16
5.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan Pada praktikum uji kandungan formalin sampel yang digunakan adalah tahu, lontong, ikan asin, cilok, mie basah dan bakso. Pertama sampel tersebut disiapkan sebanyak 10 gram. Kemudian diberikan dua perlakuan yang berbeda pada sampel tersebut yaitu dilakukan perendaman dan tanpa perendaman. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman terhadap kandungan formalin dalam sampel. Kemudian sampel dicincang dan dihaluskan supaya pelarutan zat-zat yang terdapat dalam sampel menjadi lebih mudah. Selanjutnya ditambahkan 20 ml air mendidih. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pelarutan zat- zat yang terdapat di dalam sampel karena pengaruh suhu tinggi yang dapat mepercepat laju reaksi. Setelah itu ditunggu sampai campuran tersebut dingin supaya kandungan dalam sampel benar-benar bereaksi dengan air. Selanjutnya diambil filtratnya kemudian ditetesi dengan 4 tetes reagen A dan reagen B. Reagen ini berfungsi sebagai peraksi agar dapat terjadi perubahan warna pada larutan sampel untuk menunjukkan ada atau tidaknya kandungan formalin pada sampel. Selanjutnya, dilakukan pengocokan menggunakan vortex untuk menghomogenkan larutan. kemudian ditunggu 5 sampai 10 menit agar reaksi yang terjadi dalam larutan lebih optimal. Terakhir adalah dilakukan pengamatan terhadap perubahan warna pada larutan tersebut. Apabila larutan berubah menjadi ungu maka dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut positif mengandung formalin. 5.2 Analisis Data

Formalin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

5.1 Skema Kerja dan Fungsi PerlakuanPada praktikum uji kandungan formalin sampel yang digunakan adalah tahu, lontong, ikan asin, cilok, mie basah dan bakso. Pertama sampel tersebut disiapkan sebanyak 10 gram. Kemudian diberikan dua perlakuan yang berbeda pada sampel tersebut yaitu dilakukan perendaman dan tanpa perendaman. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman terhadap kandungan formalin dalam sampel. Kemudian sampel dicincang dan dihaluskan supaya pelarutan zat-zat yang terdapat dalam sampel menjadi lebih mudah. Selanjutnya ditambahkan 20 ml air mendidih. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pelarutan zat-zat yang terdapat di dalam sampel karena pengaruh suhu tinggi yang dapat mepercepat laju reaksi.Setelah itu ditunggu sampai campuran tersebut dingin supaya kandungan dalam sampel benar-benar bereaksi dengan air. Selanjutnya diambil filtratnya kemudian ditetesi dengan 4 tetes reagen A dan reagen B. Reagen ini berfungsi sebagai peraksi agar dapat terjadi perubahan warna pada larutan sampel untuk menunjukkan ada atau tidaknya kandungan formalin pada sampel. Selanjutnya, dilakukan pengocokan menggunakan vortex untuk menghomogenkan larutan. kemudian ditunggu 5 sampai 10 menit agar reaksi yang terjadi dalam larutan lebih optimal. Terakhir adalah dilakukan pengamatan terhadap perubahan warna pada larutan tersebut. Apabila larutan berubah menjadi ungu maka dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut positif mengandung formalin.

5.2 Analisis DataBerdasarkan data pengamatan, dapat diketahui bahwa pada perlakuan tanpa perendaman, sampel yang hasil ujinya terbukti positif mengandung formalin adalah ikan asin, mie basah dan bakso. Setelah dilakukan pengujian dan pengamatan warna, sampel ikan asin memiliki warna yang paling ungu, kemudian bakso agak ungu dan mie basah sedikit ungu. Hal ini menunjukkan bahwa pada sampel ikan asin memiliki kandungan formalin yang paling banyak, karena semakin berwarna ungu maka kandungan formalin pada sampel tersebut semakin banyak. Sedangkan pada perlakuan perendaman dengan air panas menunjukkan bahwa sampel yang positif mengandung formalin adalah ikan asin dan bakso. Setelah dilakukan pengujian sampel ikan asin memiliki warna yang paling ungu dan pada sampel bakso agak ungu. Hal ini menunjukkan bahwa sampel ikan asin memiliki kandungan formalin yang paling banyak, karena semakin berwarna ungu maka kandungan formalin dalam sampel tersebut semakin banyak. Pada perlakuan perendaman dengan air panas, sampel mie basah tidak terdeteksi kandungan formalinnya. Hal ini menunjukkan bahwa proses perendaman menggunakan air panas dapat mempengaruhi kandungan formalin, yaitu dapat menurunkan kandungan formalinnya.

5.1 Skema Kerja dan Fungsi PerlakuanPada pengujian kandungan formalin, yang pertama dilakukan adalah menyiapkan sampel sebanyak 10 gram. Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah tahu, lontong, ikan asin, cilok, mie basah dan bakso. Sampel tersebut kemudian dilakukan dua perlakuan yang berbeda yaitu dilakukan perendaman dan tanpa perendaman. Perbedaan perlakuan ini untuk mengetahui pengaruh perendaman terhadap kandungan formalin dalam sampel. Kemudian sampel dicincang dan dihaluskan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pelarutan zat-zat yang terdapat dalam sampel. Selanjutnya ditambahkan 20 ml air mendidih yang bertujuan untuk mempermudah pelarutan zat-zat yang terdapat di dalam sampel karena pengaruh suhu tinggi yang dapat mepercepat laju reaksi. Kemudian tunggu sampai campuran tersebut dingin agar kandungan dalam sampel benar-benar bereaksi dengan air tersebut. Setelah itu, diambil filtratnya dan ditetesi dengan 4 tetes reagen A dan reagen B sebagai peraksi agar dapat terjadi perubahan warna pada larutan sampel untuk menunjukkan ada atau tidaknya formalin dalam bahan pangan tersebut. Selanjutnya, dilakukan pengocokan menggunakan vortex untuk menghomogenkan larutan. Setelah itu ditunggu antara 5 sampai 10 menit agar reaksi dalam larutan optimal. Tahap terakhir adalah dilakukan pengamatan terhadap perubahan warna pada larutan tersebut. Apabila larutan berubah menjadi ungu maka larutan positif mengandung formalin. Kemudian dilakukan pencatatan terhadap hasilnya.

5.2 Analisis DataPenggunaan formalin pada bahan pangan berbahaya karena. Oleh sebab itu, sangat dilarang menggunakan formalin sebagai bahan campuran dan pengawet makanan. Dapat kita ketahui bahwa formalin merupakan senyawa kimia yang biasanya digunakan sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai keperluan jenis industri, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku dan bahan untuk insulasi busa dan masih banyak lainnya. Namun, penggunaan formalin oleh sebagian orang disalah gunakan dengan menggunakannya pada bahan pangan untuk mengawetkan makanan. Pengujian kandungan formalin dilakukan terhadap beberapa sampel yaitu tahu, lontong, cilok, bakso, mie basah, dan ikan asin dengan dua perlakuan yang berbeda yaitu direndam dan tanpa perendaman. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya formalin dalam makanan dan untuk mengetahui pengaruh tanpa perendaman dan perendaman dengan air mendidih.Pada perlakuan tanpa perendaman dengan air mendidih, didapatkan sampel ikan asin, mie basah dan bakso mengandung formalin karena hasil uji menunjukkan positif (+). Pada sampel ikan asin menunjukkan warna yang paling ungu. Kedua yaitu bakso dan yang terkecil yaitu mie basah. Perbedaan ini mungkin dikarenakan konsentrasi formalin yang terdapat pada sampel tersebut berbeda. Semakin pekat warna ungu pada sampel maka menunjukkan bahwa semakin banyak pula konsentrasi formalin yang terapat pada sampel. Menurut Yuliarti (2007), pada ikan asin dalam industri perikanan, formalin digunakan menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik ikan. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah sehingga terkadang ikan yang diobati malah mati akibat formalin daripada akibat penyakitnya. Formalin banyak digunakan dalam pengawetan sampel ikan untuk keperluan penelitian dan identifikasi. Namun para produsen mengunakannya secara sembarangan. Sedangkan sampel tahu, lontong, dan cilok yang dianalisis ternyata tidak menunjukkan hasil uji yang positif (+) dan tidak berwarna ungu. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahwa sampel tahu, lontong, dan cilok tersebut tidak mengandung formalin. Namun, kemungkinan sampel tahu, lontong, dan cilok yang dianalisis mengandung formalin, akan tetapi dalam konsentrasi yang sangat sedikit, sehingga saat dianalisis kualitatif tidak menunjukkan hasil positif.Pada perlakuan dengan perendaman pada air mendidih, menunjukan bahwa sampel ikan asin dan bakso masih mengandung formalin karena hasil uji menunjukkan positif (+). Pada sampel ikan asin menunjukkan warna ungu yang lebih pekat dari pada sampel bakso. Perbedaan ini mungkin dikarenakan konsentrasi formalin yang terdapat pada sampel tersebut berbeda. Semakin pekat warna ungu pada sampel maka menunjukkan bahwa semakin banyak pula konsentrasi formalin yang terapat pada sampel. Sedangkan sampel tahu, lontong, cilok, dan mie basah tidak mengandung formalin. Hal ini didukung dengan hasil uji yang menyatakan negatif (-) dan tidak berwarna ungu. Hal ini, mungkin dikarenakan adanya perlakuan dengan perendaman pada air mendidih. Perendaman dengan air mendidih dapat menurunkan kadar formalin yang terdapat pada sampel. Hal ini juga dapat diketahui bahwa kandungan formalin yang sebelumnya ada pada sampel mie basah dan sekarang tidak ada menunjukkan bahwa kadarnya sedikit.

Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna dengan bau menusuk, uapnya merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan dan rasa membakar. Bobot tiap mililiter adalah 1,08 gram. Dapat bercampur dengan air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dengan kloroform dan eter (Norman and Waddington, 1983). Didalam formalin mengandung sekitar 37% formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formaldehyde, dan Formalith (Astawan, Made, 2006).A. Uji Formalin pada Bakso dan SiomayHasil dari praktikum uji formalin pada bakso dan siomay dapat dilihat pada tabel 3.Tabel 3. Hasil uji formalin pada bakso dan siomayNo.SampelPerlakuan UjiReaksiHasil

1.BaksoDitambahkan larutan formaldehidTerjadi perubahan warna dari larutan formaldehid, yang sebelmunya berwarna ungu setelah beberapa saat berubah menjadi bening.+

2.SiomayDitambahkan larutan formaldehidTerjadi perubahan warna dari larutan formaldehid, yang sebelmunya berwarna ungu setelah beberapa saat berubah menjadi bening.+

Keterangan : + = positif mengandung formalin

Pada uji formalin sampel Bakso dan Somay dinyatakan positif atau mengandung formalin karena melalui identifikasi formalin dengan cara memberi larutan formalin pada sampel bakso atau siomay, yang sebelumnya larutan formalin berwarna ungu setelah beberapa saat dilakukan tindakan tersebut larutan tersebut berubah menjadi bening hal tersebut menunjukkan bahwa bakso dan siomay tersebut mengandung formalin. Satyasembiring (2007) mengemukakan bahwa Adanya formalin atau tidak dalam makanan bisa dengan tes kalium permanganate (KMnO4, kadang disebut PK, singkatan Permanganas Kalikus, warna serbuk ungu metalik kehitaman dapat dibeli diapotik). Uji ini cukup sederhana. Dengan melarutkan di air serbuk kalium permanganat hingga berwarna pink keunguan. Jika kita taruh potongan bahan makanan (mis: tahu atau makanan lainnya) kedalamnya, jika warna pink keunguan hilang (berkurang), ada kemungkinan ada komponen formalin.Formalin memiliki efek yang berbahaya bagi tubuh bila sampai terkonsumsi oleh tubuh. Lee, et all (1978) mengemukakan bahwa efek jangka pendek dari mengkonsumsi formalin antara lain terjadinya iritas pada saluran pernafasan, muntah-muntah, pusing, dan rasa terbakar pada tenggorokan. Efek jangka panjangnya adalah terjadinya kerusakan organ penting seperti hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan saraf pusat, dan ginjal.

B. Uji Boraks pada Bakso dan SiomayHasil dari praktikum uji borak pada bakso dan siomay dapat dilihat pada tabel 4.Tabel 4. Hasil uji boraks pada bakso dan siomayNo.SampelPerlakuan UjiReaksiHasil

1.BaksoDitambahkan larutan etanol kemudian sampel dibakar menggunakan korek apiSampel yang dibakar menimbulkan nyala api+

2.SiomayDitambahkan larutan etanol kemudian sampel dibakar menggunakan korek apiSampel yang dibakar menimbulkan nyala api+

Keterangan : + = positif mengandung boraks

Pada uji boraks, sampel bakso dan somay juga dinyatakan positif atau mengandung boraks karena melalui indentifikasi boraks dengan cara memberikan larutan etanol pada bakso/somay kemudian dibakar dengan menggunakan korek api, bakso/somay tersebut menimbulkan nyala api yang berwarna kehijaun, hal tersebut membuktikan bahwa bakso/somay tersebut mengandung boraks. Yellashakti (2008) mengemukakan bahwa uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk mengetahui apakah dalam makanan terdapat boraks atau tidak. Disebut uji nyala karena sampel yang digunakan dibakar uapnya, kemudian warna nyala dibandingkan dengan warna nyala boraks asli. Tentu sebelumnya telah diketahui bahwa serbuk boraks murni dibakar menghasilkan nyala api berwarna hijau. Jika sampel yang dibakan menghsilkan warna nyala hijau maka sampel dinyatakan positif mengandung boraks.Penggunaan boraks pada produk pangan sebenarnya sangat tidak dianjurkan karena dapat berakibat fatal pada kesehatan tubuh yang mengonsumsinya. Meskipun boraks dilarang penggunaannya tetapi di kalangan industri kecil maupun besar tidak mempedulikan hal tersebut. Vepriati (2007) mengemukakan bahwa meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan.A. Uji Boraks dan Formalin Pada Bakso1. Hasil

No.SampelPerlakuanReaksiHasil

1. Bakso KemarayaDitambahkan EtanolDi bakar dan menimbulkan nyala api+

2. Bakso KemarayaDitambahkan KMNO4Terjadi perubahan warna dari ungu menjadi bening+

2. PembahasanBerdasarkan praktikum yang telah dilakukan, sampel bakso menunjukkan hasil yang positive mengandung boraks dan formalin. Hal ini disebabkan karena terjadinya reaksi saat sampel ditetesi Etanol dan KMNO4. Terjadinya perubahan warna yang terjadi pada sampel yang membuktikan bahwa sampel tersebut mengandung bahan pengawet walaupun dengan kadar yang rendah.Penggunaan boraks dalam dosis yang rendah tidak akan menyebabkan kerusakan namun akan terakumulasi di otak, hati, lemak dan ginjal. Jika terakumulasi terus akan menyebabkan mal fungsi dari organ-organ tersebut sehingga membahayakan tubuh. Penggunaan boraks dalam dosis yang banyak mengakibatkan penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan, demam, anuria. Dan dalam jangka panjang akan menyebabkan radang kulit merangsang SPP, apatis, depresi, slanosis, pingsan, kebodohan dan karsinogen. Bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh sebab itu berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dilarang menggunakan boraks sebagai bahan campuran dan pengawet makanan.Boraks merupakan bahan beracun dan bahan berbahaya bagi manusia, karena bisa menimbulkan efek racun, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin. Yang membahayakan, boraks bisa diserap oleh tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, usus atau testis sehingga dosisnya dalam tubuh menjadi tinggi. Bila dikonsumsi menahun bisa menyebabkan kanker. Boraks juga sering disalahgunakan dalam pangan. Biasanya ditambahkan pada kerupuk, bakso, lontong dan lain-lain. Masyarakat awam mengenal boraks dengan nama Bleng atau CetitetBoraks (Na2B4O7) dengan nama kimia natrium tetra bonat, natrium biborat, natrium piroborat merupakan senyawa kimia yang berbentuk kristal dan berwarna putih dan jika dilarutkan dalam air menjadi natrium hidroksida serta asam boraks. Natrium hidroksida dan asam boraks masing-masing bersifat antiseptik, sehingga banyak digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat misalnya : salep, bedak, larutan kompres, dan obat pencuci mata. Penggunaan boraks di industri farmasi ini sudah sangat dikenal. Hal ini dikarenakan banyaknya boraks yang dijual di pasaran dan harganya yang sangat murah. Selain itu boraks bagi industri farmasi memberikan untung yang besar. Boraks pada dasarnya merupakan bahan untuk pembuat solder, bahan pembersih, pengawet kayu, pengontrol kecoa, dan bahan pembuatan kaca. Dengan sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki, boraks digunakan sebagai bahan campuran untuk pembuatan benda-benda tersebut. Boraks sedikit larut dalam air, namun bisa bermanfaat jika sudah dilarutkan dalam air.Beberapa survei menunjukkan, alasan para produsen menggunakan bahan pengawet seperti formalin dan boraks karena daya awet dan mutu bakso yang dihasilkan menjadi lebih bagus, serta murah harganya tanpa peduli bahaya yang dapat ditimbulkan. Tuntutan itu melahirkan konsekuensi yang bisa saja membahayakan, karena bahan kimia semakin lazim digunakan untuk mengawetkan makanan termasuk juga formalin yang dikenal menjadi bahan pengawet mayat. Hal tersebut ditunjang oleh perilaku konsumen yang cenderung untuk membeli makanan yang harganya lebih murah, tanpa memperhatikan kualitas makanan. Dengan demikian, penggunaan boraks dan formalin pada makanan seperti mie, bakso, kerupuk dan makanan lainnya dianggap suatu hal yang biasa. Sulitnya membedakan makanan seperti bakso biasa dan bakso yang dibuat dengan penambahan formalin dan boraks juga menjadi salah satu faktor pendorong perilaku konsumen itu sendiri.Bakso menjadi salah satu jajanan yang menjadi favorit bagi banyak orang Indonesia. Sehingga tidak susah untuk mencari jajanan ini. Mulai dari warung di sekolahan hingga perkantoran, bakso menjadi salah satu menu favorit. Namun sayangnya, masih banyak produsen bakso yang tidak memperhatikan sisi kesehatan konsumen. Sebagai konsumen kita perlu waspada dengan memperhatikan ciri-ciri bakso yang memakai zat berbahaya berikut ini:1. Bakso mengandung Boraks memiliki struktur yang kenyal dan lebih keras2. Bakso mengandung boraks pasti memiliki daya tahan lebih lama3. Mampu bertahan sampai lima hari.4. Teksturnya sangat kental, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging namun lebih cenderung keputihan.5. Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul.6. Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul.7. Bila dilemparkan ke lantai akan memantul seperti bola.Pedagang makanan banyak yang memanfaatkan boraks pada makanan yang dijualnya agar makanan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila pada hari pertama penjualan tidak habis terjual, maka dapat dijual lagi di hari berikutnya. Mereka ingin memperoleh keuntungan dari makanan yang dijual tanpa mendapatkan kerugian yang besar. Selain faktor pedagangnya, konsumen yang membeli makanan pun lebih cenderung memilih makanan yang murah dan banyak tanpa memperhatikan kandungan gizi yang terdapat pada makanan tersebut. Sehingga walaupun makanan tersebut mengandung boraks, jika harganya lebih murah dan rasanya lebih enak tentu saja masyarakat lebih memilihnya dibandingkan dengan makanan-makanan yang sehat dan bebas dari boraks namun harganya mahal dan tidak awet.

Selain itu tingkat pengetahuan masyarakat mengenai bahan pengawet dan zat aditif pada makanan sangat rendah sehingga mereka tidak memperhatikan makanan yang dikonsumsinya dan bahaya apa yang bisa ditimbulkannya. Terkadang nilai gizi yang terkandung pada makanan yang dikonsumsi merekapun tidak dipedulikan. Mereka kurang menyadari pentingnya menjaga kesehatan yang salah satu caranya adalah dengan memperhatikan dan menghindari konsumsi terhadap makanan-makanan yang mengandung zat pengawet berbahaya dan mengandung zat-zat aditif yang beracun dan berlebih.

B. Uji Boraks dan Formalin Pada Somai1. HasilNo.SampelPerlakuanReaksiHasil

1. Siomay KampusDitambahkan EtanolDi bakar dan menimbulkan nyala api+

2. Siomay KampusDitambahkan KMNO4Terjadi perubahan warna dari ungu menjadi bening+

2. PembahasanBerdasarkan praktikum yang telah dilakukan, sampel siomay menunjukkan hasil yang positive memgandung boraks dan formalin. Dikarenakan setelah ditetesi Etanol maupun KMNO4 terjadi reaksi yang menandakan sampel tersebut mengandung zat pengawet yang apabila dikonsumsi seraca terus - menerus akan mengakibatkan kerusakan hati dan organ organ lainnya bahkan bisa mengakibatkan kematian.

Pembuktian kandungan boraks pada siomay dilakukan dengan uji nyala. Uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk mengetahui apakah dalam makanan terdapat boraks atau tidak. Disebut uji nyala karena sampel yang digunakan dibakar uapnya, kemudian warna nyala dibandingkan dengan warna nyala boraks asli. Tentu sebelumnya telah diketahui bahwa serbuk boraks murni dibakar menghasilkan nyala api berwarna hijau. Jika sampel yang dibakan menghsilkan warna nyala hijau maka sampel dinyatakan positif mengandung boraks.

Hasil survei dan pemeriksaan laboratorium menunjukkan, sejumlah produk pangan menggunakan formalin sebagai pengawet. Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya jika digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa gejala diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan mempengaruhi organ tubuh lainnya, serta gejala lainnyaDepartemen Kesehatan RI tahun 2006 telah memaparkan tertang bahaya utama formalin yang sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit, dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi, dan bahaya kanker pada manusia.Penggunaan formalin untuk bahan pangan dilarang karena tidak sesuai dengan Undang Undang Pangan Nomor 7 Tahun 1996 dan PP Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan Gizi pangan. Sedangkan tatacara perniagaannya diatur dengan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 254/MMP/Kep/7/2000.Formalin dalam bahan pangan tidak dapat dihilangkan dengan mencuci dan merendam produk makanan tersebut dengan air panas bersuhu 800 C selama lima hingga sepuluh menit. Meski terjadi penurunan kadar, namun masih terdapat kandungan formalin.Kandungan boraks atau formalin pada makanan memang sulit untuk dideteksi. Secara akurat, ia hanya bisa terdeteksi di laboratorium melalui uji boraks dan uji formalin dengan menggunakan bahan kimia lainnya. Namun makanan yang proses pembuatannya dengan zat-zat kimia berbahaya, kini sudah beredar luas di pasaran dan sangat mudah didapat.Mengonsumsi bahan pangan berformalin sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandung formali dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. Pada prinsipnya, senyawa formalin yang biasanya digunakan sebagai bahan pengawet mayat dapat bereaksi dengan asam amino yang menyebabkan protein terdenaturasi sehingga formalin akan bereaksi cepat dengan lapisan lendir saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Dari segi fisiknya, uap formalin yang terkontak secara langsung akan mengakibatkan iritasi mata, hidung, esophagus dan saluran pernafasan. Dalam konsentrasi yang tinggi akan mengakibatkan krjang kejang di sekitar pangkal tenggorokkan. Yang menjadi masalah adalah kandungan pengawet formalin akan bereaksi dengan cepat dalam saluran dan organ pencernaan apabila kondisi perut dalam keadaan kosong. Selain itu, pemakaian formalin dalam makanan dapat menyebabkan keracunan pada organ fungsional tubuh manusia. Hal tersebut ditandai dengan gejala sukar menela, nafsu makan berkurang, mual sebagai reaksi penolakan dari lambung, sakit perut yang akut sebagai reaksi penolakan dari hati, lambung dan usus besar, diare dan pada akhirnya disertai dengan muntah muntah. Pada tingkat yang parah akan mengakibatkan depresi pada susunan syaraf atau gangguan peredaran darah.Berdasarkan sifatnya yang karsinogenik, jika konsentrasi formalin tinggi dalam tubuh, maka akan bereaksi secara kimia dengan hampir seluruh sel penyusun tubuh sehingga menyebabkan kerusakna sel dan bahkan mutasi sel yang memicu berkembangnya kanker, setelah terakumulasi dalam waktu yang relative lama dalam tubuh. Selain itu, kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan).