6
FISIOLOGI SALURAN NAPAS ATAS 1. Hidung sebagai fungsi respirasi Udara inspirasi masuk ke hidung menuju system respirasi melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah kea arah nasofaring. Aliran u dara di hidung ini berbentuk lengkungan atau arkus. Saat udara mengalir melalui hidung, terdapat tiga fungsi berbeda yang dikerjakan oleh rongga hidung. - Udara dihangatkan oleh permukaan konka dan septum yang luas, dengan total area kira-kira 160 cm 2 . Dan dimungkinkan oleh banyaknya pembuluh darah di abawah epitel - Udara dilembabkan sampai hampir lembab sempurna bahkan sebelum udara meninggalkan hidung. Udara yang dihirup akan mengalami humidifikasi oleh palut lendir. - Udara disaring sebagian. Bulu-bulu pada pintu masuk lubang hidung penting menyaring partikel-partikel besar. Walaupun demikian, jauh lebih penting mengeluarkan partikel melalui presipitasi turbulen. Artinya, udara yang mengalir melalui saluran hidung membentur banyak dinding penghalang : konka (yang disebut juga turbunates, sebab konka menimbulkan turbulensi udara), septum dan dinding faring. Tiap kali udara membentur penghalang ini ,udara harus mengubah arah alirannya. Partikel-partikel yang terdisuspensi dalam udara, mempunyai momentum dan massa yang jauh lebih besar dari pada udara, sehingga tidak dapat mengubah arah perjalanannya secepat udara. Oleh karena itu, pertikel- partikel tersebut terus melaju ke depan, membentur permukaan penghalang-penghalang ini, dan kemudian dijerat oleh mukus pelapis dan diangkut olehcilia ke faring untuk ditelan. Silia dan palut lendir juga berperan untuk mengeluarkan partikel-pertikel yang besar melalui reflex bersin Biasanya suhu udara inspirasi meningkat sampai 1 0 F melebihi suhu tubuh dan dengan kejenuhan uap air 2 – 3 % sebelum udara

Fisiologi Saluran Napas Atas

  • Upload
    you-did

  • View
    214

  • Download
    21

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Fisiologi Saluran Napas Atas

FISIOLOGI SALURAN NAPAS ATAS

1. Hidung sebagai fungsi respirasiUdara inspirasi masuk ke hidung menuju system respirasi melalui nares anterior, lalu

naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah kea arah nasofaring. Aliran u dara di hidung ini berbentuk lengkungan atau arkus.

Saat udara mengalir melalui hidung, terdapat tiga fungsi berbeda yang dikerjakan oleh rongga hidung.

- Udara dihangatkan oleh permukaan konka dan septum yang luas, dengan total area kira-kira 160 cm2. Dan dimungkinkan oleh banyaknya pembuluh darah di abawah epitel

- Udara dilembabkan sampai hampir lembab sempurna bahkan sebelum udara meninggalkan hidung. Udara yang dihirup akan mengalami humidifikasi oleh palut lendir.

- Udara disaring sebagian. Bulu-bulu pada pintu masuk lubang hidung penting menyaring partikel-partikel besar. Walaupun demikian, jauh lebih penting mengeluarkan partikel melalui presipitasi turbulen. Artinya, udara yang mengalir melalui saluran hidung membentur banyak dinding penghalang : konka (yang disebut juga turbunates, sebab konka menimbulkan turbulensi udara), septum dan dinding faring. Tiap kali udara membentur penghalang ini ,udara harus mengubah arah alirannya. Partikel-partikel yang terdisuspensi dalam udara, mempunyai momentum dan massa yang jauh lebih besar dari pada udara, sehingga tidak dapat mengubah arah perjalanannya secepat udara. Oleh karena itu, pertikel-partikel tersebut terus melaju ke depan, membentur permukaan penghalang-penghalang ini, dan kemudian dijerat oleh mukus pelapis dan diangkut olehcilia ke faring untuk ditelan. Silia dan palut lendir juga berperan untuk mengeluarkan partikel-pertikel yang besar melalui reflex bersin

Biasanya suhu udara inspirasi meningkat sampai 10 F melebihi suhu tubuh dan dengan kejenuhan uap air 2 – 3 % sebelum udara mencapai trakea. Bila orang bernafas melalui pipa langsung ke trakea (seperti pada trakeostomi), pendinginan dan terutama dibagian bawah paruh dapat menimbulkan kerusakan dan infeksi paruh yang serius.

2. Sinus paranasal sebagai fungsi respirasi

Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi. Ada empat pasang sinus paranasal yaitu:

- Sinus maksila merupakan sinus paranasar yang terbesar.

- Sinus frontal.

- Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon.

- Sinus sfenoid.

Sampai saat ini belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak mempuunyai fungsi apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan tulang muka.

Page 2: Fisiologi Saluran Napas Atas

Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain:

- Sebagai pengatur kondisi udara dimana berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi. Namun keberatan terhadap teori ini ialah karena ternyata tidak didapati pertukaran udara yang definitive antara sinus dan rongga hidung. Selain itu, volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus. Lagi pula mukosasinus tidak mempunya vaskularisasi dan kelenjar yang sebanya mukosa hidung.

- Sebagai penahan suhu (buffer) panas, melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Akan tetapi kenyataannya sinus-sinus yang besar tidak terletak di antara hidung dan organ-organ yang dilindungi.

- Membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang kepala. Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya akan memberikan pertambahan berat 1% dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap tidak bermakna.

- Sebagai peredam perubahan tekanan udara bila ada perubahan tekanan yang besar yang mendadak, misalnya pada waktu bersin atau buang ingus.

- Membantu produksi mukus meskipun jumlah yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dari mukus dari rongga hidung. Namun efektif untuk membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena mukus ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis.

3. Faring sebagai fungsi respirasiFaring adalah pipa berotot berukuran12,5 cm yangberjalan dari dasar tengkorak sampai

persambungannya dengan oesophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larynx (larynx-faringeal). Bagian sebelah atas faring dibentuk oleh badan tulang sfenoidalis dan sebelah dalamnya berhungan langsung dengan esophagus. Pada bagian belakang, faring dipisahkan dari vertebra servikalis oleh jaringan penghubung, sementara dinding depannya tidak sempurna dan berhubungan dengan hidung, mulut, dan laring.

Faring dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu:

- NasofaringNasofaring adalah faring yangterletak di belakang hidung diatas palatum yang lembut. Pada dinding posterior terdapat lintasan jaringan limfoid yang disebut tonsil faringeal/adenoid. Jaringan ini kadang-kadang membesar dan menutupi faring serta menyebabkan pernapasan mulut pada anak-anak. Tubulus auditorium terbuka dari dinding lateral nasofaring dan melalui lubang tersebut udara dibawa ke bagian tengah telinga. Nasofaring dilapisi olehmembran mukosa bersilia yang merupakan lanjutan dari membrane yang melapisi bagian hidung.

- OrofaringOrofaring dilapisi oleh jaringan epitel berjenjang. Orofaring terletak di belakang mulut di bawah palatum lunak, dimana dinding lateralnya saling berhubungan. Diantara lipatan dinding ini ada yang disebut arkuspalatoglosum yang merupakan

Page 3: Fisiologi Saluran Napas Atas

kumpulan jaringan limfoidyang disebut tonsil palatum. Orofaring merupakan bagian dari system pernapasan dan system pencernaan, tetapi tidak dapat digunakan untuk menelan dan bernafas secara bersamaan. Saat menelan, pernapasan berhenti sebentar dan orofaring terpisah sempurna dari nasofaring dengan terangkatnya palatum.

- LaringofaringLaringofaring mengelilingi mulut esophagus dan laring, yang merupakan gerbang untuk sistem respirstorik selanjutnya. Merupakan posisi terendah dari faring. Pada bagian bawahnya, system respirasi menjadi terpisah dari system digestil. Makanan masuk ke bagian belakang, oesophagus dan udara masuk kea rah depan masuk ke laring.

4. Laring sebagai fungsi respirasiWalaupun laring dianggap sebagai organ penghasil suara, namun ternyata mempunyai

tiga fungsi utama yaitu proteksi jalan napas, respirasi, dan ponasi. Kenyataannya, laring mula-mula berkembang sebagai suatu sfingter yang melindungi saluran pernapasan, sementara perkembangan suara merupakan peristiwa yang terjadi belakangan.

Perlindungan jalan napas selama aksi menelan terjadi melalui berbagai mekanisme berbeda. Aditus laringis sendiri tertutup oleh kelenjar sfingterdari otot tiroaritenoideus dalam plika ariepiglotika dan korda vocalis palsu, disamping aduksi korda vocalis sejati dan aritenoid yang ditimbulakan oleh otot intrinsic laring lainnya. Elevasi laring dibawah pangkal lidah melindungi laring lebih lanjut dengan mendorong epiglottis dan plika ariepiglotika ke abawah menutup aditus. Struktur ini mengalihkan makanan ke lateral, menjauhi aditus laringis dan masuk ke sinus piriformis, selanjutkan ke introitus esofagi. Relaksasi otot krikofaringeus yang terjadi bersamaan mempermudah jalan makanan ke dalam esofagus sehingga tidak masuk ke laring. Di samping itu, respirasi juga dihambat selama proses menelan melalui suatu reflex yang diperantarai reseptor pada mukosa daerah supra glottis. Hal ini mencegah inhalasi makanan atau saliva.

Selama respirasi, tekanan intratoraks dikendalikan oleh berbagai derajat penutupan korda vocalis sejati. Perubahan tekanan ini membantu system jantung seperti juga yang mempengaruhi pengisisan dan pengosongan jantung dan paru. Selain itu, bentuk korda vokalis palsu dan sejati memungkinkan laring berfungsi sebagai katub tekanan bila menutup, memungkinkan peningkatan tekanan intratorakal yang diperlukan untuk tindakan-tindakan mengejan, misalnya mengangkat berat atau defekasi. Pelepasan tekanan secara mendadak menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan ekspansi alveoli terminal dari aru dan membersihkan secret atau partikel makanan yang berakir dalam aditus laringis, selain semu mekanisme proteksi lain yang disebutkan diatas.

Namun, pembentukan suara agaknya merupakan fungsi laring yang paling kompleks dan paing baik diteliti. Penemuan system pengamatan serat optic dan stroboskop yang dapat dikordinasikan dengan frekuensi suara sangat membantu dalam memahami fenomena ini. Korda vocalis sejati yang tereduksi, kini diduga sebagai alat bunyi pasif yang bergetar akibat udara yang dipaksa antara korda vocalis sebagai akibat kontraksi otot-otot ekspirasi

Page 4: Fisiologi Saluran Napas Atas

REFERENSI:1. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Tenggorok Kepala dan Leher. Ed 6. FKUI2. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Ed 6. Adams Boies Higler. Jakarta EGC3. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Guyton & Hall. Ed 11. Jakarta EGC4. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ganong. Ed 22. Jakarta EGC