Upload
yuhan-futri-basya
View
8
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
filsafat
Citation preview
A. Prinsip pembuktian (verifikasi)
Filsafat positivisme pada dasarnya adalah kontra produktif dari
berpikir metafisik bahkan juga teologik, sebab positivisme merupakan
aliran yang cenderung menghadapi realitas secara positif, ia hanya
menerima fakta-fakta yang ditemukan secara positif ilmiyah. Paham
filsafat positivisme pada dasarnya secara ontologi mengakui kenyataan
sebagai pengalaman indrawi yang secara pasti sebagai sumber kebenaran.
Oleh karena itu, faham ini disebut juga empirisme kritis.1
Positivisme berpendapat bahwa pengalaman merupakan
sumberdari kebenaran ilmiah sebagai sumber dibangunnya ilmu
pengetahuan. Jadi, pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah apa yang
ditangkap oleh panca indera yang lepas dari persoalan metafisik dan
teologik yang tidak nyata.2 Pendekatan ilmiah positivisme didukung oleh
jenis penalaran induktif. Model pendekatan ini diilhami oleh gerakan
keilmuan masa modern, yang mengharuskan adanya kepastian didalam
suatu kebenaran. Hal tersebut bisa terwujud apabila kebenaran dari suatu
kesimpulan dapat diukur, diobservasi, dan diverifikasi.3 Inilah yang
disebut dengan positif.
Verifikasi adalah teori filsafat logis yang menyatakan bahwa sumber pengetahuan itu berasal dari pengalaman kemudian diuji dengan metode verifikasi yang dibuktikan kebenarannya secara empiris.4 Apabila pernyataan tersebut dapat diverifikasi maka pernyataan tersebut bermakna ilmiah, dan apabila pernyataan tersebut tidak dapat diverifikasi maka pernyataan tersebut tidak bermakna (non ilmiah) seperti estetika, etika, agama, metafisika. Tujuannya untuk menemukan teori-teori, generalisasi dan hukum.5 Contoh
1 Bachri Ghazali dkk., Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga), hlm. 332 Ibid., hlm. 343 Ibid., hlm. 1114 http://ahsinelroland.blogspot.com/2012/05/verifikasi-latar-belakang-post.html5 Rizal Mustansyir, Filsafat Analitik, hlm. 87
verifikasi adalah memverifikasi bahwa langit berwarna biru, anda hanya melihat langit. Oleh karena itu, menurut positivistis logis, anda tahu apa yang saya maksud ketika saya berpendapat bahwa langit berwarna biru.
Era dimana prinsip verifikasi muncul ke permukaan dan menjadi sangat terkenal setelah diusung oleh positivisme logis. Positivisme logis sendiri dikomandani oleh kelompok Winna (Vienna Circle). Para tokoh ini adalah orang-orang yang sangat antusias dalam ilmu dan matematika. Namun mereka sangat bertolak belakang dengan teori metafisika. Pengikut kelompok wina hanya memperhatikan makna dari proposisi-proposisi. Mereka mempertanyakantentang norma-norma yang dapat membedakan mana proposisi-proposisi yang bermakna dan mana pula proposisi-proposisi yang tidak bermakna.
Prinsip verifikasi wina hanya meyakini satu jenis verifikasi yakni verifikasi empiris secara langsung. Namun telah dinafikan oleh oleh Schlick yakni suatu pengetahuan itu dimulai adalah dengan pengamatan terhadap peristiwa. Peristiwa macam ini terlihat dalam kalimat protokol dan kalimat ini juga yang menurut Beerling merupakan awal bagi ilmu.
Tafsiran schick atas prinsip verifikasi menimbulkan perdebatan antara para anggota Lingkaran Wina terutama yang muncul belakangan, karena dengan meletakkan prinsip verifikasi hanya pada peristiwa yang dapat dialami secara langsung berarti Schilck telah menafikan sejarah masa
lampau dan sekaligus menegasikan pula prediksi ilmiah sebagai suatu produk masa yang akan datang.6
Berangkat dari ketidakmampuannya ini para penganut lingkaran Wina dalam merumuskan rmusan prinsip verifikasi rumusan prinsip verifikasi ini kemudian munsul filsuf yang selain mampu untuk mengatasi ketidakmampuan lingkaran wina, ia juga sekaligus berjasa besar dalam mempopulerkan prinsip ini dalam dunia filsafat. Fillsuf yang dimaksud adalah Alfred Jules Ayer (1910-1989) atau oleh teman-teman dekatnya ia leboh dikenal dengan nama panggilan “Freddie”. Pandangan Ayer tentang prinsip verifikasi berbeda dengan pandangan Lingkaran Wina yang hanya meyakini satu rumusan prinsip verifikasi yakni verifikasi empiris secara langsung. Bagi Ayer, selain verifikasi empiris secara tidak langsung, maka terdapat juga verifikasi empiris tidak langsung. Dua bentuk verifikasi empiris ini kemudian diistilahkan Ayer dengan verifikasi empiris yang ketat (strong dan verifikasi empiris yang longgar (weak).
Ayer beranggapan bahwa proposisi yang bermakna adalah proposisi yang berkaitan dengan realitas empiris. Selain itu, verifikasi terhadap proposisi bukannya kesadaran melainkan pengelaman. Contohnya, proposisi bahwa “aku sakit kepala”. Maka verifikasinya adalah perasaan sakit kepala dan bukannya kesadaran akan sakit kepala. Pamndanfan-pandangan Ayer yang mengaitkan proposisi yang bermakna dengan realitas empiris tentu saja memiliki implikasi langsung terhadap banyak perkara, seperti penolakan terhadap proposisi-proposisi metafis, etis dan teologis dengan
6 Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 115.
alasan bahwa proposisi-proposisi dimaksud tidak berkaitan langsung dengan realitas empiris.
Prinsip utama kaum positivistis, dengan penalaran induktifnya
ialah termuat dalam pernyataan mereka yang menyebutkan bahwa tugas
ilmu pengetahuan modern tidak lain yaitu merumuskan hukum-hukum
yang bersifat umum dan mutlak perlu. Hukum tersebut kenyataannya
dirumuskan berdasarkan uji coba atau pembuktian empiris. Misal orang
pada akhirnya berkesimpulan, dan itu benar: bahwa logam apapun
jenisnya jika dipanaskan maka akan memuai. Disini tampak bahwa proses
nalar tersebut tidak lain berlandaskan pada pengujian terhadap berbagai
macam logam yang dipanaskan, dan ternyata memuai. Penemuan bukti
pemuaian itu dipandang sebagai kebenaran yang bersifat umum, bermula
dari peristiwa yang bersifat khusus.7 Jalan pengambilan kesimpulan inilah
yang disebut dengan penalaran induktif.
Kaitan antara penalaran induksi dengan pandangan positivistik
yang verifiable, measurable, dan observable, pada hakekatnya bertumpu
pada cara kerja ilmu pasti alam, sebagaimana yang ditegaskan Francois
Bacon yaitu adanya kepastian hukum dan konstan serta terbuktinya secara
empiris.
Memahami hal tersebut, seseorang bisa beranggapan bahwa
memang terdapat kepastian kebenaran yang disimpulkan dengan
pendekatan ilmiah positivistik terdapat hal-hal yang bersifat empiris yang
bertumpu pada penalaran induktif. Akan tetapi jika dikaji lebih lanjut,
maka akan ditemukan kelemahan padanya, terutama pada jenis
penalarannya itu sendiri.
Dalam hal ini Karl Raimund Popper membantu memberi
penjelasan tersebut. Ia mengatakan bahwa prinsipnya verivikasi tidak
pernah bisa untuk menyatakan kebenaran hukum umum.8 Padahal
7 Bachri Ghazali dkk., Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga), hlm. 1128 Ibid.,
kenyataan membuktikan bahwa terjadi generalisasi pada induksi. Dengan
kata lain bahwa hukum-hukum umum dalam ilmu pengetahuan tidak
pernah diverifikasi. Jika prinsip induksi diakui, maka mestinya mereka
sadar bahwa sebagian besar ilmu pengetahuan alam dengan dasar
kebenaran umum tersebut juga tidak bermakna. Sebab hal itu tidak
berkenaan dengan wilayah empirik lagi, melainkan rasio.
NB: Sing ditulis neng di PPT iki wae positivisme merupakan aliran yang cenderung menghadapi realitas
secara positif
pengalaman merupakan sumberdari kebenaran ilmiah sebagai
sumber dibangunnya ilmu pengetahuan
Pendekatan ilmiah positivisme didukung oleh jenis penalaran
induktif
Verifikasi merupakan suatu proses pembuktian kebenaran suatu
teori, konsep atau hipotesa yang lazimnya dilakukan melalui
penelitian
Apabila pernyataan tersebut dapat diverifikasi maka pernyataan tersebut bermakna ilmiah, dan apabila pernyataan tersebut tidak dapat diverifikasi maka pernyataan tersebut tidak bermakna (non ilmiah)
Hukum dirumuskan berdasarkan uji coba atau pembuktian empiris