Upload
ryan-tito
View
395
Download
22
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Instrumentasi dan Pengendalian Proses, D3 Teknik Kimia Universitas Riau
Citation preview
Laporan Praktikum Dosen PembimbingInstrumentasi dan Pengendalian Proses Ir.Rozanna Sri Irianty,M.Si
FLOWMETER
Disusun Oleh :
Kelompok : II (Dua)
Nama : 1. Rita P. Mendrova (1107035609)
2. Ryan Tito (1107021186)
3. Yakub J. Silaen (1107036648)
LABORATORIUM INSTRUKSIONAL DASAR PROSES & OPERASI PABRIK
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2013
Abstrak
Flowmeter adalah alat untuk mengukur laju aliran dari suatu fluida yang mengalir dalam pipa atau sambungan terbuka. Praktikum ini bertujuan agar dapat mengukur debit aliran, membandingkan keakuratan dan kehilangan tenaga pada flowmeter. Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah orificimeter, venturimeter, dan rotameter. Prinsip kerja orificimeter dan venturimeter hampir sama, yaitu dengan mengalirkan fluida melalui nozzle maka akan terjadi beda tekanan pada nozzle tersebut. Namun yang membedakan adalah pada orificimeter beda tekanan terjadi sebelum dan sesudah nozzle, pada venturimeter beda tekanan terjadi sebelum dan pada saat melalui nozzle tersebut. Prinsip kerja rotameter yaitu dengan mengalirkan fluida dari bawah ke atas melalui tabung dan float yang ada pada tabung. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa alat yang paling akurat untuk mengukur debit alir pada praktikum ini adalah orificemeter, sedangkan kehilangan tenaga terbesar dihasilkan pada rotameter.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fluida yang masuk dan keluar dari suatu alat proses, umumnya dialirkan
melalui pipa, sedangkan kuantitas atau debit fluida yang dialirkan dapat
ditentukan dengan bermacam jenis alat ukur debit aliran. Alat ukur fluida yang
banyak digunakan ada yang didasarkan pada perubahan tinggi tekan aliran fluida
dan ada pula yang didasarkan pada perubahan penampang aliran fluida.
Venturimeter dan orificemeter adalah contoh alat ukur debit aliran fluida
yang pengamatannya berdasarkan pada perubahan tinggi tekan aliran fluida,
sedangkan rotameter berdasarkan pada perubahan luas area aliran fluida.
1.2. Landasan Teori
Flowmeter adalah alat untuk mengukur jumlah atau laju aliran dari suatu
fluida yang mengalir dalam pipa atau sambungan terbuka. Alat ini terdiri dari
primary device, yang disebut sebagai alat utama dan secondary device (alat bantu
sekunder) .
Pengukuran atau penyensoran aliran fluida dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Pengukuran kuantitas
Pengukuran ini memberikan petunjuk yang sebanding dengan
kuantitas total yang telah mengalir dalam waktu tertentu. Fluida mengalir
melewati elemen primer secara berturutan dalam kuantitas yang kurang lebih
terisolasi dengan secara bergantian mengisi dan mengosongkan bejana pengukur
yang diketahui kapasitasnya.
Pengukuran kuantitas diklasifikasikan menurut :
a. Pengukur gravimetri atau pengukuran berat
b. Pengukur volumetri untuk cairan
c. Pengukur volumetri untuk gas
2. Pengukuran laju aliran
Laju aliran Q merupakan fungsi luas pipa A dan kecepatan V dari cairan
yang mengalir lewat pipa, yakni:
Q = A.V ......................................................................................(1.1)
tetapi dalam praktek, kecepatan tidak merata, lebih besar di pusat. Jadi kecepatan
terukur rata-rata dari cairan atau gas dapat berbeda dari kecepatan rata-rata
sebenarnya. Gejala ini dapat dikoreksi sebagai berikut:
Q = K.A.V ..................................................................................(1.2)
dimana K adalah konstanta untuk pipa tertentu dan menggambarkan hubungan
antara kecepatan rata-rata sebenarnya dan kecepatan terukur. Nilai konstanta ini
bisa didapatkan melalui eksperimen.
Gambar 1.1 Vortex shedding flowmeter, (a) flowmeter geometry, (b)
response, (c) readout block diagram.
3. Pengukuran metoda diferensial tekanan
Jenis pengukur aliran yang paling luas digunakan adalah pengukuran
tekanan diferensial. Pada prinsipnya beda luas penampang melintang dari aliran
dikurangi dengan yang mengakibatkan naiknya kecepatan, sehingga menaikan
pula energi gerakan atau energi kinetis. Karena energi tidak bisa diciptakan atau
dimusnahkan (Hukum kekekalan energi), maka kenaikan energi kinetis ini
diperoleh dari energi tekanan yang berubah.
Lebih jelasnya, apabila fluida bergerak melewati penghantar (pipa)
yang seragam dengan kecepatan rendah, maka gerakan partikel masing-masing
umumnya sejajar disepanjang garis dinding pipa. Kalau laju aliran meningkat,
titik puncak dicapai apabila gerakan partikel menjadi lebih acak dan kompleks.
Kecepatan kira-kira di mana perubahan ini terjadi dinamakan kecepatan
kritis dan aliran pada tingkat kelajuan yang lebih tinggi dinamakan turbulen dan
pada tingkat kelajuan lebih rendah dinamakan laminer.
Kecepatan kritis dinamakan juga angka Reynold, dituliskan tanpa dimensi:
di mana :
D = dimensi penampang arus fluida, biasanya diameter
ρ = kerapatan fluida
V = kecepatan fluida
μ = kecepatan absolut fluida
Batas kecepatan kritis untuk pipa biasanya berada diantara 2000 sampai 2300.
Pengukuran aliran metoda ini dapat dilakukan dengan banyak cara
misalnya: menggunakan pipa venturi, pipa pitot, orifice plat (lubang sempit),
turbine flow meter, rotameter, cara thermal, menggunakan bahan radio aktif,
elektromagnetik, ultar sonic dan flowmeter gyro. Cara lain dapat dikembangkan
sendiri sesuai dengan kebutuhan proses.
1.2.1.Venturimeter
Venturimeter terdiri dari tiga batang pipa yang tersambung secara
kompak. Bagian pertama pipa yang berbentuk kerucut dengan diameternya
mengecil, bagian kedua pipa dengan diameter tertentu, dan pada bagian ketiga
pipa berbentuk kerucut dengan diameter membesar. Secara sederhana dapat
RD=DρV
μ
dikatakan venturimeter sebagai pipa yang mempunyai nozzle. Sketsa venturimeter
seperti tampak pada Gambar 1.2
Kecepatan linier fluida yang mengalir pada venturimeter akan bertambah
disepanjang bagian pertama venturimeter ini, sedangkan tekanannya semakin
berkurang. Selanjutnya kecepatan fluida akan berkurang pula ketika fluida
memasuki bagian ketiga venturimeter. Penurunan tekanan aliran fluida pada
venturimeter ini yang dimanfaatkan sebagai landasan untuk mengukur debit aliran
fluida.
Gambar 1.2 Sketsa Venturimeter
Dengan menggunakan persamaan Bernouli:
ΔZggc
+ Δv 22gc
+ ΔPρ
+F=−W..................................................................(1.3)
maka untuk venturimeter berlaku persamaan :
Q=Cv . A2√ 2. gc(Δpp )
1−( A2
A1)2
.................................................................(1.4)
Dengan :
Q : Debit Aliran, ft3/det
Cv : Koefisien Discharger Venturimeter
A1 : Luas Penampang Pipa, ft2
A2 : Luas Penampang Nozzle, ft2
Ρ : Berat Jenis Fluida, lbm/ft3
gc : Konstanta Gravitasi, 32,174 lbm ft/lbf det
Δp : Penurunan Tekanan, lbf/ft2
Δh : Beda Tinggi Fluida pada Manometer
1.2.2.Meteran Orifice
Meteran Orifice mempunyai kelemahan tertentu dalam praktek pabrik
pada umumnya. Alat ini cukup mahal, mengambil tempat cukup besar, dan rasio
diameter leher terhadap diameter pipa tidak dapat diubah-ubah. Untuk meteran
tertentu dengan sistem manometer tertentu pula laju aliran maksimum yang dapat
diukur terbesar untuk memberikan bacaan yang teliti, atau terlalu kecil untuk
dapat menampung laju lairan maksimum yang baru. Meteran Orifice dapat
mengatasi keberatan-keberatan terhadap venturi, tetapi konsumsi dayanya lebih
tinggi.
Orifice terdiri dari dua buah pipa dengan diameter sama yang dihubungkan
oleh sebuah plat berlubang kecil atau disebut orifice yang terpasang secara
konsentris. Sketsa orificemeter tampak pada Gambar 1.3. Prinsip kerja
orificemeter hampir sama dengan venturimeter. Perubahan penampang aliran
fluida dari pipa menuju orifice menyebabkan kecepatan linier fluida semakin
membesar, sedangkan tinggi tekannya semakin menurun. Perbedaan tinggi ini
dimanfaatkan untuk mengukur kecepatan debit aliran fluida. Untuk Orificemeter
berlaku persamaan :
Q=Cv . A2 √ 2. gc(Δpp )
1−( A2
A1)2
...................................................................(1.5)
Dengan :
Q : Debit Aliran, ft3/det
Cv : Koefisien Discharger Venturimeter
A1 : Luas Penampang Pipa, ft2
A2 : Luas Penampang Nozzle, ft2
Ρ : Berat Jenis Fluida, lbm/ft3
gc : Konstanta Gravitasi, 32,174 lbm ft/lbf det
Δp : Penurunan Tekanan, lbf/ft2
Δh : Beda Tinggi Fluida pada Manometer
Gambar 1.3. Sketsa Orificemeter
1.2.3.Rotameter
Rotameter terdiri dari pipa tirus tegak yang didalamnya ditempatkan
sebuah benda pengapung. Aliran fluida mengalir dari bawah ke atas memasuki
ruang rotameter. Karena laju aliran fluida, maka benda pengapung yang ada di
dalamnya bergerak naik dan turun sesuai dengan besarnya debit aliran fluida.
Sketsa rotameter seperti tampak pada Gambar 1.4
Gambar 1.4 Sketsa Rotameter
Pada rotameter ini perubahan tekanannya tetap, tetapi area aliran
fluidanya berubah-ubah sesuai dengan kecepatan debit aliran fluida. Hal ini
berakibat pada naik turnunya benda pengapung. Perubahan naik turun benda
pengapung ini dijadikan dasar untuk menentukan debit aliran fluida.
Berdasarkan gaya-gaya yang bekerja pada benda pengapung pada
keadaan seimbang dan dibantu dengan memanfaatkan persamaan kontinuitas,
berikutnya juga dengan melakukan manipulasi matematis untuk penyederhanaan,
maka didapat persamaan untuk rotameter :
Q=C r . A0√2gc . V f ( ρf −ρ ) .1
A f . ρ(1−A
02
A1
2 )............................................................................(1.6)
Dengan :
Q : Debit Aliran, ft3/det
Cr : Koefisien Discharger Venturimeter
A0 : Luas Penampang Pipa, ft2
A1 : Luas Penampang Nozzle, ft2
Ρ : Berat Jenis Fluida, lbm/ft3
gc : Konstanta Gravitasi, 32,174 lbm ft/lbf det
Δp : Penurunan Tekanan, lbf/ft2
Δh : Beda Tinggi Fluida pada Manomete
Secara empiris, debit aliran fluida untuk venturimeter, orificemeter
maupun rotameter juga dapat dirumuskan dengan
Q=a .hb....................................................................................................(1.7)
Dengan
Q = Debit Aliran Fluida, ft3/det
h = Beda Tinggi Tekan , ft
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1. Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan flowmeter adalah 1 set alat berupa
flowmeter yang terpasang berurutan: venturimeter, rotameter, dan orificimeter,
serta stopwatch dan gelas ukur 2000 ml. Sedangkan bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah air.
2.2. Prosedur Percobaan
Prosedur pengoperasian dalam percobaan flowmeter adalah sebagai
berikut:
1. Menyiapkan alat flowmeter kemudian melihat jumlah air yang ada di
dalam alat dan menambahkan air seperlunya jika air didalam alat sedikit.
2. Menghubungkan alat ukur dengan kontak listrik.
3. Menghidupkan pompa listrik dengan meng-ON-kan stop kontak.
4. Mengatur debit aliran fluida dengan memutar atau memperbesar dan
memperkecil bukaan valve.
5. Setelah keadaan aliran fluida konstan, praktikan membaca debit aliran Q,
perbedaan tinggi tekan h, untuk masing-masing alat venturimeter,
orificemeter dan rotameter.
6. Mengukur debit yang keluar secara manual dengan menggunakan gelas
ukur dan stopwatch yang dilakukan sebanyak 3 kali.
7. Menaikkan laju alir dan melakukan pengukuran manual sampai laju alir
maksimum bisa terbaca paling sedikit 15 set data hubungan antara debit
dan beda tinggi kolom air untuk orificimeter dan venturimeter serta tinggi
apung untuk rotameter.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Kurva Ketinggian Air Vs Debit Air pada Venturimeter, Orificemeter
dan Rotameter.
Percobaan flowmeter dilakukan dengan mengalirkan air menggunakan
pompa ke dalam alat flowmeter yang terdiri dari venturimeter, orificemeter dan
rotameter. Kecepatan alir air diatur sedemikian rupa sehingga didapat tinggi air
minimum pada setiap manometer yang terhubung pada flowmeter. Untuk
venturimeter, perbedaan tinggi air merupakan selisih tinggi air pada manometer h1
dan h2. Perbedaan tinggi air pada orificemeter merupakan selisih tinggi air pada
manometer h6 dan h7, sedangkan perbedaan tinggi air pada rotameter terukur
langsung pada nilai yang tertera di dinding tabung rotameter tersebut. Kecepatan
alir air kemudian dinaikkan kembali dan dilakukan pengukuran tinggi air pada
setiap manometer. Pengukuran dihentikan jika salah satu manometer telah
mencapai tinggi maksimum.
Disamping mengukur perbedaan tinggi air pada setiap flowmeter, juga
dilakukan pengukuran debit aliran air yang keluar dari alat sebanyak 3 kali.
Pengukuran dilakukan dengan menampung air yang keluar menggunakan gelas
ukur 2000 ml. Waktu yang dibutuhkan untuk menampung air yang keluar
sebanyak 1000 ml dicatat dan dihitung debit alirannya. Pengukuran debit aliran ini
dilakukan untuk mengetahui flowmeter mana yang memiliki tingkat keakuratan
yang baik.
Berdasarkan data hasil percobaan pada Tabel A.1 (lihat lampiran), dapat
dibuat kurva hubungan antara tinggi air (mmH2O) dengan debit air (Liter/menit)
pada venturimeter, orificemeter dan rotameter seperti yang disajikan pada Gambar
3.1.
5 10 15 200
15
30
45
60
75
90
f(x) = 0.944873014589575 x − 0.485714220669466R² = 0.979465356592553
f(x) = 7.36317394331738 x − 41.6479525357478R² = 0.994448483608381
f(x) = 8.32573273706753 x − 35.7732836854507R² = 0.987470642365293
Kurva tinggi air vs debit air pada venturimeter
Linear (Kurva tinggi air vs debit air pada ven-turimeter)
Kurva tinggi air vs debit air pada orificemeter
Linear (Kurva tinggi air vs debit air pada orificeme-ter)
Kurva tinggi air vs debit air pada rotameter
Linear (Kurva tinggi air vs debit air pada rotameter)
Debit air, Q(L/menit)
Tin
ggi a
ir, ∆
h(m
mH
2O)
Gambar 3.1 Kurva hubungan antara ketinggian air dalam manometer (mmH2O)
dengan debit air (L/menit) pada venturimeter, orificemeter dan rotameter.
Berdasarkan Gambar 3.1, untuk masing-masing flowmeter (venturimeter,
orificemeter dan rotameter), semakin besar debit aliran air maka semakin tinggi
pula tinggi air yang terbaca pada manometer (untuk rotameter yang dilihat yaitu
tinggi benda apung yang terdapat di dalam tabung). Nilai R2 merupakan gradien
atau garis lurus yang menyatakan tingkat ketelitian atau keakuratan dari data yang
diperoleh. Untuk standar penelitian biasanya nilai R2 berkisar antara 0,98 hingga
1,00. Berdasarkan Gambar 3.1, dapat pula dilihat bahwa nilai R2 yang mendekati
1,00 yaitu pada orificemeter, kemudian venturimeter dan yang memiliki nilai R2
yang terendah yaitu rotameter. Artinya, hasil percobaan menunjukkan bahwa
flowmeter yang memiliki keakuratan terbaik yaitu orificemeter, dengan nilai R2 =
0,994 dan persamaan pendekatan y = 7,363x – 41,63.
3.2. Kehilangan Tenaga pada Venturimeter, Orificemeter dan Rotameter.
Untuk venturimeter, kehilangan tenaga dalam bentuk pressure drop
merupakan selisih tinggi air pada manometer h1 dan h3. Kehilangan tenaga pada
orificemeter merupakan selisih tinggi air pada manometer h6 dan h8, sedangkan
kehilangan tenaga pada rotameter didapat dari selisih tinggi air pada manometer
h4 dan h5.
Berdasarkan data hasil percobaan pada Tabel A.1 (lihat lampiran), dapat
dibuat kurva hubungan antara kehilangan tenaga (mmH2O) dengan debit air
(Liter/menit) pada venturimeter, orificemeter dan rotameter seperti yang disajikan
pada Gambar 3.2.
0 5 10 15 200
10
20
30
40
50
60
70
Venturimeter
Orificemeter
Rotameter
Debit air, Q(L/menit)
Keh
ilan
gan
ten
aga,
h
Gambar 3.2 Kurva hubungan antara kehilangan tenaga (pressure drop)
vs debit air (L/menit) pada venturimeter, orificemeter dan rotameter.
Berdasarkan Gambar 3.2, kehilangan tenaga yang dihasilkan pada
venturimeter dan rotameter berfluktuasi seiring bertambahnya debit aliran air.
Sedangkan kehilangan tenaga pada orificemeter cenderung meningkat seiring
bertambahnya debit aliran air. Secara keseluruhan, kehilangan tenaga pada
rotameter jauh lebih besar dibandingkan pada flowmeter lainnya. Sedangkan
kehilangan tenaga terkecil dihasilkan pada venturimeter.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dengan menggunakan tiga alat flowmeter
yaitu venturimeter, rotameter dan orificemeter, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Flowmeter yang memiliki keakuratan lebih tinggi dalam mengukur debit
air adalah orificemeter, dengan nilai R² = 0,994 dan persamaan pendekatan
y = 7,363x – 41,63.
2. Kehilangan tenaga terbesar dihasilkan pada rotameter, sedangkan
kehilangan tenaga terkecil dihasilkan pada venturimeter.
4.2. Saran
Pada saat praktikum diharapkan ketelitian dalam menentukan kehilangan
tenaga, beda tinggi tekanan, dan pengaturan laju alir air.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
LAMPIRAN B
LAPORAN SEMENTARA
Judul Praktikum : Flowmeter
Hari/Tanggal Praktikum : Sabtu/21 September 2013
Pembimbing : Ir. Rozanna Sri Irianty, M.Si
Asisten Laboratorium : Sandredina
Nama Kelompok III : Rita P. Mendrova (1107035609)
Ryan Tito (1107021186)
Yakub J. Silaen (1107036648)
Tabel B.1 Data Hasil Pengamatan
NoWaktu, t (detik)*
h1 h2 h3 h4 h5 h h6 h7 h81 2 3
1 6,34 6,43 6,52 108 68 90 85 25 8 26 0 7
2 6,12 6,43 6,21 123 79 105 98 40 8,5 43 13 23
3 6,12 5,80 5,85 143 95 125 119 60 9 65 32 44
4 5,71 5,35 5,5 18513
0170 165 106 10
11
072 86
5 5,44 5,4 5,22 22616
5205 197 137 10,5
14
099 114
6 5,04 4,72 4,59 27320
3252 243 184 11,5
19
0140 159
7 4,6 4,4 4,7 32225
0305 275 220 12
22
5168 179
8 4 4,18 4,14 37028
5350 345 290 13
27
0205 220
*waktu yang dibutuhkan untuk menampung 1 Liter air.
Pekanbaru, 21 September 2013
Asisten Laboratorium,
Sandredina
DAFTAR PUSTAKA
Tim penyusun. 2013. Penuntun Praktikum Instrumentasi dan Pengendalian
Proses. Program Studi DIII Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.
Pekanbaru