Upload
dinhkhanh
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FENOMENA LANSIA DIPANTI JOMPO
RUMAH BAHAGIA BINTAN KELURAHAN KAWAL
KECAMATAN GUNUNG KIJANG
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
ARDIANSYAH
NIM : 110569201015
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
FENOMENA LANSIA DIPANTI JOMPO RUMAH BAHAGIA BINTAN
KELURAHAN KAWAL KECAMATAN GUNUNG KIJANG
Adriansyah
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ABSTRAK
Salah satunya panti jompo yang terdapat di Tanjungpinang yaitu panti yang
berada di kawasan Kawal yang diberi nama Rumah Bahagia Bintan. Rumah
bahagia tidak memungut biaya untuk setiap pelayanan yang diberikan kepada
penghuni panti jompo tersebut.pada tahun 2016 terdapat 41 pasien yang dititipkan
oleh keluarga dipanti jompo tersebut. Ketika lansia sudah berada dipanti jompo
tentunya fungi fungsi yang dilakukan oleh keluarga seperti melindungi, merawat
dan memberikan kasih sayang mengalami perubahan, karena dipanti jompo bukan
keluarga lagi yang merawat lansia melainkan petugas panti.
Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui fenomena yang dialami oleh
lansia yang dititipkan dipanti jompo ketika keluarga tidak lagi menjalankan fungsi
fungsinya dengan menggunakan tinjauan tentang fungsi kelaurga yang dilahat
dari fungsi keluarga yaitu melakukan perlindungan, perawataan, dan memberikan
kasih sayang. Penelitian ini termasuk penelitian pendekatan kualitatif dan jenis
data deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi,
wawancara, dengan menggunakan pedoman wawancara(interview guide)dan
dokumentasi. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif
ialah mengolah dan menganalisis data-data yang dikualitatifkan sehingga
terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai
makna
Adapun hasil temuan bahwa fenomena baru bagi kehidupan lansia yang dilihat
dari perlindungan ketika lansia dipanti mengalami perubahan yang lebih baik
yaitu perlindungan keselamatan, lansia selalu dijaga oleh petugas panti, disedikan
alat alat yang lengkap seperti kursi roda, untuk memudahkan lansia ingin bergerak
apabila tidak kuat jalan agar tidak terjatuh. Perlindungan kesehatan, lansia
dilindungi dengan jaminan kesehatan seperti BPJS, Selalu ada dokter yang
mengontrol.Fungsi perawatan mengalami perubahan setelah tinggal dipanti
perawatan kesehatan ketika sakit lansia ditanggani oleh dokter panti, lansia sangat
diperhatikan dari jadwal minum obat, jadwal makan, lansia diberikan makanan
bernutrisi, pengecekan kesehatan secara rutin, olahraga, hiburan. Perawatan
kebersihan, kebersihan lansia menjadi tanggungjawab perawat panti, badan,
pakaian lansia diurus oleh perawat panti, kondisi tubuh lansia sangat terurus
dengan baik. Kasih sayang yang didapat lansia saat tinggal dipanti yaitu semua
warga panti saling peduli, kebersamaan dengan warga panti setiap saat sehingga
membentuk ikatan kasih sayang yang kuat, rasa hormat pengurus panti kepada
orang tua, lansia mendapatkan perhatian dari warga atau pengurus panti.
Kata Kunci : Fenomena Lansia, Fungsi Keluarga
FENOMENA LANSIA DIPANTI JOMPO RUMAH BAHAGIA BINTAN
KELURAHAN KAWAL KECAMATAN GUNUNG KIJANG
Adriansyah
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ABSTRACT
One of them contained a nursing home in Tanjungpinang is located in the
region parlors Guard named Rumah Bahagia Bintan. Home happy does not
charge a fee for each service provided to family the nursing home residents. in
2016 there were 41 patients were deposited by anti nursing. When elderly nursing
course already dipanti fungi functions performed by the family such as protecting,
caring for and giving affection unchanged, because the nursing dipanti no longer
caring for elderly family but nursing officer.
The purpose of this study was to determine the phenomenon experienced by
elderly people who deposited dipanti old when the family no longer serve a
function by using a review of the functioning kelaurga dilahat of family functions
that perform protection, perawataan, and give love.
This research was qualitative and descriptive data types. The data collection
is done by observation, interview, using interview guide (interview guide) and
documentation. Analysis of data using qualitative data analysis techniques is to
process and analyze the data so collected into data dikualitatifkan systematic,
organized, structured and have a meaning
The findings that a new phenomenon for the life of the elderly who visits of
protection when elderly dipanti experienced a change for the better is the
protection of safety, the elderly are always guarded by officers parlors, disedikan
tool complete tool such as wheelchairs, to facilitate the elderly want to move, if
not stronger road to keep from falling. The protection of health, the elderly are
protected by health insurance such as BPJS, is always a physician control.
Maintenance functions change after staying dipanti health care when sick elderly
homes handled by doctors, the elderly are particularly noted on the schedule for
taking the medication, meal schedules, the elderly are given nutritious food,
regular health checks, sport, entertainment. Hygiene, cleanliness of the elderly is
the responsibility of nursing homes, bodies, clothes elderly are taken care of by
nurses parlors, body condition of the elderly are particularly cared for properly.
Affection acquired while living dipanti elderly are all residents of nursing care for
each other, together with residents of the orphanage at all times so as to form a
strong bond of affection, respect caretaker home to parents, the elderly get the
attention of the citizens or caretaker home.
Keywords: Elderly phenomenon, Family Functions
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia setiap hari akan
terus menerus tumbuh dan
berkembang, dari bayi yang
baru lahir hingga mencapai
masa dewasa dan akhirnya
menjadi lansia lalu meninggal
dunia. Lansia atau lanjut usia
adalah periode dimana manusia
telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi.
Selain itu lansia juga masa
dimana seseorang akan
mengalami kemunduran
dengan sejalannya waktu. Ada
beberapa pendapat mengenai
usia seseorang dianggap
memasuki masa lansia, yaitu
ada yang menetapkan pada
umur 60 tahun, 65 tahun, dan
ada juga yang 70 tahun. Tetapi
Badan Kesehatan Dunia
(WHO) menetapkan bahwa
umur 65 tahun sebagai usia
yang menunjukkan seseorang
telah mengalami proses menua
yang berlangsung secara nyata
dan seseorang itu telah disebut
lansia. (Hurlock, 1996 : 439).
Tempat terbaik bagi lansia
adalah rumah anak-anak
mereka, karena hubungan
antara orantua dan anak sangat
kuat seumur hidup. Sebagai
bukti cinta kasih seorang anak
kepada orang maka anak harus
menjalankan fungsi yang
termasuk kedalam fungsi
keluarga seperti beberapa dari
fungsi keluarga yang harus
dijalankan seorang anak kepada
orang tua seperti perlindungan,
perawatan, dan kasih sayang.
Namun, kenyataannya banyak
lansia yang masih memiliki
keluarga khususnya anak-anak
mereka tetap saja dititipkan ke
panti sosial atau panti jompo.
Para lansia yang berada
dipanti jompo akan mengalami
kurangnya waktu bertemu dan
berkumpul dengan
keluarganya. Berkurangnya
waktu untuk bertemu dengan
keluarga menyebabkan para
lansia yang berada dipanti
jompo akan merasa tidak
mendapatkan kebahagiaan dari
keluarganya. Ada beberapa
masalah yang biasa dialami
oleh lansia diantaranya adalah
kesepian, keterasingan dari
lingkungan, ketidakberdayaan,
ketergantungan, kurang percaya
diri, keterlantaran terutama
bagi lansia yang miskin serta
kurangnya dukungan dari
anggota keluarga.
Tanjungpinang sebagai ibu
kota dari Provinsi Kepulauan
Riau memiliki panti jumbo
salah satunya berada di
kawasan Kawal yang diberi
nama Rumah Bahagia Bintan.
Rumah Bahagia tidak
memungut biaya untuk setiap
pelayanan yang diberikan
kepada penghuni panti jompo
tersebut. Pelayanan dan
perawatan yang diberikan
adalah sukarela serta untuk
memenuhi kebutuhan para
lansia yang menetap Rumah
Bahagia mereka mendapatkan
bantuan dana dari beberapa
donator tetap dan tidak tetap.
Berdasarkan observasi awal
terdapat beberapa alasan yang
menyebabkan lansia harus
dititipkan dipanti jompo, dalam
hal ini khususnya lansia yang
dititipkan dipanti jompo Rumah
Bahagia Bintan yang memiliki
banyak anak perempuan,
adapun alasan tersebut yaitu
karena perekonomian keluarga
yang miskin, sehingga
membuat keluarga tidak bisa
memenuhi kebutuhan lansia
secara baik, seperti untuk
membiayai perawatan dalam
hal pengobatan, pembelian
pempers, membelikan makanan
yang bergizi.
Adapun fungsi keluarga
menurut Yuli (2014) meliputi
fungsi pengaturan hubungan
biologis, fungsi reproduksi,
fungsi sosialisasi, fungsi afeksi,
fungsi ekonomi, fungsi
pengawasan/ kontro, fungsi
proteksi, fungsi penentu
kedudukan dan status, fungsi
perlindungan dan fungsi
pemeliharaan/ perawatan.
Dalam penelitian ini ketika
membahas masalah fungsi
keluarga yang benar benar
dibutuhkan oleh lansia dapat
dikatakan bahwa fungsi
tersebut meliputi 3 fungsi
keluarga diantaranya fungsi
perlindungan, fungsi
perawatan, serta fungsi kasih
sayang.
Fenomena yang diangkat
dalam penelitian ini yaitu
terjadinya perubahan fungsi
keluarga ketika orang tua telah
dititipkan dipanti. Yangmana
sebelum lansia dititipkan
kepanti jompo keluargalah
yang memiliki peran dalam
memberikan perlindungan,
perawatan, serta kasih sayang.
Bentuk perlindungan yang
diberikan keluarga lansia yaitu
anggota keluarga selalu
menjaga lansia ketika dirumah
dengan cara bergantian dengan
keluarga, hal tersebut dilakukan
karena untuk melindungi lansia
agar tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan apabila sendirian
dirumah seperti dikhawatirkan
akan terjatuh, akan pergi
sendiri.
Bentuk perawatan yang
dilakukan oleh keluarga
sebelum lansia dititipkan
dipanti jompo yaitu keluarga
selalu menyiapkan obat obat,
apabila sakit segera di bawa ke
dokter, dan bergantian berjaga
apabila lansia tersebut sakit
yang mana ada anak, cucu,
menantu yang selalu menjaga,
dan merawat ketika sakit.
Sedangkan untuk wujud kasih
sayang yang diberikan keluarga
berbeda beda antara keluarga
satu dengan lainnya, ada yang
memberikan kasih sayang
sepenuhnya kepada lansia, ada
juga yang suka marah marah
ketika lansia yang sudah tua
tersebut berkelakuan yang tak
diinginkan seperti ngompol
atau buang air besar
sembarangan.
Ketika lansia sudah berada
dipanti jompo tentunya fungsi
yang dilakukan oleh keluarga
seperti melindungi, merawat
dan memberikan kasih sayang
mengalami perubahan, karena
dipanti jompo bukan keluarga
lagi yang merawat lansia
melainkan petugas panti.
Dapatkan dikatakan bahwa
fenomena merupakan segala
sesuatu yang terjadi didalam
kehidupan masyarakat,
sehingga perubahan juga
dikatakan suatu fenomena.
Berdasarkan permasalahan
tersebut peneliti tertarik
membahas penelitian tentang
fenomena lansia dipanti jompo
dengan melihat perubahan pada
fungsi keluarga sehingga
peneliti memberi judul
penelitian ini yaitu, “Fenomena
Lansia Di Panti Jompo Rumah
Bahagia Bintan Kelurahan
Kawal Kecamatan Gunung
Kijang.”
B. Rumusan Masalah
Bagaimana fenomena yang
terjadi pada Lansia ketika
dititipkan dipanti jompo?
C. Tujuan dan Kegunaan
Penelitian
Adapun tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini yaitu
untuk mengetahui fenomena
yang dialami oleh lansia yang
dititipkan dipanti jompo ketika
keluarga tidak lagi menjalankan
fungsinya. Sedangkan Kegunaan
Penelitian sebagai bahan
referensi para peneliti yang
memiliki objek kajian yang sama
ataupun yang tertarik untuk
melanjutkan penelitian ini. Dan
menambah khasanah dalam
bidang Ilmu Sosiologi. Karena
fenomena lansia di panti jompo
merupakan hal yang akan
terpisahkan dalam runag lingkup
keluarga. Penelitian ini
diharapkan bermanfaat sebagai
bahan informasi yang berguna
dalam membuat dan
mempertimbangkan kebijakan
yang tepat untuk lansia dipanti
jompo.
D. Konsep Operasional
Dalam penelitian ini konsep yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Lansia yang dimaksud dalam
penelitian ini yaitu seseorang
yang sudah tua yang berumur
65 tahun ke atas.
2. Fenomena lansia dipanti
jompo yang dimaksud dalam
penelitian ini yaitu masalah
perlindungan, perawatan, dan
kasih sayang yang dialami
oleh lansia dipanti jompo
3. Keluarga yang dimaksud
dalam penelitian yaitu
seseorang yang masih
memiliki hubungan darah
dengan lansia yang tinggal
bersama sebelum lansia
dititipkan dipanti jumbo.
4. Fungsi keluarga yang
dimkasud dalam penelitian
ini yaitu fungsi perlindungan,
fungsi perawatan, dan fungsi
kasih sayang yang diberikan
keluarga kepada lansia.
5. Perubahan fungsi keluarga
yang dimaksud yaitu
perubahan dari fungsi
perlindungan, perawatan, dan
kasih sayang yang didapatkan
lansia ketika dipanti jompo.
Untuk mengkaji lebih dalam
lagi tentang perubahan fungsi
keluarga maka dioperasionalkan
sebagai berikut :
a. Fungsi perlindungan yang
dimksud yaitu segala usaha
yang dilakukan untuk
melindungi lansia agar jauh
dari segala bahaya.
b. Fungsi perawatan yang
dimaksud yaitu usaha yang
dilakukan untuk merawat
lansia ketika lansia sakit.
c. Fungsi kasih sayang yang
dimaksud yaitu suatu bentuk
cinta kasih yang diberikan
kepada lansia.
E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah
penelitian kualitatif, dengan tipe
diskriptif. Yakni penelitian yang
berupaya menyajikan gambaran
yang terperinci mengenai suatu
situasi khusus di lokasi
penelitian. Mely G.Tan (Silalahi,
2010:28) menjelaskan bahwa
penelitian yang bersifat deskriptif
bertujuan menggambarkan secara
tepat sifat-sifat individu,
keadaan, gejala, atau kelompok
tertentu antara suatu gejala
dengan gejala lainnya dalam
masyarakat.
2. Lokasi penelitian
Adapun lokasi penelitian
yang menjadi pusat penelitian ini
adalah di kelurahan Kawal
Kecamatan Gunung Kijang, yang
merupakan satu-satunya panti
jompo rumah bahagia yang ada
di Kabupaten Bintan.
3. Populasi dan Sampel
Agar pemilihan informan
lebih representif, maka penelitian
ini menggunakan teknik
purpossive sampling.
Sebagaimana Sugiyono
(2005:85) mengemukakan
purpossive samplingyaitu penulis
memilih dan menentukan sendiri
informan dalam penelitian
dengan pertimbangan tertantu.
Adapun kriteria yang menjadi
informan dalam penelitian ini
adalah.
1. Lansia yang berada di panti
jompo di Rumah Bahagia
Bintan
2. Yang sudah pernah menikah
dan memiliki anak lebih dari
tiga.
3. Lansia yang tinggal didaerah
yang sama dengan keluarga
4. Lansia yang berjenis
kelamin laki laki dan
perempuan
5. Lansia yang berusia 65- 70
tahun
6. Lansia yang sudah menetap
sudah 3 tahun dipanti jompo
4. Jenis Data penelitian
a. Data Primer, yaitu data
pokok yang diperoleh dari
informan melalui
wawancara dengan lansia
yang telah ditetapkan
sebagai informan yang
berkaitan dengan
fenomena lansia di panti
jompo rumah bahagia.
b. Data Sekunder, data
pelengkap yang diperoleh
dari buku-buku atau
literatur, dokumen, data
dari panti jompo Rumah
Bahagia dan berbagai
dokumen lainnya yang
ada hubunganya dengan
lansia dipanti jompo
Rumah Bahagia.
5. Teknik dan Alat
pengumpulan data
a. Observasi
Adalah merupakan
pengamatan yang
sistematis tentang kajian
dan tingkah laku dari
objek yang diteliti.
Adapun yang akan
dilakukan pengamatan
dalam penelitian ini
yakni lansia dipanti
jompo, aktifitas sehari
hari lansia, sikap
pengurus terhadap
lansia.
b. Wawancara
Adalah suatu teknik
yang dipakai untuk
memperoleh data melalui
tanya jawab langsung
dengan informa. Adapun
yang diwawancara dalam
penelitian ini yaitu lansia
di Panti Jompo Rumah
Bahagia dengan
menggunakan pedoman
wawancara.
c. Dokumentasi
Dokumentasi, yakni
dengan mencari
sejumlah informasi
tentang aktivitas lansia
di panti jompo dari
sumber berupa
dokumen-dokumen
tertulis seperti rekap data
laporan kegiatan,
peraturan daerah,
literatur, hasil rekaman,
gambar-gambar ataupun
matriks, grafik dan
sebagainya yang
mendukung.
6. Teknik dan Analisa Data
Analisis data kualitatif adalah
proses analisis kualitatif yang
mendasarkan pada adanya
hubungan semantis antar variabel
yang sedang diteliti.
Tujuan analisis data kualitatif
yaitu agar peneliti mendapatkan
makna hubungan variabel-
variabel sehingga dapat
digunakan untuk menjawab
masalah yang dirumuskan dalam
penelitian. Hubungan antar
semantis sangat penting karena
dalam analisis kualitatif, peneliti
tidak menggunakan angka-angka
seperti pada analisis kuantitatif.
Prinsip pokok teknik analisis data
kualitatif ialah mengolah dan
menganalisis data-data yang
dikualitatifkan sehingga
terkumpul menjadi data yang
sistematik, teratur, terstruktur dan
mempunyai makna (Ariesto Hadi
Sutopo dan Adrianus Arief,
2010)
F. Tinjauan Pustaka
1. Keluarga
Mubarak, dkk (2009) keluarga
merupakan perkumpulan dua atau
lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau
adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu
dengan yang lain. Keluarga adalah
sebuah landasan pembentuk karakter
pada setiap individu. Dalam
keluarga semua yang dibutuhkan
oleh seseorang terpenuhi, terutama
kebutuhan rohaniah yaitu berupa
kasih sayang, cinta kasih dan
sebagainya.
Adapun ciri-ciri umum keluarga
yang dikemukakan oleh Mac Iver
and Page (Khairuddin, 1985: 12),
yaitu:
1. Keluarga merupakan
hubungan perkawinan.
2. Susunan kelembagaan yang
berkenaan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja
dibentuk dan dipelihara.
3. Suatu sistim tata nama,
termasuk perhitungan garis
keturunan.
4. Ketentuan-ketentuan
ekonomi yang dibentuk oleh
anggota anggota kelompok
yang mempunyai ketentuan
khusus terhadap kebutuhan-
kebutuhan ekonomi yang
berkaitan dengan
kemampuan untuk
mempunyai keturunan dan
membesarkan anak.
5. Merupakan tempat tinggal
bersama, rumah atau rumah
tangga yang walau
bagaimanapun, tidak
mungkin menjadi terpisah
terhadap kelompok
kelompok keluarga.
2. Fungsi Keluarga
Menurut Yuli pada tahun
(2014) fungsi keluarga adalah
sebagai tempat saling
bertukar antar anggota
keluarga untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan
emosional setiap individu.
Fungsi fungsi di dalam
keluarga yaitu :
a. Fungsi Pengaturan
Hubungan Biologis
Dalam fungsi pengaturan
hubungan biologis,
manusia
mempunyai kelebihan
dengan binatang dalam
hal daya nalar, budi, serta
hati nurani, yang
mendorong manusia tidak
saja berjalan berdasarkan
pada insting atau
kebutuhan mendesak
sesaat belaka
b. Fungsi Reproduksi
Bukanlah suatu hal yang
naif apabila keluarga
ditinjau dari fungsi
seksualnya memiliki
peranan dalam
melanjutkan keturunan.
c. Fungsi Sosialisasi
Dalam kehidupan sehari-
hari, keluarga harus
menjadi sarana bagi
terjadinya proses
sosialisasi yang
sempurna, sehingga anak
dapat berperilaku normal
sesuai dengan norma-
norma yang berlaku
dalam masyarakat.
d. Fungsi Afeksi
Yang dimaksud dengan
fungsi afeksi adalah
adanya hubungan sosial
yang penuh dengan
kemesraan dan afeksi.
e. Fungsi Ekonomi
Dalam lembaga keluarga,
kegiatan kesehariannya
tidak akan terlepas dari
kegiatan-kegiatan
ekonomi.
f. Fungsi Pengawasan/
Kontrol
Lembaga keluarga harus
mampu menjalankan
fungsi
pengawasan terhadap
perilaku seluruh anggota
keluarga.
g. Fungsi Proteksi
Lembaga keluarga
memiliki fungsi proteksi
terhadap keluarga
lainnya. harus mampu
memberi rasa aman serta
nyaman terhadap
keluarga.
h. Fungsi Penentu
Kedudukan dan Status
Dalam hal fungsi penentu
kedudukan atau status,
setiap orang memiliki
status dalam kehidupan
bermasyarakat.
i. Fungsi Perlindungan
Fungsi perlindungan
diberikan keluarga tidak
saja berupa perlindungan
fisik saja, melainkan juga
secara psikis.
j. Fungsi Pemeliharaan/
perawatan
Keluarga pada dasarnya
berkewajiban untuk
memelihara anggotanya
yang sakit, menderita, dan
tua.
3. Perubahan Fungsi Fungsi
Keluarga
Fungsi fungsi suatu
lembaga adalah tipe tipe
aktifitas yang secara berbeda
dapat ditunjukan. Secara
historis keluarga telah
menghilangkan berbagai
fungsi karakteristik yang
telah melayani anggota
anggotanya dan masyarakat
Bergesernya fungsi keluarga
berdampak pada kurangnya
keharmonisan keluarga
(Khairuddin, 2008 : 49).
Perubahan keluarga
dengan berbagai aspek dan
konsekuensinya tidak
mungkin dihindari. Pada sisi
lain, keluarga masih sering
dicitrakan seperti yang ada
pada beberapa tahun lalu.
Dengan demikian ada dua
kutub yang tarik menarik,
ideal dan kenyataan. Dari
diskursus khalayak selalu
muncul semacam kerinduan
bahwa keluarga sekarang
seharusnya seperti keluarga
ideal, seperti yang dulu,
meskipun hampir setiap
orang terbawa dan ikut
berperan dalam proses
perubahan ini (Henslin,
2007:56).
4. Lanjut Usia (LANSIA )
Penuaan adalah proses yang
kompleks, sulit diprediksi dan
memiliki banyak segi. Banyak
orang yang tidak menanti saat
menjadi tua karena proses ini
bisa menjadi proses yang
menyedihkan, sepi dan
menyakitkan (Nancye Bourke,
2005 : 17 ). Usia tua atau lansia
sering disebut sebagai periode
penutup dalam rentang hidup
seseorang (Elizabeth, Hurlock,
2006 : 380 ). Pada priode ini
orang akan merasa terlempar
jauh dari priode awal yang
telah mereka lalui, usia tua ini
akan menjadi masa dimana
manusia mengenang masa
lalunya aka nada penyesalan
akan beberapa hal yang telah
terjadi an cendrung ingin
memutar waktu memperbaiki
kesalahannya Nancye Bourke,
2005 : 18 ).
Menurut dr. Maria Sulindro 5
(dir medis pasadena anti-
aging,USA), proses penuaan
tidak terjadi serta merta melalui
secara bertahap dan secara garis
besar dapat dibagi menjadi 3
fase, yaitu sebagai berikut :
a. Fase pertama yaitu terjadi
pada saat seseorang
mencapai usia 25-35 tahun.
Pada masa produksi hormon
mulai berkurang dan mulai
terjadi kerusakan sel tetapi
memberi pengaruh pada
kesehatan. Tubuh pun masih
segar terus.
b. Fase kedua yaitu pada usia
35-45 tahun, produksi
hormon sudah menurun
sebanyak 25 % tubuh pun
mulai mengalami penuaan.
Pada masa ini, mata mulai
mengalami rabun dekat
sehingga perlu
menggunakan kacamatan
berlensa plus, rambut mulai
beruban, stamina tubuh pun
berkurang.
c. Fase ketiga yaitu terjadi
pada usia 45 tahun ke atas.
Pada masa ini produksi
hormon sudah hingga
akhirnya berhenti sama
sekali. Kaum perempuan
mengalami masa yang
disebut menopause
sedangkan kaum pria
mengalami masa
andropause. Pada masa itu
kulit menjadi kering karena
mengalami dehitrasi
sehingga tubuh menjadi
cepat lelah dan capek,
berbagai penyakit
degenerative seperti
diabetes, osteoporisis,
osteoporosis, hipertensi dan
penyakit jantung koroner
mulai menyerang.
1. Panti Jompo
Menurut kamus besar
bahasa Indonesia 2008, kata
panti jompo diartikan sebagai
tempat merawat dan
menampung jompo, fasilitas
untuk panti jompo diatur
dalam peraturan perundang-
undangan dan penyelenggara
penyandang cacat pasal 12,
pasal 13, pasal 14 dan pasal
15 yang mencakup akses ke
dan dari dalam bangunan,
pintu, tangga, lift, tempat
parkir, toilet dan beberapa
lainnya dalam aksesbelitas
pada bangunan umu. Dalam
departemen sosial manula di
masukkan kedalam kategori
penyandang cacat, mental
maupun fisik.
G. Gambaran Umum Lokasi
Penelitian
1. Gambaran Panti Jompo
Rumah Bahagia Bintan
Rumah bahagia Bintan
merupakan panti
penampungan lanjut usia
yang diresmikan oleh
menteri sosial bapak
Bakhtiar Hamzah pada
tanggal 28 September 2007.
Rumah bahagia Bintan
terletak di jalan
Bhayangkara gang Lansia
kelurahan Kawal
kecamatan Gunung Kijang
kabupaten Bintan Propinsi
Kepulauan Riau. Lokasi
Rumah Bahagia sangat
strategis untuk para lansia
karena suasana alam yang
tenang dengan udara segar
dan jauh dari keramaian
kendaraan.
Tujuan dari keberadaan
Rumah Bahagia yaitu untuk
memberikan tempat yang
nyaman bagi para lanjut
usia untuk menjalani hari
tua. Kemudian sebagai
tempat bimbingan mental,
spiritual dan kerohanian
serta menjadikan mereka
sebagai masyarakat yang
mandiri dan produktif
meskipun dalam kondisi
lanjut usia. Selain itu,
berdirinya panti jompo
Rumah Bahagia demi
memberikan kualitas hidup
bagi para lansia diusia tua.
2. Pengurus
Pengurus merupakan
orang yang
bertanggungjawab terhadap
panti panti jompo maupun
lansia yang mendiami panti
jompo, seperti halnya
bertanggungjawab akan
kesehatan lansia, kebutuhan
gizi lansia, keamanan, serta
segala hal yang menyangkut
tentang lansia. Pengurus juga
bertanggungjawab atas
kebersiahan Panti, keamanan,
dan mempunyai
tanggungjawab besar untuk
kemajuan panti. Adapun
jumlah pengurus yang
mendiami panti jompo
Rumah Bahagia yaitu
berjumlah 9 orang yang
terdiri 3 orang perawat, 1
tukang masak, 2 orang
kebersihan, 2 orang tukang
cuci, 1 penjaga panti.
3. Lansia
Lansia juga kerap
disebutkan oleh pengurus
panti atau penghuni panti
sebagai pasien, karena
merupakan orang orang
yang tergolong
membutuhkan perawatan
oleh pengurus panti, dan
dapat dikatakan bahwa
secara keseluruhan lansia
tersebut menderita sakit
dari yang sakit tidak parah
hingga menderita sangat
kronis. Pasien juga
merupakan para lansia yang
tinggal dan menetap dipanti
Jompo Rumah Bahagia,
ketika lansia telah tinggal
dan menetap dipanti jompo
maka orang tersebut
dikatakan pasien, dan telah
menjadi tanggungjawab
pengurus. Adapun jumlah
pasien yang mendiami panti
jompo Rumah Bahagia
Bintan pada tahun 2016
berjumlah 41 orang.
II. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Informan
Informan dalam
penelitian kualitatif sengaja
dipilih oleh peneliti, karena
dianggap mampu
memberikan informasi
seputar masalah yang sedang
diteliti. Dalam penelitian ini,
informan yang dipilih adalah
pasien jompo di panti sosial
Rumah Bahagia. Dalam
penelitian ini pasien yang
akan menjadi informan yaitu
lansia laki laki dan
perempuan, lansia yang
pernah menikah dan memiliki
anak lebih dari 3 atau tinggal
di daerah yang sama, lansia
yang berusia 86- 90 tahun
2. Fenomena Lansia Di Panti
Jompo Rumah Bahagia
Bintan
Fenomena adalah rangkaian
peristiwa serta bentuk keadaan
yang dapat diamati dan dinilai
lewat kaca mata ilmiah atau
lewat disiplin ilmu tertentu.
Ketika sebelum lansia dititipkan
dipanti jompo dan masih tinggal
bersama tentunya lansia
mengalami berbagai fenomena.
Tentunya dalam penelitian ini
fenomena yang ingin diketahui
oleh peneliti yaitu menyangkut
tentang fungsi kelurga,
bagaimana fenomena kehidupan
lansia ketika masih tinggal
dengan keluarga dan bagaimana
pula perubahan dari kehidupan
lansia ketika telah dititipkan
dipanti jompo Rumah Bahagia,
adapun fenomena yang yang
dilihat berdasarkan fungsi
keluarga yaitu mengenai
perubahan fungsi keluarga yang
dialihkan kepanti hal tersebut
dikarenakan alasan utama yaitu
lansia sudah tidak tinggal
bersama keluarga lagi dan tinggal
dipanti untuk itu sudah menjadi
tanggungjawab panti ketika
fungsi keluarga dialihkan
kepanti, yang dapat dilihat pada
pembahasan dibawah:
1. Perubahan Fungsi
Keluarga
Perubahan fungsi kleuarga
merupakan suatu hal yang
ditandai dengan bergesernya
fungsi fungsi yang seharusnya
dilkaukan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya
(Khairuddin, 2008: 49 ).
A. Fungsi Perlindungan
Proses menua adalah
proses alami yang disertai
adanya penurunan kondisi
fisik, psikologis, dan sosial
yang saling berinteraksi satu
sama lain (Lueckenotte,
2000, Watson, 2003 dalam
Joko Wiyono 2000).
Penurunan-penurunan
tersebut memberikan dampak
pada kemampuan lansia
dalam melakukan aktifitas
sehari-hari, yang mana pada
saat masih muda mungkin
seseorang tidak banyak
membutuhkan bantuan orang
lain untuk melindungi, ketika
sudah lansia hal tersebut tidak
mungkin tidak terjadi, karena
kondisi lansia yang sudah
renta membuat lansia harus
mendapatkan perlindungan
dari orang lain terutama dari
oaring orang terdekat seperti
keluarga.
Lansia membutuhkan
berbagai perlindungan orang
lain ketika menginjak usia tua
dan tidak bisa berbuat banyak
melindungi diri sendiri,
Secara keseluruhan dapat
dikatakan bahwa bentuk
perlindungan yang sangat
dibutuhkan oleh lansia ketika
menghadapi hari tu yaitu:
1. Tempat tinggal yang
nyaman, yaitu lansia
membutuhkan tempat
tinggal berteduh yang
nyaman, nyaman berarti
membuat hati tenang.
2. Perlindungan akan
keselamatan yaitu lansia
membutuhkan orang yang
bis menjaganya ketika ia
mau berjalan, ke WC atau
akan keluar rumah,
3. Pelindungan jaminan
kesehatan yaitu lansia
membutuhakan jaminan
kesehatan seperti Askes
karena menggagap bahwa
pada usia tuaa lansia akan
sakit sakitan untuk
mengirit pengobatan
maka jaminan kesehatan
sangat dibutuhkan.
Ketika berbicara tentang
perlindungan tidak lepas dari
runag lingkup keluarga dan
panti jompo. Dalam runag
lingkup keluarga dapat dilihat
perlindngan yang diberikan
oleh kelaurga terhadap lansia,
sedangkan dipanti jompo
yaitu perlindangan yang
diberikan oleh pengurus panti
kepada lansia.
1. Perlindungan Keluarga
Terhadap Lansia Ketika
Masih Tinggal Bersama
Ketika lansia berada di
keluarga lansia kerap dilarang
untuk keluar rumah hal
tersebut dikarenakan keluarga
mempunyai alasan yang
masuk akal yaitu keluarga
khawatir kalau lansia akan
terjatuh karena kondisi fisik
yang sudah tidak kuat lagi,
sedangakan untuk mengajak
lansia jalan jalan keluarga
selalu tidak dirumah, kecuali
kalau ada yang menemani
lansia diperbolehkan untuk
jalan jalan keluar rumah.
Keluarga mempunyai peranan
yang sangat penting dalam
melindungi lansia karena
lansia telah mengalami
peruabahan. Seperti salah
satu perubahan lansia (dalam
Santoso,2009 : 98) yaitu
perubahan seperti perubahan
kondisi fisik yaitu Perubahan
pada kondisi fisik pada lansia
meliputi perubahan dari
tingkat sel sampai ke semua
sistem organ tubuh,
diantaranya sistem
pernafasan, pendengaran,
penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh,
muskolosketal,
gastrointestinal, urogenital,
endokrin, dan integumen.
Masalah fisik sehari-hari
yang sering ditemukan pada
lansia diantaranya lansia
mudah jatuh, mudah lelah,
kekacuan mental akut, nyeri
pada dada, berdebar-debar,
sesak nafas, pada saat
melakukan aktifitas/kerja
fisik, pembengkakan pada
kaki bawah, nyeri pinggang
atau punggung, nyeri sendi
pinggul, sulit tidur, sering
pusing, berat badan menurun,
gangguan pada fungsi
penglihatan, pendengaran,
dan sulit menahan kencing.
Dalam hal ini adapun
perlindungan keluarga
terhadap lansia dapat lihat
pertama perlindungan
tempat tinggal yaitu keluarga
telah memberikan tempat
tinggal kepada lansia sebelum
lansia dititipkan dipanti
jompo. kedua perlindungan
keselamatan yaitu keluarga
telah memberikan
perlidungan keselamatan
kepada lansia dengan cara
menjaga, mengawasi, dan
menitipkan ketengga ketika
anggota keluarga tidak ada
dirumah, namun terdapat juga
lansia ditinggalkan sendiri
dirumah ketika keluarga tidak
dirumah. Ketiga perlindungan
kesehatan yaitu keluarga
berusaha melindungi
kesehatan lansia dengan
menyediakan obat obat
tradisonal di rumah, serta
apabila lansia sakit
dibawakkan kepuskesmas.
2. Perlindungan Dipanti
Jompo Rumah Bahagia
Terhadap Lansia
Adopsi dari program
jaminan sosial merupakan
suatu perubahan cepat yang
sangat bearti bagi keluarga
yang sudah tidak diragukan
lagi. Dapat dikatakan bahwa
perubahan perubahan proteksi
keluarga telah banyak beralih
kebadan badan lainnya atau
pemerintah seperti yang
diungkapkan oleh Vembriarto
bahwa banyak fungsi
perlindungan dan perawatan
yang telah diambil alih oleh
badan badan sosial seperti
salah satunya orang orang
lanjut usia, perusahaan
asuransi (Khairuddin, 2008 :
52)
Dalam hal ini fungsi
keluarga yang seharusnya
menjadi pelindung lansia
diambil alih oleh Panti Jompo
Rumah Bhagia, dari Panti
jompo tersebut lansia
mendapatkan perlindungan
keselamtan seperti selalu ada
pearwat atau petugas panti
yang menjaga lansia,
disedikan fasilitas kesehatan
seperti kursi roda untuk
mempermudah lansia yang
susah berjalan untuk
bergerak. Perlindungan
kesehatan bagi lansia yaitu
lansia dilindungi dengan
jaminan kesehatan yang
digartiskan oleh pemerintah,
tidak seperti waktu lansia
tinggal dengan keluarga yang
mana perlindungan kesehatan
hanya berupa penyediaan
obat obat seperti obat atau
jamu jamuan yang stoknya
disediakan dirumah dengan
tujuan untuk berjaga jaga
apabila sewaktu waktu lansia
mengalami sakit.
B. Fungsi Perawatan
Penurunan-penurunan fisik
pada lansia akan mempengaruhi
psikologis dan emosial mereka.
Sehingga sangat dibutuhkan
dukungan dari keluarga agar
lansia dapat menjalani kehidupan
yang layak. Dalam hal ini,
keluarga merupakan tempat
pertama yang befungsi
memerikan perawatan bagi
lansia. Anggota keluarga
khususunya anak memiliki
tanggungjawab lebih terhadap
orangtua mereka yang sudah
memasuki lansia (Friedman
dalam Potter & Perry, 2005).
Ketika menjadi seorang
lansia tentunya fungsi perawatan
untuk diri sendiri sudah pasti
menurun, dan sudah pasti lansia
akan membutuhkan perawatan
dari anggota keluarga terutama
anak. Dapat dkatakan bahwa
dalam hal perawatan keseluruhan
lansia sangat membutuhkan
tentang perawatan kesehatan dan
perawatan kebersihan. Perawatan
kesehatan sangat dibutuhkan
karena pada usia lanjut lansia
pasti merasakan sakit sakitan
sehingga harus ada yang
merawatnya, baik itu saat masuk
rumah sait ataupun berada
dirumah, harus ada yang
memberikan obat, menyuapi
makanan sehingga lansia terawta
dengan baik. Perawan kebersihan
sangat dibutuhkan oleh lansia
karena ketika sudah tua lansia
juga harus terlihat bersih dan
terawat agar tidak ada orang yang
enggan untuk mendekatinya.
1. Perawatan Saat Lansia
Masih Tinggal Bersama
Keluarga
Fungsi perawatan terhadap
orang tua dalam hal ini
adalah lansia merupakan
tanggungjawab yang sangat
besar yang harus dilakukan
oleh keluarga. Keluargalah
orang utama yang harus
berperan dalam merawat
lansia. Keluarga pada
dasarnya berkewajiban untuk
memelihara anggotanya yang
sakit, menderita, dan tua.
Fungsi pemeliharaan ini pada
setiap masyarakat berbeda-
beda, tetapi sebagian
masyarakat membebani
keluarga dengan
pertanggungjawaban khusus
terhadap anggotanya (Yuli,
2014).
Sebagaimana diketahui
bahwa lansia yang berada di
Panti Jompo Rumah Bahagia
Bintan sebelum dititipkan
dipanti tinggal bersama
keluarga. Ketika tinggal
bersama keluarga adapun
fungsi perawatan yang
diberikan keluarga kepada
lansia yaitu seperti saat lansia
tinggal bersama keluarga,
keluarga telah melaksanakan
fungsinya dalam hal ini yaitu
fungsi perawatan pada orang
tua atau lansia. Adapun
perawatan yang dilakukan
keluarga terhadap lansia yaitu
perawatan mengenai
kesehatan lansia, keluarga
selalu memberikan perawatan
kepada lansia ketika lansia
sakit dengan cara menyuapi
makan, memberikan minum
obat cecara teratur.
Sedangkan untuk perawatan
kebersihan kelaurga hanya
mencuci pakaian lansia untuk
kebersihan badan lansia
dilakukan sendiri oleh lansia.
2. Perawatan Ketika Lansia
Dipanti Jompo Rumah
Bahagia
Seharuanya fungsi
perawan merupakan
tanggungjawab besar dari
keluarga, namun dengan
dititipkannya lansia ke panti
jompo Rumah Bahagia
Bintan maka fungsi keluarga
sebagai fungsi perlidungan
mengalami perubahan
diambil alih oleh pihak panti.
Adapun perubahan dari
fungsi keluarga mengenai
perawatan setelah lansia
dititipkan dipanti yaitu
perubahan tersebut
menjadikan lansia hidup lebih
baik dan merasa bahagia
dipant jompo. Menjadi tua
dan lemah adalah proses yang
tidak terelakkan. Perawatan
lansia harus dilakukan
dengan teliti, sabar, dan
penuh cinta. Perawatan lansia
diharapkan dapat
meningkatkan kualitas hidup
lansia sehingga mereka tetap
merasa bahagia dan dapat
menjalani kehidupan masa
tuanya dengan lebih baik.
(Versayanti, 2008).
C. Fungsi Kasih Sayang
Ketika seseorang telah
memasuki usia lanjut maka
kasih sayang yang diberikan
terutama oleh anggota
keluarga tidak boleh pudar
seperti seorang lansia masih
tegap dan gagah. Kasih
sayang diberikan merupakan
salah satu bentuk
penyemangat hidup lansia
agar merasa bahwa
kehadirannya masih tetap
diharapkan oleh keluarga.
Dan apabila tidak ada lagi
yang menunjukkan lagi bukti
kasih sayangnya kepada
lansia maka hal tersebut dapat
menjadi beban lansia dan
timbul pertanyaaan untuk
siapa lagi hidup kalau sudah
tidak ada lagi yang sayang
kepada.
Begitu juga dengan lansia
yang dititipkan di Panti
Jompo Rumah Bahagia
Bintan, mereka sangat
membutuhkan kasih sayang
dari kelaurga dan orang
terdekatnya sebgai
penyemangat hidup dihari
tuanya dengan kasih sayang
yang diberikan kepada lansia
maka akan memberikan
kekutan kepada lansia untuk
tetap bersemangat dalam
menjalani kehidupan.
Berdasarkan keterangan
informan penelitian, dapat
dikatakan bahwa lansia hanya
mengharapkan kasih kasih
yang ditunjukkan oleh
kepedulian orang lain
terhadap dirinya. Karena
bentuk kepdulian merupakan
suatu hal yang sudah komplit
yang menunjukan kalau ada
orang yang telah memberikan
kasih sayang kepada lansia.
1. Kasih Sayang Saat
Lansia Tinggal Bersama
Keluarga
Setiap anggota
keluarga tentunya harus
memberikan kasih sayang
kepada anggota kelaurga
lainnya. Penerapan fungsi
kasih sayang merupakan
suatu hal yang wajib
dilakukan agar
menciptakan ketentraman.
Dalam keluarga terjadi
hubungan sosial yang
penuh kemesraan dan
afeksi. Hubungan afeksi
ini akan tumbuh akibat
dari hubungan cinta kasih
yang awalnya terbentuk
dari dasar perkawinan
(Khairuddin, 2008 : 48).
Ketika mendapatkan
keturunan seseorang
tentunya menjadi orang
tua, dan dari keturunan
tersebut melahirkan
anggota kelaurga baru.
Sebagai timbal baliknya
ketika masih kecil anak
anak diberikan kasih
sayang oleh orang tua,
maka ketika orang tua
sudah memasuki usia
lanjut kasih sayang
tersebut akan berpindah
dari anak atau anggota
keluarga lainnya pulalah
yang memebrikan kasih
sayanng kepada lansia.
Sebagaimana diketahui
bahwa kasih sayang
sayang sangat diharapkan
oleh lansia terhadap
kelaurganya yaitu berupa
bentuk kepulian terhadap
dirinya.
Dari keterangan yang
didapatkan oleha
informan penelitian dapat
dikatakan bahwa
kurangnya kasih sayang
yang ditunjukkan oleh
kelaurga terhadap lansia,
sehingga terkadang
membuat lansia menjadi
jenuh atau risau apabila
tinggal dirumah. Namun
secara keseluruahan
bukan idak ada kasih
sayang yang diberikan
keluarga kepada lansia,
hanya dalam bentuk
kepedulian keluarga
tampak kurang, karena
kelaurga tidak setiap
jamnya Nerada di rumah,
keluarga juga bekerja,
sehingga menyitakan
banyak waktu diluar
daripada bersama lansia.
2. Kasih Sayang Setelah
Lansia Di Panti Jompo
Rumah Bahagia
Sebagaimana dengan
fungsi yang lainnya
seperti perlindungan, dan
perawatan fungsi kasih
sayang terhadap lansia
juga akan mengalami
perubahan saat lansia
berada dipanti jumpo,
adapun perubahan fungsi
kasih sayang yang
dialami oleh lansia saat
berada dipanti jompo
yaitu kasih sayang yang
didapatkan oleh lansia
ketika ditipkan dipanti
jompo lansia lebih
mendapatkan kasih
sayang dari warga karena
warga pantilah setiap
harinya menjadi lawan
lansia dipanti, bahkan
setiap jam ada perawat
yang merawat sehingga
kasih sayang akan terus
dapat diberikan,
sedangkan dilingkungan
keluarga kasih sayang
kurang diberikan karena
kesibukan kelaurga.
Semakin banyak fungsi
fungsi atau peranan
peranan anggota keluarga
yang dijalankan diluar
rumah menyebabkan
kurangnya intensitas
hubungan antara anggota
anggota keluarga tersebut
karena semakin jarang
meraka satu sama lainnya
berjumpa dan waktu
berkumpul semakin
terbatas (Khairuddin,
2008 : 59).
Namun secara
keseluruhan salah satu
fungsi keluarga yang
masih berjalan dan
ditunjukan oleh keluarga
yaitu fungsi kasih sayang,
hal tersebut dapat
dikatakan karena masih
ada kepedulian keluarga
untuk menjenguk lansia
atau orangtua
yangdititipkan dipanti
ketika ada waktu libur
bekerja. Dan ketika
menjunguk lansia,
kelaurga biasanya
membawa makanan
terutama buah buahan
untuk untuk orangtuanya,
terkadang keluarga juga
membelikan pakaian baru
untuk orangtuanya.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun fenomena mengenai
peruabahan fungsi kelaurga dapat
dilihat dari :
1. fungsi perlindungan yaitu
dilihat dari perlindungan
keluarga perlindungan
keselamatan yang didapatkan
lansia dikeluarga yaitu lansia
hanya mendapatkan
perlindungan seperti dijaga
saat ada anggota keluarga
dirumah, apabila anggota
keluarga tidak dirumah lansia
dititipkan ke tetangga.
Perlindungan kesehatan
dikeluarga lansia keluarga
hanya melindungi kesehatan
lansia dengan menyediakan
stok obat obat seperti ramuan
ramuan atau obat dari
puskesmas. Setelah lansia
berada dipanti maka
perlindungan tersebut
mengalami perubahan yaitu
perlindungan keselamatan,
lansia selalu dijaga oleh
petugas panti, disedikan alat
alat yang lengkap seperti
kursi roda, untuk
memudahkan lansia ingin
bergerak apabila tidak kuat
jalan agar tidak terjatuh.
Perlindungan kesehatan,
lansia dilindungi dengan
jaminan kesehatan seperti
BPJS, Selalu ada dokter yang
mengontrol
2. fungsi perawatan saat tinggal
bersama keluarga, perawatan
kesehatan saat sakit lansia
hanya berobat dipuskesmas,
keluarga hanya sekedar
memperhatikan makan,
minum obat, perhatian
diberikan saat anggota
keluarga berada dirumah.
Perawatan kebersihan lansia
menjaga kebersihan sendiri,
keluarga hanya
memperhatikan kebersihan
pakaian lansia. Perubahan
setelah tinggal dipanti
perawatan kesehatan ketika
sakit lansia ditanggani oleh
dokter panti, lansia sangat
diperhatikan dari jadwal
minum obat, jadwal makan,
lansia diberikan makanan
bernutrisi, pengecekan
kesehatan secara rutin,
olahraga, hiburan. Perawatan
kebersihan, kebersihan lansia
menjadi tanggungjawab
perawat panti, badan, pakaian
lansia diurus oleh perawat
panti, kondisi tubuh lansia
sangat terurus dengan baik.
3. fungsi kasih sayang yang
dilihat dari kepedulian,
kelaurga kurang peduli
terhadap lansia karena
disibukkan dengan bekerja,
waktu berkumpul dengan
lansia sedikit, kelaurga
kurang hormat kepada orang
tua. Setelah lansia tinggal
dipanti semua warga panti
saling peduli, kebersamaan
dengan warga panti setiap
saat sehingga membentuk
ikatan kasih sayang yang
kuat, rasa hormat pengurus
panti kepada orang tua, lansia
mendapatkan perhatian dari
warga atau pengurus panti.
Namun fungsi ini juga masih
berjalan pada keluarga yang
dibuktikan sesekali pihak
keluarga datang menjenguk
lansia.
B. Saran
1. Lansia lebih baik dirawat
dirumah bersama keluarga,
karena mereka dikelilingi
keluarga yang mereka kenal.
Sehingga tidak terjadi
perubahan mental ada lansia.
2. Masyarakat harus
menanamkan nilai-nilai moral
keluarga sejak dini kepada
anak-anak mereka sehingga
saat dewasa tidak terjadi
penelantaran lansia.
3. Panti sosial jompo agar lebih
baik lagi dalam memberikan
pelayanan dan pemenuhan
kebutuhan lansia.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Ariesto Hadi Sutopo & Adrianus
Arief, 2010.Terampil
Mengolah Data. Kualitatif
dengan NVIVO, Jakarta:
Kencana
Badan Pusat Statistik. 2009. Indeks
Pembangunan Manusia
Provinsi Sumatera Utara.
Jakarta : BPS
Darmojo, Boedhi dan Martono, H.Ha
di, 1999: Olah Raga dan
Kebugaran Pada. Lanjut
Usia. Buku Ajar Geriatri,
Balai Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.1994.Kamus
Besar Bahasa
Indonesia.Jakarta :Balai
Pustaka.
Effendy, N. 1998.Dasar-dasar
Keperawatan Kesehatan
Masyarakat. Yogyakarta:
Rineka Cipta
Henslin, James M. 2007. Sosiologi
dengan Pendekatan Membumi
(first ed.). Jakarta: Erlangga.
Hurlock, Elizabeth, B.,2006,
Psikologi Perkembangan,
Jakarta: Erlangga
Hurlock, Elizabeth., 1996. Psikologi
Perkembangan: Suatu
Kehidupan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Edisi kelima.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ihromi, T.O. Bunga Rampai
Sosiologi keluarga.Jakarta :
Yayasan Obor.
Indonesia, 2004.
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi Keempat, 2008,
Gramedia Pustaka
Khairuddin.2008, Sosiologi
Keluarga. Yogyakarta; Liberty
Khairuddin H. 1985. Sosiologi
Keluarga. Yogyakarta : Nurcahaya
M. Henslin, James. 2007. Sosiologi
dengan Pendekatan Membumi.
Kedua.Jakarta :Erlangga.
Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu
Pengantar Komunitas. Jakarta :
Salemba Medika
Nancye, Bourke. 2005, Bahagia
Pada Hari Tua, Panduan
Praktis Untuk Keluarga
.Yogyakarta : Kanisius
Soakanto, Soerjono. 2004.Sosiologi
Keluarga tentang Ikhwal
Keluarga, Remaja dan Anak.
Jakarta, Rineka Cipta
Silalahi, Ulber, 2010. Metode
Penelitian Sosial, Bandung :
PT. Refika Aditama
Siti Partini. 2003. Psikologi
Perkembangan. Yogyakarta:
IKIP
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian
Administrasi. Bandung, Alfabeta.
Sofyan Willis. 2005. Remaja &
Masalahnya. Bandung: Alfabeta
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses, dan Praktik.
Edisi 4 volume 1.EGC.
Jakarta
Yuli, R. 2014. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Gerontik. (T.
Ari, Ed.). Jakarta: Cv. Trans
Info Media.
Wiyono, Djoko. 2000. Manajemen
Mutu Pelayanan Kesehatan,
Teori, Strategi dan
Aplikasi.Surabaya : Airlangga
University Press.
WJS.Poerwadarminta, 2007, Kamus
Umum Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka.
Sumber Lain :
Undang-undang nomor 13 tahun
1998 tentang kesejahteraan
lanjut lansia
https://bpjs-kesehatan.go.id diakses 5
Oktober 2016
Versayanti. 2008. Merawat Lansia di
Rumah.
http://www.Tanyadokteranda.c
om/
artikel/2008/06.merawat_lansia
_di rumah. 5 oktober 2016