27
BAB II PEMBAHASAN Filsafat Ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori- teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan 1 . A. Pengetahuan, ilmu, dan filsafat 1. Pengetahuan Cambridge-Dictionary 1995 mendefinisikan ilmu pengetahuan sebagai berikut : Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar, mempunyai objek dan tujuan tertentu dengan sistim, met ode untuk berkembang serta berlaku universal yang dapat diuji kebenarannya. 2 a) Kekuatan Putusan 1 http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/08/pengertian-filsafat- ilmu.html 2 http://www.google.co.id/ #hl=id&q=definisi+ilmu+pengetahuan&meta=&aq=f&oq=definisi+ilmu+pengeta huan&fp=7e99b3a5df14a093 2

FILSAFAT UDO IMAS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FILSAFAT UDO IMAS

BAB II

PEMBAHASAN

Filsafat Ilmu

merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya

melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini

membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-

landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang

dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri,

dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan1.

A. Pengetahuan, ilmu, dan filsafat

1. Pengetahuan

Cambridge-Dictionary 1995 mendefinisikan ilmu pengetahuan sebagai berikut :

Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar, mempunyai

objek dan tujuan tertentu dengan sistim, met ode untuk berkembang serta berlaku

universal yang dapat diuji kebenarannya.2

a) Kekuatan Putusan

Selain term, ekspresi verbal lainnya dari kegiatan berpikir dan pengertian

adalah putusan. Dalam akal budi–terutama dalam rangka penalaran–suatu

pengertian selalu dirangkaikan dengan pengertian yang lain sedemikian rupa

sehingga pengertian yang satu mengakui atau mengingkari pengertian yang lain.

Rangkaian pengertian berupa pengakuan atau pengingkaran itulah yang disebut

putusan. Itu artinya pengertian selalu terkandung dalam suatu putusan.

Putusan adalah pengakuan atau pengingkaran sesuatu tentang sesuatu

yang lain. Kegiatan berpikir mengakui atau mengingkari sesuatu ini terjadi dalam

1 http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/08/pengertian-filsafat-ilmu.html2

http://www.google.co.id/#hl=id&q=definisi+ilmu+pengetahuan&meta=&aq=f&oq=definisi+ilmu+pengeta huan&fp=7e99b3a5df14a093

2

Page 2: FILSAFAT UDO IMAS

akal budi. Contoh, apabila sewaktu kuliah berlangsung seorang mahasiswa

berpikir, “Logika adalah ilmu yang sulit” tanpa menyatakan apa yang

dipikirkannya itu dengan kata-kata, mahasiswa tersebut membuat suatu

putusan, karena dalam akal budi ia telah mengakui pengertian “ilmu yang sulit”

tentang “logika”. Apabila kemudian ia menyatakan apa yang dipikirkannya itu

kepada teman di sebelahnya, ia tidak hanya telah membuat suatu putusan,

tetapi ia telah juga mengungkapkan putusan itu dalam sebuah proposisi. Dengan

demikian, proposisi dapat diartikan sebagai pernyataan yang di dalamnya

manusia mengakui atau mengingkari sesuatu tentang sesuatu yang lain.

Di antara kegiatan-kegiatan akal budi manusia, putusan adalah kegiatan

budi yang paling penting. Alasannya, dalam putusan suatu pengertian ditegaskan

atau diingkari tentang pengertian yang lain. Itu artinya putusan yang

diekspresikan secara verbal dalam proposisi menyatakan apakah sesuatu diakui

tentang sesuatu yang lain (afirmasi) atau sesuatu diingkari tentang sesuatu yang

lain (negasi). Dengan proposisi (sebagai ekspresi verbal putusan) kita dapat

menentukan kebenaran atau kekeliruan secara formal.

b) Kepastian, Keyakinan, dan Kepercayaaan

Kepastian adalah sikap mental atas dasar keyakinan bahwa ada kebenaran,

tetapi kebenaran yang diselidiki sendiri. Adapula kemungkinan, bahwa orang

mempunyai keyakinan akan kebenaran bukan karena penyelidikan sendiri, melainkan

atas pemberitahuan pihak lain3.

Ahli ilmu falak mengatakan misalnya kepada saya, bahwa pada tanggal tertentu

akan ada gerhana bulan. Saya yaki , bahwa pemberitahuan itu benar. Jadi, setelah

diberitahu itu, saya tahu akan sesuatu kebenaran.Pengetahuan yang tercapai itu disebut

kepercayaan. Kepastian terdapat karena percaya ini tidak perlu kurang pastinya dari

kepastian yang diperoleh sendiri.

Jadi, kepercayaan itu adalah anggapan atau sikap mental bahwasesutu itu

benar. Arti lainnya dari ke[ercayaan adalah sesuatu yang diakuisebagai benar. Kita tidak

3 http://hadikasmajads.blogspot.com/2011/01/makalah-filsafat-ilmu-fakta-kepercayaan.html

3

Page 3: FILSAFAT UDO IMAS

bisa membayangkan manusia dapat hidup tanpa kepercayaan apapun’ baik dalam arti

pertamamaupun dalam arti yang kedua.

c) Pengetahuan biasa

Dalam filsafat, pengetahuan biasa sering dianggap sebagai pengetahuan

inderawi.

2. Ilmu

Definisi ilmu menurut bebrapa orang ilmu :

1. Mohammad HattaIlmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum

kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut

kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.4

2. Ralp Ross dan Ernest Van Den HaagIlmu adalah yang empiris, rasional, umum dan

sistematik, dan keempatnya serentak.5

3. Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers UniversityIlmu adalah pengetahuan

yang disususn dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan

untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.6

a) Objek materi dan formal

No problem, no science”. Ungkapan Archi J Bahm ini seolah sederhana namun

padat akan makna. Dari ungkapan ini kita bisa mengetahui bahwasanya ilmu

pengetahuan muncul dari adanya permasalahan tertentu. Ilmu pengetahuan, menurut

Bahm, diperoleh dari pemecahan suatu masalah keilmuan. Tidak ada masalah, berarti

tidak ada solusi. Tidak ada solusi berarti tidak memperoleh metode yang tepat dalam

memecahkan masalah. Ada metode berarti ada sistematika ilmiah7.

Permasalahan merupakan obyek dari ilmu pengetahuan. Permasalahan apa

yang coba dipecahkan atau yang menjadi pokok bahasan, itulah yang disebut obyek.

Dalam arti lain, obyek dimaknai sebagai sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian

atau pembentukan pengetahuan8.

4 http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.html5 http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.html 6 http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.html

7 Archi J Bahm. What is Science?. 1980 (New Mexico: Al-buquerque). Hal: 1 8 Drs. Surajiyo,. Drs. Sugeng Astanto, M.Si,. Dra. Sri Andiani. Dasar-dasar Logika. 2006. (Jakarta: Bumi

Aksara). Hal: 11.

4

Page 4: FILSAFAT UDO IMAS

Yang disebut obyek material adalah sasaran material suatu penyelidikan,

pemikiran atau penelitian ilmu9.Sedangkan menurut Surajiyo dkk. obyek material

dimaknai dengan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan

pengetahuan. Obyek material juga berarti hal yang diselidiki, dipandang atau disorot

oleh suatu disiplin ilmu. Obyek material mencakup apa saja, baik yang konkret maupun

yang abstrak, yang materil maupun yang non-materil. Bisa pula berupa hal-hal, masalah-

masalah, ide-ide, konsep-konsep dan sebagainya. Misal: objek material dari sosiologi

adalah manusia. Contoh lainnya, lapangan dalam logika adalah asas-asas yang

menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Maka, berpikir merupakan obyek

material logika.

Istilah obyek material sering juga disebut pokok persoalan (subject matter).

Pokok persoalan ini dibedakan atas dua arti, yaitu:

1. Pokok persoalan ini dapat dimaksudkan sebagai bidang khusus dari penyelidikan

faktual. Misalnya: penyelidikan tentang atom termasuk bidang fisika;

penyelidikan tentang chlorophyl termasuk penelitian bidang botani atau bio-

kimia dan sebagainya.

2. Dimaksudkan sebagai suatu kumpulan pertanyaan pokok yang saling

berhubungan. Misalnya: anatomi dan fisiologi keduanya berkaitan dengan

struktur tubuh. Anatomi mempelajari strukturnya sedangkan fisiologi

mempelajari fungsinya. Kedua ilmu tersebut dapat dikatakan memiliki pokok

persoalan yang sama, namun juga dikatakan berbeda. Perbedaaan ini dapat

diketahui apabila dikaitkan dengan corak-corak pertanyaan yang diajukan dan

aspek-aspek yang diselidiki dari tubuh tersebut. Anatomi mempelajari tubuh

dalam aspeknya yang statis, sedangkan fisiologi dalam aspeknya yang dinamis.

Obyek formal adalah pendekatan-pendekatan secara cermat dan bertahap

menurut segi-segi yang dimiliki obyek materi dan menurut kemampuan seseorang.

Obyek formal diartikan juga sebagai sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari

9 Suparlan Suhartono, Ph.D. Dasar-dasar Filsafat. 2004. (Yogyakarta: Ar-Ruzz). Hal: 97.

5

Page 5: FILSAFAT UDO IMAS

penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut pandang darimana obyek

material itu disorot. Obyek formal suatu ilmu tidak hanya memberikan keutuhan ilmu,

tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Suatu obyek

material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan ilmu yang

berbeda-beda. Oleh karena itu, akan tergambar lingkup suatu pengetahuan mengenai

sesuatu hal menurut segi tertentu. Dengan kata lain, “tujuan pengetahuan sudah

ditentukan.

Misalnya, obyek materialnya adalah “manusia”, kemudian, manusia ini ditinjau dari

sudut pandang yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari

manusia, diantaranya: psikologi, antropologi, sosiologi dan sebagainya.

b) System dalam ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan merupakan kelanjutan konsepsional dari ciri “ ingin tahu”

sebagai kodrat manusiawi. Tetapi ilmu pengetahuan itu menuntut persyaratan-

persyaratan khusus dalam pengaturannya. Dalam hal ini yang terpenting adalah sistem

Dan metode ilmu pengetahuan. Koentjaraningrat memberikan penjelasan sbb :

System adalah susunan yang berfungsi dan bergerak ; suatu cabang ilmu niscaya

mempunyai objeknya, dan objek yang menjadi sasaran itu umumnya dibatasi.

Sehubungan dengan itu, maka setiap ilmu lazimnya mulai dengan merumuskan suatu

batasan ( definisi ) perihal apa yang hendak yang ingin dijadikan objek studinya.

Setelah pembatasan itu, maka objek studi ditempatkan dalam suatu susunan

tertentu sehingga nyata kedudukannya yang relative dengan objek-objek atau

kenyataan –kenyataan lainnya yang ( meskipun ada hubungannya dengan objek studi

yang didefinisikan ). Ditinjau dari cabang ilmu yang bersangkutan diletakkan diluar

batasan yang dirumuskan itu. Adapun kedekatan-kedekatan yang terdapat antara objek

studi dari suatu cabang ilmu tertentu dengan hal-hal lain diluar ilmu itu, tetapi yang ada

hubungannya dengan objeknya, akan terwujud nanti dalam apa yang biasa dikenal

sebagai kerjasama inter-atau multidisipliner.

Kalau dikatakan bahwa suatu system adalah susunan yang berfungsi dan

bergerak, maka yang dimaksudkan disini adalah suatu : susunan dari relasi-relasi yang

ada pada suatu realitas “. Apa yang kita sebut system ini sebenarnya telah termuat

6

Page 6: FILSAFAT UDO IMAS

dalam azaz pengaturan ( yang memungkinkan kita menghimpun dan menemukan

hubungan –hubungan yang ada antara realitas ayng diamati). Kekhususannya dalam hal

ilmu ialah bahwa perbedaan –perbedaan objek studi ( formal maupun material ).

Seringkali memaksakan sitematika yang berbeda atau stidak-tidaknya meltakkan

aksentuasi yang berlainan”. ( Koenjaraningrat :1977, hlmn : 13-14 ).

c) Kebenaran Ilmu pengetahuan

Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh

untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para

rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang

diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-

kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti.

Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam

adalah fakta, kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena

itu muncul. Ilmu pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam

atau simplifikasi atas fenomena tersebut.

Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal

menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut

menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan

struktur terendah dalam struktur tersebut. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah

pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran

secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur, khususnya pada

pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan ini harus dilengkapi

dengan pengetahuan yang lebih tinggi.

Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah, manusia melakukan penataan

pengetahuannya agar terstruktur dengan jelas.

Ilmu dicirikan dengan pemakaian sistem dan metode ilmiah yang dapat

diberikan dalam berbagai bentuk. Metode ilmu dapat bersifat sangat teoritis dan apriori

7

Page 7: FILSAFAT UDO IMAS

dengan membuat unsur-unsur bangunannya sendiri. Metode ilmu juga dapat bersifat

empiris dengan unsur-unsur bangunan yang seakan-akan diolah dari lingkungan.

Metode ilmiah yang dipakai dalam suatu ilmu tergantung dari objek ilmu yang

bersangkutan. Macam-macam objek ilmu antara lain fisiko-kimia, mahluk hidup, psikis,

sosio politis, humanistis dan religius.

Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian yaitu ontologi, epistemologi dan

aksiologi. Ontologi membahas tentang apa itu realitas. Dalam hubungannya dengan ilmu

pengetahuan, filsafat ini membahas tentang apa yang bisa dikategorikan sebagai objek

ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, realitas hanya dibatasi pada hal-

hal yang bersifat materi dan kuantitatif. Ini tidak terlepas dari pandangan yang

materialistik-sekularistik. Kuantifikasi objek ilmu pengetahuan berari bahwa aspek-aspek

alam yang bersifat kualitatif menjadi diabaikan.

Epistemologis membahas masalah metodologi ilmu pengetahuan. Dalam ilmu

pengetahuan modern, jalan bagi diperolehnya ilmu pengetahuan adalah metode ilmiah

dengan pilar utamanya rasionalisme dan empirisme.

Aksiologi menyangkut tujuan diciptakannya ilmu pengetahuan, mempertimbangkan

aspek pragmatis-materialistis.

Dari semua pengetahuan, maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek

ontologi, epistemologi, dan aksiologinya telah jauh lebih berkembang dibandingkan

dengan pengetahuan-pengetahuan lain, dilaksanakan secara konsekuen dan penuh

disiplin (Jujun S.Suriasumantri, 1998). Kerangka filsafat di atas akan memudahkan

pemahaman mengenai keterkaitan berbagai ilmu dalam mencari kebenaran.

1. TEORI KEBENARAN KORESPONDENSI

Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa

pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau

pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran

atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh

suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta

yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-

teori empiris pengetahuan.

8

Page 8: FILSAFAT UDO IMAS

Gejala-gejala alamiah, menurut kaum empiris, adalah bersifat kongkret dan

dapat dinyatakan lewat panca indera manusia. Gejala itu bila ditelaah mempunyai

beberapa karakteristik tertentu. Logam bila dipanaskan akan memuai. Air akan mengalir

ke tempat yang rendah. Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Hal ini disebabkan

adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang lain dan berbedanya objek yang

dapat ditangkap indera. Perbedaan sensivitas tiap indera dan organ-organ tertentu

menyebabkan kelemahan ilmu empiris.

Ilmu pengetahuan empiris hanyalah merupakan salah satu upaya manusia

dalam menemukan kebenaran yang hakiki dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Penyusunan pengetahuan secara empiris cenderung menjadi suatu kumpulan fakta yang

belum tentu bersifat konsisten, dan mungkin saja bersifat kontradiktif. Adanya

kecenderungan untuk mengistimewakan ilmu eksakta sebagai ilmu empiris untuk

mengatasi berbagai masalah yang dihadapi manusia tidak selalu tepat. Pengistimewaan

pengetahuan empiris secara kultural membuat manusia modern seperti pabrik. Semua

cabang kebudayaan yang terbentuk menjadi produksi yang bersifat massal.

Keberhasilan ilmu eksakta yang berdasarkan empirisme dalam mengembangkan

teknologi -ketika berhadapan dengan ”kegagalan ” ilmu-ilmu human dalam menjawab

masalah manusia- membawa dampak buruk terhadap kedudukan dan pengembangan

ilmu-ilmu human. Analisis filsafat tentang kenyataan ini harus ditempatkan secara

proporsional, karena merupakan suatu usaha ilmiah untuk membantu manusia

mengungkap misteri kehidupannya secara utuh.

2. TEORI KEBENARAN KOHERENSI ATAU KONSISTENSI

Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada

kriteria koheren atau konsistensi. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan

jaringan komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis.

Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain.

Seperti sebuah percepatan terdiri dari konsep-konsep yang saling berhubungan dari

massa, gaya dan kecepatan dalam fisika.

9

Page 9: FILSAFAT UDO IMAS

Kebenaran tidak hanya terbentuk oleh hubungan antara fakta atau realitas saja,

tetapi juga hubungan antara pernyataan-pernyataan itu sendiri. Dengan kata lain, suatu

pernyataan adalah benar apabila konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang

terlebih dahulu kita terima dan kita ketahui kebenarannya.

Salah satu dasar teori ini adalah hubungan logis dari suatu proposisi dengan

proposisi sebelumnya. Proposisi atau pernyataan adalah apa yang dinyatakan,

diungkapkan dan dikemukakan atau menunjuk pada rumusan verbal berupa rangkaian

kata-kata yang digunakan untuk mengemukakan apa yang hendak dikemukakan.

Proposisi menunjukkan pendirian atau pendapat tentang hubungan antara dua hal dan

merupakan gabungan antara faktor kuantitas dan kualitas. Contohnya tentang hakikat

manusia, baru dikatakan utuh jika dilihat hubungan antara kepribadian, sifat, karakter,

pemahaman dan pengaruh lingkungan. Psikologi strukturalisme berusaha mencari

strukturasi sifat-sifat manusia dan hubungan-hubungan yang tersembunyi dalam

kepribadiannya.

Pengetahuan rasional yang berdasarkan logika tidak hanya terbatas pada

kepekaan indera tertentu dan tidak hanya tertuju pada objek-objek tertentu. Gagasan

rasionalistis dan positivistis cenderung untuk menyisihkan seluruh pemahaman yang

didapat secara refleksi. Pemikiran rasional cenderung bersifat solifistik dan subyektif.

Adanya keterkaitan antara materi dengan non materi, dunia fisik dan non fisik ditolak

secara logika. Apabila kerangka ini digunakan secara luas dan tak terbatas, maka

manusia akan kehilangan cita rasa batiniahnya yang berfungsi pokok untuk

menumbuhkan apa yang didambakan seluruh umat manusia yaitu kebahagiaan.

3. TEORI KEBENARAN PRAGMATIS

Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide

dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya

suatu dalil atau teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebut

bagi manusia untuk kehidupannya. Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat

fungsional dalam kehidupan praktis.

Menurut teori ini proposisi dikatakan benar sepanjang proposisi itu berlaku atau

memuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan yang

diartikan salah adalah yang tidak berguna (useless). Bagi para pragmatis, batu ujian

10

Page 10: FILSAFAT UDO IMAS

kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability) dan akibat atau

pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequences). Teori ini tidak mengakui

adanya kebenaran yang tetap atau mutlak.

Francis Bacon pernah menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus mencari

keuntungan-keuntungan untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi. Ilmu

pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan manusia. Dengan

kata lain ilmu pengetahuan manusia adalah kekuasaan manusia. Hal ini membawa jiwa

bersifat eksploitatif terhadap alam karena tujuan ilmu adalah mencari manfaat sebesar

mungkin bagi manusia.

Manusia dengan segala segi dan kerumitan hidupnya merupakan titik temu

berbagai disiplin ilmu. Hidup manusia seutuhnya merupakan objek paling kaya dan

paling padat. Ilmu pengetahuan seyogyanya bisa melayani keperluan dan keselamatan

manusia. Pertanyaan-pertanyaan manusia mengenai dirinya sendiri, tujuan-tujuannya

dan cara-cara pengembangannya ternyata belum dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan

yang materialis-pragmatis tanpa referensi kepada nilai-nilai moralitas.

Aksiologi ilmu pengetahuan modern yang dibingkai semangat pragmatis-materialis ini

telah menyebabkan berbagai krisis lingkungan hidup, mulai dari efek rumah kaca akibat

akumulasi berlebihan CO2, pecahnya lapisan ozon akibat penggunaan freon berlebihan,

penyakit minimata akibat limbah methylmercury hingga bahaya nuklir akibat persaingan

kekuasaan antar negara. Ketiadaan nilai dalam ilmu pengetahuan modern yang

menjadikan sains untuk sains, bahkan sains adalah segalanya, telah mengakibatkan krisis

kemanusiaan. Krisis lingkungan dan kemanusiaan, mulai dari genetic engineering hingga

foules solitaire (kesepian dalam keramaian, penderitaan dalam kemelimpahan). Manusia

telah tercerabut dari aspek-aspek utuhnya, cinta, kehangatan, kekerabatan, dan

ketenangan. Kedua krisis global ini telah menghantui sebagian besar lingkungan dan

masyarakat modern yang materialis-pragmatis.

4. TEORI KEBENARAN PERFORMATIF

Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh

pemegang otoritas tertentu. Contoh pertama mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian

11

Page 11: FILSAFAT UDO IMAS

muslim di Indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan

sebagian yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu. Contoh

kedua adalah pada masa rezim orde lama berkuasa, PKI mendapat tempat dan nama

yang baik di masyarakat. Ketika rezim orde baru, PKI adalah partai terlarang dan semua

hal yang berhubungan atau memiliki atribut PKI tidak berhak hidup di Indonesia. Contoh

lainnya pada masa pertumbuhan ilmu, Copernicus (1473-1543) mengajukan teori

heliosentris dan bukan sebaliknya seperti yang difatwakan gereja. Masyarakat

menganggap hal yang benar adalah apa-apa yang diputuskan oleh gereja walaupun

bertentangan dengan bukti-bukti empiris.

Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran

performatif. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin

agama, pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan sebagainya. Kebenaran performatif

dapat membawa kepada kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib,

adat yang stabil dan sebagainya.

Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa berpikir kritis

dan rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti kebenaran

dari pemegang otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh

pada adat, kebenaran ini seakan-akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani

melanggar keputusan pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk

mencari kebenaran.

5. TEORI KEBENARAN KONSENSUS

Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau

perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung

paradigma tersebut. Banyak sejarawan dan filosof sains masa kini menekankan bahwa

serangkaian fenomena atau realitas yang dipilih untuk dipelajari oleh kelompok ilmiah

tertentu ditentukan oleh pandangan tertentu tentang realitas yang telah diterima secara

apriori oleh kelompok tersebut. Pandangan apriori ini disebut paradigma oeh Kuhn dan

world view oleh Sardar. Paradigma ialah apa yang dimiliki bersama oleh anggota-

anggota suatu masyarakat sains atau dengan kata lain masyarakat sains adalah orang-

orang yang memiliki suatu paradigma bersama.

12

Page 12: FILSAFAT UDO IMAS

Masyarakat sains bisa mencapai konsensus yang kokoh karena adanya

paradigma. Sebagai konstelasi komitmen kelompok, paradigma merupakan nilai-nilai

bersama yang bisa menjadi determinan penting dari perilaku kelompok meskipun tidak

semua anggota kelompok menerapkannya dengan cara yang sama. Paradigma juga

menunjukkan keanekaragaman individual dalam penerapan nilai-nilai bersama yang bisa

melayani fungsi-fungsi esensial ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsi sebagai

keputusan yuridiktif yang diterima dalam hukum tak tertulis.

Pengujian suatu paradigma terjadi setelah adanya kegagalan berlarut-larut

dalam memecahkan masalah yang menimbulkan krisis. Pengujian ini adalah bagian dari

kompetisi di antara dua paradigma yang bersaingan dalam memperebutkan kesetiaan

masyarakat sains. Falsifikasi terhadap suatu paradigma akan menyebabkan suatu teori

yang telah mapan ditolak karena hasilnya negatif. Teori baru yang memenangkan

kompetisi akan mengalami verifikasi . Proses verifikasi-falsifikasi memiliki kebaikan yang

sangat mirip dengan kebenaran dan memungkinkan adanya penjelasan tentang

kesesuaian atau ketidaksesuaian antara fakta dan teori.

Pengalihkesetiaan dari paradigma lama ke paradigma baru adalah pengalaman

konversi yang tidak dapat dipaksakan. Adanya perdebatan antar paradigma bukan

mengenai kemampuan relatif suatu paradigma dalam memecahkan masalah, tetapi

paradigma mana yang pada masa mendatang dapat menjadi pedoman riset untuk

memecahkan berbagai masalah secara tuntas. Adanya jaringan yang kuat dari para

ilmuwan sebagai peneliti konseptual, teori, instrumen, dan metodologi merupakan

sumber utama yang menghubungkan ilmu pengetahuan dengan pemecahan berbagai

masalah.

Dalam ilmu astronomi, keunggulan kuantitatif tabel-tabel Rudolphine dan

Keppler dibandingkan yang hitungan manual Ptolomeus merupakan faktor utama dalam

konversi para astronom kepada Copernicanisme. Dalam fisika modern, teori relativitas

umum Einsten mendapat ejekan karena ruang itu tidak mungkin melengkung. Untuk

membuat transisi kepada alam semesta Einstein, seluruh konsep ruang, waktu, materi,

gaya, dan sebagainya harus diubah dan di reposisi ulang. Hanya orang-orang yang

bersama-sama menjalani atau gagal menjalani transformasi akan bisa menemukan

dengan tepat apa yang mereka sepakati dan apa yang tidak10.

10 http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&dn=20080702084806

13

Page 13: FILSAFAT UDO IMAS

4. Filsafat

a) Pengertian Filsafat

Definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf barat dan timur di bawah ini:

1. Plato (427sm – 347sm) seorang filsuf yunani yang termasyhur murid socrates dan

guru aristoteles, mengatakan: filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada

(ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).

2. Aristoteles (384 sm – 322sm) mengatakan : filsafat adalah ilmua pengetahuan yang

meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika,

retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas

segala benda).

3. Marcus tullius cicero (106 sm – 43sm) politikus dan ahli pidato romawi,

merumuskan: filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan

usaha-usaha untuk mencapainya.

4. Al-farabi (meninggal 950m), filsuf muslim terbesar sebelum ibnu sina, mengatakan :

filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki

hakikat yang sebenarnya.

5. Immanuel kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir barat, mengatakan :

filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya

empat persoalan, yaitu: ” apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)

” apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika) ” sampai di manakah

pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)

6. Prof. Dr. Fuad hasan, guru besar psikologi ui, menyimpulkan: filsafat adalah suatu

ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya

suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu

filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.

7. Drs h. Hasbullah bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki

segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan

manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana

hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap

manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

14

Page 14: FILSAFAT UDO IMAS

b) Karakteristik berfikir filsafat

1. Menyeluruh

Artinya, Pemikiran yang luas karena tidak membataasi diri dan bukan hanya

ditinjau dari satu sudut pandangan tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui

hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu – ilmu lain, hubungan ilmu dengan moral,

seni, dan tujuan hidup.

2. Mendasar

Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau

esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap

nilai dan keilmuan. Jadi, tidak hanya berhenti pada periferis

( Kulitnya ) saja, tetapi sampai tembus ke kedalamannya.

3. Spekulatif

Artinya, hasil pemikiran yang didapat dijadikan dasar bagi pemikiran

selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah

wilayah pengetahuan yang baru. Meskipun demikian, tidak berarti hasil pemikiran

kefilsafatan itu meragukan, karena tidak pernah mencapai penyelesaian.

c) Persoalan filsafat

1. Ruang Lingkup Persoalan Filsafat Ilmu

Hingga saat ini filsafat ilmu telah berkembang pesat sehingga menjadi suatu

bidang pengetahuan yang amat luas dan sangat mendalam. Beberapa filusuf

memberikan pendapatnya tentang ruang lingkup filsafat ilmu. Diantara filusuf-filusuf

tersebut adalah:

a. Pater Anggeles

Sebagaimana dikutip Liang Gie, dalam bukunya Dictionary of Philosohy, Pater

Anggeles membagi empat konsentrasi utama dalam filsafat ilmu :

1. Telaah mengenai beberaa konsep, pra anggapan, dan metode ilmu, berikut

analisis, perluasan dan penyusunannya untuk mendaatkan pengetahuan yang

lebih ajeg dan cermat.

2. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut

struktur perlambangannya.

3. Telaah mengenai saling keterkaitan antara berbagai macam ilmu.

15

Page 15: FILSAFAT UDO IMAS

4. Telaah mengenai berbagai akibat pengtahuan ilmiah bagi hal-hal yang

berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas,

hubungan logika dan matematika dengan realitas, entitas teoritis, sumber dan

keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar manusia.

b. Cornelius Benjamin

Dalam pandangannya, pokok-pokok asal filsafat ilmu dibagi dalam tiga bidang,

meliputi:

1. Telaah mengenai metode ilmu, lambang ilmiah, dan struktur logis dari system

berlambang ilmiah. Telaah ini banyak menyangkut logika dan teori

pengetahuan, dan teori umum tentang tanda.

2. Penjelasan mengenai konsep dasar, pra anggapan dan pangkal pendirian ilmu,

berikut landasan-landasan empiris, rasional dan ragmatis yang menjadi tempat

tumpuannya.

3. Aneka telaah mengenai saling keterkaitan diantara berbagai ilmu dan

implikasinya bagi suatu teori alam semesta seperti idealisme, materialime,

monisme dan pluralisme.

c. Arthur Danto

Dalam uraiannya dapat disimpulakan bahwa lingkupan filsafat ilmu mencakup:

1. Persoalan-persoalan konsep yang memiliki kaitan erat dengan ilmu itu sendiri

sehingga pemecahannya dapat seketika dipandang sebagai sumbangan kepada

ilmu dari pada kepada filsafat.

2. Persoalan-persoalan umum dengan pertalian umum yang filsafati sehingga

pemecahannya merupakan suatu sumbangan kepada metafisika atau

epistimologi seperti kepada filsafat ilmu yang sesungguhnya.

d. Israel Scheffier

Filsafat ilmu yang mencari pengetahuan umu tentang ilmu atau dunia sebagaimana

ditunjukkan oleh ilmu, cakupannya ada tiga bidang, yaitu:

1. Peran ilmu dalam masyarakat, yang menelaah hubungan-hubungan antara

faktor-faktor kemasyarakatan dan ide-ide ilmiah.

16

Page 16: FILSAFAT UDO IMAS

2. Dunia sebagaimana digambarkan oleh ilmu, berusaha melukiskan asal mula

dan struktur alam semesta menurut teori-teori yang terbaik dan penemuan-

penemuan dalam kosmologi.

3. Landasan-landasan ilmu, menyelidiki metode umum, bentuk logis, cara

penyimpulan, dan konsep dasar ilmu-ilmu.

e. Ensiklopedia Britanica, merangkum tentang cakupan filsafat ilmu sebagai berikut:

1. Sifat dasar dan lingkup filsafat ilmu dan hubungannya dengan cabang ilmu lain,

aneka ragam soal dan metode-metode hampiran terhadap filsafat ilmu.

2. Berdasarkan sisi histories.

3. Unsur-unsur sisi ilmiah.

4. Gerakan-gerakan pemikiran ilmiah, meliputi penemuan ilmiah, pembuktian

keabsahan dan embenaran dari konsep dan teori baru, dan penyatuan teori-

teori dan konsep-konsep ilmu yang terpisah.

5. Kedudukan filsafat dari teori ilmiah, yang terdiri dari: kedudukan proporsi

ilmiah dan konsep entitas, hubungan antara analisis filsafati dan praktek

ilmiah.

6. Pentingnya pengetahuan ilmiah bagi bidang-bidang lain dari pengalaman dan

soal manusia.

f. Noeng Muhadjir, dalam bukunya Filsafat Ilmu: Positivisme, Post Positivisme dan

Post Modernimisme.

Mengemukakan bahwa obyek studi filsafat minimal terdiri atas dua hal yang

substansif, meliputi kenyataan dan kebenaran dan dua hal yang instrumentatif,

meliputi konfirmasi dan logika inferensi.

Dengan memperhatikan perkembangan filsafat ilmu dewasa ini, John Loosee,

seorang fisuf pengamat sejarah menyimpulkan bahwa filsafat ilmu dapat

dikelompokkan menjadi empat konsepsi:

1. Filsafat ilmu yang berusaha menyusun pandangan-pandangan dunia

berdasarkan teori-teori ilmiah yang penting.

2. Filsafat ilmu yang berusaha memaparkan pra-anggapan dan kecenderungan

ilmuan.

17

Page 17: FILSAFAT UDO IMAS

3. Filsafat ilmu sebagai cabang pengetahuan yang menganalisis konsep dan teori

dari ilmu.

4. Filsafat ilmu sebagai pengetahuan kritis yang menelaah ilmu sebagai

sasarannya11.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN DAN SARAN

11 http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20101028224923AA0cLpp

18

Page 18: FILSAFAT UDO IMAS

Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa antara ilmu dan filsafat ada persamaan

dan perbedaannya.Perbedaannya ilmu bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah melakukan

pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan filsafat bersifat priori kesimpulan-kesimpulannya

ditarik tanpa pengujian, sebab filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti yang dimiliki

ilmu karena filsafat bersifat spekulatif.

Di samping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan yaitu sama-

sama mencari kebenaran. Ilmu memiliki tugas melukiskan filsafat bertugas untuk menafsirkan

kesemestaan aktivitas ilmu digerakan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta, sedangkan

filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu dari mana awalnya dan

akan ke mana akhirnya

Selanjutnya kritik dan saran kami harapkan dari semua pihak demi perbaikan penulisan

selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bakker, Anton dkk. 1989. Metodologi Penelitian Filsafat.Yogyakarta : Pustaka Filsafat

http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/08/pengertian-filsafat-ilmu.html

19

Page 19: FILSAFAT UDO IMAS

http://www.google.co.id/#hl=id&q=definisi+ilmu+pengetahuan&meta=&aq=f&oq=definisi+ilmu+penget

ahuan&fp=7e99b3a5df14a093

http://hadikasmajads.blogspot.com/2011/01/makalah-filsafat-ilmu-fakta-kepercayaan.html

http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.html

http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.html

http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.html

Archi J Bahm. What is Science?. 1980 (New Mexico: Al-buquerque). Hal: 1

Drs. Surajiyo,. Drs. Sugeng Astanto, M.Si,. Dra. Sri Andiani. Dasar-dasar Logika. 2006. (Jakarta: Bumi

Aksara). Hal: 11.

Suparlan Suhartono, Ph.D. Dasar-dasar Filsafat. 2004. (Yogyakarta: Ar-Ruzz). Hal: 97.

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&dn=20080702084806

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20101028224923AA0cLpp

20