Farmasi Fina (2)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

d

Citation preview

MAKALAH DOKTER MUDA FARMASI KEDOKTERANEFEK SAMPING NIFEDIPIN DALAM PENGGUNAANNYASEBAGAI TERAPI PRE-EKLAMSIA

OlehArifiana Wungu K. D 010911114Putri Halla Shavira 010911115Ishak Kristian K. 010911116

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS AIRLANGGASURABAYA2013

BAB 1PENDAHULUAN

Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang mempengaruhinya; jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan lain-lain. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia sekitar 3-10% (Triatmojo, 2003), sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan, yaitu 23,6 kasus per 1.000 kelahiran (Dawn C Jung, 2007).Karena tingginya angka hipertensi dalam kehamilan itu, maka dilakukan pencegahan-pencegahan agar tidak terjadi komplikasi yang serius.Salah satunya dengan pemberian anti hipertensi.Pada preeclampsia berat anti hipertensi diberikan jika tekanan darah 180/110mmHg.Dengan tujuan untuk mencegah terjadinya cardiovascular atau cerebrovaskuler accident.Sebenarnya banyak pilihan obat hipertensi pada kehamilan, antara lain golongan beta blocker, ca++ blocker yang salah satunya adalah nifedipine. Nifedipine menjadi salah satu pilihan utama dalam mengatasi hipertensi dalam kehamilan karena harganya murah, mudah didapat serta pemakaiannya yang mudah serta tidak mengganggu aliran darah utero plasenta.Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai obat anti hipertensi Nifedipine dan efek samping yang penting. Sehingga bermanfaat untuk kita telaah, agar para tenaga medis lebih berhati-hati dalam mengobati hipertensi dengan nifedipine.

BAB 2Tinjauan Pustaka

2.1 Nifedipine

2.1.1 Farmasi-Farmakologi Nifedipine

Gambar 2.1.Rumus bangun Nifedipine.()

Nifedipine memiliki nama sistemik (IUPAC):3,5-dimethyl 2,6-dimethyl-4-(2-nitrophenyl)-1,4-dihydropyridine-3,5-dicarboxylateFormula Molecular:C17H18N2O6Berat Molecular:346.335 g/mol

2.1.1.1 Dosis :Oral Dosis tunggal: 30-60mg per hari Dosis rata-rata: 10mg 3-4x/hari

2.1.1.2 Preparat : Bahan sedian obat padat tablet, terdiri dari bermacam-macam sediaan antara lain 10mg, 30mg, 60mg, dan 90 mg2.1.1.3 Cara penggunaan :Oral Dosis tunggal: 30-60 mg per hari Dosis rata-rata: 10mg 3-4x/hari2.1.1.4 Indikasi :-Hipertensi-Angina Pektoris2.1.1.5 Kontra indikasi pada pasien:-Penderita yang hipersensitif terhadap nifedipin.-Ibu menyusui karena nifedipine diekskresi ke dalam ASI. Bila nifedipine sangat diperlukan, dianjurkan untuk berhenti menyusui karena pengaruhnya terhadap bayi belum diketahui.-Syok kardiovaskuler.

2.1.2 Farmakologi umum NifedipineObat golongan ini bekerja menghambat influx kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard.Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer ini sering diikuti oleh reflex takikardi dan vasokonstriksi terutama bila menggunakan golongan dihidropiridin kerja pendek seperti nifedipine ini.()2.1.3 FarmakokinetikProfil farmakokinetik penghambat kanal ca ++ bervariasi. Walaupun absorbs peroral hamper sempurna, tapi bioavailabilitasnya berkurang karena metabolisme lintas pertama dalam hati. Efek obat tampak setelah 30-60 menit pemberian, kecuali pada derivat yang mempunyai waktu paruh panjang seperti amlodipin, isradipin, felodipin.Pemberian berulang meningkatkan biovaibilitas obat karena enzim metabolism di hati menjadi jenuh.Nifedipin diabsorbsi cepat di saluran pencernaan setelah pemberial oral ataupun sublingual.Konsentrasi maksimal pada plasma umumnya dicapai setelah 15-90 menit setelah pemberian oral, dengan pemberian sublingual konsentrasi dalam plasma dicapai setelah 5 menit pemberian. Lama kerja obat pada pemberian dosis tunggal dapat sampai 6 jam dan tidak terjadi efek komulatif pada pemberian oral setiap 6 jam. Absorpsi secara oral tergantung dari keasaman lambung.Nifedipine dimetabolisme di hepar, 70-80% hasil metabolismenya dieksresikan ke ginjal dan sisanya melalui feses.()

2.1.4 ToksisitasNifedipin kerja singkat paling sering menyebabkan hipotensi dan dapat menyebabkan iskemia miokard atau serebral.Refleks takikardi dan palpitasi mempermudah terjadinya serangan angina pada pasien dengan PJK. Hipotensi sering terjadi pada pasien usia lanjut, keadaan deplesi cairan dan yang mendapat anti hipertensi lain. Amlodipin dan nifedipine lepas lambat dengan mula kerja yang lambat menimbulkan efek samping yang lebih jarang dan lebih ringan.Sakit kepala, muka merah terjadi karena vasodilatasi arteri meningeal dan didaerah muka.()Edema perifer terutama terjadi oleh dihidropirin dan yang paling sering adalah nifedipine. Edema terjadi akibat dilatasi arteriol yang melebihi dilatasi vena, sehingga meningkatkan tekanan hidrostatikyang mendorong cairan ke luar ke ruang interstitial tanpa adanya retensi cairan dan garam.Efek inotropik negative minimal. Hal ini dapat berbahaya bila diberikan pada pasien dengan gagal jantung tetapi pada gagal jantung kongestif akut pemberian nifedipine masih dapat dibenarkan bila tidak tersedia vasodilator yang lain.Konstipasi dan retensi urin akibat relaksasi otot polos saluran cerna dan kandung kemih.Kadang-kadang dapat terjadi refluks esophagus.Hiperplasia gusi dapat terjadi dengan semua antagonis kalsium.2.2 Pre Eklampsia2.2.1 DefinisiPreeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Dapat juga dikarenakan hipertensi (140/90 mmHg) dan proteinuria ( > 300/24 jam urin) yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu pada perempuan yang sebelumnya normotensi.Preeklampsia merupakan suatu kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan terjadinya hipertensi dan proteinuria setelah usia kehamilan 20 minggu.()Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :a. Preeklampsia ringanPreeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.Gejala klinis preeklampsia ringan meliputi :

1) Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih ; diastol 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg ; diastol 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg.

2) Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0.3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2 (+2).

3) Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.

4) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut.

5) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklampsia berat.

b. Preeklampsia berat

Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

Gejala klinis preeklampsia berat meliputi:1) Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih dan atau diastolik 110 mmHg atau lebih, di ukur 2 kali dengan jarak waktu sekurang-kurangnya 6 jam dan pasien dalam keadaan istirahat rebah.2) Proteinuri 5 gr atau lebih dalam 24 jam.3) Oliguri yaitu produksi urine 400 cc atau kurang dalam 24 jam.4) Gangguan serebral atau gangguan penglihatan.5) Edema paru atau sianosis.

2.2.2 Faktor Risiko

Kejadian hipertensi dalam kehamilan bervariasi mulai dari berbagai daerah keadaan masyarakat khususnya tentang diet dan kesehatan umumnya, bergantung pada ras, pendidikan dan pengetahuan masyarakat, kemampuan pelayanan rumah sakit dan lainnya. Secara internasional kejadian hipertensi dalam kehamilan dapat diperkirakan pada primigravida sekitar 7-12 %, makin meningkat pada hamil ganda, hidramnion / hamil dengan DM, dan kehamilan mola hidatidosa Sedangkan pada kehamilan multigravida 5 8 %. Di Indonesia diperkirakan kejadian hipertensi dalam kehamilan sekitar 6 12 % serta sangat bervariasi dari masing-masing daerah dan hasil penelitian setiap rumah sakit.()

2.2.3 Etiologi

Etiologi terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab preeclampsia tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan.Tetapi, ada beberapa faktor yang berperan, yaitu:()

2.2.3 .1 Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pada preeklampsia dijumpai kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal, prostasiklin meningkat.Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Perubahan aktivitas tromboksan memegang peranan sentral terhadap ketidakseimbangan prostasiklin dan tromboksan.Hal ini mengakibatkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi, dan penurunan volume plasma.

2.2.3.2 Peran Faktor Imunologis

Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada kehamilan pertama terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna.Pada preeklampsia terjadi kompleks imun humoral dan aktivasi komplemen.Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria.

2.2.3.3 Peran Faktor Genetik

Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada penderita preeklampsia adalah peningkatan Human leukocyte antigen (HLA). Menurut beberapa peneliti,wanita hamil yang mempunyai HLA dengan haplotipe A 23/29, B 44 dan DR 7 memiliki resiko lebih tinggi menderita preeklampsia dan pertumbuhan janin terhambat.

2.2.3.4 Disfungsi endotel

Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan pada terjadinya preeklampsia.Kerusakan endotel vaskular pada preeklampsia dapat menyebabkan penurunan produksi prostasiklin, peningkatan aktivitas agregasi trombosit dan fibrinolisis, kemudian diganti oleh trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan A2 dan serotonin sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.

2.3 Penelitian Mengenai Pengaruh Nifedipine Terhadap Pre eklampsiaFarmakokinetik nifedipin oral, diteliti oleh Rebecca et al pada tahun 1992, pada 15 wanita dengan hipertensi akibat kehamilan pada trimester ketiga kehamilan untuk menentukan apakah disposisi obat ini berbeda dari bahwa pada pasien hamil. Konsentrasi serum puncak dari 38,6 18 mg/ml terjadi pada sekitar 40 menit setelah konsumsi nifedipin 10 mg. Waktu paruh eliminasi (rata-rata 1,3 0,5 jam) lebih pendek dari yang dilaporkan untuk relawan normotensif dan hipertensi non hamil setelah dosis oral. Rerata SD jelas penghapusan clearance 2,0 0,8 L/jam/kg lebih cepat daripada pada sukarelawan sehat (rata-rata 0,49 0,09 L/jam/kg ). Konsentrasi serum acak yang semakin tinggi pada pasien yang menerima dosis harian yang lebihbesar. Nifedipin terdeteksi dalam sampel darah tali pusat janin dan cairan ketuban pada konsentrasi sekitar 93% dan 53%dibandingkan sampel darah vena ibu. Temuan menunjukkan bahwa nifedipin dapat mencapai keberhasilan yang lebih besar antihipertensi pada wanita hamil jika diberikan pada interval yang lebih pendek.(x2)2.3.1 Nifedipin sebagai anti hipertensiNifedipine, diberikan secara oral kepada 21 wanita dengan episode akut hipertensi berat selama kehamilan atau masa nifas. Sebuah penurunan yang cepat dan signifikan pada tekanan darah rata-rata 26 / 20 mmHg terlihat pada 20 menit setelah pemberian.Efek hipotensif ini tidak ditemukan secara signifikan pada wanita yang sudah minum obat untuk menurunkan tekanan darah sebelumnya.Efek samping utama adalah sakit kepala dan kulit memerah.Tidak ada efek samping janin yang terdeteksi. Kemanjuran nifedipin membutuhkan penyelidikan lebih lanjut dalam percobaan terkontrol .(X1)Membuktikan ketidakpastian seputar manfaat pengobatan antihipertensi pada hipertensi ringan dan sedang pada ibu hamil, sejumlah studi kecil telah dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan nifedipin pada kehamilan. Penggunaan nifedipin ini telah dibandingkan dengan bed-rest(51), placebo(52), methyldopa (53) dan dihydralazine (54) dan tampaknya nifedipin menjadi agen antihipertensi yang efektif tetapi tidak menunjukkan manfaat secara signifikan memperpanjang kehamilan atau meningkatkan hasil ibu atau janin. Tidak ada penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki efek jangka panjang pada bayi dari ibu yang telah menerima nifedipin pada kehamilan.

Sibai et al.(51) membandingkan terapi bed-restdengan nifedipin oral pada 200 wanita dengan pre-eklampsia antara 26 dan 36 minggu kehamilan. Mereka menunjukkan penurunan yang signifikan dalam tekanan darah sistolik dan diastolik dengan nifedipin namun durasi rata-rata rawat inap pada kedua kelompok adalah sama dan penggunaan nifedipin tidak membuat perbedaan lama kehamilan. Hal ini juga tidak ada pengaruh kelainan fungsi ginjal, ekskresi protein atau jumlah trombosit.Tercatat tidak ada perbedaan dalam output janin antara kedua kelompok. Bila dibandingkan dengan placebo,nifedipin 20 mg ( 8 jam ) diberikan dalam rejimen yang sama, Ismail et al.(52) menegaskan khasiat antihipertensi dalam kehamilan tidak didapatkan hasil yang merugikan janin. Dalam 20 wanita yang diberikan nifedipin ia mampu menunjukkan perbaikan dalam kadar urea dalam darah dan kadar serum kreatinin darah, serta perbaikan niai ekskresi protein urin 24 jam dengan penggunaan nifedipin jangka panjang. Hasil serupa ditemukan ketika nifedipin dibandingkan dengan plasebo dalam penatalaksanaan wanita dengan pre-eklampsia pada periode pasca-melahirkan / nifas.Tercatat ada penurunan yang signifikan dalam tekanan sistol arteri rata-rata serta rata-rata peningkatan output urin lebih dari 800 ml/24 jam. Namun, tidak ada perbedaan yang ditemukan dalam ekskresi protein urin, serum kreatinin atau kadarurea-nitrogen dalam darah.Nifedipin juga telah dibandingkan dengan metildopa untuk pengobatan hipertensi akibat kehamilan dan terbukti sebanding sebagai antihipertensi tetapi mencapai tidak ada perbaikan dalam mempertahankan kehamilan atau outcome janin(53).Fenakel et al.(54) menyarankan bahwa nifedipin karena lebih unggul dibanding hydralazine dalam pengobatan pre-eklampsia. Dalam suatu kelompok, 54 wanita dengan pre-eklampsia, mereka mampu mengontrol tekanan darah secara signifikan lebih sering dengan nifedipin dibandingkan dengan hydralazine dan menemukan bahwa itu lebih dapat diprediksi dalam efeknya dan tidak menyebabkan turunnya tekanan darah secara drastis. Mereka juga mencatat peningkatan output urin dan penurunan terkait dalam edema perifer di 12 dari 24 perempuan dengan penggunaan obat ini. Tidak ada perbedaan yang ditemukan dalam ekskresi protein urin.Hasil perinatal adalah serupa dengan kedua obat tapi kehamilan berkepanjangan rata-rata seminggu lebih lama dibandingkan dengan hydralazine, dengan peningkatan berat lahir bayi dan berkurangnya kebutuhan penanganan unit perawatan intensif neonatal.Dalam penelitian deskriptif Constantine et al.(55) menyelidiki penggunaan nifedipin sebagai obat lini kedua pada wanita dengan hipertensi dalam kehamilan tidak terkontrol dengan baik atenolol atau metildopa. Mereka mampu mengendalikan hipertensi secara efektif pada 20 dari 23 perempuan dengan pemberian 40-120 mg slow release nifedipine setiap hari. Namun, tingginyatingkat morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan karena studi tersebuttidak dapat mengontrol berbagai penyebab hipertensi, kontribusi dari rejimen obat juga tidak pasti .2.3.2 Nifedipine sebagai tokolitikObat yang paling umum digunakan untuk pengobatan persalinan prematur adalah obat beta-simpatomimetik, magnesium sulfat dan indometasin. Obat ini tampaknya efektif dalam memperpanjang kehamilan dalam jangka pendek, tetapi tidak berpengaruh pada mempertahankan kehamilan dalam jangka panjang(67 - 69). Mereka tidak memiliki efek pada morbiditas atau kematian janin, dan mereka semua memiliki efek samping yang signifikan(68) . Ada kasus obat beta-simpatomimetik dikaitkan dengan edema paru, iskemia miokard dan aritmiajantung (70). Efeknya pada sistem kardiovaskular, fungsi ginjal dan homeostasis glukosa sulit mereka pantaupada wanita dengan penyakit jantung dan diabetes mellitus(70), (71). Magnesium sulfat dapat menyebabkan depresi dari sistem saraf baik pada ibu dan bayi baru lahir (72) , dan indometasin jangka panjang telah terbukti menyebabkan spasme duktus arteriosus dan arteri ginjal fetus(73). Kedua obat beta-simpatomimetik dan magnesium sulfat intravena digunakan dalam penatalaksanaan persalinan prematur dan karenanya terkait dengan risiko eklamsia.Farmakokinetik dari calcium channel blockers untuk menghambat kontraktilitas otot polos dengan efek samping minimal terhadap ibu dan janin telah digunakan dan sedang dievaluasi sebagai tokolitik. Penelitian pada hewan telah menunjukkan kemampuan nifedipin untuk memperpanjang kehamilan dan mencegah kelahiran prematur di kedua jenis tikus, rats (74-76) dan ewes(77). Beberapa penelitian pada manusia telah mengevaluasi tindakan tokolitik nifedipin dalam persalinan prematur.Penelitian uji acak membandingkan nifedipin dibandingkan dengan placebo, 'non treatment'(78), ritodrine(78 - 83) dan terbutaline(84) serta magnesium sulphate(85). Kemanjuran nifedipin dalam menekan persalinan prematur tampaknya sebagus, dan mungkin lebih baik daripada ritodrin dan terbutalin ( 78-84,86 ) . Hal ini juga muncul setara dalam kemampuannya untuk mempertahankan kehamilan setelah kontraksi prematur telah mereda ( 79,83,86 ).Hanya satu uji coba secara acak telah membandingkan efektivitas nifedipin untuk treatment' ( 78 ) . Percobaan ini menunjukkan bahwa nifedipin lebih unggul pada pengobatan tetapi sampel tidak cukup besar untuk menunjukkan efek yang signifikan. Dalam percobaan ini Reid dan Wellby (78) dialokasikan 60 wanita dalam persalinan prematur dengan kehamilan tunggal antara 20 dan 35 minggu kehamilan untuk menerima baik nifedipin oral, infus intravena ritodrin atau tanpa pengobatan. Persalinan preterm didefinisikan sebagai salah satu kontraksi atau lebih setiap sepuluh menit, dengan leher rahim melebar < 5 cm. Tiga puluh miligram nifedipin diberikan secara oral, diikuti dengan 20 mg setiap delapan jam.Hasil utamanya adalah penurunan kontraksi selama 48 jam, dan tidak ada dilatasi serviks lebih lanjut.Ada tingkat keberhasilan lebih tinggi secara signifikan dengan nifedipin, dibandingkan dengan ritodrin atau tanpa pengobatan. Mereka juga menemukan bahwa nifedipin secara signifikan memperpanjang waktu dari masuk ke rumah sakit sampai melahirkan, dibandingkan dengan ritodrin atau tanpa pengobatan : waktu rata-rata adalah 36,3 hari dengan nifedipin ; 25,1 hari dengan ritodrin dan 19,3 hari tanpa pengobatan.Kupferminc et al . ( 79 ) melakukan uji coba secara acak termasuk 71 perempuan untuk membandingkan nifedipin dan ritodrin, dan menunjukkan perpanjangan serupa kehamilan selama 48 jam , tujuh hari sampai 36 minggu ( 79 ). Persalinan preterm didefinisikan sebagai kontraksi uterus yang teratur setidaknya sekali setiap enam menit dengan dilatasi serviks progresif. Nifedipin diberikan dalam dosis awal 30 mg diikuti dengan 20 mg 90 menit kemudian jika kontraksi uterus berlangsung . Sebuah dosis pemeliharaan 20 mg nifedipin kemudian diberikan secara oral setiap delapan jam . Sebelas wanita dengan kehamilan kembar dilibatkan dalam uji coba ini, dari enam yang menerima nifedipine, tiga dikirim setelah 36 minggu kehamilan , dibandingkan dengan tiga dari lima wanita yang menerima ritodrin . Hasil ini sesuai dengan tiga percobaan prospektif kecil dalam literatur yang membandingkan kedua obat di mirip doses (81 83). Semua telah menunjukkan keberhasilan yang sebanding nifedipine dan ritodrin dalam menekan kelahiran prematur.Smith dan Woodland (84\) dibandingkan nifedipin oral dengan subkutan terbutaline di 52 wanita dalam persalinan prematur antara 20 dan 35 minggu kehamilan . Mereka menemukan tingkat keberhasilan yang sama dari 68 % untuk nifedipin dan 71 % untuk terbutaline di sepenuhnya menghentikan kontraksi dalam waktu dua jam setelah memulai pengobatan . Glock dan Morales (85) menemukan nifedipin untuk menjadi seefektif magnesium sulfat dalam menunda pengiriman selama 48 jam , dengan tingkat keberhasilan 92 % dan 93 % , masing-masing. McLaughin et al . ( 87 ) menunjukkan kedua obat memiliki kemanjuran yang serupa dalam memperpanjang kehamilan dan mencegah kelahiran sebelum 37 minggu kehamilan .Papatsonis et al .( 86 ) secara acak melakukan penwlitian pada 185 wanita dalam persalinan prematur antara 20 - 33 minggu kehamilan untuk menerima baik ritodrin intravena atau nifedipin oral. Para penulis mendefinisikan persalinan prematur sebagai salah satu kontraksi atau lebih setiap sepuluh menit atau pecahnya membran ketuban pre-labour. Regimen dosis adalah 10 mg nifedipin setiap 15 menit untuk satu jam pertama sampai kontraksi berhenti (sampai maksimal 40 mg) , maka dosis harian nifedipin slow-releasedari 60-160 mg, tergantung pada jumlah yang dibutuhkan pada jam pertama. Nifedipin secara signifikan dapat menurunkan angka melahirkan secara prematur dalam waktu 24 jam, dalam waktu 48 jam dan dalam waktu tujuh hari dibandingkan dengan ritodrin. Analisis terpisah dari kelompok wanita dengan pecah ketuban prematur menunjukkan bahwa nifedipin tidak lebih unggul dalam memperpanjang kehamilan. Dua belas wanita dihentikan ritodrin karena efek samping, dibandingkan dengan tidak mengambil nifedipin.Outcome janin adalah serupa antara penggunaan nifedipin dan ritodrin, dengan tidak ada perbedaan dalam skor Apgar atau dalam pengukuran pHarteri atau vena saat lahir.Sebuah keuntungan besar dicatat dalam studi ini adalah jumlah penurunan efek samping ibu yang dilaporkan dengan penggunaan nifedipin dibandingkan dengan obat lain (78-80,82-84,86,88). Penurunan tekanan darah disertai peningkatan denyut jantung tetapi lebihjarang dijumpai pada penggunaan nifedipin dibandingkan dengan ritodrin atau terbutalin ( 78,79,84 ). Tidak ada efek merusak terhadap janin telah dengan penggunaan nifedipin sebagai tokolitik. Peninjauan sistematis dalam Cochrane Library, membandingkan nifedipine dan obat beta - simpatomimetik, menunjukkan nifedipine yang mengurangi jumlah kelahiran bayi baru lahir dengan berat kurang dari 2500 g, tetapi jumlah bayi yang dirawat di unit perawatan intensif neonatal menigkat (67). Tidak ada perbedaan dalam tingkat kelahiran mati atau kematian neonatal. Harus dicatat bahwa secara kolektif hanya sejumlah kecil perempuan telah menerima nifedipin sebagai tokolisis, dan tidak adanya efek yang merugikan janin membutuhkan evaluasi lebih lanjut .2.3.3 Efek Nifedipin pada janinEfek teratogenik pada janin adalah perhatian dengan nifedipin , tetapi ada juga mungkin efek samping nifedipin pada aliran darah uteroplasenta dan juga pada aliran darah janin . Nifedipin dinilai sebagai Kategori obat C sehubungan dengan penggunaannya dalam kehamilan ( 94 ) . Ini berarti bahwa potensi teratogenik tidak pasti , dan karena itu dianjurkan bahwa itu hanya digunakan di mana manfaat ibu terlihat lebih besar daripada potensi efek janin . Tidak ada cacat bawaan tertentu pada manusia telah dicatat yang dapat diatribusikan pada penggunaannya .Namun , kelainan digital telah dicatat akibat dosis yang sangat tinggi adminstered dengan hewan . Perkembangan tulang hyperphalangeal di jari tangan dan kaki telah terjadi pada tikus yang diberikan dosis > 150 mg / kg ( 95 ) . Pada kelinci , cacat jari-jari distal sekunder pada tulang rawan nekrosis telah dicatat ( 96 ) .Magee et al .( 97 ) melakukan studi kohort prospektif multisenter untuk menilai risiko kelainan pada janin setelah terpapar calcium channel blocking obat pada trimester pertama . Empat puluh empat perempuan telah terkena nifedipin dalam kehamilan , dan 43 bayi normal saat lahir. Seorang wanita melahirkan bayi dengan beberapa kelainan bawaan dan keterlambatan perkembangan , pasien menderita epilepsi dan lupus eritematosus sistemik dan juga mengambil carbamazepine , siklofosfamid , prednison , atenolol dan ibuprofen selama kehamilannya.Tampaknya nifedipin yang setidaknya sama baiknya dengan dihydralazine dalam efek antihipertensi , tetapi onset kerjanya kurang cenderung terjal. Dalam jangka pendek mungkin meningkatkan output urin dengan pengurangan hambatan dari arteri ginjal dan dengan mengurangi pelepasan hormon anti diuretik. Tidak ada peningkatan hasil atau efek buruk pada janin telah ditunjukkan tetapi mungkin memiliki manfaat dengan memperpanjang kehamilan .

BAB 3PEMBAHASAN3.1 Diskusi dan pembahasanNifedipin bekerja sebagai antagonis kalsium dengan menghambat arus ion kalsium masuk ke dalam otot jantung dari luar sel. Karena kontraksi otot polos tergantung pada ion kalsium ekstra seluler, maka dengan adanya antagonis kalsium dapat menimbulkan efek inotropik negatif. Demikian juga dengan Nodus Sino Atrial (SA) dan Atrio Ventrikuler (AV) akan menimbulkan kronotropik negatif dan perlambatan konduksi AV(). Nifedipine mudah larut dalam lemak , sehingga mudah diabsorbsi pada pemberian oral maupun sublingual. Eliminasi terutama melalui metabolisme di hati, namun karena metabolismenya cepat, maka sebagian dosis oral dimetabolisme pada lintasan pertama hati (first pass effect) sehingga bioavaibilitasnya tidak terlalu tinggi. Pada pemberian berulang metabolisme lintas pertama tersebut berkurang dan bioavaibilityasnya meningkat, selain waktu paruh juga memanjang. Absorbsi oral 90-100%, bioavaibilitas 45-65%, mula kerja sediaan oral