Upload
vothuan
View
235
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN FIQIH MATERI SHALAT SUNNAH RAWATIB MELALU I
PENERAPAN METODE CERAMAH PLUS DEMONSTRASI PADA
KELAS III MIS KARANGANYAR 02 PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1)
Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
RO’FAH
093111344
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ro’fah
NIM : 093111344
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, Juni 2011 Saya yang menyatakan, Ro’fah NIM. 093111344
Semarang, Juni 2011
NOTA PEMBIMBING
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH MATERI SHALAT SUNNAH RAWATIB MELALUI PENERAPAN METODE CERAMAH PLUS DEMONSTRASI PADA KELAS III MIS KARANGANYAR 02 PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2010/2011
Nama : Ro’fah NIM : 093111344 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing,
Ridwan, M.Ag NIP. 196301061997031001
MOTTO
� ا� ا���ث�� �� . ر�� ا� ��� و���!�ل ر �ل ا� ���� : #ا� ��"� و ��+�ا آ'� رأ�)'�&� ا� * ١ ).روا0 ا/.�رى(
Dan dari Malik bin Al Huwairits: sesungguhnya rasulullah SAW
telah bersabda: shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat (HR Bukhari).
* Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al-Bukhari ra, Sahih Bukhari Juz I, (Semarang:
Toha Putra, t. th), hlm. 155.
ABSTRAK Judul : UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH MATERI SHALAT SUNNAH RAWATIB MELALUI PENERAPAN METODE CERAMAH PLUS DEMONSTRASI PADA KELAS III MIS KARANGANYAR 02 PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2010/2011
Nama : Ro’fah NIM : 093111344
Skripsi ini dilatarbelakangi pembelajaran shalat pada usia anak sangat
penting. Di samping sebagai sarana untuk melatih anak dalam melaksanakan tugas dan kewajiban kepada Sang Khalik, shalat juga sangat besar manfaatnya dalam kehidupan rohani manusia. Dengan demikian, selain sebagai tugas dari orang tua, guru sebagai sosok pengganti orang tua dalam dunia pendidikan juga memiliki persamaan tugas dan tanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak didik, termasuk dalam pembelajaran shalat.
Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: 1) Apakah penerapan metode ceramah plus demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III MIS Karanganyar 02 Pekalongan pada mata pelajaran fikih pokok bahasan shalat sunnah rawatib?
Permasalahan tersebut di bahas melalui penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui 2 siklus dengan setiap siklus tahapannya adalah perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Data penelitian diperoleh melalui observasi di kelas dan dokumentasi hasil tindakan yang dilakukan maupun data tentang gambaran, dengan penelitian tindakan ini akan diketahui peningkatan atau penurunan setelah tindakan kelas dilakukan persiklus.
Kesimpulan penelitian ini meliputi: 1) Pembelajaran mata pelajaran fikih pokok bahasan shalat sunnat rawatib melalui metode ceramah plus demonstrasi kelas III di MIS Karanganyar 02 Pekalongan semester II tahun pelajaran 2010/2011 sangat baik. Hal ini terjadi karena pembelajaran yang menuntut aspek psikomotorik jika disajikan menggunakan metode ceramah saja pastilah selain siswa dalam mengkongkritkan hal yang abstrak pastilah akan kesulitan. Jadi ketika metode ceramah dimodifikasi dengan metode demonstrasi pastilah akan sangat menarik. Selain membuat siswa merasa tidak bosan. Selain itu juga siswa bisa melihat langsung cara-cara urutan suatu kegiatan dengan benar. Dengan tidak langsung akan mempengaruhi pemahaman siswa yang semakin cepat yang akhirnya pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan, tujuan pembelajarannya pun terpenuhi dengan hasil belajar yang memuaskan. 2) Pembelajaran menggunakan metode ceramah plus demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran fikih pokok bahasan shalat sunnat rawatib pada siswa kelas III MIS Karanganyar 02 Pekalongan. Ini terbukti pada tahap pra siklus sebelum menggunakan metode ceramah plus demonstrasi hasil belajar siswa masih sangat rendah, dan sulit untuk mencapai kriteria ketuntasan
minimum. Kemudian setelah diujicobakan metode ceramah plus demonstrasi pada pembelajaran tersebut ternyata hasil belajar siswa meningkat cukup signifikan (siklus I). Begitu seterusnya ketika dilanjutkan ketahap berikutnya yaitu siklus berikutnya, yaitu pembelajaran shalat sunnat rawatib menggunakan metode ceramah plus demonstrasi ternyata meningkat lagi secara signifikan. Berarti ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan metode ceramah plus demonstrasi ternyata bisa meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pokok bahasan shalat sunnat rawatib pada siswa kelas III MIS Karanganyar 02 Pekalongan semester II tahun ajaran 2010/2011.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan
beliau Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta
orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.
Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa
skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan
dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang
telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan
kepada :
1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo semarang,
beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik
2. Drs. Mahfud Junaidi, M.Ag, selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini
3. Kepala MIS Karangayar 02 yang telah memberikan izin dan memberikan
bantuan dalam penelitian.
4. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu.
5. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian
skripsi ini.
Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga
budi baiknya diterima oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan berlipat ganda
dari Allah SWT.
Kemudian penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan
dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya
semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN...........................................................................…. ii
PENGESAHAN.................................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING…................................................................................…. iv
ABSTRAK…………............................................................................................. v
TRANSLITERASI………………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………….…… viii
DAFTAR ISI………………….……………………………………………….... ix
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………....................................................................... 1
B. Penegasan Istilah….…........................................................................... 5
C. Rumusan Masalah.................................................................................. 6
D. Tujuan dan……… ................................................................................. 6
E. Manfaat Penelitian................................................................................. 6
Bab II PEMBELAJARAN SHALAT RAWATIB MELALUI METODE
CERAMAH PLUS DEMONSTRASI
A. Kajian Pustaka………………………………………………………… 8
B. Kerangka Berpikir
1. Pembelajaran Shalat Rawatib….……………………..........…... 9
2. Pembagian Shalat…………………………………….............. 11
3. Hal-hal yang disunnatkan terhadap shalat rawatib…………... 13
4. Bilangan Shalat Rawatib……………………………………... 15
5. Syarat Sah dan Rukun Shalat……………………………….... 16
6. Keutamaan Shalat Sunnat Rawatib…………………………... 17
C. Metode Ceramah Plus Demonstrasi
1. Definisi……………………...……………………………..…. 17
2. Macam-macam metode ceramah Plus……………………….. 19
3. Tujuan Metode Ceramah Plus Demonstrasi…………………. .22
4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah Plus Demonstrasi22
D. Fokus Penelitian…………………………………………………….. 23
E. Hipotesis Tindakan…………………………………………..……… 23
Bab III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian………………............................................................ 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................…....... 25
C. Pelaksana dan Kolaborator………………………………………….. 27
D. Rancangan Penelitian……………………………………………….. 28
E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………. 27
F. Teknik Analisis Data………………………………………………... 33
G. Indikator Pencapaian………………………………………………... 34
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Profil Sekolah………………………………………………….. 35
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah…………………………………. 35
3. Struktur Organisasi………………………………………….….. 36
4. Keadaan Guru dan Peserta Didik………………………….…… 37
5. Sarana dan Prasarana…………………………………………... 38
6. Hasil Prestasi MIS 02 Karanganyar……………………………. 39
B. Hasil Penelitian
1. Pra Siklus…………………………………………………….… 41
2. Hasil Siklus I…………………………………………………... 43
3. Hasil Siklus II………………………………………………….. 47
C. Pembahasan…………………………………………………………. 51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 53
B. Saran ................................................................................................... 54
C. Penutup……………………………………………………………… 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu materi yang tertuang dalam mata pelajaran fiqih adalah
shalat. Shalat sebagai salah satu ibadah maghdah mempunyai kedudukan yang
sangat penting. Salat merupakan tiang (rukun) sebagai tempat tegaknya agama
Islam, sarana untuk membuktikan tentang ke-Islaman dan keimanan
seseorang. Islam memberikan kewajiban shalat kepada mukhalaf untuk
menjalankan shalat fardhu (lima waktu) sehari semalam. Amalan shalat ini
perlu sekali ditanamkan kepada jiwa anak-anak oleh setiap orang tua. Anak
hendaknya diperintahkan shalat sejak umur 7 tahun bahkan diperintahkan
keras apabila telah mencapai 10 tahun, ketentuan ini sesuai dengan sabda
Rasul:
���� ا�"� � 0456 !�ل، !�ل ر �ل ا� � 89"7 ا� � �'�و �#���<ة وه# ا��> /; �" وا����ه# : ��"� و ?��+وا اوAدآ# ��
"� �B� <��وه# ا �C"�� ) �� ا� ا��"; روا0 ا5ار�� �'�/5ا ) /�ة
Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat diwaktu usia mereka meningkat tujuh tahun dan bila perlu pukullah mereka enggan mengerjakannya diwaktu usia mereka meningkat sepuluh tahun.2
Dalam mempelajari fiqih khususnya materi shalat, selain teori yang
berarti tentang ilmu yang jelas pembelajaran yang bersifat amaliah, harus
mengandung unsur teori dan praktek. Belajar fiqih untuk diamalkan, bila
berisi suruhan atau perintah, harus dapat dilaksanakan, bila berisi larangan,
harus dapat ditinggalkan atau dijauhi. Oleh karena itu, fiqih bukan saja untuk
diketahui, akan tetapi diamalkan dan sekaligus menjadi pedoman atau
2 Mujibur Rahman Muhammad Usman, Aunil Ma’bud syarah imam Abu Dawud Juz II,
(T. kp. Maktabah Assalafiah, t.th), hlm.162
pegangan hidup. Untuk itu, tentu saja materi yang praktis diamalkan sehari-
hari didahulukan dalam pelaksanaan pembelajarannya.3
Pembelajaran shalat pada usia anak sangat penting. Di samping
sebagai sarana untuk melatih anak dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
kepada Sang Khalik, shalat juga sangat besar manfaatnya dalam kehidupan
rohani manusia. Dengan demikian, selain sebagai tugas dari orang tua, guru
sebagai sosok pengganti orang tua dalam dunia pendidikan juga memiliki
persamaan tugas dan tanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran untuk anak didik, termasuk dalam pembelajaran shalat. Untuk
itu, dalam rangka pembelajaran shalat kepada anak didik, menurut Nana
Sudjana guru harus mengatur semua komponen yang ada dalam kegiatan
belajar mengajar (KBM), antara lain, tujuan, bahan, metode, dan alat serta
penilaian pengajaran.4
Anak sekolah dasar seperti siswa kelas III MIS Karanganyar 02
Pekalongan adalah anak yang membutuhkan pembelajaran langsung dalam
setiap pembelajarannya selain menggunakan metode ceramah sebagai
pengantar pembelajaran, sebagaimana diungkapkan oleh Edga Dale yang
dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono bahwa belajar yang paling baik adalah
belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman
langsung siswa tidak sekedar mengamati, tetapi menghayati, terlibat langsung
dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.5. banyak metode
dalam pembelajaran tetapi tidak semua metode itu dapat memberikan
pengalaman langsung pada setiap proses pembelajaran yang dilakukan.
3 Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2001), Cet. 2, hlm. 85 4 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2004), hlm. 30-31. 5 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta,
2003), hlm. 45-48
Sebagaimana terdapat dalam Hadits
� ا� ا���ث�� �� ا� . ر�� ا� ��� و���!�ل ر �ل ا� #���"� و � : ����+�ا آ'� رأ�)'�&� ا� ٦ )روا0 ا/.�رى(
Dan dari Malik bin Al-Hawarits: sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat” (HR: Ahmad dan Bukhari).
Demonstrasi sebagai salah satu metode pembelajaran memberikan satu
bentuk pembelajaran dimana siswa akan melihat langsung satu pembelajaran
dalam sebuah materi secara langsung berkaitan dengan pelajaran itu. Dengan
metode demonstrasi anak akan dapat menemukan satu pemahaman lebih
komplek dari pembelajaran.
Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau
benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya ataupun tiruan yang
sering disertai penjelasan lisan.7
Oleh karena itu metode ceramah sebagai pengantar pemahaman siswa
terhadap materi dan metode demonstrasi sebagai bentuk metode yang
memberikan pengalaman langsung pada siswa akan menjadikan pemahman
siswa terhadap materi shalat rawatib semakin mendalam.
Berdasarkan deskripsi di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang akan dituangkan dalam penelitian dengan judul ”Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih Materi Shalat
Sunnah Rawatib Melalui Metode Ceramah Plus Demonstrasi pada Kelas III
MIS Karanganyar 02 Pekalongan Tahun Ajaran 2010/2011”
B. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dan untuk memberikan
pemahaman yang lebih jelas serta operasional, berikut ini diberikan penjelasan
istilah-istilah utama yang digunakan dalam judul penelitian ini.
6 Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari Juz I, (Semarang:
Thoha Putra, t.th.), hlm. 155 7 Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
hlm. 102.
1. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Upaya adalah usaha, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud
memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb).8
Meningkat Berasal dari asal kata tingkat yang berarti menaikkan
(derajat, taraf), mempertinggi, memperhebat. Mendapat awalan “me” dan
akhiran “an”, yang mengandung arti usaha untuk menuju yang lebih baik.9
Sedangkan hasil belajar, yaitu hasil yang dicapai siswa atau
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.10
Jadi meningkatkan hasil belajar dalam penelitian ini adalah adanya
peningkatan kemampuan siswa kelas III MIS Karanganyar 02 Pekalongan
pada mata pelajaran fikih pokok bahasan shalat sunnah rawatib dengan
menggunakan metode ceramah plus demonstrasi.
2. Mata Pelajaran Fiqih
Mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu
mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fikih ibadah, terutama
menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan
rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta fikih
muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana
mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram,
khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.
Secara substansial mata pelajaran fikih memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada siswa untuk mempraktikkan dan
menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai
perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia
8Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 1109. 9 Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit, hlm. 1280-1281 10 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001), Cet. 6 hlm. 22
dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia,
makhluk lainnya ataupun lingkungannya.11
Maksud dari mata pelajaran fiqih dalam penelitian ini adalah
proses belajar mengajar yang dilakukan di siswa kelas III MIS
Karanganyar 02 Pekalongan pada mata pelajaran fikih pokok bahasan
shalat sunnah rawatib dengan menggunakan metode ceramah plus
demonstrasi.
3. Metode ceramah plus Demonstrasi
Metode ceramah plus adalah metode yang menggunakan
pembicaraan seorang guru, plus di sini diartikan ditambahi atau
digabungkan dengan metode lain, yang di sini digabung dengan metode
demonstrasi. Sedangkan demonstrasi sebagai metode mengajar ialah:
"Guru atau orang lain dan dapat pula salah seorang/beberapa murid
memperlihatkan kepada semua murid-murid lainnya tentang suatu
proses."12
Banyak sekali metode yang bisa dimodifikasikan dengan metode
ceramah, antara lain yaitu (1). metode ceramah dimodifikasi dengan
metode tanya jawab dan tugas atau disingkat CPTT yaitu kepanjangan dari
metode ceramah plus tanya jawab dan tugas, (2). Metode ceramah
dimodifikasi dengan metode diskusi dan tugas atau disebut dengan CPDT
yaitu kepanjangan dari metode ceramah plus diskusi dan tugas, dan (3).
Metode ceramah dimodifikasi dengan metode demonstrasi dan latihan atau
disebut CPDL atau metode ceramah plus demonstrasi dan latihan.
Jadi maksud metode ceramah plus demonstrasi dalam pembahasan
ini yaitu suatu cara yang dipakai dalam hal ini pembelajaran mata
pelajaran fiqih materi shalat sunnah rawatib untuk siswa kelas III MIS
11 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 67
12 Tayar Yusuf, Ilmu Praktek Mengajar (Metodik Khusus Pengajaran Agama), (Bandung : PT. Ma'arif, 1993), cet. Ke 2, hlm. 56
Karanganyar melalui perpaduan dua cara yaitu siswa pemberian materi
secara ceramah kemudian dilanjutkan mempraktekkan shalat rawatib.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah penerapan metode ceramah plus demonstrasi dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas III MIS Karanganyar 02 Pekalongan pada mata
pelajaran fikih pokok bahasan shalat sunnah rawatib?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin dicapai untuk mengetahui:
a. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas III MIS
Karanganyar 02 Pekalongan pada mata pelajaran fikih pokok bahasan
shalat sunnah rawatib.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
a. Bahan masukan yang objektif dalam meningkatkan pemahaman
tentang materi shalat sunnah rawatib siswa MIS Karanganyar 02
Pekalongan.
b. Pedoman dalam mengatasi dan menanggulangi permasalahan dalam
proses belajar mengajar di sekolah.
c. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa MIS Karanganyar 02 dalam
materi pokok shalat sunnah rawatib
d. Peningkatan kualitas pembelajaran terutama pada pembelajaran shalat
sehingga memperkecil kesulitan yang dihadapi oleh guru dan peserta
didik khususnya.
BAB II
PEMBELAJARAN SHALAT RAWATIB MELALUI
METODE CERAMAH PLUS DEMONSTRASI
A. Kajian Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa
penelitian yang dilakukan terdahulu relevansinya dengan judul skripsi ini.
Adapun karya-karya skripsi tersebut adalah
1. Dalam penelitian Siti Mahsunah 2007 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang yang berjudul Implementasi pembelajaran shalat di SD Nurul
Islam Semarang mengemukakan bahwa evaluasi pembelajaran sholat
yang dilakukan di SD Nurul Islam Semarang bersifat continue dan
menyeluruh artinya dilakukan terus menerus dan meliputi segala aspek
belajar siswa yaitu aspek kognitif, afektif, psikomotorik. Dari
pembelajaran shalat yang dilakukan di SD Nurul Islam Semarang
menggambarkan, bahwa setiap pembelajaran agar menjadi baik harus
melalui proses baik. Demikian juga pada pembelajaran shalat perlu satu
bentuk pembelajaran yang baik dengan berbagai proses agar tujuan dari
shalat itu bisa diperoleh peserta didik yaitu tercegah dari perbuatan keji
dan munkar dan lebih dari itu tertanam pada diri peserta didik bentuk
pengabdian yang penuh pada Allah SWT.
2. Sedangkan menurut hasil penelitian Luqfatul Hasanah, 2008 Dalam
skripsinya yang berjudul Perhatian Orangtua Nelayan terhadap shalat
anak di Desa Wedung Kecamatan Wedung Kabupaten Demak.
Mengemukakan bahwa cara orangtua nelayan di desa Wedung
memperhatikan shalat anak dan macam-macam perhatian yang diberikan
terhadap shalat anak di Desa Wedung Kecamatan Wedung Kabupaten
Demak merasa dapat memenuhi kewajiban dan tanggung jawab mereka
sebagai orangtua dalam mendidik dan mengemban amanat dari Allah
SWT untuk menjadikan dan memberikan apa yang terbaik bagi anak-
anaknya untuk kehidupan dunia dan akherat kelak.
3. Penelitian Nur Alfiyah, 2008 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang yang berjudul Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
dalam meningkatkan kesadaran beribadah shalat siswa di SMP Negeri 31
Semarang, mengemukakan bahwa adanya peran guru pendidikan agama
Islam yang cukup signifikan dalam meningkatkan kesadaran beribadah
siswa di SMP Negeri 31 Semarang. Hal ini terlihat dari para guru agama
sendiri yang berperan mengembangkan pemahaman wawasan pemahaman
siswa tentang ibadah shalat. Sedangkan mengenai kesadaran ibadah siswa
terbagi tiga kelompok yaitu siswa yang kesadaran beribadahnya baik,
sedang, dan rendah.
Dari penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian ini. Dalam
penelitian ini lebih memfokuskan pada meningkatkan pemahaman materi
shalat sunah rawatib siswa melalui metode ceramah plus demonstrasi, dan juga
pada bentuk penelitiannya, pada penelitian kali ini peneliti menggunakan
penelitian tindakan kelas yang mana untuk mengetahui peningkatan
kemampuan shalat siswa dilakukan dengan tahapan beberapa siklus. Dan
karena ada juga kesamaannya yaitu tentang pembahasannya tentang shalat jadi
penelitian diatas tersebut menjadi rujukan peneliti.
B. Pembelajaran Shalat Rawatib
1. Pengertian Pembelajaran Shalat Rawatib
Pembelajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara
guru dan siswa atau antara sekelompok siswa dengan tujuan untuk
memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap serta menetapkan apa
yang dipelajari itu.13
Menurut Lester D. Crow and Alice Crow learning is a modification
of behavior accompanying growth processes that are brought about trough
adjustment to tensions initiated trough sensory stimulation.14 (Pembelajaran
adalah perubahan tingkah laku yang diiringi dengan proses pertumbuhan
13 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 2004), hlm. 102. 14 Lester D. Crow and Alice Crow, Human Development and Learning, (New York:
American Book Company, 2002), hlm. 215
yang ditimbulkan melalui penyesuaian diri terhadap keadaan lewat
rangsangan atau dorongan).
Menurut Frederick Y. Mc. Donald dalam bukunya Educational
Psychology mengatakan: Education is a process or an activity, which is
directed at producing desirable changes into the behavior of human beings.
Pendidikan adalah suatu proses atau aktifitas yang menunjukkan perubahan
yang layak pada tingkah laku manusia.15
Pembelajaran menurut Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid dalam
kitabnya “At-Tarbiyah Wa Turuku Al-Tadris” adalah:
E"'�4(�C� ا?"F 5ر4س'�)� C�45H�� ا�"# F'5ود ا'IF�8 ا8(, أ��� ا�ة وإ&'� ه� !��ة إذا إ ).8F N�5< وا )L�د �! �'Qدا IF�8'و"NR ا
��آ�C��� اL�د S�"T �F� و .١٦ Adapun pembelajaran itu terbatas pada pengetahuan dari seorang guru kepada murid. Pengetahuan itu yang tidak hanya terfokus pada pengetahuan normative saja namun pengetahuan yang memberi dampak pada sikap dan dapat membekali kehidupan dan akhlaknya
Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan
oleh Allah SWT kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga
dan memelihara serta menyampaikan amanah ini kepada yang berhak
menerima karena manusia adalah milik Allah, mereka harus mengantarkan
anaknya untuk mengenal dan menghadapi diri kepada Allah SWT.
2. Dasar Mengerjakan Kewajiban Shalat Rawatib
Shalat merupakan ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT,
sehingga shalat merupakan kewajiban (fardhu’ain) bagi umat Islam, firman
Allah:
�آ�ة U��ة و�SVا ا�? )٧٧: ا�R>. (وأ!"'�ا اDan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul supaya kamu diberi rahmat. (An-Nisa’: 77).17
15Frederick Y. Mc. Donald, Educational Psychology, (Tokyo: Overseas Publication LTD,
2007), hlm. 4. 16 Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Madjid, Al-Tarbiyah Waturuqu Al-Tadrisi,
Juz.1., (Mesir: Darul Ma’arif, 1985), hlm. 61 17 Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama Islam,
2004), hlm. 173
Kemudian Allah memerintahkan agar hambanya memelihara shalat
dan disarankan agar khusu’ hanya karena Allah, sebagaimana firman Allah:
"(&�! �����ة ا� �X و!���ا ?��ات وا�?: ا/�Hة.(�ZF�Tا ��� ا٢٣٨(
Periharalah segala shalat dan shalat wustha dan hendaklah kamu berdiri karena Allah yang khusyu’. (QS. AL-Baqarah: 238).18
Berikutnya dasar kewajiban melaksanakan shalat dari hadits. Salah
satu hadits yang mewajibkan shalat yang hal ini diperintahkan kepada Nabi
Muhammad S.A.W pada malam isra’, sebagaimana hadits yang
diriwayatkan oleh Ahmad, kemudian dinukil Faisal ibnu Abdul Aziz AL-
Mubarok, sebagai mana hadits berikut:
�I ا �ي �� "��اة ?�� ا� ��"� و �# ا� �/��� ا� N��F86��R'` N _# &�دي �(T N?H& #_ "R'` :5'� �� , �&ا
, �A/5ل ا�Hل 5ي"R'` a'. وان � �ECاDiwajibkan shalat itu atas Nabi SAW pada malam isra’ lima puluh kali, kemudian dikurangi hingga lima kali, kemudian Nabi dipanggil, ya Muhammad sesungguhnya diganti (diubah) ketetapan itu disisiku. Dan sesungguhnya lima kali itu sama dengan lima puluh kali”19
Islam memberikan kewajiban shalat kepada mukhalaf untuk
menjalankan shalat fardhu (lima waktu) sehari semalam. Amalan shalat ini
perlu sekali ditanamkan kepada jiwa anak-anak oleh setiap orang tua. Anak
hendaknya diperintahkan shalat sejak umur 7 tahun bahkan diperintahkan
keras apabila telah mencapai 10 tahun, ketentuan ini sesuai dengan sabda
Rasul:
89"7 � ا�"� � 056 !�ل !�ل ر �ل ا� , � �'�و�#��ى�� ��"� و � : ��وا اوAدآ# ��?<ة وه# ا��> /; �"
"� �B� <وه# ا�� �C"� )روا0 ا��داود(وا����ه# �
18 Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, hlm. 58 19 Faisal Ibnu Abul Aziz Al-Mubarok, Nailul Author, terj. Muhammad Hamidi, Imron
A.M dan Imam Fanani, (Surabaya: Bina Ilmu, t.th), hlm. 265
Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat diwaktu usia mereka meningkat tujuh tahun dan bila perlu pukullah mereka enggan mengerjakannya diwaktu usia mereka meningkat sepuluh tahun.20
وا����0 ��"�C ا� ��Bة "� ;/ �'�ا ا?/� ا?<ة ا���� ا� ا��"; /�ة(' )روا0 ا5ار�� � �/5ا
Rasulullah SAW bersabda: Ajarkanlah anak untuk mengerjakan shalat ketika berusia tujuh tahun dan pukullah ketika berusia sepu;uh tahun jika tidak mau shalat. (HR. Al- Thurmudzi dari Abdul Malik bin Rabi bin Sabrah).21
Dengan dasar-dasar tersebut jelaslah bahwa Al-Qur'an dan hadits
telah memerintahkan kewajiban mengerjakan shalat lima waktu dan
larangan untuk meninggalkannya.. bahkan dianjurkan untuk melaksanakan
shalat sejak dini yaitu sejak masih anak-anak.
Pembiasaan shalat yang diperintahkan kepada anak berfungsi
sebagai bekal manakala si anak akan memasuki masa remaja.22 Yaitu masa
peralihan yang penuh dengan tantangan sebelum ia masuk dewasa. Apabila
orang tua tidak mempersiapkan bekal yang cukup untuk anak-anaknya maka
dikhawatirkan sia anak akan jauh dari nilai-nilai agama. Dengan dasar-dasar
kewajiban pelaksanaan shalat baik yang bersumber dari Al-Qur'an maupun
dari hadits Nabi yang merupakan ibadah yang has yang menjadi kewajiban
bagi setiap yang telah memenuhi syarat.
3. Pembagian Shalat
Shalat secara garis besar terbagi menjadi dua macam yaitu :
a. Shalat Fardhu (maktubah)
b. Shalat Tathauwu’ (nafilah)
Shalat fardhu yaitu shalat yang bila ditinggalkan dengan sengaja
dihukum durhaka, yaitu : dhuhur, ashar, maghrib, ‘isya dan subuh. Sedang
shalat fardhu ini masih juga ada cabangnya, yaitu ada yang difardhukan atas
20 Mujibur Rahman Muhammad Usman, Aunil Ma’bud syarah imam Abu Dawud Juz II,
(T. kp. Maktabah Assalafiah, t.th), 162 21 Ibnu Abdir Rahim, Tuhfatul Ahwadi Bisyarhi Jami’ Al-Tirmidzi, (Beirut: Darul Kutub,
Al-Ilmiah, t.th, Jilid II), hlm. 370 22 Zakiyah Darajat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang,
2002), hlm. 124
tiap-tiap pribadi muslim yang berakal, baik lelaki maupun perempuan, baik
merdeka ataupun budak belian. Fardhu yang demikian itu dinamakan fardhu
‘ain. Dan ada yang difardhukan atas jamaah. Tetapi apabila telah dikerjakan
oleh sebagian jamaah, lepaslah yang tidak turut mengerjakan dari kewajiban
mengerjakannya, seperti shalat jenazah. Fardhu yang demikian ini,
dinamakan fardhu kifayah.
Shalat Tathauwu’ (nafilah) yaitu shalat-shalat yang tidak keras
dituntut kita mengerjakannya dan Rasul pun tidak kekal mengerjakannya. 23
Imam Al Ghazzaly berkata, bahwa shalat nafilah terbagi menjadi
kepada dua bagian, yaitu :
a. Sunnat, yaitu yang banyak dikerjakan oleh rasulullah saw. Seperti shalat
rawatib, shalat malam, atau shalat tahajud.
b. Mustahab, yaitu yang diterima keterangan tentang keutamaannya, tetapi
tidak banyak dikerjakan oleh rasulullah saw. Seperti shalat dikala keluar
dari rumah dan shalat untuk bersafar.24
Shalat nafilah itu terbagi atas dua bagian juga, yaitu :
a. Shalat nafilah yang dilakukan dengan tidak ada sebab, shalat nafilah ini
terbagi menjadi dua macam, yaitu Muthlaq dan Muqayyad.
1) Shalat Nafilah Muthlaq, shalat ini hanya memerlukan niat shalat saja.
Kata An Nawawy :”Apabila seseorang masuk ke dalam sesuatu shalat
tathawwu’ dengan tidak berniat beberapa rakaat yang akan dikerjakan,
dia boleh bersalam sesudah satu rakaat atau boleh juga ia
menjadikannya dua rakaat, tiga rakaat, seratus ataupun seribu rakaat.
Sekiranya ia bershalat, tetapi ia tidak mengetahui lagi berapa rakaat
yang sudah dikerjakannya, lalu ia bersalam, shalatnya itu sah.
Demikianlah nash Asy Syafi’y dalam Al Imla’.”
2) Shalat Nafilah Muqayyad, shalat ini terbagi menjadi dua yaitu, (a).
shalat yang mengiringi shalat fardhu (sunah rawatib), (b). shalat yang
tidak mengiringi shalat fardhu.
23 M. Hasbi As Shidieqy, Al Islam, (Semarang:Pustaka Rizki Putra, 1998), hlm. 46 24 Hasbi As-Shidiqy, Pedoman Shalat, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, cet. 1, 2001),,
hlm. 291
b. Shalat nafilah yang dilakukan dengan ada sebab, seperti : shalat gerhana,
shalat tahiyyat masjid, dan lain sebagainya.25
Pada kesempatan ini penulis akan lebih menjelaskan lebih panjang
lebar tentang shalat nafilah yang dikerjakan dikarenakan tidak ada sebab.
Karena pembahasan shalat sunnah rawatib termasuk di dalam pembahasan
ini.
Shalat nafilah yang dilakukan dengan tidak ada sebab, terbagi
menjadi beberapa macam, yaitu :
a. Sunnat-sunnat rawatib yang lebih muakkadah (yang dikuatkan), yaitu
yang dikerjakan oleh Rosulullah, di dalam safar, yaitu sunnat witir dan
dua rakaat fajar.
b. Sunnat-sunnat rawatib yang muakkadah yang dikerjakan oleh Rosulullah
di dalam hadhar saja, tidak di dalam safar, yaitu sunnat-sunnat rawatib
yang mengiringi fardhu saja dan sunnat tahajjud.
c. Sunnat-sunnat rawatib muakkadah yang mengiringi fardhu, ialah dua
rakaat atau empat rakaat sebelum shalat dhuhur, dua rakaat sesudah
shalat dhuhur, dua rakaat (sesudah jum’at), dua rakaat sesudah shalat
maghrib, dua rakaat sesudah shalat ‘isya dan dua rakaat sebelum shalat
shubuh.
d. Sunnat-sunnat rawatib ghoiru muakkadah (tidak dikuatkan) yang
mengiringi shalat fahdu yang ada dianjurkan atau dibenarkan oleh
Rosulullah ialah dua rakaat sebelum shalat dhuhur-selain dari yang telah
disebutkan di atas-, dua rakaat sesudah shalat dhuhur, empat rakaat
sebelum shalat ashar, dua rakaat sebelum shalat maghrib, dua rakaat
sebelum shalat ‘isya dan dua rakaat dhuha.26
4. Hal-hal Yang Disunnatkan Terhadap Shalat Sunnat Rawatib
Dalam setiap waktu saat melaksanakan shalat rawatib mempunyai
mempunyai keutamaan sendiri-sendiri, yaitu :
a. Shalat sunnat fajar.
25 Hasbi As-Shidiqy, Pedoman Shalat, hlm. 292 26 Hasbi As-Shidiqy, Pedoman Shalat, hlm. 293
1) Shalat sunnat fajar dikerjakan di rumah, sesudahnya kemudian pergi
ke masjid
2) Bacaan dalam shalat sunnat fajar, surat Al Kafirun di rakaat pertama
dan Al Ikhlas di rakaat yang kedua
3) Sesudah shalat sunnat fajar disunatkan memperbanyak membaca
istighfar
4) Apabila shalat sunnat fajar di rumah, berbaringlah sejenak, sesudah
bershalat. Setelah itu barulah pergi ke masjid
5) Shalat sunnat fajar yang terlupa di qadha.
b. Shalat sunnat dhuhur
Shalat sunnat dhuhur ini boleh dikerjakan empat rakaat, boleh
enam, dan boleh delapan.
Menurut hadits al Bukhori dari Ibnu Umar, dua rakaat sebelum
shalat dhuhur dan dua rakaat sesudahnya.
Menurut hadits Muslim dari Abdullah ibn Syaqiq enam rakaat
yaitu empat rakaat sebelum shalat dhuhur dan dua rakaat sesudahnya.
Hal-hal ini karena Nabi kadang-kadang mengerjakan dua rakaat
saja, kadang-kadang empat rakaat, atau dua rakaat di rumah dan dua
rakaat lagi di masjid. Shalat empat rakaat ini dikerjakan tanpa duduk
tasyahud pertama, apabila disekaliguskan.
Nabi pernah mengqadha shalat sunnat dhuhur qabliyah setelah
selesai shalat dhuhur dan sunnat dhuhur ba’diyah dan pertama Nabi
mengqadha sunnat dhuhr ba’diyah sesudah shalat ashar.
c. Shalat Sunnat Maghrib.
Rosulullah pernah meninggalkan shalat sunnat setelah shalat
maghrib. Disukai supaya membaca dalam rakaat pertama Al Kafirun, dan
dalam rakaat kedua Al Ikhlas.
Disukai supaya sunnat maghrib ini dikerjakan di rumah,
sekembali dari masjid.
d. Shalat Sunnat ‘Isya
Disukai supaya shalat sunnat ‘isya dikerjakan di rumah juga.
e. Shalat Sunnat Dhuha
Banyak hadits menerangkan tentang menerangkan keutamaan
shalat dhuha. Waktunya ialah dari sejak tinggi matahari kira-kira
sepenggalah dan dikerjakan sebelum terik benar.
Shalat sunnat dhuha ini sekurang-kurangnya dua rakaat. Nabi
pernah mengerjakan sebanyak-banyaknya delapan rakaat.27
5. Bilangan Shalat Rawatib.
Beberapa shalat sunnat yang mengikuti shalat-shalat fardhu dan juga
dapat disebut sebagai shalat rawatib itu ada 17 rakaat, yaitu :
a. 2 rakaat shalat sunnat shubuh.
b. 4 rakaat sebelum shalat dhuhur.
c. 2 rakaat sesudah shalat dhuhur.
d. 4 rakaat sebelum shalat shalat ‘ashar.
e. 2 rakaat sesudah shalat maghrib.
f. 3 rakaat sesudah shalat ‘isya, salah satunya tiga rakaat tersebut
merupakan shalat witir.
Tetapi dari shalat-shalat sunnat rawatib tersebut yang sangat
ditekankan (untuk dikerjakan) ada 10 rakaat, yaitu :
a. 2 rakaat sebelum shalat shubuh.
b. 2 rakaat sebelum shalat dhuhur.
c. 2 rakaat sesudah shalat dhuhur.
d. 2 rakaat sesudah shalat maghrib.
e. 2 rakaat sesudah shalat ‘isya. 28
6. Tujuan Pembelajaran Shalat Rawatib
Hadits tentang perintah melaksanakan shalat termasuk shalat sunnah
rawatib pada anak merupakan proses pembelajaran untuk melatih dan
membiasakan anak dan ritual agama yang harus mereka jalani saat sudah
akhir baligh. Jangan sampai ketika mereka telah dewasa lalai dan enggan
untuk melaksanakan shalat.
27 Hasbi As-Shidiqy, Pedoman Shalat, hlm. 294 28 Imron Abu Amar, Fatkhul Qarib Terjemah, (Kudus: Menara, 1998), hlm. 79-80
Selain itu, shalat merupakan ibadah yang sarat dengan nilai-nilai
kebaikan, sehingga setelah melakukan shalat diharapkan mereka memiliki
sifat terpuji serta mampu terampil sebagai pelopor amal ma’ruf dan juga
jiwanya teruji menjadi orang yang sabar dan bertanggung jawab terhadap
apa yang menjadi kewajiban sebagai seseorang muslim, firman Allah QS :
Luqman : 17.
�<ة وأ�� ��'8�وف وا&� �?���� أ!# ا �� ��� �/� ا'd�� وا U�م ا>��ر� � )١٧: اH'�ن.(�� أ���� إن� ذ
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya itu termasuk hal-hal yang diwajibkan Allah. (QS : Luqman : 17).29
Tujuan pembelajaran shalat pada anak ini akan tercapai, apabila
mereka dididik untuk melaksanakan shalat sejak mulai usia dini, sehingga
setelah dewasa anak akan terbiasa dengan ritual agama yang harus mereka
jalani setiap hari. Bimbingan shalat pada ayat tersebut tidak terbatas tentang
kaifiyah shalat melainkan termasuk menanamkan nilai-nilai dibalik shalat.30
7. Tata cara pelaksanaan shalat rawatib
Shalat itu mempunyai tata cara dan rukun-rukun pada hakekatnya
dapat tersusun dan seandainya salah satunya diantaranya ketinggalan maka
dipandang tidak syah menurut syariat agama Islam.
Yang dimaksud syarat dan rukun disini adalah sesuatu yang tidak
sah shalat seseorang apabila ia tidak ada. Sayid Sabiq menjelaskan bahwa
syarat shalat ialah syarat-syarat yang mendahului shalat dan wajib dipenuhi
oleh orang-orang yang hendak mengerjakan shalat, dengan ketentuan bila
ketinggalan salah satu diantaranya maka shalatnya batal.31 Sedangkan yang
dimaksud dengan rukun adalah sesuatu bagian pokok yang harus dipenuhi
dan bila tidak terpenuhi maka shalatnya dipandang tidak sah.32
29 Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, hlm. 655 30 Habib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2001),
hlm. 106 31 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah I, (Bandung: Al-Ma’ruf, 2008), hlm. 20 32 Muhammad Rifa’i, Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: Thoha Putera, 2003), hlm.
10
a. Syarat wajib shalat
Syarat wajib yaitu seseorang diwajibkan melaksanakan shalat
apabila memenuhi syarat yaitu
1) Islam
Apabila seseorang yang belum menyatakan diri memeluk
agama Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, ia tidak
diwajibkan shalat
2) Suci dari haid dan nifas
Bagi wanita yang sedang dalam kondisi haid atau nifas, tidak
mendapat kewajiban melaksanakan shalat
3) Baligh dan berakal sehat
Yang dimaksud dengan baligh atau dewasa, bagi laki-laki
adalah ketika ia berumur 15 tahun atau keluar sperma. Sedangkan
bagi wanita apabila mengeluarkan darah haid. Sedangkan berakal
diartikan mereka dalam kondisi sehat (waras) bagi mereka yang
akalnya tidak waras (misalnya gila atau mabuk) maka tidak ada
kewajiban shalat atasnya.33
4) Seruan
Seruan (dakwah tentang perintah shalat ini telah disampaikan
kepadanya)
5) Dalam keadaan bangun34
b. Syarat syah shalat rawatib
Setelah diterangkan syarat wajib shalat, maka sebelum
mengerjakannya perlu diketahui tentang syarat sah seperti
1) Suci anggota dari hadats kecil dan hadats besar
Hadas seperti junub disucikan dengan mandi dan hadas kecil
disucikan dengan berwudlu firman Allah SWT
33 Sudarsono, Sepuluh Aspek Agama Islam, (Jakarta: Rinneka Cipta, 2000), hlm. 41 34 Moenir Manaf, Pilar Ibadah dan Doa, (Bandung: Angkasa, 2000), hlm. 41-44
��واوإن آ�)# 6�C�f�F �/)5ةQ�' )٦: ا Apabila kamu junub, maka hendaklah kamu bersuci yaitu mandi
(QS: Al-Maidah:6) 35
2) Suci badan pakaian dari tempat najis
3) Menutup aurat
Seseorang yang melaksanakan shalat baik dalam keadaan
gelap ataupun terang harus menutup aurat. Adapun yang dinamakan
aurat adalah sifat kekurangan dan cela serta apapun yang membuat
kita malu memperlihatkannya36
4) Mengetahui waktu shalat
Jika seseorang melakukan shalat maka harus mengetahui
waktu shalat
5) Menghadap kiblat
Yang dimaksud dengan kiblat adalah ka’bah, menghadap
kiblat adalah syarat sah shalat bagai orang yang melakukannya,
firman Allah dalam surat AL-Baqarah Ayat 144:
#dا و�6ه�+�F #(�آ �� g"T�ام وF�ل4 وX9 �C6� ا'5hR ا 0�X9)ة�H/)١٤٤: ا
Maka palingkanlah mukamu kearah masjidil haram dan dimanapun juga kamu berada, maka palingkan mukamu kearahnya. (QS: AL-Baqarah: 144) 37
Meskipun demikian dalam keadaan tertentu kita
diperbolehkan untuk tidak menghadap kiblat, yaitu pada saat:
a) Dalam keadaan bershalat bagi orang yang berkendaraan.
b) Dalam keadaan bershalat dengan terpaksa sedang sakit atau sedang
dalam keadaan ketakutan.38
35 Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, hlm. 158 36 Imam Taqiyuddin, Qifayatul Akhyar, (Semarang: Maktabah Matba’ah Thoha Putera,
t.th), hlm. 187 37 Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, hlm. 37 38 Hasbi As-Shidiqy, Pedoman Shalat, hlm. 22
c. Rukun shalat
Yaitu sesuatu yang dilaksanakan ketika shalat, adapun rukun
rukun shalat yaitu:
1) Niat yaitu kesengajaan yang dilaksanakan dengan hati untuk
melakukan shalat, sehingga bisa di bedakan antara shalat dengan
pekerjaan lain.
2) Takhbiratul ikhram yaitu membaca Allahu akbar ketika berdiri di
tempat shalat dengan menghadap kiblat.
3) Berdiri bagi yang mampu ini berarti bahwa se3seorang yang mampu
tidak boleh melaksanakan shalat dalam keadaan duduk atau
berbaring.
4) Membaca surat AL fatikhah.
5) Rukuk dan tuma’ninah
6) Iktida` dan tuma’ninah
7) Sujud dan tuma’ninah
8) Duduk diantara dua sujud
9) Duduk tasyahud akhir
10) Membaca shalawat kepada nabi Muhammad SAW
11) Salam39
12) Tertib40
8. Keutamaan Shalat Sunnat Rawatib
Rasulullah saw. telah menerangkan fadhilah shalat sunnat rawatib
dengan sabdanya :
I8�ة رآB� �8� F� آ4k ��م _�)�S � ��?� #�R�5/� ���N"� � ����AاواI��h� �")�F� ا ��8S ا� ����AاIl��F �"m ��+�XS
�F I��h .ورآ8)" 58�ا'o�ب ." 58�ه�اC+Z�ورآ8) ارk/!�8� : ا�<ةا5oاة .ورآ8)" 58�ا�B8ء k/! ورآ8)"
39 Abu thalib Al-Makki, Tafsir Sufistik Rukun Islam, (Bandung: Mizan Pustaka, 2005),
hlm. 70-71 40 Ahmad Thib Raya, Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah dalam Islam,
(Jakarta: Presindo Media, 2003), hlm. 206
Tidak ada seorang muslim yang bershalat karena Allah semata-mata pada tiap-tiap hari, dua belas rakaat tathawwu’-selain dari shalat-shalat fardhu, melainkan didirikan oleh Allah baginya suatu rumah di dalam surga, atau melainkan didirikan untuknya sebuah rumah di dalam surga yakni : empat rakaat sebelum shalat dhuhur, dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah maghrib, dua rakaat sesudah isya da dua rakaat sebelum shalat shubuh. (H.R. Muslim dan Abu Daud)41
Ketika seseorang melanggengkan shalat sunnat rawatib yang telah
tersebut di dalam hadits tersebut, Allah akan membangunkan sebuah rumah
di dalam surga. Walaupun begitu dalam melaksanakannya haruslah secara
terus menerus. Tidak hanya sesekali dalam sehari besoknya tidak dan terus
seperti itu. Tetapi dilaksanakan dengan terus menerus. Sehingga menjadi
sebuah kebiasaan.
C. Metode Ceramah Plus Demonstrasi
1. Pengertian Metode Cerama plus demonstrasi
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani
”Metodhos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti
melalui dan “hodhos” yang berarti jalan atau cara untuk mencapai
tujuan.42 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah cara yang
teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, cara kerja bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan.43
Metode ceramah adalah suatu metode dimana cara menyampaikan
pengertian-pengerttian materi dilaksanakan dengan jalan penerangan dan
penuturan secara lisan.44
Metode caramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan
oleh guru terhadap kelas. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan
uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat pembantu seperti gambar-
41 As Shidieqy, Tuntunan Shalat, hlm. 348 42 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat
Pers, 2002), hlm. 40 43 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 652 44 Zainuddin Dja’far, Didaktik Metodik, (Surabaya: Garoeda Buana Indah, 1995), hlm. 27
gambar. Tetapi metode utama berhubungan guru dengan siswa adalah
berbicara.45
Menurut Tayar Yusuf metode ceramah adalah penuturan atau
penerangan secara lisan oleh guru terhadap murid-murid di dalam kelas.
Dalam pelaksanaan metode ini untuk memberi pelajaran, biasanya guru
dibantu pula dengan alat-alat peraga atau usaha-usaha penyajian dengan
peragaan-peragaan, seperti memberi contoh-contoh mengenai keterangan-
keterangan yang diberikan, memperlihatkan gambar, lukisan,
membayangkan bentuk yang sebenarnya, dan sebagainya.46
Jadi bisa disimpulkan bahwa metode ceramah merupakan cara
dalam menyampaikan materi pelajaran dengan cara lisan, baik itu sambil
menggunakan alat bantu media gambar maupun yang lain.
Adapun beberapa ahli mendefinisikan, pengertian metode
demonstrasi:
a. Tayar Yusuf, demonstrasi berasal dari kata demonstration (to slow)
yang berarti memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan
sesuatu.47
b. Pius A. Partanto, demonstrasi berarti unjuk rasa, tindakan bersama-
sama untuk menyatakan proses pertunjukan mengenai cara
penggunaan suatu hal.48
c. Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang
guru atau orang lain yang sengaja diminta murid sendiri
memperlihatkan pada seluruh kelas tentang sesuatu proses suatu kaifah
melakukan sesuatu.49
45 Winarno Surakhman, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemmars, 1980),
hlm. 77 46 Tayar Yusuf, Ilmu Praktik Mengajar (Metode Khusus Pengajaran Agama), (Bandung :
Al Ma’arif, 1993), hlm. 74 47 Tayar Yusuf dkk, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja
Grafindo, 2000), hlm. 45. 48 Pius. A. Partanto, dkk., Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2001), hlm. 100. 49 Muhammad Zein, Metodologi Agama, (Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana, t.th),
hlm. 177.
d. Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,
situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya
ataupun tiruan yang sering disertai penjelasan lisan.50
e. Metode demonstrasi merupakan teknik mengajar yang sudah tua dan
digunakan sejak lama. Seorang ibu yang mengajarkan cara memasak
atau makanan kepada anak-anaknya atau dengan mendemonstrasikan
di muka mereka.51
f. Metode demonstrasi adalah metode pengajaran bagi guru atau orang
lain yang sengaja diminta siswa sekalipun memperlihatkan pada
seluruh kelas suatu proses. Misalnya, bagaimana cara bekerjanya
sebuah alat pencuci pakaian dengan otomatis.52
The demonstration is valuable in all areas. The learning in the
demonstration is concrete. It is essentially a doing method and it allows
for repetition and drill. The demonstration method is usually informal, and
it is effective with simple processes or complex projects.53 (metode
demonstrasi sangat penting disemua area (pembelajaran). Metode
pembelajaran ini sangat konkrit/nyata. Pada dasarnya metode ini adalah
pengimplementasian metode dan bisa dilakukan dengan pengulangan
kembali dan latihan-latihan. Biasanya metode ini bersifat informal dan
sangat efektif melalui proses yang sederhana dan perencanaan yang
komplek).
Jadi kesimpulannya adalah suatu metode mengajar dimana seorang
guru atau orang lain yang sebaya diminta atau murid sendiri
memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses untuk
50 Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
hlm. 102. 51 Basyirudin Usman, dkk, Media Pembelajaran, (Jakarta: Delia cipta Utama, 2002), hlm.
107. 52 Winarno Surahmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jamars, 2000), hlm.
86. 53 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya, 1989), hlm. 148
memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu proses
perbuatan tertentu kepada siswa, misalnya proses cara mengerjakan shalat.
Metode ceramah plus demonstrasi adalah metode gabungan antara
kekauatan verbal dan praktek langsung ketika melakukan proses
pembelajaran.
2. Macam-macam Metode Ceramah Plus Demonstrasi
Meskipun metode ceramah sering dianggap biang keladi yang
menimbulkan penyakit “verbalisme” dan budaya “bungkam” dikalangan
pelajar, namun kenyataannya metode tersebut masih populer di mana-
mana. Hanya, sebelum metode itu digunakan guru tentu perlu melakukan
modifikasi atau penyesuaian seperlunya. Langkah-langkah yang dapat
ditempuh dalam modifikasi atau penyesuaian metode ceramah, antara lain
ialah dengan kiat pemaduan (kombinasi) antara metode tersebut dengan
metode-metode lainnya. Dari kiat pemaduan ini kita dapat memunculkan
ragam metode ceramah baru yang berbeda dari aslinya, atau sebut saja
“metode ceramah plus”.
Metode ceramah plus tersebut dapat terdiri atas banyak metode
campuran. Namun dalam kesempatan ini hanya tiga macam metode
ceramah plus yang akan disajikan karena kesesuaian dengan tema yang
penulis bahas.
a. Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT)
Seperti yang sudah disinggung dalam uraian sebelumnya,
metode ceramah ternyata baru akan membuahkan hasil pembelajaran
siswa yang memuaskan apabila didukung dengan metode lain
disamping alat-alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena
itu, perlu adanya gagasan penganekaragaman metode ceramah plus,
antara lain dengan metode tanya jawab dab tugas.
Disamping dari sudut namanya saja metode tersebut jekas
merupakan kombinasi antara meetode ceramah, metode tanya jawab,
dan pemberian tugas. Implementasi (cara melaksanakan) metode
campuran ini idealnya dilakukan secara tertib, yaitu :
1) Penyampaian uraian materi oleh guru
2) Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dengan siswa
3) Pemberian tugas kepada para siswa.
Namun demikian tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk
memulai penggunaan metode CPTT tersebut dengan tanya jawab.
Dalam hal ini, kegiatan tanya jawab tersebut dapat berstatus pre test
dalam lingkup apersepsi. Mengenai bagaimana sebaiknya guru
menyampaikan pertanyaan kepada siswa dapat disesuaikan dengan
kondisi kelas.
Untuk memantapkan penguasaan siswa terhadap materi yang
telah diajarkan guru, maka pada tahap terakhir pengajaran, para siswa
seyogyanya diberi tugas baik bersifat individual maupun kelompok,
bergantung kebutuhan.
b. Metode Ceramah Plus Diskusi dan Tugas (CPDT)
Berbeda dengan aplikasi metode ceramah plus yang pertama,
metode CPDT ini hanya dapat dilakukan secara tertib sesuai dengan
urutan pengkombinasinya. Maksudnya, pertama-tama guru
menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan sidkusi, dan
akhirnya memberi tugas.
Penyelenggaraan uraian/ceramah dalam konteks metode
ceramah plus ini dimaksudkan untuk memberikan informasi atau
penjelasan mengenai pokok bahasan topik atau agenda masalah yang
akan didiskusikan. Kemudian siswa melaksanakan diskusi. Setelah
selesai diskusi, para siswa diberi tugas-tugas yang antara lain berupa
tugas yang harus diselesaikan pada saat itu juga, dan tugas lanjutan
yang bisa dikerjakan di rumah.
c. Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan (CPDL)
Dilihat dari sudut namanya, metode ceramah plus ketiga ini
merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran
dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill ). Metode CPDL ini
sangat berguna bagi PBM bidang studi atau materi pelajaran yang
berorientasi pada keterampilan jasmani (kecakapan ranah psikomotorik)
siswa. Walaupun demikian, sebelum siswa mempelajari/melatih
kecakapan ini, terlebih dahulu mereka perlu mempelajari/melatih
kecakapan mereka yang berupa pemahaman mengenai konsep, proses,
dan kiat melakukan keterampilan tersebut.
Oleh karena itu, aplikasi metode ceramah plus demonstrasi dan
latihan ini, kurang lebih sama dengan aplikasi metode CPDT, yaitu harus
dilakukan secara tertib sesuai dengan urutannya. Namun jika diperlukan,
guru dapat memberi ceramah singkat berupa penjelasan tambahan seusai
latihan.
Tahap terakhir aplikasi metode CPDL, adalah penyelenggaraan
latihan yang berulang (drill ), yakni latihan keterampilan yang sebelumnya
telah didemonstrasikan. Latihan dalam hal ini dianggap sangat penting,
karena menurut hukum latihan (law of exercise) semakin sering sebuah
perilaku dilatih atau digunakan maka akan semakin mantap eksistensi
perilaku tersebut (Hilgard & Bower, 1975) 54
3. Tujuan Metode Ceramah Plus Demonstrasi
Tujuan utama ceramah dalam metode ceramah plus ini adalah
untuk menjelaskan konsep-konsep keterampilan jasmaniah yang terdapat
dalam materi-materi pelajaran keterampilan tertentu. Juga dapat digunakan
untuk menjelaskan keterampilan praktis yang ada dalam pelajaran
contohnya pada pelajaran wudhu dan shalat.
Selanjutnya, tujuan demonstrasi dalam metode CPDL adalah untuk
memperagakan atau mempertunjukkan kiat dan proses melakukan
keterampilan yang telah diuraikan sebelumnya, yakni pada tahapan
ceramah. Dan siswa lebih bisa mengkongkretkan suatu yang abstrak ketika
hanya memakai ceramah saja.
4. Langkah-langkah metode ceramah plus demonstrasi
54 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Metode Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm. 211-212
Dalam pelaksanaan metode ceramah plus demonstrasi, ada
beberapa langkah-langkah yang perlu diperhatikan diantaranya:
a. Guru menerangkan materi shalat sunnah rawatib dengan detail
b. Guru merencanakan dan menetapkan urutan-urutan penggunaan bahan
dan alat yang sesuai dengan pekerjaan yang harus dilakukan.
c. Guru menunjukkan cara pelaksanaan metode demonstrasi
d. Guru menetapkan perkiraan waktu yang diperlukan untuk demonstrasi
dan perkiraan waktu yang diperlukan oleh anak-anak untuk meniru.
e. Anak memperhatikan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut.
f. Guru memberikan motivasi atau penguat-penguat yang diberikan, baik
bila anak berhasil maupun kurang berhasil. 55
5. Kebaikan dan Kelemahan Metode Ceramah Plus dan Demonstrasi
Kebaikan metode ceramah plus demonstrasi ini antara lain yaitu :
a. Dari segi penggunaan waktu metode ini lebih fleksibel, artinya materi
dapat dibahas yang pokok-pokok saja, sebaliknya apabila waktunya
masih banyak, pembahasan dapat diperdalam dan diperluas.
b. Organisasi kelas lebih sederhana
c. Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting.
d. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila siswa dalam
mempraktikkan terjadi kesalahan, karena akan langsung bisa dibetulkan
e. Siswa bisa ikut aktif dalam pembelajaran.
f. Pengalaman dan kesan lebih melekat pada diri siswa.56
Sedang kelemahannya antara lain, yaitu :
a. Ketika ceramah, membuat siswa pasif
b. Ketika ceramah, menghambat daya kritis siswa.
c. Ketika demonstrasi menggunakan alat-alat modern akan memerlukan
biaya yang mahal.
d. Tidak semua pelajaran dapat didemonstrasikan di dalam kelas
55 Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Rineka Cipta: 2004), hlm. 123-124.
56 Zainuddin Dja’far, Didaktik Metodik, hlm. 32
e. Ketika praktik akan memerlukan waktu yang lama
f. Ketika demonstrasi akan sulit dilaksanakan apabila murid-murid tidak
dimatangkan sebelumnya.57
Memperhatikan kekurangan-kekurangan tersebut, maka dalam
metode ini disarankan hal-hal sebagai berikut :
a. Bahan yang akan diceramahkan, bahasa dan sikap penceramah
hendaknya rencanakan terlebih dahulu. Menggunakan bahasa yang
sederhana sesuai dengan umur peserta didik, dan sikap yang
sewajarnya.
b. Sebelumnya guru membuat garis-garis pokok bahan dan diakhiri
dengan kesimpulan.
c. Sebelum melakukan demonstrasi, perlu disiapkan segala macam
keperluan yang akan digunakan.
d. Sebelum melakukan demonstrasi, guru hendaknya menerangkan
sejelas-jelasnya landasan teori yang dipakai supaya siswa mudah
memperoleh pengalaman praktis
e. Sebelum demonstrasi dilaksanakan, guru mengatur waktu yang
terencana dengan baik supaya nantinya tidak terlantur-lantur.58
D. Kerangka Berfikir
Salah satu tugas sekolah, memberikan pengajaran kepada anak didik.
Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan, disamping
mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada
peserta didik yang merupakan proses pengajaran (PBM) itu dilakukan guru di
sekolah, menggunakan metode-metode tertentu, cara inilah yang sering kita
sebut metode pembelajaran.
Kenyataan telah menunjukkan bahwa manusia dalam berbagai hal
selalu berusaha mencari efisiensi kerja dengan memilih dan menggunakan
berbagai metode yang dianggap untuk mencapai tujuan. Demikian pula halnya
57 Zainuddin Dja’far, Didaktik Metodik, hlm. 32 58 Zainuddin Dja’far, Didaktik Metodik, hlm. 32
pembelajaran di sekolah. Para pendidik selalu berusaha memilih metode
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Jadi jelas bahwa metode cara berfungsi sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Makin tepat metode, diharapkan makin efektif pula mencapai tujuan
tersebut, khususnya bidang pengajaran di sekolah ada beberapa faktor lain
yang ikut berperan menentukan efektifnya metode mengajar, antara lain faktor
pendidik, anak, dan lingkungan.
Pengetahuan mengenai metodologi pengajaran ini sangat penting bagi
para pendidik dan calon pendidik. Metode pengajaran pada hakikatnya
merupakan penerapan prinsip-prinsip psikologi dan prinsip-prinsip pendidikan
bagi perkembangan anak didik. Metode pengajaran harus bersifat interaktif
edukatif untuk mempertinggi kualitas hasil pendidikan dan pengajaran di
sekolah.59
Kegiatan belajar mengajar meliputi dua pokok kegiatan yaitu
kegiatan pendidik mengajar dan kegiatan siswa belajar. Mengajar pada
umumnya diartikan sebagai usaha pendidik untuk menciptakan kondisi-
kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa sehingga interaksi antara
peserta didik, pendidik, peserta didik dan lingkungannya.60
Sebuah metode pengajaran harus mampu diterima siswa dengan baik.
Metode mengajar harus sedemikian rupa disajikan seefektif mungkin agar
siswa dapat menerima pelajaran dengan optimal. Metode-metode yang tepat
diharapkan dapat mempermudah penerimaan siswa, dan tanpa mempersulit.
Ada beberapa metode, salah satunya metode cerah plus demonstrasi.
Metode cerah plus demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat
efektif, karena dapat membantu siswa untuk memperjelas suatu pengajaran
dan membantu peserta didik untuk mempermudah. menerima materi pelajaran
dan dapat membekas dalam ingatan, karena belajar melalui melihat,
mendengar serta mempraktikkan.
59B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
cet 1 hlm 149 60 Zuhairini, et. al. , Metode Mengajar Agama, (Solo: Ramdani, 2004), hlm 78
Metode cerah plus demonstrasi merupakan salah satu metode mengajar
yang digunakan guru bila bahan ajar yang berupa ketrampilan verbal dan
motorik yang berkaitan dengan proses kerja sesuatu alat didasarkan pada
prinsip tertentu, dan proses kerja ini berkaitan dengan kenyataan hidup sehari-
hari. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif
untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan.61
Proses pembelajaran siswa yang dilakukan daengan mendengarkan
keterangan guru dan praktek langsung akan menjadikan pemahman siswa
semakin mendlam dan pada akhirnya akan meingkatkan hasil belajarnya.
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan tindakan yang di duga akan dapat
memecahkan masalah yang ingin diatasi dengan penyelenggaraan PTK.62
Peneliti mengajukan hipotesis tindakan dalam penelitian ini berupa hasil
belajar peserta didik kelas III pada mata pelajaran fikih pokok bahasan shalat
sunnat rawatib akan meningkat jika diterapkan dengan metode pembelajaran
ceramah plus demonstrasi.
61 JJ. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001), hlm. 29. 62 Subyantoro, Penelitian Tindakan Kelas, (Semarang: CV. Widya Karya,2009), hlm. 43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan penulis yaitu penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research). Penelitian tindakan merupakan suatu proses
yang memberikan kepercayaan kepada pengembang kekuatan berpikir
reflektif, diskusi, penentuan keputusan dan tindakan orang-orang biasa yang
berpartisipasi dalam penelitian untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang
mereka hadapi dalam kegiatannya.63
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu proses yang memberikan
kepercayaan pada pengembangan kekuatan berpikir reflektif, diskusi,
penentuan keputusan dan tindakan oleh orang-orang biasa, berpartisipasi
penelitian kolektif mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi
kegiatannya.64
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian di kelas III MIS Karanganyar 02 Pekalongan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5 April – 19 April
Tabel 1
Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
No Rencana Kegiatan Waktu (Minggu) ke-
1 2 3 4 5 6
1 Kondisi awal (observasi awal)
√
2 Penyerahan proposal √
3 Persiapan Menyusun Konsep Pelaksanaan
√
63 Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2005), hlm. 142 64 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2008), hlm. 3
pembelajaran Menyusun instrumen penelitian. √
Menyepakati jadwal dan tugas penelitian
√
Diskusi Konsep pelaksanaan penelitian. √
4 Pelaksanaan Mempersiapkan bahan pembelajaran.
√
Pelaksanaan pembelajaran √
Melakukan demonstrasi shalat √
Melakukan demonstrasi shalat rawatib secara bersama-sama
√
5 Observasi Evaluasi praktik shalat siswa
√
Melakukan penilaian praktik shalat secara kelompok lima siswa
√
6 Refleksi Mencatat semua aktifitas siswa, lebih-lebih terhadap kekurangan atau masalah yang dihadapi siswa
√
7 Perencanaan siklus II Membuat perencanaan pelaksanaan siklus II
√
8 Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran shalat dengan metode ceramah plus demonstrasi
√
9 Observasi Mengamati praktik shalat siswa √
10 Evaluasi praktik shalat secara berkelompok
√
11 Refleksi Mencatat segala kendala yang ada sebagai catatan terhadap tindakan selanjutnya.
√
12 Menyusun laporan √
C. Pelaksana dan Kolaborator
Kolaborator adalah suatu kerja sama dengan pihak-pihak terkait seperti
atasan, sejawat, atau kolega. Kerjasama antara guru dengan peneliti sangat
penting dalam menggali permasalahan nyata yang dihadapi. Terutama pada
kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan tindakan,
menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.65
Namun, yang bertindak dalam proses belajar mengajar di kelas pada materi
tersebut adalah peneliti. Jadi, peneliti disini disamping sebagai peneliti sendiri
juga menjadi pengelola jalannya pembelajaran dengan metode ceramah plus
demonstrasi. Sedangkan guru kelas hanya sebagai observer (kolaborator).
Kerjasama ini diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi yang
baik sehingga dapat tercapai tujuan dari penelitian ini. Yang menjadi
kolaborator disini adalah Ahmad Hifni Amri, A. Ma. sebagai guru kelas III
MIS Karanganyar 02 Pekalongan tahun ajaran 2010/2011.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dipilih dengan menggunakan model spiral
dari Kemmis dan Taggart yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto yang terdiri
dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi
mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya. Dalam
setiap siklusnya terdiri dari empat elemen penting, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
65 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, hlm. 63.
Model Penelitian Tindakan 66:
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 4 tahap. Secara rinci
prosedur penelitian tindakan ini sebagai berikut:
a. Pra siklus
Proses pembelajaran pra siklus ini peneliti melakukan proses
pembelajaran dengan metode biasa yaitu ceramah dan tanya jawab, untuk
mengetahui hasil belajar siswa peneliti memberikan kuis pada siswa
mengenai materi shalat rawatib.
b. Siklus I
a. Perencanaan
1) Membuat RPP
2) Membuat LOS (Lembar Observasi Siswa)
3) Menyusun Kuis
b. Tindakan
Yaitu setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, perhatian minat
peserta didik, sarana belajar, maka dilakukan tindakan yaitu dengan
66 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, hlm. 16.
Pelaksanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Refleksi
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan Refleksi
Hasil penelitian
Perencanaan
metode pembelajaran ceramah plus demonstrasi. Kegiatan yang
dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu sebagai berikut:
a) Sebelum guru masuk ke materi pembelajaran, terlebih dahulu
memberikan apersepsi tentang shalat sunah rawatib.
b) Kemudian guru memotivasi siswa dengan membangkitkan minat dan
menumbuhkan kesadaran siswa bahwa betapa pentingnya shalat
rawatib.
c) Sebelum memasuki kegiatan inti guru memerintahkan siswa
menyiapkan buku pelajaran sesuai halaman yang akan dibahas.
d) Guru menjelaskan tentang pengertian, dan rukun shalat sunah
rawatib.
e) Kemudian dilanjutkan dengan do’a-do’a shalat sunah rawatib, guru
membacakan terlebih dahulu dengan suara lantang dan jelas secara
terpotong-potong, kemudian ditirukan siswa. Kemudian secara
keseluruhan dan ditirukan siswa sampai siswa lancar dan hafal.
f) Guru mempraktikkan gerakan shalat sunah rawatib tanpa do’a,
dengan gerakan yang benar. Siswa disuruh memperhatikan dulu
dengan seksama.
g) Guru mempraktikkan gerakan shalat sunah rawatib diikuti siswa
menirukan guru dari awal sampai selesai.
h) Siswa mempraktikkan gerakan shalat sunah rawatib sendiri tanpa
panduan guru. Guru melihat gerakan siswa sambil membetulkan
gerakan siswa yang belum benar.
i) Guru membentuk kelompok kecil siswa yang terdiri dari 5 siswa,
dibedakan antara laki-laki dan perempuan tersendiri karena untuk
memudahkan guru dalam pengawasan ketika praktik shalat sunah
rawatib.
c. Observasi
Tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan observasi yang telah dipersiapkan untuk
mengetahui kondisi kelas terutama semangat belajar peserta didik dalam
pembelajaran fiqih materi shalat rawatib dan kinerja guru dala
pembelajaran.
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan
dianalisis. Selanjutnya guru dan kolaborator melakukan tindakan
perbaikan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat
digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.
c. Siklus II
Setelah melakukan evaluasi tindakan I, maka dilakukan tindakan II.
Peneliti melakukan proses pelaksanaan metode ceramah plus demonstrasi
pada mata pelajaran fikih pokok bahasan shalat sunnah rawatib di kelas III
MIS Karanganyar 02 Pekalongan sebagai upaya perbaikan pada siklus I.
Langkah-langkah siklus II adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
a) Mengidentifikasi masalah-masalah khusus yang dialami pada siklus
sebelumnya.
b) Membuat satuan tindakan (pemberian bantuan).
b. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini yaitu Pengembangan
rencana tindakan II dengan melaksanakan tindakan upaya lebih
meningkatkan semangat belajar peserta didik dalam pelaksanaan
metode ceramah plus demonstrasi pada mata pelajaran fikih pokok
bahasan shalat sunnah rawatib, yang telah direncanakan.
c. Observasi
Tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan observasi yang telah dipersiapkan
untuk mengetahui kondisi kelas terutama semangat belajar peserta
didik dalam pembelajaran fiqih materi shalat rawatib dan kinerja guru
dala pembelajaran
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan
dianalisis. Selanjutnya guru dan kolaborator melakukan tindakan
perbaikan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat
digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya .
E. Teknik Pengumpulan Data
a. Metode Pengamatan (observasi)
Metode pengamatan (observasi) cara pengumpulan data terjun
langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti (populasi atau sampel).67
Dalam kegiatan ini, peneliti secara langsung mengamati bagaimana
pelaksanaan pembelajaran, baik dari aktifitas siswa yaitu ketika dalam
pembelajaran maupun sampai pada praktek shalat di sekolah sampai
kebiasaan shalat di rumah masing-masing, pembelajaran yang dilakukan
guru berkaitan pembelajaran shalat siswa yang dilakukan di MIS
Karanganyar 02 Pekalongan kelas III semester II tahun ajaran 2010/2011.
b. Metode Test
Metode evaluasi yang digunakan adalah jenis test. Metode ini
digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan penguasaan materi
maupun bentuk praktiknya yang diperoleh siswa dari pembelajaran yang
telah dilaksanakan yaitu tentang shalat sunnat rawatib.
Jenis testnya adalah test praktik shalat sunnat rawatib.
c. Metode Wawancara (interview)
Metode Wawancara (interview) Yaitu metode pengumpulan data
dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematik dan
berlandaskan pada tujuan penelitian.68
67 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)
hlm. 23
Maksud metode ini mengadakan komunikasi langsung terhadap
peserta didik yang sedang belajar. Untuk mengetahui dari beberapa
kesulitan yang dialami siswa, baik dari kendala dalam belajar, kesulitan
dalam mempraktikkan shalat ketika di sekolah, sampai kesulitan-kesulitan
yang dialami siswa di rumah masing-masing guna memperoleh informasi
dari semua siswa tentang kesulitan yang dihadapi, sehingga sebagai bahan
masukan untuk memperbaiki pada siklus selanjutnya.
d. Metode Dokumentasi
Sumber dokumentasi pada dasarnya ialah segala bentuk sumber
informasi yang berhubungan dengan dokumen baik resmi maupun tidak
resmi.69
Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan datanilai
praktek siswa, nilai keaktifan siswa.
F. Instrumen Penelitian
Sedangkan instrumen yang peneliti gunakan untuk menilai tingkat
keberhasilan peserta didik adalah:
1. Lembar observasi
Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang harus diisi oleh
observer. Lembar observasi berisi tentang kegiatan guru dan aktifitas
peserta didik dalam pembelajaran.
Dalam penelitian ini ada beberapa aspek yang menjadi bahan
pengamatan peneliti diantaranya:
A. Siswa aktif mendengarkan dengan seksama penjelasan guru
B. Siswa aktif dalam kerja kelompok
C. Siswa aktif memperagakan shalat
D. Siswa aktif mengomentari hasil praktek teman
68 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, hlm 192 69 Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan Statistik (Bandung, Bumi Aksara,
1993), hlm 41-42
Tabel 2 Contoh Tabel Lembar Observasi
No Nama Hal-hal yang
diamati Jumlah Aktifitas
A B C D
JUMLAH
2. Instrumen evaluasi
Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam
mempraktekkan shalatsunnah rawatib baik gerakan maupun bacaan
Tabel 3
Contoh instrumen hasil Praktek Shalat Sunat Rawatib pada Kategori Gerakan Shalat
Kategori Jumlah Siswa Prosentase Hasil Baik Sekali
Baik Cukup Kurang Jumlah
Tabel 4 Contoh instrumenhasil Praktek Shalat Sunat Rawatib
pada Kategori Bacaan Shalat Kategori Jumlah Siswa Prosentase Hasil
Baik Sekali Baik
Cukup Kurang Jumlah
G. Teknik Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan, tes
atau dengan menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan analisis
deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator
keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan peningkatan
hasil belajar siswa kelas III MIS Karanganyar 02 Pekalongan pada mata
pelajaran fikih pokok bahasan shalat sunnah rawatib. Adapun tehnik
pengumpulan data yang berbentuk kuantitatif berupa data-data yang disajikan
berdasarkan angka-angka maka analisis yang digunakan yaitu prosentase
dengan rumus sebagai berikut:
Skor yang dicapai Nilai = X 100 %
Jumlah Peserta didik H. Indikator Pencapaian
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian tindakan ini apabila:
a. Meningkatnya hasil belajar pembelajaran fiqih materi pokok shalat sunnah
rawatib pada kategori baik dan baik sekali, sebanyak 80%
b. Adanya peningkatan keaktifan belajar peserta didik pada kategori baik dan
baik sekali sebanyak 80%.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian Pra Siklus
Sebelum melakukan siklus, penelitian melakukan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional, ceramah dan
tanya jawab. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5 April 2011. Nilai
praktek siswa sebagai berikut:
Tabel 5 Kategori Hasil Praktek Shalat pada Kategori Gerakan
Pra Siklus Kategori Jumlah
Siswa Prosentase Hasil Ketuntasan
Baik Sekali 7 19% 9 – 10 Tuntas Baik 12 33% 7 – 8 Tuntas
Cukup 12 33% 5 – 6 Tidak Tuntas Kurang 5 14 3 - 4 Tidak Tuntas Jumlah 36 100%
(hasil nilai selengkapnya dalam lampiran)
0
5
10
15
20
25
30
35
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Jumlah Siswa Prosentase
Dari hasil tabel di atas terlihat bahwa pada siklus I Praktek shalat
pada kategori gerakan tingkat hasil belajar siswa yaitu pada taraf kategori:
a. Baik sekali ada 7 siswa atau 19%
b. Baik ada 12 siswa atau 33%
c. Cukup ada 12 siswa atau 33%
d. Kurang ada 5 siswa atau 14%.
Berdasarkan tabel diatas jumlah ketuntasan belajar siswa jauh
dibawah standar yaitu hanya 52% oleh karena itu dibutuhkan beberapa
siklus tindakan.
Sedangkan nilai dari praktek shalat pada kategori bacaan adalah
sebagai berikut :
2. Hasil Tindakan Kelas Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 12 April 2011, materi yang
diajarkan adalah materi shalat sunnah rawatib. Siklus I dibagi dalam
beberapa tahap yaitu:
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan oleh peneliti yaitu membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (terlampir), menyiapkan lembar penilaian praktek,
menyiapkan lembar observasi (terlampir), dan pendokumentasian.
b. Tindakan
Proses pembelajaran ini dilakukan dimulai dengan
mengucapkan salam dan menyuruh siswa untuk membaca do’a
bersama-sama agar proses pembelajaran berjalan hikmat, selanjutnya
mengabsensi siswa dan melakukan apersepsi mengenai shalat sunah
rawatib.
Selanjutnya guru menerangkan materi shalat sunnah rawatib
terutama ketentuan dan tata caranya dan melakukan tanya jawab.
Kegiatan dilanjutkan dengan guru mendemonstrasikan praktek shalat
sunnah rawatib dari awal sampai akhir dengan benar dan siswa
menyimaknya, kemudian kegiatan dilanjutkan dengan guru menyuruh
beberapa siswa yang merasa sudah siswa secara kelompok untuk
demonstrasi di depan kelas bagi temannya di depan kelas
Setelah proses pembelajaran terjadi guru menyuruh siswa satu
persatu praktek shalat untuk dinilai. Terakhir guru mengajak siswa
untuk membaca hamdalah dan do’a bersama.
Nilai praktek siswa sebagai berikut:
Tabel 6 Kategori Hasil Praktek Shalat pada Kategori Gerakan
Pra Siklus Kategori Jumlah
Siswa Prosentase Nilai Ketuntasan
Baik Sekali 10 28% 9 – 10 Tuntas Baik 14 39% 7 – 8 Tuntas
Cukup 9 25% 5 – 6 Tidak Tuntas Kurang 3 8% 1- 4 Tidak Tuntas Jumlah 36 100%
(hasil nilai selengkapnya dalam lampiran)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Jumlah Siswa Prosentase
Dari hasil tabel di atas terlihat bahwa pada siklus I Praktek shalat
pada kategori gerakan tingkat hasil belajar siswa yaitu pada taraf kategori:
a. Baik sekali ada 10 siswa atau 28% naik dari pra siklus yang masih 7
siswa atau 19%
b. Baik ada 14 siswa atau 39% meningkat dari pra siklus yang masih 12
siswa atau 33%
c. Cukup ada 9 siswa atau 25% menurun dari pra siklus yang masih 12
siswa atau 33%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Jumlah Siswa Prosentase
d. Kurang ada 3 siswa atau 8%. Menurun dari pada pra siklus yang masih
ada 5 siswa atau 14%
Jika dilihat dari tingkat ketuntasannya (nilai 70) nilai ketuntasan
ada 24 siswa atau 67%, sehingga menyisakan siswa yang tidak tuntas 12
siswa 33% .
Sedangkan nilai dari praktek shalat pada kategori bacaan adalah
sebagai berikut :
Tabel 7 Kategori Hasil Praktek Shalat Pada Kategori Bacaan
Siklus I Kategori Jumlah Siswa Prosentase Nilai
Baik Sekali 7 19% 11-13 Baik 13 36% 8-10
Cukup 10 28% 5-7 Kurang 6 17% 1-4 Jumlah 36 100%
(hasil selengkapnya terlampir)
Dari hasil tabel di atas terlihat bahwa pada siklus I Praktek
shalat sunnah rawatib pada kategori bacaan shalatnya tingkat hasil
belajar siswa yaitu pada taraf kategori:
a. Baik sekali ada 7 siswa atau 19%
b. Baik ada 13 siswa atau 36%
c. Cukup ada 10 siswa atau 28%
d. Kurang ada 6 siswa atau 17%.
Jika dilihat dari tingkat ketuntasannya (nilai 70) nilai
ketuntasan ada 20 siswa atau 56%, sehingga menyisakan siswa
yang tidak tuntas 16 siswa 44% .
c. Observasi
Setelah mengobservasi siswa selama proses pembelajaran di
kelas dengan menggunakan instrumen observasi yang dipegang
kolaborator, berikut hasilnya :
Tabel 8 Kategori Nilai keaktifan
Pelaksanaan Metode Ceramah Plus Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Fikih Pokok Bahasan Shalat Sunnah Rawatib Di Kelas III MIS Karanganyar 02
Pekalongan Siklus I Kategori Jumlah Aktivitas J. Siswa Prosentase
Baik sekali 4 8 22% Baik 3 13 36%
Cukup 2 11 31% Kurang 1 4 11%
Jumlah 36 100% Hasil selengkapnya dalam lampiran nv
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
J. Siswa
Preosentase
Berdasarkan tabel keaktifan di atas siswa yang berada pada:
1) Kategori baik sekali ada 8 siswa atau 22%
2) Kategori baik 13 siswa atau 36%
3) Kategori cukup 11 siswa atau 31%
4) Kategori kurang 4 siswa atau 11%
Pada siklus I ini kategori kurang masih mendominasi keaktifan
siswa dalam strategi, ini berarti siswa masih pasif.
Hal ini menunjukkan kecenderungan siswa sebagai berikut :
1) Siswa masih banyak yang gaduh ketika guru menjelaskan materi.
2) Siswa masih kurang kompak dalam kerja kelompok menjadi model
3) Siswa masih kurang antusias dalam memperagakan shalat sunnah
rawatib
4) Siswa banyak yang diam ketika disuruh mengomentari hasil
teman.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi ini peneliti melakukan evaluasi kegiatan
yang ada di pra siklus, didapatkan beberapa kelemahan dari sistem
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru diantaranya:
a. Guru kurang mampu menyiapkan RPP dengan baik
b. Guru kurang mampu memotivasi kerja siswa untuk demonstrasi
c. Guru kurang mampu mengarahkan siswa dengan sistem individual
karena masih banyak siswa yang malu
d. Setting kelas masih tradisional sehingga siswa kebingungan dalam
berinteraksi dengan temannya
e. Kerja individual masih membingungkan siswa karena mereka tidak
bisa saling tukar pikiran dengan temannya.
f. Guru kurang mampu memanfaatkan media pembelajaran untuk
menstimulus siswa dan menjadi rujukan bagi siswa ketika praktek
g. Guru menerangkan materi terlalu cepat, sehingga ceramah yang
dilakukan kurang dapat memberikan informasi bagi siswa
Dari kekurangan-kekurangan tersebut guru dan kolaborator
mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemukan di kelas
dengan melakukan tindakan :
a. Guru harus mempersiapkan RPP dan perangkat pembelajaran
dengan baik.
b. Guru menerangkan materi lebih detail lagi
c. Guru harus lebih meningkatkan motivasi siswa dengan banyak
mengelilingi kerja kelompok siswa.
d. Guru menyuruh siswa untuk lebih mengamati segala kegiatan
ceramah plus demonstrasi yang dilakukan guru yang dilakukan oleh
guru dan teman yang sudah bisa
e. Guru menggunakan media audio visual praktek shalat
f. Guru lebih menekankan kemampuan individu dalam kelompok
dengan kerja kelompok yang bergantian demonstrasi
g. Menyeting kelas lebih komunikatif lagi dengan setting huruf U
Hasil refleksi kemudian dijadikan sebagai rumusan untuk
diterapkan pada siklus II sebagai upaya tindakan perbaikan terhadap
upaya perbaikan siswa pada siklus I.
3. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus II
Penelitian tindakan kelas pada siklus II dilakukan pada tanggal 17
April 2011. Dalam siklus II dilakukan sesuai refleksi pada siklus II
kemudian diterapkan sebagai tindakan untuk mengatasi masalah-masalah
yang ditemui dalam siklus I. Tahapan-tahapan siklus II sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini ada beberapa hal perlu dipersiapkan
oleh peneliti yaitu peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
terlampir, merancang pembentukan kelompok, menyusun kuis
terlampir, menyiapkan media audio visual, peneliti menyiapkan lembar
observasi terlampir, dan pendokumentasian.
b. Tindakan
Proses pembelajaran pada siklus II ini tidak jauh berbeda
dengan yang dilakukan pada siklus I, hanya saja lebih intensifkan
pembelanjaannya.
Proses pembelajaran ini dilakukan dimulai dengan
mengucapkan salam dan menyuruh siswa untuk membaca do’a
bersama-sama agar proses pembelajaran berjalan hikmat, selanjutnya
guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada beberapa siswa
tentang ketentuan shalat sunnah rawatib. Kegiatan guru menerangkan
materi tentang praktek shalat dengan detail menggunakan metode
ceramah, materi dijelaskan dengan pelan-pelan dan guru membuka
tanya jawab.
Selanjutnya guru mengajak siswa untuk menonton tayangan
dalam DVD praktek shalat dengan seksama dan menekankan untuk
tidak boleh gaduh, setelah tayangan selesai siswa di suruh untuk
bertanya tayangan VCD tadi, kemudian guru membentuk kelompok
kerja siswa dengan ketentuan setiap siswa harus melakukan praktek
shalat sunnah rawatib secara bergantian dalam kelompok dan
kelompok melakukan penyempurnaan dari kegiatan praktek tadi
sehingga menemukan cara mengerjakan shalat sunnah rawatib dengan
benar.
Ketika terjadi diskusi dan latihan dalam kelompok guru
mengelilingi siswa utuk memberikan motivasi dan bimbingan agar
siswa lebih semangat.
Setelah kerja kelompok selesai lalu setiap kelompok menjadi
demonstrasi di depan kelas dan kelompok lain mengomentari.
Selanjutnya guru mengklarifikasi hasil kerja siswa yang telah maju di
depan dan memberikan penghargaan setiap kelompok yang maju ke
depan dengan tepuk tangan dan apresiasi dengan ucapan bagus.
Setelah proses pembelajaran terjadi guru menyuruh siswa satu
persatu praktek shalat untuk di nilai. Terakhir guru mengajak siswa
untuk membaca hamdalah dan do’a bersama.
Nilai praktek siswa sebagai berikut:
Tabel 9 Kategori Hasil Praktek Shalat pada Kategori Gerakan
Siklus II Kategori Jumlah
Siswa Prosentase Nilai Ketuntasan
Baik Sekali 16 44% 9 – 10 Tuntas Baik 15 42% 7 – 8 Tuntas
Cukup 5 14% 5 – 6 Tidak Tuntas Kurang 0 0% 1 - 4 Tidak Tuntas Jumlah 36 100%
(Hasil nilai selengkapnya dalam lampiran)
0
5
10
1520
25
30
3540
45
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Jumlah Siswa Prosentase
Dari hasil tabel di atas terlihat bahwa pada siklus I Praktek shalat
pada kategori gerakan tingkat hasil belajar siswa yaitu pada taraf kategori:
a. Baik sekali ada 16 siswa atau 44% naik dari siklus I yaitu 10 siswa
atau 28%
b. Baik ada 15 siswa atau 42% naik dari siklus I yaitu 14 siswa atau 39%
c. Cukup ada 5 siswa atau 14% menurun dari siklus I yang masih 9 siswa
atau 25%
d. Kurang ada 0 siswa atau 0% menurun dari siklus I yang masih 3 siswa
atau 8%
Jika dilihat dari tingkat ketuntasannya nilai ketuntasan ada 21
siswa atau 58%, sehingga menyisakan siswa yang tidak tuntas 15 siswa
42% .
Sedangkan nilai dari praktek shalat pada kategori bacaan adalah
sebagai berikut :
Tabel 10 Kategori Hasil Praktek Shalat Pada Kategori Bacaan
Pra Siklus Kategori Jumlah Siswa Prosentase Hasil
Baik Sekali 15 41.67% 11-13 Baik 15 41.67% 8-10
Cukup 6 16.67% 5-7 Kurang 0 0% 1-4 Jumlah 36 100%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Jumlah Siswa Prosentase
Dari hasil tabel di atas terlihat bahwa pada siklus I Praktek
shalat sunnah rawatib pada kategori bacaan shalatnya tingkat hasil
belajar siswa yaitu pada taraf kategori:
a. Baik sekali ada 15 siswa atau 42% naik dari siklus I yaitu 7
siswa atau 19%
b. Baik ada 15 siswa atau 42% naik dari siklus I yaitu 13 siswa
atau 36%
c. Cukup ada 6 siswa atau 16% menurun dari siklus I yaitu 10
siswa atau 28%
d. Kurang ada 0 siswa atau 0% menurun dari siklus I yang masih
6 siswa atau 17%.
Jika dilihat dari tingkat ketuntasannya (nilai 70) nilai
ketuntasan ada 20 siswa atau 56%, sehingga menyisakan siswa
yang tidak tuntas 16 siswa 44% .
c. Observasi
Setelah mengobservasi siswa selama proses pembelajaran di
kelas dengan menggunakan instrumen observasi yang dipegang
kolaborator, berikut hasil penilaian dari keaktifan :
Tabel 11 Kategori Nilai keaktifan
Pelaksanaan Metode Ceramah Plus Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Fikih Pokok Bahasan Shalat Sunnah Rawatib Di Kelas III MIS Karanganyar 02
Pekalongan Siklus II Kategori Jumlah Aktivitas J. Siswa Prosentase
Baik sekali 4 15 42% Baik 3 15 42%
Cukup 2 6 17% Kurang 1 0 0%
Jumlah 35 100% Hasil selengkapnya dalam lampiran
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
J. Siswa
Preosentase
Berdasarkan nilai proses keaktifan siswa dengan jumlah siswa
yang berada pada
1) Kategori baik sekali ada 15 siswa atau 42% naik dari siklus I yaitu
8 siswa atau 22%
2) Kategori ada 15 siswa atau 42% naik dari siklus I yaitu baik 13
siswa atau 36%
3) Kategori cukup ada 6 siswa atau 17% menurun dari siklus I yaitu
11 siswa atau 31%
4) Kategori kurang tidak ada siswa atau 0% menurun dari pra siklus
yaitu 4 siswa atau 11%
Pada siklus II Ini menunjukkan siswa sudah sudah aktif dalam
pembelajaran.
4. Refleksi
Proses pelaksanaan metode ceramah plus demonstrasi pada mata
pelajaran fikih pokok bahasan shalat sunnah rawatib di kelas III MIS
Karanganyar 02 Pekalongan tingkat hasil belajar siswa mencapai 86% dan
kekatifan sudah mencapai 84% sudah mencapai indikator yang ditetapkan
yaitu 80 % ke atas maka peneliti menghentikan tindakan kelas ini.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dari pengamatan keaktifan dan tes praktek
yang telah dikemukakan di atas, pada pelaksanaan tindakan pra siklus, siklus
I, dan Siklus II dapat diketahui perubahan-perubahan baik dari cara belajar
siswa dan hasil belajarnya dengan diadakannya pembelajaran menggunakan
metode demonstrasi dengan pembahasan sebagai berikut.
Tabel 12 Kategori Hasil Praktek Shalat pada Kategori gerakan pra
siklus, Siklus I dan II
Kategori Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah Siswa Prosentase
Jumlah Siswa Prosentase
Jumlah Siswa Prosentase
Baik Sekali 7 19% 10 28% 16 44% Baik 12 33% 14 39% 15 42%
Cukup 12 33% 9 25% 5 14% Kurang 5 14% 3 8% 0 0% Jumlah 36 100% 36 100% 36 100%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
J. Siswa Prosentase J. Siswa Prosentase
Siklus I Siklus II
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
05
101520253035404550
J. S
isw
a
Pro
sent
ase
J. S
isw
a
Pro
sent
ase
J. S
isw
a
Pro
sent
ase
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Tabel 13
Kategori Hasil Praktek shalat pada kategori bacaan shalat rawatib pada pra siklus, Siklus I dan II
Kategori Siklus I Siklus II
Jumlah Siswa Prosentase Jumlah Siswa Prosentase Baik Sekali 7 19% 15 42%
Baik 13 36% 15 42% Cukup 10 28% 6 17% Kurang 3 8% 0 0.00% Jumlah 36 100% 36 100%
Tabel 14 Nilai keaktifan
Pelaksanaan Metode Ceramah Plus Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Fikih Pokok Bahasan Shalat Sunnah Rawatib Di Kelas III MIS
Karanganyar 02 Pekalongan Siklus I, dan Siklus II Jumlah
Aktifitas
Siklus I Siklus II
J. Siswa Prosentase J. Siswa Prosentase
4 8 22% 15 42%
3 13 36% 15 42%
2 11 31% 6 17%
1 4 11% 0 0%
Jumlah 36 100% 36 100%
05
1015202530354045
J. Siswa Preosentase J. Siswa Preosentase
Siklus I Siklus II
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Dari kedua tabel membuktikan dengan beberapa tindakan yang
dilakukan guru terutama dalam membimbing siswa dan memotivasi untuk
aktif dalam pelaksanaan metode ceramah plus demonstrasi pada mata
pelajaran fikih pokok bahasan shalat sunnah rawatib di kelas III MIS
Karanganyar 02 Pekalongan telah meningkatkan hasil belajar pada mata pada
tingkat ketuntasan dan juga dapat meningkatkan keaktifan siswa sebagaimana
yang telah direncanakan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dibahas di bab sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa :
1. Ada peningkatan hasil belajar siswa kelas III MIS Karanganyar 02
Pekalongan dapat di lihat dari penignkatan hasil belajar praktek shalat
pada kategori bacaan shalat siswa juga menglami kenaikan yaitu pada
siklus I siswa yang berada pada kategori baik dan baik sekali ada 20 siswa
atau 55% naik menjadi 30 siswa atau 84% pada siklus II. Begitu juga
hasil praktek shalat pada kategori gerakan shalat rawatib siswa juga
mengalami kenaikan yaitu pada siklus I siswa yang berada pada kategori
baik dan baik sekali ada 20 siswa atau 55,55% naik menjadi 30 siswa atau
83,34% pada siklus II.
B. Saran-saran
Mengingat pentingnya shalat untuk umat Islam lebih-lebih untuk anak-
anak, maka guru harus lebih giat dalam melaksanakan pembelajaran tentang
shalat untuk meningkatkan kemampuan shalat siswa pada peserta didik,
peneliti mengharapkan beberapa hal yang berhubungan dengan masalah
tersebut diatas sebagai berikut.
1. Kepada Guru Fikih
a. Hendaknya dalam proses belajar mengajar, guru harus benar-benar
paham menyiapkan pembelajaran dengan sebaik mungkin, agar materi
tersampaikan secara maksimal.
b. Dalam pembelajaran fikih guru harus mampu memilih model dan
metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan kepada peserta didik agar peserta didik merasa mudah
dalam memahami materi.
c. Hendaknya pembelajaran dirancang sedemikian rupa dan memperkaya
variasi mengajar. Hal ini untuk mengantisipasi kejenuhan yang dialami
oleh peserta didik. Dan selalu memantau perkembangannya terutama
dari perilaku, pemikiran dan pemahaman terhadap materi yang
diajarkan.
d. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah plus
demonstrasi pada mata pelajaran fikih materi shalat sunnah rawatib
agar dapat dilakukan tidak hanya sampai pada selesainya penelitian ini
saja, akan tetapi dilanjutkan dan dilaksanakan secara kontinue sebagai
program untuk meningkatkan semangat dan mengurangi kejenuhan
pada waktu melaksanakan pembelajaran.
2. Pihak sekolah
a. Hendaknya seluruh pihak sekolah mendukung dalam kegiatan
pembelajaran yang berlangsung.
b. Memfasilitasi proses pembelajaran dengan melengkapi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan.
c. Kepada semua pihak sekolah terutama para guru, sudah seharusnya
meningkatkan kompetensi termasuk kompetensi professional serta
membekali diri dengan pengetahuan yang luas, karena sesungguhnya
kompetensi yang dimiliki oleh guru sangat mempengaruhi keberhasilan
proses pembelajaran, yang akhirnya akan dapat menghasilkan peserta
didik yang berprestasi, berbudi pekerti luhur, dan berakhlaqul karimah
yang mampu berdampak positif pada perkembangan dan kemajuan
sekolah.
C. Penutup
Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini, peneliti tak lupa
mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas Rahmat,
Taufiq dan Hidayah-Nya.
Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang ada dalam
skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak tetap peneliti
harapkan. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi peneliti pada khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Akhirnya tak lupa peneliti sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu sepenuhnya dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga
amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Amien.
DAFTAR PUSTAKA
Ali ,Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan Statistik Bandung, Bumi Aksara,
1993
Al-Makki, Abu thalib, Tafsir Sufistik Rukun Islam, Bandung: Mizan Pustaka,
2005
Al-Mubarok, Faisal Ibnu Abul Aziz, Nailul Author, terj. Muhammad Hamidi,
Imron A.M dan Imam Fanani, Surabaya: Bina Ilmu, t.th
Amar, Imron Abu, Fatkhul Qarib Terjemah, Kudus: Menara, 1998
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat
Pers, 2002
Arikunto, Suharsimi, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2008
Ash Shidieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Pedoman Shalat, Semarang : Pustaka
Rizki Putra, 2001
Azis, Sholeh Abdul dan Abdul Azis Abdul Madjid, Al-Tarbiyah Waturuqu Al-
Tadrisi, Juz.1., Mesir: Darul Ma’arif, 1985
Crow, Lester D. and Crow, Alice, Human Development and Learning, New York:
American Book Company, 2002
Daradjat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2004
-----------, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 2002
Depag RI, AI-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: CV Penerbit J-Art, 2005
Dja’far, Zainuddin, Didaktik Metodik, Surabaya: Garoeda Buana Indah, 1995
Djamarah, Syaiful Bahri, dkk, Strategi Belajar mengajar, Jakarta: Rineka Cipta,
2000
Donald, Frederick Y. Mc., Educational Psychology, Tokyo: Overseas Publication
LTD, 2007
Hamalik, Oemar, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya, 1989, 148
Haryanto, Sentot, Psikologi Shalat, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000
Hasan, Iqbal, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Jakarta: Bumi Aksara,
2004
Hasibuan, JJ. dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001
Imam Abu Al Husaian Muslim Bin Hajjaj Al Quraisyi Annaisabury , Sahih
Muslim, juz I, Beirut Libanon : Darul Kutub Al ilmiyyah, 1992
Ismail, S. M., Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang:
Rasail, 2009
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia,
1991
Manaf, Moenir, Pilar Ibadah dan Doa, Bandung: Angkasa, 2000
Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Rineka
Cipta: 2004
Nasution S, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bina Aksara, 2004
Partanto, Pius. A., dkk., Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 2001
Rahim, Ibnu Abdir, Tuhfatul Ahwadi Bisyarhi Jami’ Al-Tirmidzi, Beirut: Darul
Kutub, Al-Ilmiah, t.th
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2007
Raya, Ahmad Thib, Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah dalam
Islam, Jakarta: Presindo Media, 2003
Rifa’I, Muhammad, Tuntunan Shalat Lengkap, Semarang: Thoha Putera, 2003
Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah I, Bandung: Al-Ma’ruf, 2008
Saminanto, Ayo Praktik PTK (Penelitian Tindakan Kelas), Semarang: RaSAIL,
2010
Shidieqy, M. Hasbi As, Al Islam, Semarang:Pustaka Rizki Putra, 1998
------------, Pedoman Shalat, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001
Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama Islam,
2004
Subroto, B. Suryo, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta,
2002
Subyantoro, Penelitian Tindakan Kelas, Semarang: CV. Widya Karya, 2009
Sudarsono, Sepuluh Aspek Agama Islam, Jakarta: Rinneka Cipta, 2000
Sukmadinata,Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Remaja
Rosda Karya, 2005
Surahmad. Winarno, Metodologi Pengajaran Nasional, Bandung: Jamars, 2000
Surakhman, Winarno, Metodologi Pengajaran Nasional, Bandung: Jemmars,
1980
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Roesdakarya, 2008
Taqiyuddin, Imam, Kifayatul Akhyar, Semarang: Maktabah Matba’ah Thoha
Putera, t.th
Thoha, Habib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Pelajar, 2001
Usman, Basyirudin, dkk, Media Pembelajaran, Jakarta: Delia cipta Utama, 2002
Usman, Mujibur Rahman Muhammad, Aunil Ma’bud syarah imam Abu Dawud
Juz II, T. kp. Maktabah Assalafiah, t.th
Yusuf, Tayar dkk, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta:
Raja Grafindo, 2000
------------,, Ilmu Praktek Mengajar (Metodik Khusus Pengajaran Agama),
Bandung : PT. Ma'arif, 1993
Zein, Muhammad, Metodologi Agama, Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana,
t.th
Zuhairini, et. al. , Metode Mengajar Agama, Solo: Ramdani, 2004
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) (SIKLUS I)
Sekolah : MIS Karanganyar 02 Pekalongan Mata Pelajaran : Fiqih Kelas : III Alokasi Waktu : 3 x 35 menit A. Standar Kompetensi
1. Mengenal shalat sunnah rawatib B. Kompetensi Dasar
1.2 Mempraktekkan tata cara shalat sunah rawatib C. Tujuan Pembelajaran :
� Hafal bacaan-bacaan shalat sunah rawatib � Mengetahui tata cara shalat sunah rawatib � Mendemontrasikan shalat sunah rawatib
D. Materi Pembelajaran
� Praktek shalat sunah rawatib E. Metode Pembelajaran
� Ceramah Plus � Demonstrasi
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan � Memulai dengan salam, menyapa siswa dan berdo’a. � Appersepsi, mengajukan pertanyaan tentang shalat rawatib � Motivasi, membangkitkan minat dan menumbuhkan kesadaran siswa
bahwa betapa pentingnya shalat rawatib. � Meminta siswa menyiapkan buku teks Fiqih.
2. Kegiatan Inti � Eksplorasi : Guru meminta masing-masing siswa membaca buku teks
Fiqih tentang shalat rawatib yaitu do’a dan rukun-rukunnya. � Elaborasi : Siswa mencatat hasil temuan masing-masing dalam buku
catatan tentang shalat rawatib yaitu tentang do’a-do’a dan rukun-rukunnya
� Konfirmasi : Guru meminta beberapa siswa untuk membacakan temuannya tentang do’a dan rukun shalat sunnah rawatib sekalian menghafalnya.
� Elaborasi : Guru menjelaskan secara detail tentang doa dan rukun shalat rawatib.
� Elaborasi : Guru mendemonstrasikan tentang shalat rawatib, kemudian diikuti siswa secara bersama-sama dengan pantauan guru
� Elaborasi : guru membentuk kelompok siswa yang beranggotakan 5 siswa untuk melakukan demonstrasi shalat rawatib supaya bisa terpantau dengan mudah.
� Elaborasi : Kemudian siswa diminta mendemonstrasikannya secara sendiri-sendiri.
3. Kegiatan Penutup
� Guru memberikan penguatan atas temuan siswa dan menyimpulkan materi tentang shalat rawatib
� Melontarkan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi shalat rawatib
� Siswa menyalin kesimpulan dalam buku catatan masing-masing G. Alat/Sumber Belajar
� Buku paket Fikih, artikel, ensiklopedi Islam dan sumber belajar lain H. Penilaian
Indikator Bentuk Penilaian
Instrumen
• Menghafal bacaan shalat rawatib Tanya jawab Hafalkan niat shalat rawatib • Mendemonstrasikan shalat rawatib Praktik Mempraktikkan shalat rawatib
Mengetahui Kepala Madrasah Fathurrohman
Pekalongan, Pebruari 2011 Guru bidang studi Fiqih Ro’fah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) (SIKLUS II)
Sekolah : MIS Karanganyar 02 Pekalongan Mata Pelajaran : Fiqih Kelas : III Alokasi Waktu : 3 x 35 menit A. Standar Kompetensi
1. Mengenal shalat sunnah rawatib B. Kompetensi Dasar
1.2 Mempraktekkan tata cara shalat sunah rawatib C. Tujuan Pembelajaran :
� Hafal bacaan-bacaan shalat sunah rawatib � Mengetahui tata cara shalat sunah rawatib � Mendemontrasikan shalat sunah rawatib
D. Materi Pembelajaran
� Praktek shalat sunah rawatib E. Metode Pembelajaran
� Ceramah Plus � Demonstrasi
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan � Memulai dengan salam, menyapa siswa dan berdo’a. � Appersepsi, mengajukan pertanyaan tentang shalat rawatib � Motivasi, membangkitkan minat dan menumbuhkan kesadaran siswa
bahwa betapa pentingnya shalat rawatib. � Meminta siswa menyiapkan buku pantauan shalat sunah rawatib.
2. Kegiatan Inti � Eksplorasi : Guru meminta masing-masing siswa membuka buku
pantauan tentang shalat rawatib. � Elaborasi : Siswa membarikan buku pantauan masing-masing kepada
guru untuk dievaluasi � Konfirmasi : Guru memberi pertanyaan tentang aktifitas shalat rawatib
siswa (baik yang menyangkut kemajuan maupun kemunduran). � Elaborasi : Guru menjelaskan kembali secara detail untuk
mengingatkan kepada siswa tentang keutamaan shalat rawatib. � Elaborasi : Guru meminta siswa satu persatu untuk
mendemonstrasikan shalat rawatib dengan pantauan guru
3. Kegiatan Penutup � Guru memberikan penguatan keutamaan tentang shalat rawatib � Melontarkan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang kendala-
kendala dalam mempraktikkan shalat rawatib di rumah G. Alat/Sumber Belajar
� Buku paket Fikih, artikel, ensiklopedi Islam dan sumber belajar lain H. Penilaian
Indikator Bentuk Penilaian
Instrumen
• Mendemonstrasikan shalat rawatib Praktik Mempraktikkan shalat rawatib
Mengetahui Kepala Madrasah Fathurrohman
Pekalongan, Pebruari 2011 Guru bidang studi Fiqih Ro’fah
LAMPIRAN HASIL PRAKTEK BACAAN SHALAT
SIKLUS I
No Nama RPAKTEK SHALAT
Jml rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Agam Rizqi Bactiar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 100% 2 Ahmad Abrori 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 12 92% 3 A Syafru Rif’an 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 10 77% 4 Ainun Munana 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 10 77% 5 Fatin Farhana 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 6 46% 6 Firda Rohimatus SH 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 8 62% 7 Dian Alfianita 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 6 46% 8 Hanuf Nuzzaibah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 100% 9 Hanifansyah 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 7 54% 10 Ilma Mubin 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 9 69% 11 Ilham Maulana 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 4 31% 12 Islahul Mizan 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 9 69% 13 Ida Fitriana 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 6 46% 14 Ida Fadlia 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 9 69% 15 Ika Fatra Fatina 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 6 46% 16 Ima Syafarina Dewi 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 10 77% 17 Imrotun Nafisah 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 8 62% 18 Khoriraotun Nazilah 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 7 54% 19 Maftuhatur Rizqoh 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 9 69% 20 M. Imron 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3 23% 21 M Fikri 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 9 69% 22 M Ulum 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 11 85% 23 M Mabrur 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 5 38% 24 Misbahudin 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 100% 25 Niamil Jannati 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 92% 26 N Jannah 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3 23% 27 Rizkia Indrianingsih 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 6 46% 28 Reza Gunawan 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 10 77% 29 Roihatul Maula 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 6 46% 30 Sakinatun Nahlah 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 7 54% 31 Shofyan Hadi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 100% 32 Silviaa Rahma 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 5 38% 33 Siti Amilah 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 9 69% 34 Siti Zuhrotun Nisa’ 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2 15% 35 Tahta Alfianna Bais 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 85% 36 Zidni Ilmi 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 6 46%
SIKLUS II
No Nama PRAKTEK SHALAT
Jml rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Agam Rizqi Bactiar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 100% 2 Ahmad Abrori 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 100% 3 A Syafru Rif’an 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 11 85% 4 Ainun Munana 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 92% 5 Fatin Farhana 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 8 62% 6 Firda Rohimatus SH 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 11 85% 7 Dian Alfianita 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 8 62% 8 Hanuf Nuzzaibah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 100% 9 Hanifansyah 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 9 69% 10 Ilma Mubin 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 10 77% 11 Ilham Maulana 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 6 46% 12 Islahul Mizan 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 10 77% 13 Ida Fitriana 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 8 62% 14 Ida Fadlia 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 12 92% 15 Ika Fatra Fatina 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 7 54% 16 Ima Syafarina Dewi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 11 85% 17 Imrotun Nafisah 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 11 85% 18 Khoriraotun Nazilah 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 9 69% 19 Maftuhatur Rizqoh 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 9 69% 20 M. Imron 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 4 31% 21 M Fikri 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 11 85% 22 M Ulum 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 10 77% 23 M Mabrur 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 6 46% 24 Misbahudin 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 100% 25 Niamil Jannati 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 100% 26 N Jannah 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 5 38% 27 Rizkia Indrianingsih 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 8 62% 28 Reza Gunawan 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 92% 29 Roihatul Maula 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 7 54% 30 Sakinatun Nahlah 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 9 69% 31 Shofyan Hadi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 100% 32 Silviaa Rahma 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 7 54% 33 Siti Amilah 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 9 69% 34 Siti Zuhrotun Nisa’ 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 6 46% 35 Tahta Alfianna Bais 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 100% 36 Zidni Ilmi 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 9 69%
LAMPIRAN KEAKTIFAN SISWA
SIKLUS I
No Nama
Aspek
Pengamatan Jumlah
Aktifitas A B C D
1 Agam Rizqi Bactiar 1 1 1 0 3 2 Ahmad Abrori 1 0 0 1 2 3 A Syafru Rif’an 1 1 1 1 4 4 Ainun Munana 1 0 0 1 2 5 Fatin Farhana 1 1 0 1 3 6 Firda Rohimatus SH 1 1 1 1 4 7 Dian Alfianita 1 1 1 1 4 8 Hanuf Nuzzaibah 1 1 1 0 3 9 Hanifansyah 1 0 1 1 3 10 Ilma Mubin 0 1 0 1 2 11 Ilham Maulana 1 1 0 1 3 12 Islahul Mizan 1 1 1 0 3 13 Ida Fitriana 0 1 0 1 2 14 Ida Fadlia 1 1 0 0 2 15 Ika Fatra Fatina 0 1 0 0 1 16 Ima Syafarina Dewi 0 1 0 0 1 17 Imrotun Nafisah 1 1 1 0 3 18 Khoriraotun Nazilah 0 1 0 1 2 19 Maftuhatur Rizqoh 1 1 0 1 3 20 M. Imron 0 1 0 1 2 21 M Fikri 0 1 0 0 1 22 M Ulum 0 1 0 1 2 23 M Mabrur 1 1 1 1 4 24 Misbahudin 1 0 0 1 2 25 Niamil Jannati 1 0 1 1 3 26 N Jannah 1 1 0 1 3 27 Rizkia Indrianingsih 0 1 1 1 3 28 Reza Gunawan 1 0 1 0 2 29 Roihatul Maula 1 1 1 1 4 30 Sakinatun Nahlah 1 1 1 1 4 31 Shofyan Hadi 0 1 0 1 2 32 Silviaa Rahma 0 1 1 1 3 33 Siti Amilah 0 0 1 0 1 34 Siti Zuhrotun Nisa’ 1 1 1 1 4 35 Tahta Alfianna Bais 1 0 0 1 2 36 Zidni Ilmi 1 1 1 1 4
SIKLUS II
No Nama
Aspek
Pengamatan Jumlah
Aktifitas A B C D
1 Agam Rizqi Bactiar 1 1 1 1 4 2 Ahmad Abrori 1 1 0 1 3 3 A Syafru Rif’an 1 1 1 1 4 4 Ainun Munana 1 1 0 1 3 5 Fatin Farhana 1 1 0 1 3 6 Firda Rohimatus SH 1 1 1 1 4 7 Dian Alfianita 1 1 1 1 4 8 Hanuf Nuzzaibah 1 1 1 1 4 9 Hanifansyah 1 1 1 1 4 10 Ilma Mubin 0 1 1 1 3 11 Ilham Maulana 1 1 1 1 4 12 Islahul Mizan 1 1 1 1 4 13 Ida Fitriana 1 1 0 1 3 14 Ida Fadlia 1 1 0 1 3 15 Ika Fatra Fatina 0 1 0 0 1 16 Ima Syafarina Dewi 1 1 0 0 2 17 Imrotun Nafisah 1 1 1 0 3 18 Khoriraotun Nazilah 0 1 1 1 3 19 Maftuhatur Rizqoh 1 1 1 1 4 20 M. Imron 0 1 0 1 2 21 M Fikri 0 1 0 1 2 22 M Ulum 1 1 0 1 3 23 M Mabrur 1 1 1 1 4 24 Misbahudin 1 0 0 1 2 25 Niamil Jannati 1 0 1 1 3 26 N Jannah 1 1 1 1 4 27 Rizkia Indrianingsih 0 1 1 1 3 28 Reza Gunawan 1 0 1 0 2 29 Roihatul Maula 1 1 1 1 4 30 Sakinatun Nahlah 1 1 1 1 4 31 Shofyan Hadi 0 1 1 1 3 32 Silviaa Rahma 0 1 1 1 3 33 Siti Amilah 1 1 1 0 3 34 Siti Zuhrotun Nisa’ 1 1 1 1 4 35 Tahta Alfianna Bais 1 0 1 1 3 36 Zidni Ilmi 1 1 1 1 4
DAFTAR RIWAYAT PENULIS
Nama : Ro’fah
Tempat/Tanggal Lahir : Pekalongan, 5 Juni 1968
Alamat : Karanganyar Gg 10 Tirto Pekalongan
Jenjang Pendidikan :
1. MI lulus tahun 1980
2. MTs lulus tahun 1983
3. MAN lulus tahun 1988
4. DII lulus tahun 2001
5. D II sertifikasi lulus tahun 2001
6. S1 IAIN Walisongo Semarang (sampai sekarang)
Semarang, Juni 2011
Penulis
Ro’fah NIM. 093111344