Upload
vantram
View
233
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
FORMAT ACARA DAKWAH PADA RADIO
STUDI KOMPARATIF
BENS RADIO 106,2 FM DENGAN OZ RADIO 90,8 FM
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Sukesi Wulansari
NIM: 104051001880
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul FORMAT ACARA DAKWAH PADA RADIO STUDI
KOMPARATIF BENS RADIO 106,2 FM DENGAN OZ RADIO 90,8 FM
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 26 Juni 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. Studi Rizal LK, M.A. Nunung Khairiyah, M.A. NIP: 196404281993031002 NIP: 150389353
Penguji I, Penguji II,
Drs. Wahidin Saputra, M.A. Umi Musyarofah, M.A.
NIP: 150276299 NIP: 197108161997032002
Pembimbing
Dra. Armawati Arbi, M.Si
NIP: 19650207 199103 2 002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 Juni 2009
Sukesi Wulansari
ABSTRAK
Sukesi Wulansari
Format Acara Dakwah Pada Radio
Studi Komparatif Bens Radio 106,2 FM dengan OZ Radio 90,8 FM
Hadirnya acara-acara dakwah pada media massa khususnya radio saat ini
sudah semakin langka untuk ditemui. Hal ini merupakan peringatan sekaligus
tantangan bagi para juru dakwah dan para praktisi media massa khususnya radio, yang semestinya menyadari bahwa kewajiban serta tanggung jawab sebagai
sebuah media massa bukan hanya menampilkan hiburan semata, melainkan juga dalam hal pendidikan (education). Peran tersebut yang coba dibuktikan oleh Bens
Radio dan Oz Radio sebagai stasiun radio yang meski mengusung ciri tersendiri pada siarannya, namun tetap berusaha menjalankan tanggung jawabnya sebagai
media massa dengan menghadirkan acara “Nasi Ulam” (Nasihat Ulama) dan “Percikan Iman” dalam program siarannya.
Dari pernyataan tersebut munculah beberapa pertanyaan mengenai, apa
sebenarnya latar belakang hadirnya acara dakwah “Nasi Ulam” (Nasihat Ulama)
di Bens Radio 106,2 FM dan “Percikan Iman” di Oz Radio 90,8 FM?, bagaimana
format acara dakwah yang terdapat di Bens Radio 106,2 FM dan di Oz Radio 90,8
FM?, serta apa perbedaan dan persamaan format acara dakwah di Bens Radio
106,2 FM dengan di Oz Radio 90,8 FM?
Latar belakang hadirnya acara “Nasi Ulam” dan “Percikan Iman” adalah
karena kedua stasiun tersebut, yaitu Bens Radio dan OZ Radio menyadari bahwa
sebagai mass media mereka bertanggung jawab untuk menyuguhkan hal-hal
positif termasuk nilai-nilai keagamaan kepada khalayak. Sedangkan untuk format
acara dakwah yang disuguhkan oleh Bens Radio dan OZ Radio saat ini adalah
acara dakwah subuh, dengan penyajian talkshow dan program harian. Selain itu
pada acara “Nasi Ulam” dan “Percikan Iman” ditemukan banyak perbedaan-perbedaan seperti pembagian kuadran, penempatan waktu siaran, penggunaan
narasumber dan sebagainya. Kesamaannya antara lain adalah sama-sama menggunakan format penyajian talk show, berdurasi 60 menit, membahas seputar
agama Islam, serta sumber mata acara yang sama-sama hasil produksi sendiri. Metode pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif serta metode
deskriptif komparatif untuk menganalisis data. Metode yang menghasilkan data deskriptif sebagai cara menggambarkan semua temuan dari hasil penelitian untuk
kemudian dibandingkan dalam rangka menemukan perbedaan-perbedaan dan juga
persamaan-persamaan dari kedua sampel sehingga segala hasil temuan dapat
dijabarkan secara jelas.
Setelah peneliti mendapatkan sejumlah data, maka ditemukanlah hasil
perbandingan antara kedua format acara dakwah di Bens Radio 106,2 FM dan Oz
Radio 90,8 FM, yaitu adanya sejumlah perbedaan serta persamaan yang justru menjadikan ciri tersendiri pada keduanya. Ini dikarenakan format acara yang
digunakan oleh kedua stasiun radio tersebut disesuaikan dengan segmentasi mereka masing-masing, sehingga format acara dakwah Nasi Ulam dan Percikan
Iman dapat menjadi alternatif sebuah tampilan dakwah dari segi yang berbeda.
KATA PENGANTAR
Rasa syukur “Alhamdulillah” penulis panjatkan kepada Allah Swt, pemberi
inspirasi tanpa henti yang tak ternilai. Terima kasih ya Rabb atas segala petunjuk-
Mu yang senantiasa menguatkan hamba dan memberi kemudahan pada proses
penyelesaian skripsi ini dengan judul: “FORMAT ACARA DAKWAH PADA
RADIO, STUDI KOMPARATIF BENS RADIO 106,2 FM DENGAN OZ
RADIO 90,8 FM”.
Shalawat dan salam tak lupa pula penulis sampaikan kepada Rasulullah -
Nabi Muhammad Saw, yang telah memberi teladan dan ilmu yang bermanfaat
bagi seluruh umat manusia.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses menyelesaikan
skripsi ini, diantaranya:
1. Dr. H. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, beserta para Pembantu Dekan Drs. Mahmud Jalal MA, dan
Drs. Study Rizal LK. MA.
2. Drs. Wahidin Saputra MA, dan Dra. Umi Musyarofah MA, selaku
Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
3. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan.
4. Seluruh karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FDK yang telah
banyak membantu penulis.
5. Dra. Armawati Arbi M.Si, yang telah membantu membimbing skripsi ini
dengan memberikan saran-sarannya.
6. Bens Radio 106,2 FM beserta seluruh karyawan, khususnya Anina Karin
selaku Program Director, Puspa, Arie, Ustadz Abdul Hayyi, Ustadz
Abdul Jalil, dan Ustadz Aslih Ridwan. Terima kasih atas berbagai
kemudahan yang diberikan.
7. OZ Radio Jakarta 90,8 FM khususnya Addry Danuatmadja - General
Manager, Aditya Maulana - Program Director, Ustadz Firman selaku
narasumber, serta Chandra K. Putra selaku Host dan Producer acara
“Percikan Iman”. Terima kasih atas pertolongannya diakhir penelitian ini.
Semoga sukses selalu...
8. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Alm. Tugimin dan Ibunda Supini.
Benteng untuk kokohnya mental penulis sekaligus kontrol diri. “Terima
kasih atas limpahan kasih dan sayang yang terberi selama ini, serta
segenap do’a, dukungan dan pengorbanannya”. Tak lupa pula penulis
ucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga penulis, Yuyun Siti
Wahyuni, Anggung Murdianto, Rini Sunarni, Nur Handayaningrum,
Ratri Sutejo, dan Bowo Sukoco.
9. Lek Gin & Bulek Dilah sekeluarga di Yogya. (Susilo dan Mega), atas
segenap doa dan motivasinya.
10. Sahabat & Keluarga, Siti Pujiati beserta keluarga (Bp. H. Muhammad
Muin), Andri Krisdianto beserta keluarga (Bp. Hadi Suwito & Ibu.
Aisyah), Restifa Anbiya Yuneni beserta Keluarga (Bp. Yuyun & Ibu.
Eni), Haiza Roni beserta keluarga (Bp. H. Ali dan Ibu. Hj. Aminah).
“Tetaplah disini untuk saling berbagi segala rasa yang kita punya, hingga
hanya takdir yang memutusnya”.
11. Teman-teman di Komunikasi angkatan 2004, khususnya Kelas KPI-d.
“Bersama kalian penulis belajar tentang banyak hal. Sekecil apapun,
takkan pernah bisa terganti.” Khususnya Rosdiana, Mila, Odah, Sella,
Hana, Alfi, Ane, Asri, Indri, Rika, Tina, Ika P, Hikmatunisa.
12. Yudhi Kurniawan S.Sos.I dan Abdul Rahman Hakim yang telah
membantu penulis memberikan kritik dan saran serta motivasi.
13. Komunitas Mahasiswa Kreatif Audio-Visual (KOMKA), KOPMA,
Paduan Suara “Voice of Communication” (VOC), RDK Station 91,8
FM UIN Jakarta atas berbagai pengalaman organisasi yang hebat dan
mengesankan.
14. Teman-teman baik yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, namun
tak mengurangi rasa sayang dan hormat penulis kepada mereka semua.
Terimakasih atas segalanya! tanpa kalian, semuanya takkan bermakna.
Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi
banyak pihak yang turut perduli akan perkembangan dunia dakwah dan penyiaran
radio yang akan semakin baik lagi.
Jakarta, 1 Juni 2009
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................. 5
D. Metodologi Penelitian.......................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka.................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Format, Acara, dan Dakwah................................................ 13
1. Pengertian Format dan Acara ......................................... 13
2. Dakwah dan Unsur-unsurnya ......................................... 15
3. Format Acara Dakwah ................................................... 24
B. Pengertian Radio.................................................................. 25
1. Karakteristik Radio ........................................................ 27
2. Radio Sebagai Media Dakwah........................................ 30
BAB III GAMBARAN UMUM BENS RADIO 106,2 FM DAN
OZ RADIO 90,8 FM
A. Sejarah, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, dan
Program Siaran BENS RADIO 106,2 FM ............................ 33
1. Sejarah Singkat Berdirinya............................................... 33
2. Visi dan Misi ................................................................... 35
3. Struktur Organisasi .......................................................... 36
4. Program Siaran ................................................................ 37
B. Sejarah, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, dan
Program Siaran OZ RADIO 90,8 FM....................................39
1. Sejarah Singkat Berdirinya............................................... 39
2. Visi dan Misi ................................................................... 40
3. Struktur Organisasi .......................................................... 41
4. Program Siaran ................................................................ 42
BAB IV KOMPARATIF BENS RADIO 106,2 FM DENGAN
OZ RADIO 90,8 FM
A. Latar Belakang Hadirnya Acara Dakwah “Nasi Ulam”
(Nasihat Ulama) di BENS RADIO 106,2 FM dan
“Percikan Iman” di OZ RADIO 90,8 FM ............................. 45
B. Format Acara Dakwah yang Terdapat di BENS RADIO
106,2 FM dan di OZ RADIO 90,8 FM ................................. 48
C. Perbedaan dan Persamaan Format Acara Dakwah di
BENS RADIO 106,2 FM dengan OZ RADIO 90,8 FM........ 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................... 69
B. Saran ................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 75
LAMPIRAN.................................................................................... 78
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Peran Sosial Radio Sebagai Media Massa ..................................29
2. Tabel 2 Program dan Jadwal Siaran Harian Bens Radio 106,2 FM .........37
3. Tabel 3 Program dan Jadwal Siaran Mingguan Bens Radio 106,2 FM ....38
4. Tabel 4 Program dan Jadwal Siaran Harian dan Mingguan Oz Radio
90,8 FM.....................................................................................42
5. Tabel 5 Profil Bens Radio 106,2 FM dan Oz Radio 90,8 FM..................43
6. Tabel 6 Perbedaan Format Acara Dakwah di Bens Radio 106,2 FM
dengan Oz Radio 90,8 FM .........................................................59
7. Tabel 7 Persamaan Format Acara Dakwah di Bens Radio 106,2 FM
dengan Oz Radio 90,8 FM .........................................................65
8. Tabel 8 Perbandingan Rundown Acara Dakwah “Nasi Ulam” di Bens
Radio 106,2 FM dengan “Percikan Iman” di Oz Radio 90,8 FM.............67
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Menjadi Pembimbing.
2. Surat Pengantar Melakukan Penelitian di Bens Radio 106,2 FM.
3. Surat Pengantar Melakukan Penelitian di Oz Radio 90,8 FM.
4. Biodata Narasumber Acara Dakwah Nasi Ulam.
5. Biodata Narasumber Acara Dakwah Percikan Iman.
6. Petikan Wawancara Kepada Program Director Oz Radio 90,8 FM.
7. Petikan Wawancara Kepada Program Director Bens Radio 106,2 FM.
8. Petikan Wawancara Kepada Ustadz Firman Zamzami Muhammad –
Narasumber Acara Dakwah ”Percikan Iman” Oz Radio 90,8 FM dan
Chandra K. Putra – Host & Producer ”Percikan Iman”.
9. Petikan Wawancara Kepada Ustadz Abdul Hayyi, Ustadz Afit Abdul Jalil,
Ustadz Aslih Ridwan – Narasumber Acara Dakwah “Nasi Ulam” Bens
Radio 106,2 FM.
10. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Bens Radio 106,2 FM.
11. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Oz Radio 90,8 FM.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan media massa saat ini mengalami kemajuan yang begitu
pesat. Ini terbukti dari banyaknya teknologi canggih yang kerap muncul setiap
harinya. Batasan manusia dalam berkomunikasi saat ini menjadi kian mudah
dan memungkinkan. Ketatnya persaingan di dunia informasi saat ini
menjadikan media massa dituntut untuk lebih kreatif dan lebih berkualitas.
“Saat ini media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang
menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa, serta menghidupkan industri
lain yang terkait; media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki
peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan
masyarakat dan institusi sosial lainnya. Di lain pihak, institusi media diatur
oleh masyarakat.”1
Di antara media massa elektronik yang cukup berhasil menarik perhatian
orang adalah radio. Hal ini karena radio memiliki peranan yang sangat
signifikan sebagai sarana komunikasi yang mempunyai pengaruh luas.
Sebagai media elektronik, radio mempunyai kekuatan besar sebagai sarana
pendidikan serta agen perubahan sosial.2 Radio sendiri sebagai media
1 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa suatu pengantar, (Jakarta: ERLANGGA),
edisi kedua, h. 3. 2 Antonio Darmanto, Teknik Penulisan Naskah Siaran Radio, (Yogyakarta: Universitas
Atmajaya, 1998), cet. Ke-1. h. 8.
komunikasi massa memiliki (3) tiga fungsi yaitu, mendidik (to educate),
menginformasikan (to inform), dan menghibur (to intertain).3
Dampak radio sendiri saat ini semakin terasa, seiring dengan fungsinya
sebagai media penyampai informasi, kini radio memiliki peranan yang cukup
besar. Salah satunya sebagai media dakwah yang baru-baru ini telah banyak
dilirik dan dikembangkan oleh para praktisi dakwah sebagai salah satu media
alternatif penyampaian dakwah.
Berkembangnya teknologi komunikasi saat ini merupakan peluang
sekaligus tantangan bagi para juru dakwah (da’i). Dikatakan sebagai peluang
berarti dengan semakin beragamnya media komunikasi dan semakin praktis
serta efisiennya seorang komunikator berhubungan dengan komunikasi, maka
jika komunikasi massa tersebut digunakan sebagai sarana dakwah akan
mempercepat proses penyampaian dakwah.4
Meskipun tuntutan akan kebutuhan materialistik selalu ada pada setiap
media massa, namun bukan berarti konsep maupun program yang terdapat
pada media tersebut mengabaikan nilai-nilai kebaikan (dakwah). Pada
perkembangannya, media massa saat ini khususnya radio telah banyak
menyesuaikan materi-materi siarannya dengan kebutuhan pendengar, antara
lain dengan adanya beberapa program yang bermuatan religius (dakwah) pada
siarannya.
Ketertarikan penulis pada penelitian kali ini didasarkan atas belum
banyaknya acara-acara dakwah yang kini ada pada sebagian besar siaran radio
3 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT.
Rosdakarya, 1994), cet. ke-8, h. 149-150. 4 Aep Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press,
2004), cet. Ke-1. h.10.
di Jakarta. Kebanyakan acara-acara dakwah yang kerap hadir berasal dari
siaran stasiun radio yang notabene memang radio keagamaan (dakwah) atau
siaran dakwah yang hadir hanya sebatas momentum saja (misalnya ketika
bulan Ramadhan). Hal tersebut menjadikan penulis berkeinginan untuk
meneliti sebuah format acara dakwah yang ada di Bens Radio 106,2 FM dan
Oz Radio 90,8 FM yang notabene bukan radio agama namun memiliki
program dakwah pada siarannya.
Alasan penulis memilih Bens Radio 106,2 FM dan Oz Radio 90,8 FM
sebagai stasiun radio yang diteliti karena, kedua stasiun radio tersebut
memiliki keunggulan serta ciri tersendiri yang menjadikannya layak dijadikan
sampel dalam mengemas format acara dakwah pada radio.
Bens Radio sebagai salah satu stasiun radio swasta di Jakarta yang
memiliki keunikan tersendiri, lebih banyak dikenal sebagai radio etnik. Selain
itu, menurut hasil survey AC NIELSEN menyebutkan bahwa Bens Radio
merupakan stasiun radio dengan pendengar terbanyak se-Jabodetabek pada
tahun 2001-2007. Bens Radio juga memiliki jaringan yang luas di beberapa
kota di Indonesia dengan lahirnya etnikom (jaringan Radio Etnik). Sedangkan
Oz Radio dipilih oleh peneliti karena merupakan salah satu stasiun radio
terbesar yang identik dengan anak muda dan telah berdiri sejak tahun 1971.
Radio yang juga telah memiliki jaringan di 5 kota besar di Indonesia ini,
dalam perkembangannya juga ikut serta dalam keanggotaan National
Association Broadcast (NAB). Meski di Jakarta sendiri Oz Radio baru hadir
sekitar 1 tahun, namun eksistensinya saat ini sudah mampu bersaing dengan
radio-radio lain yang sudah lebih dulu besar di Jakarta.
Di dasarkan atas faktor-faktor tersebut maka penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi atas tampilan sebuah format acara
dakwah pada sebuah stasiun radio yang nantinya bisa dijadikan sebagai
gambaran oleh para praktisi radio dalam mengemas sebuah program dakwah
radio.
Pendekatan kualitatif digunakan oleh penulis sebagai metode dasar
penelitian ini, sedangkan pengolahan dan analisis data menggunakan analisis
komparatif yang dilakukan pada dua stasiun radio umum komersil yang
mencoba tidak menafikan kebutuhan pasar yang menuntut keuntungan secara
materi, tetapi tetap memiliki tanggung jawab sosial sebagai media penyampai
dakwah (kebaikan).
Fenomena ini yang kemudian penulis teliti untuk kemudian dipelajari
bersama. Bahwa kebutuhan media massa sebagai sarana global saat ini mutlak
dibutuhkan, tanpa harus mengabaikan nilai-nilai religius (dakwah) yang
memang sepatutnya disampaikan.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat judul: “format acara dakwah pada radio, studi komparatif
Bens Radio 106,2 FM dengan Oz Radio 90,8 FM”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dari judul yang penulis angkat, dapat diketahui bahwa penelitian ini
terbatas pada Format Acara Dakwah yang terdapat pada siaran Bens Radio
106,2 FM melalui acara “Nasi Ulam” (Nasihat Ulama) dan Acara “Percikan
Iman” di Oz Radio 90,8 FM sejak tanggal 9 Februari 2009 sampai dengan
tanggal 9 April 2009.
Berdasarkan pembatasan di atas, masalah yang dirumuskan oleh penulis
yaitu :
1. Apa Latar Belakang Hadirnya Acara Dakwah “Nasi Ulam” (Nasihat
Ulama) di Bens Radio 106,2 FM dan “Percikan Iman” di Oz Radio 90,8
FM?
2. Bagaimana Format Acara Dakwah yang terdapat di Bens Radio 106,2 FM
dan di Oz Radio 90,8 FM?
3. Apa Perbedaan dan Persamaan Format Acara Dakwah di Bens Radio
106,2 FM dengan di Oz Radio 90,8 FM?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan
sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui Latar Belakang Hadirnya Acara Dakwah “Nasi Ulam”
(Nasihat Ulama) di Bens Radio 106,2 FM dan “Percikan Iman” di Oz
Radio 90,8 FM.
b. Mengetahui Format Acara Dakwah yang terdapat di BENS RADIO
106,2 FM dan di OZ RADIO 90,8 FM.
c. Mengetahui Perbedaan dan Persamaan Format Acara Dakwah di Bens
Radio 106,2 FM dengan di Oz Radio 90,8 FM.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat akademis : Penelitian ini diharapkan bisa memberikan
kontribusi sebagai bahan referensi maupun sebagai perbandingan bagi
studi-studi selanjutnya dan menjadikan suatu sudut pandang baru
dalam menyusun maupun membandingkan “Format Acara Dakwah”
pada media massa khususnya radio.
2. Manfaat Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah
pengetahuan penulis maupun para praktisi penyiaran tentang cara
menampilkan Format Acara Dakwah yang lebih kreatif pada sebuah
media massa radio, sehingga acara-acara dakwah pada radio tetap
dapat ditampilkan secara menarik.
D. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah “pendekatan kualitatif,
yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: ucapan atau
tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subyek) itu
sendiri”.5
“Metode yang sangat bergantung kepada perspektif yang digunakan serta
permasalahan yang diteliti dalam rangka melakukan deskripsi
(penggambaran), verstehen (pemahaman dan pemaknaan), interpretasi
(penafsiran), pengembangan dan eksplorasi”.6
“Metode deskriptif adalah langkah-langkah melakukan representasi
objektif tentang semua informasi yang terdapat dalam masalah yang diselidiki.
Dengan kata lain, metode ini tidak terbatas sampai dengan pengumpulan data,
tetapi meliputi juga analisis dan interpretasi tentang arti data itu”.7
Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu demi kemudahan
pada proses penelitian dalam menganalisis data-data dan informasi. Data-data
yang telah diperoleh dari pelaksanaan penelitian nantinya berbentuk data
tulisan dan lisan (data verbal), bukan data nominal atau yang menunjukkan
angka-angka.
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah BENS RADIO 106,2 FM dan OZ
RADIO 90,8 FM sedangkan objek penelitiannya adalah Format Acara
Dakwah pada program “Nasi Ulam” (Nasihat Ulama) di BENS RADIO
106,2 FM dan “Percikan Iman” di OZ RADIO 90,8 FM.
5 Arief Furchan, Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional,
1992), h. 21-22. 6 Imam Suryo Prayogo, Metodologi Penelitian Sosial Agama, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), h. 101-102. 7 Soejono dan H. Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 24.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertempat di kantor serta studio BENS RADIO 106,2
FM yang beralamat di Jalan Jagakarsa No. 39 Jakarta Selatan 12620, telp:
(021) 78893333 – 7871984, dan di kantor serta studio OZ RADIO 90,8
FM di Jalan Bangka Raya No. 5/5A Kemang - Jakarta Selatan 12720, telp:
(021) 7182103 - 7191910.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi (pengamatan) : yaitu “melakukan pengamatan langsung
untuk memperoleh data yang diperlukan”.8 peneliti mengadakan
pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Peneliti melakukan
observasi dengan mengunjungi kantor sekaligus studio siaran BENS
RADIO 106,2 FM dan OZ RADIO 90,8 FM. Hal ini dimaksudkan agar
peneliti benar-benar mendapatkan informasi yang akurat mengenai
format acara dakwah yang diterapkan pada masing-masing stasiun radio
tersebut.
b. Interview (wawancara) : yaitu peneliti memperoleh data dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan kepada narasumber. Tanya jawab9
dilakukan secara tatap muka langsung dengan pihak terkait yang
bertanggung jawab di BENS RADIO 106,2 FM dan OZ RADIO 90,8
FM dalam hal memberikan informasi maupun proses produksi.
c. Dokumentasi : metode dokumentasi adalah mencari data dengan hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
8 Winarno Surahmad, Menyusun Rencana Penelitian, (Bandung: Tarsita, 1989), h. 162. 9 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2006), h. 253.
prasasti notulen rapat, lengger agenda dan sebagainya.10
Adapun
metode dokumentasi berproses dan berawal dari penghimpunan
dokumen sesuai dengan tujuan penelitian, menerangkan dan mencatat
serta menafsirkannya dan menghubung-hubungkannya sesuai dengan
fenomena lain.11
4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan formula analisis
komparatif yang berarti bersifat perbandingan; menyatakan
perbandingan; studi.12
Sebagaimana penjelasan Dra. Aswani Sudjud
tentang penelitian komparasi. Menurut beliau penelitian komparasi akan
dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan
tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur, kerja, tentang ide-
ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu
prosedur kerja. Dapat juga membandingkan kesamaan pandangan dan
perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau negara, terhadap kasus,
terhadap orang, peristiwa atau terhadap ide-ide.13
Apabila dikaitkan dengan pendapat Van Dalen tentang jenis-jenis
Interrelationship studies, maka penelitian komparatif boleh jadi dapat
dimasukkan sebagai penelitian kedua yaitu causal comparative studies
yang disebutkan belakangan oleh Van Dalen merupakan penelitian
10
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid II, (Yogyakarta: 2002), h. 160. 11
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), cet. Ke-
1, h. 77. 12
J.S.Badudu, Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Kompas Media Nusantara, 2005), cet. ke-2, h. 186. 13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik Edisi Revisi VI,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet. ke-13, h. 267-268.
komparatif yaitu ingin membandingkan dua atau tiga kejadian dengan
melihat penyebab-penyebabnya.14
Formula perbandingan, bila teoretis menyebutkan perbedaan gejala
yang berbeda pada dua fenomena atau lebih. Pesan satu-sisi (one-sided
message) lebih efektif terhadap komunikan yang tidak terdidik
(uneducated), sedangkan pesan dua-sisi (two-sided message) lebih
efektif untuk komunikan yang lebih terdidik (educated people).15
E. Tinjauan Pustaka
Meskipun telah hadir beberapa judul skripsi yang mengangkat tema-tema
dunia penyiaran radio di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, mulai dari analisis
isi program siaran, format program siaran, maupun stasiun radio itu sendiri,
namun sebagian besar hanya sebatas menganalisis tanpa membandingkannya
(compare). Selain itu, stasiun radio yang ditelitipun kebanyakan adalah radio-
radio yang notabenenya memang radio Islam (dakwah) dan pendengarnya
terbatas pada kalangan-kalangan seagama, sehingga segmentasinya menjadi
kurang beragam. Atas dasar tersebut penelitian kali ini mencoba
membandingkan dua buah format acara dakwah pada dua stasiun radio yang
bukan radio dakwah dan memiliki muatan komersil, tetapi tetap mempunyai
muatan dakwah dalam format siaran radionya. Judul-judul skripsi yang telah
ada antara lain skripsi milik Zulkarnaen 2006, berjudul “Radio Sebagai Media
Dakwah Islam, Analisis Isi Format Siaran dan Program Radio Al-Anfal Suara
Sejahtera di Tanjung Priok”. “Dakwah Melalui Radio Analisis Program Siaran
14
Ibid. 15 Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi, Pendekatan Praktis Penulisan
Proposal dan Laporan Penelitian. (Malang: UMM Press, 2007), cet.1, h.22.
Keagamaan Mutiara Senja di Radio As-Syafi’iyah 792 AM Jakarta” (Holil
Ma’mun/102051025594/2007). “Analisis Isi Materi Siaran Keagamaan OASE:
Halal dan Thoyib di Radio Alaikassalam Jakarta” (Nur Azizah/
103051028466/2007). “Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Program Siaran
Keagamaan Spiritual Sharing di Radio RAMAKO 105,8 FM” (Ulfa
Ulufia/104051001884/2008).
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, secara lebih rinci
sistematika penulisannya sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan. Bab ini menjelaskan mengenai landasan umum dari
skripsi ini. Isinya terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka serta Sistematika
Penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis. Bab ini merupakan uraian mengenai tinjauan
teoritis yang digunakan pada skripsi ini, antara lain terdiri dari:
Pengertian Format dan Acara, Pengertian Dakwah dan Unsur-
unsurnya, serta Format Acara Dakwah itu sendiri. Kemudian
dijelaskan pula mengenai Pengertian Radio, Karakteristik Radio,
dan Radio Sebagai Media Dakwah.
BAB III : Gambaran Umum Bens Radio 106,2 FM dan Oz Radio 90,8 FM.
Bab ini berisikan informasi seputar sejarah singkat berdirinya Bens
Radio 106,2 FM dan Oz Radio 90,8 FM, visi & misi, struktur
organisasi, dan Program Siaran di Bens Radio 106,2 FM dan Oz
Radio 90,8 FM.
BAB IV : Komparatif Bens Radio 106,2 FM dengan Oz Radio 90,8 FM. Bab
ini menjabarkan tentang hasil penelitian seperti: Faktor yang
Melatarbelakangi Hadirnya Acara “Nasi Ulam” (Nasihat Ulama) di
Bens Radio 106,2 FM dan “Percikan Iman” di Oz Radio 90,8 FM,
Format Acara Dakwah yang terdapat di Bens Radio 106,2 FM dan
di Oz Radio 90,8 FM, serta Perbedaan dan Persamaan Format Acara
Dakwah di Bens Radio 106,2 FM dengan di Oz Radio 90,8 FM.
BAB V : Penutup. Bab ini berisikan Kesimpulan dan Saran-saran mengenai
hasil penelitian.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Format, Acara, dan Dakwah
1. Pengertian Format dan Acara
Format mengandung arti: “dimensi, ukuran, edisi (buku, majalah),
bentuk, pola, struktur”.16 Sedangkan menurut “tinjauan epistimologi,
format siaran diartikan sebagai pola, susunan atau bentuk. Antonius
Darmanto memberikan format siaran sebagai bentuk kepribadian suatu
penyiar radio sebagaimana tercermin dari segi siarannya”.17
Istilah program dapat dianalogikan sebagai barang (goods) atau
pelayanan (services) yang dijual pada bentuk bisnis lain. Menurut John R.
Birtner, program atau kerap disebut pula dengan istilah acara adalah
barang yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia
mendengarkannya. Dalam dunia keradioan, mengerti format stasiun
(station format) adalah jantung dari seluruh kinerja pemograman. Setiap
olah produksi program siaran mengacu pada pilihan format stasiun radio
yang makin spesifik (segmented) seiring makin banyaknya jumlah radio dan makin tersegmennya pendengar. Makin modern radio, makin
terspesialisasi formatnya, makin kompetitif sebuah radio maka makin fokus posisi programnya. Penajaman program siaran adalah konsekuensi
dari tajamnya format siaran. Acara sendiri berarti: “kegiatan yang dipertunjukkan, disiarkan, atau dipelombakan; programa (televisi, radio,
dsb)”.18
Tiga masukan program: suara, musik, dan bunyi dapat dipadukan
dengan banyak cara, dan melalui penyajian, “perlakuan khusus”,
menghasilkan alur produksi yang unik atau program.19
Sedangkan “pola
acara adalah susunan mata acara yang akan disiarkan, baik harian,
16
Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2006), h. 180. 17
Antonius Darmanto, Teknik & Penulisan Naskah Acara dan Siaran Radio, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 1998), cet ke-1, h. 6.
18 Pusat Bahasa DEPDIKNAS, KBBI Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 4.
19 Howard Gough, Perencanaan-Penyajian-Produksi Programa Radio, (Kuala Lumpur:
AIDB: Asia-Pacific Institute For Broadcasting Development, 1999), h. 297.
mingguan, tengah bulanan, bulanan, triwulan, tengah tahun, dan tahunan.
Khusus untuk pola acara harian disebut rundown”.20
Tiap mata acara (program) harus dibuatkan:
a. Judul mata acara
b. Kriteria/batasan mata acara
c. Format/bentuk penyajian
d. Durasi/lama waktu siaran
Penentuan mata acara, sebaiknya dilandasi oleh: a. Misi, fungsi, dan tugas stasiun penyiaran
b. Landasan filosofi, konstitusional, dan operasional c. Hasil riset khalayak sebagai konsumen
d. Norma, etika, dan estetika yang berlaku e. Kebijaksanaan intern dan ekstern21
Semua mata acara siaran, baik radio maupun televisi pada dasarnya
harus direncanakan. Karena ada pemeo yang mengatakan bahwa radio is
planning dan television is planning, kecuali dalam hal-hal tertentu yang
memang tidak dapat direncanakan.
Tujuan dari berbagai pendekatan produksi terhadap mata acara
siaran, baik radio maupun televisi, adalah untuk menciptakan mata acara
siaran yang baik dan benar, komunikatif dan menarik khalayak, sehingga
khalayak yang tidak lain merupakan konsumen siaran merasa memperoleh
informasi yang bermanfaat dan terhibur. Dengan demikian kebutuhan dan
keinginan khalayak menjadi terpenuhi.22
Kemasan sebuah acara, dipengaruhi pula oleh bentuk proses
produksi yang dipilih, sehingga susunan acara, materi, dan hal-hal teknis
lainnya dapat turut disesuaikan dengan langkah produksi yang digunakan.
Dalam hal ini, ada dua bentuk proses produksi acara radio, terutama
20
J.B. Wahyudi, Dasar-dasar Manajemen Penyiaran, (Jakarta: Gramedia, 1994), h. 22. 21 Ibid. 22
J.B. Wahyudi, Dasar-dasar Manajemen Penyiaran, h. 21.
setelah proses penulisan naskah selesai, yaitu (1) on air, produksi
dilakukan secara langsung dari ruang siaran, tanpa melalui tahap
pengeditan dan penggabungan materi secara mekanis. (2) off air, produksi
dilakukan didalam ruang produksi yang meliputi sejumlah tahap sampai
sebuah paket acara siap disiarkan.23
2. Dakwah dan Unsur-unsurnya
Secara etimologis kata dakwah berasal dari bahasa Arab: da’a –
yad’u – da’watan yang berarti: seruan, ajakan, panggilan.24
Adapun
definisi da’wah dalam Islam ialah: “Mengajak ummat manusia dengan
hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya”.25
Seperti yang terdapat didalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 104:
�������� ���� �� ������
������� ����� � !"��#$%
��!�&'��� ($!*�+&,$$�-
���./0��� 1�� 2!"��3☺��$%
5 .689:"�'��� �*;
<=�3"�>�?3☺��$% 1@AB
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”26
Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik
dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan
23
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, (Yogyakarta: Pustaka Populer LKIS,
2004), h.51. 24
Tim Penyusun Ensiklopedia Islam, Depag RI, Ensiklopedi Islam I, (Jakarta: CV Anda Utama, 1993), h. 231.
25 Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung:
Diponegoro, 1981), h. 13. 26
http://www.alquran-digital.com, Al-Qur’an Digital Versi 2.1, (edisi Agustus 2004).
secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik
secara individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya
suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap
ajaran agama sebagai massage yang disampaikan kepadanya tanpa adanya
unsur-unsur paksaan. Dengan demikian maka esensi dakwah adalah
terletak pada ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan
terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama dengan penuh
kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya sendiri, bukan untuk
kepentingan juru dakwah/juru penerang.27
Sedangkan secara terminologi dakwah itu dapat diartikan sebagai
sisi positif dari ajakan untuk menuju keselamatan dunia akhirat.
Sedangkan menurut istilah para ulama memberikan takrif (definisi) yang
bermacam-macam antara lain:
a. Syekh Ali Makhfudh dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin,
mengatakan dakwah adalah “Mendorong manusia untuk berbuat
kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada
kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.28
b. HSM. Nasarudin Latif (Teori dan Praktik Dakwah Islamiah)
mendefinisikan dakwah: “Setiap usaha aktivitas dengan tulisan
maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia
lainnya untuk beriman dan menaati Allah swt. Sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta akhlak Islamiyah.”
c. Aboebakar Atjeh dalam bukunya, Beberapa Catatan Mengenai
Dakwah Islam, mengatakan, “Dakwah adalah seruan kepada seluruh
umat manusia untuk kembali pada ajaran hidup sepanjang ajaran Allah yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang
baik”.29
“Dakwah intinya adalah mengajak orang, atau mempengaruhi orang
agar mereka mau memenuhi ajakan da’i.”30
Dakwah juga suatu proses
upaya mengubah sesuatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai
27
M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bulan Bintang, tt), h. 17. 28
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 4. 29 Ibid, h. 5-6. 30
Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), h. 7.
ajaran Islam, atau proses mengajak manusia ke jalan Allah yaitu al-
Islam.31 Selain itu, “dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan,
atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna,
baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan
sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah laku
dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas”.32
Sehubungan dengan hal tersebut, maka kesuksesan dakwah saat ini
tidak terlepas dari unsur-unsur dakwah itu sendiri. Yang dimaksud dengan
unsur-unsur dakwah tersebut ialah, komponen-komponen yang memang
selalu ada dalam kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut meliputi, Da’i
(pelaku dakwah), mad’u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah),
wasilah (media dakwah), thariqah (metode), dan atsar (efek dakwah).
1) Da’i (Pelaku Dakwah)
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun
tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau
berbentuk organisasi atau lembaga. Da’i sering disebut kebanyakan orang
dengan sebutan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam). Akan
tetapi, sebutan tersebut sebenarnya lebih sempit dari sebutan da’i yang
sebenarnya. Apabila kita kembali kepada Al-Qur’an dapat disimpulkan
pelaku dakwah pertama itu adalah nabi Muhammad saw. Dengan adanya
kata minkum. Kata itu menunjukan bahwa umat Muhammad punya
kewajiban untuk melaksanakan dakwah. Hal tersebut juga dikuatkan
31 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h.31. 32
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran. (Bandung: mizan, 1992), h.194.
dengan adanya Hadist Rasulullah saw. “Sampaikanlah oleh mu, walaupun
sepotong ayat”.33
Selain itu, di dalam Al-Qur’an dan Sunnah juga terdapat penjelasan
mengenai amar ma’ruf nahi munkar dan perintah terhadap mereka yang
layak untuk membawa bendera dakwah Islam. Merekalah yang mampu
mengajarkan agama, baik melalui tulisan, ceramah maupun pengajaran
sehingga individu dan masyarakat dapat memahaminya.34
2) Mad’u (Mitra dakwah atau Penerima Dakwah)
Unsur dakwah yang kedua adalah mad’u, yaitu manusia yang
menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam
maupun tidak; atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.
Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan
mengajak mereka mengikuti agama Islam; sedangkan kepada orang-orang
yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman,
Islam, dan ihsan.
Mad’u (mitra dakwa) terdiri dari berbagai macam golongan
manusia. Oleh karena itu, menggolongkan mad’u sama dengan
menggolongkan manusia itu sendiri, profesi, ekonomi, dan seterusnya.
Penggolongan mad’u tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Dari segi sosiologis, masyarakat terasing, pedesaan, perkotaan, kota
kecil, serta masyarakat di daerah marjinal dari kota besar.
2. Dari struktur kelembagaan, ada golongan priyayi, abangan dan
santri, terutama pada masyarakat jawa.
33
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h.75 & 77. 34 Mustofa Ar-Rafi’i, Potret Juru Dakwah, (Jakarta: Pustaka al-kausar,2002), h.51.,
dalam Moh. Ali Aziz, h.77.
3. Dari segi tingkat usia, ada golongan anak-anak, remaja, dewasa dan
golongan orang tua.
4. Dari segi profesi, ada golongan petani, pedagang, seniman, buruh,
pegawai negeri dan swasta serta karyawan.
5. Dari segi tingkatan sosial ekonomi, ada golongan kaya, menengah,
dan miskin.
6. Dari segi jenis kelamin, ada golongan pria dan wanita.
7. Dari segi khusus, ada masyarakat tunasusila, tunawisma, tunakarya,
narapidana, dan sebagainya.35
3) Maddah (Materi dakwah)
Unsur lain yang selalu ada dalam proses dakwah adalah maddah
atau materi dakwah. Maddah dakwah adalah masalah isi pesan atau materi
yang disampaikan da’i pada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang
menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Oleh karena itu,
maddah dakwah adalahmembahas ajaran Islam itu sendiri, sebab semua
ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan maddah dakwah Islam.
Akan tetapi, ajaran Islam yang dijadikan maddah dakwah itu secara garis
besar dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Akidah, yang meliputi:
a. Iman kepada Allah
b. Iman kepada Malaikat-Nya c. Iman kepada Kitab-kitab-Nya
d. Iman kepada Rasul-rasul-Nya e. Iman kepada hari akhir
f. Iman kepada qadha-qadhar 2. Syari’ah
a. Ibadah (dalam arti khas): Thaharah, Sholat, Shaum, Zakat, Haji.
b. Muamallah (dalam arti luas) meliputi:
1. Al-Qununul Khas (hukum perdata): hukum niaga, nikah, waris
2. Al-Qanunul’am (hukum publik): hukum pidana, negara, hukum
perang dan damai, dan lain-lain.
35 M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h.13-14., dalam Moh.
Ali Aziz, h. 91.
3. Akhlaq
a. Akhlaq terhadap khaliq
b. Akhlaq terhadap makhluk
- Akhlak terhadap manusia (diri sendiri, tetangga, dan
masyarakat lainnya)
- Akhlak terhadap bukan manusia (Flora, Fauna, dan
sebagainya)36
4) Wasilah (Media Dakwah)
Unsur dakwah yang keempat adalah wasilah (media) dakwah, yaitu
alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran
Islam) kepada mad’u.
Pada dasarnya dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah yang
dapat merangsang indra-indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian
untuk menerima dakwah. Semakin tepat dan efektif wasilah yang dipakai
semakin efektif pula upaya pemahaman ajaran Islam pada masyarakat
yang menjadi sasaran dakwah.37
“Arti istilah media bila dilihat dari asal katanya (etimologi), berasal
dari bahasa Latin yaitu “median”, yang berarti alat perantara. Sedangkan
kata media merupakan jamak dari pada kata median tersebut. Pengertian
semantiknya media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai
alat (perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat
untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan
sebagainya.”38
Seorang da’i atau juru dakwah dalam menyampaikan ajaran Islam
kepada umat manusia tidak akan lepas dari sarana atau media (wasilah)
dakwah. Kepandaian untuk memilih media dakwah yang tepat merupakan
36
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: Rajawali, 1996), h.71, dalam Moh.Ali Aziz, h. 94-95.
37 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 120.
38 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),
h.163.
salah satu unsur keberhasilan dakwah. Terlebih dalam mengantisipasi
perkembangan zaman yang saat ini dimana ilmu pengetahuan
berkembangan dengan pesat yang ditandai dengan kemajuan dan
kecanggihan teknologi. Ketertinggalan umat Islam dan ketertutupan dari
dunia luar, sedikit banyak menjadi salah satu penyebab ketidak berhasilan
dakwah.39
Masyarakat masa kini adalah masyarakat plural yang berkembang
dengan berbagai kebutuhan yang praktis, sehingga kecanggihan teknologi
mau tidak mau akan menghadapi dan menjadi idaman dalam kehidupan
masyarakat. Kecanggihan teknologi telah membuka sekat dan
menghilangkan batas ruang-waktu, sehingga memilih dan menggunakan
media dakwah yang tepat sudah merupakan keharusan dan tuntutan
zaman. Dengan demikian, media dakwah merupakan wasilah bagi
keberhasilan dakwah yang dilakukan.40
a. Peran Media Dakwah
Dalam artian sempit media dakwah dapat diartikan sebagai alat
bantu dakwah, atau yang popular di dalam proses belajar mengajar
disebut dengan istilah “alat peraga”. Alat bantu berarti media dakwah
memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya
tujuan. Artinya proses dakwah tanpa adanya media masih dapat
mencapai tujuan yang semaksimal mungkin.
Sebenarnya media dakwah ini bukan hanya berperanan sebagai
alat bantu dakwah, namun bila ditinjau dakwah sebagai suatu sistem,
39
Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo Khazanah
Ilmu, 2005), h. 157. 40
Ibid.
yang mana sistem ini terdiri dari beberapa komponen (unsur) yang
komponennya satu dengan lainnya saling kait mengait, bantu
membantu dalam mencapai tujuan. Maka dalam hal ini media dakwah
mempunyai peranan atau kedudukan yang sama dibanding dengan
komponen yang lain, seperti metode dakwah, objek dakwah dan
sebagainya. Apalagi dalam penentuan strategi dakwah yang memiliki
azas efektifitas dan efisiensi, peranan media dakwah menjadi tampak
jelas perananya. Hal ini identik dengan apa yang dikatakan Gagne, ia
menerangkan tentang kedudukan media instruksional dalam proses
belajar (24:4) yaitu:
“Media represent one component of delivery systems.
Delivery is the total of all component necessary to make an
instructional systems operates as intended”.41
b. Alasan Pentingnya Media Dakwah
“Dakwah adalah suatu proses yang kompleks dan unik.
Kompleks artinya di dalam proses dakwah mengikut sertakan
keseluruhan aspek kepribadian, baik bersifat jasmani maupun rohani. Sedangkan unik artinya di dalam proses dakwah sebagai objek
dakwahnya terdiri dari berbagai macam perbedaan, seperti berbeda dalam kemampuan, kehendak, sifat, kebudayaan, idiologi, filsafat dan
sebagainya.”42
Media dakwah dapat berfungsi sebagaimana mestinya apabila
tepat dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta prinsip-
prinsip penggunaannya.
41 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 163-164. 42
Ibid, h.164-165.
5) Thariqah (Metode Dakwah)
Metode dakwah, adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah
untuk menyampaikan ajaran materi dakwah (Islam). Dalam
menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya,
suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan lewat metode yang tidak
benar, pesan itu bisa saja ditolak oleh si penerima pesan.43
Banyak metode
dakwah yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits akan tetapi
pedoman pokok dari keseluruhan metode tersebut adalah firman Allah
dalam QS. An-Nahl ayat 125.
�CD$% 5����� BEF�G.H .6��-�I
�.☺� ��#$$�-
�"K �.☺��$%�
��0LM���#$% N O3/�� �:.P�
QARS�$$�- TI ; 3�LM�U� 5
���� .6V-�I ��*; WO�>��
�.☺�- �EL@ �� X ��%F�G.H N
��*;� WO�>��
�YZ ��[�/3☺��$$�- 1@\�B
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.”44
Karena dari ayat tersebut secara garis besar ada tiga pokok metode
(thariqah) dakwah, yaitu:
1. Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi
sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka,
sehingga didalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka
tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.
2. Mauidhaah Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-
nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih
43
Moh.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 123. 44 http://www.alquran-digital.com, 2004.
saying, sehingga nasihah dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat
menyentuh hati mereka.
3. Mujadalah, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan
membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberikan
tekanan-tekanan dan tidak pula dengan menjalankan yang menjadi
sasaran dakwah.45
6) Atsar (Efek Dakwah)
Setiap aksi dakwah akan menimbulkan reaksi. Atsar (efek) sering
disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses dakwah ini sering kali
dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i. kebanyakan
mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan maka selesailah
dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-
langkah dakwah berikutnya.46
3. Format Acara Dakwah
Berdasarkan pengertian format, acara, dan dakwah pada lembar
sebelumnya, maka penulis coba mendefinisikan pengertian format acara
dakwah sebagai bentuk maupun struktur pada serangkaian awal hingga
akhir sebuah program keagamaan, yang bertujuan untuk mengajak
khalayak kepada kebaikan.
Dalam kaitannya dengan media massa radio, dapat pula diartikan
sebagai bentuk program siaran yang bertujuan untuk mengajak
pendengarnya kepada kebaikan. Sehingga kemasan sebuah acara dakwah
dapat tampil menarik, serta diharapkan mampu memberi pengaruh
(impact) yang baik kepada pendengarnya.
45 Moh.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hal. 136. 46 Ibid, hal. 138.
B. Pengertian Radio
Radio adalah siaran (pengiriman) suara atau bunyi melalui udara.47
Secara terminologi Radio siaran seperti didefinisikan dalam peraturan adalah
pemancaran radio yang langsung ditunjukan kepada umum dalam bentuk
suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media.48
“Julian Newby dalam bukunya Inside Broadcasting menyebutkan,
radio is the birth of broadcasting (radio adalah anak pertama dunia
penyiaran).”49
Radio adalah suara. Suara merupakan modal utama terpaan
radio ke khalayak dan stimulasi yang dikoneksikan kepadanya oleh khalayak.
Secara psikologis suara adalah sensasi yang terpersepsikan ke dalam kemasan
auditif.50 Selain itu, radio juga merupakan suatu sarana yang mungkin
digunakan untuk memecahkan masalah pendidikan, oleh karena itu radio
dapat menjadi bagian dari teknologi pengajaran pada sistem pendidikan.51
Radio merupakan media massa paling luas di muka bumi. Tidak ada
sejengkal tanah dan permukaan laut pun yang tidak terjamah oleh signal
elektromagnetik yang dipancarkan oleh lebih dari 35.000 stasiun radio diseluruh dunia. Total jangkauan radio melebihi media televisi dan apalagi
surat kabar atau media cetak.52
Program acara radio selama beberapa periode terakhir ini meliputi
musik dan atau variety shows, komedi, drama dan berita. Sedang Dominick
47 Frista Artmanda W., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media,tt),
h.920. 48
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi teori dan Praktek, (Bandung: Rosdakarya,
1992), cet. ke-1, h.165. 49
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, (Yogyakarta: Pustaka Populer, 2004),
h.15. 50
Ibid, h.16. 51
Howard Gough, Perencanaan-Penyajian-Produksi Programa Radio, h. 372. 52 Asep Syamsul M. Romli, Broadcast Journalism Panduan Menjadi Penyiar, Reporter
& Script Writer, (Bandung: Nuansa, 2004), h. 22-23.
(1983) membagi 4 kategori dasar format acara radio yaitu (1) music; (2) talk;
(3) news; dan (4) black and etnic. 53
Secara umum mata acara radio diperoleh dari 4 sumber, yaitu :
1. Jaringan antar stasiun atau merelay dari stasiun penyiaran lain.
2. Rekaman dan atau menyewa dari rumah produksi.
3. Produksi sendiri.
4. Sindikasi program atau pertukaran program dengan pihak lain yang
menjadi kongsinya.
“Dari manapun materi acara diperoleh, isi pesan baik audio maupun visualnya harus sesuai dengan ketentuan dan kebijaksanaan yang ada, baik
kebijaksanaan intern maupun yang berasal dari pemerintah yakni sebagaimana
diatur dalam Bab IV Pelaksanaan Siaran pada Bagian Pertama tentang Isi
Siaran khususnya Pasal 35 Undang-undang Penyiaran,”54
yang berbunyi “Isi
siaran harus sesuai dengan asas, tujuan, fungsi, dan arah siaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5.”55
“Radio hari ini (radio today) menurut Yoseph R. Dominick sarat tiga
hal, yaitu kompetisi, konsolidasi, dan kontrol. Semua terjadi karena radio
siaran awal abad-21 dianggap paling strategis.”56 Oleh karena itu, maka radio
sebagai sebuah media massa memiliki peran serta dampak yang cukup besar
bagi khalayak. Karenanya, radio menjadi salah satu media yang kini banyak
dilirik keberadaannya, serta banyak digunakan sebagai media promosi,
sosialisasi, penyampai informasi, dan termasuk sebagai media penyampai
pesan dakwah yang dianggap lebih efektif.
53
Tommy Suprapto, Berkarier di Bidang Broad Casting,(Yogyakarta: Media Pressindo,
2006), h.13-14. 54
Ibid, h.15-16. 55
Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Undang-undang Penyiaran & Pers,
(Bandung: Fokus Media, 2005), h.22. 56
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, h. x
1. Karakteristik Radio
Radio memiliki karakteristik yang berbeda dengan media massa
lainnya. Dibandingkan dengan media massa lain, media radio memiliki
karakteristik khas sebagai berikut:
1. Auditori. Radio adalah “suara”, untuk didengar, karenanya isi siaran
bersifat “sepintas lalu” dan tidak dapat diulang. Pendengar tidak
mungkin “menoleh kebelakang” sebagaimana pembaca Koran yang bisa kembali kepada tulisan yang sudah dibaca atau mengulang
bacaan. 2. Transmisi. Proses penyebarluasannya atau disampaikan kepada
pendengar melalui pemancaran (transmisi). 3. Mengandung gangguan. Seperti timbul tenggelam (fading) dan
gangguan teknis “channel noise factor”. 4. Theatre of Mind. Radio mencipta gambar (makes pictures) dalam
imajinasi pendengar dengan kekuatan kata dan suara. Siaran radio
merupakan seni memainkan imajinasi pendengar melalui kata dan
suara. Pendengar hanya bisa membayangkan dalam imajinasinya apa
yang dikemukakan penyiar, bahkan tentang sosok penyiarnya
sendiri.
5. Identik dengan musik. Radio adalah sarana hiburan termurah dan
tercepat sehingga menjadi media utama untuk mendengarkan musik.
Dalam hal musik, radio memiliki daya surprise seketika atau
memberi kejutan, karena pendengar biasanya tidak tahu lagu apa
yang disajikan. Berbeda dengan memutar kaset yang sudah bisa
ditebak urutan lagunya.57
Karakteristik radio memberikan manfaat yang unik, baik ditinjau dari
sisi kelebihan maupun kekurangannya. Dengan memahami kekuatan dan
kelemahan radio, penyiar dapat merencanakan konsep implementasi untuk
menghasilkan produksi siaran yang lebih efektif dan efisien. Dalam
bukunya Media Fack Book-KBP, Pedroche, Toledo, dan Mantilla
mengungkapkan bahwa karakteristik radio memberikan manfaat yang
unik, di antaranya (1) menarik imajinasi, (2) cepat, radio merupakan alat
57 Asep Syamsul M. Romli, Broadcast Journalism-Panduan menjadi penyiar, reporter &
script writer, (Bandung: Nuansa, 2004), h. 22-23.
informasi yang efisien dan tanpa banding, (3) mudah dibawa, (4) tidak
memerlukan kemampuan membaca dan menulis, (5) tidak memerlukan
konsentarasi yang penuh dari pendengarnya, (6) cukup murah, (7) mudah
digunakan. Seperti yang lainnya, radio juga memiliki keterbatasan yakni
bahwa radio hanya sebuah media buta.58
Sekalipun radio disebut media buta karena hanya berupa suara, namun suara merupakan sebuah instrument penting yang perlu dikaji lebih
mendalam. Sculberg dalam bukunya Radio Advertising-The Authoritative
Handbook mengatakan bahwa para ahli psikologi telah menyimpulkan
bahwa memori ingatan yang berasal dari aspek pendengaran manusia, ternyata jauh lebih kuat daripada ingatan yang diperoleh dari indra
penglihatan atau penciuman. Kecepatan respon manusia terhadap suara yang langsung masuk ke otak sekitar 140 milidetik, sedangkan respons
terhadap cahaya berupa kata-kata dan gambar mencapai 180 milidetik.
Perbedaan waktu sekitar 40 milidetik ini merupakan waktu yang
diperlukan untuk merespons gambar yang diteruskan kebagian aural diotak
untuk mendapatkan proses identifikasi sebelum gambar tersebut bergerak
dan masuk ke sistem penerimaan visual di otak. Lebih lanjut dikatakan
juga oleh Chantler dan Harris dalam bukunya Local Radio Journalism
bahwa radio adalah media terbaik untuk berimajinasi. Pendengar selalu
mencoba berimajinasi terhadap apa yang didengar dan apa yang
dijelaskan. Sculberg menjelaskan bahwa radio bukanlah pesawat televisi
tanpa gambar, karena tidak ada gambar yang sifatnya literal. Saat radio
melakukan siaran dengan penuh kreativitas oleh para penggagas program-
programnya dan juga oleh para pengiklannya, maka radio dapat
memberikan kesan tersendiri dalam pikiran orang.59
Prinsip-prinsip mengerjakan produksi acara di radio sebagai media
publik, menurut Robert McLeish adalah (1) untuk memaparkan semua ide
baik yang radikal, tradisional, maupun pro-kemapanan; (2) membantu
individu dan kelompok dalam masyarakat untuk dapat saling berbicara,
mengembangkan sikap perduli sebagai anggota masyarakat majemuk; (3)
memobilisasi sumber daya publik dan pribadi baik dalam situasi darurat
maupun normal, sehingga terjadi distribusi kekayaan, kesejahteraan, dan
58
Harley Prayudha, Radio Penyiar IT’S NOT JUST A TALK, (Malang: Bayumedia,
2006), h. 11-12. 59
Ibid, h. 12-13.
keamanan secara merata; (4) membantu pendengar mengembangkan
persetujuan objektif dan menentukan pilihan politik, membantu terjadinya
debat sosial dan politik, mengekspos isu-isu dan pilihan-pilihan rasional
bagi publik dalam melakukan aksi; (5) berfungsi sebagai anjing penjaga /
pengontrol terhadap pengelola kekuasaan, menjalin kontak dengan publik
dalam proses komunikasi yang demokratis.60
Tabel 1
Peranan Sosial Radio sebagai Media Massa
PERAN SOSIAL RADIO
Sosialisasi
1. Menyebarluaskan informasi dan hiburan yang membuat
optimism serta menjalin interaksi dialogis antar pendengar.
2. Menjalin komunikasi untuk saling berkarya, mengubah
berbagai persepsi dan kecurigaan yang tidak perlu.
Aktualisasi 1. Menyegarkan memori pendengar terhadap peristiwa actual dan momentum yang penting bagi kehidupan
mereka.
2. Mengagendakan masalah-masalah sosial agar menjadi
isu dan keprihatinan bersama ketimbang masalah
personal.
Advokasi 1. Mendesak semakin terbukanya kebijakan politik-ekonomi bagi partisipasi selruh lapisan pendengar.
2. Memediasi antar berbagai pihak yang sedang berkonflik
sehingga muncul solusi damai dan saling
menguntungkan.
Memahami radio sebagai institusi sosial tidak semata bahwa radio
harus menyediakan ruang seperlunya bagi aktivitas non komersial, yang
penting adalah menjadikan seluruh irama siarannya bermakna bagi
kehidupan sosial pasca keuntungan ekonomi yang diperoleh dari acara itu.
Perbedaan mendasar antara media cetak dan media penyiaran termasuk
radio adalah penggunaan frekuensi sebagai milik publik. Dengan
60
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, h. 10.
demikian, radio lebih memiliki tanggung jawab sosial sebagai institusi
milik publik ketimbang media cetak.61 Sehingga, upaya dari berbagai
stasiun radio yang ada saat ini agar dapat menyuguhkan program-
programnya yang kreatif, cerdas, dan menghibur, dapat hadir secara
berimbang, tanpa harus melunturkan nilai jual maupun sisi komersil dari
program-program tersebut.
2. Radio Sebagai Media Dakwah
Sebagai sebuah media massa yang memiliki pengaruh serta
dampak yang besar di masyarakat, media massa radio banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai media penyampai informasi yang
efektif dan ekonomis, karena pesan yang disampaikannya dianggap
mampu menjangkau banyak kalangan hingga ke pelosok. Hal tersebut
yang juga coba diterapkan oleh para praktisi dakwah (Da’i) dalam
menyampaikan pesan dakwahnya kepada khalayak secara efektif, dengan
memilih radio sebagai salah satu sarananya. Namun, dari berbagai
keunggulan media massa, radio juga memiliki beberapa keutamaan serta
kelemahan, seperti berikut:
a. Keutamaan radio sebagai media dakwah antara lain:
1. Program radio dipersiapkan oleh seorang ahli, sehingga bahan
yang disampaikan benar-benar berbobot (bermutu).
2. Radio merupakan bagian dari budaya masyarakat.
3. Harga dan biaya cukup murah, sehingga masyarakat mayoritas
memiliki alat itu.
4. Mudah dijangkau oleh masyarakat. Artinya audien/ pendengarnya
cukup dirumah.
61
Ibid, h. 11.
5. Radio mampu menyampaikan kebijaksanaan, informasi secara
tepat dan akurat.
6. Pesawat mudah dibawa kemana-mana. 62
b. Kelebihan-kelebihan radio sebagai wasilah dakwah adalah:
1. Bersifat langsung
Untuk menyampaikan dakwah melalui radio, tidak harus
melalui proses yang kompleks sebagaimana penyampaian materi
dakwah lewat pers, majalah umpamanya dengan mempersiapkan
secarik kertas, da’i dapat secara langsung menyampaikan dakwah di depan mikrofon.
2. Siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan Faktor lain yang menyebabkan radio dianggap memiliki
kekuasaan ialah bahwa siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan selain waktu, ruang pun bagi radio siaran tidak
merupakan masalah, bagaimanapun jauhnya sasaran yang dituju. Daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau dakwah dengan
media lain dapat diatasi dengan wasilah radio ini.
3. Radio siaran mempunyai daya tarik yang kuat
Faktor lain yang menyebabkan radio memiliki kekuasaan ialah
daya tarik yang kuat yang dimilikinya. Daya tarik ini ialah
disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada
padanya, yakni:
- Musik
- Kata-kata
- Efek Suara
4. Biaya yang relatif murah
Di banyak Negara di Dunia Ketiga seperti Asia, Afrika, dan
Amerika Latin, radio umumnya telah menjadi media utama yang
dimiliki setiap penduduk, baik yang kaya maupun yang miskin. Bedanya, hanya kecanggihan radio itu sendiri.
5. Mampu menjangkau tempat-tempat terpencil Di beberapa Negara, radio bahkan merupakan satu-satunya alat
komunikasi yang efektif untuk menghubungi tempat-tempat terpencil.
6. Tidak terhambat oleh kemampuan baca dan tulis Disamping keuntungan-keuntungan di atas, radio juga memiliki
keuntungan lain. Siaran radio tidak terhambat oleh kemampuan
baca dan tulis khalayak. Dibeberapa Negara Asia tingkat
kemampuan baca dan tulis populasinya lebih dari 60%. Jutaan
orang tersebut tidak disentuh oleh media massa lain kecuali bahasa
radio dalam bahasa mereka. (Efendi, 1986: 173)63
62
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),
h.176. 63 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 151-152.
Beberapa keunggulan lain dari mass media radio sebagai alat
komunikasi adalah:
a. Proses penyampaian pesan relatif cepat dan menembus jarak
jauh.
b. Dapat dihayati dan dipahami tanpa pembatasan umur serta
dalam kondisi yang bagaimanapun, baik sedang bekerja,
istirahat, santai, duduk dan sebagainya.
c. Dapat menampung aspirasi masyarakat, karena acara-acara
yang disiarkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagai komunikasi.
64
c. Keterbatasan atau kelemahan media radio sebagai media dakwah
antara lain adalah :
1. Siaran hanya sekali didengar (tidak dapat diulang), kecuali
memang dari pusat pemancarnya.
2. Terikat oleh pusat pemancarnya dan waktu siaran. Artinya siaran
radio tidak setiap saat dapat didengar menurut kehendaknya (objek
dakwah).
3. Terlalu peka akan gangguan sekitar, baik bersifat alami maupun
tehnis.65
64
Rusdi Sufi, Perkembangan Media Komunikasi Di Daerah, (Jakarta: Depdikbud, 1999),
h. 25. 65 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h.177.
BAB III
GAMBARAN UMUM
BENS RADIO 106,2 FM DAN OZ RADIO 90,8 FM
A. Sejarah Singkat, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, dan Program
Siaran BENS RADIO 106,2 FM
1. Sejarah Singkat Berdirinya Bens Radio 106,2 FM
Indonesia adalah salah satu negara dengan budaya bangsa yang
kaya akan nuansa etnik dari berbagai macam kebudayaan yang beraneka
ragam. Melihat berkembangnya kecintaan akan negeri sendiri, almarhum
Haji Benjamin Suaeb menuangkan budaya dari kampung halaman sendiri
(Betawi) lalu mengembangkannya dan memperkenalkan budaya Betawi
tersebut melalui bentuk radio yang didirikan 5 maret 1990 dengan nama
Bens Radio yang merupakan radio etnik pertama di Indonesia dengan
program-program khas budaya Betawi.
Bens Radio adalah radio etnik yang menggali budaya Betawi dan
menyiarkan, serta mengolahnya menjadi program radio. Bens Radio
tertumpu pada budaya/etnik Betawi agar pendengar merasa menyimak
dirinya sendiri, mengamati lingkungan sendiri, menyelami adat istiadatnya
sendiri, berdialog dengan bahasa sendiri (budaya dan bahasa Betawi).
Bens Radio, “Betawi punye gaye, selera siape aje” (Betawi punya
gaya, selera siapa saja), itulah moto Bens Radio yang berarti Bens Radio
dengan gaya Betawi-nya memenuhi kebutuhan hiburan dan informasi
seluruh lapisan masyarakat yang sudah merupakan bagian dari masyarakat
Betawi.
Semangat dan cita-cita almarhum Benjamin Suaeb pada
hakekatnya adalah wujud partisipasi dari salah satu putra daerah sebagai
bentuk turut aktif melestarikan budaya daerah yang ada di Indonesia. Saat
ini Bens Radio melalui II Biem Triany Benjamin putra ketiga dari
almarhum telah berhasil mengembangkannya menjadi sepuluh radio yang
tersebar di Jawa dan Sumatra yaitu Radio Krakatau 96 FM Labuan Banten,
ADS 106.5 FM Cikampek, GSP 92.85 FM Pamanukan, Lean Puri 102.65
Baturaja OKU Sumsel, 94.5 Kayu Agung FM OKI Sumsel, 93.55 Banten
FM, 92.85 Cirebon FM, 92.85 Sriwijaya FM Palembang, 89.7 Pasundan
FM Cianjur, Indralaya FM, Bandung FM Bandung.
Bens Radio konsisten dengan format etnik Betawi sejak
kelahirannya pada 5 Maret 1990, Bens Radio berhasil meraih prestasi
sebagai radio dengan pendengar terbanyak se-Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang dan Bekasi sejak tahun 2000 sampai sekarang.
Positioning Bens Radio sebagai Radio Betawi satu-satunya, bukan
berarti hanya suku Betawi saja yang menjadi target marketnya, akan tetapi
seluruh lapisan masyarakat se-Jabodetabek merupakan target market Bens
Radio.66
66 Company Profile Bens Radio 106,2 FM, (Jakarta: 2009).
2. Visi dan Misi BENS RADIO 106,2 FM
a. Visi Bens Radio
Menjadi radio yang mengusung nilai-nilai Etnik Betawi di Jakarta.
b. Misi Bens Radio
1) Menyebarluaskan informasi, edukasi dan hiburan melalui
pendekatan etnik Betawi.
2) Melakukan kegiatan-kegiatan konversi atau pelestarian budaya
Betawi melalui audio.
3) Memberdayakan komunitas tertentu dalam hal perdokumentasian
dan penyebaran.
4) Membentuk divisi tertentu untuk menyelenggarakan kegiatan seni
budaya.
5) Bersama lembaga/instansi terkait untuk membantu menyediakan
informasi etnik Betawi.67
67 Ibid.
3. Struktur Organisasi BENS RADIO 106.2 FM
Keterangan:
BOD/Direksi : 1. Biem T. Benyamin
2. Benny P. Benyamin
Operational Manager : Riza Alibasah
Program Director : Anina Karin
Marketing Promosi : Budi Purwanto
(Sumber: Operational Manager BENS RADIO 106,2 FM)
4. Program Siaran di BENS RADIO 106,2 FM
a. Acara Harian (Daily Program)
Tabel 2
Program Harian Bens Radio 106,2 FM
Senin –
Minggu
05.00-06.00
NASI ULAM
(Nasihat Ulama)
Siraman Rohani Islam bersama
Ustadz Drs. H. Abdul Hayyi,
Ustadz Abdul Jalil & Ustadz Aslih
Ridwan
Senin –
Minggu
06.00
-09.00
BEGAYA Pengantar aktifitas pagi dengan
informasi aktual, dilengkapi dengan
Aje Gile (editorialnya Bens Radio),
Kok Gini (Kota Kita Pagi Ini /
Layanan Pengaduan Masyarakat)
dan Talk Show
Senin –
Sabtu
09.00-12.00
TEMENAN Bahasan ringan seputar rumah
tangga dan pernak-perniknya,
wawancara artis pop
Senin –
Kamis
12.00
-14.00
GADO-GADO
BETAWI
Pengantar istirahat makan siang,
disertai dengan salam antar
pendengar via SMS, wawancara
artis dangdut
Senin –
Jum’at
14.00
-16.00
PANTUN
CEPLAS-
CEPLOS
Ceplas-ceplos, omongan asal
ceplos, spontan, tapi nggak bikin
kesel, yang dengerin pasti
geregetan
Senin –
Sabtu
16.00
-18.00
RONDA SORE Obrolan santai menjelang sore
Senin –
Sabtu
18.00-21.00
NGASO Ngedengerin acara sambil ngobrol,
dilengkapi dengan tips, games serta
wawancara artis pop
Minggu –
Jum’at
23.00
-02.00
RONDA Pengantar istirahat malam, disertai
obrolan dan salam sapa antar
pendengar
b. Acara Mingguan (Weekly Program)
Tabel 3
Program Mingguan Bens Radio 106,2 FM
ACARA HARI WAKTU
BOLLYMANIA (Lagu India) Senin 21.00-23.00
BLAK-BLAKAN (Konsultasi
Psikologi/Curhat)
Selasa 21.00
-23.00
NGETEM CAMPUR-CAMPUR
(Lagu Campursari)
Rabu 21.00-23.00
NGABARIN (Lagu-lagu Iwan Fals & Info) Kamis 18.30
-21.00
BEGADANG (Lagu-lagu Rhoma Irama) Kamis 21.00
-23.00
NGAJI Jum’at 11.00-14.00
ASAL GOBLEK (Lagu-lagu Benyamin) Jum’at 21.00
-23.00
BETAWI KITE (Lagu-lagu Betawi Asli) Sabtu 12.00
-14.00
BANG JACK (Informasi Olah Raga) Sabtu 14.00-16.00
NYABA SLANK (Lagu-lagu Slank &
Info)
Sabtu 18.30
-21.00
ASAL NGUAP (Cerita Lucu) Sabtu 21.00
-23.00
NGUPI (Gosip-gosip Artis Terkini) Minggu 06.00-09.00
JAWARA POP (Lagu-lagu Pop Terkini) Minggu 09.00
-10.00
KOES MANIA (Lagu-lagu Koes Plus) Minggu 10.00
-13.00
SMS (Santai Minggu Siang) Minggu 13.00-15.00
BEKOAR LIVE (Bens Karoke Audisi
Radio)
Minggu 15.00
-17.00
LAPAN (Lagu Pop Kenangan) Minggu 18.00
-21.00
JAWARA DANGDUT Minggu 21.00-22.00
PANGGUNG BETAWI Minggu 22.00
-23.00
(Sumber: Company Profile Bens Radio 106,2 FM)
B. Sejarah Singkat, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, dan Program
Siaran OZ RADIO 90,8 FM
1. Sejarah Singkat Berdirinya OZ Radio 90,8 FM
Radio OZ lahir dari sebuah ide kreatif dan semangat anak muda
yang diawali pada 25 desember 1971. Radio OZ pertama kali mengudara
di kota Bandung dengan membawa format untuk anak muda, yang
bertahan sampai sekarang.
Pengalaman mengelola radio anak muda dalam penyajian program-
program terbaiknya selama kurun waktu tersebut, menjadikan Radio OZ
handal dalam mengelola dan menyampaikan pesan kepada target anak
muda disetiap jamannya. Radio OZ menjadi pelopor berbagai inovasi
Radio siaran, diantaranya adalah Outdoor Broadcasting Van (OBV) yang
mulai beroperasi pada tahun 1993. Dalam perkembangan Radio OZ ikut
serta dalam keanggotaan National Association Broadcast (NAB) Amerika
Serikat, Reportase Lintas Batas Negara dan berbagai inovasi kegiatan Off-
Air sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan, mampu memperkuat
station image, beserta pesan yang dibawanya.
Dalam perkembangannya sebagai jejaring radio siaran, Radio OZ
kini menjangkau lima kota besar di Indonesia. Diawali dengan Radio OZ
94.4 FM Bandar Lampung, Radio OZ 89.2 FM Palembang, dan Radio OZ
101.2 FM Bali, dan Radio OZ 90.8 FM Jakarta.
OZ Radio mengusung tag line yang disesuaikan dengan
perkembangan jaman disetiap jejaring radionya akan selalu berpacu untuk
menjadi radio anak muda yang Dinamis, Kreatif, dan menjadi Trendsetter.
OZ Radio Jakarta sendiri baru berdiri sejak 9 agustus 2007 (From
Kemang The Most Pumpin Spot In Jakarta). OZ Radio adalah stasiun
radio yang berisikan hiburan musik, info artis idola, lifestyle, technology,
automotive, sport & entertainment, gossips, quiz & off air activities,
dengan kemasan yang menarik dan diperbaharui setiap waktu.68
2. Visi dan Misi OZ RADIO 90,8 FM
a. Visi OZ Radio :
1) Menjadi Stasiun Radio Panutan Nomor 1 Bagi Anak Muda di
Indonesia.
2) OZ Radio is every where (Nantinya Oz Radio bisa ada di banyak
kota-kota lainnya di Indonesia).
b. Misi OZ Radio :
1) Membuat Program-progam yang sekreatif mungkin.
2) Berfikir Thinks Out Of The Box.
3) Mengutamakan kedekatan Pendengar dengan Penyiar (humble).
4) Memperluas Siaran OZ Radio di tiap-tiap kota di Indonesia.69
68
Company Profile OZ Radio 90,8 FM, (Jakarta: 2009). 69 Wawancara Pribadi dengan Aditya Maulana-Program Director OZ Radio 90,8 FM, (Jakarta: 24
Desember 2008), Pkl.20.00
wib.
3. Struktur Organisasi OZ RADIO 90,8 FM
Keterangan:
General Manager : Addry Danuatmadja
General Affair/Finance Manager : Titiek Nurhafiati
Markom Manager : Rizky Hermanto
IT & Tehnik Manager : Deden Mulyana
Program Manager : Aditya Maulana
(Sumber: Addry Danuatmadja-General Manager OZ RADIO 90,8 FM)
4. Program Siaran OZ RADIO 90,8 FM
Acara Harian (Daily Program) dan Acara Mingguan (Weekly Program)
Tabel 4
Program Siaran Harian dan Mingguan Oz Radio 90.8 FM
90.8 OZ
RADIO
weekdays
senin selasa rabu kamis jumat Sabtu Minggu
02.00-
04.00 Off
special weekend
04.00-
05.00 smusic sweep Que Aditya Chandra
05.00-
06.00
Percikan Iman
Bang Firman & Chandra music sweep
moring weekend 06.00-
09.00
Wakerrzzz
Rizky Ranadireksa (abenk) & Inga
Anggia Taya
Rilis ( Request Lagu Indonesia)
09.00-
11.00
Sogi
Rama
dipta Putri
Rama
Dipta Ramadipta Putri Putri
112 Show 11.00-
14.00
Olive Meira Olive Saras Meira Meira Saras
Kamus Ozzer (kamu suka Oz Puter)
14.00-
16.00 Sarah
Deshita
Kausar
Ikrami
Sarah
Deshita
Kautsar
Ikrami
Sarah
Deshita
Sarah
Deshita
Kautsar
Ikrami
afternoon weekend 16.00-
19.00
Sore Santai
Angga & Oomleo
Kautsar
Ikrami
Que
Aditya
Kamus Ozzer Lageee ( kamu suka Oz Puterin Lageee)
19.00-21
Aditya
Maulana
Sarah
Gadrie
Aditya
Maulana
Anggia
Kharisma
Sarah
Gadrie Taya
OZ BOX
Show
(Sumber: Aditya Maulana-Program Director OZ RADIO 90,8 FM)
Setelah penjelasan sebelumnya mengenai sejarah singkat berdirinya, visi
dan misi, struktur organisasi, serta jadwal program siaran di Bens Radio dan
Oz Radio, maka berikut ini akan penulis tampilkan profil pendengar yang
menjadi segmentasi dari kedua stasiun radio tersebut.
Tabel 5
Profil Bens Radio 106.2 FM dan Oz Radia 90,8 FM
Love Line HIP OZ Cela Celi Sub Stereo Oz Discoland
Classic
Hits
21.00-
23.00
Anggia
Kharisma
& Iyas
"ecoutez"
Raben + 2
orang
anak Hip
Hop
Andara
Early &
Irfan
Hakim
Sogi,
Alvin,
David
Tarigan
Saras, Kulki,
Fandy
"DFMC"
Celebrity
Shuffle
Aria
Baja &
Kulki
'Bobby'
23.00-
01.00
Dreamland
Togi Sinaga
Mix
Discoland
Music Sweep
Music Sweep
01.00-
02.00
indonesia Indonesia internasional indonesia internasional Internasional indonesia
Kategori Bens Radio Oz Radio
Nama PT. PT. Radio Bergaya
Nyanyian Irama Sejati
PT. Suara Gema
Pembangunan 90,8 OZ
Radio Jakarta
Motto Radio Betawi Atu-atunye
selera siape aje (Radio
Betawi Satu-satunya,
selera siapa saja)
OZ Radio is every where
Alamat Kantor /
Studio
Jln. Jagakarsa No.39,
Jakarta Selatan.
Telp: 021-7871984,
Jln. Bangka Raya
No.5/5A Kemang, Jakarta
Selatan 12720. Telp: 021-
(Sumber: Company Profile Bens Radio 106,2 FM dan Oz Radio 90,8 FM)
Keterangan mengenai profil kedua stasiun radio tersebut, penulis rangkum
pada tabel 5. Pemaparan tersebut mengenai nama perusahaan, motto, alamat
kantor dan studio, target pendengar, usia pendengar, profesi pendengar, status
SES, panggilan pendengar, serta format musik yang diputar dikedua stasiun radio
tersebut. Keterangan itu juga sekaligus memberikan gambaran lebih jelas
mengenai perbandingan antara keduanya.
Fax. 021-7842134 7182103 - 7191910
Target
Pendengar
Wanita = 55%
Pria = 45%
Wanita = 60%
Pria = 40%
Usia Pendengar 10-20 tahun = 40%
20-30 tahun = 35%
30-35 tahun = 25%
15-30 tahun
Profesi Wiraswasta = 30%
Karyawan = 25 %
Ibu Rumah Tangga= 25%
Pelajar = 15%
Lain-lain = 5%
SMU/Sederajat (40%)
Kuliah (40%)
Lain-lain (20%)
Status SES A2, B, C, D, E A1, A, B, C
Panggilan
Pendengar
Abang None Ncang
Ncing Nyak Babeh
Ozzers
Format Musik Dangdut: 40%
Pop Indonesia : 40%
Gambang: 15%
Lain-lain: 5%
3 : 2 (Barat : Indonesia)
BAB IV
KOMPARATIF
BENS RADIO 106,2 FM DENGAN OZ RADIO 90,8 FM
A. Latar Belakang Acara Dakwah “Nasi Ulam” di Bens Radio dan
“Percikan Iman” di Oz Radio
Adanya acara dakwah di kedua stasiun radio tersebut, tentu memiliki
alasan tersendiri mengenai kehadirannya. Oleh karena itu latar belakang
hadirnya kedua acara dakwah Nasi Ulam dan Percikan Iman merupakan
salah satu bentuk kesadaran Bens Radio dan Oz Radio sebagai media
publik yang punya kewajiban menyampaikan kebaikan serta nilai-nilai
positif yang mendidik bagi para pendengarnya.
1. NASI ULAM (Nasihat Ulama)
Latar belakang hadirnya acara Nasi Ulam di Bens Radio yang
utama adalah Siar dan Berbagi. Didasarkan atas faktor keinginan Bens
Radio sebagai salah satu stasiun radio yang sadar akan pentingnya
kebutuhan rohani para pendengarnya, yang diistilahkan sebagai sebuah
ritual sarapan di pagi hari dan menjadi suatu kebutuhan wajib serta
merupakan kebiasaan yang kerap dilakukan oleh banyak orang setiap
harinya. Karena itu Bens Radio bermaksud ingin menyuguhkan acara
dakwah (keagamaan) dipagi hari layaknya ritual sarapan yang kerap
menjadi kebutuhan dan kebiasaan orang kebanyakan. Berawal dari
alasan tersebut maka tercetuslah sebuah acara dakwah yang akhirnya
diberi nama Nasi Ulam. Dinamakan Nasi Ulam karena di Betawi
sendiri terdapat satu jenis makanan tradisional Nasi Ulam, kemudian
nama tersebut coba disesuaikan dengan nama acara keagamaan pagi
hari, sehingga Nasi Ulam tersebut menjadi kepanjangan dari Nasihat
Ulama70.
Atas berbagai landasan tersebut, maka acara keagamaan Nasi
Ulam yang ada di Bens Radio saat ini memiliki tampilan format
dengan penyajian bahasa betawi yang ringan (bahasa sehari-hari). Ini
ditunjukan agar pendengar yang menyimak acara tersebut bukan hanya
datang dari kalangan betawi saja, tetapi pendengar dari kalangan
umum yang memang terbiasa dengan bahasa betawi, dan merasa
tertarik untuk mendengarkan. Sehingga, mereka juga dapat ikut serta
berpartisipasi diacara tersebut. Dikarenakan upaya Bens Radio untuk
menjadikan acara dakwah Nasi Ulam sebagai sebuah kebiasaan pagi
dimasyarakat, maka dalam hal ini pembahasan materi yang dipilih
tidak terlalu berat, dan merupakan tema-tema yang sering dialami oleh
kebanyakan masyarakat sehari-hari, baik dari segi ibadah, muamalah
dan sebagainya.
2. PERCIKAN IMAN
Latar belakang hadirnya acara Percikan Iman di Oz Radio 90,8
FM adalah karena Oz Radio Jakarta adalah suatu radio anak muda
yang pada dasarnya ingin membuat program acara yang harus punya
nilai moral pada setiap program-program siarannya, karena terkadang
70
Wawancara Penulis dengan Anina Karin-Program Director Bens Radio 106,2 FM.
hal tersebut sudah mulai dilupakan oleh beberapa stasiun-stasiun radio
lain di Indonesia. Selain itu, Oz Radio menilai bahwa meskipun anak-
anak muda saat ini cenderung have fun (lebih suka bersenang-senang)
namun dengan adanya acara Percikan Iman, setidaknya anak muda
dapat diajak untuk hidup dengan cara yang lebih baik sesuai dengan
kaidah-kaidah agama. Namun dengan hadirnya acara Percikan Iman,
bukan berarti menjadikan Oz Radio menjadi sebuah stasiun radio
agama, karena Oz Radio sendiri tetap merupakan radio anak muda.
Tetapi anak muda yang dimaksud dalam kategori Oz Radio adalah
anak-anak muda yang bertanggung jawab71
.
Kesadaran Oz Radio sebagai salah satu media massa yang
punya pengaruh besar kepada masyarakat khususnya anak muda, yang
menjadikan Oz radio turut menghadirkan acara dakwah Percikan Iman
didalam program-program siarannya. Selain itu, Oz Radio juga
mencoba menyesuaikan tema-tema serta materi yang diangkat setiap
harinya dengan kehidupan anak muda. Hal tersebut dikarenakan agar
pembahasan yang diangkat bisa sesuai dengan lingkup pergaulan serta
problematika anak muda itu sendiri. Sehingga konsep kedekatan yang
sejak awal diusung oleh Oz Radio khususnya dalam syi’ar agama
Islam melalui acara Percikan Iman kepada kaum muda, dapat terwujud
dengan sendirinya tanpa terkesan menggurui, dan adanya unsur
paksaan.
71
Wawancara Penulis dengan Aditya Maulana-Program Director Oz Radio 90,8 FM.
B. Format Acara Dakwah “Nasi Ulam” di Bens Radio dan “Percikan
Iman” di Oz Radio
1. NASI ULAM (Nasihat Ulama)
Acara konsultasi agama Islam yang dikemas dengan santai dan
ramah, untuk merangkul semua segmen. Sebuah acara ceramah pagi
yang diibaratkan sebagai sarapan rohani dipagi hari, yang dipandu oleh
seorang penyiar dan narasumber-narasumber yang merupakan ustadz
yang sengaja dipilih karena sudah dikenal di masyarakat Jakarta72
.
Acara yang terdiri dari tiga sesi ini, coba menampilkan acara
dakwah pagi yang segar dan santai. Balutan bahasa betawi yang khas
dan kental tidak menjadikan acara tersebut hadir hanya untuk kalangan
betawi, melainkan seluruh etnis yang memang terjangkau oleh siaran
Bens Radio. format acara yang mengusung 3 orang narasumber dan
beberapa penyiar ini sengaja digunakan untuk menyesuaikan jadwal
tiap-tiap narasumber dan penyiar, agar acara dakwah Nasi Ulam tetap
dapat tersaji setiap harinya guna memenuhi keinginan Bens Radio
sendiri, untuk menjadikan acara dakwah tersebut menjadi sebuah
kebiasaan pagi bagi masyarakat. Serta mampu memberi spirit kepada
pendengarnya.
72
Deskripsi acara Nasi Ulam, Anina Karin-Program Director Bens Radio 106,2 FM.
2. PERCIKAN IMAN
Sebuah acara keagamaan yang membahas seputar agama Islam,
berikut problematika yang dialami pendengarnya. Acara dakwah yang
pada awalnya ditunjukan khusus untuk remaja di Jakarta, namun
seiring dengan perkembangannya, acara tersebut dapat pula
menjangkau pendengar diluar remaja, namun memiliki problematika
seputar keagamaan yang sama dengan kebanyakan anak muda. Acara
keagamaan yang dibalut dengan konsep yang santai dan ringan
tersebut dibawakan oleh seorang penyiar dan seorang narasumber yang
menjadi kunci utama pada setiap pembahasan materi pada setiap
siarannya. Sehingga tema-tema atau materi yang dibahas pun turut
disesuaikan dengan kapasitas para pendengar yang kebanyakan adalah
remaja untuk dapat mencerna materi yang disampaikan.
Format acara dakwah pada dua stasiun radio tersebut memiliki
kesamaan pada tampilan acara yang dibawakan, meski terdapat pula
perbedaan yang tidak terlalu signifikan, namun tampilan format acara
dakwah yang terdapat pada dua stasiun radio swasta tersebut juga akan
penulis bandingkan berdasarkan aspek unsur-unsur dakwahnya.
Unsur-unsur tersebut meliputi, Da’i (pelaku dakwah), mad’u (mitra
dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah
(metode), dan atsar (efek dakwah).73
73
Moh. Ali Aziz, M.Ag, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h.75.
1. Da’i (Pelaku Dakwah)
a. Bens Radio 106,2 FM
Pelaku dakwah (Da’i) pada acara Nasi Ulam (Nasihat
Ulama) di Bens Radio 106,2 FM menggunakan konsep dengan tiga
(3) orang narasumber. Ketiga narasumber tersebut terdiri dari
Ustadz Drs. H. Abdul Hayyi, Ustadz H. Abdul Jalil & Ustadz Drs.
H. Aslih Ridwan. Namun ketiga narasumber tersebut dalam
menyampaikan materi ceramah (dakwah) tidak pada saat yang
bersamaan, melainkan bergantian pada masing-masing jadwal yang
telah ditentukan. Penggunaan format tersebut bertujuan agar acara
Nasi Ulam yang hadir setiap hari dalam seminggu, dapat tetap
hadir menyapa pendengar, meski narasumber yang memberikan
materi berbeda-beda setiap harinya. Selain itu, penggunaan tiga
narasumber (da’i) pada acara Nasi Ulam didasarkan atas beberapa
alasan, antara lain agar informasi dakwahnya bisa lebih beragam,
serta faktor waktu yang disesuaikan dengan jadwal narasumber
juga menjadi bahan pertimbangan. Karena Nasi Ulam hadir setiap
hari, maka jadwal yang dibuat untuk tiap-tiap narasumber coba
disesuaikan dengan jadwal/kegiatan pribadi narasumber tersebut.
Da’i atau pelaku dakwah yang menjadi narasumber diacara
Nasi Ulam (Nasihat Ulama) Bens Radio memiliki latar belakang
pendidikan dakwah yang berbeda-beda, sehingga materi yang
disampaikanpun menjadi lebih beragam. Ketiga narasumber
tersebut juga memiliki gaya siaran serta ciri yang berbeda pada
penyampaian dakwahnya, sehingga pendengar diharapkan tidak
jenuh dengan materi-materi dakwah yang disampaikan di acara
Nasi Ulam. Sehingga pendengar mampu membedakan narasumber
mana yang sedang siaran.
b. OZ Radio 90,8 FM
Pelaku dakwah atau Da’i pada acara “Percikan Iman” di Oz
Radio 90,8 FM menggunakan konsep dengan satu orang
narasumber. Hal tersebut dikarenakan faktor pemilihan narasumber
yang dianggap sangat berpengaruh pada konsistensi Oz Radio 90,8
FM dalam menjaga kedekatannya dengan para pendengarnya.
Sehingga penentuan seorang narasumber tidak dipilih begitu saja,
melainkan disesuaikan dengan segmentasi Oz Radio sendiri yang
lebih cenderung menjaring anak muda sebagai sasaran dakwahnya
(pendengar). Meskipun pada perkembangannya saat ini Oz Radio
juga coba memperluas segmentasinya hingga usia dewasa, namun
hal tersebut ditunjukan hanya pada batasan usia yang dianggap
masih memiliki kedekatan dengan pergaulan atau ruang lingkup
anak muda itu sendiri.
Da’i yang menjadi narasumber pada acara dakwah Percikan
Iman di Oz Radio Jakarta adalah Ustad H. Firman Zamzami
Muhammad, LC atau yang lebih akrab disapa Bang Firman.
Pemilihan Bang firman sebagai narasumber pada acara Percikan
Iman di Oz Radio Jakarta dikarenakan faktor kedekatan yang
dirasa pas pada figurnya. Ustadz yang punya kedekatan dengan
lingkup pergaulan anak muda ini, sebelumnya sempat besar di Oz
Radio Lampung, yang juga sebagai narasumber acara “Percikan
Iman” disana. Selain itu latar belakang pendidikan santri dan
pengetahuan soal agama merupakan pertimbangan lainnya. Selain
itu pemilihan Bang Firman dimaksudkan agar pendekatan kepada
anak mudanya pun bisa dilakukan. Sehingga, “Kalau konsep
kedekatannya sudah bisa dilakukan, maka message yang
disampaikan jadi lebih dapat diterima”.
2. Mad’u (Mitra Dakwah atau Penerima Dakwah)
a. Bens Radio 106,2 FM
Mitra dakwah terdiri dari berbagai macam golongan
manusia. Namun mad’u yang menjadi sasaran dakwah pada acara
Nasi Ulam (Nasihat Ulama) di Bens Radio yaitu mencakup semua
kalangan, dari segi tingkat usia mulai dari anak-anak, remaja,
dewasa, maupun orang tua, serta berasal dari golongan profesi dan
tingkat ekonomi yang beragam. Hal tersebut juga terkait dengan
segmentasi pendengar yang hendak dijaring oleh Bens Radio. Dari
segi sosiologis, masyarakat terasing, pedesaan, perkotaan, kota
kecil, serta masyarakat di daerah marjinal dari kota besar
kebanyakan yang menjadi cakupan pendengar Bens Radio
khususnya untuk acara Nasi Ulam. Target dakwahnya juga
mencakup perempuan dan laki-laki, sehingga siapapun bisa
mendengarkan. Dakwah Nasi Ulam juga menjaring pendengar dari
banyak profesi. Seperti kalangan wiraswasta (30%), karyawan
(25%), Ibu rumah tangga (25%), serta kalangan pelajar (15%), dan
lain-lain (5%). Acara dakwah Nasi Ulam di Bens Radio juga dibuat
sesuai dengan segmentasi Bens Radio yakni mulai dari golongan
kaya, menengah, hingga kalangan bawah sekalipun.
b. OZ Radio 90,8 FM
Sasaran dakwah pada acara Percikan Iman di OZ Radio
90,8 FM yang utama adalah anak muda, hal ini dipengaruhi oleh
segmentasi Oz Radio yang memang menjaring anak muda sebagai
pendengar utama Oz Radio dalam setiap program-program
siarannya. Namun seiring perkembangannya, acara “Percikan
Iman” sendiri saat ini tidak menutup kemungkinan untuk dapat
menjaring kalangan-kalangan yang lebih luas, artinya secara umum
acara ini diharapkan mampu diterima oleh semua kalangan, baik
yang muda maupun yang lebih tua. Segmentasi yang juga menjadi
sasaran dakwah pada acara Percikan Iman yaitu Golongan
A1/A/B/C, yang diukur bukan hanya dari status ekonominya saja,
melainkan posisinya dilingkungan pergaulan. Untuk jenis kelamin
cakupan jenis kelamin wanita mempunyai porsi 60%, sedangkan
pria 40%. Ini dikarenakan faktor sosiologis yang mengungkapkan
bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari laki-laki.
Untuk faktor usia Oz Radio menjaring usia antara 15–30 tahun,
yang terdiri dari latar belakang profesi yang beragam. Mulai dari
pelajar SMU/sederajat, perguruan tinggi, karyawan, eksekutif
muda, dan lain-lain.
3. Maddah (Materi Dakwah)
a. Bens Radio 106,2 FM
Materi dakwah (maddah) seperti akidah, syariah, fiqih, dan
akhlaq sering disampaikan pada setiap acara keagamaan, begitu
pula Nasi Ulam (Nasihat Ulama), namun materi dari masing-
masing pembicara memiliki persentase yang berbeda-beda pada
pembahasannya. Ini dikarenakan faktor narasumber yang
digunakan pada acara Nasi Ulam terdiri dari 3 orang narasumber,
sehingga pembahasan materi yang disampaikan oleh masing-
masing narasumber menjadi berbeda pada setiap segmen siaran.
Ustadz Drs. H. Abdul Hayyi lebih konsen kepada masalah
syari’ah/Fiqih dan akhlaq pada pembahasan materi yang
disampaikan, sedangkan Ustadz H. Abdul Jalil dan Ustadz Drs. H.
Aslih Ridwan lebih banyak berbicara mengenai masalah aqidah
(keyakinan) dan Tafsir. Materi yang disampaikan oleh tiap
narasumber ditentukan dan dibuat langsung oleh masing-masing
narasumber dengan konsen pembahasan yang berbeda. Sehingga
hal tersebut diupayakan untuk menghindari terjadinya banyak
pengulangan pada materi-materi yang sudah dibahas pada siaran
sebelumnya.
b. OZ Radio 90,8 FM
Materi dakwah yang biasa disampaikan pada acara
“Percikan Iman” bervariasi, mulai dari masalah-masalah keimanan,
akhlak, tauhid dan lain-lain. Pemilihan materipun lebih banyak
disesuaikan dengan kondisi atau keadaan yang banyak dialami oleh
pendengar, terutama anak muda. Sehingga materi atau topik yang
diangkat dan dibahas pada acara Percikan Iman adalah materi-
materi yang pembahasannya ringan dan sangat dekat dengan
lingkup pergaulan anak muda sehari-hari. Faktor pemintaan dari
pendengar untuk mengangkat sebuah topik pun mampu menjadi
salah satu penentu diangkatnya sebuah topik pada pembahasan di
acara Percikan Iman. Untuk itu persentase dari pembahasan
materipun terbagi terbagi rata antara akidah 25%, syari’ah 25%,
akhlaq 25%, dan sisanya adalah masalah-masalah lain yang ada
dalam kacamata Islam.
4. Wasilah (Media Dakwah)
a. Bens Radio 106,2 FM
Wasilah atau yang lebih dikenal dengan media dakwah
yang digunakan pada acara Nasi Ulam tentu berbentuk ucapan
(The Spoken Words). Ini dikarenakan radio merupakan media
audio, sehingga ucapan dan kata-kata merupakan kekuatan utama
media tersebut dalam menyampaikan pesannya. Media dalam arti
alat yang digunakan untuk syi’ar dakwah para narasumber dalam
menyampaikan materi dakwah disini sudah tentu adalah radio,
namun acara dakwah tersebut dikemas dalam bentuk sebuah
program siaran.
b. OZ Radio 90,8 FM
Acara dakwah Percikan Iman juga dalam hal media sudah
tentu menggunakan media radio. Kecakapan dalam berkomunikasi,
pemilihan kata-kata yang sesuai dalam menyampaikan pesan, serta
suara yang khas, merupakan satu-satunya kekuatan yang
diandalkan pada penyampaian dakwah melalui media radio. Oleh
karena itu, sebagai salah satu stasiun radio anak muda di Indonesia,
dalam menyampaikan dakwahnya Oz Radio menggunakan kata-
kata yang biasa dipergunakan dikalangan anak muda, dengan
bahasa yang santai dan mudah dipahami.
5. Thariqah (Metode Dakwah)
a. Bens Radio 106,2 FM
Metode dakwah yang kerap digunakan oleh tiap
narasumber di acara Nasi Ulam amat beragam. Mulai dari metode
Hikmah, Mauidhaah Hasanah, serta Mujadalah. Dalam prakteknya
melalui acara Nasi Ulam Bens Radio, semua narasumber memang
menggunakan ketiga metode tersebut. Hanya saja metode Hikmah
lebih banyak digunakan apabila ada pertanyaan yang datang dari
pendengar kepada narasumber tentang suatu perkara, dan
kemudian narasumber memberikan jawaban berikut contoh dari
kejadian tersebut dari kacamata Islam.
Cara penyampaian yang dikembangkan dan disiarkan di
Bens Radio antara lain melalui program-program dakwah yang
memang kerap disuguhkan kepada pendengarnya. Seperti program
Nasi Ulam (Nasihat Ulama), Agama dan Wanita, serta insert dan
Bumper sebuah rekaman hadits-hadits maupun pesan-pesan ibadah
lainnya. Selain itu, terdapat prolog yang diputar sebelum adzan
guna mengingatkan pendengar bahwa waktu shalat telah tiba.
insert berupa arti dari hadits-hadits yang ditunjukan sebagai bahan
pelajaran, serta rujukan yang baik bagi pendengar dalam
melakukan sesuatu juga kerap diputarkan.
Pemutaran adzan lima waktu sebagai penanda waktu shalat
juga merupakan bagian dari metode dakwah yang selalu dilakukan
secara konsisten oleh Bens Radio sejak dulu.
b. OZ Radio 90,8 FM
Metode dakwah yang digunakan pada acara Percikan Iman
yaitu melalui pendekatan yang santai dan tidak terkesan
menggurui, ini dikarenakan acara tersebut dimaksudkan/bertujuan
untuk mengajak pendengar-pendengarnya untuk tetap berada
dalam koridor-koridor agama. Sehingga anak muda yang menjadi
sasaran dakwah utama Oz Radio diharapkan akan mampu
diarahkan untuk tetap dapat memiliki akhlak yang baik dan dapat
bertanggung jawab atas perbuatannya. Metode yang cenderung
digunakan pada program Percikan Iman adalah metode Mauidhaah
Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat
atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang,
sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat
menyentuh hati pendengarnya, khususnya anak muda. Sehingga
mereka tidak merasa sedang digurui.
Metode dakwah lainnya yang digunakan pada acara
Percikan Iman, antara lain adanya insert pesan agama, juga
pemutaran adzan magrib yang bertujuan mengingatkan pendengar
(Ozzers) bahwa telah masuk waktu shalat, serta adanya doa dan
hadits yang biasa disampaikan oleh narasumber di setiap akhir
acara dakwah Percikan Iman.
6. Atsar (Efek Dakwah)
a. Bens Radio 106,2 FM
Efek dakwah yang diharapkan dari acara Nasi Ulam antara
lain adalah, acara Nasi Ulam senantiasa dapat diminati dan
bermanfaat. Bisa menjadi solusi atas pertanyaan-pertanyaan
dibenak pendengar yang selama ini tidak diketahui secara benar
jawabannya. Selain itu, acara Nasi Ulam Bens Radio diharapkan
bisa menumbuhkan kesadaran beragama yang tinggi kepada
pendengar, sehingga masyarakat menjadi lebih baik serta sadar
akan kewajiban-kewajibannya sebagai muslim.
b. OZ Radio 90,8 FM
Efek dakwah yang diharapkan dari hadirnya acara Percikan
Iman di Oz Radio 90,8 FM adalah, agar anak muda khususnya di
Jakarta dapat menjadi sosok anak muda yang bertanggung jawab
dan mempunyai kontrol terhadap dirinya, dengan tetap berada pada
koridor-koridor agama. Selain itu, diharapkan pendengar Percikan
Iman ini dapat menjalankan perintah Allah swt tanpa ada
keterpaksaan atau karena faktor ikut-ikutan, melainkan karena
faktor kesadaran yang tumbuh dalam jiwa.
C. Perbedaan dan Persamaan Format Acara Dakwah di BENS RADIO
106,2 FM dengan OZ RADIO 90,8 FM
1) Perbedaan-perbedaannya:
Dari berbagai sumber, akhirnya penulis menemukan tentang
perbedaan-perbedaan yang ada terdapat pada format acara dakwah di
Bens Radio 106,2 FM dengan Oz Radio 90,8 FM. Perbedaan yang ada
diantara kedua acara dakwah tersebut memang tidak terlalu jauh dalam
segi pembahasan materi, meski terdapat beberapa perbedaan pada
seberapa dalam pembahasan pada sebuah sesi yang dibahas/dikaji
perharinya, serta besarnya persentase sebuah tema yang dibahas.
Namun, perbedaan itu justru dapat terlihat pada tampilan konsep acara,
serta format acara yang memiliki variasi tersendiri.
Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain menyangkut:
Tabel 6
Perbedaan Format Acara Dakwah di Bens Radio 106,2 FM
dengan OZ Radio 90,8 FM
FORMAT BENS RADIO 106,2 FM OZ RADIO 90,8 FM
Judul Mata
Acara
“NASI ULAM”
(Nasihat Ulama)
“PERCIKAN IMAN”
Bentuk
Proses
Produksi
On air On air dan Off air
Acara Sejak Tahun 2000 3 November 2008
Hari Siaran Senin – Minggu Senin – Jum’at
Waktu
Siaran
Pukul. 05.00 – 06.00 WIB
Pukul. 04.00 – 05.00 WIB
Pembagian
Kuadran
(Sesi Acara)
3 Sesi:
Opening & Pemaparan
Materi – Pemaparan
Materi & Tanya Jawab
(via telepon & SMS) –
Tanya Jawab, Kesimpulan
& Closing
4 Sesi:
Opening & Pengantar
topik yang diangkat –
Pemaparan materi &
Tanya Jawab (bintang
tamu / via telepon &
SMS / email) –
Kesimpulan, Do’a
penutup (hadits) –
Closing
Waktu
Shalat
Adzan Subuh Adlib Penyiar ditengah
acara
Lagu yang
diputar saat
acara
Lagu-lagu Religi / Islami
Lagu-lagu Indonesia dan
Mancanegara
(bukan lagu-lagu religi)
Persentase
Materi yang
Sering
Diangkat
Ustd. Abdul Hayyi:
Akidah:20%,
Syariah/fiqih:40%,
Akhlaq:40%
Ustd. Abdul Jalil:
Akidah: 50%
Selebihnya pembahasan
tema-tema lain.
Ustd. Aslih Ridwan:
Akidah: 40%
Ustd. Firman
Akidah: 25%
Syariah/fiqih: 25%
Akhlaq: 25%
Lain-lain: 25%
1.
ii.
1. Pemilihan Judul Mata Acara yang digunakan pada kedua program
dakwah tersebut, yang sudah pasti menjadi salah satu perbedaan
antara format acara dakwah di kedua stasiun radio tersebut.
2. Bentuk proses produksi yang dilakukan pada kedua acara dakwah
di Bens Radio dan Oz Radio, yang juga menjadikan adanya
perbedaan pada tampilan keduanya. Pada Bens Radio acara
dakwahnya disiarkan dengan format on air, meski ada kalanya
melakukan siaran taping, namun hal tersebut dilakukan jika
narasumber yang bersangkutan benar-benar berhalangan untuk
hadir mengisi acara. Sedangkan di Oz Radio sendiri mengusung
dua format yaitu on air (selasa & kamis) dan taping (senin, rabu &
jumat). Hal ini dilakukan Oz Radio untuk memberikan variasi pada
program dakwahnya, sehingga pendengar Oz Radio diharapkan
Syariah/fiqih: 20%
Akhlaq: 20%
Lain-lain: 20%
Rata-rata
Tanya
Jawab
per/hari
SMS: 10, Telpon: 10
Email: -
SMS: 10, Telpon: 5
Email/Blog: 5, (tanya
jawab bintang tamu)
Penyiar Fandi, Amang, Arya,
Bobby
Chandra K. Putra
Narasumber
Ustad. Drs. H. Abdul
Hayyi, Ustad. H. Abdul
Jalil & Ustad. Drs. H.
Aslih Ridwan
Ustad. H. Firman
Zamzami Muhammad
LC
dapat lebih tertarik mendengarkan, karena ada format taping yang
memungkinkan Ozzers (pendengar Oz Radio) untuk bisa sharing
seputar pengetahuan agama secara langsung dengan narasumber.
3. Hari siaran, menjadi salah satu pembeda anatara kedua acara
dakwah tersebut. Pada Bens Radio melalui acara Nasi Ulam hadir
setiap hari, tujuh (7) hari dalam seminggu. Sedangkan Percikan
Iman di Oz Radio hanya mengudara selama lima (5) hari dalam
seminggu.
4. Faktor narasumber yang digunakan Bens Radio lebih dari satu
orang narasumber jelas memunculkan begitu beragamnya tema-
tema serta jawaban-jawaban dari setiap pertanyaan yang diajukan
oleh pendengar dalam dialog interaktif, selain itu faktor waktu
yang juga menjadi pertimbangan sehingga acara Nasi Ulam yang
hadir setiap hari dapat tetap berlangsung meski tiap-tiap
narasumber juga memiliki jadwal/kegiatan sendiri ditempat lain.
Pada acara Percikan Iman di Oz Radio 90.8 FM hanya
menggunakan satu (1) orang narasumber. Hal tersebut dikarenakan
faktor pemilihan narasumber yang begitu selective, sehingga
narasumber yang dipilih merupakan figur yang dianggap mampu
menyesuaikan diri dengan pendengar Oz Radio yang mencakup
anak muda sebagai segmentasinya.
5. Penempatan waktu siaran yang berbeda yang menjadikan kedua
acara tersebut dapat disimak dalam 1 hari yang sama. Percikan
Iman di Oz Radio Jakarta yang sebelumnya hadir pukul 05.00-06.00
wib dan kini hadir mulai pukul 04.00
-05.00
wib, ditempatkan bukan
tanpa alasan, melainkan bagian dari upaya Oz Radio sendiri untuk
menemani pendengarnya lebih dini, sehingga hal tersebut coba
disesuaikan dengan rutinitas bangun pagi rata-rata para pendengar
Oz Radio yang memang banyak menjaring anak sekolah, karena
jadwal masuk sekolah yang saat ini dimajukan menjadi lebih awal.
6. Pembagian kuadran atau sesi acara pada kedua program dakwah
tersebut memang berbeda. Di Nasi Ulam kuadaran acara dibagai
menjadi 3 sesi dari opening, pembahasan hingga closing.
Sedangkan di acara Percikan Iman, kuadran yang digunakan terdiri
dari 4 sesi mulai dari opening hingga closing.
7. Waktu shalat yang ditandai dengan diputarnya adzan hadir pada
kedua stasiun tersebut. Hanya saja, pada acara dakwah Percikan
Iman di Oz Radio tidak diputarkan adzan ditengah-tengah siaran.
Melainkan pemberitahuan oleh penyiar bahwa telah masuk waktu
shalat subuh. Jadi adzan yang diputar di Oz Radio hanya pada saat
shalat magrib. Hal tersebut dikarenakan waktu shalat magrib yang
singkat, sehingga pendengar perlu dengan jelas diingatkan.
Sedangkan di Bens Radio adzan subuh tetap diputar meski pada
saat acara Nasi Ulam belum di mulai.
8. Lagu yang diputar saat acara dakwah Nasi Ulam berlangsung
adalah lagu-lagu pop religi. Sedangkan pada acara dakwah
Percikan Iman, lagu-lagu yang diputar adalah lagu-lagu barat
maupun lokal dari berbagai jenis aliran musik. Hal tersebut
dimaksudkan agar pendengar mereka yaitu anak muda tidak
merasa jenuh ketika mendengarkan program keagamaan.
9. Persentase materi yang sering diangkat pada kedua acara dakwah
Nasi Ulam dan Percikan Iman memiliki porsi yang berbeda pada
pembahasannya. Nasi Ulam lebih banyak menitik beratkan
masalah fiqih dan aqidah, karena dipengaruhi oleh faktor
narasumber yang memiliki latar belakang pendidikan serta fokus
yang berbeda-beda. Sedangkan untuk acara dakwah Percikan Iman,
persentase materi yang dibahas seperti fiqih/syariah, aqidah, dan
akhlaq terbagi secara merata.
10. Rata-rata pertanyaan terjawab perhari pada kedua acara dakwah
tersebut juga berbeda. Bila pada acara Nasi Ulam kesempatan yang
diberikan kepada audience cukup banyak dan berimbang antara
telepon dan sms. Namun pada acara Percikan Iman faktor
partisipasi pendengarlah yang sedikit banyak menjadi penentu
dalam jumlah interaktif yang berlangsung.
11. Faktor penyiar juga menjadi pembeda pada kedua format acara
dakwah Nasi Ulam dengan Percikan Iman. Karena pemilihan
penyiar untuk acara dakwah Percikan Iman sendiri memiliki
pertimbangan tersendiri oleh sang general manager Oz Radio.
Sehingga seorang punggawa yang dipilih untuk mendampingi
narasumber haruslah sosok yang dianggap memiliki keterwakilan
atas berbagai problematika serta pertanyaan-pertanyaan anak muda
kebanyakan. Sedangkan pada acara Nasi Ulam, penyiar yang
dipilih untuk mendampingi narasumber adalah penyiar yang
memang sanggup berkomitmen dengan jadwal yang ditawarkan
oleh pihak Bens Radio. Sehingga tidak ada terdapat alasan khusus
dalam pemilihan penyiar disini.
12. Penggunaan narasumber yang memiliki perbedaan dalam jumlah
serta kriteria menjadikan perbedaan diantara kedua acara dakwah
Nasi Ulam di Bens Radio dan Percikan Iman di Oz Radio memiliki
ciri tersendiri pada masing-masing siarannya, sehingga setiap
narasumber pada masing-masing radio memiliki gaya yang
berbeda dalam menyampaikan materi dakwahnya.
2) Persamaan-persamaannya:
Tabel 7
Persamaan Format Acara Dakwah Bens Radio 106,2 FM dengan
Oz Radio 90,8 FM
FORMAT BENS RADIO 106,2 FM OZ RADIO 90,8 FM
Bentuk
Penyajian
Acara
Talk show Talk show
Kriteria /
Batasan
Mata Acara
Pembahasan Seputar
Agama Islam
Pembahasan Seputar
Agama Islam
Durasi 60 menit 60 menit
Sumber
Mata Acara
Produksi Sendiri Produksi Sendiri
1. Bentuk penyajian acara berupa talkshow yang sama-sama dipilih
oleh Bens Radio dan Oz Radio untuk acara dakwah yang mereka
siarkan.
2. Kriteria atau batasan acara kedua stasiun yang menjadikan acara
Nasi Ulam dan Percikan Iman sebagai wadah dalam membahas
tentang kaidah-kaidah agama Islam berikut problematikanya.
3. Sumber mata acara radio yang digunakan oleh masing-masing
stasiun radio pada acara dakwah “Nasi Ulam” di Bens Radio dan
“Percikan Iman” di Oz Radio, diperoleh atas hasil produksi sendiri.
Oleh sebab itu, masing-masing acara memiliki ciri khas serta
orisinalitas tersendiri pada pengemasan program siaran
dakwahnya.
4. Durasi atau lamanya waktu siaran acara yang digunakan oleh
kedua stasiun radio tersebut dalam menyiarkan acara dakwahnya
yakni selama 60 menit (1 jam). Sehingga durasi tersebut menjadi
sebuah acuan oleh masing-masing program dalam memaksimalkan
format serta mengatur kuadran ditiap-tiap sesi.
Selain perbedaan-perbedaan serta persamaan-persamaan yang
ditemukan pada kedua format acara dakwah tersebut, terdapat pula
perbedaan lainnya, yaitu pada penempatan waktu (durasi) disetiap
sesinya. Hal ini dapat terlihat pada susunan acara (rundown) dakwah
keduanya. Sehingga hal tersebut dapat semakin memperjelas
perbedaan yang ada diantara format acara keduanya.
Tabel 8
Perbandingan Rundown Acara Dakwah “Nasi Ulam” di Bens
Radio 106,2 FM dengan “Percikan Iman” di OZ Radio 90,8 FM
KUADRAN
/ SESI
NASI ULAM
(05.00
– 06.00
)
PERCIKAN IMAN
(04.00
– 05.00
)
(2 menit)
Time Signal, Jingle,
Opening Tune
(30 detik)
Bumper Opening Acara
Sesi 1
(13 menit)
Opening Penyiar,
Narasumber membuka
dengan salam, Paparan
mengenai materi yang
dibahas
(12 menit)
Opening, Paparan
mengenai materi yang
dibahas, diselingi Tanya
Jawab
Break 1 –
Hiburan
(5 menit)
Jingle, Lagu Religi
(4 menit)
Lagu Non-Religi
Sesi 2 (15 menit)
Lanjut Materi,
Interaktif via Telpon &
SMS
(12 menit)
Lanjutan Materi, dan
Tanya Jawab (Interaktif /
bintang tamu)
Break 2 –
Hiburan
(5 menit)
Lagu Religi, Jingle
(4 menit)
Lagu Non-Religi
Sesi 3 (15 menit)
Interaktif via Telpon &
SMS,
Kesimpulan Materi,
Closing penyiar, Closing
tune
(12 menit)
Lanjutan Materi,
Tanya Jawab, Promo
Email & Blog Spot Acara
Break 3 –
Hiburan
(5 menit)
Lagu Reigi, Jingle
(4 menit)
Lagu Non-Religi
Sesi 4 -
(5 menit)
Penyiar mengingatan
masuk waktu shalat
Subuh, Kesimpulan
Materi, Doa Penutup
Break 4 –
Hiburan
- (4 menit)
Lagu Non-Religi
- Promo Email & Blog
Spot Acara
Closing - (30 Detik)
Bumper Closing Acara
(Sumber: Anina Karin – Program Director Nasi Ulam dan Chandra K. Putra
– Producer/Host Percikan Iman)
Melalui tabel tersebut, penulis memaparkan tentang pembagian
waktu yang digunakan oleh masing-masing radio dalam menempatkan
pembagian jadwal per-sesi berikut pembahasannya dalam format
program dakwah yang mereka siarkan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komparatif antara kedua format acara dakwah yang disiarkan di
radio Bens dan OZ, membuat geliat tersendiri bagi para penikmat dakwah
khususnya pendengar radio. Acara dakwah yang memang tak banyak
dijumpai pada stasiun radio swasta kebanyakan di Jakarta, yang
menjadikan acara Nasi Ulam dan Percikan Iman menjadi sebuah pilihan
tersendiri bagi para pendengar untuk mendapatkan informasi dan spirit
agama setiap hari. Hal tersebut juga menjadikan perbedaan serta
persamaan yang ditemui dalam penelitian ini menjadi sebuah
pembelajaran tersendiri bagi para praktisi dakwah maupun radio, bahwa
ternyata persamaan dari kedua program dakwah yang terdapat di Bens
Radio 106.2 FM dan Oz Radio 90.8 FM antara lain meliputi jenis acara /
penyajian acara yang berupa talkshow, sehingga mampu menyuguhkan
secara ringan suatu pembahasan kepada masing-masing pendengarnya,
durasi atau lamanya waktu yang digunakan untuk menyiarkan acara, serta
sama-sama merupakan hasil produksi sendiri.
Sedangkan perbedaan yang ditemukan dari kedua format acara
dakwah di Bens Radio 106,2 FM dengan Oz Radio 90,8 FM antara lain
meliputi penempatan waktu/jam siaran acara, kuadran yang digunakan
dalam pembagian sesi acara, jumlah narasumber keseluruhan dalam acara,
jumlah hari yang dipilih oleh masing-masing stasiun radio untuk
menyiarkan acara dakwahnya, dan beberapa hal teknis lainnya.
Acara dakwah Nasihat Ulama dan Percikan Iman sama-sama
memiliki kelebihan serta kekurangan masing-masing. Namun terlepas dari
hal tersebut, kedua acara dakwah tersebut memberikan semangat tersendiri
bagi pendengarnya. Sehingga, acara yang hadir dengan balutan agama
yang ringan dan santai tersebut menjadikan sebuah acara dakwah
terdengar lebih menarik untuk disimak oleh penikmat dakwah. Terbukti
dari siaran Nasi Ulam yang tetap hadir sejak tahun 2000, serta Percikan
Iman yang meski belum genap 1 tahun tersiar di Jakarta, namun sempat
sukses hadir di Oz Lampung selama beberapa tahun.
Mengingat mayoritas masyarakat Indonesia khususnya di Jakarta
beragama Islam, maka acara-acara dakwah seperti Nasi Ulam (Nasihat
Ulama) di Bens Radio 106,2 FM dan Percikan Iman di Oz Radio 90,8 FM
perlu dikembangkan, agar dapat memicu stasiun-stasiun radio lain untuk
ikut perduli kepada kebutuhan spiritual pendengar, dengan turut serta
menghadirkan acara-acara dakwah pada program-program siarannya.
B. SARAN
Setelah penelitian ini berlangsung beberapa waktu, akhirnya dapat
diketahui perbedaan-perbedaan serta persamaan-persamaan yang terdapat
pada dua format acara dakwah di dua stasiun radio swasta di Jakarta, yakni
“Nasi Ulam” di Bens Radio 106,2 FM dan “Percikan Iman” di Oz Radio
90,8 FM.
Dari berbagai hasil temuan data serta hasil analisis data. Maka
peneliti coba memberikan saran-saran sebagai bahan pertimbangan serta
masukan, baik kepada para akademisi dakwah, praktisi dakwah, pembuat
program, stasiun radio, maupun pihak-pihak terkait yang turut
mengembangkan program-program radio khususnya acara dakwah /
keagamaan. Hal ini diharapkan agar tampilan program-program dakwah di
media massa khususnya radio semakin banyak, bervariasi, kreatif, dan
semakin baik lagi.
1. Bens Radio 106.2 FM
Acara dakwah “Nasi Ulam” (Nasihat Ulama) diharapkan
mampu konsisten untuk tetap menyiarkan program dakwahnya setiap
hari. Sehingga nantinya pendengar bisa terbiasa dengan ceramah di
pagi hari, serta dapat terus memperoleh informasi dan pendidikan
agama setiap harinya. Selain itu, adanya jadwal materi siaran yang
akan dibahas oleh setiap pembicara hendaknya dapat diberitahukan
pada satu hari sebelumnya, sehingga pendengar dapat mengetahui
tentang materi yang akan dibahas keesokan harinya.
Adanya siaran taping baik dipergunakan ketika pembicara
tidak dapat hadir untuk mengisi acara keesokan harinya. Sehingga
acara dakwah “Nasi Ulam” tetap dapat disiarkan seperti biasa meski
hanya siaran rekaman.
Konsistensi Bens Radio dalam memutarkan adzan secara lima
waktu juga diharapkan dapat terus berlangsung. Selain itu, kajian tafsir
diharapkan bisa menjadi salah satu pembahasan khusus yang hadir di
Nasi Ulam pada satu hari dalam seminggu, sehingga pendengar juga
dapat belajar tentang tafsir yang bisa dijadikan pembelajaran kelak.
2. OZ Radio 90.8 FM
Acara dakwah “Percikan Iman” diharapkan nantinya bisa hadir
setiap hari (7 hari dalam seminggu), sehingga pendengar bisa
mendapatkan pencerahan pagi setiap harinya. Hal tersebut juga sejalan
dengan harapan serta tujuan hadirnya acara “Percikan Iman” di Oz
Radio. Meski format acara dakwah “Percikan Iman” saat ini sudah
berganti menjadi lebih variatif, dikarenakan perubahan format yang
baru saja diterapkan. Namun dari tampilan tersebut penyajian musik
yang diputar selama acara tersebut tidak mengalami perubahan.
Format musik Pop dan sejenisnya tetap dipilih oleh Oz Radio sebagai
selingan/hiburan ditengah-tengah jeda siaran. Kedepan, seiring
perkembangan acara tersebut, diharapkan Percikan Iman mampu
menyisipkan pula lagu-lagu religi (Islami) pada siarannya. Sehingga
anak muda yang menjadi segmentasi pendengar Oz Radio juga turut
dapat mengenal lagu-lagu Islami, serta mengambil hikmah dari hal
tersebut meski hanya diputar pada acara “Percikan Iman”. Sehinga
cara tersebut diharapkan bisa melengkapi nilai-nilai dakwah yang
tersaji pada acara “Percikan Iman” tanpa keluar dari basic music yang
ditampilkan di Oz Radio.
Pengadaan jadwal materi yang akan dibahas oleh pembicara
hendaknya dapat diberitahukan pada hari sebelumnya, sehingga
pendengar dapat mengetahui tentang materi yang akan dibahas
keesokan harinya. Materi-materi yang dibahas pada setiap siaran
Percikan Iman juga diharapkan tetap konsisten secara rutin hadir di
blog “Percikan Iman” yang telah ada. Sehingga pendengar yang tidak
sempat menyimak acara tersebut bisa tetap mengambil pelajaran dari
pembahasan materi perharinya.
3. Kepada Para Praktisi Dakwah
Di era informasi seperti saat ini, maka sudah sepatutnya pula
insan dakwah (Da’i) juga turut terjun memanfaatkan media massa
sebagai salah satu cara menyampaikan dakwah (syi’ar). Karena
persaingan abad ini membutuhkan lebih banyak orang-orang kreatif
dan inovatif, maka dengan penggunaan media massa seperti radio,
pesan dakwah diharapkan bisa menjangkau kalangan yang lebih luas
lagi nantinya. Bukan hanya masyarakat yang memiliki waktu untuk
hadir di majelis-majelis saja, melainkan semua orang yang meski
memiliki aktifitas padat, tetap dapat terjaring menjadi bagian dari
sasaran dakwah Islam.
4. Kepada Para Praktisi Media
Tantangan dilingkup global saat ini tak jarang menjadikan
individu dapat keluar dari prinsip hidupnya. Namun tak jarang pula
sebagian lainnya menggunakan kreatifitas mereka atas landasan
berkesadaran pada sebuah tanggung jawab serta misi untuk turut
memberikan yang terbaik bagi khalayak. Sehingga, para praktisi media
saat ini diharapkan bisa turut membantu mendorong terciptanya
program-program yang bukan hanya kreatif dan menghibur, melainkan
juga harus mendidik dan bermanfaat bagi masyarakat, khususnya
pengguna media massa itu sendiri.
5. Kepada Institusi Media Massa Radio
Media massa baik elektronik maupun cetak, sama-sama
memiliki pengaruh yang besar di masyarakat. Hal tersebut yang
memang menjadi kekuatan tersendiri bagi media massa sebagai media
yang mampu menarik banyak perhatian publik. Namun, dengan
pengaruhnya yang besar, diharapkan kesadaran pada sebuah media
massa sebagai sarana penyampai informasi, pendidikan, hiburan, serta
agen perubahan sosial, dapat menjadikan media-media massa
khususnya Radio di Indonesia, memiliki nilai-nilai positif yang dapat
dijadikan panutan maupun kontrol terhadap prilaku masyarakatnya.
Salah satunya dengan tetap membantu mengingatkan kepada
masyarakat untuk tetap hidup selaras sesuai dengan tuntunan serta
ajaran-ajaran agama dengan cara menghadirkan program-program
keagamaan pada siarannya.
Dibukanya kesempatan yang luas bagi para insan dakwah
untuk dapat melakukan syi’ar melalui media massa, baik cetak maupun
elektronik, dalam hal ini khususnya radio. Sehingga para da’i
mendapatkan kesempatan serta diberi banyak kemudahan untuk dapat
secara luas melakukan syi’ar dakwah Islam kepada masyarakat.
Karenanya, institusi media massa dalam hal ini juga memiliki peranan
serta tanggung jawab yang tak kalah penting dengan da’i itu sendiri
dalam hal menyampaikan kebaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi
VI. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. Cet. Ke-13.
Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media. 2004.
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos. 1997. Cet.
Ke-1.
Badruttamam, Nurul. Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher. Jakarta: Grafindo
Khazanah Ilmu. 2005.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke
Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2007.
Darmanto, Antonius. Teknik Penulisan Naskah Siaran Radio. Yogyakarta:
Universitas Atmajaya. 1998.
Effendi, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Rosdakarya. 1994.
Furchan, Arief. Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha
Nasional. 1992.
Gough, Howard. Perencanaan–Penyajian –Produksi Programa Radio. Kuala
Lumpur: AIBD: Asia Pacific Institute For Broadcasting Development
(Institut Pengembangan Penyiaran Asia - Pasifik). 1999.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: 2002.
Hamidi. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi, Pendekatan Praktis Penulisan
Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press. 2007. Cet.1.
Kusnawan, Aep. Komunikasi dan Penyiaran Islam. Bandung: Benang Merah
Press. 2004.
Masduki. Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta: Pustaka Populer. 2004.
Cetakan I.
McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa suatu pengantar. Jakarta: Erlangga.
Edisi Kedua.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2004.
Morissan, M.A.. Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi.
Tangerang: Ramdina Perkasa. 2005.
Mufid, Muhamad. Komunikasi & Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana. 2007.
Prayogo, Imam Suryo. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 2001.
Romli, Asep Syamsul M. Broadcast Journalism Panduan Menjadi Penyiar,
Reporter & Script Writer. Bandung: Nuansa. 2004.
Shihab, Quraish. Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan. 1992.
Soejono dan H. Abdurrahman. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan
Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta. 2005.
Sufi, Rusdi. Perkembangan Media Komunikasi di Daerah. Jakarta: Depdikbud.
1999.
Suprapto, Tommy. Berkarier di Bidang Broad Casting. Yogyakarta: Media
Pressindo. 2006.
Surahmad, Winarno. Menyusun Rencana Penelitian. Bandung: Tarsita. 1989.
Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. 1983.
Wahyudi, J.B. Dasar-dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta: Gramedia. 1994.
Ya’qub, Hamzah. Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership. Bandung:
Diponegoro. 1981.
http://www.alquran-digital.com, Al-Qur’an Digital Versi 2.1. Edisi Agustus 2004.
Wawancara Pribadi dengan Aditya Maulana – Program Director Oz Radio 90,8
FM. Jakarta: 24 Desember 2008.
Wawancara Pribadi dengan Anina Karin – Program Director Bens Radio 106,2
FM. Jakarta: 30 Desember 2008.
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Firman Zamzami Muhammad – Narasumber
“Percikan Iman” Oz Radio 90,8 FM. Jakarta: 19 Februari 2009.
Wawancara Pribadi dengan Addry Danuatmadja – General Manager Oz Radio
90,8 FM. Jakarta: 27 Februari 2009.
Wawancara Pribadi dengan Chandra K. Putra – Producer & Host “Percikan
Iman” Oz Radio 90,8 FM. Jakarta: 27 Februari 2009.
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Abdul Hayyi – Narasumber “Nasi Ulam” Bens
Radio 106,2 FM. Jakarta: 7 Maret 2009.
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Afit Abdul Jalil – Narasumber “Nasi Ulam”
Bens Radio 106,2 FM. Jakarta: 15 Maret 2009.
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Aslih Ridwan – Narasumber “Nasi Ulam”
Bens Radio 106,2 FM. Jakarta: 27 Maret 2009.
BIODATA NARASUMBER ACARA NASI ULAM
Nama Lengkap : Drs. H. Abdul Hayyi
Panggilan : Ustadz Hayyi
TTL : Jakarta, 01 Juni 1967
Alamat : Jl. K.H. Muhasyim Raya Rt. 10/06 Cilandak Barat
Latar Belakang Pendidikan:
] Tsanawiyah
] Aliyah
] LIPIA Jurusan Bahasa Arab
] STIT Darul Ma’Arif Jakarta Jurusan Tarbiyah
Kegiatan:
] LDNU Jakarta
] Pengurus I’tihadul Mubaligh
] Mengajar di Aliyah Darul Ma’Arif Jakarta Selatan
] Narasumber Acara Nasi Ulam (Nasihat Ulama) di Bens Radio 106,2 FM
Pengalaman Berdakwah antara lain:
] Narasumber Acara Nasi Ulam (Nasihat Ulama) di Bens Radio 106,2 FM
] Perguruan Darul Ma’arif Jakarta
] dan di Beberapa Majelistaklim
BIODATA NARASUMBER ACARA NASI ULAM
Nama Lengkap : H. Afito Abdul Jalil
Panggilan : Ustadz Afit
TTL : Garut, 19 Desember 1968
Alamat : Jl. Srengseng sawah Rt.008/07 No.84A
Jagakarsa – Jakarta Selatan
Latar Belakang Pendidikan:
] Pondok Pesantren Gading Mangu, Jombang – Jawa Timur
Kegiatan:
] Mengajar di Pondok Pesantren “NURUL AINI”
] Membina 6 Majelis di Jagakarsa
] Narasumber di acara Nasi Ulam (Nasihat Ulama) Bens Radio 106,2 FM
] Serta beberapa kegiatan – kegiatan keagamaan lainnya
Pngalaman Berdakwah antara lain:
] Narasumber di acara Nasi Ulam (Nasihat Ulama) Bens Radio 106,2 fm
] Ceramah keliling di majelis - majelis di wilayah Jagakarsa
] Sebagai khotib di beberapa Masjid
BIODATA NARASUMBER ACARA NASI ULAM
Nama Lengkap : H. Aslih Ridwan M.A
Panggilan : Ustadz Ridwan / Abang Aslih
TTL : Jakarta, 11 Juli 1967
Alamat : Jl. Lebak Bulus V Rt.14/04 No.34
Latar Belakang Pendidikan:
] S 1 Al-Hikmah Kebun Jeruk Jurusan Dakwah
] S 2 PTIQ Jurusan Tafsir
Kegiatan:
] Mengelola Yayasan MAI (Media Amal Islami)
] Mengajar di Madrasah Sekolah di Parung
] Mengelola Home Schooling MAI
] Staff di Majalah Aliyah sebagai Account Executive / Iklan
] Narasumber acara Nasi Ulam (Nasihat Ulama) di Bens Radio 106,2 FM
Pengalaman Berdakwah antara lain:
] Konsultasi Keagamaan di PT. Grand Puri Permai
] Sebagai Finance Advisor di Takaful Sya’riah
] Dewan Pendiri sekaligus Wakil Sekjen KISPA (Komite Solidaritas untuk
Palestina)
] Penceramah di Sel Pemuda Tangerang
] Narasumber acara Nasi Ulam (Nasihat Ulama) di Bens Radio 106,2 FM
BIODATA NARASUMBER ACARA PERCIKAN IMAN
Nama Lengkap : H. Firman Zam Zami Muhammad, LC
Panggilan : Bang Firman / Ustadz Firman
TTL : 9 Maret 1973
Alamat : Jl. Raya Penggilingan Gg. Swadaya No.9
Cakung Jakarta Timur
Latar Belakang Pendidikan:
] Buntet Pesantren Cirebon
] Pondok Pesantren Darurahman
] Arabic Teaching For Foreigrers Syria
] Damaskus University Syria
Kegiatan:
] DMI – Jakarta Timur
] Forum Kajian Al-Qur’an Kecamatan Cakung Jakarta Timur
] Narasumber Acara Percikan Iman OZ Radio 90.8 FM Jakarta
] Perhimpunan Pelajar Indonesia – Damaskus Syria
] Gerakan Mubaligh Propinsi Lampung
] Ikatan Majelis Tafsir Al-Qur’an Propinsi Lampung
Pengalaman Berdakwah antara lain:
] Ikatan Majelis Tafsir Al-Qur’an Propinsi Lampung
] Narasumber Acara Percikan Iman di OZ Radio Lampung
] Narasumber Acara Percikan Iman di OZ Radio Jakarta
Wawancara dengan : Anina Karin
Jabatan : Program Director & Produser acara “NASI ULAM”
Hari & tanggal : Selasa, 30 Desember 2008
Waktu : Pukul. 14.00 – 14.40
Tempat : Kantor Bens Radio
PERTANYAAN UNTUK BENS RADIO 106.2 FM:
1. Apa latar belakang hadirnya acara “NASI ULAM” (Nasihat Ulama) di
BENS RADIO 106.2 FM ?
Jawab: “Latar belakang hadirnya acara “NASI ULAM” (Nasihat Ulama)
di Bens Radio 106.2 FM, intinya adalah Syiar dan Berbagi. Bens
Radio melalui acara ini ingin mengajak para pendengarnya untuk
sarapan sebelum memulai beraktifitas. Sarapan disini maksudnya
adalah sarapan rohani/keagamaan. Jadi sebelum kita memulai
aktifitas hari ini, minimal kita punya masukan dan motivasi hari ini
dengan tidak keluar dari pakem-pakem agama”.
2. Sejak kapan acara tersebut hadir di Bens Radio 106.2 FM?
Jawab: “Acara NASI ULAM sudah ada sejak tahun 2000”
3. Mengapa acara tersebut dinamakan “NASI ULAM” (Nasihat Ulama) ?
Jawab: “Dinamakan “NASI ULAM” (Nasihat Ulama) intinya acara
konsultasi agama Islam. Karena acara tersebut disiarkan di pagi
hari yang bertujuan sebagai “Sarapan”, Sarapan disini maksudnya
adalah sarapan rohani/keagamaan, atau sarapan ilmu di pagi hari
sebelum pendengarnya mulai beraktifitas. Karena acaranya di pagi
hari dan di betawi sendiri terdapat satu jenis makanan tradisional
NASI ULAM, kemudian nama tersebut coba disesuaikan dengan
acara keagamaan pagi hari. Sehingga NASI ULAM menjadi
kepanjangan dari “Nasihat Ulama”.
4. Apa tujuan diadakannya acara “NASI ULAM” (Nasihat Ulama) di Bens
Radio 106.2 FM ?
Jawab: “Tujuan hadirnya acara Nasi Ulam itu sendiri agar para pendengar
di pagi hari merasa segar dengan mendapat pencerahan, hiburan,
pendidikan dan informasi. Hiburan disini adalah hiburan untuk
rohani. Sedangkan segi pendidikan dan informasi jelas dari materi-
materi yang disampaikan pada acara tersebut. Karena tidak
dipungkiri radio sebagai media masa memiliki tanggung jawab
untuk menyampaikan kebaikan. Selain itu, kita ingin acara ini
menjadi semangat yang baik untuk para pendengar.”
5. Siapa saja yang menjadi sasaran dakwah dari acara “NASI ULAM”?
Jawab: “Sasaran acara ini all, untuk semua kalangan”.
6. Bagaimana Format acara dakwah “NASI ULAM” (Nasihat Ulama) di
Bens Radio 106.2 FM ?
Jawab: “Format acaranya standar, seperti biasa diawali dengan Opening
dan paparan, terdiri dari 3 sesi. Yang pertama adalah paparan
materi dari narasumbernya, kemudian nanti ada sesi tanya jawab
via telpon dan ada juga tanya jawab via SMS, baru nanti ada
kesimpulan diakhir acara tentang topik hari itu”.
7. Siapa saja yang terlibat pada produksi acara “NASI ULAM” (Nasihat
Ulama)?
Jawab: Produser : Anina Karin
Host : Fandi, Amang, Arya, Bobby
Creative production : Ivan
Operator : Ari, Budi
Narasumber : Ustadz Drs. H. Abdul Hayyi, Ustadz Abdul
Jalil & Drs. H. Aslih Ridwan
8. Tema-tema dan Pesan dakwah apa yang sering ditampilkan di acara
“NASI ULAM” (Nasihat Ulama)?
Jawab: “Tema-tema yang diangkat pada acara “NASI ULAM” (Nasihat
Ulama) sangat beragam. Biasanya sering disesuaikan dengan isu-
isu yang sedang hangat. Dan biasanya ditentukan oleh narasumber”
9. Adakah kajian-kajian khusus pada acara “NASI ULAM”?
Jawab: (dijawab narasumber)
10. Darimanakah sumber-sumber materi dakwah yang digunakan pada acara
“NASI ULAM” (Nasihat Ulama) diperoleh?
Jawab: “Biasanya kalau sumber acara untuk materi dan tema ditentukan
dan dibuat langsung oleh tiap-tiap narasumber”.
11. Adakah acara dakwah lainnya di BENS RADIO selain “NASI ULAM”?
jika ada, apa nama acara dan formatnya?
Jawab: “Ada, Acara Agama dan Wanita setiap hari Jum’at 11.30 – 13.00
WIB, formatnya Talk show”.
12. Apa yang membedakan Acara “NASI ULAM” (Nasihat Ulama) dengan
acara dakwah sejenis di stasiun radio lain?
Jawab: “Bedanya pendekatan bahasanya Betawi, Penyampaian narasumber
dibuat sedekat mungkin dengan pendengar supaya kemasan
interaktifnya memungkinkan pendengar merasa lebih terlibat di
dalam program”.
13. Terdapat 3 orang narasumber di acara “NASI ULAM” (Nasihat Ulama),
Ustadz.Abdul Hayyi, Ustadz.Abdul Jalil, dan Drs.Ustadz.Aslih Ridwan.
Mengapa memilih mereka?
Jawab: “Karena mereka mampu berkomitmen dengan schedule yang kita
tawarkan. Mereka juga mampu untuk berbagi dengan pendengar,
mereka enak diajak ngobrol dan mereka latar belakangnya juga
dari betawi, sebetulnya tidak harus dari betawi. Siapa saja bisa, tapi
selain itu mereka memang punya waktu dengan schedule yang kita
tawarkan”.
14. Mengapa menggunakan konsep acara dakwah dengan 3 orang
narasumber?
Jawab: “Pemilihan 3 orang sebagai narasumber pada acara “Nasi Ulam”
agar informasinya (dakwah) bisa lebih beragam, selain itu faktor
waktu yang juga menjadi pertimbangan, karena tiap-tiap
narasumber ini telah memiliki jadwal/kegiatan sendiri ditempat
lain, tetapi sudah ada jadwal tetap untuk mengisi acara di Bens
Radio, sehingga tidak akan kemana-mana selain 4 hari di Bens
Radio, maka narasumber bisa mengisi di tempat lain. Alasan lain
karena masalah waktu/kegiatan narasumber yang mungkin tiba-tiba
dibutuhkan diacara lain seperti acara-acara live, maka narasumber
dapat disiasati dengan yang lainnya”.
15. Mengapa memilih Fandi, Amang, Arya dan Bobby sebagai pembawa
acara “NASI ULAM” (Nasihat Ulama)?
Jawab: “Karena mereka sanggup dan bisa menyesuaikan diri dengan
schedule yang kita siapkan”.
16. Apa Faktor yang menjadi pendukung dan penghambat acara “Nasi
Ulam”?
Jawab: “Faktor pendukungnya adalah adanya komitmen dari narasumber
dan sambutan yang baik dari pendengar. Sedangkan untuk
hambatannya adalah jika terkadang dibulan-bulan tertentu
narasumber punya tingkat kesibukan yang tinggi sehingga
penyajian acara terkadang dirubah menjadi recording untuk
sementara waktu.
17. Apakah acara dakwah Nasi Ulam (Nasihat Ulama) merupakan acara
unggulan di Bens Radio 106,2 FM?
Jawab: “Pada dasarnya semua program-program yang disiarkan di Bens
Radio merupakan program atau acara unggulan. Namun yang pasti
acara Nasi Ulam merupakan acara wajib di Bens Radio, karena
sifatnya syi’ar sebagai bagian dari bentuk upaya Bens Radio
sebagai media massa (media Public) yang menyampaikan nilai-
nilai positif. Selain itu Nasi Ulam Insyaallah akan terus ada di Bens
Radio mengingat kehadirannya yang memang telah lama, serta
adanya respon yang baik dari pendengar pada acara tersebut. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa Nasi Ulam merupakan salah satu
program unggulan disini.
Wawancara dengan : Aditya Maulana
Jabatan : Program Director
OZ Radio 90,8 FM
Hari & tanggal : Rabu, 24 desember 2008
Waktu : 19.26 – 22.35
Tempat : Studio & Kantor OZ Radio Jakarta
PERTANYAAN UNTUK OZ RADIO 90.8 FM:
1. Apa latar belakang hadirnya acara “PERCIKAN IMAN” di OZ RADIO
90.8 FM ?
Jawab “Latar belakang yang menjadikan hadirnya acara Percikan Iman
di OZ RADIO karena OZ Radio Jakarta adalah suatu radio anak
muda, yang pada dasarnya adalah harus punya nilai moral pada
setiap program radio, yang mana hal tersebut suka dilupakan oleh
beberapa stasiun-stasiun radio kebanyakan di Indonesia. Selain
itu, OZ Radio menilai bahwa meskipun anak-anak muda saat ini
cenderung have fun (lebih suka bersenang-senang) namun dengan
adanya acara Percikan Iman, setidaknya anak muda dapat diajak
untuk hidup dengan cara yang lebih baik sesuai dengan kaidah-
kaidah agama. Namun, dengan hadirnya acara Percikan Iman
tersebut bukan berarti menjadikan OZ Radio menjadi sebuah
stasiun radio agama, karena OZ Radio sendiri tetap merupakan
radio anak muda, namun anak muda yang dimaksud dalam
kategori OZ Radio adalah anak muda yang bertanggung jawab.
2. Sejak kapan acara tersebut hadir di OZ Radio 90.8 FM?
Jawab: “Acara Percikan Iman baru ada sejak November 2008”.
3. Mengapa acara tersebut dinamakan “PERCIKAN IMAN”?
Jawab: “Acara tersebut dinamakan Percikan Iman karena kalau Percikan
Iman itu berbeda dengan siraman, percikan itu hanya percikan-
percikan, jadi punya makna hanya memberikan sentuhan sedikit-
sedikit. Dan dari sedikit ini orang diharapkan bisa mulai dari yang
sedikit ini. Kalau diberikannya langsung banyak, dikhawatirkan
dia (pendengar) tidak dapat langsung mengerjakannya. jadi hanya
percikan-percikan saja dengan santai, kenapa dengan santai agar
kita mengerjakannya bisa bagus”.
(Sumber: Ustdz Firman Zamzami Muhammad – Narasumber Percikan Iman,
Wawancara Pribadi, Kantor OZ Radio Jakarta, 19 Februari 2009, Pkl. 16.30
wib)
4. Apa tujuan diadakannya acara “PERCIKAN IMAN” di OZ RADIO 90.8
FM ?
Jawab: “Tujuan hadirnya acara “Percikan Iman” di OZ Radio sendiri
sebetulnya karena radio itukan punya tanggung jawab. Sebagai
media massa yang didengar oleh banyak orang, selain untuk
menghibur, dan untuk meng’educate pendengarnya, radio juga
punya pengaruh sekali untuk mengubah pola pikir orang,
membuat sebuah trend, dan lain sebagainya. Namun ada hal yang
jangan sampai kita lupakan bahwa kita punya kewajiban moral
untuk menyampaikan message seputar agama kepada pendengar.
Bukan hanya masalah - masalah umum seputar hiburan, tetapi
juga tentang masalah-masalah religi. Karena media harus punya
tanggung jawab moral, maka hadirlah acara “Percikan Iman” di
OZ Radio”.
(Sumber: Addry Danuatmadja - General Manager OZ Radio Jakarta,
Wawancara Pribadi, Kantor OZ Radio Jakarta, 27 Februari 2009, Pkl.13.26 wib)
5. Siapa saja yang menjadi sasaran dakwah dari acara “Percikan Iman”?
Jawab: “Sasaran dakwah dari acara Percikan Iman di OZ Radio adalah
sebagian besar pendengar aktif yang mendengarkan Oz Radio
setiap harinya dimana mereka meliputi dari anak SMP, SMU,
Kuliah dan juga pendengar berusia diluar batas umur tersebut yang
adalah masyarakat umum.
6. Bagaimana Format Acara “PERCIKAN IMAN”?
Jawab: “Format Program Percikan Iman adalah talkshow, kontennya
seputar acara keagamaan. Terdiri dari 4 kuadran”.
7. Siapa saja yang terlibat pada produksi acara “PERCIKAN IMAN”?
Jawab: Produser : Chandra K. Putra
Host : Chandra K. Putra
Creative production : Chandra K. Putra
Operator : Jerry
Narasumber : Ustadz H. Firman Zamzami
Muhammad LC (Bang Firman)
8. Tema atau Pesan dakwah apa yang sering disampaikan pada acara
“PERCIKAN IMAN”?
Jawab: “Tema-tema yang sering diangkat pada acara Percikan Iman
adalah tema-tema keseharian yang sering kita lakukan dalam
kehidupan sehari-hari, disamping itu juga ada satu kajian
pendalaman tentang Al-Quran. Juga ada satu kajian pendalaman
tentang hadits. Tapi mayoritas itu untuk kehidupan kita sehari –
hari, untuk tuntunan kita agar hidup kita tidak keluar dari jalur
Allah dan Rasulullah ”.
9. Adakah kajian-kajian khusus pada acara Percikan Iman?
Jawab: “Ada kajian khusus, yaitu setiap hari Jum’at kita ada kajian bedah
Al-Qur’an. Jadi menafsirkan Al-Qur’an yang pertama dari sudut
pandang bahasa, terjemah harfiah atau letter lock. Kemudian
penafsiran dari segi para ulama-ulama dari sisi balagoh atau sastra
Al-Qur’an itu sendiri, lalu kita aplikasikan dengan kehidupan kita
saat ini apakah sudah sesuai dengan Al-Qur’an atau belum. Dan
ini bisa dijadikan suatu pelajaran bagi kita supaya kita itu bisa ikut
kepada ajaran Al-Qur’an itu sendiri.
(Sumber: Ustdz Firman Zamzami Muhammad – Narasumber Percikan Iman,
Wawancara Pribadi, Kantor OZ Radio Jakarta, 19 Februari 2009, Pkl. 16.30 wib)
10. Darimanakah sumber-sumber materi dakwah “PERCIKAN IMAN”
diperoleh ?
Jawab: “Biasanya materi ditentukan dan dibuat langsung oleh narasumber”
11. Adakah acara dakwah lainnya di OZ RADIO selain “PERCIKAN IMAN”,
jika ada, apa format dan nama acaranya?
Jawab: “Tidak ada, hanya Percikan Iman. Kecuali untuk bulan
Ramadhan”.
12. Apa yang membedakan acara “PERCIKAN IMAN” di OZ RADIO 90.8
FM dengan acara dakwah sejenis di stasiun radio lain?
Jawab: “Yang membedakan acara “Percikan Iman” dengan acara
sejenisnya di radio lain adalah faktor kedekatan yang memang
sangat kita bangun. Sehingga pendengar merasa dekat dan tidak
seperti sedang digurui oleh kita. Sehingga nantinya diharapkan
Ozzers (pendengar) bisa lebih mudah menerima materi-materi
yang disampaikan”.
13. Mengapa memilih Bang’Firman sebagai Pembicara pada acara
“PERCIKAN IMAN”?
Jawab: “Jadi yang paling penting adalah pemilihan announcer. Kenapa
memilih Bang Firman sebagai narasumber karena kita cari Ustad
yang punya kedekatannya sama anak muda juga. Dan kebetulan
Bang Firman ini dulunya juga sempat besar di OZ Lampung
sebagai narasumber Percikan Iman juga. Selain itu Bang Firman
juga memang punya latar belakang santri dan tau banyak soal
agama. Selain itu pemilihan Bang Firman karena supaya
pendekatan kepada anak mudanya pun bisa dilakukan. Kalau
konsep kedekatannya sudah bisa dilakukan, maka message yang
disampaikan jadi lebih dapat diterima”.
14. Mengapa memilih Chandra sebagai pembawa acara pada acara
“PERCIKAN IMAN”?
Jawab: “Kenapa memilih candra sebagai penyiar, sebetulnya banyak hal
yang menjadi pertimbangan waktu memilih Host untuk acara
tersebut, tetapi karena interen dari kita yang merasa bahwa
perlunya ada peningkatan pada kualitas siaran kita serta
kemampuan untuk berkomunikasi secara langsung kepada
narasumber, dan kita merasa ada background dari Chandra sendiri
yang mampu mewakili anak muda kebanyakan yang ingin banyak
tahu tentang agama Islam lebih jauh. Sehingga penempatan
Chandra disini diharapkan bisa banyak membantu pendengar
(mewakili) untuk mengetahui informasi agama”.
(Sumber: Addry Danuatmadja - General Manager OZ Radio Jakarta,
Wawancara Pribadi, Kantor OZ Radio Jakarta, 27 Februari 2009, Pkl.13.26
wib)
15. Mengapa Format acara “PERCIKAN IMAN” di OZ Radio saat ini diubah
menjadi 3 (Tiga)?
Jawab: “Formatnya kenapa ada 3, yang pertama Format Percikan
Imana-Imani tujuannya kita ingin mendekatkan diri dengan
Ozzers (pendengar) itu sendiri, jadi kita mengambil konsep siaran
bareng dengan Ustadz dan Penyiarnya plus bintang tamu dari anak-
anak SMU atau Kampus terutama di ROHIS nya untuk bisa share
lebih dalam, dan kita juga ingin tidak hanya masalah film atau
sport yang diangkat atau dipromokan, tetapi masalah nilai-nilai
keagamaan khususnya Islam ini juga bisa diangkat lewat tokoh-
tokoh yang berkepentingan di sekolahnya, agar bisa ikut
menyebarkan kepada teman-temannyan yang lain, karena kadang-
kadang kita juga susah menebak beberapa pendengar yang pasif
dan tidak mau bertanya, baik telepon maupun SMS jadi lebih
banyak mendengar, justru itu narasumber disini bisa lebih dekat
lagi dengan pendengar, sehingga hal-hal yang ingin diketahui
seputar dunia Islam bisa ditanyakan langsung oleh Imana-Imani
kepada Ustad tersebut. Itu untuk format pertama Percikan Imana-
Imani. Untuk menjaga interaksinya dengan pendengar yang lain
yang belum punya kesempatan untuk bergabung diacara Imana-
Imani, maka format yang ke-2 sama seperti format yang lama,
yaitu ada topik dan tanya jawab dengan narasumber secara
langsung baik via telpon ataupun SMS. Dan untuk format ke-3
adalah kajian tafsir. Kenapa kita hadirkan format tersebut, karena
yang namanya kaidah agama itu tidak cukup hanya dengan kita
melakukan shalat, banyak hal-hal lain yang justru merupakan
sumber dari segala sumber ilmu didunia dan diakhirat yaitu Al-
Qur’an, justru tidak dibaca, tidak dikaji. Karenanya kita ingin
sedikit demi sedikit pendengar bisa sama-sama mengkaji dan
menelaah Ayat-ayat Al-Qur’an dengan format yang tidak hanya
disampaikan oleh ustadz saja, tetapi didampingi pula oleh penyiar
dan ada beberapa lagu untuk membuat acara lebih santai dengan
kemasan entertain juga. Dan dalam beberapa tahun kedepan acara
tafsir ini akan selesai, jadi diharapkan sedikit demi sedikit ilmu
tersebut akan bisa didapat.
(Sumber: Addri Danuatmadja - General Manager OZ Radio Jakarta,
Wawancara Pribadi, Kantor OZ Radio Jakarta, 27 Februari 2009, Pkl.13.26
wib)
16. Mengapa penempatan waktu siaran acara “PERCIKAN IMAN“ juga
diubah menjadi lebih awal?
Jawab: “Pemilihan waktu siaran yang dimajukan dari sebelumnya jam
05.00-06.00 menjadi jam 04.00-05.00 sebetulnya karena ingin mengisi
waktu para pendengar (Ozzers) khususnya yang sekolah (SMP,
SMU, Kuliah) yang saat ini jadwal masuk mereka dimajukan lebih
pagi, sehingga mereka yang rumahnya jauh dari tempat sekolah
secara otomatis akan bangun lebih pagi dari biasanya. Untuk itu,
kita menyesuaikan dengan jadwal anak sekolah maupun yang
kuliah. Sehingga waktu mereka untuk konsentrasi mendengarkan
radio adalah pada saat mereka preparation dirumah atau mungkin
dikendaraan menuju sekolah. Alasan kedua yaitu, kita ingin
membiasakan Ozzers (pendengar) untuk bangun lebih awal.
Karena waktu shalat Subuh kan sudah dimulai dari jam 04.30 pagi,
jadi kita ingin mengajak pendengar (OZZERS) untuk bisa shalat
pada waktunya, bangun lebih awal dan lain sebagainya. Itu kurang
lebihnya beberapa alasan pemindahan waktu siaran acara
“Percikan Iman”. Selain itu jam-jam tersebut kita anggap sangat
efektif dan strategic. Pendengarnya juga lebih potensial untuk
mulai punya kebiasaan baik dengan bangun lebih awal.
(Sumber: Addry Danuatmadja - General Manager OZ Radio Jakarta,
Wawancara Pribadi, Kantor OZ Radio Jakarta, Jum’at, 27 Februari 2009, Pkl.13.26
wib)
Pertanyaan Susulan
Wawancara dengan : Ustdz Firman Zamzami Muhammad
Jabatan : Narasumber “Percikan Iman”
Hari & tanggal : Kamis, 19 Februari 2009
Waktu : Pkl. 16.30 – 17.00 wib
Tempat : Studio & Kantor OZ Radio Jakarta
1. Apa faktor yang menjadi pertimbangan ketika membacakan SMS
(Short Message Service) / mengangkat telpon untuk menjawab
pertanyaan pendengar?
Jawab: “Beberapa hal yang menjadi pertimbangan ketika
membacakan SMS / mengangkat telpon untuk menjawab
pertanyaan adalah isi dari SMS yang dikirimkan apakah tepat
dan cukup krusial untuk dibahas lebih lanjut dan juga
beberapa sms yang diangkat diambil sebagai bentuk
komunikasi dengan pendengar yang membutuhkan sebuah
solusi atas pertanyaan yang di kirimkannya”.
(Sumber: Chandra K. Putra – Produser & Host Acara Percikan Iman,
Wawancara Pribadi, Kantor OZ Radio Jakarta, 27 Februari 2009, Pkl.15.00
wib)
2. Berapa rata-rata jumlah pendengar yang berpartispasi lewat SMS
(Short Message Service) dan berapa jumlah telepon interaktif yang
biasanya bisa dijawab setiap harinya?
Jawab: “Jumlah SMS yang masuk relatif, mengingat jam siaran acara
Percikan Iman berlangsung, hari dan juga topik ketika
program berlangsung. Rata-rata sms yang didapat selama
program berlangsung selama 1 jam adalah 10 sms ketika
pendengar aktif sedang sedikit, dan mencapai 30 rata-rata sms
yang masuk ketika sedang banyak pendengar aktif yang turut
berinteraksi”.
(Sumber: Chandra K. Putra – Produser & Host Acara Percikan Iman,
Wawancara Pribadi, Kantor OZ Radio Jakarta, 27 Februari 2009, Pkl.15.00
wib)
3. Apa Faktor yang menjadi pendukung dan penghambat acara “Percikan
Iman”?
Jawab: a. “Faktor pendukung acara Percikan Iman yang berlangsung di
radio OZ Jakarta adalah adanya topik program yang
menarik dan sesuai dengan keseharian kehidupan religius
pendengar, adanya tamu yang komunikatif untuk
mendukung program, dan juga adanya rundown atau jadwal
berjalannya program yang dapat diaplikasikan kepada
program”.
b. “Penghambat acara percikan iman di Radio OZ Jakarta
adalah kesiapan tamu untuk dapat datang mengikuti acara
percikan iman (Format Percikan Imana-Imani) dan adanya
cuaca yang tidak menentu yang dapat menggangu
kehadiran narasumber dan juga penyiar acara tersebut”.
(Sumber: Chandra K. Putra – Produser & Host Acara Percikan Iman,
Wawancara Pribadi, Kantor OZ Radio Jakarta, 27 Februari 2009, Pkl.15.00
wib)
4. Tema dakwah apa yang sering disampaikan pada acara “Percikan
Iman” di Oz Radio?
Jawab: “Tema-tema yang sering diangkat pada acara Percikan Iman
adalah tema-tema keseharian yang sering kita lakukan dalam
kehidupan sehari-hari, disamping itu juga ada satu kajian
pendalaman tentang Al-Quran. Juga ada satu kajian
pendalaman tentang hadits. Tapi mayoritas itu untuk
kehidupan kita sehari – hari, untuk tuntunan kita agar hidup
kita tidak keluar dari jalur Allah dan Rasulullah”.
5. Darimanakah sumber-sumber materi dakwah “PERCIKAN IMAN”
diperoleh?
Jawab: “Materi dakwah itu terdiri dari beberapa kitab-kitab,
diantaranya kitab Al-Askar karangan Imam Nawawi / Zakaria
Nawawi, kemudian dalam kitab Al-Islami wal adiatu yang
terdiri dari ..jilid karangan kemudian dari kitab sufi sirof
karangan..Nabawi kemudian dari kitab Al-lam zabiah Said
Ramadhan Al-ayubi juga, kemudian Al-Akidatul Islamiyah
karangan Syekh Mustofa Al-kin, kemudian kitab tafsir Al-
Munir Iman Akidatul Syariah dari karangan Syekh Wahbatu
Saidi juga.
6. Berapa kita-kira presentase dari masing-masing tema tersebut?
Jawab: a. Akidah : 25%
b. Syari’ah : 25%
c. Akhlaq : 25%
dan sisanya adalah masalah-masalah lain yang ada dalam
kacamata Islam
7. Apa yang menjadi pertimbangan Bang Firrman dalam menentukan /
membuat tema yang akan dibahas pada hari tersebut?
Jawab: “Yang menjadi pertimbangannya adalah kita melihat kondisi
masyarakat. Karena ketika kita ingin menjual sesuatu, maka
kita harus melihat apa yang harus kita jual. Begitu juga ketika
kita ingin memberikan sesuatu kepada masyarakat, maka kita
juga melihat kondisi masyarakatnya bagaimana, dan apa yang
tengah dibutuhkan oleh masyarakat kita sekarang.”
8. Siapa saja yang menjadi sasaran dakwah dari acara “Percikan Iman”?
Jawab: “Sasaran dakwah dari acara Percikan Iman di OZ Radio
adalah sebagian besar pendengar aktif yang mendengarkan OZ
Radio setiap harinya. Dimana mereka meliputi dari anak SMP,
SMU, Kuliah dan juga pendengar berusia diluar batas umur
tersebut yang adalah masyarakat umum”.
(Sumber: Chandra K. Putra – Produser & Host Acara Percikan Iman,
Wawancara Pribadi, Kantor OZ Radio Jakarta, 27 Februari 2009, Pkl.15.00
wib)
9. Bagaimana respon pendengar terhadap acara “Percikan Iman”?
Jawab: “Respon pendengar yang kita terima sejauh ini sangat positif,
artinya beberapa Ozzers (pendengar) merasa terwakili”
(Sumber: Chandra K. Putra – Produser & Host Acara Percikan Iman,
Wawancara Pribadi, Kantor OZ Radio Jakarta, 27 Februari 2009, Pkl.15.00
wib)
10. Bagaimana tanggapan Bang Firman selaku narasumber pada acara
dakwah Percikan Iman, tentang acara-acara dakwah sejenis di Radio
lain?
Jawab: “Tanggapan saya kepada acara-acara dakwah tersebut ya
bagus-bagus saja semua. Artinya, setiap orang punya gaya
tersendiri, punya format tersendiri, dan dia punya materi yang
berbeda-beda dan itu baik saja, selagi itu ada tuntunannya
melalui Al-Qur’an dan Hadits. Insyaallah itu baik semuanya”.
11. Harapan Bang Firman sendiri selaku narasumber (Da’i), dengan
adanya acara Percikan Iman ini?
Jawab: “Jadi saya berharap bahwa dalam hidup ini kita boleh bebas,
boleh free dalam kehidupan. Tapi harus ada batasan-batasan
tertentu yaitu batasan-batasan agama yang bisa mengontrol
kita supaya kita juga tidak jatuh pada satu jurang yang
membuat kita binasah/hancur. Saya juga berharap agar Ozzers
(pendengar) dengan adanya acara Percikan Iman ini dapat
menjalankan perintah Allah swt tanpa ada keterpaksaan atau
bukan karena faktor ikut-ikutan, tapi berdasarkan karena
faktor kesadaran yang tumbuh dalam jiwa”.
* Info: Mulai 9 februari 2009 waktu dan format siaran acara Percikan Iman
berubah dari jam 05.00 – 06.00 menjadi jam 04.00 – 05.00 wib.
Pertanyaan Susulan
Wawancara dengan : Ustdz Abdul Hayyi
Jabatan : Narasumber “NASI ULAM” (Nasihat Ulama)
Hari & tanggal : Sabtu, 7 Maret 2009
Waktu : Pkl. 06.00
– 06.20
wib
Tempat : Studio & Kantor Bens Radio Jakarta
18. Apa faktor yang menjadi pertimbangan ketika membacakan SMS (Short
Message Service) / mengangkat telpon untuk menjawab pertanyaan
pendengar?
Jawab: “Pertimbangan kita dalam menjawab telpon dan SMS sebetulnya
agar ada interaksi dengan pendengar. Karena jika kita hanya
membaca kitab, berarti hanya monolog saja. dan kita tidak tahu
bagaimana respon pendengar diluar sana. Maka Saya selaku
narasumber dalam menjawab pertanyaan juga tentu memilih-milih,
agar dalam menjawab pertanyaan saya dapat memberikan jawaban
secara akurat. Dan jika ada pertanyaan yang saya anggap masih
samar untuk jawabannya, akan saya tunda untuk menjawab.
Karena sebagai manusia saya juga memiliki keterbatasan, namun
pada kesempatan yang lain, biasanya saya akan mengupayakan
untuk menjawab pertanyaan tersebut”.
19. Berapa rata-rata jumlah pendengar yang berpartispasi lewat SMS (Short
Message Service) dan berapa jumlah telepon interaktif yang biasanya bisa
dijawab per harinya?
Jawab: “Kalau jumlah SMS yang masuk per harinya ya Alhamdulillah
banyak, sampai-sampai kita kualahan dalam menjawab. Namun
karena kita dibatasi oleh waktu yang hanya 1 jam, maka kadang-
kadang untuk SMS hanya bisa maksimal 8 yang dijawab,
sedangkan telepon sekitar 7 -8. Karena pertanyaan itu maksimal
rata-rata 15 saja per hari. Itupun dibagi menjadi dua, yaitu SMS
dan telepon. Karena jika terlalu banyak kita menjawab pertanyaan
yang terbatas oleh waktu, dikhawatirkan kami dalam menjawab
pertanyaan tidak dapat maksimal. Maka dari itu lebih baik sedikit
namun berkualitas dan sesuai. Dari pada banyak tetapi tidak
maksimal. Karena jika ada pertanyaan yang berkualitas, maka
tentu kami ingin memberikan jawaban yang berkualitas pula. Jadi
kami tergantung bagaimana pertanyaannya”.
20. Darimanakah sumber-sumber materi dakwah yang digunakan pada acara
“NASI ULAM” (Nasihat Ulama) diperoleh?
Jawab: “Kitab Muqaror yang kita baca dalam acara “Nasi Ulam” (Nasihat
Ulama) di Bens Radio ini adalah Kitab Mukhtal Hadits An-
Nabawiyah Wa Hikabil Muhammadiyah yang ditulis oleh seorang
ulama dari mesir yang bernama Syekh Munafadil yaitu Alm.
Ahsaid Ahmad Al Hasaimi, dan ditambah nanti tergantung dari
pembahasan dan pertanyaannya. Kalau pertanyaannya mengenai
materi Al-Qur’an, atau tafsir, maka kita mengacu kepada kitab
Tafsir Jalalain dan juga Tafsir Ibnu Katsir. Sedangkan jika
pertanyaannya berkisar masalah Fiqih, maka kita ambil sumbernya
dari Kitab Fathul Karim, Fathul Mu’in dan juga Kitab Ikhfa
ilaharfi wal ikhtisor”.
21. Berapa kita kira persentase dari masing-masing tema tersebut?
Jawab: “Untuk materi lebih banyak saat ini bicara masalah akhlaq dan
fiqih. Persentasinya kira-kira
a. Akidah : 20%
b. Syari’ah/Fiqih : 40%
c. Akhlaq : 40%
karena ada pula yang bertanya seputar keseharian mereka dalam
ibadah”.
22. Bagaimana respon pendengar terhadap acara “Nasi Ulam” sejauh ini?
Jawab: “Selama 4 tahun saya menjadi narasumber diacara ini,
Alhamdulillah untuk wilayah Jabodetabek sampai Cianjur,
menurut informasi responnya cukup baik. Bahkan sebagai feedback
dari saya, mereka banyak yang turut menghadirkan saya pada
acara-acara besar keagamaan. Dan di beberapa daerah Jabodetabek
terkadang banyak yang mendaulat saya untuk mengisi acara. Ini
semua mungkin karena acara Nasi Ulam cukup baik, dan telah
lama disiarkan, dan saat ini narasumbernya pun bertambah,
sehingga materinya bisa lebih beragam. Saya pribadi melihat
sejauh ini alhamdulillah responnya sangat baik. Ini juga terbukti
dari adanya penelitian, kajian ataupun wawancara untuk acara ini
dari beberapa mahasiswa”.
23. Bagaimana tanggapan Ustdz. H. Abdul Hayyi sendiri, selaku narasumber
pada acara dakwah Nasi Ulam, tentang acara-acara dakwah sejenis di
Radio lain?
Jawab: “Secara husnuzon itu baik semua, sekilas juga kita pernah
mendengar dari yang lainnya, bagus sekali. Walaupun ada
beberapa pendengar yang mengatakan memperbandingkan bahwa
terdapat suatu acara di radio lain yang pembicaraannya itu banyak
mengandung bid’ah, namun itu yang menjadi perbandingan dan
pelajaran untuk kami. Tentu saya sebagai narasumber dalam
menjawab pertanyaan berhati-hati dan mengacu kepada beberapa
sumber seperti Al-Qur’an dan Al-Hadits serta mengacu pada
mazhab seperti Imam Ghazali, As-Syafi’i, Maliki, Hanafi dan
Hambali”.
24. Apa harapan Ustdz. H. Abdul Hayyi pribadi, selaku narasumber (Da’i)
dengan adanya acara “NASI ULAM” ini?
Jawab: “Harapan saya tidak jauh dan muluk-muluk, semoga acara Nasi
Ulam ini senantiasa dapat diminati dan bermanfaat minimal jika
ada orang yang sedang kesulitan dan berbicara menyangkut hukum
Islam mereka malu, maka mereka tidak dapat bertanya kepada
ustadz di sekitarnya, maka mereka bisa menyampaikannya melalui
Bens Radio pada acara Nasi Ulam ini. Minimal ada amal sholeh
kitalah dalam hidup ini. Dan semoga bermanfaat”.
Pertanyaan Susulan
Wawancara dengan : Ustdz Afit Abdul Jalil
Jabatan : Narasumber “NASI ULAM” (Nasihat Ulama)
Hari & tanggal : Minggu, 15 Maret 2009
Waktu : Pkl. 06.19 – 06.50 wib
Tempat : Studio & Kantor Bens Radio Jakarta
1. Apa faktor yang menjadi pertimbangan ketika membacakan SMS (Short
Message Service) / mengangkat telpon untuk menjawab pertanyaan
pendengar?
Jawab: “Pertimbangan yang pertama apabila SMS atau pertanyaan itu
sesuai dengan tema, dan yang paling saya hindari adalah masalah
khilafiyah, kalau ada SMS, atau telepon yang pada intinya
mengarah pada ikhtilaf, saya akan hindari untuk menjawabnya,
karena itu nanti tidak akan jadi pedoman, hanya akan menjadi
persimpangan antara satu dengan yang lain, saya tidak ingin
membesarkan dan tidak ingin memperuncing masalah khilafiyah”.
2. Berapa rata-rata jumlah pendengar yang berpartispasi lewat SMS (Short
Message Service) dan berapa jumlah telepon interaktif yang biasanya bisa
dijawab per harinya?
Jawab: “Kalau telpon per satu siaran sekitar 6 atau 7 orang, kalau SMS
saya tidak bisa mengatakan, karena jumlahnya yang terlalu
banyak. Yang jelas jumlahnya lebih dari 10”.
3. Darimanakah sumber-sumber materi dakwah yang digunakan pada acara
“NASI ULAM” (Nasihat Ulama) diperoleh?
Jawab: “Mengenai sumber, saya termasuk ahlul sunnah, jadi saya
mengambil hadits yang besar. Karena dulunya saya di pondok
banyak belajar kitab kuning. Tapi setelah agak lama, saat ini saya
ambil hadits-hadits yang pokok. Jadi hadits-hadits yang digunakan
seperti hadits Shahih Muslim, Al-Bukhari, dan sering juga Jami’u
Shakhir untuk referensi apa yang saya sampaikan. Tapi yang jelas,
hadits 6 atau hadits 7, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Sunan Nasa’i
dan hadits-hadits yang lain saya tetap membacanya”.
4. Berapa kira-kira persentase dari masing-masing tema seperti akidah,
Syariah, maupun Akhlaq, yang dibahas pada acara Nasi Ulam?
Jawab: “Lebih banyak ke akidah. Saya secara pribadi lebih senang kalau
pendengar punya akidah atau keyakinan yang sangat kuat,
sehingga untuk tema saya menekankan masalah akidah itu lebih
dari 50%, adapun nanti mengenai masalah Syariah dan sebagainya
itu kita kaji apabila ada pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan
dengan hal tersebut. Di Nasi Ulam, saya pribadi lebih menekankan
porsi akidah”.
5. Bagaimana respon pendengar terhadap acara “Nasi Ulam” sejauh ini?
Jawab: “yang saya rasakan sejauh ini, banyak masyarakat kita yang
semakin tau tentang keagamaan. Kalau jaman dahulu mungkin
masyarakat hanya ikut saja, tetapi sekarang sudah banyak yang
mau belajar, dan mengetahui sumber-sumber yang jelas dalam
agama Islam. Jadi tidak hanya ikut-ikutan, tetapi saat ini sudah
banyak masyarakat yang mau mengkaji al-Hadits sebagai salah
satu pedoman kita sebagai muslim”.
6. Bagaimana tanggapan Ustdz. Abdul Jalil sendiri, selaku narasumber pada
acara dakwah Nasi Ulam, tentang acara-acara dakwah sejenis di Radio
lain?
Jawab: “Saya sangat menghargai, dan sangat mendukung sekali, terutama
dakwah lilkalimati la ulya jadi kita Islam satu, jadi pada dasarnya
kita semua berkeinginan supaya ilmu Allah, Din Allah itu tinggi,
maka saya juga kadang-kadang ikut mendengarkan maupun
melihat acara-acara dakwah lain, baik di televisi maupun di radio.
dan saya sangat terkesan bahwa ternyata agama Islam ini semakin
lama semakin maju, dan Insyaallah nantinya Islam yang akan
memegang kendali didalam masyarakat kita”.
7. Apa harapan Ustdz Abdul Jalil selaku narasumber (Da’i) dengan adanya
acara “NASI ULAM” ini?
Jawab: “Harapan saya adalah kita mempererat silaturahim itu yang
pertama, yang kedua harapan saya adalah pendengar Bens Radio
dimanapun dan siapapun setelah mendengarkan acara di Bens
Radio ini jadi tahu, bahwa ternyata agama Islam itu adalah agama
yang indah. Agama yang sangat menyejukan. Harapan saya adalah
ingin rahmatalil alamin ini jadi yang sebenarnya, supaya
masyarakat tidak menjadi bingung bahkan insyaallah akhirnya
kitalah yang menjadi khalifah dimuka bumi ini. Nantinya didunia
dan diakhirat kita bisa bersama-sama berada dibawah naungan
Allah”.
Pertanyaan Susulan
Wawancara dengan : Ustdz H. Aslih Ridwan, M.A
Jabatan : Narasumber “NASI ULAM” (Nasihat Ulama)
Hari & tanggal : Jum’at, 27 Maret 2009
Waktu : Pkl. 06.00 – 06.30 wib
Tempat : Studio & Kantor Bens Radio Jakarta
1. Apa faktor yang menjadi pertimbangan ketika membacakan SMS (Short
Message Service) / mengangkat telpon untuk menjawab pertanyaan dari
pendengar?
Jawab: “Jika ada pertanyaan yang mungkin saya belum bisa menjawab,
atau berkaitan dengan masalah syariah, maka disini ada adabnya
bahwa pertanyaan tersebut bisa kita pending sementara. Namun
sejauh ini secara pribadi belum pernah ada persoalan tersebut.
Karena kebanyakan pendengar Nasi Ulam bertanya seputar
masalah sehari-hari yang tidak terlalu berat. Namun dalam hal ini
kita juga harus berhati-hati dalam menjawab, saya pribadi selalu
membawa Al-Qur’an, maupun kitab-kitab yang berkaitan dengan
materi untuk berjaga-jaga dalam menjawab pertanyaan yang
memang khawatir kurang dikuasai. Farudu ilallah Wa Rasulli,
kembalikan semua kepada Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana Al-
Qur’an dan Hadits menjawab, maka begitulah yang saya
sampaikan”.
2. Berapa rata-rata jumlah pendengar yang berpartispasi lewat SMS (Short
Message Service) dan berapa jumlah telepon interaktif yang biasanya bisa
dijawab setiap harinya?
Jawab: “Untuk pertanyaan masuk yang dapat terjawab rata-ratanya untuk
SMS antara 5-10. Sedangkan untuk Telpon tidak jauh berbeda
antara 5-10. Tergantung banyaknya pertanyaan yang ditanyakan
oleh masing-masing penelpon, dan juga tingkat kesulitan
pertanyaan tersebut”.
3. Darimanakah sumber-sumber materi dakwah yang biasa digunakan pada
acara “NASI ULAM” (Nasihat Ulama) diperoleh?
Jawab: “Sehubungan dengan Segmentasi Bens Radio yang menjaring
pendengar kebanyakan dari kalangan menengah ke bawah, dan saat
ini mulai menjaring kalangan menengah keatas, maka kita
sederhanakan dari segi materi dan bahasannya, untuk
menyesuaikan materi dakwahnya agar tidak terlalu berat. Maka
rujukan saya untuk sumber-sumber materi adalah kitab-kitab Islam,
misalnya kitab Minhajul Muslim yang lebih banyak bicara
masalah-masalah keIslaman. Kitab-kitab umum yang saya ambil
mengenai hadits-hadits salihin, arbain, dan kemudian juga kita
kaitkan dengan kondisi yang dihadapi umat, kemudian kita carikan
ayat maupun hadits yang sesuai dengan problematika tersebut,
supaya hal tersebut dapat menjadi penenang / meluruskan
pandangan masyarakat. Misalnya, masalah Ponari dll. Jadi hal-hal
yang aktual lalu kita kaitkan dengan hadits-hadits Rasul dan Ayat-
ayat Al-Quran yang menjawab persoalan-persoalan tersebut. Satu
lagi yang menjadi rujukan saya yaitu Kitab Asbabun nuzul.”
4. Berapa kira-kira persentase dari masing-masing tema yang dibahas pada
acara Nasi Ulam?
Jawab: “Saya lebih fokus kepada masalah-masalah Aqidah (keyakinan),
jadi jika diperhatikan pembahasan saya sejauh ini masih bicara
tentang dasar-dasar seorang muslim, dari mulai masalah iman,
kemudian tentang akar Islam, akan tetapi kita larikan kepada
konteks kekinian, serta penyampaian yang ringan Sehingga
pembahasannya tidak membuat bosan para pendengarnya”.
“Untuk persentasenya saya lebih banyak membahas masalah
aqidah, kurang lebih 50%. Tema-tema lainnya seperti syariah dan
akhlaq terbagi rata”.
5. Bagaimana respon pendengar terhadap acara “Nasi Ulam” sejauh ini?
Jawab: “Alhamdulillah sejauh ini lumayan baik responnya, sehingga ada
beberapa pendengar baik dari kalangan biasa sampai pejabat yang
sempat menelpon dan tertarik mendengarkan acara Nasi Ulam.
Atau beberapa pendengar yang sempat menyalin materi / hadits
yang disampaikan, sampai pendengar dari pulau seribu yang
melakukan interaktif di acara ini. Sehingga, ini merupakan salah
satu motivasi yang baik saja untuk kami, agar bisa lebih baik lagi”.
6. Bagaimana tanggapan Ustd. H. Aslih Ridwan sendiri, selaku narasumber
pada acara dakwah Nasi Ulam, tentang acara-acara dakwah sejenis di
Radio lain?
Jawab: “Bagi saya pribadi, sangat menyambut positif bagi rekan-rekan
seprofesi yang dengan gayanya masing-masing dapat
menghidupkan dakwah. Yang paling penting kita sama-sama
menginginkan kondisi masyarakat yang lebih baik. Jadi bagi saya
mereka adalah saudara seperjuangan saya, bukan menjadi
kompetitor yang harus saling menjatuhkan atau menjelek-jelekan,
melainkan sebaliknya, saling mendukung dan menghargai. Saat ini
yang terpenting bagi Da’i adalah mari kita tunjukan segenap
kemampuan kita, baik dari segi skill serta apapun yang dapat kita
perbuat. Sehingga biarkan nanti umat yang melihatnya. Sampaikan
materi dengan baik, dan secara professional”.
7. Apa harapan Ustd. H. Aslih Ridwan pribadi, selaku narasumber (Da’i)
dengan adanya acara “NASI ULAM” ini?
Jawab: “Harapan saya nantinya tumbuh kesadaran beragama semakin
tinggi, sehingga masyarakat menjadi lebih baik, terjadi suatu
perubahan-perubahan yang signifikan nantinya, atau paling tidak
masyarakat bisa diingatkan kembali, banyak masyarakat yang
menjadi sadar akan kewajiban-kewajibannya, dan praktiknya
dilapangan tidak anarkis, bisa saling menghargai antara masyarakat
yang satu dengan yang lainnya, sehingga terjadi suatu kondisi yang
kondusif, yang penting saat ini adalah mewujudkan masyarakat
yang damai. Ya mudah-mudahan apa yang kita sampaikan ini bisa
bermanfaat”.