Upload
rinii-andrianii
View
48
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PHARMACY
Citation preview
FARTOK FROM BLOG
Definisi:Uji PraklinikUji praklinik, atau disebut juga studi/ pengembangan/ penelitian praklinik/ non-klinik, adalah tahap penelitian yang terjadi sebelum uji klinik atau pengujian pada manusia. Uji praklinik memiliki satu tujuan utama yaitu mengevaluasi keselamatan produk baru.
Ada banyak produk yang menjalani uji praklinik. Beberapa produk yang paling umum menjalani uji praklinik adalah obat-obatan, peralatan medis, kosmetik, dan solusi terapi gen. Penting untuk dicatat bahwa obat juga melalui banyak serangkaian pengujian lainnya ketika menjalani uji praklinik.
Informasi yang diperoleh dengan menafsirkan data dalam uji praklinik sangat bermanfaat untuk mendeteksi untuk mencegah produk berbahaya dan beracun agar tidak memasuki lingkungan dan masyarakat. Melalui penelitian ini, peneliti dapat mempercepat penemuan obat dan meringkas proses pengembangan obat.
Kebanyakan uji praklinik melibatkan penggunaan hewan. Binatang seperti tikus, ayam, monyet, dan kelinci percobaan (guinea pig) biasanya digunakan dalam uji praklinik. Para peneliti menguji produk pada hewan dan kemudian mengamati efeknya pada kesehatan hewan. Produk hanya lulus uji praklinik jika tidak memengaruhi hewan dengan cara yang berbahaya. Pengujian pada manusia hanya disetujui jika produk tidak memiliki efek berbahaya yang teramati pada hewan.
Definisi:Uji KlinikUji klinik adalah tes untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan obat atau alat medis dengan memantau efek mereka pada sekelompok besar orang. Uji klinik adalah salah satu tahapan akhir dari proses penelitan yang panjang dan hati-hati. Ada empat jenis uji klinik yang dapat dilakukan:
Uji coba pengobatan baru (seperti obat baru, pendekatan baru untuk operasi atau terapi, kombinasi baru dari perawatan, atau metode baru seperti terapi gen).
Uji coba pencegahan dengan pendekatan baru, seperti obat-obatan, vitamin, mineral, atau suplemen lain yang dipercaya dapat menurunkan risiko penyakit tertentu.
Uji coba tes skrining baru untuk menemukan penyakit, terutama pada tahap awal.
Uji coba peningkatan kualitas hidup (juga disebut percobaan perawatan pendukung) mengeksplorasi cara untuk meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup bagi pasien.
Sebagian besar uji klinik yang melibatkan pengujian obat baru berlangsung dalam serangkaian langkah-langkah teratur yang disebut fase. Hal ini memungkinkan peneliti untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dengan cara yang menghasilkan informasi yang dapat dipercaya tentang obat dan keselamatan pasien.
Beberapa alasan yang melatarbelakangi ilmu dan pengembangan farmaklogi klinik, antara lain :
Jenis obat yang tersedia untuk pengobatan semakin banyak
Pemakaian obat yang tidak tepat dan rasional
Terjadinya bencana-bencana pengobatan
Termasuk juga masalah penggunaan obat didalam klinik yang
harus betul-betul memperhatikan prinsip-prinsip pemilihan dan pemakaian
obat di klinik secara benar. Hal ini tidak lepas diperlukannya pengetahuan
yang baik tentang obat yang didapatkan melalui penelitian yang benar
pula. Dari permasalahan dan aspek-aspek tersebut sangatlah dibutuhkan
adanya pengetahuan mengenai ilmu tentang farmakologi klinik.Sedangkan
maksud dan tujuan farmakologi klinik pada prinsipnya adalah penelitian
ilmiah terhadap penggunaan obat pada manusia.Jurnal dari Kelompok kerja Farmakologi Klinik WHO-Eropa (1988) memberikan definisi farmakologi klinik merupakan "disiplin ilmu yang berdasarkan prinsip-
prinsip ilmiah menyatukan keahlian farmakologi dan keahlian klinik dengan tujuan akhir untuk meningkatkan manfaat dan keamanan pemakaian klinik obat".
Apakah beda antara Farmakologi Dasar dan Farmakologi Klinik ?Gambaran mengenai farmakologi dasar antara lain :
mempelajari interaksi antara obat dan sistem biologis, meliputi
farmakodinamik dan farmakokinetik.
mempelajari sifat-sifat obat, efek obat, mekanisme terjadinya efek,
dan nasib obat dalam tubuh.
fokus kepada : hubungan antara dosis dan efek biologis obat,
pengikatan obat pada tempat aksi, mekanisme aksi obat, absorpsi,
distribusi, metabolisme dan eksresi obat dan hubungan antara
struktur kimia obat dengan aktivitas biologis.
disiplin ilmu berbasis laboratorium.
Sedangkan farmakologi klinik adalah
penerapan ilmu farmakologi dalam klinik, yakni bagaimana
mempelajari efek obat dan nasib obat pada sistem biologik manusia
dan bagaimana memakai obat-obat tersebut dengan prinsip-prinsip
ilmiah dalam klinik untuk pencegahan dan pengobatan penyakit.
memberikan dasar untuk pemakaian obat secara benar/rasional dalam
klinik.
bertujuan agar pemakaian klinik obat dapat efektif, aman dan rasional
pada pasien.
Sejarah Perkembangan Farmakologi KlinikRudolph Bucheim (1820 – 1879 M)
“Fortunately a surgeon who uses the wrong side of the scalpel cuts his
own fingers and not the patient; if the same applied to drugs they
would have been investigated very carefully a long time ago.”
Placing emphasis on therapeutic technique and rational prescribing.
Rudolph Bucheim : Beitrage zur Arzneimittellehre (1849).
Harry Gold & Walter Moddel (1930-an)
Founder of American Clinical Pharmacology
1937 – Introduced Double-Blind Clinical Trial Design 1
1939 – Initiated Cornell Conference on Therapy
1953 – Analized Digoxin Effect Kinetics to Estimate Absolute
Bioavailability as well as Time-Course of Chronotropic Effects2
1960 - Founded Clinical Pharmacology and Therapeutics
Paul Martini (1930-an)
Founder of Europe Clinical Pharmacology
Methodology In Therapeutic Investigation
Menggambarkan penggunaan ”placebo”, kelompok kontrol, sistem
pengelompokan, skala peringkat, dan desain percobaan ”N of 1” dan
penekanan terhadap pentingnya perkiraan jumlah sample yang
mencukupi dan untuk menegakkan kondisi dasar sebelum dimulainya
percobaan klinik suatu calon obat baru.
Evaluasi dan Pengembangan ObatProses evaluasi dan pengembangan obat merupakan proses yang rumit dan kompleks. Rata-rata biaya yang diperlukan dari mulai isolasi atau sintesis senyawa kimia sampai diperoleh obat baru lebih kurang US$ 500 juta per obat. Melalui proses yang panjang dan membutuhkan waktu lama baru didapat obat baru. Bahkan obat baru tersebut hanya lolos 1 dari lebih kurang 10.000 senyawa yang disintesis karena resikonya lebih besar dari manfaatnya atau kemanfaatannya lebih kecil dari obat yang sudah ada.
Pengembangan uji praklinik hingga uji klinik
Uji Pra-KlinikUji Pra-Klinik dimaksudkan untuk mengetahui apakah obat menimbulkan efek toksik pada dosis pengobatan ataukah tetap aman dipakai.Karena itulah penelitian toksisitas merupakan cara potensial untuk mengevaluasi berbagai aspek antara lain:
Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis
Kerusakan genetik
Pertumbuhan tumor
Kejadian cacat waktu lahir.
Dari pengamatan uji pra klinik dengan subyek hewan uji ini dapat dipakai
acuan untuk menentukan apakah obat dapat diteruskan dengan uji pada
manusia atau tidak.
Untuk mengurangi penggunaan hewan percobaan telah dikembangkan pula
berbagai uji in vitro untuk menentukan khasiat obat contohnya uji aktivitas
enzim, uji antikanker menggunakan cell line, uji anti mikroba pada
perbenihan mikroba, uji antioksidan, uji antiinflamasi dan lain-lain untuk
menggantikan uji khasiat pada hewan.
Dengan demikian dimasa yang akan datang perlu dikembangkan uji
toksisitas secara in vitro.
Fase Uji Klinik
Ada beberapa tahapan/fase uji klinik mulai dari fase I sampai dengan fase IV.
Fase-fase uji klinik yang harus dilalui adalah sebagai berikut :
1. Uji Klinik Fase I
Pada fase ini calon obat diuji pada sukarelawan sehat (dalam jumlah
terbatas) untuk mengetahui apakah sifat yang diamati pada hewan
percobaan juga terlihat pada manusia.
Untuk selanjutnya harus ditentukan pula hubungan dosis dengan efek yang
ditimbulkannya dan profil farmakokinetik obat pada manusia.
2. Uji Klinik Fase II
Pada fase ini calon obat diuji pada pasien tertentu kemudian diamati efikasi
pada penyakit yang diobati. Fase ini mempunyai maksud untuk menentukan
efek potensial calon obat karena yang diharapkan dari obat adalah
mempunyai efek yang potensial dengan resiko efek samping rendah atau
tidak toksik.
Pada fase ini mulai dilakukan pengembangan dan uji stabilitas bentuk
sediaan obat.
3. Uji Klinik Fase III
Tahapan ini sudah melibatkan kelompok besar pasien. Pada fase ini, obat
yang duji dibandingkan efek dan keamanannya terhadap obat pembanding
yang sudah diketahui. Contoh : Obat dengan kandungan nifedipin diuji efek
dan keamanannya dengan pembanding yang sudah ada di pasaran seperti
Adalat, Cordalat atau Vasdalat.
Setelah calon obat dapat dibuktikan berkhasiat sekurang-kurangnya sama
dengan obat yang sudah ada dan menunjukkan keamanan bagi si pemakai
maka obat baru diizinkan untuk diproduksi oleh industri sebagai legal drug
dan dipasarkan dengan nama dagang tertentu serta dapat diresepkan oleh
dokter.
4. Uji Klinik Fase IV
Uji ini merupakan studi pasca pemasaran (post marketing surveillance) yang
diamati pada pasien dengan berbagai kondisi, berbagai usia dan ras.
Studi ini dilakukan dalam jangka waktu lama untuk melihat nilai terapeutik
dan pengalaman jangka panjang dalam menggunakan obat.
Setelah hasil studi fase IV dievaluasi masih memungkinkan obat ditarik dari
perdagangan jika membahayakan sebagai contoh cerivastatin suatu obat
antihiperkolesterolemia yang dapat merusak ginjal, Entero-vioform
(kliokuinol) suatu obat antidisentri amuba yang pada orang Jepang
menyebabkan kelumpuhan pada otot mata (SMON disease), dan lain
sebagainya.