21
Prospective Cohort Study Of Tea Consumption And Risk Of Digestive System Cancers: Results From The Shanghai Women’s Health Study1–3 Penulis : Sarah Nechuta, Xiao-Ou Shu, Hong-Lan Li, Gong Yang, Bu-Tian Ji, Yong-Bing Xiang, Hui Cai, Wong- Ho Chow, Yu-Tang Gao, and Wei Zheng Jurnal : Am J Clin Nutr 2012;96:1056–63. Printed in USA. _ 2012 American Society for Nutrition PENDAHULUAN Pada tahun 2008, telah terdiagnosis ±5jt wanita mengidap kanker system pencernaan di seluruh dunia, yang mana berkaitan dengan tingkat kelangsungan hidup yang rendah. Selain kanker system pencernaan, kanker kolorektal dan perut menduduki peringkat ke-3 & ke-4 dari penyebab kematian wanita karena kanker. Di Cina, kanker 370.587 wanita meninggal karena kanker system pencernaan kombinasi. Konsumsi teh merupakan salah satu cara untuk pencegahan kanker, dimana kandungan the berupa polifenol utama trmasuk katekin (epigallocatechin - 3 – gallate / EGCG, epigallocatechin, epicatechin-3-gallate dan epicatechin) sebagai antioksidan pencegah kanker. Misalnya, EGCG adalah katekin dalam jumlah besar dapat mengurangi kerusakan DNA akibat reaksi oksidasi dan

FIKS JURNAL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal teh dan kanker saluran cerna

Citation preview

Prospective Cohort Study Of Tea Consumption And Risk Of Digestive System Cancers: Results From The Shanghai Womens Health Study13 Penulis : Sarah Nechuta, Xiao-Ou Shu, Hong-Lan Li, Gong Yang, Bu-Tian Ji, Yong-Bing Xiang, Hui Cai, Wong-Ho Chow, Yu-Tang Gao, and Wei Zheng Jurnal : Am J Clin Nutr 2012;96:105663. Printed in USA. _ 2012 American Society for Nutrition

PENDAHULUAN Pada tahun 2008, telah terdiagnosis 5jt wanita mengidap kanker system pencernaan di seluruh dunia, yang mana berkaitan dengan tingkat kelangsungan hidup yang rendah. Selain kanker system pencernaan, kanker kolorektal dan perut menduduki peringkat ke-3 & ke-4 dari penyebab kematian wanita karena kanker. Di Cina, kanker 370.587 wanita meninggal karena kanker system pencernaan kombinasi. Konsumsi teh merupakan salah satu cara untuk pencegahan kanker, dimana kandungan the berupa polifenol utama trmasuk katekin (epigallocatechin - 3 gallate / EGCG, epigallocatechin, epicatechin-3-gallate dan epicatechin) sebagai antioksidan pencegah kanker. Misalnya, EGCG adalah katekin dalam jumlah besar dapat mengurangi kerusakan DNA akibat reaksi oksidasi dan menghambat pertumbuhan sel tumor, invasi dan kerusakan pembuluh darah. Namun pada hasil penelitian terbaru di Jepang & Cina melaporkan hubungan terbalik mengkonsumsi teh dengan resiko kanker akibat perbedaan pengolahan teh & kebiasaan minum, serta tingginya kebiasaan merokok dan minum alcohol pada pria di banyak populasi Asia. Peneliti memakai studi Shanghai Kesehatan Wanita ( SWHs ), sebuah studi kohort prospektif berbasis populasi untuk menyelidiki hubungan konsumsi teh dengan risiko kanker sistem pencernaan pada wanita China setengah baya & lebih tua. Peneliti juga menyelidiki hubungan konsumsi teh antara kelompok yang rutin minum alcohol atau merokok dan non-alkoholik.

SUBYEK DAN METODE Studi Kohort Peserta direkrut dari 7 daerah perkotaan di Shanghai, Cina. Sebanyak 74.941 wanita berusia 40-70th direkrut dari Desember 1996 - Mei 2000 dengan tingkat partisipasi 92,7 %. Survey dilakukan dengan wawancara, kuisioner dan pengukuran antropometri. Informasi yang dikumpulkan berupa demografi, diet, gaya hidup (mis: aktivitas fisik, alkohol, merokok & konsumsi teh), riwayat menstruasi & reproduksi, riwayat kesehatan, riwayat pekerjaan, & informasi dari pasangan peserta (mis: riwayat penyakit & kebiasaan merokok - alkoholik ). Peserta menyertakan inform konsen yang telah disetujui dari dewan kelembagaan di Cina dan Amerika Serikat. Dalam studi ini, peneliti memisahkan peserta yang merokok &/ alkoholik (n=3613), lepas / hilang dari penelitian (n=7), data antropometri yang hilang (n=59), data kuisioner frekuensi makan yang hilang (n=11), asupan energi harian yang ekstrim didefinisikan 500 atau 3.500 kkal / d (n=108), jumlah tinggi asupan teh (0,750 g/mo) (n=2) , riwayat gastrektomi (n = 204), riwayat kanker ( n = 1486 ), kasus kanker yang belum dikonfirmasi ( n = 59 ) , kasus in situ ( n = 58 ) , dan jenis / tanggal diagnose kanker yang tidak diketahui ( n = 124 ) untuk ukuran sampel akhir dari 69.310 wanita.

Konsumsi Teh Pada awal wawancara, peserta ditanya apakah pernah minum teh secara teratur (3x/minggu : 6mo), sejak usia berapa mulai minum teh & status minum teh saat ini. Pada pesera yang mantan peminum the (1,1%), ditanya kapan mereka berhenti. Pada peserta yang saat ini minum the, ditanya jenis & jumlah the yang dikonsumsi /bln dalam setahun terakhir. Peneliti mencari hubungan antara daun teh hijau yang dikonsumsi (g/d) dan ekskresi EGC (polifenol teh tertentu), & ditemukan kecenderungan yang signifikan untuk meningkatkan EGC & jumlah daun teh yang dikonsumsi. Karena 25-75% EGC akan diekskresi lewat urin.

Cohort Tindak Lanjut Dan Hasil Penetapan Tindak lanjut dari SWHS termasuk 2-3x survey pada tahun 2000-2002, 2002-2004 dan 2007-2010 dengan tingkat respon sebesar 99,8 % , 98,7 % , dan 96,7 %. Data status vital & kanker diperoleh dari daftar linkage tahunan di Shanghai. Kasus kanker dikonfirmasi melalui kunjungan rumah dan grafik medis. Informasi Kanker - situs dari registri kanker diberi kode sesuai dengan Klasifikasi Internasional Penyakit, Kesembilan Revisi. Kanker sistem pencernaan termasuk perut [n = 293 , 92 % adalah kasus distal (International Classification of Diseases untuk Onkologi - 2 Kode C16.1 - 16,6 , 16,8 , 16,9) & 8 % adalah kasus cardia (International Classification of Diseases untuk Onkologi - 2 kode C16.0) ], esofagus (n=27), usus besar (n=360), dubur (n=226), pankreas (n=132), hati (n=134), & kantong/saluran empedu (n=83). Kasus kanker perut & kerongkongan digabungkan karena sejumlah kecil kasus esofagus .

Analisis Statistic Penyesuaian HRs & koresponding 95% Cls berasal dari model Cox proportional hazards regresi dengan usia ( variabel kontinu ) sebagai skala waktu. Waktu masuk digambarkan sebagai usia awal, dan waktu keluar digambarkan sebagai usia saat diagnosis kanker, kematian / terakhir tindak lanjut (31-12-2009), mana yang terjadi terlebih dahulu. Kelompok referensi bagi semua analisis adalah wanita yang melaporkan tidak pernah minum teh secara teratur. Potensi pembaur yang dipilih termasuk pendidikan (SD, SMP, SMA / diatas S1), pekerjaan (pekerja manual & pertanian / tidak diketahui, ulama,/ profesional ), perkawinan Status (single, menikah, janda , atau bercerai / terpisah ), BMI (kg/m2), rasio pinggang-pinggul (kontinu), aktivitas fisik dalam setara metabolik standar ( none, 1.0, 2,0 , / 2,0 $ metabolisme setara jam tugas / minggu), konsumsi daging-buah-sayuran (g / d dikategorikan ke dalam tertiles), tingkat pertama riwayat keluarga kanker sistem pencernaan & DM. Model akhir termasuk usia pada awal, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan , BMI , latihan partisipasi , konsumsi daging , buah & sayuran , riwayat keluarga kanker sistem pencernaan & DM. Peneliti juga mempertimbangkan penyesuaian tambahan untuk paparan merokok suami-istri (62.137 wanita) . Penyesuaian untuk suami-istri merokok tidak mengubah asosiasi dan faktor ini tidak termasuk dalam model akhir . Perbedaan faktor sosiodemografi dan gaya hidup berdasarkan status peminum the dinilai dengan menggunakan uji chi square. Dalam peminum teh saat ini , jumlah teh dikategorikan atas dasar ke-50 (100 g / mo) & ke-75 ( 150 g / mo ) persentil (100, 100-149, atau 50 g / mo ) & tahun konsumsi dikategorikan atas dasar sebuah teori (10,10-19, atau 20thn). Kategori bersama untuk jumlah teh dan tahun konsumsi diciptakan dengan menggunakan sebuah teori karena ukuran sampel yang lebih kecil (15 thn dan 100g/mo). Analisis yang digunakan jumlah dan durasi minum teh dilakukan hanya untuk kanker tertentu yang jumlah kasus 100 orang. Tes untuk tren linier dilakukan dengan menggunakan uji Wald , dengan tujuan variable untuk jumlah dan tahun konsumsi teh diperlakukan sebagai variabel kontinu . Kami memeriksa bahaya proporsional asumsi, baik grafis dan dengan menguji signifikansi istilah interaksi untuk konsumsi teh biasa pada awal dan tahun masa tindak lanjut, dan tidak menemukan bukti keberangkatan jelas dari asumsi bahaya proporsional . Semua analisis dilakukan dengan software SAS ( versi 9.2 , SAS Institute ) . Pengujian signifikansi statistik didasarkan pada probabilitas 2 sisi, dan nilai-nilai P , 0,05 dianggap signifikan secara statistik

RESULTSetelah rata-rata 11y tindak lanjut ( 761.611 orang-tahun ) , 1.255 kasus kejadian kanker sistem pencernaan diidentifikasi . dilaporkan dari kohort saat ini Sekitar 28,0 % ( n = 19.382 ) peserta minum teh secara reguler (didefinisikan sebagai asupan teh 3 kali / minggu untuk waktu kurun >6 bulan), dan 1,1 % ( n = 788 ) adalah mantan peminum teh . Sebagian besar peminum teh hijau melaporkan pola konsumsi teh yang beragam, 88,2 % hanya minum teh hijau saja atau teh hijau dalam kombinasi dengan hitam atau teh beraroma harum ( 5,1 % ) , 3,5% dari peminum teh juga melaporkan hanya minum teh beraroma yaitu , teh melati ( teh putih atau hijau ditambah bunga melati ) atau teh hijau, teh hitam, atau teh oolong dalam kombinasi dengan tanaman herbal , bunga lainnya, atau buah, 1.1% minum teh hitam sendiri atau dalam dikombinasikan dengan teh berroma harum. 0,7 % hanya minum teh oolong, dan 1,4 % dari peminum teh minum jenis teh lainnya. median jumlah teh yang dikonsumsi bulanan 100 g ( persentil ke-25 , ke-75 : 50 , 150 g ) . Tahun-tahun rata-rata konsumsi teh 15,4 y ( 25 , 75 persentil : 7,0 , 24,0 y ) .Distribusi menurut usia disesuaikan dengan faktor sosiodemografi dan gaya hidup menurut status minum teh dan untuk seluruh kohort jenis ditampilkan pada Tabel 1 . Dibandingkan dengan perempuan yang melaporkan tidak pernah minum teh secara teratur , peminum teh saat masih muda, pada tinggi tingkat pendidikan yang lebih tinggi, lebih cenderung memiliki pekerjaan profesional, dan lebih mungkin untuk melaporkan riwayat kesehatan keluarga tentang kanker sistem pencernaan dan riwayat diabetes lebih awal. Sedangkan Peminum teh , dibandingkan dengan wanita yang dilaporkan tak pernah minum teh secara teratur, lebih tinggi tingkat aktivitas fisik sehari-hari dan tinggi konsumsi harian buah dan sayuran , dan sedikit lebih tinggi persentasenya diklasifikasikan sebagai suatu kelebihan berat badan atau obesitas . Penyesuaian Umur sepenuhnya disesuaikan HRs untuk konsumsi teh saat ini teh jenis apa pun dalam hubungan dengan semua kanker sistem pencernaan. Jenis kanker sistem pencernaan ditunjukkan pada Tabel 2. Pada Kelompok referensi dengan analisis multivariabel yang bukan peminum teh rutin/reguler (didefinisikan 3 kali / minggu untuk waktu kurun >6 bulan) dikaitkan dengan 17 % penurunan risiko semua kanker sistem pencernaan gabungan (HR:0,83,95 % CI: 0,72,0,95 ). Hubungan ini tidak sepenuhnya mengalami perubahan setelah penyesuaian pembaur potensial. Dalam analisis yang disesuaikan menurut umur sebelum dilakukan pembauran potensial, asupan teh reguler dikaitkan dengan 27 % penurunan risiko kanker perut dan kanker kerongkongan atau gabungan dari kedua kanker tersebut. Namun, setelah penyesuaian untuk pembaur potensial , asosiasi ini menjadi sedikit signifikan ( HR : 0,79 , 95 % CI : 0,59,1,05 , P = 0,097 ) . Dalam kedua yang disesuaikan menurut umur dan disesuaikan analisis sepenuhnya , meskipun semua HR yang , 1.0 , hasilnya secara statistik tidak signifikan bagi asosiasi asupan teh biasa dengan tipe tertentu dari kanker sistem pencernaan , termasuk perut ,usus besar, rektum , usus , hati , dan kandung empedu / kanker saluran empedu .HR Sepenuhnya disesuaikan untuk konsumsi teh hijau saja atau dalam kombinasi dengan satu jenis teh lainnya ( 93 % dari peminum teh ) dalam hubungan dengan kanker sistem pencernaan juga ditampilkan pada Tabel 2 , hasilnya sama dengan konsumsi semua jenis teh. Hasil untuk asosiasi konsumsi teh dan risiko kanker sistem pencernaan yang mirip dengan temuan pada Tabel 2 setelah mengesampingkan tindak lanjut 2 y pertama ( HR : 0,86 , 95 % CI :0.74 , 1.00 , P = 0,047 ). Hasil itu juga mirip setelah dilakukan pengecualian wanita dengan diabetes. konsumsi teh dan kejadian kanker lambung distal mirip dengan temuan keseluruhan ( data tidak ditampilkan ) . Jumlah teh yang dikonsumsi per bulan dalam hubungannya dengan risiko kanker sistem pencernaan ( 93 % dari subyek dikonsumsi terutama teh hijau ) dapat dilihat pada Tabel 3. Kami menemukan kecenderungan yang signifikan untuk peningkatan jumlah teh yang dikonsumsi mengurangi kemungkinan kanker sistem pencernaan gabungan ( P - trend = 0,01 ) . Wanita yang mengkonsumsi 150 g teh / bulan ( sekitar 2 - 3 cangkir / hari) mengalami penurunan risiko kanker sistem pencernaan sebesar 21% ( HR : 0,79 ;95 % CI : 0.63 , 0.99 ) dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah minum teh secara teratur . Namun, untuk kanker pencernaan jenis tertentu (tabel2) , tidak ada HR atau tes yang signifikan. Konsumsi teh dalam hubungan dengan risiko kanker sistem pencernaan ( 93 % dari subyek mengkonsumsi teh hijau) adalah ditunjukkan pada Tabel 4. Kami menemukan kecenderungan yang signifikan untuk meningkatkan tahun konsumsi teh untuk semua kanker sistem pencernaan gabungan ( P - trend , 0,01 ) dan kecenderungan batas signifikansi untuk kanker kolorektal ( P - trend = 0,05 ). Wanita yang mengkonsumsi teh sebesar lebih dari 150g/ hari memiliki 27 % penurunan risiko kanker sistem pencernaan ( HR : 0,73 , 95 % CI : 0,59 , 0,90 ) dan 29 % penurunan risiko kanker kolorektal ( HR : 0,71 , 95 % CI : 0,52 , 0,97 ) dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah minum teh secara teratur . Setelah melakukan penelitian terhadap konsumsi teh tidak ditemukan bukti yang menunjukkan bahwa perempuan dengan kedua durasi terpanjang minum teh dan konsumsi bulanan tertinggi memiliki risiko terendah dari sistem pencernaankanker. Sebagai contoh, dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah minum teh secara teratur , wanita yang mengkonsumsi , 100 g teh/bulan dan yang minum teh sebesar 15 y memiliki 23 % penurunan risiko tidak signifikan kanker sistem pencernaan, wanita yang mengkonsumsi 100 g teh /bulan dan yang minum teh untuk , 15 y memiliki 17 % tidak signifikan mengurangi risiko , dan wanita yang mengkonsumsi 100 g teh / bulan dan minum teh sebesar $ 15 y telah secara signifikan mengurangi risiko 19 %, kami meneliti hubungan perubahan minum tehkebiasaan dan risiko kanker sistem pencernaan ( Tabel 5 ) . Ini analisis terbatas pada wanita dengan kedua awal dan tindak lanjut survei yang bebas dari kanker pada survei follow-up ( n = 63.049 ) . Regular ($ 3 kali / minggu untuk .6 mo ) konsumsi teh didefinisikan dengan menggunakan kategori berikut : 1 ) tidak pernah minum teh seperti yang dilaporkan baik pada awal dan tindak lanjut survei , 2 ) saat minum teh di survei dasar saja; 3 ) saat ini minum teh di survei follow-up hanya , dan 4 ) minum teh baik awal dan pertama tindak lanjut . Wanita yang minum teh di baik baseline dan tindak lanjut survei telah mengurangi risiko semuakanker sistem pencernaan gabungan ( HR : 0,74 , 95 % CI : 0.61 ,0.91 ) , kanker perut dan kerongkongan gabungan ( HR : 0,68; 95 % CI : 0,45 , 1,02 , P = 0,062 ) , dan kanker kolorektal ( HR : 0,69; 95 % CI : 0.52 , 0.92 ) dibandingkan dengan perempuan yang tidak minum teh secara teratur baik di awal atau survei tindak lanjut . untuk wanita yang minum teh pada awal saja atau tindak lanjut hanya ( dibandingkan dengan wanita yang tidak minum teh secara teratur di kedua baseline atau tindak lanjut ) , tampaknya ada sedikit bukti untuk sebuah asosiasi konsumsi teh dengan semua sistem pencernaan kanker gabungan atau kanker sistem pencernaan tertentu, meskipun ukuran sampel yang kecil untuk beberapa jenis kanker tertentu . tidak bukti yang ditemukan untuk hubungan antara konsumsi teh dan hati atau kanker pankreas.

DISKUSI Prospective cohort study dengan populasi wanita usia setengah baya, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol ditemukan bahwa mengkonsumsi teh secara teratur berhubungan dengan penurunan resiko kanker pada sistem pencernaan, khususnya coloracteral dan stomach/eshophageal cancer. Kebanyakan dari mereka yang mengkonsumsi teh (93%) mengkonsumsi teh hijau saja atau mengkombinasikannya dengan jenis teh yang lain. Wanita yang konsisten dengan kebiasaan minum teh mereka dikaji dalam hal intake. Penkajian ini menjadi dasar dan survey follow up pertama yang mempunyai efek reduksi resiko terbesar.Meskipun beberapa penelitian termasuk penelitian case control di Shanghai (China) mendukung penemuan penulis tentang kebalikan antara mengkonsumsi teh dan kejadian stomach/eshophageal cancer, literatur tersebut pada dasarnya tidak konsisten. Selain itu, beberapa Prospective cohort study sudah mulai meneliti hal itu. Sebuah meta analysis (2010) dari 18 penelitian menyatakan asosiasi berkebalikan antara teh hijau dengan stomach cancer dalam 11 case-control studies dan tidak ada hubungan pada 7 penelitian yang lain. Hasil dari beberapa negara (semua penelitian kecuali yang dilakukan di Jepang dan China) mennujukkan bahwa assosiasi kebalikan yang ditunjukkan penelitian di china (semua case-control) dan penelitian di Jepang (6 cohort study dan 4 case control) menjelaskan tentang tidak konsistennya penelitian di Jepang dan di China. Diantaranya sebagai berikut :1. Poupulasi yang digunakan pada penelitian di Jepang melibatkan sedikit orang yang tidak mengkonsumsi teh (konsumsi teh sehari hari di Jepang cukup tinggi > 80%)2. Perbedaan proses pembuatan teh (di Jepang teh hijau diperoses dengan dikukus/diberi uap sedangkan di Cina teh hijau di proses dengan cara dikeringkan). Hal ini akan berpengaruh pada tipe dan jumlah komponen bioaktif di dalam teh.Alasan lain yang mungkin menyebabkan penelitian tentang hubungan minum teh dengan stomach/eshophageal cancer tidak konsisten yaitu karena menggunakan sampel perokok atau pengguna alkohol yang keduanya berkorelasi dengan minum teh pada beberapa laki laki Asia. Dengan perilaku ini mungkin juga dapat dijelaskan kenapa hasil penelitian menunjukkan hasil yang signifikan pada wanita tetapi tidak signifikan atau mungkin dicurigai positif bagi laki laki. Sebagai contoh dalam analisa 6 cohort study assosiasi kebalikan yang signifikan ditunjukkan pada wanita sedangkan tidak pada laki laki, bahkan ketika hasil distratifikasi dengan status merokok. Meskipun demikian, keseluruhan cohort study berasal dari Jepang. Untuk pengetahuan penulis, penelitian ini merupakan penelitian pertama tentang minum teh dengan stomach cancer pada wanita Cina. Selain itu, perokok dan pengguna alkohol tidak kami masukkan dalam penelitian untuk menghindari temuan yang membingungkan.Beberapa penelitian menyatakan bahwa mengkonsumsi teh terutama teh hijau secara rutin mampu mengurai resiko colorectal cancer, meskipun hasil juga tidak konsisten. Pada tahun 2006, meta analysis dari 8 penelitian observasi melaporkan asosiasi kebalikan antara minum teh dengan resiko colorectal cancer, yang nampak sebagai kelemahan case control setelah dianalisa menggunakan studi design. Pada tahun 2007, penulis melaporkan bahwa konsumsi teh mengurangi resiko colorectal cancer di SWHS. Dalam penelitian ini, penulis mempunyai lebih dari 2x lipat angka kejadian (n = 590) dan 5 tahun follow up. Hubungan dosis dengan respon resiko colorectal cancer tetap, meskipun kekuataan asosiasi tersebut masih kurang jelas daripada penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini, reduksi terkuat ditemukan pada wanita dengan konsumsi teh selama 20 tahun, mendukung potensi jangka panjang paparan teh untuk mengurangi resiko colorectal cancer.Minum teh telah disarankan untuk mengurangi resiko kanker hati dan kanker pankreas, meskipun hasil tidak konsisten dan tidak signifikan secara statistik. Selain itu kanker pankreas tidak penulis masukkan dalam penelitian. Kurangnya hubungan antara kanker hati dan pankreas mungkin disebabkan karena jumlah sampel yang kecil sehingga peneliti ingin memperluas jumlah sampel untuk memperkuat penelitian selanjutnya.Meskipun mekanisme belum tidak jelas, peran protektif teh dalam pencegahan kanker pada sistem pencernaan dapat dijelaskan secara logis berdasarkan data in-vivo dan in-vitro di. Teh adalah sumber utama polifenol, termasuk EGCG, EGC, epicatechin-3-gallate, dan epicatechin yang merupakan polifenol utama dalam teh hijau, dan tehaflavins serta teharubigens, yang merupakan polifenol utama dalam teh hitam. Polifenol teh memiliki sifat antioksidan dan memainkan peran dalam beberapa mekanisme yang bisa menghambat inisiasi serta perkembangan kanker. Data penelitian secara in vitro telah menyarankan bahwa polifenol teh dapat menjadi penghalang radikal bebas, mengurangi proliferasi sel tumor dan angiogenesis, dan menginduksi apoptosis. Selain itu, bukti dari penelitian yang menggunakan hewan coba untuk beberapa situs organ, termasuk kerongkongan, perut, hati, usus besar, dan pankreas, telah menunjukkan bahwa polifenol teh dan teh konstituen menghambat pembentukan tumor dan pencegahan kanker.Kekuatan dari penelitian ini mencakup desain population-based, prospektif kohort studi, tingkat respons awal yang tinggi, dan tingkat follow up yang tinggi (. 97%). Beberapa wanita merokok dan minum alokhol di Cina sehingga penulis tidak melibatkan mereka dalam penelitian untuk mengurangi hasil yang membingungkan.Beberapa keterbatasan yang harus dipertimbangkan diantaranya sebagai berikut :1. Penulis menggunakan data subjektif tentang kebiasaan minum teh, oleh karena itu ada kemungkinan kesalahan pengukuran. Namun, sebuah studi validasi di 683 noncases dari SWHS, menemukan catechins yang spesifik pada teh hijau (yaitu EGC), menunjukkan kecenderungan yang signifikan dalam peningkatan EGC dan jumlah daun teh yang dikonsumsi berdasarkan data subjektif, menunjukkan pengukuran data penulis valid.2. Penulis tidak memiliki informasi mengenai status Helicobacter pylori, yang merupakan faktor potensial penting. Dalam SWHS, >95% perempuan diperkirakan terinfeksi kuman H. pylori . Oleh karena itu, kurangnya penyesuaian untuk faktor ini tidak merupakan perhatian utama dalam penelitian ini. 3. Dalam SWHS, menkonsumsi teh sejak muda, berpendidikan tinggi, pekerjaan layak, banyak aktifitas, mengkonsumsi lebih banyak buah dan sayuran, dan lebih mungkin untuk memiliki riwayat keluarga dengan kanker sistem pencernaan dan diabetes. Meskipun penulis menyesuaikan dengan faktor tersebut serta lifestyle nya, penulis tidak mampu menghindari temuan yang membingungkan sebagai faktor yang tidak terukur atau tidak bisa diukur. Kesimpulannya, penulis menemukan bahwa konsumsi teh ini berhubungan dengan berkurangnya resiko kanker pencernaan sistem, terutama kanker perut / kerongkongan dan colorectum, pada wanita setengah baya dan wanita yang lebih tua terutama yang mengkonsumsi teh hijau. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minum teh dapat berpotensi untuk mengurangi resiko kanker di sistem pencernaan pada perempuan yang tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol.

APLIKASI DI INDONESIADi Indonesia menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) kematian akibat kanker tahun 1992 ada 4,8%, tahun 1995 meningkat menjadi 5,0% dan tahun 2001 meningkat lagi menjadi 6,0%. Penyakit kanker menempati urutan kelima sebagai penyebab kematian di Indonesia. Bahkan keganasan saluran cerna yang paling banyak dijumpai di Indonesia, adalah kanker usus besar (karsinoma kolorektal) dan menempati urutan keenam dari penyakit keganasan. Secara global kanker saluran cerna banyak menyerang pasien berusia lanjut dan risiko terkena kanker ini akan meningkat hingga 25 persen pada yang minum lebih dari 30 gram alkohol/hari. Risiko terbesar penyakit ini makin besar pada kombinasi minum alkohol dan kebiasaan tidak sehat lainnya, yaitu merokok.Angka kejadian kanker saluran cerna di Indonesia yang cukup tinggi dapat diantisipasi dengan mengkonsumsi teh secara rutin. Karena berdasarkan peneilitan tersebut dapat diketahui bahwa konsumsi teh terutama teh hijau dapat mengurangi resiko terjadinya kanker pada sistem pencernaan terutama stomach/esophagus dan colorectal cancer. Meskipun hubungan antara dua variabel ini masih membingungkan tapi secara in vitro dan in vivo hal ini bisa dijelaskan. Selain membiasakan diri meminum teh kita juga perlu memperhatikan gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol yang nantinya akan beresiko meningkatkan kejadian kanker saluran cerna. Edukasi mengenai gaya hidup yang sehat perlu dilakukan berbarengan dengan edukasi minum teh karena menurut jurnal tersebut penurunan resiko kanker saluran cerna tidak memberikan efek yang positif jika individu yang bersangkutan masih menerapkan gaya hidup yang tidak sehat (merokok dan minum alkohol)Fakta lain yang perlu kita perhatikan adalah lunturnya budaya minum teh pada sebagain penduduk Indonesia (tidak seperti orang Cina yang masih mempertahankan budaya minum teh karena mereka percaya bahwa minum teh dapat menjaga kesehatan tubuh). Seiring berjalannya waktu, budaya minum teh kehilangan daya tariknya bagi generasi muda. sebagai salah satu nergara peminum teh terbesar di dunia, masyarakat Indonesia mengkonsumsi teh setiap hari, sayangnya penggunaan teh hanya terbatas sebagai alat penghilang dahaga semata. Berbeda dengan jenis minuman lainnya seperti kopi, soft drink yang diangggap lebih mudah didapat, cepat saji, dan modern, kaum muda justru menganggap teh minuman yang membosankan,tidak praktis, kurang bervariasi, terlalu tradisional, tidak ada kebanggan saat mengkonsumsinya. Sehingga tidak heran jika mengkonsumsi teh tidak menjadi hal yang istimewa. Oleh karena itu, kita perlu menumbuhkan kembali kebiasaan minum teh dalam kehidupan sehari hari. Kita juga harus memperhatikan cara pengolahan dan penyajiannya. Teh hendaknya diseduh dengan air yang tidak terlalu panas dan dinikmati dalam kondisi hangat. Teh yang baik untuk dikonsumsi yaitu teh yang kita seduh sendiri, terutama teh hijau dan hindarkan mengkonsumsi teh dalam kemasan karena kandungan teh nya sangat sedikit (lebih dominan perisa dan pewarna). Ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi teh : hindarkan konsumsi teh pada penderita penyakit jantung karena teh mengandung kafein, hindari mengkonsumsi teh fermentasi sebelum makan karena memicu terjadinya gastritis dan sebagianya.

Daftar pustaka : Survei Kesehatan Rumah Tangga. Laporan studi mortalitas 2001: pola penyakit penyebab kematian di Indonesia. Jakarta: Badan Litbang Departemen Kesehatan; 2002. Deteksi dini kanker usus besar. 2008. http://www.republika.co.id/ Mira Suprayatmi. Kanker yang menakutkan: dari makanan. Majalah Hrzu Jerman, 13 Agustus 1993. Kebiasaan Minum Teh dan Generasi Muda. 2014. http://www.perempuan.com/read/kebiasaan-minum-teh-dan-generasi-muda