikut :
Tingi : 60 < x ≤ 80
Cukup : 40< x ≤ 60
Rendah :20 < x ≤ 40
TABLE 1
INTERVAL MOTIVASI BERPRESTASI
No Interval Kategori Frekuensi % Mean Sd
1 60 < x ≤ 80 Tinggi 36 50,7% 61,78
2 40 < x ≤ 60 Cukup 35 49,3%
3 20 < x ≤ 40 Rendah 0 0% 8,8
TOTAL 71 100 %
Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil rata-rata pada variable motivasi berprestasi sebesar
61,78 sehingga tergolong dalam kategori tinggi, dengan skor terendah 20 dan skor
tertinggi 80. Presentase yang terdapat dalam setiap kategori yaitu 50,7% subjek berada
dalam kategori sangat tinggi, 49,3% kategori cukup dan 0% kategori rendah. Secara
keseluruhan dapat dikatakan bahwa motivasi berprestasi mahasiswa papua angkatan
2016 di Universitas Kristen Satya Wacana tergolong tinggi.
16
POLA ASUH OTORITATIF
Dalam menentukan tinggi rendahnya pola asuh otoritatif pada mahasiswa Papua
angkatan 2016 di Universitas Kristen Satya Wacana maka digunakan 3 buah kategori
pengelompokan, yaitu : Tinggi, Cukup, Rendah. Variebel Pola Asuh Otoritatif memiliki
9 item yang baik, dengan skor berjenjang berjenjang antara skor 1 hingga skor 4
berdasarkan jenis favorabel dan unfavorabel. Pembagian skor tertinggi dan terendah
pada variabel pola asuh otoritatif sebagai berikut:
iii) Skor tinggi :4 x 9 = 36
iv) Skor terendah :1 x 9 = 9
Untuk mendapatkan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel motivasi
berprestasi seperti dijelaskan sebelumnya menggunakan tiga kategori, yaitu mengurangi
jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah
kategori.
Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah
Jumlah Kategori
i = 36 – 9
3
i =9
Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditentukan kategori pada pola asuh otorittif
sebagai berikut :
Tinggi : 27 < x ≤ 36
Cukup :18 < x ≤ 27
Rendah :9 ≤ x ≤ 18
17
TABLE 2
INTERVAL POLA ASUH OTORITATIF
No Interval Kategori Frekuensi % Mean Sd
1 27 < x ≤ 36 Tinggi 45 63,4% 28,5 4,48
2 18 < x ≤ 27 Cukup 26 36,6%
3 9 < x ≤18 Rendah 0 0 %
TOTAL 71 100 %
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil rata-rata pada variable pola asuh otoritatif
sebesar 28,5 sehingga tergolong dalam kategori tinggi, dengan skor terendah 9 dan skor
tertinggi 36. Presentase yang terdapat dalam setiap kategori yaitu 63,4% subjek berada
dalam tinggi, 36,6 % dalam kategori cukup dan 0% dalam kategori rendah. Secara
keseluruhan dapat dikatakan bahwa pola asuh otoritatif mahasiswa papua angkatan 2016
di Universitas Kristen Satya Wacana tergolong sangat tinggi.
Uji Asumsi
Uji Normalitas
Setelah dilakukan penumpulan data dan pengolahan data dengan menggunakan
SPSS, diperoleh hasil uji normalitas antara variabel pola asuh oritatif dan motivasi
berprestasi adalah sebagai berikut.:
TABLE 3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
MB PA
N 71 71
Normal Parametersa Mean 61.79 28.54
Std. Deviation 8.840 4.488
Most Extreme Differences Absolute .129 .118
Positive .129 .080
Negative -.091 -.118
Kolmogorov-Smirnov Z 1.091 .994
Asymp. Sig. (2-tailed) .185 .276
a. Test distribution is Normal.
18
HASIL UJI NORMALITAS
Dari uji normalitas di atas diketahui bahwa didapat hasil nilai signifikansi pada
variabel motivasi berprestasi (MB) adalah 0,185 dan pada variabel pola asuh (PA) 0,276
sehingga data ini dapat dikatakan berdistribusi normal, karena nilai sig (P>0,05).
Uji Linearitas
Dengan menggunakan SPSS, Hasil uji linearitas antara variabel pola asuh
otoritatif dan motivasi berprestasi adalah sebagai berikut.
Tabel 4
Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
MB * PA Between Groups (Combined) 4014.069 17 236.122 8.596 .000
Linearity 2711.384 1 2711.384 98.714 .000
Deviation from Linearity 1302.685 16 81.418 2.964 .002
Within Groups 1455.762 53 27.467
Total 5469.831 70
Dari hasil uji linearitas di atas, di dapat hasil bahwa data penelitian ini linear.
Hasil yang didapat adalah F=98,71 dengan nilai signifikansi =0,000 (P<0,05) maka data
ini dapat dikatakan linear.
Uji Hipotesis
Uji Korelasional
Dengan menggunakan SPSS, Hasil uji korelasional antara variabel pola asuh
oritatif dan motivasi berprestasi adalah sebagai berikut:
19
Tabel 5
Hasil Uji Korelasi
Correlations
MB PA
MB Pearson Correlation 1 .704**
Sig. (1-tailed) .000
N 71 71
PA Pearson Correlation .704** 1
Sig. (1-tailed) .000
N 71 71
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Hasil dari uji korelasi menunjukan r = 0,704, nilai sig =0,000 (P < 0,05), artinya
ada korelasi positif antara pola asuh otoritatif dan motivasi berprestasi pada mahasiswa
Papua angkatan 2016 di Universitas Kristen Satya Wacana, makin tinggi pola asuh
otoritatif maka maki tinggi juga motivasi berprestasi mahasiswa.
PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil analisis maka diperoleh hasil uji korelasional r = 0,704
dan nilai sig = 0,000 yang berarti bahwa adanya korelasi positif antara pola asuh
otoritatif dan motivasi berprestasi pada mahasiswa Papua angkatan 2016 di Universitas
Kristen Satya Wacana, makin tinggi pola asuh otoritatif maka makin tinggi motivasi
berprestasi. Hasil data pada tabel 4.1 menunjukan bahwa mahasiswa Papua angkatan
2016 memiliki motivasi berprestasi 50,7% tinggi dan 49,3% yang memiliki motivasi
berprestasi yang cukup dengan rata-rata 61,78 hal ini menunjukan bahwa tingkat
motivasi berprestasi pada mahasiswa Papua angkatan 2016 di Universitas Kristen Satya
Wacana tergolong tinggi. Hal ini di karenakan bagi mahasiswa yang memiliki orang tua
yang otoritatif cenderung menyenangi umpan balik, tekun dan ulet dalam bekerja,
menyenangi tugas atau tanggung jawab pribadi, menyenangi tugas yang bersifat
20
moderat, mengerjakan tugas dengan hati-hati dan mengutamakan keberhasilan tugas.
Baumrind (dalam Rivers, Mulis, Fortner, dan Mullis, 2012) mengatakan bahwa anak
yang orang tua otoritatif memiliki kepercayaan yang kuat dalam kompetensi diri mereka
saat menghadapi tantangan dalam tugas pendidikan.
Pada tabel 4.2 menunjukan bahwa 63,4,% mahasiswa Papua angkatan 2016
mendapatkan pola asuh otoritatif dari orang tua yang Tinggi dan 36,6% cukup dengan
rata-rata 28,53, hal ini menunjukan bahwa pola asuh otoritatif yang diberikan orang tua
terhadap mahasiswa Papua angkatan 2016 tergolong tinggi.
Hal ini dikarenakan bagi orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif akan
memberikan pemenuhan kebutuhan dalam memberikan informasi, berdiskusi tukar
pendapat, komunikasi antar orang tua sebagai pembimbing dengan anak, sehingga anak
dapat mengerjakan tugas dan tanggung jawab dengan baik, menyenangi umpan balik
yang diberikan, tekun dan ulet, senang mengerjakan tugas yang moderat serta kepuasan
mendapatkan hasil yang baik dari tugas dan tanggung jawabnya.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pola asuh otoritatif memiliki
sumbangan efektif (SE) sekitar 49,5% maka dapat disimpulkan bahwa variabel pola
asuh otoritatif berperan dalam motivasi berprestasi pada mahasiswa Papua di
Universitas Kristen Satya Wacana, sedangkan sisanya 50,5% dipengaruhi faktor-faktor
lain diluar pola asuh otoritatif. Dengan demikian pola asuh otoritatif memiliki
kontribusi terhadap motivasi berprestasi pada mahasiswa Papua, yang artinya
berdasarkan penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa motivasi berprestasi
mahasiswa Papua dapat dipengaruhi oleh pola asuh otoritatif yang diberikan orang tua.
Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pola asuh otoritatif maka makin tinggu juga
21
motivasi berprestasi mahasiswa Papua. Hal ini menunjukan bahwa antara pola asuh
otoritatif dan motivasi berprestasi memiliki hubungan positif dan signifikan.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Boon, (2007) yang
menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh atoritatif dan berprestasi pada
murid kelas dua, pola asuh otoritatif dapat memberikan hasil yang tinggi dalam
berprestasi dengan meningkatkan self-efficacy melindungi diri serta melawan Self–
Handiccaping. Boon (2007) juga mengungkapkan prestasi yang rendah secara
signifikan terkait dengan pola asuh orang tua yang keliru.
Juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Simamora (2010) yang
berjudul pengaruh pola asuh otoritatif dan motivasi berprestasi pada kreativitas
mahasiswa yang menunjukan bahwa pola asuh otoritatif dan motivasi berprestasi
berpengaruh positif terhadap kreativitas mahasiswa.
Mahasiswa diharapkan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi agar dapat
menciptakan mahasiswa yang berprestasi dan berkualitas dalam akademik, serta dapat
menjadi mahasiswa yang berdaya cipta dalam kehidupan sehari-hari. Ruzina dan
Matnizam (dalam Ishak, Low, dan Lau, 2012) telah membuktikan bahwa gaya
pengasuhan pola asuh otoritatif berhubungan dengan prestasi akademik postif. Juang
dan Silbereisen (dalam Ishak, Low, dan Lau, 2012) menjelaskan bahwa ada hubungan
positif signifikan antara kapasitas akademik dengan variabel dari pola asuh otoritatif
seperti : kehangatan orang tua, ketertarikan orang tua untuk terlibat dalam pendidikan
dan diskusi mengenai akademik dengan orang tua.
Gottfried, Steinberg dan Silk (dalam Rivers, Mulis, Fortner, dan Mullis, 2012)
mengatakan pengasuhan secara otoritatif berhubungan positif dengan motivasi dan
penelitian telah menghubungkan motivasi dengan kinerja sekolah yang lebih tinggi dan
22
pencapaian hasil. Gaya pengasuhan menangkap dua elemen penting dalam mengasuh
anak : respon orang tua dan ketekunan orang tua (dalam Ishak, Low, dan Lau, 2012).
Steinberg, Elmen dan Mount (dalam (Ellis, 2003) Pola asuh otoritatif juga
memiliki sebuah efek positif dalam kematangan sosial yang dimana berdampak besar
dalam prestasi di sekolah. Ditemukan juga bahwa tiga komponen pola asuh otoritatif (
penerimaan orang tua, otonomi psikologis, dan kontrol perilaku) masing-masing
membuat kontribusi positif kepada prestasi sekolah.
Menurut Hurlock (1978), salah satu faktor dari orangtua yang berpengaruh
terhadap perkembangan anak adalah cara pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua
atau pola pemeliharaan orangtua mencangkup cara pemenuhan kebutuhan, cara
penerapan disiplin atau aturan dan cara komunikasi.
Bee dan Boyd (2007), menjelaskan bahwa hal positif dari pola asuh otoritatif
adalah orang tua sangat tinggi dalam memberikan kontrol dan kehangatan, mengatur
batasan-batasan, pola asuh otoritatif kurang menggunakan hukuman fisik serta memiliki
komunikasi yang intens.
Menurut Yusniyah (dalam Susanto dan Nurhayati, 2013), pola asuh orangtua
adalah suatu keseluruhan interaksi antara orangtua dengan anak, dimana orang tua
bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan, serta
nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua agar anak dapat mandiri, tumbuh
dan berkembang secara sehat dan optimal.
23
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat hubungan positif dan signifikan antara pola asuh otoritatif dan motivasi
berprestasi pada mahasiswa Papua angkatan 2016 di Universitas Kristen Satya Wacana.
Makin tinggi pola asuh otoritatif maka makin tinggi motivasi berprestasi mahasiswa
Papua.
SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
Peneliti berikutnya
Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menambah populasi dan menambah
jumlah sampel serta mengembangkan untuk meneliti mahasiswa papua dalam jumlah
yang lebih besar dan lebih khusus agar dapat memberikan masukan saran dan gambaran
kepada pemerinta daerah Papua mengenai motivasi berprestasi mahasiswa Papua di luar
Papua.
Orang Tua
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan saran kepada orang tua
mahasiswa papua agar dapt mencoba untuk menerapkan pola asuh otoritatif kepada
anaknya agar tingkat motivasi untuk berprestasi dapat ditanamkan kepada anaknya sejak
dini
24
DAFTAR PUSTAKA
Angelina, D. Y., & Matulessy, A. (2013). pola asuh ototriter, kontrol diri dan perilaku
seks bebas remaja SMK. persona, jurnal psikologi indonesia, 173-182.
arif, k. (2013). calyptra. jurnal ilmiah mahasiswa universitas surabaya .
Arif, K. (2013). hubungan antara motivasi berprestasi dan flow akademik . Calyptra :
jurnal ilmiah mahasiswa universitas surabaya.
Atkinson, R. (1993). pengantar psikologi. jakarta: Erlangga.
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologis edisi 2. Yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR.
BEE, H., & BOYD, D. (2007). The Developing Child " Elevent Edition". United State
Of America: Pearson Education,inc.
BOON, H. J. (2007). Low- and high-achieving Australian secondary school students:
Their parenting, motivations and academic achievement. Australian
Psychologist, 212–225.
Budyarti, N. R. (2016). pola asuh otoritatif dan kelekatan sebagai prediktor kecerdasan
emosi remaja ditinjau dari status pekerjaan ibu dan jenis kelamin. salatiga:
skripsi.
dewi, h. p. (2009). hubungan antara kreativitas kerja dengan motivasi berprestasi pada
karyawan bagian kreatif PT. Star Reacher Indonesia. salatiga: skripsi.
Dewi, I. K. (2012). hubungan antara pola asuh orangtua dan motivasi berprestasi
siswa kelas VIII smp negeri 28 semarang tahun pelajaran 2011/2012. salatiga:
skripsi tidak diterbitkan.
Ellis, R. M. (2003). Relationship Between Parenting Styles and Children's Motivational
Style: The Development of Learned Helplessness. Kansas: The University of
Kansas.
Hasibuan, M. (2001). Managemen Sumber Daya manusia. jakarta: Bumi Aksara.
HIDAYAH, S. T. (2012). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Motivasi Belajar
Siswa Kelas V MI Negeri Sindutan Temon Kulon Progo. YOGYAKARTA:
Skripsi.
hurlock, E. B. (1978). perkembangan anak, jilid kedua (edisi keenam). jakarta:
Erlangga.
Ishak, Z., Low, S. F., & Lau, P. L. (2012). Parenting Style as a Moderator for Students’
Academic Achievement . J Sci Educ Technol, 21: 487-493.
kurniawan. (2008). hubungan antara konsep diri dengan motivasi berprestasi pada
remaja tuna rungu. salatiga: skripsi.
Laura, A. k. (2010). psikologi umum. jakarta: penerbit salemba humanika.
25
Maulidawati, U. (2014). hubungan pola asuh demokratis ( authoritative parenting)
dengan self- regulated learning pada siswa smp negeri 3 buruh. salatiga: skripsi.
McClelland, D. C. (1985). human motivation. USA: Scott Foresman Company.
McClelland, D. C. (1987). human motivation. New York: Cambridge University Press.
McClelland, D. C. (1987). memacu masyarakat berprestasi. jakarta: INTERMEDIA.
McClelland, P. D. (1987). memacu masyarakat berprestasi. jakarta: CV Intermedia
Jakarta.
Munandar. (2002). kreativitas dan keberkatan : strategi mewujudkan potensi kreatif dan
bakat. jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Nirwana. (mey 2013, vol. 2, No. 2). konsep diri, pola asuh orang tua demokratis dan
kepercayaan diri siswa. persona, jurnal psikologi indonesia, 153-161.
Nugroho, B. A. (2002). hubungan antara efikasi diri dan motivasi berprestasi siswa
SMU Di kodya semarang. yogyakarta: skripsi.
Rivers, J., Mulis, A. K., Fortner, L. A., & Mullis, R. L. (2012). Relationship Between
Parenting Styles and the Academic Performance of Adolscents. Journal of
Family Social Work, 202-216.
Santrock, J. W. (2002). life-span development, perkembangan masa hidup, (edisi
kelima). jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2007). psikologi pendidikan, (edisi kedua ). jakarta: kencana.
Santrock, J. W. (2007). psikologi pendidikan. ( edisi kedua). jakarta: kencana.
Simamora, E. S. (2010). pengaruh pola asuh otoriatif dan motivasi berprestasi
terhadap kreativitas mahasiswa. salatiga: Tesis .
Simamora, E. S. (2010). pengaruh pola asuh otoritatif dan motivasi berprestasi
terhadap kreativitas mahasiswa. salatiga: tidak diterbitkan.
Susanto, A. H., & Nurhayati, F. (2013). hubungan antara pola asuh orangtua dengan
motivasi berprestasi siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Sangkapura Gresik.
jurnal pendidikan olahraga dan kesehatan volume 01 nomor 02, 362-367.
Susanto, A. H., & nurhayati, f. (2013). hubungan pola asuh orang tua dengan motivasi
berprestasi siswa kelas VII di SMP Negeri 1 sangkapura gresik. jurnal
pendidikan olahraga dan kesehatan vol 01 nomor 02, 362-367.
TIM PENGEMBANGAN MKDK IKIP SEMARANG. (1990). psikologi belajar.
semarang: IKIP semarang press.
Triwoko, A. (2013). Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Kreativitas Siswa
Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Salatiga. Salatiga: Skripsi.
Wijono, S. (2007). motivasi kerja. salatiga: Widya Sari.
26
Yunita, D. R., W, S., & Mustaghfirin. (2002, vol 6, no 1). kemandirian dan motivasi
berprestasi pada anak penderita asma. indigenous, journal ilmiah berkala
psikologi, 70-78.