Upload
nimaturrohmah
View
32
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1. Jelaskan konsep rasional logika deduktif dan problematikanya dalam pembelajaran
IPA!
Jawab :
Cara berpikir deduktif terkait dengan rasionalisme yang memberkan sifat
rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang
telah dikumpulkan sebelumnya. Ole karena itu cara berpikir deduktif berdasarkan
pada kriteria kebenaran koherensi atau teori koherensi. Rasionalisme merupakan
paham yang berpendsapat bahwa rasio itu sumber kebenaran. Rasional artinya
menerima sesuatu atas dasar kebenaran pikiran atau rasio. Dengan berpikir rasional
manusia dapat meletakkan hubungan dari apa yang telah diketahui dan yang sedang
dihadapi.
Dalam logika deduktif, menarik suatu kesimpulan dimulai dari pernyataan
umum menuju pernyataan-pernyataan khusus dengan menggunakan penalaran atau
rasio. Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip
penyimpulan yang sah (runtut, dan sesuai dengan pertimbangan akal, tepat)
berdasarkan bentuk dari kerja akal, sehingga kesimpulan yang dihasilkan merupakan
penyimpulan final (tepat, sah, dan tidak ada penyimpulan lain) yang diturunkan dari
pangkal pikirnya (premis). Logika deduktif disebut logika formal, logika simbolik
karena yang dibicarakan hanya bentuknya dari kerja akal saja dan terlepas isi apa
yang dibicarakan.
Penarikan kesimpulan secara deduktif ini menggunakan pola berpikir yang
disebut silogisme. Silogisme itu terdiri dari dua pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Kedua pernyataan tersebut disebut premis mayor dan premis minor. Kesimpulan
diperoleh dengan penalaran deduktif dari kedua premis tersebut.
Contoh problematika konsep rasional logika deduktif dalam pembelajaran IPA :
Matematika
Matematika saat ini sudah merupakan salah satu sarana yang dibutuhan dalam
kehidupan manusia. Dari tingkatan yang paling sederhana hingga rumit seperti
perhitungan ilmiah yang menyangkut bioteknologi maupun antariksa. Demikian juga
ilmu pengetahuan lainnya akan melibatkan matematika dalam ilmu-ilmu sosial seperti
sosiometri, psikometri, ekonometri dan lainnya. Dalam hal ini matematika berperan
dalam berpikir deduktif.
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif . Artinya proses pengerjaan
matematis harus bersuifat deduktif. Metode dalam mencari kebenaran yang dipakai
oleh matematika adalah metode deduktif (lewat penjabaran).
Generalisasi yang dibenarnya dalam matematika adalah generalisasi yang telah
dapat dibuktikan secra deduktif. Sebagai contoh, jumlah dua buah bilangan ganjil
adalah genap.
Contoh berpikir deduktif :
Dengan premis : Bujur sangkar adalah bidang datar yang merupakan kurva
tertutup yang diapit oleh empat sisi sama panjang dan memiliki empat sudut siku-
siku. Secara langsung dapat ditarik kesimpulan : Jika pada sebuah bujur sangkar
ditarik garis diagonal. Akan terjadi dua segitiga sama kaki yang sama dan sebangun.
Tersebut merupakan implikasi logis dari pernyataan pertama. Dari premis tersebut
dapat pula ditarik pernyataan-pernyataan lain yang merupakan implikasinya, antara
lain : 1) Suatu segi empat yang sisi-sisi horizontalnya tidak sama panjang dengan sisi-
sisi tegak lurusnya bukan bujur sangkar ;2) Jumlah sudut bujur sangakar 360
derajat ;3) Jika pada sebuah bujur sangkar ditarik dua buah garis diagonal, akan
terjadi empat segitiga sama kaki yang sama dan sebangun.
Dengan demikian, implikasi merupakan pernyataan yang secara tersirat telah
ada dalam premis. Tentu saja dala hal ini kebenaran implikasi tergantung pada
kebenaran pernyataan dasar atau premisnya. Penarikan pengetahuan baru secara tidak
langsung dilakukan berdasarkan dua premis atau lebih (silogisme).
2. Jelaskan konsep rasional logika induktif dan problematikanya dalam pengembangan
IPA !
Jawab :
Berbeda dengan logika deduktif, logika induktif memproses pengetahuan
indrawi/yang diperoleh melalui pengamatan . Dari sejumlah fakta atau gejala khusus
itu ditarik kesimpulan umum berupa pengetahuan yang baru yang berlaku untuk
sebagian atau keseluruhan gejala tersebut. Jadi arah pemikiran bergerak dari data
yang bersifat khusus kepada kesimpulan yang bersifat umum.
Logika induktif sering disebut juga logika material, artiya berusaha
menemukan prinsip penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan.
Oleh karena itu kesimpulannya hanyalah kebolehjadian, dalam arti selama
kesimpulannya tidak ada bukti yang menyangkalnya, maka kesimpulan tersebut benar
dan tidak dapat dikatakan pasti. Logika induktif merupakan pokok bahasan
metodologi ilmiah atau denagn kata lain metode ilmiah merupakan perluasan dari
logika induktif.
Proses penalaran induksi dapat dilaksanakan melalui teknik-teknik :
Generalisasi
Analogi
Hubungan sebab-akibat
Hipotesis dan teori
Statistika
Statistika merupakan pengetahuan untuk melakuakn penarikan kesimpulan
induktif secrara lebih seksama. Dalam penalaran induktif meskipun premis-
premisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah, maka
kesimpulan itu belum tentu benar. Tetapi kesimpulan itu mempunyai peluang untuk
benar. Statistika mampu memberiakan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari
kesimpulan yang ditarik tersebut. Yakni semakin besar contoh (sampel) yang
diambil, maka semakin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut.
Statistika bukan merupakan sekumpulan pengetahuan mengenai objek tertentu
melainkan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan. Statistika
diterapkan secara luas, ahli purbakala telah menggunakan statistika dalam
menggabungkan gambar dari pecahan periuk yang digali dari dalam tanah. Ilmu-ilmu
alam terutama astronomi, geologi, dan fisika adalah salah satu dari bidang-bidang
keilmuan dimana metode statistika untuk pertama kali dikembangkan dan diterapkan.
Contoh berpikir induktif :
Ketika Newton dijatuhi buah apel, dia berpikir apa yang menyebabkan
hal tersebut. Setelah itu dia melakukan observasi dan merumuskan
sebuah hipotesis, selanjutnya melakuakn verifikasi dan pengukuhan
pembuktian, sehingga didapatkannya “temuan teori dan hukum ilmiah
yang diterapkan untuk semua hal.
Pengamatan logam besi, tembaga, alumunium jika dipanaskan akan
mengembang (bertambah panjang). Dari sini dapat disimpulkan secara
umum bahwa semua logam jika dipanaskan akan bertambah panjang.
3. Jelaskan konsep falsifikasi dan problematikanya dalm pengembangan IPA !
Jawab :
Falsifikasi adalah kebalikan dari verifikasi, yaitu pengguguran teori lewat fakta-
fakta. Selain perbedaan tujuan, falsifikasi berbeda dengan verifikasi dalam titik
tolaknya. Verifikasi bergerak dari observasi menuju sebuah teori (induktif),
sedangkan falsifikasi berangkat dari sebuah teori menuju observasi (deduktif).
Sebentar lagi kita akan melihat perbedaan dua titik tolak ini.
Falsifikasi dibangun di atas dua prinsip;testability dan falsifiabilty; bahwa
sebuah asumsi atau teori ilmiah harus bisa diuji dan memiliki kemungkinan untuk
dibuktikan kesalahannya. Testability sudah cukup dipahami, karena verifikasi pun
memiliki prinsip yang sama. Namun bagaimana dengan prinsip falsifiability?
Tidak seperti verifikasi yang bersifat induktif, falsifikasi dijalankan dengan
menggunakan logika deduktif. Artinya, berangkat dari sebuah hipotesis umum
(dalam istilah Popper: konjektur) menuju observasi yang sifatnya khusus. Observasi
yang dilakukan bertujuan untuk menemukan kesalahan-kesalahan yang ada dalam
hipotesis tersebut. Penyelidikan ini tidak berfungsi untuk menolak total hipotesis,
melainkan untuk menemukan titik lemah (weak spots) dari sebuah hipotesis yang
umum. Karena hipotesisnya disusun deduktif, dan lebih berupagrand-theory, maka
pengujian tersebut berfungsi untuk menajamkan daerah keberlakuan hipotesis besar
tersebut.[18] Semakin sering sebuah teori menjawab bantahan, semakin dekat ia
dengan status kebenaran.
Namun ketika teori tersebut difalsifikasi, maka hal tersebut akan menimbulkan
keyakinan mutlak bahwa teori tersebut salah. Artinya yang akan memberikan
keyakinan mutlak adalah falsifikasi, bukan verifikasi. Hal ini berbeda dengan
positivisme yang akan meyakini kebenaran mutlak suatu teori selama ia telah
mengalami proses verifikasi sesuai standar ilmiah positivisme. Sebagai contoh
penerapan gagasan Karl Popper dalam dunia nyata adalah sebagai berikut. Para
fisikawan dengan metode verifikasi terhadap sample-sample di alam membuat
kesimpulan bahwa “Semua zat akan memuai jika dipanaskan”. Teori ini telah
menjadi sebuah mitos selama berabad-abad dalam dunia fisika. Namun dalam
paradigma filsafat ilmu Popper, teori tersebut tidaklah dianggap sebagai kebenaran
mutlak. Namun ia akan dianggap benar dengan keyakinan yang memadai.
Contoh konsep falsifikasi dalam pengembangan IPA :
Penemuan mengenai anomali sifat air. Ternyata dalam rentang suhu 0-4 derajat
Celcius, air tidak lah memuai jika dipanaskan. Air justru menyusut seiring dengan
kenaikan suhu antara 0-4 derajat Celcius. Penemuan ini kemudian serta merta
menggugurkan teori “Semua zat akan memuai jika dipanaskan”. Inilah yang
dimaksud dengan falsifikasi oleh Karl Popper.
Dengan adanya penemuan yang menggugurkan teori pemuaian zat tersebut, maka
diperolehlah keyakinan bahwa teori yang selama ini dipegang yang berbunyi “Semua
zat akan memuai jika dipanaskan” adalah salah. Oleh karena itu, teori tersebut
berkembang menjadi berbunyi “Semua zat akan memuai jika dipanaskan, kecuali air
dalam rentang suhu 0-4 derajat Celcius”. Perlu diketahui juga bahwa teori kedua ini
pun tidak akan dianggap sebagai kebenaran mutlak. Yang dianggap sebagai
kebenaran mutlak adalah salahnya teori pertama, bukan benarnya teori kedua. Teori
tersebut bisa jadi akan difalsifikasi lagi dengan adanya penemuan lain. Misalkan saja
suatu saat nanti ditemukan bahwa Plutonium akan menyusut jika dipanaskan di atas
suhu 3000 derajat Celcius. Maka teori kedua akan berkembang lagi menjadi teori
ketiga yang berbunyi “Semua zat akan memuai jika dipanaskan, kecuali air dalam
rentang suhu 0-4 derajat Celcius dan plutonium di atas suhu 3000 derajat Celcius”.
4. Jelaskan konsep revolusi paradigma dalam pengembangan IPA !
Jawab :
Kuhn pada mulanya mempelajari perkembangan sains dari masa Aristoteles ke
masa Copernicus bukanlah suatu aliran penemuan yang ditambahkan satu dengan
yang lain. Singkat kata, sains bukanlah kumpulan yang stabil dan terus-menerus
ditambah dengan penemuan baru, namun lebih merupakan serangkaian selingan yang
dimulai dari revolusi intelektual para pemikir (Wonorahardjo, Surjani: 2011, 119).
Seringkali ilmuwan mempertanyakan masalah yang berujung pada keragu-
raguan dan kesulitan. Biasanya pertanyaan ini akan segera dilabeli dengan kata
“kekeliruan” atau “tahayul”. Menurut Kuhn (1989:3) Semua keraguan dan kesulitan
ini mengakibatkan revolusi historigrafis dalam studi sains meskipun masih dalam
tahap awal. Mereka bukannya mencari sumbangan-sumbangan yang permanen dari
sains yang lebih tua bagi keuntungan masa kini kita. Thomas Kuhn menyatakan
bahwa pada masa tertentu, terdapat sebuah krisis dimana terdapat suatu masalah yang
tidak dapat dipecahkan dengan sains normal1 saat itu, kemudia muncul suatu
paradigma baru yang memecahkan masalah itu dan memberi sebuah revolusi dalam
perkembangan sains.
Contoh :
Penemuan mekanika kuantum sangat sesuai dengan teori revolusi sains oleh
Thomas Samuel Kuhn. Pada mulanya terdapat suatu masalah yang tidak dapat
dipecahkan dengan sains normal (masalah radiasi benda hitam), yang
kemudian dipecahkan dengan munculnya suatu paradigma baru (dualisme
gelombang-partikel). Hingga dari paradigma baru tersebut munculah suatu
cabang sains baru yang disebut mekanika kuantum. Perkembangan mekanika
kuantum seperti yang sekarang ini bisa dikatakan hampir mustahil jika tidak
ada sebuah revolusi seperti diatas. Hal ini sesuai dengan teori revolusi sains
hasil pemikiran Thomas S Kuhn.
Penemuan Nicolas Copernicus dan Galileo pada awal abad 17 merupakan
perintis ilmu pengetahuan, artinya penemuan berdasarkan empiris dengan
metode induksi yang objektif dan bukan atas dasar deduksi filosofik atau
mitos.
Di matahari terdapat gunung-gunung, Jupiter mempunyai 4 buah bulan, di
matahari terdapat bercak hitam yang dapat digunakan untuk mengukur
kecepatan rotasi matahari.
5. Jelaskan konsep metode ilmiah dan menerapkan dalam konteks pengembangan IPA !
Jawab :
Metode menurut istilah adalah suatu proses atau prosedur yang sistematik
berdasarkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin
(bidanng studi) untuk mencapai suatu tujauan. Jadi dapat disebut sebagai cara kerja
ilmiah. Metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan
pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru
atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada.
Metode ilmiah berlatar belakang Penalaran deduktif (rasionalisme) dan induktif
(empirisme) memiliki kelemahan dalam mengungkap kebenaran sehingga dipikirkan
cara lain. Rasionalis mememberikan kerangka pemikiran yang koheren dan logis,
sedangkan empirisme memberikan kerangka pengujian dalam memastikan
kebenarannya. Penalaran deduktif bersifat abstrak dan lepas dari pengalaman,
sedangkan penalaran induktif hanya berdasarkan pengamatan pancaindera.
Perpaduan kedua penalaran ini kemudian dikenal sebagai metode ilmiah atau
pendekatan ilmiah.
Penelitian ilmiah dilaksanakan secara sistematis dan terkontrol berdasarkan
data empiris, hingga akhirnya menghasilkan kesimpulan yang jika kebenarannya
teruji kebenarannya secara berulang-ulang maka disebut sebagai teori. Metode ilmiah
bersifat objektif, bebas dari keyakinan, perasaan dan prasangka pribadi, serta bersifat
terbuka. Metode ilmiah merupakan cara memperoleh pengetahuan secara ilmiah yang
ditempuh melalui suatu rangkaian prosedur tertentu sampai pada kesimpulan yang
benar.
Langkah-langkah metode ilmiah :
1. Penemuan masalah
Masalah timbul karena adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan,
cita-cita dan realita. Mudah tidaknya seseorang menemukan masalah sangat
bergantung kepekaanya terhadap kesenjangan yang terjadi, yang
dipengaruhi: latarbelakang pendidikan, ketertarikan terhadap suatu bidang,
dan perhatian sesorang terhadap praktik kehidupan sehari-hari.
2. Perumusan masalah
Masalah yang ditemukan harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dianalisis secara logis dan membawa kejelasan arah
kegiatan penelitian (pemecahannya).
3. Kajian teori
Langkah ini merupakan usaha untuk mendekati pemecahan masalah
melalui pengkajian terhadap berbagai acuan/referensi.Contoh: buku, jurnal,
majalah, hasil penelitian. Berdasarkan referensi tersebut, diperoleh teori-
teori yang bersifat umum yang digunakan mencari solusi (penalaran
deduktif). Kejelian peneliti dalam memilih teori yang sesuai dengan
permasalahan menentukan kualitas suatu kegiatan penelitian.
4. Perumusan hipotesis
Hipotesis merupakan kerangka pemikiran sementara yang menjelaska
hubungan antara unsur-unsur yang membentuk suatu kerangka
permasalahan. Ipotesisdidasarkan pada pendekatan pemecahan masalah
secara rasional dengan menggunakan dasar-dasar teori yang diacu.
5. Eksperimen (pengujian hipotesis)
Melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis. Jika kebenaran suatu
hipotesis telah terbukti, hipotesis dapat dianggap sebagai teori ilmiah
(pengetahuan baru). Pengetahuan baru dapat berupa teori baru, kaidah baru,
atau sekedar penemuan lanjutan dari teori yang sudah ada.
6. Membuat laporan
Membuat laporan hasil kegiatan secara rinci baik proses, rumusan masalah,
ipotesis, kajian teori, hasil eksperimen, analisis hasil dan pembahasan serta
kesimpulannya.
Contohnya :
1. Penemuan masalah : Banyaknya petani yang menggunakan pupuk
secara berlebihan pada tanaman.
2. Perumusan masalah : Bagaimana pengaruh pemberian pupuk secara
berlebihan pada tanaman.
3. Kajian teori : Mencari sumber pendukung/reverensi yang sesuai dengan
rumusan masalah
4. Perumusan hipotesis
Jika pemberian pupuk melebihi dosisnya maka tanaman dalam jangka
waktu yang lama akan mati.
5. Eksperimen/Pengujian hipotesis : Melakukan eksperimen.
6. Membuat laporan.