5
TUGAS AKHIR SEMESTER I FALSAFAH PANCASILA Saat ini kita telah memasuki era globalisasi, yang dimana waktu, ruang, dan jarak bukan lagi menjadi pembatas. Globalisasi dapat berpengaruh terhadap perubahan nilai-nilai budaya suatu bangsa. Yang mau tidak mau, suka tidak suka telah datang dan menggeser nilai-nilai yang telah ada. Nilai-nilai tersebut, ada yang bersifat positif ada pula yang bersifat negatif. Semua ini merupakan ancaman, tantangan, dan sekaligus sebagai peluang bagi bangsa ini untuk berkreasi dan berinovasi di segala aspek kehidupan, khususnya pada generasi muda Indonesia. Di era globalisasi, pergaulan antarbangsa semakin kental. Batas antarnegara hampir tidak ada artinya, batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang. Di dalam pergaulan antarbangsa yang semakin kental itu, akan terjadi proses akulturasi, saling meniru, dan saling mempengaruhi di antara budaya masing-masing. Adapun yang perlu dicermati dari proses akulturasi tersebut adalah proses lunturnya nilai budaya suatu bangsa itu sendiri, sebagai contoh yaitu : munculnya sikap individualistis, konsumerisme, semakin menonjolnya sikap materialistis, dan lunturnya budaya leluhur dari semulanya. Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai-nilai asing yang negatif semakin besar. Apabila proses ini tidak segera dibendung, akan berakibat lebih serius ketika pada puncaknya masyarakat tidak bangga lagi pada bangsa dan negaranya. Pada genersi muda hal ini merupakan masalah yang serius karena mereka adalah tunas

Falsafah Pancasila

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Kuliah

Citation preview

Page 1: Falsafah Pancasila

TUGAS AKHIR SEMESTER I

FALSAFAH PANCASILA

Saat ini kita telah memasuki era globalisasi, yang dimana waktu, ruang, dan jarak bukan lagi

menjadi pembatas. Globalisasi dapat berpengaruh terhadap perubahan nilai-nilai budaya

suatu bangsa. Yang mau tidak mau, suka tidak suka telah datang dan menggeser nilai-nilai

yang telah ada. Nilai-nilai tersebut, ada yang bersifat positif ada pula yang bersifat negatif.

Semua ini merupakan ancaman, tantangan, dan sekaligus sebagai peluang bagi bangsa ini

untuk berkreasi dan berinovasi di segala aspek kehidupan, khususnya pada generasi muda

Indonesia.

Di era globalisasi, pergaulan antarbangsa semakin kental. Batas antarnegara hampir tidak ada

artinya, batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang. Di dalam pergaulan antarbangsa yang

semakin kental itu, akan terjadi proses akulturasi, saling meniru, dan saling mempengaruhi di

antara budaya masing-masing. Adapun yang perlu dicermati dari proses akulturasi tersebut

adalah proses lunturnya nilai budaya suatu bangsa itu sendiri, sebagai contoh yaitu :

munculnya sikap individualistis, konsumerisme, semakin menonjolnya sikap materialistis,

dan lunturnya budaya leluhur dari semulanya. Arus informasi yang semakin pesat

mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai-nilai asing yang negatif semakin besar.

Apabila proses ini tidak segera dibendung, akan berakibat lebih serius ketika pada puncaknya

masyarakat tidak bangga lagi pada bangsa dan negaranya. Pada genersi muda hal ini

merupakan masalah yang serius karena mereka adalah tunas penerus bangsa, yang jika tidak

dibendung akan mengancam eksistensi dan ciri luhur bangsa ini.

1. Pengamalan Pancasila dalam Rangka Menghargai Perbedaan

Pancasila dirumuskan dalam semangat kebersamaan. Salah satunya terwujud dalam sikap

menghargai perbedaan. Perbedaan pendapat tidak menjadi hambatan untuk menghasilkan sesuatu

yang lebih baik. Hal itu merupakan sikap yang harus kita tiru. Pada waktu itu bangsa Indonesia belum

memiliki dasar negara. Tetapi, sikap para tokoh telah mencerminkan semangat kebersamaan dan

jiwa ksatria. Mereka bersedia menerima perbedaaan apa pun ketika proses perumusan dasar negara

berlangsung. Nah, sekarang kita telah memiliki Pancasila sebagai dasar negara yang kuat. Kekuatan

Pancasila telah terbukti selama berdirinya negara Indonesia. Pancasila mampu menyatukan seluruh

bangsa Indonesia. Pancasila juga mampu bertahan menghadapi rongrongan pemberontak. Oleh

karena itu, kita harus bangga memiliki dasar negara yang kuat. Kita harus dapat mengamalkan nilai-

nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah menghargai perbedaan. Kita harus

memiliki sikap menghargai perbedaan seperti dalam perumusan Pancasila. Kita harus menyadari

Page 2: Falsafah Pancasila

bahwa negara kita terdiri atas beragam suku bangsa. Setiap suku Bangsa memiliki ragam budaya

yang berbeda. Perbedaan suku bangsa dan budaya bukan menjadi penghalang untuk bersatu.

Tetapi, justru perbedaan itu akan menjadikan persatuan negara kita kuat seperti Pancasila.

2. Pengamalan Pancasila dalam Wujud Sikap Toleransi

Mengamalkan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (falsafah hidup bangsa) berarti

melaksanakan pancasila dalam kehidupan sehari-hari , menggunakan pancasila sebagai petunjuk

hidup sehari-hari , agar hidup kita dapat mencapai kesejahteraan dan kebahagian lahir dan batin.

Pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari ini adalah sangat penting karena dengan

demikian diharapkan adanya tata kehidupan yang serasi (harmonis).

Bahwa pengamalan pancasila secara utuh (5 sila) tersebut adalah merupakan menjadi syarat penting

bagi terwujudnya cita-cita kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pola Pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan Pengamalan Pancasila

Pola pelaksanaan pedoman pelaksanaan pengamalan pancasila dilakukan agar Pancasila sungguh-

sungguh dihayati dan diamalkan oleh segenap warga negara, baik dalam kehidupan orang seorang

maupun dalam kehidupan kemasyarakatan. Oleh sebab itu, diharapkan lebih terarah usaha-usaha

pembinaan manusia Indonesia agar menjadi insan Pancasila dan pembangunan bangsa untuk

mewujudkan masyarakat Pancasila.

Kendala

Penghambat dari ideologi Pancasila adalah penganut ideologi-ideologi lain. Pada dasarnya

peperangan diantara manusia adalah perang ideologi yang bisa mewujud dalam bentuk apa saja.

Pancasila adalah ideologi, walaupun lahirnya di Indonesia tidak berarti hanya bangsa/orang

Indonesia saja yang tehu! Artinya orang dari bangsa lain bisa juga mempelajarinya, kemudian bisa

juga dia menganutnya.

Ideologi adalah gagasan tentang tujuan kehidupan sosial manusia. Mereka yang menyetujui akan

saling mengikatkan diri satu sama lain dan bekerjasama dalam mewujudkan tujuan seperti yang

dinyatakan oleh ideologinya. Oleh karena itu, ideologi akan mempersatukan manusia-manusia dan

menggerakkannya menuju cita-cita yang dirumuskan oleh ideologi itu, tanpa perlu adanya

pemaksaan ataupun iming-iming. Oleh karena itu, ideologi bisa menjadi senjata yang sangat ampuh

untuk mengendalikan sekelompok manusia atau suatu bangsa.

Page 3: Falsafah Pancasila

Pancasila adalah sebuah ideologi yang lahir setelah ideologi-ideologi lain (kapitalis, sosialis, komunis,

agama). Sangat wajar bahwa sebagian dari penganut ideologi-ideologi tertentu merasa terganggu

karena ideologinya mendapatkan saingan dalam penyebarluasannya. Oleh karena itu penganut

ideologi tertentu yang merasa ideologinya mendapatkan saingan cenderung berupaya melemahkan

hingga menghancurkan ideologi saingannya. Ideologi bersifat tidak bisa mati. Artinya, walaupun

jumlah penganutnya sedikit, para penganut ideologi itu tetap ada. Jadi apabila sebuah ideologi kalah

di dalam persaingan, yang terjadi adalah melemahnya kekuatan ideologi itu, artinya, jumlah

penganutnya menurun.

Untuk Indonesia, ideologi Pancasila tampaknya kalah di dalam peperangan melawan ideologi lain.

Bukti yang bisa disajikan antara lain lemahnya pengamalan sila2 Pancasila. Sebagian bangsa

Indonesia saat ini lebih tampak berideologi kapitalis dari pada Pancasila. Sebagian bangsa Indonesia

lebih tampak berideologi Agama daripada berideologi Pancasila. Dengan kata lain Pancasila sebagai

idelogi bangsa Indonesia telah terkalahkan oleh ideologi-ideologi yang lain. Maka wajar kiranya

bahwa sebagian dari bangsa Indonesia lebih menyukai produk-produk dari negara-negara yang

ideologinya mampu mengalahkan ideologi Pancasila (produk asing).

Kalau kita mencermati, manusia Indonesia menyukai produk-produk yang bermerk termasuk

perilaku manusia barat, maka kesimpulan kasarnya ideologi kapitalis berhasil mengalahkan ideologi

Pancasila. Sebagian orang Indonesia menyukai bentuk-bentuk budaya Arab (cara berpakaian, hiasan

rumah dls), maka kesimpulan kasarnya ideologi Pancasila kalah dengan ideologi Agama, walaupun

Agama merupakan salah satu silanya. Selanjutnya, bangsa Indonesia semakin tidak bangga dan tidak

menyukai produk budayanya, maka kesimpulan kasarnya ideologi Pancasila tidak hanya kalah dari

ideologi lain, bahkan telah dikalahkan oleh hawa nafsu dari manusia-manusia yang ada di tempat

kelahirannya.